BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang Teknopolis sebagai ruang lingkup penelitian, lalu dilanjutkan dengan pemaparan mengenai rumusan masalah, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai melalui analisis yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Konsep teknopolis sudah bukan lagi konsep baru dalam suatu pengembangan kota. Konsep teknopolis ini telah berkembang di beberapa negara seperti Akademegorodok di Rusia dan Tsukuba di Jepang. Selain sebagai pusat teknologi, teknopolis juga jadi jembatan interaksi antara institusi riset yang mengembangkan sains dan teknologi, dengan pihak industri yang menjadi kapital, dan pemerintah dalam tata kelola dan regulasi, sehingga melahirkan inovasi. Di dalam Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung Tahun telah dijelaskan bahwa tujuan penataan ruang Sub Wilayah Perkotaan adalah pengembangan kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis. Konsep Teknopolis ini terinspirasi dai Silicon Valley yang berada di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Wilayah Bandung Utara yang makin padat dari tahun ke tahun tidak mungkin dapat menampung penduduk dengan segala aktivitasnya. Tidak heran ketika pengembang besar mulai melirik daerah lain seperti untuk membangun kawasan permukiman dan perkantoran. Sekitar 17 hektare lahan disiapkan untuk pembangunan teknopolis. Sebagian besar lahan dimiliki oleh salah satu pengembang besar, sisanya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, Pertamina, dan pemangku kepentingan lain. Total ada 8 pemangku kepentingan dalam kawasan teknopolis ini. Walau pun begitu, pengembang besar juga sudah memiliki lahan di sekitar kawasan yang rencananya akan dibangun teknopolis, termasuk lahan yang awalnya dimiliki oleh warga untuk bercocok tanam dan lahan yang menjadi habitat burung blekok. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya rencana pembangunan teknopolis pun, pembangunan di akan tetap berlangsung dengan sendirinya (Kusumadewi, 2016). Di satu sisi, rencana teknopolis dapat mengontrol masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pengembang. Perlu diketahui bahwa Bandung hanya memiliki 11% ruang terbuka hijau (RTH). Padahal menurut Undang-Undang Nomer 7 Tahun 2011 tentang Penataan Ruang luas minimal RTH adalah 30%, artinya Kota Bandung masih kekurangan RTH sebesar sekitar 19%. Selain kurangnya RTH, wilayah Kota Bandung yang berada di Cakungan Bandung merupakan wilayah yang rawan banjir karena alih fungsi lahan hijau. Menurut Rencana Induk 1

2 Pengembangan Pusat Primer Kawasan Tahun 2006, Kawasan juga merupakan kawasan tempat parkir air, sehingga mudah terjadi banjir. Belum lagi fakta bahwa kawasan di bagian selatan adalah tempat habitat burung blekok. Rencana teknopolis juga memanfaatkan lahan tidak hanya untuk permukiman, tetapi menjadi pust inovasi digital, sehingga dapat mendukung perusahaan start up yang didominasi oleh anak muda dan lahan dapat digunakan dengan lebih produktif. Teknopolis tidak hanya dapat mengontrol pembangunan di dengan menyediakan RTH, tetapi juga memanfaatkan lahan secara optimal. Pembangunan infrastruktur dan hadirnya pusat inovasi inilah yang kemudian dijadikan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung sebagai daya tarik baru bagi minat masyarakat untuk tinggal, khususnya bagi masyarakat Kota Bandung yang sekarang ini masih bertempat tinggal di wilayah Bandung Utara. Hal yang dapat dipertanyakan yaitu siapa yang akan menempati kota futuristik Teknopolis tersebut mengingat harga lahan di akan menjadi mahal. Harga lahan tersebut akan semakin meningkat karena pembangunan kelengkapan fasilitas oleh pengembang akan terus bertambah dari segi kuantitasnya dan meningkat dari segi kualitasnya seperti transportasi yang memadai, dekat dengan tempat bekerja, fasilitas menunjang lainnya, gedung pemerintahan yang rencananya dibangun juga tidak jauh, dan jalan yang mengubungkan kota primer dan kota besar lainnya yang mudah diakses. Warga sebagian bercocok tanam, memiliki usaha logam bubut, usaha pabrik skala menengah dan besar, atau bekerja di daerah lain (Kusumadewi, 2016). Sebagian warga yang bercocok tanam tersebut sudah menjual lahannya ke pengembang. Menyusul masyarakat di sekitar kawasan teknopolis lainnya ketika menyadari lahannya menjadi lebih mahal. Padahal lahan cocok tanam yang digarap oleh warga ini penting karena dapat menjadi lahan parkir air dan serapan. Selain problema petani ini, di juga terdapat berbagai macam pabrik skala menengah dan besar. Terdapat puluhan bengkel logam yang bernaung di bawah lingkungan industri kecil (LIK) yang dikelola oleh Pemprov Jawa Barat. Aktivitas ini merupakan usaha berbasis teknologi, namun tampaknya tidak selaras dengan teknopolis yang mengutamakan usaha teknologi informasi digital. Padahal potensi dari puluhan bengkel tersebut mampu melayani berbagai macam keperluan, dari pesanan skala kecil dan hingga mesin-mesin produksi yang membutuhkan presisi tinggi. Teknologi yang dipakai beragam, dari teknologi sederhana sampai teknologi tinggi yang lebih presisi. Sayangnya, kawasan LIK masih kirang diperhatikan. Jalan di sekitar kawasan LIK sering rusak akibat banjir yang datang hampir setiap musim hujan. Kawasan teknopolis memang cukup menguntungkan pelaku industri digital yang jelas butuh dukungan untuk bersaing di kancah global. Namun, warga yang sudah bertahun-tahun hidup dan memiliki usaha disana juga perlu diperhatikan. Jangan sampai 2

3 mereka merasa tersingkirkan, atau bahkan kehilangan lahan. Perlu ada keselarasan antara industri digital yang akan menempati ruang perkantoran dengan industri logam yang sudah berdiri. Selain itu, perlu juga ada keselarasan antara infrastruktur dan lingkungan yang menjadi habitat makhluk hidup lainnya. Untuk itu diperlukannya sebuah tinjauan mengenai sejauh mana Teknopolis diperkirakan dapat mewujudkan tujuan pembangunannya, serta bagaimana perkiraan perubahan-perubahan eksternal maupun dampak di bidang sosial kependudukan, ekonomi, maupun lingkungan yang ditimbulkannya di masa depan. 1.2 Rumusan Masalah Dari penjabaran latar belakang tersebut, kami merumusakan beberapa permasalahan yang terkait konsep pengembangan Teknopolis. Berikut merupakan rumusan permasalahan dalam penelitian ini. 1. Bagaimana perubahan-perubahan eksternal di masa depan yang dapat mempengaruhi proyek teknopolis apabila dioperasikan? 2. Sejauh mana Teknopolis diperkirakan dapat mewujudkan tujuan pembangunan nya? 3. Apa dampak Teknopolis terhadap kondisi penduduk, ekonomi, dan lingkungan? 1.3 Tujuan Tujuan dari laporan ini adalah menganalisis prospek pengembangan Teknopolis di masa depan. Sasaran yang ingin diketahui adalah: 1. Mengetahui perkiraan perubahan-perubahan eksternal di masa depan yang dapat mempengaruhi proyek teknopolis apabila dioperasikan. 2. Mengetahui sejauh mana teknopolis diperkirakan dapat mewujudkan tujuan pembangunan teknopolis. 3. Mengetahui dampak teknopolis terhadap kondisi penduduk, ekonomi, dan lingkungan. 1.4 Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan dalam penelitian ini hanya meliputi pengumpulan data sekunder Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Metode pemindaian lingkungan (environmental scanning) dengan teknik analisis yang dipakai yaitu teknik analisis strength, weakness, opportunity, dan threat (SWOT). 3

4 2. Metode skenario perencanaan (planning scenario) untuk membuat pilihan kondisikondisi yang dapat memungkinkan suatu proyek perencanaan dapat atau tidak dapat mewujudkan tujuannya tersebut ditinjau dari faktor maupun kondisi yang memengaruhi. 3. Metode USG (Urgent, Serious, dan Growth) untuk menentukan pilihan prioritas berdasarkan teknik scoring atau pembobotan tingkat kepentingan ditanganinya suatu masalah, keseriusan persoalan yang dihadapi, dan kemungkinan tumbuh atau berkembangnya suatu masalah. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bagian pendahuluan, kami menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan. Bab II Landasan Teori Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori analisis futuristik, yaitu metode scenario planning, environmental scanning dan metode scoring Urgent Serious Growth (USG). Bab III Gambaran Umum Pada bab ini akan dipaparkan mengenai definisi proyek Teknopolis dan delineasi wilayah studi dalam penelitian beserta gambaran umum mengenai rencana pengembanganan proyek Teknopolis tersebut. Selain itu, hal yang akan dijelaskan yaitu meliputi interaksi Teknopolis terhadap lingkungan sekitar dan lingkungan secara luas, serta perkiraan dampak dari Teknopolis terhadap lingkungan sekitar dan lingkungan secara luas. Bab IV Pembahasan Pada bab ini akan dibahas mengenai perubahan-perubahan eksternal di masa depan, prospek Teknopolis dalam mewujudkan tujuan pembangunannya, serta dampak yang dapat ditimbulkan dari prospek tersebut terhadap kondisi sosial kependudukan, ekonomi, dan fisik lingkungan. Bab V Penutup Pada bagian penutup, kami memaparkan kesimpulan terhadap hasil penelitian dan rekomendasi terhadap hasil penelitian. 4

5 2.1 Teori Environmental Scanning Definisi Environmental Scanning MAKALAH PROSPEK TEKNOPOLIS GEDE BAGE BAB II LANDASAN TEORI Environmental scanning adalah suatu kegiatan pengumpulan dan analisis informasi eksternal dan internal yang digunakan untuk membantu memanajemen tindakan-tindakan yang akan dilakukan atas adanya suatu perubahan dimasa depan yang akan mempengaruhi perencanaan. Analisis dalam environmental scanning terbagi kedalam dua bagian, yaitu: 1) Analisis Eksternal Suatu aktivitas memahami perubahan di lingkungan eksternal yang mungkin mempengaruhi organisasi. Fahey dan Narayan (1986) menyarankan bahwa pemindaian ini dapat mengidentifikasi pola, memonitor tren dan pola spesifik, meramalkan arah dan pola perubahan masa depan, dan menilai dampak bagi organisasi mereka. 2) Analisis Internal Terdiri dari visi, misi, kekuatan, dan kelemahan organisasi organisasi Tujuan dan Sasaran Environmental Scanning Tujuan dari Environmental Scanning adalah untuk mengingatkan pembuat kebijakan akan potensi perubahan eksternal yang signifikan sebelum perubahan itu terealisasi sehingga pembuat kebijakan memiliki waktu yang cukup untuk menanggapi perubahan tersebut. Sedangkan sasaran dari Environmental Scanning adalah sebagai berikut. Terdeteksinya tren ilmiah, teknis, ekonomi,sosial dan politik dan kejadian/fenomena penting bagi suatu institusi Terdefinisinya potensi ancaman, peluang atau perubahan bagi suatu institusi yang diimplikasi melalui tren dan kejadian/fenomena tersebut Terpromosikannya arah masa depan dalam pemikiran manajer dan pegawai Manajer dan pegawai teringatkan akan adanya tren konvergensi, divergensi, percepatan, perlambatan atau interaksi Tipe Scanning Aguilar (1967) mengidentifikasi bahwa terdapat 4 tipe scanning, yaitu: 1) Undirected Viewing : Membaca berbagai publikasi dengan tidak memiliki tujuan spesifik. 2) Conditioned Viewing : Merespon informasi untuk menilai relevansinya dengan organisasi. 3) Informal Searching : Secara aktif mencari informasi spesifik tapi cenderung dilakukan dengan cara yang tidak terstruktur. 5

6 4) Formal Searching : Cara proaktif scanning yang menggunakan metodologi formal untuk meliputi: memperoleh informasi spesifik yang sesuai dengan tujuan. Sedangkan Fahey, King, and Narayanan (1981) mengatakan bahwa tipe scanning 1) Irregular : Sistem yang digunakan ketika organisasi membutuhkan informasi untuk asumsi perencanaan dan melakukan scanning hanya untuk suatu tujaun tertentu. 2) Periodic : sistem yang digunakan ketika perencana secara secara periodik memperbaharui hasil scanning, sebagai persiapan untuk siklus perencaan yang baru. 3) Continuous : Sistem yang menggunakan cara scanning yang aktif mengumpulkan data untuk secara sistematis membentuk fungsi strategi perencanaan suatu organisasi Metode Environmental Scanning 1) SWOT Analysis : Strengths, Weakness, Oppurtunities, dan Threats. 2) PESTEL Analysis : Politics, Economics, Social, Technology, Environmental, dan Legal. 3) PEST Analysis : Politic, Economic, Social, dan Technology. 4) Scenario Planning 2.2 Metode USG Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 5 atau Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut. 1.) Urgency Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi. 2.) Seriousness Tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak. Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan 6

7 masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri. 3.) Growth Tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah. Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri. Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG (urgency, seriousness, growth). No Masalah U S G Total 1 Masalah A Masalah B Masalah C Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil). Atas dasar contoh tersebut maka isu yang merupakan prioritas adalah Isu C. 7

8 BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Proyek Definisi Teknopolis Pengembangan Pusat Primer adalah salah satu prioritas kebijakan pengembangan Pemerintah Kota Bandung yang dituangkan dalam RTRW Kota Bandung Pengembangan kawasan ini sangat penting, karena ditujukan untuk mendorong perkembangan wilayah Kota Bandung bagian Timur agar dapat mengurangi beban wilayah Bandung Barat dan Pusat Kota Primer Kota Bandung yang lama (alun-alun dan sekitarnya). Oleh karena itu, isu utama dalam pengembangan kawasan ini adalah kawasan yang berkelanjutan sebagai penggerak perkembangan dengan tingkat kualitas tinggi dan memiliki daya tarik investasi yang tinggi Delineasi Wilayah Kawasan Pusat Primer dengan luas sekitar ha terletak di Bandung Timur (WP ). Bagian utara kawasan ini dibatasi oleh Jl. Soekarno Hatta, bagian selatan oleh Jalan Tol Padaleunyi, bagian barat oleh Jalan dan bagian timur dibatasi oleh Jalan Cimencrang. Kawasan Pengembangan Pusat Primer terletak di Kecamatan Rancasari (Kelurahan Derwati, Kelurahan Mekarwangi, Cisaranten Kidul, Kelurahan Derwati) dan Kecamatan Ujungberung (Kelurahan Cisaranten Wetan). Gambar Delineasi Wilayah Technopolis Sumber: Rencana Induk Kawasan 8

9 Sumber: Rencana Induk Kawasan Kawasan Pusat Primer memiliki kontur yang relatif datar dengan kecenderungan dari arah utara ke selatan yang semakin menurun. Kemiringan lahan dominan antara 2 5% dan mempunyai ketinggian antara meter di atas permukaan laut. Kawasan bagian selatan (sebelum Jalan T ol Padaleunyi) merupakan cekungan dan kawasan terletak pada lokasi genangan / banjir Rencana Teknopolis Gede Bage Kawasan pada prinsipnya di kembangkan untuk mengurangi beban aktivitas dan lalu lintas di pusat Kota Bandung yang sudah mencapai kapasitas maksimal. Keseriusan Pemerintah Kota Bandung untuk mengembangkan kawasan ini ditindaklanjuti dengan ditetapkannya kawasan perencanaan sebagai Pusat Primer Timur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Dalam RTRW Kota Bandung ini, kegiatan yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan (Perguruan Tinggi dan Perpustakaan) 2. Kesehatan (Rumah Sakit tipe B dan rumah sakit gawat darurat) 3. Peribadatan (mesjid dan rumah ibadah lainnya) 4. Bina Sosial (gedung pertemuan umum 5. Komplek olahraga dengan gelanggang olahraga, Gedung seni tradisional, Taman kota. 6. Pelayanan Pemerintah, meliputi Pusat Bisnis dan Perkantoran untuk swasta, kantor pemerintahan, kantor pos wilayah, kantor kodim, kantor telekomunikasi wilayah, kantor PLN wilayah, kantor pdam wilayah, kantor urusan agama, pos pemadam kebakaran. 9

10 7. Perdagangan dan Jasa meliputi hotel dan mall, bangunan komersial, Pertokoan, pusat belanja, bank-bank, perusahaan swasta dan jasa-jasa lain 8. Transportasi, meliputi stasiun kereta api, terminal dan parkir umum. Pengembangan Kawasan Bandung Timur merupakan salah satu program strategis pembangunan Pemerintah Kota Bandung pada saat ini dan mendatang. Pengembangan Kawasan Pusat Primer diproyeksikan memiliki fungsi beragam, meliputi pengembangan fungsi bisnis, komersial, olah raga, hunian maupun rekreasi. Fasilitas yang sudah ada di sekitar kawasan yaitu terminal peti kemas di Kota Bandung yang berskala pelayanan lokal, regional dan nasional. Kawasan ini juga memiliki aksesibilitas yang tinggi baik dari jalan utama regional, akses dari jalan tol, serta aksesibilitas kereta api. Selain itu, terdapat rencana penambahan struktur penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar propinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada kawasan. Lahan yang sebagian besar masih berupa persawahan (lahan kosong) akan memudahkan perancangan dan pembangunannya. 3.2 Interaksi Interaksi Teknopolis Terhadap Lingkungan Sekitar dan Lingkungan Secara Luas (Makro) Pembangunan teknopolis tidak terlepas dengan interaksinya dengan lingkungan sekitar dan komponen-komponen pendukung terutama pada ketersediaan saranaprasarana. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pembangunan teknopolis. 1) Penyediaan Air Bersih. Penyediaan air bersih cukup sulit. Pelayanan PDAM terbatas dan kondisi sumber air lain (sungai) yang tercemar limbah domestik dan industri. Namun demikian, hasil penyelidikan air baku yang menemukan sumber air tanah dangkal dan dalam serta sistem kolam retensi dan drainase yang diterapkan akan dapat mampu melayani kebutuhan air di Wilayah dengan melengkapi penambahan instalasi pengolahan air untuk memenuhi kualitas air minum. Rencana penyediaan air bersih dalam kawasan dirancang dengan alternatif-alternatif sebagai berikut. a. Dari luar kawasan dengan tambahan pengembangan jaringan. b. Pemanfaatan wet pond. c. Pemanfaatan air pada underground storage di ruang terbuk a hijau. 2) Tapak yang terletak pada cekungan dengan kondisi geologi yang kurang begitu baik dan lokasi genangan/banjir 10

11 3) Tapak terletak pada lokasi yang rentan gempa, oleh karena itu dalam pembangunannya diperlukan konstruksi bangunan tahan gempa. Sekitar 17 hektare lahan disiapkan untuk pembangunan Teknpolis. Sebagian besar lahan dimiliki oleh sebuah perusahaan pengembang besar, sisanya dimiliki oleh Pemprov Jawa Barat, Pertamina, dan stakeholder lain. Total ada 8 stakeholder dalam sebuah dalam kawasan teknopolis ini. Walaupun begitu, perusahaan pengembang ini juga sudah memiliki lahan di sekitar kawasan yang rencananya akan dibangun teknopolis, termasuk lahan yang awalnya dimiliki oleh warga untuk bercocok tanam dan lahan yang menjadi habitat burung Blekok. Di satu sisi, rencana Teknopolis dapat mengontrol masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pengembang. Perlu diketahui bahwa bandung hanya memiliki 11% Ruang Terbuka Hijau (RTH). Padahal menurut Undang-Undang Penataan Ruang luas minimal RTH adalah 30%, artinya Kota Bandung masih kekurangan RTH sebesar sekitar 19%. Selain kurangnya RTH, Wilayah Kota Bandung yang berada di Cekungan Bandung merupakan wilayah yang rawan banjir karena alih fungsi lahan hijau. Kawasan juga merupakan kawasan tempat parkir air, sehingga mudah terjadi banjir. Rencana Teknopolis juga memanfaatkan lahan tidak hanya untuk permukiman, tetapi menjadi pusat inovasi digital, sehingga dapat mendukung perusahaan startup yang didominasi oleh anak muda dan lahan dapat digunakan dengan lebih produktif. Teknopolis tidak hanya dapat mengontrol pembangunan di gedebage dengan menyediakan RTH, tetapi juga memanfaatkan lahan secara optimal. Namun, Di juga ada berbagai macam pabrik skala menengah dan besar. Terdapat puluhan bengkel logam yang bernaung di bawah Lingkungan Industri Kecil (LIK) yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Aktivitas ini merupakan usaha berbasis teknologi, namun nampaknya tidak selaras dengan Teknopolis yang mengutamakan usaha teknologi informasi digital. Penggunaan lahan dominan di Kawasan Pusat Primer saat ini adalah persawahan. Diluar itu penggunaan lahan campuran antara perdagangan, industri, kawasan perumahan dan penggunaan pemerintahan/perkantoran lainnya. Wilayah Pengembangan memang berfungsi sebagai kawasan permukiman, industri, jasa dan perkantoran serta pusat kegiatan ekspor impor berupa Terminal Peti Kemas. Kawasan industri, jasa dan perdagangan memiliki skala pelayanan untuk wilayah regional dan Terminal Peti Kemas melayani skala Kota Bandung Perkiraan Dampak dari Teknopolis Terhadap Lingkungan Sekitar dan Lingkungan Secara Luas (Makro) Pembangunan yang dilakukan akan menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan, baik dampak negatif maupun dampak positif. Pada penjelasan sebelumnya telah 11

12 dipaparkan tujuan seperti apa yang ingin dicapai oleh pemerintah Kota Bandung melalui pembangunan teknopolis. Teknopolis akan dibangun di daerah, Kota Bandung dengan luas 712,36 Ha. Perkiraan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan sebagai Teknopolis ini diantaranya: 1. Teknolopis menjadi pusat kegiatan baru di Kota Bandung, sehingga beban kegiatan kota yang selama ini terpusat di Alun-alun dapat terdistribusi ke Bandung bagian timur 2. Tumbuhnya perekonomian kota Bandung terutama melalui ekonomi kreatif, bisnis dan teknologi. Namun dari beberapa dampak positif yang diharapkan dapat tercipta dengan dibangunnya teknolopis ini, juga terdapat kemungkinan dampak negative yang ditimbulkan, yaitu: 1. Alih fungsi lahan pertanian untuk dikembangkan menjadi teknopolis sehingga petani akan kehilangan matapencarian 2. merupakan kawasan yang rawan banjir dan terjadi genangan sehingga jika tidak direncanakan dengan baik akan menimbulkan limpasan air yang cukup tinggi 3. Terjadi urban sprawl dan pertumbuhan tidak terkendali di sekitar teknopolis 4. Terjadi ketimpangan wilayah. Selain itu, dengan adanya pembangunan Terminal Induk, akan memberikan dampak terhadap percepatan pengembangan Wilayah Pengembangan dan sekitarnya. Wilayah telah memiliki beberapa kegiatan penting yang dapat menjadi faktor pemicu perkembangan yaitu terminal peti kemas, pasar induk, beberapa per tokoan, dan beberapa lingkungan permukiman baru. Di kawasan Timur Bandung ini telah tumbuh dan berkembang berbagai kegiatan ekonomi, baik yang berskala lokal, regional, maupun nasional. Ada pun dampak dari teknopolis belum tentu terjadi sebab masa depan masih bisa dibentuk berdasarkan proses perencanaan yang dilakukan. 12

13 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perubahan-Perubahan Eksternal di Masa Depan Perubahan-perubahan eksternal adalah berbagai perubahan yang kemungkinan akan terjadi yang akan memengaruhi Teknopolis. Perubahan-perubahan eksternal yang dimaksud adalah kemungkinan kesempatan dan/atau ancaman yang akan ikut mengiringi pembangunan Teknopolis. Tabel Opportunity dan Treat Opportunity Sumber Treat Sumber 1. Pemindahan sebagian Jabar.metro.ne 1. Semakin banyak Teori Kota buku SKPD ws.com urbanisasi penduduk, bu Nia, cek hal 92 masuknya penduduk dari luar bandung ke Bandung dan berkurangnya lahan pertanian 2. Akan dibangunnya RTRWN 2. Adanya Technopolis di Literatur jalan bebas hambatan gedebage sebagai pusat (ujung berung-gedebage- pelayanan kota Bandung majalaya) sebagai bagian dapat menyebabkan dari jaringan jalan ketimpangan dengan nasional wilayah sekitarnya dan menyebabkan urban sprawl 3. Terdapat rencana RIK 3. Transparansi rencana m.tempo.co penambahan struktur pembangunan ( penunjang generator dikhawatirkan rawan.co/read/news/20 aktivitas, yaitu terminal mafia tanah dan harga 15/03/24/ bus antar provinsi, sub pembebasan lahan 92/proyek- terminal angkutan dalam membengkak bandung- kota serta penambahan technopolis- fasilitas stasiun kereta ridwan-kamil- penumpang pada kawasan takut-mafia- tanah) 13

14 Opportunity Sumber Treat Sumber 4. Di sekitar kawasan memiliki fasilitas peti kemas di Kota Bandung dengan skala pelayanan lokal, regional, nasional RIK 4. Lahan seluas 300 Ha dimiliki oleh PT. Summarecon m.tempo.co ( 15/03/19/ /ridwan-kamilhentikanpembangunansummarecon) Sumber : Hasil Analisis, 2016 Ada beberapa perubahan eksternal yang akan terjadi dan menjadi keuntungan untuk pembangunan Teknopolis. Teknopolis akan menjadi salah satu pusat kegiatan tambahan bagi Kota Bandung, sehingga beberapa kegiatan yang biasanya terpusat di alun-alun kota Bandung sebagian akan dipindahkan ke Teknopolis, salah satunya pemindahan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Adanya penempatan beberapa SKPD di akan memudahkan beberapa proses birokrasi bagi Bandung bagian timur. Akan dibangun juga beberapa infrastruktur disekitar kawasan Teknopolis sebagai pendukung kegiatan, seperti akan dibangun jalan bebas hambatan (Ujungberung- -Majalaya) sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. Lalu, terdapat rencana penambahan struktur penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada kawasan. Pembangunan infrastruktur tesebut menjadi hal yang krusial karena dalam mendukung tujuan teknopolis yang ingin dikembangkan menjadi pusat bisnis dan ekonomi selain menjadi pusat teknologi. Dengan pembangunan berbagai infrastruktur aksesibilitas Teknopolis akan sangat tinggi sehingga dapat mendukung berbagai kebutuhan dan kegiatan di internal maupun eksternal kawasan. Di sekitar kawasan memiliki fasilitas peti kemas di Kota Bandung dengan skala pelayanan lokal, regional, nasional. Pada Rencana Induk Kawasan disebutkan bahwa salah satu guna lahan eksisting di kawasan tersebut adalah adanya terminal peti kemas sebagai pusat kegiatan ekspor dan impor. Hal tersebut dapat mendukung fungsi kawasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Terminal peti kemas yang sudah ada menjadi salah satu keuntungan bagi teknopolis sebagai salah satu faktor pemicu bagi perkembangan kawasan tersebut. Selain adanya keuntungan yang akan diperoleh Teknopolis dari lingkungan eksternalnya, terdapat juga beberapa ancaman yang diperkirakan dapat menghambat tercapainya tujuan Teknopolis sebagaimana yang diharapkan pemerintah. 14

15 Dikembangkan sebagai teknopolis tentu akan menjadi pull factor terjadinya urbanisasi penduduk dari luar Bandung ke dalam Kota Bandung. Dengan meningkatnya jumlah urbanisasi yang terjadi maka intensitas kegiatan di Kota Bandung terutama di Kawasan Teknopolis akan meningkat sehingga kebutuhan ruang juga ikut meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian di untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dampak lanjutan dari berkurangnya lahan pertanian yang ada saat ini akan membuat petani harus mencari matapencarian yang lain. Dengan keterbatasan kemampuan SDM, para petani harus beralih profesi yang memungkinkan untuk dikerjakan, seperti menjadi buruh atau pekerja kasar. Dengan berkurangnya lahan pertanian dan pembangunan yang dilakukan secara besar-besaran maka akan meningkatkan limpasan air hujan dan memperparah banjir dan genangan yang selalu terjadi di, terutama jika masalah banjir ini tidak ditangani dengan serius. Adanya Teknopolis di sebagai pusat pelayanan kota Bandung dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya. Teknopolis akan semakin berkembang dan dikhawatirkan tidak terjadi penetesan perkembangan yang dirasakan Teknopolis ke daerah sekitarnya. Selain itu, pengembangan teknopolis akan memicu terjadinya urban sprawl dan pembangunan lain yang tidak terencana. Ada pun kekhawatiran lain yang mengiringi proses pembangunan Teknopolis ini adalah transparansi rencana pembangunan. Dikhawatirkan proses pembebasan lahan akan rawan mafia tanah sehingga harga pembebasan lahan membengkak. Dengan rencana strategis yang coba diwujudkan di teknopolis ini akan memicu harga lahan yang tinggi. Selain itu, lahan seluas 300 Ha dimiliki oleh PT. Summarecon dari total lahan Teknopolis sebesar 712,36 Ha. Sehingga hamper dari setengah luas Teknopolis merupakan milik swasta dan dikahawatirkan akan menimbulkan dampak terhadap kepemilikan lahan. 4.2 Prospek Pengembangan Teknopolis Prospek Teknopolis dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunannya Menurut RDTR Kota Bandung Tahun , Prospek Teknopolis memiliki tujuan pembangunan sebagai pengembangan kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis. Untuk melihat sejauh mana Teknopolis diperkirakan dapat mewujudkan tujuan pembangunannya dianalisis dengan metode scenario planning. Metode ini merupakan metode yang memperhitungkan kondisi-kondisi yang dapat memungkinkan Teknopolis dapat atau tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya tersebut. Kemungkinan dapat atau tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya dilihat dari indikator faktor yang dapat menghambat maupun mendukung pembangunan Teknopolis. Dalam penelitian ini, 15

16 dibuat skenario mengenai prospek Teknopolis dalam mewujudkan tujuan pembangunannya yang mempertimbangkan faktor dan kondisi di wilayah studi. Gambar Skenario Prospek Teknopolis Mewujudkan Tujuan Pembangunannya Sumber: Hasil Analisis, 2016 Skenario yang pertama yaitu kemungkinan Prospek Teknopolis dapat mewujudkan tujuan pembangunannya dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekstenal. Faktor internal yang dipertimbangkan adalah faktor yang memiliki kekuatan (strength), sedangkan faktor eksternal yang dipertimbangkan adalah faktor yang memiliki peluang (opportunity). Berikut ini merupakan tabel faktor internal berupa kekuatan dan peluang yang ada ditinjau dari kondisi sosial kependudukan, ekonomi, dan fisik lingkungan yang ada di. Tabel Faktor Internal yang Dapat Mewujudkan Tujuan Pembangunan Teknopolis Kondisi Strength Sumber Kondisi Opportunity Sumber Fisik Lingkun gan Perencanaan Teknopolis seluas 712,34 Ha. Fisik Lingkun gan RTRWN Tahun 2008 RIK Gedebag e Tahun 2006 Akan dibangunnya jalan bebas hambatan (ujung berung-gedebagemajalaya) sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. 16

17 Kondisi Strength Sumber Kondisi Opportunity Sumber sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). RIK Tahun 2006 Ekonom i Kebijakan dasar pengembangan PPK adalah urban development. Infrastruktur wifi yang dibangun ditargetkan mencapai namun yang baru dibangun direncanakan sebagai pengembangan pusat primer Kota Bandung bagian timur untuk mengurangi beban bandung barat. Kawasan ini juga memiliki aksesibilitas yang tinggi baik dari jalan utama regional, akses dari jalan tol, serta aksesibilitas kereta api. Pengembangan jalan tol dan adanya jalur SUTET menjadi potensi dan kekhasan Teknopolis. difokuskan untuk pusat bisnis yang bergerak di bidang teknologi dan informasi dan satusatunya pusat sillicon valley di Indonesia. Sumber: Hasil Analisis, 2016 RDTR Kota Bandung Tahun RDTR Kota Bandung Tahun techinas ia.com diakses 19 Mei 2016 RDTR Kota Bandung Tahun RIK Gedebag e Tahun 2006 RIK Gedebag e Tahun 2006 republik a.co.id diakses 19 Mei 2016 Sosial Kependu dukan Terdapat rencana penambahan struktur penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada kawasan. Di sekitar kawasan memiliki fasilitas peti kemas di Kota Bandung dengan skala pelayanan lokal, regional, nasional. Pemindahan sebagian SKPD dari Bandung Utara ke Bandung Timur (). RIK Tahun 2006 jabar.metr o.news.co m diakses 19 Mei

18 Sedangkan skenario yang kedua yaitu kemungkinan Prospek Teknopolis tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekstenal. Faktor internal yang dipertimbangkan adalah faktor yang memiliki kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal yang dipertimbangkan adalah faktor yang memiliki ancaman (threat). Berikut ini merupakan tabel faktor internal berupa kelemahan dan ancaman yang ada ditinjau dari kondisi sosial kependudukan, ekonomi, dan fisik lingkungan yang ada di. Tabel Faktor Eksternal yang Dapat Mewujudkan Tujuan Pembangunan Teknopolis Kondis i Fisik Lingku ngan Weakness Tapak berada di kawasan rawan bencana (potensi genangan dan banjir). Penyediaan air bersih cukup sulit. Perumahan tidak terencana berkembang di sepanjang Jalan dan Jalan Cimencrang serta bagian utara kawasan primer. Sebagian besar lahan masih berupa persawahan (lahan kosong). Sumber RIK Tahun 2006 RIK Tahun 2006 RIK Tahun 2006 RIK Tahun 2006 Kondis i Sosial Kepen duduk an Ekono mi Treat 1. Semakin banyak urbanisasi penduduk, masuknya penduduk dari luar bandung ke Bandung dan berkurangnya lahan pertanian (S) 2. Adanya Technopolis di gedebage sebagai pusat pelayanan kota Bandung dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya dan menyebabkan urban sprawl (E) 3. Transparansi rencana pembangunan dikhawatirkan rawan mafia tanah dan harga pembebasan lahan membengkak (E)) 4. Lahan seluas 300 Ha dimiliki oleh PT. Summarecon (E) Sumber Kurniasih dan Kustiwan Pengenatar Perencanaan Kota. Kota Bandung: Penerbit ITB. Kurniasih dan Kustiwan Pengenatar Perencanaan Kota. Kota Bandung: Penerbit ITB. m.tempo.co m ( empo.co/rea d/news/2015 /03/24/ /proye k-bandungtechnopolisridwankamil-takutmafia-tanah) diakses 19 Mei 2016 m.tempo.co m ( empo.co/rea d/news/2015 /03/19/

19 Kondis i Ekono mi Weakness Alih fungsi lahan akan sangat besar di Kawasan Bandung Timur. Debit limpasan kawasan pusat primer pada 2031 diperkirakan meningkat sebesar 53% (132,05 m3/detik) dikarenakan perubahan guna lahan secara luas dan perubahan iklim. Butuh anggaran yang besar untuk setiap pembangunan Teknopolis yang akan dilakukan. Sumber: Hasil Analisis, 2016 Sumber ngaktual.co m diakses 19 Mei 2016 republika.c o.id diakses 19 Mei 2016 Dwiputri, Marselly Jurnal PWK Volume 3 No 2: Identifikasi Debit Limpasan Air Permukaan Keruangan Sebagai Pusat Primer Kedua Kota Bandung. MAKALAH PROSPEK TEKNOPOLIS GEDE BAGE Kondis i Treat Sumber 51362/ridwa n-kamilhentikanpembanguna n- summarecon) diakses 19 Mei 2016 Setelah mengelompokkan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi prospek pengembangan Teknopolis, kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan metode USG untuk mendapatkan skenario kemungkinan sejauh mana prospek Teknopolis dapat mewujudkan tujuan pembangunannya. Metode USG (Urgent Serious Growth) adalah metode untuk menentukan skenario prioritas berdasarkan teknik scoring. Teknik scoring dilakukan dengan cara memberikan pembobotan terhadap tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan dari tiap skenario dengan skala nilai 1-3. Skenario yang memiliki total skor 19

20 atau nilai tertinggi dijadikan sebagai skenario prospek Teknopolis yang diperkirakan dapat atau tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya. Pembobotan dengan skala 1-3 ditentukan berdasarkan indikator kemungkinan terjadi paling besar di masa depan yang dipilih serta asumsi skenario bahwa faktor kekuatan dan peluang dapat mendukung Teknopolis mewujudkan tujuan pembangunannya dan faktor kelemahan dan ancaman dapat menghambat Teknopolis mewujudkan tujuan pembangunannya. Berdasarkan arahan RTRW Kota Bandung tahun , RDTR Kota Bandung Tahun , dan RIK Tahun 2006 diperoleh arahan pengembangan untuk. Arahan dari dokumen formal tersebut dalam metode USG diberi bobot 3, kondisi faktor yang bersumber dari berbagai literatur seperti jurnal, tugas akhir, dan lain sebagainya diberi bobot 2, sedangkan kondisi faktor yang bersumber dari media populer diberi bobot 1. Setelah dilakukan pembobotan mengenai sumber kondisi faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi sejauh mana prospek Teknopolis, kemudian diberi skor lagi terkait tingkat kepentingan persoalan (urgent) yang diprioritaskan, keseriusan persoalan (serious), dan tumbuh atau berkembangnya masalah (growth). Untuk pembobotannya, urgent diberi bobot 3, serious diberi bobot 2, sedangkan growth diberi bobot 3. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil skor dari masing-masing skenario pengembangan Teknopolis sebagai berikut. Tabel Hasil Scoring Skenario Menggunakan Metode USG Sumber: Hasil Analisis,

21 Berdasarkan dari hasil analisis metode USG terhadap skenario, diperoleh bahwa 51,04% prospek Teknopolis dapat mewujudkan tujuan pembangunannya sebagai pengembangan kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis. Sedangkan sebesar 48,96% lainnya menunjukkan bahwa prospek Teknopolis tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya tersebut. Hasil tersebut dapat dikatakan seimbang, bahwa dari faktor yang dapat memengaruhi prospek Teknopolis tersebut dapat mendukung maupun menghamabat keberjalanan pembangunannya. Sehingga tidak dapat dikatakan bahwa dengan persentase 51,04% tersebut prospek dapat berhasil mengingat faktor yang dapat menghambat pembangunannya menunjukkan kemungkinan ketidakberhasilan yang cukup tinggi sebesar 48,96%. 4.3 Dampak Pengembangan Teknopolis Pengembangan technopolis memiliki dampak yang bisa dibilang cukup besar terhadap kondisi sosial kependudukan, ekonomi dan lingkungan. Kondisi kondisi tersebut kami lihat berdasarkan faktor internal dan eksternal dari pembangunan kawasan technopolis gedebage. Kondisi-kondisi tersebut terbagi kedalam strength, weakness, opportunity dan threat. 1. Kondisi Sosial Kependudukan Tabel Kondisi Sosial Kependudukan Sosial Kependudukan Strength Weakness Opportunity Threat Pemindahan sebagian SKPD dari Bandung Barat ke Bandung Timur (). Semakin banyak urbanisasi penduduk, masuknya penduduk dari luar bandung ke Bandung dan berkurangnya lahan pertanian. Sumber: Hasil Analisis, 2016 Dari tabel kondisi sosial kependudukan diatas dapat kita lihat bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan technopolis gedebage berasal dari eksternal. Pemindahan sebagian SKPD dari Bandung Barat ke Bandung Timur, selain memudahkan proses birokrasi Bandung Timur, ini juga akan berpengaruh pada sosial dari masyarakat masyarakat Bandung Timur. Sedangkan dampak lain terkait kependudukan adalah adanya perpindahan penduduk, 21

22 dari luar kedalam maupun dari dalam keluar kawasan technopolis gedebage. Selain itu adanya kawasan technopolis ini menyebabkan kurangnya lahan pertanian di kawasan, sehingga pekerjaan dari sektor pertanian mengalami penurunan. Bukan hanya penduduk luar Bandung yang banyak pindah ke Bandung, begitu juga sebaliknya, warga Bandung yang tidak bisa membeli rumah di kawasan teknopolis walaupun awalnyya tinggal di kawawan tersebut harus pindah ke tempat lain bahkan keluar dari kota Bandung. 2. Kondisi Ekonomi Tabel Kondisi Ekonomi Ekonomi Strength Weakness Opportunity Threat difokuskan untuk pusat bisnis yang bergerak di bidang teknologi dan informasi dan satusatunya pusat sillicon valley di Indonesia. Butuh anggaran yang besar untuk setiap pembangunan Teknopolis yang akan dilakukan. Adanya Technopolis di gedebage sebagai pusat pelayanan kota Bandung dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya dan menyebabkan urban sprawl Transparansi rencana pembangunan dikhawatirkan rawan mafia tanah dan harga pembebasan lahan membengkak Lahan seluas 300 Ha dimiliki oleh PT. Summarecon. Sumber: Hasil Analisis, 2016 Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa faktor eksternal yang memiliki dampak pada perekonomian cukup besar. Hal ini dapat terlihat dari cukup besarnya lahan yang dimiliki oleh swasta, sehingga dikhawatirkan besarnya keuntungan dari pembangunan technopolis ini tidak mengalir pada masyarakat, namun pada pihak swasta. Selain itu adanya pemusatan pada kawasan ini dapat menimbulkan ketimpangan pada wilayah sekitarnya, 22

23 terlebih disekitar kawasan ini sudah termasuk daerah luar Bandung. Walaupun technopolis memiliki kelebihan dalam pusat bisnis IT yang digadang-gadang akan menjadi dan satusatunya pusat sillicon valley di Indonesia, namun tetap saja dibutuhkan anggaran yang besar untuk setiap pembangunan Teknopolis yang akan dilakukan sehingga ketergantungan ekonomi pada swasta dalam pembangunan ini sangat besar. Disisi lain pembangunan ini akan berdampak besar pada peningkatan ekonomi masyarakat Bandung karena dapat menyerap tenaga kerja, tapi disisi lain ada pula pekerjaan yang hilang, seperti pertanian. 3. Kondisi Fisik Lingkungan Tabel Kondisi Fisik Lingkungan Fisik Lingkungan Strength Weakness Opportunity Threat Perencanaan Teknopolis seluas 712,34 Ha. Tapak berada di kawasan rawan bencana (potensi genangan dan banjir). Akan dibangunnya jalan bebas hambatan (ujung berung-gedebagemajalaya) sebagai bagian dari jaringan jalan nasional sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). Penyediaan air bersih cukup sulit. Terdapat rencana penambahan struktur penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada kawasan. Kebijakan dasar pengembangan PPK adalah urban development. Perumahan tidak terencana berkembang di sepanjang Jalan dan Jalan Cimencrang serta bagian utara kawasan primer Di sekitar kawasan memiliki fasilitas peti kemas di Kota Bandung dengan skala pelayanan lokal, regional, nasional. 23

24 Fisik Lingkungan Strength Weakness Opportunity Threat Infrastruktur wifi yang dibangun ditargetkan mencapai namun yang baru dibangun direncanakan sebagai pengembangan pusat primer Kota Bandung bagian timur untuk mengurangi beban bandung barat. Kawasan ini juga memiliki aksesibilitas yang tinggi baik dari jalan utama regional, akses dari jalan tol, serta aksesibilitas kereta api. Pengembangan jalan tol dan adanya jalur SUTET menjadi potensi dan Sebagian besar lahan masih berupa persawahan (lahan kosong) Alih fungsi lahan akan sangat besar di Kawasan Bandung Timur. Debit limpasan kawasan pusat primer pada 2031 diperkirakan meningkat sebesar 53% (132,05 m3/detik) dikarenakan perubahan guna lahan secara luas dan perubahan iklim. 24

25 Fisik Lingkungan Strength Weakness Opportunity Threat kekhasan Teknopolis. Sumber: Hasil Analisis, 2016 Kondisi fisik lingkungan merupakan kondisi yang paling terpengaruh dengan adanya pembangunan technopolis gedebage ini, dilihat dari tabel diatas terdapat kekuatan maupun kelemahan dan kesempatan yang memiliki dampak pada fisik lingkungan. Pembangunan fisik kawasan technopolis gedebage sangatlah mencolok karena dari sisi lingkungan yang akan dibangun secara masal. Kawasan yang cukup terkenal dengan luasnya sawah dan pertaniannya akan berubah menjadi kawasan yang lebih banyak difungsikan untuk kegiatankegiatan non pertanian seperti perkantoran, bisnis berbasis IT dan teknologi, retail dan perdagangan jasa. Setelah pembangunan ini dapat difungsikan, kawasan ini akan menjadi Pusat Pelayanan Kota Bandung yang melayani Bandung Timur. Konsentrasi dari Bandung pun akan terpecah menjadi 2 kawasan, hal ini dinilai baik karena dapat mengurangi beban kota Bandung di alun-alun. Selain menjadi Pusat Pelayanan Kota, Kawasan gedebage khususnya Technopolis akan menjadi pusat IT bagi masyarakat bandung, dimana setiap kegiatan yang berbasis teknologi maupun bisnis yang bergerak dalam bidang IT akan diaglomerasikan pada kawasan ini. Kawasan technopolis akan menjadi silicon valleynya Indonesia. Sesuai dengan tujuan rencana pembangunannya untuk menjadi pusat pelayanan pemerintah sekaligus menciptakan kota pintar berbasis teknologi dan IT. 25

26 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Adanya pembangunan Teknopolis mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan eksetrnal yang berdampak positif maupun negative bagi lingkungan sekitar maupun lingkungan dalam artian luas. Diantara perubahan eksternal dan dampak yang ditimbulkan adalah sebagai berikut. Adanya penempatan beberapa SKPD di akan memudahkan beberapa proses birokrasi bagi Bandung bagian timur. Dengan pembangunan berbagai infrastruktur aksesibilitas Teknopolis akan sangat tinggi sehingga dapat mendukung berbagai kebutuhan dan kegiatan di internal maupun eksternal kawasan. Terminal peti kemas yang sudah ada menjadi salah satu keuntungan bagi teknopolis sebagai salah satu faktor pemicu bagi perkembangan kawasan tersebut. Dikembangkan sebagai teknopolis tentu akan menjadi pull factor terjadinya urbanisasi penduduk dari luar Bandung ke dalam Kota Bandung sehingga membuat kebutuhan ruang juga ikut meningkat dan mengurangi lahan pertanian. Adanya Teknopolis di sebagai pusat pelayanan kota Bandung dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya dan memicu terjadinya urban sprawl dan pembangunan lain yang tidak terencana. Berdampak besar pada peningkatan ekonomi masyarakat Bandung karena dapat menyerap tenaga kerja, tapi disisi lain ada pula pekerjaan yang hilang, seperti pertanian. Kawasan technopolis akan menjadi silicon valleynya Indonesia. Sesuai dengan tujuan rencana pembangunannya untuk menjadi pusat pelayanan pemerintah sekaligus menciptakan kota pintar berbasis teknologi dan IT. Untuk prospeknya sendiri, Berdasarkan dari hasil analisis metode USG terhadap skenario, diperoleh bahwa 51,04% prospek Teknopolis dapat mewujudkan tujuan pembangunannya sebagai pengembangan kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis. Sedangkan sebesar 48,96% lainnya menunjukkan bahwa prospek Teknopolis tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya tersebut. 26

27 5.2 Rekomendasi MAKALAH PROSPEK TEKNOPOLIS GEDE BAGE Berikut beberapa strategi yang direkomendasikan penulis untuk prospek Teknopolis di masa depan. Dengan luasannya yang cukup luas dapat memungkinkan adanya lokasi SKPD yang sesuai. infrastruktur Wifi selain sebagai penunjang bisnis dan masyarakat akan berpengaruh pula dalam menunjang SKPD dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan public. yang difokuskan untuk pusat bisnis dalam bidang teknologi dan informasi ditunjang dengan dibangunnya jalan bebas hambatan sehingga memudahkan pergerakan orang. Harus diadakan evaluasi kebijakan dasar pengembangan PPK sebagai urban development karena dengan semakin tingginya angka urbanisasi penduduk di Kota Bandung dapat mengurangi lahan pertanian yang ada di, padahal lahan di sangat cocok untuk kawasan pertanian. Kawasan Teknopolis yang memiliki aksesibilitas tinggi baik dari jalan utama regional, akses dari jalan tol, serta aksesibilitas kereta api, harus direncanakan secara terpadu agar laju mobilitas dari luar Bandung ke Bandung tetap terkendali dan berpotensi mengembangkan ekonomi. Rencana Pemkot Bandung mengenai yang difokuskan sebagai pusat bisnis bidang teknologi dan informasi serta dijadikan satu-satunya pusat sillicon valley di Indonesia, harus mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat agar tidak dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya. Dengan adanya perencanaan Teknopolis seluas 712 hektar, harus adanya perencanaan lahan yang terintegrasi dari pihak Pemkot Bandung karena hampir setengahnya telah dimiliki oleh PT Summarecon. Diperlukan sistem pengendalian banjir atau sistem drainase yang baik untuk mengurangi risiko bencana. Mengendalikan perkembangan kota agar biaya penyediaan jaringan infrastruktur seperti air bersih dapat efisien, menambah jaringan PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih, selain itu menerapkan water harvesting. Pengendalian pertumbuhan kota di sekitar teknopolis untuk menghindari urban sprawl dan perumahan tidak terencana. Pengendaliaan harga tanah untuk menghindari mafia tanah. Optimalisasi penambahan terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang dengan memanfaatkan lahan kosong yang banyak. 27

28 Penambahan kuantitas dan kualitas penunjang generator aktivitas seperti terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota dan fasilitas stasiun kereta untuk menutupi beban anggaran yang banyak. Pengoptimalan peti kemas skala local, regional, dan internasional untuk meningkatkan pemasukan biaya cukai untuk menutupi beban anggaran. 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan teknik analisis komponen utama menggunakan sofware SPSS for

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.KESIMPULAN Penerapan konsep TOD di Jakarta merupakan hal yang baru untuk diimplementasikan. Manggarai sebagai projek pertama TOD berbasiskan stasiun saat ini telah memiliki

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan menggunakan sofware SPSS for windows. Penentuan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi Perumusan penetapan strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Kutai Timur mengacu kepada isu strategis

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010 Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perkembangan Kota Branch (1996), mengatakan bahwa perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat kosentrasi kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, meliputi kegiatan industri, perkantoran, hingga hunian. Perkembangan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS 4.1. ISU-ISU STRATEGIS Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN (Studi Kasus: Pembangunan Kawasan Sentra Industri Mebel Kecamatan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT Lampiran II. ANALISA SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),

Lebih terperinci

KELURAHAN SELINDUNG BARU

KELURAHAN SELINDUNG BARU Tabel II.21 Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Selindung Baru N0. JENIS RTH LOKASI LUAS (M 2 ) 1. Pekarangan SMP 7 RT.01 10.000,0 2. Pekarangan Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan RT.01 4.771,0 3. Kuburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan hunian sudah menjadi hal yang pokok dalam menjalankan kehidupan, terlebih lagi dengan adanya prinsip sandang, pangan, dan papan. Kehidupan seseorang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum BPLH Kota Bandung I su-isu kerusakan lingkungan saat ini bukan lagi hanya merupakan isu lokal daerah, akan tetapi sudah menjadi isu global, dimana negara-negara di

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Kota Bogor Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010 dan untuk mendukung fungsi Kota Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Strategi pengembangan sanitasi dirumuskan berdasarkan hasil analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) sesuai matrik analisis SWOT yang terdapat pada Lampiran

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 1.8. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta Pembangunan di DKI Jakarta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan dan pembangunan pada hakekatnya

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv ix BAB I PENDAHULUAN... I - 1 I.1 Latar Belakang... I - 1 I.2 Dasar Hukum Penyusunan... I - 3 I.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 7 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Penggunaan Lahan di Kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Penggunaan Lahan di Kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung 64 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Perkembangan Penggunaan Lahan di Kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung Untuk mengurangi kepadatan aktivitas di pusat Kota Bandung, Pemerintah Kota Bandung akan memperluas

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 I. UMUM Jawa Barat bagian Selatan telah sejak lama dianggap

Lebih terperinci

Chyntia Sami Bhayangkara 1. Mahasiswi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FMIPA UT. korespondensi:

Chyntia Sami Bhayangkara 1. Mahasiswi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FMIPA UT.  korespondensi: PENGUATAN KECAMATAN BALARAJA SEBAGAI PUSAT KEGIATAN WILAYAH MELALUI KONSEP SUSTAINABLE AGROINDUSTRIAL CITY (Studi Kasus: Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang) Chyntia Sami Bhayangkara 1 1 Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peraturan Perumahan dan Kawasan Permukiman Peraturan terkait dengan perumahan dan kawasan permukiman dalam studi ini yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 11 tentang Perumahan dan Kawasan

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG DI KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi

Lebih terperinci

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi Program pengembangan sanitasi untuk jangka pendek dan menengah untuk sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan rencana

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PASAR KOTA MADIUN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PASAR KOTA MADIUN BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PASAR KOTA MADIUN I. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PASAR KOTA MADIUN Isu-isu strategis berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat terjadinya kehidupan dan aktivitas bagi penduduk yang memiliki batas administrasi yang diatur oleh perundangan dengan berbagai perkembangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Jambi, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA 6.1. RENCANA DAN PROGRAM PENGEMBANGAN Pembahasan ini adalah untuk mendapatkan rencana dan program pengembangan kawasan permukiman

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH 4.1 Umum Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem distribusi air bersih yaitu berupa informasi mengenai kebutuhan air bersih

Lebih terperinci