BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan
|
|
- Hartono Hadi Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Mengetahui perhitungan paralaks dengan menggunakan pengukkuran lembar per lembar dan orientasi stereoskopik Menghitung base photo, tinggi terbang, serta skala foto Menghitung luas sebenarnya dari delineasi pada foto udara 1.2 Tujuan Mampu mengetahui perhitungan paralaks dengan menggunakan pengukkuran lembar per lembar dan orientasi stereoskopik Mampu menghitung base photo, tinggi terbang, serta skala foto Mampu menghitung luas sebenarnya dari delineasi pada foto udara 1
2 BAB II DASAR TEORI Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto udara. Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan peta. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan. Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses fotogrametri adalah berupa peta foto atau peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan perencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb. Gambar 2.1 Foto udara (sumber:itenas,pondoksurveyor,dll) 2
3 Fotogrametri diperlukan karena : Untuk menentukan letak relatif objek atau fenomena dan untuk menentukan ukuran lainnya. Untuk menggambarkannya pada peta. Salah satu karateristik fotogrametri adalah pengukuran terhadap objek yang dilakukan tanpa berhubungan perlu berhubungan ataupun bersentuhan secara langsung dengannya. Pengukuran terhadap objek tersebut dilakukan melalui data yang diperoleh pada sistem sensor yang digunakan. ( Terminologi Close Range atau Rentang Dekat muncul pada saat teknik ini digunakan untuk objek dengan jarak kurang dari 100 meter dari posisi kamera berada dekat dengan objek. Fotogrametri rentang dekat adalah teknik pengukuran 3D tanpa kontak langsung dengan objek, menggunakan kamera untuk mendapatkan geometri sebuah objek. ( Dalam fotogrametri syarat fundamental yang banyak digunakan adalah syarat kesegarisan berkas sinar (collinearity condition) yaitu suatu kondisi dimana titik pusat proyeksi, titik foto dan titik obyek di tanah terletak pada satu garis dalam ruang. Kondisi ini dinamakan kondisi kolinearitas. ( Pada acara praktikum kali ini, kita akan mencari data melalui pengukuran dari unsur unsur fotogrametri. Pengukuran yang dilakukan antara lain : 1. Pengukuran Luas Dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu alat sederhana, alat mekanik dan alat elektronik. Dalam hal ini yang digunakan adalah alat sederhana karena penggunaannya paling cepat. Berdasarkan metode yang digunakan alat sederhana dibedakan atas : a. Metode strip; yang digunakan berupa lembaran tembus cahaya yang padanya ditarik garis-garis sejajar dan berinterval sama besar. Lembaran tembus cahaya ini ditumpangkan pada objek yang diukur luasnya. Kemudian ditarik garis-garis tegak lurus pada batas objek sedemikian 3
4 hingga bagian yang dihilangkan sama dengan bagian yang yang ditambahkan. Sisi atas segi empat panjang atau sisi atas strip itu dijumlahkan dan dikalikan dengan intervalnya sehingga diperoleh luas objek pada foto. Gambar 2.2 Pengukuran Luas Metode Strip Dari gambar di atas, luas objek diukur dengan menjumlahkan luas masingmasing segi empat panjang (Luas ABB A + CDD C + EFF E ), dimana AA, BB, CC, DD, EE dan FF merupakan interval strip. (Tim Asisten Geomorfologi dan Geofoto, 2008) b. Metode bujursangkar; dilakukan dengan kertas milimeter. Kertas milimeter ini ditumpangkan di atas objek yang diukur luasnya. Dalam mengukur luas pada objek pada citra dihitung berapa bujur sangkar 1cm x 1cm yang jatuh dalam batas objek yang diukur luasnya. Dari gambar 2.2, luas objek dapat diukur dengan menjumlahkan bujursangkar yang memuat luas lebih dari setengah bujursangkar. Jika bujursangkar berjumlah 12 buah dengan skala pada foto adalah 1 : (maka 1 cm = 500 m), maka 1 bujursangkar sama dengan m 2. dengan demikian luas objek tersebut adalah 12 x m 2 sama dengan m 2. Gambar 2.3 Pengukuran Luas Metode Bujur Sangkar 4
5 c. Metode jaringan titik; alat ukurnya berupa lembaran tembus cahaya yang diberi jaringan titik yang masing-masing berjarak sama. Titik itu serupa dengan titik yang dibuat pada tengah-tengah bujursangkar yang kemudian bujursangkarnya dihapus. Dalam metode ini kita tinggal menghitung berapa titik yang masuk dalam batas objek yang diukur luasnya. Tiap titik dianggap mewakili satu bujursangkar, sehingga tiap titik dikalikan dengan luas bujursangkar untuk mendapatkan luas objeknya. (Tim Asisten Geomorfologi dan Geofoto, 2008) Gambar 2.4 Pengukuran Luas Metode Jaringan Titik 2. Skala Foto Udara Vertikal Skala foto udara merupakan perbandingan antara jarak pada foto udara dengan jarak sebenarnya di lapanagan. Skala foto diperlukan untuk menentukan ukuran objek maupun untuk mengenalinya. Ada beberapa cara untuk menentukan skala foto udara vertikal, yaitu : Perbandingan antara panjang fokus dan tinggi terbang. Persamaannya yaitu : dengan S = skala, f = fokus dan H = tinggi terbang. Membandingkan jarak foto terhadap jarak lapangan, dilakukan bila membawa foto udara ke lapangan atau kalau tahu jarak sesungguhnya objek di lapangan dari objek yang tergambar pada foto. Persamaan yang digunakan yaitu : dengan S = skala, df = jarak pada foto, dan dl = jarak di lapangan. Membandingkan jarak pada foto terhadap jarak pada peta yang telah diketahui jaraknya. Persamaan yang digunakan yaitu : 5
6 dengan dp = jarak di peta, df = jarak pada foto, pf = skala foto dan pp = skala pada peta. 3. Basis Foto (Photo Base) Merupakan jarak antara dua pemotretan berurutan. Hal ini menyebabkan kenampakan adanya pergeseran titik pusat foto satu dengan foto berikutnya. Jarak pergeseran pada lembar foto ini disebut photo base atau basis foto. Besarnya basis foto pada sepasang foto udara adalah rata-rata dari hasil pengukuran dua basis foto tersebut, persamaannya yaitu : dengan B = basis foto, b 1 = basis foto 1 dan b 2 = basis foto 2. (Tim Asisten Geomorfologi dan Geofoto, 2008) 4. Paralaks Merupakan perubahan kedudukan gambaran titik pada foto udara yang bertampalan yang disebabkan oleh perubahan kedudukan kamera. Paralaks ini disebut juga dengan paralaks absolut atau paralaks total. Lebih jauh dikemukakan bahwa paralaks absolut suatu titik adalah perbedaan aljabar yang diukur sepanjang sumbu x, berpangkal dari sumbu y ke arah titik bersangkutan yang tergambar pada tampalan foto udara. Hal ini dilandasi oleh asumsi bahwa masing-masing foto udara itu benar-benar vertikal dan dengan tinggi terbang yang sama. Pada gambar 2.4, titik A dan B terletak di atas bidang rujukan dan titik P terletak pada titik utama. Nilai paralaks absolutnya merupakan jumlah nilai sumbu X masing-masing titik, yaitu jumlah absolutnya (tanpa tanda negatifnya). 6
7 Gambar 2.5 Paralaks Titik A, B, dan U Pengukuran paralaks dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a. Pengukuran paralaks secara stereoskopik; dilakukan dengan menggunkan batang paralaks atau meter paralaks (parallax bar) terdiri dari dua keping kaca yang diberi tanda padanya. Tanda ini disebut tanda apung (floating mark). Masing-masing keping kaca dipasang pada batang yang dapat diatur panjangnya yang diatur dengan memutar sekrup mikrometer. Pengukuran dilakukan setelah foto disetel di bawah pengamatan stereoskopik. Tanda apung kiri diletakkan pada titik yang akan diukur paralaksnya di foto kiri, dan tanda apung kanan diletakkan pada titik yang akan diukur paralaksnya pada foto kanan, dimana peletakan dilakukan dengan melihat dari stereoskop. Kemudian dilakukan pembacaan pada sekrup mikrometer yang dibaca dalam milimeter (mm). b. Pengukuran paralaks secara monoskopik; atau disebut juga cara manual, dilakukan tanpa menggunakan batang paralaks, melainkan hanya dengan menggunakan penggaris biasa. Dari gambar 2.5, maka paralaks titik A dan titik B dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : PA = XA1 (-XA2) = XA1 + XA2 PB = XB1 XB2 7
8 Gambar 2.6 Pengukuran Paralaks dengan Cara Monoskopik 5. Beda Tinggi Beda tinggi antara dua titik yang tergambar pada tampalan foto dapat diukur berdasarkan beda paralaksnya.paralaks suatu titik dapat diukur dan dinyatakan dengan persamaan : dengan h = beda tinggi, H = tinggi terbang, p = beda paralaks dan b = base foto. Jika beda tinggi, beda paralaks dan base foto diketahui maka tinggi terbang dapat ditentukan dengan persamaan di atas. Dari persamaan di atas dapat divariasikan dan menghasilkan beberapa persamaan, yaitu : dengan h = beda tinggi, H B = tinggi terbang pesawat dari titik B, P B = paralaks titik B, P A = paralaks titik A, P = selisih paralaks A dan B, H = tinggi terbang pesawat dari bidang dasar, b = jarak dasar foto (photo base), B = jarak dasar udara (air base) dan f = jarak fokus lensa kamera. Hasil pengukuran beda tinggi akan teliti apabila foto udara yang digunakan berskala 1 : atau lebih besar. (Tim Asisten Geomorfologi dan Geofoto, 2008) 6. Pengukuran Jarak Horizontal Jarak pada foto udara tidak mencerminkan jarak sesungguhnya di lapangan, karena ada pergeseran. Untuk menentukan jarak horizontal yang sesungguhnya digunakan cara grafis, karena kalau dengan mengukur relief- 8
9 displacement satu per satu akan membutuhkan waktu lama. Prosedur pengukurannya yaitu : a. Tentukan pusat masing-masing foto yang berpasangan. b. Letakkan miuka pada masing-masing foto udara. c. Titik pusat foto (n 1 dan n 2 ) dan titik pusat foto konjugasi (n 1 dan n 2 ) diplot pada mika. d. Tarik garis dari n 1 ke A 1 dan ke B 1, juga garis n 2 A 2 dan n 2 B 2 pada mika. e. Masing-masing mika diambil dan dipasang berimpitan hingga n 1 berimpit denagn n 1 dan n 2 berimpit dengan n 2. f. Titik potong antara n 1 A 1 dan n 2 A 2 serta n 1 B 1 dan n 2 B 2 dihubungkan. Garis penghubung itu adalah jarak AB yang sudah terkoreksi. Sehingga jarak di lapangan dihitung dengan persamaan = dab x H/f, dengan dab = jarak AB pada foto yang sudah terkoreksi, H = tinggi terbang pesawat dari bidang dasar dan f = jarak fokus lensa kamera. Gambar 2.7 Pengukuran Jarak Horizontal Secara Grafis (Tim Asisten Geomorfologi dan Geofoto, 2008) 9
10 BAB III HASIL PERHITUNGAN Praktikum pada acara fotogrametri yaitu melakukan perhitungan terhadap foto udara. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan, didapat data berupa : 3.1 Perhitungan Paralaks Pengukuran lembar per lembar - Pengukuran paralaks A = = = - ( ) = - = - Pengukuran paralaks B = = = - ( ) = - = Oreintasi Stereoskopik 3.2 Bases Photo 10
11 3.3 Pengukuran Tinggi Terbang Dimana : H = tinggi terbang Bidang dasar = 225 m 3.4 Skala Foto Dimana : f = jarak fokus lensa = 88,84 mm H = tinggi terbang = ,4 m = mm 3.5 Perhitungan Luas Skala Metode jaringan titik Jumlah titik= 14 titik Luas pada foto = jumlah titik x 1 cm 2 Luas pada foto = 14 x 1 cm 2 = 14 cm 2 Luas sebenarnya = 14 x ,128 m 2 = ,792 m 2 Metode bujur sangkar Jumlah kotak =14 buah Sisi kotak = 1 cm Luas pada foto = n kotak x 1 cm 2 = 14 x 1 cm 2 = 14 cm 2 11
12 Luas sebenarnya = 14 x ,128 m 2 = ,792 m 2 Metode strip Luas total = L1 + L2 + L3 + L Ln Luas 1 = 3,5 cm x 1 cm =3,5 cm 2 Luas 2 = 4,9 cm x 1 cm =4,9 cm 2 Luas 3 = 6,5 cm x 1 cm =6,5 cm 2 Luas 4 = 5,9 cm x 1 cm =5,9 cm 2 Luas total pada foto = 3,5 + 4,9 + 6,5 + 5,9 = 20,8 cm 2 Luas sebenarnya = 20,8 x ,128 m 2 = ,2624 m 2 12
13 BAB IV PEMBAHASAN Praktikum pada acara fotogrametri, praktikan diminta untuk meakukan perhitungan dalam penginderaan jauh pada foto udara dengan menggunakan alat yang bernama stereoskop. Praktikan melakukan perhitungan berupa angka-angka pada foto udara supaya mendapatkan data yang diperlukan. Dalam praktikum, foto udara yang digunakan sebanyak 2 foto udara. Supaya mendapatkan gambar 3 dimensi dari foto udara menggunakan stereoskop. Dari angka-angka yang didapat menggunakan pengukuran menggunakan penggaris pada kedua foto udara, kemudian angka-angka tersebut diolah untuk mendapatkan hasil pengukuran berupa paralaks, perhitungan base photo, skala foto, tinggi terbang, serta luas daerah pada foto udara. Sebelum melakukan pengukuran, foto udara diatur sedemikian rupa sehingga mendapatkan gambar 3 dimensi. Yaitu dengan cara meletakkan dua buah foto udara di bawah stereoskop. Kemudian mencari dua titik pada peta yang sama dengan menggunakan jari telunjuk. Setelah itu foto udara digeser-geser hingga jari telunjuk terlihat berhimpitan. Sehingga didapatkan gambar tiga dimensi. Kemudian ditempel mika bening sebanyak dua lembar yang telah disambung di atas foto udara yang terlah menunjukkan gamabr tiga dimensi. Kemudian mika tersebut ditempel supaya tidak berubah kedudukannya. 4.1 Paralaks Paralaks merupakan perubahan kedudukan gambaran titik pada foto udara yang bertampalan yang diakibatkan oleh perubahan kedudukan kamera. Hal pertama yang dilakukan dalam pengukuran paralaks adalah membuat titik pada kedua foto udara yang merupakan pusat dari masing-masing foto udara atau principle point (PP). Caranya yaitu dengan mebuat garis vertikal dan garis horisontal pada masing-masing foto udara. Pada titik potong dari kedua garis tersebut merupakan titik pusat dari masing-masing foto udara. Titik pusat pada foto udara yang ada disebelah kiri atau foro udara yang pertama 13
14 diberi keterangan PP 1. Sedangkan pada foto udara yang berada di sebelah kanan diberi keterangan PP 2. Yang kedua adalah menentukan titik pusat dari foto udara yang pertama pada foto udara yang kedua, serta menentukan titik pusat foto udara kedua pada foto udara yang pertama. Dengan kata lain, mencari titik pusat bayangan pada foto udara yang satunya. Caranya yaitu melihat dengan stereoskop. Pertama, meletakkan jari telunjuk kiri pada foto udara yang pertama. Kemudian dengan jari telunjuk tangan kanan, praktikan mencari titik yang pada saat dilihat dengan stereoskop kedua jari telunjuk terlihat berhimpitan. Setelah itu beri tanda pada foto udara yang kedua di tempat jari telunjuk tangan kanan. Tanda dari hasil pencarian tersebut diberi keterangan CPP 2. Kemudian pada foto udara yang kedua, meletakkan jari telunjuk kiri pada foto udara yang pertama. Kemudian dengan jari telunjuk tangan kanan, praktikan mencari titik yang pada saat dilihat dengan stereoskop kedua jari telunjuk terlihat berhimpitan. Setelah itu beri tanda pada foto udara yang kedua di tempat jari telunjuk tangan kanan. Tanda dari hasil pencarian tersebut diberi keterangan CPP 1. Yang ketiga adalah menentukan titik tertinggi dan titik terendah pada kedua foto udara. Untuk mencari tinggi tertinggi pada foto udara caranya adalah yang pertama menentukan titik terttinggi pada foto udara yang pertama. Kemudian meletakkan jari telunjuk kiri pada titik tertinggi foto udara yang pertama. Titik tertinggi pada foto udara yang pertama diberi keterangan A 1 Kemudian dengan jari telunjuk tangan kanan, praktikan mencari titik yang pada saat dilihat dengan stereoskop kedua jari telunjuk terlihat berhimpitan. Setelah itu beri tanda pada foto udara yang kedua di tempat jari telunjuk tangan kanan. Tanda dari hasil pencarian tersebut diberi keterangan A 2. Sedangkan untuk titik terendah pada foto udara caranya adalah meletakkan jari telunjuk kiri pada foto udara yang pertama. Titik terendah pada foto udara yang pertama diberi keterangan B 1. Kemudian dengan jari telunjuk tangan kanan, praktikan mencari titik yang pada saat dilihat dengan stereoskop kedua jari telunjuk terlihat berhimpitan. Setelah itu 14
15 beri tanda pada foto udara yang kedua di tempat jari telunjuk tangan kanan. Tanda dari hasil pencarian tersebut diberi keterangan B 2. Setelah didapat titik-titik tersebut. Kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan penggaris. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan adalah : - Mengukur jarak dari A 1 sampai pada garis vertikal pada foto udara yang pertama, didapat hasil 3 cm - Mengukur jarak dari A 2 sampai pada garis vertikal pada foto udara yang kedua, didapat hasil 3,2 cm - Mengukur jarak dari titik PP 1 pada foto udara yang pertama sampai titik PP 2 pada foto udara yang kedua, didapat hasil 23,2 cm - Mengukur jarak dari titik A 1 pada foto udara yang pertama sampai titik A 2 pada foto udara yang kedua, didapat hasil 23,4 cm - Mengukur jarak dari titik B 1 pada foto udara yang pertama sampai titik B 2 pada foto udara yang kedua, didapat hasil 23,5 cm Perhitungan yang dicari pada paralaks yaitu : a. Pengukuran lembar per lembar Pengukuran dilakukan pada masing-masing foto udara. Yang dicari yaitu paralaks pada foto udara pertama (P A ) dan paralaks kedua (P B ). Bila titik berada di sebekah kiri sumbu Y bernilai negatif dan bila titik berada di sebelah kana sumbu Y maka bernilai positif. Dari pengukuran yang sudah dilakuakan untuk jarak dari titik-titik yang ada pada foto udara didapat nilai X A1 = 3 cm, X A2 = 3,2 cm, X B1 = 2,1 cm dan X B2 = 2,4 cm. Berdasarkan data dari hasil pengukuran titik-titik tersebut, maka dapat dilakukan perhitungan paralaks sebagai berikut : = - ( ) = - = = - ( ) = - = Dari perhitungan paralaks tersebut, diperoleh hasil untuk paralaks A sebesar -0,2 cm dan paralaks B sebesar -0,3 cm. b. Orientasi Stereoskopik 15
16 Data yang diperhitungan dalam perhitungan padalaks dengan orientasi stereoskopik adalah jarak dari PP 1 ke PP 2, jarak A 1 ke A 2, serta jarak B 1 ke B 2. Data tersebut digunakan untuk menghitung paralaks dari masing-masing titik tertinggi dan titik terendah. Perhitungan paralaks dengan menggunakan orientasi stereoskopik yaitu : Sehingga diperoleh data dari hasil perhitungan pada paralaks titik A sebesar -0,2 cm dan paralaks titik B sebesar -0,3 cm. 4.2 Base Photo Merupakan jarak antara dua pemotretan berurutan. Hal ini menyebabkan kenampakan adanya pergeseran titik pusat foto satu dengan foto berikutnya. Pengukuran base photo dilakukan tidak menggunakan stereoskop. Namun pengukuran dilakukan menggunakan alat sederhana berupa penggaris. Pengukuran yang dilakukan yaitu : - Mengukur jarak titik B 1 sampai garis vertikal pada foto udara pertama, didapat hasil 23,2 cm - Mengukur jarak titik B 2 sampai garis vertikal pada foto udara kedua, didapat hasil 23,2 cm Setelah diperoleh data jarak dati titik B 1 sampai garis vertikal foto udara pertama dan jarak dari titik B 2 sampai garis vertikal foto udara kedua. Maka dapat dilakukan perhitungan mencari base photo (B) : 16
17 Sehingga diperoleh bese photo dari foto udara sebesar 23,2 cm. 4.3 Tinggi Terbang Tinggi terbang merupakan jarak antara pesawat yang mengambil foto udara sampai permukaan laut. Data yang diperlukan untuk mengetahui tinggi terbang adalah Ha (ketinggian dari pesawat). Ha diketahui sebersar feet, serta bidang dasar sebesar 225 m. Langkah pertama yaitu mengubah satuan dari Ha, dari feet menjadi meter. Dimana 1 feet = 0,3048 m Ha = feet = feet x 0,3048 m = ,4 m Maka : Sehingga diperoleh tinggi terbang sebesar ,4 m. 4.4 Skala Foto Skala foto udara merupakan perbandingan antara jarak pada foto udara dengan jarak sebenarnya di lapangan. Data yang diperlukan untuk perhitungan skala foto adalah fokus dari kamera (f) dan tinggi terbang (H). Fokus dari kamera bisanya tercantum pada masing-masing foto udara yang terletak dibagian bawah foto udara. Pada foto udara yang digunakan, fokus dari kamera sebesar 88,84 mm. Serta nilai H sebesar ,4 m. Satuan dari nilai H diubah terlebih dahulu dari satuan meter menjadi milimeter. Yaitu dari ,4 m menjadi mm. Maka : Sehingga diketahui bahwa skala foto = 1 : yang artinya 1 cm di foto udara mewakili cm di lapangan. 4.5 Perhitungan Luas 17
18 Pada foto udara, terdapat tiga macam metode untuk perhitungan luas. Metode-metode tersebut adalah metode jaringan titik, metode bujur sangkar, dan metode jaringan strip. Sebelum melakukan perhitungan luas, hal pertama yang harus dilakuakan adalah menempelkan satu lembar mika bening di atas foto udara. Kemudian membuat delineasi untuk daerah yang akan dicari luasnya. Pada praktikum ini, delineasi dilakukan didaerah berupa awan. Pada perhitungan luas, skala sangat diperhatikan. Skala pada foto udara yang telah dihitung sebesar 1 : Dimana 1 cm pada peta mewakili 1.278,41 m di lapangan. Karena perhitungan luas sisi x sisi, maka 1 cm 2 di foto udara = ,128 m 2 di lapangan. Perhitungan dari masingmasing metode yaitu : a. Metode jaringan titik Cara perhitungan dengan menggunakan metode jaringan titik yaitu, mika yang terdapat delineasi dari daerah yang akan dihitung luasnya ditempel pada kertas milimeter block. Kemudian daerah yang berada di dalam delineasi dicari titik tengah dari milimeter block yang memiliki ukuran 1 x 1 cm. Daerah yang berada dalam delineasi yang memenuhi 1 x 1 cm pada milimeter block diberi tanda titik dari titik tengah milimeter block tersebut. Sedangkan daerah yang kurang dari setengah 1 x 1 cm milimeter block tidak perlu diberi titik. Setelah semua daerah delineasi diberi tanda titik, kemudian jumlah dari titik tersebut dihitung. Dalam praktikum, jumlah titik pada delineasi sebanyak 14 titik. Sehingga perhitungan luas dengan metode jaringan titik adalah : Luas pada foto = jumlah titik x 1 cm 2 Luas pada foto = 14 x 1 cm 2 = 14 cm 2 Luas sebenarnya = 14 x ,128 m 2 = ,792 m 2 Sehingga diperoleh luas daerah delineasi sebesar ,792 m 2. Namun, perhitungan luas menggunakan metode jaringan titik ini memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut adalah apabila ada suatu daerah yang cukup luas pada daerah yang telah didelineasi, namun tidak mengenai titik 18
19 yang ada pada milimeter block, maka tidak dihitung dan mengurangi luas wilayah sebenarnya. b. Metode bujur sangkar Cara perhitungan dengan menggunakan metode bujur sangkar yaitu, mika yang terdapat delineasi dari daerah yang akan dihitung luasnya ditempel pada kertas milimeter block. Kemudian bujur sangkar atau bentuk persegi ukuran 1 x 1 cm pada milimeter block. Daerah yang berada dalam delineasi yang memenuhi 1 x 1 cm pada milimeter block diberi angka berurutan dari 1 sampai bujur sangkar yang dapat memenuhi delineasi habis. Angka-angka tersebut berada di tengah bujur sangkar pada milimeter block tersebut. Sedangkan daerah yang kurang dari setengah 1 x 1 cm milimeter block tidak perlu diberi angka, hanya untuk daerah yang dapat memenuhi ukuran 1 x 1 cm yang lebih dari setengah. Setelah semua daerah delineasi diberi angka, maka angka yang terakhir menunjukkan jumlah dari buur sangkar yang dapat memenuhi delineasi. Dalam praktikum, jumlah titik pada delineasi sebanyak 14 titik. Sehingga perhitungan luas dengan metode jaringan titik adalah : Luas pada foto = n kotak x 1 cm 2 = 14 x 1 cm 2 = 14 cm 2 Luas sebenarnya = 14 x ,128 m 2 = ,792 m 2 Sehingga diperoleh luas dari delineasi dengan metode bujur sangkar sebesar ,792 m 2. Namun, perhitungan luas menggunakan metode jaringan titik ini memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut adalah apabila ada suatu daerah yang cukup luas pada daerah yang telah didelineasi, namun tidak mengenai titik yang ada pada milimeter block, maka tidak dihitung dan mengurangi luas wilayah sebenarnya. c. Metode strip Cara perhitungan dengan menggunakan metode bujur sangkar yaitu, mika yang terdapat delineasi dari daerah yang akan dihitung luasnya ditempel pada kertas milimeter block. Kemudan mika ditempelkan pada milimeter block. Setelah itu, pada delineasi dibuat gari horisontal, dengan gar pertama berada pada batas bagian atas dari delineasi. Kemudian dibbuat 19
20 garis horisontal yang sama yang berada di bagian bawahnya dengan jarak 1 cm. Setelah dibuat garis horisontal smapai delineasi pada mika berada di dalam garis horisontal atau strip, maka pengukuran dapat dimulai. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat sederhana berupa penggaris. Yang pertama dilakukan adalah membuat garis terluar dari daerah strip pertama atau yang berada paling atas. Pengukuran luas tersebut berupa luas persegi panjang. Begitu pula dengan daerah strip di bawahnya. Pada praktikum terdapat 4 daerah strip atau persegi panjang. Perhitungan luas tersebut yaitu : Luas 1 = 3,5 cm x 1 cm =3,5 cm 2 Luas 2 = 4,9 cm x 1 cm =4,9 cm 2 Luas 3 = 6,5 cm x 1 cm =6,5 cm 2 Luas 4 = 5,9 cm x 1 cm =5,9 cm 2 Luas total pada foto = 3,5 + 4,9 + 6,5 + 5,9 = 20,8 cm 2 Luas sebenarnya = 20,8 x ,128 m 2 = ,2624 m 2 Sehingga diperoleh luas dari daerah delineasi dengan menggunakan metode strip sebesar ,2624 m 2. Namun, metode strip memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut adalah apabila darah yang berada pada strip, dan setelah di ambil daris terluar dari masing-masing persegi panjang, dan banyak daera di dalam persegi panjang yang tidak termasuk dalam delineasi maka menyebabkan perhitungan luas yang diperoleh akan lebih luas dari daerah delineasi yang dihitung dengan metode jaringan titik dan metode bujur sangkar. 20
21 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan - Perhitungan paralaks dengan menggunakan perhitungan lembar per lember diperoleh hasil paralaks pada titik A sebesar -0,2 cm, sedangkan paralaks pada titik B sebesar -0,3 cm - Perhitungan paralaks dengan menggunakan orientasi stereoskopik diperoleh hasil perhitungan pada paralaks titik A sebesar -0,2 cm, sedangkan pada paralaks titik B sebesar -0,3 cm. - Hasil perhitungan dari base photo sebesar 23,2 cm - Hasil perhitungan dari tinggi terbang sebesar cm di lapangan - Skala foto hasil perhitungan yaitu 1 : , yang berarti 1 cm pada skala mewakili pada keadaan sebenarnya - Perhitungan luas dengan metode jaringan titik dari delineasi pada foto udara sebesar ,792 m 2 - Perhitungan luas dengan metode bujur sangkar dari delineasi pada foto udara sebesar ,792 m 2 - Perhitungan luas dengan metode jaringan titik dari delineasi pada foto udara sebesar ,2624 m Saran - Penyimpanan stereoskopik lebih hati-hati supaya tidak mengalami kerusakan - sebaiknya alat praktikum lebih diperbanyak lagi, supaya praktikum dapat berjalan intensif. 21
LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR PENGAMATAN PARALAKS FOTO UDARA
LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR PENGAMATAN PARALAKS FOTO UDARA Disusun Oleh : Nico Kharollis 16/401712/SV/12216 Selvi Phytagoresna 16/401718/SV/12222 Yola Riski Ramadanthi 16/401722/SV/12226 Dwiki
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]
LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop Oleh : Muhamad Nurdinansa [120722420614] FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU GEOGRAFI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Februari 2013
Lebih terperinciSTEREOSKOPIS PARALAKS
RENCANA TERBANG STEREOSKOPIS PARALAKS Paralaks adalah suatu istilah yang diberikan kepada adanya suatu pergerakan benda terhadap benda lainnya. Sebuah titik di A pada tanah, terpotret oleh sebuah pesawat
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1
BB II DSR TEORI 2.1. Pemetaan Peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi peta tertentu. Peta menyajikan unsurunsur di
Lebih terperinciPengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG
Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan,
Lebih terperinciSURVEYING (CIV -104)
SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 15 : PERENCANAAN FOTO UDARA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Format foto udara BEDA FOTO UDARA DAN PETA STEREOSKOPIS
Lebih terperinciBAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011)
BAB 2 STUDI REFERENSI Penelitian ini menggunakan metode videogrametri. Konsep yang digunakan dalam metode videogrametri pada dasarnya sama dengan konsep dalam metode fotogrametri. Konsep utamanya adalah
Lebih terperinciINSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI
INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 Instruksi Kerja Pemakaian Alat Lab. Pedologi Laboratorium Pedologi & Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah
Lebih terperinciSURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION
SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 13-14 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 DEFINISI Fotogrametri berasal dari
Lebih terperinciINSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI
INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LAB. PEDOLOGI LABORATORIUM PEDOLOGI & SISTEM INFORMASI
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL
LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL Nama : Rukiyya Sri Rayati Harahap NIM : 12/334353/GE/07463 Asisten : 1. Erin Cakratiwi 2. Lintang Dwi Candra Tanggal : 26 November 2013 Total:
Lebih terperinciMATERI 2 : DASAR DASAR INTERPRETASI FOTO UDARA. Bab: MATERI 2 : DASAR DASAR INTERPRETASI FOTO UDARA
MATERI 2 : DASAR DASAR INTERPRETASI FOTO UDARA 1. Pendahuluan Interpretasi foto udara merupakan kegiatan mengkaji obyek dan fenomena pada permukaan bumi melalui gambar/citra yang dibuat dari kamera (dengan
Lebih terperinciPENGINDERAAN JAUH. --- anna s file
PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotogrametri Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh pengukuran-pengukuran yang terpercaya dari benda-benda di atas citra fotografik (Avery, 1990). Fotogrametri
Lebih terperinciBAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN
BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali
Lebih terperinci3. KAMERA UDARA. 12 inchi=304,8mm 8,25 inchi = 209,5 mm 6 inchi = 152,4 mm 3,5 inch = 88,9 mm Universitas Gadjah Mada
3. KAMERA UDARA Di dalam fotogrametri terdapat sedemikian banyak instrumen penting, hingga tidak mudah untuk menyatakan mana yang paling penting. Akan tetapi ra merupakan salah satu instrumen terpenting
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri
BAB II DASAR TEORI 2. Fotogrametri Salah satu teknik pengumpulan data objek 3D dapat dilakukan dengan menggunakan teknik fotogrametri. Teknik ini menggunakan foto udara sebagai sumber data utamanya. Foto
Lebih terperinciANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.
PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan
Lebih terperinciTEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR
TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras
Lebih terperinciAPA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono
APA IT FOTO DARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono Abstrak Penginderaan jauh adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memperoleh informasi suatu daerah atau obyek yang diinginkan dengan analisis data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi
BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan
Lebih terperinciPENGUKURAN KEKOTAAN. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering
PENGUKURAN KEKOTAAN Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering INDO GLOBAL MANDIRI UNIVERSITY PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja)
Lebih terperinciPemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan
PERPETAAN - 2 Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yang sebagian datanya diperoleh dari photo
Lebih terperinciISTILAH DI NEGARA LAIN
Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek
Lebih terperinciPENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi
PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi Plane Surveying Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar, artinya adanya faktor kelengkungan
Lebih terperinciKLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA
PERPETAAN - 2 KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan Extra
Lebih terperinci2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI
2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI Agar dapat berfungsi dengan balk, maka secara praktis semua piranti fotometri dalam beberapa hal tergantung kepada bagian-bagian optiknya. Jumlah serta jenis bagian optik
Lebih terperinciA. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta
A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Prakata Bab 1 Pendahuluan 1
DAFTAR ISI Prakata v Bab 1 Pendahuluan 1 Definisi Fotogrametri/Sejarah Fotogrametri/Jenis Foto/ Membuat Foto Vertikal/Foto Udara yang Ada/Kegunaan Fotogrametri/Organisasi Fotogrametri Profesional/Unit
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II CINCIN NEWTON. (Duty Millia K)
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II 0 2 CINCIN NEWTON (Duty Millia K) IKO SAPTINUS 08/270108/PA/12213 GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS GADJAH MADA
Lebih terperinciBAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK
BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FOTOGRAMETRI OLEH: DRS. ZUHARNEN, M.S.
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FOTOGRAMETRI OLEH: DRS. ZUHARNEN, M.S. JURUSAN KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 Nama Mata Kuliah Kode
Lebih terperinciPENGUKURAN WATERPASS
PENGUKURAN WATERPASS A. DASAR TEORI Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan
Lebih terperinciDASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI
BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Teknologi foto udara saat ini sudah berkembang sangat pesat, yaitu dari analog menjadi digital. Hal itu merupakan upaya untuk mendapatkan gambaran permukaan bumi secara
Lebih terperinciPertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:
Pertemuan 3 1. Alat Ukur Tanah 2. Pengukuran dengan Menyipat Datar Can be accessed on: http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/ 1 Pendahuluan Konstruksi alat ukur disesuaikan dengan maksud dan penggunaan
Lebih terperinci1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala
1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 2. Berikut ini ciri-ciri peta, kecuali... a. Berjudul c. bermata angin b. berskala d. bersampul
Lebih terperinciTIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MEI 2014 TIM PENYUSUN Pujiana (41113120068) Rohmat Indi Wibowo (41113120067) Gilang Aditya Permana (41113120125) Santi Octaviani Erna Erviyana Lutvia wahyu (41113120077)
Lebih terperinciMENGGAMBAR PROYEKSI BENDA
MENGGAMBAR PROYEKSI BENDA A. MENGGAMBAR PROYEKSI Proyeksi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara menggambarkan penglihatan mata kita dari suatu benda tiga dimensi kedalam kertas gambar secara dua dimensi
Lebih terperinciIV. PENGINDERAAN JAUH
IV. PENGINDERAAN JAUH 1. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang
Lebih terperinciPEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL
Laporan Hasil Praktikum PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Disusun Oleh : Daning Herawati 36 / XII IPA 5 SMA NEGERI 2 JEMBER Tahun ajaran 2014/2015 A. Tujuan Percobaan 1. Menyelidiki sifat pembiasan pada
Lebih terperinciBAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN
BAB IV BIOOPTIK Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat: a. Menentukan posisi dan pembesaran bayangan dari cermin dan lensa b. Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata c. Menjelaskan
Lebih terperinciACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI
ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI Oleh: Nama Mahasiswa : Titin Lichwatin NIM : 140722601700 Mata Kuliah : Praktikum Penginderaan Jauh Dosen Pengampu : Alfi Nur Rusydi, S.Si., M.Sc
Lebih terperinciAlat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung
Alat ukur sudut Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu sudut. Sudut dapat diartikan sebagai harga besar kecilnya pembukaan antara dua garis (lurus) yang bertemu pada suatu titik.
Lebih terperinciPENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI
PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI Pengukuran Situasi Adalah Pengukuran Untuk Membuat Peta Yang Bisa Menggambarkan Kondisi Lapangan Baik Posisi Horisontal (Koordinat X;Y) Maupun Posisi Ketinggiannya/
Lebih terperincibiasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias
7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan
Lebih terperinciTAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000
BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data
Lebih terperinciMembuat Piramida Penduduk dengan Excel
Membuat Piramida Penduduk dengan Excel dikutip dari: http://junaidichaniago.wordpress.com/2009/04/05/membuat-piramidapenduduk-dengan-excel/ (tanggal 7 Juni 2010) Memahami komposisi penduduk menurut umur
Lebih terperinciMODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Dalam pekerjaan pekerjaan ukur tanah,
Lebih terperinciJENIS CITRA
JENIS CITRA PJ SENSOR Tenaga yang dipantulkan dari obyek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh SENSOR. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kepekaannya
Lebih terperinciPERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA
PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang
Lebih terperinciB.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis
BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,
Lebih terperinciSALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
MODUL KULIAH Modul 11-1 Modul 11 Pengukuran Jalan dan Pengairan Pengukuran dan pemetaan rute dimaksudkan untuk membahas penerapan pengukuran dan pemetaan rute dalam bidang rekayasa teknik sipil, khususnya
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium Dalam percobaan metode videogrametri di laboratorium ini dilakukan empat macam percobaan yang berbeda, yaitu penentuan posisi
Lebih terperinciULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH
ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH 01. Teknologi yang terkait dengan pengamatan permukaan bumi dalam jangkauan yang sangat luas untuk mendapatkan informasi tentang objek dipermukaan bumi tanpa bersentuhan
Lebih terperinciJUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JUSUSAN AKUNTAN SI INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA INSTRUKSI KERJA Percobaan Difraksi Cahaya Lab Fisika Lanjutan JURUSAN FISIKA, FMIPA, UNIVERSITAS BRAWIJAYA 00903 07009
Lebih terperinciImage scale aid. Scale. Big. Small. Big. Spatial coverage. Small. PoRS Dr. Norman Kerle
Image scale aid Small Big PoRS 2006 - Dr. Norman Kerle Scale Spatial coverage Big Small PELUANG KOMERSIAL Google Earth Citra Satelit Quickbird Foto Udara EAGLE Harga : Free Resolusi : Buruk Perekaman
Lebih terperinciModul 10 Garis Kontur
MODUL KULIAH Modul 10-1 Modul 10 Garis Kontur 10.1 Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan
Lebih terperinciPENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT.
PENGUKURAN POLIGOON by Salmani, ST.,MS.,MT. salman_as_saleh@yahoo.co.id POLYGON Definisi Polygon : Polygon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran lapangan.
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 08 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek atau
Lebih terperinciPEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE
PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE BAG- TSP.004.A- 39 60 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN
Lebih terperinciII.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...
Lebih terperinciPENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MT.,MS. POLYGON
PENGUKURAN POLIGOON by Salmani, ST.,MT.,MS. Salman_as_saleh@yahoo.co.id POLYGON Definisi Polygon : Polygon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran lapangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan arus informasi yang semakin transparan, serta perubahan-perubahan dinamis yang tidak dapat dielakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 pasal 1 tentang Cagar Budaya menjelaskan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Lebih terperinciC I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat
C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri
Lebih terperinciKURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: SURVEI DAN PEMETAAN MODUL / SUB-KOMPETENSI: MEMBUAT PETA SITUASI DENGAN ALAT UKUR
Lebih terperinciSURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR
SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Pendahuluan Beda tinggi adalah perbedaan
Lebih terperinciGaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.
Gaya Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja
Lebih terperinciPertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi
Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,
Lebih terperinciBAB II CHAIN SURVEYING (UKUR RANTAI)
BAB II CHAIN SURVEYING (UKUR RANTAI) 1. Metode melaksanakan pengukuran garis (linear) Ada 3 metode yang pokok : a. Pengukuran langsung ( by direct measurement), dengan menggunakan alat ukurrantai, pita
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5
LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR Disusun Oleh : JOSSY KOLATA (1007121681) KELOMPOK 5 LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciMENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI
Arif Supendi, M.Si MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI STANDAR KOMPETENSI Memahami pemanfaatan citra penginderaan jauh ( PJ ) dan Sistem Informasi Geografi KOMPETENSI DASAR Menjelaskan
Lebih terperinciqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq ALAT ALAT wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui OPTIK Sri Cahyaningsih
Lebih terperinci5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya
5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan
Lebih terperinciBESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur
BESARAN DAN SATUAN 1. Pengertian Mengukur Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan anggota tubuhnya untuk mengukur besaran panjang. Misalnya, bangsa Mesir Kuno mendefinisikan standar besaran panjang
Lebih terperinciDASAR-DASAR FOTOGRAMETRI DISUSUN OLEH: BAMBANG SYAEFUL HADI, M.SI
DASAR-DASAR FOTOGRAMETRI DISUSUN OLEH: BAMBANG SYAEFUL HADI, M.SI JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR
Lebih terperinciO L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I
CAHAYA O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I PETA KONSEP Cahaya Dualisme Cahaya Kelajuan Cahaya
Lebih terperinciBAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS
BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS Pengukuran jarak optis termasuk dalam pengukuran jarak tidak Iangsung, jarak disini didapat melalui proses hitungan. Pengukuran jarak optis dilakukan dengan alat ukut theodolit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa
Lebih terperinciMANAJEMEN AGROEKOSISTEM
MODUL 1 PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM DASAR PEMETAAN Tehnik Pemetaan Manual OLEH : Syahrul Kurniawan Christanti Agustina JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MARET, 2010 I. TUJUAN
Lebih terperinciSPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR
SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka
Lebih terperinciPEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi
PEMETAAN GEOLOGI A. Peta Geologi Peta geologi merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 10 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor nonfotografik atau sensor elektronik. Sensornya
Lebih terperinciPENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR
PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR Survei dan Pengukuran APA YG DIHASILKAN DARI SIPAT DATAR 2 1 3 4 2 5 3 KONTUR DALAM ILMU UKUR TANAH Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian
Lebih terperincidimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus
F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA
BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB
Lebih terperinciPerbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (20XX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peta adalah sebuah media untuk menampilkan atau merepresentasikan sebuah tempat diatas permukaan bumi ke bidang datar. Peta yang disajikan selama ini masih berupa peta
Lebih terperinciDASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA
DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA Anita Iskhayati, S.Kom Apa Itu Three-Point Lighting? Three-point lighting (pencahayaan tiga titik) adalah metode standar pencahayaan yang digunakan dalam fotografi,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angin Angin adalah gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Kekuatan angin berlebihan dapat dikontrol menggunakan sistem manual atau otomatik.
Lebih terperinciGAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri
GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI Gambar Teknik i halaman ini sengaja dibiarkan kosong Gambar Teknik ii Daftar Isi Daftar Isi... iii... 1 1 Pendahuluan... 1 2 Sumbu, Garis, dan Bidang Isometri... 2 3 Skala
Lebih terperinci3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...
DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian... 4 1.4 Tujuan Penelitian... 4 1.5 Manfaat Penelitian... 4 2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...
Lebih terperinciHome : tedyagungc.wordpress.com
Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik
Lebih terperinciSembilan kolom pada Micrometer Drum Besarnya sama dengan 10 kolom pada Vernier
Sembilan kolom pada Micrometer Drum Besarnya sama dengan 10 kolom pada Vernier Begitu juga permukaan nonius yang dibagi 6 kolom maka besarnya sama dengan 5 kolom pada tromol mikrometer. Kesalahan Sentris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tersedianya data spasial, tidak lepas dari keberadaan ilmu Geodesi dan Geomatika. Ilmu Geodesi dan Geomatika memiliki kompetensi dalam penyediaan data spasial dua
Lebih terperinciMikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm
Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk
Lebih terperinci