PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GOWA TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GOWA TAHUN 2014"

Transkripsi

1 KABUPATEN GOWA TAHUN

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh kontribusi dari semua sektor, berdasarkan fungsi dan peranannya masing-masing. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Setiap individu berkewajiban ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat. Perwujudan diselenggarakan melalui upaya kesehatan dengan pendekatan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dalam tatanan desentralisasi atau otonomi daerah di bidang kesehatan, kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan Regional dan Nasional sangat ditentukan oleh kualitas dari Sistem-Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. Sistem Informasi Kesehatan adalah tulang punggung bagi pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan kesehatan di Kabupaten atau dengan kata lain Sistem Informasi. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 1

3 Kesehatan Kabupaten dapat memberikan arah dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan di Kabupaten berdasarkan fakta (Evidence Based Decision Making). Salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten adalah Profil Kesehatan Tahunan yang diharapkan akan terbit secara berkala guna menyediakan data, informasi yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan secara transparan, efisien dan efektif. Profil Kesehatan Kabupaten Gowa merupakan sarana untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Gowa yang merupakan modal dasar demi tercapainya Indonesia Sehat Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Merujuk pada Sistem Kesehatan Nasional, maka pembangunan dan upaya tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Derajat kesehatan dapat dicapai melalui upaya-upaya perbaikan sanitasi lingkungan, pengendalian dan pemberantasan penyakit menular, pendidikan kesehatan, pengorganisasian pelayanan atau perawatan kesehatan serta pengembangan unsur-unsur sosial untuk menjamin taraf kehidupan yang layak. Kesehatan masyarakat sebenarnya bukan hasil pekerjaan medis semata, tetapi merupakan hasil interaksi faktor-faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 2

4 dan genetik (H. L. Blum). Sehingga penanganan masalah kesehatan pun mesti dilakukan dengan cara yang komprehensif dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas. Pendekatan masyarakat yang komprehensif untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan penduduk sangat dibutuhkan. Hal tersebut dilakukan dengan membina lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup sehat, membina perilaku hidup sehat, menggalakkan upaya promotif dan preventif serta memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih efektif dan efisien. Dalam usaha perbaikan kesehatan masyarakat dan pengembangan desa sehat antara lain melalui upaya pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi, PHBS, pelayanan kesehatan ibu dan anak dan tentunya adanya koordinasi dan dukungan dari Dinas Kesehatan Provinsi serta pemerintah setempat. Mengukur tingkat pencapaian hasil pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan bidang kesehatan digunakan suatu indikator yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Indeks Pembangunan Manusia, ditentukan oleh beberapa indikator yaitu, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Profil Kesehatan Kabupaten Gowa merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian MDGs dan hasil kinerja dari penyelengaraan pelayanan minimal bidang kesehatan.profil Kesehatan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 3

5 Kabupaten Gowa adalah gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Gowa yang diterbitkan setiap Tahun. Dalam setiap penerbitan profil Kesehatan Kabupaten Gowa, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan.baik dari segi materi, analisis maupun bentuk penampilan fisiknya. Ada beberapa sumber daya yang bisa dimanfaatkan dalam pembuatan profil ini, diantaranya angka-angka kependudukan dan cakupan program serta bentukbentuk kerjasama yang digalang. Dalam hal ini diperlukan tiga data penting yaitu: 1. Data umum (Demografi) 2. Data kesehatan 3. Data yang berhubungan dengan kesehatan Ketiga data ini harus dianalisis dan didiagnosis. Kesehatan masyarakat memerlukan pengelolaan mekanisme yang panjang dan proses penalaran dalam analisanya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Gowa Tahun adalah : Tersedianya data dan informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan Kabupaten Gowa Tahun secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya mewujudkan Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 4

6 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah : 1) Diperolehnya data dan informasi umum dan lingkungan yang meliputilingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengankesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi secara terpilah. 2) Diperolehnya data dan informasi tentang status kesehatan masyarakat yangmeliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat secara terpilah. 3) Diperolehnya data dan informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputicakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan secara terpilah. 4) Diperolehnya data dan informasi untuk bahan penyusunan perencanaankegiatan program kesehatan. 5) Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan programprogram kesehatan. 6) Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan olehberbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, RumahSakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya. 7) Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan danpelaporan kesehatan. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 5

7 C. Sistimatika Penulisasn 1. Sistimatika Penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Gowa Tahun ini terdiri dari 6 (Enam) Bab, yaitu : BAB I : Pendahuluan Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Gowa dan Sistematika dari Penyajiannya. BAB II : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang Gambaran Umum Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, Selain tentang Letak Geografis, Letak Adminstratif dan Informasi Lainnya, Bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpenaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain, Misalnya, faktor-faktor kependudukan, kondisi ekonomi, perkembangan pendidikan, dan sebagainya. BAB III : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Gowa sampai dengan Tahun yang mencakup Umur Harapan Hidup (UHH), Angka Kematian, Angka Kesakitan, dan Status Gizi. BAB IV :Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan Kabupaten Gowa Selama Tahun yang menggambarkan tingkat pencapaian programpembangunan kesehatan. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 6

8 Gambaran tentang upaya kesehatan meliputi cakupan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang Sumber Daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, khususnya untuk tahun. Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. BAB VI :Penutup 1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data profil dengan dua macam cara yaitu secara aktif dan pasif. Secara aktif dengan mengumpulkan data dari sektor terkait dan Rumah Sakit, sedangkan secara pasif melalui Laporan Bulanan Puskesmas yang direkap oleh masing-masing Bidang dan Unit Pelayanan Teknis di Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa selama satu tahun. 2. Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan kemudian dientri ke dalam format tabel profil. Kemudian dianalisis secara deskriptif, komparatif dan kecenderungan yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 7

9 BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFI Kabupaten Gowa berada pada Bujur Timur dari Jakarta dan Bujur Timur dari Kutub Utara.sedangkan letak wilayah administrasinya antara hingga Bujur Timur dan hingga Lintang Selatan dari Jakarta, dengan batas-batas wilayah : Sebelah Utara : Kota Makassar dan Kabupaten Maros Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba dan Bantaeng Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kabupaten Takalar Wilayah administrasi Kabupaten Gowa terdiri dari 18 kecamatan dan 167 kelurahan/desa dengan luas wilayah 1.883,33 kilometer persegi atau sama dengan 3,01 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagaian besar terletak di daratan tinggi yaitu sekitar 72,26%, ada 9 wilayah kecamatan yang merupakan dataran tinggi yaitu Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolopao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 8

10 Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30 persen mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat yaitu Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu. GAMBAR 1. PETA WILAYAH KABUPATEN GOWA B. KEADAAN DEMOGRAFI Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok, yaitu : jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi, dan persebaran penduduk yang kurang merata. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 9

11 1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Gowa termasuk terbesar ketiga dari kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Jumlah penduduk dengan urutan pertama adalah Kota Makassar, urutan kedua Kabupaten Bone dan urutan ketiga adalah Kabupaten Gowa. Berdasarkan Gowa Dalam Angka Tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebanyak jiwa, penduduk laki-laki sebanyak jiwa (48,70%)dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa (51,29%), Tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebanyak jiwa, penduduk laki-laki sebanyak jiwa (49,13%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa (50,86%), Tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebanyak jiwa, penduduk laki-laki sebanyak jiwa (49,13%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa (50,86%), Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebanyak jiwa, penduduk laki-laki sebanyak jiwa (49,13%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa (50,86%), Tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebanyak jiwa, penduduk laki-laki sebanyak jiwa (49,2%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa (50,9%), Tahun jumlah penduduk Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebanyak Jiwa. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 10

12 TABEL 1 JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KABUPATEN GOWA TAHUN NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK TOTAL % LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK L P L P ,46 18, ,81 20, ,00 0, ,00 25, ,70 21, ,84 20, Sumber : BPS Kabupaten Gowa Tahun GAMBAR 2 PERSENTASE LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KABUPATEN GOWATAHUN Sumber : BPS Kabupaten Gowa Tahun DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 11

13 Dari Gowa Dalam Angka tahun masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Gowa masih bertumpu di Kecamatan Somba Opu yakni sebesar 19,95 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pallangga sebesar 15,12 persen, Kecamatan Bajeng sebesar 9,55 persen, Kecamatan Bontonompo sebesar 6,02 persen, Kecamatan Biringbulu 4,95 persen. TABEL 2 JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK KECAMATAN DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2013 NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK Sombaopu Pallangga Barombong Bajeng Bajeng Barat Bontonompo % LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK 18, , , , , , Bontonompo Selatan 8 Bontomarannu Pattallassang Parangloe Manuju Tinggimoncong , , , , , , DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 12

14 Parigi Tombolopao Tompobulu Biringbulu Bungaya Bontolempangan JUMLAH ,00 Sumber : BPS Kabupaten Gowa, 2, , , , , Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan angka beban tanggungan yaitu perbandingan antara jumlah penduduk produktif (umur tahun) dengan umur tidak produktif (umur 0-14 tahun dan umur 65 tahun keatas). Bila dilihat dari kelompok umur, penduduk anakanak yang berjenis kelamin perempuan (umur 0-14 tahun) jumlahnya mencapai 29,12 persen ( jiwa), sedangkan untuk kelompok umur, penduduk anak-anak yang berjenis kelamin laki-laki (umur 0-14 tahun) jumlahnya mencapai 32,77 persen ( jiwa). Penduduk usia produktif Perempuan (umur tahun) mencapai 63,25 persen ( Jiwa), penduduk usia produktif laki-laki (umur tahun) mencapai 63,27 persen ( Jiwa) dan penduduk usia lanjut Laki-laki (umur 65 tahun) mencapai 3,96 persen ( jiwa) sedangkan untuk penduduk usia DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 13

15 lanjut Perempuan (umur 65 tahun) mencapai 7,63 persen ( jiwa). Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut: TABEL 3 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DI KABUPATEN GOWA TAHUN NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN N % N % , , , , , ,63 JUMLAH , ,00 Sumber : BPS Kabupaten Gowa, GAMBAR 3 PERSENTASE KELOMPOK UMUR PRODUKTIF BERDASARKAN JENIS KELAMIN KABUPATEN GOWA TAHUN Sumber : BPS Kabupaten Gowa, DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 14

16 Berdasarkan Gambar 3, menunjukkan bahwa persentase kelompok umur produktif berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 63,27% dan laki-laki sebanyak 63,25%. Sedangkan utuk kelompok umur tidak produktif yang terbanyak adalah perempuan dengan persentase 36,75%. C. KEADAAN EKONOMI Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefenisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah tersebut. PDRB Kabupaten Gowa pada Tahun 2009 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 1.782,16 milyar rupiah dan naik menjadi sebesar 1.890,03 milyar rupiah pada tahun Sedangkan harga konstan 2000 tercatat bahwa PDRB Tahun 2009 sebesar 1.782,16 milyar rupiah meningkat menjadi 1.890,36 milyar rupiah pada tahun 2010 di tahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak Selain dari itu, keadaan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dari banyaknya penduduk miskin.kemiskinan menjadi isu yang cukup menjadi perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan.keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Tabel 4 menunjukkan Profil Kesehatan Kabupaten Gowa tahun 2012 mencatat sebanyak penduduk miskin dan persentase yang telah memiliki kartu miskin mencapai 100 % pada tahun 2012 dari jumlah penduduk miskin di DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 15

17 Kabupaten Gowa. Kecamatan yang persentase penduduk miskinnya tertinggi yaitu Kecamatan Somba Opu (12,86 %), sedangkan terendah yaitu kecamatan Parigi (1,98%). Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dapat dilihat pada tabel 56. SEKTOR TABEL 4 PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN GOWA TAHUN 2012 TAHUN Rupiah (Juta) % Rupiah (Juta) % Rupiah (Juta) % Rupiah (Juta) Pertanian , , , , 94 Pertambanga n , , , ,4 8 Industri Pengolahan , , , ,6 2 Listrik dan Air Bersih , , , ,8 9 Bangunan , , , ,7 0 Perdagangan, Hotel, , , , , 94 Restoran Angkutan/Ko munikasi , , , ,9 3 Bank/Keu./Pe rum , , , ,0 9 Jasa , , , , 40 T O T A L LAJU PERTUM BUHAN 6 10 Sumber : Gowa Dalam Angka Tahun 2012, BPS Kab. Gowa % DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 16

18 D. TINGKAT PENDIDIKAN Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan masyarakat yaitu kemampuan baca tulis, partisipasi pendidikan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. 1. Kemampuan Baca Tulis Kemampuan membaca dan menulis atau baca tulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai kesejahteraannya. Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya.yang dimaksud huruf lainnya misalnya huruf Arab, Bugis, Makassar, Jawa, China dan sebagainya. Gowa Dalam Angka tahun 2013 terlihat bahwa penduduk laki-laki usia 10 tahun ke atas yang melek huruf sebanyak 87,21 persen lebih tinggi dibanding penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang melek huruf yaitu 82,18 persen. Dapat dilihat pada lampiran tabel Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Bila dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, di Kabupaten Gowa ada Jiwa (13,73%) tidak/belum pernah sekolah, jiwa (18,45persen) tidak/belum tamat SD. Penduduk yang menamatkan SD, SLTP, dan SLTA mencapai jiwa (63.27 persen) sedangkan Diploma I ke atas hanya ditamatkan oleh jiwa (3.85 persen) dari total penduduk usia 10 tahun keatas yang sekolah. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 17

19 TABEL 5 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2012 PENDIDIKAN LAKI- PEREMPUAN TOTAL YG DITAMATKAN LAKI Tidak /belum pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD/MI/Setara SMP/MTS/SEDERAJAT SMA/MA/SEDERAJAT AKADEMI/DIPLOMA UNIVERSITAS Sumber : Gowa Dalam Angka Tahun 2012, BPS Kab.Gowa Dari tabel 5, terlihat jumlah penduduk perempuan berumur 10 tahun keatas lebih banyak yang tidak/belum pernah sekolah yakni jiwa dibandingkan jumlah penduduk laki-laki berumur 10 tahun keatas yang hanya jiwa. E. KEADAAN LINGKUNGAN 1. Cuaca dan Curah Hujan Dari data curah hujan dapat diperoleh bahwa jumlah curah hujan dan banyaknya curah hujan relatif kecil dan bervariasi antara bulan yang satu dengan yang lainnya. Jumlah curah hujan terbesar pada bulan Oktober sampai Aprildengan curah hujan perbulan 237,75 mm. Gowa mempunyai DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 18

20 suhu udara antara 25 C - 30 C padadataranrendah.dan antara18 C- 24 Cpada dataran tinggi. 2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Gowa dengan Ibu Kota Sungguminasa memiliki luas wilayah sebesar 1.883,33 Km², dengan topografi yang berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai. Wilayah terluas berada di dataran tinggi (72,26 %) dan sisanya (27,74 %) berada di dataran rendah. Kabupaten ini memiliki enam gunung dan yang tertinggi adalah Gunung Bawakaraeng. Daerah ini juga dilalui 15 sungai dimana Sungai Jeneberang adalah sungai yang paling panjang dengan luas daerah aliran sungainya yaitu 881 Km2, dan pada daerah pertemuannya dengan Sungai Jenetalasa dibangun Waduk Bili-bili. Keuntungan alam ini menjadikan Gowa kaya akan bahan galian, di samping tanahnya yang subur.kecamatan yang memiliki luas wilayah paling luas yaitu Kecamatan Tombolo Pao yang berada di dataran tinggi, dengan luas 251,82 Km2 (13,37 % dari luas wilayah Kabupaten Gowa). Sedangkan kecamatan yang luas wilayahnya paling kecil yaitu Kecamatan Bajeng Barat, dimana luasnya hanya 19,04 Km (1,01 %). DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 19

21 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Gambaran derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Gowa ditunjukkan dengan indikator derajat kesehatan yaitu Umur Harapan Hidup (UHH), Angka Kematian (Mortalitas), Angka Kesakitan (Morbiditas), dan Status Gizi. Gambaran Kesehatan di Kabupaten Gowa adalah Sebagai berikut : A. UMUR HARAPAN HIDUP (UHH) Umur Harapan Hidup adalah umur perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh penduduk dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Umur Harapan Hidup (UHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat baik di Kab/Kota, provinsi, maupun negara.uhh menjadi salah satu indikator dalam mengukur Indeks prestasi Manusia.Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup saat lahir. Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan Umur Harapan Hidup (UHH) waktu lahir. Angka Kematian Bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan Umur Harapan Hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir ini secara DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 20

22 tidak langsung juga memberikan gambaran kepada kita tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Dari estimasi hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS, umur harapan hidup waktu lahir (Eₒ) penduduk Indonesia secara Nasional mengalami peningkatan dari 45,73 tahun pada tahun 1967 menjadi 67,97 tahun pada tahun Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia tahun , maka dapat diestimasi angka harapan hidup sebesar 67,8 tahun pada tahun , meningkat menjadi 69,8 pada tahun dan menjadi 73,6 pada tahun Sementara itu, ratarata Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada gambar 4 berikut: GAMBAR 4. UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eₒ) DI SULSEL TAHUN Sumber : Susenas, SDKI 2007 dan proyeksi DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 21

23 B. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasibakhir dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Secara umum kejadian kematian pada manusia berhubungan erat dengan pemasalahan kesehatan sebagai akibat dari gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat. Adapun Indikator derajat Angka Kematian Mortalitas meliputi sebagai berikut : 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal. Kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 22

24 orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah yang bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan terget kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan kesehatan reproduksi. AKB relevan dipakai untuk memonitor pencapaian terget program karena mewakili komponen penting pada kematian balita. Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Di Indonesia data SDKI menyatakan AKB telah menurun dari 35 per kelahiran hidup (2004) menjadi 34 per kelahiran hidup (2007) sementara AKI menurun dari 307 per kelahiran hidup (2004) menjadi 228 per kelahiran hidup (2007).Target MDG sesuai kesepakatan yaitu AKB 24 per kelahiran hidup dan AKI 102 per kelahiran hidup pada 2015.Berdasarkan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 23

25 data yang dimiliki, jumlah bayi yang meninggal di Indonesia mencapai 34 kasus per kelahiran. Jumlah tersebut lebih tinggi dari angka Millenium Development Goals (MDG's), yakni 25 kasus per kelahiran. Sementara jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia sebanyak 228 kasus per kelahiran. Saat ini Indonesia masih menghadapi masalah tingginya angka kematian bayi. Ternyata diketahui sekitar 56 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal atau baru lahir hingga usia 28 hari.berdasarkan data angka kematian neonatal, bayi dan balita di Indonesia, sekitar 56 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal, penyebab kematian bayi ini akibat masalah pada neonatal seperti afiksi (sesak napas saat lahir), bayi lahir dengan berat badan rendah serta infeksi neonatus.masalah lain yang bisa menjadi penyebab kematian pada bayi seperti pneumonia, diare serta masalah gizi buruk dan gizi kurang yang biasanya mulai terjadi sejak masa kehamilan. Di Sulawesi Selatan angka kematian bayi menunjukkan penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 161 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 55 pada tahun 1996, lalu turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada tahun 2003 menjadi 48. Dan menurut hasil Surkesnas AKB di Sulawesi Selatan sebesar 47 per 1000 kelahiran hidup sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulsel pada tahun 2005 sebesar 36 per 1000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007 menunjukkan angka 41 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan hasil SDKI Tahun 2012 menunjukkan 25 per 1000 kelahiran hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh karena perbedaan besar sampel yang diteliti, sementara itu data proyeksi DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 24

26 yang dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52 per kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi yang dilaporkan pada Subdin Kesga dan PKM pada tahun 2007 sebanyak 41 orang bayi atau 4.17 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2008 sebanyak 34 orang bayi atau 3,29 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2009 jumlah kematian bayi dilaporkan mengalami penurunan yang sangat drastis sebanyak 9 orang bayi atau 0,8 per 1000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2010, jumlah kematian bayi yang dilaporkan mengalami peningkatan sebanyak 37 orang bayi atau 2,9 per 1000 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2011, jumlah kematian bayi yang dilaporkan sebanyak 42 orang bayi atau 3,2 per 1000 kelahiran bayi. Tahun 2012, jumlah kematian bayi yang dilaporkan sebanyak 57 orang atau 4,5 per 1000 kelahiran bayi, pada tahun 2013 jumlah kematian bayi yang dilaporkan sebanyak 17 orang atau 1 per 1000 kelahiran bayi, sedangkan pada Tahun jumlah kematian bayi yang dilaporkan sebanyak 80 kematian Neonatal (6 per 1000 kelahiran ), 10 Kematian Bayi (1 per 1000 kelahiran). 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 25

27 menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk. Adapun nilai normal AKABA yakni lebih besar dari 140 tergolong sangat tinggi, antara sedang, dan kurang dari 71 tergolong rendah. Angka kematian Balita di Sulawesi Selatan (menurut hasil SUSENAS 2001) kelahiran hidup. Namun hasil SDKI 2002AKABA diperkirakan sebesar 64 per menunjukkan bahwa AKABA di Sulawesi Selatan mencapai 72 per 1000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 53 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Sedangkan jumlah kematian balita yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan kab/kota di Sulawesi Selatan pada tahun 2006 sebanyak 148 (1,13 % per 1000 KH), pada tahun 2007 jumlah kematian balita dilaporkan sebanyak 105 balita (1,33 per 1000 KH), sedangkan pada tahun 2008 jumlah kematian balita dilaporkan mengalami peningkatan menjadi 283 balita atau 1,93 per 1000 kelahiran hidup, dan pada Tahun 2012 berdasarkan SDKI Angka Kematian Balita di Sulawesi Selatan mencapai 37 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan jumlah kematian balita yang dilaporkan pada Subdin Bina Kesga tahun 2009, jumlah kematian balita sebanyak 24 balita atau 22 per 1000 kelahiran hidup mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2010 jumlah kematian balita yang dilaporkan sebanyak 9 balita atau 0,7 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian balita antara lain; Pneumonia (2 orang), Malaria (1 orang), Infeksi (1 orang), sebab lain-lain (5 orang). Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kematian balita yang dilaporkan sebanyak 25 orang atau 1,9 per 1000 kelahiran hidup, dan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 26

28 pada Tahun 2012 Angka kematian balita dilaporkan sebanyak 8 orang atau 0,6 per 1000 kelahiran hidup, pada Tahun 2013 Angka kematian Balita dilaporkan sebanyak 3 orang atau 0 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada Tahun kematian balita dilaporkan sebanyak 10 kematian Balita (1 per 1000 kelahiran) dan 20 kematian anak balita (kematian Bayi ditambah dengan kematian balita/2 per 1000 kelahiran hidup) Data terinci pada lampiran tabel Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh melalui berbagai survey yang dilakukan secara khusus seperti survey di Rumah Sakit dan beberapa survey di masyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survey Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI), DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 27

29 maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibanding survey-survey sebelumnya. Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten, digunakan data hasil SKRT. Menurut SKRT, AKI menurun dari 450 per kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per kelahiran hidup pada tahun Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survey mengenai AKI. Pada tahun , AKI sebesar 307 per kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI, kemudian menjadi 248 per kelahiran hidup (SDKI 2007). Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menurun. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya,diperkirakan target tersebut dimasa mendatang sulit tercapai.jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan pada tahun 2006 sebanyak 133 orang atau 101,56 per kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 143 kematian atau 92,89 per kelahiran hidup. Untuk tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 121 orang atau 85,17 per kelahiran hidup dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 118 orang atau 78,84 per KH. Kematian ibu maternal tersebut terdiri dari kematian ibu hamil (19%), kematian ibu bersalin (46%), dan kematian ibu nifas (35%). DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 28

30 Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Subdin Bina Kesga pada tahun 2011 sebanyak 12 orang atau 92,7 per kelahiran hidup, mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2010 yaitu sebanyak 12 orang atau 106,53 per kelahiran hidup, pada Tahun 2012 yaitu sebanyak 19 orang atau 149,6 per kelahiran hidup, pada Tahun 2013 sebanyak 10 orang atau 80 per kelahiran hidup, dan pada Tahun sebanyak 3 Orang atau 24 per kelahiran hidup. Data terinci pada lampiran tabel 6. C. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui survei, dan hasil pengumpulan data dari Subdin BP3PL dinas kesehatan serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan. Dari data yang ada, selama 3 tahun berturut-turut (2011-), penyakit Infeksi Saluran Nafas Bagian Atas masih menjadi penyakit pada urutan teratas sebagai penyakit yang utama yang ada di Kabupaten Gowa. Berikut dapat dilihat 10 penyakit utama di Kabupaten Gowa Tahun sebagai berikut : DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 29

31 TABEL 6 10 PENYAKIT TERBESAR DI KABUPATEN GOWA TAHUN NO NAMA PENYAKIT JUMLAH % 1 ISPA ,86 2 Batuk ,44 3 Mialgia ,39 4 Dermatitis ,02 5 Gastritis ,91 6 Commond Cold 984 4,64 7 Hipertensi 958 4,63 8 Rematik 683 4,02 9 Diare 559 3,90 10 Demam 548 3,41 1. Penyakit Menular Dewasa ini tingkat angka kematian baik di Indonesia maupun di dunia secara globalnya relatif meningkat pertahunnya, hal ini baik disebabkan kecelakaan, proses penuaan yang menyebabkan kelemahan fungsi organ tubuh maupun karena menderita berbagai macam penyakit. Kita mengenal berbagai macam penyakit dan istilahnya baik itu penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (seperti virus, bakteri, atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar, dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang bisa ditularkan atau menular pada orang lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, influenza,dll), tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types,dll), jarum suntik dan transfusi darah (HIV Aids, hepatitis, dll). Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain : DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 30

32 - Penyakit menular langsung : Diare, Pneumonia, Typhus, TB paru dan Kusta - Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) - Penyakit bersumber binatang : Demam Berdarah Dengue, Rabies. a. Penyakit menular Langsung 1. Penyakit Diare Diare adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancamjiwa bila tanpa perawatan. Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Meskipun penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang usus buntu. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 31

33 Diare juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan. jadi apabila mau mengkonsumsi alkohol lebih baik makan terlebih dahulu. Kondisi cuaca yang tidak stabil, sanitasi tempat pengungsian yang buruk serta kondisi rumah yang masih kotor terkena genangan air, juga sulitnya mendapat air bersih menyebabkan mudahnya terjadi wabah diare setelah banjir. Penyakit diare yang terlihat ringan justru bisa membahayakan jiwa, karena saat tubuh kekurangan cairan, maka semua organ akan mengalami gangguan. Diare akan semakin berbahaya jika terjadi pada anak-anak. Dari data Subdin BP3PL tahun 2010, menunjukkan penderita diare yang ditangani sebanyak kasus (69,9%) dari kasus yang diperkirakan. tahun 2011, jumlah penderita Diare yang ditangani sebanyak kasus (85,1%) dari kasus yang diperkirakan, Tahun 2012, jumlah penderita Diare yang ditangani sebanyak kasus (78%) dari kasus yang diperkirakan. Jumlah kasus tertinggi dengan rata-rata diatas 90% pada puskesmas Samata dan Bajeng (96%), Puskesmas Tamaona (95%), Paccelekang (94%), Bontolempangan (93%), dan Puskesmas Pabbentengan (92%), pada Tahun 2013, jumlah penderita Diare yang ditangani sebanyak kasus (86,9%) dari kasus yang diperkirakan, dan pada Tahun jumlah penderita Diare yang DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 32

34 ditangani sebanyak kasus (86,9%) dari kasus yang diperkirakan Secara terinci pada lampiran tabel Pneumonia Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paruparu atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol. Namun penyebab yang paling sering ialah serangan bakteria streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus. Proporsi kejadian pneumonia (seluruh kelompok umur) terhadap ISPA pada tahun menunjukkan penurunan.dari seluruh kasus ISPA terdapat kasus pneumonia sebesar 10,2% pada tahun 2006, menjadi sebesar 9,3% pada tahun 2007, sebesar 7,9% pada tahun 2008 dan sebesar 7,4% pada tahun 2009, sedangkan pada Tahun jumlah kasus pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 6385 kasus (100% dari Perkiraan Jumlah Kasus). Pneumonia belum pernah mencapai target yang ditetapkan, meskipun target sudah beberapa kali disesuaikan, dan terakhir pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan target cakupan penemuan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 33

35 kasus pneumonia balita pada tahun 2010 ditetapkan menjadi 60%. Cakupan pneumonia balita selama 10 tahun berkisar antara 22,1835,9%. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama baik pemerintah daerah kabupaten/kota/provinsi dan pusat serta para stake holder program pengendalian pneumonia. Dan perlu dilakukan upaya pengendalian yang lebih terarah, terintegrasi dan bersinergi sehingga target pencapaian MDGs4 dapat tercapai. 3. TB Paru Penyakit Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang menyerang golongan usia produktif (15 50 tahun) dan anak anak serta golongan sosial ekonomi lemah. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui percikan dahak penderita yang BTA positif. Sebagian besar penyakit ini menyerang paru paru sebagai organ tempat infeksi primer, namun dapat juga menyerang organ lain seperti kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak. Penyakit TB Paru menurut Millenium Development Goals (MDGs) sebagai suatu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan, selain malaria dan HIV & AIDS. Pada level nasional, berbagai upaya telah dilakukan untuk DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 34

36 mengendalikan penyakit ini, diantaranya melalui program Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy (DOTS). Angka kesakitan penyakit TB Paru yang terbaru belum diketahui secara pasti, karena belum pernah dilakukan penelitian yang berskala nasional.dari hasil survei prevalensi di 15 provinsi yang dilaksanakan pada tahun diperoleh gambaran angka kesakitan antara penderita per penduduk. Menurut Surkesnas 2001, TB Paru termasuk urutan ke-3 penyebab kematian secara umum. Sedangkan menurut laporan RS, selama tahun 2002 dan 2003 penyakit TB Paru termasuk 10 besar penyebab kematian pasien rawat inap di rumah sakit. WHO memperkirakan pada saat ini, Indonesia merupakan negara penyumbang kasus TB Paru terbesar ke-3 di dunia, yang setiap tahunnya diperkirakan terdapat penderita baru TB menular sebanyak orang (44,9% dari penderita baru TB) dan orang diperkirakan meninggal karena penyakit TBC. Angka tersebut diyakini sangat memungkinkan, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan perumahan, sosial ekonomi masyarakat, serta kecenderungan peningkatan penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini. Pada Tahun 2013 jumlah seluruh kasus TB sebanyak 725 kasus dan 703 diantaranya adalah TB paru BTA positif. Sedangkan pada tahun DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 35

37 1016 kasus dan 188 kasus diantaranya adalah TB paru BTA Positif. Data lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Tabel Kusta Penyakit kusta atau sering disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri MycobacteriumLeprae yang menyerang saraf tepi. WHO menetapkan indikator eliminasi kusta yaitu angka penemuan penderita (NCDR) yang menggantikan indikator utama sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar (prevalensi rate <1/ penduduk). Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini, sebagian besar penderita dan mantan penderita kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Di Sulawesi Selatan, dimana jumlah penderita dan prevalensi rate per penduduk mengalami penurunan yangtidak signifikan dari tahun ke tahun, khususnya di Kabupaten Gowa Pada tahun 2009 persentase penderita yang selesai berobat (RFT) PB mencapai 95% dan penderita yang selesai berobat (RFT) MB 65%, dan 2010 persentase penderita yang selesai berobat (RFT) PB mencapai 76,2% dan penderita yang selesai berobat (RFT) MB 100%, sedangkan pada tahun 2011 persentase penderita yang selesai berobat (RFT) PB mencapai 35,3% dan persentase DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 36

38 penderita RFT MB mencapai 60% dengan total penderita yang selesai berobat mencapai 55,29, pada Tahun 2012 persentase penderita yang selesai berobat (RFT) PB mencapai 52,9% dan persentase penderita RFT MB mencapai 62% Dengan total penderita yang selsesai berobat mencapai 60%, 2013 persentase penderita yang selesai berobat (RFT) PB mencapai 52,9% dan persentase RFT MB mencapai 62%, seangkan pada Tahun persentase penderita yang selesai berobat (RFT) PB mencapai 52,9% dan persentase RFT MB mencapai 62%, Data terinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 17. GAMBAR.5 PERSENTASE KESEMBUHAN KUSTA RFT PB (+) DAN RFT MB (+) DI KABUPATEN GOWA TAHUN Sumber: Bidang BP3, Dinas Kesehatan Kab. Gowa Tahun DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 37

39 b. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan imunisasi. PD3I yang akan dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis, Campak, dan Polio. 1. Difteri Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri Corynbacterium diptheriae denga gejala awal adalah demam 38 C, pseudomembrane (selaput tipis) putih keabuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor). Pada Tahun 2013 di Kabupaten Gowa mencapai 8 kasus dengan jumlah kasus yang meninggal sebanyak 0 kasus (0%), sedangkan pada Tahun terdapat 1 kasus dengan jumlah kasus yang meninggal sebanyak 0 kasus (0%). Data terperinci dapat dilihat pada lampiran tabel Pertusis Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bardetella Pertusis dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan muntah. Lama batuk bisa 1 3 bulan sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 38

40 berusia dibawah 1 tahun dan penularannya melalui droplet atau batuk penderita. Di Kabupaten Gowa pada tahun tidak ditemukan kasus Pertusis 3. Campak Campak adalah penyakit yang disebabkan virus measles, disebarkan melalui droplet bersin/batuk dari penderita.gejala awal penyakit ini adalah demam, bercak kemerahan, batuk pilek, mata merah (conjuctivitis) selanjutnya timbul ruam di seluruh tubuh.menurut hasil Riskesdas tahun 2007 di Sulawesi Selatan, prevalensi Campak klinis sebesar 1,32% tertinggi di Kabupaten Tana Toraja (7,1%) dan terendah di beberapa kabupaten dengan prevalensi 0,1%. Enam diantara 23 kabupaten mempunyai prevalensi lebih tinggi dari angka provinsi, antara lain Tator (7,1%), Luwu Utara (2,8%), Luwu (2,5%), Bantaeng (2,2%), Gowa (1,8%), dan Luwu Timur (1,5%). Pada tahun 2009, jumlah penderita Campak di Kabupaten Gowa menurun yaitu 67 orang (94,96%), sedangkan tahun 2010 jumlah penderita Campak menurun menjadi 49 orang. Tahun 2011, jumlah penderita campak sebanyak 80 orang. Tahun 2012, Jumlah Penderita Campak yang tercatat sebanyak 33 orang, Tahun 2013, jumlah penderita Campak yang tercatat sebanyak 51 orang, sedangkan Tahun, jumlah DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 39

41 penderita Campak yang tercatat sebanyak 203 orang Data terinci dapat dilihat pada tabel 20. GAMBAR.6 JUMLAH KASUS CAMPAK DI KABUPATEN GOWA TAHUN Sumber: Bidang BP3, Dinas Kesehatan Kab. Gowa Tahun 4. Polio Polio (Poliomyelitis) merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan virus polio.cara penularan Polio terbanyak melalui mulut ketika seseorang mengkonsumsi makanan minuman yang terkontamisasi lendir, dahat atau faeses penderita polio.virus masuk aliran darah ke sistem saraf pusat menyebabkan otot melamah dan kelumpuhan, menyebabkan tungkai menjadi lemas secara akut.kondisi inilah disebut acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layuh akut. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 40

42 Polio menyerang semua usia, namun sebagian besar terjadi anak usia 3 5 tahun. Berdasarkan surveilans AFP di Kabupaten Gowa tahun 2013 dan tidak ditemukan kasus Polio. c. Penyakit Bersumber Binatang (Zoonosis) 1. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup di genangan air bersih di sekitar rumah. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit pada saat pagi dan sore hari, umumnya kasus mulai meningkat saat musim hujan. Berdasarkan data dari Subdin Bina Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, pada tahun 2013 di Kabupaten Gowa jumlah kasus DBD yaitu 324 kasus mengalami kenaikan dari 213 kasus pada tahun 2012, sedangkan pada Tahun Jumlah kasus DBD mengalami penurunan sebanayak 173 Kasus dengan insidens rate per penduduk sebesar 26,4.Data terinci dapat dilihat pada tabel 21. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 41

43 2. Malaria Malaria adalah salah satu dari jenis penyakit menular dan disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh vektor nyamuk Anopheles dan menginfeksi sel-sel darah merah. Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik.sekitar juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. 90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak. Penyakit malaria di Indonesia saat ini lebih tersebar di daerah di luar Pulau Jawa dan Bali. Konsentrasi terbesar berada di Pulau Irian Jaya dan kepulauan Maluku disusul Kalimantan, Sumatera, kemudian Sulawesi. Hal ini disebabkan daerah-daerah di luar pulau Jawa masihbanyakdijumpai hamparan rawa tempat nyamuk Anopheles tinggal (terutama Irian Jaya,Maluku dan kalimantan). Pertumbuhan penduduk yang tinggi di pulau Jawa dan Bali selama beberapa dekade ini menyebabkan menghilangnya rawa-rawa yang diubah menjadipersawahan dan sebagainya, sedangkanpenyebaran penduduk yang kurang rata di Irian Jaya, Maluku, dan kalimantan menjadikan daerah-daerah ini masih banyak dipenuhi oleh rawa yang merupakan sumber asal nyamuk anopheles penyebar malaria. Berdasarkan data dari Subdin Bina Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, pada tahun 2013 di Kabupaten Gowa jumlah kasus Malaria yaitu 0 kasus dari 436 pemeriksaan sediaan darah positif. Tahun di DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 42

44 Kabupaten Gowa jumlah kasus Malaria yaitu 29 kasus dari 920 pemeriksaan sediaan darah Data terinci dapat dilihat pada tabel Filariasis Kasus Filariasis di Kabupaten Gowa tidak ditemukan, disebabkan karena Kabupaten Gowa bukan merupakan daerah endemis Filariasis, namun upaya pemantauan Kasus Filariasis tetap dilaksanakan. D. STATUS GIZI Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa kritis karena mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu terjadinya gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih walaupun kebutuhan gizi di masa selanjutnya terpenuhi. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lainbayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur, KEK, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status gizi masyarakat antara lain sebagai berikut: DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 43

45 1. Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (WHO, 1994:9). Berat Lahir dipengaruhi dua proses penting, yaitu : Lamanya (Umur) kehamilan dan pertumbuhan intrauterine. Risiko kematian neonatal dengan BBLR adalah 6,5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan bayi lahir berat badan cukup. BBLR dapat berakibat terhadap pertumbuhan dan perkembangan, gangguan pendengaran, penglihatan, gangguan belajar, retardasi mental, masalah perilaku dan cerebral palsy, serta rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Sekitar 45% kematian Bayi yang berumur kurang dari 1 bulan terutama disbabkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Depkes, 1996). Kejadian BBLR di 25 Negara Berkembang sebesar 23, 6%, sedangkan di 11 Negara maju kejadian BBLR sebesar 5,9%. Terlihat bahwa kejadian BBLR di Negara Berkembang 4 kali lebih besar dibnadingkan kejadian BBLR di Negara Maju. Di Indonesia kejadian BBLR bervariasi, secara Nasional berdasarkan hasil SDKI kejadian BBLR sebesar 6%. Di Kabupaten Gowa pada tahun 2010, jumlah bayi bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 139 orang (1,1 % dari total bayi lahir ) sedangkan pada tahun 2011 mengalami peningkatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan berat badan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 44

46 lahir rendah sebanyak 191 orang (1,5% dari total bayi lahir) yang tertangani sebanyak 191 orang (100%), pada Tahun 2012 tercatat bahwa jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 255 orang (2% dari total bayi lahir) yang tertangani sebanyak 255 orang (100%). Pada Tahun 2013 tercatat bahwa jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 286 dari Bayi Baru Lahir yang ditimbang (3,5%). Sedangkan pada tahun jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 342 dari Bayi Baru Lahir yang ditimbang (3,5%). Data terinci dapat dilihat pada tabel Status Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada balita adalah dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Kategori yang digunakan adalah : gizi lebih (z-score>+2 SD); gizi baik (z-score-2 SD sampai +2); gizi kurang (z-score<-2 SD sampai -3 SD); dan gizi buruk (z-score<-3 SD). Di Sulawesi Selatan, untuk menanggulangi masalah gizi atau untuk memperoleh gambaran perubahan tingkat konsumsi gizi di tingkat rumah tangga dan status gizi masyarakat dilaksanakan beberapa kegiatan seperti Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) dan pemantauan Status Gizi (PSG) di seluruh kabupaten/kota. Dari hasil pemantauan status gizi pada tahun 2013 DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 45

47 di kabupaten Gowa terdapat 9 kasus Gizi Buruk dan 195 kasus BGM (Bawah Garis Merah) dari Balita yang Ditimbang. Sedangkan pada Tahun terdapat 4 kasus Gizi Buruk dan 313 kasus BGM. Data terperinci dapat dilihat pada tabel 47 dan Status Gizi Wanita Usia Subur dan Kurang Energi Kronik (KEK) Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur (WUS) umur tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasikan seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar lingkar lengan atas (LILA) <23,5 cm. 4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. Gangguan pertumbuhan fisik meliputi pembesaran kelenjar tiroid (gondok), kretin (badan kerdil), gangguan motorik (kesulitan berdiri atau berjalan normal), bisu, tuli, dan mata juling. Sedangkan keterbelakangan mental termasuk berkurangnya kecerdasan anak. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 46

48 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Masyarakat sehat merupakan investasi yang sangat berharga bagi Bangsa Indonesia. Untuk mencapai keadaan tersebut di Kabupaten Gowa telah dilakukan berbagai macam upaya pelayanan kesehatan seperti yang tergambar dalam uraian di bawah ini : A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalammemberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan di Kabupaten Gowa diuraikan sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin di kandungan, saat kelahiran hingga masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan secara teratur pada masa kehamilan guna menghindari gangguan atau segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin di kandungannya. Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan : DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 47

49 a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya berdasarkan pedoman pelayanan antenatal yang ada, dan diutamakan pada kegiatan promotif dan preventif. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan ibu hamil, yaitu gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanankesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan pelayanan K4 merupakan gambaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga. GAMBAR.7 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN ANC DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2010 Sumber : Seksi KIA, Dinkes Kab.Gowa Thn. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 48

50 Gambaran persentase cakupan pelayanan K1 pada tahun 2010 cakupan pelayanan K1 tercatat sebesar 104% dan K4 sebesar 92,64%. Sedangkan pada tahun 2011, cakupan pelayanan K1 tercatat sebesar 98,9% dan K4 sebesar 95,3%, pada Tahun 2012, cakupan pelayanan K1 tercatat sebesar 99,1 % dan K4 sebesar 92,8%. Pada Tahun 2013, cakupan pelayanan K1 tercatat sebesar 98% dan K4 sebesar 92%. Dan pada Tahun, cakupan pelayanan K1 tercatat sebesar 100% dan K4 sebesar 96%. Data terinci pada tabel 29. b. Ibu Hamil dengan Risti/Komplikasi Kebidanan yang ditangani Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik difasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun di masyarakat. Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb<8 g %. Tekanan darah tinggi (sistole>140 mmhg, diatole>90 mmhg). Oedema nyata, eklampsia, perdarahan pervagina, ketuban pecah dini, letak lintang usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur. Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan puskesmas, beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam kasus risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan yang memadai. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 49

51 GAMBAR.8 PERSENTASE BUMIL RISTI DITANGANI TAHUN 2010 Sumber : Seksi KIA, Dinkes Kab.Gowa Thn. Pada tahun 2010 dari seluruh ibu hamil risiko tinggi/komplikasi (2874 ibu) yang dapat ditangani sebanyak 1457 ibu (50,7%), Sedangkan Pada tahun 2011dari seluruh ibu hamil risiko tinggi/komplikasi (2756 ibu) yang dapat ditangani sebanyak 1475 ibu (53,5%), dan Pada tahun 2012 dari seluruh ibu hamil risiko tinggi/komplikasi (2835 ibu) yang dapat ditangani sebesar 2272 (80,1%). Pada tahun 2013 dari seluruh ibu hamil risiko tinggi/komplikasi (2894 ibu) yang dapat ditangani sebesar 1475 (50,97%). Sedangkan pada Tahun dari seluruh ibu hamil risiko tinggi/komplikasi (2879 ibu) yang dapat ditangani sebesar 2307 (80, 13%). Data terinci dapat dilihat pada tabel 33. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 50

52 c. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes) Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini terjadi antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (profesional). Linakes adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta.komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi dimasa persalinan. Hal ini antara laindisebabkan karena pertolongan persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (profesional). GAMBAR.9 PERSENTASE IBU BERSALIN YANG DITOLONG OLEH TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2010 Sumber : Seksi KIA, Dinkes Kab.Gowa Thn. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 51

53 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 di Kabupaten Gowa tercatat sebesar 90,66% dari ibu bersalin, Mengalami peningkatan pada tahun 2011, tercatat sebesar 92,9% dari ibu bersalin, pada Tahun 2012 tercatat sebesar 95% dari ibu bersalin, pada Tahun 2013 tercatat sebesar 91% dari ibu bersalin, dan pada Tahun tercatat sebesar 93% dari ibu bersalin Data terinci pada lampiran tabel 29. d. Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mengalami pemulihan untuk kembali normal. Kunjungan nifas bertujuan untuk deteksi dini komplikasi dengan melakukan kunjungan minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu: kunjungan nifas pertama pada 6 jam stelah persalinan sampai 3 hari, kunjungan nifas kedua dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan dan kunjungan ketiga dilakukan pada minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan bersamaan dengan kunjungan neonatus di Posyandu. Dalam masa nifas, ibu akan memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu), pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per naginam lainnya, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan, pemberian kapsul vitamin A IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam), dan pelayanan KB pasca persalinan. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil risiko kelainan atau bahkan kematian ibu nifas. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 52

54 GAMBAR.10 PERSENTASE IBU NIFAS YANG DITOLONG OLEH TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2010 Sumber : Seksi KIA, Dinkes Kab.Gowa Thn. Cakupan pertolongan nifas oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 di Kabupaten Gowa tercatat sebesar 100% dari ibu nifas, pada tahun 2011, tercatat sebesar 81,6% dari ibu nifas, pada Tahun 2012 tercatat sebesar 87,6% dari ibu nifas, pada Tahun 2013 tercatat sebesar 92% dari ibu nifas, dan pada Tahun tercatat sebesar 91% dari ibu nifas. Data terinci pada lampiran tabel 29. e. Pelayanan Kesehatan Neonatus Bayi usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang rentan gangguan kesehatan. Upaya untuk mengurangi resiko tersebut adalah melalui pelayanan kesehatan pada neonatus minimal tiga kali yaitu dua kali pada usia 0-7 hari DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 53

55 dan satu kali pada usia 8-28 hari atau disebut KN lengkap. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan kesehatan nenonatus dasar (tindakan resustasi, pencegahan hipotermia, ASI dini-eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat dan kulit), pemberian Vitamin K, imunisasi, manajementerpadu balitamuda (MTBM) dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah pada ibunya. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberianimunisasi), pemberian Vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Pada tahun 2013, di Kabupaten Gowa cakupan KN 1 mencapai (95%) dan cakupan kunjungan KN 3 mencapai (89%) dan pada Tahun, di Kabupaten Gowa cakupan KN 1 mencapai (98%) dan cakupan kunjungan KN 3 mencapai (95%). Data terinci pada lampiran tabel 38. f. Kunjungan Kunjungan bayi adalah kunjungan anak usia kurang dari satu tahun (29 hari- 11 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan atau perawat di sarana kesehatanpelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar lengkap, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2013 di Kabupaten DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 54

56 Gowa sebesar bayi atau 93,1% dari jumlah sasaran bayi sebesar bayi. Pada Tahun Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Gowa sebesar bayi dari jumlah sasaran bayi sebesar bayi 2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Masa subur seorang wanita memiliki peranan bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita rata-rata tahun walaupun sebagian wanita mengalami menarche (masa haid pertama) pada usia 9 10 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Jumlah PUS di Kabupaten Gowa Tahun yang tercatat orang. Dari jumlah PUS tersebut yang menjadi peserta KB baru sebanyak orang (13,8%) dan peserta KB aktif sebanyak orang (70,9%). Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan peserta KB Aktif 3,5% akseptor memilih metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, MOW 0,5%, Implan 7,5%, sedangkan 88,5% memilih metode kontrasepsi jangka pendek seperti pil, suntik dan kondom. Proporsi metode kontrasepsi yang digunakan akseptor KB Aktif terlihat pada gambar 14. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 55

57 GAMBAR.11 PROPORSI METODE KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN AKSEPTOR KB AKTIF DI KAB. GOWA TAHUN Sumber : Kantor BKB dan PP Kab.Gowa Tahun 3. Pelayanan Imunisasi Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child Immunization). Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan Campak. Namun sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Adapun sasaran program DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 56

58 imunisasi adalah bayi (0 11 bulan), ibu hamil, WUS dan murid SD. Cakupan desa UCI di Kabupaten Gowa tahun sebesar 100%. 4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Pra Sekolah, Sekolah, dan Remaja Anak balita dan pra sekolah adalah anak berusia 5 6 tahun. Pemantauan kesehatan pada anak balita dan anak pra sekolah dilakukan melalui deteksi dini tumbuh kembang minimal dua kali pertahun oleh tenaga kesehatan. Cakupan deteksi tumbuh kembang anak prasekolah, pemeriksaan siswa sekolah dasar/sederajat, dan pelayanan kesehatan remaja di Kabupaten Gowa pada tahun dapat dilihat dari cakupan pelayanan murid SD setingkat yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak (66,9%) sedangkan untuk jumlah SD yang mendapatkan pelayanan kesehatan (pemjaringan) sebanyak 403 SD dari 403 (100%). Pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah difokuskan pada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yaitu upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam upaya membentuk perilaku hidup sehat pada anak usia sekolah. Pelayanan kesehatan pada UKS meliputi pemeriksaan kesehatan umum dan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu tenaga terlatih (guru UKS dan dokter kecil). 5. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila (Usia Lanjut) Jumlah penduduk usia lanjut menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta menjadi tanda membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, peningkatan penduduk usia lanjut mengakibatkan peningkatan penyakit degenerative di masyarakat. Tanpa DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 57

59 diimbangi dengan upaya promotif dan preventif maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan akan cukup besar, salah satu sarana pelayanan bagi warga usia lanjut dilaksanakan melalui Posyandu Lansia. Pada tahun jumlah Usila di Kabupaten Gowa sebanyak orang dan cakupan pelayanan kesehatan Lansia sebesar 100%. Cakupan ini meningkat bila dibandingkan pada tahun 2013 yaitu sebesar 28,48%. 6. Pelayanan Kesehatan Gigi Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk dilakukan upaya kesehatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen dan merupakan kelompok umur dengan resiko kerusakan gigi yang tinggi. Oleh karena itu kegiatan pelayanan kesehatan gigi mulut dilakukan melalui upaya promotif dan preventif di sekolah dengan kegiatan sikat gigi masal dan pemeriksaan gigi siswa, sedangkan tindakan kuratif (pencabutan, pengobatan dan penambalan gigi) dilaksanakan di poli gigi puskesmas. B. PELAYAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG Sebagian besar saraa pelayanan di Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi penderita melalui pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Perawatan). Sementara rumah sakit yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas merupakan sarana rujukan bagi DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 58

60 Puskesmas terhadap kasus kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut melalui perawatan rawat inap, disamping tetap menyediakan pelayanan rawat jalan bagi masyarakat yang langsung datang ke rumah sakit. Pada Tahun jumlah masyarakat yang telah memanfaatkan pelayanan rawat jalan di Puskesmas sebesar pasien. Untuk rawat inap di Puskesmas sebesar pasien, di RSUD Syekh Yusuf Gowa rawat jalan sebesar rawat inap sesbesar pasien. Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kabupaten Gowa sebagian besar lebih memilih memanfaatkan Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan dan lebih memanfaatkan rumah sakit pada pelayanan rawat inap, mengingat kelengkapan fasilitas yang ada di sarana tersebut. Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan untuk masalah kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien untuk masalah kesehatan sedang dan berat. Pelayanan kesehatan ini biasa dilakukan di sarana pelayanan baik milik pemerintah (Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit) maupun di sarana milik swasta (Balai Pengobatan, Rumah Sakit Swasta, Klinik swasta) dan di sarana Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat/UKBM (Poskesdes). Data pemanfaatan Rumah Sakit di Kabupaten Gowa dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja Rumah Sakit yang meliputi: 1. Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah Sakit adalah antara 60% s.d. 85%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 59

61 (BOR) adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit yang digunakan oleh pasien rawat inap di Rumah Sakit. Di Kabupaten Gowa tahun angka BOR sebesar 79,8%. Angka yang dicapai ini menunjukkan bahwa tingkat pencapaian tempat tidur di Rumah Sakit sudah efektif. 2. Length Of Stay (LOS), adalah rata-rata lama perawatan seorang pasien. Nilai ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dan mutu pelayanan. Nilai ideal dari LOS untuk sebuah Rumah Sakit adalah 6 sampai dengan 9 hari. LOS Kabupaten Gowa Tahun adalah 4 hari. Nilai yang dicapai ini sudah efisien. 3. Turn of Interval (TOI), menggambarkan tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur. Nilai ideal dari TOI adalah 1 sampai dengan 3 hari. TOI di tahun adalah 1 hari. Nilai ini menggambarkan sudah efisien. 4. Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap 1000 penderita keluar, maksimum 45/1000 penderita keluar. Nilai GDR di Kabupaten Gowa tahun adalah 150/1000, yamg berarti tiap 1000 penderita yang keluar dari rumah sakit, ada 150 orang penderita yang keluar dalam keadaan meninggal. 5. Net Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan Rumah Sakit, dengan nilai toleransinya adalah 25/1000 penderita keluar. Semakin rendah NDR suatu Rumah Sakit berarti DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 60

62 bahwa mutu pelayanan rumah sakit tersebut semakin baik. NDR di tahun adalah 0,9 penderita keluar, hal ini berarti bahwa mutu pelayanan/perawatan Rumah Sakit baik. C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjutu dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut : 1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit berpotensi KLB/wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya penanggulangan yang dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran lebih luas dan mengurangi dampak yang ditimbulkan. Dari data Subdin Bina Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit menunjukkan bahwa pada tahun jumlah desa/kelurahan yang mengalami KLB dilaporkan sebanyak 53 desa/kelurahan dan dari jumlah tersebut telah ditangani <24 jam (100%). Data terinci pada lampiran tabel 28. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 61

63 2. Pemberantasan Penyakit polio Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flacid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Penemuan kasus AFP (non Polio) pada tahun tidak terdapat kasus.data terinci pada lampiran tabel Pemberantasan penyakit TB Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan Directly Observe Treatment Shortcource (DOTS) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Pada tahun angka kesembuhan TB BTA + tercatat sebesar 94,81%, dengan angka kesuksesan (success rate) sebesar 95,45%. Data terinci pada tabel 9. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 62

64 4. Penanggulangan Penyakit DBD Upaya pemberantasan DBD terdiri dari tiga hal yaitu; 1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD dan upaya pemberantasan dititkberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3M), juru pemantauan jentik (Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD serta penanganannya di rumah tangga. Demam berdaran dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masihmenjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai KLB dan menimbulkan kepanikan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Kasus umumnya mulai meningkat pada saat musim hujan yaitu antara bulan Oktober Mei. Jumlah kasus DBD pada tahun yakni 173 kasus dan yang meninggal 0 orang, CFR sebesar 0%. Kasus DBD menurut puskesmas di Kabupaten Gowa dapat dilihat pada lampiran tabel Pemberantasan Penyakit Kusta Pemberantasan penyakit Kusta dapat dilakukan dengan cara penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 63

65 Pada penderita kusta yag ditemukan, diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri dati Rifamfisin, Lampren dan DDS yang diberikan dalam kurun waktu tertentu. Jumlah dan persentase penderita Kusta RFT menurut puskesmas se Kabupaten Gowa dapat dilihat pada lampiran tabel Pemberantasan Penyakit Filariasis Penyakit Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan ataupun laki-laki. Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The Global Goal of Elimination ol Lympatic Filariasis as a Publich Health Problem The year 2020 yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health Essebly) pada tahun 1997.Di Kabupaten Gowa pada tahun, kasus filariaris tidak ditemukan. D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator yangmerupakan hasil dari upaya sektor kesehatan dan hasil dari upaya sektor-sektor lain yang sangat terkait. Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 64

66 perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Salah satu sasaran dari lingkungan sehat adalah tercapainya pemukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan di pedesaan dan di perkotaan, termasuk penanganan daerah kumuh, serta terpenuhinya persyaratan kesehatan ditempat-tempat umum, termasuk sarana dan pengelolaannya. Indikator-indikator tersebut adalah persentase rumah sehat, persentase tempat-tempat umum sehat, persentase penduduk dengan akses air minum, serta persentase sarana pembuangan air besar dan tempat penampungan akhir kotoran/tinja pada rumah tangga. 1. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting, hampir separuh hidup manusiaakan berada di rumah, sehingga kualitas rumah akan berdampak terhadap kondisi kesehatannya, karena itu lingkungan rumah sebaiknya terhindar dari faktor yangmerugikan kesehatan. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko penularan berbagai penyakit, khususnya penyakit berbasis lingkungan. Rumah yang baik, tidak harus besar dan mewah, tetapi harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga para penghuninya dapat beraktivitas dengan nyaman. Menurut Winslow, rumah sehat memiliki beberapa kriteria, yakni dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 65

67 psikologis; serta dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan dan penularan penyakit. Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goals(MDGs) tahun Target rumah sehat yang hendak dicapaitelah ditentukan sebesar 80% (Depkes RI, 2003). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010, presentase rumah sehat secara nasional hanya sekitar 24,9%. Pada Tahun dari jumlah rumah yang ada di kabupaten gowa sebanyak , tercatat rumah yang dinyatakan sehat atau 90,9% dari jumlah seluruh rumah yang ada. 2. Tempat tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM) Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUMP) adalah tempat yang banyak dikunjungi orang sehingga dikhawatirkan dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. TUPM terbagi atas TTU (Tempat-tempat Umum) dan TPM (Tempat Pengelolaan Makanan) yang terdiri atas sarana pendidikan, hotel, rumah sakit, ponpes, restoran, pasar, tempat wisata, terminal, stasiun, kantin sekolah, dll. TUMP yang dikategorikan sehat apabila memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, ventilasi baik dan luas yang sesuai dengan banyaknya pengunjung. Jumlah Tempat-tempat Umum (TTU) yang diperiksa sanitasinya pada Tahun sebanyak 643 yang ada dan tercatat 494 unit atau 77% yang dinyatakan sehat, sedangkan untuk jumlah Tempat Pengelolaan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 66

68 Makanan (TPM) di Kabupaten Gowa pada Tahun sebanyak 1742, yang memenuhi syarat higiene sanitasi sebanyak 1135 (65,15%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 590 (33, 87%), sedangkan untuk TPM yang dibina 1135 Data lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 65 dan Akses Terhadap Air Minum Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan agar akses masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih di daerahnya. Air bersih yang dimiliki dan dipergunakan masyarakat Kabupaten Gowa berasal dari air ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, mata air dan lainnya. Pada Tahun telah dilakukan pemeriksaan akses air bersih pada keluarga atau 55,89% dari penduduk. E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang/masyarakat yang disebabkan tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Berbagai upaya perbaikan gizi yang telah dilakukan di Kabupaten Magetan dalam upaya menanggulangi masalah gizi kurang antara lain melalui : 1. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi Anemia Gizi Besi masih merupakan masalah gizi yang perlu mendapat penanganan karena dampak yang ditimbulkan antara lain risiko perdarahan yang DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 67

69 dilahirkan, bayi yang dilahirkan BBLR, kesakitan meningkat dan penurunan kesegaran fisik. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi dilaksanakan melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada ibu hamil, karena prevalensi anemia pada kelompok ini cukup tinggi. Presentase cakupan ibu hamil di Kabupaten Gowa di Tahun yang mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet sebesar 100% dan yang mendapat 90 tablet sebesar 92%. Data terinci dapat dilihat pada lampiran tabel Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi dan Balita Masalah kekurangan vitamin A masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Keadaan kadar serum vitamin A yang rendah ternyata berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh sehingga berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian balita. Upaya pencegahan dan penanggulangan Kurang Vitamin A dilakukan melalui suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi untuk sasaran prioritas Bayi (umur 6 11), anak balita (umur 1 4 tahun), dan ibu nifas. Strategi penanggulangan kekurangan vitamin dilaksanakan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi A( UI) yaitu kapsul vitamin A biru untuk bayi (6-11 bulan) sebanyak satu kali dalam setahun (bulan Februari dan Agustus) dan kapsul vitamin A merah untuk anak balita (1-4 tahun) sebanyak dua kali yaitu tiap Bulan Februari dan Agustus serta untuk ibu nifas paling lambat 30 hari setelah DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 68

70 melahirkan. Rata rata cakupan pemberian kapsul vitamin A di Kabupaten Gowa tahun pada bayi sebesar 51,85%, dan anak balita sebesar 90,33%. F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariupaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitasdan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. 1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional Upaya peningkatan penggunaan obat rasional, diarahkan kepada peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang rasional melalui pelaksanaan advokasi secara lebih intensif agar terwujud dukungan masyarakat yang kondusif serta terbangunnya kemitraan dengan unit pelayanan kesehatan formal. 2. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik Kegiatan ini dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan buffer stock obat generik esensial, revitalisasi pemasyarakatan DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 69

71 konsepsi obat esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan pemerintah maupun swasta. Persentase tingkat kecukupan ketersediaan obat menurut jenis obat tahun 2013 secara terinci dapat dilihat pada lampiran 66. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 70

72 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Dalam bab ini, gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan ke dalam sajian data dan informasi mengenai sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. A. SARANA KESEHATAN Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas Rumah Sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan. 1. Puskesmas Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembengunan kesehatan.pembangunan puskesmas di tiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara kesehatan masyarakat. Pada tahun, jumlah puskesmas di Kabupaten Gowa tercatat sebanyak 25 unit dengan 115 puskesmas pembantu. Adapun rasio puskesmas per penduduk sebesar 4 sedangkan rasio Pustu terhadap puskesmas yakni 5 : 1. Data Identitas Puskesmas Terlampir pada Tabel 67. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 71

73 2. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan saran rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Pada tahun, RSUD Syekh Yusuf merupakan rumah sakit Tipe B dengan jumlah tempat tidur sebanyak 189 buah. 3. Sarana Produksi, Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan pada tahun tercatat 78 apotek, 17 toko obat, dan 1 Gudang Farmasi Kabupaten (GFK). Data terinci pada lampiran Tabel Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu, Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja), desa siaga dan sebagainya. DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 72

74 Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal dimasyarakat.posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, posyandu dikelompokkan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun, jumlah posyandu di Kabupaten Gowa tercatat sebanyak 691 buah, dan yang terbanyak berstatus madya sebanyak 45,01%, posyandu pratama sebanyak 20,84%, dan posyandu purnama sebanyak 30,25%, sedangkan posyandu mandiri tercatat sebanyak 3,91%. Gambaran proporsi posyandu pada tahun menurut strata atau tingkat perkembangannya dapat dilihat pada gambar 15, dan data terinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 69. GAMBAR.12 PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA DI KABUPATEN GOWA TAHUN Sumber : Subdin Promkes dan Kesling Dinkes Kab.Gowa Thn DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA 73

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GOWA TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GOWA TAHUN 2015 KABUPATEN GOWA TAHUN DINAS KESEHATAN KABUPATEN GOWA SUNGGUMINASA, 216 Pelindung/Penasehat : dr. H. Hasanuddin Drs.Armin, A.S, M.AP Pengarah : Muh. Sahir, S.KM, M.Kes Penyusun : Erni Yusnita, S.KM, M.Adm.Kes

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. P r o f i l K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T a h u n Hal :1

BAB I PENDAHULUAN. P r o f i l K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T a h u n Hal :1 BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 34 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. P r o f i l K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T a h u n Hal :1

BAB I PENDAHULUAN. P r o f i l K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T a h u n Hal :1 BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 34 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / KODE WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA DESA + PENDUDUK (km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321) DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) 321957, FAX. (0321) 390113 Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kata Pengantar Puji syukur

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis. Mikrobakterium ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat adalah perilaku proakftif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo i Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Jumlah terbesar kasus tuberkulosis paru terjadi di Asia Tenggara sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan Kesehatan di Provinsi Riau adalah Riau Sehat 2020. Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2020

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga dapat menyebar

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA

PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2012 The book fills a much-needed gap Moses Hadas, 1900-1966 1 BAB I PENDAHULUAN Satu dekade telah berlalu sejak berakhirnya era orde baru tahun 1999, Indonesia

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

MORTALITAS. Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M

MORTALITAS. Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M MORTALITAS Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M 1 Mortalitas Salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

S T O P T U B E R K U L O S I S

S T O P T U B E R K U L O S I S PERKUMPULAN PELITA INDONESIA helping people to help themselves * D I V I S I K E S E H A T A N * S T O P T U B E R K U L O S I S INGAT 4M : 1. MENGETAHUI 2. MENCEGAH 3. MENGOBATI 4. MEMBERANTAS PROGRAM

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini dan sering terjadi pada anak - anak. Insidens menurut kelompok umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama pada balita di dunia, kasus tersebut lebih banyak jika dibandigkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf kehidupan yang disetujui oleh para pemimpin dunia pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal. Selain itu, setiap jam seorang perempuan meninggal karena

BAB I PENDAHULUAN. meninggal. Selain itu, setiap jam seorang perempuan meninggal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Setiap tiga menit, di suatu tempat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Edisi 2013

PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Edisi 2013 PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Edisi 2013 DINAS KESEHATAN Jalan Pelita Raya No. 01 Telp/Fax [0525]21236 Buntok Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis ( mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

K O T A B I M A T A H U N P R O F I L K E S E H A T A N

K O T A B I M A T A H U N P R O F I L K E S E H A T A N K O T A B I M A T A H U N 2 0 1 6 P R O F I L K E S E H A T A N DINAS KESEHATAN KOTA BIMA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2017 Profil Kesehatan Kota Bima Tahun 2016 Profil Kesehatan Kota Bima Tahun

Lebih terperinci