Replikasi Program KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Replikasi Program KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2

3 Replikasi Program KATA PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan saat ini adalah penanggulangan kemiskinan dengan target pada tahun 2009, jumlah penduduk miskin diharapkan menjadi 8,2 %. Kemiskinan di wilayah perkotaan, ditandai dengan kondisi masyarakat yang tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, dan mata pencaharian yang tidak menentu. Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Pekerjaan Umum, telah melakukan berbagai upaya penanganan masalah kemiskinan di perkotaan. Salah satu diantaranya ialah Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun Dari hasil pelaksanaannya, tampak perkembangan yang positif, khususnya dengan terwujudnya kelembagaan komunitas lokal, yakni Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang representatif dan mengakar di masyarakat dan tersusunnya Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) melalui perencanaan partisipatif dengan melibatkan seluruh masyarakat di keluarahan/desa, sebagai modal bagi masyarakat melakukan upaya penanggulangan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Disadari bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan perlu didukung oleh Pemerintah Kota/Kabupaten maupun kelompok peduli setempat, untuk terwujudnya kemitraan yang sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan kelompok peduli dalam penanggulangan kemiskinan sesuai prinsip-prinsip good governance. Mengingat terbatasnya wilayah pelayanan P2KP, beberapa Pemerintah Propinsi/Kota/ Kabupaten yang mempunyai komitmen terhadap penanggulangan kemiskinan menyatakan ingin memperluas cakupan wilayah penanggulangan kemiskinan di daerahnya dengan menggunakan konsep P2KP. Kami sangat menghargai komitmen Pemerintah Propinsi/Kota/Kabupaten tersebut dan sebagai bentuk apresiasi kami terhadap hal tersebut, akan kami dukung melalui Replikasi Program P2KP. Dalam rangka mengedepankan peran Pemerintah Daerah melalui Replikasi Program P2KP ini, maka Pemerintah Daerah akan melakukan proses pemberdayaan masyarakat melalui Fasilitator Kelurahan dengan biaya Pemerintah Daerah, sedangkan Pemerintah Pusat hanya memberikan dampingan kepada Pemerintah Daerah untuk penyiapan termasuk pelatihan Fasilitator Kelurahan dan supervisi pelaksanaan kegiatan Fasilitator Kelurahan untuk menjamin proses pemberdayaan masyarakat sesuai konsep P2KP, serta sharing dana BLM sebesar 50 %. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Replikasi Program P2KP, maka diterbitkan buku Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP yang diharapkan dapat dipakai sebagai acuan bagi semua pelaku kegiatan untuk keberhasilan pelaksanaan konsep P2KP di wilayah sasaran Replikasi. Melalui kegiatan Replikasi Program P2KP, diharapkan pada masa-masa mendatang, upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan Pemerintah Propinsi/Kota/Kabupaten secara mandiri dan berkelanjutan. Jakarta, Juni 2006 Direktur Jenderal Cipta Karya Ir. Agoes Widjanarko, MIP Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP i

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar. Daftar Tabel.. Daftar Singkatan.. Hal i ii iv v vi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.. I Pengertian Replikasi Program P2KP. I Tujuan. I Strategi I Strategi Penguatan Kemandirian Pemkot/Kab... I Strategi Pelaksanaan Pendampingan Masyarakat. I-3 2. KETENTUAN UMUM 2.1 Pemilihan Kota/Kabupaten.. II Lokasi Sasaran.. II Kelompok Sasaran... II Komponen Program... II Komponen Pengembangan Masyarakat... II Komponen Penguatan Kemandirian Pelaku Lokal... II Komponen Dana BLM... II Siklus Program... II Siklus Program Di Tingkat Masyarakat... II Tahapan Program Di Tingkat Kota/Kabupaten... II Alokasi Dana, Sumber Pendanaan, Penggunaan dan Pemanfaatan Dana BLM... II Alokasi Dana... II Sumber Pendanaan... II Penggunaan dan Pemanfaatan Dana BLM... II-9 3. TAHAPAN PELAKSANAAN 3.1 Umum... III Tahapan Pelaksanaan... III Tahap Persiapan... III Tahap Pelaksanaan... III-3 a) Pengembangan Masyarakat dan Penguatan Kemandirian Pemkot/Kab... III-3 b) Pelaksanaan Komponen Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)... III Tahap-Tahap yang Menerus dan Berkala... III ORGANISASI PELAKSANA 4.1 Pemerintah... IV Tingkat Pusat... IV Tingkat Propinsi... IV Tingkat Kota/Kabupaten... IV Konsultan... IV Konsultan Manajemen Pusat... IV-7 Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP ii

5 Konsultan Manajemen Wilayah... IV Konsultan Pelaksana Daerah... IV Tim Fasilitator... IV-9 5. STRATEGI KEBERLANJUTAN 5.1 Umum... V Strategi dan Bentuk Intervensi... V Strategi Umum... V Bentuk Intervensi... V Strategi Keberlanjutan... V Esensi dan Fokus Keberlanjutan... V Rancangan Tindak Lanjut... V Indikator Dampak... V Pengertian... V Fokus Pencapaian... V Rancangan Pengukuran Dampak... V-5 Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP iii

6 DAFTAR GAMBAR Hal 1. PENDAHULUAN Gambar 1.1. Strategi Penguatan Kemandirian Pemkot/Kab... I-3 Gambar 1.2. Strategi Pelaksanaan P2KP sebagai Strategi Pelaksanaan Replikasi Program P2KP... I-6 2. KETENTUAN UMUM Gambar 2.1. Gambaran umum Siklu Pendampingan Masyarakat untuk Replikasi Program P2KP... II-7 Gambar 2.2. Tahapan Program di Tingkat Kota/Kabupaten... II-8 4. ORGANISASI PELAKSANA Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pelaksana Replikasi Program P2KP... IV-2 Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP iv

7 DAFTAR TABEL 2. KETENTUAN UMUM Tabel 2.1. Komponen Pelaku Replikasi Program P2KP... II-2 Tabel 2.2. Alokasi Dana BLM Replikasi Program P2KP... II-9 Tabel 2.3. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM... II-11 Hal 3. TAHAPAN PELAKSANAAN Tabel 3.1. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Persiapan III-2 Tabel 3.2. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Pelaksanaan di Tingkat Masyarakat... III-4 Tabel 3.3. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Pelaksanaan di Tingkat Kota/Kabupaten... III-8 Tabel 3.4. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Pelaksanaan Dana BLM... III-10 Tabel 3.5. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Menerus dan Berkala... III STRATEGI KEBERLANJUTAN Tabel 5.1 Penjelasan dan Indikator Pencapaian Replikasi Program P2KP V-6 Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP v

8 DAFTAR SINGKATAN BAPPUK : Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan BAPPD : Berita Acara Penarikan Penggunaan Dana BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BI : Bank Indonesia BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat BLM : Bantuan Langsung Masyarakat BOP : Biaya Operasional Proyek CBD : Community Based Development DEPDAGRI : Departemen Dalam Negeri DEPKEU : Departemen Keuangan DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DJPBN : Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara DLN : Direktorat Luar Negeri, Departemen Keuangan DPHLN : Direktorat Pengelolaan Hutang Luar Negeri FGD : Focussed Group Discussion FMR : Financial Management Report KBK : Komunitas Belajar Kelurahan KBP : Komunitas Belajar Perkotaan KMP : Konsultan Manajemen Pusat KMW : Konsultan Manajemen Wilayah KPD : Konsultan Pelaksana Daerah TKPKD : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah KPPN : Kantor Perbendaharaan Pembayaran Negara KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat MUSRENBANG : Musyawarah Rencana Pembangunan ND : Neighbourhood Development P2KP : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan PAKET : Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu PAPG : Poverty Alleviation Partnership Grant PBL : Penataan Bangunan dan Lingkungan PJM : Perencanaan Jangka Menengah PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PK : Pembuat Komitmen PP : Permohonan Pembayaran PPM : Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Pronangkis : Program penanggulangan kemiskinan PSD : Prasarana dan Sarana Dasar PS : Pemetaan Swadaya RK : Refleksi Kemiskinan RKM : Rembug Kesiapan Masyarakat SIM : Sistem Informasi Manajemen SNVT : Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan SPKD : Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPM : Surat Perintah Membayar SPP : Surat Permohonan Pembayaran Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP vi

9 SPPB TKPKD UPK UPL UPS : Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah : Unit Pengelola Keuangan : Unit Pengelola Lingkungan : Unit Pengelola Kegiatan Sosial Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP vii

10 1.1. LATAR BELAKANG Usaha penanggulangan kemiskinan di Indonesia telah dilaksanakan oleh pemerintah melalui berbagai program, salah satu program yang digulirkan adalah Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Berbagai program kemiskinan terdahulu yang bersifat parsial, sektoral dan charity dalam pelaksanaannya masih terjadi hal-hal yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan belum menyentuh akar permasalahannya. Berdasarkan hasil pembelajaran dalam pelaksanaan P2KP, diperoleh pemahaman bahwa akar permasalahan kemiskinan adalah kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan perilaku/sikap/cara pandang masyarakat yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal kemanusiaan (seperti : jujur, dapat dipercaya, ikhlas, dll), dan pada prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (transparansi, akuntabilitas, partisipasi, demokrasi, dll). Mengacu pada hal tersebut, P2KP dalam pelaksanaannya menggunakan strategy dalam bentuk fasilitasi untuk perubahan sikap prilaku masyarakat, dengan methoda pelaksanaan berbentuk pembelajaran. Strategi dan methoda yang digunakan tersebut terkesan unik, karena sangat berbeda dengan yang selama ini digunakan oleh program-program sejenis lainnya. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), yang digunakan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, modal usaha dan perbaikan lingkungan, dalam P2KP diposisikan sebagai alat pelengkap kegiatan pembelajaran dan menjadi stimulan untuk melakukan perubahan sikap dan prilaku masyarakat. Walaupun pelaksanaan P2KP hingga saat ini hampir menjangkau seluruh Propinsi Indonesia, namun belum seluruh kelurahan yang ada dapat menjadi lokasi sasarannya. Dengan keterbatasan sumber dana, P2KP yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat baru dapat melayani wilayah Kota/Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk miskinnya lebih besar dari 30 % dari total penduduknya. Selebihnya, diharapkan masing-masing Pemerintah Kota/Kabupaten yang akan meneruskan upaya tersebut. Belajar dari program P2KP serta keterlibatan Pemkot/kab dalam pelaksanaan P2KP, beberapa Pemerintah Kota/Kabupaten yang mempunyai komitmen terhadap penanggulangan kemiskinan banyak yang tertarik dengan pendekatan dan methodologi P2KP tersebut dan berkeinginan melakukan adopsi terhadap program Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP I - 1

11 P2KP untuk dilaksanakan di wilayahnya masing-masing, diluar lokasi yang telah menjadi sasaran P2KP selama ini. Pengembangan luas pelayanan Pemerintah Kota/Kabupaten didalam penanggulangan kemiskinan ini dinamakan dengan Replikasi Program P2KP PENGERTIAN REPLIKASI PROGRAM P2KP Yang dimaksud dengan Replikasi Program P2KP adalah program yang diusulkan atas dasar komitmen dan inisiatif dari Pemerintah Daerah untuk mengadopsi program P2KP guna mengembangkan luas pelayanannya dalam penanggulangan kemiskinan dan dilaksanakan di wilayah sasaran yang belum tersentuh oleh program P2KP TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai didalam pelaksanaan replikasi program P2KP ini adalah sebagai berikut : a. Pemkot/Kab mampu menerapkan pendekatan dan metodologi P2KP di wilayahnya; b. Pemkot/Kab mampu secara mandiri mengelola program penanggulangan kemiskinan STRATEGI Strategi Penguatan Kemandirian Pemkot/Kab Strategi untuk mendorong penguatan kemandirian Pemkot/Kab bertujuan agar Pemkot/Kab mampu secara mandiri mengelola program penanggulangan kemiskinan diwilayahnya. Untuk mewujudkan hasil yang ingin dicapai didalam penguatan kemandirian Pemkot/Kab, strategi yang akan dilaksanakan adalah a. Mendorong penguatan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dari kondisi non pro-poor policy (kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat miskin) menuju pemerintah kota/kabupaten yang peduli/pro-poor policy; Intervensi yang digunakan dalam mewujudkan kondisi diatas, pemerintah kota/kabupaten diajak belajar untuk terlibat penuh didalam pelaksanaan P2KP, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai pada tahap monitoring & evaluasi. Hasil yang diharapkan dari keterlibatan Pemkot/Kab ini adalah menguatnya kepedulian Pemerintah Kota/Kabupaten dalam program penanggulangan kemiskinan mau mengadopsi pendekatan & methodologi P2KP kedalam program-program Pemkot/Kabupaten. b. Mendorong penguatan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dari kondisi yang peduli/pro-poor policy menuju kondisi mandiri/pro-poor programe; Intervensi yang digunakan untuk mewujudkan kondisi diatas, mendorong pemerintah kota/kabupaten yang telah mempunyai komitmen dalam penanggulangan kemiskinan dan berkeinginan menambah luas wilayah pelayanannya didalam penanggulangan kemiskinan, diberikan peluang untuk bekerja sama dengan Pemerintah Pusat dalam bentuk kegiatan replikasi program P2KP. Hasil yang diharapkan dari intervensi ini, pemerintah Kota/Kabupaten mampu menerapkan pendekatan dan methodologi P2KP di masing-masing wilayah Kota/Kabupatennya. Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP I - 2

12 c. Mendorong penguatan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dari kondisi yang mandiri/pro-poor programe menuju kondisi tata pemerintahan kota/kabupaten yang baik (local good governance). Untuk dapat mewujudkan pemerintah Kota/Kabupaten yang mampu secara mandiri mengelola penanggulangan kemiskinan sehingga terwujud kondisi tata pemerintahan yang baik (local good governance), Pemerintah Pusat mencoba mendorong terciptanya situasi dan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhkembangnya masyarakat madani melalui intervensi Pembangunan Lingkungan Permukiman Kelurahan Terpadu (Neighbourhood Development). Dalam intervensi ini pada prinsipnya pemerintah Kota/Kabupaten belajar secara mandiri menerapkan 10 (sepuluh) prinsip good governance (transparansi, partisipasi, akuntabilitas, penegakan hukum, visi strategis, kesetaraan, profesional, supervisi, responsif,efektif dan efisien) diseluruh sektor pemerintahan yang ada. Ketentuan pelaksanaan mengenai intervensi ini akan ditetapkan kemudian oleh Pemerintah Pusat. Gambar 1.1. Strategi Penguatan Kemandirian Pemkot/Kab Non Pro- Poor Policy Peduli/Pro- Poor Policy Mandiri/Pro- Poor Programe Local Good Governance Hasil yg diharapkan Pemkot/kab Bersedia Mengadopsi Konsep Pendekatan P2KP Pemkot/kab Mampu Menerapkan Pendekatan & Methodologi P2KP Pemkot/kab Mampu secara Mandiri Mengelola Program Penanggulangan Kemiskinan Tujuan Pembelajaran Belajar terlibat dalam pelaksanaan P2KP Belajar melaksanakan dan mengelola P2KP Belajar secara Mandiri menerapkan 10 prinsip good governance Intervensi Kegiatan P2KP Replikasi Program P2KP Neigborhood Development Strategi Pelaksanaan Pendampingan Masyarakat Secara prinsip, strategi pelaksanaan untuk pendampingan masyarakat, seluruhnya mengadopsi konsep P2KP yang telah diuji konsepnya didalam implementasi P2KP sebelumnya. Untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dari program replikasi P2KP, maka sesuai dengan konsep P2KP strategi yang akan dilaksanakan adalah: a. Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Tidak Berdaya Menuju Masyarakat Berdaya Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP I - 3

13 Intervensi P2KP untuk mampu mewujudkan transformasi dari kondisi masyarakat tidak berdaya menuju masyarakat berdaya, setidaknya terdiri dari empat hal: (i) Internalisasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal, sebagai pondasi yang kokoh untuk memberdayakan masyarakat menuju tatanan masyarakat yang mandiri dan mampu mewujudkan pembangunan permukiman berkelanjutan. Pembelajaran P2KP berkaitan dengan nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip universal kemasyarakatan dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (Tridaya). Proses pembelajaran nilai-nilai serta prinsip-prinsip universal tersebut akan melandasi seluruh strategi maupun tahapan pelaksanaan P2KP. Sehingga salah satu indikator utama berhasil tidaknya P2KP akan dilihat dari tingkat tumbuh berkembangnya nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal dimaksud, baik oleh masyarakat maupun pemerintah lokal dan kelompok peduli setempat. (ii) Penguatan Lembaga Masyarakat melalui pendekatan pembangunan bertumpu pada kelompok (Community based Development), dimana masyarakat membangun dan mengorganisir diri atas dasar ikatan pemersatu (common bond), antara lain kesamaan kepentingan dan kebutuhan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili, dll, yang mengarah pada upaya mendorong tumbuh berkembangnya kapital sosial. (iii) Pembelajaran Penerapan Konsep Tridaya dalam Penanggulangan Kemiskinan, menekankan pada proses pemberdayaan sejati (bertumpu pada manusia-manusianya) dalam rangka membangkitkan ketiga daya yang dimiliki manusia, agar tercipta masyarakat efektif secara sosial, tercipta masyarakat ekonomi produktif dan masyarakat pembangunan yang mampu mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, produktif dan lestari. Sebagai suatu strategi yang bersifat integratif, maka proses pembelajaran Tridaya perlu dilaksanakan masyarakat secara proporsional sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing. (iv) Penguatan Akuntabilitas Masyarakat, menekankan pada proses membangun dan menumbuhkembangkan segenap lapisan masyarakat untuk peduli untuk melakukan kontrol sosial secara obyektif dan efektif sehingga menjamin pelaksanaan kegiatan yang berpihak kepada masyarakat miskin dan mendorong kemandirian serta keberlanjutan upayaupaya penanggulangan kemiskinan di wilayah masing-masing. Penguatan akuntabilitas masyarakat juga dimaksudkan sebagai suatu upaya pembelajaran masyarakat terhadap sistem penghargaan terhadap kinerja/ perbuatan baik dan sistem sanksi terhadap kinerja/perbuatan buruk (reward dan punishment). Bentuk-bentuk penghargaan dan sanksi tersebut dapat ditetapkan oleh masyarakat sebagai hasil dari proses kontrol sosial dan dapat ditetapkan oleh pihak-pihak terkait dalam rangka mendorong masyarakat untuk melaksanakan program lebih lanjut, termasuk P2KP dan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah sebagai penyelenggara (executing agency). Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP I - 4

14 b. Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Berdaya Menuju Masyarakat Mandiri Intervensi P2KP untuk mampu mewujudkan transformasi dari kondisi masyarakat berdaya menuju masyarakat mandiri, setidaknya terdiri dari dua hal: (i) Pembelajaran Kemitraan antar Stakeholders Strategis, yang menekankan pada proses pembangunan kolaborasi dan sinergi upaya-upaya penanggulangan kemiskinan antara masyarakat, pemerintah kota/kabupaten, dan kelompok peduli setempat agar kemiskinan dapat ditangani secara efektif, mandiri dan berkelanjutan. Kemitraan sinergis pada dasarnya bermakna bahwa jalinan kerjasama dan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli/swasta tersebut harus dibangun atas dasar kebutuhan bersama, kepentingan yang sama dan kesetaraan peran dalam melaksanakan kegiatan bersama. Terkait erat dengan upaya mendukung kemitraan sinergis sebagaimana dimaksud, maka perlu dilakukan upaya-upaya penguatan peran pemerintah dan TKPK di tingkat kota/kabupaten dalam penanggulangan kemiskinan, sehingga mampu mendorong berfungsinya TKPKD secara efektif untuk menyusun strategi penanggulangan kemiskinan di masing-masing wilayah. Melalui kemitraan sinergis ketiga pilar pembangunan lokal ini (masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli/swasta), diharapkan dapat terbangun proses pelembagaan kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha, serta dunia nirlaba lainnya, dalam seluruh proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan berbagai program/proyek di daerah secara umum, dan khususnya dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan. Di samping itu, kemitraan sinergis tersebut dapat memberi peluang bagi masyarakat untuk mampu mengakses dan memanfaatkan berbagai program-program atau sumber daya yang ada di luar P2KP yang dimiliki oleh pemerintah daerah, dunia usaha, dan dunia nirlaba lainnya. (ii) Penguatan Jaringan antar Pelaku Pembangunan, dengan membangun kepedulian dan jaringan sumberdaya dan mendorong keterlibatan aktif dari para pelaku pembangunan lain maka dapat dijalin kerjasama dan dukungan sumberdaya bagi penanggulangan kemiskinan, termasuk akses penyaluran (channeling) bagi keberlanjutan program-program di masyarakat dan penerapkan Tridaya di lapangan. Para pelaku pembangunan lain yang dimaksud antara lain : LSM, Perguruan Tinggi setempat, lembaga-lembaga keuangan (perbankan), Pengusaha, Asosiasi Profesi dan Usaha Sejenis, dll. c. Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Mandiri Menuju Masyarakat Madani Intervensi P2KP untuk mampu mewujudkan transformasi dari kondisi masyarakat mandiri menuju masyarakat madani lebih dititikberatkan pada proses penyiapan landasan yang kokoh melalui penciptaan situasi dan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhberkembangnya masyarakat madani, melalui intervensi komponen Pembangunan Lingkungan Kelurahan Terpadu (Neighbourhood Development) menuju tata kepemerintahan dan pelayanan publik yang baik (Good Governance). yakni proses pembelajaran masyarakat dalam mewujudkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang berbasis Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP I - 5

15 nilai menuju terwujudnya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif dan lestari. Gambaran mengenai strategi pelaksanaan Replikasi Program P2KP dapat dilihat pada gambar 2.1. di bawah ini. Gambar 1.2. Strategi Pelaksanaan P2KP sebagai Strategi Pelaksanaan Replikasi Program P2KP Replikasi Program P2KP Program PK Pemda MASYARAKAT TIDAK BERDAYA (MISKIN) MASYARAKAT BERDAYA MASYARAKAT MANDIRI MASYARAKAT MADANI PERUBAHAN PRILAKU/SIKAP MASYARAKAT 1 INTERNALISASI NILAI & PRINSIP UNIVERSAL PENYIAPAN MASYARAKAT KELEMBAGAAN MASYARAKAT YG MENGAKAR DAN REPRESENTATIF 2 PENGUATAN LEMBAGA MASYARAKAT BKM 3 PENYUSUNAN PROGRAM PAR- TISIPATIF OLEH MASYARAKAT PEMBELAJARAN PENERAPAN KONSEP TRIDAYA PJM PRONANGKIS 4 APLIKASI PEMBELAJAR- PRONANGKIS AN SINERGI PRO POOR & DGN PEMDA KONTROL MELALUI WARGA KEMITRAAN PROGRAM PENGUATAN AKUNTABILITAS MASYARAKAT 5 BLM TRIDAYA KEMITRAAN PEMDA DAN MASYARAKAT PAKET 6 PEMBELAJARAN OPTIMALISASI SUMBER DAYA DARI LUAR (PERBANKAN, KIMPRASWIL, DEPSOS, DLL) PENGUATAN JARINGAN & CHANNELING PROGRAM CHANNELING PROGRAM 7 PEMBELAJARAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN WILAYAH KELURAHAN TERPADU SCR MANDIRI PEMBELAJARAN NEIGHBOURHOOD DEVELOPMENT BERBASIS GOOD GOVERNANCE Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP I - 6

16 2.1. PEMILIHAN KOTA/KABUPATEN Secara umum bagi Kota/Kabupaten yang mempunyai minat untuk mengembangkan luas pelayanannya didalam program penanggulangan kemiskinan dapat mengajukan usulan kepada Pemerintah Pusat melalui Departemen Pekerjaan Umum, Derektorat Jenderal Cipta Karya. Adapun Pemerintah Kota/Kabupaten yang akan dipilih secara umum harus memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagai berikut : 1). Kota/Kabupaten yang mengajukan usulan harus berada diwilayah Kota/Kabupaten sasaran P2KP sebelumnya; 2). Pemerintah Kota/Kabupaten telah membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) sesuai ketentuan yang dikeluarkan dari Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) Nasional; 3). Dijamin bahwa TKPKD yang telah terbentuk mampu menjadi motor penggerak berjalannya kegiatan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP); 4). Pemerintah Kota/Kabupaten telah memiliki Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan Program Jangka Menengah (PJM) Kota; 5). Telah menunjukan komitmennya dengan mengalokasikan dan merealisasikan biaya BOP serta memberikan bantuan teknis dalam P2KP yang telah berjalan; 6). Pemerintah Kota/Kabupaten atas persetujuan DPRD telah mengalokasikan dana APBD untuk pelaksanaan kegiatan replikasi program P2KP. Adapun secara lebih lengkap persyaratan pengusulan dan penilaian Kota/Kabupaten ini dapat dilihat didalam Tata Cara Pengajuan Dan Penilaian Usulan Kegiatan Replikasi Program P2KP (lihat lampiran 1b) LOKASI SASARAN Lokasi sasaran Replikasi Program P2KP difokuskan pada Kota/Kabupaten wilayah sasaran P2KP, dengan Kelurahan/Desa sasaran adalah Kelurahan/Desa yang belum mendapatkan program P2KP dan jumlah penduduk miskin di kelurahan/desa sasaran tersebut minimal 10 % atau lebih dari jumlah total penduduk KELOMPOK SASARAN Pada dasarnya, kelompok sasaran Replikasi Program P2KP mencakup empat sasaran utama, yakni masyarakat, pemerintah daerah, kelompok peduli setempat dan para pihak terkait (Stakeholders). Gambaran umum mengenai komponen pelaku Replikasi Program P2KP dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini : Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 1

17 Tabel 2.1. Komponen Pelaku Replikasi Program P2KP Kelompok Sasaran Masyarakat Pemerintah Kota/Kabupaten Kelompok Peduli Pihak-Pihak Terkait Komponen Pengembangan Masyarakat Seluruh masyarakat warga kelurahan peserta Replikasi Program P2KP Komponen Program Komponen Penguatan Kemandirian Pelaku Lokal Perangkat pemerintah tingkat kota/kabupaten s/d lurah/kepala desa yg terkait Replikasi Program P2KP dan anggota TKPKD termasuk Konsultan Pelaksana Daerah yang disiapkan oleh Pemkot/Kab. Perorangan atau anggota asosiasi profesi, asosiasi usaha sejenis, perguruan tinggi, LSM, dsb yg peduli dengan kemiskinan dan anggota TKPKD Bank, notaris, auditor publik, media masa (radio, tv, dsb) Komponen Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) Warga miskin menurut kriteria kemiskinan setempat yang disepakati warga, termasuk yg telah lama miskin, yg penghasilannya menjadi tdk berarti karena inflasi, yg kehilangan sumber penghasilannya 2.4. KOMPONEN PROGRAM Komponen program ini menyediakan dukungan untuk mendanai komponen kegiatan pengembangan masyarakat, komponen penguatan kemandirian pemkot/kab. termasuk didalamnya adalah penguatan kapasitas di dalam mengelola SIM P2KP dan penguatan kapasitas di dalam mengelola Pengaduan Masyarakat, penguatan kapasitas dalam mengelola program penanggulangan kemiskinan, serta komponen dana stimulan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Komponen Pengembangan Masyarakat Komponen pengembangan masyarakat dalam replikasi program P2KP dilakukan melalui proses pembelajaran masyarakat untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada di masyarakat, yakni nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal, sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat madani yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya secara terpadu. Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 2

18 Tahapan pembelajaran masyarakat terdiri dari serangkaian kegiatan, mulai dari belajar membangun kebersamaan pada saat rembug kesiapan masyarakat, belajar mengevaluasi penyebab kemiskinan yang bertumpu pada perilaku dan sikap, belajar merumuskan keinginan secara riil sesuai dengan kondisi obyektif masalah yang ada dan potensi yang dimilikinya, belajar bersinergi dan mengorganisir dalam lembaga yang mengakar dan representatif, belajar membuat program kemiskinan dan pembangunan di wilayahnya, belajar melakukan kegiatan bersama yang dilandasi perubahan perilaku dan sikap, serta proses-proses belajar lainnya. Seluruh tahapan pelaksanaan kegiatan replikasi program P2KP di tingkat masyarakat pada dasarnya dititikberatkan pada nuansa proses pembelajaran masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan replikasi program P2KP tidak hanya berorientasi pada output/produk atau dilandasi prinsip sekedar terlaksana semata, namun justru harus benar-benar memperhatikan dinamika proses, kesadaran kritis dan pelembagaan nilai-nilai universal serta proses perubahan perilaku/ sikap masyarakat itu sendiri. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam komponen pengembangan masyarakat, antara lain mencakup siklus kegiatan di masyarakat yang terdiri dari : a. Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Rembug Kesiapan Masyarakat adalah serangkaian kegiatan rembug yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari tingkat komunitas terkecil sampai kepada tingkat kelurahan untuk menentukan pilihan masyarakat atas peluang program yang ditawarkan kepada masyarakat. Keputusan menerima program ini adalah bahwa masyarakat harus menerima berbagai bentuk pembelajaran dengan segala konsekuensinya juga mengajukan permohonan bantuan teknis kepada Pemkot/Kab dan konsultan. b. FGD Refleksi Kemiskinan (RK) FGD Refleksi Kemiskinan (RK) merupakan proses membangun kesadaran kritis masyarakat, melalui serangkaian kegiatan diskusi kelompok terarah/focus group discusión (FGD); dimulai dengan refleksi kemiskinan sebagai upaya membangun paradigma baru masyarakat terhadap akar persoalan kemiskinan yang dihadapi bersama yang berkaitan dengan sikap/prilaku dan cara pandang masyarakat selama ini. Masyarakat pada akhirnya diharapkan dapat menentukan sendiri kriteria dari keluarga miskin dan menentukan harapan apa yang ingin dicapai dalam replikasi program P2KP ini. c. Kajian Pemetaan Swadaya (PS) Pemetaan Swadaya dilaksanakan sebagai upaya belajar bersama menemukenali realita persoalan dan potensi di wilayahnya serta berbagai kemungkinan penanggulangannya dan apa yang dibutuhkan untuk menanggulangi kemiskinan secara efektif dalam bentuk antara lain; komitmen (individu dan kelompok), keahlian, sumberdaya, kelembagaan, organisasi dan lain-lainnya. Kajian pemetaan swadaya ini dilakukan sendiri oleh Tim Pemetaan Swadaya, dimana terlebih dahulu Tim Pemetaan ini diberikan semacam pelatihan/coaching dan simulasi praktek lapangan, agar mereka mampu menemukenali berbagai bentuk persoalan dan potensi yang ada diwilayahnya itu. Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 3

19 d. Pembentukan BKM BKM adalah merupakan wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam upaya masyarakat membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani (civiel society), yang dibangun dan dikelola berlandaskan nilai-nilai universal (value based). Pembentukan BKM ini dilaksanakan secara demokratis, tanpa kampanye, tanpa pencalonan dan tidak ada upaya merekayasa dalam pemilihan serta dipilih oleh seluruh warga dewasa di tingkat kelurahan. e. Perencanaan Partisipatif Menyusun PJM dan Renta Pronangkis Kegiatan ini merupakan kegiatan awal BKM bersama relawan-relawan, masyarakat serta pemerintah kelurahan dan kelompok peduli setempat, untuk bersama-sama merencanakan langkah-langkah penanggulangan kemiskinan dalam bentuk PJM dan Renta Pronangkis. Penyusunan program ini dimotori oleh BKM dengan membentuk Tim Perencanaan Partisipatif yang bertugas menyusun program 3 (tiga) tahunan dan Renta Tahunan untuk penanggulangan kemiskinan Komponen Penguatan Kemandirian Pelaku Lokal Komponen penguatan kemandirian Pelaku Lokal, pada dasarnya merupakan kegiatan yang berorientasi pada upaya membangun Pemkot/Kab ke arah tata pemerintahan daerah yang baik (local good governance), khususnya dalam menanggulangi kemiskinan dan mewujudkan pembangunan keberlanjutan yang berbasis nilai-nilai serta prinsip-prinsip universal. Beberapa kegiatan yang termasuk kedalam komponen penguatan kemandirian Pemerintah Kota/Kabupaten adalah : a. Pelaksanaan Kegiatan Review Nangkis Partisipatif Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil capaian program penanggulangan kemiskinan ditiap Kota/Kabupaten termasuk didalamnya capaian P2KP yang telah berjalan. Pemkot/Kab juga akan mempunyai gambaran/masukan tentang program penanggulangan kemiskinan yang berbasis community based development sehingga diharapkan Pemda akan mampu merevisi berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sesuai dinamika dan kondisi masyarakat setempat. b. Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Kapasitas Pemkot/Kab dan Para Pelaku lainnya Upaya-upaya penguatan yang akan dilakukan agar mengikatnya kapasitas dari Pemeritah Kota/Kabupaten, khususnya didalam mengelola program penanggulangan kemiskinan antara lain : 1). Pelatihan/coaching Perencanaan Partisipatif; Pelatihan/coaching ini akan dilakukan oleh Pemkot/kab yang difasilitasi oleh KMW, bila memang sebelumnya belum pernah dilakukan penguatan kapasitas kepada Pemkot/Kab dan pelaku lainnya tentang Perencanaan Partisipatif yang berbasis community based development. Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 4

20 2). Penguatan Kapasitas di dalam Pengelolaan dan Pengendalian Sisitem Informasi Manajemen (SIM) P2KP; Penguatan kapasitas SIM berbasis website di tingkat Pemkot/Kab ini bertujuan agar Pemkot/Kab dapat mengelola dan mengendalikan serta memantau seluruh perkembangan kegiatan P2KP yang telah berjalan, maupun replikasi program P2KP secara on line dan memudahkan bagi Pemkot/Kab didalam pengendalian program secara transparan dan akuntabel. Untuk dapat meningkatkan peran Pemkot/Kab didalam membangun SIM ini diperlukan adanya sumber daya yang konsentrasi menangani SIM, sebagai tahap awal KMW akan mengawal secara intensif sampai SIM Replikasi berbasis website bisa operasional ditingkat Pemkot/Kab. 3). Penguatan Kapasitas di dalam Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM). Untuk menampung berbagai keluhan masyarakat, sebagai pelaku utama didalam replikasi program P2KP ini, ditingkat daerah sendiri harus dibangun media pengaduan masyarakat. Tujuan utama dalam membangun media PPM ini adalah terbangunnya kontrol sosial warga dalam memonitor seluruh pelaksanaan kegiatan sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diminimalisir serta diantisipasi lebih dini oleh Pemkot/Kab dan masyarakat itu sendiri. Pengembangan PPM ini tidak cukup hanya dibangun/dikembangkan di tingkat kota/kabupaten, akan tetapi yang lebih strategis adalah mengembangkan PPM sampai ke tingkat masyarakat kelurahan yang dimotori oleh BKM. 4). Penguatan Kapasitas yang berhubungan langsung dengan pengelolaan Replikasi Program P2KP. Berbagai kegiatan penguatan yang akan dilakukan untuk menunjang berjalannya pelaksanaan replikasi program P2KP ini antara lain : pendampingan/coaching tentang rekrutmen fasilitator, penyusunan BOP Pemkot/Kab, TOT lokalatih dan lokakarya, coaching pelaksanaan monitoring, pengendalian dan tata cara uji petik, dll yang disesuaikan dengan kebutuhan. c. Perencanaan Sinergis Program Nangkis Kegiatan ini akan dilakukan pra-pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (MUSRENBANG) dimana Bapeda sebagai penyelenggara akan mengikutsertakan seluruh kepala dinas, anggota TKPKD, anggota KBP, Forum BKM juga menghadirkan wakil dari komisi-komisi DPRD untuk mensinergiskan perencanaan program penanggulangan kemiskinan tiap sektoral dengan BKM. Hasil dari kegiatan ini diharapkan adanya program nangkis yang sinergis antar program sektoral dengan BKM, ditindaklanjutinya usulan program kedalam pembahasan anggaran Komponen Dana BLM Proses pembelajaran masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan dilakukan melalui praktek langsung di lapangan oleh masyarakat sendiri dengan melaksanakan apa yang sudah direncanakan (PJM dan Renta Pronangkis), dengan dukungan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Harapannya adalah melalui praktek langsung dengan stimulan BLM tersebut, masyarakat secara Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 5

21 bertahap mampu menumbuhkembangkan keberdayaan dalam tiga aspek, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Substansi makna dana BLM sesungguhnya merupakan alat pembelajaran masyarakat untuk terus membangun kapital sosial dan menumbuhkan nilai-nilai universal kemanusiaan maupun prinsip-prinsip kemasyarakatan sehingga pada gilirannya akan mampu menyelesaikan persoalan sosial, ekonomi dan lingkungan/permukiman mereka. Lebih dari itu, Komponen Dana BLM diadakan juga dengan tujuan membuka akses bagi masyarakat miskin ke sumber dana yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat miskin untuk upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Makna Dana BLM harus disikapi sebagai pelengkap sarana proses pembelajaran untuk perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan berbasis nilai-nilai universal. Sehingga tolok ukur dari pembelajaran BLM dapat dilihat pada sejauhmana BLM dimanfaatkan oleh masyarakat secara bertanggungjawab dan proporsional. Dana BLM juga merupakan dukungan stimulan yang dapat digunakan secara luwes (flexible) oleh masyarakat untuk berbagai upaya pembelajaran penanggulangan kemiskinan, sesuai dengan PJM dan Renta Pronangkis (Program Penanggulangan Kemiskinan) yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat kelurahan/desa setempat. Jenis-jenis kegiatan dapat ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui rembug warga, dengan tetap memperhatikan keselarasan dan keberlanjutan pembangunan (aspek tridaya) sesuai kebutuhan masyarakat sebagaimana layaknya pembelajaran pada kontek realita (bukan laboratorium). Pemanfaatan dana BLM oleh masyarakat diharapkan dapat dilakukan dengan arif/bijak, yakni senantiasa mempertimbangkan keseimbangan aspek Tridaya, antara kepentingan untuk kegiatan lingkungan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Dimaksud keseimbangan dalam hal ini adalah adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk belajar bersama dalam melakukan kegiatan di bidang lingkungan, sosial dan ekonomi sesuai kebutuhan wilayah masing-masing. Hal ini sejalan dengan esensi BLM baik sebagai stimulan kemandirian dan keswadayaan masyarakat maupun sebagai sarana pembelajaran aspek tridaya menuju pembangunan berkelanjutan. Dana BLM merupakan dana publik yang diberikan sebagai dana waqaf dari pemerintah ke masyarakat kelurahan/desa penerima yang penyalurannya dipercayakan ke lembaga pimpinan kolektif masyarakat warga (secara jenerik disebut BKM), yang bertindak sebagai representasi warga kelurahan yang memenuhi sifat-sifat kemanusiaan. Pengelolaan operasional dana BLM dilakukan oleh unit-unit pelaksana teknis yang dibentuk oleh BKM untuk maksud tersebut, yang sekurang-kurangnya terdiri dari UPL, UPK dan UPS. Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 6

22 Dana BLM harus dimanfaatkan bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin setempat SIKLUS PROGRAM Siklus Program Di Tingkat Masyarakat Siklus kegiatan untuk pelaksanaan tahap ini berlangsung selama 2 (dua) tahun, dimana sekitar 5 (lima) bulan diantaranya dipergunakan untuk proses penyiapan pengorganisasian masyarakat dan selama 7 (tujuh) bulan berikutnya untuk pelaksanaan kegiatan KSM dalam pemanfaatan dana BLM yang berbasis Tridaya dan 12 (dua belas) bulan untuk penguatan kapasitas kelembagaan BKM dan KSM. Gambaran umum proses pendampingan masyarakat untuk Replikasi Program P2KP ini dapat dilihat sebagaimana gambar II.1 di bawah ini: Gambar 2.1: Gambaran umum Siklus Pendampingan Masyarakat untuk Replikasi Program P2KP Pemetaan Swadaya oleh Tim PS + 5 minggu Pembentukan BKM + 4 Minggu FGD Refleksi Kemiskinan oleh Tim RK + 2 minggu Perencanaan Partisipatif PJM Pronangkis + 4 Minggu RKM & Penggalangan Relawan+ 3 minggu Pembentukan KSM (menerus) Penyaluran BLM- I : 20 % Penyaluran BLM- II : 30 % Sosialisasi Program, & Pemetaan Sosial + 2 minggu Pelaksanaan Kegiatan KSM Penyaluran BLM- III : 50 % Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 7

23 2.5.2 Tahapan Program di Tingkat Kota/Kabupaten Untuk tingkat Kota/Kabupaten, setelah Pemkot/Kab dinyatakan terpilih dan ditetapkan untuk mengelola Replikasi Program P2KP, Pemkot/Kab akan berperan mulai dari tahap persiapan seperti : 1) pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan dan PJOK Replikasi; 2) pengadaan Konsultan Pelaksana daerah dan fasilitator; 3) pelatihan penguatan kapasitas untuk Konsultan Pelaksana Daerah termasuk fasilitator kelurahan; 4) melakukan sosialisasi melalui lokakarya ditingkat Kota/Kabupaten; 5) diseminasi & sosialisasi tingkat Kecamatan dan Kelurahan; sampai pada tahap pelaksanaan yang diawali dari 1) review nangkis partisipatif; 2) serangkaian kegiatan penguatan kapasitas; dan 3) perencanaan sinergis program nangkis; dan tahap menerus dan berkala seperti : 1) melakukan koordinasi, monitoring dan supervisi selama pelaksanaan kegiatan replikasi program P2KP; 2) sosialisasi berkala, penanganan pengaduan masyarakat dan inventarisasi best practice lapangan serta; 3) melakukan evaluasi partisipatif atas seluruh pelaksanaan kegiatan replikasi program P2KP ini. Gambaran umum tahapan program ditingkat Kota/Kabupaten ini dapat dilihat sebagaimana gambar II.2 di bawah ini : Gambar 2.2. Tahapan Program di Tingkat Kota/Kabupaten Tahap Persiapan Pembentukan TPK & PJOK Replikasi Pelatihan Penguatan Substansi P2KP Pengadaan Konsultan Pelaksana Daerah Pelatihan Dasar P2KP bagi Konsultan & Faskel Lokakarya Tk.Kota/Kab & Diseminasi/so sialisasi Tk.Kec/Kel Tahap Pelaksanaan Perencanaan Sinergis Program Nangkis Serangkaian Kegiatan Penguatan Kapasitas Review Nangkis Partisipatif Tahap Menerus & Berkala Koordinasi, Monitoring, Supervisi pelaksanaan replikasi Sosialisasi, Penanganan Konflik, Inventarisasi Best Practice Pelaporan dan Evaluasi Partisipatif 2.6. ALOKASI DANA, SUMBER PENDANAAN DAN PEMANFAATAN DANA BLM Alokasi Dana Alokasi dana BLM Replikasi kepada kelurahan/desa di lokasi Kota/Kabupaten terpilih akan dilakukan melalui mekanisme penganggaran yang biasa dilakukan oleh pemerintah pusat. Jumlah dana BLM yang didanai oleh pemerintah pusat Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 8

24 sebesar 50 % dari total dana BLM yang disetujui, sedangkan 50 % sisa dana BLM harus didanai oleh pemerintah Kota/Kabupaten melalui alokasi dana APBD. Adapaun besarnya dana BLM berdasarkan ukuran besar jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2. Alokasi Dana BLM Replikasi Program P2KP Ukuran Kelurahan/Desa Kategori Kecil Sedang Besar Jumlah penduduk s.d. Kelurahan *) < jiwa > jiwa jiwa Jumlah KK Miskin (Pra KS dan KS-1) *) < 300 KK 300 KK < 1000 KK 1000 KK Jumlah Penduduk Miskin Jumlah Alokasi Dana BLM *) Sumber data : BPS % dari total jumlah penduduk 75 juta 125 juta Rp 175 juta Rp 225 juta Sumber Pendanaan Pelaksanaan kegiatan replikasi program P2KP ini didukung oleh berbagai sumber pendanaan seperti yang tercantum dibawah ini : a. Pengadaan Konsultan Pelaksana Daerah didanai oleh Pemkot/Kab setempat; b. Pengadaan KMW di tingkat propinsi didanai oleh Pemerintah Pusat; c. Dana BLM Replikasi didanai secara bersama (sharing) oleh Pemkot/Kab dan Pemerintah Pusat dengan ketentuan 50 : 50 ; d. BOP untuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Kecamatan (PJOK Replikasi) dan Kelurahan didanai oleh Pemkot/Kab setempat Penggunaan dan Pemanfaatan Dana BLM Pada dasarnya dana BLM dapat digunakan secara cukup luwes dengan berpedoman kepada PJM Pronangkis, pembelajaran aspek Tridaya dan kesepakatan serta kearifan warga sehingga hasilnya dapat benar-benar memberikan manfaat berkurangnya kemiskinan di kelurahan/desa bersangkutan. a. Stimulan Keswadayaan Masyarakat (Insentif Hibah) : o Kegiatan santunan sosial untuk fakir miskin, orang jompo, anak yatim piatu dan lain-lainnya, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang termiskin dari masyarakat miskin (termasuk dimungkinkan penggunaan untuk bea siswa, perbaikan rumah kumuh, pelayanan kesehatan dan lainnya). Mengingat masyarakat termiskin dari kelompok masyarakat miskin adalah kelompok sasaran utama di dalam replikasi program P2KP ini, maka sebagian dana BLM harus dialokasikan untuk memberikan santunan dan sekaligus membangkitkan kepedulian dan kegiatan amal dari lapisan masyarakat yang lebih beruntung untuk terlibat dalam gerakan amal ini. Besarnya alokasi BLM sesuai kesepakatan masyarakat setempat. Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 9

25 o Kegiatan pembangunan prasarana/sarana lingkungan yang manfaatnya langsung dinikmati sebagian besar warga kelurahan/desa bersangkutan, seperti jembatan, jalan, perbaikan sekolah, fasilitas kesehatan, sanitasi dan lainnya yang telah diidentifikasi melalui Pronangkis berbasis pemetaan swadaya. Usulan kegiatan pendidikan dan kesehatan harus sesuai dengan Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan dan Kesehatan di kota/kabupaten bersangkutan, bila Master Plan itu telah ada. o Kegiatan yang sifatnya membangun kapasitas dan daya saing kelompokkelompok masyarakat (pelatihan, study banding, dsb) Pelayanan prasarana dan sarana yang didanai sumber dana hibah BLM pada prinsipnya adalah prasarana dan sarana lingkungan skala kecil. Akan tetapi apabila masyarakat memutuskan untuk membangun pelayanan prasarana dan sarana bekerjasama dengan pihak lainnya yang mungkin akan menimbulkan dampak yang cukup berarti terhadap lingkungan, misalnya: pompa sumur dalam, pompa irigasi dan lainnya, maka lampiran 2 tentang pedoman lingkungan harus diterapkan secara konsisten. b. Pinjaman Bergulir : o Pinjaman untuk kegiatan prasarana yang bersifat individual, misalnya perbaikan rumah maupun sarana rumah tangga yang berkaitan dengan lingkungan permukiman dan kegiatan sosial yang bersifat individual, misalnya beasiswa dan pelatihan untuk warga tidak miskin. Apabila kegiatan lingkungan permukiman dan kegiatan sosial tersebut diperuntukkan bagi warga termiskin, maka termasuk kategori kegiatan kolektif, yakni santunan sosial yang bersifat stimulan hibah. o Pinjaman untuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang membutuhkan dana untuk kegiatan yang terkait usaha produktif dari anggota-anggotanya. o Batas maksimal pinjaman pertama kali bagi setiap anggota KSM adalah Rp 500 ribu. Sedangkan batas maksimal pinjaman untuk tahap berikutnya adalah Rp 2 juta. Hal ini dimaksudkan sebagai proses pembelajaran masyarakat sekaligus memperkuat orientasi sasaran replikasi program P2KP, yakni masyarakat miskin. Oleh karena itu, pada tahap berikutnya diharapkan KSM-KSM dan anggota-anggotanya yang telah meningkat kesejahteraannya dimaksud dapat dilayani oleh koperasi yang difasilitasi BKM dan juga dapat mengakses lembaga keuangan formal di sekitarnya. Dalam hal masyarakat telah menyepakati dan menetapkan sebagian dana BLM dialokasikan untuk kegiatan pinjaman bergulir, maka pengelolaannya harus dilakukan secara profesional sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman bergulir. Pedoman yang khusus untuk hal ini harus dibuat oleh KMP untuk menjamin bahwa dana digunakan sesuai contoh terbaik, dan menerapkan prinsip-prinsip sedemikian sehingga tidak terjadi distorsi dengan pasar keuangan mikro. Lihat lebih lanjut pada Pedoman Khusus Pengelolaan Pinjaman Bergulir. Secara singkat dapat diuraikan ketentuan sifat penggunaan dana BLM seperti dijelaskan pada tabel 2.3. sebagai berikut: Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 10

26 Tabel 2.3. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan Komponen Sosial Komponen Ekonomi Sifat Kemanfaatan Kegiatan Kegiatan yang secara langsung memberikan dampak/manfaat secara kolektif pada perbaikan peningkatan kualitas lingkungan & permukiman yang sehat, tertib, aman dan teratur Kegiatan yang secara langsung mampu menumbuhkan kembali modal sosial di masyarakat seperti terjalinya kembali budaya gotong royong, tolong menolong antar warga, dll. Seluruh ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan sosial ini harus sesuai menurut kesepakatan warga dan tertuang dalam kebijakan BKM Kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat dan peningkatan pendapatan bagi individu/keluarga maupun kelompok Contoh Jenis Kegiatan yang dibiayai BLM Replikasi Program P2KP Pembangunan sarana & prasarana perumahan dan permukiman, baik kepentingan masyarakat umum, dan/atau kepentingan warga miskin (rumah kumuh, dll). Pelatihan KSM untuk pengembangan kapasitas/ penguatan organisasi.penciptaan peluang usaha melalui pelatihan dan praktek ketrampilan usaha bagi warga-warga miskin dan penganggur Serangkaian kegiatan sosial seperti santunan bagi warga lansia/jompo, sembako murah, sunatan masal warga tak mampu, pengobatan murah/gratis, beasiswa sekolah untuk warga miskin Usaha produktif Pengembangan modal ekonomi keluarga, yang bermanfaat langsung bagi perbaikan pendapatan keluarga miskin, Perbaikan rumah/ sarana individu Pelatihan individu, dll Status Pemanfaatan Dana BLM Sebagai dana stimulan/ hibah yang harus gunakan secara arif dan cermat. Diharapkan dana ini dapat menggugah keswadayaan masyarakat untuk mampu memberi kontribusi agar kegiatan ini menjadi lebih besar manfaatnya Sebagai dana stimulan/ hibah dan diharapkan dapat menggugah partisipasi warga lainnya untuk ikut dlm gerakan amal bagi kaum miskin Sebagai pinjaman kepada KSM dan harus dikembali-kan kepada UP Selain itu dalam Replikasi Program P2KP ini tidak menghendaki bahwa dana BLM akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, secara umum ditetapkan beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai dengan dana BLM, yaitu: Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 11

27 1. Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll) 2. Kegiatan militer atau semi-militer (pembelian senjata dan sejenisnya); 3. Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga bank; 4. Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan maupun pihak ketiga lainnya; 5. Pembebasan lahan; 6. Pembangunan rumah ibadah; 7. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor BKM; 8. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal; dan. 9. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai P2KP. Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP II - 12

28 3.1. UMUM Langkah-langkah pelaksanaan Replikasi Program P2KP pada dasarnya terdiri dari serangkaian kegiatan di tingkat Kota/Kabupaten dan masyarakat, yang dapat bersifat urutan (sekuensial), bersamaan (paralel) atau menerus, seperti antara lain sosialisasi, koordinasi, pemantauan dan pendampingan. Di samping itu kelompok kegiatan tersebut dapat juga dipilah menjadi tahap persiapan (tidak terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan) dan tahap pelaksanaan (actual implementation). Untuk menghindarkan terjadinya anggapan yang salah mengenai adanya urutan langkah baku dari awal sampai akhir, maka dalam Buku Pedoman Khusus ini berbagai jenis kegiatan dikelompokkan ke dalam tahap persiapan, tahap pelaksanaan serta tahap menerus dan berkala. Khusus di tahap pelaksanaan, kumpulan kegiatan dikelompokkan dengan berorientasi pada komponen kegiatan Pengembangan Masyarakat dan Penguatan Kemandirian Pemerintah Kota/Kabupaten serta pelaksanaan komponen dana BLM. Perlu diperhatikan bahwa daftar kegiatan yang tertulis dalam Buku Pedoman Khusus ini adalah jenis kegiatan utama saja sedangkan untuk kegiatan pendukung, seperti antara lain: pelatihan dan sosialisasi, dapat dilihat lebih rinci dalam Modul- Modul Pelatihan serta Pedoman Sosialisasi. Demikian pula Buku Pedoman dan Buku Panduan lainnya TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Persiapan Tahap persiapan ini pada dasarnya adalah menyiapkan para pelaku terkait, di tingkat daerah, agar menyiapkan diri untuk melaksanakan Replikasi Program P2KP dan mendorong integrasi serta sinkronisasi kegiatan-kegiatan sektoral terkait di di daerah. Agar kegiatan pelaksanaan replikasi ini dapat fokus dilaksanakan oleh masing-masing pemerintah kota/kabupaten, maka perlu dibentuk oleh walikota/bupati suatu tim kerja yang dinamakan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Kota/Kabupaten. TPK Kota/Kabupaten ini keanggotaanya terdiri dari anggota KBP dari unsur dinas-dinas terkait, wakil anggota forum BKM yang dipilih oleh seluruh anggota BKM dan kelompok peduli yang jumlah anggotanya disesuaikan dengan kebutuhan maupun jumlah kelurahan/desa yang akan dilayani. Secara rinci tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pesiapan ini dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini : Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 1

29 Tabel 3.1. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Persiapan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN Penyelenggara : Pemkot/Kab (Bupati/Walikota) Peserta : calon anggota TPK 1 kota/kabupaten terdiri dari Dilaksanakan Terbentuknya Tim anggota KBP dari unsur dinasdinas terkait, wakil anggota forum surat keputusan setelah mendapat Pembentukan Tim Pelaksana yang akan Pelaksana Kegiatan melaksanakan secara BKM dan orang-orang yang dari Dirjen Cipta (TPK) Kota/Kabupaten administratif & operasional dipercaya diluar unsur Karya tentang dan PJOK Replikasi pelaksanaan replikasi keperintahan (kelompok peduli). penetapan pilihan program P2KP Sedangkan PJOK Replikasi dapat Kota/Kabupaten dimanfaatkan dari mantan PJOK P2KP atau aparat lainnya yang ditunjuk di tingkat kecamatan Pelatihan penguatan substansi P2KP & konsep replikasi program P2KP Coaching rekrutmen fasilitator Pengadaan Konsultan Pelaksana Daerah & Rekrutmen Fasilitator Pelatihan dasar P2KP bagi Konsultan Pelaksana Daerah dan Fasilitator Penyelenggara : Pemkot/Kab Peserta : Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Kota/Kabupaten dan PJOK Replikasi Fasilitator : KMW Penyelenggara : Pemkot/Kab Peserta : Tim Pelaksana Kegiatan Kota/Kabupaten Fasilitator : KMW Propinsi Penyelenggara : Panitia Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Kota/Kabupaten Peserta : calon Konsultan Pelaksana Daerah & fasilitator Fasilitator : P2KP Pusat Penyelenggara : Pemkot/Kab (Tim Koordiasi) Peserta : TL, TA, Manajemen Konsultan Pelaksana Daerah dan Fasilitator Fasilitator : P2KP Pusat Adanya pemahaman yang sama tentang substansi dasar P2KP & konsep replikasi program P2KP Peserta memahami tata cara pelaksanaan replikasi program P2KP Peserta mampu berperan sebagai pelaksana di dalam pelaksanaan kegiatan replikasi program P2KP Tim Pelaksana Kegiatan Kota/Kabupaten mampu melakukan proses rekrutmen fasilitator sesuai dengan kerangka acuan rekrutmen fasilitator Tersedia Konsultan Pelaksana Daerah pelaksana dan fasilitator yang sesuai dengan TOR Tersedianya Tim pelaksana program Replikasi P2KP yang siap melakukan pendampingan Dilaksanakan setelah ditandatanganinya MoU antara pemerintah pusat dengan pemerintah kota/kabupaten Lihat Kerangka Acuan Rekrutmen Fasilitator yang disediakan oleh KMP Pemkot/kab harus membuat TOR pengadaan konsultan pelaksana daerah yang diketahui oleh konsultan supervisi (KMW) Untuk rekrutmen fasilitator, lihat Kerangka Acuan Rekrutmen Fasilitator Pengadaan konsultan pelaksana daerah dan rekrutmen fasilitator harus diumumkan di media massa lokal dan web site P2KP Lihat GBPP Training Of Trainer (TOT) yang disediakan oleh KMP Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 2

30 No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN Lokakarya orientasi P2KP tingkat Kota/Kabupaten Diseminasi dan Sosialisasi tingkat Kecamatan Diseminasi dan Sosialisasi tingkat Kelurahan Penyelenggara:Tim Pelaksana Kegiatan. Peserta : Camat, PJOK, Lurah/ Kades, Dinas/Instansi terkait & Tokoh-tokoh masyarakat/ kelompok strategis Fasilitator: Konsultan Pelaksana Daerah, anggota KBP & TKPKD Penyelenggara: Camat & PJOK Replikasi Peserta : Lurah/Kades, Aparat Desa, Ketua RW, tokoh masyarakat, tokoh wanita/perempuan, kelompokkelompok strategis Fasilitator : : Konsultan Pelaksana Daerah, anggota KBP & TKPKD Penyelenggara: Lurah/Kades Peserta : Aparat Desa, Ketua RW, Ketua RT, tokoh masyarakat, tokoh wanita/perempuan, kelompokkelompok strategis Fasilitator : Camat/PJOK Replikasi, Tim Fasilitator Camat, Lurah, Kades, Dinas/Instansi terkait & Tokoh Masyarakat/ Kelompok Strategis paham dan terjadi persamaan persepsi, integrasi tentang konsep replikasi program P2KP Adanya pemahaman bersama tentang konsep replikasi program P2KP dan kesiapan dukungan terhadap pelaksanaan program Adanya pemahaman bersama tentang konsep replikasi program P2KP dan kesiapan masyarakat terhadap pelaksanaan program Dilaksanakan pada bulan ke-1 setelah Konsultan Pelaksana Daerah dimobilisasi Dilaksanakan di bulan ke-1 setelah tim fasilitator di mobilisasi Dilaksanakan di bulan ke-1 setelah tim fasilitator di mobilisasi Tahap Pelaksanaan Pada dasarnya tahap pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dikelompokkan berdasarkan komponen program, yakni: Pengembangan Masyarakat, Penguatan Kemandirian Pemkot/Kab dan Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat). a) Pengembangan Masyarakat dan Penguatan Kemandirian Pemerintah Kota/Kabupaten Pelaksanaan replikasi program P2KP pada tahap pelaksanaan dimulai dengan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat (Community Empowerment) dan penguatan kemandirian pemerintah kota/kabupaten. a.1. Pengembangan Masyarakat Siklus kegiatan untuk pelaksanaan tahap ini berlangsung selama sekitar 2 tahun, dimana sekitar 5 bulan diantaranya dipergunakan untuk proses penyiapan pengorganisasian masyarakat, selama 7 bulan berikutnya untuk pelaksanaan kegiatan KSM dalam pemanfaatan dana BLM yang berbasis Tridaya dan 12 bulan selanjutnya untuk penguatan kelembagaan lokal (BKM) termasuk didalamnya penguatan kapasitas UPK didalam pengelolaan keuangan BKM. Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 3

31 Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dilaksanakan sungguh-sungguh oleh para pelaku Replikasi Program P2KP dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan masyarakat, adalah mempunyai tiga prinsip, yakni (1) Prinsip Membangun Dari Dalam (Development from within), Prinsip Sistem Kerelawanan (Voulenteerisme), Prinsip Pertumbuhan Alamiah (Organic Development). Adapun uraian rangkaian kegiatan-kegiatan pokok komponen pengembangan masyarakat dalam pelaksanaan Replikasi Program P2KP secara umum adalah sbb : Tabel 3.2. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Pelaksanaan di Tingkat Masyarakat No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 7 Serangkaian lobby-lobby, silaturahmi sosial, sosialisasi awal kepada perangkat kelurahan & kelompok strategis di tingkat kelurahan dilanjutkan dengan Pemetaan Sosial Penyelenggara: Perangkat kelurahan dan kelompok strategis Peserta: Perangkat kelurahan, tokoh formal dan tokoh informal yang berpengaruh di masyarakat setempat. Fasilitator: Perangkat kelurahan & Fasilitator Pemahaman mengenai gambaran umum Replikasi Program P2KP dan segala konsekwensinya Kesepakatan Rencana melaksanakan Rembug Kesiapan Masyarakat untuk menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan masyarakat setempat berpartisipasi dalam Replikasi Program P2KP Teridentifikasi gambaran kondisi wilayah kelurahan baik secara geografis, kultur/budaya serta lembaga-lembaga aktivitas masyarakat sebagai acuan dalam menyusun strategi sosialisasi Tim Fasilitator menunjukkan surat tugas dari Konsultan Pelaksana Daerah dan Pemkot/Kab setempat Dilakukan di bulan ke-1 pada minggu ke-1s/d minggu ke-2 stlh mobilisasi Acuan pelaksanaannya menggunakan buku Pedoman Pemetaan Sosial & Sosialisasi Awal (Kode: P2KP ) Tim Fasilitator memfasilitasi perangkat kelurahan dalam proses rembug warga tingkat Desa/ Kelurahan Dilakukan di bulan ke-1 pada minggu ke-3 hingga ke-4 dan bulan ke-2 pada minggu ke-1 stlh mobilisasi Acuan pelaksanaannya menggunakan buku Pedoman Teknis Pendaftaran Relawan dan Pelaksanaan RKM 8 Sosialisasi intensif substansi P2KP sbg proses pembelajaran, penggalangan relawan dan dilanjutkan dengan Rembug warga tingkat desa/ kelurahan untuk menyatakan kesiapan warga melaksanakan Replikasi P2KP sesuai proses dan ketentuan serta penetapan relawanrelawan. Penyelenggara: Lurah/Kades. Peserta: Masyarakat, para tokoh, relawanrelawan dan warga miskin Fasilitator: Perangkat kelurahan & Fasilitator Tumbuhnya pemahaman dan kesadaran kritis warga tentang substansi P2KP sbg proses pembelajaran dan pelembagaan prinsip serta nilai universal sebagai pondasi kokoh upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri, efektif dan berkelanjutan Warga paham arti penting kerelawanan dlm mendorong tumbuhberkembangnya kesatuan & solidaritas social, kepedulian bersama serta kemandirian & keswadayaan untuk menanggulangi masalah kemiskinan di wilayahnya Warga memahami hakekat Relawan-Relawan Masyarakat berdasarkan perbuatan baik seseorang dan yang memiliki Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 4

32 No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 9 Focussed Group Discussion (FGD) Refleksi Kemiskinan guna mendorong masyarakat mampu merefleksi masalah kemiskinan di wilayahnya dan terutama menumbuh-kan kesadaran kritis warga bahwa akar persoalan kemiskinan berkaitan erat dengan lunturnya nilainilai universal kemanusia-an (aspek moral), prinsip-prinsip kemas-yarakatan (Aspek Good governance), dan pembangunan berkelanjutan (Aspek Tridaya). 10 Pelaksanaan kegiatan Pemetaan Swadaya (CSS/Community Self Survey) oleh Tim Pemetaan Swadaya yang Pelaksana: Perangkat kelurahan & Relawan masyarakat (Tim refleksi Kemiskinan) Peserta: sebanyak mungkin warga Fasilitator : Tim Fasilitator Pelaksana: Relawanrelawan masyarakat (tim Pemetaan Swadaya) dan perangkat kelurahan setempat dianggap paling dapat dipercaya, memiliki sifat-sifat kerelawanan serta komitmen yang tinggi untuk membantu masyarakat miskin dalam pelaksanaan Replikasi Program P2KP. Terdaftarnya relawan-relawan setempat sebagai tim refleksi kemiskinan yang akan membantu masyarakat dalam pelaksanaan tahapan kegiatan siklus Replikasi program P2KP. Masyarakat paham bahwa RKM merupakan proses pembelajaran dalam membangun kebersamaan Kesepakatan bersama untuk menyatakan kesiapan atau menolak melaksanakan Replikasi Program P2KP. Perangkat kelurahan, warga miskin & Tokoh Masyarakat secara bersama mengajukan Surat permintaan bantuan teknik ke Konsultan Pelaksana Daerah & Bappekot. Masyarakat paham bahwa makna Refleksi Kemisninan adalah belajar mengevaluasi akar penyebab kemiskinan. Tumbuhnya Kesadaran warga bahwa upaya penanggulangan kemiskinan harus dimulai dari diri sendiri melalui perubahan mental & perilaku kolektif Kesepakatan langkah-langkah untuk menanggulangi masalah kemiskinan secara bersama-sama Tumbuhnya kepedulian dan kesatuan warga melalui proses remug-rembug warga yang melibatkan segenap lapisan masyarakat, baik warga miskin dan kaya, warga peduli, dll utk bersama-sama membahas persoalan kemiskinan yang ada di wilayahnya Tergalinya aspirasi & harapan warga miskin serta kelompok marjinal mengenai persoalan kemiskinan dan upaya penanggulangannya. Tumbuhnya pemahaman bahwa makna kegiatan Pemetaan Swadaya adalah masyarakat belajar merumuskan kebutuhan riil sesuai kondisi obyektif (Kode: P2KP ) Mulai dilaksanakan dibulan ke-2 Minggu ke-1 s/d minggu ke-2 stlh tim fasilitator dimobilisasi Acuan pelaksanaannya menggunakan buku Pedoman Teknis Pelaksanaan FGD Refleksi Kemiskinan (Kode: P2KP ) Mulai dilakukan Minggu ke-4 bulan ke-2 s/d minggu ke- 4 Bulan ke-3 stlh tim fasilitator dimobilisasi Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 5

33 No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN merupakan relawanrelawan masyarakat dan perangkat pemerintah kelurahan setempat, melalui serangkaian kegiatan analisis sosial dan rembug-rembug warga masyarakat 11 Serangkaian FGD Kepemimpinan moral dan rembug warga masyarakat untuk menentukan lembaga masyarakat yang menangani Replikasi P2KP sebagai Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dgn pilihan: memampukan lembaga yg ada atau membentuk/ membangun lembaga baru Peserta: Masyarakat Fasilitator : Fasilitator & Lurah/kades Pelaksana: Relawanrelawan sebagai Tim Panitia Pembentukan BKM dan perangkat kelurahan setempat Peserta: Seluruh Warga masyarakat Fasilitator : Tim Fasilitator & Lurah/Kades masalah dan potensi yang dimilikinya. Pelaksanaan pemetaan swadaya untuk kesepakatan: - Penyebab kemiskinan di wilayahnya, peta kemiski-nan, kriteria kemiskinan, profil keluarga miskin, dll. (Untuk menetapkan kriteria dan daftar keluarga miskin penerima Replikasi P2KP) - Peta, profil persoalan serta potensi setempat (ekonomi, sosial, lingkungan, SDM, prasarana permukiman, dll) - Peta dan profil lembaga yg ada (potensi dan kendala) untuk menangani Replikasi P2KP. - Peta dan profil kebutuhan riil masyarakat Tumbuh kesadaran kritis dan Kesepakatan bersama ttg bentuk serta kriteria lembaga masyarakat yang benar-benar mencerminkan kedaulatan rakyat dan kepemimpinan moral (kerelawanan, inklusif, kepemimpinan kolektif, partisipatif, akuntabel, aspi-ratif & mengakar/akseptable) Kesepakatan masyarakat untuk memanfaatkan lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru sebagai BKM yang akan diberi mandat untuk mengendalikan penanganan replikasi program P2KP serta upaya penanggulangan kemiskinan setempat Rumusan kriteria anggota BKM berdasarkan kualitas sifat kemanusiaan (moral) dan sistem pemilihan tanpa calon, tanpa kampanye, tertulis dan rahasia dpt disepakati warga. Terpilih 9 sampai 13 anggota BKM sebagai lembaga kepemimpinan kolektif masyarakat dengan proses dan ketentuan sesuai pedoman Teknis Pembentukan BKM. AD/ART BKM telah dibahas dan disepakati terlebih dahulu oleh masyarakat melalui rembugrembug warga sblm Musyawarah Pembentukan BKM di tingkat kelurahan. Acuan pelaksanaannya menggunakan buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Kajian PS (Kode: P2KP ) Mulai dilaksanakan pada minggu ke-1 s/d minggu ke- 4 bulan ke-4 setelah Tim Fasilitator mobilisasi Acuan pelaksanaannya menggunakan buku Pedoman Teknis Pembentukan BKM (Kode: P2KP ) Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 6

34 No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 12 Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Partisipatif untuk Menyusun Dokumen Strategi Penanggula-ngan kemiskinan Kelurahan dan Program Jangka Menengah (PJM) serta Program Tahunan Penanggulangan Kemiskinan oleh Masyarakat setempat (PJM Pronangkis dan Program Tahunan) Pelaksana : BKM, Tim Pemetaan Swadaya, Relawan Masyarakat dan perangkat kelurahan Peserta : Representasi warga masyarakat desa/kelurahan, warga miskin (Para KS& KS1) perangkat kelurahan, kelompok/orang-orang peduli setempat Fasilitator : Tim Fasilitator & Lurah/Kades Masyarakat paham bahwa makna PJM adalah belajar membuat program. Dokumen SPK Kelurahan: Visi, Misi dan Strategi Penanggulangan kemiskinan di Kelurahan setempat PJM Pronangkis (3 thn): Indikasi program jangka menengah penanggulangan kemiskinan setempat Program Tahunan (1 thn): Rumusan jenis kegiatan yg akan dilaksanakan tahun 1 Klasifikasi & kesepakatan rencana kegiatan dengan sumber dananya: - Swadaya murni warga - BLM - Dana Pihak ke-3 Dilakukan pada Bulan ke-5 Minggu ke-1 s/d Minggu ke- 4 stlh tim fasilitator dimobilisasi Acuan pelaksanaannya menggunakan buku Pedoman Teknis Perencanaan Partisipatif PJM Pronangkis (Kode: P2KP ) 13 Pembangunan KSM/ Panitia dan/atau pemanfaatan kelompok masyarakat yang ada sebagai KSM/Panitia untuk pelaksanaan kegiatan replikasi program P2KP. Pelaksana: BKM & UP- UP Peserta: Masyarakat miskin dan kelompok/ orang-orang peduli setempat Fasilitator: Relawanrelawan masyarakat Tumbuh kesadaran kritis masyarakat tentang mengapa, untuk apa dan bagaimana berkelompok KSM dibangun atas dasar komitmen, kepentingan dan kebutuhan bersama Terbentuk KSM yg bercirikan visi,misi, prinsip dan nilai universal Aturan main KSM terumuskan dan disepakati seluruh anggotanya Rintisan kegiatan dapat dimulai stlh hasil pemetaan swadaya dan difasilitasi intensif pada bulan ke-5 minggu ke-1 hingga seterusnya secara berkelanjut-an sesuai dinamika masyarakat setempat Acuan pelaksanaannya menggunakan buku Pedoman Teknis Pembentukan KSM (Kode: P2KP ) a.2. Penguatan Kemandirian Pelaku Lokal Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dilaksanakan sungguhsungguh oleh para pelaku replikasi program P2KP di tingkat Kota/Kabupaten dalam pelaksanaan kegiatan penguatan kemandirian Pemkot/Kab adalah keseriusan untuk mau melakukan perubahan dari semua pelaku menuju suata tatanan sistem tata pemerintahan yang baik. Beberapa kegiatan pokok penguatan kemandirian pemerintah kota/ kabupaten dan stakeholders lainnya secara umum adalah sbb: Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 7

35 Tabel 3.3. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Pelaksanaan di Tingkat Kota/Kabupaten No. KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 14 Review Nangkis Partisipatif. Pelaksanaan review ini dilakukan dengan dua tahapan pelaksanaan, tahap pertama adalah pleno dari berbagai program sektoral termasuk P2KP yang dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Tahap ke dua seluruh peserta dibagi kedalam komisi-komisi yang akan merumuskan program penanggulangan kemiskinan berbasis community based development (CBD) dengan menggunakan metode ZOOP 15 Pelatihan/coaching perencanaan partisipatif 16 Coaching Implementasi Pengelolaan Pengaduan Masyarakat 17 Coaching Pengelolaan dan Pengendalian SIM P2KP Penyelenggara : Pemerintah Kota/Kabupaten Peserta : DPRD, anggota TKPKD, anggota KBP, Konsultan Pelaksana Daerah, Forum BKM, kalangan pers, PT, kelompok profesi (pengusaha, dokter, dll) Fasilitator : TKPKD, Konsultan Pelaksana Daerah Supervisi (bila diperlukan) Penyelenggara : Pemerintah Kota/Kabupaten Peserta : DPRD, anggota TKPKD, TPK, anggota KBP, Forum BKM, kalangan pers, PT, kelompok profesi (pengusaha, dokter, dll) Fasilitator : KMW dan Pemandu Nasional Penyelenggara : Pemerintah Kota/Kabupaten Peserta : Wakil Pemerintah Kota/Kabupaten yang ditunjuk walikota/bupati Fasilitator : KMW dan KMP Penyelenggara : Pemerintah Kota/Kabupaten Peserta : Wakil Pemerintah Kota/Kabupaten yang ditunjuk walikota/bupati Fasilitator : KMW dan KMP Pemkot/Kab dan stakeholder lainnya mengetahui hasil capaian Nangkis Kota/Kabupaten termasuk didalamnya program P2KP yang telah berjalan Pemkot/Kab mempunyai masukan/gambaran program penanggulangan kemiskinan yang berbasis CBD TKPKD & para pihak mampu mereview berbagai kebijakan & program kemiskinan sesuai dinamika kondisi masyarakat TKPKD & para pihak mampu melembagakan proses pembelajaran nilai-nilai universal kemanusiaan & prinsip kemasyarakatan dalam upaya penanggu-langan kemiskinan di wilayah mereka. Peserta menyadari tentang daur ulang program di dalam pembangunan partisipatif Peserta memahami tentang konsep perencanaan partisipatif yang berbasis community based development Peserta mampu menyusun prorgam yang partisipatif dan berbasis community based development Pemkot/Kab memahami perlunya PPM Pemkot/Kab dapat membentuk Tim PPM di tingkat Kota/Kabuoaten Pemkot/kab dapat mengoperasionalkan PPM ditingkat Kota/Kabupaten Pemkot/Kab memahami perlunya SIM Pemkot/Kab dapat membentuk divisi khusus di tingkat Kota/Kabupaten Pemkot/kab dapat mengoperasionalkan SIM ditingkat Kota/Kabupaten Dilakukan setelah Konsultan Pelaksana Daerah dimobilisasi oleh Pemkot/Kabupat en dimasingmasing wilayahnya TKPKD difasilitasi Konsultan Pelaksana Daerah sebelumnya membuat TOR pelaksanaan Review Nangkis Partisipatif Pelatihan/coaching ini dilakukan bila di kota/kabupaten tersebut belum pernah diberikan pelatihan perencanaan partisipatif Coaching akan dilaksanakan di Kota/Kabupaten yang belum membentuk dan mengoperasionalka n PPM Coaching ini akan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan ciaching PPM Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 8

36 No. KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 18 Penguatan kapasitas pelaku dalam pengelolaan replikasi program P2KP seperti: 1) Coaching tentang rekrutmen fasilitator; 2) Fasilitasi penyusunan BOP Pemkot/Kab; 3) TOT & simulasi untuk lokalatih dan lokakarya; 4) Coaching pengendalian dan monitoring pelaksanaan replikasi dan lain-lain yang disesuaikan dengan kebutuhan Penyelenggara : Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Kota/Kabupaten Peserta : TPK dan PJOK Replikasi Fasilitator : KMW dan KMP Tim Pelaksana Kegiatan Kota/Kabupaten dan PJOK Replikasi mampu menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Difasilitasi oleh KMW (propinsi) dan sewaktuwaktu oleh KMP (bila diperlukan) Dilaksanakan secara berkala sesuai dengan waktu yang sedang berjalan 19 Perencanaan Sinergis Program Nangkis termasuk didalamnya penyusunan anggaran biaya untuk program nangkis (pro-poor budgeting) Penyelenggara : Bepeda Kota/Kabupaten Peserta : seluruh kepala dinas, anggota TKPKD, anggota KBP, forum BKM juga menghadirkan wakil komisi-komisi DPRD Fasilitator : Konsultan Pelaksana Daerah & TKPKD Adanya program nangkis yang sinergis antar program sektoral dengan BKM Disepakatinya hasil penyusunan program nangkis sektoral untuk ditindaklanjuti didalam pembahasan anggaran oleh DPRD Dilakukan sebelum pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (MUSRENBANG) b) Pelaksanaan Komponen Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Replikasi Program P2KP bukan sekedar merupakan proyek bagi-bagi uang ke masyarakat. Kedudukan dana bantuan BLM hanyalah sebagai pelengkap atau stimulus dari kesiapan, keswadayaan, dan kemandirian masyarakat itu sendiri. Demikian pula halnya dengan komponen dana bantuan langsung masyarakat (BLM), pada hakekatnya merupakan bentuk dukungan replikasi program P2KP untuk melengkapi dan sekaligus sebagai stimulans kepada masyarakat di lokasi sasaran yang secara sungguh-sungguh telah memperlihatkan kesiapan, keswadayaan, kemandirian dan kerja keras untuk menggalang segenap potensi sumber daya yang dimilikinya dalam upaya menanggulangi masalah kemiskinan yang ada di wilayahnya. Sebaliknya, komponen dana BLM tidak akan dilaksanakan Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 9

37 apabila kondisi masyarakat di kelurahan sasaran itu sendiri ternyata terbukti tidak mencerminkan kesiapan, keswadayaan dan kemandirian. Nuansa pembelajaran masyarakat dalam pelaksanaan komponen dana BLM juga tercermin pada pemanfaatan dana BLM oleh masyarakat secara efektif, efesien, berpihak pada masyarakat miskin atau marjinal (pro poor) serta sistematis, yakni dengan ketentuan bahwa penggunaannya harus mengacu pada PJM serta renta Pronangkis yang disepakati seluruh masyarakat. Sehingga masyarakat akan benar-benar bertanggungjawab (moral, hukum dan materiil) untuk mengelola dana BLM hanya bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin/marjinal. b.1. Mekanisme Pencairan Bantuan dana BLM replikasi program P2KP ini akan dicairkan melalui mekanisme pencairan di tingkat propinsi. Artinya bahwa Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) di Propinsi akan menerbitkan SPM (Surat Perintah Membayar) kepada KPPN Pembayar di propinsi yang ditunjuk untuk membayarkan sejumlah dana langsung ke rekening BKM. Bantuan dana BLM ini akan disalurkan langsung ke rekening BKM dari KPPN Pembayar dan disalurkan melalui 3 (tiga) tahap pencairan yaitu tahap pertama 20%, tahap kedua 50% dan tahap ketiga 30%. Pencairan kedua dan ketiga baru dapat dicairkan kalau sudah diverifikasi pemanfaatan dananya dan tidak terjadi penyalahgunaan dana sesuai ketentuan yang telah ditetapkan didalam SPPB dan Berita Acara BLM. b.2 Syarat Pencairan Dana BLM Terkait dengan dana BLM yang akan diajukan pencairannya oleh BKM, maka khusus untuk dana BLM yang alokasi dananya disediakan dari Pusat, maka dana BLM baru dapat dicairkan bila memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. BKM telah terbentuk secara representatif, transparan dan akuntabel; 2. PJM dan Renta Pronangkis telah disusun oleh masyarakat (BKM); 3. Melengkapi seluruh kelengkapan persyaratan pencairan yang tertuang didalam lampiran Pedoman Pelaksanaan pencairan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan; 4. SIM P2KP dan SIM replikasi program P2KP berbasis website telah berjalan secara on line ditingkat Pemkot/Kab. Adapun kegiatan-kegiatan pokok komponen dana BLM secara umum adalah sbb: Tabel 3.4. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Pelaksanaan Dana BLM No. KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 20 Coaching Administrasi Pencairan dana BLM P2KP oleh Konsultan Pelaksana Daerah Pelaksana: Konsultan Pelaksana Daerah Pelaku: KPPN, PJOK, BKM. Fasilitator: Konsultan Pelaksana Daerah Seluruh para pihak yg terkait dalam proses administrasi pencairan dana BLM P2KP ke masyarakat memiliki persepsi serta pemahaman yang sama. Dana BLM Tridaya dapat dicairkan ke masyarakat secara Maximal bln ke-5 minggu ke-4 stlh fasilitator mobilisasi, atau segera mungkin stlh terbit pedoman pelaksanaan pencairan dari Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 10

38 No. KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 21 Pengajuan pencairan BLM tahap I ke PJOK Replikasi 22 Pencairan dana BLM tahap I ke rekening BKM dan pemanfaatan-nya untuk kegiatan yang bersifat kolektif 23 Proses penyusunan usulan kegiatan oleh KSM berdasarkan PJM Pronangkis dan Program Tahunan untuk pengajuan pencairan dana BLM tahap II atau tahap III 24 Proses analisis kelayakan usulan KSM 25 Proses penetapan prioritas usulan yang layak melalui rembug warga dimana yang berkepentingan diundang Pelaksana : BKM & UPK Fasilitator : Konsultan Pelaksana Daerah/Tim Fasilitator Pelaksana: KPPN Fasilitator: Konsultan Pelaksana Daerah& PJOK Replikasi Pelaksana: BKM dan Relawan Masyarakat Peserta : KSM-KSM Fasilitator : Tim Fasilitator Pelaksana: BKM & UP Fasilitator : Tim Fasilitator dan Relawan Masyarakat Pelaksana: BKM Peserta: Tim Verifikasi, KSM-KSM dan masyarakat Fassilitator : Tim Fasilitator dan Relawan Masyarakat mudah, transparan, dan akuntabel. Administrasi pencairan dan pelaporan penyaluran dana BLM Tridaya tertata baik dan mudah. Permintaan pencairan dana oleh BKM ke PJOK Replikasi dilampiri PJM dan rencana tahunan Pronangkis Dana BLM Tahap I tersedia di rekening BKM Usulan KSM baik untuk kegiatan usaha (kredit/ perguliran) maupun pembangunan/pemeliharaan sarana-prasarana. Daftar usulan KSM yang layak, yang perlu perbaikan dan yang tidak layak Daftar urutan prioritas usulan kegiatan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Sangat diharap-kan adanya forum koordinasi intensif Konsultan Pelaksana Daerah, PJOK, dan KPPN setempat utk penyamaan persepsi ttg pencairan dana BLM Lihat format- format pencairan di pedoman pelaksanaan pencairan Diharapkan minggu ke-1 bulan ke 6 sudah mulai bisa diajukan Thp I,yakni 20% dr pagu BLM Diharapkan awal bln- 6 stl mobilisa-si fasilitator Lihat pedoman penyusunan usulan sederhana oleh KSM Lihat Pedoman UP dan pinjaman bergulir tentang analisis kelayakan usulan sederhana Pedoman priori-tasi usulan secara sederhana disusun Konsultan Pelaksana Daerah 26 Verifikasi Konsultan Pelaksana Daerah terhadap kinerja tahap sebe-lumnya untuk rekomen-dasi pencairan BLM tahap 2 (50%) atau potensi keberlanjutan (kelembagaan, dana, dan kegiatan serta penerapan prinsip dan nilai P2KP oleh BKM) untuk rekomendasi pencairan Pelaksana: Konsultan Pelaksana Daerah Fasilitator : Tenaga Ahli dan Tim Fasilitator BKM dan masyarakat telah memenuhi persyaratan untuk memperoleh dana BLM tahap berikutnya Menjamin kinerja BKM sesuai ketentuan (termasuk telah melaksanakan audit independen dan entry data Sistem Informasi Manajemen P2KP) Menjamin aspek sustainability kegiatan, lembaga dan Atas persetujuan KMP, Konsultan Pelaksana Daerah perlu menyusun Pedo-man Verifikasi Kinerja, kegiatan, Kelembagaan, Keuangan serta Prinsip dan Nilai P2KP Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 11

39 No. KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN BLM tahap III (30%) 27 Pengajuan pencairan BLM tahap II atau tahap III ke PJOK Replikasi Pelaksana : BKM & UP Fasilitator : Konsultan Pelaksana Daerah/Tim Fasilitator keuangan Permintaan pencairan dana oleh BKM ke PJOK dilampiri: Verifikasi Konsultan Pelaksana Daerah mengenai kinerja tahap sebelumnya (untuk BLM tahap II) atau Potensi keberlanjutan dari organisasi, kegiatan dan dana (untuk BLM tahap III), proposalproposal KSM, dan lampiranlampiran lainnya. Lihat format format pencairan dana BLM sesuai pedoman pelaksanaan pencairan yang diterbitkan oleh DJP 28 Pencairan dana BLM tahap II atau tahap III ke rekening BKM Pelaksana: KPKN Fasilitator: Konsultan Pelaksana Daerah & PJOK Dana BLM Tahap II atau tahap III tersedia di rekening BKM Tahap II, yakni 50%, dan tahap III sebesar 30% Jadwal & meka-nisme pencairan dana sesuai ketetapan yang dikeluarkan dari DJP 29 Pencairan dana ke KSM / Panitia Penanggungjawab: BKM Pelaksana : UP Peserta: KSM-KSM Fasilitator : Tim Fasilitator dan Relawan Dana diterima oleh KSM Format-format Surat Perjanjian antara BKM dengan KSM di Pedoman UP & pinjaman bergulir 30 Pemanfaatan dana oleh KSM/anggota sesuai usulan Penanggungjawab: BKM & UP Pelaksana : KSM-KSM Fasilitator: Tim Fasilitator dan Relawan Masyarakat Dana dimanfaatkan untuk penanggulangan kemiskinan dan dikelola secara transparan, partisipatif dan akuntabel oleh masing-masing KSM Lihat format supervisi kegiatan oleh BKM/UP di Buku Pedoman Teknis 3.3. TAHAP-TAHAP YANG MENERUS ATAU BERKALA Beberapa kegiatan yang termasuk dalam kategori kegiatan yang terus menerus atau berkala, antara lain adalah sebagai berikut: Tabel 3.5. Kegiatan dan Pelaku pada Tahap Menerus dan Berkala No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN Monitoring (pemantauan) dan Supervisi Evaluasi Pelaksana: Konsultan Supervisi, Konsultan Pelaksana Daerah, Tim Pelaksana/TKPP, anggota KBP, Tim Fasilitator dan Relawan Masyarakat Pelaksana: Konsultan Pelaksana Daerah, Pemkot/Kab Termonitornya pelaksanaan replikasi sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan kinerja para pelaku Data status pencapaian tujuan program Saran perbaikan dan masukan kebijakan bagi Dilakukan atas dasar indikator kinerja P2KP Dilakukan bisa secara bersama-sama (monitoring bersama) maupun internal Pemkot/Kab Evaluasi harus dilakukan dalam setiap 6 bulan sekali (mid term) Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 12

40 No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 33 Penanganan pengaduan dan manajemen konflik Pelaksana : Pemkot/Kab, Konsultan Pelaksana Daerah & BKM sesuai dengan tingkatannya pemerintah Pengaduan masyarakat teridentifikasi dan tertangani Konflik terselesaikan Lihat acuan Pedoman penanganan pengaduan dari KMP 34 Inventarisasi dan penyebarluasan contoh kasus sukses (Best Practice) P2KP Pelaksana : Pemkot/Kab Peserta : BKM, KSM dan pihak terkait Fasilitator: Konsultan Pelaksana Daerah Proses inventarisasi dilakukan secara partisipatif, transparan dan akuntabel Lihat contoh contoh best practice P2KP yang telah di colecting oleh KMP 35 Sosialisasi P2KP secara terus menerus selama masa proyek ke berbagai kelompok sasaran di berbagai tataran. Pelaksana: Pemkot/Kab, sesuai dengan wilayahnya Fasilitator : Konsultan Pelaksana Daerah dan Tim Fasilitator Meningkatnya kesadaran dan fungsi kontrol sosial masyarakat terhadap program penanggulangan kemiskinan pada umumnya dan khususnya terhadap BKM, UP, KSM Buku Pedoman teknis dan Pedoman Khusus tentang Sosialisasi 36 Pelatihan (in class, coaching, on the job training, magang, dll) Pelaksana: Konsultan Pelaksana Daerah Peserta : TKPKD, KBP, DPRD dan stakeholders lainnya. Fasilitator: Konsultan Supervisi & KMW Propinsi Meningkatnya kemampuan dan kapasitas para pelaku pembangunan dlm menanggulangi kemiskinan pada umumnya dan menerapkan P2KP pada khususnya Buku Pedoman teknis dan Pedoman khusus tentang Pelatihan 37 Pendampingan serta Penguatan Forum dan Lembaga Masyarakat dalam P2KP (Relawan Masyarakat, Panitia, BKM, UP-UP, KSM Forum BKM dll) & pengembangan jaringan diantara mereka dan berbagai lembaga lainnya Pelaksana: Konsultan Pelaksana Daerah dan Tim Fasilitator sesuai dengan wilayah kerjanya Peserta : Relawan Masyarakat, Tim Pemetaan Swadaya, BKM, UP, Forum BKM, kelompok peduli, kelompok usaha, Pemkot/Kab, dll BKM berfungsi & dikelola sesuai prinsip & nilai P2KP UP berfungsi & dipersiapkan dikelola sbg Lembaga pelaksana kegiatan Terbangun jaringan kerjasama antar lembaga masyarakat & antara lembaga masyarakat dengan pihak terkait/lain Relawan Masyarakat menjadi pengawal prinsip dan nilai-nilai P2KP (safeguard) Pedoman teknis Penguatan Kelembagaan Masyarakat oleh KMP Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP III - 13

41 Struktur organisasi untuk pelaksanaan Replikasi Program P2KP adalah sama dengan struktur organisasi P2KP secara keseluruhan, dengan beberapa penambahan struktur dan personil yang dibutuhkan bagi pelaksanaan Replikasi. untuk menetapkan Kota/Kab. Penerima dana/pelaksana Replikasi dibentuk Tim Penilai Inter Departemen di tingkat pusat. Pada tingkat kota, Pemkot/kabupaten menunjuk Tim Pelaksana Replikasi, yang dalam pelaksanaan tugasnya akan berkoordinasi sehari-hari dengan Bappekot/kab. Pemerintah Daerah juga mengangkat PJOK Replikasi yang merupakan staf pemerintah daerah yang ditugaskan di Bappeda setempat. Struktur organisasi untuk pelaksanaan Replikasi dapat dilihat pada pada Gambar 4.1. PEMERINTAH Peran aktif pemerintah yang diharapkan dalam pelaksanaan P2KP adalah: (a) menumbuhkan iklim untuk mendukung upaya pemberdayaan masyarakat. khususnya masyarakat miskin, dan (b) melembagakan mekanisme yang menjamin terwujudnya komunikasi, koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 1

42 Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pelaksana Replikasi Program P2KP DEPARTEMEN P.U Tim Penilai Paket & Replikasi Inter Departemen Dirjen Cipta Karya Tim Pengarah Inter Departemen Pusat SNVT P2KP Direktur PBL Tim Pelaksana Inter Departemen Tim Kelompok Kerja Nasional KMP Propinsi KMW Pimpro PBL Propinsi Bappeda Propinsi Kepala Dinas PU/ Perumahan/Kimpraswil Propinsi TKPK Propinsi Bappeda Kota/Kab. Konsultan Pelaksana Daerah Tim Pelaksana Kegiatan Kota/Kabupaten TKPK Kota/Kab. Kabupaten Kota Forum BKM Kabupaten/Kota Tim Fasilitator PJOK Replikasi Tingkat kecamatan Tingkat Kelurahan Relawan BKM Lurah/ Kades KSM Garis Pengendalian Garis fasilitasi Garis koordinasi Garis Pelaporan/informasi Tingkat Pusat Lembaga penyelenggara (executing agency) proyek P2KP di tingkat nasional adalah Departemen Pekerjaan Umum (PU), yang untuk kelancaran tugas membentuk Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) P2KP. Departemen Pekerjaan Umum juga dalam pelaksanaan replikasi program P2KP melibatkan seluruh interdepartemen dengan membentuk Tim Penilai PAKET & Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 2

43 Replikasi Interdepartemen yang unsur-unsur departemennya terdiri dari Bappenas, Depdagri dan Dep.PU. 1. Tim Pengarah Inter Departemen Tugas-tugas dari Tim Inter Departemen sesuai Surat Keputusan Menteri Negara dan Kepala Bappenas No.300/M.PPN/10/2002, adalah: 1) Menetapkan dan memberikan dasar-dasar kebijakan, perencanaan, koordinasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Replikasi Program P2KP; 2) Melakukan sinkronisasi pelaksanaan Replikasi Program P2KP dengan program lainnya dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh; 3) Memberikan laporan perkembangan kerja secara triwulanan dan laporan hasil kerja kepada Menteri Negara/Kepala Bappenas. 2. Tim Penilai Inter Departemen Tim penilai Inter Departemen dibentuk sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 44/KPTS/DC/2005 tertanggal 19 Desember 2005 untuk menilai usulan kegiatan PAKET dan Replikasi Program P2KP oleh Pemerintah Propinsi/Kota/ Kabupaten. Tugas dan tanggungjawab Tim penilai adalah sbb: 1) Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam verifikasi lapangan. 2) Melakukan verifikasi di lapangan untuk melihat kesesuaian kondisi yang ada dengan persyaratan dan ketentuan pelaksanaan PAKET dan Replikasi Program P2KP. 3) Membuat berita acara verifikasi lapangan. 4) Menyusun rekomendasi hasil penilaian terhadap usulan kegiatan PAKET dan Replikasi Program P2KP dan bentuk kerjasama yang diperlukan. 5) Membuat laporan mengenai proses dan hasil penilaian lepada Direktur Jendral Cipta Karya untuk mendapatkan penetapan oleh Direktur Jendral CIpta Karya yang selanjutnya sebagai dasar pembuatan Nota Kesepahaman (MOU) antara Direktur Jenderal Cipta Karya dengan Bupati/Walikota yang bersangkutan. 3. Tim Pelaksana Inter Departemen Tim Pelaksana Inter Departemen bertugas untuk: 1) Menyusun kebijakan umum dan pedoman-pedoman umum Replikasi Program P2KP. 2) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan mengacu pada kebijakan yang telah ditentukan 3) Memberikan masukan kepada Tim Pengarah untuk penyempurnaan pelaksanaan program 4) Melaporkan hasil pelaksanaan Replikasi Program P2KP kepada Tim Pengarah Untuk memperlancar koordinasi, sinkronisasi dan komunikasi antara executing agency dengan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Inter Departemen, Dirjen Cipta Karya Departemen PU menetapkan Surat Keputusan tentang Pokja P2KP Nasional, yang beranggotakan eselon III dari departemen-departemen terkait. Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 3

44 4. Kepala SNVT Penanggulangan Kemiskinan Departemen PU Kepala SNVT Penanggulangan Kemiskinan Departemen PU berperan sebagai penanggungjawab umum pelaksanaan P2KP dan berkedudukan di pusat. Tanggungjawab dan tugas pokok kepala SNVT adalah: 1) Bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan teknis proyek Replikasi P2KP; 2) Menyiapkan Buku Pedoman Khusus Replikasi Program P2KP; 3) Mengarahkan, memantau, dan menilai kinerja KMP dan KMW; 4) Melaksanakan sosialisasi secara nasional; 5) Bertanggungjawab terhadap replenishment IDA Credit No IND dan IBRD Loan No Pejabat Pembuat Komitment P2KP Pejabat Pembuat Komitmen P2KP adalah penyelenggara dan sekaligus mewakili Departemen PU sebagai instansi pelaksana dan bertindak atas nama proyek di tingkat pusat (executing agency), dengan tugas pokok sebagai berikut: 1) Bertanggungjawab atas kelancaran administrasi proyek; 2) Menetapkan Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference) konsultan manajemen wilayah tingkat propinsi; 3) Menyiapkan Dokumen pelaksanaan Replikasi Program P2KP; 4) Memantau, dan minilai kinerja konsultan pelaksana; 5) Melaksanakan dan bertanggungjawab terhadap replenishment IDA Credit No IND dan IBRD Loan No. 4664; 6) Melakukan proses pengadaan dan pembayaran konsultan pelaksana Tingkat Propinsi Pemerintah Propinsi berperan memberikan dukungan dan jaminan atas kelancaran pelaksanaan Replikasi Program P2KP di wilayah kerjanya. Bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan sosialisasi Replikasi Program P2KP ke instansi pemerintah di tingkat propinsi dan kepada pemerintah Kabupaten/Kota di wilayahnya; 2. Memfasilitasi koordinasi pelaksanaan Replikasi Program P2KP di wilayahnya; 3. Memantau pelaksanaan Replikasi Program P2KP dan menerima laporan tahunan dari Pemerintah Kabupaten/Kota; 4. Mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menumbuhkembangkan pola pembangunan partisipatif dengan cara membangun sinergi dan memadukan program yang disusun masyarakat dengan program pembangunan pemerintah dan tercermin dalam APBD Kabupaten/Kota; 5. Mengalokasikan Biaya dalam APBD Propinsi; 6. Memperkuat peran dan fungsi TKPKD Propinsi dalam merumuskan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Propinsi, dan TKPKD sebagai pusat pembelajaran pengkajian masalalh-masalah kemiskinan di wilayahnya berdasarkan masukan-masukan dan aspirasi masyarakat, untuk disampaikan kepada Pemerintah Propinsi sebagai bahan pengamabilan kebijakan serta program penanggulangan kemiskinan dan pemabangunan propinsi; 7. Mendorong keberlanjutan pelaksanaan Replikasi Program P2KP di wilayahnya. Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 4

45 Tingkat Kota/Kabupaten 1. Pemerintah Kota/kabupaten Perangkat pemerintah daerah akan beralih peran dari pelaksana menjadi pemampu, dari peran birokrasi menjadi fasilitator atau pendamping warga, dan selalu beorientasi pada pengembangan masyarakat dengan mengedepankan prakarsa masyarakat. Secara khusus perangkat pemerintah berperan sebagai katalis pembangunan dalam rangka mendorong terjadinya proses transformasi dan bukan transplantasi. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan Replikasi Program P2KP di tingkat kota/kabupaten, Pemerintah Kota/Kabupaten berperan menjamin kelancaran pelaksanaan Replikasi Program P2KP di wilayahnya, yang untuk kelancaran tugasnya dapat menunjuk Lembaga Pelaksana, melalui Surat Keputusan Walikota/Bupati. Secara umum pemerintah kota/kabupaten melaksanakan tugas-tugas secara umum sebagai berikut: 1) Mengajukan usulan lokasi sasaran Replikasi Program P2KP kepada Pemerintah Pusat; 2) Memverifikasi daftar lokasi sasaran Replikasi Program P2KP serta menyampaikan hasilnya dalam bentuk rekomendasi lokasi sasaran definitif kepada Pemerintah Pusat; 3) Mengangkat Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Kota/Kabupaten; 4) Mengangkat PJOK Replikasi di tingkat kecamatan untuk membantu adminsitrasi pencairan dana BLM Replikasi; 5) Mendukung koordinasi dan kerjasama antar para pelaksana Replikasi Program P2KP, baik pelaksana dari instansi pemerintah, konsultan maupun masyarakat; 6) Mengalokasikan BOP secara tepat waktu dan tepat kebutuhan, maupun biaya-biaya lain yang terkait dengan pelaksanaan Replikasi P2KP yang tidak disediakan oleh APBN, APBD Propinsi, dan pinjaman Bank Dunia; 7) Mensosialisasikan Replikasi Program P2KP kepada instansi pemerintah di tingkat kota/kabupaten termasuk kecamatan dan kelurahan di wilayahnya; 8) Memadukan kebutuhan, rencana, dan program penanggulangan kemiskinan masyarakat (PJM Pronangkis) melalui penetapan kebijakan program pemerintah kota/kabupaten, khususnya yang dibiayai APBD Kota/Kabupaten; 9) Memfasilitasi pelatihan/lokakarya untuk Pelaksanaan Replikasi Program P2KP; 10) Melakukan monitoring, supervisi dan evaluasi kegiatan pelaksanaan Replikasi Program P2KP serta menerima serta mengevaluasi laporan kegiatan PJOK Replikasi; 2. PJOK Replikasi Sebagai pelaksana proyek P2KP di tingkat kecamatan dan bertanggung jawab atas aspek administrasi dan substansi pelaksanaan proyek di dalam wilayah kerjanya. PJOK Replikasi diangkat oleh Bupati/Walikota dari perangkat Kecamatan terkait, dengan tugas sebagai berikut: 1) Memantau proses pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya sesuai dengan pentahapan yang sudah ditentukan; 2) Menyiapkan Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan (SPPB) Replikasi; Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 5

46 3) Mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (berdasarkan SPPB yang telah ditandatangani) kepada kepala SNVT P2KP untuk ditindaklanjuti dengan pencairan dana BLM Replikasi sesuai alokasi yang ditetapkan; 4) Melaksanakan pengadministrasian proyek yang meliputi: menandatangani SPPB, memproses SPP ke KPPN dll; 5) Membuat laporan bulanan pelaksanaan tugas setiap bulan. Laporan bulanan dibuat rangkap empat untuk diserahkan sebelum tanggal 15 setiap bulan kepada bupati/walikota. Laporan tersebut dikirim sebagai tembusan kepada Camat, Lurah dan BKM-BKM di wilayah kerjanya; 6) Membuat laporan pertanggungjawaban pada akhir masa jabatannya dan menyerahkannya kepada bupati/walikota paling lambat satu bulan setelah masa tugasnya sebagai PJOK Replikasi berakhir. Jika terjadi pergantian PJOK Replikasi antar waktu, maka PJOK Replikasi sebelumnya harus menyerahkan satu copy laporan kepada PJOK Replikasi penggantinya. Laporan pertanggung-jawaban PJOK Replikasi memuat pelaksanaan tugas, hasil-hasil kegiatan, hasil monitoring dan evaluasi serta dilengkapi dengan uraian dan penjelasan penggunaan dana BOP-PJOK Replikasi; 7) Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan P2KP dengan konsultan dan atau Tim Fasilitator serta bersama-sama menangani penyelesaian persoalan/ konflik dan pengaduan mengenai pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya; dan 8) Melakukan pengecekan terhadap penggunaan dana yang telah disalurkan kepada BKM/UP maupun KSM dan masyarakat agar sesuai dengan usulan yang diajukan. 3. Lurah/Kepala Desa Secara umum peran utama Kepala Kelurahan/Lurah dan Kepala Desa adalah memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan Replikasi Program P2KP di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan melalui P2KP dapat tercapai dengan baik. Untuk Itu Lurah/ Kepala Desa dapat mengerahkan perangkat kelurahan atau desa sesuai dengan fungsi masing-masing. Secara rinci tugas dan tanggung jawab Lurah/Kepala Desa dalam pelaksanaan P2KP adalah sebagai berikut: 1) Membantu sosialisasi awal Replikasi Program P2KP ke seluruh masyarakat di wilayahnya; 2) Memfasilitasi proses pemahaman masyarakat mengenai Replikasi Program P2KP, dan atas nama warga mengajukan surat kepada Konsultan dan Bappeda Kota/Kabupaten, yang menyatakan kesiapan warga masyarakat melaksanakan Replikasi Program P2KP; 3) Memfasilitasi pendaftaran dan pengusulan relawan-relawan masyarakat secara demokratis, transparan dan akuntabel; 4) Memfasilitasi terselenggaranya FGD, rembug warga atau jenis pertemuan lainnya yang melibatkan perangkat pemerintah kelurahan/desa (termasuk RT/RW), masyarakat, dan relawan masyarakat dalam upaya penyebarluasan informasi maupun pelaksanaan tahapan kegiatan Replikasi Program P2KP; 5) Memfasilitasi proses pengorganisasian masyarakat warga dan pembentukan lembaga masyarakat di kelurahannya. (Bentuk-bentuk dukungan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat, serta ketentuan P2KP); Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 6

47 6) Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan termasuk peninjauan lapangan oleh berbagai pihak berkepentingan; 7) Memfasilitasi pelaksanaan pemetaan swadaya (Community Self Survey) dalam rangka pemetaan kemiskinan dan potensi sumberdaya masyarakat yang dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat; 8) Memfasilitasi dan mendukung penyusunan Program Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan dan program tahunannya oleh masyarakat yang diorganisasikan oleh lembaga masyarakat setempat (BKM); 9) Mendorong tumbuh-berkembangnya proses pembangunan partisipatif di desa/kelurahannya; 10) Memfasilitasi BKM dan masyarakat agar mampu mencapai kinerja Mandiri 11) Bersama dengan BKM/masyarakat dan kelompok peduli membangun kesepakatan tentang tata cara pelayanan publik yang baik (good governance) yang berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin (pro poor) 12) Mendukung dan turut aktif dalam proses penggalian, pengembangan, dan pelembagaan nilai-nilai universal kemanusiaan serta prinsip-prinsip universal kemasyarakat sebagai landasan yang kokoh dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan, pembangunan lingkungan permukiman dan kemasyarakatan di wilayah kelurahannya. 13) Memfasilitasi upaya-upaya untuk menggalang kepedulian, dukungan serta kontribusi potensi sumber daya yang ada (baik keahlian, pengetahuan, dana, maupun informasi, dan lain-lain), yang ada di wilayah kelurahannya; 14) Memberi laporan bulanan kegiatan Replikasi Program P2KP di wilayahnya kepada Camat; dan 15) Berkoordinasi dengan fasilitator, relawan masyarakat dan BKM, memfasilitasi penyelesaian persoalan dan konflik serta penanganan pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan Replikasi Program P2KP di wilayah kerjanya; 16) Memfasilitasi keberlanjutan Replikasi Program P2KP di wilayahnya dengan mendukung BKM guna menggerakan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK), yang beranggotakan relawan-relawan kemiskinan setempat KONSULTAN Konsultan Manajemen Pusat Konsultan Manajemen Pusat dalam replikasi program P2KP dipersiapkan oleh P2KP Pusat untuk mendukung upaya penguatan kemandirian konsultan pelaksana daerah dan Pemkot/Kabupaten di dalam pelaksanaan replikasi program P2KP, sehingga pada akhirnya dengan dukungan penguatan kapasitas tersebut tujuan yang diharapkan dari replikasi program berhasil dicapai. Secara umum tugas dan kewajiban dari KMP dalam pelaksanaan replikasi program P2KP adalah sebagai berikut : 1). Menyusun dan menyiapkan seluruh pedoman-pedoman yang dibutuhkan untuk pelaksanaan replikasi program P2KP; 2). Melakukan diseminasi/pelatihan/coaching kepada KMW (Propinsi), Konsultan Pelaksana Daerah dan Pemkot/Kab yang terkait dengan pedoman-pedoman replikasi; Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 7

48 3). Mengendalikan KMW (Propinsi) untuk menjamin pengendalian kepada Konsultan Pelaksana Daerah terhadap kualitas substansi; 4). Melakukan monitoring dan supervisi pada pelaksanaan siklus replikasi ditingkat masyarakat maupun ditingkat Kota/Kabupaten; 5). Membuat laporan perkembangan hasil tugas-tugas Konsultan Pelaksana Daerah kepada kepala SNVT secara berkala Konsultan Manajemen Wilayah Didalam mendukung pelaksanaan replikasi program P2KP, KMW yang berkedudukan di Propinsi dan dibentuk oleh Pemerintah Pusat mempunyai tugas untuk memfasilitasi Konsultan Pelaksana Daerah dan Pemerintah Kota/Kabupaten didalam melaksanakan kegiatan replikasi program P2KP. Secara umum tugas dan tanggung jawab Konsultan Manajemen Wilayah terkait dengan pelaksanaan replikasi program P2KP adalah sebagai berikut: 1) Melakukan sosialisasi tentang tata cara usulan dan ketentuan pelaksanaan replikasi program P2KP; 2) Mendorong Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mengembangkan luas pelayannya untuk penanggulangan kemiskinan dengan mengadopsi pendekatan dan methodologi P2KP; 3) Melakukan fasilitasi dan pendampingan terhadap Pemkot/Kab untuk menyiapkan seluruh pra-syarat yang telah ditetapkan didalam Tata Cara Pengusulan dan Penilaian Pelaksanaan Kegiatan Replikasi Program P2KP oleh Pemkot/Kab ; 4) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan pengadaaan Konsultan Pelaksana Daerah dan rekrutmen fasilitator oleh Pemerintah Kota/Kabupaten; 5) Melakukan penguatan kapasitas kepada Pemerintah Kota/Kabupaten dan Konsultan Pelaksana Daerah terkait dengan pelaksanaan langsung replikasi program P2KP; 6) Melakukan koordinasi secara berkala dengan Pemerintah Provinsi dan melakukan supervisi bersama; 7) Membuat laporan kegiatan secara berkala kepada KMP dan Kepala SNVT Konsultan Pelaksana Daerah Tugas utama Konsultan Replikasi secara umum adalah sebagai pelaksana proyek di tingkat Kota/Kabupaten masing-masing dan sebagai pemberdaya pelaku P2KP di daerah. Untuk itu, Konsultan Replikasi akan melakukan persiapan, perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, monitoring, supervisi, dan pelaporan seluruh kegiatan pelaksanaan Replikasi Program P2KP diwilayah tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Replikasi bertanggungjawab langsung kepada Pemerintah Kota/Kabupaten. Team Leader Konsultan Replikasi akan berperan sebagai koordinator kota/kabupaten. Untuk pendampingan di masyarakat kelurahan akan difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang berkedudukan di kecamatan dengan komposisi satu Tim Fasilitator terdiri dari 1(satu) Senior Fasilitator dan 4 (empat) Fasilitator yang akan memfasilitasi 7 (tujuh) kelurahan. Dengan demikian secara rinci Konsultan Replikasi berperan : Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 8

49 1). Sebagai pelaksana lapangan proyek P2KP di wilayah kerja masing-masing; 2). Menjamin realisasi pemberdayaan masyarakat dilakukan secara tepat melalui manajemen dan fasilitasi yang benar kepada Tim fasilitator; 3). Menjamin visi, misi, tujuan, strategi, sasaran dan pendekatan P2KP dapat dilaksanakan secara konsisten sesuai Pedoman P2KP; 4). Mengkondisikan masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat serta kekuatankekuatan sosial yang ada, termasuk di dalamnya perangkat pemerintah kota/kabupaten, agar memahami esensi dan substansi P2KP, sehingga dapat memberikan dukungan maupun kontrol yang memadai; 5). Mendorong keterlibatan berbagai pihak, khususnya relawan-relawan kemiskinan. di tingkat kelurahan, dalam learning center penanggulangan kemiskinan, melalui pelembagaan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK); 6). Mendorong dan mengembangkan terbentuknya kelompok independen yang berfungsi sebagai sosial kontrol bagi replikasi program P2KP khususnya dan proyek-proyek lainnya yang disponsori pemerintah pada umumnya; 7). Menumbuhkembangkan dan melembagakan kembali nilai-nilai dan prinsip P2KP, sebagai bagian organik proses pembangunan lokal, khususnya dalam penanggulangan kemiskinan; 8). Mendorong masyarakat untuk mampu mengakses berbagai peluang program 9). Melakukan upaya-upaya pada phase terminasi (minimal 6 bulan sebelum phase pendampingan berakhir) untuk menjamin kesiapan masyarakat dan pemerintah kota/kabupaten; 10). Menjamin berfungsinya Sistem Informasi Manajemen (SIM) P2KP ditingkat konsultan maupun tingkat Pemkot/Kabupaten, melalui pengelolaan dan penyediaan input data yang akurat; serta 11). Berkoordinasi dengan kota/kabupaten dalam rangka menyelesaikan berbagai masalah dan konflik yang ada, penanganan pengaduan serta mendukung kelancaran pelaksanaan replikasi program P2KP Tim Fasilitator Tugas utama Tim fasilitator adalah melaksanakan tugas Konsultan Replikasi di tingkat komunitas/masyarakat : 1). sebagai pelaksana proyek termasuk mencatat dan mendokumentasikan setiap perkembangan proyek dan melaporkannya ke Konsultan Replikasi sebagai masukan untuk data SIM (Sistem Informasi Manajemen); dan 2). sebagai pemberdaya masyarakat termasuk mensosialisasikan masyarakat tentang replikasi program P2KP, melakukan intervensi dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan membantu masyarakat merumuskan serta melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Para fasilitator ini akan bekerja dalam satu Tim dan dipimpin oleh seorang fasilitator senior. Rincian tugas-tugas tim fasilitator sebagai pelaksana proyek dari tugas-tugas Konsultan Replikasi di tingkat masyarakat adalah sebagai berikut : 1). Melaksanakan replikasi program P2KP sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Buku-Buku Pedoman P2KP dan buku pedoman khusus replikasi program P2KP; 2). Menjaga proyek dari terjadinya salah sasaran dan salah penanganan; Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 9

50 3). Mencatat dan mendokumentasikan semua kemajuan proyek di lapangan sesuai dengan format pedoman P2KP, SIM dan yang disediakan Konsultan Replikasi; dan 4). Melaporkan kemajuan proyek kepada Konsultan Replikasi melalui koordinator kota sebagai input SIM. Rincian tugas-tugas tim fasilitator sebagai agen pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut : 1). Melaksanakan kegiatan-kegiatan sosialisasi penyadaran masyarakat Termasuk didalamnya adalah: Menyebarluaskan informasi mengenai replikasi program P2KP sebagai Program Pemberdayaan Masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan kepada seluruh lapisan masyarakat dimana mereka bertugas Menyebarluaskan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Prinsip dan Nilai P2KP Bersama relawan masyarakat, melalui serangkaian FGD, membangun kesadaran kritis masyarakat agar mampu mengidentifikasikan masalah kemiskinannya dan perlunya menanggulangi masalah kemiskinan mereka secara terorganisasi dan sistematis Mendorong peran serta dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat umumnya dan masyarakat miskin khususnya, di seluruh kegiatan replikasi program P2KP Membangkitkan tumbuhberkembangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan sosial kontrol pelaksanaan replikasi program P2KP di kelurahannya Memfasilitasi pembangunan dan pengembangan sosial kapital (nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan) sebagai kondisi yang dibutuhkan bagi upaya penanggulangan kemiskinan. 2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pelatihan (training) Termasuk didalamnya adalah: Memperkuat dan Mengembangkan kapasitas relawan-relawan masyarakat sebagai agen pemberdayaan masyarakat. Termasuk diantaranya pelatihan dasar dan lanjutan dalam bentuk pelatihan kelas, praktek atau on the job training dan latihan serta pendampingan intensif; Memperkuat dan mengembangkan kapasitas BKM sebagai badan perwakilan masyarakat terpilih. Dalam hal ini difokuskan pada pelatihan dasar serta pendampingan dan on the job training intensif; dan Memperkuat dan mengembangkan kapasitas KSM sebagai kelompok dinamik. Termasuk diantaranya membangun tim, mengenali peluang usaha atau mengembangkan usaha yang ada, menyusun proposol usaha, dan pengelolaan keuangan secara sederhana. Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk kelas maupun praktek dalam kelompok 3). Melaksanakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat Termasuk didalamnya adalah: Pengorganisasian Masyarakat. Bersama Relawan Masyarakat, memfasilitasi proses penilaian lembaga masyarakat yang ada dan/atau membentuk baru lembaga masyarakat sebagai BKM, sesuai kesepakatan Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 10

51 bersama masyarakat. BKM harus merupakan badan perwakilan masyarakat terpilih yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif dan demokratis. Demikian pula halnya dalam pembentukan Unit-Unit Pengelola (UP-UP). Termasuk fasilitasi pengorganisasian masyarakat adalah pembentukan KSM-KSM dalam rangka menggalang potensi masyarakat serta memanfaatkan peluang yang ditawarkan replikasi program P2KP; Memfasilitasi Penyusunan Rencana Program Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis). Bersama dengan relawan masyarakat, memfasilitasi BKM untuk mengkoordinir pelaksanaan perencanaan partisipatif dengan masyarakat menyusun PJM Pronangkis; Bersama dengan relawan masyarakat, memfasilitasi KSM untuk mengidentifikasi peluang usaha, kebutuhan pembangunan infrastruktur dan pelayanan lingkungan dasar, serta menyiapkan mereka agar mampu memformulasikannya dalam bentuk proposal yang layak; Memperkenalkan berbagai inovasi sederhana dalam manajemen pinjaman bergulir, termasuk sistem audit, transparansi, proses pengambilan keputusan yang demokratis, tata buku, dan lain-lain; Memfasilitasi dan membimbing masyarakat secara intensif agar mampu mengikuti ketentuan Pedoman P2KP dan pedoman khusus replikasi program P2KP dalam seluruh tahapan kegiatan pelaksanaan replikasi program P2KP; serta Membangkitkan dan mengembangkan masyarakat pembelajar melalui fasilitasi relawan-relawan kelurahan setempat dalam Komunitas Belajar Kelurahan (KBK). Advokasi, mediasi dan membangun jalinan kemitraan strategis (networking) antar semua pelaku yang bermanfaat bagi masyarakat dan pihak lainnya. Spesifikasi Persyaratan Fasilitator dalam replikasi program P2KP setidaknya memenuhi harapan dan kualifikasi berikut : 1). Wajib bertempat tinggal di lokasi yang strategis untuk menjangkau kelurahan sasaran yang menjadi tanggung jawab selama masa kontrak. 2). Memahami budaya dan bahasa setempat 3). Memilki komitmen dan keberpihakan yang tinggi terhadap masyarakat miskin. 4). Memiliki wawasan yang memadai tentang Community Based Development. 5). Syarat pendidikan minimal untuk Fasilitator adalah sarjana atau sarjana muda, dengan pengalaman bekerja minimal 1 tahun, dan lebih diutamakan yang telah memiliki pengalaman di bidang pemberdayaan masyarakat dan dapat mengoperasikan komputer (spreadsheet dan word processor). Khusus Fasilitator senior, maka tambahan persyaratan adalah sbb: 1). Diutamakan pernah menjadi Fasilitator P2KP yang kinerjanya dinilai berprestasi atau memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun dalam kegiatan pengembangan masyarakat 2). Syarat pendidikan minimal adalah sarjana atau sarjana muda. Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP IV - 11

52 5.1. UMUM Proses penyiapan keberlanjutan diawali melalui ukuran Kondisi yang diharapkan dapat dicapai secara realistis pada saat terminasi, dimana kondisi ini akan memberikan penguatan indikasi terhadap fokus keberlanjutan yang dibutuhkan oleh masing-masing wilayah sasaran secara spesifik. Keberlanjutan untuk pasca pelaksanan replikasi program P2KP, esensinya akan diarahkan pada dampak yang ditimbulkan dalam konteks pembelajaran masyarakat terhadap seluruh proses yang telah dikenal dan dialaminya serta manfaat yang dapat diciptakan terkait dengan pengelolaan dana masyarakat diukur melalui tingkat kesejahteraan masyarakat. Ukuran-ukuran esensi dampak dan manfaat akan diperoleh dengan melakukan evaluasi-evaluasi secara berjenjang dan periodik selama pelaksanan replikasi program P2KP. Proses pelaksanaan evaluasi akan diorganisasikan dan dikembangkan oleh pemerintah kota/kabupaten dan sumberdaya serta potensi lokal yang ada di wilayah sasaran STRATEGI DAN BENTUK INTERVENSI Strategi Umum Strategi umum yang dirancang dan disusun untuk pelaksanaan terminasi dan keberlanjutan proyek, agar menjadi program pembangunan kota/kabupaten dan masyarakat secara rutin dan terlembaga, dapat dirangkum sebagai berikut: 1) Membangun kelembagaan dan manajemen pengembangan masyarakat secara transpatan, akuntabel, partisipatif, terstruktur dan bertahap sesuai dengan tahapan proses, langkah kegiatan serta prosedur formal administratif yang ditetapkan. Pedoman Khusus Replikasi Pogram P2KP V - 1

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan 1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu Konsep Dasar Paham Mau Pelatihan yang berorientasi pada penumbuhan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dari Fasilitator untuk penanganan program secara partisipatif, transparan, akuntabel, mandiri dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri

Lebih terperinci

Seleksi pemilihan lokasi sasaran adalah sebagai berikut:

Seleksi pemilihan lokasi sasaran adalah sebagai berikut: 2.1. PENETAPAN LOKASI SASARAN Lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan 2008 meliputi 8.813 kelurahan/desa di 955 Kecamatan perkotaan yang tersebar di 245 kota/kabupaten di 33 provinsi di seluruh Indonesia.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Salah satu prioritas pembangunan saat ini adalah penanggulangan kemiskinan dengan target pada tahun 2009,

Lebih terperinci

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011

PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011 PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011 Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum terus berupaya agar keterlibatan pemerintah provinsi dalam PNPM Mandiri Perkotaan meningkat dari waktu

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II

PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II Bab 1. Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PENGANTAR Acuan pelaksanaan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) bagi aparat pemerintah kabupaten/kota ini dimaksudkan untuk dapat

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP Oleh : Ayi Sugandhi Maret 2009 datanglah kepada masyarakat hiduplah bersama mereka belajarlah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat bersama Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN Saiapa Dia? RELAWAN 1 Arah Kebijakan Program PENDEKATAN PROJEK PENDEKATAN PROGRAM Realisasi BLM 3 Membangun BKM KSM PJM Nangkis BKM 2 Pemetaan Swadaya 4 BLM PJM Pronangkis

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab.

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab. Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab. Karangasem I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

P2KP. Bersama Membangun Kemandirian Dalam Mewujudkan Permukiman Berkelanjutan

P2KP. Bersama Membangun Kemandirian Dalam Mewujudkan Permukiman Berkelanjutan P2KP Bersama Membangun Kemandirian Dalam Mewujudkan Permukiman Berkelanjutan 1 LESSON LEARNED Dari KEGAGALAN BERBAGAI PROGRAM BANTUAN MASYARAKAT ORIENTASI PROGRAM HANYA SEMATA MENYALURKAN BANTUAN DANA

Lebih terperinci

reciprocal dengan menggalang kemitraan sinergis antara pemerintah,

reciprocal dengan menggalang kemitraan sinergis antara pemerintah, STRATEGI MEMASUKKAN PJM-PRONANGKIS DALAM ALUR PEMBANGUNAN DAERAH Oleh : Sudrajat 1 A. Pendahuluan Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan masalah mendasar yang segera ditangani. Penanggulangan kemiskinan

Lebih terperinci

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN Langkah-langkah pelaksanaan pada dasarnya terdiri dari serangkaian kegiatan di berbagai tataran; pusat, daerah dan masyarakat, yang dapat bersifat urutan (sekuensial), bersamaan (paralel) atau menerus,

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Oktober 2010 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA Bappeda Kabupaten Banjarnegara

PEDOMAN WAWANCARA Bappeda Kabupaten Banjarnegara LAMPIRAN 111 PEDOMAN WAWANCARA Bappeda Kabupaten Banjarnegara Nama Responden : Jabatan : Tanggal : Pertanyaan Mengenai Peranan Bappeda 1. Bagaimana kemiskinan di kabupaten Banjarnegara? 2. Bagaimana pemerintah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI TERMINASI PROYEK (Exit Strategy)

BAB VI STRATEGI TERMINASI PROYEK (Exit Strategy) BAB VI STRATEGI TERMINASI PROYEK (Exit Strategy) 6.1. Dasar Pemikiran Pendampingan yang diberikan KMW ataupun fasilitator kepada masyarakat serta stakeholders lokal hanya akan berlangsung selama 24 bulan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

Penanggung jawab: Kepala PMU : Ir. Danny Sutjiono Pimpro P2KP : Ir. Arianto, Dipl. SE, MT

Penanggung jawab: Kepala PMU : Ir. Danny Sutjiono Pimpro P2KP : Ir. Arianto, Dipl. SE, MT Penanggung jawab: Kepala PMU : Ir. Danny Sutjiono Pimpro P2KP : Ir. Arianto, Dipl. SE, MT Disusun oleh: Tim Persiapan P2KP Imam Krismanto R. Arief Rahadi Sonny H. Kusuma Udi Maadi Tri Maulana Maksudi Editing

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Program Di Perkotaan Dll..DLl

Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Program Di Perkotaan Dll..DLl APA..??? Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Program Nasional Penanganan Kumuh (PNPK) Program Nasional Peningkatan Kualitas Permukiman (PNPKP) Program Pemberdayaan Masyarakat Kumuh (PPMK) Program

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP Bahan Presentasi pada Lokakarya & Pelatihan Tim Peneliti Strudy Tematik Evaluasi P2KP, Maret 2009 I. Mengapa Pembangunan Infrastruktur dilakukan dalam program pemberdayaan

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Belajar melakukan perbaikan sikap dan perilaku Belajar merubah cara pandang terhadap persoalan kemiskinan dan pemecahan

Lebih terperinci

P2KP REALISASI KEGIATAN KMW-02 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) Quick Status. Status data: / 04-Mar-08

P2KP REALISASI KEGIATAN KMW-02 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) Quick Status. Status data: / 04-Mar-08 : KMW-2 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) KMW-2 : PROPINSI 1. PERSIAPAN OLEH KMW s/d 11. PEMANFAATAN BLM TAHAP-2 kel. SEBARAN PROGRES PER TIM-FASILITATOR ( 1 TIM, Kel. ) 9 () Quick Status P2KP Status

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen pengembangan kapasitas (Capacity Building) merupakan salah satu pilar program PNPM Mandiri Perkotaan, karena program ini yang meyakini bahwa pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

SELESAI Pelatihan pra-tugas KMW Rekruitmen Fasilitator Identifikasi lokasi kelurahan sasaran

SELESAI Pelatihan pra-tugas KMW Rekruitmen Fasilitator Identifikasi lokasi kelurahan sasaran KMW-4 P2KP UPP-2 ( PNPM KELURAHAN BARU ) KMW-4 : PROPINSI 1. PERSIAPAN OLEH KMW s/d 11. PEMANFAATAN BLM TAHAP-2 kel. Quick Status SEBARAN PROGRES PER TIM-FASILITATOR ( 8 TIM, Kel. ) P2KP Status data: 1-28

Lebih terperinci

STRATEGI DAN INSTRUMEN PENELITIAN PT. DWIKARSA ENVACOTAMA

STRATEGI DAN INSTRUMEN PENELITIAN PT. DWIKARSA ENVACOTAMA STRATEGI DAN INSTRUMEN PENELITIAN PT. DWIKARSA ENVACOTAMA Logical Framework PERAN PEMERINTAH DAERAH PERTANYAAN PENELITIAN 1. Bagaimana koordinasi antara berbagai badan pemerintah dengan KBP dapat diperkuat

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) TEGAK DESA TEGAK, KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI BALI BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT BKM TEGAK DESA TEGAK KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP)

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Disampaikan Oleh: Mita D Aprini Jakarta, Juni 2015 Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat a. LATAR BELAKANGLatar

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN KEGIATAN EKONOMI DARI PINJAMAN DANA BERGULIR (Studi Kasus : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Kelurahan Pancoran

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 Tahun Propinsi Kota Kelurahan 2008 (Pilot) Lokasi Kegiatan

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa Pemilu BKM 3 Minta salah seorang warga menjelaskan tentang hasil FGD Kelembagaan dan FGD Kepemimpinan yang telah dilakukan pada siklus PS, terutama berkaitan dengan: (1) kriteria-kriteria lembaga komunitas

Lebih terperinci

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI 54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI Oleh: Dhio Adenansi, Moch. Zainuddin, & Binahayati Rusyidi Email: dhioadenansi@gmail.com; mochzainuddin@yahoo.com; titi.rusyidi06@yahoo.com

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab 3. Pelaksanaan P2KP

Bab 3. Pelaksanaan P2KP Bab 3. Pelaksanaan P2KP 3.1 Gambaran Umum Penanganan P2KP Proses penanganan P2KP diawali dengan serangkaian kegiatan orientasi pemahaman substansi P2KP kepada pihak pelaksana P2KP mulai dari tingkat pusat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PENDAMPING PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN TERPADU PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI Bahwa kemiskinan adalah ancaman terhadap persatuan, kesatuan, dan martabat bangsa, karena itu harus dihapuskan dari bumi Indonesia. Menghapuskan kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINANDI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB III OPERASIONAL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) DI DESA KEDUNGTURI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB III OPERASIONAL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) DI DESA KEDUNGTURI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO BAB III OPERASIONAL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) DI DESA KEDUNGTURI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO A. Gambaran Umum Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-Perkotaan 2 Pemetaan Swadaya PERKOTAAN Mengenali Kampung

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Taipa, 10 September 2016

KATA PENGANTAR. Taipa, 10 September 2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan telah tersusunnya buku Laporan Akhir Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) Kelurahan Taipa Kota Palu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci