Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Sebagian Aspal Shell Pen 60
|
|
- Hengki Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Sebagian Aspal Shell Pen 60 MOHAMAD MUKI WIHARTO 1, DWI PRASETYANTO 2, RAHMI ZURNI 2 1 Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung 2 Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung mukiwiharto@yahoo.com ABSTRAK Prasarana jalan merupakan bagian dari sistem transportasi di Indonesia yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pertumbuhan di bidang ekonomi, sosial, budaya serta pemerataan dan pembangunan di Indonesia. Jalan harus memiliki mutu yang baik, oleh karena itu lapisan permukaan sering kali dibuat dengan menggunakan material aspal yang ketersediaannya sangat terbatas, pada penelitian ini limbah las karbit bisa dijadikan sebagai bahan substitusi aspal. Penelitian ini dilakukan dengan mencampur aspal shell dengan limbah las karbit yang berkadar 0%, 2,5%, dan 5% terhadap berat aspal. Pengujian aspal yang dilakukan pada penelitian ini adalah penetrasi, titik lembek, daktilitas, berat jenis, titik nyala, titik bakar, viskositas, kehilangan berat (TFOT), penetrasi setelah kehilangan berat, dan daktilitas setelah kehilangan berat. Dilihat dari nilai pengujian dapat disimpulkan bahwa aspal shell memenuhi persyaratan aspal pen dan aspal shell bercampur limbah las karbit dengan kadar 2,5% dan 5% memenuhi persyaratan aspal modifikasi elastomer sintetis. Kata Kunci: Aspal shell, limbah las karbit, aspal modifikasi ABSTRACT Road infrastructure is part of the transportation system in Indonesia which has a very important role in helping the growth in the economic, social, cultural, as well as equity and development in Indonesia. Road must have a good quality, therefore the surface layer is often made using materials such as asphalt or cement binder. To reduce the asphalt material limitations, in this study waste carbide welding can be used as an asphalt subtitution material. Asphalt testing conducted in this study is penetration, softening point, ductility, density, flash point, burning point, viscosity, weight loss (TFOT), penetration after losing weight, and ductility after losing weight. Judging from the value of the test can be concluded that the shell asphalt meets the requirements of pen asphalt and asphalt mixes shell waste carbide welding with high levels of 2.5%, and 5% to meet the requirements of synthetic elastomer modified asphalt. Keywords: Asphalt shell, carbide weld waste,asphalt modification. Reka Racana - 1
2 Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni 1. PENDAHULUAN Transportasi di Indonesia telah berkembang dengan pesat, hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya jaringan jalan yang telah dikembangkan. Jalan merupakan bagian dari prasarana transportasi yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pertumbuhan dibidang ekonomi, sosial, budaya serta pemerataan dan penyebaran pembangunan di Indonesia, mengingat hal tersebut maka pemerintah telah membangun jalan baru dan atau meningkatkan jalan lama. (Sumber: Nur Syamsi, F., 2014) Aspal mempunyai fungsi sebagai bahan pengikat, pengisi rongga antar agregat dan pengisi pori agregat. Salah satu bahan alternatif yang dicoba dalam penelitian ini adalah limbah las karbit. Limbah las karbit merupakan limbah yang diperoleh dari industri bengkel las karbit, hasil dari pembakaran karbit sisa pengelasan pada besi dibuang pada daerah tertentu atau ditimbun di daerah sekitar bengkel las karbit tersebut. Selama ini pemanfaatan limbah padat tersebut belum optimal. Limbah ini hanya ditimbun pada area di sekitar bengkel las karbit, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu alternatif mengatasi jumlah limbah dicoba dengan melakukan pemanfaatan limbah menjadi bahan substitusi pada aspal pen 60. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui karakteristik aspal pen 60 dengan menggunakan limbah las karbit sebagai substitusi sebagian aspal. substitusi sebagian aspal diharapkan dapat meningkatkan kinerja aspal. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Pengikat (Aspal) Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous Komposisi Aspal Aspal merupakan unsur hidrokarbon yang sangat kompleks, sangat sukar untuk memisahkan molekul-molekul yang membentuk aspal tersebut. Disamping itu setiap sumber dari minyak bumi menghasilkan komposisi molekul yang beragam. Komposisi aspal terdiri dari asphaltene dan maltene. Asphaltene sebagai filler merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam heptane. Maltenes larut dalam heptane, heptane merupakan material cairan kental yang terdiri dari resin dan oil. Resin merupakan prapolimer yang memiliki plastisitas tinggi, berwarna kuning atau coklat yang memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan. Sedangkan oil yang berwarna lebih muda merupakan media dari asphaltene dan resin. Maltenes merupakan komposisi yang mudah berubah sesuai perubahan temperatur dan umur pelayanan. Proporsi dari asphaltene, resin, dan oil berbeda-beda tergantung dari banyak faktor seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatannya, dan ketebalan lapisan aspal dalam campuran. Bagian komposisi aspal dapat dilihat pada Gambar 1. Reka Racana - 2
3 Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60 Gambar 1. Bagian Komposisi Aspal (Sumber: Sukirman, S., 2012) Untuk dapat digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan, aspal harus persyaratan atau karakteristik sebagai berikut: memenuhi 1. Penetrasi (SNI ) Penetrasi merupakan kedalaman yang dapat dicapai oleh suatu jarum standar (diameter 1 mm) pada suhu 25º C, beban total 100 gram dengan berat jarum 50 gram dan pemberat 50 gram, dan selama waktu 5 detik dinyatakan dalam 0,1 mm. Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal. 2. Titik Lembek (SNI 2434:2011) Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang bertahan dengan cincin berukuran tertentu, aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi 25,4 mm akibat kecepatan pemanasan tertentu. 3. Titik Nyala dan Titik Bakar (SNI 2433:2011) Titik nyala yaitu suhu pada saat terlihat menyala singkat di permukaan aspal. Titik bakar berguna untuk menentukan suhu di mana aspal terlihat menyala singkat di permukaan aspal (titik nyala), dan suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik. 4. Daktilitas (SNI 2432:2011) Pengujian daktilitas dilakukan untuk mengetahui sifat kohesi aspal dengan mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang terisi aspal keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tertentu. 5. Berat Jenis (SNI 2441:2011) Berat jenis adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang sama dan pada temperatur yang sama. 6. Viskositas (SNI ) Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kekentalan kinematis dari aspal, minyak untuk jalan dan sisa destilasi aspal cair pada suhu 60 C dan aspal kekerasan pada suhu 135 C dalam batas-batas cst (Centitokes). 7. TFOT (Thin Film Oven Test) (SNI ) Pemeriksaan ini untuk mengetahui persentase kehilangan berat akibat pemanasan. Menunjukkan nilai selisih penetrasi sebelum dan sesudah pemanasan, aspal tersebut menunjukkan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu Persyaratan Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini menggunakan aspal shell pen 60 yang dimodifikasi. Hasil dari pengujian mengacu pada persyaratan spesifikasi Kementerian Pekerjaan Umum 2010 revisi 3. Reka Racana - 3
4 Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni Limbah Las Karbit Limbah las karbit adalah sisa pembakaran karbit yang tidak terpakai. Limbah las karbit dapat pula meningkatkan kinerja aspal, yang dalam hal ini mempengaruhi karakteristik campuran seperti persen rongga dan ketahanan terhadap deformasi. Pada penelitian ini limbah las karbit tidak diperiksa kandungan kimianya, tetapi komposisi limbah las karbit yang digunakan menggunakan studi terdahulu. Gambar limbah las karbit terdapat pada Gambar 2 dan komposisi limbah las karbit terdapat pada Tabel 1. Gambar 2. Limbah Las Karbit (Sumber: http//id.wikipedia.org) Tabel 1. Komposisi Limbah Las Karbit (Sumber: Komposisi Kimia Kandungan (%) SiO2 0,5 Fe2O3 0,04 Al2O3 3,2 CaO 72,33 Lain-lain 23, Rencana Kerja Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan rencana kerja dan persiapan bahan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan penelitian. Pengolahan limbah las karbit dilakukan dengan cara mengayak, agar mendapatkan limbah las karbit murni. Limbah las karbit yang akan digunakan adalah limbah las karbit yang persentase paling besar tertahan oleh saringan. Setelah melakukan persiapan bahan, dilakukan pembuatan dan pemeriksaan aspal Shell bercampur limbah las karbit. Setelah pemeriksaan dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian aspal Shell bercampur dengan limbah las karbit. Pengujian dilakukan sesuai dengan persyaratan aspal. 2.3 Pembuatan Aspal Bercampur Limbah Las Karbit Penambahan limbah las karbit ke dalam aspal sebagai campuran perkerasan dapat dilakukan dengan cara menambahkan limbah las karbit terlebih dahulu ke dalam aspal sehingga terbentuk campuran aspal bercampur limbah las karbit. Agar diperoleh penyebaran partikel limbah las karbit dengan baik dan cepat, maka pencampuran limbah las karbit dan aspal sebaiknya dilakukan dalam keadaan panas. Akhirnya seluruh partikel limbah las karbit tersebar dan membentuk campuran aspal yang homogen. Penelitian ini dilakukan pencampuran aspal shell pen 60 dengan limbah las karbit yang berkadar 0%, 2,5%, dan 5% terhadap berat aspal. Metode pencampuran limbah las karbit yaitu aspal dipanaskan hingga mencapai suhu yang diinginkan tergantung dari tingkat kekerasan aspal, kemudian limbah las karbit ditambahkan pada aspal dan dilanjutkan pengadukan selama ±20 menit. Setelah mencapai waktu ±20 menit campuran kurang merata atau homogen campuran dipanaskan ±110 C kemudian campuran diaduk kembali Reka Racana - 4
5 Suhu ( C) Penetrasi (mm) Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60 selama ±10 menit. Setelah tercampur merata benda uji siap untuk diuji sesuai dengan persyaratan aspal. 3. Analisis Data 3.1 Hasil Pengujian Penetrasi Nilai penetrasi merupakan dalamnya jarum dengan ukuran tertentu pada suhu tertentu, dan beban tertentu masuk ke dalam aspal (dalam satuan 0,1 mm). Penetrasi yang dilakukan terhadap limbah las karbit 0%, 2,5%, 5% yang dicampurkan ke dalam aspal pen 60. Hasil pengujian penetrasi dapat dilihat pada Gambar ,6 53 Gambar 3. Hubungan Angka Penetrasi dengan Limbah Las Karbit Gambar 3 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit kedalam aspal pen 60 mengakibatkan terjadinya perubahan nilai penetrasi. Perubahan nilai penetrasi yang terjadi cenderung turun, hal ini terjadi karena limbah las karbit mengandung kalsium oksida. Kalsium oksida adalah zat kimia yang mampu mengeraskan zat cair, sehingga merubah nilai hasil penetrasi menjadi kecil. Kecilnya nilai penetrasi yang dipengaruhi oleh kalsium oksida akan membuat aspal lebih tahan terhadap suhu panas. 3.2 Hasil Pengujian Titik Lembek Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar yang terletak di bawah cincin pada ketinggian 25,4 mm, sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu. Hasil pengujian titik lembek dapat dilihat pada Gambar , , , Gambar 4. Hubungan Titik Lembek dengan Limbah Las Karbit Reka Racana - 5
6 Berat Jenis Daktilitas (cm) Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni Gambar 4 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 mengakibatkan perubahan terhadap nilai titik lembek. Perubahan nilai titik lembek yang terjadi cenderung naik, karena nilai titik lembek tinggi menunjukkan aspal tersebut semakin tahan terhadap perubahan suhu dan nilai tersebut didukung oleh nilai penetrasi yang semakin kecil. 3.3 Hasil Pengujian Daktilitas Daktilitas adalah nilai keelastisan aspal, yang diukur dari jarak terpanjang dari cetakan berisi aspal padat. Nilai daktilitas aspal adalah panjang contoh aspal ketika putus saat dilakukan penarikan pada suhu 25 o C dengan kecepatan 50 mm/menit. Hasil pengujian daktilitas dapat dilihat pada Gambar ,5 109,5 Gambar 5. Hubungan Daktilitas dengan Limbah Las Karbit Subtitusi limbah las karbit pada aspal sebesar 2,5% dan 5%, nilai daktilitas semakin menurun seperti pada gambar 5. Menurunnya nilai daktilitas terjadi karena penambahan limbah las karbit pada aspal memiliki sifat plastisitas yang kurang baik, yang mengakibatkan aspal tersebut menjadi cepat putus. 3.4 Hasil Pengujian Berat Jenis Pengujian berat jenis dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal dengan piknometer. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Hasil pengujian Berat jenis dapat dilihat pada Gambar 6. 1,06 1,055 1,05 1,045 1,04 1,035 1,03 1,025 1,02 1,058 1,025 1,036 Gambar 6. Hubungan Berat Jenis dengan Limbah Las Karbit Reka Racana - 6
7 Temperatur ( C) Temperatur ( C) Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60 Gambar 6 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 mengakibatkan perubahan terhadap nilai berat jenis. Perubahan nilai berat jenis yang terjadi pada penambahan limbah las karbit berada diatas nilai berat jenis aspal pen 60. Untuk penambahan limbah las karbit 0%,2,5%,5% menyebabkan berat jenisnya lebih besar dari pada berat jenis aspal pen Hasil Pengujian Viskositas Kinematik Pengujian viskositas kinematik dimaksudkan untuk mengetahui besarnya suhu pemanasan dan pemadatan aspal. Suhu pemanasan adalah pada saat viskositas aspal mencapai 170 CSt sedangkan suhu pemadatan adalah pada saat viskositas aspal mencapai 280 CSt. Hasil pengujian viskositas kinematik dapat dilihat pada Gambar Limbah Las Karbit Pada Aspal (%) Suhu pencampuran Suhu pemadatan Gambar 7. Hubungan Viskositas Kinematik dengan Limbah Las Karbit Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 mengakibatkan perubahan terhadap nilai viskositas kinematik (suhu pencampuran dan suhu pemadatan). Perubahan nilai yang terjadi cenderung meningkat berdasarkan kadar limbah las karbit, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh limbah las karbit yang mengandung kalsium oksida. 3.6 Hasil Pengujian Titik Nyala/Bakar Pengujian titik nyala dan titik bakar yang dimaksudkan untuk mengetahui suhu dimana aspal mulai menyala, dan suhu dimana aspla mulai terbakar. Hasil pengujian titik nyala dan titik bakar dapat dilihat pada Gambar Gambar 8. Hubungan Titik Nyala/Bakar dengan Limbah Las Karbit Gambar 8 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit kedalam aspal pen 60 cenderung menurun, hal ini disebabkan limbah las karbit mengandung kalsium oksida sehingga Titik Nyala Titik Bakar Reka Racana
8 Penetrasi (mm) Kehilangan Berat (%) Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni penambahan kadar limbah las karbit yang banyak ke dalam aspal menghasilkan suhu yang rendah atau mudah terbakar. 3.7 Hasil Pengujian Kehilangan Berat (TFOT) Pengujian kehilangan berat yang dimaksudkan untuk mengetahui penurunan berat aspal padat dengan cara pemanasan dan tebal tertentu, yang dinyatakan dalam persen berat semula. Hasil pengujian kehilangan berat d.apat dilihat pada Gambar 9 0,19 0,17 0,15 0,13 0,11 0,09 0,07 0,05 0,03 0,01 0,1 0,1 Limbah Las karbit (%) 0,13 Gambar 9. Hubungan Kehilangan Berat dengan Kadar Limbah Las Karbit Dari Gambar 9 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 cenderung naik, disebabkan karena limbah las karbit berbentuk butiran dan memiliki berat. 3.8 Hasil Pengujian Penetrasi Setelah Kehilangan Berat Pengujian penetrasi setelah kehilangan berat untuk mengetahui nilai penetrasi aspal padat setelah mengalami kehilangan berat. Hasil pengujian penetrasi setelah kehilangan berat dapat dilihat pada Gambar ,6 50,8 52,2 Gambar 10. Hubungan Angka Penetrasi Setelah Kehilangan Berat dengan Kadar Limbah Las Karbit Gambar 10 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 mengakibatkan perubahan terhadap nilai penetrasi aspal. Perubahan nilai penetrasi yang terjadi cenderung turun, penurunan semua terjadi di setiap nilai persentase terhadap aspal pen 60. Penetrasi setelah kehilangan berat mempunyai nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai penetrasi sebelum kehilangan berat dengan kadar penambahan Reka Racana - 8
9 Daktilitas (cm) Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60 limbah las karbit yang sama. Hal ini disebabkan karena seringnya benda uji mengalami pemanasan yang berulang-ulang, maka benda uji semakin keras 3.9 Hasil Pengujian Daktilitas Setelah Kehilangan Berat Pengujian daktilitas setelah kehilangan berat dimaksudkan untuk mengetahui nilai daktilitas aspal padat setelah mengalami kehilangan berat. Hasil pengujian daktilitas setelah kehilangan berat dilihat pada Gambar Gambar 11. Hubungan Angka Daktilitas Setelah Kehilangan Berat dengan Kadar Limbah Las Karbit 3.10 Analisis Karakteristik Aspal Shell 0%, 2,5%, dan 5% Limbah Las Karbit Karakteristik aspal shell dan aspal shell yang dicampur limbah las karbit sebesar 2,5% dan 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Seluruh Pengujian Pengujian Satuan Aspal Pen Elastomer Sintetis Penetrasi mm 67 54, Min 40 Titik Lembek o C Titik Nyala o C Daktilitas cm 0 127,5 109, Berat Jenis - 1,025 1,036 1,058 1,0 1,0 Viskositas 135 cst Kehilangan Berat % 0,1 0,1 0,13 0,8 0,8 Penetrasi setelah Kehilangan Berat % asli 57,6 52,2 50, Daktilitas setelah Kehilangan Berat cm Dari Tabel 2 untuk lebih mengetahui karakteristik tersebut dapat dilihat dari Gambar 12. Hasil pengujian aspal shell pen 60 seperti pada Tabel 2 memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Subtitusi limbah las karbit sebesar 2,5% pada aspal shell untuk nilai penetrasi tidak memenuhi ke spesifikasi aspal pen 60 tetapi masuk ke spesifikasi aspal modifikasi elastomer sintetis. Penetrasi setelah kehilangan berat untuk aspal shell pen 60 memenuhi spesifikasi yaitu sebesar 57,6 dan subtitusi limbah las karbit 2,5%, 5% tidak memenuhi aspal pen 60 maupun aspal modifikasi elastomer sintetis. Nilai titik lembek pada subtitusi limbah las karbit 2,5% dan 5% mengalami peningkatan, meningkatnya nilai titik lembek yang dihasilkan didukung oleh nilai penetrasi yang semakin kecil, tetapi nilai titik lembek limbah las karbit memenuhi ke spesifikasi aspal pen 60 maupun Reka Racana - 9
10 Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni aspal modifikasi elastomer sintetis. Penambahan limbah las karbit sebesar 2,5% dan 5% suhu yang dihasilkan semakin turun yaitu 0% sebesar 327 C, 2,5% limbah las karbit 285 C dan subtitusi limbah las karbit 5% suhu yang di dapat 258 C. Nilai titik nyala pada aspal pen 60 maupun subtitusi limbah las karbit memenuhi spesifikasi pada aspal pen 60 maupun aspal modifikasi elastomer sintetis. Hasil pengujian berat jenis aspal shell pen 60 maupun aspal shell yang disubstitusi dengan limbah las karbit mengalami peningkatan, semakin besar limbah las karbit yang disubstitusi pada aspal, berat jenis yang dihasilkan semakin besar, hasil pengujian aspal pen 60 maupun aspal shell yang dimodifikasi dengan limbah las karbit memenuhi spesifikasi yang disyaratkan baik pen 60 maupun aspal modifikasi elastomer sintetis. Dilihat dari Tabel 4.10 dan Gambar 4.10 nilai viskositas semakin besar, semakin besar penambahan substitusi limbah las karbit semakin besar nilai kekentalan yang dihasilkan, hal ini didukung oleh nilai penetrasi yang semakin kecil sehingga aspal semakin keras dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk mencairkan aspal tersebut. Gambar 12. Grafik Seluruh Pengujian Reka Racana - 10
11 Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60 Persentase kehilangan berat yang diperoleh dari pengujian Thin Film Oven Test (TFOT) aspal shell pen 60 dan aspal modifikasi 2,5% limbah las karbit memiliki nilai kehilangan berat yang sama sebesar 0,1%, tetapi untuk aspal modifikasi limbah las karbit 5% memiliki nilai kehilangan berat yang berbeda yaitu sebesar 0,13%. Persentase kehilangan berat yang dimiliki oleh aspal modifikasi limbah las karbit 5% dipengaruhi oleh kalsium oksida yang dimiliki oleh limbah las karbit. Hasil pengujian daktilitas mengalami penurunan. Aspal shell pen 60 dan aspal modifikasi limbah las karbit memenuhi persyaratan, tetapi untuk substitusi limbah las karbit 2,5% dan 5% memiliki sifat kohesi yang kurang baik, dimana substitusi limbah las karbit 2,5% putus pada 127,5 cm dan 5% putus pada 109,5 cm. Hal ini berbeda dengan pengujian daktilitas setelah Thin Film Oven Test (TFOT), aspal tersebut memilik sifat kohesi yang lebih baik, dimana hasil pengujian daktilitas setelah Thin Film Oven Test (TFOT) tidak putus atau lebih elastis. Sifat kohesi yang dimiliki aspal setelah Thin Film Oven Test (TFOT) dipengaruhi oleh limbah las karbit yang memiliki kandungan kalsium oksida, dimana kalsium oksida yang ada pada limbah las karbit akan menguap akibat pemanasan yang berlebihan, pemanasan yang berlebihan seperti pada pengujian Thin Film Oven Test (TFOT). Aspal yang dicampur limbah las karbit 2,5% dan 5% pada pengujian Thin Film Oven Test (TFOT) sifat aspal akan kembali semula atau sifat limbah las karbit tidak memberi reaksi pada aspal akibat pemanasan yang lebih lama. 4. KESIMPULAN Hasil pemeriksaan aspal shell dan aspal shell bercampur limbah las karbit 2,5% dan 5%, hasil pengujian aspal shell memenuhi persyaratan aspal pen dan pengujian aspal shell bercampur limbah las karbit 2,5% dan 5% memenuhi persyaratan aspal modifikasi elastomer sintetis. Dari pemeriksaan aspal bercampur limbah las karbit, hasil yang didapat adalah nilai penetrasi menurun seiring dengan penambahan persentase limbah las karbit pada aspal, hal ini mengindikasikan bahwa aspal semakin keras. Selain itu hasil yang diperoleh adalah titik lembek meningkat, titik nyala dan titik bakar menurun, dan berat jenis meningkat seiring dengan penambahan persentase limbah las karbit yang digunakan pada aspal. Titik nyala dari benda uji dengan limbah las karbit mengalami penurunan karena limbah las karbit mengandung kalsium oksida sehingga dapat mudah terbakar, kalsium oksida merupakan zat kimia yang mudah terbakar. Pengujian daktilitas setelah Thin Film Oven Test (TFOT), aspal tersebut memilii sifat kohesi yang lebih baik daripada daktilitas sebelum Thin Film Oven Test (TFOT), dimana hasil pengujian daktilitas setelah Thin Film Oven Test (TFOT) tidak putus atau lebih elastis. Sifat kohesi yang dimiliki aspal setelah Thin Film Oven Test (TFOT) dipengaruhi oleh limbah las karbit yang memiliki kandungan kalsium oksida, dimana kalsium oksida tidak akan memberikan reaksi terhadap aspal jika dipanaskan terlalu lama. DAFTAR RUJUKAN Departemen Pekerjaan Umum, (2010), Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal Revisi 3. Nur Syamsi, F., (2014), Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal, Skripsi, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan (FTSP), Institut Teknologi Nasional. Sukirman, S., (2012), Beton Aspal Campuran Panas, Institut Teknologi Nasional, Bandung. Limbah Las Karbit, Dipetik 20 Juli, Reka Racana - 11
12 Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni Limbah Las Karbit, Dipetik 20 Juli, Reka Racana - 12
Pengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Desember 2015 Pengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell TIARA GAVIRARIESA¹, SILVIA
Lebih terperinciStudi Penggunaan Limbah Las Karbit Untuk Bahan Tambah Pada Perkerasan Laston Gradasi AC-WC
Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Januari 2016 Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Untuk Bahan Tambah Pada Perkerasan Laston Gradasi AC-WC SHEZY NURHAYATI
Lebih terperinciStudi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal
Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal SYAMSI FAJRI, N.¹, SUKIRMAN,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran
Lebih terperinciGambar 4.1. Bagan Alir Penelitian
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai
Lebih terperinciSIFAT SIFAT FISIK ASPAL
Oleh : Unggul Tri Wardana (20130110102) Dea Putri Arifah (20130110103) Muhammad Furqan (20130110107) Wahyu Dwi Haryanti (20130110124) Elsa Diana Rahmawati (20130110128) Bitumen adalah zat perekat (cementitious)
Lebih terperinciTKS 4406 Material Technology I
TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Definisi Aspal adalah material hitam atau coklat tua, pada
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BB III LNDSN TEORI. Metode Pengujian gregat dapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam pengujian material yaitu mengacu pada spesifikasi Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3) sebagai berikut: 1. gregat
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN POLIMER ELVALOY TERHADAP NILAI INDEX KEKUATAN SISA PADA CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG
Jurnal Itenas Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol.---- ISSN: Desember 2015 PENGARUH PENGGUNAAN POLIMER ELVALOY TERHADAP NILAI INDEX KEKUATAN SISA PADA CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG Rahmi Zurni 1 1
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,
Lebih terperinciPENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL. M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang. Abstrak 2.
PENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang. Email : sipilunidayan@yahoo.com Abstrak semen atau biasa disebut aspal keras bersifat mengikat agregat pada
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Pengujian Material 1. Agregat Kasar dan Steel Slag Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan diatas saringan 2.36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. a. Berat Jenis Curah
Lebih terperinciAspal merupakan bahan perkerasan untuk jalan raya. Tentu "penghuni" jurusan Teknik Sipil mengenalnya. Mari kita bahas bersama mengenai aspal.
Pengertian Aspal Aspal merupakan bahan perkerasan untuk jalan raya. Tentu "penghuni" jurusan Teknik Sipil mengenalnya. Mari kita bahas bersama mengenai aspal. Pengertian Aspal adalah bahan yang bersifat
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Aspal Pengujian Agregat Pengujian filler Syarat Bahan Dasar Tidak Memenuhi Uji Marshall
Lebih terperinciBAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian
BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design),
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design), pembuatan benda
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Sebelum melakukan suatu penelitian, maka perlu adanya perencanaan dalam penelitian. Pelaksanaan pengujian dilakukan secara bertahap, yaitu pemeriksaan
Lebih terperinciKAJIAN SUHU OPTIMUM PADA PROSES PEMADATAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI BITUMEN LIMBAH PLASTIK
KAJIAN SUHU OPTIMUM PADA PROSES PEMADATAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI BITUMEN LIMBAH PLASTIK Imam Aschuri Faculty of Civil Engineering and Planning Lecturer/Researcher on Civil
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. Hasil pengujian ini dibandingkan dengan kriteria dan spesifikasi SNI.
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN
BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan, pemeriksaan mutu bahan yang berupa agregat dan aspal, perencanaan campuran sampai tahap
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 158 Vol. 2, No. 2 : 158-171, September 2015 ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN PEREMAJA SULFUR TERHADAP SIFAT FISIK ASPAL DAUR ULANG Analysis the Effect of Sulfur Rejuvenated
Lebih terperinciSpesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan
Lebih terperinciSTUDY PERSYARATAN FISIK ASPAL MODIFIKASI DENGAN PEMANFAATAN KARET ALAM SIKLIK (CYCLIC NATURAL RUBBER) Oleh: ABSTRAK
STUDY PERSYARATAN FISIK ASPAL MODIFIKASI DENGAN PEMANFAATAN KARET ALAM SIKLIK (CYCLIC NATURAL RUBBER) Oleh: Winsyahputra Ritonga 1), Basuki Wirjoesentono 2), Nasruddin MN 3) 1) Mahasiswa Magister Ilmu
Lebih terperinciPENGARUH ASBUTON MURNI TERHADAP INDEKS PENETRASI ASPAL
PENGARUH ASBUTON MURNI TERHADAP INDEKS PENETRASI ASPAL Eva Wahyu Indriyati Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman Jln. Mayjend. Sungkono KM 5, Blater Purbalingga indriyati.eva@gmail.com
Lebih terperinciLampiran Perhitungan Pengujian Aspal
Lampiran Perhitungan Pengujian Aspal BERAT JENIS ASPAL (Spesific Gravity of Asphalt) Kelompok Jurusan Lokasi : Penelitian Tugas Akhir : Teknik Sipil : Politeknik Negeri Sriwijaya Tanggal : April 06 Penguji
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR
Lebih terperinci3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
BAB V METODE PENELITIAN 5.1 Lokasi, Bahan, Dan Alat Penelitian 5.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PENGUJIAN ASPAL PENETRASI 60/70 YANG DIMODIFIKASI DENGAN ETYHLENE VINYL ACETATE (EVA)
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN ASPAL PENETRASI 60/70 YANG DIMODIFIKASI DENGAN ETYHLENE VINYL ACETATE (EVA) Mawid Dwi Sistra 1, Bakhi Mohamed Aljnude 2, Ary Setyawan 3 1,2 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam
Lebih terperinciCara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)
Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin
Lebih terperinciSTUDI SIFAT REOLOGI ASPAL PEN RENDAH DAN TINGGI YANG DIMODIFIKASI LIMBAH TAS PLASTIK
STUDI SIFAT REOLOGI ASPAL PEN RENDAH DAN TINGGI YANG DIMODIFIKASI LIMBAH TAS PLASTIK Topik Makalah : Desain dan Bahan Perkerasan Yogi Sugiri Peneliti Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional (Itenas)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun
Lebih terperincioptimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah
BAB V METODE PENELITIAN 5.1. Cara Penelitian Penelitian dilakukan dengan tiga tahap. tahap pertama untuk mencari kadar aspal optimum (KAO), tahap II untuk mencari kadar limbah batu baterai (Magan) optimum
Lebih terperinciCara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas
Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas RSNI M-04-2005 1 Ruang lingkup Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas secara khusus menguraikan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur
Lebih terperinciPERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI
38 PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI Aidil Putra 1), Rika Sylviana 2), Anita Setyowati Srie Gunarti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh terhadap peningkatan kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan infrastruktur untuk mendukung
Lebih terperinciStudi Karakteristik Beton Aspal AC WC Menggunakan Benda Uji 4 Inci Dan 6 Inci
Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Desember 2015 Studi Karakteristik Beton Aspal AC WC Menggunakan Benda Uji 4 Inci Dan 6 Inci LUKMAN AULIA 1,
Lebih terperinciPENGARUH VISKOSITAS ASPAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.1, Januari 2015 (77-84) ISSN: 2337-6732 PENGARUH VISKOSITAS ASPAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL Novita Lucia Senduk Oscar H. Kaseke, Theo K. Sendow Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan
Lebih terperinciCara uji daktilitas aspal
Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agregat Kasar A. Hasil Pengujian Agregat Agregat kasar yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari desa Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan bahan
Lebih terperinciPEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL (RING AND BALL TEST) (PA ) (AASHTO-T53-74) (ASTM-D36-69)
(PA-0302-76) (AASHTO-T53-74) (ASTM-D36-69) 1. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan ini untuk menentukan angka titik lembek aspal yang berkisar dari 30⁰C sampai dengan 157⁰C dengan cara ring and ball. Titik
Lebih terperinciAlik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
SNI 06-2434-1991 SK SNI M-20-1990-F METODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER BAB 1 DISKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. ASPAL Aspal adalah bahan alam dengan komponen kimia utama hidrokarbon, hasil explorasi dengan warna hitam bersifat plastis hingga cair, tidak larut dalam larutan asam encer dan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton (Laston) Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur
Lebih terperinciSpesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak
Lebih terperinci(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)
(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
KARAKTERISTIK TAR HASIL DESTILASI TEMPURUNG KELAPA DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN FLY ASH DAN LEM DIBANDINGKAN DENGAN ASPAL MINYAK PRODUK PERTAMINA (The Characteristic Of Tar Made Coconut Shell Charcoal
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-
41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciCara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol
Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
40 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian 1. Bagan Alir Secara General Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Uji Kadar Aspal dalam Batuan Uji kadar aspal ini dilakukan dengan mekanisme seperti pada Gambar 4. berikut. Gambar 4. Diagram alir percobaan uji kadar aspal 2 Batuan aspal
Lebih terperinciSTUDI SIFAT-SIFAT REOLOGI ASPAL YANG DIMODIFIKASI LIMBAH TAS PLASTIK
STUDI SIFAT-SIFAT REOLOGI ASPAL YANG DIMODIFIKASI LIMBAH TAS PLASTIK Rezza Permana, ST. Peneliti Institut Teknologi Nasional Jl. PHH Mustapa 23 Bandung Telp. 022 727 2215 ; Facs 022 7202892 E-mail : edelweiss_pirates@yahoo.co.id
Lebih terperinciStudi Pengaruh Temperatur terhadap Modulus Kekakuan Campuran Menggunakan Aspal Berpolimer BituBale
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 4 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2017 Studi Pengaruh Temperatur terhadap Modulus Kekakuan Campuran Menggunakan Aspal Berpolimer BituBale
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK
VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK Lapis permukaan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang paling besar menerima beban. Oleh sebab itu
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK DASPAL MODIFIKASI DENGAN BAHAN GETAH DAMAR, FLY ASH, DAN MINYAK GORENG DIBANDINGKAN DENGAN ASPAL PENETRASI
STUDI KARAKTERISTIK DASPAL MODIFIKASI DENGAN BAHAN GETAH DAMAR, FLY ASH, DAN MINYAK GORENG DIBANDINGKAN DENGAN ASPAL PENETRASI Indra Putra Rusadi (1), Djumari 2), Ary Setyawan 3) 1) Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 UMUM Metodologi penelitian pada penelitian ini merupakan serangkaian penelitian perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran beraspal yang
Lebih terperinciSNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi anionik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-
DAFTAR PUSTAKA 1. Bina Marga. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton ( LATASTON ). 2. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Teknik Sipil Universitas Mercubuana. Hasil pengujian ini dibandingkan dengan kriteria dan spesifikasi SNI.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai sendi kehidupan manusia karena merupakan fasilitas yang sangat vital dalam mendukung pergerakan
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR INTISARI
NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall
98 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 98-107, November 2012 Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall (Effect of Using
Lebih terperinciKINERJA PROPERTI SEMARBUT ASPAL TIPE I (EKSTRAKSI ASBUTON EMULSI SEBAGAI MODIFIKASI BITUMEN)
KINERJA PROPERTI SEMARBUT ASPAL TIPE I (EKSTRAKSI ASBUTON EMULSI SEBAGAI MODIFIKASI BITUMEN) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPEMANFAATAN ASPAL SINTETIS UNTUK MATERIAL PERKERASAN JALAN
PEMANFAATAN ASPAL SINTETIS UNTUK MATERIAL PERKERASAN JALAN Edy Hermanto Staff Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Medan Area Jl Kolam No 1 Medan Estate-Medan. Kampus Universitas Medan Area
Lebih terperinciPENGARUH GETAH PINUS PADA STABILITAS, PELELEHAN, DAN DURABILITAS LAPIS PENGIKAT BETON ASPAL (ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE/AC-BC) ABSTRAK
PENGARUH GETAH PINUS PADA STABILITAS, PELELEHAN, DAN DURABILITAS LAPIS PENGIKAT BETON ASPAL (ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE/AC-BC) Dea Putri Perceka NRP: 1021003 Tan Lie Ing, S.T., M.T. ABSTRAK Meningkatnya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini agregat
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B
PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921)
Lebih terperinciKINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)
KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC) TUGAS AKHIR Oleh : I WAYAN JUNIARTHA NIM : 1104105072 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2 3 ABSTRAK Setiap
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT PPP DPU DKI Jakarta, Jakarta Timur dengan menggunakan system pencampuran aspal hangat dengan panduan metode
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Harry Zentino 1, Oktavianus Danny Sivananda 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Serat ijuk merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Hot Rolled Asphalt Menutut Coc,J.B, Hot rolled Asphalt (HRA) adalah bahan konstruksi lapis keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot Rolled
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciKata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan
ABSTRAK Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, secara berkelanjutan diperlukan material untuk perumahan berupa bahan dinding. Bahan dinding yang umum dipergunakan: bata tanah liat dan blok bahan pasangan
Lebih terperinciSTUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:
STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP: 9921035 Pembimbing: Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
Lebih terperinciStudi Pemanfaatan RAP Dan Aspal Elvaloy Pada Campuran Laston AC-BC
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 1 Maret 2016 Studi Pemanfaatan RAP Dan Aspal Elvaloy Pada Campuran Laston AC-BC ARDI SENO¹, SILVIA SUKIRMAN²,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1. Pengujian Aspal Pada pengujian material aspal digunakan aspal minyak (AC Pen 60/70) atau aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK MODIFIKASI ASPAL PENETRASI 60/70 DENGAN ETHYLENE VINYL ACETATE (EVA)
ANALISIS KARAKTERISTIK MODIFIKASI ASPAL PENETRASI 60/70 DENGAN ETHYLENE VINYL ACETATE (EVA) Mawid Dwi Sistra 1), Ary Setyawan 2), Djoko Sarwono 3) 1) Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Menurut (Sukirman, S 1992) Lapisan perkerasan adalah konstruksi diatas tanah dasar yang berfungsi memikul beban lalu lintas dengan memberikan rasa
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT MEKANIS ASPAL YANG DITAMBAHKAN SERBUK ARANG TEMPURUNG KELAPA
SIFAT-SIFAT MEKANIS ASPAL YANG DITAMBAHKAN SERBUK ARANG TEMPURUNG KELAPA Mashuri* dan M. Husni Maricar* * Abstract The objective of this research is to know mechanical properties of bitumen mixtures coconut
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciSpesifikasi aspal emulsi kationik
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : , Maret 2015
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 93 Vol. 2, No. 1 : 93-104, Maret 2015 PENERAPAN TEKNOLOGI DAUR ULANG DENGAN BAHAN PEREMAJA LOKAL UNTUK PENINGKATAN UMUR LAYANAN PERKERASAN On Aplication of Recycling Technology
Lebih terperinci