VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai responden diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 60 orang. Responden tersebut merupakan masyarakat Desa Karang Tengah yang berdomisili di sekitar kawasan dan terlibat dalam kegiatan wisata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Masyarakat yang secara langsung memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata adalah masyarakat yang mendirikan usaha atau bekerja secara langsung oleh pengelola. Sedangkan masyarakat yang secara tidak langsung memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata adalah kelompok masyarakat yang berada diluar kawasan namun pekerjaan yang dilakukannya secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan wisata seperti tukang ojek dan supir angkot Jenis Kelamin Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diperoleh 36 orang laki-laki dan 24 orang perempuan. Sebagian besar responden yang diwawancarai berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar responden yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan ini berjenis kelamin laki-laki. Berikut Tabel 3 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 3. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Responden Frekuensi Persentase 1. Laki-laki 36 60% 2. Perempuan 24 40% Jumlah % Sumber: Data Primer, diolah (2011) 55

2 6.1.2 Status Pernikahan Status pernikahan berhubungan dengan jumlah tanggungan seseorang. Seseorang yang sudah menikah kemungkinan besar mempunyai jumlah tanggungan yang lebih banyak, misalnya anak dan istri, dibandingkan dengan seseorang yang belum menikah. Jumlah tanggungan yang lebih banyak pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya biaya untuk konsumsi yang harus dikeluarkan. Responden yang berstatus sudah menikah sebanyak 57 orang dan yang belum menikah 3 orang. Berikut Tabel 4 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan status pernikahan. Tabel 4. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan No Status Pernikahan Jumlah Responden Frekuensi Persentase 1. Sudah Menikah 57 96% 2. Belum Menikah 3 5% Jumlah % Sumber: Data Primer, diolah (2011) Umur Berdasarkan karakteristik umur, sebagian besar responden berumur antara tahun yaitu sebanyak 28 orang (46%). Responden yang berumur antara tahun sebanyak 19 orang (32%) dan yang berumur antara tahun sebanyak 6 orang (10%). Responden yang berumur antara tahun sebanyak 4 orang (7%) dan sisanya berumur lebih dari 54 tahun sebanyak 3 orang (5%). Berdasarkan hasil tersebut 46% dari responden berada pada umur produktif yaitu tahun. Berikut Tabel 5 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur. 56

3 Tabel 5. Data Karakretistik Responden Berdasarkan Umur No Umur Jumlah Responden Frekuensi Persentase tahun 6 10% tahun 28 46% tahun 19 32% tahun 4 7% 5. >54 tahun 3 5% Jumlah % Sumber: Data Primer, diolah (2011) Pendidikan terakhir Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan akhir SD yaitu sebanyak 49 orang (82%). Responden yang tidak sekolah sebanyak 8 orang (13%), yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 2 orang (3%) dan berpendidikan akhir SMA sebanyak 1 orang (2%). Sedangkan responden yang lulusan Perguruan Tinggi tidak ada. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa pendidikan responden tergolong masih rendah. Berikut Tabel 6 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir. Tabel 6. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Frekuensi Persentase 1. Tidak Sekolah 8 13% 2. SD/ Sederajat 49 82% 3. SMP/ Sederajat 2 3% 4. SMA/ Sederajat 1 2% 5. Perguruan Tinggi 0 0% Jumlah % Sumber: Data Primer, diolah (2011) Tingkat Pendapatan Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar responden memiliki pendapatan antara Rp ,01 Rp ,00 sebanyak 25 orang (42%). Responden yang memiliki pendapatan antara Rp ,01 Rp ,00 sebanyak 18 orang (30%). Responden yang memiliki pendapatan antara Rp ,01 Rp ,00 sebanyak 9 orang (15%), responden yang 57

4 memiliki pendapatan antara Rp ,00 Rp ,00 sebanyak 5 orang (8%) dan responden yang memiliki pendapatan antara Rp ,01 Rp ,00 sebanyak 3 orang (5%). Pendapatan pada penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat selama satu bulan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pendapatan responden masih tergolong rendah. Berikut Tabel 7 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan. Tabel 7. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan No Tingkat Pendapatan per bulan Jumlah Responden Frekuensi Persentase 1. Rp ,00 Rp ,00 5 8% 2. Rp ,01 Rp , % 3. Rp ,01 Rp , % 4. Rp ,01 Rp , % 5. Rp ,01 Rp ,00 3 5% Jumlah % Sumber: Data Primer, diolah (2011) 6.2 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Pengembangan Wisata Keberadaan suatu kawasan wisata telah memberikan perubahan terhadap masyarakat, salah satunya adalah perubahan yang berdampak pada ekonomi masyarakat. Terkait dengan pernyataan Spillane (1994) mengenai dampak positif pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu pariwisata merupakan industri padat karya, karena tenaga kerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan regional sehingga menciptakan pekerjaan bagi masyarakat. Berdasarkan pernyataan Spillane (1994) tersebut, saat ini pariwisata menjadi salah satu sektor andalan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Penelitian ini mengestimasi besarnya kontribusi perubahan pendapatan 58

5 masyarakat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat. Perubahan tingkat pendapatan masyarakat dianalisis dengan cara mengurangi tingkat pendapatan masyarakat dari dan tanpa adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Jika pendapatan rata-rata masyarakat meningkat karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, berarti kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan dampak positif terhadap masyarakat, begitupun sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk melihat perubahan pendapatan rata-rata dapat dilihat pada Bab Berikut Tabel 8 yang menunjukkan perubahan tingkat pendapatan masyarakat Taman Wsata Alam Gunung Pancar karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 8. Perubahan Pendapatan Rata-rata Masyarakat Tanpa dan Adanya Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar 2011 No Kelompok Pekerjaan Pendapatan rata-rata perbulan (rupiah) [Tanpa TWA] Pendapatan rata-rata perbulan (rupiah) Present value [Tanpa TWA] Pendapatan ratarata perbulan (rupiah) [dari adanya TWA] Perubahan Pendapatan (rupiah/bln) Perubahan Pendapatan (rupiah/bln) setelah Present value 1. Penjaga karcis , ,64 2. Pedagang , ,92 3. Penjaga taman , ,70 4. Buruh wisata , , , , ,99 5. Security , , , ,24 6. Warung , ,67 7. Tukang ojek , , , ,69 8. Supir angkot , ,97 Total peningkatan pendapatan rata-rata perbulan , ,43 Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011 Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar berkontribusi terhadap perubahan pendapatan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi perubahan pendapatan rata-rata perbulan adalah Rp ,59,00. Setelah dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan rata-rata 59

6 masyarakat menjadi Rp ,43,00. Berdasarkan perhitungan present value, pendapatan rata-rata masyarakat mengalami penurunan. Hal tersebut karena berdasarkan nilai nominal pendapatan masyarakat meningkat namun secara riil tidak. Berdasarkan nilai riil, kenaikan upah yang meningkat namun adanya kenaikan inflasi sebesar kenaikan upah, maka sesungguhnya daya beli dengan kenaikan upah sama saja karena harga barang rata-rata juga naik. Hal tersebut juga menunjukkan nilai kesejahteraan yang menurun. Penelitian yang dilakukan terhadap perubahan pendapatan ini diasumsikan mulai tahun Oleh karena itu, pendapatan tanpa adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar dilakukan perhitungan ke dalam present value dengan suku bunga rata-rata bank sebesar 7,75% (Bank Indonesia, 2011) 8. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 8 jenis pekerjaan. Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan dirasakan oleh kelompok pekerjaan sebagai penjaga taman yaitu sebesar Rp ,00. Peningkatan yang cukup besar ini disebabkan sebagian besar masyarakat yang berada pada kelompok pekerjaan ini awalnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, setelah dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan kelompok pekerjaan ini sebesar Rp ,70,00. Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan juga dirasakan oleh kelompok pekerjaan sebagai buruh wisata sebesar Rp ,30,00 disusul oleh kelompok pekerjaan security sebesar Rp ,33,00. Perubahan pendapatan pada kelompok supir angkot sebesar 8 [25 Oktober 2011 pukul 12.30] 60

7 Rp ,00, penjaga karcis sebesar Rp ,00, pedagang sebesar Rp ,00, dan tukang ojek sebesar Rp ,11,00. Kelompok pekerjaan warung tidak merasakan perubahan pendapatan atau nol. Setelah dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan masing-masing kelompok pekerjaan tersebut sebesar Rp ,99,00, Rp ,24,00, Rp ,97,00, Rp ,05,00, Rp ,64,00, Rp ,92,00, Rp ,69,00 dan Rp ,67,00. Berdasarkan perhitungan ke dalam present value menunjukkan terjadinya nilai negatif. Secara keseluruhan, hampir semua jenis kelompok pekerjaan mengalami perubahan pendapatan yang mengalami peningkatan namun kelompok pekerjaan warung menjadi satu-satunya kelompok pekerjaan yang tidak mengalami perubahan pendapatan. Hal tersebut karena pada kelompok pekerjaan ini persaingan semakin kuat. Banyaknya warung menjadikan kelompok pekerjaan ini harus bersaing satu sama lain. Selain itu, modal yang harus dikeluarkan oleh kelompok warung untuk belanja menjadi alasan mereka merasa pendapatan yang mereka peroleh selama ini sama saja. Hal tersebut terkait dengan adanya tingkat inflasi yang juga mempengaruhi pendapatan mereka. Berdasarkan perhitungan present value, perubahan pendapatan kelompok pekerjaan ini memperoleh hasil sebesar Rp ,67,00. Artinya nilai negatif menunjukkan penurunan nilai nominal uang yang sesungguhnya. Berdasarkan perhitungan present value, sebagian besar pendapatan masyarakat sesungguhnya mengalami penurunan. Hal ini terkait dengan logika dasar uang (nilai riil dan nominal). Sebagian besar orang cenderung memperhatikan nilai nominal daripada nilai riil. Ini mengakibatkan perekonomian 61

8 menjadi tidak seimbang. Jika seorang pekerja menerima kenaikan upah sebesar 10%, namun tingkat inflasi tahun tersebut juga sebesar 10%, maka sebenarnya daya belinya dengan upah sebelum kenaikan 10% (karena harga barang rata-rata juga naik 10%). Namun, pekerja tersebut akan senang karena mengira upahnya telah naik padahal daya beli riilnya tetap sama. Perbedaaan pendapatan rata-rata masyarakat juga akan terlihat berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap pendapatan total. Pengamatan proporsi pendapatan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah dengan adanya keberadaan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar menjadikan pendapatan dalam masyarakat menjadi usaha pokok, cabang usaha atau hanya sebagai usaha sambilan. Berikut Tabel 9 menyajikan proporsi pendapatan masyarakat karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 9. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dengan Adanya Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Terhadap Pendapatan Total 2011 No Kelompok Pekerjaan Pendapatan Rata-rata (rupiah /bln) Pendapatan dari Pendapatan adanya TWA total perbulan (rupiah) (rupiah) Persentase (%) 1. Penjaga karcis % 2. Pedagang % 3. Penjaga taman % 4. Buruh wisata , ,76 66% 5. Security , % 6. Warung % 7. Tukang ojek , ,33 97% 8. Supir angkot % Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011 Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar paling besar dirasakan oleh kelompok pekerjaan warung yang mencapai 100% sehingga dapat 62

9 dikatakan sebagai pendapatan pokok. Persentasi proporsi sebesar 100% yang diperoleh kelompok pekerjaan ini sesuai dengan pernyataan Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yang menyatakan bahwa usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan lebih dari % disebut sebagai usah pokok. Selain itu, pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan Spillane (1994) yang menyatakan bahwa pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu pariwisata, merupakan industri padat karya, karena tenaga kerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan regional sehingga menciptakan pekerjaan bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dari jenis pekerjaan, kelompok ini menyatakan bahwa pekerjaan ini memang pekerjaan pokok mereka. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar waktu mereka digunakan dan dihabiskan untuk bekerja di sekitar kawasan wisata bahkan pada kelompok pekerjaan warung menjadikan warungnya sebagai tempat tinggal. Selain kelompok tersebut, berdasarkan proporsi pendapatan dan wawancara yang diperoleh, kelompok pekerjaan penjaga karcis, pedagang, tukang ojek, supir angkot, security, buruh wisata dan penjaga taman juga memperlihatkan kelompok tersebut menjadikan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai pendapatan pokok. Kelompok pekerjaan ini memang tidak mencapai 100% karena pada kelompok ini memiliki sumber pendapatan lain yang proporsinya jauh lebih kecil diluar wisata. Sumber pendapatan lain oleh kelompok pekerjaan ini adalah bertani. Secara umum perubahan dari aspek ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung 63

10 Pancar menunjukkan hasil yang positif. Adanya pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan perubahan terhadap pendapatan masyarakat, walaupun belum terjadi secara optimal dan merata. Masyarakat yang secara signifikan mengalami perubahan pendapatan akibat adanya pengembangan wisata adalah masyarakat kampung Cimandala, hal tersebut dikarenakan kampung Cimandala terletak di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Berbagai dampak dan manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar kawasan karena adanya pengembangan wisata dijadikan sebagai salah satu alternatif strategis untuk memperbaiki perekonomian masyarakat. Hal tersebut juga didukung dari potensi alam yang terdapat di dalam kawasan. Potensi yang terdapat di dalam kawasan ini menjadikan kawasan ini ramai di kunjungi oleh wisatawan. 6.3 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Pengembangan wisata yang terjadi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar telah memberikan pengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat sekitar kawasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata diduga adalah jumlah tanggungan (X 1 ), umur (X 2 ), lama bekerja di kawasan TWA (X 3 ), tingkat pendidikan (X 4 ), jarak rumah ke TWA (X 5 ), dan jenis kelamin (X 6 ). Jumlah tanggungan adalah jumlah anak dari masyarakat dimana rata-rata jumlah tanggungan masyarakat dalam penelitian ini adalah 3 orang. Rata-rata umur dalam penelitian ini adalah 32 tahun dimana umur tersebut menunjukkan usia produktif seseorang untuk bekerja. Lama bekerja adalah lama kerja masyarakat selama menjadi pekerja di kawasan wisata dimana rata-rata lama bekerja masyarakat 64

11 adalah 3 tahun ( ). Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun mengikuti pendidikan formal dimana rata-rata pendidikan masyarakat selama 4 tahun. Jarak rumah ke TWA adalah jarak tempat tinggal masyarakat ke TWA dalam km dimana rata-rata jarak tempat tinggal masyarakat sebesar 1,3 km. Jenis kelamin merupakan dummy dimana dummy bernilai satu (1) adalah laki-laki dan dummy bernilai nol (0) adalah perempuan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sebagian besar masyarakat yang bekerja di kawasan ini berjenis kelamin laki-laki. Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat dari pengembangan wisata dilakukan dengan model regresi linier berganda dengan menggunakan beberapa variabel sosial ekonomi dan diolah dengan menggunakan software Minitab 14. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat Desa Karang Tengah setelah adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut : Y = β 0 + β 1X 1 + β 2X 2 + β 3X 3 + β 4X 4 + β 5X 5 + β 6X 6 + ε Berdasarkan hasil estimasi model regresi (Lampiran 2), maka didapatkan persamaan sebagai berikut : Y = - 0, ,134X 1 + 0,1112X 2 + 0,199X 3 + 0,0208X 4 0,062X 5 + 0,068X 6 Persamaan regresi diatas memiliki koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 66,1% dan koefisien R 2 (adjusted) sebesar 62,3%. Nilai R 2 (adjusted) tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas yaitu jumlah tanggungan (X 1 ), umur (X 2 ), lama bekerja di kawasan TWA (X 3 ), tingkat pendidikan (X 4 ), jarak rumah ke TWA (X 5 ), dan jenis kelamin (X 6 ) dapat menjelaskan keragaman dari variabel tak bebas yaitu pendapatan (Y) sebesar 66,1% dan sisanya sebesar 33,9% dapat dijelaskan oleh variable lain diluar model (Tabel 10). 65

12 Jumlah tanggungan, umur, lama bekerja di kawasan TWA memiliki P- value sebesar 0,008, 0,019 dan 0,000 lebih kecil dari taraf α sebesar 5%. Hal ini menunjukan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pendapatan masyarakat. Variabel pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin masing-masing memiliki P- value sebesar 0,261, 0,920, dan 0,518, artinya pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pada taraf α 5%. Hal ini diduga karena untuk bekerja dikawasan ini tidak memerlukan pendidikan tinggi, sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat adalah jenis pekerjaan sektor informal sehingga jenis kelamin pun tidak berpengaruh karena perempuan pun bisa bekerja di kawasan tersebut dan jarak rumah ke TWA tidak berpengaruh karena secara tidak langsung TWA ini memberikan perubahan pendapatan kepada masyarakat yang berada di luar kawasan bukan hanya yang berada di dalam kawasan. Berikut Tabel 10 hasil analisis estimasi model pendapatan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 10. Hasil Estimasi Model Pendapatan Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar Variabel Koefisien SE Koefisien T P-value VIF Konstanta -0,3438 0,2517-1,37 0,178 Jumlah Tanggungan (X 1 ) 0, , ,74 0,008** 1,3 Umur (X 2 ) 0, , ,42 0,019** 1,2 Lama Bekerja di TWA (X 3 ) 0, , ,92 0,000** 1,7 Pendidikan (X 4 ) 0, , ,14 0,261 1,3 Jarak Rumah ke TWA (X 5 ) -0, , ,10 0,920 1,3 Jenis Kelamin (X 6 ) 0,0680 0,1045 0,65 0,518 1,5 R % R 2 (adj) 62.3% Sumber: Data Primer, diolah (2011) dimana : * nyata pada taraf = 1% ** nyata pada taraf = 5% Hasil estimasi model regresi tersebut juga diuji masalah normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Pengujian normalitas atau asumsi sisaan 66

13 menyebar normal dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Berdasarkan diagram residual plots of Y (Pendapatan (juta/tahun)) (Lampiran 2) ditunjukan P-value sebesar 0, lebih besar dari taraf α sebesar 5% yang artinya residual atau eror menyebar normal. Masalah multikolinearitas diuji berdasarkan nilai VIF. Nilai VIF (Tabel 10) untuk seluruh variabel tersebut kurang dari 10, sehingga mengindikasikan tidak adanya multikolinearitas yang serius antar peubah bebas (Juanda 2009). Pemeriksaan asumsi autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Pengujian tidak adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat hasil plot model apakah membentuk pola atau tidak. Pada model ini tidak terdapat heteroskedastisitas karena plot model tidak membentuk pola atau menyebar bebas. Artinya, model adalah homoskedastisitas. Adapun beberapa variabel yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Tanggungan Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,008 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor jumlah tanggungan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Faktor jumlah tanggungan berkaitan dengan tanggung jawab seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan tanggungannya. Hal ini sesuai dengan hasil studi lapang dimana sebanyak 57 orang masyarakat telah menikah dan mempunyai tanggungan. 2. Umur Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,019 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur mempengaruhi pendapatan masyarakat. 67

14 Faktor umur berkaitan dengan loyalitas pekerjaan yang telah diberikan oleh seseorang sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya selama ini. 3. Lama Bekerja di TWA Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lama bekerja di TWA mempengaruhi pendapatan masyarakat. Hal ini terkait dengan pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan kawasan. Sebagian besar masyarakat yang sudah lama bekerja di kawasan ini cenderung lebih mengetahui kondisi kawasan wisata. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat adalah jumlah tanggungan, umur, dan lama bekerja di kawasan TWA. Tingkat pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin dalam persamaan regresi tersebut merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata atau memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan pendapatan. Variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,261, artinya pendidikan tidak signifikan pada taraf α 5%. Hal tersebut sesuai dengan kondisi lapang karena pada kawasan ini sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat adalah pekerjaan sektor informal sehingga tidak memerlukan pendidikan tinggi. Variabel jarak rumah ke TWA tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,920, artinya jarak rumah ke TWA tidak signifikan pada taraf α 5%. Hal tersebut 68

15 sesuai dengan kondisi lapang dimana sebagian masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan TWA tidak hanya masyarakat yang berada di dalam kawasan tetapi juga di luar kawasan. Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,518, artinya jenis kelamin signifikan pada taraf α sebesar 5%. Hal ini terkait bahwa jenis pekerjaan di kawasan ini sebagian besar adalah jenis pekerjaan yang memang diperuntukkan untuk laki-laki namun perempuan pun berpeluang untuk bekerja di kawasan ini. Jenis pekerjaan yang diperuntukan untuk perempuan yaitu penjaga warung. 6.4 Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai salah satu obyek wisata alam di Kabupaten Bogor yang tak luput dari perhatian banyak pihak menjadikan kawasan ini cukup komersil untuk dikembangkan. Pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempengaruhi kondisi sosial dan lingkungan masyarakat Dampak sosial Manusia yang dikaruniai akal dan pikiran oleh Tuhan dalam hidupnya pasti akan mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya merupakan suatu proses terus menerus. Artinya bahwa perubahan itu akan dapat terjadi secara lambat maupun terjadi secara cepat. Perubahan sosial yang dialami oleh setiap masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua aspek kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan 69

16 interaksi sesama warga; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi; perubahan tata cara kerja sehari-hari; perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat; perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan tradisional, dan lain-lainnya 9. Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini mengkaji perubahan sosial masyarakat akibat adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Pengembangan wisata yang terjadi di kawasan ini menyebabkan pertambahan penduduk di kawasan meningkat tiap tahunnya. Hal ini terkait dengan banyaknya masyarakat yang bermigrasi ke kawasan ini baik yang hanya bersifat sementara maupun menetap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bryden (1973) dalam Soekadijo (1997) yaitu, pengembangan pariwisata di suatu daerah akan membutuhkan investasi, yang dengan sendirinya mendorong tumbuhnya perekonomian dan diikuti pula oleh mobilitas penduduk. Akibatnya daerah pariwisata merupakan daerah penerimaan migran, dan merupakan beban daerah yang bersangkutan. Berikut Tabel 11 yang menunjukkan pertumbuhan penduduk di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 11. Data Pertumbuhan Penduduk Desa Karang Tengah Tahun Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan (%) , , , , , , , , ,0597 Rata-rata laju pertumbuhan 0,06 Sumber : Data Monografi Desa Diolah (2011) 9 [12 oktober 2011 pukul 23.00] 70

17 Desa Karang Tengah pada tahun 2011 memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan laju pertumbuhan 0,059 %. Jumlah penduduk ini meningkat setiap tahunnya dimana pada tahun 2002 jumlah penduduk hanya sebanyak jiwa. Peningkatan jumlah penduduk ini salah satunya disebabkan karena adanya pengembangan kawasan wisata di Desa Karang Tengah. Rata-rata laju pertumbuhan di kawasan ini sebesar 6%. Pembangunan merupakan suatu usaha peningkatan kesejahteraan disegala bidang dan proses mengakibatkan perubahan sosial. Proses perubahannya menyangkut peningkatan daya guna sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan teknologi. Interaksi ketiga faktor ini dalam proses perkembangannya tercermin pada pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pada gilirannya akan mempengaruhi pandapatan masyarakat, lapangan kerja, taraf hidup, ekologi dan tata lingkungan. Pariwisata sebagai salah satu jenis industri yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi faktor-faktor produktivitas lainnya (Pendit, 1999). Pengertian seperti diatas adalah bahwa pariwisata mencakup sejumlah kegiatan yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian secara langsung berhubungan dengan pelaku-pelaku ekonomi, yaitu produsen dan konsumen. Batasan ini lebih banyak menekankan pada aspek sosiologi, psikologi, budaya maupun geografi pariwisata. Pengertian pariwisata mencakup semua macam perjalanan, asal perjalanan yang dilakukan hanya untuk rekreasi, serta tidak bermaksud untuk memangku jabatan. Penelitian mengenai dampak dari pembangunan dan perkembangan pariwisata telah banyak dilakukan tetapi masih lebih banyak menekankan pada 71

18 aspek fisik saja. Perhatian terhadap dampak sosial ekonomi dari perkembangan pariwisata tersebut masih kurang, walaupun bukan berarti tidak ada. Sayangnya, berbagai penelitian semacam ini ternyata dilakukan oleh mereka yang bukan para pakar dalam bidang ilmu sosial. Tidak mengherankan bilamana hasil penelitian semacam ini biasanya begitu saja menyatukan deskripsi dampak ekonomi (Soekadijo, 1997). Adanya pengembangan wisata ini juga menimbulkan perubahan pola kehidupan masyarakat dan meningkatkan kegiatan masyarakat diberbagai bidang pariwisata. Hal ini terkait pernyataan Karl Marx dalam Suwarsono (1991) yaitu, pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok pekerja. Perubahan tata perekonomian yang dialami masyarakat masyarakat Desa Karang Tengah terlihat dari adanya pergeseran pekerjaan dari petani menjadi pekerja wisata serta penyedia jasa wisata. Pergeseran pekerjaan ini menimbulkan terjadinya penyerapan tenaga kerja pada sektor wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Berikut Tabel 12 yang menunjukkan penyerapan tenaga kerja di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. 72

19 Tabel 12. Penyerapan Tenaga Kerja Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Tahun 2011 No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang/Unit Usaha) Jumlah Tenaga Kerja (Org) Persentase (%) 1. Penjaga karcis , Pedagang , Penjaga taman 4 4 0, Buruh wisata , Security , Warung , Tukang Ojek , Supir angkot 7 7 0, Koreksi Piket , Kebersihan kamar , Kebersihan lapangan 2 6 0, Tiket kamar 1 6 0,027 Total % Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011 Pada Tabel 12 dapat dilihat banyaknya tenaga kerja yang terserap akibat adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar yang terserap dari adanya warung dan tukang ojek yaitu sebesar 22,8% dari total tenaga kerja. Keberadaan warung dan tukang ojek di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar tersebar mulai dari obyek Pemandian Air Panas dan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Sebagian besar warung yang ada dijaga oleh pemiliknya masing-masing tanpa adanya tenaga kerja tambahan. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian masyarakat yang berada pada kelompok pekerjaan ini dulunya bekerja sebagai petani dan sekarang bergeser menjadi penyedia jasa wisata. Menurut masyarakat setempat, jumlah tukang ojek di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebanyak 50 orang, namun pada saat-saat tertentu seperti hari libur nasional banyak masyarakat yang menjadi tukang ojek dadakan. Jumlah tukang ojek bisa mencapai 100 orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Spillane (1994), berdasarkan sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata 73

20 cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja pada sebagian waktu (part time) dan khusus untuk anggota keluarga. Berdasarkan studi lapang terdapat dua unit loket tiket pada kawasan ini, loket awal berada pada saat memasuki kawasan dan yang kedua merupakan loket pada saat memasuki obyek Pemandian Air Panas. Penjaga loket awal merupakan wewenang dari pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA). Pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) menempatkan 2 orang masyarakat asli Desa Karang Tengah untuk menjaga tiket. Selain itu, untuk penjaga loket obyek Pemandian Air Panas telah menyerap tenaga kerja sebanyak 17 orang. Kelompok tenaga kerja security yang terserap pada kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebanyak 29 orang. Adapun security yang sudah terserap oleh PT Wana Wisata Indah (WWI) sebanyak 8 orang. Sementara itu pengelola obyek Pemandian Air Panas juga telah menyerap tenaga kerja security sebanyak 21 orang. Kelompok tenaga kerja yang juga terserap oleh pengelola obyek Pemandian Air Panas adalah kelompok koreksi piket, kebersihan kamar, kebersihan lapangan, dan tiket kamar. Pihak pengelola pemandian air panas ini juga telah menentukan pembagian kerja masing-masing untuk setiap tenaga kerja. Pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) juga kerap kali merekrut tenaga kerja dadakan yang berasal dari masyarakat asli Desa Karang Tengah. Hal ini dilakukan dalam rangka penanaman pohon di sekitar kawasan. Pemilihan masyarakat yang direkrut diserahkan oleh pihak desa yang berwenang. 74

21 Masyarakat yang mengikuti kegiatan penanaman pohon ini biasanya bekerja selama seminggu. Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat namun pengembangan kawasan ini juga menyebabkan perubahan sikap masyarakat yang memicu pada rusaknya kawasan yaitu banyaknya masyarakat yang melakukan pembuatan jalan, adanya masyarakat yang melakukan perluasan enclave, terjadinya perambahan lahan, adanya pendudukan kawasan secara illegal serta terjadinya pembangunan illegal yang dilakukan masyarakat di dalam kawasan. Berikut penjelasan mengenai hal tesebut. 1. Pembuatan Jalan Pembuatan jalan yang dimaksud adalah pembuatan jalan secara illegal yang dilakukan masyarakat di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Masyarakat mengaspal lahan yang masih dalam status kawasan konservasi. Berdasarkan hasil wawancara pada tahun 2006 di daerah Blok Dorang dilakukan pembuatan jalan dengan menggunakan lahan kawasan seluas 5 x 700 m dan pada tahun 2008 pihak pengelola Kehutanan melakukan penutupan jalan tersebut. 2. Perluasan enclave Enclave adalah tanah milik masyarakat yang berada di dalam kawasan. Saat ini banyak masyarakat yang melakukan perluasan kawasan enclave secara illegal. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahun 2006 diperkirakan lahan enclave yang sudah diperluas secara illegal luasannya masih sekitar 7.8 hektar dari yang awalnya 5 hektar. Pada tahun 2011 kini sudah mencapai 20 hektar. 75

22 3. Perambahan lahan Di dalam kawasan ini juga terjadi perambahan lahan secara illegal. Beberapa masyarakat menggunakan lahan konservasi ini untuk menanam tanaman singkong, pisang, pandan dan tanaman lainnya. Pada tahun 2006, perambahan yang terjadi diperkirakan baru mencapai luasan sekitar 6 hektar sedangkan 2010 sudah mencapai 176 hektar dan itu dilakukan oleh 300 Kepala Keluarga. 4. Pendudukan Kawasan Pembangunan illegal memang juga sudah sering terjadi di kawasan ini namun upaya penertiban juga sudah dilakukan oleh pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) agar masyarakat sendiri menjaga daerah kawasan mereka. Pada dasarnya kawasan ini merupakan daerah yang menjadi penopang bagi kehidupan masyarakat Desa Karang Tengah yaitu sebagai sumber mencari nafkah juga sebagai pencegah longsor dan banjir. 5. Pembangunan Illegal Pendudukan kawasan secara illegal memang sudah terjadi di kawasan ini sejak berkembangnya menjadi daerah wisata. Pada bulan Maret 2010, pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) melakukan operasi penertiban dan teridentifikasi 28 bangunan berdiri secara illegal. Sejak adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, kawasan yang seluas 6.695,32 hektar diubah fungsi dan menjadi kawasan wisata dengan luas 447,5 hektar membuat pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) melakukan kegiatan orientasi batas kawasan. Hal ini tekait keberadaan kampung didalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung 76

23 Pancar yang menyebabkan gangguan terhadap keutuhan kawasan, antara lain hilang dan bergesernya pal batas, penggarapan liar, penguasaan lahan oleh pihakpihak tertentu dan gangguan lainnya. Apabila gangguan tersebut tetap terjadi maka akan mengganggu penataan blok yang dimanfaatkan oleh PT Wana Wisata Indah (WWI) selaku pengusaha pemanfaatan potensi hutan alam. Kegiatan orientasi batas kawasan yang dilakukan pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) bertujuan untuk memperoleh gambaran data lapangan mengenai kondisi pal di lapangan. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembalikan posisi/letak tanda batas kawasan hutan yang telah dikukuhkan sehingga batas-batas kawasan hutan tersebut sesuai dengan keadaan batas kawasan hutan. Pada tanggal 22 Mei 2006, pihak Kehutanan melakukan orientasi batas kawasan (Lampiran 3). Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA), pada tahun 2006 patok 69 s.d 70 sudah dibangun rumah semi permanen ukuran 13.5 x 12.5 m. Patok 70 s.d 74 dikuasai oleh pengelola pemandian air panas yang dibangun secara illegal dan patok 84 s.d 88 berdiri bangunan liar sebanyak 8 bangunan dengan luas 2 hektar. Saat ini daerahdaerah yang digunakan secara illegal semakin meningkat seiring dengan pengembangan kawasan. Tahun 2011 diidentifikasi hampir sebagian patok tersebut sudah hilang. Berdasarkan hasil wawancara, pada bulan Maret 2010 enam tim operasi dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) di Taman Wisata Alam Gunung Pancar bergerak melakukan langkah persuasif dalam upaya menertibkan kawasan hutan konservasi Gunung Pancar. Tim operasi mendatangi 77

24 para pemilik bangunan di kawasan hutan Taman Wisata Alam Gunung Pancar dan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan membongkar bangunannya sendiri dan keluar dari kawasan hutan tersebut. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat mengidentifikasi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sudah berdiri 28 bangunan tanpa izin dan perambahan hutan mencapai 176 hektar. Sasaran operasi tahap pertama adalah 17 titik berupa lapangan terbuka, warung, vila, rumah, usaha pemandian umum, pondok, sekolah dasar, dan lahan garapan atau galian batu/pasir. Bangunan dan lahan hutan yang dirambah diakui perambah memiliki sertifikat dan izin mendirikan bangunan. Oleh karena itu, saat ini Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) lebih intensif melakukan operasi dalam rangka penertiban kawasan. Perubahan sosial yang menyebabkan rusaknya kawasan merupakan dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya pengembangan wisata. Dalam hal ini sesuai dengan teori Max Weber dalam Suwarsono (1991) bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merasakan kehidupan sosial ekonominya berkembang pesat akibat adanya pengembangan wisata sehingga menyebabkan adanya sikap ketidakpedulian terhadap pelestarian alam. Perubahan yang menyebabkan kerusakan pada kawasan pada akhirnya juga akan berdampak pada lingkungan kawasan tersebut. Lingkungan akan mengalami kerusakan seiring dengan perkembangan wisata. Oleh karena itu, 78

25 diperlukan pengelolaan kawasan yang berkelanjutan agar pengembangan wisata dapat berlangsung tanpa merusak kawasan Dampak Lingkungan Dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 menyebutkan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah beserta masyarakat. Selain itu, pasal 69 Undangundang Nomor 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan pengrusakan. Berdasarkan bunyi kedua pasal tersebut, pengembangan dan pengelolaan taman wisata dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya apabila dijalankan dengan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait di dalamnya. Pengembangan dan pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang selama ini dijalankan secara kolaborasi antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah (WWI) dimana peran pengelolaan yang dijalankan masing-masing pihak disesuaikan dengan surat keputusan yang ada. Semua pihak yang terkait di dalam kawasan ini memiliki peran yang sangat mempengaruhi keberadaan kawasan terutama selain sebagai tempat wisata juga sebagai kawasan konservasi. Adanya Pengembangan wisata di kawasan ini memberikan dampak positif dan negatif. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dampak positif adanya pengembangan wisata memberikan peningkatan pendapatan terhadap ekonomi masyarakat. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya pengembangan adalah perubahan sikap dan perilaku, salah satunya adalah tindakan perambahan. Menurut Rusman (2008) kerugian negara akibat 79

26 perambahan hutan yang terjadi di berbagai kawasan, baik hutan konservasi, hutan lindung, maupun taman nasional mencapai Rp 30 triliun/tahun. Selain mengakibatkan kerugian negara, juga menimbulkan dampak buruk terhadap ekonomi, ekologi, serta dampak lanjutan bidang sosial, dan budaya serta politik dan keamanan. Berdasarkan hal diatas, kegiatan perambahan hutan yang dilakukan sebagian masyarakat disekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar menyebabkan kawasan konservasi terganggu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tanaman pertanian seperti singkong, pandan, pisang dan lain-lain. Penanaman tanaman tersebut dilakukan di kawasan yang seharusnya menjadi kawasan konservasi dan menyebabkan sebagian pohon disekitar kawasan berkurang. Selain itu, menurut Rusman (2008), dampak ekologi akibat adanya perambahan hutan berupa deforestasi dan peningkatan lahan kritis, kualitas ekosistem dan biodiversiti menurun serta rawan bencana seperti kebakaran hutan, banjir, longsor, dan kekeringan. Perambahan hutan juga telah mendorong terjadinya pergeseran nilai sosial budaya warga setempat, hilangnya kearifan sosial penduduk, cinta alam dan sadar lingkungan sirna dan menimbulkan kesenjangan sosial ditengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, perambahan yang dilakukan beberapa masyarakat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar mengakibatkan adanya bencana longsor. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bencana longsor yang terjadi pada tahun 2006 di kampung Cimandala yang terletak di dalam kawasan. Bencana tersebut menyebabkan 45 rumah rusak berat. 80

27 Pengembangan wisata dikawasan ini juga menyebabkan terjadinya pencemaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sampah yang dihasilkan oleh wisatawan yang datang berkunjung. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, beberapa masyarakat pun merasakan perubahan udara yang terjadi disekitar kawasan mereka. Saat ini udara di sekitar kawasan menjadi lebih panas dari sebelumnya. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan orientasi kawasan oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) yang bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan. Selain itu, pengelola kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar juga telah melakukan rehabilitasi lahan. Pada tahun 2003 telah dilakukan penanaman pohon pinus, abasia, puspa, rasemala seluas 23 hektar. Penanaman pohon ini dilakukan dalam rangka perayaan hari Bakti. Pada bulan Desember tahun 2009 juga telah dilakukan kegiatan restorasi dengan menanam 500 dan 1000 pohon di blok Dorang dan 250 pohon di blok Cimandala. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan kawasan karena kawasan ini merupakan salah satu kawasan resapan air dan sumber airnya dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar kawasan. Selain itu, kawasan ini merupakan salah satu sumber air DAS Cikeas yang berfungsi untuk mandi, minum pengairan sawah dan kebutuhan hidup sehari-hari. Kawasan ini juga berfungsi mencegah banjir, erosi dan longsor. Oleh karena itu, dalam pengelolaan kawasan diperlukan kerjasama dari berbagai pihak mengingat pentingnya kawasan ini sebagai penompang ekologi dan ekonomi sehingga pengembangan wisata yang berkelanjutan dapat terwujud. 81

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

Jumlah tanggungan (org) Lama bekerja di kawasan TWA (thn)

Jumlah tanggungan (org) Lama bekerja di kawasan TWA (thn) LAMPIRAN 88 Lampiran 1. Data Responden Masyarakat Desa Karang Tengah 11 No Jenis pekerjaan Jenis kelamin (L=1 ; P=) Umur (thn) Lama pendidikan (thn) Jumlah tanggungan (org) Lama bekerja di kawasan TWA

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu,

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kuesioner penelitian: Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata TWA Gunung Pancar. Oleh: Devina Marcia Rumanthy Sihombing (H44070045). Departemen

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak Karakteristik sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

IV. METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPA Pasir Sembung yang berada di Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya pada sektor pariwisata. Pembangunan dibidang pariwisata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Pengaruh Perubahan Mata Pencarian Masyarakat

BAB IV ANALISIS. 4.1 Pengaruh Perubahan Mata Pencarian Masyarakat BAB IV ANALISIS 4.1 Pengaruh Perubahan Masyarakat 4.1.1 Perubahan Masyarakat Menurut J.R. Brent Ritchie (1987) pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kehidupan ekonomi di daerah tujuan wisata salah

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan oleh perusahaan sebelum adanya upaya dalam proses pengolahan air limbah. Hal ini berarti tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Menurut Damanik et al., (2006), pariwisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Hutan Masyararakat desa hutan dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan aktivitas atau kegiatan yang berinteraksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6. 1 Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan 6. 1. 1 Jenis Kelamin Responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh laki-laki sebanyak 25 orang (62,5

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN B a b I V H a s i l P e n e l i t i a n d a n P e m b a h a s a n 148 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Besarnya pengaruh kualitas pelayanan fiskus dan ketegasan sanksi pajak dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan 61 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menguji tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari 3 bagian. Pada bagian pertama diberikan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya. Pada bagian kedua diberikan teori penunjang untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Bulan Desember Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien

BAB IV HASIL PENELITIAN. Bulan Desember Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien 29 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Distribusi Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta pada Bulan Desember 215. Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien rawat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah para pengunjung di objek wisata air panas Semolon yang berada di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. B. Jenis Data Dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk, dan sifat kegiatan warga masyarakat. Perkembangan ini menuntut industri pariwisata agar

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kabupaten Majalengka yang diambil dengan teknik Cluster Random Sampling.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kabupaten Majalengka yang diambil dengan teknik Cluster Random Sampling. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang sayur di pasar tradisional kabupaten Majalengka yang diambil dengan teknik Cluster Random Sampling.

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. Berikut ini diringkas pengiriman dan penerimaan kuesioner : Tabel 4.1. Rincian pengiriman Pengembalian Kuesioner

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. Berikut ini diringkas pengiriman dan penerimaan kuesioner : Tabel 4.1. Rincian pengiriman Pengembalian Kuesioner BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan data yang telah disebar kepada pelanggan Alfamart dengan total 100 kuesioner yang diberikan langsung kepada para pelanggan Alfamart.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. V. PEMBAHASAN 5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Hasil analisis dayasaing Kabupaten Cianjur dengan menggunakan Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kontribusi Sektor Pertanian bagi PDRB di Kabupaten Simeulue Kabupaten Simeulue mempunyai sembilan sektor yang memiliki peranan besar dalam kontribusi terhadap PDRB. Indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan 5.1.1 Karakteristik Responden Rumah tangga petani mempunyai heterogenitas dalam status sosial ekonomi mereka, terlebih

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisi data dalam penelitian ini terdiri dari perhitungan nilai ekonomi dan analisis regresi linier berganda. Perhitungan nilai ekonomi digunakan untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Gambaran Umum Perusahaan Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar pertama kali berdiri di kota Bogor dan merupakan salah satu perintis bimbingan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta HPGW

Lampiran 1. Peta HPGW LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Peta HPGW 50 51 Lampiran 2. Uji asumsi statistik WTP Regression Model Summary b Adjusted R Std. Error of the Durbin- Model R R Square Square Estimate Watson 1.504 a.254.186 59.72391

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 29 5.1 Hasil BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Karakteristis Responden Karakteristik responden yang diukur dalam penelitian ini adalah kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jarak pemukiman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial ekonomi sekarang, menjadikan tuntutan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam juga semakin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pengunjung atau wisatawan yang sedang berwisata mengunjungi objek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEM ERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Lokasi yang digunakan dalam penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan sebagai obyek penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sektor pariwisatanya telah berkembang. Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia sangat berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Perusahaan Sampel 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Responden yang berpartisipasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM 6.1 Kelemahan Sumber Daya Manusia Dari hasil survei dapat digambarkan karakteristik responden sebagai berikut : anggota kelompok tani hutan (KTH)

Lebih terperinci