BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan"

Transkripsi

1 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase, dikode oleh gen NA, merupakan antigen yang berperan dalam infeksi virus. Data sekuen isolat yang digunakan untuk merancang primer adalah data isolat yang diperoleh dari GenBank. Primer telah dirancang oleh peneliti di Laboratorium IHVCB menggunakan strain virus influenza A/Indonesia/5/2005 (H5N1) sebagai pola cetakan. Gen NA yang digunakan dalam penelitian memiliki ukuran sebesar pb. Keempat pasangan primer NA yang telah dirancang ialah pasangan primer NIF64 + NIR320, NIF306 + NIR537, NIF600 + NIR774, dan NIF757 + NIR975. Keempat pasangan primer dirancang berdasarkan conserve region gen NA subtipe H5N1 pada beberapa posisi berbeda. Conserve region adalah daerah yang memiliki susunan sekuen nukleotida yang sama dan stabil untuk masing-masing strain AI sehingga dapat digunakan untuk membedakan virus AI subtipe H5N1 dengan subtipe lainnya (Lisa dkk. 2006: 2). Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya hasil negatif palsu yang disebabkan gen NA mudah mengalami mutasi. Keberhasilan PCR diperlihatkan dengan adanya produk PCR berupa pita DNA diharapkan untuk

2 31 masing-masing pasangan primer adalah 256 pb, 231 pb, 174 pb, dan 218 pb. Kondisi rancangan primer untuk masing-masing pasangan primer dapat dilihat pada Tabel 1. Optimasi PCR telah dilakukan untuk reaksi amplifikasi menggunakan keempat pasangan primer pada penelitian pendahuluan dengan variasi suhu annealing, konsentrasi MgCl 2, dan konsentrasi primer. Optimasi PCR dilakukan untuk mendapatkan kondisi PCR yang optimal sehingga dihasilkan produk PCR spesifik, yaitu terbentuk pita DNA tebal dengan ukuran sesuai yang diharapkan dan tidak terbentuk dimer primer, smear, atau multiband (Ahmed 2006: 118). Kisaran gradien suhu yang digunakan dalam optimasi suhu annealing keempat pasangan primer adalah C. Optimasi PCR menggunakan dua konsentrasi MgCl 2, yaitu 1,5 mm MgCl 2 dan 2 mm MgCl 2. Campuran reaksi dengan konsentrasi akhir MgCl 2 sebesar 1,5 mm tidak perlu ditambahkan larutan 25 mm MgCl 2 karena larutan 10 PCR buffer [Qiagen] telah mengandung 1,5 mm MgCl 2 (Lampiran 4). Konsentrasi MgCl 2 yang dianjurkan ada dalam campuran reaksi dengan konsentrasi dntp sebesar 200 µm adalah 1,5 mm. Namun, konsentrasi MgCl 2 antara 1,8--3,6 mm masih memberikan hasil yang spesifik (Henegariu 1997: 1). Optimasi konsentrasi primer yang dilakukan menggunakan dua variasi konsentrasi primer, yaitu 0,5 µm dan 1 µm (Lampiran 5). Menurut Qiagen (1997: 2) konsentrasi primer yang memiliki kisaran antara 0,1--0,5 µm dalam

3 32 reaksi amplifikasi dapat memberikan hasil yang optimal, yaitu terbentuk produk PCR yang spesifik. Namun demikian, Yuwono (2006: ) menyatakan bahwa konsentrasi primer sampai 1 µm masih dapat menghasilkan produk yang spesifik, tetapi konsentrasi primer lebih tinggi dari 1 µm dapat menyebabkan terakumulasinya hasil polimerisasi non spesifik. Penelitian menggunakan teknik two-step RT-PCR dengan gen target NA. Teknik two-step RT-PCR memiliki kelebihan, yaitu penggunaan cdna sebagai cetakan dalam PCR bersifat lebih stabil daripada RNA. Gula deoxyribose bersifat kurang reaktif karena adanya ikatan CH sehingga lebih stabil pada kondisi basa. Deoxyribonucleic acid (DNA) juga memiliki small grooves yang dapat merusak enzim pendegradasi DNA (Qiagen 2004: 14). Cetakan DNA yang digunakan berupa cdna. Complementer deoxyribonucleic acid (cdna) dihasilkan oleh reaksi RT-PCR menggunakan enzim omniscript reverse transcriptase. Enzim omniscript reverse transcriptase memiliki afinitas yang tinggi terhadap RNA sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan sensitivitas reaksi reverse transcription pada berbagai cetakan DNA serta meningkatkan jumlah produk cdna yang dihasilkan (Qiagen 2004: 3). Reaksi amplifikasi menggunakan enzim Hot- Star Taq DNA polymerase, yang dapat meningkatkan spesifisitas PCR dengan cara mereduksi terbentuknya produk non-spesifik dan dimer primer (Qiagen 2005: 7). Siklus yang digunakan pada reaksi amplifikasi dengan Hot-Star PCR sebanyak 35 siklus dengan tujuan memperoleh jumlah

4 33 amplikon lebih banyak sehingga pita DNA yang dihasilkan lebih tebal (Innis & Gelfand 1990: 6). Berdasarkan hasil optimasi PCR, reaksi uji spesifisitas PCR dilakukan pada konsentrasi MgCl 2 2 mm dan konsentrasi primer 1 µm karena pita DNA yang dihasilkan spesifik, yaitu menghasilkan pita DNA tebal dan tidak terbentuk smear (Gambar 8, Lajur 1, 2, 3, dan 6). Suhu annealing yang digunakan berbeda untuk masing-masing pasangan primer. Reaksi PCR menggunakan primer NIF64 + NIR320 dilakukan pada kondisi suhu annealing 55,2 C, primer NIF306 + NIR537 pada kondisi suhu annealing 57,6 C, primer NIF600 + NIR774 pada kondisi suhu annealing 58,6 C, dan primer NIF757 + NIR975 pada kondisi suhu annealing 56 C. Setiap pasangan primer memerlukan suhu annealing berbeda untuk menempel pada cetakan DNA. Faktor yang memengaruhi suhu annealing primer adalah persentase kandungan G dan C masing-masing pasangan primer (Brinkmann 2007: 1). Reaksi uji sensitivitas PCR dilakukan pada konsentrasi MgCl 2 4 mm dan konsentrasi primer 1 µm, kondisi suhu annealing untuk masing-masing pasangan primer sama dengan yang digunakan pada uji spesifisitas. Penggunaan buffer 1/3 TE untuk pengenceran konsentrasi cdna pada uji sensitivitas memengaruhi ketebalan pita DNA yang dihasilkan, yaitu menjadi lebih tipis (Gambar 9, Lajur 1, 4, 7,dan 10). Hal tersebut karena buffer 1/3 TE mengandung EDTA, yaitu suatu molekul yang dapat mengikat ion Mg 2+. Pengikatan ion Mg 2+ dapat memengaruhi reaksi PCR karena ion tersebut

5 34 berfungsi sebagai kofaktor untuk mengkatalisis reaksi enzim Taq DNA polymerase sehingga menyebabkan perlekatan primer dengan cetakan DNA (Ramesha & Khosravinia 2007: 184). Reaksi PCR menggunakan konsentrasi MgCl 2 4 mm menghasilkan produk PCR lebih spesifik (Gambar 9, Lajur 3, 6, 9, dan 12). Hal tersebut terlihat dengan terbentuknya pita DNA lebih tebal pada produk PCR. B. ANALISIS HASIL UJI SENSITIVITAS PCR Strain virus influenza A/chicken/Indonesia/2006 (H5N1) digunakan sebagai cetakan pembuatan cdna untuk uji sensitivitas PCR. Konsentrasi cdna yang digunakan ialah 10 ng/µl. Hasil pengukuran konsentrasi cdna dapat dilihat pada Tabel 2. Uji sensitivitas PCR dalam penelitian menggunakan beberapa konsentrasi cdna, yaitu 0,1 pg/µl, 1 pg/µl, 0,01 ng/µl, 0,1 ng/µl, 1 ng/µl, dan 10 ng/µl (Pan dkk. 2001: 134). Pengenceran dilakukan menggunakan buffer 1/3 TE dengan tujuan agar cdna tidak mengalami degradasi saat penyimpanan (Harley 2005: 410). Cetakan DNA merupakan faktor yang memengaruhi keberhasilan amplifikasi, jika cetakan DNA mengalami degradasi maka primer tidak dapat menempel pada tahap annealing sehingga reaksi amplifikasi tidak berlangsung dan menyebabkan hasil negatif palsu (false negative results) berupa tidak terbentuknya pita DNA (Sambrook & Russell 2001: 8.5). Validitas hasil PCR untuk uji diagnostik penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri ditentukan oleh reproduktivitas hasil PCR yang

6 35 diperoleh. Reproduktivitas ditentukan dengan melakukan pengulangan reaksi beberapa kali menggunakan protokol, reagen, serta kontrol yang sama tetapi dilakukan pada waktu atau oleh orang berbeda, jika hasil yang diperoleh sama, maka hasil yang diperoleh memiliki tingkat validitas tinggi (McNerney 1997: 1). Berdasarkan hal tersebut, pengulangan reaksi amplifikasi sebanyak lima kali dilakukan dalam uji sensitivitas PCR dalam penelitian sehingga hasil yang diperoleh diharapkan memiliki validitas tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, masing-masing primer memiliki sensitivitas berbeda. Reaksi amplifikasi menggunakan pasangan primer NIF306 + NIR537 memiliki sensitivitas paling tinggi karena mampu mendeteksi gen NA dengan konsentrasi cdna terendah sebesar 1 pg/µl. Reaksi amplifikasi menggunakan pasangan primer NIF64 + NIR320 memiliki sensitivitas paling rendah karena hanya mampu mendeteksi gen NA dengan konsentrasi cdna terendah sebesar 0,1 ng/µl. Ringkasan hasil yang diperoleh pada uji sensitivitas PCR menggunakan keempat pasangan primer dapat dilihat pada Tabel Analisis hasil uji sensitivitas PCR pasangan primer NIF64 + NIR320 Reaksi amplifikasi menggunakan pasangan primer NIF64 + NIR320 menghasilkan produk PCR berupa pita DNA dengan ukuran 256 pb pada konsentrasi cdna terendah sebesar 0,1 ng/µl (Gambar 10a, Lajur 3). Pengulangan lima kali reaksi amplifikasi yang dilakukan menunjukkan hasil sama. Pita DNA dihasilkan memiliki ketebalan berbeda untuk setiap

7 36 konsentrasi cdna yang digunakan. Kontrol negatif reaksi memperlihatkan tidak terbentuk pita DNA. Hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi tidak mengalami kontaminasi. Reaksi amplifikasi menggunakan pasangan primer NIF64 + NIR320 hanya mampu mendeteksi gen NA dengan konsentrasi cdna terendah sebesar 0,1 ng/µl. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kondisi primer yang dirancang atau kondisi reaksi amplifikasi belum optimal. Salah satu faktor dari kondisi rancangan primer yang memengaruhi sensitivitas PCR adalah persentase kandungan G dan C. Persentase kandungan G dan C yang baik untuk primer adalah sekitar % (PREMIER Biosoft 2007: 1), sedangkan persentase kandungan G dan C untuk pasangan primer NIF64 +NIR320 adalah di bawah 40%, yaitu 37%. Persentase kandungan G dan C menentukan Tm dari suatu primer, yaitu suhu pada saat sebagian DNA untai ganda memisah menjadi untai tunggal. Nilai Tm tersebut akan menentukan suhu annealing yang dibutuhkan primer untuk menempel pada cetakan DNA dan melakukan proses amplifikasi. Nilai Tm terlalu rendah dapat menyebabkan primer tidak dapat bekerja pada suhu tinggi, sedangkan nilai Tm terlalu tinggi dapat menyebabkan penempelan primer bukan pada daerah target (mispriming) sehingga produk yang dihasilkan menjadi tidak spesifik (Prezioso 2007: 1). Konsentrasi primer yang tinggi kemungkinan juga menjadi penyebab tidak terbentuknya produk PCR yang diharapkan. Pasangan-pasangan primer yang berkomplemen pada daerah ujung 3 dapat saling menempel dan

8 37 memengaruhi sensitivitas PCR. Primer-primer dapat menempel pada ujung 3 berkomplemen karena konsentrasi primer terlalu tinggi dalam reaksi (Muladno 2002: 66). Menurut Qiagen (2005: 15), konsentrasi cetakan DNA yang dianjurkan ada dalam campuran reaksi dengan konsentrasi primer antara 0,1--0,5 µm adalah 0,01 µg/µl. Pengenceran cetakan DNA menyebabkan konsentrasi cdna menjadi lebih rendah sehingga perbandingan antara konsentrasi primer dan cetakan DNA menjadi berubah dalam reaksi. Faktor lain yang diduga memengaruhi sensitivitas PCR pasangan primer NIF64 + NIR320 adalah ukuran fragmen spesifik amplifikasi lebih panjang dibandingkan ukuran fragmen spesifik pasangan primer lainnya. Ukuran fragmen spesifik untuk pasangan primer NIF64 + NIR320 adalah 256 pb, sedangkan ukuran fragmen spesifik untuk ketiga pasangan primer lainnya yaitu, 174 pb, 218 pb, dan 231 pb. Menurut Davis dkk. (1994: 119), proses amplifikasi akan lebih efisien untuk fragmen pendek yang diapit oleh beberapa primer oligonukleotida. Fragmen cetakan DNA yang panjang kurang efisien karena fragmen tersebut dapat berasosiasi kembali dengan untai komplemen dengan cepat dan membentuk untai ganda sehingga memengaruhi proses penempelan primer pada cetakan DNA. Hal tersebut dapat menghambat reaksi amplifikasi sehingga tidak terbentuk produk PCR yang diharapkan.

9 38 2. Analisis hasil uji sensitivitas PCR pasangan primer NIF306 + NIR537 Pengulangan tiga kali reaksi amplifikasi menggunakan pasangan primer NIF306 + NIR537 dari pengulangan lima kali yang dilakukan menunjukkan hasil sama, yaitu menghasilkan produk PCR berupa pita DNA dengan ukuran 231 pb pada konsentrasi cdna terendah sebesar 1 pg/µl (Gambar 10b, Lajur 5). Pita DNA dihasilkan memiliki ketebalan berbeda untuk setiap konsentrasi cdna yang digunakan. Kontrol negatif reaksi yang digunakan menunjukkan hasil negatif, yaitu tidak terbentuk pita DNA. Deteksi gen NA dengan PCR memiliki keterbatasan, yaitu dapat memberikan hasil negatif palsu (false negative result) dan hasil positif palsu (false positive result). Hasil negatif palsu diperoleh jika pada reaksi PCR sebelumnya terbentuk pita DNA yang diharapkan, tetapi hasil PCR yang baru menunjukkan tidak terbentuknya pita DNA. Hasil positif palsu diperoleh jika pada reaksi PCR sebelumnya tidak terbentuk pita DNA yang diharapkan, tetapi hasil PCR yang baru menunjukkan terbentuknya pita DNA (OIE 2008: 5). Hasil negatif palsu terjadi pada pengulangan ke-4 dan ke-5 reaksi PCR menggunakan pasangan primer NIF306 + NIR537. Reaksi amplifikasi pada pengulangan ke-4 menggunakan pasangan primer NIF306 + NIR537 hanya dapat menghasilkan pita DNA dengan konsentrasi cdna minimal sebesar 0,1 ng/µl (Gambar 11a, Lajur 3). Reaksi amplifikasi pada pengulangan ke-5 menggunakan pasangan primer NIF306 + NIR537 dapat

10 39 menghasilkan pita DNA dengan konsentrasi cdna minimal sebesar 0,1 pg/µl, tetapi pita DNA tidak muncul pada hasil amplifikasi menggunakan konsentrasi cdna 1 ng/µl (Gambar 11b, Lajur 2). Hasil negatif palsu dapat terjadi karena homogenitas cdna. Cetakan DNA yang digunakan kemungkinan tidak homogen karena tidak dilakukan vorteks pada tabung cetakan DNA sebelum ditambahkan ke dalam campuran reaksi sehingga jumlah sampel DNA dalam campuran reaksi menjadi terlalu kecil. Hasil negatif palsu juga dapat disebabkan proses reaksi amplifikasi tidak berjalan dengan baik akibat adanya inhibitor dalam campuran reaksi (Karuniawati 2008: 3). 3. Analisis hasil uji sensitivitas PCR pasangan primer NIF600 + NIR774 Berdasarkan hasil penelitian, pengulangan tiga kali reaksi amplifikasi menggunakan pasangan primer NIF600 + NIR774 dari pengulangan lima kali yang dilakukan menunjukkan hasil sama, yaitu menghasilkan produk PCR berupa pita DNA dengan ukuran 174 pb pada konsentrasi cdna terendah sebesar 0,01 ng/µl (Gambar 12, Lajur 4). Pita DNA dihasilkan memiliki ketebalan berbeda untuk setiap konsentrasi cdna. Kontrol negatif reaksi tidak membentuk pita DNA. Hasil negatif palsu terjadi pada pengulangan ke-2 reaksi PCR menggunakan pasangan primer NIF600 + NIR774. Reaksi amplifikasi pada pengulangan ke-2 menggunakan pasangan primer NIF600 + NIR774 menghasilkan pita DNA sampai konsentrasi cdna minimal sebesar 1 pg/µl, tetapi pita DNA tidak muncul pada konsentrasi 0,01 ng/µl dan ditemukan

11 40 produk dimer (Gambar 13a, Lajur 4). Faktor yang menyebabkan kekeliruan pada hasil yang diperoleh kemungkinan karena kesalahan pada saat pengambilan volume reagen (pipetting errors). Hal tersebut ditunjukkan dengan terbentuknya dimer primer. Produk dimer dapat terjadi karena konsentrasi primer terlalu tinggi. Konsentrasi primer tinggi dapat meningkatkan mispriming, akumulasi produk amplifikasi tidak spesifik, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi amplifikasi antar primer yang akan menghasilkan produk dimer (Innis & Gelfand 1990: 7). Hasil positif palsu terjadi pada pengulangan ke-3 reaksi PCR menggunakan pasangan primer NIF600 + NIR774. Reaksi amplifikasi pada pengulangan ke-3 menggunakan pasangan primer NIF600 + NIR774 menghasilkan pita DNA dengan konsentrasi cdna terendah sebesar 1 pg/µl, tetapi pita DNA dihasilkan lebih tebal dibandingkan pita DNA dengan konsentrasi cdna 0,01 ng/µl (Gambar 13b, Lajur 4 dan 5). Hasil positif palsu yang diperoleh pada hasil PCR dapat disebabkan kontaminasi DNA pada saat memasukkan sampel ke dalam sumur gel elektroforesis. Kontaminasi DNA terutama terjadi akibat carry over, yaitu amplikon atau DNA dari reaksi PCR sebelumnya mengkontaminasi reagen atau pipet yang digunakan (OIE 2008: 4). Berdasarkan ukuran fragmen spesifik yang diamplifikasi, seharusnya reaksi amplifikasi menggunakan pasangan primer NIF600 + NIR774 memiliki sensitivitas lebih tinggi daripada pasangan primer lainnya. Hal tersebut karena ukuran fragmen spesifik yang diamplifikasi menggunakan pasangan

12 41 primer NIF600 + NIR774 memiliki ukuran paling pendek (174 pb) dibandingkan ukuran fragmen spesifik pasangan primer lainnya. Fragmen cetakan DNA yang pendek lebih efisien digunakan dalam reaksi amplifikasi dibandingkan fragmen cetakan DNA yang panjang (Davis dkk. 1994: 119). 4. Analisis hasil uji sensitivitas PCR pasangan primer NIF757 + NIR975 Reaksi amplifikasi untuk uji sensitivitas menggunakan pasangan primer NIF757 + NIR975 menghasilkan produk PCR berupa pita DNA dengan ukuran 218 pb pada konsentrasi cdna terendah sebesar 0,01 ng/µl (Gambar 14a, Lajur 4). Pengulangan empat kali reaksi amplifikasi menggunakan pasangan primer NIF757 + NIR975 dari pengulangan lima kali yang dilakukan menunjukkan hasil sama. Pita DNA dihasilkan memiliki ketebalan berbeda untuk setiap konsentrasi cdna dan kontrol negatif reaksi menunjukkan tidak terbentuknya pita DNA. Hasil positif palsu terjadi pada pengulangan ke-4 reaksi PCR menggunakan pasangan primer NIF757 + NIR975. Reaksi amplifikasi pada pengulangan ke-4 menggunakan pasangan primer NIF757 + NIR975 dapat menghasilkan pita DNA dengan konsentrasi cdna terendah sebesar 0,1 pg/µl, tetapi pita DNA yang dihasilkan mempunyai ketebalan sama dengan pita DNA pada konsentrasi cdna 10 ng/µl (Gambar 14b, Lajur 1 dan 6). Hasil positif palsu yang diperoleh pada hasil PCR dapat disebabkan kontaminasi DNA pada saat memasukkan sampel ke dalam sumur gel

13 42 elektroforesis atau homogenitas cdna yang dimasukkan ke dalam campuran reaksi (Karuniawati 2008: 3). C. ANALISIS HASIL UJI SPESIFISITAS PCR Uji spesifisitas penting dilakukan untuk verifikasi PCR yang digunakan pada uji diagnostik penyakit infeksi sehingga dapat menghasilkan data dengan kualitas baik dan mencegah terjadinya kesalahan dalam diagnosis. Uji spesifisitas PCR keempat pasangan primer dilakukan menggunakan sampel dari beberapa subtipe virus avian influenza, yaitu H5N1, H1N1, dan H3N2. Penggunaan sampel beberapa bakteri saluran pernapasan atas, yaitu S. pneumonia, N. meningitidis, dan H. influenzae dilakukan untuk melihat adanya reaksi silang antara keempat pasang primer yang digunakan terhadap gen bakteri. Ringkasan hasil yang diperoleh pada uji spesifisitas PCR menggunakan keempat pasangan primer dapat dilihat pada Tabel 4. Reaksi silang penting dilakukan pada uji spesifisitas PCR untuk menghindari kesalahan diagnosis. Reaksi silang ditunjukkan oleh kemampuan primer untuk bereaksi dengan gen bakteri patogen saluran pernapasan (Payungporn dkk. 2006: 145). Reaksi silang PCR yang positif diperlihatkan dengan terbentuknya pita DNA sesuai ukuran yang diharapkan untuk masing-masing primer. Hasil reaksi silang positif menunjukkan bahwa primer yang dirancang tidak dapat membedakan gen virus AI dengan gen bakteri patogen saluran pernapasan (Payungporn dkk. 2006: 145).

14 43 1. Analisis hasil uji spesifisitas menggunakan strain H5N1, H1N1, dan H3N2 Uji spesifisitas menggunakan strain H5N1 dari berbagai tahun sampel (tahun 2005, 2006, dan 2007) perlu dilakukan karena gen NA virus AI mudah mengalami mutasi titik (antigenic drift) sehingga dapat menimbulkan hasil negatif palsu dalam pendeteksian. Mutasi titik pada protein neuraminidase (NA) virus influenza, dapat terjadi setiap beberapa tahun (Capua & Alexander 2002: 2--3). Hasil uji spesifisitas keempat pasang primer menggunakan sampel strain H5N1 dari tahun yang berbeda memperlihatkan terbentuknya pita DNA dari hasil reaksi amplifikasi (Gambar 15, 16, 17, 18, Lajur 1, 2, dan 3). Hasil uji spesifisitas PCR keempat pasang primer menggunakan cetakan DNA strain AI subtipe H1N1 tidak menghasilkan pita DNA. Subtipe H1N1 dan H5N1 memiliki subtipe gen NA yang sama, yaitu N1, tetapi produk PCR tidak dihasilkan pada reaksi amplifikasi menggunakan subtipe H1N1 sebagai cetakan DNA (Gambar 15, 16, 17, dan 18, Lajur 4). Hal tersebut karena susunan nukleotida primer yang dirancang spesifik untuk gen NA subtipe N1 pada strain H5N1 dan memiliki perbedaan conserve region dengan strain H1N1. Primer NA yang dirancang hanya akan mengenali conserve region NA pada strain H5N1. Uji spesifisitas menggunakan gen NA virus AI subtipe H3N2 perlu dilakukan karena subtipe H3N2 merupakan subtipe virus AI yang paling sering menginfeksi dan menimbulkan penyakit influenza pada manusia di

15 44 Indonesia. Uji spesifisitas menggunakan cetakan DNA subtipe H3N2 tidak menghasilkan pita DNA (Gambar 15, 16, 17, dan 18, Lajur 5). Hal tersebut menunjukkan posisi conserve region yang dijadikan acuan dalam perancangan primer bersifat spesifik hanya dapat ditemukan pada subtipe H5N1. Hasil multiple alignment yang telah dilakukan oleh peneliti di IHVCB saat perancangan primer menggunakan beberapa isolat H5N2, H6N1, H5N1, H3N1, dan H1N1 menunjukkan bahwa primer bersifat spesifik terhadap subtipe H5N1 (Widyaningtyas, komunikasi pribadi, 15 April 2008). 2. Analisis hasil uji spesifisitas menggunakan gen bakteri Uji spesifisitas menggunakan gen bakteri saluran pernapasan, yaitu S. pneumonia, N. meningitidis, dan H. influenzae dilakukan karena ketiga bakteri tersebut dapat ditemukan pada saluran pernapasan bagian atas manusia dan menimbulkan penyakit yang memiliki gejala mirip dengan infeksi virus AI. Ketiga bakteri tersebut merupakan flora normal yang terdapat pada nasofaring manusia. Infeksi bakteri S. pneumonia, N. meningitidis, H. influenzae, dan virus AI menimbulkan gejala demam tinggi, batuk, sakit kepala, dan sakit pada tenggorokan. Streptococcus pneumonia, H. influenzae, dan virus AI merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pneumonia pada manusia (Chamberlain 2002: 1). Streptococcus pneumonia mengekspresikan glikoprotein permukaan, yaitu neuraminidase (NA) yang memiliki kemampuan untuk memecah sialic acid pada substrat yang mengandung reseptor N-acetylneuraminic acid α-2,3

16 45 galactose, N-acetylneuraminic acid α-2,6 galactose, dan N-acetylneuraminic acid α-2,6 N-acetylgalactosamine. Neisseria meningitidis dan H. influenzae tidak mengekspresikan neuraminidase, tetapi memiliki lipooligosakarida (LOS) yang mengekspresikan sialyltransferase. Sialyltransferase berfungsi untuk memperoleh N-acetylneuraminic acid (NANA) dari cytidine monophospho-n-acetylneuraminic acid. N-acetylneuraminic acid (NANA) yang terdapat pada terminal LOS meningkatkan resistensi bakteri terhadap sistem antibodi manusia (Brooks dkk. 2006: 424). Reaksi silang yang dilakukan menggunakan keempat pasangan primer terhadap gen bakteri juga menunjukkan hasil negatif. Pita DNA tidak terbentuk pada hasil amplifikasi menggunakan gen bakteri sebagai cetakan DNA (Gambar 15, 16, 17, 18, Lajur 7, 8, dan 9). Berdasarkan hasil PCR, dapat diketahui bahwa tidak ada daerah yang bersifat komplementer dengan primer yang telah dirancang pada genom bakteri. Primer tidak dapat menempel pada cetakan DNA saat tahap annealing tanpa adanya daerah DNA yang komplementer dengan primer sehingga tidak akan terbentuk produk PCR (Sambrook & Russell 2001: 8.5). Hal tersebut menunjukkan primer memiliki spesifisitas tinggi dan dapat membedakan AI subtipe H5N1 dari patogen saluran pernapasan yang lain. Spesifisitas PCR yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi primer yang dirancang terutama ukuran panjang primer, kondisi reaksi amplifikasi yang optimal, dan cetakan DNA. Keempat pasangan primer yang dirancang memiliki ukuran panjang pb. Menurut Prezioso (2007: 1), primer yang

17 46 memiliki ukuran panjang pb akan menghasilkan produk PCR spesifik karena akan mempermudah proses penempelan primer dengan cetakan DNA pada suhu annealing. Berdasarkan hasil penelitian, keempat pasangan primer, yaitu NIF64 + NIR320, NIF306 + NIR537, NIF600 + NIF747, dan NIF757 + NIR 975 dapat mendeteksi gen NA dengan spesifisitas yang tinggi terhadap virus AI subtipe H5N1, tetapi pasangan primer NIF306 + NIR537 dapat mendeteksi gen NA virus AI dengan sensitivitas PCR paling tinggi dibandingkan ketiga pasangan primer lainnya. Pasangan primer tersebut paling baik digunakan untuk uji diagnostik dini infeksi virus AI subtipe H5N1 dengan RT-PCR karena hanya membutuhkan konsentrasi DNA sampel yang rendah. Uji diagnostik dini bermanfaat untuk mencegah penularan dan membantu penanganan pasien sehingga dapat menurunkan angka kematian pasien akibat infeksi AI subtipe H5N1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

DETEKSI FRAGMEN GEN NA

DETEKSI FRAGMEN GEN NA DETEKSI FRAGMEN GEN NA PENGKODE NEURAMINIDASE VIRUS AVIAN INFLUENZA A SUBTIPE H5N1 DENGAN TEKNIK REVERSE TRANSCRIPTION POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR) SYLVIA SANCE MARANTINA 0304040745 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. VIRUS INFLUENZA Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel virus influenza memiliki struktur bulat dengan diameter sekitar 100 nm. Perbedaan antigen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, NIPPONBARE, DAN BATUTEGI Isolasi DNA genom padi dari organ daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Rojolele, Nipponbare,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI TEKNIK PCR OVERLAPPING 1. Sintesis dan amplifikasi fragmen ekson 1 dan 2 gen tat HIV-1 Visualisasi gel elektroforesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Lumbrokinase merupakan enzim fibrinolitik yang berasal dari cacing tanah L. rubellus. Enzim ini dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke. Penelitian mengenai lumbrokinase,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Desain Primer secara in silico untuk Amplifikasi Fragmen Gen rpob Mycobacterium tuberculosis DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE. Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE. Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AMPLIFIKASI DAN PURIFIKASI GEN NS1 VIRUS DENGUE Proses amplifikasi gen NS1 virus dengue merupakan tahap awal dalam penelitian. Fragmen gen NS1 virus dengue diamplifikasi

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.

Lebih terperinci

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh REVERSE TRANSKRIPSI RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd Oleh UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang dalam beberapa tahun ini telah menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Penyakit DBD adalah penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan utama di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

Fakultas Biologi Unsoed

Fakultas Biologi Unsoed TEKMK PCR oleh Drs. Agus Hery Susanto, M.S. staf pengajar Pendahuluan Teknik PCR (polymerase chain reaction) digunakan untuk menggandakan fragmen DNA (urutan basa nukleotida) tertentu secara invitro melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL 3.1.1 Isolasi Vibrio harveyi Sebanyak delapan isolat terpilih dikulturkan pada media TCBS yaitu V-U5, V-U7, V-U8, V-U9, V-U24, V-U27, V-U41NL, dan V-V44. (a) (b) Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Sumber DNA pada Aves biasanya berasal dari darah. Selain itu bulu juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber DNA. Hal ini karena pada sebagian jenis Aves memiliki pembuluh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Unitas, Vol. 9, No. 1, September 2000 - Pebruari 2001, 17-29 PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) [General Principles and Implementation of Polymerase Chain Reaction] Darmo Handoyo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Metode deteksi yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan Potyvirus dan Fabavirus di pertanaman nilam yaitu dengan DAS-ELISA untuk mendeteksi Fabavirus, I-ELISA untuk mendeteksi Potyvirus

Lebih terperinci

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Debbie S. Retnoningrum Sekolah Farmasi, ITB Pustaka: 1. Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, hal. 27-28; 110-120 2. Groves MJ, 2006, hal. 40 44 3. Brown TA, 2006,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan asal ternak untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data Survei Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2007-2011

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN ISOLASI DNA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN ISOLASI DNA LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN ISOLASI DNA Disusun Oleh: Nama : Aminatus Sholikah NIM : 115040213111035 Kelompok : kamis, 06.00-07.30 Asisten : Putu Shantiawan Prayoga PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan Pada penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian, adalah cacing tanah spesies L. rubellus yang berasal dari peternakan cacing tanah lokal di Sekeloa, Bandung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resistensi bakteri Resistensi antibiotik menjadi masalah ketika antibiotik digunakan secara luas dengan tujuan pemusnahan bakteri, akan tetapi bakteri yang resisten terhadap

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

PCR Cabinet, Thermocycler (PCR Mechine) and Real Time -PCR

PCR Cabinet, Thermocycler (PCR Mechine) and Real Time -PCR PCR Cabinet, Thermocycler (PCR Mechine) and Real Time -PCR Meet 6, Instrumentasi Bioteknologi Universitas Esa Unggul By: Seprianto, S.Pi, M.Si Thermocycler (Mesin PCR) Thermocyclers, or thermal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub BAB I PENDAHULUAN Virus Human Immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab peyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) (Mareuil dkk. 2005: 1). Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru (pulmonary tuberculosis),

Lebih terperinci

REPLIKASI DNA. Febriana Dwi Wahyuni, M.Si.

REPLIKASI DNA. Febriana Dwi Wahyuni, M.Si. REPLIKASI DNA Febriana Dwi Wahyuni, M.Si. REPLIKASI REPLIKASI adalah perbanyakan diri menghasilkan produk baru yang sama dengan dirinya Pada tingkat molekul kimia hanya DNA yang dapat melakukan replikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fabavirus pada Tanaman Nilam Deteksi Fabavirus Melalui Uji Serologi Tanaman nilam dari sampel yang telah dikoleksi dari daerah Cicurug dan Gunung Bunder telah berhasil diuji

Lebih terperinci

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS 23 Apr 2003 Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 10. Hasil ekstraksi DNA daun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 10. Hasil ekstraksi DNA daun HASIL DAN PEMBAHASAN Optimasi Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA dilakukan untuk mengisolasi DNA yaitu dengan cara fisik (penggerusan) dibantu oleh senyawa-senyawa kimia dengan metode tertentu sehingga didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM YUNI YUPIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Gen sitokrom b digunakan sebagai pembawa kode genetik seperti halnya gen yang terdapat dalam nukleus. Primer tikus yang dikembangkan dari gen sitokrom b, terbukti dapat mengamplifikasi

Lebih terperinci

MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING

MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING TUGAS GENETIKA MOLEKULER MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING Oleh: Laurencius Sihotang 8756130889 Program Studi Magister Pendidikan

Lebih terperinci

menggunakan program MEGA versi

menggunakan program MEGA versi DAFTAR ISI COVER... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-) HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Daerah D-loop Amplifikasi daerah D-loop DNA mitokondria (mtdna) pada sampel DNA sapi Bali, Madura, Pesisir, Aceh, dan PO dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Applied

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Indonesia Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah beradaptasi dengan iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Domba lokal ekor tipis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan

Lebih terperinci

BAB XIII. SEKUENSING DNA

BAB XIII. SEKUENSING DNA BAB XIII. SEKUENSING DNA Pokok bahasan di dalam Bab XIII ini meliputi prinsip kerja sekuensing DNA, khususnya pada metode Sanger, pangkalan data sekuens DNA, dan proyek-proyek sekuensing genom yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis DNA 4.1.1 Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA merupakan langkah awal dalam analisis molekuler. Masalah-masalah yang timbul dalam ekstraksi DNA merupakan hal yang penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir, identifikasi spesies hewan menjadi perhatian utama karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahan atau komposisi makanan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci