LKjIP 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LKjIP 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH"

Transkripsi

1 LKjIP 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

2 LKjIP 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2016

3

4 Kata Pengantar Laporan Kinerja (LKjIP) Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral KESDM Tahun 2015 disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. LKjIP merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap pelaksanaan program dan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi; ketenagalistrikan, energi baru terbarukan dan konservasi energi; mineral dan batubara; serta geologi kelautan selama tahun Program dan kegiatan tersebut mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Badan Litbang ESDM Tahun LKjIP menguraikan capaian target sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan Badan Litbang ESDM tahun 2015 dalam bentuk laporan dengan pendekatan pengukuran kinerja. Capaian dari masing-masing sasaran dan indikator kinerja diukur dengan membandingkan realisasi dengan target yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja. Pada tahun 2015 merupakan awal periode Renstra Tahun Hasil kinerja tahun 2015 ini dan hasil telah dicapai selama 1 (satu) tahun ini selanjutnya menjadi bahan evaluasi di lingkungan Badan Litbang ESDM untuk mereviu Renstra Tahun yang telah tersusun serta perbaikan kinerja pada tahun-tahun berikutnya sehingga menjadi lebih efisien dan efektif. F.X. Sutijastoto LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015 i

5 ii LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

6 Ringkasan Eksekutif Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Litbang ESDM) merupakan unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) awalnya dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 150 Tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001, dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1915 tahun 2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja DESDM. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi Badan Litbang ESDM mengalami penyesuaian, terakhir sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010 yang kemudian diubah dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2013 tanggal 14 Agustus Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral mengemban tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral dengan melaksanakan fungsi menyusun kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; dan pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada pelaksanaan tahun anggaran 2015 telah dituangkan dalam perjanjian/penetapan kinerja yang dilakukan Kepala Badan Litbang ESDM selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan menetapkan sasaran strategis dan target indikator kinerja utama (IKU). Penetapan Kinerja tersebut sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis Badan Litbang ESDM pada Renstra Badan Litbang ESDM Capaian dari masing-masing sasaran dan indikator kinerja tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015 iii

7 Tabel 1. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 No Program / Kegiatan Sasaran Program Indikator Target Realisasi % Capaian I PROGRAM Jumlah Pengembangan dan ,15 PENELITIAN DAN Produk Teknologi serta Produk Survei PENGEMBAN GAN ENERGI - Laporan Ilmiah ,66 121,35 DAN SUMBER DAYA MINERAL Meningkatnya berbagai penemuan terobosan dalam upaya peningkatan Ketahanan Energi dan Nilai Tambah Sektor ESDM - Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi - Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi - Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula - Peta/atlas potensi sektor ESDM Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi Jumlah Peningkatan Nilai Tambah - Paten yang terimplementasikan - Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula yang terimplementasikan , , , ,605 71,47 juta Rp juta Rp , Pencapaian kinerja terhadap pelaksanaan kegiatan tahun 2015 yang diukur dari indikator kinerja, outcome sebanyak 6 dari 11 indikator kinerja (54,54%) mencapai target bahkan melebihi target PK yang ditetapkan, yaitu Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei, Laporan Ilmiah, Makalah Ilmiah, Usulan Paten/Hak Cipta/Litbang Inovasi, Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula, Peta/atlas potensi sektor ESDM. Jumlah yang melebihi target ini karena adanya beberapa tambahan kegiatan penelitian yang dilakukan menggunakan output cadangan. Selain itu, satu kegiatan penelitian dapat menghasilkan lebih dari satu produk. Sedangkan target indikator kinerja yang tidak tercapai dengan persen di antara 70 95%, yaitu Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM (89,74%), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi (71,47%), iv LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

8 Jumlah Peningkatan Nilai Tambah (84,6%), dan Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula yang terimplementasikan (lihat Tabel 1). Hal ini karena dalam pelaksanaan tahun anggaran 2015,: a) sebagian kegiatan penelitian mengalami keterlambatan pelaksanaan bahkan ada yang gagal terimplementasikan karena belum mendapatkan izin operasi, dan b) tidak tercapainya target penerimaan (PNBP) karena belum termasuk outstanding (invoice sudah berjalan tapi belum terbayarkan) sebesar 20,8 M, belum ada izin pemanfaatan BMN (masih dalam proses), belum seluruh kemampuan tercantum dalam tariff PNBP. Indikator Kinerja yang hanya mencapai 50% adalah Paten terimplementasikan karena berbagai kendala, yaitu adanya keterlambatan keluarnya izin dengan pihak terkait yang bekerja sama sehingga pengambilan data terlambat, metode belum konsisten untuk beberapa titik sehingga belum dapat diimplementasikan, peralatan dan bahan datang pada trimester tiga sehingga output sudah ada namun belum dapat diimplementasikan. Dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan telah dilakukan kegiatan antara lain; Penghargaan Energi yang merupakan tugas tambahan sejak tahun 2011 dan pada tahun 2015 adalah penyelenggaraan yang ke-5 dan menetapkan 13 (tigabelas) penerima penghargaan, Inkubator Hasil Litbang, Focuss Group Discussion (FGD), penyusunan buku seri Knowledge Management (KM) dari para fungsional di lingkungan Kementerian ESDM, Hari Nusantara 2015 yang disertai dengan model pengembangan infrastruktur energi untuk Klaster Ekonomi Maritim pada 7 lokasi, dan pengembangan Center of Excellence (CoE) yang rencananya akan dibangun di Desa Candi Kesuma, Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang bersumber dari Rupiah Murni dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2015 melalui Program Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral dijabarkan dalam 5 kegiatan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Realisasi anggaran belanja per program tahun 2015 KODE KEGIATAN APBN PAGU (Rupiah) REALISASI (Rupiah) % 1910 Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan 1911 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi 1912 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara , , ,65 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015 v

9 KODE KEGIATAN APBN PAGU (Rupiah) REALISASI (Rupiah) % 1913 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS 1914 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral , ,28 TOTAL ,38 Realisasi penyerapan anggaran sampai akhir tahun 2015 sebesar 82,38% dari total pagu anggaran/dipa sebesar Rp ,- (Tabel 2). Dari 5 (lima) kegiatan yang ada di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun anggaran 2015, 3 (tiga) kegiatan realisasi anggarannya di atas 90%, 1 (satu) kegiatan di atas 80%, dan 1 (satu) kegiatan di atas 60%. Tabel 3 menyajikan realisasi dan sisa anggaran berdasarkan jenis belanja yaitu belanja pegawai dengan realisasi 65,98%, belanja barang realisasi 81,64%, dan belanja modal dengan realiasi 96,59%. Tabel 3. Realisasi dan Sisa Anggaran Setelah Penghematan Jenis Belanja Pagu Anggaran (Rp.) Realisasi Sisa Anggaran (Rp.) % (Rp.) % Belanja Pegawai , ,02 Belanja Barang , ,36 Belanja Modal , ,41 Jumlah , ,62 Sisa anggaran sebesar 17,62% karena adanya realisasi belanja lembur dan belanja tunjangan pegawai lainnya 0% karena tidak ada pengajuan belanja lembur; masih ada revisi anggaran pada Bulan Desember; bahan kimia dan suku cadang tersedia di penghujung waktu; realisasi Tunjangan Kinerja (renumerasi) tidak tercapai karena hasil penilaian TUKIN KESDM tidak mencapai 70%. vi LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

10 Daftar Isi Kata Pengantar...i Ringkasan Eksekutif...iii Daftar Isi... vii Daftar Tabel... viii Daftar Gambar...x Daftar Lampiran... xv I. Pendahuluan...1 II. Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja...6 A. Rencana Strategis Visi dan Misi Tujuan Strategis Sasaran Strategis... 7 B. Alokasi Anggaran... 9 C. Perjanjian/ Penetapan Kinerja III. Akuntabilitas Kinerja...15 A. Pencapaian Kinerja Tahun Pencapaian Indikator Kinerja Utama Badan Litbang ESDM Capaian Anggaran/Keuangan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan Evaluasi Pelaksanan Anggaran Tahun Analisis Permasalahan dan Tindak Lanjut IV. Penutup LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015 vii

11 Daftar Tabel Tabel 1. Pencapaian Kinerja Tahun iv Tabel 2. Realisasi anggaran belanja per program tahun v Tabel 3. Realisasi dan Sisa Anggaran Setelah Penghematan...vi Tabel 4. Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Litbang ESDM tahun dan target kinerja... 8 Tabel 5. Alokasi Anggaran Pada Badan Litbang ESDM Awal dan Setelah Revisi Tahun Tabel 6. Penetapan Kinerja Tabel 7. Pencapaian Kinerja Tahun Tabel 8. Hasil Pengujian dilaboratorium Terhadap Tingkat Konsumsi Motor Tempel Tabel 9. Komposisi formula surfaktan yang sudah di kembangkan Tabel 10. Ringkasan Cadangan Minyak dan Gas Bumi Indonesia Status: Tabel 11. Perubahan Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia Status : vs Tabel 12. Nilai Efikasi untuk Label Hemat Energi pada lampu LED Swaballast Tabel 13. Potensi peningkatan efisiensi PLTU Indramayu Tabel 14. Judul Laporan Ilmiah Bidang Minyak dan Gas Bumi Tabel 15. Judul Laporan Ilmiah Bidang Mineral dan Batubara Tabel 16. Judul Laporan Ilmiah Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Tabel 17. Judul Laporan Ilmiah Bidang Geologi Kelautan Tabel 18. Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Minyak dan Gas Bumi Tabel 19. Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Mineral dan Batubara Tabel 20. Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang KEBTKE Tabel 21. Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Geologi Kelautan Tabel 22. Daftar Peta Geologi Kelautan Tabel 23. Peta Potensi Energi Mikrohidro Tabel 24. Jenis Layanan Jasa Teknologi Hulu Tabel 25. Jenis Layanan Jasa Teknologi Hilir dan Kalibrasi Tabel 26. PNBP bidang mineral dan batubara Tabel 27. Efisiensi energi dan kecepatan waktu pemanasan menggunakan bahan bakar co-firing dan kayu bakar Tabel 28. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan Tabel 29. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat Tabel 30. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tabel 31. Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tabel 32. Alokasi Anggaran Pada Badan Litbang ESDM Awal dan Setelah Revisi Tahun Tabel 33. Realisasi dan Sisa Anggaran Setelah Penghematan viii LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

12 Tabel 34. Realisasi anggaran belanja per program tahun LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015 ix

13 Daftar Gambar Gambar 1. Struktur organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral... 2 Gambar 2. Strategi implemetasi hasil litbang melalui pola kerja sama Pemerintah, dunia usaha dan akademisi... 5 Gambar 3. Visi, Misi dan IKU Badan Litbang ESDM Gambar 4. (a) Singkapan sedimen syn-rift umur Permian, (b) Palinomorf penciri umur Permian Gambar 5. Keberadaan rembesan migas dan hasil analisis geokimianya Gambar 6. (a) Peta anomali gaya berat regional, (b) Penampang geologi berdasarkan data MT Gambar 7. (a) Singkapan sedimen umur Neogen, (b) Keberadaan rembesan migas. 18 Gambar 8. (a) Peta gayaberat regional hasil survei, (b) Peta gayaberat regional hasil integrasi dengan data Badan Geologi Gambar 9. Penyerahan Mesin dan Konverter kit LPG Kepada Nelayan di Kabupaten Karang Asem-Bali Gambar 10. Kompatibilitas Larutan Oleat Nacl + Na2co3 + Aquabidest Gambar 11. Meja Kerja Rig CBM yang Telah Terpasang pada Unit Rig CBM Gambar 12. Desain dan Peralatan Loading Ramp Gambar 13. Desain Substructure untuk Rig CBM Gambar 14. Setting instalasi GasMIN di Palimanan Gambar 15. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM peleburan aluminium Gambar 16. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM minyak atsiri Gambar 17. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM tahu Gambar 18. Posisi titik-titik pemboran Gambar 19. Peralatan simulasi Uji Pembakaran, kegiatan UCG Di Palimanan Cirebon Gambar 20. Pembakar siklon boiler PLTU Leces Gambar 21. Cerobong Pembakar siklon PLTU Leces Gambar 22. Pembakar siklon di ponpes An Nawawiyah Gambar 23. Pembakar siklon di IKM Kerupuk Gambar 24. Pembakar siklon di IKM Gula batu Gambar 25. Pembakar siklon di IKM Sohun Gambar 26. Peta Kontur Kebun Energi Gambar 27. Penyiapan Lahan, Penanaman dan Perawatan Tanaman Gambar 28. Konsep Contoh PLTS kwh/hari Gambar 29. Konsep Kawasan PLTS 100 KWp + PLTS 5 MWp Gambar 30. Pilot System Configuration Gambar 31. Rancangan Pilot Project Sistem Smart Microgrid Universitas Udayana Gambar 32. Peta Anomali Magnet Lembar Peta daerah Perairan Barat Waigeo, papua Barat Gambar 33. Lokasi daerah kajian Gambar 34. Zonasi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida (Kabupaten Klungkung, 2011) Gambar 35. Tamplian Aplikasi untuk Informasi Data Sumur x LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

14 Gambar 36. Tamplian Aplikasi untuk Menampilkan Lokasi Sumur Dengan Peta Gambar 37. Masukan Kebijakan Kaji Ulang WK 2015 ke Ditjen Migas Gambar 38. Lokasi beberapa titik-titik amat/ukur shale play di beberapa area pengamatan di lapangan Gambar 39. Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan petrokimia di Indonesia dari model Gambar 40. Kegiatan Inventarisasi Fugitive Methane di Vico East Kalimantan Gambar 41. Uji alat Hi Flow Sampler dengan menggunakan tabung Gambar 42. Rantai Pasok BBG Untuk Kendaraan Dinas Gambar 43. Skenario pengembangan kelistrikan di Papua Barat menggunakan LNG 20 mmscfd Gambar 44. Rantai distribusi LNG untuk listrik di Papua Barat Gambar 45. Hasil Perhitungan Keekonomian Infrastruktur ANG Skenario I dengan biaya tabung Gambar 46. Hasil Perhitungan Keekonomian Infrastruktur ANG Skenario I tanpa biaya tabung Gambar 47. Hasil Perhitungan Keekonomian Infrastruktur ANG Skenario II Gambar 48. Peta Lokasi Rembesan Minyak dan Gas Bumi di Pulau Timor Gambar 49. Mud Volcano yang sudah tidak aktif (kiri) dan Mud Volcano yang masih aktif di Desa Pariti Gambar 50. Sistem pengukuran ECVT-2CH Gambar 51. Lapangan Eksisting Jawa Bagian Barat Untuk Dilakukan Optimasi Produksi (RR > 10,000 MSTB) Gambar 52. Lapangan Eksisting Jawa Tengah Untuk Dilakukan Optimasi Produksi (RR > 10,000 MSTB) Gambar 53. Lapangan Eksisting Jawa Timur Untuk Dilakukan Optimasi Produksi (RR > 10,000 MSTB) Gambar 54. Gambar 55. Gambar 56. Perkembangan Potensi Peningkatan Perolehan Minyak (EOR) dengan Recovery Factor (RF 60%) Lapangan Jawa Bagian Barat Perkembangan Potensi Peningkatan Perolehan Minyak (EOR) dengan Recovery Factor (RF 60%) Lapangan Jawa Tengah Perkembangan Potensi Peningkatan Perolehan Minyak (EOR) dengan Recovery Factor (RF 60%) Lapangan Jawa Timur Gambar 57. Photobioreaktor Sistem Tertutup (Biofence) Gambar 58. Kilang Dimethyl Ether (Methanol Dehidration Plan) Gambar 59. Proses Blending Minyak Solar 48 + Biodiesel Gambar 60. Laboratorium uji Chassis Dynamometer Gambar 61. Pengujian Performa Kendaraan Bermotor Roda Dua di Chasiss Dinamometer Gambar 62. Pengujian Performa Kendaraan Bermotor Roda Empat di Chasiss Dinamometer Gambar 63. Alat CFR F-1 untuk pengujian Angka Oktan ASTM D Gambar 64. Gambar 65. Skema Organisasi Pengelolaan Limbah Radioaktif PLTN Alternatif Pertama Skema Organisasi Pengelolaan Limbah Radioaktif PLTN Alternatif Kedua LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015 xi

15 Gambar 66. Skema Organisasi Pengelolaan Limbah Radioaktif PLTN Alternatif Ketiga Gambar 67. Model Percepatan Pembangunan Ekonomi Wilayah Kepulauan melalui sektor Kelautan Dan Pengembangan Energi Baru Terbarukan Gambar 68. Unit Peralatan Loading Ramp Gambar 69. Unit Peralatan Substruktur Gambar 70. Rig CBM LEMIGAS Gambar 71. Peralatan Pompa Injeksi Gambar 72. Peralatan Monitoring Data Gambar 73. Pelaksanaan uji coba sekala lababoratorium dan penentuan laju alir dengan kecepatan putaran pompa Gambar 74. Hasil Aplikasi Perangkat Lunak Gambar 75. Rangkaian Prototipe Alat Reaktor Turbin Gambar 76. Tekstur gemuk lumas HSA lokal (a) dan gemuk lumas HSA impor (b) Gambar 77. Hasil Uji four-ball HVI 60 (1720 rpm) Gambar 78. Minyak lumas bekas uji four-ball Gambar 79. Liner Tabung CNG Tipe 4 dari Bahan HDPE Gambar 80. Neck Ring/Boss Tabung CNG Tipe 4 dari Bahan Aluminium Gambar 81. Foto Salah Satu Prototype Tabung CNG Tipe 4 Hasil Rancangan Dengan Kapasitas 5 lsp ( 18 L WC) Gambar 82. Pembuatan Alat Filling Gas ANG Gambar 83. Pengujian Adsorpsi Gambar 84. Pelet Adsorben Karbon Aktif Gambar 85. Rancang Bangun Alat Drier Gas Bumi Skala Laboratorium Gambar 86. Kegiatan sampling batubara dan sosialisasi di PT. BUKIT ASAM Tanjung Enim dan Sawah Lunto Gambar 87. Oksidatif Desulfurisasi Gambar 88. Pembuatan Katalis Gambar 89. Rancangan Alat Penangkap CO Gambar 90. Kompatibilitas Larutan Oleat Nacl + Na2co3 + Aquabidest Gambar 91. Diagram alir DED Pengolah Mobile Biodiesel Gambar 92. Strategi kebun energi pada degraded/marginal land Gambar 93. Kerja sama dan sinergi pencapaian EBTKE (ABGC) Gambar 94. Unit pengolah bioetanol Gambar 95. Percontohan Reaktor Biogas Gambar 96. Lokasi Daerah yang Memiliki Potensi Arus untuk Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Arus Laut Gambar 97. Desain Arm dan Blade Turbin Model Vertikal Axis Darrieus Gambar 98. Grafik hasil ujicoba RPM vs Kec. Arus dan RPM vs Jumlah Foil Gambar 99. Grafik hasil ujicoba torsi terhadap azimut kecepatan 1.3 m/s Gambar 100. Model komunikasi pada IEC Gambar 101. Desain platform catamaran Gambar 102. Desain platform TLP Gambar 103. Desain pipe protector dari struktur terapung ke dasar laut Gambar 104. Desain struktur terapung PLTAL dengan 4 mooring Gambar 105. Konsep umum PLTAL Gambar 106. Pengelolaan desain proses xii LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

16 Gambar 107. Southeast Mandar Block Gambar 108. West Misool Block Gambar 109. Merauke Block Gambar 110. Teluk Tomini Gambar 111. Ujicoba airgun di halaman LEMIGAS dengan tekanan maksimal 650 Psi 171 Gambar 112. Pembuatan Alat Filling Gas ANG Gambar 113. Implementasi tabung ANG di kantin LEMIGAS Gambar 114. Pembakar siklon di ponpes An Nawawiyah Gambar 115. Pembakar siklon di IKM Kerupuk Gambar 116. Pembakar siklon di IKM Gula batu Gambar 117. Pembakar siklon di IKM Sohun Gambar 118. Kemasan produk jadi minyak lumas Gambar 119. Seremonial pembagian minyak lumas Gambar 120. Penyerahan Mesin dan Konverter kit LPG Kepada Nelayan di Kabupaten Karang Asem- Bali Gambar 121. Proses pelaksanaan blending minyak lumas di LOBP Gambar 122. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM peleburan aluminium Gambar 123. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM minyak atsiri Gambar 124. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM tahu Gambar 125. Pemasangan pembakar siklon di IKM kecap Tonjong, Majalengka Gambar 126. Pemasangan pembakar siklon di IKM Sohun, Mundu, Cirebon Gambar 127. Pemasangan pembakar siklon di IKM Gula batu, Citemu, Cirebon Gambar 128. Buku Seri Knowledge Management Gambar 129. Menteri ESDM Memberikan Sambutan pada Hari Nusantara Gambar 130. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memberikan sambutan pada Hari Nusantara Gambar 131. Konsep contoh PLTHybrid untuk kegiatan produktif klaster ekonomi maritim Gambar 132. Alokasi Anggaran Setelah Penghematan berdasarkan jenis Kegiatan Gambar 133. Pagu anggaran berdasarkan jenis belanja Gambar 134. Realisasi Anggaran berdasarkan jenis Belanja Gambar 135. Sisa Anggaran berdasarkan jenis belanja Gambar 136. Jumlah kegiatan litbang yang dipantau melalui Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan pada masing-masing unit di badan Litbang ESDM Gambar 137. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Monitoring Periode Sampai dengan Bulan Desember 2015 (B12) Gambar 138. Tampilan aplikasi SIMONEV per Satker Gambar 139. Tampilan aplikasi SIMONEV pada Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Gambar 140. Pagu Anggaran pada Badan Litbang ESDM tahun Gambar 141. Realisasi Anggaran Tahun Gambar 142. Jumlah Kegiatan Litbang dalam Kurun Waktu Gambar 143. Jumlah laporan Ilmiah Gambar 144. Jumlah Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi pada tahun LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015 xiii

17 Gambar 145. Jumlah Usulan paten, hak cipta dan litbang inovasi pada tahun Gambar 146. Jumlah Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun/Formula pada tahun Gambar 147. Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan pada tahun Gambar 148. Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM pada tahun Gambar 149. Capaian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kegiatan Jasa Penelitian dan Pengembangan pad tahun xiv LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

18 Daftar Lampiran Lampiran 1. Penetapan Kinerja Badan Litbang ESDM Tahun Lampiran 2. Daftar Kegiatan Litbang Tahun 2015 Badan Litbang ESDM LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015 xv

19

20 I. Pendahuluan Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, salah satu fungsi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral, yang dilaksanakan oleh salah satu unit organisasi di bawahnya, yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Litbang ESDM) adalah unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 150 Tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001, dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1915 tahun 2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja DESDM. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber daya Mineral mengalami penyesuaian, terakhir sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010 yang kemudian diubah dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2013 tanggal 14 Agustus 2013 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober Dalam struktur organisasi tersebut, Badan Litbang ESDM terdiri atas 4 (empat) Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang), yaitu: Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS, Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, dan Puslitbang Geologi Kelautan, serta Sekretariat Badan Litbang yang memberikan dukungan manajemen dan administrasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Badan Litbang ESDM memiliki kemampuan untuk menjalankan peran sesuai dengan amanat yang tertuang dalam kedua Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tersebut. Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang kemudian diubah dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2013 tanggal 14 Agustus 2013 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

21 Daya Mineral Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014, Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral mengemban tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk melaksanakan tugas tersebut, fungsi Badan Litbang ESDM adalah sebagai berikut : a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; b. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; c. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; d. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI LEMIGAS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN Gambar 1. Struktur organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Secara umum seluruh Puslitbang di lingkungan Badan Litbang ESDM mengemban tugas dan fungsi yang sama yaitu : a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian, pengembangan, perekayasaan teknologi, dan pengkajian survei; b. pelaksanaan penelitian, pengembangan, perekayasaan teknologi, pengkajian dan survei serta pelayanan jasa, pengelolaan pengetahuan dan inovasi; c. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan teknologi, dan pengkajian, dan d. pelaksanaan administrasi. 2 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

22 Yang membedakannya adalah ruang lingkup bidang penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan pada masing-masing puslitbang. Arah kebijakan pengembangan kelitbangan di lingkungan Balitbang ESDM ditetapkan berdasarkan kebijakan Kementerian ESDM yang selaras dengan Kebijakan Nasional pada sektor ESDM. Arah kebijakan ini menjadi landasan bagi berbagai kegiatan litbang dan non-litbang (pendukung) dalam mendukung tercapainya visi dan misi Balitbang ESDM sebagai integrator litbang sektor ESDM sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Berdasarkan hal tersebut, maka secara umum arah kebijakan kelitbangan di lingkungan Balitbang ESDM ditujukan pada: 1. Kegiatan kajian dan atau litbang selaras dengan kepentingan pemerintah, masyarakat, lingkungan dan industri 2. Litbang yang mendukung ketahanan energi 3. Litbang yang mendukung peningkatan nilai tambah energi dan sumber daya mineral 4. Litbang yang berwawasan lingkungan 5. Litbang yang mendukung pembinaan sumber daya manusia 6. Litbang yang mendukung pengembangan sarpras Selanjutnya, kebijakan kelitbangan, tercermin dalam upaya Balitbang ESDM mendukung kebijakan KESDM dalam meningkatkan peran sektor ESDM dalam mendukung perekonomian nasional. Adapun kebijakan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran, dilakukan dengan kebijakan dan strategi, sebagai berikut: 1. Kebijakan 1: percepatan peningkatan penemuan dan produksi migas nasional Kebijakan di bidang migas diarahkan pada penambahan sumber daya dan cadangan migas melalui pengembangan teknologi, yaitu: a. Penambahan sumber daya dan cadangan migas b. Pengembangan migas unconventional c. Peningkatan cadangan dan produksi migas d. Pengembangan teknologi pengolahan migas dan hasil olahannya e. Pengembangan teknologi bahan bakar alternatif f. Pengembangan teknologi penyimpanan, transportasi dan pemanfaatan migas g. Pengembangan teknologi pengurangan, penyimpanan dan pemanfaatan CO2 2. Kebijakan 2: meningkatkan nilai tambah dan hilirisasi dalam pengelolaan mineral dan batubara LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

23 Kebijakan dalam meningkatkan nilai tambah dan hilirisasi dalam pengelolaan mineral dan batubara diarahkan pada kegiatan pengolahan, pemurnian dan pemanfaatan mineral dan batubara, melalui: a. Pengembangan Mineral Logam untuk Peningkatan Nilai Tambah Mineral b. Pengembangan Teknologi Mineral untuk Energi c. Pengembangan Teknologi Pengolahan Mineral Non Logam d. Pengembangan Gasifikasi Batubara e. Pemanfaatan Batubara Melalui Pembakaran f. Pengolahn Batubara untuk Peningkatan Nilai Tambah g. Pemanfaatan Batubara Non Pembakaran h. Penguasaan Teknologi Pengembangan UCG i. Pengembangan Teknologi Good Mining Practice j. Pengelolaan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Minerba k. Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara 3. Kebijakan 3: mewujudkan peran ketenagalistrikan, energi baru, terbarukan dan konservasi energi Kebijakan dalam mewujudkan peran ketenagalistrikan, energi baru, terbarukan dan konservasi energi diarahkan pada kegiatan pengolahan, pemurnian dan pemanfaatan mineral dan batubara, melalui: a. Litbang Penyediaan Data Potensi EBT untuk Peningkatan Pemanfaatan b. Litbang Teknologi Panas Bumi untuk Mendukung Pengembangan Lapangan c. Litbang Teknologi Bionergi untuk Mendukung Percepatan Pemanfaatan BBN d. Litbang Konservasi Energi dan Lingkungan KEBTKE e. Litbang Teknologi Ketenagalistrikan 4. Kebijakan 4: peningkatan kualitas hasil litbang geologi kelautan dan integrasi data sektor ESDM dan sektor terkait lainnya Kebijakan di bidang kemaritiman diarahkan pada penggalian sumber daya dan potensi ekonomis lainnya dalam mendukung pembangunan nasional. Kebijakan ini perlu mendapat perhatian, terutama sumber daya energi dan sumber daya mineral di kawasan pantai, perairan pantai dan lepas pantai (offshore). a. Penelitian, Pengembangan dan Pengkayaan Data Geologi dan Cekungan Migas b. Penelitian dan Identifikasi Potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) c. Penelitian, Pemetaan dan Identifikasi Potensi Mineral Dasar Laut d. Studi dan Pengumpulan Data Primer Untuk Mendukung Kawasan/Daerah Pertumbuhan e. Kegiatan Kolaborasi Pemetaan Batas Wilayah 4 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

24 Strategi kelitbangan dalam mewujudkan arah kebijakan Balitbang ESDM ditetapkan berdasarkan kebijakan Kementerian ESDM yang selaras dengan Kebijakan Nasional pada sektor ESDM. Melalui strategis kelitbangan yang komprehensif, maka arah kebijakan Balitbang ESDM dalam mewujudkan tercapainya visi Balitbang ESDM pada Sektor ESDM, yaitu "Terwujudnya Badan Penelitian dan Pengembangan yang profesional, unggul, dan mandiri, serta menjadi integrator penelitian dan pengembangan di sektor energi dan sumber daya mineral". Gambar 2. Strategi implemetasi hasil litbang melalui pola kerja sama Pemerintah, dunia usaha dan akademisi Sebagai bagian dari pemerintah, Badan Litbang ESDM ikut berperan dalam penyiapan kebijakan dan pengaturan melalui usulan pengembangan sektor ESDM, kajian kebijakan (policy paper) dan kajian teknis & keekonomian setelah divalidasi secara ilmiah oleh pihak akademisi dan peneliti di lingkungan litbang terkait. Hasil yang diharapkan adalah: inovasi, paten, prototype, pilot plant dan demo plant, sehingga pemanfaatan dan pendanaan inovasi berikutnya dapat dilakukan oleh dunia usaha (korporasi) dalam bentuk produksi, distribusi dan tata niaga. Laporan Kinerja (Lakin) ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja Badan Litbang ESDM selama tahun Untuk mengukur keberhasilan tahunan badan Litbang ESDM dilakukan perbandingan terhadap capaian kinerja dalam tahun 2015 dengan Penetapan Kinerja (PK) tahun LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

25 II. Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja A. Rencana Strategis S esuai tugas dan fungsinya, Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral menyusun Rencana Strategis yang pada hakekatnya merupakan wujud dari langkah dan tindak Visi dan Misi Operasional Kementerian ESDM dalam bentuk tujuan dan sasaran yang ingin dicapai di akhir tahun 2019 oleh segenap unsur di lingkungan Badan Litbang ESDM. 1. Visi dan Misi Sebagai pelaksanaan agenda prioritas Kedaulatan Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjabarkan Nawacita atau 9 Agenda Prioritas Pemerintah pada tahun sebagai wujud Visi dan Misi dari Presiden dan Wakil Presiden di dalam Visi Misi Operasional Kementerian. Sektor ESDM mendukung Nawacita khususnya agenda prioritas ke-7, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, yang terdiri dari: a. Membangun kedaulatan pangan b. Mewujudkan kedaulatan energi c. Mewujudkan kedaulatan keuangan d. Mendirikan Bank Petani/Nelayah dan UMKM termasuk gudang dengan fasilitas pengolahan paska panen di tiap sentra produksi tani/nelayan. e. Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional Sebagai pelaksanaan agenda prioritas Mewujudkan Kedaulatan Energi, maka Kementerian ESDM menjabarkan Nawacita di dalam Visi dan Misi Operasional Kementerian ESDM, yaitu: Visi Operasional Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral: Terwujudnya kedaulatan energi dan nilai tambah energi dan mineral yang berwawasan lingkungan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian dan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Misi Operasional Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral: 1. Meningkatkan keamanan pasokan energi dan mineral dalam negeri. 2. Mempercepat pembangunan infrastruktur energi dan mineral. 3. Meningkatkan nilai tambah energi dan mineral. 6 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

26 4. Melakukan percepatan diversifikasi ke energi terbarukan dan konservasi energi 5. Mengoptimalkan kontribusi sektor ESDM dalam penerimaan negara. 6. Mendorong penyediaan subsidi yang tepat sasaran serta harga energi dan mineral yang kompetitif dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat. 7. Menciptakan iklim investasi sektor ESDM yang kondusif. 8. Meningkatkan kemampuan kelitbangan dan kediklatan. 9. Meningkatkan mitigasi bencana geologi dan pengelolaan lingkungan berbasis geologi. 10. Mewujudkan good governance dan clean government serta Sumber Daya Manusia yang profesional. 2. Tujuan Strategis Badan Litbang ESDM sebagai salah satu organisasi pelaksana Kementeri Energi dan Sumber Daya Mineral, menjabarkan Visi dan Misi Operasional Kementerian ESDM di dalam Tujuan dan Sasaran Strategis yang ingin dicapai di dalam kurun waktu , khususnya kondisi yang ingin dicapai pada tahun 2019 mendatang. Tujuan Badan Litbang ESDM dalam tahun adalah: 1. Menyusun rumusan masukan dan evaluasi kebijakan di sektor ESDM 2. Mendukung terwujudnya keamanan pasokan energi dan mineral 3. Mengembangkan dan pemanfaatan teknologi energi dan mineral 4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan 3. Sasaran Strategis Sasaran strategis Badan Litbang ESDM merupakan penjabaran lebih rinci dari Visi dan Misi Kementerian ESDM sekaligus menggambarkan tujuan yang ingin dicapai Badan Litbang ESDM selama kurun waktu lima tahun yang dialokasikan dalam lima periode secara tahunan melalui rangkaian kegiatan yang dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT). Secara keseluruhan Sasaran Strategis Badan Litbang ESDM dalam tahun yang terkait dengan tujuan strategis dijabarkan sebagai berikut: 1. Terwujudnya kontribusi dalam perumusan kebijakan sektor ESDM 2. Terwujudnya kontribusi dalam evaluasi kebijakan sektor ESDM 3. Terwujudnya kebijakan teknis kelitbangan Bidang ESDM 4. Terwujudnya penambahan pasokan energi dan mineral 5. Terwujudnya penambahan sumber daya energi dan mineral 6. Terwujudnya litbang unggulan LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

27 7. Terwujudnya peningkatan nilai tambah 8. Terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM 9. Terwujudnya pengurangan biaya, peningkatan efisiensi dan TKDN 10. Terwujudnya peningkatan jasa teknologi 11. Terwujudnya kegiatan litbang yang mendukung perkembangan dan menjawab isu strategis sektor ESDM 12. Terwujudnya kegiatan litbang yang akuntabel, efektif, dan efisien 13. Terwujudnya lingkungan dan proses kerja yang kondusif Untuk mewujudkan Rencana Strategis Badan Litbang ESDM diperlukan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang selaras dengan perkembangan pembangunan sektor energi dan sumber daya mineral. Badan Litbang ESDM telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk kurun waktu Indikator Kinerja Utama (IKU) ini merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh masingmasing unit di lingkungan Badan Litbang ESDM, yaitu: 1. Menetapkan rencana kinerja tahunan 2. Menyampaikan rencana kerja dan anggaran 3. Menyusun dokumen penetapan kinerja 4. Menyusun laporan akuntabilitas kinerja 5. Melakukan evaluasi pencapaian kinerja sesuai dengan organisasi dan dokumen Rencana Strategis Badan litbang ESDM. Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Litbang ESDM tahun dan target kinerja yang ingin dicapai, digambarkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Litbang ESDM tahun dan target kinerja No IKU / Output Satuan Total 1 Jumlah Pengembangan dan Produk Jumlah Produk Teknologi serta Produk Survei Laporan ilmiah Dokumen Makalah ilmiah yang diterbitkan oleh Makalah media yan terakreditasi Usulan paten, hak cipta dan litbang Buah inovasi Pilot plant/prototipe/demo plant atau Buah rancangan/ rancang bangun/ formula Peta/atlas potensi sektor ESDM Peta/atlas Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM Usulan Masukan/Rekomendasi Masukan/ kebijakan/regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Rekomendasi Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi Miliar Rupiah ,79 8 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

28 No IKU / Output Satuan Total 4 Jumlah Peningkatan Nilai Tambah Paten yang terimplementasikan Buah Pilotplant/prototype / demoplant atau Buah rancangan / rancang bangun / formula yang terimplementasikan Tujuan dan sasaran strategis yang telah disusun kemudian dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang ESDM sebagai berikut: a. Tujuan Pertama: Menyusun rumusan masukan dan evaluasi kebijakan di sektor ESDM 1) Sasaran 1: terwujudnya kontribusi dalam perumusan kebijakan sektor ESDM 2) Sasaran 2: terwujudnya kontribusi dalam evaluasi kebijakan sektor ESDM 3) Sasaran 3: terwujudnya kebijakan teknis kelitbangan Bidang ESDM Ketiga sasaran tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang, yaitu Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM berupa Usulan Masukan/Rekomendasi kebijakan/regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI). b. Tujuan kedua: Mendukung terwujudnya keamanan pasokan energi dan mineral 1) Sasaran 4: terwujudnya penambahan pasokan energi dan mineral 2) Sasaran 5: terwujudnya penambahan sumber daya energi dan mineral 3) Sasaran 6: terwujudnya litbang unggulan 4) Sasaran 8: terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM Keempat sasaran tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang, yaitu Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei berupa Laporan ilmiah, Makalah ilmiah yang diterbitkan oleh media yan terakreditasi, Usulan paten, hak cipta dan litbang inovasi, Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula, Peta/atlas potensi sektor ESDM. c. Tujuan ketiga: Mengembangkan dan pemanfaatan teknologi energi dan mineral 1) Sasaran 8: terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM 2) Sasaran 9: terwujudnya pengurangan biaya, peningkatan efisiensi dan TKDN 3) Sasaran 10: terwujudnya peningkatan jasa teknologi LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

29 Ketiga sasaran tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang, yaitu Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei berupa Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula dan Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi. d. Tujuan keempat: Meningkatkan kapasitas kelembagaan 1) Sasaran 8: terwujudnya peningkatan nilai tambah 2) Sasaran 11: terwujudnya kegiatan litbang yang mendukung perkembangan dan menjawab isu strategis sektor ESDM 3) Sasaran 12: terwujudnya kegiatan litbang yang akuntabel, efektif, dan efisien 4) Sasaran 13: terwujudnya lingkungan dan proses kerja yang kondusif Keempat sasaran tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang, yaitu Jumlah Peningkatan Nilai Tambah berupa Paten yang terimplementasikan dan Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/formula yang terimplementasikan. Selain itu, pada tahun 2015 didukung juga kegiatan-kegiatan pendukung berupa Penghargaan Energi yang merupakan tugas tambahan sejak tahun 2011 dan pada tahun 2015 adalah penyelenggaraan yang ke-5 dan menetapkan 13 (tigabelas) penerima penghargaan, Inkubator Hasil Litbang, Focuss Group Discussion (FGD), penyusunan buku seri Knowledge Management (KM) dari para fungsional di lingkungan Kementerian ESDM, Hari Nusantara 2015 yang disertai dengan model pengembangan infrastruktur energi untuk Klaster Ekonomi Maritim pada 7 lokasi, yaitu: Aceh Jaya-Provinsi Aceh, Kuala Tanjung Barat- Provinsi Sumatera Utara, P. Enggano-Provinsi Bengkulu, Minahasa Utara-Provinsi Sulawesi Utara, Lombok Tengah-Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kupang-Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Marotai-Provinsi Maluku, dan pengembangan Center of Excellence (CoE) yang rencananya akan dibangun di Desa Candi Kesuma, Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. 4. Peta Strategis Badan Litbang ESDM Secara keseluruhan penggambaran Visi, Misi hingga Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral diperlihatkan pada Gambar LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

30 Gambar 3. Visi, Misi dan IKU Badan Litbang ESDM LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

31 B. Alokasi Anggaran Dalam tahun 2015, seluruh pembiayaan kegiatan yang bersumber dari DIPA dialokasikan dalam Program Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral yang terdiri atas 5 (lima) Kegiatan, dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. KODE KEGIATAN Alokasi Anggaran Pada Badan Litbang ESDM Awal dan Setelah Revisi Tahun 2015 NAMA KEGIATAN 1910 Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan 1911 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi 1912 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara 1913 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi 1914 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral AWAL (Rupiah) SETELAH PENGHEMATAN (Rupiah) TOTAL Pada tahun anggaran 2015, anggaran awal Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM untuk 5 (lima) kegiatan sebesar Rp ,-. Pada tanggal 24 November 2015, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara menyampaikan permintaan bantuan dana TUKIN sebesar Rp ,- melalui Surat Nomor 2259/82/SDB/2015 tanggal 24 November 2015 karena tidak memiliki dana yang cukup. Berdasarkan hasil penelaahan dengan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan tanggal 1 Desember 2015, revisi anggaran pada Badan Litbang ESDM untuk TUKIN Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dimaksud disahkan melalui Surat Direktur Jenderal Anggaran No S-2813/AG/2015 tanggal 3 Desember 2015 tentang Pengesahan Revisi Anggaran sehingga anggaran mengalami pengurangan, khususnya pada Satker Sekretariat Badan Litbang ESDM menjadi Rp Besarnya pengurangan anggaran pada tahun 2015 untuk seluruh kegiatan adalah sebesar 0,95%. 12 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

32 C. Perjanjian/ Penetapan Kinerja Perjanjian/Penetapan Kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai oleh setiap instansi pemerintah, sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas implementasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penetapan kinerja menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/unit kerja dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan Penetapan Kinerja adalah: 1. Percepatan untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel; 2. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; 3. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dengan pemberi amanah; 4. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; 5. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi aparatur. Pada pelaksanaan tahun anggaran 2015 pengukuran kinerja Badan Litbang ESDM telah dituangkan dalam perjanjian/penetapan kinerja yang dilakukan Kepala Badan Litbang ESDM (Lampiran 1) selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan menetapkan sasaran strategis dan target indikator kinerja utama (IKU). Penetapan Kinerja Tahun 2015 Badan Litbang ESDM (Tabel 6) sebagai berikut. Tabel 6. Penetapan Kinerja 2015 Sasaran Program Indikator Target Meningkatnya berbagai penemuan Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei 298 terobosan dalam - Laporan Ilmiah 113 upaya peningkatan - Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang 89 Ketahanan Energi terakreditasi dan Nilai Tambah Sektor ESDM - Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi 25 - Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau 30 Rancangan/Rancang Bangun/Formula - Peta/atlas potensi sektor ESDM 41 Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi Juta Rp. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

33 Sasaran Program Indikator Target Jumlah Peningkatan Nilai Tambah 26 - Paten yang terimplementasikan 6 - Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula yang terimplementasikan LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

34 III. Akuntabilitas Kinerja Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja utama yang dicapai pada tahun A. Pencapaian Kinerja Tahun Pencapaian Indikator Kinerja Utama Badan Litbang ESDM Ukuran yang digunakan untuk mengetahui rata-rata pencapaian indikator kinerja setiap sasaran adalah melalui indikator kinerja utama berdasarkan keluaran (output) dan capaian/realisasi hasil (outcome) sesuai Penetapan Kinerja Badan Litbang ESDM Tahun 2015 (Tabel 7). Secara keseluruhan capaian sasaran dan indikator yang telah dilaksanakan Badan Litbang ESDM pada tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 No Program / Kegiatan Sasaran Program Indikator Target Realisasi % Capaian I PROGRAM Jumlah Pengembangan dan ,15 PENELITIAN DAN Produk Teknologi serta Produk Survei PENGEMBAN GAN ENERGI - Laporan Ilmiah ,66 121,35 DAN SUMBER DAYA MINERAL Meningkatnya berbagai penemuan terobosan dalam upaya peningkatan Ketahanan Energi dan Nilai Tambah Sektor ESDM - Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi - Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi - Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula - Peta/atlas potensi sektor ESDM Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi Jumlah Peningkatan Nilai Tambah - Paten yang terimplementasikan , , , ,605 71,47 juta Rp juta Rp , LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

35 No Program / Kegiatan Sasaran Program Indikator Target Realisasi % Capaian Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula yang terimplementasikan Secara umum, realisasi melebihi target yang telah ditetapkan dikarenakan adanya penambahan jumlah kegiatan litbang dengan melakukan optimalisasi menggunakan anggaran Output Cadangan. Selain itu, Selain itu, satu kegiatan penelitian dapat menghasilkan lebih dari satu produk. Sedangkan target indikator kinerja yang tidak tercapai, yaitu Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM (87,18%), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi (71,47%), dan Paten yang terimplementasikan (50%) (lihat Tabel 7). Hal ini karena dalam pelaksanaan tahun anggaran 2015, sebagian kegiatan penelitian mengalami keterlambatan pelaksanaan bahkan ada yang gagal terlaksana karena mengalami kegagalan bekerja sama dengan pihak terkait, proses perizinan dengan pihat terkait sulit sehingga pengambilan data terlambat dan tidak tercapainya target penerimaan. Untuk mendukung tercapainya indikator kinerja utama, pada tahun 2015 jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan oleh Puslitbang di Lingkungan Badan Litbang ESDM mencapai 125 kegiatan litbang (Lampiran 1). Kegiatan litbang ini awalnya berjumlah 120 kegiatan. Kemudian pada Triwulan II atau bulan keenam mengalami perubahan menjadi 125 kegiatan. Penambahan jumlah kegiatan litbang dilakukan sebagai optimasi dari output cadangan. Dari 125 kegiatan tersebut terdapat litbang unggulan sebagaimana juga dicantumkan dalam rencana aksi pada Renstra KESDM dan Renstra Badan Litbang ESDM tahun , yaitu sebagai berikut: a. Bidang Minyak dan Gas Bumi 1) Studi Bersama Intensifikasi Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan cadangan migas baru guna meningkatkan ketahanan energi nasional, melalui percepatan pengusahaan migas di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kegiatan eksplorasi migas KTI tahun 2015 difokuskan pada survei geologi, gayaberat, magnetik, MT dan AMT di daerah Atambua dan Mamberamo. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data geologi, gayaberat, magnetik, MT dan AMT sebagai dasar penentuan lokasi survei seismik dan studi G&G di kedua daerah tersebut. 16 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

36 Survei geologi, gayaberat, magnetik, MT dan AMT di daerah Atambua, NTT berhasil diselesaikan 100%. Survei geologi menemukan runtunan sedimen umur Tersier dan pra-tersier. Ditemukan sedimen syn-rift umur Permian untuk pertama kalinya, sehingga membuka peluang keberadaan petroleum system umur Paleozoic (Gambar 4a). Temuan ini didukung oleh hasil analisis palinologi yang memperlihatkan kemunculan palinomorf penciri umur Permian (Gambar 4b). (a) (b) Gambar 4. (a) Singkapan sedimen syn-rift umur Permian, (b) Palinomorf penciri umur Permian Hidrokarbon sudah terbentuk di daerah ini, terbukti dengan ditemukannya rembesan migas (Gambar 5). Gambar 5. Keberadaan rembesan migas dan hasil analisis geokimianya. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

37 Analisis geokimia menunjukan source rock berasal dari batuan pra-tersier. Sementara itu peta gayaberat regional hasil survei memperlihatkan cekungan semakin dalam ke arah selatan, menunjukkan potensi kitchen di bagian selatan (Gambar 6a). Di sisi lain, survei MT dan AMT menunjukan adanya sesar anjak duplex yang dipertimbangkan sebagai perangkap migas (Gambar 6b). (a) (b) Gambar 6. (a) Peta anomali gaya berat regional, (b) Penampang geologi berdasarkan data MT Sayangnya keberhasilan survei di Atambua, NTT tidak diikuti dengan hasil serupa di Mamberamo, Papua yang hanya mencapai sekitar 30% dari target. Hal ini terutama disebabkan oleh hambatan alam berupa surutnya sungai-sungai sebagai lintasan survei dan faktor keamanan yang sering timbul di bagian selatan lokasi penelitian. Pada umumnya survei terkonsentrasi di bagian utara dan timur daerah penelitian. Survei geologi hanya menemukan runtunan sedimen berumur Neogen (Gambar 7a). Dijumpai pula rembesan migas yang mengindikasikan keberadaan hidrokarbon (Gambar 7b). (a) (b) Gambar 7. (a) Singkapan sedimen umur Neogen, (b) Keberadaan rembesan migas 18 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

38 Dengan mengintegrasikan data sekunder hasil survei gayaberat oleh Badan Geologi, maka dibuatlah peta gayaberat daerah penelitian yang memperlihatkan adanya dalaman di bagian barat dan timur yang berpotensi sebagai kitchen (Gambar 8a dan Gambar 8b). Mengingat capaiannya yang rendah, maka tim merekomendasikan untuk melakukan survei sejenis tahun 2016 di daerah Mamberamo yang belum diakuisisi untuk melengkapi data tahun ini sehingga layak dijadikan dasar studi G&G. (a) (b) Gambar 8. (a) Peta gayaberat regional hasil survei, (b) Peta gayaberat regional hasil integrasi dengan data Badan Geologi. Berdasarkan capaian kegiatan Evaluasi Bersama Intensifikasi Migas di KTI tahun 2015, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: Hasil kegiatan tahun 2015 ini perlu ditindak lanjuti dengan studi geologi dan geosika daerah Atambua (NTT) dan Mamberamo (Papua) untuk mengevaluasi area prospek dan potensi migasnya; Perlu dilakukan survei seismik di daerah Atambua (NTT) sebagai data utama dalam melakukan evaluasi potensi migas sehingga layak untuk ditawarkan sebagai wilayah kerja migas baru; Mengingat capaiannya yang rendah, maka direkomendasikan untuk melakukan survei geologi, graviti, magnetik, magnetotelurik (MT) dan audio magnetotelurik (AMT) tahun 2016 di daerah Mamberamo yang belum diakuisisi untuk melengkapi data tahun ini sehingga layak dijadikan data dukung studi geologi dan geofisika. 2) Implementasi dan Penyusunan RSNI Konverter Kit untuk Perahu Nelayan Tujuan dari kegiatan implementasi ini adalah untuk memanfaatkan LPG sebagai bahan bakar pada perahu motor tempel nelayan kecil serta pembuatan alat konversi LPG khususnya konverter kit yang lebih aman dan tanpa merubah konstruksi dan spesifikasi mesin serta penyusunan RSNI tentang Konverter Kit LPG untuk perahu Nelayan kecil LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

39 Dari pengujian ulang di laboratorium terhadap setiap motor tempel dengan tambahan sistem peralatan, diperoleh kinerja yang secara rata-rata dengan kriteria konsumsi seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Motor Tempel Tipe MTH Hasil Pengujian dilaboratorium Terhadap Tingkat Konsumsi Motor Tempel Waktu Pengujian (menit) Konsumsi rata-rata (liter) Konsumsi Bahan Bakar (liter/jam) Bensin 88 30,19 0,093 0,1848 Penghematan (%) LPG 30,30 0,079 0, ,37% Motor Tempel Tipe MTY Bensin 88 30,63 0,086 0,1684 LPG 31,07 0,078 0, ,57% Motor Tempel Tipe MTK Bensin 88 30,24 0,09 0,1786 LPG 30,09 0,071 0, ,70% Dari hasil pengujian di Laboratorium, kegiatan selanjutnya adalah penyerahkan mesin perahu tempel yang telah dilengkapi dengan peralatan konversi LPG kepada nelayan di daerah Pekalongan, Jawa Tengah, Karang Asem, Bali (Gambar 9) dan Jatiluhur, Jawa Barat. Mesin tersebut saat ini telah terpasang pada perahu nelayan dan sedang dilakukan uji coba lapangan. Gambar 9. Penyerahan Mesin dan Konverter kit LPG Kepada Nelayan di Kabupaten Karang Asem-Bali. Pada kegiatan penyusunan RSNI telah dilakukan Rapat konsensus pembahasan RSNI2 Peralatan dan aksesoris LPG - Sistem propulsi LPG 20 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

40 untuk kapal dimana pada rapat tersebut wajib dihadiri oleh tenaga ahli standardisasi yang ditugaskan oleh BSN, minimal 2/3 anggota Komite Teknis dan semua pihak yang berkepentingan terwakili. Masukanmasukan yang didapatkan dari rapat konsensus telah ditindaklanjuti, hasilnya dinyatakan sebagai RSNI3 Peralatan dan aksesoris LPG - Sistem propulsi LPG untuk kapal dan telah diserahkan ke BSN untuk ditetapkan sebagai SNI. Hasil analisis pengujian di laboratorium dan uji coba di lapangan terhadap motor tempel dan yang sejenis pada perahu nelayan kecil menyatakan bahwa mesin tersebut dapat dikonversikan dari kondisi awal menggunakan bahan bakar minyak jenis bensin menjadi motor tempel yang menggunakan bahan bakar LPG, dengan sistem bi-fuel. Dengan sistem ini mesin dapat beroperasi baik menggunakan bahan bakar bensin atau LPG secara bergantian. Pembahasan RSNI Peralatan dan aksesoris LPG Sistem propulsi LPG untuk kapal telah menghasilkan RSNI3 Peralatan dan aksesoris LPG Sistem propulsi LPG untuk kapal. RSNI3 tersebut telah diserahkan ke BSN dan telah ditetapkan menjadi SNI. 3) Optimasi Pengujian Surfaktan LEMIGAS berbasis Bahan Nabati dengan Metode Injeksi Berpola Surfaktan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan produksi minyak dengan metoda EOR sampai saat ini masih didatangkan dari Cina dan Amerika, di mana hal ini mendorong LEMIGAS untuk melakukan penelitian dan pengembangan surfaktan berbasis MES (Metil Ester Sulfonat). Tujuan kegiatan adalah untuk mendapatkan formulasi surfaktan berbasis bahan nabati untuk injeksi kimia EOR yang memenuhi kriteria penyaringan pada skala laboratorium yang selanjutnya dapat diaplikasikan pada skala pilot dan komersial untuk lapangan Jirak. Selanjutnya, tersedianya surfaktan dari bahan terbarukan yang dapat diproduksi di dalam negeri yang mampu menaikkan produksi minyak melalui aplikasi teknologi pengurasan minyak tahap lanjut. Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan Pertamina dan LIPI. Pertamina sebagai pihak yang mengusahakan lapangan untuk memproduksikan minyak, mempunyai rencana pengembangan lapangan di wilayah kerjanya untuk menaikkan produksi. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

41 Berdasarkan hasil screening ada beberapa lapangan yang akan ditingkatkan/diaktifkan produksinya dengan injeksi kimia, di mana hasilnya terpilih reservoair lapangan X untuk dibuatkan formula surfaktan. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh LEMIGAS dan LIPI untuk mengembangkan formula surfaktan reservoir lapangan X, sehingga bisa dimanfaatkan oleh Pertamina. Gambar 10. Kompatibilitas Larutan Oleat Nacl + Na2co3 + Aquabidest Pembuatan formula surfaktan yang dikembangkan pada tahun 2015 dilakukan mulai dari Tahap I hingga Tahap VI dengan komposisi seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi formula surfaktan yang sudah di kembangkan Tahap Formula Surfaktan Surfaktan Kosurfaktan Pelarut Aditif Jenis Air I OLEIN Olein OLEAT Oleat Ko-surfaktan PDO PDO MPE Oleat PDO EGBE 1.AF 2.WTIP 1.AF 2.WTIP 1.AQ 2.AF 3.AQ + NaCl 4.AQ + NaCl + Na2CO3 5.WTIP 6.WTIP + NaCl 7.WTIP + Na2CO3 1.AF 2.WTIP 22 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

42 Tahap Formula Surfaktan Surfaktan Kosurfaktan Pelarut Aditif Jenis Air II MPK Oleat PDO Kation III MP Oleat PDO SDS MT Oleat PDO SDS IV s.d VI MPT Oleat PDO Tergitol SDS 3.AF + NaCl 4.WTIP + NaCl 5.AQ + NaCl + Na2CO3 1.WTIP 2.WTIP + EGBE 1.AQ + SDS 2.AQ + NaCl + SDS 1.AQ + SDS 2.AQ + NaCl + SDS 1.AQ + NaCl + SDS 2.AQ + NaCl + EGBE 3.WTIP 4.WTIP + Na2CO3 + SDS + IPA 5.WTIP + SDS + HEKSANA 6.AQ + NaCl + Na2CO3 + SDS 7.AQ + NaCl + Na2CO3 + SDS + IPA 8.AQ + NaCl + Na2CO3 + SDS + Etanol 9.AF 10. AF + Na2CO3 + SDS 11. AF + SDS + IPA Catatan: Pada tahap IV: Menggunakan PDO 1 Pada tahap V: Menggunakan PDO 2 Ada tahap VI: Menggunakan PDO 3 (pengulangan formula surfaktan IFT 10-3 dyne/cm tetapi belum compatible) Formula surfaktan yang dihasilkan pada tahap I sampai V belum memenuhi kriteria baik nilai IFT (10-3 dyne/cm), kompatibilitas, filtrasi, maupun phase behaviournya sehingga terus dikembangkan di Tahap VI. Pada tahap VI, formula surfaktan yang menjadi kandidat untuk dikembangkan adalah 0,1% MPT 213 yang dilarutkan dengan AF dan WTIP. Formula tersebut kompatibel dan stabil selama 1 minggu. Kemudian dikembangkan juga MPT 313 yang dilarutkan dengan AF dan WTIP dan hasilnya kompatibel selama 1 hari. Pada formula tersebut telah diuji coba dengan menambahkan aditif LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

43 oktanol dan dekanol untuk mendapatkan surfaktan yang tahan terhadap suhu reservoir. Selain membuat formula, dilakukan juga survei Lapangan Jirak untuk uji coba surfaktan. Lapangan Jirak memiliki reservoir target pada formasi talang akar yaitu pada lapisan 1 st, 2 nd dan 3 rd, memiliki litologi Sandstone yang cukup clean, cocok untuk implementasi Kimia EOR. Dengan menggunakan skoring aspek G&G dan Reservoir, Pattern 23 lapisan 1 st merupakan kandidat terbaik untuk injeksi kimia-eor. Selain itu dari hasil analisis heterogenitas reservoir juga menunjukkan bahwa Pattern 23-1 st memiliki heterogenitas yang cukup rendah. Hasil simulasi skala core menunjukkan adanya pengaruh yang cukup signifikan antara besarnya IFT dan komponen fluida injeksi terhadap kenaikan perolehan minyak. 4) Kerekayasaan Peralatan Loading Ramp dan Substructure untuk Rig CBM Unit Rig CBM untuk mendukung kegiatan operasi pemboran sumur CBM telah dibangun oleh LEMIGAS. Untuk keperluan operasionalnya masih diperlukan beberapa peralatan untuk mendukungnya. Potensi CBM di Indonesia berada pada lapisan yang cukup dalam dan sering dijumpai poket-poket gas di atas lapisan CBM, maka dalam setiap pelaksanaan pemboran sumur CBM harus tetap menggunakan peralatan pencegah sembur liar atau sering disebut dengan Blow Out Preventer (BOP). Untuk dapat mengakomodir penggunaan BOP tersebut maka diperlukan elevasi ketinggian unit rig minimal setinggi 4,5 meter. Selain itu elevasi ketinggian diperlukan juga agar sirkulasi lumpur yang keluar dari lubang sumur dapat masuk ke dalam shale shecker di atas tangki lumpur. Untuk keperluan tersebut maka diperlukan unit tambahan pada unit Rig CBM yang sudah dibangun. Untuk menaikan peralatan Rig CBM diperlukan unit Loading Ramp sedangkan untuk tempat bekerjanya personil pemboran diperlukan unit substructure. Kegiatan penelitian kerekayasaan peralatan loading ramp dan substructure untuk Rig CBM telah dibangun dengan menghasilkan desain baru untuk sistem pengangkatan unit Rig CBM, yang diyakini memiliki keamanan, kemudahan serta momen pengangkatan yang lebih efisien. Penelitian ini juga menghasilkan Unit Peralatan Loading Ramp dan Substruktur yang terintegrasi dan spesifik untuk Rig CBM LEMIGAS. Peralatan Loading Ramp yang dibangun dilengkapi dengan 4 unit piston yang dioperasikan dengan menggunakan peralatan powerpeck yang digerakkan oleh motor yang memiliki kemampuan angkat hingga 50 ton, 24 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

44 sehingga mampu untuk mengangkat unit Rig CBM. Selain itu untuk keamanan bagi personil yang melakukan pemeliharan peralatan rig selama operasi pemboran berlangsung peralatan ini dilengkapi dengan landasan pijakan kaki yang cukup bagi personil untuk jalan dan pagar disekelilingnya. Unit Peralatan Loading ram akan terangkat sejajar dengan unit substructur setinggi kurang lebih 4,5 meter yang dilengkapi pengait antara keduanya agar ketika opersi pemboran berlangsung tidak terjadi pergeseran. Peralatan substructurenya sendiri memiliki kekuatan lebih dari 60 ton yang bisa menopang beban dari menara rig dan peralatan pipa pemboran. Pada kegiatan ini juga dilakukan penggantian terhadap meja kerja Rig CBM (Gambar 11) yang tadinya hanya dapat mengakomodir untuk casing 7 inch menjadi bida mengakomodir untuk casing dengan ukuran 13 5/8 inch karena ada perubahan pada lubang meja kerja rig. Meja kerja yang baru juga memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan meja kerja yang lama dan dapat ditempatkan slip dengan berbagai ukuran untuk menggantung casing maupun pipa pemboran. Dengan dimilikinya peralatan loading ramp dan substruktur maka Rig CBM dapat dioperasikan seperti Rig Migas dan dapat dikerjasamakan dengan perusahaan jasa servis pemboran untuk melengkapi peralatan yang belum dimiliki. Gambar 11. Meja Kerja Rig CBM yang Telah Terpasang pada Unit Rig CBM LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

45 Gambar 12. Desain dan Peralatan Loading Ramp Gambar 13. Desain Substructure untuk Rig CBM b. Bidang Mineral dan Batubara 1) Implementasi Pengembangan Gasifier Batubara di IKM untuk Peleburan Alumunium dan Industri yang Menggunakan Boiler Kegiatan pengembangan gasifier mini (GasMin) batubara merupakan kegiatan yang berawal dari pilot plant yang disiapkan untuk diimplementasikan di masyarakat. Pada tahun 2014 pengembangan gasifier terfokus pada pemanfaatan gas internal untuk genset 8-10 kw dan persiapan implementasi pada IKM. Pada tahun 2015 hasil litbang GasMin diimplementasikan pada IKM peleburan alumunium dan industri makanan yang menggunakan boiler sebagai laboratorium lapangan dan studi untuk mempersiapkan industri berbasis GasMin di DIY. 26 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

46 Persiapan dan implementasi gasifier dilakukan di Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 14. Setting instalasi GasMIN di Palimanan Komisioning dan uji coba GasMin di tiga IKM/UMKM terpilih di DIY meliputi: IKM/UMKM peleburan aluminium di Jl. Keranon UH 6 Sorogenen Sorosutan, Kota Yogyakarta. GasMin telah berhasil melelehkan aluminium dengan laju umpan batubara rata-rata 145 kg/10 jam laju optimumnya pada laju 12 kg/jam. Proses produksi 10 jam dengan ratarata paleburan aluminium 135 kg. Laju suhu di dalam kantung api 800 o C o C. Jika dibandingkan dengan menggunakan solar dalam waktu operasi dan jumlah aluminium yang sama, akan menghabiskan 35 liter solar. Hal ini berarti telah mampu menghemat biaya energi 33,33% dari bahan bakar solar subsidi. Gambar 15. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM peleburan aluminium IKM/UMKM minyak atsiri di Desa Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Gasmin telah berhasil memproduksi minyak atsiri dengan nilai eugenol dan densitas sesuai SNI. Hasil proses penyulingan minyak atsiri di dalam LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

47 ketel penyulingan kapasitas 300 kg dengan rendemen 2% - 2,5%; densitas 1,02 g/ml g/ml ( SNI: 1,025 1,06 g/ml ); nilai Eugenol (kandungan minyak atsiri) : 77% - 79% ( SNI: minimal 78%). Laju ratarata umpan batubara per jam : 14,5 kg atau 87 kg/6 jam, maka setiap kg daun cengkeh membutuhkan biaya energi Rp. 609,-. Gambar 16. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM minyak atsiri IKM/UMKM tahu di Desa Srandakan Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Gasmin telah berhasil memproduksi tahu dengan kualitas lebih baik berdasarkan indikator perbandingan waktu proses pembusukan dan berhasil menghemat biaya energi sebesar 74,5% dibandingkan dengan menggunakan biomassa. Bahan bakar batubara yang dikonsumsi selama 10 jam proses hanya menghabiskan 75 kg atau 7,5 kg/jam. Rentang suhu di dalam kantung api boiler antar 996 o C 1157 o C dan tekanan 2-3 bar. Dengan 75 kg batubara dapat memproduksi tahu dari bahan baku 300 kg kedelai sedangkan menggunakan biomassa diperlukan kg biomassa. Perbandingan biaya energi, GasMin dapat menghemat 74% biaya energi. Gambar 17. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM tahu 28 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

48 2) Pengembangan Aplikasi Teknologi Undeground Coal Gasification (UCG) Di Indonesia Tahap II Kegiatan penelitian pengembangan aplikasi teknologi underground coal gasification (UCG) di Indonesia Tahap II dilakukan untuk menilai tantangan atau hambatan teknologi yang spesifik dalam pengembangan UCG lebih lanjut khususnya untuk pembangkit listrik yang menggunakan turbin gas. Namun ujicoba pembakaran batubara bawah tanah secara insitu masih belum dapat dilaksanakan pada tahun 2015 karena harus menunggu hasil dan penelitian model pembakaran UCG artificial. Dari hasil pemboran yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu pada tahun 2014 di enam titik pemboran (UCG-1, UCG-1B, UCG-1C, UCG-2, UCG-2A, dan UCG-2C) dan pada tahun 2015 di enam titik pemboran (UCG-07, UCG- 08, UCG-09, UCG10, UCG-11 dan UCG-12) yang dilakukan dengan sistem coring dan non coring menunjukkan bahwa secara umum kondisi perlapisan batuan dan batubara relatif normal. Namun demikian di UCG-08 tidak ditemukan kemenerusan lapisan batubara seam D yang menjadi target penelitian. Gambar 18. Posisi titik-titik pemboran Variasi ketebalan seam D dari 8,60 m sampai dengan 9,44 m, dengan diselingi batuan di atasnya berupa batulempung sekitar 10 m. di atasnya lagi muncul batubara lapisan DU dengan ketebalan antara 0,80 m sampai 1,10 m, dan baru ada lapisan batubara lagi di atas lapisan DU ini dengan interval sekitar lebih dari 30 meteran dengan batuan pengapit adalah batulempung, batulempung lanauan sekitar 14 m. Namun demikian patut LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

49 diwaspadai adanya batupasir halus (seperti di titik UCG-2) yang sangat mengganggu dalam proses pemboran. Prediksi hilangnya lapisan batubara pada titik bor UCG-08 diperkirakan oleh para geologist sebagai fenomena washout, yaitu hilangnya lapisan batubara akibat terjadi erosi pada saat proses pembentukannya. Hal ini dimungkinkan karena lapisan bawah batubara terdiri dari batupasir lepas yang berpotensi mengalami erosi membawa lapisan batubara di atasnya. Lapisan batubara yang berpotensi untuk penelitian dan pembuatan pilot plant UCG, yaitu pada kedalaman antara meter, dengan ketebalan batubara berkisar antara 6,0-10,5 meter. Adapun batuan pengapitnya bagian atas adalah jenis batulempung (akuiklud) dengan ketebalan sekitar 12,35 meter, batupasir lempungan (akuitar) dengan ketebalan 7,5 meter dan ada juga lapisan batupasir (akuifer) dengan tebal 0,18 meter. Sedangkan lapisan bagian bawahnya umumnya didominasi oleh jenis batulempung (akuiklud) dengan ketebalan 8,50 meter. Dari hasil pengamatan selama uji simulasi pembakaran UCG beberapa kendala yang harus diperbaiki pada kegiatan berikutnya adalah kebocoran pada gasifier, sehingga batubara sulit untuk dimatikan, bak pendingin (cooler) tidak mampu meredam panas dari hasil pembakaran dibawah 40 C sehingga dapat merusak pompa sirkulasi. Thermocouple 1, 2, dan 3 tidak dapat mendeteksi adanya berubahan temperatur karena sumbu sensor hasil modifikasi tidak berada pada titik api dan tabung cyclone terbakar pada saat pembakaran briket batubara mendekati lubang produksi. Dari kajian regulasi ada 12 rekomendasi yang diusulkan oleh yang akan dievaluasi sesuai dengan kemajuan penelitian teknis, rekomendasi tersebut, antara lain: persoalan energi nasional dan potensi energi dari UCG, litbang percepatan pengembangan teknologi gasifikasi batubara bawah tanah (UCG), keterkaitan pengembangan UCG dengan pengelolaan CBM di Indonesia, regulasi dan rezim pengusahaan UCG, regulasi tata niaga produk akhir UCG, Rezim EBTKE/Ketenagalistrikan dalam pemanfaatan akhir produk UCG, pengaturan lingkungan UCG yang ketat, keekonomian dan komersialisasi UCG, nilai tambah UCG dibanding produk pengolahan batubara lainya, keunggulan energi produk UCG dibanding sumber energi lainnya, rezim royalti pengusahaan UCG, dan dampak permasalahan lahan CBM. 30 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

50 Gambar 19. Peralatan simulasi Uji Pembakaran, kegiatan UCG Di Palimanan Cirebon. 3) Aplikasi Pembakar Siklon Pada Boiler PLTU Kapasitas 20 MW Pada tahun 2012 telah dibuat tungku pembakar batubara model siklon vertikal yang dapat digunakan pada berbagai UKM dan uji coba pembakaran batubara tepung dari campuran batubara tepung dengan kayu serbuk gergaji. Pada tahun , dilakukan pengembangan penelitian aplikasi pembakar siklon kapasitas 6 ton/jam rendah emisi partikulat untuk boiler PLTU 20 MW, sedangkan untuk tahun 2015 dilakukan aplikasi pembakar siklon dengan peningkatan kapasitas 12 ton/jam pada boiler PLTU kapasitas 20 MW. Penerapan teknologi pembakar siklon pada boiler PLTU 20 MW diaplikasikan di pabrik kertas PT. Kertas Leces, Probolinggo, Jawa Timur, sedangkan ujicoba parameter pembakaran batubara dilakukan di Palimanan, Cirebon. Dengan adanya kendala yang dihadapi, tim aplikasi pembakar siklon pada boiler PLTU di PT. Kertas Leces, pada 2015 tidak bisa melakukan kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga kegiatan hanya merupakan persiapan peralatan pendukung. Pada tahun 2016, PT Kertas Leces masih berharap untuk bisa melakukan kerja sama, tapi sampai akhir Desember 2015 belum ada kejelasan. Gambar 20. Pembakar siklon boiler PLTU Leces Gambar 21. Cerobong Pembakar siklon PLTU Leces LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

51 4) Pengembangan dan Penerapan Siklo Burner Batubara Pada Dapur Komunal dan IKM Menghasilkan teknologi pembakaran siklon batubara yang sesuai untuk dapur komunal dan IKM menggunakan energi co-firing (batubara serbuk gergaji) yang murah dan bersih. Puslitbangtek Mineral dan Batubara telah mengembangkan tungku siklo burner batubara skala kecil yang sesuai digunakan di dapur komunal. Tungku ini diharapkan menjadi alternatif pengganti LPG di masyarakat. Namun tungku ini masih perlu di ujicoba di tempat pengguna untuk mengetahui kesesuaian antara desain tungku dengan karakteristik penggunaan. Pada tahun 2015 tungku ini akan diterapkan di dapur komunal pesantren di Majalengka dan beberapa IKM di Cirebon. Hasil implementasi paten ini adalah sebagai berikut: Terbangunnya 6 unit pembakar siklon, yakni di Ponpes Mufidah Santi Asromo, Ponpes An-Nawawiyah, IKM Kecap (Kab. Majalengka), IKM Kerupuk, IKM Gula Batu dan IKM Sohun (Kab. Cirebon). Telah dilakukan komisioning dengan hasil efisiensi energinya lebih besar, pemanasannya lebih cepat, dan lingkungan pabrik lebih bersih dibanding dengan pemakaian bahan bakar kayu bakar. Suhu dapat mencapai o C. Gambar 22. Pembakar siklon di ponpes An Nawawiyah Gambar 23. Pembakar siklon di IKM Kerupuk Gambar 24. Pembakar siklon di IKM Gula batu Gambar 25. Pembakar siklon di IKM Sohun 32 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

52 c. Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi 1) Penelitian dan Pengembangan Biodiesel Kemiri Sunan dan Alga Tujuan kegiatan ini antara lain membangun proyek percontohan bahan bakar nabati yang berbasis kemiri sunan dan shorgum mulai dari perkebunan sampai dengan unit produksi/proses biodiesel dan bioethanol, mengkaji berbagai faktor yang diperlukan dalam mengembangkan industri bahan bakar nabati di DIY dari mulai sisi hulu sampai dengan sisi hillir, dan merumuskan saran langkah-langkah pengembangan industri bahan bakar nabati beserta kebijakan dan instrumen kebijakannya yang disusun dalam roadmap pengembangan industri bahan bakar nabati yang berbasis kemiri sunan dan shorgum di DIY. Target kegiatan ini adalah terwujudnya pilot project kebun energi, terwujudnya sistem produkssi biodiesel mobile dan bioethanol, dan tersediaya kajian pengembangan industri BBN di DIY. Sasaran kegiatan ini adalah penganekaragaman/diversifikasi sumber bahan baku pengembangan Bahan Bakar Nabati. Metodologi kegiatan dilaksanakan dengan studi literatur, rakor, sosialisasi pembentukan tim swakelola perancangan teknis (DED lab mobile) pembuatan kebun energi kajian pengembangan industri BBN uji kinerja/komisioning. Dalam kegiatan ini telah dibentuk tim teknis kerja sama swakelola tipe I, yang terdiri atas tim teknis DED Mobile, yaitu Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, BRDST BPPT, dan LEMIGAS, serta tim teknis Kebun Energi yang terdiri atas Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, UPN Veteran Yogyakarta, Pemda DIY, dan Go Green. Penanaman pohon kemiri sunan dilakukan kebun energi yang berlokasi di dukuh Gunung Kelir, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Area percontohan seluas 6,8 Ha dan dapat dimanfaatkan sekitar 3,6 ha. Pada 3,6 Ha area tersebut telah ditanam 900 pohon kemiri sunan yang ditumpangsarikan dengan sorghum pada area seluas 2000 m 2. Kegiatan perancangan teknis (DED) biodiesel mobile telah menghasilkan desain unit proses utama kapasitas 500 liter/hari. DED tersebut terdiri atas unit pre-treatment, unit proses utama, dan unit utilitas. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

53 Gambar 26. Peta Kontur Kebun Energi Gambar 27. Penyiapan Lahan, Penanaman dan Perawatan Tanaman 34 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

54 2) Pengembangan Energi untuk Kegiatan Produktif di Pulau-Pulau Terluar Tujuan kegiatan adalah tercapainya pemakaian energi baru terbarukan untuk ekonomi produktif yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat serta meningkatnya rasio elektrifikasi di Pulau Terluar. Sasaran Kegiatan ini adalah pengembangan model percontohan pengembangan energi untuk kegiatan produktif di pulau enggano sebagai perwujudan pelaksanaan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulaupulau Kecil. Hasil kegiatan ini adalah 1) Konsep Contoh PLTS kwh/hari di Enggano untuk Kegiatan Ekonomi Produktif Gambar 28. Konsep Contoh PLTS kwh/hari 2) Konsep Kawasan PLTS 100 KWp + PLTS 5 MWp di Enggano untuk Kegiatan Ekonomi Produktif Gambar 29. Konsep Kawasan PLTS 100 KWp + PLTS 5 MWp LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

55 3) Pilot System Configuration Gambar 30. Pilot System Configuration Kegiatan pengembangan PLT8 untuk mendukung kegiatan pengembangan Ekonomi Produktif di Pulau Terluar seperti di Pulau Enggano, memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga harga pokok penjualan Iistrik yang diperoleh masih sangat tinggi yaitu Rp ,-/kWh, sedangkan kemampuan atau daya beli UKM tepung pisang dan pabrik es sangat rendah, sehingga hal ini menjadi tanda tanya besar bagi investor yang akan berinvestasi di Pulau Enggano. 3) Penelitian dan Pengembangan Sistem Smart Microgrids Pada Teknologi Pembangkit Energi Baru Terbarukan Tujuan kegiatan adalah sebagai dasar dalam merancang pengintegrasian sistem pembangkit listrik yang tepat guna, optimal dan efisien bersumber pada energi terbarukan yaitu matahari, air, angin, biodiesel, dan atau energi terbarukan lainnya dan membangun sistem kontrol strategi yang cerdas dan handal dalam sistem kelistrikan Smart Microgrid yang terisolasi (isolated mode) dari jaringan listrik PLN. Karena masalah krusial dari konsep ini adalah pada proses pengendalian beberapa macam pembangkit dalam memasok berbagai beban. Sehingga diharapkan hubungan antara supply dan demand menjadi seimbang dan terjamin. Sasaran kegiatan ini adalah model Smart Microgrid yang telah dibuat dan diuji kinerjanya akan dijadikan acuan/model untuk perancangan Smart Microgrid di daerahdaerah lainnya yang mempunyai potensi energi baru terbarukan dan mempunyai rasio elektrifikasi yang masih rendah. Untuk Pilot Project Smart 36 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

56 Microgrid di Universitas Udayana Bali, sasaran kegiatan tahun ini adalah melakukan studi kelayakan dan pengukuran data potensi dan beban di lokasi tersebut. Studi Kelayakan Pilot Project Sistem Smart Microgrid di Universitas Udayana telah dilakukan dan pilot project sistem smart microgrid akan dibangun di Gedung Laboratorium Teknik Elektro (Gedung DI). Koordinat lokasi gedung DI adalah 08º47 45,3 LS 115º10 26 BT. Rancangan Pilot Project Sistem Smart Microgrid Universitas Udayana yang akan dibangun terdiri dari 25 kwp PLTS, 5 kwp PLTB, Baterai dan Genset/Grid. Sumber utama energi listrik yang akan digunakan untuk memasok beban adalah dari PLTS, PLTB, dan Batrai, sedangkan genset/grid digunakan sebagai back-up jika energi dari ketiga komponen utama tersebut tidak mencukupi. Data pengukuran EBT di UNUD menunjukkan Wind Speed rata-rata = 2,4 m/s max = 7,3 m/s, Solar Radiation Wh/m 2 /d. Pengukuran beban UNUD menunjukkan rata-rata beban harian 260 kwh/d dan Peak Load = 24 kw. Gambar 31. Rancangan Pilot Project Sistem Smart Microgrid Universitas Udayana. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

57 d. Bidang Geologi Kelautan 1) Pemetaan Geologi dan Geofisika bersistem Lembar Peta 2815 dan 2816 Perairan Waigeo Papua Barat Kegiatan pemetaan geologi dan geofisika dilaksanakan untuk menginventarisasi data geologi dan geofisika melalui survei dan pemetaan di Perairan Waigeo, Papua Barat. Ketersedian data ini selanjutnya dapat digunakan untuk mendukung analisis dan interpretasi sumber daya geologi serta memberikan informasi optimal mengenai gambaran tatanan geologi permukaan dan bawah permukaan dasar laut. Tujuan pemetaan untuk memperoleh data geologi dan geofisika yang disajikan dalam bentuk peta berskala 1 : , yaitu Peta Lintasan Survei, Peta Kedalaman Laut (Batimetri), Peta Intensitas Magnet Total, Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut dan Atlas Penampang Rekaman Seismik. Pemetaan Geologi dan Geofisika Bersistem Lembar Peta 2815 dan 2816 Perairan Waigeo, Papua Barat skala 1 : , terletak pada koordinat 1 00 Lintang Utara Lintang Selatan dan Bujur Timur, meliputi wilayah perairan bagian utara, timur dan selatan P. Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Pola kontur kedalaman laut mempunyai morfologi yang terjal hanya sebagian kecil di utara area pemetaan dan bagian selat dampier yang mempunyai morfologi yang landai. Morfologi terjal berasosiasi dengan batas pertemuan antara island-terrane Pulau Waigeo maupun Kepulauan Ayu dengan Samudera Pasifik. Batas kontak antara island terrane dengan Samudera Pasifik dalam anomali magnet dindikasikan oleh batas anomali tinggi dan rendah(warna hijau ke kuning). Sekuen seismik di utara Pulau Waigeo memiliki kesamaan dengan yang ada di Kepulauan Ayu, Sekuen seismik di zona Abyssal Plain di sekitar Kepulauan Ayu memiliki karakter reflektor dengan kontinyuitas tinggi sementara pada area jauh dari dataran lebih berpola transparan. Zona deformasi dari sesar Sorong teridentifikasi pada Selat Dampier dan pada anomali magnet ditandai dengan pola anomali memanjang searah Selat Dampier. Korelasi sekuen seismik dengan di daratan Pulau Waigeo dan sekitarnya relatif sulit dilakukan korelasi dengan berdasarkan aktifitas tektonik dari masing-masing sekuenpun relatif sulit dilakukan mengingat penetrasi dan resolusi seismik yang belum optimal.waigeo trough memanjang mulai 38 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

58 perairan tenggara Pulau Waigeo sampai barat laut dan menghilang di selatan Kepulauan Ayu. Sedimen permukaan dasar laut di lembar pemetaan didominasi oleh fraksi halus, lempung-lanau. Klasifikasi tekstur sedimen permukaan dasar laut dibagi menjadi tiga yang meliputi; lanau, lanau pasiran dan Pasir sedikit kerikilan. 2) Pemetaan Geologi dan Geofisika bersistem Lembar Peta 2715 dan 2716 Perairan Barat Waigeo Papua Barat Pemetaan Geologi dan Geofisika kelautan di perairan Barat Waigeo, Papua Barat dengan skala 1 : , terletak di antara busur kepulauan Waigeo dan Halmahera yang berhubungan dengan Samudera Pasifik di utara. Tujuan pemetaan adalah untuk menginventarisasi dan memetakan aspekaspek geologi secara bersistem. Hasil pemetaan menunjukkan kedalaman laut bervariasi antara meter, dengan morfologi landai hingga curam/terjal terutama di bagian timur laut ke arah perairan Samudera Pasifik. Analisis terhadap contoh sedimen menunjukkan sedimen permukaan permukaan di daerah pemetaan umumnya ditutupi oleh sedimen fraksi halus hingga sedang mulai lanau hingga pasir kerikilan. Analisis terhadap data geomagnet laut menunjukkan adanya kelurusan struktur daerah Waigeo berarah barat laut tenggara di bagian utara, sedangkan di bagian selatan cenderung berarah barat timur. Hasil interpretasi terhadap salah satu rekaman seismik memperlihatkan intensifnya pengaruh pergerakan zona patahan Sorong (Sorong Fault Zone) terhadap pembentukan cekungan-cekungan sedimentasi (Berau, Selawati, Batanta Selatan). Secara umum sekuen batuan sedimen dapat dibagi empat sekuen, yaitu sekuen terbawah adalah Pre extension sediments (Lower Early Miocene Upper Late Miocene), sekuen kedua adalah syn extension sediment berumur Upper Late Miocene Early Pliocene, sekuen ketiga adalah post extension sediments berumur Late Pliocene Early Pleistocene, dan sekuen keempat adalah Syn Inversion Sediments berumur Late Pleistocene Recent. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

59 Gambar 32. Peta Anomali Magnet Lembar Peta daerah Perairan Barat Waigeo, papua Barat 3) Rekomendasi Kebijakan untuk Mendukung Penyiapan Data Wilayah Kerja Migas di Perairan Wokam Aru Utara, Papua Barat: (Data Utama Hasil Penelitian KR. Geomarin III 2014) Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengkaji lebih lanjut data seismik hasil survei dan diintegrasikan dengan data seismik dan sumur pemboran dari instansi lainnya melalui metode pemrosesan lanjut. Sasarannya adalah memperoleh hasil pemrosesan lanjut seismik, interpetrasi data seismik dan pemodelan geologi bawah permukaan sehingga dapat menentukan dan memetakan lokasi indikasi migas di Perairan Wokam Aru Utara Papua Barat. Lokasi daerah penelitian yaitu Perairan Papua Barat di bagian Selatan dan berbatasan dengan Kepulauan Aru bagian Utara dengan luas area km 2 atau panjang 215 km ke arah barat laut tenggara dan lebar 180 km arah timur laut barat daya. Lokasi survei pada Gambar LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

60 Gambar 33. Lokasi daerah kajian Perangkap hidrokarbon yang berkembang dominan graben half graben dan tilted fault serta keterdapatan sedimentasi onlaping yang membaji berpotensi sebagai perangkap stratigrafi. Hasil peta overlay peta kemagnetan dan Bottom Paleogen mengindikasikan 2 daerah lead hydrocarbon. 4) Penyusunan Basic Desain PLT Arus Laut Pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas utama pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu sumber daya alam yang dimaksudkan adalah pemanfaatan arus laut untuk diolah dan dikonversi menjadi Pembangkil Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL). Indonesia memiliki potensi arus laut yang menjanjikan di berbagai daerah terutama daerah selat antar pulau yang memiliki ciri khas arus yang lebih besar kecepatannya. Berdasarkan Peta Potensi Energi Laut di Indonesia, dimana arus laut memiliki kapasitas energi laut secara teoritis sebesar MW, secara teknis MW dan secara praktis MW. Salah satu potensi arus laut yang dapat digunakan menjadi PLTAL adalah Selat Toyapakeh di daerah antara Pulau Nusa Penida dan Pulau Nusa Lembongan di Bali. Di area selat Toyapakeh tersebut memiliki potensi kecepatan arus laut pada saat perbani atau bumi mati dengan kecepatan arus 2,46 m/detik dan saat purnama dapat mencapai 3,40 m/detik dengan durasi waktu berkisar antara jam per hari. Dengan melihat kondisi tersebut potensi energi arus laut di daerah selat Toyapakeh mampu untuk LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

61 diberdayakan dan dikonversi menjadi energi listrik dengan membangun unit PLTAL. Pada tahun 2015 telah dilakukan survei detil meliputi pengukuran arus, pasang surut, kecepatan angin dan batimetri di dua lokasi di area selat Toyapakeh untuk membantu proses perancangan desain dasar (Basic Design) PLTAL. Koordinat kedua lokasi tersebut adalah di lokasi 1 koordinat(s 08 o ; E 115 o ) dan lokasi 2 koordinat (S 08 o ; E 115 o ) yang terletak di pesisir daerah desa Ped. Pemilihan dua lokasi tersebut dengan mempertimbangkan aspek non teknis seperti peruntukan zona yang telah ditetapkan oleh Kawasan Konservasi Perairan (KKP) yang diijinkan untuk membangun infrastruktur yang permanen atau semi permanen yaitu di daerah Sub-Zona Pariwisata Bahari dan Sub-Zona Perikanan Tradisional untuk kegiatan yang boleh dilakukan dan faktor lain terkait dengan masalah pembangunan PLTAL meliputi aksesibilitas dan instalasi yang juga mempertimbangkan O&M (Operasional &Maintenance) untuk proses ke depanya. Pada Lokasi 2 lebih layak untuk dibangun PLTAL dibandingkan di lokasi 1 (lihat Gambar 34) yang memiliki skor secara teknik dan non teknik lebih unggul. Gambar 34. Zonasi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida (Kabupaten Klungkung, 2011) Untuk membangun PLTAL selain potensi yang terpilih dan terukur adalah pemilihan teknologi atau konseptual teknologi yang sesuai dengan kebutuhan di lokasi tersebut dengan mempertimbangkan tentang kemampuan teknologi atau pemilihan turbin untuk menangkap energi arus 42 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

62 laut, pemilihan struktur platform dan sistem tambat, proses instalasi yang mudah, keamanan baik dari segi kondisi operasional dan kondisi ekstrem atau badai serta pertimbangan sistem prosedur operasional dan pemeliharaan (O&M) yang handal. Uraian kegiatan ini memberi gambaran pemanfaat potensi energi arus laut hingga menghasilkan konseptual atau basic design untuk menjadi referensi awal pembangunan PLTAL. Penyusunan Basic Design PLT Arus Laut dilaksanakan kerja sama Puslitbang Geologi Kelautan dengan LPM -ITS, Surabaya melalui Kegiatan Swakelola oleh Instansi Pemerintahan lainnya, yang mencakup 12 output rancangan, yaitu: 1). Kajian Teknik dan Simulasi Rencana Perancangan Turbin PLT Arus Laut 2). Pengujian Model Sistem Turbin PLT Arus Laut Skala Laboratorium 3). Kajian Teknik Pemilihan Teknologi Sistem Transmisi Mekanik dan Elektrik PLT Arus Laut 4). Kajian Teknik Rencana Desain Sistem Pengendalian dan Monitoring PLTAL 5). Kajian Teknik Pemilihaan Model Supporting Struktur Platform Sistem Turbin PLT Arus Laut 6). Kajian Teknis Rencana Desain Instalasi Kabel Bawah Laut Sistem Penyimpanan dan Distribusi pada PLTAL 7). Kajian Teknis Tahapan-tahapan Assessment Kinerja PLT Arus Laut 8). Kajian Teknik dan Penyusunan Rencana Dokumen Prosedur Pemasangan (Commissioning) PLTAL 9). Rencana Strategi Pembuatan Dokumen Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Pembangunan dan Operasional PLT Arus Laut 10).Kajian Teknis dan Non Teknis Persiapan Proyek Pengembangan PLT Arus Laut 11).Pembuatan Konsep Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut 12).Kajian Teknik dan Simulasi Rencana Perancangan Turbin PLT Arus Laut. Dari kegiatan unggulan tersebut di atas, 11 (sebelas) di antaranya dimonitor oleh Unit Pengendali Kinerja (UPK) Kementerian ESDM. Kegiatan tersebut dimonitor di bulan kelima (B05), bulan keenam (B06), bulan kedelapan (B08), bulan kesepuluh (B10), dan bulan kedua belas (B12). Sebelas kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Studi Bersama Intensifikasi Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia 2) Optimasi Pengujian Surfaktan LEMIGAS berbasis Bahan Nabati dengan Metode Injeksi Berpola 3) Implementasi Pengembangan Gasifier Batubara di IKM untuk Peleburan Alumunium dan Industri yang Menggunakan Boiler LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

63 4) Pengembangan Aplikasi Teknologi Underground Coal Gasification (UCG) Di Indonesia Tahap II 5) Aplikasi Pembakar Siklon Pada Boiler PLTU Kapasitas 20 MW 6) Pembangunan Laboratorium dan Gedung Perkantoran Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi 7) Penelitian dan Pengembangan Biodiesel Kemiri Sunan dan Alga 8) Pengembangan Energi untuk Kegiatan Produktif di Pulau-Pulau Terluar 9) Pemetaan Geologi dan Geofisika bersistem Lembar Peta 2815 dan 2816 Perairan Waigeo Papua Barat dan 2716 Perairan Barat Waigeo Papua Barat 10)Penelitian Potensi Migas 11)Penyusunan DED Energi Arus Laut (PLTAL) Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan pada Penetapan Kinerja Tahun 2015 dijabarkan sesuai dengan urutan tujuan Strategis Badan Litbang ESDM 2015 berikut ini: a. Tujuan Pertama: Menyusun rumusan masukan dan evaluasi kebijakan di sektor ESDM - Sasaran 1: terwujudnya kontribusi dalam perumusan kebijakan sektor ESDM - Sasaran 2: terwujudnya kontribusi dalam evaluasi kebijakan sektor ESDM - Sasaran 3: terwujudnya kebijakan teknis kelitbangan Bidang ESDM Ketiga sasaran tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang, yaitu Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM berupa Usulan Masukan/Rekomendasi kebijakan/regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI). Indikator Kinerja Capaian Satuan Target Realisasi % Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM Masukan/ rekomendasi kebijakan ,74 Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM Kegiatan yang terkait dalam masukan/rekomendasi kebijakan merupakan kegiatan yang hasilnya berupa data dan informasi yang dapat mendukung dan menjadi masukan/rekomendasi kebijakan bagi Kementerian ESDM. Capaian untuk IKU ini adalah 89,74% atau berjumlah 35 dari target LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

64 1. Bidang Minyak dan Gas Bumi Bidang Minyak dan Gas Bumi pada tahun 2015 melaksanakan 19 kegiatan yang menghasilkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai pendukung bagi usulan masukan/rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Percepatan Pengembangan Industri Gas Metana Batubara b. Evaluasi bersama intensifikasi eksplorasi migas di kawasan timur Indonesia; c. Evaluasi Bersama Kaji Ulang Wilayah Kerja (WK) Migas Kaji ulang Wilayah Kerja (WK) migas Blok Tomini Bay I Kaji ulang Wilayah Kerja (WK) migas Blok Gorontalo Kaji ulang Wilayah Kerja (WK) migas Blok West Misool Kaji ulang Wilayah Kerja (WK) migas Blok SE Mandar d. Pemetaan shale gas play di daratan Indonesia: Cekungan Mature Sumatra Selatan (sub -Cekungan Palembang Utara dan Jambi); e. Optimasi Investasi Kilang BBM dan Petrokimia f. Kajian inventarisasi gas metana di lapangan migas Indonesia sebagai bagian dari global methane Initiative (GMI) lanjutan g. Evaluasi Bersama Percepatan Konversi BBM ke BBG untuk Kendaraan Dinas Kementerian/Lembaga Wilayah Jawa dan Bali h. Kajian Potensi Industri LNG Tangguh dalam Rangka Membangun Papua i. Kajian keekonomian pengembangan tabung ANG untuk rumah tangga j. Kajian keekonomian pengembangan mini airgun untuk kegiatan eksplorasi migas k. Studi pemetaan rembesan migas di daerah timor, Indonesia timur; l. Metoda alternatif penentuan porositas reservoir shale gas menggunakan teknologi microtomography dan electrical capacitance volume tomography; m. Evaluasi produksi lapangan eksisting dan inventarisasi data cadangan migas Indonesia 01 Januari 2015; n. Pemanfaatan gas CO 2 untuk meningkatkan produktivitas mikroalga air laut sebagai bahan dasar biofuel; o. Pemanfaatan DME sebagai bahan bakar di sektor transportasi, industri, dan rumah tangga; p. Aplikasi bahan bakar nabati (BBN) sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) di sektor industri; q. Studi penelitian kebutuhan angka oktan kendaraan bermotor mesin bensin di Indonesia; r. Studi aplikasi bensin RON 90 pada kendaraan bermotor di Indonesia; s. Kajian keekonomian litbang migas. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

65 Rincian hasil beberapa kegiatan berupa data dan informasi untuk mendukung usulan masukan/rekomendasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Percepatan Pengembangan Industri Gas Metana Batubara Pengembangan dan pengelolaan GMB sangat berbeda dibandingkan dengan gas konvensional. Jumlah gas yang terproduksi dari lapangan GMB akan sedikit di awal sedangkan air yang terproduksi akan banyak. Produksi gas akan meningkat seiring dengan turunnya produksi air dan tekanan dalam batubara. Jika dibandingkan dengan gas konvensional laju produksi satu sumur GMB jauh lebih kecil, sehingga akan diperlukan banyak sumur untuk pengembangannya. Secara teknis, kondisi GMB di Indonesia tidak dapat dibandingkan dengan area GMB yang sangat bagus di Australia dan Amerika. Kandungan gas dari batubara di Indonesia lebih rendah demikian juga permeabilitasnya. Hal ini berarti bahwa semua sumur GMB di Indonesia akan memerlukan perekahan formasi atau metoda stimulasi produksi yang lain untuk menghasilkan jumlah gas yang sama yang juga berarti biayanya akan lebih mahal. Banyaknya sumur GMB yang diperlukan pada awal masa produksi, diperlukannya perekahan formasi ataupun metoda stimulasi produksi lainnya serta kecilnya laju produksi seperti pada umumnya sumur GMB akan membutuhkan investasi awal yang besar menjadikan GMB sebagai industri yang marginal. Oleh sebab itu, rezim kontrak PSC minyak dan gas konvensional tidak tepat untuk diterapkan di dalam industri GMB. Di samping itu, rumitnya perizinan, masalah regulasi serta penerapan rezim Production Sharing Contract (PSC) yang lazim dipergunakan dalam pengelolaan gas bumi konvensional tidak memberikan keyakinan bahwa pengembangan GMB di Indonesia dapat dilakukan secara komersial bahkan sebagai industri yang marginal. Hal ini telah menciptakan sentimen investasi negatif terhadap industri GMB di Indonesia yang sudah mencapai pada titik terendah yang ditandai dengan hengkangnya beberapa perusahaan multinasional dari industri GMB di Indonesia, seperti ExxonMobil, BP, Total E&P dan Santos. Badan Litbang ESDM bersama dengan Indonesia Petroleum Association (IPA), Ikatan Ahli Teknik Minyak Indonesia (IATMI) dan stakeholder GMB lainnya telah membentuk Kelompok Kerja GMB untuk melakukan kajian yang didukung dengan beberapa tahap Focused Group Discussion (FGD) yang melibatkan SKK Migas, Ditjen Migas, para akademisi serta ahli independen untuk memetakan permasalahan pengembangan GMB di Indonesia serta memberikan rekomendasi solusinya. Hasil kajian dan FGD di atas serta belajar dari keberhasilan yang diraih oleh negara- negara lain, seperti Amerika, Australia dan China, yang dilakukan oleh Kelompok Kerja GMB bersama Badan 46 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

66 Litbang ESDM menunjukkan bahwa penerapan rezim kontrak Sliding Scale Gross PSC serta perbaikan terhadap beberapa kebijakan, percepatan proses perizinan dan perbaikan regulasi ternyata mampu memberikan keekonomian yang cukup baik bagi industri GMB untuk meneruskan investasinya. Oleh karena itu, kajian ini merekomendasikan penerapan rezim kontrak Sliding Scale Gross PSC untuk menggantikan rezim kontrak yang diterapkan untuk GMB pada saat ini. Di dalam rezim kontrak yang diusulkan ini, penerimaan pemerintah berupa pajak dan bagian (share) pemerintah yang merupakan prosentase langsung dari pendapatan kotor (gross revenue) serta tidak diberlakukannya FTP (First Tranche Petroleum). Di samping untuk percepatan pengembangan industri GMB di Indonesia, penerapan rezim kontrak Sliding Scale Gross PSC bertujuan untuk menghilangkan risiko biaya bagi pemerintah karena biaya sepenuhnya akan ditanggung oleh kontraktor GMB dan merupakan bagian dari share kontraktor, menjamin penerimaan pemerintah karena share pemerintah langsung diambil dari pendapatan kotor tanpa dikurangi biaya, serta memastikan kepemilikan sumber daya, asset dan fasilitas tetap ada pada pemerintah. Kendali terhadap sumber daya dan pengelolaan didalam rezim kontrak yang diusulkan di atas, masih tetap di tangan pemerintah melalui persetujuan Work Program dan Plan of Development yang jauh berbeda dengan sistem Royalty and Tax. Sedangkan yang dimaksud dengan Sliding Scale PSC adalah rezim PSC dimana share pemerintah akan kecil pada awal komersialisasi GMB dan meningkat sejalan dengan semakin besarnya produksi kumulatif pada suatu WK GMB. Hal ini sejalan dengan sifat pengembangan GMB dimana produksi kecil sedangkan biaya besar pada awal pengembangan. Rezim Sliding Scale Gross PSC memungkinkan kontraktor GMB mendapatkan keekonomian yang layak sedangkan pemerintah tetap mendapatkan prosentase total penerimaan (Government Take) yang relatif sama seperti pada kontrak PSC eksisting serta tambahan pasokan gas untuk mengurangi defisit energi yang potensial terjadi di masa yang akan datang. Rekomendasi Kebijakan Percepatan Pengembangan Industri Gas Metana Batubara di Indonesia yang disusun oleh Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah ditindak-lanjuti oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dengan menerbitkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun Permen ESDM ini sebagai penyempurnaan dari Permen Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pengusahaan Gas Metana Batubara. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

67 b. Evaluasi Bersama Intensifikasi Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia Berdasarkan capaian kegiatan Evaluasi Bersama Intensifikasi Migas di KTI tahun 2015, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1) Hasil kegiatan tahun 2015 ini perlu ditindak lanjuti dengan studi geologi dan geosika daerah Atambua (NTT) dan Mamberamo (Papua) untuk mengevaluasi area prospek dan potensi migasnya; 2) Perlu dilakukan survei seismik di daerah Atambua (NTT) sebagai data utama dalam melakukan evaluasi potensi migas sehingga layak untuk ditawarkan sebagai wilayah kerja migas baru; 3) Mengingat capaiannya yang rendah, maka direkomendasikan untuk melakukan survei geologi, graviti, magnetik, magnetotelurik (MT) dan audio magnetotelurik (AMT) tahun 2016 di daerah Mamberamo yang belum diakuisisi untuk melengkapi data tahun ini sehingga layak dijadikan data dukung studi geologi dan geofisika. Gambar 35. Tamplian Aplikasi untuk Informasi Data Sumur Gambar 36. Tamplian Aplikasi untuk Menampilkan Lokasi Sumur Dengan Peta 48 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

68 c. Evaluasi Bersama Kaji Ulang Wilayah Kerja (WK) Migas Berdasarkan capaian kegiatan Evaluasi Bersama Kaji Ulang Wilayah Kerja (WK) Migas tahun 2015, direkomendasikan beberapa blok, yaitu Blok Tomini Bay I, Blok Gorontalo Tomini I, Blok West Misool, dan Blok SE Mandar. Rekomendasi tersebut sebagai berikut: 1). Blok Tomini Bay I dapat ditawarkan kembali apabila dijumpai data baru terutama mengenai batuan induk yang mempunyai kandungan organik cukup tinggi untuk menghasilkan hidrokarbon. 2). Perlu dilakukan evaluasi atau studi mengenai karakteristik sedimen pada terban-terban di selatan Cekungan Tomini untuk mengetahui petroleum system di kawasan ini. 3). Blok Gorontalo Tomini I dapat ditawarkan kembali apabila dijumpai data baru terutama mengenai batuan induk yang mempunyai kandungan organik cukup tinggi untuk menghasilkan hidrokarbon. Gambar 37. Masukan Kebijakan Kaji Ulang WK 2015 ke Ditjen Migas 4). Blok West Misool masih memiliki potensi untuk ditawarkan kembali karena secara sistem petroleum memiliki potensi paket batuan yang lengkap dari batuan induk, batuan reservoir hingga batuan tudung dari umur Pra-Tersier hingga Tersier, juga kemungkinan pemerangkapan yang baik, hanya saja keberadaan batuan induk belum teridentifikasi dengan LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

69 baik. Oleh karena itu Blok West Misool perlu penambahan data baik sumur, seismik maupun data geokimia untuk mengetahui keberadaan batuan induk maupun arah migrasinya. 5). Perlu dilakukan penambahan seismik di bagian selatan Area Blok SE Mandar karena dari peta struktur terlihat semakin kearah tinggian struktur yang diharapkan masih terdapat area prospek/lead yang lain. Hasil pemboran menunjukkan adanya indikasi gas show pada Formasi Tacipi dan Camba masih memberikan peluang cukup menarik untuk blok ini. Target reservoir dalam yaitu batupasir Formasi Toraja masih memiliki harapan yang cukup menarik guna pengembangan daerah prospek di masa mendatang. d. Pemetaan shale gas play di daratan Indonesia: Cekungan Mature Sumatra Selatan (sub -Cekungan Palembang Utara dan Jambi); Dari hasil studi, direkomendasikan hal-hal berikut : Dari aspek geosains : Secara teoritis Indonesia diprediksi mempunyai potensi shale HC yang besar, penelitian yang mengarah target pengeboran harus sudah dimulai. Banyak riset-riset dasar yang harus dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakter shale HC yang yang ada di Indonesia. Dari segi umur cekungan, karakter shale HC di Indonesia sangat berbeda dengan yang dimiliki negara lain seperti Amerika Serikat begitupun dengan negara China. Umur cekungan negara-negara tersebut jauh sangat tua (pra-tersier) dibanding Indonesia (yang masih Tersier). Batuan yang berumur pra-tersier mempunyai BI yang lebih besar apabila dibandingkan dengan batuan yang lebih muda, indeks brittleness/kerapuhan (BI) batuan. Nilai BI batuan sangat mempengaruhi tingkat kesuksesan eksploitasi shale HC dengan cara fracturing. Keberhasilan studi ini harus didukung dengan kuantitas data dengan sebaran data yang bagus di area dalaman. Kualitas data seismik yang beresolusi tinggi diperlukan karena target shale HC ini relatif dalam apabila dibandingkan studi dengan migas konvensional. Data core sangat diperlukan untuk melihat secara langsung bagaimana sifat-sifat fisis batuan melalui pengamatan dan analisis laboratorium. Selanjutnya hasil pengamatan ini digunakan sebagai validasi analisis petrofisika berbagai parameter yang dibutuhkan. Dari aspek lingkungan hidup : Berdasarkan referensi yang ada kegiatan eksploitasi shale HC dengan cara frakturing akan menyebabkan dampak ke lingkungan hidup. Beberapa aspek bencana, seperti adanya gempa lokal dan pencemaran lingkungan 50 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

70 adalah dampak lingkungan yang terjadi selama proses eksploitasi. Oleh karena itu, efek-efek samping yang terjadi selama proses frakturing juga harus dipelajari secara teliti untuk meminimalisasi resiko negatif yang terjadi. Dari aspek sosial ekonomi : Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi shale HC memerlukan pengeboran dalam jumlah banyak. Tentunya hal tersebut membutuhkan banyak tenaga lokal dan ini berarti akan menambah lapangan kerja. Tetapi segi negatif, kegiatan yang tumpang tindih dengan lahan perkebunan atau hutan akan membutuhkan waktu birokrasi. Tumpang tindih ini kalau tidak diatur kerjasamanya akan memperlambat pengembangan shale HC di Indonesia. Gambar 38. Lokasi beberapa titik-titik amat/ukur shale play di beberapa area pengamatan di lapangan e. Optimasi Investasi Kilang BBM dan Petrokimia Dari hasil studi, direkomendasikan hal-hal berikut : Pembangunan kilang baru sangat tergantung dari konfigurasi kilang dan produk-produk yang dihasilkan. Pembangunan hanya kilang BBM saja, maka IRR yang dihasilkan kurang menarik bagi investor seperti dalam kasus di atas hanya 5,17%. Namun jika digabungkan dengan petrokimia, IRR meningkat menjadi 10,8%. Oleh karena itu, dalam pembangunan kilang minyak harus seiring dengan pembangunan industri petrokimia; Model yang dibuat merupakan permulaan dari pengembangan model pembangunan kilang minyak dan petrokimia. Database yang digunakan hanya terbatas pada data yang diperoleh dari UOP. Model diharapkan dapat dikembangkan lagi dengan melakukan variasi-variasi umpan, LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

71 konfigurasi kilang, variasi produk yang diambil dari software komersial lainnya seperti Petroplan. Gambar 39. Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan petrokimia di Indonesia dari model f. Kajian inventarisasi gas metana di lapangan migas Indonesia sebagai bagian dari global methane Initiative (GMI) lanjutan Dari hasil Focused Group Discussion dan Workshop GMI, direkomendasikan hal-hal berikut Implementasi GMI di seluruh negara yang telah melaksanakannya tampaknya tidak membutuhkan usaha-usaha yang sulit dan luar biasa - juga dengan kapital dan biaya yang relatif terjangkau (dalam skala biaya operasional), selain tidak memerlukan tenaga spesialis dg kompetensi khusus serta tidak memerlukan teknologi yang rumit. Dengan demikian, setiap KKKS dan operator produksi migas di Indonesia seharusnya tidak memiliki kendala khusus atau kesulitan yang besar untuk melaksnakannya. Dengan fakta bahwa terdapat 2 (dua) KKKS yang tengah aktif mengimplementasikan VICO dan Star Energy - ditambah lain KKKS yang sebenarnya juga sudah melakukan implementasi (Chevron dan COPI) - sosialisasi yang lebih komprehensif harus segera dibangun melalui organisasi independen tingkat nasional yang sudah ada dengan penguatan fungsi kementrian (ESDM). Di tingkat implementasi di lapangan juga perlu dibangun suatu komite atau lembaga nirlaba GMI Indonesia yang khusus membantu dengan kajian-kajian praktis tentang implementasi beberapa jenis teknologi misalnya sbb: - Vapor Recovery Unit; - Penggantian 'wet seal' menjadi 'dry seal' di kompresor2 dan pompa2; - Penyesuaian Plunger Lift pada kondisi lapangan khusus, dsb. 52 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

72 Dalam pandangan industri migas secara umum, implementasi GMI jelas terkait langsung dengan kaidah-kaidah 'operating excellence' yang harus dijalankan secara utuh oleh setiap operator migas di Indonesia dengan penerapan standarisasi. Kebijakan Pemerintah RI tentang implementasi pengurangan GRK secara terinci belum dikeluarkan dan belum tercermin dalam standard 'Policy Statement' dari SKK MIGAS (Kegiatan Hulu) dan BPH MIGAS (Kegiatan Hilir). Membangun Center of Excellence dan Database GRK metana maupun benchmarking industry migas nasional. Membangun sistem 'capacity & competency building' sesuai 'roadmap' yang 'feasible & realistic' dengan membangun kerja sama dari negara2 'partner GMI' lain yang telah berpengalaman dengan implementasi praktis. Memperkuat fungsi Penelitian dan Pengembangan (R and D) yang terfokus pada GMI secara terintegrasi dengan diberikan akses untuk kegiatan inventory dan monitoring pada industri migas serta pengembangan utilisasinya. Gambar 40. Kegiatan Inventarisasi Fugitive Methane di Vico East Kalimantan Gambar 41. Uji alat Hi Flow Sampler dengan menggunakan tabung LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

73 g. Evaluasi Bersama Percepatan Konversi BBM ke BBG untuk Kendaraan Dinas Kementerian/Lembaga Wilayah Jawa dan Bali Dampak dari kebijakan keharusan kendaraan dinas menggunakan BBM non subsidi adalah Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk membeli bahan bakar minyak non subsidi bagi kendaraan dinas. Sejatinya pengeluaran tersebut dapat ditekan apabila kendaraan dinas di Kementerian/Lembaga, BUMN, dan BUMD telah terkonversi ke Compressed Natural Gas (CNG)/Bahan Bakar Gas (BBG). Harga CNG jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga BBM non subsidi. Namun, penggunaan BBG terkendala dimana masih terbatasnya infrastruktur yang tersedia. Berdasarkan hasil analisis lokasi, kedekatan dengan jaringan distribusi gas bumi, jumlah kendaraan dinas di masing-masing instansi, keterbatasan lahan yang ada, dan keterbatasan lebar jalan yang tersedia, diusulkan pengisian BBG untuk kendaraan dinas lebih layak menggunakan Mobile Refueling Unit (MRU) dan mini MRU. Secara teknik operasional pengoperasian MRU untuk kendaraan dinas sangat layak dikembangkan mengingat telah banyak MRU yang dibangun untuk kepentingan sendiri atau komersial oleh Badan Usaha. Sedangkan secara keekonomian pengembangan MRU untuk kendaraan dinas sangat menguntungkan bagi Pemerintah dikarenakan ada selisih harga yang signifikan antara harga BBM non subsidi terhadap harga beli BBG. MRU dapat dijadikan entiti bisnis bagi Pemda karena secara keekonomian cukup menguntungkan. Dalam hal pengelolaan BBG untuk kendaraan dinas, Pemda dapat melakukan sendiri dengan membeli gas dari PT. PGN dan membangun sistem SPBG sendiri atau Pemda dapat bekerjasama dengan Badan Usaha, di mana Pemda hanya menyediakan MRU lalu membeli BBG dari MS yang dikelola oleh BU atau Pemda hanya menyediakan kendaraan dinas, BU akan menyediakan semua infrastruktur BBG. Pembangunan SPBG skala kecil seperti menggunakan MRU dapat mendorong peningkatan konversi BBM ke BBG yang saat ini sedang dilaksanakan oleh Pemerintah. Pembangunan MRU tidak memerlukan modal yang besar, dan oleh karena itu, dapat dilakukan oleh UMKM. Dikarenakan sifatnya yang mobile dan tidak memerlukan lahan yang besar, MRU dapat ditempatkan SPBU, lahan parkir mini market, perumahan-perumahan, perkantoran dan pool taksi. 54 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

74 Gambar 42. Rantai Pasok BBG Untuk Kendaraan Dinas h. Kajian Potensi Industri LNG Tangguh dalam Rangka Membangun Papua Pengembangan infrastruktur distribusi LNG untuk listrik di Papua Barat dapat dilakukan secara bertahap, tahap 1 ( ) pengembangan untuk Manokwari, Teluk Bintuni, dam Fakfak, masing-masing 40 MW, 10 MW dan 20 MW, hal tersebut juga sejalan dengan rencana PT. PLN dalam RUPTL Papua Barat Pembangunan tahap 1 diharapkan dapat selesai tahun 2018 dan dapat beroperasi tahun 2019 (Gambar 43). Gambar 43. Skenario pengembangan kelistrikan di Papua Barat menggunakan LNG 20 mmscfd LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

75 Pengembangan tahap 2 ( ) dilakukan untuk pengembangan wilayah lain dan ekspansi kapasitas untuk Manokwari (inisiasi) pada tahun 2022 sebesar 20 MW. Pemenuhan kebutuhan gas untuk power plant setelah terbangunnya infrastruktur selesai tahun 2018, dapat dipenuhi melalui bridging misalnya dari LNG Bontang, hal ini dikarenakan jetty yang ada di BP Tangguh saat ini tidak dapat digunakan untuk kapal kecil. Pendistribusian LNG dapat menggunakan Tanker LNG vessel dikarenakan cocok untuk kapasitas kecil dan untuk menghindari terjadinya sloshing pada LNG Tanker regular. Sesuai dengan rencana PT. PLN yang akan membangun Floating Storage (FS) di Sorong, dan rencana BP Tangguh dalam pembangunan LNG Train 3 yang baru selesai tahun 2020, perjalanan Tanker LNG diusulkan dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah 1 dari FS ke Manokwari (PP) dan wilayah 2 dari FS ke Bintuni dilanjutkan ke Fakfak (PP). Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan LNG untuk FS sangat tergantung dari kapasitas FS yang akan dibangun oleh PT. PLN. Jika FS yang akan dibangun berkapasitas besar (misalnya m3), pasokan LNG dapat diperoleh LNG Tangguh. Tanki LNG yang dapat menampung LNG disesuaikan dengan lama perjalanan tanker. Untuk Manokwari tangki LNG dapat bertahan selama 10 hari, sedangkan untuk Bintuni dan Fakfak dapat bertahan masing-masing selama 7 hari. Kapasitas tangki LNG pada setiap terminal regasifikasi untuk Manokwari, Bintuni dan Fakfak, masing-masing berkapasitas m3, m3 dan 2000 m3. Regasifikasi jenis Ambient Air Vaporizer (AAV) lebih cocok digunakan di wilayah Papua Barat mengingat kapasitas yang kecil, temperatur wilayah Papua Barat rata-rata diatas 18 C dan ketersediaan lahan yang luas. Harga jual listrik dari hasil perhitungan keekonomian pada IRR 15%, untuk Manokwari sebesar Rp /kWh, Teluk Bintuni sebesar Rp /kWh dan Fakfak sebesar Rp /kWh. Sedangkan harga listrik agregat adalah sebesar Rp /kWh. Pengembangan infrastruktur kelistrikan dengan menggunakan gas bumi terutama dari LNG Tangguh telah direncanakan oleh PT. PLN dalam RUPTL Oleh sebab itu, pengembangan distribusi LNG skala kecil untuk kelistrikan di Papua Barat yang diprakarsai oleh Pemda Papua Barat harus sejalan dengan rencana PT. PLN tersebut. Pengembangan infrastruktur oleh PT. PLN seperti pembangunan Floating Storage LNG di Sorong harus 56 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

76 mendapat kepastian dan harus mempunyai kejelasan mengenai waktu terbangun dan kapasitasnya. Mengingat harga listrik di Papua Barat berdasarkan hasil perhitungan jauh melebihi harga yang ditetapkan Pemerintah, diperlukan regulasi pemberian subsidi khusus untuk masyarakat Papua Barat dan mengingat wilayah ini masih berstatus otonomi khusus. Gambar 44. Rantai distribusi LNG untuk listrik di Papua Barat i. Kajian keekonomian pengembangan tabung ANG untuk rumah tangga Berdasarkan hasil kegiatan, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: Teknologi ANG untuk pemanfaatan gas suar bakar sebagai bahan bakar rumah tangga; Pemerintah memberikan dukungan pembuatan infrasatruktur ANG; Pemerintah menjamin kemudahan dalam hal perijinan bagi investor ANG. Gambar 45. Hasil Perhitungan Keekonomian Infrastruktur ANG Skenario I dengan biaya tabung LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

77 Gambar 46. Hasil Perhitungan Keekonomian Infrastruktur ANG Skenario I tanpa biaya tabung Gambar 47. Hasil Perhitungan Keekonomian Infrastruktur ANG Skenario II j. Kajian keekonomian pengembangan mini airgun untuk kegiatan eksplorasi migas Berdasarkan hasil kegiatan, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: Pemberian insentif kepada dunia penelitian untuk terus mengembangkan mini airgun sehingga kinerja alat ini dapat terus meningkat; Pemberian prioritas kepada industri dalam negeri untuk membuat alat mini airgun; Pemerintah menetapkan mandatori bagi semua pihak yang melakukan kegiatan eksplorasi survey seismik baik instansi pemerintah, bumn, swasta maupun perusahaan kontraktor kontrak kerja sama menggunakan alat mini airgun hasil rancangan dan buatan dalam negeri; Pemberian dukungan terhadap aspek bisnis bagi badan usaha yang bergerak dalam rantai nilai (value chain) alat mini airgun dalam negeri. 58 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

78 k. Studi Pemetaan Rembesan Migas di Daerah Timor, Indonesia Timur Dari hasil studi, direkomendasikan hal-hal berikut : Dari aspek geosains : Adanya rembesan hidrokarbon pada mud volcano serta rembesan gas di beberapa tempat dalam wilayah Timor Barat (Cekungan Timor) merupakan indikasi adanya potensi hidrokarbon (migas) yang perlu ditindaklanjuti oleh instansi terkait untuk mengetahui potensinya secara lebih komprehensif. Hasil kajian/ studi ini nantinya dapat dijadikan dasar untuk layak tidaknya daerah-daerah tersebut dikembangkan menjadi blok migas; Perlu adanya SOP untuk penanganan rembesan/ semburan migas yang dapat berdampak terhadap lingkungan sekitar. Dari aspek mitigasi bencana alam : Fenomena rembesan gas dan lumpur bercampur hidrokarbon di daerah Timor sudah sejak lama menjadi bagian dari kehidupan dari masyarakat di sekitar wilayah tersebut sehingga berdasarkan pengamatan, tampaknya masyarakat sudah bersahabat dengan fenomenafenomena tersebut. Namun demikian potensi bencana bagi kehidupan manusia atau hewan tetap ada (semisal terperosok kedalam genangan lumpur, atau menghirup gas yang berbahaya) sehingga perlu dibuatkan tanda/papan peringatan pada lokasi lokasi tersebut untuk mengingatkan masyarakat. Untuk kegiatan pemboran air tanah dalam (lebih dari 50 m) atau keperluan apapun pada dareah daerah yang berpotensi keluarnya gas atau hidrokarbon (seperti di daerah Lolowa, Atambua dan Desa Solo, Kab. Belu) hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan segera berkoordinasi dengan instansi terkait bilamana dijumpai gejala-gejala keluarnya gas/hidrokarbon. Dari aspek sosial ekonomi : Lokasi lokasi semburan lumpur, perlu dimonitor dan ditata agar tidak menimbulkan bencana susulan, namun bermanfaat menambah aset perekonomian dan bisnis daerah yaitu dengan membangun wisata alam, berbasis obyek wisata semburan lumpur seperti di Bledug Kuwu. Perlu dipertimbangkan pemanfaatan dari rembesan migas tersebut (kususnya rembesan gas) secara lokal dengan teknologi yang aman dan sederhana agar tidak terbuang percuma. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

79 Gambar 48. Peta Lokasi Rembesan Minyak dan Gas Bumi di Pulau Timor Gambar 49. Mud Volcano yang sudah tidak aktif (kiri) dan Mud Volcano yang masih aktif di Desa Pariti. l. Metoda Alternatif Penentuan Porositas Reservoir Shale Gas Menggunakan Teknologi Microtomography dan Electrical Capacitance Volume Tomography Dari hasil studi, direkomendasikan hal-hal berikut : Sampel ukuran core-plug dipindai dengan modus single scan yang akan menghasilkan resolusi ~35 mikrometer. Hasil pemindaian digunakan untuk melakukan karakterisasi kualitatif, melihat struktur sampel secara menyeluruh. Hasil pemindaian ini juga penting untuk digunakan dalam menentukan posisi sub-sampel yang akan dibuat dalam ukuran mini atau micro-plug; Sampel micro-plug dipindai dengan resolusi maksimum untuk mendapatkan detail dari sampel core-plug. 60 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

80 Gambar 50. Sistem pengukuran ECVT-2CH m. Evaluasi Produksi Lapangan Eksisting dan Inventarisasi Data Cadangan Migas Indonesia 01 Januari 2015 Dari kajian yang dilakukan, berdasarkan data status 01 Januari 2015, terdapat 71 Daerah Kabupaten/Kota pada 19 Daerah Propinsi dan Pemerintah Pusat yang mempunyai Cadangan dan Produksi Minyak dan Gas Bumi terbukti. Cadangan Terbukti (P1) yang tersisa pada 01 Januari 2015 adalah sebesar 3, Juta STB Minyak dan 97, Milyar SCF Gas, sedangkan Cadangan Potensial Minyak yang terdiri dari Cadangan Mungkin (P2) sebesar 1, Juta STB dan Cadangan Harapan (P3) 1, Juta STB. Cadangan Potensial Gas terdiri dari Cadangan Mungkin (P2) sebesar 25, Milyar SCF dan Cadangan Harapan (P3) 28, Milyar SCF. Produksi pada tahun 2014 sebesar Juta STB Minyak dan 3, Milyar SCF Gas. Tabel 10. Ringkasan Cadangan Minyak dan Gas Bumi Indonesia Status: CADANGAN SUDAH BERPRODUKSI TERBUKTI MUNGKIN HARAPAN BELUM BERPRODUKSI TERBUKTI MUNGKIN HARAPAN JUMLAH MINYAK (MMSTB) (*) 3, , , , GAS (BSCF) - ASSOCIATED 3, , , NON-ASSOCIATED 29, , , , , , , TOTAL GAS 33, , , , , , , (*) Termasuk Kondensat Cadangan tersebut diatas sudah termasuk data P4, P5, P6 CPI dan data Natuna D-Alpha LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

81 Tabel 11. Perubahan Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia Status : vs No. KONTRAKTOR PRODUKSI MINYAK BUMI, MMSTB (*) TOTAL PERUBAHAN PRODUKSI GAS BUMI, BSCF TOTAL PERUBAHAN PERTAMINA : % % 1. - OWN % % - KSO % % - T.A.C % % 2. KKKS % 2, , % 3. JOB PSC % % TOTAL INDONESIA % 2, , % (*) Termasuk Kondensat Gambar 51. Lapangan Eksisting Jawa Bagian Barat Untuk Dilakukan Optimasi Produksi (RR > 10,000 MSTB) Gambar 52. Lapangan Eksisting Jawa Tengah Untuk Dilakukan Optimasi Produksi (RR > 10,000 MSTB) 62 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

82 Gambar 53. Lapangan Eksisting Jawa Timur Untuk Dilakukan Optimasi Produksi (RR > 10,000 MSTB) Gambar 54. Perkembangan Potensi Peningkatan Perolehan Minyak (EOR) dengan Recovery Factor (RF 60%) Lapangan Jawa Bagian Barat Gambar 55. Perkembangan Potensi Peningkatan Perolehan Minyak (EOR) dengan Recovery Factor (RF 60%) Lapangan Jawa Tengah LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

83 Gambar 56. Perkembangan Potensi Peningkatan Perolehan Minyak (EOR) dengan Recovery Factor (RF 60%) Lapangan Jawa Timur n. Pemanfaatan Gas CO 2 untuk Meningkatkan Produktivitas Mikroalga Air Laut Sebagai Bahan Dasar Biofuel Dari hasil studi, direkomendasikan hal-hal berikut : Mengingat mikroalga potensial sebagai bahan bakar alternative di masa yang akan datang dan peningkatan ekonomi secara nasional, maka perlu peningkatan tim kerja yang lebih progresif dan peningkatan keilmuan dari sumber daya manusia yang lebih mumpuni dengan dukungan manajemen yang lebih akurat; Perlu dilakukan penambahan kerja sama (berupa MOU) dengan institusi lain yang juga melakukan penelitian dan pengembangan mikroalga; Perlu dibentuk suatu wadah yang dapat menghubungkan penelitian mengenai mikroalga sebagai sumber energi masa depan baik hulu maupun hilir agar terjadi kolaborasi dan meningkatkan efektivitas. Gambar 57. Photobioreaktor Sistem Tertutup (Biofence) 64 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

84 o. Pemanfaatan DME Sebagai Bahan Bakar di Sektor Transportasi, Industri, dan Rumah Tangga Usulan dan rekomendasi sebagai landasan dalam membuat regulasi antara lain: 1) Kementerian Perindustrian Adanya regulasi yang mengatur Standar Kualitas Material Peralatan Pengguna Bahan Bakar yang mampu mengakomodir pemanfaatan DME sebagai bahan bakar. 2) Kementerian Tenaga Kerja Adanya regulasi yang mengatur Standar Kualitas Material Peralatan Penyimpanan Bahan Bakar berupa Bejana (Tabung/Tangki) yang mampu mengakomodir penyimpanan ataupun penimbunan DME sebagai bahan bakar. 3) Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Adanya regulasi yang mengatur pemanfaatan Hutan/Wilayah Bakau, Hutan/Wilayah Gambut dan sejenisnya untuk dapat dieksploitasi kandungan Gas Metan yang terproduksi dari Hutan/Wilayah tersebut. Adanya Regulasi yang mendukung kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan gas baik dari gas bumi, gas dari gasifikasi batubara dan gas dari biomassa ataupun gas dari limbah sebagai sumber energi sebagai langkah kongkrit dalam memanfaatkan sumber energi yang terbarukan dan menghasilkan emisi gas buang yang lebih bersih sehingga ramah terhadap lingkungan. 4) Kementerian Pertanian Adanya Regulasi yang mendukung kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan gas dari biomassa ataupun gas dari limbah pertanian ataupun perkebunan sebagai sumber energi sebagai langkah kongkrit dalam memanfaatkan sumber energi yang terbarukan dan menghasilkan emisi gas buang yang lebih bersih sehingga ramah terhadap lingkungan. 5) Pemerintah Daerah Adanya regulasi yang mengatur pemanfaatan lahan Batubara muda, Hutan/Wilayah Bakau, Hutan/Wilayah Gambut dan sejenisnya serta gas dari biomassa ataupun gas dari limbah pertanian ataupun perkebunan untuk dapat dieksploitasi kandungan Gas Metan yang terproduksi untuk dijadikan bahan bakar sebagai sumber energi terbarukan. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

85 Gambar 58. Kilang Dimethyl Ether (Methanol Dehidration Plan) p. Aplikasi Bahan Bakar Nabati (BBN) Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sektor Industri Berdasarkan hasil capaian kegiatan, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: Penambahan 20% bahan bakar biodiesel (FAME) ke dalam minyak Solar dapat digunakan dan tidak memberi pengaruh negatif yang signifikan kepada operasional kendaraan diesel bahkan pada beberapa parameter penambahan ini justru memberi pengaruh yang sangat positif; Pengaruh negatif terhadap operasional kendaraan diesel dapat terjadi bila kualitas dari bahan bakar biodiesel (FAME) tidak sesuai dengan spesifikasi, sehingga sangat diperlukan sekali pengawasan mutu yang lebih ketat terhadap biodiesel (FAME); Biodiesel (FAME) lebih tidak stabil dibandingkan minyak solar, sehingga memerlukan perhatian untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan produk teroksidasi (hindari lebih banyak bersinggungan dengan oksigen dari udara); Aplikasi penggunaan bahan bakar B20 terhadap unjuk kerja mesin seperti daya, torsi dan konsumsi bahan bakar tidak mempunyai perubahan yang signifikan dan mandatori B20 pada 2016 bisa dilaksanakan sesuai permen ESDM No 12 Tahun 2015; Aplikasi penggunaan bahan bakar E-5 terhadap unjuk kerja mesin sepeda motor seperti daya, torsi dan konsumsi bahan bakar serta dilakukan secara uji jalan tidak mempunyai perubahan yang signifikan dan sesuai dengan permen ESDM No 12 Tahun LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

86 Gambar 59. Proses Blending Minyak Solar 48 + Biodiesel Gambar 60. Laboratorium uji Chassis Dynamometer q. Studi Penelitian Kebutuhan Angka Oktan Kendaraan Bermotor Mesin Bensin di Indonesia Dari hasil studi, direkomendasikan bahwa bensin yang mempunyai Angka Oktan minimal 90 dapat digunakan pada mesin-mesin yang memiliki ratio kompresi 8,3 : 1 sedangkan untuk Angka Oktan 91 dapat digunakan pada mesin-mesin yang memiliki ratio kompresi 9,8 : 1 sehingga cocok dengan karakteristik mesin tersebut. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

87 Gambar 61. Pengujian Performa Kendaraan Bermotor Roda Dua di Chasiss Dinamometer Gambar 62. Pengujian Performa Kendaraan Bermotor Roda Empat di Chasiss Dinamometer r. Studi Aplikasi Bensin RON 90 Pada Kendaraan Bermotor di Indonesia Kinerja pada Sepeda Motor Mesin 125cc dan 150cc maupun kendaraan 1000cc dan 1300cc menggunakan bahan bakar bensin 90 terjadi Kenaikan Daya dan Torsi di bandingkan Bensin 88, dan lebih rendah dibandingkan bensin 91, sedangkank onsumsi bahan bakar Bensin 90 lebih rendah dibandingkan Bensin 88 dan lebih tinggi jika dibandingkan bensin LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

88 Bahwa setiap pembakaran sebaiknya bahan bakar yang di bakar habis sempurna, sehingga emisi gas buang rendah. Namun bahan bakar yang di bakar diharapkan menghasilkan tenaga (daya) yang besar, sehingga efisiensi pembakaran menjadi meningkat. Gambar 63. Alat CFR F-1 untuk pengujian Angka Oktan ASTM D2699 Dari 19 kegiatan litbang tersebut, 1 hasil kegiatan telah disusun menjadi policy brief Percepatan Pengembangan Industri Gas Metana Batubara (GMB) yang telah disampaikan oleh Kepala Badan kepada Menteri ESDM. Selain itu, hasil 12 kegiatan litbang telah disusun menjadi policy brief yang telah disampaikan oleh Kepala Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS kepada Kepala Badan dan Sekretaris Badan dan 6 kegiatan lain masih berupa laporan ilmiah belum disusun sebagai policy brief sehingga klaim capaian Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM di bidang minyak dan gas bumi adalah 13 rumusan. 2. Bidang Mineral dan Batubara Bidang Mineral dan Batubara pada tahun 2015 melaksanakan 9 kegiatan litbang yang menghasilkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai usulan masukan/rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Kelayakan Teknis Aplikasi Fitomining Sebagai Metode Alternatif Perolehan Emas dari Batuan Sisa Penambangan b. Kajian Logistik dan Infrastruktur Batubara Untuk PLTU Skala Kecil c. Kajian Percepatan Teknologi Custom Plant Bijih Emas Marjinal d. Penerapan Kebijakan Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan Batubara (Domestic Market Obligation Batubara) Untuk Kepentingan Dalam Negeri e. Kajian Muatan Lokal pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

89 f. Pengembangan Apliksi Teknologi Underground Coal Gasification (UCG) di Indonesia Tahap II g. Model Desain Penambangan Endapan Mineral Bawah Laut Dangkal (Studi Kasus Penambangan Endapan Timah) h. Pemanfaatan Red Mud Sebagai Bahan Pembenah Lahan Gambut dan Penetralisir Air Asam Tambang i. Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Smelter di Indonesia Rincian hasil beberapa kegiatan litbang berupa data dan informasi untuk mendukung usulan masukan/rekomendasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Kelayakan Teknis Aplikasi Fitomining Sebagai Metode Alternatif Perolehan Emas dari Batuan Sisa Penambangan Berdasarkan hasil kegiatan, didapatkan hal-hal sebagai berikut: 1) Pemanfaatan tanaman dalam proses ekstraksi sumber daya mineral, dalam hal ini mineral emas, dilakukan karena memiliki beberapa keuntungan dalam hal konservasi, yaitu lebih ramah lingkungan, murah, mudah, dan memiliki potensi recovery yang cukup besar. 2) Dari penelitian tahun dengan menggunakan tanaman singkong karet dan penambahan chelating agent Na-tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) sebanyak 0,4 g/l, kemampuan ekstraksi dan akumulasi emas tertingginya mencapai 2,1 ppm. Hasil tersebut kemudian dikritisi, utamanya karena tidak menggunakan tanaman yang tidak biasa dikonsumsi. 3) Pada tahun 2014 dilakukan penelitian fitoekstraksi dengan menggunakan tumbuhan lokal setempat (indigenous atau indigenos) yang diperoleh dari sekitar area penimbunan bijih marjinal dan ampas, dan bukan merupakan tanaman konsumsi. Dari 16 tumbuhan lokal yang telah diuji, tanaman Akar Wangi memiliki potensi penyerapan dan akumulasi emas paling tinggi. 4) Pada Akumulasi Au tertinggi pada Akar Wangi tanpa perlakuan terjadi pada minggu ke-12 setelah masa tanam (12 minggu setelah tanam/mst), dengan total akumulasi 0,049 mg Au. Sedangkan dengan menggunakan chelating agent ammonium thiosulphate memiliki kemampuan akumulasi tertinggi sebesar 0,247 mg. Hal ini masih sangat jauh di bawah kemampuan heapleaching sianidasi yang dilakukan salah satu perusahaan tambang terhadap sedimen yang sama. Heapleaching sianida memiliki kemampuan mengakumulasi hingga 11,1 mg Au dalam kurun waktu 5 bulan 5) Kemampuan akumulasi emas oleh tanaman Akar Wangi masih jauh di bawah kemampuan ekstraksi emas dengan metode heapleaching sianidasi. Perlu dilakukan komparasi biaya, termasuk biaya pengelolaan lingkungan, untuk menentukan nilai keekonomisan kedua metode tersebut karena sianidasi merupakan zat yang berbahaya bagi makhluk hidup, berbeda 70 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

90 dengan ammonium thiosulphate maupun asam organik hasil eksudat tanaman secara alami. b. Kajian Logistik dan Infrastruktur Batubara Untuk PLTU Skala Kecil Jumlah batubara yang dibutuhkan setiap tahun pada PLTU skala kecil adalah ton untuk PLTU di Sumatera Utara, Bangka-Belitung ton, Bengkulu ton, Jambi ton, Kepulauan Riau ton, Sumatera Selatan ton, Kalimantan Barat ton, Kalimantan Selatan ton, Kalimantan Tengah ton, Kalimantan Timur ton, Kalimantan Utara ton, Gorontalo ton, Sulawesi Tengah ton, Sulawesi Tenggara ton, Nusa Tenggara Barat ton, Nusa Tenggara Timur ton, Maluku ton, Maluku Utara ton, Papua ton dan ton untuk PLTU yang ada di Papua Barat. Jumlah seluruh kebutuhan batubara untuk 56 PLTU dalam satu tahun mencapai sekitar 4,1 juta ton. Kebutuhan batubara untuk setiap PLTU skala kecil tersebut akan didatangkan dari sekitar Sumatera, Kalimantan dan Papua. Jumlah sumber daya yang dimiliki oleh daerah yang diamati dapat menjamin pasokan batubara untuk ke 56 PLTU, karena sumber daya yang dimiliki cukup besar. Sumber daya di Bengkulu Utara (Bengkulu) sebanyak 121 juta ton, Sorolangun (Jambi) 51 juta ton, Muara Enim, Komering Ilir, Komering Ulu, Ulu Timur, dan Musi Banyaasin (Sumatera Selatan) sebanyak 7,24 miliar ton. Sumber daya di Kutai Barat dan Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur) sekitar 364 juta ton, Barito Selatan (Kalimantan Tengah) 80 juta ton, Hulu Sungai Tengah, Tabalong, Tanah Laut dan Kotabaru (Kalimantan Selatan) sebanyak 791 juta ton, Kota Tarakan dan Bulungan (Kalimantan Utara) sebanyak 498 juta ton. Untuk mendapatkan hasil yang optimal untuk memenuhi logistik batubara oleh PLTU skala kecil yang akan dipasok dari sumber daya yang ditawarkan di atas digunakan metode pemrograman linear, hasilnya adalah sebagai berikut : - Sumber daya batubara yang terdapat di Bengkulu Utara (Bengkuu), Sorolangun (Jambi), Muara EnimKomering Ilir, Komering Ulu,Ulu Timur dan Musi banyuasin direkomendasikan untuk memasok kebutuhan batubara di PLTU skala kecil di Bengkulu, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. - Sumber daya batubara yang ada di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan direkomendasikan untuk memasok kebutuhan batubara di PLTU skala kecil Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

91 - Sumber daya yang terdapat di Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur), Tarakan dan Bulungan (Kalimantan Utara) direkomendasikan untuk PLTU skala kecil di Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Infrastruktur yang harus dibangun untuk menunjang kelancaran pengiriman logistik batubara adalah pelabuhan bongkar disetiap PLTU itulah sebabnya PLTU harus dibangun di tepi pantai tiada lain untuk memudahkan pengiriman batubara. Infrastruktur pelabuhan di lokasi tambang, terutama di sekitar Sumatera dan Kalimantan untuk saat ini sudah mencukupi. Walaupun setiap lokasi sumber daya batubara memiliki karakteristik yang berbeda, terutama letak geografinya namun secara umum ada beberapa kesamaan, seperti alat transportasi yang digunakan dari lokasi tambang ke pelabuhan muat menggunakan truk atau kapal (tongkang) jika melalui sungai, dari pelabuhan muat ke lokasi pelabuhan bongkar (konsumen) menggunakan kapal. Infrastruktur lain yang harus dibangun adalah : 1) Ada beberapa provinsi, lokasi pemasoknya terdiri dari beberapa kabupaten/kota sehingga harus dibangun pusat penampungan batubara (depo/sentra) untuk memudahkan pengiriman batubara ke berbagai wilayah PLTU. 2) Membangun pelabuhan di lokasi depo batubara. 3) Menyiapkan kapal/tongkang/vessel untuk memuat batubara. Pembangunan infrastruktur logistik batubara tersebut tak hanya akan bermanfaat bagi kegiatan penambangan batubara semata, tetapi juga untuk mendukung mobilisasi transportasi manusia. Seiring dengan rencana pemerintah merealisasikan program pembangunan PLTU skala kecil di sejumlah wilayah di Indonesia, maka pembangunan infrastruktur transportasi pengangkutan batubara harus segera dilaksanakan. c. Kajian Percepatan Teknologi Custom Plant Bijih Emas Marjinal Tujuan dari kajian ini adalah mendapatkan solusi pemecahan masalah teknis peningkatan nilai tambah sumber daya mineral sulfida marjinal Pb, Cu, Zn, mengandung Au, Ag secara baik dan benar dengan mengusung konsep Custom Plant. Kajian ini dimaksudkan dapat menjadi pedoman pengelolaan dan pemanfaatan bijih di daerah Cianjur/Sukabumi dan sekitarnya yang optimal, menguntungkan masyarakat lokal serta tidak mencemari lingkungan. Sehingga mampu menjawab sebagian kecil strategi pemerintah dalam hal penerapan Undang-Undang Minerba No.4/2009 tentang optimalisasi nilai tambang, peningkatan nilai tambah mineral, penyediaan bahan baku industri logam, penyerapan tenaga lokal, peningkatan penerimaan daerah serta 72 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

92 mendorong pengembangan wilayah yang lebih popular dengan arah kebijakan nasional yang pro-growth, pro-job, pro-poor dan pro-environment. Hasil kajian menunjukkan bahwa model Custom Plant bisa mengubah bijih yang semula tidak layak olah menjadi layak olah yang dawali dengan proses blending bijih, menghasilkan rata-rata kadar Au = 5,07 g/ton; Ag = 65,91 g/ton; namun kandungan logam dasarnya tidak signifikan. Dengan kapasitas Custom Plant sekitar ton/hari maka perkiraan umur usaha sekitar tahun. Teknologi flotasi sistem Custom Plant menghasilkan konsentrat Pb-Cu-Au-Ag sebanyak 6 ton/hari, berkadar Au = 40,78 ppm, Ag = 682,15 ppm; Juga menghasilkan konsentrat Zn-Au-Ag sebanyak 2,71 ton/hari berkadar Au = 29 ppm, Ag = 82 ppm, mengandung Zn = 56% dengan recovery 80%; Konsentrat-konsentrat tersebut layak diolah lebih lanjut untuk mengekstraksi emas/perak lebih efisien. Sedangkan konsentrat Zn sebagai by product. Custom Plant yang akan membutuhkan bahan baku bijih dari berbagai lokasi, perlu ditentukan letak geografisnya. Secara ideal pabrik harus terjangkau dengan jarak yang dekat dari sumber bahan baku (bijih). Oleh karena itu, perhitungan jarak tengah (central) dari sebaran lokasi endapan bijih sulfida untuk daerah Cianjur dan Sukabumi yang dipetakan menggunakan teknik map info, diperoleh lokasi sentral terletak di desa Nangerang, kecamatan Jampang Tengah, kabupaten Sukabumi, propinsi Jawa Barat, pada koordinat garis bujur 106o 48 33,84 BT dan Garis Lintang 7o 6 31,33 LS. Keekonomian proses secara umum menunjukkan perbandingan antara ongkos produksi dan harga jual produk konsentrat memiliki margin keuntungan sekitar 10%. Potensi pencemaran lingkungan dalam proses flotasi relatif kecil, namun kemungkinan ada pencemaran debu dari proses peremukan/pengayakan, lumpur lempung dari proses pencucian dan lumpur tailing yang bersifat basa. Penanggulangannya adalah: cara foging pada proses peremukan/pengayakan, pengendapan lempung dan pengendapan tailing, sementara air yang bersifat basa dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan air dalam pemrosesan bijih. d. Penerapan Kebijakan Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan Batubara (Domestic Market Obligation Batubara) Untuk Kepentingan Dalam Negeri Naskah akademik ini disusun dengan maksud untuk mengevaluasi Kepmen ESDM menghitung kembali pendistribusian kuota batubara dalam negeri dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan batubara melalui kebijakan DMO batubara agar keputusan menteri tersebut terimplementasi dengan baik. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

93 Kebijakan dikeluarkannya Kepmen Menteri ESDM tentang penetapan kewajiban penjualan batubara dalam negeri yang telah diterbitkan tahun dimaksudkan untuk melindungi dan menjamin ketersediaan batubara untuk industri di dalam negeri. Berdasarkan kajian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan kepmen ESDM tersebut agar lebih implementatif, yaitu: 1) Memetakan secara lebih detail jumlah pasokan di tingkat pemasok dan kebutuhan di tingkat konsumen dengan memperhatikan spesifikasi masingmasing perusahaan pemasok dan pengguna. 2) Kewajiban pasokan juga dikenakan kepada perusahaan kecil, dan sebaiknya dipikirkan untuk membangun tempat penampungan dan pencampuran batubara agar memudahkan pendistribusiannya. 3) Sebagian besar konsumen batubara non PLTU tidak berada dalam satu area dan berada di kota-kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk dan lalulintas yang tinggi sehingga mengalami kesulitan dalam pendistribusiannya oleh karena itu perlu dibangun depo-depo batubara berdasarkan zonasi. Berikut beberapa saran dari hasil kegiatan: 1) Menghitung ulang keakuratan jumlah kebutuhan batubara oleh industri di dalam negeri, terutama yang telah melakukan transaksi jangka panjang. 2) Pemerintah harus mengkaji ulang model penetapan besaran kuota batubara domestik dengan memperhatikan letak geografis pemasok dan konsumen batubara atau berdasarkan zonasi. 3) Memperhatikan spesifikasi masing-masing pemasok dan konsumen, dengan membangun tempat penampungan (stockpile) yang strategis dan tempat pencampuran (blending) batubara di tingkat produsen dan sentra/depo-depo batubara di tingkat konsumen untuk memudahkan pendistribusian. 4) Melakukan sosialisasi dan pengawasan yang lebih intensif dalam penerapan kepmen ESDM tentang kewajiban produsen untuk memenuhi kebutuhan batubara dalam negeri agar lebih implementatif. e. Kajian Muatan Lokal pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara Kajian muatan lokal, merupakan salah satu upaya untuk mengidentifikasi peluang-peluang peningkatan keterkaitan antara pengusahaan pertambangan dengan sektor-sektor ekonomi di dalam negeri, permasalahan yang muncul serta alternatif pemecahannya. Hasilnya berupa rekomendasi, sebagai salah satu masukan dalam penyusunan Permen ESDM 74 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

94 tentang penggunaan produksi dalam negeri pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Dari hasil kajian direkomendasikan hal-hal sebagai berikut : 1) Sebagai bahan masukan diusulkan alternatif besaran target muatan lokal pada kegiatan pertambangan mineral dan batubara sebagai berikut : KELOMPOK CAPAIAN MUATAN LOKAL TINGKAT PERTUMBUHAN PENINGKATAN PER TAHUN USULAN TARGET/ROADMAP 30% - 50% > 8,1% 10% 50% - 70% 5,5% - 8,1% 6,5% 70% - 90% 0,8% - 5,5% 3% 2) Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara mengkoordinasikan pembuatan mekanisme dan tata kerja serta pelaksanaan pengujian oleh Forum Pakar dalam mengatasi isu tentang kesempatan dan transparansi uji coba produksi dalam negeri; 3) Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menyempurnakan Buku Promosi Kepentingan Nasional sebagai sumber informasi tentang kebutuhan barang pada Perusahaan Pertambangan dan Kemampuan Produsen Dalam negeri, bahkan jika memungkinkan wajib dijadikan acuan bagi Perusahaan Pertambangan dalam melaksanakan pengadaan barangnya. Dari 9 kegiatan litbang tersebut, hasil 7 kegiatan litbang telah disusun menjadi policy brief yang telah disampaikan oleh Kepala Puslitbangtek Mineral dan Batubara kepada Kepala Badan dan Sekretaris Badan sehingga klaim capaian Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM di bidang mineral dan batubara adalah 7 rumusan. 3. Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan pada tahun 2015 melaksanakan 11 kegiatan litbang yang menghasilkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai usulan masukan/rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Nuclear Waste Management dalam Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) b. Penerapan Standar dan Label Hemat Energi Untuk Peralatan Rumah Tangga Lampu LED Tipe Bulb c. Penerapan Standar dan Label Hemat Energi Untuk Peralatan Televisi CRT dan LED d. Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

95 e. Model Percontohan Pengembangan Energi Untuk Kegiatan Ekonomi Produktif di Pulau Enggano f. Smart Grid Strategic g. Rancangan Standar Nasional Indonesia Pengujian Kinerja Televisi h. Pengembangan PLTU Skala Kecil Untuk Melistriki Daerah Kecil. Sudah selesai tahap pencetakan i. Pembangunan Jaringan Distribusi Excess Power 4+4 LNG Tangguh j. Upaya Pemenuhan Listrik di Provinsi Papua dan Papua Barat k. Kajian Perencanaan Energi di Provinsi Sumatera Utara. Rincian beberapa hasil kegiatan litbang berupa data dan informasi untuk mendukung usulan masukan/rekomendasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Nuclear Waste Management dalam Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Sebagai salah satu energi alternatif PLTN diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam mendukung sistem energi nasional pada tahun Sumbangan pasokan energi nasional dari energi nuklir akan sangat diperlukan jika standar hidup dan industri di Indonesia terus meningkat Rencana pembangunan PLTN pertama di Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan energi listrik perlu diantisipasi dengan sungguh-sungguh oleh semua stake holder. Rencana ini perlu didukung dengan berbagai persiapan secara menyeluruh baik secara ekonomi, infrastukturnya dan penerimaan masyarakat (public acceptance). Salah satu infrastruktur yang sangat penting dan perlu dipersiapkan bersamaan dengan pembangunan PLTN adalah pengelolaan limbah radioaktif. Jawaban bagaimana mengelola limbah radioaktif yang timbul dari operasi PLTN yang andal akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam mendukung pembangunan PLTN. Sebagaimana tercantum dalam UU yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan limbah radioaktif adalah badan pelaksana [1]. Oleh karena itu BATAN sebagai badan pelaksana bertanggungjawab penuh bagaimana mempersiapkan pengelolaan limbah radioaktif yang timbul dari operasi PLTN. Saat ini rencaca pembangunan PLTN di Indonesia telah dievaluasi oleh IAEA melalui kegiatan Integrated Nuclear Infrastructure Review (INIR) yang berisi 19 kegiatan salah satunya adalah dalam hal pengelolaan limbah radioaktif. Pada evaluasi fase I pengelolaan limbah radioaktif sudah banyak yang dipersiapkan baik dari segi regulasi maupun infrastruktur pendukungnya. 76 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

96 Terdapat 3 alternatif otoritas pengelola limbah radioaktif dari PLTN berdasarkan interpretasi terhadap Undang-undang (UU) No. 10 Tahun 1997, Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 2002 dan pengalaman beberapa negara maju yang telah memiliki PLTN dalam mengelola limbah PLTN, yaitu: 1) BATAN bertanggungjawab secara keseluruhan dalam mengelola limbah PLTN dari awal sampai pada pelaksanaan disposal. Hal ini dimungkinkan berdasarkan interpretasi terhadap kata dapat menunjuk pada Penjelasan Pasal 23 ayat (2), jadi BATAN mengelola sendiri limbah PLTN tanpa menunjuk BUMN / Koperasi". Skema pengelolaan dapat dilihat pada Gambar 64. Pada pilihan ini BATAN menerima limbah aktivitas tingkat rendah dan tingkat sedang tanpa pengolahan oleh PLTN, sehingga BATAN harus menyediakan fasilitas pengolahan, transportasi, Interm Storage (IS) (penyimpanan) dan lokasi disposal. Sedangkan untuk limbah aktivitas tinggi sesuai dengan amanat UU No. 10 Tahun 1997 pasal 25 ayat 1 dan ayat 2, BATAN bertanggung jawab terhadap disposal limbah radioaktif. Beberapa contoh negara yang menerapkan kebijakan seperti ini adalah Swedia, Spanyol, dan Belanda. Gambar 64. Skema Organisasi Pengelolaan Limbah Radioaktif PLTN Alternatif Pertama 2) BATAN sebagaimana dijelaskan pada UU No. 10 Tahun 1997, maka BATAN dapat menunjuk Badan Usaha Milik Negara, koperasi dan/atau badan swasta yang memenuhi persyaratan dalam pengelolaan limbah PLTN (akan diuraikan lebih detail, kualifikasi personil, peralatan instansi yang akan ditunjuk). Pada alternatif kedua ini Badan Usaha Milik Negara, koperasi LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

97 dan/atau badan swasta tersebut hanya menangani pengolahan yang tidak dilakukan oleh PLTN, tranportasi dan penyimpanan sementara karena yang bertanggungjawab terhadap masalah disposal adalah tetap di BATAN. Beberapa contoh negara yang menerapkan kebijakan seperti alternatif kedua ini adalah Italia, Jerman, dan Perancis. Gambar 65 menunjukkan skema organisasi pengelolaan limbah radioaktif PLTN alternatif kedua. Gambar 65. Skema Organisasi Pengelolaan Limbah Radioaktif PLTN Alternatif Kedua. 3) Di beberapa negara penghasil limbah (pemilik PLTN) yang melakukan seluruh kegiatan pengelolaan limbah PLTN seperti kegiatan pengolahan, transpor dan penyimpanan sementara, sedangkan yang bertanggungjawab terhadap masalah disposal limbah adalah lembaga Pemerintah. Beberapa negara yang menerapkan alternatif ketiga adalah Kanada, Korea, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, sedangkan skema organisasinya dapat dilihat pada Gambar 66. Seluruh biaya pengelolaan limbah yang ditimbulkan dari operasi PLTN akan dibebankan kepada pemilik (owner) PLTN sesuai dengan aturan pembiayaan yang akan ditentukan kemudian sesuai prinsip polluter pays harus dilaksanakan, hal ini mempunyai konsekuensi bahwa harus ada organisasi yang mengelola dana tersebut. Di negara-negara industri nuklir, seperti Jepang, Finlandia dan Spanyol, organisasi yang mengelola dana tersebut beragam. Negara Jepang menggunakan organisasi independen untuk mengelola dana dari industri nuklir yang digunakan untuk biaya disposal dan litbang yang terkait dengan pembuangan limbah radioaktif. Di Finlandia pengelolaan dana ini diselenggarakan oleh pemerintah, sementara Spanyol dilakukan oleh BUMN. 78 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

98 Gambar 66. Skema Organisasi Pengelolaan Limbah Radioaktif PLTN Alternatif Ketiga. b. Penerapan Standar dan Label Hemat Energi Untuk Peralatan Rumah Tangga Lampu LED Tipe Bulb Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan kajian mengenai standar keamanan dan kinerja dari lampu fluoresen swabalast yang telah direkondisikan dibandingkan dengan lampu fluoresen swabalast yang baru. Berdasarkan hasil kegiatan, didapatkan rekomendasi sebagai berikut: Rekomendasi penerapan standar lampu LED swaballast tipe bulb dalam bentuk Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) ditentukan atas dasar nilai efikasi, faktor daya, dan pemeliharaan lumen. Nilai efikasi, faktor daya, dan pemeliharaan lumen yang direkomendasikan masing-masing berturut-turut adalah 59 lm/w, 0,55, dan 6000 jam. Rekomendasi penerapan label tanda hemat energi untuk lampu LED swabalast tipe bulb dibagi tiga atas klasifikasi berdasarkan daya pengenal (2-5 watt, 6-9 watt, dan watt). Rekomendasi nilai efikasi untuk label tanda hemat energi yang direkomendasikan seperti pada. Tabel 12. Nilai Efikasi untuk Label Hemat Energi pada lampu LED Swaballast Kategori Nilai Efikasi (lm/w) untuk daya pengenal 2-5 watt 6-9 watt watt Bintang Bintang 2 >72-83 >73-86 >84-88 Bintang 3 >83-95 >86-97 > Bintang 4 >95 >97 >101 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

99 Seluruh rekomendasi di atas diberlakukan untuk lampu LED swaballast tipe bulb dengan jenis warna cahaya yang dipancarkan berwarna putih (CCT ± 6500 K). c. Penerapan Standar dan Label Hemat Energi Untuk Peralatan Televisi CRT dan LED Maksud kegiatan ini adalah untuk memberikan rekomendasi nilai standar kinerja energi minimum dan label tanda hemat energi guna meningkatkan usaha penghematan energi pada sektor rumah tangga. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Dua parameter yang digunakan untuk dijadikan nilai Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) adalah faktor daya dan konsumsi energi atau indeks efisiensi energi. Nilai faktor daya rata-rata dari perangkat televisi CRT dan LED yang beredar saat ini adalah 0,5. Nilai faktor daya ini menjadi rekomendasi SKEM agar tidak terlalu memberatkan produsen. Dengan memperhatikan hubungan antara besarnya layar terhadap konsumsi energi listrik, maka nilai standar kinerja energi televisi CRT berdasarkan konsumsi daya dari setiap diagonal layar menggunakan pendekatan matematis melalui persamaan y = 1,731x + 38,25, sedangkan untuk televisi LED melalui persamaan y = 2,777x 35,72. Dengan persamaan tersebut, 25% sampel uji TV CRT tidak lolos uji dan 14% sampel uji TV LED tidak lolos uji. Berdasarkan uji standar nilai indeks efisiensi energi yang diterapkan di Uni Eropa, nilai indeks efisiensi energi TV CRT adalah 0,99 dan TV LED 0,42. Nilai tersebut diterapkan pada sampel uji TV dan hasilnya adalah 40% TV CRT tidak lolos uji dan 4% TV LED tidak lolos uji. Rekomendasi klasifikasi penandaan bintang label tanda hemat energi untuk TV CRT adalah sebagai berikut: - Kriteria Bintang 1 : 0,99 0,97 - Kriteria Bintang 2 : <0,97 0,93 - Kriteria Bintang 3 : <0,93 0,76 - Kriteria Bintang 4 : <0,76 Rekomendasi klasifikasi penandaan bintang label tanda hemat energi untuk TV LED adalah sebagai berikut: - Kriteria Bintang 1 : 0,42 0,36 - Kriteria Bintang 2 : <0,36 0,34 - Kriteria Bintang 3 : <0,34 0,30 - Kriteria Bintang 4 : <0,30 80 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

100 d. Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Setelah dilakukan penelitian Analisis Peningkatan Efisisensi Pembangkit Tenaga Listrik di PLTU Indramayu dapat dirangkum rekomendasi untuk para pemangku kebijakan, antara lain: Mengurangi kandungan moisture batubara, dengan coal dryer atau penambahan shelter; Pengecekan parameter kandungan O 2 flue gas di sisi economizer outlet dan air heater outlet; Dilakukan pengecekan sealing dan bucket pada air heater, serta mengatur clearance yang sesuai; Melakukan sootblowing pada air heater secara berkala; Pengecekan kebocoran pada High Pressure (HP) dan Intermediate Pressure (IP) turbine inlet bushing, gland seal, dan valve pada by pass system; Redesain ball catcher pada ball cleaning condensor untuk meningkatkan performa kondensor; Pengaturan aliran udara dan batubara mengikuti spesifikasi batubara yang masuk, indikasinya peningkatan suhu flue gas; Kalibrasi ulang damper wind box (untuk mengatur udara sekunder) di boiler, karena semakin lama beroperasi setting pasti berubah; Pembersihan slagging dan fouling (scope rutin overhaul); Batubara yang basah dari tongkang disimpan terlebih dahulu di-coal yard sebelum masuk coal bunker untuk mengurangi moisture. Potensi peningkatan efisiensi termal PLTU Indramayu dapat ditingkatkan sebesar 5%, menjadi 36%. Berikut rincian potensi peningkatan efisiensi PLTU Indramayu yang dapat dilakukan seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Potensi peningkatan efisiensi PLTU Indramayu No Rekomendasi Potensi Peningkatan Efisiensi (%) 1. Boiler - Pemakaian kalori batubara sesuai spesifikasi 1,5 boiler (sekitar kkal/kwh); - Pembersihan slagging dan fouling (scope rutin overhaul); 1 - Pengaturan aliran udara dan batubara mengikuti spesifikasi batubara yang masuk, indikasinya peningkatan suhu flue gas. 0,5 2. Kondensor Redesain ball catcher pada ball cleaning 0,5 condensor untuk meningkatkan performa kondensor; LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

101 No Rekomendasi Potensi Peningkatan Efisiensi (%) 3. Turbin Pengecekan kebocoran pada High Pressure (HP) dan Intermediate Pressure (IP) turbine inlet 1 bushing, gland seal, dan valve pada by pass system 3. Pemakaian Sendiri (PS) Pemasangan inverter pada motor-motor 0,25 penunjang boiler Pemasangan smart dan electronic ballast 0,25 penerangan jalan di pembangkit. e. Model Percontohan Pengembangan Energi Untuk Kegiatan Ekonomi Produktif di Pulau Enggano Pengembangan Kepulauan Enggano harus didasarkan pada kondisi biofisik wilayah dan kondisi sosial-ekonomi pulau. Seperti pulau-pulau kecil, mereka akan rentan terhadap perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan fasilitas hidup. Oleh karena itu, pembangunan dilakukan harus berwawasan lingkungan. Kegiatan pengembangan PLTS untuk mendukung kegiatan pengembangan Ekonomi Produktif di Pulau Terluar seperti di Pulau Enggano memerlukan biaya yang cukup besar, dimana harga pokok penjualan listrik yang diperoleh masih sangat tinggi yaitu Rp ,-/kWh, sedangkan kemampuan atau daya beli UKM tepung pisang dan pabrik es sangat rendah, sehingga hal ini menjadi tanda tanya besar bagi investor yang akan berinvestasi di Pulau Enggano. Direkomendasikan agar supaya investor tertarik dalam pengembangan ekonomi di enggano (wilayah kepulauan), dan perekonomian di wilayah kepulauan dapat berjalan meningkat, bahkan menyamai daerah berbasis daratan, maka diperlukan langkah langkah sebagai berikut : Pemerintah memberikan insentif bagi investor dalam usaha sektor kemaritiman terkait Perizinan, Lahan, Pajak dll. Pemerintah memberikan insentif bagi investor dalam membangun energi listrik dengan EBT terkait Perizinan, Lahan, Pajak, Subsidi Energi dll. Model Percepatan Pembangunan Ekonomi Wilayah Kepulauan melalui sektor Kelautan Dan Pengembangan Energi Baru Terbarukan sebagaimana tergambar dalam model Gambar LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

102 MODEL PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH KEPULAUAN MELALUI SEKTOR KELAUTAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN Mendorong Investasi Sektor Energi Baru Terbarukan (angin, surya, ombak) Kapasitas listrik yang bisa digenerate dari EBT di daerah dan BPP Mendorong Investasi sektor ekonomi kelautan : Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Wisata Bahari Pelabuhan dan Transportasi Laut Industri dan Jasa Maritim Dll Insentif bagi investor dalam membangun energi listrik dengan EBT (Perizinan, Lahan, Pajak, Subsidi Energi dll) Insentif bagi investor dalam usaha sektor kemaritiman (Perizinan, Lahan, Pajak dll) Gambar 67. Model Percepatan Pembangunan Ekonomi Wilayah Kepulauan melalui sektor Kelautan Dan Pengembangan Energi Baru Terbarukan. f. Smart Grid Strategic Model konseptual smart grid dari NIST membantu para pemangku kepentingan untuk mengerti blok bangunan dari suatu end-to-end sistem smart grid, dari Pembangkitan ke (dan dari) Pelanggan, dan mengeksplorasi keterkaitan antar segmen dalam smart grid. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ESDM untuk menunjang implementasi smart grid di Indoensia antara lain adalah: Berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan terkait dan sektor swasta untuk menentukan peraturan dan solusi pasar yang dapat menunjang kemajuan sistem kelistrikan. Mensosialisasikan kepada semua pihak bahwa penyebaran smart grid harus mencerminkan kebutuhan dan kondisi suatu daerah. Merencanakan perubahan dan perbaikan dalam peraturan seiring dengan perkembangan teknologi. Mengembangkan pemahaman tentang keandalan sistem kelistrikan, kualitas, keamanan dan mamfaat smart grid terhadap perubahan iklim. Secara aktif terlibat dalam pengembangan demonstrasi sistem dan dalam rangka penyebaran informasi untuk memastikan kontribusi dan manfaat bagi konsumen dan pasar listrik masa depan. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

103 Mendukung pengembangan smart grid yang diperlukan untuk mendukung berbagai penyebaran teknologi ramah lingkungan seperti angin, matahari dan kendaraan listrik. Implementasi smart grid secara nasional membutuhkan kebijakan pemerintah untuk: Evaluasi kesiapan 200 sistem interkoneksi kecil yang ada untuk menerima masuknya listrik dari EBT; Memulai percontohan smart metering untuk bahan evaluasi kelayakan penerapan time of use tarif dan jual beli listrik EBT di Indonesia; Memasukkan/sosialiasi teknologi smart grid dalam program penghematan energi nasional dalam bentuk sistem kontrol otomatis untuk pemakaian energi di rumah tangga dan bangunan (smart housing and smart building); Penggunaan teknologi smart grid pada sistem ketenagalistrikan termasuk pada operasi pembangkit untuk peningkatan efisiensi. Koordinasi dan kerja sama dengan semua instansi terkait, terutama Kementerian ESDM, PT. PLN (Persero), IPP serta Penyedia Layanan Komunikasi. Menetapkan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan penelitian, pengembangan dan implementasi smart grid di Indonesia. Meningkatkan kemampuan atau keahlian dari sumber daya manusia yang berhubungan dengan penelitian, pengembangan dan implementasi smart grid di Indonesia, karena masih sangat minimnya tenaga hali dibidang ini. g. Rancangan Standar Nasional Indonesia Pengujian Kinerja Televisi Standar pengujian kinerja televisi yang umum digunakan adalah IEC (untuk kondisi On) dan IEC (untuk kondisi standby), baik adopsi secara identik maupun adopsi secara modifikasi. Selain itu juga terdapat standar GB yang hanya digunakan di negara China. Kedua standar ini terdapat perbedaan, dimana standar IEC menggunakan ukuran Watt/luas sedangkan standar China menggunakan ukuran efisiensi luminansi dan tidak mengadopsi kondisi siap pakai (out of the box) untuk pengukuran konsumsi energi. Standar yang terbaru (IEC 62087:2015) telah mencakup pengujian untuk kondisi standby, sehingga IEC tidak perlu digunakan apabila metode pengujian yang diinginkan untuk kondisi On dan standby. Oleh karena itu untuk standar pengujian kinerja televisi yang akan digunakan di Indonesia, direkomendasikan adopsi standar IEC yang terbaru secara identik (IEC :2015). Standar ini dalam penerapannya harus bersama-sama dengan IEC :2015 dan IEC :2015, karena bagian 1 merupakan dasar 84 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

104 pengujian secara umum dan bagian 2 menentukan sinyal yang akan digunakan dalam pengujian. Dengan mengadopsi standar yang secara luas digunakan di dunia (dibandingkan dengan standar China), maka penerapannya akan menguntungkan bagi produk televisi lokal dan bisa diterima di berbagai belahan dunia. h. Pengembangan PLTU Skala Kecil Untuk Melistriki Daerah Kecil Untuk mempercepat pengembangan industri PLTUB-SK di Indonesia maka diperlukan langkah-langkah strategi dan dukungan implementasi dari Pemerintah. PLTUB-SK masih merupakan bisnis baru, yang belum dikenali sehingga ada kemungkinan swasta masih belum berani masuk dalam bisnis ini. Langkah-langkah strategis dalam kegiatan persiapan pengembangan PLTU Skala Kecil antara lain yaitu : Diperlukan proyek percontohan paling tidak pembangunan 10 unit PLTUB-SK, Bekerjasama dengan PT. PLN mencari 10 lokasi terbaik untuk PLTUB-SK, Untuk daerah tertentu, seperti yang terpencil, berlokasi stategis, perbatasan, dsb. menggunakan fasilitas Pasal 8 Permen ESDM No. 3 Tahun 2015 untuk PLTU di daerah kecil, karena tujuannya adalah menghindari penggunaan PLTD baru yang mahal dan memerlukan impor minyak solar. Bekerja sama dengan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) untuk membahas potensi bisnis logistik batubara mutu rendah guna mamasok PLTUB-SK yang sudah diindentifikasi dengan PLN Membuat pre-feasibilty Study (FS) berdasarkan informasi yang terkumpul dari PT. PLN, industri pembuat komponen, perusahaan EPC listrik dan APBI. Balitbang ESDM akan memfasilitasi pelaksanaan pre-fs. Pelaksanaan investors gathering untuk memperkenalkan peluang usaha, memaparkan hasil pre-fs dan mengumpulkan masukan dari dunia usaha. Mendorong dan memfasilitasi pembentukan konsorsium para investor dan industri pembuatan komponen agar menindak lanjuti pembangunan proyek percontohan nasional PLTUB-SK. Industri pembuatan komponen PLTU batubara dalam negeri yang mempunyai potensi antara lain: PT Rekadaya Elektrika (EPC pembangkit listrik) PT Rekayasa Industri (BUMN EPC) PT. Dinamika Energitama Nusantara (Perusahaan swasta pembuat boiler) dan 7 perusahaan lainnya. PT Krakatau Hoogovens Internasional Pipe (Perusahaan swastapembuat pipa baja) LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

105 PT Krakatau Steel (BUMNpembuat pipa baja) PT. Siemens Indonesia (Perusahaan swasta membuatturbin dan generator) PT LEN (BUMN membuat kontrol Instrumentasi) PT Pindad (BUMN - berpotensi membuat turbin dan generator serta peralatan utama PLTU lainnya) Dukungan implementasi yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dalam mempercepat pengembangan PLTUB-SK adalah dengan penyediaan lokasi dan pendanaan pembangunan percontohan PLTUB-SK sebanyak satu atau dua unit. Dengan adanya percontohan yang dibangun oleh Pemerintah diharapkan akan muncul lebih banyak pembangkit pembangkit PLTUB-SKyang lain. i. Pembangunan Jaringan Distribusi Excess Power 4+4 LNG Tangguh Dari hasil kegiatan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Sejak Feb 2014 tersedia excess power dari BP Tangguh yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kelistrikan yang ada di Teluk Bintuni khususnya Babo. Dari total daya 8 MW baru terpakai 3,4 MW sehingga masih ada 5,6 MW yang belum dimanfaatkan. Pemanfaatan pasokan listrik dari BP Tangguh untuk kemudian disalurkan juga ke Babo dan sekitarnya diharapkan untuk bisa membantu peningkatan kesejahteraan dan stabilitas sosial politik di daerah tersebut. Selanjutnya stabilitas dan kesejahteraan tersebut akan membantu menciptakan suasana kondusif bagi iklim investasi di Distrik Babo dan kabupaten Teluk Bintuni. Untuk memenuhi kebutuhan biaya investasi pembangunan jaringan distribusi listrik dari Tangguh LNG ke Babo sepanjang 83,6 kms membutuhkan biaya sebesar Rp 81,07 Milyar. Dari perhitungan total biaya (capex + opex) selama 20 tahun maka terlihat bahwa kebutuhan biaya dengan excess power hanya memerlukan kurang dari 33% dari biaya kebutuhan jika menggunakan BBM atau memanfaatkan PLTD. Dengan memperhatikan beberapa poin dalam kesimpulan diatas maka investasi pembangunan jaringan distribusi dari LNG Tangguh ke Distrik Babo layak untuk dibangun. Dari hasil kunjungan lapangan dan kajian kelayakan pembangunan jaringan distribusi maka kami sampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: Melaksanakan pembangunan jaringan distribusi, dengan memanfaatkan excess power dari BP Tangguh sepanjang 83,6 kms (meliputi Tofoi, SP1, SP2, RKI, Wimro, dan Babo) dengan kebutuhan biaya sebesar 81,07 milyar rupiah dengan menggunakan APBN. Pelaksana pembangunan jaringan distribusi adalah PT. PLN Persero. 86 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

106 Pemda membantu dalam proses perizinan dalam pembangunan jaringan distribusi. j. Kajian Perencanaan Energi di Provinsi Sumatera Utara Beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diambil dari kegiatan adalah sebagai berikut: Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan tahun 2014 adalah sekitar MW yang terdiri dari pembangkit PLN sekitar IPP sekitar 245 MW dan IO non BBM sekitar 603 MW. Keseluruhan kapasitas terpasang tersebut menghasilkan daya mampu rata-rata sekitar 8 GWh. Sedangkan Konsumsi tenaga listrik untuk Provinsi Sumatera Utara hingga akhir tahun 2014 mencapai sekitar GWh. Sehingga ada defisit Daya listrik sekitar 4 GWh. Defisit tersebut untuk sementara dapat diantisipasi dengan Kapal PLTG kapasitas 120 MW yang standby di Perairan Wilayah Sumatera Utara Potensi tenaga air di Propinsi Sumatera Utara sebesar MW yang terdiri atas PLTA skala besar dan menengah MW tersebar pada 66 lokasi, PLTM MW tersebar di 95 lokasi, dan PLTMH MW tersebar pada 72 lokasi. Sampai saat ini tercatat baru dibangun 33 unit PLTMH dengan daya terpasang 735,5 KVA, 23 unit PLTM dengan daya terpasang KVA dan 8 unit PLTA dengan daya terpasang KVA. Sehingga pengembangan energi air di Provinsi Sumatera Utara masih sangat besar peluangnya. Potensi energi surya di Provinsi Sumatera Utara sekitar 250 MW. Potensi tersebut sangat prospek untuk dikembangkan di Pulau Nias/Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Pulau Tello dan Pulau Sembilan, yang masih beroperasi secara isolated. Potensi panas bumi di Provinsi Sumatera Utara mencapai MW. Dari keseluruhan potensi tersebut, telah dilakukan eksplorasi di 3 (tiga) lokasi, yaitu di Sibual-buali Sipirok, Sarulla, dan Sibayak. Sehingga masih banyak prospek pengembangan PLTP baik itu skala 20 MW ataupun lebih. Pemanfaatan Biogas Palm Oil Mill Effluent (POME) di Provinsi Sumatera Utara sangat potensial mengingat bahwa Sumatera Utara merupakan penghasil kelapa sawit terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi Riau. Data BPS menunjukan bahwa produksi kelapa sawit pada tahun 2012 sebesar ton dari perkebunan rakyat dan ton dari perkebunan PTPN dengan luas areal perkebunan rakyat sebesar ,42 ha dan perkebunan PTPN sebesar ,89 ha. Pengembangan energi angin di Provinsi Sumatera Utara tidak layak dikembangkan mengingat kecepatan angin rata-rata di Provinsi Sumatera Utara adalah 2-4 m/s. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

107 Dari 11 kegiatan usulan/rekomendasi kebijakan dimaksud telah disusun 2 naskah akademis yang telah disampaikan kepada Direktorat Jenderal EBTKE, 1 policy brief yang telah disampaikan kepada Menteri ESDM, 8 policy brief/naskah akademik telah disampaikan kepada Kepala Badan sehingga klaim capaian Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM di bidang ketenagalistrikan, energi baru, terbarukan dan konservasi energi adalah 11 rumusan. 4. Bidang Geologi Kelautan Bidang Geologi Kelautan pada tahun 2015 melaksanakan 6 kegiatan litbang yang menghasilkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai usulan masukan/rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan Data Bersama Geologi Kelautan b. Rekomendasi Kebijakan Zona Wilayah Pertambangan Mineral Kelautan di Perairan Bangka Timur Prov. Bangka Belitung c. Rekomendasi Kebijakan untuk Mendukung Penyiapan Data WK Migas di Perairan Wokam/Aru Utara Papau Barat (data utama hasil penelitian KR. Geomarin III 2014) d. Rekomendasi Kebijakan Rencana Pengembangan EBT Kelautan Dalam Mendukung Ketahanan Energi Nasional e. Kajian Geologi Kelautan Wilayah Pesisir dan Laut di Bitung (Sulut) sbg pelabuhan Hubungan Internasional f. Rekomendasi Kebijakan Sistem Transportasi dan Stockpile Bahan Tambang di Sungai-Pesisir Kalimantan Bagian Selatan Rincian hasil beberapa kegiatan litbang berupa data dan informasi untuk mendukung usulan masukan/rekomendasi kebijakan tersebut, antara lain sebagai berikut: a. Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan Data Bersama Geologi Kelautan Beberapa rekomendasi mengenai kebijakan pemanfaatan data bersama geologi kelautan antara lain: Penyimpanan data dasar hasil survei agar dilakukan secara tertib sesuai dengan prosedur dan kewenangan bidang/ bagian yang menganganinya, harus ada aturan dan tata cara inventarisasi data yang baik dan benar Aturan Peminjaman data dan hasil laporannya supaya lebih ditegakkan dalam rangka menjaga keutuhan dan keamanan data milik negara untuk dapat dimanfaatkan bagi pengguna yang membutuhkan. Data hasil penelitian geologi dan geofisika kelautan, khususnya data seismik multikanal yang sudah dalam bentuk SEX-Y supaya diproses sampai pada tahap migrasi setiap tahunnya. 88 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

108 Data hasil penelitan yang merupakan aset negara agar dapat digunakan dan ditindak lanjuti dengan aturan peminjaman data yang sudah ada untuk kepentingan yang bermanfaat dalam rangka mendukung sektor energi dan sumber daya mineral. b. Rekomendasi Kebijakan Zona Wilayah Pertambangan Mineral Kelautan di Perairan Bangka Timur Prov. Bangka Belitung Berdasarkan hasil kegiatan, didapatkan rekomendasi sebagai berikut: Untuk wilayah perairan timur Pulau Bangka yang secara administrasi masuk Kabupaten Bangka Tengah, secara kondisi geologi dan hasil kajian tim memiliki indikasi potensi mineral lepas pantai yang layak untuk dibuat sebagai bagian dari Wilayah Pertambangan (WP); Penerapan UU No.23/ 2014 membawa beberapa implikasi terhadap UU 4/ 2009 meliputi: - Perubahan pola penyelenggaraan pemerintahan; - Perlunya penyesuaian UU No.4 tahun 2009; - Adanya perubahan pola kewenangan pengelolaan ESDM dan - Perlu pengaturan masa transisi. Negara sebagai representasi rakyat dalam penguasaan sumber daya alam harus memiliki keleluasaan membuat aturan yang membawa manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, oleh sebab itu hubungan antara negara dengan swasta dalam pengelolaan sumber daya alam tidak dapat dilakukan dengan hubungan keperdataan, akan tetapi harus merupakan hubungan yang bersifat publik yaitu berupa pemberian konsesi atau perizinan yang sepenuhnya di bawah kontrol dan kekuasaan Negara; Kontrak keperdataan akan mendegradasi kedaulatan negara atas sumber daya alam; Perlunya dilakukan upaya pendataan dan evaluasi terhadap ketentuanketentuan dalam UU No.4/ 2009 yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya atau dianggap memiliki pertentangan norma secara internal ataupun secara vertikal dengan Peraturan Pelaksanaan (PP dan Permen ESDM) di bawahnya; Dengan pemberlakuan UU No. 23/ 2014 dan berbagai ketentuan yang tidak berjalan dikarenakan terjadi ketidaksesuaian antar produk turunan dari UU No.4/ 2009, maka sudah saatnya dilakukan amandemen terhadap UU 4/2009, berbagai isu strategis yang menjadi latarbelakang sehingga perlu dilakukan amandemen tersebut, antara lain: - Penggolongan komoditas tambang (Vital, Strategis, di luar Vital dan Startegis) - Kewenangan LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

109 - Konsep Perijinan - Peningkatan Nilai Tambah (Pengolahan dan Pemurnian) - Wilayah Pertambangan - Penyelesaian Lahan/ Tanah (terutama terkait Tanah Adat) - Masa operasi produksi - Penerimaan negara - Peningkatan Peran BUMN - Kebijakan Mineral dan Batubara - Pembinaan dan Pengawasan - Sanksi Administratif untuk pemerintahan Daerah dan - Peralihan terhadap perijinan yang eksisting c. Rekomendasi Kebijakan Rencana Pengembangan EBT Kelautan Dalam Mendukung Ketahanan Energi Nasional Tujuan kegiatan adalah membuat kebijakan rencana pengembangan energi baru terbarukan khususnya energi laut (Samudra) di perairan Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Rekomendasi tersebut antara lain adalah: Berdasarkan hasil kegiatan, didapatkan rekomendasi sebagai berikut: Untuk mempercepat pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Laut (PLTEL) diperlukan proyek percontohan paling tidak pembangunan 10 Unit PLTEL bekerja sama dengan PT PLN mencari 10 lokasi terbaik untuk PLTEL. Untuk daerah tertentu, seperti daerah terpencil, berlokasi strategis, perbatasan menggunakan fasilitas Pasal 8 Permen ESDM No. 3 Tahun 2015 untuk PLTEL di daerah kecil, karena tujuannya adalah menghindari penggunaan PLTD baru yang mahal dan memerlukan impor minyak solar. Membuat pre-feasibilty Study (FS) berdasarkan informasi yang terkumpul dari PT PLN, industri pembuat komponen dan perusahaan EPC listrik dengan Badan Litbang ESDM sebagai fasilitator pelaksanaan pre-fs. Mnegukur minat swasta tentang peluang bisnis pengembangan PLTEL. Pelaksanaan investors gathering untuk memperkenalkan peluang usaha, memaparkan hasil pre-fs dan mengumpulkan masukan dari dunia usaha. Mendorong dan memfasilitasi pembentukan konsorsium para investor dan industri pembuatan komponen agar menindaklanjuti pembangunan proyek pecontohan nasional PLTEL. Dukungan implementasi yang dapat dilakukan pemerintah dalam mempercepat pengembangan PLTEL adalah dengan menyediakan lokasi 90 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

110 dan memberikan pendanaan pembangunan percontohan PLTEL sebanyak 1 atau 2 unit. Dengan adanya percontohan yang dibangun oleh pemerintah diharapkan akan muncul lebih banyak pembangkitpembangkit PLTEL yang lain. d. Rekomendasi Kebijakan Sistem Transportasi dan Stockpile Bahan Tambang di Sungai-Pesisir Kalimantan Bagian Selatan Berdasarkan hasil kegiatan, didapatkan rekomendasi sebagai berikut: Membangun alternatif mode transportasi darat untuk membawa hasil tambang dari lokasi penambangan ke stockpile dengan menggunakan jenis transportasi darat lain, seperti kereta api dan conveyor. Survei batimetri berkala di alur pelayaran dan sungai yang dijadikan transportasi bahan tambang. Pengerukan berkala hingga kedalaman yang aman bagi kapal terbesar yang direncanakan akan melintas dengan memperhatikan faktor hidrooseanografi seperti parameter pasang surut gelombang. Pembuatan rambu lalu lintas kapal di sekitar muara, alur pelayaran, dan sepanjang sungai yang menjadi jalur transportasi tambang. Pembersihan alur pelayaran dan jalur transportasi di sungai dari bangkai kapal dan benda-benda yang dapat mengganggu pelayaran kapal. Koordinasi antar instansi terkait dan perusahaan tambang dalam hal perawatan alur, informasi terkini kondisi alam, keamanan jalur transportasi, dan hal-hal yang dianggap penting. Pembuangan hasil pengerukan di lokasi harus memperhatikan ekosistem sekitar sehingga tidak mengganggu biota laut seperti terumbu karang. Perencanaan ketinggian jembatan yang melintas di atas sungai harus direncanakan terhadap ketinggian kapal terbesar yang akan lewat pada saat pasang dan musim penghujan (debit tertinggi). Dari 6 kegiatan usulan/rekomendasi kebijakan dimaksud telah disusun 4 policy brief yang telah disampaikan kepada oleh Kepala Pusitbang Geologi Kelautan kepada Sekretaris Badan sehingga klaim capaian Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM di bidang geologi kelautan adalah 4 rumusan. b. Tujuan kedua: Mendukung terwujudnya keamanan pasokan energi dan mineral - Sasaran 4: terwujudnya penambahan pasokan energi dan mineral - Sasaran 5: terwujudnya penambahan sumber daya energi dan mineral - Sasaran 6: terwujudnya litbang unggulan - Sasaran 8: terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

111 Keempat sasaran tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang, yaitu Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei berupa Laporan ilmiah, Makalah ilmiah yang diterbitkan oleh media yan terakreditasi, Usulan paten, hak cipta dan litbang inovasi, Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula, Peta/atlas potensi sektor ESDM. Indikator Kinerja Capaian Satuan Target Realisasi % Jumlah Pengembangan dan Produk ,15 Produk Teknologi serta Produk Survei - Laporan Ilmiah Laporan ,66 - Makalah Ilmiah yang Makalah ,35 diterbitkan oleh media yang terakreditasi - Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi - Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula - Peta/atlas potensi sektor ESDM Usulan Paten/Hak Cipta Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula ,67 Peta/atlas ,76 Rincian untuk tujuan strategis kedua Badan Litbang ESDM 2014 adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei merupakan penjumlahan dari IKU Laporan Ilmiah, Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi, Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi, PilotPlant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula, dan Peta/atlas potensi sektor ESDM yang merupakan hasil kegiatan litbang berupa pengembangan maupun produk survei. Capaian IKU ini mencapai 122, 15% atau 364 dari 298 target produk survei. 2. Laporan Ilmiah Setiap akhir pelaksanaan kegiatan litbang, pelaksana kegiatan litbang menyusun laporan akhir berupa Laporan Ilmiah. Pada tahun 2015, target Laporan Ilmiah sebanyak 113 laporan, sedangkan realisasi Laporan Ilmiah adalah sebanyak 142 laporan. Meningkatnya jumlah Laporan Ilmiah ini dikarenakan adanya: 1) penambahan kegiatan litbang selama tahun berjalan melalui optimalisasi anggaran melalui anggaran output cadangan, 2) kegiatan 92 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

112 litbang baru berupa kajian-kajian di sektor ESDM sesuai arahan Menteri ESDM, 3) satu judul kegiatan litbang menghasilkan lebih dari satu laporan, yaitu paten terimplementasikan, Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula, Penelitian dan Pengembangan Sistem Smart Microgrid pada Teknologi Pembangkit EBT, dan Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Skala Kecil. a. Bidang Minyak dan Gas Bumi Laporan ilmiah bidang Minyak dan Gas Bumi tahun 2015 dihasilkan sebanyak 54 laporan. Tabel 14 menunjukkan judul Laporan Ilmiah bidang minyak dan gas bumi dengan rincian hulu migas sebanyak 23 laporan dan hilir migas sebanyak 31 laporan. Target laporan ilmiah pada bidang minyak dan gas bumi adalah 35. Namun terdapat beberapa hal sehingga jumlah laporan ilmiah meningkat menjadi 54 laporan. Penambahan 19 laporan adalah dari kegiatan kajian strategis sub sektor migas terdapat 2 kegiatan yang dilaksanakan atas arahan Menteri ESDM. Untuk kegiatan paten yang terimplementasikan terdapat 5 kegiatan implementasi dari paten yang sudah didapatkan sertifikatnya maupun sudah didaftarkan paten namun masih dalam proses publikasi. Untuk kegiatan pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula yang terimplementasikan terdapat 12 kegiatan. Tabel 14. Judul Laporan Ilmiah Bidang Minyak dan Gas Bumi No JUDUL LAPORAN Keterangan 1. Studi Bersama Intensifikasi Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Hulu Indonesia 2. Evaluasi Bersama Kaji Ulang Wilayah Kerja (WK) Migas Hulu 3. Pemetaan Shale Gas Play di Daratan Indonesia : Cekungan Hulu Mature Sumatra Selatan (Sub -Cekungan Palembang Utara dan Jambi) 4. Pengembangan Perangkat Lunak SG2L Gravitimeter Scientrex CG-5 untuk akuisisi Pengukuran Gravity di Laut Hulu 5. Studi Mikroanalisis Reservoir Batupasir Berpermeabilitas Rendah dan Penyebarannya Berdasarkan Mikroanalisis di Cekungan Sumatra Tengah 6. Studi Pemetaan Rembesan Migas di Daerah Timor, Indonesia Timur 7. Evaluasi Produksi Lapangan Eksisting dan Inventarisasi Data Cadangan Migas Indonesia 01 Januari Kerekayasaan Peralatan Loading Ramp dan Substructure untuk Rig CBM Hulu Hulu Hulu Hulu LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

113 No JUDUL LAPORAN Keterangan 9. Metoda Alternatif Penentuan Porositas Reservoir Shale Gas Hulu Menggunakan Teknologi Microtomography Dan Electrical Capacitance Volume Tomography 10. Optimalisasi Pengujian Surfaktan LEMIGAS berbasis Bahan Hulu Nabati dengan Metode Injeksi Berpola di Lapangan "X" 11. Optimasi Produksi Surfaktan Peptida Dengan Teknologi DNA Rekombinan Hulu 12. Pengembangan Alat inspeksi Sumur berbasis Teknologi Hulu Ultrasonografi Versi II Tahap I 13. Perekayasaan Peralatan dan Pemodelan Injection Falloff Test Hulu (IFO Test) untuk Aplikasi Dibidang Industri CBM 14. Produksi Gas Metana Skala Mini Plant Dengan Memanfaatkan Hulu Campuran Cairan Rumen, Metana Batubara Dan Air Formasi 15. Hidrotreating Minyak Nabati Untuk Pembuatan Bahan Diesel Hulu Terbarukan 16. Kegiatan Evaluasi Bersama Pengembangan Kilang BBM & Hilir Petrokimia Indonesia (Optimasi Konfigurasi Kilang BBM & Petrokimia) 17. Pemanfaatan Gas CO2 untuk Meningkatkan Produktivitas Mikroalga Air Laut sebagai Bahan Dasar Biofuel Hilir 18. Pembuatan Aditif Kopolimer Lateks Karet Alam Sebagai Hilir Parafin Inhibitor pada Minyak Mentah 19. Pembuatan Biofuel dari Biomassa secara Katalitik Hilir menggunakan Reaktor Putar Turbin 20. Penangkapan CO2 dengan Menggunakan Pelarut Kalium Hilir Karbonat Berpromotor Asam Borat 21. Pengembangan Teknologi Desulfurisasi Secara Oksidatif (ODS) untuk Mendapatkan BBM Berkadar Sulfur Rendah Hilir 22. Aplikasi Aditif Nano Jenis Pemodifikasi Gesekan untuk Hilir Meningkatkan Kinerja Minyak Lumas 23. Aplikasi Bahan Bakar Nabati (BNN) sebagai Campuran Bahann Hilir Bakar Minyak (BBM) di Sektor Industri 24. Aplikasi Pemanfaatan DME sebagai Bahan Bakar Industri Kecil Hilir (ARG) 25. Implementasi dan Optimasi Produksi Minyak Lumas pada Lube Oil Blending Plant Hilir 26. Pemanfaatan DME Sebagai Bahan Bakar Disektor Hilir Transportasi, Industri dan Rumah Tangga 27. Pengembangan Teknologi Pelumas Industri: Pembuatan Bio- Hilir Grease Menggunakan Thickener Berbasis Minyak Jarak 28. Studi Penelitian Kebutuhan Angka Oktan Kendaraan Bermotor Hilir Mesin di Indonesia 29. Kajian Strategis Subsektor Migas Hilir 94 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

114 No JUDUL LAPORAN Keterangan a. Studi Aplikasi Bensin RON 90 pada Kendaraan Bermotor di Hilir Indonesia b. Kajian Potensi Industri LNG Tangguh Dalam Rangka Hilir Membangun Papua 30. Evaluasi Bersama Percepatan Konversi BBM ke BBG untuk Hilir Kendaraan Dnas Kementerian/Lembaga Wlayah Jawa dan Bali 31. Kajian Keekonomian Hasil Litbang Migas Hilir 32. Optimalisasi Implementasi Tabung ANG (Adsorbed Natural Hilir Gas) Untuk Rumah Tangga 33. Optimasi Rancang Bangun dan Konverter Kit untuk Kendaraan Hilir Bermotor yang Sesuai Kondisi BBG di Indonesia 34. Rancang Bangun Drier Gas Bumi untuk meminimalkan kadar Hilir air dalam bahan bakar gas (BBG) di SPBG 35. Paten yang terimplementasikan a. Implementasi AirGun Mini Hulu b. Implementasi Passive Soil Radon Hulu c. Implementasi Surfaktan Berbahan Baku Nabati Hulu d. Implementasi Rancangan Adsorben Komponen Korosif Gas Hilir Bumi e. Implementasi Tabung ANG untuk Rumah Tangga Hilir 36. Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula yang terimplementasikan a. Implementasi Giroskop Gravitimeter Scintrex CG-5 Hulu b. Implementasi Peralatan IFO Test untuk Aplikasi di bidang Hulu Industri Migas c. Implementasi RIG CBM Hulu d. Implementasi Ultrasonografi Bidang Migas Hulu e. Implementasi Oil Recovery Unit di Lingkungan Sub Sektor Hulu Migas f. Implementasi Unit Biodiesel Hilir g. Implementasi Unit Membrane Pemisah CO 2 pada Gas Bumi Hilir h. Implementasi dan Penyusunan RSNI Konverter Kit untuk Hilir Perahu Nelayan i. Implementasi Produk Minyak Lumas pada Sarana Hilir Transportasi Umum Berbahan Bakar Gas j. Implementasi Unit Lube Oil Blending Plant Hilir k. Implementasi Unit Stasiun Pengisian BBG (Daughter) Hilir b. Bidang Mineral dan Batubara Laporan ilmiah bidang Mineral dan Batubara tahun 2015 dihasilkan sebanyak 30 laporan, dengan rincian teknologi pengolahan dan pemanfaatan mineral sebanyak 10 laporan, teknologi pengolahan dan pemanfaatan batubara sebanyak 10 laporan, dan teknologi eksploitasi LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

115 tambang dan pengelolaan sumber daya sebanyak 10 laporan (Tabel 15). Jumlah target laporan ilmiah bidang mineral dan batubara adalah sebanyak 25 kegiatan dan terealisasi menjadi 30 laporan ilmiah. Penambahan kegiatan litbang ini merupakan upaya untuk optimalisasi anggaran yang dibiayai dari output cadangan. Tabel 15. Judul Laporan Ilmiah Bidang Mineral dan Batubara No JUDUL LAPORAN Keterangan 1. Ekstraksi dan Pemurnian Logam Berharga dari Lumpur Anoda dengan Kapaitas 3 Kg/Batch (Lanjutan) 2. Ekstrasi dan Pemurnian Logam Tanah Jarang dari Mineral Monasit dan Abu Batubara 3. Ekstraksi Logam Dasar (Cu,Pb, Zn) dari Konsentrat Bijih Sulfida dengan Metode Pelindian dan Pemurnian 4. Endurance Test (Uji Ketahanan) Rotary Kiln untuk pembuatan Spons Besi (Direct Reduced Iron) 5. Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silikat Sebagai Penyaring Molekul 6. Pengembangan Teknologi Pengolahan Magnesium, Polisilikon dan Zirkonia 7. Potensi Pengembangan Industri Mineral yang Terintegrasi dengan PLTA di Papua 8. Rancangan Demo Plant Reduksi Bijih Nikel Kapasitas 7000 Ton/Tahun dan Pemurnian Larutan Nikel dengan Metode Solvent Extraction 9. Persiapan Pembangunan Demo Plant RDS 50 ton/jam dan Optimalisasi PAC dan Tawas dari Taling Washed Bauksit 10. Pupuk Bio Organo Mineral Untuk Tanaman Teh di Gambung (studi kasus) 11. Aplikasi Pembakar Siklon pada Boiler PLTU Kapasitas 20 Mw 12. Implementasi Pengembangan Gasifier Batubara di IKM untuk Peleburan Aluminium dan Industri yang menggunakan Boiler 13. Penelitian Penurunan Kadar Abu Limbah Pencucian Batubara dan Kajian Awal Implementasinya di Indonesia 14. Pengembangan dan Penerapan Siklo Burner Batubara pada Dapur Komunal dan IKM 15. Pengembangan Gasifikasi Batubara untuk PLTD Dual Fuel 16. Selektifitas Bahan Baku pada Pembuatan Karbon Aktif untuk Adsorbed Natural Gas (ANG) Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara 96 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

116 No JUDUL LAPORAN Keterangan 17. Pengembangan Process Reforming Ter secara Teknologi Pengolahan dan Autothermal Skala Process Development Unit Pemanfaatan Batubara (PDU) 18. Teknologi Peningkatan Kualitas Batubara Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara 19. Uji Kinerja Unit Pengembangan Proses gas Teknologi Pengolahan dan Sntesis dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Pemanfaatan Batubara Ganda 20. Seleksi Biomassa untuk Campuran pada Pembuatan Briket Batubara-Biomasssa Dalam Rangka Mengurangi CO2 21. Delineasi Urat Kuarsa Mengandung Mineral Loga di Cianjur menggunakan Proton Magnetometer 22. Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Smelter di Indonesia 23. Fitoekstraksi Emas Dari Batuan Sisa Penambangan Emas Dengan Tanaman Akar Wangi 24. Kajian Logistik dan Insfrastruktur Batubara untuk PLTU Skala Kecil dan Pemanfaatan Lainnya Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya 25. Kajian Manfaat PT Freeport Indonesia Bagi Papua Teknologi Eksploitasi Tambang 26. Kajian Muatan Lokal (Local Content) pada Perusahaan Pertambangan Mineral di Indonesia (Tahun ke 2 : Pertambangan Tembaga, Besi dan Bauksit) 27. Model Penambangan Endapan Mineral Bawah Laut Dangkal (Studi Kasus Penambangan Endapan Pasir Besi) 28. Pemanfaatan Residu Bauksit (RED MUD) sebagai Bahan Pembenah Lahan Gambut dan Penetralisir Air Asam Tambang ( ) 29. Pengembangan Aplikasi Teknologi Underground Coal Gasification (UCG) di Indonesia Tahap II 30. Kajian Implikasi Penerapan UU Nomor 23 Tahun 2014 Terhadap Pengembangan Mineral dan Batubara dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya c. Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Laporan ilmiah bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi tahun 2015 dihasilkan sebanyak 25 laporan, dengan rincian teknologi energi baru terbarukan sebanyak 14 laporan, Teknologi Ketenagalistrikan sebanyak 7 laporan, dan Tekno Ekonomi, Konservasi dan Lingkungan Ketenagalistrikan sebanyak 4 laporan (Tabel 16). LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

117 Tabel 16. Judul Laporan Ilmiah Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi No JUDUL LAPORAN Keterangan 1. Analisis Energi Angin untuk Daerah Teknologi Energi Baru Terbarukan Berpotensi di Indonesia 2. Studi Potensi Energi Angin di Kabupaten Teknologi Energi Baru Terbarukan Probolinggo 3. Analisis Sumur-Sumur Panas Bumi untuk Teknologi Energi Baru Terbarukan Mendukung Pengembangan PLTP Skala Kecil 4. Analisis Potensi Energi Surya di Indonsia Teknologi Energi Baru Terbarukan 5. Pengembangan Peta Potensi Energi Teknologi Energi Baru Terbarukan Mikrohidro 6. Penelitian dan Pengembangan Biodiesel Teknologi Energi Baru Terbarukan Kemiri Sunan 7. Penelitian dan Pengembangan Biodiesel dari Alga Teknologi Energi Baru Terbarukan 8. Detailed Engineering Design Mobile Plant Teknologi Energi Baru Terbarukan Biodiesel Kemiri Sunan 9. Penelitian dan Pengembangan Bioetanol dari Teknologi Energi Baru Terbarukan Sorgum 10. Penelitian dan Pengembangan Fuel Cell untuk Mobil Listrik Teknologi Energi Baru Terbarukan 11. Penelitian dan Pengembangan Revitalisasi Teknologi Energi Baru Terbarukan dan Pengelolaan Biogas 12. Pengembangan Teknologi BBN Generasi ke-2 Teknologi Energi Baru Terbarukan 13. Studi Simulasi Reservoir Panas Bumi untuk Teknologi Energi Baru Terbarukan Mendukung Pengembangan Lapangan Panas Bumi 14. Analisis Jejak Karbon Pengembangan Teknologi Energi Baru Terbarukan Pembangkit Listrik Panas Bumi 15. Analisis Peningkatan Efisiensi Pembangkit Teknologi Ketenagalistrikan Tenaga Listrik 16. Penelitian dan Pengembangan Sistem Smart Teknologi Ketenagalistrikan Microgrid pada Teknologi Pembangkit EBT (Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi - UNUD) 17. Penelitian dan Pengembangan Sistem Smart Microgrid pada Teknologi Pembangkit EBT (Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi - UI) Teknologi Ketenagalistrikan 18. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Teknologi Ketenagalistrikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Siklus Biner 98 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

118 No JUDUL LAPORAN Keterangan 19. Pengembangan Energi untuk Kegiatan Teknologi Ketenagalistrikan Produktif di Pulau-Pulau Terluar 20. Studi PLTU Batubara Skala Kecil dan DED Teknologi Ketenagalistrikan PLTU Skala Kecil 21. Pengembangan PLTU - B Skala Kecil Teknologi Ketenagalistrikan 22. Analisis Kinerja dan Keamanan Lampu Tekno Ekonomi, Konservasi dan Fluoresen Swabalast Rekondisi Lingkungan Ketenagalistrikan 23. Analisis Nuclear Waste Management Dalam Pengembangan PLTN di Indonesia Tekno Ekonomi, Konservasi dan Lingkungan Ketenagalistrikan 24. Kajian Tarif Harga Jual tenaga Listrik EBT Tekno Ekonomi, Konservasi dan Lingkungan Ketenagalistrikan 25. Studi Pemanfaatan Sampah Kota menjadi Tekno Ekonomi, Konservasi dan Listrik Lingkungan Ketenagalistrikan d. Bidang Geologi Kelautan Laporan ilmiah bidang Geologi Kelautan tahun 2015 dihasilkan sebanyak 40 laporan, dengan rincian Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut sebanyak 14 laporan, Pemetaan Geologi Kelautan sebanyak 9 laporan, Sumber Daya Energi Kelautan sebanyak 9 laporan, dan Sumber Daya Mineral Kelautan sebanyak 8 laporan (Tabel 17). Tabel 17. Judul Laporan Ilmiah Bidang Geologi Kelautan No JUDUL LAPORAN Keterangan 1. Integrasi Data Geologi Kelautan KP3 Pemetaan Geologi Kelautan 2. Kajian Biostratigrafi Pantai Barat Sumatera KP3 Pemetaan Geologi Kelautan Berdasarkan Foraminifera Plankton 3. Pengukuran Epoch Geomagnet di Perairan KP3 Pemetaan Geologi Kelautan Laut Jawa 4. Pemetaan Geologi dan Geofisika Bersistem KP3 Pemetaan Geologi Kelautan Lembar Peta 2815 dan 2816 Perairan Waigeo, Papua Barat 5. Pemetaan Landas Kontinen perairan Selatan KP3 Pemetaan Geologi Kelautan Sumba (Geomarin III) 6. Pemetaan Geologi dan Geofisika Bersistem Lembar Peta 2715 dan 2716 Perairan Barat Waigeo, Papua Barat KP3 Pemetaan Geologi Kelautan 7. Pengolahan Data Seismik Multichannel LP. KP3 Pemetaan Geologi Kelautan Perairan Barat Papua 8. Penyusunan Peta Geologi Kelautan KP3 Pemetaan Geologi Kelautan 9. Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan Data KP3 Pemetaan Geologi Kelautan Bersama Geologi Kelautan LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

119 No JUDUL LAPORAN Keterangan 10. Kajian Potensi Energi Arus Laut untuk KP3 Sumber Daya Energi Kelautan Mendukung Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) di Perairan Selat Lirung, Talaud dan Selat Lampa, Natuna 11. Penelitian Indikasi Keterdepatan Gas Biogenik KP3 Sumber Daya Energi Kelautan Pesisir Pantai dan Laut Pulau Topang, Kab. Meranti, Prov Riau 12. Penelitian Indikasi Keterdepatan Gas Biogenik KP3 Sumber Daya Energi Kelautan Pesisir Pantai dan Laut Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur 13. Penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai Energi Baru Terbarukan di Selat Sugi, Propinsi Kepulauan Riau KP3 Sumber Daya Energi Kelautan 14. Penelitian Potensi Migas di Perairan Aru KP3 Sumber Daya Energi Kelautan Selatan, Papua untuk Mendukung Peningkatan Status Cekungan dan WK MIGAS Nasional (Survei Geomarin III) 15. Rekomendasi Kebijakan Rencana KP3 Sumber Daya Energi Kelautan Pengembangan EBT Kelautan Dalam Mendukung Ketahanan Energi Nasional 16. Integrasi Energi Laut KP3 Sumber Daya Energi Kelautan 17. Survei Detail untuk Peneltian Tapak KP3 Sumber Daya Energi Kelautan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) 18. Rekomendasi Kebijakan untuk Mendukung KP3 Sumber Daya Energi Kelautan Penyiapan Data WK Migas di Perairan Wokam/Aru Utara Papau Barat (data utama hasil penelitian KR. Geomarin III 2014) 19. Kajian Analisa Mineral Logam di Perairan KP3 Sumber Daya Mineral Joilolo dan sekitarnya, Halmahera Barat, Kelautan Maluku Utara 20. Kajian Analisa Mineral Logam di Perairan Sabang Provinsi NAD (Eksdplorasi Prospeksi Sumber Daya Tereka) KP3 Sumber Daya Mineral Kelautan 21. Konsinyering Data Mineral Kelautan Nasional KP3 Sumber Daya Mineral Kelautan 22. Penelitian Kandungan Mineral Plaser & REE KP3 Sumber Daya Mineral (Survei Tinjau) di Pantai & Perairan Toboali, Kelautan Babel 23. Penelitian Keterdapatan Endapan Plaser dan Unsur Tanah Jarang di Pantai dan Perairan Barat Laut Singkep dan sekitarnya, Kab. Lingga, Provinsi Kepulauan Riau 24. Penelitian potensi Mineral logam di Perairan Saumlaki dan sekitarnya, Maluku Tenggara Barat, Prop. Maluku KP3 Sumber Daya Mineral Kelautan KP3 Sumber Daya Mineral Kelautan 100 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

120 No JUDUL LAPORAN Keterangan 25. Penelitian Tinjau Endapan Plaser Pembawa KP3 Sumber Daya Mineral Unsur Tanah jarang (REE) Perairan Kelautan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat 26. Rekomendasi Kebijakan Zona Wilayah Pertambangan Mineral Kelautan di Perairan Bangka Timur Prov. Bangka Belitung 27. Identifikasi Keberadaan Mata Air Tawar di Perairan Pantai Kabupaten Lombok Utara, NTB 28. Kajian Perubahan Lingkungan Pra-Pasca Kegiatan Operasional PLTU Tarahan berdasarkan komponen sedimen 29. Penelitian Lingkungan Geologi Kelautan di Perairan Barat Daya P. Rote, Kab. Rote Ndao, Prov. NTT 30. Penelitian Geologi Wilayah Pantai dan Laut Area Penambangan Pasir Besi Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 31. Penelitian Geologi Wilayah Pantai Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara 32. Penelitian Lingkungan Geologi Perairan Laut Jawa, Laut Sulawesi Selatan Hingga Sawu dengan menggunakan KR GM-III 33. Penyusunan Atlas Pulau-pulau Kecil Terdepan di Laut China Selatan-Indonesia 34. Kajian Geologi Kelutan Wilayah Pesisir dan Laut di Bitung (Sulut) sbg pelabuhan Hubungan Internasional 35. Rekomendasi Kebijakan Sistem Transportasi dan Stockpile Bahan Tambang di Sungai- Pesisir Kalimantan Bagian Selatan 36. Respon Terhadap Isu Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai - Laut 37. Studi Pengembangan Model Cluster Industri Kelautan 38. Penyusunan Dokumen Implementasi Sektor ESDM pada Kawasan Industri Maritim dalam Rangka Mendukung Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia 39. Kajian Pengembangan Kawasan Nasional Energi Bersih KP3 Sumber Daya Mineral Kelautan KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut 40. Penyusunan Basic Desain PLT Arus Laut KP3 Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai dan Laut LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

121 3. Makalah Ilmiah Yang Dipublikasikan Pada Jurnal Baik di Tingkat Nasional Maupun Internasional dan Laporan Ilmiah a. Bidang Minyak dan Gas Bumi Makalah ilmiah bidang Minyak dan Gas Bumi terdapat 39 makalah ilmiah yang dimuat dalam Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi (LPMG) Tahun 2014 dengan nomor ISSN dan Scientific Contribution Oil and Gas (SCOG) Tahun 2014 dengan nomor ISSN Judul makalah tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Minyak dan Gas Bumi No. Judul Makalah Ilmiah Media 1. Pengaruh Temperature dan Tekanan Reaksi pada Penghidrorengkahan Fraksi Distilat Vakum Tar Batubara 2. Studi Laboratorium Kompatibilitas Air Sungai RWP dengan Batuan Reservoir Lapangan Duri 3. Pengembangan teknologi ultrasonografi untuk aplikasi bidang migas 4. Kajian dan Revisi Kadar Air dan Partikulat Dalam Spesifikasi CNG Untuk Kendaraan Bermotor 5. Optimalisasi Penempatan Sumur Pada Lapisan Oil Rim untuk Meningkatkan Recovery Faktor Lapangan CDP Job Pertamina Medco Tomori Sulawesi 6. Pengaruh nanoferrofluid pada pemanasan minyak berat melalui induksi elektromagnetik pada termal flooding 7. Penelitian Durabilitas Minyak Lumas Mesin Sepeda Motor Transmisi Otomatis SAE 10W-40 API SL/JASO MB Melalui Uji Jalan 8. Kajian Inventarisasi Gas Metana Di Lapangan Migas Indonesia Sebagai Bagian Dari Global Methane Initiative (GMI) 9 Optimasi Mewujudkan Ketahanan Energi Nasional: Penanganan Lingkungan Dan Migas Non Konvensional 10 Peningkatan Kapasitas Adsorpsi CO2 Dari Adsorben Methyl Diethanol Amina (MDEA) Berpenyangga Zeolit Alam Untuk Penangkapan CO 2 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

122 No. Judul Makalah Ilmiah Media 11 Pemodelan Rancang Bangun Tabung Gas Bertekanan (CNG) Tipe 4 Untuk Kendaraan Bermotor di Indonesia Dengan Metode Elemen Hingga. 12 Studi Awal Kinerja Alat Penangkap CO 2 Menggunakan Pelarut Kalium Karbonat Berpromotor Asam Borat Pada Berbagai Variasi Kandungan CO2 13 Uji MEOR Skala Laboratorium dan Penerapannya di Lapangan Minyak 14 Pembuatan Gemuk Lumas Bio Menggunakan Thickener Berbasis 12-HAS Produksi Lokal 15 Proses Desulfurisasi Secara Oksidatif (ODS) Menggunakan Katalis Ti-MCM Produksi Biobutanol Sebagai Bahan Bakar Terbarukan Melalui Proses Fermentasi. 17 Pemulihan Tanah Tercemar Minyak Bumi dengan Teknik Bioremediasi Menggunakan Bacillus sp. And Pseudomonas sp. 18 Pengujian Kinerja Terbatas Minyak Sawit Sebagai Substitusi Solar Tanpa Modifikasi Sistem Bahan Bakar 19 Karakteristik Fisika Kimia Formulasi Minyak Lumas Trafo Inhibited 20 Kebutuhan Angka Oktana dari Populasi Kendaraan Bermotor Jenis Mesin Bensin di Indonesia 21 Pengolahan Data Citra Satelit untuk Mengidentifikasi Potensi Jebakan dalam Kegiatan Eksplorasi Migas 22 Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kemiri Sunan Via Hidrogenasi Katalitik Bahan Baku Dengan Katalis Ni g Al2O3 23 Pendanaan Investasi Kilang Baru 24 Karakterisasi Springless Geophone & Perancangan Sistem Selektor Sinyal Geophone Array untuk Meningkatkan Signal to Noise Ratio Data Seismik 25 Modifikasi Minyak Sawit Sebagai Pensubstitusi Minyak Solar 26 Palynologycal Study of The Jambi Sub- Basin, South Sumatra LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 3, Desember 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 2, Agustus 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 2, Agustus 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 2, Agustus 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 2, Agustus 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 1, April 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 1, April 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 1, April 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 1, April 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 1, April 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 1, April 2015 LPMGB Volume 49, Nomer 1, April 2015 SCOG Volume 38, Number 1, April 2015 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

123 No. Judul Makalah Ilmiah Media 27 Hydrocarbon Potential of Told Bay Morowali, Regency: Qualitative Analysis 28 Investigation of the Risks of Introducing Produced Water into Freshwater Injection System 29 The Influence of Biodiesel Blends (up to B- 20) for Parts of Diesel Engine Fuel System by Immersion Test 30 Fungi Contamination on the Aviation Fuel and its Biocide SCOG Volume 38, Number 1, April 2015 SCOG Volume 38, Number 1, April 2015 SCOG Volume 38, Number 1, April 2015 SCOG Volume 38, Number 2, August Peningkatan Kemampuan Biodegradasi SCOG Volume 38, Number 2, Limbah Cair Berminyak dengan Metode August 2015 Ozonasi 32 The Influence o Molyddenum Disulphide- Friction Modifier (FM) Additive Increment SCOG Volume 38, Number 2, August 2015 an the Friction and Wear Prevention Behaviour of HV1 60 Base Oil 33 Peptide Surfactant for EOR Application SCOG Volume 38, Number 2, August Hydrate Mitigation for Deep Water and SCOG Volume 38, Number 2, Long Distance Pipeline-Flow Assurance August 2015 Approach 35 Penentukan Daerah Potensial Shale Gas: Integrasi Analisis Geologi, Geofisika, dan SCOG Volume 38, Number 3, December 2015 Geokimia Cekungan Sumatera Utara 36 A Cased Laboratorium Study of Formation Damage Mitigation on "X" Field, Sumatra SCOG Volume 38, Number 3, December Hydrotreating of Kemiri Oil Over NiMo/yal2O3 SCOG Volume 38, Number 3, Catalyst for Renewable Diesel December 2015 Production 38 Optimization of Measurement Speed for Spectral Gamma Ray Mineral Identification 39 Potensi Shale HC pada formasi Talang akar dan lahat di sub cekungan Palembang Selatan dan Tengah b. Bidang Mineral dan Batubara SCOG Volume 38, Number 3, December 2015 SCOG Volume 38, Number 3, December 2015 Makalah Ilmiah di bidang mineral dan batubara pada Tahun 2015 diterbitkan pada Jurnal Teknologi Mineral 0dan Batubara dengan nomor ISSN dan Indonesian Mining Journal dengan nomor ISSN (Tabel 19). 104 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

124 Tabel 19. Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Mineral dan Batubara No. Judul Makalah Ilmiah Media 1. Risk Assessment of Open Pit Slope Design at PT Adaro Indonesia Indonesian Mining Journal Edisi Oktober Geology and Mineralization of the Selected Indonesian Mining Journal Base Metal Deposits in The Barisan Range, Edisi Oktober 2014 Sumatra, Indonesia. Case Study at Lokop, Dairi, Latong, Tanjung Balit and Tuboh 3. Beneficiation of Sambiroto Silica Sand by Indonesian Mining Journal Chemical and Biological Leaching Edisi Oktober Process Mineralogy for Evaluating Indonesian Mining Journal Mineralogy, Physical and Chemical Characters Edisi Oktober 2014 of the Tailings Comes from Gold Processing 5. Carbonization of Banten Coal in Presence of Steam; Canges on Carbon Functional Groups Indonesian Mining Journal Edisi Oktober 2014 and Pore Characteristics 6. Evaluation of Selected High Rank Coal in Kutai Basin, East Kalimantan Relating to Its Coking Indonesian Mining Journal Edisi Februari 2015 Properties 7. Coal De-Ashing by Solvent Extraction Indonesian Mining Journal Edisi Februari Beneficiation of Borehole Iron Ore Samples Through Multi-Stages Magnetic Separation Indonesian Mining Journal Edisi Februari Biosolubilization of Phosphate Rock by Indonesian Mining Journal Penicillium sp Edisi Februari Extraction of Rare Earth Metals from Indonesian Mining Journal Monazite Mineral Using Acid Method Edisi Februari Displacement Distribution Model of Andesite Rock Mass is Due to Blasting Activity by Using Finite Element Method Indonesian Mining Journal Edisi Juni Study on Basicity in Direct Reduced Iron Indonesian Mining Journal Smelting Edisi Juni Properties of Rare Earth Element-bearing Minerals, Rare Earth Elements and Cerium Oxide Compound 14. The Grain Enlargement Indication In A Dry Grinding Process Of Rod Mill Observed At Increased Milling Time 15. Reduksi Serium Oksida Menjadi Logam Serium dengan 16. Experiment Utilization of Coal Activated Carbon as Adsorbent Ammonium with the High Concentration Indonesian Mining Journal Edisi Juni 2015 Indonesian Mining Journal Edisi Juni 2015 Indonesian Mining Journal Edisi Juni 2015 Indonesian Mining Journal Edisi Oktober 2015 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

125 No. Judul Makalah Ilmiah Media 17. Assessment for Data Correlation of the Downhole Seismic Measurement Results on UCG Location Using Multivariate Analysis Indonesian Mining Journal Edisi Oktober Nickel Local Content Indonesian Mining Journal Edisi Oktober Analisis Term of Trade (TOT) Nickel Indonesia Indonesian Mining Journal Edisi Oktober Removal of Metallic Impurities from Quartz Sand Using Oxalic Acid Indonesian Mining Journal Edisi Oktober Analisis Prospek Pasir Zirkon Indonesia Di Pasar Dunia Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari Pengaruh Laju Umpan Batubara pada Jurnal Teknologi Mineral dan Efektifitas Proses Pengeringan Batubara Edisi Januari Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan Palang - Kabupaten Tuban 24. Analisis Status Keberlanjutan Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Batubara di Kota Samarinda, Kalimantan Timur 25. Pengaruh Penambahan Senyawa Alkali Untuk Pembuatan Nugget Feronikel Dalam Tungku Putar 26. Analisis Prospek Pemanfaatan Zirkon Dalam Industri Keramik, Frit, Bata Tahan Api dan Pengecoran Logam 27. Kajian Manfaat Usaha Pertambangan Bauksit Terhadap Sosial Ekonomi Daerah Dalam Rangka Mendukung Program MP3EI di Provinsi Kalimantan Barat 28. Pelindian Tembaga Dari Bijih Kalkopirit Dalam Larutan Asam Sulfat Dengan Bantuan Ozon 29. Pemisahan Senyawa Silika dari Terak Peleburan Timah Menggunakan Asam Fluoro- Silikat 30. Penyiapan Regulasi Pengusahaan Underground Coal Gasification 31. Analisis Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Terhadap Perusahaan Pertambangan Berizin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi III 32. Kajian Penyusunan Formula Harga Patokan Mineral Zirkon 33. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit-TiO2 dari Zeolit Alam Termodifikasi Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

126 No. Judul Makalah Ilmiah Media 34. Ekstraksi Alumina dari Lapukan Tufit Vulkanik Asal Jawa Barat dengan Asam Khlorida 35. Pemanfaatan Aditif dari Batubara Peringkat Rendah untuk Pembuatan Kokas Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2015 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2015 c. Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan pada tahun 2015 sebanyak 11 makalah ilmiah (Tabel 20). Tabel 20. Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang KEBTKE NO. Judul Makalah Ilmiah Media 1. Kajian Tingkat Efikasi Lampu LED Swabalast Jurnal Ketenagalistrikan dan untuk Pencahayaan Umum Energi Terbarukan 2. Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara 3. Perhitungan Nilai Faktor Emisi CO 2 dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Sistem Terisolasi 4. Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC 5. Analisis Aliran Fluida Alat Pengering Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku Boiler PLT-Biomassa 6. Pengaruh CO2 terhadap Laju Pertumbuhan dan Kandungan Lipid Botryococcus braunii pada Media Air Laut". 7. Kesetimbangan Energi Pada Budidaya Tanaman Tebu Dan Industri Gula Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan 8. Analisis Keekonomian Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Di Sistem Ketenagalistrikan Nias 9. Simulasi Pengembangan Lapangan Panas Bumi Lainea 10. Studi Eksperimental Pembakaran Batubara Pada Pembakar Siklon 11. Potensi Pemanfaatan Sampah Menjadi Listrik Di Tpa Cilowong Kota Serang Provinsi Banten Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

127 d. Bidang Geologi Kelautan Puslitbang Geologi Kelautan mempunyai sarana publikasi karya tulis ilmiah yang sudah terakreditasi, yaitu Jurnal Geologi Kelautan yang berbahasa Indonesia dengan akreditasi/issn B/ dan Bulletin of the Marine Geology yang berbahasa Inggris dengan akreditasi/issn Pada Tabel 21 merupakan makalah ilmiah geologi kelautan yang termuat dalam masing-masing publikasi pada tahun Tabel 21. Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Geologi Kelautan No Judul Makalah Ilmiah Media 1 Identifikasi Kerusakan Pesisir Akibat Konversi Hutan Bajau (Mangrove) Menjadi Lahan Tambak di Kawasan di Kawasan Pesisir Kabupaten Cirebon 2 Distribusi Foramninifera di Laut Halmahera dari Glasial Akhir Samapai Resen 3 Proses Akrasi dan Abrasi Berdasarkan Pemetaan Karakteristik Pantai dan Data Gelombang di Teluk Pelabuhan Ratu Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat 4 Geologi Lingkungan Kawasan Pesisir Pulau Kecil Terluar Pulau Miangas, Kaupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara 5 Pengaruh Pengangkatan dan Perubahan Pola Sedimentasi Terhadap Sebaran Pasir Besi di Pesisir dan Perairan Pantai Bagian Barat Pulau Talaud, Sulawesi Utara 6 Indikasi Gunungapi Bawah Laut di Perairan Sangeang Sumbawa Nusa Tenggara Barat 7 Kandungan Loham Berat (Cd, Cu, Pb, DAN Zn) dalam Air laut di Perairan Pantai Timur Pulau Rote 8 Indikasi Keterdapatan Endapan Palser Pembawa Timah dan Unsur Tanah Jarang (REE), di Perairan Todak Singkep, Kepulauan Riau 9 Perbaikan Citra Penampang Seismik Menggunakan Metode Common Reflection Surface: Aplikas Terhadap Data Seismik Perairan Waigeo 10 Penentuan Lokasi Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Skala Kecil di Perairan Selat Lirung, Talaud, Sulawesi Utara Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 1, April 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 1, April 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 1, April 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 1, April 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 2, Agustus 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 2, Agustus 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 2, Agustus 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 2, Agustus 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 2, Agustus 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 3, Desember Struktur Geologi di Perairan Pulau Buton Selatan Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 3, Desember LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

128 No Judul Makalah Ilmiah Media 12 Jenis dan Sebaran Sedimen di Perairan Papela dan Sikitarnya, Rote-Ndao, Nusa Tenggara Timur 13 Foraminifera Bentik Terkait dengan Kondisi Lingkungan Periaran Sekitar Pulau Damar, Kepulauan Seribu 14 Pembentukan Prisma Akresi di Teluk Ciletuh Kaitannya dengan Sesar Cimandiri, Jawa Barat 15 Seafloor Faulting and Its Relation to Submarine Volcanic Activities Based On Sub Bottom Profiling (SBP) Analyses In Weh Island Waters and Its Surrounding, Nangroe Aceh Darussalam Province 16 Marine Geological and Hydro Oceanographic Data for Site Seaport Location Selection at Sampit Bay and Its Surrounding, East Kotawaringin, Central Kalimantan 17 Hydrothermal Mineralization in Jailolo Waters, West Halmahera, North Maluku Province 18 The Geochemical Characteristic of Major Element of Granitoid of Natuna, Singkep, Bangka and Sibolga 19 Seafloor Morphology Influences on Current Condition in a Sunda Strait Bridge Project Using Numerical Model 20 Mineral Content of Surficial Sediment of the Rangsang Island and Its Surrounding Area, Meranti Regency, Archipelago Riau Province 21 High Percentage of Rare Earth Element Connection With the Accumulation Sediment as Response Longshore Currents in the Belitung Waters Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 3, Desember 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 3, Desember 2015 Jurnal Geologi Kelautan Vol. 13, No. 3, Desember 2015 Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 1, June 2015 Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 1, June 2015 Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 1, June 2015 Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 1, June 2015 Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 2, December 2015 Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 2, December 2015 Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 2, December Submarine Volcano Characteristics in Sabang Waters Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 2, December Opening Structure of the Bone Basin on South Sulawesi in Relation to Process of Sedimentation 4. Usulan Paten/Hak Cipta/Litbang Inovasi a. Bidang Minyak dan Gas Bumi Bulletin of the Marine Geology Vol. 30, No. 2, December 2015 Terdapat 4 judul penelitian yang sudah didaftarkan kepada Direktorat Jenderal HKI pada tahun anggaran 2015 untuk mendapatkan paten, LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

129 penelitian tersebut merupakan hasil dari kegiatan litbang tahun anggaran sebelumnya, yaitu: Giroskop Penstabil Inclinasi, dengan nomor pengajuan Paten P per tanggal 4 September 2015 Alat Pencetak Membran Serat Berongga Dengan Penggerak Pneumatic dengan nomor pengajuan Paten P per tanggal 4 September 2015 Formula Untuk Peningkatan Produksi Gas Metana Pada Kondisi Reservoir dan Metode Pembuatannya dengan nomor pengajuan paten P tanggal 18 September 2015 Tabung CNG Type 4 Dilengkapi Dengan Liquid Drain Valve Pada Ujung Kedua dan Metode Pembuatannya dengan nomor pengajuan paten P tanggal 13 November 2015 b. Bidang Mineral dan Batubara Terdapat 5 judul penelitian yang sudah didaftarkan untuk mendapatkan paten kepada Direktorat Jenderal HaKI pada tahun anggaran 2015, yaitu: RDS Skala Demo Plant Kapasitas 50 ton perjam dan Pemanfaatan Bauksit Untuk Sintered & Calcined Bauxcite Skala Pilot dengan nomor Pendaftaran P tanggal 04 September Proses Untuk Memperoleh Kembali Logam-Logam Berharga Dari Limbah Anoda Dengan Kandungan Timbal (Pb) Tinggi dengan nomor pendaftaran P tanggal. 22 September Proses Pembuatan Gas Mempan Bakar Dari Limbah Gasifikasi Batubara dengan nomor pendaftaran P tanggal 26 Oktober Design Alat Pengaduk Bahan Kental Pada Pembuatan MgSO4 H2O Dan Untuk Proses Serupa dengan nomor Pendaftaran P tanggal 09 November Proses Pembuatan Garam Espom Dan Produknya dengan nomor Pendaftaran P tanggal 09 November Sedangkan pengajuan usulan Litbang Inovasi bidang mineral dan batubara yang telah disampaikan kepada Business Innovation Center (BIC) dalam rangka 105 Inovasi Indonesia dan 20 Inovasi Iptek Karya Anak Bangsa yang dilaksanakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi adalah sebagai berikut: Rainfall Simulator Tester (RST) Untuk Memprediksi Besaran Tingkat Erosi Tanah, Infiltrasi Dan Koefisien Air Limpasan Pada Lahan Miring Di Daerah Pertambangan Pengukuran Getaran Dinamik Peledakan Batuan Pada Tambang Terbuka Pengolahan Emas Dengan Metode Non Toxic Implementasi Gasifier Mini untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 110 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

130 Akuabat untuk Bahan Bakar Boiler Pembakar Siklon Dengan Batubara Halus Untuk Substitusi Pembakar BBM Di Industri Hasil penelitian dengan judul Implementasi Gasifier Mini untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mendapatkan penghargaan 20 Inovasi Iptek Karya Anak Bangsa. c. Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Terdapat 3 judul penelitian yang sudah didaftarkan untuk mendapatkan hak cipta kepada Direktorat Jenderal HaKI pada tahun anggaran 2015, yaitu: Buku Peta Potensi Energi Surya Indonesia dengan Nomor permohonan: C tanggal 22 Desember Buku Peta Potensi Energi Angin Indonesia dengan Nomor permohonan: C tanggal 22 Desember Buku Peta Potensi Energi Mikro Hidro Indonesia dengan Nomor permohonan r: C tanggal 22 Desember Peta Potensi Energi Mikro Hidro Kalimantan dengan Nomor permohonan: C tanggal 22 Desember Peta Potensi Energi Mikro Hidro Papua dengan Nomor permohonan : C tanggal 23 Desember d. Bidang Geologi Kelautan Usulan Hak cipta bidang geologi kelautan pada tahun 2015, sebagai berikut: Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1612 (Kualapembuang) dengan Nomor Permohonan C tanggal 9 Juni Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1712 (Banjarmasin) dengan Nomor Permohonan C tanggal 9 Juni Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1812 (Kota Baru) dengan Nomor Permohonan C tanggal 9 Juni Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar (Sampanahan- Balikpapan) dengan Nomor Permohonan C tanggal 9 Juni Peta Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1612 (Kualapembuang) dengan Nomor Permohonan C tanggal 12 Juni LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

131 5. Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/ Formula 1. Bidang Minyak dan Gas Bumi Pada tahun 2015 ada 13 judul kegiatan yang menghasilkan rancang bangun/ prototype/ formula/ rekayasa penerapan teknologi unggulan, kegiatan tersebut terdiri dari judul: a. Perekayasaan peralatan loading ramp dan substructure untuk rig CBM; b. Perekayasaan peralatan dan pemodelan Injection Fall Off Test (IFO Test) untuk aplikasi dibidang industri cbm; c. Pengembangan alat inspeksi sumur berbasis teknologi ultrasonography versi II tahap I; d. Pembuatan biofuel dari biomassa secara katalitik menggunakan reaktor putar turbin; e. Pengembangan teknologi pelumas industri: pembuatan bio-grease menggunakan thickener berbasis minyak jarak; f. Aplikasi aditif nano jenis pemodifikasi gesekan untuk meningkatkan kinerja minyak lumas; g. Optimasi rancang bangun tabung dan konverter kit untuk kendaraan bermotor yang sesuai kondisi bbg di indonesia; h. Optimalisasi implementasi tabung ANG (Adsorbed Natural Gas) untuk rumah tangga; i. Rancang bangun drier gas bumi untuk meminimalkan kadar air dalam bahan bakar gas (bbg) di SPBG dan industri; j. Produksi gas metana skala mini plant dengan memanfaatkan campuran cairan rumen, methane batubara dan air formasi; k. Pengembangan Teknologi Desulfurisasi Secara Oksidatif (ODS) untuk Mendapatkan BBM Berkadar Sulfur Rendah; l. Penangkapan CO2 dengan menggunakan Pelarut Kalium Karbonat Berpromotor Asam Borat; m. Optimasi pengujian surfaktan LEMIGAS berbasis bahan nabati dengan metode injeksi berpola di lapangan X. Berikut penjelasan singkat tujuan dan hasil kegiatan rancang bangun/ prototype/ formula/ rekayasa penerapan teknologi unggulan di LEMIGAS TA a. Perekayasaan Peralatan Loading Ramp dan Substructure untuk Rig CBM; Tujuan kegiatan ini adalah melengkapi Rig CBM yang telah dibangun agar dapat beroperasi dengan menggunakan BOP standar MIGAS dan membuat rancang bangun sebuah loading ramp yang bisa diatur ketinggiannya. Membuat rancang bangun sebuah substruktur untuk tempat ruang kerja selama operasi pemboran dan kerja ulang dilaksanakan yang 112 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

132 dilengkapi dengan sistim hidrolik untuk menghantar pipa pemboran ke mash pada rig CBM. Kegiatan penelitian Kerekayasaan Peralatan Loading Ramp dan substruktur untuk Rig CBM telah dibangun dengan menghasilkan disain baru untuk sistim pengangkatan unit Rig CBM, yang diyakini memiliki keamanan, kemudahan serta momen pengangkatan yang lebih efisien. Penelitian ini juga menghasilkan Unit Peralatan Loading Ramp dan Substruktur yang terintegrasi dan spesifik untuk Rig CBM LEMIGAS. Dengan dimilikinya peralatan loading ramp dan substruktur maka Rig CBM dapat dioperasikan seperti Rig Migas dan dapat dikerjasamakan dengan perusahaan jasa service pemboran untuk melengkapi peralatan yang belum dimiliki. Gambar 68. Unit Peralatan Loading Ramp Gambar 69. Unit Peralatan Substruktur LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

133 Gambar 70. Rig CBM LEMIGAS b. Perekayasaan Peralatan dan Pemodelan Injection Fall Off Test (IFO Test) untuk Aplikasi di Bidang Industri CBM; Tujuan kegiatan ini adalah : Mengembangkan teknologi dan peralatan IFO Test untuk aplikasi industri bidang Migas khususnya CBM; Meningkatkan efisiensi dan efektivitas uji sumur sumur CBM; Melakukan optimalisasi dan uji fungsi hasil pengembangan teknologi dan peralatan IFO Test untuk aplikasi industri bidang Migas khususnya CBM. Hasil yang diperoleh pada kegiatan penelitian ini adalah sebuah peralatan IFO Test yang terdiri dari peralatan Injeksi dan peralatan monitoring data, selain itu dalam metoda pengujiannya menjadi lebih mudah, cepat dan akurat karena data hasil yang diperoleh dapat langsung dianalisis. Pada penelitian dilakukan penyempurnaan peralatan IFO Test yang meliputi peralatan monitoring dan metoda perekaman data. Data yang dihasilkan akan direkam oleh sebuah komputer dan dapat dianalisis untuk memperoleh harga permeabilitas lapisan batubara seperti halnya data yang dihasilkan oleh peralatan EMR. 114 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

134 Gambar 71. Peralatan Pompa Injeksi Gambar 72. Peralatan Monitoring Data Gambar 73. Pelaksanaan uji coba sekala lababoratorium dan penentuan laju alir dengan kecepatan putaran pompa. c. Pengembangan Alat Inspeksi Sumur Berbasis Teknologi Ultrasonography Versi II Tahap I; Tujuan dari kegiatan versi II tahap I pada tahun I ini adalah melakukan penyempurnaan sistem inspection berbasis teknologi ultrasonografi dengan mengembangkan model multisensor serta modifikasi dimensi maupun tata kinerja alat pendukung operasi yang masih menjadi satu kesatuan dengan peralatan berdasarkan hasil evaluasi pada tahap sebelumnya serta LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

135 melengkapi standard operating procedure operasional di lapangan maupun standard procedure programming perangkat lunak untuk menjalankan peralatan ini. Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa kesimpulan bahwa sistem sensor yang jenis baru yang digunakan telah berhasil dikarakterisasi dan menghasilkan frekeunsi puncak 2,13 MHz dengan bandwidth 0.74 MHz. Semua sistem elektronik dan mekanik yang disesain sudah berfungsi dengan baik yaitu sistem elektronika, sistem mekanikal dan sistem komputer dari setiap hasil pengujian laboratorium yang diperoleh.pada skala laboratorium sistem akusisi menggunakan sistem real time, sedangkan pada skala lapangan digunakan sistem data logger untuk antisipasi kendala teknis dilapangan. Alat Inspeksi Sumur bekerja dengan cara berputar 360 derajat dengan step yang bisa di setel sesuai data yang dibutuhkan. Alat ini akan lebih murah (sebagian besar merupakan kandungan lokal buatan dalam negeri) dan sesuai untuk operator kecil dan menengah (swasta nasional). Gambar 74. Hasil Aplikasi Perangkat Lunak d. Pembuatan Biofuel dari Biomassa secara Katalitik Menggunakan Reaktor Putar Turbin; Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk melakukan rekayasa dan membuat prototip alat reaktor dengan pemutar turbin yang digunakan sebagai alat proses konversi biomassa menjadi biofuel secara katalitik. Prototip alat terdiri dari : tabung reaktor baja stainless steel type no. 304, dimensi ukuran : tinggi 60 cm dan diameter 25 cm. Turbin pemutar dengan kekuatan motor 3 HP, alat kondensor Chiller : dengan kemampuan pendingin sampai -40 o C, water Bath, pompa vakum : kapasitas normal flow rate m 3 /jam, Ultimate pressure 2.3 X 10-2 Torr (3 x 10-3 mbar), surge drum : 116 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

136 komponen sistem vakum yang berperan menjaga stabilitas tekanan vakum. Selenoid : berfungsi untuk mengatur tekanan vakum, agar tetap dalam set point. Serta Panel : terdiri dari tombol pengatur suhu pemanas, tekanan dan pemutar turbin secara elektronik. asil rekayasa pembuatan prototipe alat reaktor turbin seperti terlihat pada Gambar 75. Gambar 75. Rangkaian Prototipe Alat Reaktor Turbin Dari kegiatan penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan : Penggunaan kerangka stainless steel untuk menyangga turbin, relatif dapat meredam getaran akibat putaran reaktor; Penggunaan Teknik surge drum yang dipakai untuk menjaga stabilitas tekanan vakum berfungsi baik. Hal ini terllihat dari pembacaan ukuran tekanan vakum yang stabil; Desain propeller untuk turbin yang digunakan relatif sudah presisi dan cukup baik untuk kondisi operasi yang dicoba. Putaran propeler tidak bunyi dan cukup halus. e. Pengembangan Teknologi Pelumas Industri: Pembuatan Bio-Grease Menggunakan Thickener Berbasis Minyak Jarak; Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah pada minyak jarak, meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) produk gemuk lumas, dan meminimalisir komponen impor pada produk gemuk lumas. Produk gemuk lumas HSA lokal yang diperoleh dari formulasi optimalisasi memiliki tekstur yang lembut berwarna putih susu, sementara produk gemuk lumas HSA impor memiliki tekstur yang lembut, berwarna putih tulang serta lebih mengkilap, dapat dilihat pada Gambar 76. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

137 Gambar 76. (a) Tekstur gemuk lumas HSA lokal (a) dan gemuk lumas HSA impor (b). (b) Berdasarkan tabel uji karakteristik, terlihat bahwa secara umum gemuk lumas yang dibuat dengan menggunakan asam 12-hidroksistearat lokal memiliki kesetaraan sifat dengan gemuk lumas yang dibuat dengan menggunakan asam 12-hidroksistearat yang dibeli impor. Perbedaan hasil uji gemuk lumas dengan HSA lokal dan hasil produk pembandingnya dibahas per parameter. Keunggulan gemuk lumas minyak jarak adalah dapat melekat sempurna pada permukaan logam yang dilumasi karena minyak jarak mempunyai gugus polar, hal ini terlihat dari nilai scar diameter gemuk lumas yang cukup kecil. Selain itu juga mempunyai titik tuang yang rendah, viskositas yang tinggi, serta indeks ketahanan beban yang tinggi, sedangkan base oil performance dan tribological performance dapat ditingkatkan dengan teknologi aditif. Formulasi gemuk lumas bio menggunakan thickener berbasis minyak jarak produk lokal merupakan inovasi dalam penelitian di bidang pelumas yang berkomitmen untuk menghasilkan jenis-jenis gemuk lumas yang aman, ramah lingkungan dan terbarukan. Pemanfaat minyak jarak dalam kegiatan ini juga menghasilkan peningkatan TKDN produk hingga mencapai > 95%. f. Aplikasi Aditif Nano Jenis Pemodifikasi Gesekan untuk Meningkatkan Kinerja Minyak Lumas; Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data teknis pengaruh penambahan aditif nano pemodifikasi gesekan terhadap minyak lumas dasar yang nantinya menjadinya acuan dalam formulasi minyak lumas sepeda motor berteknologi nano. Metodologi penelitian ini adalah mencampur antara minyak lumas dasar dengan aditif nano jenis pemodifikasi gesekan molibdenum disulfida dan tungsten disulfida dengan komposisi tertentu kemudian diuji karakteristik perlindungan keausan dan koefisien gesekannya sehingga didapat dosis optimal penambahannya. 118 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

138 Hasil analisis dan evaluasi menunjukkan bahwa penambahan aditif pemodifikasi gesekan meningkatkan kemampuan minyak lumas dasar dalam hal perlindungan keausannya, akan tetapi belum terlihat jelas dalam hal penurunan koefisien gesekannya. Hal ini kemungkinan disebabkan kestabilan aditif yang rendah, sehingga mudah mengendap dan terpisah dengan minyak lumas dasarnya. Gambar 77. Hasil Uji four-ball HVI 60 (1720 rpm) Gambar 78. Minyak lumas bekas uji four-ball Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Penambahan aditif MoS 2 dan WS2 ke dalam minyak lumas dasar berpengaruh terhadap karakteristik koefisien gesekan dan perlindungan keausannya; Minyak lumas dasar grup I menunjukkan perbaikan unjuk kerja yang lebih signifikan dibanding grup II dan III; Dosis optimum penambahan aditif untuk mendapatkan efek yang baik adalah sebesar 0,1 % berat; Hasil uji four-ball memperlihatkan bahwa baik aditif MoS 2 maupun WS2 memberikan perbaikan sekitar 40% terhadap karakteristik perlindungan keausan minyak lumas dasar grup I, sementara untuk grup II dan grup III sekitar 13%. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

139 g. Optimasi Rancang Bangun Tabung dan Konverter Kit untuk Kendaraan Bermotor yang Sesuai Kondisi BBG di Indonesia; Tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya rancangan, spesifikasi teknis dan prototype tabung BBG yang sesuai dengan kondisi gas domestik khususnya yang ada di SPBG yang telah disempurnakan sehingga siap dipatenkan dan dikembangkan serta dikomersialkan lebih lanjut oleh industri terkait di dalam negeri. Pada tahun 2015 ini telah dihasilkan keluaran kegiatan yang meliputi rancangan dan spesifikasi teknis tabung CNG Tipe 4 yang telah disempurnakan, prototype tabung CNG dan dokumen paten yang berisi hasil rancangan tabung CNG Tipe 4 yang telah diajukan ke Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM. Rangkaian foto fisik hasil kegiatan tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 79, Gambar 80 dan Gambar 81. Gambar 79. Liner Tabung CNG Tipe 4 dari Bahan HDPE Gambar 80. Neck Ring/Boss Tabung CNG Tipe 4 dari Bahan Aluminium 120 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

140 Gambar 81. Foto Salah Satu Prototype Tabung CNG Tipe 4 Hasil Rancangan Dengan Kapasitas 5 lsp ( 18 L WC) h. Optimalisasi Implementasi Tabung ANG (Adsorbed Natural Gas) untuk Rumah Tangga; Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan sistem tabung ANG yang optimal untuk digunakan di rumah tangga dalam rangka mendukung program pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar. Usaha untuk mencapai hal tersebut adalah dengan : Melaksanakan penelitian konversi energi dari BBM ke BBG untuk rumah tangga; Memanfaatkan bahan bakar gas sebagai komplemen bahan bakar minyak (kerosin) untuk rumah tangga dengan metode tabung ANG. Gambar 82. Pembuatan Alat Filling Gas ANG LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

141 Gambar 83. Pengujian Adsorpsi Kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan dan diperoleh hasil berupa sistem tabung ANG yang dapat digunakan untuk penyimpanan gas metana untuk digunakan pada sektor rumah tangga. Pada kegiatan ini telah diperoleh adsorben yang memiliki daya serap tinggi sesuai dengan target yang ditetapkan, namun dari sudut pandang sistem tabung ANG adsorben yang digunakan belum mencermikan kemampuannya seperti ditunjukkan pada saat pengujian sampel adsorben, karena densitas adsorben dalam sistem ANG masih rendah. Hasil perhitungan keekonomian tabung ANG memperlihatkan harga jual gas Rp.7300,-/kg, dalam tabung ANG lebih murah 38% dari LPG non-subsidi (LPG 12 kg) yang dijual Rp /kg. Program pemanfaatan gas menggunakan teknologi ini memberikan harapan besar untuk dapat diterapkan dengan syarat stasiun pengisian telah tersedia, serta jumlah volume penjualan gas 0.06 MMscfd yang setara dengan 425 tabung per hari. Volume gas tiap tabung 4 m 3 (3.29 Kg (slpg)), untuk pemakaian ANG di pelanggan selama 7 hari/tabung. 122 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

142 i. Rancang Bangun Drier Gas Bumi untuk Meminimalkan Kadar Air dalam Bahan Bakar Gas (BBG) di SPBG dan Industri; Tujuan penelitian ini adalah Melakukan penelitian yang bersifat inovatif terkait dengan peningkatan kualitas bahan bakar gas bumi yang berdampak pada nilai jual dan peningkatan faktor keselamatan; Membuat alat drier gas bumi menggunakan adsorben karbon aktif dalam skala laboratorium; Mendapatkan alternatif adsorben untuk meminimalkan kadar air dalam bahan bakar gas Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa adsorben karbon aktif memiliki kapasitas yang besar untuk gas yang jenuh. Kapasitas dapat mencapai 40% berat karbon aktif. Untuk gas yang tidak jenuh, RH kurang dari 10% pada pengujian ini, kapasitas dan laju adsorpsi karbon aktif jauh lebih kecil dibandingkan mol sieve. Sehingga dapat disimpulkan adsorben ini lebih tepat digunakan untuk menurunkan kadar air yang jenuh menjadi sesuai dengan persyaratan kadar air transportasi gas alam menggunakan pipa. Hasil penelitian ini menghasilkan pellet karbon aktif yang mampu menyerap uap air dalam gas bumi secara cukup signifikan dan rancang bangun drier gas bumi dengan spesifikasi dan fungsi untuk mengeringkan gas bumi. Gambar 84. Pelet Adsorben Karbon Aktif LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

143 Gambar 85. Rancang Bangun Alat Drier Gas Bumi Skala Laboratorium j. Produksi Gas Metana Skala Mini Plant dengan Memanfaatkan Campuran Cairan Rumen, Methane Batubara dan Air Formasi; Kegiatan ini merupakan penelitian tahap ketiga dan lanjutan dari penelitian laboratorium sebelumnya pemanfaatan cairan rumen yang dikombinasikan dengan air formasi, pada suhu dan tekanan resevoir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan mikroba cairan rumen untuk memproduksi gas metana dari batubara pada skala laboratorium dan pembuatan peralatan simulator CBM. Penelitian laboratorium dilakukan dengan menitik-beratkan pada pengaruh perubahan salinitas air formasi dan temperatur. Sedangkan kegiatan pembuatan alat simulator dilakukan sejak tahap rancang bangun atau design engineering hingga pengawasan pembuatan alat di manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan sampel pengujian terbukti mampu berkembang biak dan potensi menghasilkan gas metana pada kondisi reservoir dan salinitas tinggi. Terjadi aktivitas mikroba pada semua perlakuan yang ditandai dengan perubahan nilai ph dan foto mikroba, VFA total, VFA parsial, FTIR, serta semakin tingginya tekanan yang dihasilkan oleh media percobaan. Pada perlakuan TA, TB, TC yang mengandung batubara menunjukkan bahwa semakin tinggi salinitas maka semakin rendah konsentrasi amonia (53: 50: 33,6). Begitupula pula dengan salinitas terhadap besarnya gas metana yang diperoleh di mana pada perlakuan TA, TB, dan TC dapat dilihat bahwa semakin tinggi salinitas ( ppm) semakin besar gas metana yang dihasilkan, yaitu sebesar 146 cf/ton, 187 cf/ton, dan 256 cf/ton setelah 75 hari inkubasi. 124 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

144 Gambar 86. Kegiatan sampling batubara dan sosialisasi di PT. BUKIT ASAM Tanjung Enim dan Sawah Lunto. k. Pengembangan Teknologi Desulfurisasi Secara Oksidatif (ODS) untuk Mendapatkan BBM Berkadar Sulfur Rendah; Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan teknologi proses desulfurisasi secara oksidatif (ODS) meliputi pembuatan katalis ODS dan proses ODS yang optimal sehingga mampu menurunkan kadar belerang sesuai dengan spesifikasi BBM Internasional (EURO). Sebuah metoda alternatif yang menarik untuk mengurangi sulfur adalah oksidatif desulfurisasi menggunakan katalis dan hidrogen peroxide. Dalam hal ini, hidrogen peroksida bereaksi dengan katalis untuk menghasilkan hidroksil radikal ( OH) bebas, agen oksidan yang sangat kuat yang bereaksi dengan senyawa sulfur untuk menghasilkan sulfoxides dan sulfones. Senyawa ini adalah senyawa yang lebih polar daripada spesies tidak teroksidatif, sehingga mereka dapat diekstrak dengan pelarut polar asetonitril organik, dan alkohol atau dengan melewati kolom ion. Proses ini dicapai pada kondisi reaksi ringan (kurang dari 100 ºC dan tekanan atmosfer). Proses ODS menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan dengan HDS misalnya, senyawa sulfur tersubstitusi dibenzothiophenes (DBTS) mudah teroksidatif pada kondisi suhu yang rendah dan tekanan atmosfer, sehingga gas hidrogen yang mahal tidak diperlukan. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

145 Gambar 87. Oksidatif Desulfurisasi Gambar 88. Pembuatan Katalis Hasil kegiatan penelitian ini disimpulkan bahwa katalis yang dipakai yaitu Ti-MCM-41S, TiLa-MCM-41S dan TiCe-MCM-41S setelah uji Uji BETsurface area, menunjukkan katalis dengan kategori mesopori. Katalis Ti-MCM- 41S memiliki luas permukaan terbesar. Uji XRD dan SEM-EDX menunjukkan bahwa katalis Ti-MCM-41S sudah mulai terbentuk kristal namun belum maksimal. Uji AAS juga menunjukkan logam aktif Ti/La/Ce sudah masuk di ketiga katalis tersebut. Proses ODS skala 126 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

146 laboratorium dengan ketiga katalis tersebut di atas sudah dilakukan dengan hasil adanya penurunan kandungan sulfur setelah proses ODS, baik untuk masing-masing komponen maupun total sulfur. Konversi sulfur dari yang terbesar berturut-turut adalah dengan menggunakan katalis TiLa-MCM-41S (49,24%), TiCe-MCM-41S (46,89%) dan Ti-MCM-41S (23,26%). Pada spektrum FTIR menunjukan adanya gugus OH pada area bilangan gelombang sekitar cm-1 merupakan gugus yang berasal dari ikatan OH dari air, hal ini membuktikan bahwa pada proses ODS yang menggunakan Peroksida (H2O2) pada akhir reaksi akan berubah menjadi molekul air. Pada hasil analisis spektrum menunjukan bahwa ada perubahan pada daerah bilangan gelombang 1600 cm-1 yang mengindikasinya adanya penurunan kadar aromatik yang diakibatkan oleh proses ODS yang terjadi hal ini menjadi indikasi awal bahwa kandungan BT, DBT, 4-MDBT dan 4.6-DMDBT yang pada dasarnya memiliki cincin benzena mengalami penguraian selama proses ODS, sehingga pada hasil output HDS terjadi penurunan luas area pada bilangan gelombang tersebut. l. Penangkapan CO 2 dengan menggunakan Pelarut Kalium Karbonat Berpromotor Asam Borat Terdapat beberapa teknologi penangkapan CO 2. Salah satunya adalah dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pelarut yang berasal dari Kelompok Karbonat yaitu Kalium Karbonat. Terdapat kelemahan yang dimiliki pelarut Kalium karbonat yaitu laju reaksi yang lambat. Hal ini dicoba diatasi dengan menggunakan promotor asam borat (H 3 BO 3 ). Pada penelitian ini akan digunakan asam borat karena termasuk bahan yang tidak berbahaya dan lebih ekonomis. Penggunaan Kalium karbonat karena memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan pelarut dari kelompok Amina, salah satu yang paling penting adalah bahwa proses absorpsi dapat berlangsung pada temperatur tinggi sehingga dapat mengurangi parasitic load pada Pembangkit Listrik. Kalium karbonat juga lebih murah, lebih tidak toksik, tidak korosif, dan lebih tahan terhadap pengaruh degradasi yang biasanya terjadi pada pelarut Amina pada temperatur tinggi dan dengan kehadiran dari oksigen dan komponen gas lainnya. Terdapat kelemahan dari penggunaan Kalium Karbonat yaitu laju absorpsi yang rendah, karena itulah dibutuhkan promotor asam borat yang murah dan ramah lingkungan untuk meningkatkan laju absorpsi CO 2. Uji coba skala Laboratorium dilakukan dengan sistem kontinu, yaitu dengan cara mengalirkan gas CO 2 sintetis (20%) pada Alat Penangkap CO 2 ke dalam pelarut. Kemampuan pelarut dalam menyerap gas CO 2 20% LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

147 dibandingkan antara pelarut K 2 CO 3 30% dengan menggunakan promotor H 3 BO 3 3% dan tanpa promotor pada kondisi operasi yang sama. Rancangan alat penangkap CO 2 dengan menggunakan pelarut Kalium karbonat berpromotor asam borat terdiri dari Absorber dan Desorber. Gas CO 2 dan pelarut akan dikontakkan di dalam Absorber pada suhu o C. Pelarut yang sudah mengandung CO 2 akan dialirkan ke dalam Desorber. Pada Desorber temperatur akan dinaikkan hingga o C agar CO 2 yang terabsorp di dalam pelarutnya dapat dilepaskan kembali. Pelarut K 2 CO 2 akan masuk kembali ke dalam Tangki Solvent untuk digunakan kembali dalam proses Absorpsi CO 2, dan seterusnya. Berdasarkan beberapa kali uji hidrodinamika, maka diperoleh laju alir fase gas yang menghasilkan rejim aliran yang baik pada beberapa laju alir gas yaitu 1 liter/menit, 1,25 liter/menit, dan 1,41 liter/menit, sedangkan laju alir pelarut yang masuk kolom Absorber sebesar 1 liter/menit dan laju alir pelarut yang keluar dari kolom Absorber sebesar 1 liter/menit. Berdasarkan ketiga kondisi percobaan di atas dengan laju alir pelarut yang sama, maka semakin meningkat laju alir gas, semakin meningkat pula ketinggian fase gas dan liquid yang tertahan, tetapi waktu tinggal fase gas dan liquid semakin kecil. Gambar 89. Rancangan Alat Penangkap CO 2 Untuk pelaksanaan percobaan, maka tangki solvent yang harus terisi adalah ± 20 liter. Berdasarkan kebutuhan itu maka perbandingan jumlah berat antara KHCO 3 : K 2 CO 3 : air adalah sebesar 3.770,12 gram : 5.200,10 gram : ,10 gram. Perhitungan konsentrasi H 3 BO 3 sebesar 3% diperoleh berdasarkan hasil percobaan tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa penambahan H 3 BO LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

148 sebesar 3% adalah hasil terbaik dalam menyerap gas CO 2. Berdasarkan perhitungan maka H 3 BO 3 yang ditambahkan ke dalam pelarut K 2 CO 3 30% untuk menghasilkan H3BO3 3% adalah sebesar 160,827 gram. Pemeriksaan sifat fisika dan kimia pelarut K 2 CO 3 30% tanpa H 3 BO 3 menunjukkan konsentrasinya sebesar 29,83%, ph sebesar 11,51, densitas sebesar 1,3031 gr/ml, kinematik viscositas pada 40 O c sebesar 1,370 cst. sedangkan setelah ditambahkan H 3 BO 3 menjadi 29,66%, dan titik didih sebesar 97 o C. Sedangkan pemeriksaan sifat fisika dan kimia pada pelarut K 2 CO 3 30% dengan promotor H 3 BO 3 menunjukkan konsentrasinya sebesar 29,66%, ph sebesar 10,96, densitas sebesar 1,3028 gr/ml, kinematik viscositas pada 40 O c sebesar 1,384 cst, dan titik didih sebesar 105 o C. Penurunan ini disebabkan sifat asam yang dimiliki oleh H 3 BO 3 sehingga konsentrasi K 2 CO 3 yang bersifat basa menjadi sedikit menurun. Penurunan konsentrasi pelarut K 2 CO 3 tanpa promotor dan dengan promotor H 3 BO 3 juga selaras dengan penurunan yang terjadi pada ph, di mana pelarut K 2 CO 3 sebelum ditambahkan H 3 BO 3 adalah sebesar 11,15, setelah ditambahkan promotor H 3 BO 3 menjadi 10,96. m Optimasi Pengujian Surfaktan LEMIGAS berbasis Bahan Nabati dengan Metode Injeksi Berpola di Lapangan X ; Tujuan dari penelitian ini untuk jangka pendek adalah terformalasinya surfaktan berbasis MES untuk EOR yang memenuhi beberapa kriteria penyaringan pada skala laboratorium untuk reservoir target injeksi kimia EOR di lapangan X, sedangkan untuk jangka panjang dapat diaplikasikan pada skala pilot dan komersial di lapangan X. Selanjutnya, tersedianya surfaktan dari bahan terbarukan yang dapat diproduksi didalam negeri yang mampu menaikkan produksi minyak melalui aplikasi teknologi pengurasan minyak tahap lanjut. Kegiatan Optimasi Pengujian Surfaktan LEMIGAS Berbasis Bahan Nabati Dengan Metoda Injeksi Berpola Di Lapangan X, dilakukan bekerja sama dengan Pertamina dan LIPI. Pertamina sebagai pihak yang mengusahakan lapangan untuk memproduksikan minyak, mempunyai rencana pengembangan lapangan di wilayah kerjanya untuk menaikkan produksi, Berdasarkan hasil screening ada beberapa lapangan yang akan ditingkatkan/diaktifkan produksinya dengan injeksi kimia, dimana hasilnya terpilih reservoair lapangan X untuk dibuatkan formula surfaktan. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh LEMIGAS dan LIPI untuk mengembangkan formula surfaktan reservoir lapangan X, sehingga bisa dimanfaatkan oleh Pertamina. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

149 Hasil dari kegiatan penelitian ini adalah : Lapangan Jirak memiliki reservoir target pada formasi talang akar yaitu pada lapisan 1 st, 2 nd dan 3 rd dengan lithology Sandstone. Terdapat 4 Kompartemen pada lapangan Jirak yang cocok sebagai Pattern Waterflood-EOR, yaitu : B, D, E, I dan J. Pada kompartemen tersebut terdapat 7 pattern yang mendekati pola ideal inverted 5-spot yaitu : Pattern 5, 6, 9,10, 21, 22 dan 23, namun yang memiliki jumlah sumur ideal hanya pattern 10, 21, 22 dan 23. Dengan menggunakan skoring aspek G&G dan reservoir, rangking 5 terbaik terdapat pada : - Pattern 5 lapisan 1 st - Pattern 9 lapisan 3rd - Pattern 23 lapisan 1st - Pattern 14 lapisan 2nd - Pattern 21 lapisan 1 st - Pattern 23 lapisan 1 st merupakan kandidat terbaik untuk injeksi kimia-eor - Formulasi surfaktan belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan sebagai surfaktan yang layak untuk injeksi kimia EOR. - SDM untuk mempercepat ditemukannya formula surfaktan utk fluida reservoir Jirak Gambar 90. Kompatibilitas Larutan Oleat Nacl + Na2co3 + Aquabidest. 130 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

150 2. Bidang Mineral dan Batubara Pada bidang mineral dan batubara terdapat 9 pilot plant/ prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula, yaitu: 1) Implementasi Pengembangan Gasifier Batubara di IKM Untuk Peleburan Aluminium dan Industri Yang Menggunakan Boiler (3 Unit) Untuk mengurangi biaya pembangkitan listrik dari PLTD berbahan bakar minyak solar, tekmira telah mengembangkan teknologi dual-fuel yaitu penggunaan campuran bahan bakar solar dan batu bara skala pilot plant di Palimanan. Pada tahun 2015, dilakukan persiapan lahan, konstruksi gasifier skala komersil, training dan komisioning, uji coba penerapan pada PLN kapasitas 1-3 MW, dengan hasil yang diharapkan adalah terpasangnya pada jaringan transmisi PLN kapasitas 1-3 MW. Hasil kegiatan sebagai berikut: Ujicoba pemanfaatan tar yang merupakan hasil samping proses gasifikasi telah berhasil secara kontinyu selama 15 hari. Tar dimanfaatkan untuk bahan bakar tungku siklon yang dikoneksikan dengan steam boiler dan mampu menghasilkan uap air dengan tekanan 2-3 bar dan temperatur C yang digunakan sebagai seal gas pada saat poking. Ujicoba proses gasifikasi telah dilakukan selama 24 hari non stop dan mampu mengendalikan operasi gasifikasi di reaktor fixed bed. Commisioning coal gas engine telah dilakukan selama 1 jam tanpa menggunakan beban. Ujicoba dengan menggunakan beban akan dilakukan pada tahun ) Pengembangan dan Penerapan Siklo Burner Batubara Pada Dapur Komunal dan IKM (6 unit) Tungku siklo burner batubara dikembangkan dalam skala kecil yang sesuai digunakan di dapur komunal. Tungku ini diharapkan menjadi alternatif pengganti LPG di masyarakat. Namun tungku ini masih perlu di ujicoba di tempat pengguna untuk mengetahui kesesuaian antara desain tungku dengan karakteristik penggunaan. Pada tahun 2015 tungku hasil paten ini diterapkan di dapur komunal pesantren di Majalengka dan beberapa IKM di Cirebon. Hasil implementasi paten ini adalah sebagai berikut: Terbangunnya 6 unit pembakar siklon, yakni di Ponpes Mufidah Santi Asromo, Ponpes An-Nawawiyah, IKM Kecap (Kab. Majalengka), IKM Kerupuk, IKM Gula Batu dan IKM Sohun (Kab. Cirebon). LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

151 Telah dilakukan komisioning dengan hasil efisiensi energinya lebih besar, pemanasannya lebih cepat, dan lingkungan pabrik lebih bersih dibanding dengan pemakaian bahan bakar kayu bakar. Suhu dapat mencapai o C. No. Judul Kegiatan Uraian Kegiatan Keterangan 1. Implementasi Pengembangan Gasifier Batubara di IKM Gasifikasi mini (GasMin) batubara adalah reaktor skala IKM untuk mengubah batubara menjadi bahan bakar gas melalui proses gasifikasi. a. Implementasi GasMin di IKM/ UMKM peleburan aluminium di Desa Sorogenen, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta b. Implementasi GasMin di IKM/ UMKM minyak atsiri di Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo c. Implementasi GasMin di IKM/ UMKM tahu di Desa Wonobroto, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo Laju umpan batubara optimum 12 kg/jam, proses produksi 10 jam dengan rata-rata paleburan aluminium 135 kg, laju suhu di dalam kantung api 800 o C o C. Mampu menghemat biaya energi 33,33% dari bahan bakar solar subsidi. Hasil proses penyulingan minyak atsiri di dalam ketel penyulingan kapasitas 300 kg dengan rendemen 2% - 2,5%; densitas 1,02 g/ml g/ml ( SNI: 1,025 1,06 g/ml ); nilai Eugenol (kandungan minyak atsiri) : 77% - 79% ( SNI: minimal 78%). Laju rata-rata umpan batubara per jam : 14,5 kg atau 87 kg/6 jam, maka setiap kg daun cengkeh membutuhkan biaya energi Rp. 609,-. Bahan bakar batubara yang dikonsumsi selama 10 jam proses hanya menghabiskan 75 kg atau 7,5 kg/jam. Rentang suhu di dalam kantung api boiler antar 996 o C 1157 o C dan tekanan 2-3 bar. 132 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

152 No. Judul Kegiatan Uraian Kegiatan Keterangan Dengan 75 kg batubara dapat memproduksi tahu dari bahan baku 300 kg kedelai sedangkan menggunakan biomas diperlukan 6000 kg biomasa. Perbandingan biaya energi, GasMin dapat menghemat 74% biaya energi. 2 Pengembangan dan Penerapan Siklo Burner Batubara Pada Dapur Komunal dan IKM a. Pondok pesantren An-Nawawiyah Desa Kawunggirang, Majalengka. Jumlah santri : 199 santri Tujuannya adalah menghasilkan teknologi pembakaran batubara yang sesuai untuk dapur komunal dan IKM dengan penggunaan energi co-firing (batubara serbuk gergaji) yang murah dan bersih. Pembakar siklon ponpes berukuran kecil berdiameter dalam 40 cm dengan tinggi 60 cm adalah tipe pembakar siklon vertikal. Digunakan untuk mendidihkan air. b. Pondok pesantren Mufidah Santi Asromo, Desa Pasirayu, Kecamatan Sindang, Majalengka Jumlah santri : 500 santri Pembakar siklon yang dibangun untuk pabrik kerupuk berukuran tinggi 60 cm dan diameter 40 cm digunakan untuk mengukus adonan kerupuk sebelum di potong-potong. c. IKM kerupuk di Plumbon, Cirebon d. IKM kecap di Tonjong, Majalengka Pembakar siklon yang dibangun di pabrik kecap dimanfaatkan untuk membuat kecap, berdiameter 153 cm dengan tinggi 83 cm. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

153 No. Judul Kegiatan Uraian Kegiatan Keterangan e. IKM Sohun di Mundu, Cirebon Pembakar siklon di pabrik sohun berdiameter dalam 40 cm dengan tinggi 60 cm untuk mendidihkan air. f. IKM Gula batu di Citemu, Cirebon Pembakar siklon di IKM gula batu berdiameter dalam 40 cm dengan tinggi 60 cm digunakan untuk menggodog adonan gula. 3. Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Pada bidang ketenagalistrikan, energi baru terbarukan dan konservasi energi terdapat 6 unit pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula, yaitu: 1) Detail Engineering Design (DED) Unit Pengolah Mobile Biodiesel (1 unit) 2) Unit Pengolah Bioetanol (1 unit) 3) Unit Produksi Biogas (3 jenis/15 unit) 4) Detail Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara Skala Kecil (PLTUB-SK) (1 unit) Berikut ini beberapa hasil pilot plant/ prototype/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula tersebut: 1) Detail Engineering Design (DED) Unit Pengolah Mobile Biodiesel Orientasi Badan Litbang ESDM saat ini adalah menghasilkan inovasiinovasi berbagai terobosan dalam rangka meningkatkan ketahanan energi dan juga meningkatkan nilai tambah dalam bentuk pilot plant dan demo plant yang selanjutnya akan diimplementasikan melalui upaya komersialisasi dan hilirisasi. Komersialisasi dan hilirisasi produk-produk hasil litbang, di satu sisi, mempunyai dampak kepada peningkatan ketahanan energi dan, di sisi 134 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

154 lainnya, mempunyai nilai tambah dalam bentuk investasi melalui pertumbuhan industri-industri energi dan ketersedian lapangan kerja baru. Pada tahun 2025, kebutuhan gas bumi diperkirakan mencapai 1,5 juta barel setara minyak per hari. Produksi gas bumi nasional diperkirakan tidak mampu menutupi kebutuhan gas dalam negeri pada tahun Sebagai akibatnya, gas bumi juga akan mengalami defisit yang cukup besar. Tanpa ada upaya terobosan, ketergantungan kita terhadap impor energi semakin besar yang akhirnya mengancam ketahanan energi kita. Oleh karena itu, kita harus berupaya semaksimal mungkin menggali dan mengembangkan potensi yang kita miliki untuk menutupi defisit tersebut seperti pengembangan energi baru terbarukan. Bahan Bakar Nabati (BBN) merupakan salah satu energi terbarukan dimana potensi bahan baku sangat berlimpah di Indonesia. Total potensi BBN Indonesia saat ini sekitar MW, sementara pemanfaatannya sebesar MW atau masih sekitar 5% dari total potensi. Langkah-langkah strategis perlu segera dilakukan dalam rangka pengembangan dan penyediaan bahan bakar nabati (BBN), baik itu berupa biodiesel, bioethanol, dan biogas Balitbang ESDM telah berupaya membangun proyek percontohan produksi BBN dan kebun energi dengan basis tanaman non pangan yaitu Kemiri Sunan dan Sorgum untuk dikonversi menjadi biodiesel dan bioethanol. Tanaman tersebut dapat tumbuh di lahan kering atau lahan kritis yang tidak produktif. Proyek percontohan tersebut diimplementasikan Balitbang ESDM bekerjama dengan Pemda Provinsi DIY dan Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPN Veteran) Yogyakarta. Kemiri sunan mempunyai kapasitas produksi 8-10 ton biodiesel/ha/tahun, 2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman pangan kelapa sawit yang hanya berproduksi 4-5 ton minyak/ha/tahun. Kemiri sunan juga memiliki umur produktif 75 tahun, 3 kali lebih lama dibandingkan kelapa sawit yang hanya 25 tahun. Sementara sorgum dapat menghasilkan bioethanol sebanyak liter/ha/tahun setara dengan tanaman pangan jagung dan tebu. Perwujudan pengembangan BBN melalui kerja sama Balitbang ESDM dengan Pemprov DIY dan UPN Veteran di tahun 2015, yaitu dengan membuat kebun energi seluas 3.6 Ha yang telah ditanami 900 pohon kemiri sunan. Pada lahan yang sama, ditanam sorgum seluas m 2 menggunakan metode tumpang sari. Kebun energi berlokasi di lahan Sultan Ground yang terletak di LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

155 Dusun Gunung Kelir, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Selain kebun energi, pabrik BBN berbasis sorgum skala laboratorium juga dibangun untuk mengolah batang sorgum manis menjadi bioetanol. Commissioning test telah dilaksanakan di Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran dan menghasilkan bioetanol dengan kadar 82% alkohol straight distillation dan diuji coba digunakan sebagai bahan bakar genset 6 kva yang telah dimodifikasi. Selain itu juga telah dibuat DED Mobile Biodiesel yang dirancang untuk kapasitas biodiesel 500 liter/batch. DED tersebut terdiri atas unit pretreatment, unit proses utama, dan unit utilitas. Diagram alir proses DED pada Gambar 91. Gambar 91. Diagram alir DED Pengolah Mobile Biodiesel. Tim Balitbang dan UPN melakukan analisis tekno ekonomi BBN berbasis kemiri sunan dan sorgum yang diharapkan mempunyai nilai keekonomian yang cukup baik sebagai sumber energi dalam skala komersial. Apakah bisnis biofuel dengan nilai investasi yang berkisar 5 milyar rupiah dapat memberikan IRR yang positif dan signifikan? Nilai keekonomian yang cukup baik dari pengembangan biogas tersebut diharapkan dapat menarik para investor daerah agar menanamkan modalnya di industri BBN. Upaya komersialisasi BBN berbasis Kemiri Sunan dan Sorgum hanya bisa terwujud melalui kerja sama yang baik antara Pemerintah Daerah (khususnya dinas-dinas terkait), para investor atau bisnis unit (yang akan mengelola bisnis BBN berbasis kemiri sunan dan sorgum), dan Perguruan Tinggi setempat (yang dalam hal ini adalah UPN Veteran Yogyakarta). Perguruan tinggi berfungsi 136 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

156 sebagai pusat informasi dan demonstrasi yang menyediakan informasi terkait BBN berbasis kemiri sunan dan sorgum yang didukung oleh Balitbang ESDM. Komersialisasi BBN berbasis kemiri sunan dan sorgum di Yogyakarta akan berdampak langsung kepada tumbuhnya investasi dan sekaligus sumber PAD serta penambahan lapangan kerja. Investasi BBN berbasis kemiri sunan dan sorgum di Yogyakarta seharusnya dapat dilaksanakan oleh para pengusaha setempat. Keberhasilan upaya komersialisasi BBN tersebut tentu saja akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi Yogyakarta. Dengan mendorong komersialisasi BBN berbasis kemiri sunan dan sorgum dapat memberikan prospek yang bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu : 1) Bagi Industri Tersedianya bahan bakar alternatif pengganti BBM Menurunnya biaya akibat tingginya harga BBM Terbukanya peluang baru untuk mengembangkan BBN 2) Bagi masyarakat dan investor Terbukanya peluang usaha bagi masyarakat investor. Tersedianya lapangan kerja baru. 3) Bagi Pemerintah Menurunnya angka pengangguran. Berkurangnya subsidi BBM Menurunnya pencemaran lingkungan serta emisi gas rumah kaca Gambar 92. Strategi kebun energi pada degraded/marginal land LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

157 Gambar 93. Kerja sama dan sinergi pencapaian EBTKE (ABGC) 2) Unit Pengolah Bioetanol Unit pengolah bioetanol Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi berkapasitas 100 liter/batch yang berlokasi di UPN Veteran Yogyakarta. Unit pengolah bioetanol (Gambar 94) ini dimaksudkan untuk mengolah sorgum manis dari kebun energi Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi seluas m 2 yang terletak di Dusun Gunung Kelir, Kelurahan Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Sorgum manis mempunyai masa tanam 2-3 bulan dengan randemen perolehan nira sebesar 65%. Unit Pengolah ini telah beroperasi dengan perolehan bioetanol kadar 80%. 138 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

158 Gambar 94. Unit pengolah bioetanol. 3) Unit Produksi Biogas Biogas dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi setempat, seperti rumah tangga, kelompok rumah tangga (komunal) dan industri kecil. Unit biogas yang berhasil dibangun pada tahun 2015 terdiri atas 15 unit percontohan reaktor biogas skala rumah tangga 6 m 3 di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, 4 unit percontohan reaktor biogas skala komunal 12 m 3 di Kabupaten Malang Jawa Timur, 2 unit percontohan reaktor biogas 12 m 3 di Provinsi NAD, 2 unit percontohan reaktor biogas 12 m 3 di Provinsi Sumatera Selatan. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain, yaitu 1 m3 biogas setara dengan : elpiji 0,46 kg, minyak tanah 0,62 liter, minyak solar 0,52 liter, bensin 0,80 liter, gas kota 1,50 m3, dan kayu bakar 3,50 kg. Gambar 95. Percontohan Reaktor Biogas LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

159 4) Detail Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara Skala Kecil (PLTUB-SK) DED PLTUB-SK hasil rancangan Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai kapasitas 7 MW yang dirancang untuk menstimulus investor agar berinvestasi di sektor PLTUB-SK untuk melistriki daerah kecil, daerah perbatasan, daerah terpencil, dan terisolasi. Pengembangan PLTU Skala Kecil dapat mengurangi penggunaan minyak solar yang berarti mengurangi impor BBM, sehingga mengurangi penggunaan devisa negara, dan sekaligus menurunkan biaya pokok penyediaan energi listrik dibanding dengan menggunakan PLTD. Pengembangan PLTU Skala Kecil ini juga akan menambah penggunaan batubara mutu rendah (low rank coal) dan memperkuat pasar batubara dalam negeri, khususnya pasar bagi batubara mutu rendah yang sangat sulit dipasarkan di luar negeri. Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting di dalam pembangunan PLTU Skala Kecil. Beberapa kriteria pemilihan lokasi proyek percontohan nasional PLTU Skala Kecil adalah dekat dengan sumber batubara. Lokasi yang dekat dengan sumber batubara akan membuat biaya logistik batubara tidak lebih dari US$30/ton. Lokasi pembangunan pembangkit juga harus mempunyai demand atau permintaan energi listrik sedikitnya 10 MW. d) Bidang Geologi Kelautan Pada bidang geologi kelautan terdapat 12 output pilot plant/ prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula, yaitu: a) Studi Potensi PLTAL di Toyopakeh, Nusa Penida Bali Kegiatan ini untuk mendapatkan potensi energi PLT Arus Laut di daerah selat Toyapakeh di Nusa Penida Bali. Berdasarkan pertimbangan aspek teknis seperti morfologi dasar laut, lebar selat dan potensi kecepatan arusnya prototipe turbin arus laut yang bisa dikembangkan adalah area lokasi 2 yang merupakan selat toyapakeh dengan koordinat (S 08 o ; E 115 o ) yang mempunyai potensi praktis sebagai pembangkit listrik arus laut dengan daya yang dapat dihasilkan sebesar 758 W tiap turbin. Juga dengan dukungan non teknis yang meliputi aksesbilitas dan aksebtabilitas masyarakat, maka PLT AL dapat segera diwujudkan. 140 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

160 Gambar 96. Lokasi Daerah yang Memiliki Potensi Arus untuk Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Arus Laut b) Kajian Teknik dan Simulasi Rencana Perancangan Turbin PLT Arus Laut Kegiatan ini untuk mendapatkan kajian teknik dan simulasi rencana perancangan turbin pembangkit litrik tenaga (PLT) arus laut. Turbin yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai rancangan desain PLTAL ialah Vertical Axis Turbine (VAT) tipe) tipe Turbin Darrieus dengan passive pitch karena turbin tersebut lebih baik daripada Turbin Gorlov. Selain itu, Turbin Darrieus dengan passive pitch memiliki banyak keunggulan, diantaranya ialah memiliki kemampuan self starting yang lebih baik daripada Turbin Darrieus fix pitch, meminimalisir stall, dan miningkatkan gaya lift pada sebagian besar azimuth putar turbin. Gambar 97. Desain Arm dan Blade Turbin Model Vertikal Axis Darrieus LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

161 Penerapan cascade foil pada Turbin Darrieus passive pitch sejumlah total 9 foil bertujuan untuk menambah ekstraksi energi arus laut tanpa melakukan perbesaran dimensi, sehingga didapatkanlah turbin dengan efisiensi yang lebih tinggi. Untuk penggunaan 2 turbin dalam 1 ponton direkomendasikan menggunakan konfigurasi array I. Sedangkan untuk penggunaan 3 turbin dalam 1 ponton direkomendasikan menggunakan konfigurasi array II. Turbin yang digunakan sebagai rancangan desain PLTAL ialah Turbin Darrieus Passive- Pitch 160 cm diameter x 160 cm span, total 9 foil / blade yang dipasang secara cascade foil, tipe airfoil NACA 0018, dan sudut pitch -10 o hingga 10 o. c. Pengujian Model Sistem Turbin PLT Arus Laut Skala Laboratorium Kegiatan ini untuk mendapatkan hasil pengujian model sistem turbin pembangkit listrik tenaga arus listrik skala laboratorium. Hasil pengujian menunjukkan dengan merubah variasi jumlah blade maka torsi dan rpm turbin terjadi perubahan. Variasi dengan jumlah blade 3 menghasilkan rpm yang paling besar namun torsi yang dihasilkan paling kecil, begitu pula sebaliknya jumlah blade 9 menghasilkan rpm terendah namun torsinya paling besar dibandingkan yang lain. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah blade maka rpm semakin kecil namun semakin besar torsi yang dihasilkan. Sedangkan hubungan antara torsi dan azimuth turbin, bahwa Azimuth 1000 menghasilkan torsi yang paling besar dibandingkan dengan azimuth lain. Sedankan untuk pengaruh kecepatan arus terhadap torsi dan rpm berbanding lurus. Semakin besar kecepatan arus maka torsi dan rpm akan semakin besar juga. Gambar 98. Grafik hasil ujicoba RPM vs Kec. Arus dan RPM vs Jumlah Foil. 142 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

162 Gambar 99. Grafik hasil ujicoba torsi terhadap azimut kecepatan 1.3 m/s d. Kajian Teknik Pemilihan Teknologi Sistem Transmisi Mekanik dan Elektrik PLT Arus Laut Dalam mendesain sistem transmisi mekanik perlu perhitungan matematis untuk dapat menentukan dan memilih komponen serta material apa saja yang diperlukan yang mecakup: Evaluasi beban kerja awal (minimum) dari turbin untuk sistem mekanik dan elektrik baik pada kondisi operasi dan kondisi cuaca terburuk. Untuk sistem transmisi mekanik beban awal minimum sebesar Initial torsi sebesar x kecepatan putar sudut poros sebesar rad/s, sebesar watt. Sedangkan pada kondisi maksimum maka beban kerja maksimum telah dihitung hingga gearbox sebesar Nm dan daya 5,39 KW. Namun, pada kondisi cuaca buruk harus dihentikan karena melebihi kondisi maksimum sistem transmisinya. Untuk sistem transmisi elektrik kondisi minimum dari sistem transmisi elektrik tergantung dari input rpm dan torsi dari turbin. Sedangkan pada kondisi operasional atau maksimum menghasilkan putaran 250 rpm dan torsi input 150 Nm. Namun pada kondisi cuaca buruk dengan menonaktifkan turbin atau memutus couple sehingga tidak ada input ke generator karena turbin berputar sangat kencang hingga melebihi batasan yang mampu diterima oleh generator. Perhitungan, analisis dan penyusun beberapa dokumen basic design, yaitu: Dokumen Perancangan/Desain sistem transmisi; Dokumen Pemilihan Bahan dan Daftar Komponen; serta Dokumen Prosedur pengujian (test), instalasi dan operasi. Penyusunan perancangan transmisi dan elektrik meliputi: - Mampu untuk bekerja pada kondisi minimum dan maksimum daya/torsi yang dihasilkan oleh sistem turbin - Menentukan perencanaan umur peralatan karena pengaruh operasional dan kondisi cuaca terburuk. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

163 - Menentukan efisiensi sistem konversi energi Optimalisasi pemilihan bahan dan membuat daftar komponen Membuat dokumen prosedur meliputi : - SOP pengujian - SOP instalasi - SOP rekomendasi kerja untuk saat operasional sistem dan kondisi evakuasi sistem saat terjadi cuaca buruk. e. Kajian Teknik Rencana Desain Sistem Pengendalian dan Monitoring PLTAL Pembangkit listrik tenaga arus laut mempunyai prinsip operasi mengubah energi kinetik dari fluida menjadi daya listrik. Pada kondisi ini, infrastruktur komunikasi memiliki peran yang sangat penting untuk mengendalikan sistem dan memonitor kondisi kerja dari pembangkit listrik tenaga arus laut. Perancangan monitoring, pengendalian dan sistem peringatan dini mengacu pada international standard IEC (Wind turbines Part 25: Communications for monitoring and control of wind power plants). Standard ini sudah terbukti sukses diaplikasikan pada sistem pembangkit listrik tenaga angin, sehingga sangat memungkinkan untuk diaplikasikan pada sistem pembangkit listrik tenaga arus laut. Gambar 100. Model komunikasi pada IEC Seperti terlihat pada Gambar 100, pada dasarnya seri IEC hanya mendefinisikan bagaimana cara memodelkan informasi, pertukaran informasi dan bagaimana memetakannya ke dalam protokol komunikasi spesifik yang hendak digunakan. Seperti terlihat pada Gambar 100 di atas, seri IEC mendefinisikan layanan dengan aspek antara lain seperti berikut ini: 144 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

164 Informasi yang diberikan oleh komponen pembangkit listrik, misalnya: kecepatan rotor turbin air atau daya listrik total yang dihasilkan selama periode tertentu dimodelkan sehingga memungkinkan untuk diakses. Cara pemodelan ini dibahas di seri IEC dimana didefinisikan di IEC Layanan pertukaran nilai dari informasi yang sudah dimodelkan; didefinisikan dalam IEC Pemetaan model informasi ke dalam profil komunikasi dan penyediaan stack protocol untuk memuat/membawa pertukaran nilai/model informasi; didefinisikan dalam IEC Sedangkan IEC memberikan gambaran menyeluruh dari prinsip-prinsip dan model-model yang digunakan dalam seri IEC Dalam penerapan IEC ini, juga diterapkan international standard IEC (Communication networks and systems in substations Part 7: Basic communication structure for substation and feeder equipment). Tambahan ini dimaksudkan karena pada pelaksanaannya memiliki struktur komunikasi data yang memiliki sejumlah substation. f. Kajian Teknik Pemilihaan Model Supporting Struktur Platform Sistem Turbin PLT Arus Laut Untuk menentukan jenis platform yang digunakan maka diperlukan pertimbangan berdasarkan parameter tertentu. Parameter yang digunakan salah satunya adalah daya yang dapat dihasilkan. Ketika menggunakan suatu platform, jumlah turbin yang dapat dipergunakan pada satu platform tersebut akan menentukan jumlah daya yang dihasilkan. Jika pada beberapa platform memiliki jumlah turbin yang sama maka hal selanjutnya yang perlu dilihat adalah hasil aliran pada wilayah di sekitar tersebut. Jika terjadi vorteks dengan jumlah besar pada wilayah turbin tersebut maka akan menurunkan jumlah energi yang akan diubah menjadi daya pada turbin tersebut serta akan mempengaruhi stabilitas dari platform yang digunakan. Jarak pada setiap juga berpengaruh. Jika menggunakan Catamaran maka jarak antara turbin akan semakin dekat. Sehingga untuk mencapai kondisi ideal maka menggunakan dua turbin. Berbeda jika menggunakan Tension Leg Platform (TLP), dapat menggunakan tiga turbin pada satu platform dan jarak dari ketiga turbin tidak terlalu dekat. Parameter selanjutnya adalah seperti bentuk permukaan laut pada posisi yang telah ditentukan. Terlihat pada di daerah yang semakin menuju ke arah tengah laut terdapat palung yang memiliki perbedaan kedalaman yang sangat signifikan. Hal tersebut mempengaruhi desain mooring yang akan digunakan pada platform yang digunakan. Hal ini menjadi pertimbangan posisi LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

165 letak jangkar serta panjang mooring yang akan digunakan. Dengan kondisi ini juga akan ditentukan tipe sistem mooring pada platform. Arah dari arus laut yang tidak menentu juga akan mempengaruhi kondisi platform. Jika dilihat dari aspek tersebut maka asumsi pilihan yang paling baik digunakan adalah TLP karena dapat menerima arus dari segala arah. Sehingga platform yang digunakan adalah tipe TLP. Gambar 101. Desain platform catamaran Gambar 102. Desain platform TLP g. Kajian Teknis Rencana Desain Instalasi Kabel Bawah Laut Sistem Penyimpanan dan Distribusi pada PLTAL Kondisi Selat Toyapakeh di lokasi terpilih sebagai berikut: Pada saat kedudukan air rendah (neap tide) kecepatan arus minimum adalah 0,0249 m/s pada kedalaman 8 meter, sedangkan kecepatan maksimum 2,4615 m/s pada kedalaman 10 meter Pada saat kedudukan air tinggi (spring tide) kecepatan arus minimum adalah 0,0158 pada kedalaman 6 meter, sedangkan kecepatan maksimum 3,2855 m/s pada kedalaman 12 meter 146 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

166 Berdasarkan perhitungan dimensi kabel, dipilih kabel yang dipilih adalah kabel berinti tiga dengan luas penampang masing-masing inti konduktor adalah 2,5 mm 2. Perkiraan total panjang kabel adalah 280 m. Perhitungan telah mempertimbangkan drop tegangan dan nilai drop tegangan yang terjadi adalah 4,11 %. Nilai ini masih memenuhi kriteria drop tegangan sebesar 5% Berdasarkan scoring yang telah dilakukan, metode distribusi on-grid lebih menguntungkan dibanding metode off-grid untuk menyalurkan daya listrik dari PLTAL ke konsumen. Dari lima aspek yang dianalisis, metode ongrid unggul dibandingkan off-grid dalam empat aspek, yaitu: Aspek energy storage Aspek jaringan kabel listrik darat Aspek regulasi penjualan listrik Aspek manajemen dan pengawasan Berdasarkan perhitungan efisiensi penyaluran daya listrik, didapatkan bahwa dari total 2,85 kw daya yang disalurkan oleh trafo, rugi daya yang terjadi dalam perjalanan ke darat adalah sebesar 43,53 W. Berdasarkan perhitungan tersebut, efisiensi dari sistem penyaluran kabel adalah sekitar 98,47%. Sebagai catatan, efisiensi yang dihitung ini adalah efisiensi dari saluran kabel saja. Efisiensi dari peralatan listrik lain seperti generator dan trafo belum diperhitungkan. Lokasi yang dipilih merupakan daerah konservasi terumbu karang sehingga peletakan kabel secara dipendam tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, peletakan kabel yang dilakukan adalah dengan metode Cable In-pipe menggunakan Pipe Protector yang diletakkan diatas seabed. Berdasarkan hasil analisis stabilitas kabel bawah laut, didapatkan bahwa pipe protector stabil secara lateral maupun lateral. Hasil cek kondisi operasi untuk stabilitas vertikal menunjukkan nilai 0,37, sedangkan untuk stabilitas lateral adalah 0,82. Nilai ini memenuhi persyaratan kestabilan, yaitu nilai cek kurang dari atau sama dengan satu. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

167 Gambar 103. Desain pipe protector dari struktur terapung ke dasar laut Gambar 104. Desain struktur terapung PLTAL dengan 4 mooring h. Kajian Teknis Tahapan-tahapan Assessment Kinerja PLT Arus Laut Ruang lingkup tahapan-tahapan Assessment Kinerja PLT Arus Laut adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan dokumen cara assessment kinerja PLT Arus Laut pada kondisi pengujian (Test Condition) antara lain : Assessment Sistem konversi energi pada PLT Arus Laut TECS (Tidal Energy Convertion System). Assessment metode survei yang telah dilakukan. Assessment segala sumber komponen atau SDA/SDM apa saja yang terkait terhadap pembangunan PLT Arus Laut sebelum di lakukan tahap pembangunan (pre-deployment stage). Assessment terhadap cara pengukuran arus laut pada lokasi yang terpilih terkait dengan kecepatan dan arah arus laut yang sering terjadi. Assessment terhadap analisis data dari hasil pengukuran. 148 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

168 Assessment bagaimana prosedur perubahan kinerja PLT Arus Laut terhadap perubahan kondisi antara lokasi pembangunan PLT Arus Laut dengan kondisi wilayah laut dan lingkungan disekitarnya. 2) Penyusunan dokumen cara asssesment kinerja PLT Arus Laut pada peralatan yang terpasang di PLT Arus Laut meliputi : Daya listrik yang dihasilkan oleh sistem turbin Peralatan sistem transmisi Kontrol dan monitoring Assessment cara pengukuran arah dan kecepatan arus pada saat pengujian maupun operasional. Assessment cara pengukuran perubahan densitas, pasang surut, temperatur dan parameter lainya yang dibutuhkan. Assessment terhadap tahap operasional PLT Arus Laut Assessment terhadap data acquisition system. 3) Membuat dokumen prosedur pengukuran kinerja TECS. 4) Membuat dokumen format standar untuk proses assessment TECS. i. Kajian Teknik dan Penyusunan Rencana Dokumen Prosedur Pemasangan (Commissioning) PLTAL Kegiatan ini menghasilkan dokumen-dokumen yang diperlukan saat commissioning yang disesuiakan dengan tahapan pekerjaan: Proses Sebelum Perancangan (Pre Design) Proses Perancangan Proses Produksi Proses Instalasi Proses Delivery Proses Konstruksi Proses Serah Terima Hasil Pembangunan Lengkap (Acceptance) Dalam penyusunan dokumen tersebut perlu dilakukan juga evaluasi yang dapat digunakan untuk: Mengurangi Perubahan Order dan Penambahan Klaim Memperkecil Penundaan Proyek atau Pembangunan Mengatur start-up yang dikehendaki Melakukan Minimalisasi Efek Perubahan Perencanaan/Desain Mengevaluasi Tingkat Penambahan Nilai (Value Added) Kualitas Konstruksi Owner Advocacy untuk Keputusan Desain dan Konstruksi Menganalisis dan mengevaluasi keterkaitan semua dokumen commissioning yang tidak menimbulkan gap dan bertolak belakang pada proses yang berkualitas. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

169 j. Rencana Strategi Pembuatan Dokumen Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Pembangunan dan Operasional PLT Arus Laut k Pada tahapan perencanaan hingga pembangunan PLTAL diperlukan guidelines penerapan kesehatan dan keselamatan pembangunan dan operasional yang nantinya akan digunakan oleh organisasi / management terkait yang berkewajiban atas PLTAL, yang meliputi: Prinsip manajemen kesehatan dan keselamatan kerja Pertimbangan Pemilihan Lokasi dan Perencanaan Pertimbangan Proses Desain Pertimbangan Proses Spesifikasi, Manufacturing dan Testing Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Proses Oprasional PLTAL. Kajian Teknis dan Non Teknis Persiapan Proyek Pengembangan PLT Arus Laut Mengacu pada panduan pengembangan proyek energi laut EMEC di mana terdapat 6 (enam) tahapan pengembangan proyek PLTAL yang tersusun dalam bentuk 7 (tujuh) dokumen antara lain: Dokumen tahap 0 mengenai Strategi Pengembangan Proyek. Dokumen tahap 1 mengenai Pemilihan Lokasi. Dokumen tahap 2 mengenai Kelayakan Proyek Dokumen tahap 3 mengenai Desain dan Pengembangan Proyek Dokumen tahap 4 mengenai Fabrikasi dan Instalasi Dokumen tahap 5 mengenai Operasional dan Pemeliharaan Dokumen tahap 6 mengenai Decommisioning Untuk mendukung kelengkapan dokumen pengembangan proyek telah dihasilkan pula 6 (enam) checklist dokumen yang disusun berdasarkan tahapan yaitu pada dokumen tahap 1 s.d. 6. Beberapa hal yang berkaitan dengan teknis, fisis, lingkungan dan rancangan detail masih perlu dilakukan peninjauan ulang pada kajian teknis pengembangan ini. Untuk aturan aturan hukum serta ketentuan-ketentuan lain yang lebih spesifik terkait dengan pengembangan PLTAL masih perlu juga ditinjau ulang. l. Pembuatan Konsep Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Konsep pembangkit listrik tenaga arus laut terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pengkonversi itu sendiri dan bagian struktur pendukungnya. Sedangkan untuk pengembangan konsep, haruslah mengikuti suatu proses desain dimana yang menjadi acuan utama serta menjadi konsep dasar dalam pengembangan desain. 150 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

170 Gambar 105. Konsep umum PLTAL Gambar 106. Pengelolaan desain proses Dasar desain harus menetapkan dan memelihara sistem Quality Assurance (QA) yang sesuai dengan tingkat desain yang dilakukan. Proses desain harus dilakukan sesuai dengan sistem QA diaudit mirip dengan yang ditentukan dalam ISO Beberapa aspek harus diberikan perhatian khusus selama proses desain, seperti diuraikan di bawah: Praktek desain organisasi perancang harus diidentifikasi termasuk Instruksi departemen untuk memastikan ketertiban dan terkendali persiapan desain dan verifikasi berikutnya. Ketentuan harus dibuat untuk identifikasi, dokumentasi dan persetujuan yang tepat dari semua perubahan desain dan modifikasi - baik selama tahap desain dan manufaktur. Metode harus direncanakan untuk mengatasi ketidaklengkapan, ambiguitas atau yang bertentangan dengan kebutuhan. Input desain harus diidentifikasi contohnya seperti sumber data, bagian standar yang dipilih atau bahan dan informasi desain dan prosedur harus disediakan untuk seleksi dan review. 5. Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan a. Peta yang dihasilkan oleh Puslitbang Geologi Kelautan pada tahun 2015 terdiri dari tiga jenis, yaitu Peta Anomali Magnet Total sebanyak 14 peta, Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut sebanyak 5 peta, Atlas Pulau-pulau Kecil terdepan di Laut Cina Selatan Indonesia 1 buah (Tabel 22). LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

171 Tabel 22. Daftar Peta Geologi Kelautan No Judul 1 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1014 (Jambi) 2 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1113 (Pangkal Pinang) 3 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1210 (KepulauanSeribu) 152 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

172 No Judul 4 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1310 (PulauRakit) 5 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 2208 (P. Kalaotoa) 6 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 2209 (P. Batuata) LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

173 No Judul 7 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 2213 (Bungku) 8 Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 0619 (Medan) dan 0620 (Langsa) 9 Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 0621 (Simpang Ulin) 154 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

174 No Judul 10 Peta Anomali Magnet Total Lembar Peta 2713 Perairan Misool 11 Peta Anomali Magnet Total Lembar Peta 2714 Perairan Misool 12 Peta Anomali Magnet Total Lembar Peta 3113 Perairan Teluk Cendrawasih LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

175 No Judul 13 Peta Anomali Magnet Total Lembar Peta 3114 Perairan Misool 14 Peta Anomali Magnet Total Lembar Peta 0718 Perairan Tebing Tinggi 15 Peta Anomali Magnet Total Lembar Peta 0719 Perairan Tebing Tinggi 156 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

176 No Judul 16 Peta Anomali Magnet Total Lembar Peta 1608 Perairan Selat Madura 17 Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Lembar Peta Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Lembar Peta 0718 Perairan Tebing Tinggi LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

177 No Judul 19 Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Lembar Peta 0719 Perairan Tebing Tinggi 20 Atlas Pulau-pulau Kecil terdepan di Laut Cina Selatan Indonesia b. Peta yang dihasilkan oleh Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan pada tahun 2015 adalah 13 Peta Potensi Energi Mikrohidro seperti pada Tabel LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

178 Tabel 23. Peta Potensi Energi Mikrohidro No Judul 1 Peta Potensi Mikrohidro di P. Jawa 2 Peta Potensi Mikrohidro di P. Kalimantan 3 Peta Potensi Mikrohidro di P. Papua LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

179 No Judul 4 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Banten 5 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Jawa Barat 6 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Jawa Tengah 160 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

180 No Judul 7 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi D.I. Jogjakarta 8 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Jawa Timur 9 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Kalimantan Barat LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

181 No Judul 10 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Kalimantan Tengah 11 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Kalimantan Selatan 12 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Kalimantan Timur 162 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

182 No Judul 13 Peta Potensi Mikrohidro di Provinsi Kalimantan Utara c. Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi dihasilkan 12 peta/atlas potensi sektor energi dan sumber daya mineral. Keluaran 12 peta/atlas tersebut terdiri dari kegiatan: Evaluasi Bersama Kaji Ulang Wilayah Kerja (WK) Migas menghasilkan 5 buah peta; Evaluasi Bersama Intensifikasi Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia menghasilkan 2 buah peta; Pemetaan Shale Gas Play di Daratan Indonesia : Cekungan Mature Sumatra Selatan (Sub -Cekungan Palembang Utara dan Jambi) menghasilkan 4 buah peta; dan Studi Mikroanalisis Reservoir Batu Pasir Berpermeabilitas Rendah dan Penyebarannya Berdasarkan Mikroanalisis di Cekungan Sumatera Tengah menghasilkan 1 buah peta. Kesimpulan: Hasil perhitungan menunjukkan sumberdaya HC yang cukup potensial (P50) OGIP 9,16 BCF LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

183 Perangkap HC yang berkembang berupa struktur antiklin Area selatan daerah kajian masih memberikan harapan untuk diketemukan daerah prospek/lead lain karena relative ke arah tinggian. Gambar 107. Southeast Mandar Block Kesimpulan : Blok West Misool perlu penambahan data dibagian utara. Batuan induk: Formasi Yefbi (Jura Tengah), Formasi Lelinta (Upper Jura), dan Formasi Fafanlap (Cretaceous). TOC fair s/d very good (0.57% s/d 1.99 %), HI antara 35 s/d 344, mulai matang 4Ma dan belum bermigrasi. Batuan reservoir: Batupasir berumur Paleosen dan Kapur serta batuan karbonat yang berumur Trias, Jura, serta Miosen. Masih perlu tambahan data untuk mengetahui mengetahui adanya kitchen di utara Gambar 108. West Misool Block 164 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

184 Hasil Evaluasi : Petroleum System aktif : Gas dan Oil seep di bagian selatan timur blok (PSG 2013); Indikasi gas C1 dan minyak pada Tertiary Limestone (interval m), indikasi gas pada Mesozoic (Dolomite) di Sumur Jaosakor 1; dan Sumur Kumbai-1 dijumpai gas C1-C4 pada tes kedalaman m, m, m, dan m pada batugamping New Guinea (Miosen) porositas 8.4%-30% permeability 11 md dan Brug Dolomit ( Trias-Yura) Diusulkan pergeseran blok ke arah utara blok sumur Jaosakor dan Kumbai-1. Diperlukan penambahan lintasan seismik kearah bagian utara dan analisis biomarker oil and gas seep Sumberdaya spekulatif P50 sebesar: gas case total un-risk mean value BCF dengan total risk gas value is BCF. Terdapat 4 leads dengan 2 objectives yaitu Kemblangan dan New Guinea Limestone dimana lead terbesar adalah Lead 2 dengan gas case (P50) 698,27 BCF (risked 29,09 BCF) and oil case (P50) 290,19 MMBO (risked 26.5 MMBO). Gambar 109. Merauke Block Sejarah tektonik Teluk Tomini berhubungan dengan zona subduksi dan pemekaran samudra dari Kenozoik sampai Pleistosen. Sedimen yang terendapkan dipengaruhi material vulkanik dan metamorf Potensi volume hidrokarbon dihitung dari source rock sedimen klastik umur Eosen (Unit B) yang setara Formasi Tinombo, berdasarkan kandungan TOC 0,65% dan HI 66 (PSG, 2014). Spekulatif Resources OOIP MMBO dan OGIP BCFG. Gambar 110. Teluk Tomini c. Tujuan ketiga: Mengembangkan dan pemanfaatan teknologi energi dan mineral 1) Sasaran 8: terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM 2) Sasaran 9: terwujudnya pengurangan biaya, peningkatan efisiensi dan TKDN 3) Sasaran 10: terwujudnya peningkatan jasa teknologi LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

185 Ketiga sasaran tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang, yaitu Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei berupa Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula dan Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi. Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi Indikator Target Realisasi % Capaian Penerimaan Negara Bukan Pajak juta Rp juta Rp 71,47 (PNBP) Jasa Teknologi Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi terdapat pada dua bidang, yaitu minyak dan gas bumi dan mineral dan batu bara. Capaian jumlah PNBP Jastek adalah 71,47% dengan rincian sebagai berikut: a. Bidang Minyak dan Gas Bumi Pelayanan jasa teknologi merupakan program pelayanan LEMIGAS kepada industri migas yang dilaksanakan oleh Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan Teknologi (KPPPT) dan Bidang Penyelenggaraan dan Sarana Penelitian dan Pengembangan. KPPPT yang ada di lingkungan LEMIGAS terdiri dari KPPP Teknologi Eksplorasi, KPPP Teknologi Eksploitasi, KPPP Teknologi Proses, KPPP Teknologi Aplikasi Produk, dan KPPP Teknologi Gas. Sasaran pelayanan jasa teknologi diarahkan untuk memberikan nilai tambah dari kebutuhan pelanggan/industri hulu dan hilir migas melalui pelayanan jasa studi dan pelayanan jasa laboratorium yang dijelaskan pada Tabel 24 dan 0. Tabel 24. Jenis Layanan Jasa Teknologi Hulu 2015 JASA STUDI JASA LABORATORIUM 1 Studi Reservoir dan Pengembangan 1 Kajian Laboratorium Stratigrafi Lapangan 2 Studi Evaluasi Lahan Migas 2 Kajian Laboratorium Geokimia 3 Studi Geologi, Geofisika dan 3 Kajian Laboratorium Reservoir (GGR) dan Pengolahan Sedimentologi Data Seismik 4 Studi Remote Sensing & SIG 4 Analisis Laboratorium Optimasi dan Peningkatan Produksi 5 Studi Peningkatan Produksi 5 Analisis Laboratorium Material dan Lumpur Pemboran 6 Studi Sertifikasi Cadangan 6 Analisis Laboratorium PVT Fluida Reservoir 166 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

186 JASA STUDI 7 Studi Revitalisasi Sumberdaya Migas JASA LABORATORIUM 7 Analisis Laboratorium EOR 8 Analisis Laboratorium Core JASA STUDI Tabel 25. Jenis Layanan Jasa Teknologi Hilir dan Kalibrasi 2015 JASA LABORATORIUM 1 Study Flow Assurance/Pour Point Depressant 1 Jasa Laboratorium Proses 2 Kajian Lingkungan (UKL/UPL, EBA) 2 Pendaftaran dan Pengawasan Pelumas dari Perusahaan Importir 3 Kajian Oil Losses 3 Pendaftaran dan Pengawasan Pelumas dari Perusahaan Produsen Pelumas 4 Evaluasi Mutu Minyak Bumi 4 Jasa Laboratorium Pelumas dan Gemuk Lumas 5 Studi Studi Aplikasi Bahan Bakar 5 Evaluasi Minyak Lumas Bekas Minyak dan Gas 6 Studi Teknologi Transportasi Gas 6 Analisis Bahan Bakar Minyak 7 Studi Teknologi Pemanfaatan Gas 7 Pengawasan Mutu BBM 8 Studi Tekno Ekonomi Gas 8 Jasa Laboratorium Kajian Teknologi Pemanfaatan Gas 9 Studi Pengembangan Teknologi 9 Jasa Laboratorium Teknologi Analisis Gas Analisis Gas 10 Studi Teknologi Separasi Gas 10 Pelayanan Jasa Laboratorium Kajian Teknologi Separasi Gas No. 1 Laboratorium Kalibrasi Suhu LAYANAN JASA KALIBRASI BIDANG PENYELENGGARAAN SARANA LITBANG 2 Laboratorium Kalibrasi Tekanan 3 Laboratorium Kalibrasi Massa dan Volume LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

187 Berdasarkan data realisasi belanja 31 Desember 2015 capaian perolehan atau penerimaan kegiatan jasa teknologi (PNBP) yang meliputi jasa studi, jasa laboratorium dan kalibrasi adalah Rp ,- atau 72,34 % dari target Rp ,-. Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi Tahun 2015 adalah 85,3 M. Sampai 31 Desember 2015 penerimaan mencapai 61,7 M belum termasuk outstanding (Invoice sudah berjalan tapi belum terbayarkan) sebesar 20,8 M. b. Bidang Mineral dan Batubara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi dan Peningkatan Nilai Tambah pada bidang mineral dan batubara seperti pada Tabel 26. Tabel 26. PNBP bidang mineral dan batubara Target Penerimaan Realisasi Penerimaan No. Uraian Rupiah % Rupiah % 1 Laboratorium Kimia ,8 2 Laboratorium Fisika Laboratorium Batubara ,5 4 Laboratorium Geomekanika Jasa Perbantuan Tenaga Ahli ,59 6 Jasa Litbang Mineral dan Batubara 7 Jasa Penggunaan Fasilitas, Sarana dan Prasarana ,5 Jumlah ,41 d. Tujuan keempat: Meningkatkan kapasitas kelembagaan 1) Sasaran 8: terwujudnya peningkatan nilai tambah 2) Sasaran 11: terwujudnya kegiatan litbang yang mendukung perkembangan dan menjawab isu strategis sektor ESDM 3) Sasaran 12: terwujudnya kegiatan litbang yang akuntabel, efektif, dan efisien 4) Sasaran 13: terwujudnya lingkungan dan proses kerja yang kondusif Keempat sasaran tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja utama Badan Litbang, yaitu Jumlah Peningkatan Nilai Tambah berupa Paten yang terimplementasikan dan Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ 168 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

188 rancang bangun/formula yang terimplementasikan. Selain itu didukung juga kegiatan-kegiatan pendukung berupa Penghargaan Energi yang merupakan tugas tambahan sejak tahun 2011 dan pada tahun 2015 adalah penyelenggaraan yang ke-5 dan menetapkan 13 (tigabelas) penerima penghargaan, Inkubator Hasil Litbang, Focuss Group Discussion (FGD), penyusunan buku seri Knowledge Management (KM) dari para fungsional di lingkungan Kementerian ESDM, Hari Nusantara 2015 yang disertai dengan model pengembangan infrastruktur energi untuk Klaster Ekonomi Maritim pada 7 lokasi, yaitu: Aceh Jaya-Provinsi Aceh, Kuala Tanjung Barat-Provinsi Sumatera Utara, P. Enggano-Provinsi Bengkulu, Minahasa Utara-Provinsi Sulawesi Utara, Lombok Tengah-Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kupang- Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Marotai-Provinsi Maluku, dan pengembangan Center of Excellence (CoE) yang rencananya akan dibangun di Desa Candi Kesuma, Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. 1. Peningkatan Nilai Tambah Peningkatan nilai tambah diwujudkan dalam kegiatan litbang, yaitu paten yang terimplementasikan dan Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula yang terimplementasikan. Capaian kegiatan ini secara keseluruhan adalah 84,6% atau 22 dari 26 yang ditargetkan. Indikator Target Realisasi % Capaian Jumlah Peningkatan Nilai Tambah ,6 - Paten yang terimplementasikan Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula yang terimplementasikan a. Jumlah Paten yang terimplementasikan Pada tahun 2015 terdapat 3 buah paten yang terimplementasikan dari 6 buah yang ditargetkan atau mencapai 50%. Capaian ini tidak dapat mencapai 100% karena terkait pengadaan alat dan bahan yang baru da pada triwulan ketiga karena proses lelang yang cukup lama dan metode yang diujicobakan belum mendapatkan hasil yang optimal dan konsisten sehingga kegiatan paten yang sudah dilakukan belum berhasil diimplementasikan. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

189 a) Bidang Minyak dan Gas Bumi Pada bidang minyak dan gas bumi terdapat 2 buah paten yang terimplementasikan, yaitu: 1) Implementasi Airgun Mini; 2) Implementasi Tabung ANG untuk Rumah Tangga. Beberapa hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Implementasi Airgun Mini Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan spesifikasi dan kualifikasi desain mini airgun yang optimum sehingga alat ini layak digunakan sebagai sumber (source) untuk akuisisi seismik. Dengan demikian alat ini dapat digunakan untuk mendukung eksplorasi maupun eksploitasi migas pada lapangan-lapangan tua atau melakukan infill seismik di lapangan-lapangan tertentu yang masih memerlukan pemetaan lebih rinci dari penyebaran reservoirnya. Disamping itu alat ini diharapkan dapat membantu pemetaan reservoir-reservoir dangkal dan pemetaan deposit batubara di bawah permukaan tanah. Hasil rekayasa mini airgun 2015 telah dilaksanakan dan di uji coba kinerja alat maupun di uji coba skala laboratorium memberikan hasil yang baik. Walaupun demikian sistem tersebut perlu disempurnakan lagi setapak demi setapak agar dapat dipakai dalam industri migas atau industri lain yang memerlukannya. Pemakaian instrumentasi tersebut dalam praktek tidak harus menunggu sempurnanya sistem secara keseluruhan akan tetapi dapat digunakan dan diperbaiki kinerjanya secara bersamaan dari kelemahan yang ditemukan saat penggunaan alat tersebut. Kegiatan rekayasa mini airgun 2015 berhasil mengatasi sebagian besar kelemahan yang ada pada mini airgun generasi sebelumnya seperti pada cara kerja yang lebih baik, aspek HSE/LK3 yang lebih baik, sifat portabel yang lebih baik, desain yang lebih baik, dan kemungkinan perbaikan atau pengembangan lebih mudah dilakukan. 170 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

190 Gambar 111. Ujicoba airgun di halaman LEMIGAS dengan tekanan maksimal 650 Psi 2) Implementasi Tabung ANG untuk Rumah Tangga Implementasi Tabung ANG untuk Rumah Tangga dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar. Harga tabung ANG ini lebih murah dibanding tabung LPG, yaitu Rp /tabung. Tabung ANG ini sudah digunakan di kantin LEMIGAS. Gambar 112. Pembuatan Alat Filling Gas ANG LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

191 Gambar 113. Implementasi tabung ANG di kantin LEMIGAS b) Bidang Mineral dan Batubara Pada bidang mineral dan batubara terdapat 1 paten terimplementasikan, yaitu Pengembangan dan Penerapan Siklo Burner Batubara Pada Dapur Komunal dan IKM. Tungku siklo burner batubara dikembangkan dalam skala kecil yang sesuai digunakan di dapur komunal. Tungku ini diharapkan menjadi alternatif pengganti LPG di masyarakat. Namun tungku ini masih perlu di ujicoba di tempat pengguna untuk mengetahui kesesuaian antara desain tungku dengan karakteristik penggunaan. Pada tahun 2015 tungku hasil paten ini diterapkan di dapur komunal pesantren di Majalengka dan beberapa IKM di Cirebon. Hasil implementasi paten ini adalah sebagai berikut: Terbangunnya 6 unit pembakar siklon, yakni di Ponpes Mufidah Santi Asromo, Ponpes An-Nawawiyah, IKM Kecap (Kab. Majalengka), IKM Kerupuk, IKM Gula Batu dan IKM Sohun (Kab. Cirebon). Telah dilakukan komisioning dengan hasil efisiensi energinya lebih besar, pemanasannya lebih cepat, dan lingkungan pabrik lebih bersih dibanding dengan pemakaian bahan bakar kayu bakar. Suhu dapat mencapai o C. 172 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

192 Gambar 114. Pembakar siklon di ponpes An Nawawiyah Gambar 115. Pembakar siklon di IKM Kerupuk Gambar 116. Pembakar siklon di IKM Gula batu Gambar 117. Pembakar siklon di IKM Sohun b. Jumlah Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula yang terimplementasikan Pada tahun 2015, pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula yang terimplementasikan terealisasi sebanyak 19 buah dari 20 buah yang ditargetkan atau tercapai 95%. Capaian ini tidak dapat mencapai 100% karena terkait perizinan operasi dari Ditjen MIgas (RIG CBM), perizinan penggunaan lapangan PERTAMINA yang baru keluar pada triwulan IV (Surfaktan untuk EOR) dan pengadaan alat dan bahan yang baru ada pada triwulan ketiga karena proses lelang yang cukup lama sehingga pilot plant sudah berhasil dibuat namun belum berhasil diimplementasikan. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

193 1) Bidang Minyak dan Gas Bumi Pada bidang minyak dan gas bumi terdapat 7 Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula yang terimplementasikan, yaitu: a) Implementasi Oil Recovery Unit di Lingkungan Subsektor Migas; b) Implementasi Unit Biodiesel; c) Implementasi Unit LOBP; d) Implementasi dan Penyusunan RSNI Konverter Kit Untuk Perahu Nelayan; e) Implementasi Unit Stasiun Pengisian BBG (Daughter); f) Implementasi Membrane Pemisah CO2 pada Gas Alam; g) Implementasi Produk Minyak Lumas pada Sarana Transportasi Umum Berbahan Bakar Gas. Beberapa hasilnya adalah sebagai berikut: a) Implementasi Unit LOBP Tujuan dari kegiatan implementasi ini mengimplementasikan hasil penelitian di bidang teknologi formulasi dan blending pelumas, dan menghasilkan jasa blending pelumas dengan kualitas yang baik, sehingga menjadi acuan kualitas bagi produsen pelumas lainnya. Dalam mewujudkan tujuan dari kegiatan Implementasi ini, unit Lube Oil Blending Plant (LOBP) LEMIGAS melakukan blending hasil penelitian Tahun 2014, yang hasilnya telah dilakukan uji coba pada kendaraan sepeda motor transmisi otomatis maupun transmisi manual. Pengelolaan LOBP telah diatur dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 03 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kilang Minyak Bumi dalam rangka Pendidikan dan Pelatihan dan Pengelolaan Fasilitas Lube Oil Blending Plant dalam rangka Penelitian dan Pengembangan. Berdasarkan peraturan menteri ESDM LOBP LEMIGAS melaksanakan pengelolaan LOBP melalui penerimaan BLU dengan cara sebagai berikut: Melakukan toll blend dengan PT. Paramadhita Artha Utama sejumlah 8640 liter dengan kemasan IBC tank dan drum; Melakukan kerja sama jasa studi dengan PT. Watu Sinergi Internasional; Melakukan kerja sama uji coba pemakaian produk minyak lumas LOBP LEMIGAS. 174 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

194 Gambar 118. Kemasan produk jadi minyak lumas b) Implementasi Produk Minyak Lumas pada Sarana Transportasi Umum Berbahan Bakar Gas Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan peran kegiatan penelitian hingga komersialisasi hasil litbang khususnya minyak lumas khusus untuk kendaraan berbahan bakar gas yang lebih tahan terhadap panas dan oksidasi yang saat ini belum tersedia di pasaran. Hasil analisis dan evaluasi menunjukkan bahwa minyak lumas hasil litbang LEMIGAS yang digunakan untuk kendaraan umum berbahan bakar gas mendapat sambutan yang baik dari masyarakat dan menunjukkan kinerja yang baik ketika digunakan pada angkot dan bajaj, sehingga dapat dilanjutkan ke tahap komersialisasi. Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Minyak lumas Lugas SAE 15W40 API SL menunjukkan kinerja yang masih baik sampai jarak tempuh sekitar 5000 km pada penggunaan di angkot, dan kemungkinan masih bisa lebih; Minyak lumas Lugas SAE 15W40 API SL menunjukkan kinerja yang masih baik sampai jarak tempuh sekitar 1500 km pada penggunaan di bajaj biru; Tidak terdapat kendala teknis dan keluhan selama keseluruhan kegiatan implementasi; LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

195 Penggantian minyak lumas pada angkot yang biasa dilakukan supir hanya berdasarkan kira-kira dan belum berdasarkan analisis ilmiah yang disebabkan efisiensi biaya belum menjadi pertimbangan. Gambar 119. Seremonial pembagian minyak lumas c) Implementasi dan Penyusunan RSNI Konverter Kit Untuk Perahu Nelayan Tujuan dari kegiatan implementasi ini adalah untuk memanfaatkan LPG sebagai bahan bakar pada perahu motor tempel nelayan kecil serta pembuatan alat konversi LPG khususnya konverter kit yang lebih aman dan tanpa merubah konstruksi dan spesifikasi mesin serta penyusunan RSNI tentang Konverter Kit LPG untuk perahu Nelayan kecil Dari hasil pengujian di Laboratorium, kegiatan selanjutnya adalah penyerahkan mesin perahu tempel yang telah dilengkapi dengan peralatan konversi LPG kepada nelayan di daerah Pekalongan (Jawa Tengah, Karang Asem (Bali) dan Jatiluhur (Jawa Barat). Mesin tersebut saat ini telah terpasang pada perahu nelayan dan sedang dilakukan uji coba lapangan. 176 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

196 Gambar 120. Penyerahan Mesin dan Konverter kit LPG Kepada Nelayan di Kabupaten Karang Asem- Bali Pada kegiatan penyusunan RSNI telah dilakukan Rapat konsensus pembahasan RSNI2 Peralatan dan aksesoris LPG - Sistem propulsi LPG untuk kapal dimana pada rapat tersebut wajib dihadiri oleh tenaga ahli standardisasi yang ditugaskan oleh BSN, minimal 2/3 anggota Komite Teknis dan semua pihak yang berkepentingan terwakili. Masukan-masukan yang didapatkan dari rapat konsensus telah ditindaklanjuti, hasilnya dinyatakan sebagai RSNI3 Peralatan dan aksesoris LPG - Sistem propulsi LPG untuk kapal dan telah diserahkan ke BSN untuk ditetapkan sebagai SNI. Hasil analisis pengujian di laboratorium dan uji coba di lapangan terhadap motor tempel dan yang sejenis pada perahu nelayan kecil menyatakan bahwa mesin tersebut dapat dikonversikan dari kondisi awal menggunakan bahan bakar minyak jenis bensin menjadi motor tempel yang menggunakan bahan bakar LPG, dengan sistem bi-fuel. Dengan sistem ini mesin dapat beroperasi baik menggunakan bahan bakar bensin atau LPG secara bergantian. Pembahasan RSNI Peralatan dan aksesoris LPG Sistem propulsi LPG untuk kapal telah menghasilkan RSNI3 Peralatan dan aksesoris LPG Sistem propulsi LPG untuk kapal. RSNI3 tersebut telah diserahkan ke BSN dan telah ditetapkan menjadi SNI. d) Implementasi dan Optimasi Produksi Minyak Lumas Pada Lube Oil Blending Plant Tujuan dari kegiatan implementasi ini untuk menghasilkan produk percontohan Minyak lumas sepeda motor matik SAE 10W40, API SL, JASO MB dan Minyak lumas sepeda motor manual SAE 15W40, API SL, JASO MA, serta meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) di PPPTMGB LEMIGAS di bidang riset teknologi terapan khsusnya LOBP. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

197 Kegiatan Implementasi dan Optimasi Lube Oil Blending Plant dilaksanakan dengan melakukan blending hasil penelitian Tahun 2014, yang hasilnya telah dilakukan uji coba pada kendaraan sepeda motor transmisi otomatis maupun transmisi manual. Adapun proses kegiatan tersebut adalah : Gambar 121. Proses pelaksanaan blending minyak lumas di LOBP Homogenitas suatu produk adalah sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan blending yang diamati dengan pengambilan sampel pada setiap interval waktu tertentu, dan diuji karakteristik kimia fisikanya khusus parameter kunci yaitu: densitas, viskositas, TBN dan pour point. Setelah hasilnya diuji dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka blending formula skala produksi dihentikan dan dilakukan sampling ulang untuk diuji parameter lengkap sesuai persyaratan SAEnya dan performa levelnya. Seperti terlihat pada ke dua tabel di atas. Formula Minyak lumas sepeda motor matik SAE 10W40, API SL, JASO MB dan Minyak lumas sepeda motor manual SAE 15W40, API SJ, JASO MA telah memenuhi persyaratan karakteristik fisika dan kimia sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No K/20/MEM/2006 tentang Standar dan Mutu (spesififikasi) Pelumas yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa LOBP LEMIGAS telah mampu melakukan blending formula Minyak lumas sepeda motor matik SAE 10W40, API SL, JASO MB dan Minyak lumas sepeda motor manual SAE 15W40, API SJ, JASO MA, dengan waktu optimasi pada tangki blending kapasitas produksi liter, dan untuk mencapai produk yang homogen adalah 45 menit dan hasilnya telah memenuhi persyaratan Keputusan 178 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

198 Menteri ESDM No K/20/MEM/2006 tentang yang ditetapkan oleh Pemerintah. 2) Bidang Mineral dan Batubara Pada bidang mineral dan batubara terdapat 9 unit pilot plant terimplementasikan. Sembilan unit pilot plant yang telah terimplementasikan sebagai berikut: a). Implementasi Pengembangan Gasifier Batubara di IKM Untuk Peleburan Aluminium dan Industri Yang Menggunakan Boiler Gasifikasi mini (GasMin) batubara adalah reaktor skala IKM untuk mengubah batubara menjadi bahan bakar gas melalui proses gasifikasi. Pada tahun 2015, 3 (tiga) Unit Gasmin berhasil diimplementasikan pada IKM peleburan alumunium, minyak atsiri, dan tahu (menggunakan boiler). Komisioning dan uji coba GasMin di tiga IKM/UMKM terpilih di DIY meliputi : 1. IKM/UMKM peleburan aluminium di Jl. Keranon UH 6 Sorogenen Sorosutan, Kota Yogyakarta. GasMin telah berhasil melelehkan aluminium dengan laju umpan batubara rata-rata 145 kg/10 jam laju optimumnya pada laju 12 kg/jam. Proses produksi 10 jam dengan rata-rata paleburan aluminium 135 kg. Laju suhu di dalam kantung api 800 o C o C. Jika dibandingkan dengan menggunakan solar dalam waktu operasi dan jumlah aluminium yang sama, akan menghabiskan 35 liter solar. Hal ini berarti telah mampu menghemat biaya energi 33,33% dari bahan bakar solar subsidi. Gambar 122. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM peleburan aluminium 2. IKM/UMKM minyak atsiri di Desa Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Gasmin telah berhasil memproduksi minyak atsiri dengan nilai eugenol dan densitas sesuai SNI. Hasil proses penyulingan minyak atsiri di dalam ketel LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

199 penyulingan kapasitas 300 kg dengan rendemen 2% - 2,5%; densitas 1,02 g/ml g/ml ( SNI: 1,025 1,06 g/ml ); nilai Eugenol (kandungan minyak atsiri) : 77% - 79% ( SNI: minimal 78%). Laju rata-rata umpan batubara per jam : 14,5 kg atau 87 kg/6 jam, maka setiap kg daun cengkeh membutuhkan biaya energi Rp. 609,-. Gambar 123. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM minyak atsiri 3. IKM/UMKM tahu di Desa Srandakan Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Gasmin telah berhasil memproduksi tahu dengan kualitas lebih baik berdasarkan indikator perbandingan waktu proses pembusukan dan berhasil menghemat biaya energi sebesar 74,5% dibandingkan dengan menggunakan biomassa. Bahan bakar batubara yang dikonsumsi selama 10 jam proses hanya menghabiskan 75 kg atau 7,5 kg/jam. Rentang suhu di dalam kantung api boiler antar 996 o C 1157 o C dan tekanan 2-3 bar. Dengan 75 kg batubara dapat memproduksi tahu dari bahan baku 300 kg kedelai sedangkan menggunakan biomassa diperlukan kg biomassa. Perbandingan biaya energi, GasMin dapat menghemat 74% biaya energi. Gambar 124. Gasmin yang dipasang di IKM/UMKM tahu 180 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

200 b). Pengembangan dan Penerapan Siklo Burner Batubara Pada Dapur Komunal dan IKM Tujuan pengembangan adalah menghasilkan teknologi pembakaran batubara yang sesuai untuk dapur komunal dan IKM dengan penggunaan energi co-firing (batubara serbuk gergaji) yang murah dan bersih. Pada tahun 2015, 6 (enam) unit telah berhasil diimplementasikan di beberapa lokasi, yaitu: 1. Lima unit pembakar siklon berukuran kecil berdiameter dalam 40 cm dengan tinggi 60 cm yang merupakan tipe pembakar siklon vertikal. Pembakar siklon ini digunakan untuk: Mendidihkan air dan dipasang di dua Pondok Pesantren (ponpes), yaitu ponpes An-Nawawiyah di Desa Kawunggirang, Majalengka (199 santri) dan ponpes Mufidah Santi Asromo di Desa Pasirayu, Kecamatan Sindang, Majalengka (500 santri). Untuk mengukus adonan kerupuk sebelum di potong-potong di pabrik (IKM) kerupuk di Plumbon, Cirebon. Mendidihkan air di pabrik sohun di Mundu, Cirebon. Merebus adonan gula di Citemu, Cirebon 2) Satu unit pembakar siklon berdiameter 153 cm dengan tinggi 83 cm yang dibangun di pabrik kecap dimanfaatkan untuk membuat kecap di Tonjong, Majalengka. Gambar 125. Pemasangan pembakar siklon di IKM kecap Tonjong, Majalengka LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

201 Gambar 126. Pemasangan pembakar siklon di IKM Sohun, Mundu, Cirebon Gambar 127. Pemasangan pembakar siklon di IKM Gula batu, Citemu, Cirebon Tabel 27. Efisiensi energi dan kecepatan waktu pemanasan menggunakan bahan bakar co-firing dan kayu bakar No Bahan bakar Efisiensi energi (%) Waktu pemanasan (menit) Co-firing Kayu Co-firing Kayu IKM bakar bakar 1 Kerupuk Kecap 28 9, Gula 55 13, Sohun Ponpes (2) LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

202 3) Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Pada bidang ketenagalistrikan, energi baru terbarukan, dan konservasi energi terdapat 3 buah pilot plant/ prototipe/ demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula yang terimplementasikan, yaitu: 1) Biodiesel dari Kemiri Sunan Biodiesel dari kemiri sunan dirancang dengan fasilitas mobile dengan perantara truk biodiesel kapasitas 500 liter/batch. Mobil biodiesel akan berkeliling ke kebun energi kemiri sunan untuk mengolah kemiri sunan menjadi minyak kemiri sunan dan biodiesel. Saat ini Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi telah mempunyai kebun kemiri sunan dengan luas 6,8 ha dengan jumlah pohom 800 buah. 2) Bioethanol dari Sorgum Bioethanol dari sorgum dimaksudkan untuk mewujudkan Kemandirian Energi di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Penyediaan Energi Berbasis Tanaman (Bioenergi) dari Sorgum dengan Sistem Tumpangsari pada Kebun Kemiri Sunan. Luas area kebun sorgum Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi seluas m 2 yang terletak di Dusun Gunung Kelir, Kelurahan Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Sorgum manis mempunyai masa tanam 2-3 bulan. 3) Biogas fixed dome Sasaran litbang biogas fixed dome pada tahun 2015 adalah mendorong pemanfaatan biogas secara masif dengan melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi dan instansi terkait di Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pemanfaatan secara masif dapat terlaksana dengan adanya upaya komersialisasi biogas seperti identifikasi dan inventarisasi para pengusaha atau business unit yang serius akan menggeluti bisnis biogas, pelatihan secara intensif aspek bisnis biogas, fasilitasi akses kepada berbagai sumber pendanaan untuk bisnis biogas, antara lain dana PKBL BUMN dan perbankan dengan dana yang kompetitif, dan pengembangan pusat informasi dan demonstrasi (PID) biogas yang berbasis universitas atau perguruan tinggi setempat. yang diwujudkan dalam kerja sama pada pembentukan Pusat Informasi dan Demonstrasi (PID). Kerja sama pembentukan PID dimaksudkan sebagai lokasi di daerah yang akan menyediakan berbagai informasi terkait biogas dan juga memberikan bantuan atau bimbingan teknis terkait teknologi biogas yang didukung penuh oleh Balitbang ESDM dan perguruan tinggi setempat, yaitu Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Jawa Timur, Universitas Sriwijaya di Sumatera Selatan dan Universitas Syiah Kuala di NAD. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

203 2. Kegiatan yang mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan ESDM a. Penghargaan Energi Penghargaan Energi pada tahun 2015 merupakan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan untuk kelima kalinya. Jumlah keseluruhan Calon Penerima Penghargaan Energi tahun 2015 sebanyak 76 Calon dengan rincian 42 Calon Prakarsa, 23 Calon Pratama, dan 11 Calon Prabawa. Calon tersebut tersebar di 22 Provinsi, dan 52 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor: 3229 K/73/MEM/2015 Tanggal 25 Juni 2015 Tentang Dewan Juri Penghargaan Energi Tahun 2015 antara lain : Sammy Hamzah Dr. Ir. Surya Darma, MBA Sandiaga Salahuddin Uno Prof. Dr. Hotman Siahaan Anton S. Wahjosoedibjo Prof. Dr. Rinaldy Dalimi, M.Sc., Ph.D. Suryo Pratomo Ir. Hilmi Panigoro, M.Sc Budiarto Shambazy, M.B. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa, Pratama atau Prabawa pada tahun 2015 sebanyak 13 Penerima Penghargaan Energi yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada tahun 2015 Dewan Juri memilih The Most Inspiring dari seluruh kategori, yaitu Pemerintah Kota Kendari karena dianggap dapat menjadi percontohan bagi Kota/Kabupaten/Provinsi lain untuk melaksanakan melaksanakan pengembangan dan pemanfaatan serta pengelolaan sampah kota sebagai energi. Penentuan dan penetapan dibantu oleh Dewan Juri yang terdiri atas wakil Unsur Asosiasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Perguruan Tinggi, Praktisi, Tokoh Masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Penerima Penghargaan Energi Tahun 2015 ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 4454 K/74/MEM/2015 tanggal 22 Oktober 2015 Tentang Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2015, Nomor: K/74/MEM/2015 tanggal 22 Oktober 2015 Tentang Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2015, dan Nomor 4456 K/74/MEM/2015 tanggal 22 Oktober 2015 Tentang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Tahun LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

204 Tabel 28. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan No Nama Jasa & Lokasi Kegiatan/Produk 1. Prof. Dr. Tjokorda Gde Tirta Menciptakan teknologi Nindhia, S.T., M.T. desulfurizer dan bottling biogas Lokasi Produk/Kegiatan Jimbaran, Kabupaten Badung, Provinsi Bali 2. Sudiyanto Rekayasa teknologi 110 unit pompa hydram yang mampu menggerakkan air dari dataran rendah ke dataran tinggi lereng Gunung Slamet Sumbang, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah 3. Supramu Santosa Mewujudkan dan mengembangkan energi hijau dengan fokus pengusahaan panas bumi sebagai energi bersih Provinsi DKI Jakarta LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

205 Tabel 29. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat No. Nama Kelompok Masyarakat Jasa dan Lokasi Kegiatan/ Produk 1. Fakultas Teknik Universitas Penelitian dan pengabdian Brawijaya masyarakat dengan mewujudkan transfer pengetahuan dan teknologi, membangun 2 unit PLTMH serta 42 Unit Biogas Lokasi Produk/Kegiatan Kota Malang, Provinsi Jawa Timur 2. SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang Mengembangkan laboratorium renewable energy and intelligent technology untuk mewujudkan pembuatan microbus solar car SURYAWANGSA 2 sebagai transportasi alternatif dengan karakter zero emission non BBM Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur 3. Yayasan Energi Bersih Indonesia (EnerBI) Membangun 80 panel surya berkapasitas 100 Wp, 2 pompa submersible/lorentz, 12 reservoir/2.000 L. Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten 186 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

206 Tabel 30. Penerima Penghargaan Energi Pratama No. Nama Jasa dan Lokasi Kegiatan/ Produk 1. PT Gunung Madu Plantations memanfaatkan limbah ampas tebu (bagasse) guna mengoperasikan boiler untuk menghasilkan listrik penggerak operasional pabrik, perkantoran, perumahan, pompa irigasi pertanian di hamparan pabrik. Lokasi Kegiatan/ Produk Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung 2. PT. MEDCO E & P Indonesia Memanfaatkan 11,3 mscfd gas suar bakar (flare) sebagai sumber energi listrik bagi 5 Desa/516 rumah di Kabupaten Musi Rawas dan menurunkan beban pencemaran udara setara dengan 872 ton CO 2e. Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan 3. PT. Len Industri (Persero) membangun IPP PLTS 5 MWp pertama kali di Indonesia/Kupang NTT, memproduksi modul surya dan aplikasinya mulai kapasitas 3 MWp-15 MWp/tahun, pabrik panel surya terintegrasi di Jawa Barat, pengembangan produk sistem PLTS. Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

207 Tabel 31. Penerima Penghargaan Energi Prabawa No. Nama Jasa 1. Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua Barat Penggerak perubahan usaha pengembangan, penyediaan, dan pemanfaatan energi dengan prinsip konservasi, diversifikasi, serta hemat energi sejak 2012 dengan mewujudkan pembangunan PLTMH, PLTS, PLTAngin, Biogas, Biomassa yang secara keseluruhan terealisasi melebihi target sehingga ketersediaan EBT mencapai ,20 SBM (setara barel minyak). Mewujudkan pembangunan PLTMH pertama kali di Kisor Maybrat dan Mokwam Manokwari berkapasitas total 80 kw melistriki 277 rumah dan 11 fasilitas umum. Lokasi Kegiatan/ Produk Daerah Istimewa Yogyakarta Provinsi Papua Barat 3. Pemerintah Kabupaten Agam Mewujudkan pembangunan 2 Unit PLTA/78 MW, PLTM, 7 Unit PLTMH/110 kw, 7 Unit Pyco Hydro/31 kw, 100 Unit PLTS/5.000 MWp, Biogas, sehingga tercapai rasio elektrifikasi 80,36%, rumah tangga terlistriki /PLN dan Non-PLN. Provinsi Sumatra Barat 188 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

208 No. Nama Jasa 4. Pemerintah Kota Kendari Penggerak perubahan kehidupan Masyarakat Pemulung dengan kontinuitas mengelola potensi sampah organik di TPA Puuwatu menjadi gas metana, yang dikonversi menjadi sumber energi listrik sehingga berhasil mewujudkan untuk pertama kalinya mendirikan Perkampungan Mandiri Energi/satu Kelurahan/200 rumah sebagai percontohan di Indonesia. Lokasi Kegiatan/ Produk Provinsi Sulawesi Tenggara b. Inkubator Bisnis Hasil Litbang Pada tahun 2015, berangkat dari hasil inovasi di lingkungan Badan Litbang ESDM yang belum termanfaatkan di masyarakat, Badan Litbang ESDM memetakan hasil inovasi yang siap termanfaatkan dengan bantuan Tim Inkubator. Kegiatan Litbang Inovatif dan Inkubasi Hasil Litbang tahun 2015 diawali dengan penetapan Tim Tenaga Ahli Inkubator Bisnis melalui Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Nomor 38.K/73.07/BLB/2015 tanggal 9 Maret 2015 tentang Tim Litbang Inovatif dan Inkubasi Hasil Litbang pada Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Tahun Anggaran Tim Tenaga Ahli tersebut adalah: Dr. Umar Said Prof. Riset Dr. Maizar Rahman Prof. Dr. Jann Hidajat Tjakraatmadja Dr. Ing. Kusnanto Ir. M. Husen, M.Sc. Satry Nugraha, S.H., LL.M. Dr. Dedy Sushandoyo Kegiatan Litbang Inovatif dan Inkubasi Hasil Litbang tahun anggaran 2015 antara lain berupa: a. Rapat Koordinasi Kegiatan rapat koordinasi Tim Tenaga Ahli Inkubator Bisnis dilakukan pada tanggal 8 Januari 2015, 15 Januari 2015, dan 19 Januari Rapat LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

209 koordinasi tersebut dilakukan sebagai persiapan Tim Tenaga Ahli dalam melaporkan delapan status inovasi litbang unggulan dan rencana tindak lanjutnya. Delapan inovasi litbang unggulan tersebut terdiri atas Mini Air Gun, Rig CBM, Oil Bottom Tank/Oil Sludge, Cyclone Burner, Gasifikasi Skala Kecil, Gasifikasi Skala Besar, BBN Kemiri Sunan, dan satu program PLTU Batubara Skala Kecil (PLTU Merah Putih). Berdasarkan pembahasan dan evaluasi, Tim Tenaga Ahli berpendapat bahwa sebanyak satu hasil litbang unggulan, yaitu Mini Air Gun belum dapat dilanjutkan proses inkubasi bisnisnya dikarenakan keterbatasan sumber daya. b. Focused Group Discussion (FGD) Pelaksanaan FGD dengan tema Strategi Energi dalam Rangka Pembangunan Wilayah ini dilaksanakan pada tanggal 9 September 2015 di Jakarta. FGD ini dilaksanakan berdasarkan surat permohonan alokasi gas dari Pemerintah Provinsi Papua Barat kepada Menteri ESDM, maka pada tanggal 18 Juni 2014 Menteri ESDM menerbitkan Surat Nomor: 4112/13/MEM.M/2014 hal Persetujuan Alokasi LNG dari Kilang LNG Tangguh kepada Provinsi Papua Barat untuk Pemenuhan Kebutuhan Kelistrikan di Wilayah Papua. Selanjutnya, Presiden RI menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tim Kajian Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Bagi Pembangunan Papua. Hasil yang diharapkan (output) dari pelaksanaan FGD ini berupa Policy Brief tentang strategi energi dalam rangka pembangunan wilayah Papua, khususnya optimalisasi pemanfaatan alokasi LNG dari kilang LNG Tangguh. Kegiatan FGD ini dihadiri oleh Menteri ESDM, Gubernur Papua Barat, Ketua DPR Provinsi Papua Barat, Ketua DPRD Kabupaten Teluk Bintuni, Ketua DPRD Kabupaten Fakfak, Bupati Teluk Bintuni, Bupati Fakfak, SKK Migas, Ditjen Bina Marga, BP Tangguh, LMUI, UP3KN, PT PGN (Persero), PT PLN (Persero), PT Pertamina, DEN, dan Pejabat/Staf terkait di lingkungan Badan Litbang ESDM c. Screening Workshop Pemodelan Energi Pelaksanaan Screening Workshop: Scientific Decision Support to Deliver Energy Vision diselenggarakan pada tanggal September 2015 di Bandung. Workshop ini diselenggarakan atas kerja sama antara Badan Litbang ESDM dengan International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA). Kegiatan workshop ini merupakan langkah awal membangun kemampuan Decision Support Systems (DSS) yang efektif di lingkungan Kementerian ESDM dari fungsi yang ada saat ini, yaitu Biro Perencanaan dan Kerja Sama, Pusat Data dan Teknologi Informasi, para peneliti di 190 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

210 lingkungan Badan Litbang ESDM, dan dukungan kebijakan Direktorat Jenderal. Hasil workshop tersebut adalah menghasilkan beberapa rekomendasi bagi pengembangan MESSAGE Model Indonesia dan BeWhere Model Indonesia. Rekomendasi pengembangan MESSAGE Model Indonesia memerlukan personil dan infrastruktur sebagai berikut: Kandidat pemodel utama sebanyak 1-2 personil, pengumpul data dan penganalisis sebanyak 4-5 personil; Infrastruktur perangkat lunak solver CPLEX untuk optimalisasi pemodelan; Kandidat pemodel yang bekerja penuh untuk MESSAGE Indonesia minimal satu tahun (dengan pilihan bagi kandidat adalah mengikuti program S-3 atau apabila kandidat sudah S-3 dapat mengikuti program post-doctoral); Waktu yang dibutuhkan untuk penyusunan model MESSAGE Indonesia selama bulan, penyusunan dan analisis skenario berdasarkan hasil eksisting (Kebijakan Energi Nasional (KEN), Indonesian 2050 Pathways Calculator (I2050PC), Bandung Scenarios) selama 6-12 bulan, kegiatan pembimbingan (research school) di IIASA selama 2x3 bulan untuk tim pemodelan. Rekomendasi pengembangan BeWhere Model Indonesia memerlukan personil dan infrastruktur sebagai berikut: Kandidat pemodel utama sebanyak 1-2 personil, pengumpul data sebanyak 2-3 personil, dan penganalisis informasi spasial sebanyak 2-3 personil; Infrastruktur perangkat lunak solver CPLEX untuk optimalisasi pemodelan (dipergunakan bersama dengan MESSAGE), versi dasar MATLAB dan GAMSide Model; Waktu yang dibutuhkan untuk aplikasi percontohan provinsi Sumatera Utara selama tiga bulan, pengumpulan data spasial dan analisis selama 6-9 bulan, pengumpulan data tekno ekonomi dan analisis selama 6-9 bulan, penyusunan skenario dan analisis tematik untuk subsektor transportasi (BBN dan BBM), ketenagalistrikan, hilirisasi mineral dan batubara, industri, komersial, dan rumah tangga selama 6-12 bulan, kegiatan pembimbingan (research school) di IIASA selama 2x3 bulan untuk tim pemodelan. d. Forum Knowledge Partnership Dialogue Pelaksanaan Forum Knowledge Partnership Dialogue on Centre of Excellence for Clean Energy diselenggarakan pada tanggal 8-9 Oktober 2015 di Jakarta. Penyelenggaraan forum ini merupakan kerja sama antara LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

211 Kementerian ESDM dengan Asian Development Bank (ADB) dan Development Partners lainnya dalam rangka launching Centre of Excellence (CoE) Kementerian ESDM sebagai inkubator pengembangan penggunaan energi bersih di Indonesia. Secara khusus, forum ini juga merupakan salah satu langkah Badan Litbang ESDM dalam upaya mempercepat implementasi inovasi litbang unggulan sehingga berdaya guna bagi industri dan masyarakat. CoE energi bersih merupakan sebuah fasilitas yang dirancang untuk mengembangkan berbagai proyek percontohan uji coba dalam rangka komersialisasi pengembangan energi bersih guna mendukung percepatan pengembangan program energi bersih, baru, dan terbarukan serta konservasi energi Indonesia melalui kegiatan pengkajian dan pengembangan dalam konteks dan aspek teknis dan ekonomi serta dampaknya bagi sosial lingkungan Indonesia, termasuk tanah, air, dan udara, serta untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman pengaplikasian teknologi energi baru dan terbarukan dalam konteks Indonesia secara khusus dan global secara umum. Pembangunan CoE bertujuan sebagai pusat informasi dan demonstrasi perkembangan teknologi terkait energi bersih, baru, dan terbarukan, serta konservasi energi. Lokasi pembangunan direncanakan di Desa Candi Kesuma, Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali dengan luas lahan yang akan diolah untuk CoE sebesar 30 Ha (dari 100,68 Ha yang disedikan Pemda Bali) dengan pengembangan kawasan di kemudian hari. Rancangan fasilitas CoE disayembarakan secara nasional dan terbuka bagi semua masyarakat Indonesia dan mahasiswa arsitektur, baik perorangan/kelompok yang dilaksanakan dalam Satu Tahap yang langsung dipilih pemenangnya. Dewan Juri Sayembara berasal dari Arsitek pakar dan ahli konservasi energi. Adapun pemenang sayembara tersebut adalah: 1. Ayyla Andianna Hamdani, dkk sebagai Pemenang I. 2. Sindung Prakosa, S.T., dkk sebagai Pemenang II 3. PT. Narama Mandiri sebagai Pemenang III. c. Knowledge Management (KM) Berdasarkan skala prioritas dan untuk memenuhi kebutuhan suatu lembaga litbang dalam rangka meningkatkan kapasitas kelembagaan, sejak tahun 2010 Badan Litbang ESDM mulai mengembangkan kegiatan 192 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

212 Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) berupa sosialisasi KM dan forum Knowledge Sharing yang diselenggarakan di lingkungan Badan Litbang ESDM. Pada Tahun 2015, dilakukan 2 (dua) kegiatan yaitu: a. Mendokumentasikan 2 (dua) orang fungsional/ahli, yaitu Supriatna Suhala dan Rahmat Soedibjo. b. Menerbitkan buku sebanyak 4 (empat) buah buku seri knowledge Management untuk 4 (empat) orang fungsional/ahli, yaitu Rachmat Sudibjo, dengan judul Birokrat Berwawasan Teknologi Migas Supriatna Suhala, dengan judul Birokrat Pertambangan Berjiwa Wirausaha Umar Said, dengan judul Birokrat Tekno-Ekonomi Migas Indonesia Benny Facius Dictus, dengan judul Sang Peneliti Energi Panas Bumi Indonesia. Gambar 128. Buku Seri Knowledge Management 2015 Buku Seri Knowledge Management merupakan cara pendokumentasian tacit knowledge sebagai bahan literatur keilmuan terkait sesuai dengan bidang keahlian/kepakaran para ahli di lingkungan Badan Litbang ESDM. d. Kerja Sama 1. Kerja Sama Dalam Negeri Kegiatan pelaksanaan kerja sama kelitbangan dalam negeri pada Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015 adalah dalam bentuk koordinasi dengan unit di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral dalam LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

213 menyelenggarakan kerja sama dengan pihak Pemerintah, BUMN, Swasta, dan Perguruan tinggi yang telah kami susun sebagai berikut: 1. Kerja Sama dengan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) 2. Kerja Sama dengan Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta 3. Kerja Sama dengan Shell Upstream Indonesia Services BV 4. Kerja Sama dengan Universitas Sriwijaya 5. Kerja Sama dengan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta 6. Kerja Sama dengan PT. Astaka Dodol 7. Kerja Sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) 8. Kerja Sama dengan Universitas Padjajaran 9. Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Ngada 10. Kerja Sama degan Universitas Papua 11. Kerja Sama dengan Universitas Cendrawasih 12. Kerja Sama dengan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 13. Kerja Sama dengan PT. Timah (Persero) 14. Kerja Sama dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat 15. Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya 16. Kerja Sama dengan Universitas Syiah Kuala 17. Kerja Sama dengan Universitas Tanjungpura 2. Kerja Sama Luar Negeri Kegiatan pelaksanaan kerja sama kelitbangan luar negeri pada Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015 adalah dalam bentuk koordinasi dengan unit di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral dalam menyelenggarakan kerja sama dengan pihak Swasta dan Perguruan tinggi di luar negeri yang telah kami susun sebagai berikut: 1. Kerja Sama dengan dengan Robert Gordon University 2. Kerja Sama dengan Haldor Topsoe A/S 3. Kerja Sama dengan The World Agroforestry Forum (ICRAF) 4. Persiapan Forum Bilateral: RI-India dan RI-Inggris 5. Peluncuran Indonesia 2050 Pathway Calculator e. Hari Nusantara Hari Nusantara diperingati setiap tanggal 13 Desember sebagai perwujudan Deklarasi Djuanda tahun 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia kala itu, Djuanda Kartawidjaja, semua kepulauan dan laut merupakan kekayaan Indonesia yang wilayahnya terbentang dari Pulau Weh di ujung Barat hingga Merauke di ujung Timur, dari Mianggas di ujung Utara hingga Pulau Rote di ujung Selatan; dan dengan demikian, menjadikan Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia. 194 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

214 Pada tahun 2015, Kementerian ESDM ditunjuk sebagai pelaksana Hari Nusantara ke-15 yang mengambil tema Kekayaan energi dan sumber daya mineral untuk pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia guna mewujudkan kejayaan dan kemakmuran bangsa. Ketua pelaksana harian Hari Nusantara ke-15 adalah Kepala Badan Litbang ESDM. Peluncuran Hari Nusantara 2015 dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 1 Juni 2015, sedangkan acara Puncak dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Lampulo, Banda Aceh. Puncak Peringatan Hari Nusantara tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 13 Desember 2015 di Pelabuhan Lampulo, Aceh. Selain Penganugerahan Tanda Kehormatan Republik Indonesia yang diberikan langsung oleh Wapres Jusuf Kalla, Para Menteri yang hadir juga berkesempatan memberikan penghargaan yaitu Kementerian Pertahanan yaitu Dharma Pertahanan, Kementerian Ristek Dikti untuk Inovator Teknologi Bidang Kelautan, Kementerian Kelautan yaitu Adibakti Mina Bahari dan Nahkoda Kapal Pengawas Teladan, Kementerian Perhubungan untuk Penjaga Menara Suar Teladan dan Nahkoda Kapal Teladan, dan Kepolisian RI. Gambar 129. Menteri ESDM Memberikan Sambutan pada Hari Nusantara 2015 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

215 Gambar 130. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memberikan sambutan pada Hari Nusantara 2015 Di antara 3 Penerima Penghargaan Inovator Teknologi Bidang Kelautan yang diberikan oleh Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi salah satunya adalah Amin, SP penemu alat konverter BBM ke Bahan Bakar Gas dan sebaliknya. Amin yang dikenal juga dengan panggilan Amin BenGas adalah Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan Tahun Pada pelaksanaan tahun 2015 ini, Kementerian ESDM melaksanakan model pengembangan infrastruktur energi untuk Klaster Ekonomi Maritim pada 7 lokasi, yaitu: Aceh Jaya-Provinsi Aceh, Kuala Tanjung Barat-Provinsi Sumatera Utara, P. Enggano-Provinsi Bengkulu, Minahasa Utara-Provinsi Sulawesi Utara, Lombok Tengah-Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kupang- Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Marotai-Provinsi Maluku. Dalam rangka pengembangan klaster maritim dan pelaksanaan Hari Nusantara 2015 telah ditanda tangani Nota Kesepahaman antara Badan Litbang ESDM dengan Universitas Papua, Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Tanjungpura. Model pengembangan klaster maritim dapat diterapkan untuk pembangunan pulau-pulau kecil, pulau-pulau terdepan dan wilayah-wilayah pesisir yang didukung dengan infrastruktur energi bersih seperti tenaga surya, tenaga bayu, energi laut dan bahan bakar nabati. Model pembangunan Klaster Ekonomi Maritim akan mensinergikan para investor industri maritim dan energi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta akademisi utamanya perguruan tinggi di daerah. 196 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

216 Telah disepakati untuk memberikan rekomendasi kepada Pemerintah tentang strategi dan implementasi pembangunan kemaritiman Indonesia dalam upaya meningkatkan kontribusi maritim pada kesejahteraan masyarakat umum dan daya saing bangsa. Beberapa hal yang dapat dirumuskan/disimpulkan sebagai bahan kebijakan, adalah: 1. Untuk mendorong ekspansi pengembangan ekonomi kelautan perlu kebijakan umum yang berkaitan dengan: Kedaulatan (sovereignty), Keamanan (security), Pembangunan ekonomi (prosperity) dan Konservasi sumber daya alam dan lingkungan (sustainability) 2. Ekspansi pengembangan ekonomi kelautan dapat dilaksanakan melalui pembangunan cluster-kluster industry kelautan, dengan mempertimbangkan aspek-aspek perlunya: Jenis industry yang sesuai; Jumlah insdustri yang sesuai dengan skala ekonomi; Penerapan sistem rantai produksi terpadu hulu sampai hilir; Penerapan teknologi tepat guna/mutakhir; Penggunaan energi baru terbarukan lokal; Daya saing tinggi; Inklusif dan ramah lingkungan/budaya; Pembangunan yang terintegrasi dengan sector-sektor lain seperti kesehatan, rekreasi, pemukiman, dsb; Penerapan pola kawasan ekonomi khusus. 3. Dalam menerapkan pembentukan kluster industri kelautan, diperlukan paket kebijakan khusus yang mencakup: Penyediaan infrastruktur oleh pemerintah; Regulasi khusus berkaitan dengan perizinan, perpajakan dan bea cukai; Penyediaan SDM yang berkualitas termasuk pembangunan Sekolah Nelayan dan optimalisasi Fakultas Perikanan; Kredit perbankan khusus; Iklim investasi yang kondusif; Intensifikasi pembelajaran dari kesuksesan negara lain. 4. Dalam implementasi pengembangan kluster industry kelautan, diusulkan paling sedikit 7 klaster, yaitu : Morotai, Mandalika, Natuna, Aceh Jaya, Engggano, Batubara dan Batam. 5. Untuk Kabupaten Aceh Jaya, pembangunan kluster industry kelautan dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek: potensi ekonomi: Perikanan tangkap, budidaya laut/tambak, pengolahan hasil laut, bioteknologi bahari dan pariwisata; Potensi Energi Baru Terbarukan: Pasang surut, gelombang, surya, angin dan marine biofuel; LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

217 6. Untuk pulau-pulau terluar perlu penjaminan/pembangunan infrastruktur dan pasokan energi agar dapat memanfaatkan potensi ekonomi kelautan. Hal ini memiliki dampak yang penting dalam menjaga kedaulatan NKRI. 7. Industri migas, maritime memiliki potensi kontribusi besar bagi pengembangan industi kelautan. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah: Pengembangan industry galangan kapal pendukung yang menunjang industry migas maritime dan sektor eknomi kelautan lainnya; Perlu pengembnagan konektivitas antara industry migas maritime dengan sektor kemaritiman lainnya, seperti pasokan gas, CSR, dsb. Konsep pengembangan Energi Baru Terbarukan yang akan dikembangkan untuk mendukung ekonomi produktif di pulau-pulau terluar (kasus Pulau Enggano) sebagai langkah awal dapat dikembangkan Model Pengembangan Energi untuk mendukung Klaster Ekonomi Produktif sebagaimana pada. Gambar 131. Konsep contoh PLTHybrid untuk kegiatan produktif klaster ekonomi maritim. Kegiatan pengembangan PLTS untuk mendukung kegiatan pengembangan Ekonomi Produktif di Pulau Terluar seperti di Pulau Enggano, memerlukan biaya yang cukup besar, harga pokok penjualan listrik yang diperoleh masih sangat tinggi, sedangkan kemampuan atau daya beli UKM tepung pisang dan pabrik es sangat rendah, sehingga hal ini menjadi tanda tanya besar bagi investor yang akan berinvestasi. Agar supaya investor tertarik dalam pengembangan ekonomi di enggano (wilayah kepulauan), dan perekonomian di wilayah kepulauan dapat berjalan meningkat, bahkan 198 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

218 menyamai daerah berbasis daratan, maka diperlukan langkah langkah sebagai berikut : 1) Pemerintah memberikan insentif bagi investor dalam usaha sektor kemaritiman terkait Perizinan, Lahan, Pajak dll. 2) Pemerintah memberikan insentif bagi investor dalam membangun energi listrik dengan EBT terkait Perizinan, Lahan, Pajak, Subsidi Energi dan lainnya. 2. Capaian Anggaran/Keuangan 1. Realisasi Anggaran/DIPA Tahun 2015 Pagu anggaran/dipa tahun 2015 (pagu awal) sebesar Rp ,-, dengan dokumen Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) tahun anggaran 2015 Nomor: SP DIPA /2015 diterbitkan oleh Kementerian Keuangan pada tanggal 14 November Tabel 32. KODE KEGIATAN Alokasi Anggaran Pada Badan Litbang ESDM Awal dan Setelah Revisi Tahun 2015 NAMA KEGIATAN 1910 Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan 1911 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi 1912 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara 1913 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi 1914 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral AWAL (Rupiah) SETELAH PENGHEMATAN (Rupiah) TOTAL Pagu anggaran/dipa tahun 2015 selanjutnya mengalami pengurangan/penurunan dengan pagu awal Rp. Rp ,- menjadi ,- dengan rincian per kegiatan pada Tabel 32. Pada tanggal 24 November 2015, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara menyampaikan permintaan bantuan dana TUKIN sebesar Rp ,- melalui Surat Nomor 2259/82/SDB/2015 tanggal 24 November 2015 karena tidak memiliki dana yang cukup. Berdasarkan hasil LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

219 penelaahan dengan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan tanggal 1 Desember 2015, revisi anggaran pada Badan Litbang ESDM untuk TUKIN Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dimaksud disahkan melalui Surat Direktur Jenderal Anggaran No S-2813/AG/2015 tanggal 3 Desember 2015 tentang Pengesahan Revisi Anggaran sehingga anggaran mengalami pengurangan, khususnya pada Satker Sekretariat Badan Litbang ESDM menjadi Rp ,-. Besarnya pengurangan anggaran pada tahun 2015 untuk seluruh kegiatan adalah sebesar Rp ,- atau 0,95% (Gambar 132). Pagu Awal Pagu Penghematan ALokasi Anggaran Miliar Rupiah Kode Kegiatan Gambar 132. Alokasi Anggaran Setelah Penghematan berdasarkan jenis Kegiatan. Dari 5 (lima) kegiatan yang ada di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun anggaran 2015, realisasi penyerapan anggaran sampai akhir Triwulan IV sebesar 82,38% dari total pagu anggaran/dipa sebesar Rp ,-. Realisasi dan sisa anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dilihat pada 0. Tabel 33. Realisasi dan Sisa Anggaran Setelah Penghematan Jenis Belanja Pagu Anggaran (Rp.) Realisasi Sisa Anggaran (Rp.) % (Rp.) % Belanja Pegawai , ,02 Belanja Barang , ,36 Belanja Modal , ,41 Jumlah , ,62 Pagu anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dilihat pada Gambar 133, terbesar pada belanja barang, yaitu sebesar 54,22% (Rp ), 200 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

220 kemudian pada belanja modal sebesar 25,82% (Rp ,-), dan belanja pegawai sebesar 19,94% (Rp ,-). Pagu Anggaran Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Rp ; 25,82% Rp ; 19,94% Rp ; 54,22% Gambar 133. Pagu anggaran berdasarkan jenis belanja. Realisasi Anggaran berdasarkan jenis belanja (Gambar 134) paling besar dicapai pada belanja modal sebesar 96,59% (Rp ,-), kemudian belanja barang sebesar 81,64% (Rp ,-), dan belanja pegawai sebesar 65,98% (Rp ,-). Realisasi Anggaran Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Rp ; 96,59% Rp ; 65,98% Rp ; 81,64% Gambar 134. Realisasi Anggaran berdasarkan jenis Belanja. Sisa anggaran berdasarkan jenis belanja (Gambar 135) paling besar pada belanja pegawai sebesar 34,02% (Rp ,-), kemudian belanja LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

221 barang sebesar 18,36% (Rp ,-), dan belanja modal sebesar 3,41% (Rp ,-). Sisa Anggaran Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Rp ; 18,36% Rp ;3,41% Rp ; 34,02 Gambar 135. Sisa Anggaran berdasarkan jenis belanja. Sisa anggaran sebesar 17,62% karena adanya efisiensi belanja pegawai, efisiensi pengadaan barang dan jasa, honor, bahan, jasa, belanja modal perjalanan dinas. Tabel 34. Realisasi anggaran belanja per program tahun 2015 KODE KEGIATAN APBN PAGU (Rupiah) REALISASI (Rupiah) % 1910 Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan 1911 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi 1912 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara 1913 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS 1914 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral , , , , ,28 TOTAL , LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

222 Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2015 telah menyerap anggaran yang tersedia untuk menghasilkan output berdasarkan target kegiatan. Namun demikian terdapat beberapa kegiatan tahun 2015 yang tidak terlaksana atau realisasi rendah sehingga mempengaruhi jumlah realisasi anggaran. Hal ini disebabkan antara lain: a. Capaian perolehan atau penerimaan kegiatan jasa teknologi (PNBP) yang meliputi jasa studi, jasa laboratorium dan kalibrasi di Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS (BLU) adalah Rp ,-,- dari target Rp ,-belum termasuk outstanding (Invoice sudah berjalan tapi belum terbayarkan) sebesar 20,8 M. Sedangkan capaian penerimaan kegiatan jasa teknologi (PNBP) di Puslitbangtek Mineral dan Batubara adalah Rp dari target Rp karena belum ada izin pemanfaatan BMN (masih dalam proses), keterbatasan Sumber Daya Manusia, belum seluruh kemampuan tercantum dalam tariff PNBP, pengaturan penggunaan PNBP belum dapat memacu motivasi Pelaksana Teknis. b. Realisasi belanja lembur dan belanja tunjangan pegawai lainnya 0% karena tidak ada pengajuan belanja lembur. c. Masih ada revisi anggaran pada Bulan Desember d. Bahan Kimia dan suku cadang tersedia di penghujung waktu e. Realisasi Tunjangan Kinerja (renumerasi) tidak tercapai karena hasil penilaian TUKIN KESDM tidak mencapai 70%. f. Terdapat beberapa kegiatan yang terkendala dengan mitra kerja sama. Sebagai contoh: Implementasi siklon burner di PT. Kertas Leces yang tidak dapat terlaksana karena perusahaan tersebut tidak beroperasi akibat kesulitan keuangan (pailit). Pada kegiatan litbang Endurance test (uji ketahanan) rotary kiln untuk pembuatan spons besi (direct reduced iron) terdapat kendala lingkungan sosial masyarakat berupa tuntutan tunjangan kesehatan sehingga kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan. Pada kegiatan litbang Pengembangan Gasifikasi Batubara untuk PLTD Dual Fuel tidak terlakasana kerja sama dengan mitra kerja PT. PLN, PT. Timah dan PT. Pertamina; generator set yang dimiliki mitra kerja sudah tidak efisien; dan belum selesainya perbaikan reaktor (pagoda) sehingga uji running mengalami keterlambatan. Pada kegiatan Implementasi Surfaktan Berbahan Baku Nabati, kerja sama dengan pihak terkait, yaitu PERTAMINA terlambat dalam penandatanganan kontrak sehingga hasil belum optimal karena pengambilan data menjadi terlambat hampir di penghujung tahun. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

223 3. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan a. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja di Lingkungan Badan Litbang ESDM Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan anggaran dan kegiatan telah dilakukan pengendalian internal melalui penerbitan Instruksi Kepala Badan Litbang tentang monitoring dan evaluasi sebagai berikut : Instruksi Kepala Badan Nomor 186.K/82/BLB/2012 tanggal 27 Januari 2012 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja di Lingkungan Badan Litbang ESDM; Instruksi Kepala Badan Nomor 211.K/82/BLB/2012 tanggal 16 Maret 2012 tentang Monitoring Pelaksanaan Kegiatan di Lingkungan Badan Litbang ESDM Monitoring pelaksanaan anggaran pada periode 2013 selanjutnya mengalami perubahan dengan dibentuknya Tim Evaluasi Pengawasan dan Penyerapan Anggaran (TEPPA) oleh Presiden RI tahun Pelaksanaan kegiatan ini melalui Sistem Monitoring TEPPA (sismontep) untuk mendorong penyerapan anggaran. Kegiatan Sismontep ini pada tahun 2014 sudah tindak berlanjut, namun demkian upaya monitoring pelaksanaan anggaran tetap dilaksanakan melalui kegiatan rekonsiliasi dan forum pertemuan dengan para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada Satuan Kerja di lingkungan Badan Litbang ESDM. Melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran telah dilakukan upaya-upaya percepatan absorbsi penyerapan anggaran tahun 2015, melakukan bimbingan teknis dan pendampingan secara terus menerus kepada para Pengelola APBN dalam proses pelaksanaan anggaran dan pencairan dana. Monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tahun berjalan, yaitu akhir bulan ke-3 (B03), akhir bulan ke-6 (B06), akhir bulan ke-9 (B09), dan akhir bulan ke-12 (B12), dilakukan terhadap 125 kegiatan Litbang. Berdasarkan hasil evaluasi dengan melakukan Penilaian Pencapaian Ukuran Keberhasilan untuk setiap kegiatan yang telah dilaporkan (125 kegiatan) dapat diidentifikasi capaian terhadap target yaitu: a. Kategori Biru (Sangat Memuaskan) : 0 kegiatan (0%) b. Kategori Hijau (Memuaskan) : 121 kegiatan (96,8%) c. Kategori Kuning (Kurang Memuaskan) : 3 kegiatan (2,4%) d. Kategori Merah (Mengecewakan) : 1 kegiatan (0,8%) 204 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

224 Secara umum target Ukuran Keberhasilan pada checkpoint B12 dapat dicapai 96,8% (121 dari 125 kegiatan) dari hasil penilaian dengan kategori Hijau, Kuning dan Merah. 40, 32.0% 35, 28.0% 20, 16.0% 30, 24.0% P3TMGB LEMIGAS P3TMB P3TKEBTKE P3GL Gambar 136. Jumlah kegiatan litbang yang dipantau melalui Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan pada masing-masing unit di badan Litbang ESDM 3, 2.4% 1, 0.8% Baik Sekali (Sangat Memuaskan) Baik (Memuaskan) Cukup (Kurang Memuaskan) 121, 96.8% Kurang (Mengecewakan) Gambar 137. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Monitoring Periode Sampai dengan Bulan Desember 2015 (B12) Pada tahun 2015, Badan Litbang meluncurkan aplikasi SIMONEV untuk memudahkan proses pelaporan dari Unit Satker di lingkungan Badan Litbang ESDM melalui laman Aplikasi ini sudah diuji coba pada periode pelaporan B03 dan terus dilakukan pengembangan dan disinergikan dengan aplikasi EMONEV Keuangan untuk realisasi anggaran per kegiatan. Aplikasi yang sudah disinergikan dengan EMONEV kembali diuji coba untuk periode pelaporan B12. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

225 Gambar 138. Tampilan aplikasi SIMONEV per Satker Gambar 139. Tampilan aplikasi SIMONEV pada Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS. b. Monitoring Rencana Aksi Sektor Energi Dan Sumber Daya Mineral Dalam rangka evaluasi dan pengendalian pelaksanaan program strategis di lingkungan kementerian ESDM, Unit Pengendali Kinerja (UPK) Kementerian ESDM melaksanakan monitoring beberapa kegiatan litbang strategis. Kegiatan unggulan dan strategis pada Badan Litbang ESDM yang dimonitor oleh UPK ada 11 (sebelas) kegiatan. Kegiatan tersebut dimonitor di bulan 206 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

226 kelima (B05), bulan keenam (B06), bulan kedelapan (B08), bulan kesepuluh (B10), dan bulan kedua belas (B12). Sebelas kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Studi Bersama Intensifikasi Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia 2) Optimasi Pengujian Surfaktan LEMIGAS berbasis Bahan Nabati dengan Metode Injeksi Berpola 3) Implementasi Pengembangan Gasifier Batubara di IKM untuk Peleburan Alumunium dan Industri yang Menggunakan Boiler 4) Pengembangan Aplikasi Teknologi Undeground Coal Gasification (UCG) Di Indonesia Tahap II 5) Aplikasi Pembakar Siklon Pada Boiler PLTU Kapasitas 20 MW 6) Pembangunan Laboratorium dan Gedung Perkantoran Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi 7) Penelitian dan Pengembangan Biodiesel Kemiri Sunan dan Alga 8) Pengembangan Energi untuk Kegiatan Produktif di Pulau-Pulau Terluar 9) Pemetaan Geologi dan Geofisika bersistem Lembar Peta 2815 dan 2816 Perairan Waigeo Papua Barat dan 2716 Perairan Barat Waigeo Papua Barat 10) Penelitian Potensi Migas 11) Penyusunan DED Energi Arus Laut (PLTAL) Berdasarkan hasil verifikasi dan penilaian UPK pada akhir tahun atau bulan keduabelas tahun 2015, dari 11 (sebelas) kegiatan yang dipantau tersebut 10 (sepuluh) kegiatan masuk kategori hijau (memuaskan) dan 1 (satu) kegiatan masuk kategori merah (mengecewakan). Kegiatan dengan judul Aplikasi Pembakar Siklon pada Boiler PLTU Kapasitas 20 MW di PT Kertas Leces gagal mencapai target karena tidak dapat melaksanakan Commisioning dan uji coba operasional. Hal ini disebabkan PT Kertas Leces dalam keadaan tidak beroperasi, aliran listrik PLN sudah diputus dan seluruh pegawai diistirahatkan. 4. Evaluasi Pelaksanan Anggaran Tahun 2015 Pada tahun 2015, Badan Litbang ESDM memperoleh anggaran sebesar Rp ,-. Anggaran ini lebih besar 26% dibanding tahun 2014 (Gambar 140). LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

227 PAGU (Juta Rupiah) 900, , , , , , , , ,000 0 BLM BLT BLE BLK SBL TOTAL ,063, ,028,333 67,040,700, 165,031,767 33,428,367, 735,592, ,048, ,861,490 65,972,931, 167,142,931 35,439,110, 739,465, ,204, ,045,074 57,214,623, 95,453,048, 39,848,515, 574,765, ,925, ,366,413 92,974,665, 114,463,298 50,958,667, 741,688, ,281, ,908, ,388, ,279,976 46,164,756, 702,023, ,058, ,343, ,579, ,661, ,391, ,033,847 Gambar 140. Pagu Anggaran pada Badan Litbang ESDM tahun Pencapaian realisasi anggaran tahun 2015 jika dibandingkan pagu anggaran selama lima tahun sebelumnya antara berada pada posisi capaian nomor 2 tertinggi setelah realisasi pada tahun 2013, yaitu 83,58%. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, realisasi capaian tahun 2015 jauh lebih baik. Penjelasan tentang capaian realisasi anggaran telah dibahas pada sub bab Capaian Anggaran/Keuangan di atas. 800, , ,000 Realisasi Anggaran (Juta Rupiah) 500, , , , ,000 0 BLM BLT BLE BLK SBL TOTAL Persen Realisasi ,007,823, 104,237,209, 34,004,826,1 95,583,291,8 22,480,545,4 579,313,696, 78.75% ,681,210, 87,859,247,5 53,230,641,0 69,023,648,8 23,632,680,4 547,427,428, 74.03% ,334,345, 98,373,191,7 43,668,325,0 78,303,071,6 28,199,331,7 467,878,265, 81.40% ,801,419, 114,686,390, 70,665,568,6 99,363,332,0 36,392,960,0 619,909,671, 83.58% ,291,517, 90,251,026,5 67,147,033,0 95,488,139,2 35,173,456,7 481,351,172, 68.57% ,372,352, 142,626,733, 99,800,478,6 118,074,713, 79,209,289,9 729,083,568, 82.38% Gambar 141. Realisasi Anggaran Tahun Selama periode telah dilaksanakan kegiatan yang didanai oleh APBN (DIPA) dialokasikan dalam Program Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, yang menghasilkan output dan outcome 208 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

228 yang mendukung tercapainya Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tercantum dalam Penetapan Kinerja (PK) pada tahun berjalan. Pada capaian tingkat output, jumlah kegiatan litbang yang telah dilaksanakan pada tahun sebagaimana tercantum dalam Gambar BLM BLT BLE BLK TOTAL Gambar 142. Jumlah Kegiatan Litbang dalam Kurun Waktu Pada capaian tingkat outcome yang merupakan indikator kinerja utama Badan Litbang ESDM, selama periode telah dilakukan review terhadap indikator kinerja utama Badan Litbang ESDM, di mana semula 6 indikator kinerja dan pada tahun menjadi 7 indikator kinerja. Pada tahun 2015 indikator kinerja menjadi 11 indikator kinerja utama, yaitu 1) Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei 2) Jumlah Laporan Ilmiah 3) Jumlah Makalah Ilmiah Yang Diterbitkan Oleh Media Yang Terakreditasi 4) Jumlah Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi 5) Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan 6) Jumlah Pilot Plant/ Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun/ Formula 7) Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM 8) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi 9) Jumlah Peningkatan Nilai Tambah 10) Paten yang terimplementasikan 11) Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula yang terimplementasikan Pada tahun 2015 yang dilaksanakan berdasarkan Renstra Badan Litbang mengalami penambahan 4 Indikator Kinerja Utama jika LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

229 dibandingkan dengan Renstra Badan Litbang , di mana IKU pada Renstra adalah: 1) Jumlah Laporan Ilmiah 2) Jumlah Makalah Ilmiah Yang Diterbitkan Oleh Media Yang Terakreditasi 3) Jumlah Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi 4) Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan 5) Jumlah Usulan Masukan/ Rekomendasi Kebi-jakan/ Regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) 6) Jumlah Pilot Plant/ Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun/ Formula 7) Indeks Kepuasan Pelanggan Atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk Capaian IKU Laporan Ilmiah pada tahun 2015 sebesar 125,66% Gambar 143. Capaian ini menempati posisi kedua dibandingkan dengan capaian dari Jumlah Laporan Ilmiah Jumlah (satuan) Target Realisasi Persentase % % % % Gambar 143. Jumlah laporan Ilmiah Capaian IKU Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi pada tahun 2015 menempati posisi terendah sebesar 121,35% dibanding lima tahun sebelumnya. Hal ini terjadi salah satunya karena akses penulisan makalah pada jurnal internasional yang berbayar dan melewati seleksi yang cukup panjang yang menyebabkan fungsional peneliti ataupun perekayasa mengalami kesulitan. 210 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

230 Jumlah Makalah Ilmiah Jumlah (satuan) Target Realisasi Persentase % % % % % % Gambar 144. Jumlah Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi pada tahun Capaian IKU Usulan paten, hak cipta dan litbang inovasi pada tahun 2015 (100%) lebih rendah dibandingkan tahun 2012, 2013, dan 2014 Gambar 145. Jumlah Usulan Paten, Hak Cipta, Litbang Inovasi Jumlah (satuan) Target Realisasi Persentase 90.00% % % % % % Gambar 145. Jumlah Usulan paten, hak cipta dan litbang inovasi pada tahun Capaian IKU Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun/Formula pada tahun 2015 mengalami capaian tertinggi dibandingkan lima tahun sebelumnya (Gambar 146). Hal ini terjadi karena pada tahun 2015, beberap pilot plant dibangun lebih dari 1 unit pada instansi/badan usaha/ikm terkait. LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

231 Jumlah Pilot Plant/Prototype/ Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun/Formula Jumlah (satuan) Target Realisasi Persentase % % % % % % Gambar 146. Jumlah Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun/Formula pada tahun Capaian IKU Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014, namun masih lebih sedikit dibanding tahun 2012 dan 2013 (Gambar 147). Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan Jumlah (satuan) Target Realisasi Persentase % % % % 77.42% % Gambar 147. Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan pada tahun Capaian IKU Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM, pada tahun 2015 mengalami angka terkecil, yaitu 87,18% dibandingkan lima tahun sebelumnya. Pada tahun , IKU ini merupakan Usulan Masukan/Rekomendasi Kebi-jakan/Regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) yang mengalami perubahan menjadi Rumusan dan 212 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

232 Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM yang harus dilaporkan dan disusun sebagai Policy Brief atau Naskah Akademis dai Puslitbang di Lingkungan Badan Litbang kepada Kepala Badan Litbang ESDM, Menteri ESDM, Direktorat Teknis terkait, maupun instansi terkait (Gambar 148). Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM Jumlah (satuan) Target Realisasi Persentase %100.00%108.70%145.83%109.68% 89.74% Gambar 148. Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM pada tahun Capaian IKU Jumlah realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kegiatan Jasa Penelitian dan Pengembangan terhadap target yang ditetapkan pada tahun 2015 mencapai angka 71,47%. Pada tahun , IKU ini tidak ada sehingga dibandingkan dengan tahun 2011, angka capaian menurun (81,48%). Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kegiatan Jasa Penelitian dan Pengembangan Jumlah (Miliar Rupiah) Target Realisasi Persentase 69.54% 81.48% 0.00% 0.00% 0.00% 71.47% Gambar 149. Capaian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kegiatan Jasa Penelitian dan Pengembangan pad tahun LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

233 Untuk tiga IKU yang lain, yaitu jumlah Peningkatan Nilai Tambah, Paten yang terimplementasikan, dan Pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/ formula yang terimplementasikan merupakan IKU baru. IKU ini merupakan upaya peningkatan kapasitas kelembagaan dan peran Badan Litbang ESDM di sektor ESDM. Untuk tiga IKU ini, capaian belum mencapai angka 100%. Hal ini terjadi karena belum adanya izin operasi RIG CBM dari Ditjen Migas, terlambatnya izin penggunaan lapangan dari pihak kerja sama terkait, dan terlambatnya bahan dan peralatan sehingga proses implementasi tidak dapat dilaksanakan. 5. Analisis Permasalahan dan Tindak Lanjut a. Permasalahan: 1) Kerja sama dengan pihak terkait kadang-kadang masih menemukan hambatan karena pihak terkait mengalami krisis keuangan (pailit), belum adanya kepercayaan terhadap hasil litbang, terjadi perubahan manajemen. 2) Kompetensi SDM masih terbatas sehingga untuk analisis-analisis tertentu masih membutuhkan pihak luar. 3) Penerimaan atau kondisi lingkungan masyarakat kadang-kadang kurang kondusif untuk melaksanakan survei/kegiatan lapangan. 4) Kondisi Kapal Survei yang harus antri untuk melaksanakan kegiatan survei geologi kelautan. 5) Pengadaan barang dan jasa untuk mendukung kegiatan litbang bersamaan sering terlambat karena waktu pengusulan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Tindak Lanjut 1) Upaya peningkatan kapasitas SDM untuk mewujudkan SDM yang kompeten dan profesional di bidangnya; 2) Perlu dukungan manajemen untuk memperlancar proses kerja sama, khususnya jika kegiatan/survei dilaksanakan di lapangan Migas atau WP. 3) Kinerja harus terus ditingkatkan guna meningkatkan Tunjangan Kinerja sebagai salah satu reward bagi Pegawai. 214 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

234 IV. Penutup Berdasarkan pengukuran kinerja tahun 2015 telah dilakukan sejumlah kegiatan untuk menunjang tugas dan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM yaitu: Melaksanakan Penelitian dan Pengembangan di Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, dan dalam rangka pencapaian sasaran tahun 2015 dengan hasil sebagai berikut : 1) Keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan telah mendukung 13 (tiga belas) sasaran yang telah disusun dalam Draft Renstra Badan Litbang ESDM Tahun yaitu: 1.) Terwujudnya kontribusi dalam perumusan kebijakan sektor ESDM; 2.) Terwujudnya konstribusi dalam evaluasi kebijakan sektor ESDM; 3.) Terwujudnya peningkatan kebijakan teknis kelitbangan Bidang ESDM; 4.) Terwujudnya penambahan pasokan energi dan mineral; 5.)Terwujudnya penambahan sumber daya energi dan mineral; 6.) Terwujudnya litbang unggulan; 7.) Terwujudnya peningkatan nilai tambah; 8.) Terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM; 9.) Terwujudnya pengurangan biaya, peningkatan efisiensi dan TKDN; 10.) Terwujudnya peningkatan jasa teknologi; 11.) Terwujudnya kegiatan litbang yang mendukung perkembangan dan menjawab isu strategis sektor ESDM; 12.) Terwujudnya kegiatan litbang yang akuntabel, efektif, dan efisien; 13) Terwujudnya lingkungan dan proses kerja yang kondusif. 2) Realisasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM tahun 2015 sebesar Rp Rp ,- atau 82,38% dibandingkan dengan anggaran yang tersedia (pagu) sebesar Rp ,-. Pembiayaan kegiatan yang bersumber dari DIPA tersebut dialokasikan dalam Program Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral yang terdiri atas 5 (lima) kegiatan, yaitu: a) Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, b) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi, c) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, d) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, dan e) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. 3) Pencapaian kinerja yang diukur melalui indikator masukan (input) dan indikator keluaran (output) serta indikator hasil (outcome) menunjukkan keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Namun demikian terdapat beberapa kegiatan tahun 2015 yang tidak terlaksana atau realisasi rendah sehingga mempengaruhi jumlah realisasi anggaran. Hal ini disebabkan antara lain : a) Realisasi belanja lembur dan belanja tunjangan pegawai lainnya 0% karena tidak ada pengajuan LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

235 belanja lembur; b) Masih ada revisi anggaran pada Bulan Desember; c) Bahan Kimia dan suku cadang tersedia di penghujung waktu; d) Realisasi Tunjangan Kinerja (renumerasi) tidak tercapai karena hasil penilaian TUKIN KESDM tidak mencapai 70%. 4) Pencapaian kinerja terhadap pelaksanaan kegiatan tahun 2015 yang diukur dari indikator kinerja, outcome sebanyak 6 dari 11 indikator kinerja (54,54%) mencapai target bahkan melebihi target PK yang ditetapkan, yaitu Jumlah Pengembangan dan Produk Teknologi serta Produk Survei, Laporan Ilmiah, Makalah Ilmiah, Usulan Paten/Hak Cipta/Litbang Inovasi, Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula, Peta/atlas potensi sektor ESDM. Jumlah yang melebihi target ini karena adanya beberapa tambahan kegiatan penelitian yang dilakukan menggunakan output cadangan. Selain itu, satu kegiatan penelitian dapat menghasilkan lebih dari satu produk. Sedangkan target indikator kinerja yang tidak tercapai dengan persen di antara 70 95%, yaitu Jumlah Rumusan dan Evaluasi Kebijakan Sektor ESDM (89,74%), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi (71,47%), Jumlah Peningkatan Nilai Tambah (84,6%), dan Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula yang terimplementasikan. Hal ini karena dalam pelaksanaan tahun anggaran 2015,: a) sebagian kegiatan penelitian mengalami keterlambatan pelaksanaan bahkan ada yang gagal terimplementasikan karena belum mendapatkan izin operasi, dan b) tidak tercapainya target penerimaan (PNBP) karena belum termasuk outstanding (invoice sudah berjalan tapi belum terbayarkan) sebesar 20,8 M, belum ada izin pemanfaatan BMN (masih dalam proses), belum seluruh kemampuan tercantum dalam tariff PNBP. Indikator Kinerja yang hanya mencapai 50% adalah Paten terimplementasikan karena berbagai kendala, yaitu adanya keterlambatan keluarnya izin dengan pihak terkait yang bekerja sama sehingga pengambilan data terlambat, metode belum konsisten untuk beberapa titik sehingga belum dapat diimplementasikan, peralatan dan bahan datang pada trimester tiga sehingga output sudah ada namun belum dapat diimplementasikan. 216 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

236 Lampiran 1. Penetapan Kinerja Badan Litbang ESDM Tahun 2015 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

237 218 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

238 Lampiran 2. Daftar Kegiatan Litbang Tahun 2015 Badan Litbang ESDM No NAMA UNIT/KEGIATAN I. PUSLITBANG TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI LEMIGAS 1. Evaluasi Bersama Intensifikasi Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia 2. Evaluasi Bersama Kaji Ulang Wilayah Kerja (WK) Migas 3. Studi Mikroanalisis Reservoir Batu Pasir Berpermeabilitas Rendah dan Penyebarannya Berdasarkan Mikroanalisis di Cekungan Sumatera Tengah 4. Studi Pemetaan Rembesan Migas di Daerah Timor, Indonesia Timur 5. Implementasi Giroskop Gravitimeter Scintrex CG-5 6. Pemetaan Shale Gas Play di Daratan Indonesia : Cekungan Mature Sumatra Selatan (Sub -Cekungan Palembang Utara dan Jambi) 7. Pengembangan Perangkat Lunak SG2L Gravitimeter Scintrex CG-5 untuk Akuisisi Pengukuran Gravity di Laut 8. Implementasi Airgun Mini 9. Implementasi Passive Soil Radon 10. Metoda Alternatif Penentuan Porositas Reservoir Shale Gas Menggunakan Teknologi Microtomography Dan Electrical Capacitance Volume Tomography 11. Optimasi Produksi Surfaktan Peptida dengan Teknologi DNA Rekombinan pada Sumur Minyak 12. Implementasi Surfaktan Berbahan Baku Nabati 13. Evaluasi Produksi Lapangan Eksisting dan Inventarisasi Data Cadangan Migas Indonesia 01 Januari Produksi Gas Metana Skala Mini Plant dengan Memanfaatkan Campuran Cairan Rumen, Methane Batubara dan Air Formasi 15. Optimasi Pengujian Surfaktan LEMIGAS berbasis Bahan Nabati dengan Metode Injeksi Berpola di Lapangan "X" 16. Perekayasaan Peralatan dan Pemodelan Injection Fall Off Test (IFO Test) untuk Aplikasi Dibidang Industri CBM 17. Kerekayasaan Peralatan Loading Ramp dan Substructure untuk Rig CBM 18. Pengembangan Alat Inspeksi Sumur Berbasis Teknologi Ultrasonography Versi II Tahap I 19. Implementasi Peralatan IFO Test Untuk Aplikasi di Bidang Industri Migas 20. Implementasi Rig-CBM 21. Implementasi Ultrasonografi Bidang Migas 22. CCS-CO 2 EOR Dari Hasil Pengolahan Sampah Kota (MUNISIPAL SOLID WASTE) 23. Hidrotreating Minyak Nabati untuk Pembuatan Bahan Bakar Diesel Terbarukan 24. Pemanfaatan Gas CO 2 untuk Meningkatkan Produktivitas Mikroalga Air Laut Sebagai Bahan Dasar Biofuel 25. Pengembangan Teknologi Desulfurisasi Secara Oksidatif (ODS) untuk Mendapatkan BBM Berkadar Sulfur Rendah LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

239 No NAMA UNIT/KEGIATAN 26. Penangkapan CO 2 dengan menggunakan Pelarut Kalium Karbonat Berpromotor Asam Borat 27. Pembuatan Aditif Kopolimer Lateks Karet Alam Sebagai Paraffin Inhibitor pada Minyak Mentah 28. Evaluasi Bersama Pengembangan Kilang BBM dan Petrokimia di Indonesia Optimasi Konfigurasi Kilang BBM dan Petrokimia 29. Pembuatan Biofuel dari Biomassa secara Katalitik Menggunakan Reaktor Putar Turbin 30. Implementasi Oil Recovery Unit di Lingkungan Subsektor Migas 31. Implementasi Unit Biodiesel 32. Implementasi Membrane Pemisah CO 2 pada Gas Alam 33. Pemanfaatan DME Sebagai Bahan Bakar di Sektor Transportasi, Industri, dan Rumah Tangga 34. Aplikasi Bahan Bakar Nabati (BBN) Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sektor Industri 35. Studi Penelitian Kebutuhan Angka Oktan Kendaraan Bermotor Mesin Bensin di Indonesia 36. Implementasi dan Optimasi Produksi Minyak Lumas Pada Lube Oil Blending Plant 37. Implementasi Unit LOBP 38. Pengembangan Teknologi Pelumas Industri: Pembuatan Bio-Grease Menggunakan Thickener Berbasis Minyak Jarak 39. Aplikasi Aditif Nano Jenis Pemodifikasi Gesekan untuk Meningkatkan Kinerja Minyak Lumas 40. Aplikasi Pemanfaatan DME Sebagai Bahan Bakar Industri Kecil (ARG) 41. Implementasi Produk Minyak Lumas pada Sarana Transportasi Umum Berbahan Bakar Gas 42. Implementasi dan Penyusunan RSNI Konverter Kit Untuk Perahu Nelayan 43. Kajian Inventarisasi Gas Metana di Lapangan Migas Indonesia Sebagai Bagian dari Global Methane Initiative (GMI) - Lanjutan 44. Implementasi Kajian Penentuan Batasan Kandungan Monogliserida pada Spesifikasi Biodiesel dalam rangka Implementasi B20 di Indonesia 45. Studi Aplikasi Bensin RON 90 Pada Kendaraan Bermotor di Indonesia 46. Evaluasi Bersama Percepatan Konversi BBM Ke BBG untuk Kendaraan Dinas Kementerian/Lembaga Wilayah Jawa dan Bali 47. Kajian Keekonomian Litbang Migas 48. Optimasi Rancang Bangun Tabung dan Konverter Kit untuk Kendaraan Bermotor yang Sesuai Kondisi BBG di Indonesia 49. Implementasi Tabung ANG untuk Rumah Tangga 50. Optimalisasi Implementasi Tabung ANG (Adsorbed Natural Gas) untuk Rumah Tangga 220 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

240 No NAMA UNIT/KEGIATAN 51. Rancang Bangun Drier Gas Bumi untuk Meminimalkan Kadar Air dalam Bahan Bakar Gas (BBG) di SPBG dan Industri 52. Implementasi Rancangan Adsorben Komponen Korosif Gas Bumi 53. Implementasi Unit Stasiun Pengisian BBG (Daughter) 54. Kajian Potensi Industri LNG Tangguh Dalam Rangka Membangun Papua II. PUSLITBANG TEKNOLOGI KETENAGALISTRIKAN, EBT DAN KE 1. Analisis Energi Angin Untuk Daerah Berpotensi di Indonesia 2. Analisis/ Survei Potensi Energi Surya Indonesia 3. Analisis/ Survei Potensi PLTMH dan Biomassa 4. Analisis Kinerja dan Keamanan Lampu Fluoresen Swabalast Rekondisi 5. Analisis Peningkatan Efisiensi Pembangkit Tenaga Listrik 6. Analisis Jejak Karbon Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 7. Analisis Nuclear Waste Management dalam Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 8. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Siklus Biner 9. Analisis Sumur-Sumur Panas Bumi Untuk Mendukung Pengembangan PLTP Skala Kecil 10. Penelitian dan Pengembangan Biodiesel Kemiri Sunan dan Alga 11. Penelitian dan Pengembangan Fuel Cell Untuk Mobil Listrik 12. Penelitian dan Pengembangan Revitalisasi dan Pengelolaan Biogas Untuk Mendukung Pemanfaatannya Secara Masif 13. Penelitian dan Pengembangan Sistem Smart Microgrids pada Teknologi Pembangkit EBT 14. Penelitian dan Pengembangan Bioetanol dari Sorgum 15. Studi Kelayakan PLTU Skala Kecil dengan Pembakar Siklon 16. Pengembangan Teknologi BBN Generasi Pengembangan Energi untuk Kegiatan Produktif di Pulau-Pulau Terluar 18. Studi Simulasi Reservoir Panas Bumi untuk Mendukung Pengembangan Lapangan Panas Bumi 19. Studi Pemanfaatan Sampah Kota Menjadi Listrik 20. Kajian Tarif Harga Jual Tenaga Listrik Pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan III. PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA 1. Persiapan Pembangunan Demo Plant RDS 50 ton/jam dan Optimalisasi PAC dan Tawas dari Tailing Washed Bauksit 2. Rancangan Demo Plant Reduksi Bijih Nikel Kapasitas Ton /Tahun dan Pemurnian Larutan Nikel Dengan Metode Solvent Extraction LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

241 No NAMA UNIT/KEGIATAN 3. Ekstraksi Dan Pemurnian Logam Berharga Dari Lumpur Anoda Dengan Kapasitas 3 Kg/Batch (lanjutan) 4. Ekstraksi dan Pemurnian Logam Tanah Jarang dari Mineral Monasit dan Abu Batubara 5. Rekomendasi Potensi Pengembangan Industri Mineral Yang Terintegrasi dengan PLTA di Papua 6. Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silikat Sebagai Penyaring Molekul 7. Ekstraksi Logam Dasar (Zn, Pb, Cu) dari Konsentrat Bijih Sulfida dengan Metode Pelindian dan Pemurnian 8. Pengembangan Teknologi Pengolahan Magnesium, Polisilikon, dan Zirkonia 9. Pupuk Bio-Organo Untuk Tanaman Teh di Gambung (Studi Kasus) 10. Endurance Test (Uji Ketahanan) Rotary Kiln Untuk Pembuatan Spon Besi (Reduced Direct Iron) 11. Pengembangan Gasifikasi Batubara Untuk PLTD Dual Fuel 12. Pengembangan dan Penerapan Siklo Burner Batubara Pada Dapur Komunal dan IKM 13. Aplikasi Pembakar Siklon Pada Boiler PLTU Kapasitas 20 MW 14. Implementasi Pengembangan Gasifier Batubara Di IKM Untuk Peleburan Alumunium Dan Industri Yang Menggunakan Boiler 15. Seleksi Biomassa Untuk Campuran Pada Pembuatan Briket Batubara-Biomassa Dalam Rangka Mengurangi CO Selektifitas Bahan Baku Pada Pembuatan Karbon Aktif Untuk Adsorbed Natural Gas (ANG) 17. Penelitian Penurun Kadar Abu Limbah Pencucian Batubara dan Kajian Awal Implementasinya di Indonesia 18. Pengembangan Process Reforming Ter Secara Autothermal Skala Process Development Unit (PDU) 19. Uji Kinerja Unit Pengembangan Proses Gas Sintesis Dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Ganda 20. Teknologi Peningkatan Kualitas Batubara 21. Pengembangan Aplikasi Teknologi Undeground Coal Gasification (UCG) Di Indonesia Tahap II 22. Kajian Logistik dan Infrastruktur Batubara Untuk PLTU Skala Kecil dan Pemanfatan lainnya 23. Kajian Manfaat PT. Freeport Indonesia Bagi Papua 24. Model Desain Penambangan Endapan Mineral Bawah Laut Dangkal (Studi Kasus Penambangan Endapan Pasir Besi) 25. Fitoekstraksi Emas dan Batuan Sisa Penambangan Emas Skala Demplot 26. Pengolahan dan Pemanfaatan Red Mud Sebagai Bahan Pembenah Lahan Gambut Dan Penetralisir Air Asam Tambang 27. Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Smelter Di Indonesia 222 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

242 No NAMA UNIT/KEGIATAN 28. Delineasi Urat Kuarsa Mengandung Mineral Logam Di Cianjur Menggunakan Proton Magnetometer 29. Kajian Muatan Lokal (Local Content) Pada Perusahaan Pertambangan Mineral Di Indonesia 30. Kajian Implikasi Penerapan UU Nomor 23 Tahun 2014 Terhadap Pengembangan Mineral dan Batubara IV. PUSLITBANG GEOLOGI KELAUTAN 1. Integrasi Data Geologi Kelautan 2. Kajian Biostratigrafi Pantai Barat Sumatera Berdasarkan Foraminifera Plankton 3. Pengukuran Epoch Geomagnet di Perairan Laut Jawa 4. Pemetaan Geologi dan Geofisika Bersistem Lembar Peta 2815 dan 2816 Perairan Waigeo, Papua Barat 5. Pemetaan Landas Kontinen perairan Selatan Sumba (Geomarin III) 6. Pemetaan Geologi dan Geofisika Bersistem Lembar Peta 2715 dan 2716 Perairan Barat Waigeo, Papua Barat 7. Pengolahan Data Seismik Multichannel LP Perairan Barat Papua 8. Penyusunan Peta Geologi Kelautan 9. Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan Data Bersama Geologi Kelautan 10. Kajian Analisa Mineral Logam di Perairan Joilolo dan sekitarnya, Halmahera Barat, Maluku Utara 11. Kajian Analisa Mineral Logam di Perairan Sabang Provinsi NAD (Eksdplorasi Prospeksi Sumber Daya Tereka) 12. Konsinyering Data Mineral Kelautan Nasional 13. Penelitian Kandungan Mineral Plaser & REE (Survei Tinjau) di Pantai & Perairan Toboali, Babel 14. Penelitian Keterdapatan Endapan Plaser dan Unsur Tanah Jarang di Pantai dan Perairan Barat Laut Singkep dan sekitarnya, Kab. Lingga, Provinsi Kepulauan Riau 15. Penelitian potensi Mineral logam di Perairan Saumlaki dan sekitarnya, Maluku Tenggara Barat, Prop. Maluku 16. Penelitian Tinjau Endapan Plaser Pembawa Unsur Tanah jarang (REE) Perairan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat 17. Rekomendasi Kebijakan Zona Wilayah Pertambangan Mineral Kelautan di Perairan Bangka Timur Prov. Bangka Belitung 18. Kajian Potensi Energi Arus Laut untuk Mendukung Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) di Perairan Selat Lirung, Talaud dan Selat Lampa, Natuna 19. Penelitian Indikasi Keterdepatan Gas Biogenik Pesisir Pantai dan Laut Pulau Topang, Kab. Meranti, Prov Riau 20. Penelitian Indikasi Keterdepatan Gas Biogenik Pesisir Pantai dan Laut Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur 21. Penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai Energi Baru Terbarukan di Selat Sugi, Propinsi Kepulauan Riau 22. Penelitian Potensi Migas di Perairan Aru Selatan, Papua untuk Mendukung Peningkatan Status Cekungan dan WK MIGAS Nasional (Survei Geomarin III) LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun

243 No 23. Integrasi Energi Laut (Revisi) NAMA UNIT/KEGIATAN 24. Survei Detail untuk Peneltian Tapak Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) 25. Rekomendasi Kebijakan untuk Mendukung Penyiapan Data WK Migas di Perairan Wokam/Aru Utara Papau Barat (data utama hasil penelitian KR. Geomarin III 2014) 26. Rekomendasi Kebijakan Rencana Pengembangan EBT Kelautan Dalam Mendukung Ketahanan Energi Nasional 27. Identifikasi Keberadaan Mata Air Tawar di Perairan Pantai Kabupaten Lombok Utara, NTB 28. Kajian Perubahan Lingkungan Pra-Pasca Kegiatan Operasional PLTU Tarahan berdasarkan komponen sedimen 29. Penelitian Lingkungan Geologi Kelautan di Perairan Barat Daya P. Rote, Kab. Rote Ndao, Prov. NTT 30. Penelitian Geologi Wilayah Pantai dan Laut Area Penambangan Pasir Besi Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 31. Penelitian Geologi Wilayah Pantai Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara 32. Penelitian Lingkungan Geologi Perairan Laut Jawa, Laut Sulawesi Selatan Hingga Sawu dengan menggunakan KR GM-III 33. Penyusunan Atlas Pulau-pulau Kecil Terdepan di Laut China Selatan-Indonesia 34. Respon Terhadap Isu Geologi Lingkungan dan Kewilayahan Pantai - Laut 35. Kajian Geologi Kelautan Wilayah Pesisir dan Laut di Bitung (Sulut) sbg pelabuhan Hubungan Internasional 36. Rekomendasi Kebijakan Sistem Transportasi dan Stockpile Bahan Tambang di Sungai-Pesisir Kalimantan Bagian Selatan 37. Penyusunan Basic Design Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut 38. Studi Pengembangan Model Cluster Industri Kelautan 39. Penyusunan Dokumen Implementasi Sektor ESDM pada Kawasan Industri Maritim dalam Rangka Mendukung Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia 40. Kajian Pengembangan Kawasan Nasional Energi Bersih 224 LKjIP Badan Litbang ESDM Tahun 2015

244 Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2016

LKjIP 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral

LKjIP 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral LKjIP 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jakarta, 2017 LKjIP 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI

Lebih terperinci

LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral 1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi Sekretariat Jenderal 1.1. Formasi CPNS KESDM yang telah ditetapkan 1.2. Penerimaan CPNS 1.3. Pengangkatan CPNS 1.4. Penempatan CPNS 1.5. Pelantikan Pejabat Struktural

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini. BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 1. Nama Organisasi :

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA Badan Litbang ESDM

PERJANJIAN KINERJA Badan Litbang ESDM PERJANJIAN KINERJA 2017 Badan Litbang ESDM PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional. - 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH - 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Instasi Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4 i DAFTAR ISI Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 18 Tahun 2010 Tanggal : 22 November 2010 Tentang : Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral BAB I : KEDUDUKAN,

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

Informasi Wajib Tersedia Setiap Saat Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Informasi Wajib Tersedia Setiap Saat Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Sekretariat Jenderal 1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi 1.1. Formasi CPNS KESDM yang sudah ditetapkan 1.2. Pengangkatan CPNS 1.3. Sumpah PNS 1.4. Administrasi bimbingan teknis kepegawaian dan pembekalan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2014

ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2014 ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2014 KODE REKENING/ KEGIATAN U R A I A N JUMLAH ANGGARAN (Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp.) Persentase (%) 1 2 3 4 5 5 BELANJA DAERAH 82.723.809.000 79.547.819.863 96,16 5 1

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL Konferensi Informasi Pengawasan Oleh : Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 12

Lebih terperinci

Plt Menteri ESDM menekankan pentingnya pengembangan inovasi dalam berbagai aspek dan

Plt Menteri ESDM menekankan pentingnya pengembangan inovasi dalam berbagai aspek dan Pada peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-71, Plt Menteri ESDM, Luhut Binsar Panjaitan juga menyampaikan apresiasi kepada 15 Penerima Penghargaan Energi 2016 di Plaza Kementerian ESDM (4/10).

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2015 DINAS ESDM PROVINSI JAWA TENGAH

ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2015 DINAS ESDM PROVINSI JAWA TENGAH ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2015 DINAS ESDM PROVINSI JAWA TENGAH KODE REKENING/ KEGIATAN U R A I A N JUMLAH ANGGARAN (Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp.) Persentase (%) 1 2 3 4 5 5 BELANJA DAERAH 85.763.726.000

Lebih terperinci

Jumlah Anggaran , , , ,00 BELANJA BARANG DAN JASA

Jumlah Anggaran , , , ,00 BELANJA BARANG DAN JASA - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH SKPD : 2.03.01. - DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 Kode Rekening Uraian Jumlah

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 3940 K/08/MEM/2017 TENTANG PROSES BISNIS LEVEL 0 DAN LEVEL 1 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN L-3 PAGU AUDITABLE UNIT

LAMPIRAN L-3 PAGU AUDITABLE UNIT Pagu 1 Biro Hukum dan Humas - Setjen - Jakarta 13 II 2 Biro Kepegawaian dan Organisasi - Setjen - Jakarta 22 II 3 Biro Keuangan - Setjen - Jakarta 222 IV 4 Biro Perencanaan dan Kerjasama - Setjen - Jakarta

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2016 DINAS ESDM PROVINSI JAWA TENGAH

ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2016 DINAS ESDM PROVINSI JAWA TENGAH ALOKASI DAN REALISASI APBD TAHUN 2016 DINAS ESDM PROVINSI JAWA TENGAH KODE REKENING/ KEGIATAN U R A I A N JUMLAH ANGGARAN (Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp.) Persentase (%) 1 2 3 4 5 5 BELANJA DAERAH 66.458.723.000

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

Rincian Realisasi Pelaksanaan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013

Rincian Realisasi Pelaksanaan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013 Rincian Realisasi Pelaksanaan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Tahun Anggaran 2013 KODE REKENING/ KEGIATAN U R A I A N JUMLAH (Rp) REALISASI (Rp.) SISA

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.3-/217 DS4538-239-5974-97 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral #Energi Berkeadilan Disampaikan pada Pekan Pertambangan Jakarta, 26 September 2017 1 #EnergiBerkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BB. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BB. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL LAMPIRAN XXVIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 BB. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Mineral, Batu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2017 KEMEN-ESDM. Bantuan Pemerintah. Ditjen MIGAS. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Dana. Jasa Lainnya 1 Paket Rp ,00 APBD awal: akhir:

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Dana. Jasa Lainnya 1 Paket Rp ,00 APBD awal: akhir: data per RENCANA UMUM PENGADAAN Melalui Swakelola K/L/D/I SATUAN KERJA : PROVINSI KALIMANTAN TIMUR : DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI TAHUN ANGGARAN : 2015 1 Monitoring Penghematan Energi dan Air Jasa Lainnya

Lebih terperinci

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran No.159, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Jabatan. Kelas. Struktural. Fungsional. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

LKjIP 2014 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

LKjIP 2014 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL LKjIP 2014 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran

Lebih terperinci

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN) 14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Laporan Kinerja (LKj) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Siak Tahun 2016, merupakan wujud dari

Lebih terperinci

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup Pendahuluan Distribusi dan Potensi Kebijakan Penutup STRUKTUR ORGANISASI DESDM MENTERI Lampiran PERMEN ESDM Nomor : 0030 Tahun 2005 Tanggal : 20 Juli 2005 INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT JENDERAL ITJEN

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA TAHUN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR

PROGRAM KERJA TAHUN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR PROGRAM KERJA TAHUN 2014 2019 DINAS ENERGI SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM KEGIATAN MISI 1 : Mengembangkan diversifikasi energi pedesaan berbasis sumber

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT, KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2016 ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 Kementerian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BIRO PERENCANAAN 2017 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG NO DPA SKPD 2.03 01 82 05 5 2 URUSAN PEMERINTAHAN 2.03. 2.03 Urusan Pilihan Energi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.02-0/2013 DS 2887-2051-5773-8818 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci