Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011"

Transkripsi

1 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo i

2 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 ini dapat terselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan Tahun 2011 merupakan awal dari penyajian data dan informasi kesehatan yang berbasis data terpilah menurut jenis kelamin. Dengan adanya Buku Profil ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan data-data/informasi kesehatan yang dapat menggambarkan kondisi kesehatan dikabupaten/kota dan Provinsi Gorontalo serta menjadikannya bahan dasar dalam penyusunan rencana pembangunan kesehatan maupun kebijakan-kebijakan di kabupaten/kota maupun Provinsi. Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 memuat Situasi kesehatan di Provinsi Gorontalo beserta permasalah yang dihadapi dan pencapaian program-program kesehatan sebagai bahan evaluasi keberhasilan pembangunan kesehatan di Provinsi Gorontalo termasuk kinerja penyelenggaraan standar pelayanan minimal bidang kesehatan dan pencapaian indikator MDG s. Data dan informasi di sajikan dalam bentuk sederhana, informatif, mudah di mengerti sehingga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak maupun masyarakat pada umumnya. Kami menyadari bahwa penyusunan profil kesehatan Tahun 2011 ini masih banyak kekurangan terutama dari kelengkapan dan ketepatan waktu penyajian, untuk itu kritik dan saran kami harapkan menuju Profil Kesehatan yang lebih baik. Demikian atas bantuan berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan profil ini kami ucapkan terimakasih. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO dr.hi. Triyanto S. Bialangi, M.Kes Pembina Utama Muda NIP Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo ii

3 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sistematika Penyajian... 3 BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO A. Keadaan Geografis dan Topografi... 4 B. Gambaran Demografi... 6 C. Gambaran Ekonomi D. Gambaran Tingkat Pendidikan BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN PROVINSI GORONTALO A. Visi B. Misi C. Tujuan D. Kebijakan E. Strategi F. Program dan Kegiatan Pembangunan Kesehatan G. Angka Kematian (Mortalitas) H. Angka Kesakitan (Morbiditas) I. Status Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo iii

4 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan C. Perilaku Hidup Masyarakat D. Keadaan Lingkungan BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. APBD Kesehatan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo iv

5 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Tabel 2.1, Luas wilayah Provinsi Gorontalo Tabel 2.2, Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa di Provinsi Gorontalo Tabel 2.3, Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tabel 3.1, Capaian Usia Harapan Hidup Provinsi Gorontalo Tahun Tabel 3.2, Keberhasilan Provinsi Berdasarkan Pencapaian CDR dan SR Tahun Tabel 5.1, Anggaran APBD Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo v

6 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Gambar 2.1, Peta Provinsi Gorontalo Gambar 2.2, Piramida Penduduk Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 2.3, Kecenderungan Jumlah Penduduk Tahun Gambar 2.4, Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 2.5, IPM Provinsi Gorontalo berbanding IPM Nasional Tahun Gambar 2.6, IPM Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo tahun Gambar 2.7, Persentase Penduduk usia > 10 Tahun Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Gorontalo tahun Gambar 3.1, Jumlah Bayi Mati di Provinsi Gorontalo tahun Gambar 3.2, Jumlah dan Angka Melatian Bayi Menurut Jenis Kelamin Provinsi Gorontalo tahun Gambar 3.3, Kecenderungan Angka Kematian Bayi Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.3, Jumlah Balita Mati Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.5, Jumlah Kematian Ibu Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo tahun Gambar 3.6, Kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Gorontalo tahun Gambar 3.7, Persentase TB Paru Sembuh Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.8, Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA +) yang di temukan (CDR) Provinsi Gorontalo tahun Gambar 3.9, Jumlah Kasus HIV/AIDS per Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.10, Jumlah Kasus HIV/AIDS Provinsi Gorontalo Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo vi

7 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.11, Persentase Penduduk Umur 15 Tahun yang Pernah Mendengar HIV/ AIDS menurut Provinsi, Riskesdas Gambar 3.12, Jumlah Kasus DBD berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.13, Persentase Diare yang Ditangani Berdasarkan Jenis Kelamin Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.14, Angka Kesakitan Malaria Positif Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.15, Persentase Rumah Tangga yang Mengobati Sendiri Bila Sakit dalam Satu Tahun Terakhir menurut Provinsi, Riskesdas Gambar 3.16, Jumlah Penderita Malaria Positif berdasarkan Jenis Kelamin Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.17, Angka Kesakitan Penyakit Malaria, DBD Dan Diare Di Kabupaten / Kota Tahun Gambar 3.18, Jumlah Kasus Campak Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.19, Jumlah Kasus Campak berdasarkan jenis kelamin Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.20, Persentase Berat Bayi Lahir Rendah Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.21, Persentase Balita Gizi Kurang Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 3.22, Presentase Balita Gizi Buruk di Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.1, Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.2, Cakupan Kunjungan K1 dan K4 Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.3, Trend Persalinan Nakes Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.4, Persentase Persalinan dengan Pertolongan Tenaga Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.5, Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo vii

8 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.6, Diagram Proporsi Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan oleh Peserta KB Aktif Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.7, Persentase Dasa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.8, Korelasi antara cakupan Imunisasi Campak dan capaian Desa/Kelurahan UCI Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.9, Cakupan Bayi Mendapatkan ASI Eksklusif Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.10, Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Sarana Kesehatan Strata 1 Tahun Gambar 4.11, Rumah tangga Ber PHBS di Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.12, Proporsi Posyandu Menurut Strata Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.13, Prosentase Rumah Sehat Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.14, Persentase Penduduk Yang Memiliki Akses Air Bersih Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.15, Proporsi Keluarga berdasarkan Jenis Sarana Air Bersih yang di gunakan Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4.16, Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Sehat Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 4. 17, Korelasi Antara Persentase Kepemilikan Jamban Sehat Dengan Kasus Diare Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 5.1, Jumlah Puskesmas menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 5.2, Perkembangan Posyandu menurut Strata Provinsi Gorontalo tahun Gambar 5.3, Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategori Provinsi Gorontalo Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo viii

9 9 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

10 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Undang undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) Tahun , pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun yang ditujukan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat serta mencapai tujuan MDG s (Millenium Development Goals) yang merupakan elemen penting bagi pemerintah. Hal ini ditandai dengan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG). Pembangunan dibidang kesehatan sesuai dengan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yaitu Masyarakat Gorontalo yang mandiri untuk hidup sehat dan Misi yaitu (1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaksana pembangunan kesehatan, (2) menggerakkan dan memberdayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat serta mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, harus dilaksanakan dengan integrasi Pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, lintas sektor dan swasta. Masih banyak masalah masalah kesehatan yang harus dihadapi dan membutuhkan upaya upaya pemecahan masalah maupun penekanan terhadap masalah kesehatan tersebut. Saat ini kesehatan adalah salah satu factor yang sangat menentukan dan dominan dalam pembangunan yang berkesinambungan, masalah kesehatan dalam penanganannya saat ini didasarkan pada sebuah paradigma yang dikenal dengan paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Permasalahan utama yang dihadapi adalah angka kematian bayi, anak balita, dan ibu, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang, masalah gender, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 1

11 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 belum memadainya tenaga kesehatan hingga daerah terpencil; dan pembiayaan kesehatan yang belum sesuai menurut undang-undang kesehatan no 36 tahun Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2011 menyajikan data-data kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi yang dapat menjawab sejauh mana tingkat keberhasilan pembangunan kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2011 sekaligus mengetahui secara terpilah menurut jenis kelamin indikator-indikator kesehatan yang selama ini belum diukur. Hasil yang diperoleh diharapkan benar-benar dapat digunakan dalam pemecahan masalah dan sebagai acuan perencanaan program / kegiatan terutama pemberdayaan masyarakat dan kesetaraan gender dalam bidang kesehatan. Indikator yang terkait di dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo meliputi : (1) Indikator derajat kesehatan yang terdiri atas Mortalitas, Morbiditas, dan Status Gizi; (2) indikator upaya kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat dan keadaan lingkungan; (3) Indikator sumber daya kesehatan terdiri atas sarana kesehatan dan pembiayaan kesehatan; (4) indikator lain yang terkait dengan kesehatan. Dari indikator kesehatan diatas diharapkan kepada Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan swasta agar dapat bekerja sama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan kesadaran akan paradigma hidup sehat yang menganggap kesehatan sebagai suatu kebutuhan utama dan investasi berharga dalam menjalankan pembangunan. Memanfaatkan secara optimal sarana pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau terutama oleh masyarakat miskin dan menciptakan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungan yang sehat. B. Maksud Dan Tujuan Maksud penyusunan profil kesehatan Provinsi Gorontalo ini adalah menyajikan data dan informasi kesehatan untuk dapat dipergunakan oleh seluruh kalangan baik ditingkat pusat, daerah, swasta dan bagi pengambil kebijakan untuk merencanakan program kesehatan di Provinsi Gorontalo yang akan datang. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2

12 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sedangkan tujuan penyusunan Profil kesehatan provinsi Gorontalo adalah: 1. Menyajikan data umum wilayah 2. Menyajikan data derajat kesehatan 3. Menyajikan data upaya kesehatan 4. Menyajikan data sumber daya kesehatan C. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo 2011 adalah: 1. Pendahuluan Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sistematika penyajian profil kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Gambaran Umum. Berisi gambaran umum Provinsi Gorontalo yang meliputi keadaan geografis, administrasi, kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. 3. Situasi Derajat Kesehatan Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. 4. Situasi Upaya Kesehatan Berisi uraian tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Pelayanan menurut indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya. 5. Situasi Sumber Daya Kesehatan Berisi uraian tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. 6. Kesimpulan Berisi sajian tentang hal-hal penting yang perlu di telaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Tahun Selain keberhasilan-keberhasilan dan hal-hal yang masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Lampiran... Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 3

13 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Dalam catatan sejarah, Gorontalo merdeka pada tanggal 23 Januari Meski merdeka sebelum proklamasi para pejuang kemerdekaan mengikatkan Gorontalo dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia terintegrasi dengan Provinsi Sulawesi Utara. Semangat untuk memperoleh kesetaraan sosial, politik dan ekonomi yang mendorong masyarakat Gorontalo secara bersama-sama berjuang untuk memekarkan diri dan membentuk Provinsi Gorontalo. Sampai pada saatnya masyarakat Gorontalo menemui momentum disaat desentralisasi dan otonomi daerah dilaksanakan oleh pemerintah pusat dengan memberlakukan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, menjadikan dasar tersebut arah untuk melakukan pemekaran wilayah dengan dipicu oleh kesenjangan dan ketidaksetaraan dengan daerah induk. Tiba pada tanggal 16 Februari 2001 akhirnya Gorontalo resmi memisahkan diri dari Provinsi induk yaitu Provinsi Sulawesi Utara dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 38 tahun A. Keadaan Geografis Dan Topografi Gambar : 2.1 Peta Provinsi Gorontalo Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 4

14 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Secara Geografis Provinsi Gorontalo terletak di antara 0,19' 1,15 Lintang Utara (LU) dan 121,23 123,43 Bujur Timur (BT). Batas Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol Toli-Toli (Sulawesi Tengah) dan Laut Sulawesi. 2. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala (Sulawesi Tengah). 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara). 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini (Gorontalo). Provinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara. Luas wilayah Provinsi Gorontalo adalah ,66 km2 yang masing-masing Kabupaten/Kota memiliki luas sebagai berikut : Tabel : 2.1 Luas Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Kabupaten/Kota Luas Wilayah (km2) Persentase (%) 66,25 0,55 Kabupaten Gorontalo 2.207,58 18,45 Kabupaten Boalemo 1.735,93 14,51 Kabupaten Pohuwato 4.291,81 35,86 Kabupaten Bone Bolango 1.889,04 15,78 Kabupaten Gorontalo Utara 1.777,03 14, , Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Prov. Gorontalo Tahun 2011 Dari tabel di atas nampak bahwa Kabupaten Pohuwato adalah Kabupaten yang mempunyai wilayah paling luas yaitu 4.291,81 km2 35,86% dari luas Provinsi Gorontalo yaitu sebesar ,64 km2. Sedangkan daerah dengan luas wilayah paling kecil adalah Kota Gorontalo hanya 66,25 km2 dengan persentase 0,55% dari luas wilayah Provinsi Gorontalo. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 5

15 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Tabel : 2.2 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Boalemo 7 82 Kabupaten Pohuwato Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas data yang bersumber dari Profil Kabupaten/Kota, yang memiliki perkembangan jumlah Kecamatan yaitu tertinggi Kabupaten Gorontalo dan Bone bolango masing-masing dengan 18 Kecamatan. Peningkatan ini karena adanya pemekaran wilayah sehingga jumlah kecamatan, desa dan kelurahan bertambah dari tahun 2010 sebanyak 66 kecamatan menjadi 71 kecamatan di tahun B. Gambaran Demografi Tabel: 2.3 Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Penduduk Laki-Laki Penduduk Perempuan Total Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (per km2) Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo ,74 Kabupaten Boalemo ,46 Kabupaten Pohuwato Kabupaten Bone Bolango ,13 Kabupaten Gorut ,60 PROVINSI GORONTALO Kabupaten/Kota Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 6

16 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 2.2 Piramida penduduk Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kabupaten / Kota menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2011 sebanyak jiwa yang terdiri dari LakiLaki jiwa dan Perempuan jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 87 Jiwa/Km². Dilihat dari sebarannya jumlah penduduk terbesar berada di Kabupaten Gorontalo sebesar yang terpilah Laki-laki sebanyak jiwa dan Perempuan jiwa, jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kabupaten Gorontalo Utara jiwa dengan jumlah Laki-laki sebanyak jiwa sedangkan Perempuan jiwa. Piramida penduduk diatas menggambarkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Gorontalo terdapat pada golongan umur 5-9 tahun dengan persentase laki-laki 11,66% dan perenpuan 11,44%. Sedangkan jumlah penduduk terendah ada pada golongan umur 75 tahun keatas dengan persentase laki-laki 0,59% dan perempuan 0,84%. Sedangkan dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, Kota Gorontalo memiliki kepadatan penduduk paling tinggi yaitu jiwa/km2, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo diikuti Kabupaten Gorontalo 7

17 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun ,74 jiwa/km2, Kabupaten Bone Bolango 75,13 jiwa/km2, Kabupaten Boalemo 74,46 jiwa/km2 Kabupaten Gorontalo Utara 58,60 dan Kabupaten Pohuwato 30 jiwa/km2.. Laju pertumbuhan penduduk Gorontalo tahun 2010 mencapai 2,28% dengan tingkat laju pertumbuhan paling tinggi yaitu kabupaten boalemo 3,62% sedangkan terendah kabupaten gorontalo 1,40%. Gambar : 2.3 Kecenderungan Jumlah Penduduk Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 Gambar : 2.4 Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 8

18 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo pada tahun 2003 sampai tahun 2010 menunjukkan kecenderungan menurun, tetapi masih selalu lebih tinggi dari rata-rata penduduk miskin Nasional. Prosentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo tahun 2010 mencapai 23,19% data ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 yang tercatat di Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo sebesar 25,01%. Tetapi masih berada diatas rata-rata Nasional yaitu 13,33% ditahun 2010, sehingga diperlukan upaya-upaya dari pemerintah maupun swasta guna menurunkan angka kemiskinan diprovinsi Gorontalo. Kesehatan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), merupakan suatu keharusan untuk mengatasi berbagai masalah dalam ruang lingkupnya. Kesehatan merupakan faktor yang memberikan kontribusi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang berarti IPM tinggi dapat dicapai apabila masyarakat mempunyai status kesehatan yang baik. Gambar : 2.5 Perbandingan IPM Provinsi Gorontalo dengan IPM Nasional Tahun Sumber : Bappeda Provinsi Gorontalo Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2010 sebesar 70,28 meningkat 6,18 dari IPM tahun 2002 sebesar 64,1. Pada tahun 2010 IPM tertinggi di Kota Gorontalo yaitu 73,08 sedangkan IPM terendah adalah Kabupaten Boalemo sebesar 68,69. Peningkatan IPM di Provinsi Gorontalo dibidang Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 9

19 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 kesehatan didorong oleh kenaikan angka harapan hidup. Saat ini Gorontalo menduduki peringkat ke 24 IPM se-indonesia setelah Sulawesi Selatan. Gambar : 2.6 IPM Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2010 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo C. Gambaran Ekonomi Mata pencaharian utama masyarakat Gorontalo adalah sector pertanian. Jika dilihat dari lapangan usaha yang banyak ditekuni oleh penduduk bekerja di Provinsi Gorontalo, ada 3 sektor lapangan utama yang banyak menyerap tenaga kerja yaitu sektor pertanian (48,04 %) diikuti oleh sektor perdagangan (16,25%), jasa (13,31 %) sedangkan sektor lainnya terserap pada lapangan kerja pertambangan, listrik-gas-air, bangunan, angkutan dan keuangan (22,4%). (Indikator sosial budaya, Bapppeda Provinsi Gorontalo). Gambaran secara makro perekonomian di Provinsi Gorontalo dapat dilihat melalui besaran PDRB yaitu dari segi sektoral maupun penggunaan. Data yang bersumber dari BPS menyebutkan bahwa pada tahun 2010 PDRB Provinsi Gorontalo Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) adalah sebesar 8,058 Milyar Rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga Konstan 2000 (ADHK) adalah sebesar 2,917 Milyar Rupiah. Oleh karena itu prioritas pembangunan Provinsi Gorontalo adalah sector pertanian di samping perikanan dan pengembangan SDM. Laju pertumbuhan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 10

20 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 ekonomi dapat di lihat melalui besaran perubahan nilai PDRB ADHK ( produk domestic regional bruto atas dasar harga konstanta) tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo mengalami fluktuatif yaitu sebagai berikut : 1. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 adalah 7,51% 2. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 adalah 7,76% 3. Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 adalah 7,54% 4. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 adalah 7,63% (BPS Provinsi Gorontalo) D. Gambaran Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat dapat diukur dengan kemampuan membaca dan menulis yang dilihat dari Angka Melek Huruf (AMH), yaitu persentase penduduk umur 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis baik huruf latin dan atau huruf lainnya. Sumber dari profil Kabupaten/Kota tahun 2011 angka melek huruf di Provinsi Gorontalo adalah 67,69% belum termasuk Kabupaten Pohuwato dan Gorontalo Utara dengan persentase laki-laki 66,97% dan perempuan melek huruf 68,42%, data ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 2010 sebesar 17,8% (Persentase tahun 2010 hanya 2 Kabupaten yang memiliki data lengkap). Jenjang Pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat menjadi salah satu faktor untuk menilai kualitas Sumber Daya Manusia. Jenjang pendidikan yang ditamatkan berbanding lurus dengan Kualitas SDM yang tersedia sehingga Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan maka semakin berkualitas sumber daya manusia yang ada demikian pula sebaliknya. Persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 11

21 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 2.7 Persentase Penduduk usia > 10 tahun menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Provinsi Gorontalo masih sangat rendah, persentase penduduk dengan tingkat pendidikan menengah keatas masih lebih kecil dibandingkan penduduk dengan tingkat pendidikan menengah kebawah. Persentase tingkat pendidikan tertinggi adalah SD/MI sebesar 34,53%, terendah tingkat pendidikan Diploma dan Universitas yang masingmasing hanya 0,87% dan 1,60%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 12

22 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Derajat kesehatan memberikan gambaran kemampuan seseorang untuk menjadi lebih produktif guna memperoleh kesejahteraan yang layak. Secara umum, salah satu faktor penting yang merupakan permasalahan dalam pencapaian sasaran program kesehatan yaitu kebijakan kesehatan yang masih dalam level kuratif (pengobatan). Kondisi ini sangat bertentangan dengan paradigma sehat yang lebih mengutamakan terbangunnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, sehingga upaya peningkatan status kesehatan kedepan lebih ditujukan untuk peningkatan promotif dan preventif. Situasi derajat kesehatan masyarakat Provinsi Gorontalo diukur dari berbagai indikator baik langsung maupun tidak langsung. Indikator tersebut antara lain Angka Kematian (mortalitas), Angka Kesakitan (morbiditas), Status Gizi dan Usia Harapan Hidup (UHH) baik provinsi maupun Kabupaten/Kota. Kesehatan masyarakat dipengaruhi banyak faktor yang tidak hanya berasal dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. Pada periode , Kementerian Kesehatan melaksanakan terobosan dalam bentuk Reformasi Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menghilangkan kesenjangan pembangunan kesehatan antar daerah, antar sosial ekonomi serta meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu. Reformasi pembangunan kesehatan dilakukan melalui 7 upaya yaitu : 1) Revitalisasi primary health care (PHC) dan sistem rujukannya, 2) Pemenuhan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), 3) Ketersediaan dan keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan termasuk saintifikasi jamu, 4) Ketersediaan dan distribusi SDM Kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, 5) Pengembangan jaminan kesehatan, 6) Penanganan daerah bermasalah kesehatan (PDBK) dan peningkatan pelayanan kesehatan di DTPK, 7)Pelaksanaan reformasi birokrasi serta world class healt care. Sasaran pembangunan Kesehatan adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial yang makin bermutu dan usaha yang mampu mewujudkan manusia yang tangguh, sehat, cerdas dan produktif. Untuk itulah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menetapkan visi, misi dan strategi sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 13

23 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 A. VISI : Masyarakat Gorontalo Yang mandiri untuk hidup sehat B. MISI : 1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaksana pembangunan kesehatan 2. Menggerakkan dan memberdayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 3. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau C. Tujuan 1. Meningkatnya kualitas SDM pelaksana pembangunan kesehatan 2. Terciptanya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat 3. Tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau terutama bagi masyarakat miskin 4. Terciptanya kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungan D. Kebijakan 1. Peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan kemitraan 2. Pemberdayaan masyarakat dan swasta 3. Pengembangan sumber daya kesehatan dan manajemen kesehatan 4. Peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan 5. Peningkatan status gizi masyarakat 6. Pengawasan dan akuntabilitas E. Strategi : 1. Kerjasama Lintas Sektor dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan kesehatan yang dijalankan selama ini hasilnya belum optimal karena kurangnya dukungan lintas sektor. Beberapa program sektoral tidak atau kurang berwawasan kesehatan sehingga memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Kemitraan yang setara, terbuka dan saling menguntungkan bagi masingmasing mitra dalam dalam upaya kesehatan merupakan sesuatu yang utama untuk upaya pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 14

24 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Peningkatan Mutu dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan/sarana penunjang lainnya, proses pemberian pelayanan dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Peningkatan kualitas fisik serta faktor-faktor tersebut diatas merupakan faktor prakondisi yang harus dipenuhi. Selanjutnya proses pemberian pelayanan ditingkatkan melalui peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan. Sedangkan harapan masyarakat pengguna diselaraskan melalui peningkatan pendidikan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan dan komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan dan masyarakat. Penyebaran sarana pelayanan kesehatan puskesmas dan rumah sakit serta sarana kesehatan lainnya termasuk sarana penunjang upaya kesehatan telah dapat dikatakan merata. Namum diakui bahwa penyebaran fisik tersebut masih belum diikuti sepenuhnya dengan peningkatan mutu pelayanan. 3. Peningkatan Gizi Masyarakat Status gizi masyarakat sangat mempengaruhi dalam upaya pencapaian peningkatan sumber daya manusia yang berkulitas. Adanya krisis ekonomi berpengaruh pada penurunan status gizi masyarakat. 4. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan dan Manajemen Kesehatan Mutu sumber daya manusia kesehatan sangat menentukan keberhasilan upaya serta manajemen kesehatan. Adanya kompetisi dalam era pasar bebas sebagai akibat dari globalisasi harus diantisipasi dengan meningkatkan mutu dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Dalam kaitannya dengan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan, peningkatan kemampuan dan profesionalisme manajemen kesehatan disetiap tingkat administrasi merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. F. Program Dan Kegiatan Pembangunan Kesehatan : Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal maka Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menjabarkan program - program Pembangunan Kesehatan di tahun 2011 adalah sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 15

25 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat a. Pengembangan media promosi dan informasi Sadar Hidup Sehat b. Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan c. Perkemahan saka bakti husada nasional (PERTINAS) 2. Program Lingkungan Sehat a. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar b. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan c. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan d. Pengembangan wilayah sehat 3. Program Upaya Kesehatan Masyarakat a. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya b. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya c. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial d. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang- kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkunga, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar e. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan 4. Program Upaya Kesehatan Perorangan a. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS b. Pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah tertinggal secara selektif c. Perbaikan sarana dan prasarana RS d. Pengadaan obat dan perbekalan RS e. Peningkatan kesehatan rujukan f. Pengembangan pelayanan kesehatan keluarga g. Penyediaan operasional dan pemeliharaan h. Peningkatan peran serta sektor swasta dalam UKP Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 16

26 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit a. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko b. Peningkatan imunisasi c. Penemuan dan tatalaksana penderita d. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah e. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat a. Peningkatan pendidikan gizi b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro c. Penaggulangan gizi lebih d. Peningkatan surveilans gizi e. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (Kadarzi) 7. Program Sumber Daya Kesehatan a. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan b. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan c. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan d. Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan 8. Program Obat, dan Perbekalan Kesehatan Yang termasuk di dalam program ini adalah : a. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan b. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan c. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan d. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin e. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 17

27 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas, morbiditas, dan status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) per Kelahiran Hidup, dan Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA +, Prevalensi HIV (Persentase Kasus Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada Anak Usia <15 Tahun per Anak, dan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per Penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Status Gizi di Bawah Garis Merah pada KMS dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. G. Angka Kematian (Mortalitas) Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka kematian yang akan dibahas dalam bab ini adalah: Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR). Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun) Angka Kematian IBU (AKI) Usia Harapan Hidup (UHH) atau Life Expectancy. 1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR) Angka kematian kasar (AKK) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar karena belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 18

28 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Gambar : 3.1 Jumlah Bayi mati di Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Berdasarkan tabel diatas, jumlah bayi yang mati di Provinsi Gorontalo selang Tahun cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 2007 jumlah bayi mati sebanyak 179 bayi, namun tahun 2010 jumlah bayi mati mengalami peningkatan sebanyak 283 kasus kematian, angka ini mengalami penurunan tahun 2011 menjadi 269 bayi atau. Tetapi hal ini tidak berarti menurunkan angka kematian bayi karena terdapat penurunan jumlah kelahiran hidup yaitu dari 12,5 per 1000 KLH tahun 2010 menjadi 13,4 per 1000 KLH tahun Di tahun 2011 Kabupaten/Kota yang melaporkan kematian bayi terbanyak yaitu Kabupaten Gorontalo sebanyak 102 bayi dan terendah Kabupaten Pohuwato dengan 12 bayi. Tetapi angka ini masih lebih rendah dari target nasional yang menargetkan penurunan angka kematian bayi sejumlah 26 per 1000 KLH, masih membutuhkan upaya keras baik dari pemerintah maupun swasta dan masyarakat guna menekan angka kematian bayi. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 19

29 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.2 Jumlah dan Angka Kematian Bayi menurut Jenis Kelamin Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota se Provinsi Gorontalo Grafik diatas menggambarkan bahwa jumlah kematian pada bayi tertinggi Kabupaten Gorontalo dengan jumlah kematian tahun 2011 bayi laki-laki 59 dan perempuaan 43 bayi dengan angka kematian bayi per 1000 KLH 16. Kabupaten dengan kematian bayi paling rendah adalah kabupaten Pohuwato yaitu laki-laki 5 bayi dan perempuan 7 bayi dengan angka kematian bayi 5 per 1000 KLH. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 20

30 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.3 Kecenderungan Angka Kematian Bayi Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota se Provinsi Gorontalo 2011 Angka kematian bayi di Provinsi Gorontalo dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif yakni dari tahun 2007 sebesar 22,2 per 1000 kelahiran hidup menururun signifikan ditahun ,8 per 1000 KLH. Hingga tahun 2011 penurunan pada angka 13,06 per 1000 KLH mengalami penurunan 9,14% dari tahun 2007, meskipun demikian hal ini masih diatas angka target nasional untuk Provinsi Gorontalo yaitu 11 per 1000 KLH. 3. Angka Kematian Balita (AKABA) Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan untuk angka kematian balita sampai tahun 2015 yaitu 23 per 1000 KLH, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI, 2007) angka kematian balita mencapai 44 per 1000 KLH. Provinsi Gorontalo tahun 2007 mengalami Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 21

31 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 kematian balita sebanyak 128 dan ditahun 2011 meningkat menjadi 326 kematian balita, sebagai berikut : Gambar : 3.3 Jumlah Balita Mati Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Angka kematian balita (AKABA) di Provinsi Gorontalo tertinggi dilaporkan pada tahun 2011 sebanyak 326 balita, jumlah ini merupakan yang terbanyak dalam kurun waktu 5 tahun sejak tahun 2007 sampai Kabupaten/Kota yang melaporkan tertinggi tahun 2011 yaitu Kabupaten Gorontalo dengan jumlah kematian balita 122 dan terendah Kabupaten Pohuwato 22 balita mati. Berikut trend angka kematian Balita kurun waktu tahun tahun 2007 sampai 2011 Provinsi Gorontalo. Gambar : 3.4 Kecenderungan Angka Kematian Balita Provinsi Gorontalo tahun Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 22

32 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Kecenderungan angka kematian balita dalam kurun waktu 5 tahun mengalami penurunan ditahun 2010 dengan angka 18 per 1000 kelahiran hidup menurun 16,3 per 1000 KLH ditahun Penurunan angka kematian balita dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pemeriksaan kesehatan balita yang meningkat, gizi, sanitasi dan faktor penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan. Penyebab kematian balita sangat beragam antara lain tercatat dalam laporan rutin Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yang menyebutkan Diare sebanyak 29% merupakan penyebab kematian balita, Ispa sebesar 18%, Thypoid 6% dan 47% diakibatkan oleh berbagai faktor. 4. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun ke 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei Nasional (SDKI) tahunn 1994 pencapaian AKI 390 per KLH, angka ini menurun signifikan hingga tahun 2007 mencapai 228 per KLH. Namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll per kelahiran hidup.(budi, Utomo. 1985). Di Provinsi Gorontalo belum dapat menghitung Angka kematian Ibu dikarenakan Rasio kematian Ibu tidak mencapai KLH. Yang digunakan oleh Kabupaten/Kota hanyalah merupakan asumsi AKI Kabupaten/Kota untuk melihat kondisi kesehatan ibu dan di gunakan dalam pengambilan kebijakan oleh Stakeholder. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 23

33 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Angka kematian ibu di Provinsi Gorontalo tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yakni mencapai 49 ibu mati atau 244,9 per KLH. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2010 yaitu 177 per KLH. Gambar : 3.5 Jumlah Kematian Ibu Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Jumlah kematian ibu nifas, ibu melahirkan dan ibu hamil di Provinsi Gorontalo selama kurun waktu 5 tahun mengalami fluktuasi, jumlah kematian tahun 2007 sebanyak 49 (290,3/ KH), mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebanyak 60 kematian (268/ KH) hingga tahun 2011 jumlah kematian ibu mencapai 49 atau 244,9/ KH. Angka ini masih lebih tinggi dari target Nasional sebesar 226 per Kelahiran Hidup. Kecenderungan Angka kematian ibu dapat dilihat pada grafik sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 24

34 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.6 Kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Gambar diatas menunjukkan trend AKIProvinsi Gorontalo dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, dimana menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Kemudian pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan sekaligus menuunjukkan angka diatas target nasional yang harus dicapai yaitu 226 per KH. Penyebab kematian Ibu sangat beragam antara lain berdasarkan laporan rutin program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Perdarahan sebanyak 30% merupakan penyebab utama kematian ibu, masalah lain adalah akibat penyakit Hipertensi yang tidak terkontrol saat persalinan sebanyak 22%, Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir, kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. Sedangkan persentase berikutnya adalah Infeksi sebanyak 8%, kemudian Abortus 4% dan masalah lain yang berkaitan dengan lingkungan maupun tingkat kesadaran Ibu menjadi faktor penyebab. AKI juga berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 25

35 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Distribusi persentase penyebab kematian ibu maternal di Provinsi Gorontalo tahun 2011 terdiri dari kematian ibu hamil (20,4%), kematian ibu bersalin (53,1%), dan kematian ibu nifas (26,5%). Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu melalui kerjasama baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat terutama suami. 5. Angka Harapan Hidup (UHH) Usia Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Data Nasional mencatat bahwa Usia Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 69,7 tahun 2005 menjadi 70,7 tahun 2008, sedangkan target yang hendak dicapai pada tahun 2014 adalah 72 tahun (data.menkokesra.go.id/content/usia-harapan-hidup- penduduk-indonesia,2011). UHH Provinsi Gorontalo dalam 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel : 3.1 Capaian Usia Harapan Hidup Provinsi Gorontalo Tahun Indikator Usia Harapan Hidup 65,6 65,9 66,2 66,4 66,8 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Dari tabel diatas menunjukkan Usia harapan Hidup di Provinsi Gorontalo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dari tahun 2006 mencapai 65,6 meningkat hingga 66,8 di tahun Hal ini seiring dengan peningkatan IPM di Provinsi Gorontalo dari 2006 yang mencapai angka 68,01 dan tahun 2010 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 26

36 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 mencapai 70,28 tahun. Tetapi angka ini masih dibawah standar target RPJMD Program Kesehatan yang menargetkan UHH di tahun 2010 dengan 70,6 tahun. H. Angka Kesakitan (Morbiditas) Angka kesakitan (Morbiditas) di Provinsi Gorontalo dapat diperoleh dari data berbasis masyarakat baik ditingkat Rumah Sakit ataupun Puskesmas melalui sistem pencatatan dan pelaporan yang disajikan dalam bentuk buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Berdasarkan data tersebut dapat dirumuskan beberapa program utama untuk menekan angka kesakitan yaitu dengan mengembangkan sistem surveilans epidemiologi berbasis masyarakat, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan vektor penyakit, pengawasan pemeriksaan kualitas air dan lingkungan, perbaikan sarana air bersih dan sanitasi dasar, pengembangan program desa sehat, sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat serta revitalisasi Posyandu. Angka kesakitan dapat memberikan gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang dapat dilihat dari Insiden maupun Prevalensi penyakit. Ada beberapa indikator morbiditas yang terkait dengan komitmen global dalam MDGs, diantaranya adalah : 1. Penyakit TB Paru Penyakit Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular kronis, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis. Penularan penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Penyakit TB Paru juga merupakan salah satu penyakit yang diprioritaskan pengendaliannya yang menjadi komitmen global pada Goal ke 6 pembangunan Millenium. Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor ekonomi. Akibatnya adalah pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan menjadi lebih besar serta menghabiskan waktu berobat yang lebih lama. Alasan ini menyebabkan situasi Tuberkulosis Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang terus meningkat serta banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama negara-negara yang Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 27

37 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden countries), sehingga pada tahun 1993 WHO/Organisasi Kesehatan Dunia mencanangkan Tuberkulosis Paru sebagai salah satu kedaruratan dunia (global emergency). Tuberkulosis Paru juga merupakan salah satu emerging diseases. Indonesia termasuk kedalam kelompok high burden countries, menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO tahun Pada Riskesdas 2007 kasus Tuberkulosis Paru ditemukan merata di seluruh provinsi di Indonesia. Riskesdas 2010 dikhususkan untuk mengumpulkan indikator MDG terutama yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk Prevalensi Tuberkulosis Paru. Sedangkan menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 mengharapkan angka kesembuhan TB Paru tahun mencapai 85%. Prosentase TB paru sembuh pada tahun 2010 mencapai 1058 kasus sebanyak 66,59% angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 2009 yaitu 68,21%. Angka kesembuhan tertinggi di Kabupaten Boalemo sebesar 114,12%. Angka Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 3.7 Persentase TB Paru Sembuh Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Diagram di atas menunjukkan perbandingan persentase cakupan Sukses Rate TB Paru di Provinsi Gorontalo antara tahun 2010 dan Dimana terlihat peningkatan persentase cakupan SR TB Paru tahun 2011 yang mencapai 68,21%, lebih tinggi dibandingkan dengan persentase tahun 2010 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 28

38 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 yaitu sebesar 66,59%. Persentase diatas bisa lebih tinggi jika ditambah dengan persentase SR Kabupeten Gorontalo. Namun, karena Kabupaten Gorontalo belum memasukkan data kesembuhan penyakit TB Paru tahun 2011, sehingga mempengaruhi fluktuasi tingkat kesembuhan penyakit TB Paru di Provinsi Gorontalo. Gambar : 3.8 Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA +) yang di temukan (CDR) Provinsi Gorontalo tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Angka penemuan kasus TB Paru (BTA+) di Provinsi Gorontalo dari tahun 2004 sampai dengan 2011 menunjukkan tren yang meningkat. Hanya saja pada tahun 2005 sempat terjadi penurunan angka penemuan kasus. Tabel : 3.2 Keberhasilan Provinsi Berdasarkan Pencapaian CDR dan SR Tahun 2010 CDR 75% SR 85% Sumut,Banten, Jabar,DKI,Sulut,Goronta lo,sultra,maluku (8) SR 85% CDR < 70% NAD,Sumbar,Jambi,Sumsel,Babel,Bengkulu, Lampung,Jateng,Jatim,Bali,Kalbar,Kalteng, Kalsel,Kaltim,Sulsel,Sulteng,Sulbar,NTB,NT T (9) Riyau,DIY,Malut,Papua,Papua Barat(5) Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis Di Indonesia Januari-Juni 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 29

39 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sutuasi terkini perkembangan TB di Indonesia Januaru- Juli 2011 melaporkan Provinsi Gorontalo berada pada posisi angka penemuan diatas 75% setelah Provinsi Sulawesi Utara, yang kemudian disusul oleh Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku. Dimana pada tahun 2010 terdapat 8 provinsi (24,2%) yang mencapai target CDR 70% yaitu Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Gorontalo, Maluku, Banten, Sumatera Utara, Jawa Barat dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan bila berdasarkan target RPJMN 73% terdapat 6 (18,2%) provinsi yang mencapai target yaitu Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Gorontalo, Maluku, Banten, Sumatera Utara. 2. Penyakit HIV/AIDS Penyakit berikutnya yang saat ini menjadi isu global yang juga diprioritaskan pengendaliannya adalah HIV/ADIS. Permasalahan HIV/AIDS menjadi komitmen global pada Konperensi Tingkat Tinggi Milenium yang diikuti oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September Hasilnya adalah Goal ke 6 pada Millenium development Goals yaitu memerangi HIV/AIDS. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive Tsel dan macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sehingga, seseorang yang telah terinveksi HIV akan rentan terinfeksi berbagai penyakit. Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 30

40 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.9 Jumlah Kasus HIV/AIDS per Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Dari diagram diatas memperlihatkan jumlah kasus HIV/AIDS berdasarkan Kabupaten/Kota tahun Laporan kasus HIV tertinggi berada di Kabupaten Pohuwato dengan jumlah kasus HIV sebanyak 11 kasus sedangkan untuk kasus AIDS hanya ditemukan 1 kasus. Untuk Kabupaten Bone Bolango yang dilaporkan kasus HIV yaitu 2 kasus sedangkan kasus AIDS sebanyak 8 kasus. Selain itu juga, Kota Gorontalo juga melaporkan 4 kasus HIV dan 5 kasus AIDS di Sementara untuk Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara dilaporkan tidak ada kasus HIV/AIDS tahun Dari laporan Kabupaten/Kota diperoleh jumlah keselurhan kasus HIV di Provinsi Gorontalo selama tahun 2011 sebanyak 17 kasus dengan kasus AIDS sebanyak 15 kasus. Sehingganya, setiap tahun prevalensi kasus HIV/AIDS Provinsi Gorontalo memperihatkan tren yang terus meningkat. Upaya pengobatan melalui VCT,CST, Pencegahan dari ibu ke anak dan Sero survey merupakan salah satu program kegiatan yang telah dilakukan. Dan hal ini telah menjaring beberapa penemuan kasus HIV/AIDS. Selain itu, program dalam hal promotif dan juga edukasi tentang bahaya penularan penyakit ini intens dilaksanakan untuk menekan penularan penyakit HIV/AIDS. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 31

41 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.10 Jumlah Kasus HIV/AIDS Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Program P2M-PL Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Grafik diatas menunjukkan angka kumulatif jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo mulai tahun 2001 sampai dengan Januari Dimana jumlah kasus HIV/AIDS selama 10 tahun terakhir menunjukkan tren yang terus meningkat. Kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo pertama kali ditemukan pada tahun 2001 hanya 1 orang yang kemudian meninggal, demikian juga tahun 2002 ditemukan lagi 1 kasus dan bertambah menjadi 2 kasus pada tahun Tahun 2005 bertambah 1 kasus lagi, yang kemudian meningkat drastis pada tahun 2006 menjadi 16 kasus. Pada tahun 2007 terjadi 5 kematian dari jumlah komulatif penderita HIV/AIDS di tahun Namun kemudian bertambah lagi menjadi 12 kasus di tahun Dan yang paling mengejutkan yaitu kasus HIV/AIDS di tahun 2010 dilaporkan mencapai 18 kasus dam terus bertambah sampai dengan saat ini. Sedangan distribusi kasus HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2001 sampai Januari 2012 paling banyak ditemukan pada laki-laki, dengan presentase perbandingan kasus HIV dan AIDS yaitu 23% untuk HIV dan 77% AIDS. Selanjutnya penanganan kasus terus diupayakan seperti pengobatan untuk pendetiata AIDS dengan terapi ARV sebanyak 9 kasus (50%). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 32

42 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.11 Persentase Penduduk Umur 15 Tahun yang Pernah Mendengar HIV/ AIDS menurut Provinsi, Riskesdas 2010 Sumber : Riskesdas 2010 Pengetahuan akan bahaya HIV/AIDS menjadi sangat penting untuk menanggulangi penyebaran penyakit ini. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, persentase Penduduk Umur 15 Tahun yang pernah mendengar HIV/AIDS menurut Provinsi memperlihatkan angka-angka yang sangat perlu untuk mendapat perhatian serius. Pasalnya, pengetahuan seseorang terhadap suatu penyakit, baik bagaimana penyebab timbulnya penyakit hingga bagaimana cara pencegahan penyakit akan menggugah seseorang untuk lebih protektif terhadap suatu penyakit. Gambar diatas menunjukkan bahwa masyarakat Provinsi Gorontalo masih minim pengetahuannya terhadap HIV/AIDS. 3. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Gorontalo terus meningkat. Pada tahun 2009 jumlah kasus DBD dilaporkan sebanyak 93 kasus dengan angka kesakitan mencapai 9,19 per penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kota Gorontalo sebanyak 59 kasus sebesar 61,29 per penduduk. Kabupaten Pohuwato memiliki jumlah kasus paling rendah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 33

43 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 yaitu 3 kasus dengan angka kesakitan DBD 2,5 per Sedangkan untuk tahun 2010 jumlah kasus penyakit DBD meningkat drastis dengan jumlah kasus 480 dengan angka kesakitan mencapai 45,4 per penduduk. Namun pada tahun 2011 terjadi penurunan jumlah kasus DBD. Berikut adalah grafik kejadian DBD berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Gorontalo tahun 2011 : Gambar : 3.12 Jumlah Kasus DBD berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Pada grafik diatas menunjukkan jumlah kejadian kasus DBD terbanyak terjadi pada laki-laki sebanyak 10 kasus. Dimana sebagian besar kejadian kasus DBD terjadi di Kota Gorontalo yaitu 10 kasus pada laki-laki dan 4 kasus pada perempuan. Sedangkan Kabupaten yang bebas DBD adalah Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara. 4. Penyakit Diare Angka kesakitan Diare pada tahun 2009 di Provinsi Gorontalo mencapai 7,3 per penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kota Gorontalo sebesar 7165 dengan angka kesakitan 41 per penduduk. Kabupaten Gorontalo utara memiliki angka kesakitan diare terendah yaitu 0,1 per penduduk. Tahun 2010 angka kesakitan Diare Provinsi Gorontalo mencapai 33 per 1000 penduduk, Kabupaten/Kota yang melaporkan kasus tertinggi adalah Kabupaten Gorontalo sebanyak kasus dengan angka kesakitan 37,8 per 1000 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 34

44 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 penduduk. Terendah yaitu Kabupaten Boalemo sebanyak 1920 kasus dengan angka kesakitan 14,9 per 1000 penduduk. Untuk persentase Diare yang ditangani di Kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut ; Gambar : 3.13 Persentase Diare yang Ditangani Berdasarkan Jenis Kelamin Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Gerafik diatas memperlihatkan persentase kasus Diare yang ditangani berdasarkan jenis kelamin pada tahun Kota Gorontalo merupakan yang terbanyak menangani kasus Diare dengan persentase terbanyak mendominasi Perempuan yaitu 88%. Untuk persentase kasus Diare ditangani di Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato terhitung rendah dibandingkan dengan Kota Gorontalo. Jika menghimpun seluruh laporan kasus Diare yang ditangani di Kabupaten/Kota, maka kasus Diare yang ditangani Provinsi Gorontalo terhitung rendah yaitu laki-laki sebesar 24.8% dan perempuan sebesar 28,5%. Hal ini dikarenakan ada beberapa kabupaten yang belum melaporkan data tentang kasus diare yang ditangani selama Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 35

45 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Penyakit Malaria Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re-emerging. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya kasus import, resistensi obat dan beberapa insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor, serta adanya vektor potensial yang dapat menularkan dan menyebarkan malaria. Selain itu, malaria umumnya merupakan penyakit di daerah terpencil, sulit dijangkau dan banyak ditemukan di daerah miskin atau sedang berkembang. Oleh karena itu, malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang dideklarasikan oleh 189 negara anggota PBB pada tahun World Health Assembly (WHA) pada tahun 2005 menargetkan penurunan angka kesakitan dan kematian malaria sebanyak lebih dari 50 persen pada tahun 2010 dan lebih dari 75 persen pada tahun 2015 dari angka tahun Berbagai upaya penanggulangan telah dilaksanakan dengan menggalang berbagai sumber dana, baik dari pemerintah maupun non pemerintah antara lain World Health Organisation (WHO) dan Global Fund (GF). Pada pertemuan WHA ke 60 tahun 2007, telah dihasilkan komitmen global tentang eliminasi malaria bagi setiap negara. Di Indonesia, eliminasi malaria dimulai sejak tahun 2004 dan untuk percepatan penanggulangan malaria dilakukan berbagai intervensi antara lain: kelambu berinsektisida untuk penduduk berisiko, pengobatan yang tepat untuk subjek terinfeksi malaria dengan Artemisininbased Combination Therapy (ACT), penyemprotan rumah dengan insektisida, dan pengobatan pencegahan pada ibu hamil. Di Indonesia, ditemukan semua jenis human plasmodia terutama Plasmodium falciparum dan P. vivax. Kasus malaria yang dilaporkan umumnya masih merupakan malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan gejala klinis karena keterbatasan akses dan fasilitas pemeriksaan laboratorium. Laporan tahunan menunjukkan kasus terbanyak dilaporkan dari Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur. Sejak tahun 2004, eliminasi malaria di Indonesia secara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 36

46 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 bertahap menggunakan ACT sesuai dengan rekomendasi WHO. Kelebihan derivatif artemisinin ini adalah dapat mencegah penularan. ACT yang digunakan oleh program malaria nasional adalah kombinasi artesunat-amodiakuin dan dihidroartemisinin-piperakuin. Provinsi Gorontalo, upaya untuk mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus malaria menjadi setengahnya pada tahun Angka kejadian malaria pada tahun 1990 adalah sebesar 4,68 per 1000 penduduk, yang pada tahun 2015 ditargetkan akan turun menjadi <1 per 1000 penduduk. Pada tahun 2010 jumlah kasus penderita malaria positif adalah sebanyak 1709 kasus dengan angka kesakitan adalah 1,8 per 1000 penduduk (yang berarti telah terjadi penurunan angka kejadian secara nasional sebesar >50%). Kasus tertinggi dilaporkan oleh Kabupaten Gorontalo sebanyak 1579 kasus dan terendah Kabupaten Gorontalo utara dengan 12 kasus. Untuk Kota Gorontalo tahun 2010 tidak terdapat kasus malaria. Pencapaian ini adalah pencapaian secara nasional yang bila dilihat pada pencapaian daerah (Provinsi, Kabupaten maupun Kota Gorontalo) angka kesakitan malaria sebagai berikut : Gambar : 3.14 Angka Kesakitan Malaria Positif Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 37

47 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dari diagram di atas dapat di lihat perbandingan cakupan angka kesakitan penyakit malaria di Provinsi Gorontalo dari tahun Berdasarkan data yang dihimpun dari pelaporan Dinas Kabupaten/Kota, terjadi penurunan kasus Malaria pada tahun 2011 yaitu sebesar 3,4%.Berbeda dengan tahun sebelumnya yang pernah mengalami lonjakan kasus Malaria sebanyak 5,4% pada tahun Sedangkan persentase angka kesakitan Malaria Positif pada tahun 2009 yaitu 5,1%, dimana naik sekian persen pada tahun Menurut data profil kesehatan Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo tahun 2010 yang melaporkan paling tinggi yaitu Kabupaten Gorontalo jumlah kasus sebanyak 1579 kasus dengan angka kesakitan 4,4 per 1000 penduduk, Kabupaten yang melaporkan terendah/tidak ada kasus yaitu Kota Gorontalo. Gambar : 3.15 Persentase Rumah Tangga yang Mengobati Sendiri Bila Sakit dalam Satu Tahun Terakhir menurut Provinsi, Riskesdas 2010 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Provinsi Gorontalo tahun 2010 angka kesakitan malaria mencapai 5,4 per 1000 penduduk, angka ini 50% menurun dibandingkan target nasional (menurut Riskesdas 2010) sebesar 10,6 per 1000 penduduk. Data angka penemuan kasus tahun 2010 menurut indicator API mencapai 1,8 per 1000 penduduk, hal ini menurun dari capaian tahun sebelumnya yaitu 11,4 per 1000 penduduk di tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 38

48 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Grafik : 3.16 Jumlah Penderita Malaria Positif berdasarkan Jenis Kelamin Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Jika dilihat dari perbandingan jumlah kejadian Malaria menurut jenis kelamin, maka diperoleh jumlah kejadian malaria klinis yang tidak begitu jauh perbedaannya antara Laki-laki dan perempuan. Namun sebaliknya, pada kasus Malaria positif terlihat jauh perbandingan jumlah kejadian malaria antara lakilaki dan perempuan. Dimana jumlah kejadian Malaria positif mendominasi kelompok laki-laki dengan jumlah kasus 156 dan pada perempuan sebanyak 44 kasus. Jumlah kasus ini juga belum mencakup semuah kabupaten/kota, karena ada beberapa Kabupaten/Kota belum melaporkan jumlah kasus Malaria untuk tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 39

49 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.17 Angka Kesakitan Penyakit Malaria, DBD Dan Diare Di Kabupaten / Kota Tahun 2010 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2010 Grafik di atas menunjukkan kecenderungan angka kesakitan DBD,Diare dan Malaria di tahun Penyakit DBD paling tinggi dilaporkan oleh Kota Gorontalo yaitu dengan angka kesakitan 112 per penduduk, tertinggi berikutnya Kabupaten Bone Bolango dengan 50,1 kemudian Kabupaten Gorontalo 47,1, Kabupaten Gorontalo Utara dengan angka kesakitan 16,8 per penduduk dan terendah Kabupaten Pohuwato tdk ada kasus DBD. Untuk angka kesakitan Diare tertinggi di laporkan oleh Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 45 per 1000 penduduk, kemudian di susul ke dua Kabupaten Gorontalo dengan 37,8, berikutnya Kabupaten Bone Bolango dengan 35,5 terendah Kabupaten Boalemo sebanyak 14,9 per 1000 penduduk. Sementara penyakit malaria tertinggi di laporkan Kabupaten Gorontalo sebanyak 4,4 per 1000 penduduk. Data ini masih lebih terkendali di bandingkan dari target nasional sebanyak 10,6 per 1000 penduduk (Riskesdas 2010). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 40

50 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Penyakit Campak Jumlah kasus campak di provinsi Gorontalo Tahun 2010 mencapai 219 kasus angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 149 kasus, jumlah kasus campak pada tahun 2010 terbanyak dilaporkan dari Kabupaten Gorontalo sebanyak 141 kasus disusul Kota Gorontalo sebanyak 60 kasus. Kemudian Kabupaten Pohuwato dan Bone Bolango masing - masing sebanyak 9 kasus. Sedangkan Kabupaten Boalemo dan Gorontalo Utara tidak dilaporkan adanya kasus campak. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ; Gambar : 3.18 Jumlah Kasus Campak di Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Gambar di atas menunjukkan tren jumlah kasus campak mengalami fluktuasi dari tahun 2008 sebanyak 381, menurun ditahun 2009 menjadi 149 kasus dan di tahun 2010 kembali meningkat sebanyak 219 kasus. Tertinggi di tahun 2008 Kota Gorontalo sebanyak 191 kasus dan terendah di tahun 2010 Kabupaten Boalemo dan Gorontalo utara tidak ada kasus. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 41

51 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.19 Jumlah Kasus Campak berdasarkan jenis kelamin Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Diagram diatas menggambarkan jumlah kasus Campak di Provinsi Gorontalo berdasarkan jenis kelamin tahun 2011, dengan jumlah kasus terbanyak berada di Kabupaten Gorontalo yaitu 94 kasus. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan yang terendah kasus Campak dengan jumlah 25 kasus. Sementara untuk jumlah kasus se Provinsi Gorontalo, berdasarkan laporan yang dihimpun dari Kabupaten/Kota jumlah kasus Campak terbanyak berada pada kelompok perempuan yaitu 135 kasus dengan jumlah kasus pada laki-laki sebesar 117 kasus. Jumlah ini belum termasuk Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango yang belum melaporkan jumlah kasus campak selama tahun I. Status Gizi Masyarakat Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi adalah makanan dan penyakit infeksi yang mungkin di derita baik yang berasal dari ketahanan pangan keluarga (langsung) maupun faktor pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan (tidak langsung). Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 42

52 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Indikator status gizi masyarakat antara lain tergambar pada jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Balita dengan Gizi Kurang dan Balita dengan Gizi Buruk. 1. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Menurut WHO, 1961 berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram/ lebih rendah, berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%. Persentase BBLR Provinsi Gorontalo tahun 2010 adalah 2,06%. Data ini mengalami penurunan yang cukup signifikan di bandingkan tahun sebelumnya yaitu 8,22% dan masih jauh di bawah dari capaian menurut Riskesdas tahun 2010 Provinsi Gorontalo yang mencapai 16,7% bayi. Tahun 2011 jumlah BBLR Provinsi Gorontalo sebanyak 451 bayi atau 2,5%, Selengkapnya dapat di lihat dari table berikut : Gambar : 3.20 Persentase Berat Bayi Lahir Rendah Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 43

53 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Grafik diatas menunjukkan Jumlah BBLR Kabupaten/Kota dan Provinsi Gorontalo, dimana tahun 2010 jumlah BBLR Provinsi Gorontalo sebanyak 446 bayi dengan persentase 2,06%. Tahun 2011 jumlah BBLR Provinsi Gorontalo meningkat sebanyak 451 kasus atau 2,5%, jumlah tertinggi dilaporkan oleh kabupaten Gorontalo sebanyak 184 kasus atau 3,1% sedangkan terendah dilaporkan oleh Kabupaten Boalemo sebanyak 21 kasus atau 1,6%. Jumlah ini diupayakan terus menurun melalui pemeriksaan kesehatan lengkap ibu hamil dan pemberian vitamin serta melalui berbagai konseling rutin terhadap ibu hamil yang memiliki resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan sehingga tidak terjadi kasus BBLR di Provinsi Gorontalo. 2. Balita Gizi Kurang Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28 % dari jumlah anak Indonesia. Gizi kurang (undernutrition) terbanyak dialami usia balita dikarenakan pada usia tersebut asupan gizi berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, akan memberikan dampak terhadap proses tumbuh kembang anak dengan segala akibatnya di kemudian hari. Tidak hanya pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan mentalnya yang akan berdampak pada produktivitas suatu bangsa. Dalam ringkasan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 dikatakan secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi dari 18,4 persen di 2007 menjadi 17,9 persen di Penurunan itu disumbang oleh penurunan pada prevalensi gizi buruk dari 5,4 persen di 2007 menjadi 4,9 persen di Provinsi Gorontalo tahun 2011 balita dengan gizi kurang mencapai jumlah atu 6,70%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 44

54 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 3.21 Persentase Balita Gizi Kurang Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 Gambar diatas menunjukkan persentase Balita dengan Gizi Kurang Provinsi Gorontalo mencapai 6,7% dengan capaian Kabupaten/Kota tertinggi kabupaten Gorontalo Utara 17,2% dan terendah Kota Gorontalo 0,82%. Data ini belum termasuk laporan dari Kabupaten Bone Bolango, melihat tingkat capaian tersebut Provinsi Gorontalo masih diatas target Nasional yang harus menurunkan persentase Balita Gizi Kurang hingga <5%. 3. Balita Gizi Buruk Status gizi sesorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang menjadi dasar pemenuhan tingkat kebutuhan seseorang, sedangkan faktor eksternal terdiri dari daya beli, pendidikan, pengetahuan dan jumlah anggota keluarga. Gizi buruk memang masih menjadi momok yang menyeramkan dan sulit untuk ditangani dengan mudah. Sebab, persoalan gizi buruk bukan hanya masalah kekurangan nutrisi atau makanan sehat saja. Timbulnya gizi buruk juga disebabkan oleh lingkungan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kondisi ekonomi sebagian besar masyarakat di bawah garis kemiskinan. Capaian Nasional dalam upaya penurunan Prevalenzi Gizi Kurang terjadi pada tahun 2007 yaitu dari 5,4% menjadi 4,9% di tahun 2010 (Riskesdas 2007,2010). Data Riset Kesehatan Dasar untuk Provinsi Gorontalo tahun 2007 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 45

55 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 persentase balita gizi buruk dilaporkan sebesar 8,2% dan capaian 2010 adalah 11,2% angka ini merupakan yang tertinggi capaian ditingkat Nasional. Namun demikian semua provinsi di Indonesia masih memiliki prevalensi berat kurang diatas batas non-public health problem menurut WHO yaitu 10,0%. Gambar : 3.22 Presentase Balita Gizi Buruk di Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Gambar diatas menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi kasus gizi buruk dalam kurun waktu 3 tahun, dari data Profil Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo tahun 2009 persentase gizi buruk mencapai 3,7% kemudian mengalami penurunan ditahun 2010 mencapai 1,3%. Tahun 2011 Gizi buruk Provinsi Gorontalo tercatat sebanyak 739 penderita dengan persentase 0,96%, jumlah tertinggi di kabupaten pohuwato dengan 1,68% Angka ini sudah menggambarkan upaya yang harus dilakukan guna mencapai target nasional yaitu <5%. Bagi penderita gizi buruk, pemerintah Provinsi Gorontalo telah menyediakan Pusat Pemulihan Gizi atau Theurapeutic Feeding Centre (TFC). TFC merupakan unit layanan perawatan dan pengobatan gizi buruk secara intensif di ruangan khusus, di unit ini ibu dan keluarga penderita akan terlibat dalam perawatan anak sehingga pemulihan gizi lebih efektif. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 46

56 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah. Dengan upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar keluarga berperilaku hidup sehat, dan penyediaan fasilitas seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Toko Obat, Apotik, Tenaga Kesehatan seperti dokter, Bidan, Perawat dan paramedis. Guna Mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang optimal diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Berikut adah uraian beberapa upaya pelayanan kesehatan di Provinsi Gorontalo. A. Pelayanan Kesehatan Dasar Beberapa indikator yang dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan dasar yaitu sebagai berikut : 1. Cakupan Antenatal (K1 dan K4) Indikator Kesehatan Ibu di pantau melalui cakupan pelayanan Antenatal (K1 dan K4). Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan, kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang dititik beratkan pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4. K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 47

57 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ke tiga umur kehamilan. (Juknis SPM, Kementerian Kesehatan 2008). Gambaran cakupan K1 dan K4 Provinsi Gorontalo 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar : 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo Tahun Dari gambar diatas terlihat bahwa persentase cakupan K1 dan K4 dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Persentase K1 33% di tahun 2007 meningkat menjadi 105,6% di tahun 2011, begitu juga dengan capaian K4 sejumlah 76,4% ditahun 2007 meningkat 92,6% ditahun Hal ini menunjukkan adanya tingkat keberhasilan terhadap pelayanan antenatal ibu hamil, beberapa penyebab meningkatnya cakupan K1 dan K4 antara lain jangkauan fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah memadai, meningkatnya promosi kesehatan yang dapat menggerakkan masyarakat terutama ibu hamil untuk datang ke fasilitas pelayanan kesehatan memeriksakan kehamilannya. Adapun kesenjangan antara K1 dan K4 yang masih terjadi antara lain dikarenakan pelayanan antenatal yang belum optimal sehingga ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama tidak meneruskan hingga kunjungan ke empat triwulan tiga, sehingga pemantauan kehamilan secara terus menerus oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 48

58 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 petugas kesehatan tidak optimal. Faktor penyebab lain adanya petugas kesehatan (bidan) yang merangkap tugas serta kurangnya dana untuk mendukung pelaksanaan sweepeng ibu hamil dari rumah ke rumah. Adapun upaya yang dilakukan guna mencapai target pelayanan antenatal adalah dengan melakukan sweeping ibu hamil yang efektif, upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan pemberian tablet besi (Fe) dan meningkatkan penyuluhan kesehatan ibu dan anak khususnya pada ibu hamil dan ibu hamil dengan resiko tinggi. Gambar : 4.2 Cakupan Kunjungan K1 dan K4 Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2010 Dari grafik di atas dapat diketahui kunjungan K-1 tertinggi di Kabupaten Pohuwato 127,7% dan kunjungan K-1 terendah adalah kabupaten Bone Bolango sebesar 92,1%, sehingga cakupan kunjungan K-1 Provinsi Gorontalo dilaporkan 106%. Kunjungan K-4 tertinggi adalah Kabupaten Pohuwato sebesar 103,3%, sedangkan cakupan K-4 terendah di kabupaten Bone Bolango sebesar 80,6%. sehingga cakupan kunjungan K-4 Provinsi Gorontalo dilaporkan 92,6%. Yang di harapkan ke depan ada kerja sama dari semua pihak untuk meningkatkan capaian K1 dan K4 agar dapat memenuhi target nasional yaitu 100%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 49

59 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan Persalinan oleh tenaga kesehatan memberikan gambaran banyaknya ibu bersalin mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Penyebab kematian Ibu maternal di Provinsi Gorontalo antara lain kematian ibu bersalin sebanyak 26 kasus kematian. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pelayanan obstetrik dan kedaruratan serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu. Trend cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar : 4.3 Trend Persalinan Nakes Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Data yang bersumber dari profil kesehatan Kabupaten / Kota, pertolongan persalinan oleh tanaga kesehatan di Provinsi Gorontalo meningkat dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2007 persalinan nakes mencapai 59,37%, kemudian meningkat hingga 83,97% di tahun berikutnya, hal ini di karenakan di tahun 2007 terjadi pemekaran Kabupaten Gorontalo terbagi dengan Kabupaten Gorontalo Utara sehingga data dan distribusi tenaga Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 50

60 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 kesehatan belum optimal. Pada tahun 2011 meningkat 88,5%, dilihat dari peningkatan cakupan persalinan nakes menandakan bahwa kemampuan manajemen program KIA dalam menangani persalinan secara profesional yang diterapkan di Kabupaten / Kota mengalami peningkata optimal, begitu juga dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai persalinan yang aman. Upaya guna mencapai target nasional dengan cakupan 90% juga dengan melaksanakan program unggulan kesehatan ibu yakni kemitraan bidan dan dukun serta peningkatan persalinan difasilitas pelayanan kesehatan melalui jaminan persalinan (JAMPERSAL). Gambar : 4.4 Persentase Persalinan dengan Pertolongan Tenaga Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Grafik di atas menunjukkan persentase persalinan oleh tenaga kesehatan di tahun 2011 yang mencapai 88,5% dari persalinan terdapat sebanyak yang di tolong persalinannya oleh tenaga kesehatan. Data ini mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu 83,1%. Tetapi capaian ini harus tetap ditingkatkan mengingat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi kesepakatan global MDGs dalam menurunkan angka kematian ibu. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 51

61 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe 1 dan Fe 3 Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat dibedakan menjadi Fe1 yaitu yang mendapat 30 tablet dan Fe3 yaitu yang mendapat 90 tablet selama masa kehamilan. Cakupan ibu hamil yang mendapat Fe tahun 2010 meliputi Fe 1 mencapai 90,52% dan cakupan Fe 3 mencapai 76,32%. Jika dibandingkan dengan sasaran akhir Pelita VI pemberian tablet besi pada ibu hamil sebesar 85%, cakupan Fe1 sudah memenuhi standar tetapi Fe3 masih berada di bawah sasaran tersebut. Gambar : 4.5 Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 Tahun 2010 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2010 Gambar di atas menunjukkan persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 tertinggi di laporkan oleh Kabupaten Gorontalo sebanyak 104,4% sejumlah ibu hamil. Terendah di laporkan oleh Kota Gorontalo yaitu 79,5%. Kemudian untuk tablet Fe3 tertinggi di laporkan oleh Kabupaten Gorontalo sebanyak 95% terendah Kabupaten Gorontalo Utara sejumlah 65,9%. Capaian tersebut masih belum memenuhi standar nasional tahun 2010 yang harus mencapai >90% ibu hamil mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3. Sehingga masih perlu upaya-upaya dalam memenuhi target tersebut yang juga dapat membantu dalam menurunkan angka kematian ibu. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 52

62 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut. Peserta KB di provinsi Gorontalo terus mengalami peningkatan. Dari sekitar pasangan usia subur yang menjadi target di tahun 2010, sebanyak pasangan baru telah menjadi peserta KB dan yang sudah menjadi peserta KB aktif yaitu sebanyak 74,09%. Data ini lebih rendah di bandingkan tahun 2011 dari jumlah PUS sebanyak sejumlah atau 81,4% yang sudah menjadi peserta KB aktif, sedangkan persentase peserta KB baru mencapai 13,5%. Peningkatan jumlah peserta KB aktif ini akan terus di galakkan bersama BKKBN dengan mensosialisasikan program KB ke masyarakat, melakukan konseling KB untuk pasangan usia subur dan melakukan pelayanan kontrasepsi baik ditingkat kecamatan maupun kabupaten/kota. Dalam penggunaan kontrasepsi ini tertinggi masih di dominasi oleh jenis KB Pil yaitu 38,6% kemudian penggunaan terbanyak ke dua yaitu suntik dengan 34,5%. Selengkapnya dapat di lihat sebagai berikut : Gambar : 4.6 Diagram Proporsi Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan oleh Peserta KB Aktif Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2010 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 53

63 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dari diagram diatas rata rata penggunaan kontrasepsi di Kabupaten/Kota tertinggi adalah menggunakan Pil (38,60%) dan terendah penggunaan kontrasepsi jenis MOP (0,3%). Target MDGs menyangkut penggunaan KB yaitu pada tahun 2011 jumlah kebutuhan keluarga berencana yang tidak terpenuhi (Unmet Need KB) bisa menurun hingga 4,9% dari kebutuhan ditahun 2010 yang masih mencapai 9,7% (Riskesdas 2010). 5. Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) Cakupan Universal Child Immunization (UCI) desa/ kelurahan di Provinsi Gorontalo tahun 2011 belum juga mencapai target. Dari total sebanyak 660 desa/ kelurahan, yang mencapai UCI baru sebanyak 397 desa/ kelurahan (60,2%). Kondisi demikian membuat Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo harus berupaya keras guna memenuhi target Nasional Milennium Development Goals (MDGs) sebanyak 100%. Program imunisasi sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian bayi, imunisasi juga merupakan upaya preventif yang terbukti dapat menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan pada bayi maupun balita. Beberapa penyakit yang dapat dicegah yaitu polio, tetanus pada bayi, campak dan hepatitis B. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tentang standar pelayanan minimal (SPM), seluruh desa/ kelurahan harus mencapai UCI. Suatu desa telah mencapai target UCI apabila > 80% atau lebih bayi di desa tersebut mendapat imunisasi lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 3 dosis polio, 3 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak sebelum berumur 1 tahun. Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai 100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/ kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Capaian desa UCI Provinsi Gorontalo mengalami perkembangan secara fluktuasi tahun 2011 mencapai 60,2%, capaian ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (2010) yang mencapai 50,92%. Desa/Kelurahan yang mencapai UCI tertinggi di laporkan oleh Kota Gorontalo sebanyak 37 desa (74,0%) dari 50 desa yang ada di Kota Gorontalo dan terendah dilaporkan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 54

64 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Kabupaten Bone Bolango dari 163 desa hanya 81 desa (49,7%) yang mencapai UCI. Data ini masih jauh di bawah target nasional yang harus mencapai 98% desa UCI. Desa / Kelurahan UCI Kabupaten / Kota selengkapnya dapat dilihat dari gambar berikut : Gambar : 4.7 Persentase Dasa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Cakupan Imunisasi Campak Campak merupakan salah satu jenis penyakit menular penyebab berbagai komplikasi. Penyakit yang banyak terjadi di kalangan balita dan anak pra-sekolah ini berpotensi menyebabkan wabah dan kejadian luar biasa (KLB) serta menyebabkan kematian, Campak adalah suatu penyakit infeksi virus akut, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis dan ruam kulit. Cakupan imunisasi campak tahun 2011 adalah sebanyak 103,9%, Cakupan ini meningkat dibanding tahun 2010 yaitu sebanyak 84,88%. Imunisasi campak sesuai standar nasional sebesar 90%, yang berarti capaian tahun 2011 ini sudah melebihi target nasional. Namun demikian masih perlu identifikasi lebih jauh lagi apakah cakupan imunisasi campak sudah merupakan imunisasi lengkap pada bayi dan balita yang ada. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 55

65 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 4.8 Korelasi antara cakupan Imunisasi Campak dan capaian Desa/Kelurahan UCI Provinsi Gorontalo Tahun 2011 C A M P A K Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo Tahun Gambar diatas menunjukkan korelasi antara cakupan pelayanan imunisasi campak dengan capaian Desa/Kelurahan UCI. Cakupan Imunisasi campak tahun 2007 mencapai 32,4% dan UCI 48%, capaian ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun tetapi belum mencapai target nasional 90%. Di tahun 2011 cakupan imunisasi campak mencapai 103,9% seiring dengan peningkatan capaian UCI sebanyak 60,2%. Campak tahun 2011 yang mencapai 103,9% dilihat dari rekapitulasi Provinsi sudah jauh memenuhi target tetapi hal ini belum sejalan dengan capaian UCI yang masih 60,2%. Hal ini dikarenakan masih ada Kabupaten/Kota yang cakupan UCI masih dibawah angka 50% yaitu Kabupaten Bone Bolango 49,7%, penyebab lain adalah bayi yang di imunisasi campak masih ada yang belum lengkap imunisasi dasar lainnya seperti BCG,DPT-HB 3 dan polio, capaian imunisasi campak seperti ini tidak masuk ke dalam cakupan desa UCI. Kementerian Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak. Program imunisasi untuk penyakit - penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada anak yang tercakup dalam PPI adalah satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 56

66 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Cakupan Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. WHO, Uniceff dan juga Department Kesehatan RI melalui SK Menkes tahun Telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan. Gambar : 4.9 Cakupan Bayi Mendapatkan ASI Eksklusif Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Berdasarkan grafik di atas capaian pemberian ASI eksklusif pada bayi dari 23,26 di tahun 2010 tidak mengalami perubahan di tahun 2011 yaitu 23,2%. Angka ini masih jauh lebih rendah di bandingkan target nasional yang harus mencapai 80%. B. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen. (Wijono,1999). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 57

67 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Berikut gambaran cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin tahun Gambar : 4.10 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Sarana Kesehatan Strata 1 Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Gambar diatas menunjukkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 67,67% menjadi 72,3% ditahun Pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) akan menjadi pendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif dan mendorong manajemen Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya untuk lebih efisien yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya. Melalui Jamkesmas diharapkan dapat memberikan kontribusi meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia, menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta penurunan angka kelahiran, disamping itu dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan peserta Jamkesmas pada umumnya. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 58

68 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 C. Perilaku Hidup Masyarakat 1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan sehat PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu : Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, Memberi ASI ekslusif, Menimbang balita setiap bulan, Menggunakan air bersih, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan jamban sehat, Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu, Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan aktivitas fisik setiap hari, Tidak merokok di dalam rumah. Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat diprovinsi Gorontalo tahun 2010 adalah 66,63% Angka ini lebih tinggi dibanding capaian tahun 2011 ini yang hanya mencapai 55,8%. Berikut perkembangan PHBS kurun waktu 3 tahun : Gambar : 4.11 Rumah tangga Ber PHBS di Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 59

69 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Persentase posyandu Aktif Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu Kesehatan Ibu Dan Anak, KB, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Jumlah Posyandu pada tahun 2011 adalah unit, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2010 yang mencapai unit. Dari jumlah posyandu tersebut yang aktif di tahun 2011 mencapai 373 unit, capaian ini tertinggi dilaporkan oleh Kota Gorontalo sebanyak 115 unit dengan persentase 87,79%. Posyandu aktif terendah dilaporkan oleh Kabupaten Gorontalo Utara sejumlah 14 posyandu dengan persentase 7,3%. posyandu memiliki tujuan sangat penting antara lain mempercepat penurunan angka kematian Ibu, Bayi dan Balita serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan. Oleh sebab itu peningkatan strata Posyandu ke tingkat lebih tinggi sangat diharapkan baik oleh pemerintah maupun kegunaannya untuk masyarakat. Berikut jumlah posyandu berdasarkan strata di Kabupaten / Kota : Gambar : 4.12 Proporsi Posyandu Menurut Strata Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 60

70 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 D. Keadaan Lingkungan Kontribusi lingkungan dalam menjadikan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial disamping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Ruang lingkup kesehatan lingkungan yang akan dibahas adalah Rumah sehat, masalah air bersih, masalah jamban, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah. Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan dapat dilihat beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut: 1. Rumah Sehat Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Menurut data yang bersumber dari profil kesehatan Kabupaten / Kota tahun 2011 pemeriksaan terhadap rumah terdapat rumah atau 64,6% yang termasuk kategori sehat. Data ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya (2010) dimana pemeriksaan terhadap rumah didapat atau 61,45% rumah dinyatakan sehat. Peningkatan yang ditunjukkan dari tahun ke tahun ini merupakan hasil dari upaya berbagai pihak guna menciptakan kondisi rumah layak huni yang telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Secara nasional hanya 24,9 persen rumah penduduk di Indonesia yang tergolong rumah sehat, Provinsi Gorontalo menurut hasil Riskesdas tahun 2010 terdapat 25,8% yang dikategorikan rumah sehat. Tetapi dalam pemeriksaan dari tahun ke tahun rumah sehat terus mengalami peningkatan, selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 61

71 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 4.13 Prosentase Rumah Sehat Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Persentase Keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya. Sedangkan keberadaan sanitasi yang bersih dan sehat juga tidak bisa dianggap remeh keberadaannya, akses air bersih yang di periksa dan memenuhi standar Departemen Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Air tersebut dapat bersumber dari Ledeng, SPT, SGL, PAH, Kemasan, sungai, curah hujan yang airnya sudah melalui penyaringan dan lain lain. Berikut ini perbandingan persentase penduduk yang memiliki air bersih menurut Kabupaten / Kota : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 62

72 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 4.14 Persentase Penduduk Yang Memiliki Akses Air Bersih Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa ditahun 2010 dari kepala keluarga yang di periksa terdapat (65%) kepala keluarga yang memiliki akses air bersih. Capaian ini mengalami peningkatan di tahun 2011 yaitu dari jumlah keluarga di Provinsi Gorontalo yang diperiksa sejumlah keluarga dan dari hasil pemeriksaan tersebut terdapat 73,8% yang memiliki sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. Peningkatan jumlah capaian ini sudah memenuhi target nasional 70%. Akan tetapi diharapkan seluruh keluarga dapat memiliki sarana air bersih yang memenuhi syarat. Sehingga tetap membutuhkan berbagai upaya untuk tetap meningkatkan jumlah capaian tersebut. Proporsi keluarga dengan jenis sarana air bersih dapat dilihat sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 63

73 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 4.15 Proporsi Keluarga berdasarkan Jenis Sarana Air Bersih yang di gunakan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Berdasarkan proporsi jenis sarana air bersih yang digunakan masyarakat diprovinsi Gorontalo sebanyak 35% keluarga menggunakan SGL, 30% menggunakan mata air dan terendah menggunakan kemasan sejumlah 1%. Sedangkan dilihat dari sumber air minum terlindungi yang digunakan masyarakat Provinsi Gorontalo terdapat sebanyak 55,6% dengan jumlah dilaporkan terbanyak dari Kabupaten Boalemo sebanyak 75,54%, Kabupaten Gorontalo 64%, Kota Gorontalo 61,7%, Kabupaten Gorontalo Utara 8,2% dan terendah Kabupaten Bone Bolango 4,7%. Capaian ini masih lebih rendah dari target Nasional yaitu akses air minum berkualitas tahun 2014 hingga 67%. 3. Persentase Keluarga dengan Sarana Sanitasi Dasar yang Berkualitas Keluarga yang memiliki jamban sehat pada tahun 2010 sebesar 54,64% dan tahun ,86%. Standar nasional jumlah kepala keluarga yang memiliki jamban sehat sampai dengan tahun 2014 adalah sebesar 75% sehingga cakupan jamban sehat di Provinsi Gorontalo masih dibawah target dari angka nasional. Untuk tahun 2011 sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 64

74 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 4.16 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Sehat Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011 Gambar di atas menunjukkan keluarga yang memiliki sarana sanitasi dasar yang sehat yang meliputi Jamban sehat 79,4% tertinggi dilaporkan oleh Kabupaten Bone Bolango sebesar 98,5%, terendah dilaporkan Kabupaten Pohuwato 60,1%. Untuk sarana pengolahan sampah yang berkualitas Provinsi Gorontalo sejumlah 44,7% dan sarana Pengolahan Air Limbah sehat mencapai 54,9%. Capaian ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, dan harus benar-benar di upayakan baik dari dukungan Provinsi, Kab / Kota maupun Pemerintah untuk mencapai keseluruhan keluarga memiliki sarana sanitasi dasar. Sehingga secara umum penyakit penyakit yang sebagian besar ditimbulkan oleh sanitasi yang buruk dapat dicegah sejak dini. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 65

75 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 4.17 Korelasi Antara Persentase Kepemilikan Jamban Sehat Dengan Kasus Diare Provinsi Gorontalo Tahun 2011 D I % Jamban Sehat A R E Sumber : Profil Kabupaten/Kota Dari gambar diatas dapat dilihat korelasi antara cakupan keluarga yang memiliki jamban sehat dengan cakupan kasus diare Provinsi Gorontalo, mengingat berdasarkan data yang bersumber dari Program P2M-PL Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo diare merupakan penyakit utama dari 10 penyakit menonjol di masyarakat Provinsi Gorontalo. Cakupan jamban sehat tahun 2011 Provinsi Gorontalo mencapai 79,4% dan persentase kasus diare 67,4%. Disini dapat dilihat bahwa cakupan kepemilikan jamban sehat tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap jumlah kasus diare, hal ini dibuktikan salah satu kabupaten Bone Bolango, dimana meskipun cakupan jamban sehat sudah mencapai 98,5% akan tetapi masih terdapat kasus diare 56,5%. Masih tingginya kasus diare ini kemungkinan karena hygiene perorangan atau perilaku hidup bersih dan sehat dari anggota keluarga dan lingkungannya. Selain itu juga kemungkinan adanya daerah tertentu yang pada tahun 2011 mengalami bencana banjir sehingga kasus diare pada daerah tersebut banyak terjadi. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 66

76 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Bagian yang tak terpisahkan dari sumberdaya kesehatan adalah sarana dan prasarana kesehatan, tenaga kesehatan, perbekalan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. A. Sarana Kesehatan 1. Puskesmas Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, Pusat pemberdayaan masyarakat dan Pusat pelayanan kesehatan strata I yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan me]asyarakat. Tahun 2011 ini jumlah Puskesmas di Provinsi Gorontalo 84 unit, jumlah ini masih sama dengan tahun lalu unit. Jumlah Pustu 200 unit dan Pusling 61 unit. Jumlah sarana ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan sebanyak jiwa, sehingga rasio puskesmas per penduduk adalah sebesar 8 berarti 1 puskesmas di Provinsi Gorontalo melayani sebanyak jiwa. Sedangkan rasio Pustu terhadap puskesmas yakni 1:2 artinya setiap 1 puskesmas didukung rata rata 2 puskesmas pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini berarti sarana Puskesmas di Provinsi Gorontalo belum memenuhi target nasional dimana 1 Puskesmas melayani penduduk, semakin tinggi rasio puskesmas terhadap penduduk makin merata dan terpenuhi penyebaran dan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat. Rasio puskesmas per Kabupaten/Kota tertinggi Kabupaten Bone Bolango yaitu 13 per penduduk, dimana 1 puskesmas di Bone Bolango melayani penduduk. Hal ini memang terlihat sudah memenuhi target tetapi berdasarkan letak geografis yang sulit dijangkau dan terpencil maka tetap dibutuhkan sarana pelayanan kesehatan yang bisa menjangkau masyarakat yang Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 67

77 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 merata hingga daerah sulit tersebut. Disamping itu masih ada kabupaten yang masih memerlukan tambahan Puskesmas guna mencapai target layanan kesehatan yang merata dan optimal yaitu Kabupaten Gorontalo dengan rasio puskesmas 5,6 per penduduk. Mengingat jumlah penduduk yang masih memerlukan pelayanan kesehatan apalagi dengan adanya jaminan kesehatan masyarakat yang menyeluruh maka puskesmas di Kabupaten Gorontalo perlu di tambah sesuai target. Kebutuhan ini tentunya harus dibarengi dengan pemenuhan akan sumber daya manusia kesehatan seperti dokter, bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya yang berkualitas sehingga masalah pelayanan kesehatan di Provinsi Gorontalo bisa diatasi. Dari 84 puskesmas tersebut ada 21 puskesmas perawatan dan 63 puskesmas non perawatan. Perkembangan puskesmas perawatan di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar : 5.1 Jumlah Puskesmas menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Kabupaten/Kota Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara 20 Puskesmas 10 Puskesmas 7 Puskesmas 16 Puskesmas 19 Puskesmas 12 Puskesmas Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 68

78 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Rumah Sakit Rumah sakit yang ada di Provinsi Gorontalo tahun 2011 sebanyak 11 unit yang terdiri dari 2 BLUD, 5 RSUD, 2 RS swasta dan 2 RS bersalin. Jika dibandingkan tahun 2010 ada peningkatan jumlah Rumah Sakit yaitu RSUD Otanaha Kota Gorontalo. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan menghitung jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Rasio tempat tidur Rumah Sakit menunjukkan ketersediaan fasilitas perawatan inap Rumah sakit. Berikut rasio tempat tidur Rumah Sakit Umum terhadap penduduk di Provinsi Gorontalo tahun 2011 yaitu jumlah tempat tidur 891 TT dengan rasio 85,3. Ini berarti 1 (satu) tempat tidur RS dapat melayani 85 orang. Makin tinggi rasio TT Rumah Sakit terhadap penduduk semakin tersedia fasilitas perawatan inap Rumah Sakit. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu 826 TT dengan rasio 78,17 / Pddk. 3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) di Provinsi Gorontalo tahun 2011 adalah posyandu 1284 dan yang aktif 373 unit, data ini meningkat dibandingkan jumlah tahun 2010 yaitu 1225 unit, jumlah Poskesdes 212 unit, dan desa siaga 449 desa meningkat dari tahun 2010 yang mencapai 348 desa siaga. Dari jumlah tersebut yang merupakan desa siaga aktif hanya 109 desa atau 24,28%. Dalam melaksanakan fungsinya Posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Melihat jumlah posyandu tahun 2011 sebanyak 1284 unit posyandu dengan Rasio terhadap satuan balita adalah 14,7 per 1000 balita. Jumlah Posyandu setiap tahunnya mengalami fluktuasi tertinggi posyandu berada pada strata Madya dan diharapkan meningkat ke purnama dan mandiri. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 69

79 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Gambar : 5.2 Perkembangan Posyandu menurut Strata Provinsi Gorontalo tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota se Provinsi Gorontalo tahun Tenaga Kesehatan Sumber daya kesehatan merupakan bagian penting dalam menjalankan kegiatan atau program pada semua unit pelayanan baik langsung maupun tidak langsung. Peningkatan derajat kesehatan, yang di tandai dengan menurunnya angka kematian ibu dan bayi, menurunnya angka kesakitan pada masyarakat dan tidak ditemukannya masalah gizi buruk dimasyarakat, tentunya sangat dipengaruhi oleh sumber daya kesehatan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Yang termasuk dengan tenaga kesehatan diantaranya adalah tenaga dokter, tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan. Pengetahuan masyarakat yang semakin maju menimbulkan penilaian terhadap kebutuhan akan tenaga kesehatan yang berkualitas sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Data dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, jumlah Tenaga Medis di Provinsi Gorontalo sebanyak 269 orang yang terdiri dari dokter Spesialis Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 70

80 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 sebanyak 52 orang, dokter umum 196 orang, dokter gigi 25 orang. Tenaga tersebut terdistribusi ke Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota yang terbagi menjadi 7 kategori tenaga kesehatan sebagai berikut : Gambar : 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategori Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Ratio dokter umum per penduduk tahun 2011 adalah 18,77 sedangkan ratio dokter gigi per penduduk adalah 4,98. Angka ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat 2010 yang menetapkan ratio dokter dan dokter gigi sebesar 40 untuk dokter umum dan 11 untuk dokter gigi. Adapun jumlah SDM kesehatan dibedakan menurut 7 kelompok, yaitu medis, perawat-bidan, farmasi, gizi, teknis medis, sanitasi, dan kesehatan masyarakat. Dari gambar di atas, nampak bahwa SDM kesehatan didominasi oleh perawat/bidan yang jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 jumlah perawat/bidan mencapai 2479, yang terdiri dari perawat 1873 dan bidan 606 tenaga, hal ini berarti bahwa rasio perawat mencapai 179 per penduduk dan rasio bidan mencapai 58 per penduduk. Dilihat dari rasio tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo jumlah dokter masih sangat kurang, apalagi untuk beberapa daerah terpencil yang sulit dari jangkauan pelayanan kesehatan. Untuk tenaga perawat dan bidan dilihat dari rasio Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 71

81 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 kebutuhan sudah memenuhi target nasional bidan 100/ penduduk dan perawat 158/ penduduk. 5. Pembiayaan Kesehatan Salah satu kebutuhan yang fundamental dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pembiayaan kesehatan. Hal yang terpenting dalam pembiayaan adalah bagaimana memanfaatkan anggaran yang tersedia seoptimal dan seefesien mungkin. Pembiayaan bidang kesehatan berasal dari beberapa sumber yaitu APBD (APBD Kabupaten dan Provinsi), APBN serta Pinjaman atau hibah. Alokasi anggaran dapat melalui sektor kesehatan maupun non kesehatan yang tujuannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Gorontalo. B. APBD Kesehatan Tabel : 5.1 Anggaran APBD Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun NO KABUPATEN / KOTA ANGGARAN APBD th 2009 ANGGARAN APBD th 2010 ANGGARAN APBD th KOTA GORONTALO KAB. GORONTALO KAB. BOALEMO KAB. POHUWATO KAB. BONE BOLANGO KAB. GORUT JUMLAH Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun Dari tabel diatas total APBD Kabupaten/Kota dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 2011 mencapai ,-. Kabupaten yang mendapat alokasi APBD tertinggi adalah Kabupaten Boalemo sejumlah atau 9,05% dari total APBD kabupaten yaitu sebesar ,-. anggaran APBD terendah yaitu Kabupaten Bone Bolango sebesar ,- atau 3,66% dari total APBD kabupaten. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 72

82 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data yang telah diuraikan dalam Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Data yg diperoleh dari kab/kota yaitu K % dan K %, terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 13 %. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1 - K4 ; dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yg melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. 2. Hasil pengumpulan data profil menggambarkan bahwa terdapat 88,5 % persalinan yg ditolong oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter spesialis, dokter, dan bidan. Terdapat kesenjangan persentase penolong persalinan oleh tenaga kesehatan antara di perkotaan dan di pedesaan. Diperkotaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 99,2 % dan di pedesaan 73,4 %. Tingkat pengeluaran perkapita diduga berpengaruh terhadap pencapaian indikator ini. Semakin tinggi pengeluaran perkapita semakin tinggi persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. 3. Angka Kematian Ibu Provinsi Gorontalo tahun 2011, diketahui jumlah ibu mati sebanyak 49 Ibu atau 244,9 per KLH. 4. Rata-rata cakupan peserta KB aktif pada tahun 2011 adalah sebesar 81,4 %. Bone Bolango adalah Kabupaten dengan persentase peserta KB aktif tertinggi yaitu 122,80 % sedangkan persentase peserta KB aktif terendah adalah Kabuapten Gorontalo Utara yaitu 30,2 %. Proporsi peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yg sedang digunakan tahun 2011 sebesar 77,5 %, terutama suntikan (38,9%) dan Pil KB (38,6%). Sebaliknya metode kontrasepsi jangka panjang hanya digunakan oleh 44,2 % peserta KB aktif terutama MOP (Metode Operasi Pria) yang paling rendah proporsi penggunaannya.angka Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 73

83 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 kematian Ibu Provinsi Gorontalo Tahun 2010, diketahui jumlah ibu mati sebanyak 40 ibu atau 176 per KLH. 5. Berdasarkan jenis kelamin, metode kontrasepsi yg digunakan oleh peserta lakilaki adalah MOP dan kondom (dengan mengasumsikan bahwa kondom sebagian besar digunakan oleh laki-laki). Sedangkan metode kontrasepsi yg digunakan perempuan adalah suntik, pil, IUD, implan, dan MOW. Dengan demikian sebagian besar peserta KB aktif adalah perempuan yaitu sebesar 88,7% dan 11,3% lainnya adalah laki-laki. Terdapatnya kesenjangan yang tinggi antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasi terhadap penggunaan metode / alat KB. Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan partisipasi laki-laki terhadap penggunaan metode / alat KB. 6. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pd dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan > 80% jumlah bayi yg ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Standar Pelayanan Minimal menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pd thn 2011 untuk setiap Kabupaten/Kota. Capaian ratarata desa/kelurahan UCI thn 2011 sebesar 63,18%. Kota Gorontalo adalah capaian desa/kelurahan UCI tertinggi tahun 2011 yaitu 74%. Sedangkan Kabupaten dengan cakupan desa/kelurahan UCI terendah adalah Bone Bolango 49,7%. 7. Di Provinsi Gorontalo, selama 5 tahun terakhir tidak ditemukan kasus AFP yang disebabkan virus polio liar. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun selama tahun Sejak adanya tenaga khusus (surveillance officer) di tingkat provinsi, pencapaian kinerja menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna. Provinsi Gorontalo telah memenuhi target non polio AFP rate > 2 per anak umur < 15 tahun dan spesimen adekuat sesuai standar. 8. Rata-rata cakupan penemuan pneimonia pada balita tahun 2011 sebesar 14,3 %. Cakupan penemuan penderita pneumonia tetap rendah sejak tahun 2007 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 74

84 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 hingga Hambatan yang ditemui dalam meningkatkan cakupan penemuan pneumonia balita di puskesmas yaitu : a. Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA di poliklinik belum terlatih karena keterbatasan dana dan mutasi petugas yang tinggi. b. Manajemen data : Under reported karena kerancuan antara diagnosa kerja dan klasifikasi ISPA (Pneumonia, Pneumonia berat, Batuk bukan pneumonia/ispa biasa), sehingga banyak kasus pneumonia dimasukkan ke dalam ISPA biasa. Keterlambatan pelaporan secara berjenjang. c. Pengendalian pneumonia balita masih berbasis puskesmas. Data kasus pneumonia belum mencakup Rumah sakit pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan sarana kesehatan lain. 9. Pada tahun 2011 cakupan kunjungan K4 pada ibu hamil sebesar 92,6 % sementara cakupan ibu hamil yang mendapat Fe3 sebesar 87,68 %. Padahal salah satu kriteria K4 adalah ibu hamil tersebut mendapatkan tablet Fe sebanyak 90 tablet yang diindikasikan dengan besarnya cakupan Fe3. Oleh karena itu seharusnya cakupan Fe3 lebih besar atau sama dengan cakupan K4. Namun yang terjadi sebaliknya, cakupan ibu hamil yang mendapat Fe3 lebih rendah dibandingkan dengan cakupan K4. Faktor yang diduga menyebabkan hal tersebut adalah belum optimalnya koordinasi sistem pencatatan dan pelaporan antar program terkait. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kepatuhan ibu hamil menelan tablet Fe. Walaupun dari pelaporan dihasilkan bahwa cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe3 cukup baik namun jika tidak dikonsumsi oleh ibu hamil maka efek minum tablet Fe yang diharapkan tidak akan tercapai. Secara umum derajat kesehatan yang diharapkan meningkat pun akan terhambat. 10. Hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2011, Total cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi sebesar 64,4 %, 4 Kabupaten/Kota diantaranya mencapai > 50 % dan 2 Kabupaten < 50 %. 11. Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 75

85 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 pelayanan. Salah satu indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur, tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR) di rumah sakit umum sampai tahun 2011 cenderung meningkat setiap tahunnya. Jumlah Tempat Tidur tahun 2011 yaitu 891 TT, Rasio terhadap jumlah penduduk provinsi gorontalo adalah 81,11 artinya satu tempat tidur dapat melayani rata-rata 81 penduduk pertahun. Semakin besar rasio berarti semakin tinggi pelayanan rawat inap di provinsi gorontalo. B. Saran 1. Agar kegiatan kegiatan yang direncanakan difokuskan pada program program kesehatan yang belum tercapai guna mencapai hasil yang optimal sesua target. Hal ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. 2. Perlu pelatihan secara rutin untuk pengelola data guna meningkatkan keterampilan dalam menganalisis dan mencermati data dalam proses peningkatan validitas dan kualitas data kesehatan Kabupaten / Kota. 3. Perlu peningkatan koordinasi guna mencapai persamaan persepsi dan sinkronisasi data dari tingkat puskesmas, program program di dinas Kabupaten / Kota dan Provinsi. 4. Tabel lampiran yang tidak lengkap dikarenakan format yang digunakan tahun 2012 ini adalah format baru sehingga perlu adanya sosialisasi dan perubahan format dari tingkat puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten / Kota. 5. Perlu adanya komitmen dan kerjasama dari semua pihak, baik lintas program maupun lintas sektor untuk bekerjasama meningkatkan capaian program sesuai dengan target yang sudah ada. 6. Perlu adanya manajemen data yang lebih baik sehingga apa yang akan disajikan dalam profil kesehatan merupakan sumber informasi yang akurat dan dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. 7. Anggaran kesehatan diharapkan terus meningkat hingga 10% dari total APBD daerah sesuai amanat Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Pasal 171 ayat 2. Hal ini guna mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya sehingga kualitas sumber daya manusia pembangunan Dapat Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tercapai. 76

86

87

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Undang undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan sesuai dengan Visi Misi Provinsi Gorontalo yaitu Masyarakat Gorontalo yang mandiri untuk hidup

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Tahun 2013 Profil Kesehatan Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah, maupun swasta. Adapun peran yang dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo Tahun 2001 yang bertempat di Kota Gorontalo. Kantor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo Tahun 2001 yang bertempat di Kota Gorontalo. Kantor BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo terbentuk sejak berdirinya Provinsi Gorontalo Tahun 2001 yang bertempat

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Undang Undang Kesehatan Nomor 36 memberikan batasan; Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasioanal dan Provinsi Telaahan terhadap kebijakan Nasioanal dan provinsi menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Manggal Karya Bakti Husuda

Manggal Karya Bakti Husuda LAPORAN INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 DAN PENETAPAN INDIKATOR KABUPATEN SEHAT SEBAGAI TARGET KABUPATEN POLEWALI MANDAR SEHAT (Keputusan Menkes RI No. 1202 /Menkes/SK/VIII/2003) Disajikan Dalam Rangka

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Bappenas

ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Bappenas ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2008 Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Bappenas Disampaikan dalam Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2008 Tahap II,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. L K j - I P D i n a s K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T A

RINGKASAN EKSEKUTIF. L K j - I P D i n a s K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T A RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari Pendahuluan, Rencana Startegis, Akuntabilitas Kinerja dan Realisasi Anggaran. Akuntabilitas

Lebih terperinci

Pengambangan Program Pembangunan SDM dalam Rencana Kerja Pembangunan

Pengambangan Program Pembangunan SDM dalam Rencana Kerja Pembangunan Pengambangan Program Pembangunan SDM dalam Rencana Kerja Pembangunan Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat BAPPENAS Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis PMT-AS Jakarta, 15 September 2005 1 AGENDA

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 A. POTRET AKI/AKB DI PROVINSI NTB 1. Trend Kematian Bayi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 276 300 248 265 274 240 Tren Angka Kematian Bayi Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 06 TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Meningkatkan Meningkatkan Upaya Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat melalui program melalui Program Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH SIMPOSIUM NASIONAL JHCC, Jakarta, 20 Desember 2010 CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN dr. Endang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN 2010-2014 NINA SARDJUNANI Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Rakornas

Lebih terperinci

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE NOVEMBER 2010

PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE NOVEMBER 2010 PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE-46 12 NOVEMBER 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua. Pertama-tama

Lebih terperinci

Arah Pembangunan Kesehatan

Arah Pembangunan Kesehatan Gurendro Putro Arah Pembangunan Kesehatan RPJMN III 2015-2019, Akses Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mantap RPJMN IV 2020-2025, Kesehatan Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KONSEPTUAL RPJMN BIDANG KESEHATAN TAHUN 2015-2019. KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes

KONSEPTUAL RPJMN BIDANG KESEHATAN TAHUN 2015-2019. KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes KONSEPTUAL RPJMN BIDANG KESEHATAN TAHUN 2015-2019 KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes RAKERKESDA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang, 22 Januari 2014 UPAYA POKOK UU No. 17/2007

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Banten II-22

Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Banten II-22 II-22 Tabel 2.2 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2007 s.d 2011 No Indikator Kinerja Sesuai Tugas dan Fungsi SKPD RPJMD IKK Renstra Dinkes Tahun Ke- Realisasi Capaian Tahun

Lebih terperinci