Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON"

Transkripsi

1 Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y Prosiding Workshop REDD+ READINESS PREPARATION The Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Strategi & Pelaporan Monitoring Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara Bogor, Oktober 2013

2

3 Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y REDD+ READINESS PREPARATION The Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Strategi Prosiding Workshop & Pelaporan Monitoring Plot Sampel Permanen di Propinsi Sulawesi Utara Bogor, Oktober 2013 Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

4 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sulawesi Utara Editor: 1. Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga 2. Ir. Achmad Pribadi, M.Sc 3. M. Zahrul Muttaqin, M.Sc.For 4. Virni Budi Arifanti, S.Hut, M.Sc 5. Mega Lugina, S.Hut, M.Sc.For ISBN: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotocopy, cetak, mikrofilm, elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau nonkomersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut: Ginoga, K.L., Pribadi, A., Muttaqin, M.Z., Arifanti, V.B., dan Lugina, M. (eds) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sulawesi Utara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor, Indonesia. Diterbitkan oleh: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia Telp/Fax: / website: ii

5 Kata Pengantar Pujisyukurkehadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding Workshop Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sulawesi Utara. Prosiding ini merupakan hasil dari Workshop dengan judul Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi yang dilaksanakan di Manado pada tanggal Agustus Kegiatan workshop ini merupakan kelanjutan kegiatan kerjasama FCPF sebagaimana telah disampaikan dalam Surat Perintah Kerja Swakelola No. 325/ SPK/VIII/P3PIK-DIPA/2012 tentang pelaksanaan kegiatan kerjasama FCPF REDD+ Readiness Preparation Pembangunan Plot Sampel Permanen (PSP) sebagai Upaya Penyediaan Data dan Monitoring Stok Karbon serta Perubahan Stok Karbon di Sulawesi Utara yang merupakan upaya penyediaan data dan monitoring stok karbon serta perubahan stok karbon di Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan khusus dari workshop ini adalah mendukung strategi dan kebijakan daerah dalam implementasi pencapaian RAD dan SRAP Provinsi Sulawesi Utara. Akhir kata, penghargaan dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan prosiding ini dan dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT. Semoga prosiding ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin. Bogor, Oktober 2013 Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kepala, Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc NIP Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara iii

6

7 Daftar Isi Kata Pengantar...iii Daftar Isi...v Rumusan Workshop...vii 1. Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Workshop Hasil yang diharapkan Pembicara dan Tema Penyelenggaraan Workshop Sambutan-sambutan Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Program dan Kegiatan Daerah untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman Pembangunan Permanent Sampling Plot (PSP) dan Rencana Pengelolaan PSP Pasca 2014 di Provinsi Sulawesi Utara Strategi dan Kebijakan Provinsi Sulawesi Utara untuk Mencapai Target Penurunan Emisi : Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Konsep dan Metode Sistem MRV dalam REDD Overview dan Lessons Learned dari Pembangunan PSP untuk Monitoring Karbon Hutan pada Kegiatan FCPF Tahun Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi Integrasi National Forest Inventory (NFI) ke dalam Sistem Monitoring Karbon Hutan yang Akan Dibangun di Daerah Potensi Penyelarasan INCAS Dan NFMS Serta Perannya Terhadap Sistem Monitoring Pelaporan Emisi Di Tingkat Provinsi Strategi Monitoring PSP dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan dengan PSP Lain di Provinsi Sulawesi Utara Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak pada Tingkat Provinsi untuk Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Rekomendasi Lampiran Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara v

8

9 Rumusan Workshop 1. Tingkat EmisiReferensi (Reference Emission Level, REL), Sulawesi Utara berada pada urutan ke-26 dari 33 provinsi di Indonesia 2. Sulawesi Utara dapat berkontribusi dalam penurunan emisi sebesar 0,46% atau Ton CO2e dari total target penurunan emisi Indonesia sampai tahun 2020 melalui skenario Business As Usual atau tanpa ada rencana aksi. 3. Dari pengukuran di lokasi PSP didapat rata-rata total biomassa per ekosistem di hutan pantai sebesar 222,10 ton/ha, hutan dataran rendah sebesar 301,95 ton/ha, hutan dataran tinggi sebesar 240,32 ton/ha dan hutan lumut sebesar 229,97 ton/ha. 4. Peran pemerintah dalam penyusunan RAN maupun RAD GRK adalah berkoordinasi antara pusat dan daerah. Pemerintahan daerah merupakan sub system pemerintahan secara nasional serta memiliki peran yang signifikan dalam mewujudkan pencapaian target nasional melalui Perumusandan pelaksanaan kebijakan dalam kewenangannya masing-masing. 5. Indonesia sebagai Negara yang termasuk dalam non-annex I harus melakukan Aksi mitigasi termasuk laporan inventori GRK yang harus dikomunikasikan melalui laporan nasional (national communication), setiap 2 tahun sekali berdasarkan keputusan COP 6. Aksi pengurangan emisi suatu Negara atau Indonesia dalam hal ini harus measurable (dapat diukur), reportable (dilaporkan secara transparan) dan verifiable (dapat diverifikasi) sesuai Arahan presiden Indonesia yang menyatakan bahwa Negara kita harus siap dengan MRV sesuai standar internasional. 7. Monitoring PSP atau pengukuran ulang di tahun 2013 akan dilaksanakan dengan sumber pendanaan dari DIPA Puspijak tahun Untuk tahuntahun berikutnya monitoring PSP diharapkan dapat dilaksanakan oleh pihak terkait dengan pengukuran karbon hutan (Balai Penelitian Kehutanan, Dinas Kehutanan, BPKH, dll.). Monitoring dan pelaporan PSP pasca FCPF (2015) dilakukan setiap 3 tahun sekali. Laporan hasil monitoring PSP diserahkan kepada para pihak terkait dan Puspijak. 8. Tantangan kedepan untuk PSP ini adalah Strategi pengelolaan danpembiayaan monitoring PSP FCPF pasca 2014 yang memerlukan komitmen pihak terkait untuk mengalokasikan anggaran, Rancangan system pemantauan karbon hutan FCPF dan Harmonisasi system pemantauan karbonhutan FCPF dengan toolstools lain terkait dengan carbon accounting. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara vii

10 9. Jumlah TSP dan TSP di Kawasan Indonesia yang berada dibawah pengawasan BPKH Wilayah I sampai dengan Wilayah XVII pada tahun 2011 sebanyak 277 plot, pada tahun 2012 sebanyak 625 plot dan pada tahun 2013 sebanyak 619 plot. Pada tahun 2014 jangkauan akan diperluas hingga BPKH Wilayah XXII dengan jumlah 599 plot TSP/PSP. 10. Untuk wilayah Sulawesi Utara berada dalam pengawasan BPKH wilayah VI Manado yang jumlahnya pada tahun 2011 sebanyak 23 plot, pada tahun 2012 sebanyak 59 plot, pada tahun 2013 sebanyak 26 plot dan pada tahun 2014 direncanakan sebanyak 25 plot. 11. Neraca Sumberdaya Hutan merupakan gabungan antara manajemen hutan yang baik dengan regulasi dan pemikiran pro lestari yang akan membentuk Manajemen Hutan Lestari. 12. INCAS (Indonesian National Carbon Accounting System) mengembangkan perhitungan karbon nasional dengan memonitor perubahan luas hutan dan perubahan stok karbon hutan (dari perubahan penggunaan lahan dan aktifitas manajemen). 13. Pengintegrasian PSP antara yang dimiliki Ditjen Planologi dengan Litbang dapat dilakukan mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan pengolahan data. 14. Sulawesi Utara memiliki jumlah klaster sebanyak 39 klaster TSP/PSP yang terdiri dari 9 klaster lama dan 30 kluster baru. 15. Karakteristik bentangan Sulawesi Utara dapat dijadikan sebagai Laboratorium untuk Studi Global. Sulawesi Utara memiliki keanekaragaman hayati dengan tingkat keunikan yang tinggi, variasi ekosistem yang kompleks, keunikan geologis dengan tanah dalam pengaruh vulkanik, tingkat alterasi lahan tinggi dan potensi restorasi alami tinggi. viii Rumusan Workshop

11 BAB 1 Pendahuluan

12

13 1.1 Latar Belakang Deforestasi dan degradasi hutan belakangan ini sangat erat dikaitkan dengan isu lingkungan, khususnya isu pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi dengan proses yang panjang akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terutama karbondioksida (CO 2 ) di atmosfer. Sekitar 20 persen dari seluruh emisi GRK berasal dari deforestasi dan degradasi hutan. Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas physiologi nya. Pengukuran produktivitas hutan relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan (Heriansyah,2005). Pengukuran stok karbon dapat dilakukan melalui pengukuran langsung di lapangan dan/atau memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Untuk memperoleh data stok karbon dan perubahannya dengan pengukuran langsung di lapangan, maka perlu dibangun Petak Ukur Permanen/Permanent Sampling Plot (PSP) yang dapat merepresentasikan dinamika pertumbuhan biomasa dari berbagai penggunaan lahan khususnya hutan. Informasi mengenai karbon hutan menjadi penting dalam kegiatan REDD+. Hal tersebut terkait dengan salahsatupersyaratandalam mekanisme perdagangan karbon dalam REDD+ untuk menghitungpotensikarbonsecarameasureable, ReportabledanVerifiable (MRV) yang comparable, koheren, lengkapdan akurat. Untuk menanggapi hal tersebut maka diperlukan suatu sistem atau mekanisme pengelolaan karbon hutan secara berkelanjutan. Pada tahun 2012, Indonesia melalui Kementerian Kehutanan bekerjasama dengan Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) telah membangun sejumlah PSP di 5 (lima) lokasi kegiatan FCPF, yaitu di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Pengukuran biomasa dan karbon hutan yang mencakup 5 pool karbon telah dilaksanakan di kelima lokasi tersebut. Tantangan berikutnya adalah bagaimana pengelolaan PSP yang telah menjadi aset daerah tersebut dapat dilakukan secara berkelanjutan di masa depan, dengan atau tanpa dana bantuan dari FCPF. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menyelaraskan semua data hasil pengukuran biomasa dan karbon hutan di tingkat Provinsi dalam suatu sistem yang terkomputerisasi agar dapat dimonitor dan di-update secara berkala. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 3

14 Untuk itu diperlukan suatu workshop yang mellibatkan stakeholder di daerah untuk membahas strategi monitoring PSP secara berkelanjutan serta untuk merancang blue print usulan sistem dan mekanisme monitoring PSP dan karbon hutan di tingkat Provinsi. 1.2 Tujuan Workshop Tujuan workshop ini adalah untuk (1) merumuskan strategi pengelolaan PSP secara berkelanjutan, (2) merancang blue print sistem monitoring karbon hutan, (3) merumuskan pengintegrasian data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan tingkat Provinsi yang akan dibangun, (4) menyamakan persepsi tentang peran dan tanggungjawab para pihak di tingkat Provinsi dalam pemantauan karbon hutan dan (5) memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan terkait pengelolaan PSP dan pemantauan karbon hutan tingkat Provinsi. 1.3 Hasil yang diharapkan Tersusunnya strategi pengelolaan PSP berkelanjutan, terancangnya blue print sistem monitoring karbon hutan, terintegrasinya data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan tingkat Provinsi yang akan dibangun, terciptanya persamaan persepsi tentang peran dan tanggungjawab para pihak di tingkat Provinsi dalam pemantauan karbon hutan dan adanya masukan untuk pengembangan kebijakan terkait pengelolaan PSP dan pemantauan karbon hutan tingkat Provinsi. 1.4 Pembicara dan Tema Sesi Pertama Pada sesi pertama disampaikan makalah tentang Strategi Monitoring PSP untuk mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi 1. Strategi Dan Kebijakan Provinsi Sulawesi Utara Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) oleh Ir. Royke O. Roring, M.Si 2. Lesson Learned dari Pembangunan PSP Untuk Monitoring Karbon Hutan Pada Kegiatan FCPF Tahun 2012 oleh Mega Lugina, S.Hut, M.For.Sc 4 Pendahuluan

15 3. Program dan Kegiatan Daerah Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman Pembangunan PSP dan Rencana Pengelolaan PSP Pasca 2014 di Provinsi Sulawesi Utara oleh Dr. Mahfudz 4. Konsep dan Metode Sistem MRV dalam REDD+ oleh Dr. I Wayan Susi Dharmawan Sesi Kedua Pada sesi pertama disampaikan makalah tentang Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi 1. Integrasi NFI Ke Dalam Sistem Monitoring Karbon HutanYang Akan Dibangun di Provinsi Nusa Tenggara Barat oleh Dr. Ernawati 2. Potensi Penyelarasan INCAS dan NFMS serta Perannya Terhadap Sistem Monitoring Pelaporan Emisi di tingkat Provinsi oleh Dr. Haruni Krisnawati 3. Strategi monitoring PSP dan peluang pengintegrasian kegiatan dengan PSP lain di Provinsi Sulawesi Utara oleh Ir. Sipayung 4. Peran dan tanggungjawab para pihak pada tingkat provinsi untuk pelaksanaan sistem monitoring karbon hutan oleh Dr. John Tasirin 1.5 Penyelenggaraan Workshop Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sulawesi Utara ini di ikuti oleh peserta yang berasal dari unsur pemerintah, swasta, LSM dan perguruan tinggi. Pada acara ini narasumber-narasumber yang mempresentasikan makalahnya adalah sebagai berikut: Ir. Royke O. Roring, M.Si (BAPPEDA Provinsi Sulawesi Utara), Mega Lugina, S.Hut, M.For.Sc (Peneliti Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Litbang Kementerian Kehutanan), Dr. Mahfudz (Balai Penelitian Kehutanan Manado), Dr. I Wayan S. Dharmawan (Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kementerian Kehutanan), Dr. Ernawati (Ditjen IPSDH, Dirjen Planologi Kementerian Kehutanan), Dr. Haruni Krisnawati (Forda/IAFCP), Ir. Sipayung (BPKH Wil VIII Denpasar, Dr. Markum (Transform). Moderator sesi pertama pada workshop ini yaitu Dr. John Tasirin sedangkan pada sesi kedua yaitu Ir. Achmad Pribadi, M.Sc. Fasilitator pada FGD Kelompok 1 oleh Dr. Martina Langi dan Kelompok 2 oleh Dr. I Wayan S. Dharmawan. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 5

16 1.6 Sambutan-sambutan Sambutan Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Salam Sejahtera Bagi Kita Sekalian, Assalammu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, YTH.: Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Pengembangan SDM Dan Reformasi Birokrasi, bersama Jajaran Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan; Para Pejabat Terkait di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara; Para Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota Se-Sulawesi Utara; Dekan Fakultas Pertanian Universitasi Sam Ratulangi Manado; Para Akademisi; Bapak/Ibu, Peserta Lokakarya dan Hadirin yang saya hormati. Marilah kita mempersembahkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena ditengah-tengah upaya untuk memantapkan sinergitas pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan kehutanan, saat ini kita dapat dipertemukan dalam acara Lokakarya Strategi Monitoring PSP di tingkat Provinsi dalam rangka Forest Carbon Partnership Facility (FCPF). Saya menyambut gembira dan memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan ini, sambil berharap kiranya agar melalui forum yang lestari bagi kesejahteraan rakyat dan demi masa depan generasi yang akan datang. Bapak/ibu, hadirin yang saya hormati, kita ketahui bersama hutan adalah anugerah Tuhan, yang dapat memberikan manfaat serbaguna, sekaligus berfungsi sebagai penyanggah kehidupan umat manusia, sehingga keberadaan hutan harus dimanfaatkan secara optimal, tapi harus dijaga kelestariannya untuk memakmurkan rakyat, baik untuk generasi masa kini, maupun anak cucu kita sebagai generasi penerus bangsa dan daerah ke depan. Hutan merupakan sumberdaya yang memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Hutan bukan saja memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya, tetapi juga manfaat ekologi ini telah menjadikan hutan bukan saja sebagai aset bangsa, tetapi juga menjadi aset dunia. Pada pertemuan G-20 di Petteburgh tahun 2009 silam, Indonesia menyatakan komitmennya untuk menurunkan tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 26% pada tahun 2020 melalui skenario Business As Usual, atau sebanyak 41% dengan dukungan internasianal pada sektor energi dan penggunaan lahan, termasuk kehutanan. 6 Pendahuluan

17 Walaupun memiliki peran sebagai penyerap GRK, namun keberadaan hutan kita masih berhadapan dengan isu emisi akibat deforestasi dan degradasi hutan. Emisi netto Indonesia diperkirakan akan terus bertambah dari sebelumnya 1,38 Giga ton CO 2 e pada tahun 2000, menjadi 2,95 giga ton CO 2 e pada tahun Menyikapi hal tersebut, maka pemerintah secara terintegrasi dari pusat hingga daerah, telah melaksanakan berbagai upaya untuk mencegah munculnya dampak negatif sebagai bawaan dari menurunnya kualitas hutan, diantaranya melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi, serta aksi penanaman seribu pohon dan program rehabilitasi hutan yang dilaksanakan serentak di penjuru tahan air. Berbagai kegiatan tersebut diharapkan dapat menggugah kepedulian masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah dan komponen lainnya untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai penyerap gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi yang terus meningkat akibat konversi hutan atau deforestasi. Hadirin yang saya hormati, dalam kajian yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan RI pada tahun 2010 tentang penentuan tingkat emisi referensi (Reference Emission Level,REL) diketahui bahwa Sulawesi Utara berada pada urutan ke-26 dari 33 Provinsi di Indonesia yang ikut berkontribusi dalam penurunan emisi sebesar 0.46% atau ton CO 2 e dari total target penurunan emisi Indonesia sampai tahun 2020, melalui skenario business as usual atau tanpa ada rencana aksi. Nilai ini kecil karena di Sulawesi Utara tidak terdapat lahan gambut yang merupakan penyerap emisi terbesar dari sektor berbasi lahan jika terjadi konversi. Perlu diketahui, bahwa luas kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Utara kurang lebih sebesar ,99 ha (49,54%) dan area penggunaan lain seluas ,00 ha ( 50,46%). Berdasarkan yang dilakukan pada kawasan hutan negara dan pada hutan hak diupayakan usaha mengendalikan deforestasi dan konversi agar candangan karbon yang tersimpan dalam hutan tidak lepas ke atmosfer. Kegiatan konservasi karbon dapat berupa pencegahan deforestasi dan degradasi hutan, penetapan kawasan konservasi dan lindung, pembangunan hutan tanaman, serta penerapan teknik selvikultur intensif. Sedangkan pada hutan hak dapat dilaksanakan melalui kegiatan agroforestri hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan sebagimana yang telah digalakkan saat ini di Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu peluang mitigasi juga dapat dilaksanakan pada lahan-lahan kritis yang dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah dengan masyarakat terutama pada lahan kritis diluar kawasan hutan negara. Untuk hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan dapat digalakkan dengan pengembangan jenis kayu pertukangan yang memiliki riap yang tinggi. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 7

18 Oleh karena itu, saya berharap kegiatan ini dapat menjadi media solutif untuk menghasilkan berbagai terobosan strategis dalam pembangunann kehutanan, serta semakin memantapkan koordinasi dan sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunaan kehutanan, termasuk semakin memantapkan komitmen untuk membangun hutan yang lestari, demi masa depan generasi mendatang. Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati, demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan untuk menjadi perhatian kita semua saat ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa memberikan kemampuan kepada kita dalam kerja dan karya untuk memberikan yang terbaik bagi daerah dan bangsa. Terima kasih Pakatuan Wo Pakalawiren Wassalamu alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh, Syaloom. Wakil Gubenur Sulawesi Utara DR. DJOUHARI KANSIL,M.Pd Keynote Speech Dr. Sunaryo (Staf Ahli Menteri Bidang SDM dan Reformasi Birokrasi) Assalammu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua, Yang saya hormati Bapak Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Yang saya hormati Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan; Yang saya hormati Para Pejabat Terkait di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara; Yang saya hormati Bapak/Ibu, Peserta Lokakarya dan Hadirin yang saya hormati. Bapak ibu sekalian perlu kita ketahui bahwa hutan adalah salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan memberikan kontribusi terhadap 20% GRK. Tutupan hutan Indonesia sangat luas dan memiliki kandungan karbon yang tinggi. Indonesia dianggap sebagai emiter terbesar pada saat kebakaran hutan dan gambut Saat ini dunia khawatir dengan potensi emisi dari negara-negara pemilik hutan tropis yang mnyebabkan tekanan terhadap negara-negara pemilik hutan tropis untuk mengurangi emisi dari hutan. Atas upaya-upaya mengurangi emisi tersebut, negara pemilik hutan tropis menuntut konpensasi untuk pengurangan emisi dari hutan tropis yang 8 Pendahuluan

19 kemudian disepakati dengan Mekanisme Reducing Emission From Deforestation and Forest Degradation (REDD+). Mari kita uraikan pengertian dari REDD. 1. Pengurangan emisi : a. Deforestasi (penghilangan hutan untuk berbagai macam kegiatan) yang perlu ditekan b. Degradasi hutan (penurunan kualitas hutan/kepadatan pohon) perlu dikontrol 2. Konservasi karbon stok : a. Konservasi hutan (hutan yang tidak ditebang pohonnya) b. Pengelolaan hutan berkelanjutan/sfm (tebang pilih/tebang butuh) 3. Peningkatan karbon stock : a. Konservasi hutan. b. Pengelolaan hutan berkelanjutan/sfm (tebang pilih/tebang butuh dengan pengayaan) c. Rehabilitasi, restorasi, reklamasi dengan pohon. Komitmen Indonesia terhadap penurunan emisi terikat dengan Konvensi Perubahan Iklim, yaitu menstabilkan konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat tertentu. Komitmen Indonesia yang disampaikan presiden di Pittsburgh pada bulan September tahun 2009, bahwa Indonesia akan melakukan penurunan emisi sebesar 26% pada 2020 dan sampai 41% dengan dukungan negara lain. Indonesia berkewajiban menyampaikan laporan emisi/serapan GRK ke Sekretariat UNFCCC (National communications). Untuk mendukung penurunan emisi diperlukan Monitoring, Reporting, Verification (MRV)/ serapan GRK. MRV memerlukan pengukuran untuk mengetahui aliran karbon (stok, emisi, serapan). PSP merupakan salah satu cara pengukuran untuk mengetahui aliran karbon (Tier 3) dan merupakan salah satu cara pengukuran hutan. Setiap Provinsi harus memiliki REL bidang kehutanan sebagai prasyarat pelaksanaan REDD+. PSP harus dikembangkan agar 6 (enam) tipe penggunaan lahan seperti dalam klasifikasi IPCC dapat terwakili untuk setiap daerah. Tujuan Workshop Monitoring PSP ini adalah 1. Merumuskan Strategi Pengelolaan PSP 2. Merancang Blue Print Monitoring Karbon Hutan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 9

20 3. Merumuskan Pengintegrasian data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan Tingkat Provinsi yang akan dibangun 4. Menyamakan Persepsi tentang Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak di tingkat Provinsi dalam Pemantauan Karbon Hutan 5. Masukan untuk kebijakan terkait pengelolaan PSP dan Pemantauan Karbon Hutan. Dengan kata lain, tujuan workshop ini adalah merumuskan Methodology/ Mekanisme/Tata Cara/ Pembagian Tugas MRV. Dalam melaksanakan MRV diperlukan pengintegrasian dalam pengumpulan data. Jenis data dan pemangku atas data tersebut diantaranya: 1. Wilayah Administrasi Pemerintahan dapat diperoleh dari Pemda 2. Status Kawasan Hutan dapat diperolehdari Ditjen Planologi, Litbang dan BPKH 3. Penggunaan Lahan dapat diperoleh dari Ditjen Planologi, Litbang dan LAPAN 4. Tipe Vegetasi/Ekosistem dapat diperoleh dari Litbang dan LIPI 5. Potensi SDH dapat diperoleh Ditjen Planologi 6. Pertumbuhan pohon dapat diperoleh Ditjen Planologi 7. Cadangan Biomasa (5 CPs) dapat diperoleh Litbang 8. Cadangan Karbon (5 CPs) dapat diperoleh Litbang 9. Deforestasi & Degradasi dapat diperoleh Ditjen Planologi dan Litbang 10. Reforestasi/Revegetasi dapat diperoleh Ditjen Planologi dan BPDAS 11. Kebakaran Hutan/Titik panas dapat diperoleh dari PHKA 12. Perambahan kawasan/ladang berpindah dapat diperoleh dari PHKA 13. Penebangan Liar dapat diperoleh dari PHKA MRV di sektor kehutanan dilakukan pada skala nasional, sub nasional, unit KPH dan unit project, yang mengacu pada UNFCCC, karena MRV harus memenuhi syarat dan ketentuan internasional dengan mengedepankan karakteristik di masingmasing negara. Pembagian tugas dalam aktivitas monitoring dan reporting, pada skala UNFCCC dilakukan sekretariat UN, skala Nasional oleh DJ Planologi, skala Sub Nasional oleh Dishut Provinsi, skala unit KPH oleh KPH dan Unit Project oleh pengelola. Sedangkan untuk verifikasi skala nasional oleh lembaga independen internasional, skala Sub Nasional oleh lembaga independen nasional, skala unit KPH oleh lembaga independen sub nasional dan Unit Project oleh lembaga independen sub nasional. 10 Pendahuluan

21 Langkah segera yang perlu dilakukan dalam mendukung MRV diantaranya: 1. Penetapan wilayah Unit Manajemen/KPH untuk seluruh wilayah Indonesia. 2. Pemetaan Land Use (6 tipe land use) 3. Penetapan REL/RL untuk Sub Nasional/Nasional, kalau perlu untuk semua Unit Manajemen/KPH. 4. Monitoring dan reporting secara berjenjang (perlu kesepakatan pelaksana, methodolog y, mekanisme dan tata cara). 5. PSP/TSP dikelola oleh Unit Manajemen/KPH Diharapkan dari workshop ini dapat menghasilkan masukan kebijakan yang bermanfaat bagi pengambil keputusan berkaitan dengan perubahan iklim nasional dan khususnya Provinsi Sulawesi Utara. Monitoring PSP harus terintegrasi dan terpadu antara satu pelaksana dengan pelaksana yang lain agar berjalan secara ekonomis, efektif dan efisien. Data yang dihasilkan bisa dan boleh dipakai dan diakses siapa saja yang membutuhkan. Sekian yang dapat sampaikan. Terimakasih dan Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Staf Ahli Menteri Bidang SDM dan Reformasi Birokrasi Dr. Sunaryo Laporan Penyelenggaran Workshop; Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Tingkat Provinsi ; Manado, 20 Agustus 2013 Yang Terhormat Bapak Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, Yang Terhormat Bapak Staf Ahli Menteri bidang SDM dan Reformasi Birokrasi, Yang Terhormat Bapak Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara, Yang Terhormat Bapak Kepala BAPPEDA Provinsi Sulawesi Utara, Yang Terhormat Bapak Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Yang saya hormati para nara sumber, pejabat struktural dan pejabat fungsional, akademisi, teman-teman LSM, serta Bapak/Ibu, Hadirin yang berbahagia, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Salam sejahtera bagi kita sekalian. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas ijin dan karunia-nya kita dapat berkumpul Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 11

22 bersama ditempat ini untuk mengikuti Workshop Monitoring dan Pelaporan PSP di tingkat Provinsi, semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, kekuatan dan ilmu yang bermanfaat untuk mencari RidhoNya. Bapak/Ibu, Hadirin yang Berbahagia, Workshop ini merupakan salah satu dari serangkaian workshop yang diselenggarakan di 5 Provinsi. Sebagaimana diketahui pada tahun 2012 yang lalu telah dibangun PSP di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku. Penyelenggaraan workshop ini merupakan kelanjutan dari kegiatan tersebut yang dimaksudkan untuk sharing informasi dan tukar pendapat untuk mengetahui hasil-hasil kegiatan lapangan dalam aplikasi konsep MRV kehutanan, serta mengetahui bagaimana PSP yang sudah dibangun dapat dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan dan program RAD serta SRAP Provinsi Sulawesi Utara. Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati, Pemanasan global merupakan permasalahan kita bersama dengan tanggung jawab berbeda sesuai dengan kapasitas masing-masing. Riset dilakukan untuk menyiapkan teknologi dalam rangka menjawab pokok persoalan pengelolaan hutan lestari, diantaranya: 1. Produktivitas lahan yang harus ditingkatkan 2. Produktivitas tenaga kerja perlu ditingkatkan 3. Kepemilikan lahan harus diperjelas 4. Proses Perijinan yang tidak sulit 5. Kesejahteraan masyarakat sekitar hutan harus diperhatikan Salah satu tujuan pembuatan teknologi mitigasi adalah untuk meningkatkan kapasitas hutan dalam penyerapan dan penyimpanan carbon. Bapak/Ibu, Hadirin yang berbahagia, Pengurangan sumber emisi dapat dilakukan dengan pencegahan kebakaran lahan/hutan, Illegal logging, Perambahan dan Degradasi lahan/hutan. Upayaupaya dalam peningkatan stok karbon dapat dilakukan dengan pembangunan Hutan Rakyat, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa. Kegiatan konservasi untuk mengurangi emisi diantaranya dengan bagaimana kita bisa mempertahankan hutan konservasi dan hutan lindung agar tetap lestari. 12 Pendahuluan

23 Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati, REDD+ merupakan stimulus pembangunan hutan lestari masyarakat sejahtera berkelanjutan, sebagaimana dituangkan dalam 6 Kebijakan Prioritas ( / Permenhut 10/2010). Tabel 1. Kebijakan Prioritas Permenhut 6 Kebijakan Prioritas ( ) (Permenhut 10/2010) REDD+ Pemantapan Kawasan Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan Konservasi Hutan Perlindungan Hutan dan Pencegahan Kebakaran Hutan Konservasi Biodiversity Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan Pemberdayaan Masyarakat Pemantauan dan Manajemen Resiko Serapan dan Simpanan karbon Pengurangan emisi Simpanan karbon, flora, fauna, jasa Ekonomi, Demand Kayu Perijinan Produktivitas Lahan/Tenaga Kerja Indonesia telah memiliki Kebijakan Nasional REDD+ yang tergambar dalam Arsitektur REDD+. Keputusan COP 16 KEMENTERIAN KEHUTANAN Histori/model emisi kedepan Paragraph Pemahaman, Pening katan kapacitas, Akses data and teknologi, komunikasi, Pelibatan stakeholder 2. Pengamanan (tata kelola, sosial dan environmental) Gambar 1. Arsitektur REDD+ Perubahan Tutupan Lahan dan stok karbon CO STRANAS REL/RL NFMS-MR V SIS Finansial Kebij akan Nasional REDD+ Kesepakatan COP 16, COP-17, COP 18 Sistem Informasi Safeguard Paragraph 72 : Pengatasan Deforestasi dan degrdasai hutan Mengatasi tenurial, tata kelola, gender, safeguard, pelibatan para pihak, masyarakat adat dan lokal Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 13

24 PetaKEMENTERIAN Kebijakan Kehutanan KEHUTANAN dan Non Kehutanan Permenhut No. 14/2004 ttg AR CDM Permenhut No. 68 ttg DA Permenhut No. 30/2009 (REDD+)dan 36/2009 (panrap karbon) Permenhut No. 10/2010 dan 51/2010 ttg Kebijakan Prioritas dan Renstra Kmnhut Permenhut No. 20/2012 ttg Penyelenggaraan Karbon Hutan DNPI: Inpres 46/2008 Inpres 10/2011 Kepres 19, Kepres 25/2011 Kepres 5/2013 Satgas REDD+ Perpres 61/2011 NAP Fase 1 Perpres 32/2011 MP3EI Perpres 71/2011 Inventarisasi Fase 2 Fase 3 Gambar 2. Peta Kebijakan Kehutanan dan Non Kehutanan Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati, Masih banyak dukungan (kebijakan/teknologi/kapasitas) yang diperlukan untuk Implementasi REDD+ termasuk Kesiapan MRV yang kita bahas dalam workshop ini. Semoga Workshop ini dapat berperan dalam menjawab pertanyaan: 1. Bagaimana metode monitoring dan pelaporan perubahan emisi dan serapan sehingga dapat menjawab implementasi pelaksanaan RAD dan SRAP 2. Siapa yang bertanggung jawab, perlu pemahaman dan peran para pihak, 3. Apa peran monitoring emisi/serapan karbon dalam mendukung RAD dan SRAP. Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati, Dalam kesempatan ini, kami atas nama penyelenggara mengucapkan terima kasih kepada teman-teman panitia di Puspijak dan Balai Penelitian Kehutanan Manado yang telah bekerja sehingga kegiatan ini terlaksana dengan baik. Demikian laporan penyelenggaraan ini saya sampaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan lindungan kepada kita semua. 14 Pendahuluan

25 Bunga mawar sungguh Indah Tumbuh di Tomohon harum menawan Perubahan iklim masih masalah Kitorang selesaikan deng lestarikan hutan Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kepala Pusat, Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc Sambutan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara Yang saya hormati: Wakil Gubenur Provinsi Sulawesi Utara Staf Ahli MenteriKehutanan Bidang Pengembangan SDM dan Reformasi Birokrasi, DR. Sunaryo Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sam Raturangi Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan, DR. Kirsfianti L. Ginoga Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Sulawesi Utara Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Utara Kepala Biro Sumberdaya Alam Provinsi Sulawesi Utara Kepala BadanLingkunganHidup Provinsi Sulawesi Utara Ketua Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakulta Pertanian Universitas Sam Raturangi Kepada Dinas Kehutanan Kota dan Kabupaten Kepada UPT Kehutanan Se-Provinsi Sulawesi Utara Peserta Lokakarya yang saya kasihi. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera bagi kita sekalian, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan anugerah-nya, kita dapat berkumpul dan mengadiri acara Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Sulawesi Utara. Saya menyambut gembira dan terimakasih atas terselenggaranya acara ini.tentu ini adalah bagian dari wujud kebersamaan kita untuk melaksanakan amanah dalam menjaga hutan dan lingkungan khususnya di Provinsi Sulawesi Utara. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 15

26 Hadirin yang saya hormati, Pembangunan dan Monitoring PSP merupakan bagian penting dalam memantau besaran serapan emisi oleh hutan khususnya di Provinsi Sulawesi Utara. Sudah kita ketahui bersama bahwa hutan memegang peranan penting dalam siklus karbon global. Hutan merupakan sumber cadangan karbon sehingga dikenal dalam mengatur perubahan iklim global. Apabila pengurusan hutan bener,maka hutan mampu menyerap dan menyimpan karbon kurang lebih 2 kali besarnya karbon di atmosfir. Sebaliknya apabila pengurusan hutan salah, misalnya terjadi degadrasi dan deforestasi, maka hutan akan melepaskan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang besarnya mencapai persen total emisi gas rumah kaca dunia, atau lebih besar dari pada emisi sektor transportasi global. Hadirin yang saya hormati, Luas kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Utara kurang lebih seluas ,99 Ha atau 49,54% dari luas daratan Provinsi Sulawesi Utara. Dinas Kehutanan dan Unit PelaksanaTeknis (UPT) Kehutanan harus mendorong kelestarian dari Hutan. Pemantapan kawasan konservasi dan lindung yang cukup luas di Sulawesi Utara secara bertahap terus dilakukan. Sedangkan skema pembangunaan hutan tanaman rakyat, hutan rakyat maupun kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan terus ditingkatkan. Beberapa usaha lain yang dilakukan adalah dengan menekan laju perusahaan hutan dan pengurangan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan, pembangunan ekowisata dan jasa lingkungan(ecotourism and environmental services), memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup manusia dan dampak yang buruk yang dapat terjadi bila hutan hilang atau rusak. Hadirin yang saya hormati, Demikianlah sambutan saya, semoga acara ini dapat berjalan dan memberikan harapan-harapan baru dalam pembangunan kehutanan di Provinsi Sulawesi Utara. Terimakasih, Pekatunan Wopakalawiren Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh Shaloom Kepada Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara Ir. Herry Rotinsulu 16 Pendahuluan

27 BAB 2 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 17

28

29 2.1 Program dan Kegiatan Daerah untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman Pembangunan Permanent Sampling Plot (PSP) dan Rencana Pengelolaan PSP Pasca 2014 di Provinsi Sulawesi Utara Oleh : Kepala Balai Penelitian Kehutanan Manado Dalam kajian yang dilaksanakan oleh Ditjen Planologi Kementrian Kehutanan pada tahun 2011 tentang penentuan Tingkat Emisi Referensi (Reference Emission Level, REL), Sulawesi Utara berada pada urutan ke-26 dari 33 Provinsi di Indonesia. Sulawesi Utara dapat berkontribusi dalam penurunan emisi sebesar 0,46% atau Ton CO2e dari total target penurunan emisi Indonesia sampai tahun 2020 melalui skenario Business As Usual atau tanpa ada rencana aksi. Permasalahan tekanan terhadap hutan masih tinggi dan lahan kritis masih cukup luas, sehingga perlu suatu program dan kegiatan daerah dalam rangka penurunan emisi. Program dan kegiatan tersebut diantaranya: 1. Pemantapan kawasan konservasi dan lindung 2. Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Rakyat (HR) maupun kegiatan Rehabilitasi Hutan (RHL) 3. Menekan laju perusakan hutan dan pengurangan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan 4. Pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan (ecotourism and environmental services) 5. Pengembangan usaha skala kecil (small scale enterprise). 6. Pengembangan energi terbarukan seperti mikrohidro di kawasan penyangga dan desa terpencil Pembangunan Permanent Sampling Plot (PSP) Pembangunan PSP di Provinsi Sulawesi Utara merupakan kerjasama antara Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan dengan Balai Penelitian Kehutanan Manado, dalam kerangka Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) yang dibangun pada tahun Tujuan dari pembangunan PSP ini adalah untuk mendukung sistem penghitungan dan pelaporan karbon beserta perubahannya yang dapat diverifikasi (Measurable, Reportable and Verifiable), yaitu Stok Karbon Hutan di Provinsi Sulawesi Utara. Lokasi PSP di Provinsi Sulawesi Utara terdapat di kawasan KPHP Poigar, Cagar Alam Tangkoko Dua Saudara dan Hutan Lindung Gunung Tumpa. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 19

30 Tabel 2. Lokasi Pembangunan Plot No Lokasi Ekosistem Hutan Jumlah Plot 1. KPHP Poigar 2. CA Tangkoko-Dua Saudara Hutan Dataran Rendah 3 Hutan Pegunungan 3 Hutan Pantai 3 Hutan Dataran Rendah 3 Hutan Pegunungan 3 Hutan Lumut 3 3. HL Gunung Tumpa Hutan Dataran Rendah 4 Total 22 Komponen biomasa yang diukur mengacu pada SNI 7724: 2011 tentang Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting), yaitu: 1. Biomasa Atas Permukaan (Pohon, Tiang, Pancang, Semai, Tumbuhan Bawah) 2. Biomasa Bawah Permukaan (Akar) 3. Serasah 4. Nekromasa (Kayu Mati) Tahapan kegiatan pembangunan PSP di lapangan yaitu: 1. Pengangkutan patok 2. Pemasangan patok 3. Pengukuran dimater pohon 4. Pengukuran dimensi nekromassa 5. Penandaan diameter dan tagging nomor pohon 6. Pengambilan contoh serasah 7. Pengukuran tumbuhan bawah 8. Penimbangan contoh serasah 9. Pengeringan contoh 20 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

31 Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Total Biomassa Lokasi dan Tipe Hutan Atas permukaan* Komponen Biomasa Bawah permukaan* Nekromasa Serasah Total Biomasa (ton/ha) I. CA Tangkoko-Dua Saudara Hutan Pantai Hutan Dataran Rendah Hutan Dataran Tinggi Hutan Lumut II. KPHP Poigar Hutan Dataran Rendah Hutan Dataran Tinggi III. HL Gunung Tumpa Hutan Dataran Rendah Keterangan: menggunakan persamaan dari Badan Litbang Kehutanan Total dry weight=0,1728(dbh) 2,2234 Biomassa tiap lokasi ton/ha Biomassa (ton) CA Tangkoko Dua Saudara KPHP Poigar Lokasi HL Gunung Tumpa Gambar 3. Pengukuran Biomassa terhadap 3 lokasi Hasil konversi biomassa pada ketiga lokasi PSP dapat dilihat pada table di bawah berikut: Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 21

32 Tabel 4. Hasil Konversi Biomassa pada Lokasi PSP Lokasi PSP Biomassa (ton/ha) Carbon (ton/ha) CO 2 (ton/ha) CA Tangkoko-Dua Saudara 224,1 105,3 386,2 KPHP Poigar 231,4 108,8 398,8 HL Gunung Tumpa 475,1 223,3 818,8 Rata-rata 310,2 145,8 534,6 Biomasa pertipe hutan (ton/ha) biomasa Hutan Pantai Hutan Dataran Rendah Hutan Dataran Tinggi Hutan Lumut Gambar 4. Biomasa pada tingkat tipe hutan Baw ah permukaan 26% Biomasa perkomponen (%) serasah 2% nekromasa 1% Gambar 5. Komposisi biomasa pada tiap komponen Atas permukaan 71% 22 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

33 Rencana pasca tahun 2014 adalah: 1. Melakukan Pengukuran pada PSP yang sudah dibangun secara berkala 2. Pengelolaan dan Pemantauan Plot bersama pengelola dan Masyarakat 3. Meningkatkan koordinasi dengan para pihak (BPKH, Biro SDA, Dishut, BLH, dan masyarakat) 4. Pertemuan hasil monitoring secara periodik bersama para pihak Rata-rata total biomassa per ekosistem di hutan pantai sebesar 222,10 ton/ha, hutan dataran rendah sebesar 301,95 ton/ha, hutan dataran tinggi sebesar 240,32 ton/ha dan hutan lumut sebesar 229,97 ton/ha. Kendala dan tantangan lebih banyak terkait kondisi lapangan. Pemantauan biomassa dalam plot pengukuran perlu dilaksanakan secara berkala untuk mengetahui perubahan biomassa berdasarkan hasil pengukuran awal. Pengelolaan dan pemantauan plot melibatkan pengelola kawasan dan masyarakat sekitar. 2.2 Strategi dan Kebijakan Provinsi Sulawesi Utara untuk Mencapai Target Penurunan Emisi : Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Oleh : Ir. Royke O. Roring, Msi, Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Utara Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) adalah wujud komitmen Indonesia untuk menurunkan pemanasan global/ emisi GRK secara sukarela. Komitmen ini disampaikan Presiden RI dalam G20 Meeting (Pittsburg, September 2009). Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 26% untuk usaha sendiri adan 41% dengan dukungan internasional. RAN-GRK merupakan upaya dengan pendekatan ganda guna untuk mengalokasikan upaya-upaya mitigasi. Penyusunan RAN-GRK dilaksanakan lintas sektoral dengan melibatkan sektor pertanian, Kehutanan Lahan Gambut, Energi dan Transportasi, Industri, Limbah serta Kegiatan pendukung lainnya. Penyusunan RAN-GRK pun dilakukan secara regional dengan Pengembangan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD GRK). Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 23

34 Gambar 6. Komitmen Presiden pada G-20 Peran pemerintah dalam penyusunan RAN maupun RAD GRK adalah berkoordinasi antara pusat dan daerah. Pemerintahan daerah merupakan sub sistem pemerintahan secara nasional serta memiliki peran yang signifikan dalam mewujudkan pencapaian target nasional melalui Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dalam kewenangannya masing-masing. Gambar 7. Ketentuan PP No. 23 tahun 2011 & PP 19 (Gub sbg wakil pem pusat) 24 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

35 Keterkaitan aturan dengan upaya penurunan emisi GRK dapat dilihat pada Gambar dibawah ini Gambar 8. Keterkaitan aturan dengan upaya penurunan emisi GRK dapat dilihat pada Gambar dibawah ini Issue Perubahan Iklim Sebagai Urusan Wajib Yang Ditanggulangi Bersama Gambar 9. Hubungan kebijakan Pemerintah dengan Pemda dalam pencapaian penurunan EGRK Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 25

36 Gambar 10. Issue Perubahan Iklim Sebagai Urusan Wajib Gambar 11. RAD-GRK Dalam Proses Perencanaan Pembangunan Daerah (Provinsi) 26 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

37 Strategi Dan Kebijakan Pemerintah Provinsi Sulut Dalam Rangka Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Peraturan Gubernur Nomor. 56 Tahun 2012 Tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Prov. Sulut Sektor Kehutanan 1. Pengembangan Pengelolaan Hutan Berbasis Spasial 2. Penataan Ruang untuk kejelasan dan kepastian wil;ayah berbasis spasial 3. Memperbaiki kriteria dan standard pengelolaan hutan lestari 4. Penguatan kelembagaan KPH agar bisa secara operasional sampai pada tingkat tapak. 5. Memasukkan aturan-aturan lokal (aturan adat) dalam kebijakan daerah. 6. POKJA sebagai Forum Koordinasi dan bukan eksekutor, yang akan memberikan rekomendasi dan menggerakkan para pihak di daerah Sektor Transportasi Yang Dilaksanakan Pada Tahun 2013 Ini 1. Pelatihan Smart Driving Sebesar 0,003 Co2eg 2. Pengembangan Bus Rapid Transit (Brt)/Trans Kawanua Sebesar 0,029 Co2eg 3. Andalalin (Analisis Dampak Lalu Lintas) Sebesar 0,082 Co2eg. 4. Atcs Sebesar 0,066 Co2eg 5. Awak Kendaraan Umum Teladan (Akut) Sebesar 0,003 Co2eg. 6. Pelajar Pelopor Keselamatan Jalan Sebesar 0,002 Co2eg. 7. Peremajaan Armada Angkutan Umum 0,021 Co2eg Tahun Sektor Energi Kegiatan Aksi Mitigasi Dilakukan Dengan Pemnfaatan Energi Terbarukan (Off Grid) Dengan Program Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Solar Home System (PLTS SHS) Dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Penerangan Jalan Umum (PLTS PJU). Dari Propgram Dan Kegiatan Tersebut, Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Yang Berhasil Dicapai Pada Tahun 2011 Adalah Sebesar 54,24 Ton Co2e Dan Pada Tahun 2012 Adalah Sebesar 84,58 ton CO2e Sektor Limbah Program Mitigasi yang dilakukan dalam menurunkan emisi GRK dari sektor limbah : 1. Minimasi Sampah dengan cara penambahan jumlah TPST Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 27

38 2. Rehabilitasi TPA 3. Penggunaan Jamban Septic Tank dan IPAL Komunal Kemajuan RAD Sulawesi Utara dari Sektor Limbah, diantaranya: 1. Sk Gub. Ttng Pokja Rad Grk Sulut 2. Persiapan Pelatihan Inventarisasi Rad Grk Sulawesi Utara Melibatkan Kabupaten/Kota dan Instansi terkait Provinsi 3. Pengumpulan Data 4. Analisis Data Menggunakan Worksheet/Excel 5. Mendapatkan Data Bau Sektor Limbah 6. Penyusunan Mitigasi Emisi GRK Keberhasilan penurunan grk sangat tergantung dari kepastian pembagian tugas dan wewenang pemerintah dan pemda, dprd maupun pemangku kepentingan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan serta pendanaannya. Penguatan tim koordinasi di tingkat Provinsi sebaiknya ditunjang dengan keberadaan tim koordinasi di tingkat kab/kota. Rencana target capaian penurunan grkd terintgrasi kedalam dokrenda. Pembinaan dan pengawasan secara umum maupun teknis dilaksanakan secara berjenjang dan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2.3 Konsep dan Metode Sistem MRV dalam REDD+ Oleh : Dr. I Wayan S. Dharmawan MRV (Monitoring, Reporting and Verification) atau dalam bahasa Indonesia transparan, konsisten, komparabel, lengkap dan akurat merupakan salah satu komponen penting pelaksanaan REDD+. Dalam BALI ACTION PLAN (1 b ii) disebutkan bahwa perlu dilakukan Aksi Mitigasi Nasional (NAMA) oleh negara berkembang dalam kontek pembangunan berkelanjutan dan didukung oleh alih teknologi, pendanaan dan pembangunan kapasitas yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi Salah satu kebijakan Nasional terkait perubahan iklim adalah target nasional untuk menurunkan emisi 26% di bawah emisi baseline pada tahun 2020, yang telah dinyatakan oleh Presiden RI. Dalam UU No.32 tahun 2009, berkaitan dengan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, pemerintah wajib mengorganisir inventarisasi nasional. Dalam upaya penurunan emisi ini juga dibuat Peraturan Presiden tentang RAN-GRK dan Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional. 28 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

39 Indonesia sebagai negara yang termasuk dalam non-annex I harus melakukan Aksi mitigasi termasuk laporan inventori GRK yang harus dikomunikasikan melalui laporan nasional (national communication), setiap 2 tahun sekali berdasarkan keputusan COP. Aksi pengurangan emisi suatu negara atau Indonesia dalam hal ini harus measurable (dapat diukur), reportable (dilaporkan secara transparan) dan verifiable (dapat diverifikasi) sesuai Arahan presiden Indonesia yang menyatakan bahwa Negara kita harus siap dengan MRV sesuai standar internasional. Penghitungan Reference Emisssion Level (REL) dilakukan secara nasional dengan implementasi di sub nasional (provinsi/kabupaten/unit manajemen dengan penggabungan). Konsep MRV adalah: 1. Monitoring adalah Proses koleksi data, penyediaan data dasar. Data berasal dari pengukuran lapangan, data dari deteksi dengan remote sensing 2. Reporting adalah Proses pelaporan secara formal hasil penilaian kepada UNFCCC (format sesuai dengan standar yang telah dibuat oleh IPCC Guidelines and GPG). 3. Verification adalah Proses verifikasi formal terhadap laporan-laporan hasil. Gambar 12. Konsep MRV atau Monitoring, pelaporan dan verifikasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 29

40 Kategorisasi Penggunaan Lahan Menurut IPCC Hutan Primer LK Hutan Primer Gambut Hutan Primer Mangrove Lahan Hutan (Forest Land) Hutan Skunder LK Hutan Skunder Gambut Hutan Skunder Mangrove HTI lahan Kering (LK) HTI Lahan Gambut Terdegradasi Berat Terdegradasi Sedang Terdegradasi Ringan HTI Jati HTI Sengon HTI Lainnya Lahan Pertanian (Crop land) Lahan Semak/Alang2 (Grassland) Lahan Basah (Wetland) Lahan Pemukiman (Settelement) Lahan Lainnya (Other Lands) Pertanian semusim LK Pertanian semusim Gambut Tanaman tahunan LK Tanaman tahunan gambut Semak Belukar Belukar rawa gambut Padang alang-alang Danau, badan air sungai, rawa, dam Pemukiman, perumahan, perkampungan Padang pasir Bebatuan Lahan kosong Sawah Pertanian campuran Agroforestri Multitrata Monokultur Kolam ikan, Embung kecil AF berbasis karet AF berbasis Damar AF berbasis buah2an Kebun Sawit Kebun Karet Kebun Kopi Kebun Coklat Kebun Teh Sampai pada tingkat apa kita dapat mengukur perubahan luas antar kategori lahan dan pengukuran stok karbon, faktor emisi dan serapan oleh berbagai jenis tutupan lahan pada berbagai sistem pengelolaan Termasuk hutan pengukuran dan lahan dan pemantauan (pemupukan, sistem pengelolaan lahan & hutan pengolaan air irigasi, pola tanam, liming, pembukaan lahan dll)??? Gambar 13. Kategori Penggunaan Lahan menurut IPCC Contoh tabulasi format pelaporan hasil perhitungan emisi dengan menggunakan IPCC GL 2006 dari kehutanan dan perubahan lahan (LULUCF) untuk lahan hutan dan lahan pertanian. Tabel 5. Kategori Penggunaan Lahan Kategori sumber emisi dan serapan Kategori Penggunaan Lahan Total (Togal Land Use Categori) A. Lahan Hutan tetap sebagai Lahan Hutan (FL remaining FL) A.1. Lahan Hutan tetap sebagai Lahan Hutan (FL remaining FL) A.2. Lahan menjadi Lahan Hutan (Land converted to FL Lahan Pertanian menjadi Lahan Hutan (CL converted to FL) Padang rumput menjadi Lahan Hutan (GL converted FL) Lahan Basah menjadi Lahan Hutan (WL converted to FL) Pemukiman menjadi Lahan Hutan (S converted to FL) Lahan Lain menjadi Lahan Hutan (OL converted to FL) B. Lahan Pertanian (Crop Land) Emisi/serapan CO 2 (Ton CO 2- e) 30 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

41 Kategori sumber emisi dan serapan B.1. Lahan Pertanian tetap sebagai Lahan Pertanian (CL remaining GL) B.2. Lahan menjadi Lahan Pertanian (Land converted to CL) Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian (FL converted to CL) Padang Rumput menjadi Lahan Pertanian (GL converted to CL) Lahan Basah menjadi Lahan Pertanian (WL converted to CL) Pemukiman menjadi Lahan Pertanian (S converted to CL) Lahan Lain menjadi Lahan Pertanian (OL converted to CL) Emisi/serapan CO 2 (Ton CO 2- e) Verifikasi diperlukan untuk: 1. Untuk memastikan berapa besar penurunan emisi sesuai hasil, terukur, transparan, dan konsisten sepanjang waktu. 2. Dasar penetapan Referensi Emisi Level (REL). 3. Metode pengukuran yang digunakan. 4. Memastikan ada/tidaknya pengalihan emisi (displacement of activities/ emissions). 5. Memastikan konsistensi dengan persyaratan di bawah UNFCCC. 6. Memastikan tercapainya transparansi dan keadilan dalam pembagian insentif kegiatan REDD+. Pelaksanaan MRV Pengurangan Emisi Kehutanan dapat dilihat pada bagan berikut: Gambar 14. Pelaksanaan MRV Pengurangan Emisi Kehutanan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 31

42 Yang harus dilakukan dalam mendukung sistem MRV adalah: 1. Penetapan REL/RL pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota 2. Penyusunan PERDA untuk inventarisasi GRK 3. Penetapan Lembaga Daerah yang bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi GRK 4. Pedoman/Panduan untuk pengumpulan data aktivitas, faktor emisi dan perhitungan emisi dan serapan karbon 5. Pelaksanaan kegiatan Training baik dalam pengumpulan data dan MRV maupun penetapan REL/RL pada tingkat tapak dan perhitungan emisi dan serapan karbon 6. Rencana perbaikan sistem MRV dan inventarisasi GRK ke depan Metode Sistem MRV 1. Sistem MRV Nasional/ Sub Nasional hendaknya dapat menjembatani gap antara ketersediaan citra satelit remote sensing dengan data inventori masa lampau 2. Kombinasi remote sensing (tutupan hutan) dan inventori lapangan (data biomassa) yang diperoleh dari dukungan data dari PSP 3. Metode yang dipilih dalam Monitoring (M) tergantung pada Biaya dan Akses Kemudahan dalam Mendapatkan Citra Satelit Resolusi Tinggi. 4. Menentukan tingkat Tier/kedetilan monitoring Tingkat ketelitian yang dipakai dimulai dari Tier 1, Tier 2 dan Tier 3, semakin tinggi Tier yang digunakan semakin rumit metode yang digunakan. 1. Tier 1 menggunakan persamaan dasar (basic equation) dan default EF (yang disediakan dalam IPCC Guideline) 2. Tier 2 metoda yang digunakan lebih detail a. Digunakan persamaan yang sedikit lebih kompleks [Sumber: Worksheet IPCC Guidelines, 2006] b. Pengukuran langsung data emisi c. Metode lebih rinci (faktor emisi lokal/serapan lokal) 3. Tier 3 Metode paling rinci (faktor emisi/serapan lokal, modeling dan sampling) Tingkat Tier/ kedetilan metode Monitoring (M) akan sangat menentukan bentuk Reporting/Pelaporan (R) dan Verification/Verifikasi (V) atau dengan kata lain monitoring menentukan tingkat akurasi, reliabilitas dan validitas data pemantauan emisi/serapan sektor LULUCF 32 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

43 Beberapa metode Monitoring yang telah dikembangkan: Tingkat Internasional : IPCC GL 2006, Voluntary Carbon Standard (VCS) Tingkat Nasional : SNI 7645:2010 (Klasifikasi Penutup Lahan) dan SNI 7724:2011 (Pengukuran Karbon Lapangan ) Contoh regulasi terkait sistem MRV adalah MRV dalam pengusahaan hutan dalam rangka implementasi REDD+ di Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan Ditjen BPK NO.3/2010 Tentang Sistem MRV Pada Pengusahaan Hutan. Pengukuran dihutan tanaman: 1. Inventori Hutan (homogenous, even age): a. Umur 1 tahun: sampling intensity 0,2%; b. Umur setengah daur: sampling intensity 0,5%; c. Umur tebang: sampling intensity 1%; Peta digital, Remote Sensing a. Forrmat: Shapefile (.shp) geographic latitude-longitude coordinates b. a) area dan nomor blok, b) blok dan pusat koordinat, c) jenis tanaman yang ditanam d) tahun penanaman, dan e) persentase tumbuh tanaman 2. Pengukuran di Hutan Alam Inventori Hutan: a. Pada umur 1 tahun: sampling intensity 0,2%; b. Pada umur setengah daur: sampling intensity 0,5%; c. Pada umur tebang: sampling intensity 1%; Pada tebang pilih tanam jalur (TPTJ) : a. Pada umur 1 tahun: sampling intensity 0,2%; b. Pada umur setengah daur: sampling intensity 0,5% ; c. Pada umur tebang: timber cruising 100%; Peta digital 3. Measurement dalam Pemanenan a. Peta dan tabel isian: blok, volume kayu dan jenis tanaman b. Disupervisi oleh lembaga kehutanan bersertifikat dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, pemanenan hutan dan timber cruising Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 33

44 c. Timber grading dapat diupload dalam or dephut.net. 4. Reporting/ Pelaporan a. Up date setiap tahun b. Data dapat diakses oleh publik c. Bantuan teknis tersedia untuk para pengusaha pemanfaatan hutan 5. Verifikasi a. Up date setiap tahun b. Data dapat diakses oleh publik c. Bantuan teknis tersedia untuk para pengusaha pemanfaatan hutan 2.4 Overview dan Lessons Learned dari Pembangunan PSP untuk Monitoring Karbon Hutan pada Kegiatan FCPF Tahun 2012 Oleh: Mega Lugina, S.Hut, M.For.Sc Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Tingkat kegawatan perubahan iklim global yang disebabkan oleh emisi karbon ke atmosfer tercermin dalam dokumen Kyoto Protokol dan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang menekankan pentingnya usaha ke arah pengurangan emisi karbon serta penyerapan karbon atmosfer. Kerusakan hutan, kebakaran dan pembalakan liar merupakan aktivitas yang akan menambah jumlah karbon di atmosfer. sebanyak 60% emisi di indonesia disebabkan oleh perubahan lahan dan kebakaran gambut. Indonesia sebagai negara dengan luas hutan tropis ketiga di dunia berpotensi menjadi negara penyerap emisi karbon. Total emisi Indonesia pada tahun 2006: 1,79 Gt CO 2 e (termasuk akibat perubahan tutupan lahan dan kebakaran lahan gambut). Lebih dari 60% emisi di Indonesia berasal dari perubahan tutupan lahan dan kebakaran gambut (SNC, 2010). Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26% dengan kemampuan sendiri atau 41% dengan bantuan internasional. Dalam rangka penurunan 34 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

45 emisi tersebut maka dibuat Peraturan Presiden No. 61/2011 tentang RAN GRK. RAN-GRK merupakan dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan baik yang secara langsung maupun tidak langsung menurunkan emisi GRK. RAN- GRK mengamanatkan pemerintah Provinsi untuk menyusun RAD GRK. Hampir semua Provinsi sudah selesai menyusun RAD GRK. Dalam penyusunan RAD GRK informasi cadangan karbon lokal sangat penting untuk diketahui. Perlu kita ketahui bahwa biomassa hutan sangatlah relevan dengan isu perubahan iklim, karena dari keseluruhan karbon hutan ± 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan, seperti yang terlihat pada gambar dibawah berikut: Gambar 15. Metodologi pendugaan cadang karbon hutan The Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) adalah program yang didanai oleh 18 lembaga donor dan dikoordinasikan oleh World Bank. FCPF menyusun suatu kerangka dan proses persiapan REDD+ yang dapat membantu negara-negara partisipan FCPF dalam melakukan persiapan REDD+. Dalam rangka mendukung pelaksanaan REDD+, perhitungan cadangan karbon harus berdasarkan tingkat kerincian yang tinggi untuk meningkatkan akurasi perhitungan. Tujuan pembangunan PSP yang dilakukan oleh FCPF-Puspijak tahun 2012 adalah: 1. Membangun PSP di berbagai tipe hutan di tingkat Provinsi 2. Membangun database cadangan karbon untuk setiap tipe hutan di tingkat Provinsi 3. Melakukan monitoring cadangan karbon hutan di tingkat Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 35

46 Output dari kegiatan pembangunan PSP ini adalah : 1. Terbangunnya PSP untuk monitoring cadangan karbon di tingkat Provinsi 2. Tersedianya database pertumbuhan pohon pada berbagai tipe hutan 3. Tersedianya database cadangan biomasa dan karbon di 5 carbon pools (AGB, BGB, serasah, nekromas, tanah) di tingkat Provinsi Terdapat 5 (lima) kriteria dalam pemilihan lokasi PSP, yaitu: Aman, Aksesibilitas, Keterwakilan, Keberlanjutan, Status kawasan. Pada tahun 2012, FCPF- Puspijak telah melaksanakan pembangunan PSP di lima Provinsi dengan berbagai tipe hutan. Kelima Provinsi tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Prop. Sumatera Barat telah membuat 15 PSP yang mewakili tipe hutan sekunder, agroforestry dan semak belukar. 2. Prop. Sumatera Selatan telah membuat 12 PSP yang mewakili hutan alam primer, sekunder, hutan rakyat dan hutan gambut sekunder. 3. Prop. Sulawesi Utara telah membuat 22 PSP yang mewakili hutan pantai, hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah dan hutan lumut. 4. Prop. Nusa Tenggara Barat telah membuat 22 PSP yang mewakili hutan pantai, hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah dan hutan lumut. 5. Prop. Maluku telah membuat 12 PSP yang mewakili hutan alam primer dan sekunder. Metode Pelaksanaan Pembangunan PSP yaitu 1) Stratifikasi lapangan, 2) Pembangunan PSP, 3) Pengukuran biomasa pada 5 karbon pool: Permukaan atas tanah, permukaan bawah tanah, serasah dan tumbuhan bawah, tanah, dan kayu mati (nekromas) Cadangan karbon di Nusa Tenggara Barat Cadangan karbon terbesar di HKm Santong yaitu di hutan primer, diikuti hutan sekunder dan hutan terdegradasi. Untuk lokasi di KHDTK Rarung, cdangan karbon terbesar terdapat pada plot yang mewakili ekosistem ampupu dan yang terendah pada plot vegetasi campuran. Untuk PSP di lokasi hutan mangrove Jerowaru Lombok Timur karbon tertinggi terdapa pada hutan mangrove vegetasi rapat, diikuti hutan mangrove vegetasi sedang dan karbon terendah terdapat di mangrove vegetasi rusak. 36 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

47 Gambar 16. Plot Inventarisasi pohon dan Destrukctive Sampling Cadangan karbon di Ambon Cadangan karbon terbesar yaitu di hutan primer Pulau Ambon ebesar 445 ton C/ha dan karbon terendah di hutan sekunder Pulau Seram Cadangan karbon di Sumatera Selatan Hasil perhitungan yang dilaporkan belum selesai dan masih merupakan hasil dalam bentuk berat basah biomasa. Masih perlu menyelesaikan perhitungan biomasa kering dan cadangan karbon dari kelima pool karbon. Monitoring PSP atau pengukuran ulang di tahun 2013 akan dilaksanakan dengan sumber pendanaan dari DIPA Puspijak tahun Untuk tahun-tahun berikutnya monitoring PSP diharapkan dapat dilaksanakan oleh pihak terkait dengan pengukuran karbon hutan (Balai Penelitian Kehutanan, Dinas Kehutanan, BPKH, dll.) Untuk itulah besok kita akan melakukan FGD pasca 2014, akan sayang sekali jika PSP tidak dilakukan pengukuran ulang. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 37

48 Monitoring dan pelaporan PSP pasca FCPF (2015) dilakukan setiap 3 tahun sekali. Laporan hasil monitoring PSP diserahkan kepada para pihak terkait dan Puspijak. Kita banyak mendapat saran untuk melakukan pelatihan tentang pengukuran biomasa hutan di tingkat masyarakat, perlu dilakukan monitoring cadangan karbon hutan secara periodik dan perlu melibatkan pengelola kawasan, masyarakat sekitarnya dan Perlu membangun PSP di kawasan yang belum terwakili ekosistemnya. Tantangan kedepan untuk PSP ini adalah Strategi pengelolaan dan pembiayaan monitoring PSP FCPF pasca 2014 yang memerlukan komitmen pihak terkait untuk mengalokasikan anggaran, Rancangan sistem pemantauan karbon hutan FCPF dan Harmonisasi sistem pemantauan karbon hutan FCPF dengan tools-tools lain terkait dengan carbon accounting. 38 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

49 BAB 3 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 39

50

51 3.1 Integrasi National Forest Inventory (NFI) ke dalam Sistem Monitoring Karbon Hutan yang Akan Dibangun di Daerah Oleh: Dr. Ernawati, M.Sc Direktorat IPSDH, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Inventarisasi hutan klaster TSP/PSP TSP dan PSP bukan merupakan barang baru di Kemenhut, sejak tahun 1985 pada saat itu telah dibangun 2376 TSP/PSP. Jarak antar plot inventarisasi hutan nasional adalah 20 km x 20 km. Gambar 17. Peta Sebaran Klaster TSP/PSP Dalam proses Data TSP/PSP perlu dilakukan validasi dan verifikasi data. Validasi dan verifikasi data dilakukan pada tahun 2012 dan 2013.Dari pengukuran PSP dapat ditentukan Jatah Produksi Tebangan (JPT) dari masing-masing HPH.Kemudian pada tahun 2005 JPT di Drop Out menjadi IHMB yang berada di Direktorat Jenderal Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 41

52 Bina Usaha Kehutanan (Dirjen BUK). Ditjen IPSDH kembali pada NFI yang membagi kawasan hutan menjadi 20x20 km. Pengukuran terestrial (TSP/PSP) Validasi data Checking: 1. Format data 2. Informasi klaster Analysa data Perolehan data: 1. Data potensi hutan 2. Data biomassa hutan; 3. Data karbon stok hutan; 4. Data ekosistem; dll Verifikasi data Cross check: 1. Kebenaran data sesuai dengan referensi lainnya; 2. Kebenaran data dng penggunaan lainnya (citra, landsat, alos, dll) Gambar 18. Proses PengukuranPSP dan TSP saat ini Peta lokasi dan Peta penutupan lahan Cek jumlah klaster/plot yang diukur bandingkan dengan luasan Cek pengukuran di lapangan (sesuai??) Peta kerja (termasuk mencapai lokasi) Cek hasil inventarisasi hutan Cek pembagian petak (sesuai dengan methode klaster? Cek lokasi klaster di atas peta (peta induk Klaster) Cek teknik pengambilan sample (sistematik, jalur, stratifikasi) Cek Nilai potensi kayu Cek Jenis dan diameter kayu yang diukur Cek pengukuran kayu di bawah diameter 20 cm Teknik inventarisasi hutan Cek informasi lainnya (tanah, iklim, topografi dll) Gambar 19. Langkah Verifikasi dan Validasi Hasil Inventarisasi Hutan 42 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

53 Jumlah PSP dan TSP di Kawasan Indonesia yang berada dibawah pengawasan BPKH Wilayah I sampai dengan Wilayah XVII pada tahun 2011 sebanyak 277 plot, pada tahun 2012 sebanyak 625 plot dan pada tahun 2013 sebanyak 619 plot. Pada tahun 2014 jangkauan akan diperluas hingga BPKH Wilayah XXII dengan jumlah 599 plot TSP/PSP. Untuk wilayah Sulawesi Utara berada dalam pengawasan BPKH wilayah VI Manado yang jumlahnya pada tahun 2011 sebanyak 23 plot, pada tahun 2012 sebanyak 59 plot, pada tahun 2013 sebanyak 26 plot dan pada tahun 2014 direncanakan sebanyak 25 plot. Inventarisasi terdiri dari enumerasi dan re-enumerasi. Enumerasi dilakukan pada areal tidak atau belum pernah diukur, sedangkan re-inumerasi merupakan pengukuran ulang. Inventarisasi nasionaldilakukan secara terestris atau langsung datang ke lapangan dan dipadukan dengan citra satelit sebagai upaya untuk cross check. INPUT: PETA SPASIAL + DATA ATRIBUT - BATAS ADMINISTRASI - LAND COVER - BATAS HPH - GRID TSP/PSP OUTPUT: - PETA TEMATIK - INFORMASI SUMBER DAYA HUTAN - HASIL ANALISIS LAIN GIS AUXILIARY DATA PENUTUPAN LAHAN/ PENGGUNAAN LAHAN VOLUME TEGAKAN & HUBUNGAN DENGAN STRATIFIKASI DAFTAR GRID KLASTER + STRATA DIAS DATA UNTUK UJI COBA FDS OUTPUT : - HARD COPY INDERAJA - MOSAIK INDERAJA Program Pengolahan Data TSP/PSP OUTPUT : - STATISTIK SUMBER DAYA HUTAN INPUT : - DATA INDERAJA (DIGITAL) - DATA UNTUK UJI COBA INPUT : - MASTER FILE DATA LAPANGAN Kedepannya Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan akan membangun portal data dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana data dapat diakses oleh publik. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 43

54 Nasional (Dit IPSDH) Melaksanakan analysa potensi tegakan, biomassa, carbon dan ekosistem tingkat nasional Tingkat BPKH 1. Melaksanakan IH 2. Melaksanakan entry data 3. Melaksanakan analysa potensi tegakan,bimassa, ekosistem, carbon provinsi PORTAL DATA USERS Gambar 20. Gambar Langkah ke depan yang akan dilakukan Ditjen IPSDH PersiapandanPengu mpulan Data Hasil Inventarisasi Tegakan Citra Perhitungan VolumedanBiomassa Pengkonversian Nilai Dijital Dimensi Tegakan dan Nilai Biomassa Nilai backscatter/reflektansi Overlay Data Analisis Statistik dan Penyusunan Model Pendugaan Potensi dan Biomassa Model Terbaik Perhitungan Overall Accuracy dan Kappa Accuracy Pembuatan Peta Sebaran potensi dan Biomassa Selesai Gambar 21. Gambar TahapanPelaksanaan Pembuatan Peta Potensi dan Peta Biomassa Neraca Sumberdaya Hutan merupakan gabungan antara Manajemen hutan yang baik dengan Regulasi dan Pemikiran Pro Lestari yang akan membentuk Manajemen 44 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

55 Hutan Lestari. Manajemen Hutan yang baik dapat dilihat dari pemantapan kawasan, manajemen pengelolaan dan metode silvikultur yang digunakan. Untuk regulasi dan pemikiran pro lestari dapat lakukan dengan mendukung program REDD+, Penurunan Emisi GRK, Moratorium Hutan, Jasa Lingkungan dan Upaya minimalisasi degradasi dan deforestasi. Dalam rangka mendukung REDD++ diperlukan kelengkapan yang menunjang, diantaranya Sistem Distribusi Manfaat (BDS), sistemmonitoring Reporting and Verification (MRV), Penentuan Reference Emission Level (REL), peningkatan Safeguards, penguatan Institution dan Policy. 3.2 Potensi Penyelarasan INCAS Dan NFMS Serta Perannya Terhadap Sistem Monitoring Pelaporan Emisi Di Tingkat Provinsi Oleh: Dr. Haruni Krisnawati, FORDA INCAS merupakan singkatan dari Indonesian National Carbon Accounting System. Sistem ini merupakan sistem perhitungan karbon yang didisain untuk Mengukur (Measured (M)) emisi dari lahan hutan di Indonesia pada skala nasional (wall-to-wall coverage) secaraperiodik (annual basis) Sistem ini pertama kali didesain tahun yang merupakan kerjasama antara Indonesia Australia. Tergantung pada tujuannya, hasil pengukuran/penghitungan emisi ini dapat dilaporkan (Reported (R)) untuk keperluan Nasional/domestik yang mendukung kebijakan pemerintah, implementasi dan target mitigasi, untuk keperluan internasional dapat dijadikan sebagai dasar pelaporan ke UNFCCC, REDD+, pasar karbon maupun komitmen penurunan emisi. Hasil pelaporan tingkat emisi selanjutnya dapat diverifikasi (Verified (V)) seberapa besar kredibilitasnya. INCAS mengembangkan perhitungan karbon nasional dengan memonitor perubahan luas hutan dan perubahan stok karbon hutan (dari perubahan penggunaan lahan dan aktifitas manajemen). INCAS dikembangkan mengikuti panduan praktis internasional untuk perhitungan karbon dari sector berbasis lahan dan dengan fleksibilitas yang cukup untuk memenuhi persyaratan berbagai pelaporan emisi tahunan Indonesia. Net emisi merupakan perkalian antara faktor emisi dengan data aktivitas. Data aktifitas diperoleh melalui sistem satelit monitoring lahan sedangkan untuk faktor emisi dapat diperoleh dari hasil inventory/ field measurement. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 45

56 INCAS didisain berdasarkan pada empat modul informasi utama (A, B, C, D), dan satu modul (E) yang mengintegrasikan semua data untuk mengkuantifikasi emisi. Modul tersebut diantaranya: 1. Klasifikasi biomasa 2. Analisis perubahan tutupan lahan. 3. Klasifikasi tingkat gangguan hutan 4. Pendugaan stok karbon Data utama untuk analisis berasal dari : 1. Data remote sensing/citra satelit 2. Data inventarisasi/pengukuran hutan 3. Data terkait iklim dan geofisik 4. Data manejemen Model Perhitungan dan Pelaporan Karbon Incas dapat dilihat pada gambar dibawah ini Land cover change data Climate data Carbon Accounting and Reporting Model Land use/ managmnt data Biomass and Growth data Soil data including peatlands Gambar 22. Model Perhitungan dan Pelaporan Karbon Incas 46 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

57 Alur pikir INCAS adalah mengadopsi full carbon accounting dari Australia tetapi semua input data yang digunakan adalah data yang ada dan sesuai kondisi yang ada di Indonesia. Carbon model operation dapat dilihat pada gambar dibawah ini Gambar 23. Carbon model operation Progress kegiatan INCAS sampai saat ini adalah sudah menyelesaikan analisis perubahan tutupan lahan hutan untuk Kalimantan, Sumatera dan Papua, sedangkan data on going adalah Sulawesi. Provinsi contoh untuk kegiatan ini adalah Provinsi Kalimantan Tengah. National Forest Monitoring System (NFMS) dikembangan di Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, yang mencakup inventarisasi hutan, monitoring hutan, networking data spasial dan pemetaan. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 47

58 Gambar 24. Potensi INCAS 1. Komponen utama sistem MRV untuk REDD+ 2. Memonitor perubahan tahunan emisi dan serapan dari sector berbasis lahan 3. Mengkuantifikasi dampak praktek-praktek penggunaan lahan dan hutan di Indonesia terhadap stok karbon, emisi dan serapan 4. Memberikan dasar (secara ilmiah dan teknis) dalam penyusunan kebijakan dan mempromosikan kepentiangan Indonesia dalam forum international 5. Memberikan input yang diperlukan untuk menyusun scenario tingkat emisi acuan (REL/RL) yang dapat dipercaya 6. Didisain untuk menghasilkan output yang diperlukan untuk pelaporan emisi GRK secara nasional dengan implementasi sub-nasional 7. Mendukung Sistem Pemantauan Hutan Nasional (National Forest Monitoring System (NFMS)) dalam membuat kebijakan bagaimana mengelola emisi GRK dari hutan dan mengelola hutan Indonesia dengan baik. 48 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

59 3.3 Strategi Monitoring PSP dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan dengan PSP Lain di Provinsi Sulawesi Utara Oleh: Ir. Sipayung, BPKH Wilayah VI Manado UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan telah mengamanatkan bahwa hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Pada bagian III UU No. 41 Tahun 1999 yaitu Penguasaan Hutan, pasal 4 ayat 2 wewenang mengurus hutan adalah pemerintah. Pada Bab III pasal 10 ayat 2 disebutkan bahwa kegiatan pengurusan hutan meliputi (a) Perencanaan Kehutanan, (b) Pengelolaan hutan, (c) Penelitian dan pengembangan, Pendidikan dan latihan, serta Penyuluhan kehutanan, (d) Pengawasan. Perencanaan kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a, meliputi: 1. Inventarisasi Hutan 2. Pengukuhan Kawasan Hutan 3. Penatagunaan Kawasan Hutan 4. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan 5. Penyusunan Rencana Kehutanan Inventarisasi hutan yang dilakukan Ditjen Planologi berdasarkan Inventarisasi Nasional atau National Forest Inventory (NFI) telah dilaksanakan sejak tahun Dasar-dasar dalam pelaksanaan inventarisasi terdiri dari dasar umum dan dasar teknis. Dasar-dasar umum dalam pelaksanaan Inventarisasi hutan yaitu: 1. UU No. 41 Th tentang Kehutanan 2. Permenhut No. P. 57/Menhut-II/2007 tgl 14 Sep tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Hutan 3. Permenhut No. P. 42/Menhut-II/ 2010 tgl 14 Sep tentang Sistem Perencanaan Kehutanan 4. Permenhut No. P. 16/Menhut-II/2013 tgl 26 Peb tentang Perubahan ketiga atas Kepmenhut No. : 6188/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantapan Kawasan Hutan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 49

60 Dasar-dasar teknis terkait pelaksanaan inventarisasi yaitu: 1. Juknis Enumersi TSP/PSP (Pusat Inventarisasi Dan Perpetaan Kehutanan, Baplan Kehutanan Dephut. Jakarta, 2007). 2. Surat Kapus Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan No. S. 547/VII/ Pusin-2/2007 tgl 19 Sep hal Peta Redesign TSP/PSP Prov. Sulawesi Utara Pelaksanaan Permanent Sample Plot (PSP) Desain TSP/PSP TSP/PSP dibuat pada tahun 90-an yang sampai saat ini terus dipantau. Dana untuk kegiatan ini selalu ada dan konsisten. Tujuan pembangunan TSP adalah untuk menduga volume, mengetahui kondisi tegakan serta distribusi spesies dan biodiversity. 1 (satu) TSP memiliki 9 (sembilan) track, 1 track berukuran 100 X 100 m, jarak antar track adalah 500 m, jadi 1 klaster berukuran 1300 x 1300 m atau 1 kluster dapat mengcover 169 ha (Ditjen Planologi Kementerian Kehutanan). Gambar 25. Gambar Desain TSP 50 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

61 Dalam 1 kluster TSP, track yang berada di pusat yang atau pada gambar diatas track 5 dirinci kembali menjadi PSP. Kegunaan PSP adalah untuk mengetahui perubahan sumberdaya hutan dan mengetahui riap pertumbuhan 4 sampai 5 tahun kedepan. Dalam 1 PSP yang berukuran 100 x 100 m dibagi lagi menjadi 16 Record Unit (RU) sehingga 1 RU berukuran 25x25 m. Gambar 26. Rinci Gambar Desain TSP Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 51

62 Gambar 27. Peta Sebaran TSP/PSP di Provinsi Sulawesi Utara Peta sebaran PSP di Provinsi Sulawesi Utara ini didasarkan pada Surat Kepala Pusat Inventarisasi Dan Perpetaan Kehutanan No. S. 547/VII/Pusin-2/2007 tanggal 19 September 2007 perihal Peta Redesign TSP/PSP Prov. Sulawesi Utara. Jumlah klaster sebanyak 39 klaster yang terdiri dari 9 klaster lama dan 30 kluster baru. Dari gambar peta diatas dapat dilihat simbol yang berwarna ungu merupakan titik pengukuran pada tahap awal di provinsi Sulawesi Utara dengan koordinat yang jelas dimana enumerasi dilakukan.pada awalnya jarak antar plot yang dibuat adalah sebesar 20 km, namun karena adanya deforestasi jarak dirapatkanatau di redesign menjadi per 10 km. Kedepannya, apabila deforestasi semakin tinggi maka jarak antar plot pun akan dibuat semakin dekat. Penjagaan lokasi PSP BPKH tidak dilakukan karena ingin mengetahui dinamika hutan ada. 52 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

63 Tabel 6. Tabel Rincian Sebaran PSP pada tiap Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. No Kabupaten/Kota Jumlah Klaster 1 Bolmong 11 2 Bomut 7 3 Bolsel 9 4 Boltim 5 5 Minahasa 1 6 Minut 3 7 Kepulauan Talaud 1 8 Bitung 1 9 Tomohon 1 10 Minsel - 11 Mitra - 12 Sangihe - 13 Sitaro - 14 Manado - Jumlah 39 Terdapat perbedaan antara PSP yang dibangun oleh Ditjen Planologi dan PSP yang dibuat oleh Litbang. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: No Uraian Planologi Litbang 1 Kondisi Inventarisasi Hutan Nasional (IHN) : Enumerasi (20 x 20 Km) Re Enumerasi Redesign (10 x 10 Km) 2 Metode Sistematis 3 Ukuran Sampel Pohon (sensus) 100 x 100 m Tiang rad. 5 m dr pusat RU/plot Pancang rad. 2 m dr pusat RU/plot Semai rad. 1 m dr pst RU/plot Rotan (ank rad. 5, rad 10 dws) Tipe ekosistem : Pantai, dtran rndh, dtrn tinggi dan lumut Stratifikasi purposive random sampling Pohon 20 x 20 m Tiang 10 x 10 m Pancang 5 x 5 m Semai, tbh bw & serasah 1 x 1 m Nekromasa 10 x 20 m ( ky mati & phn mt) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 53

64 No Uraian Planologi Litbang 4 Parameter Pohon ( Ø dbh, Tbbc dan TT, jenis) Tiang (Ø dbh, jenis) Pancang (jml, jenis ) Semai (jml, jenis ) Rotan, ank (jml,jenis). Dws (pjg, jml,jenis) Pohon (Ø dbh & jenis, Tinggi) Tiang (Ø dbh, jenis, Tinggi) Pancang (dbh, jenis, Tinggi) Semai,tbh bw & serasa (berat) Kyu mati (dbh, ujng & pngkl) Akar 5 Periode 4-5 tahun Tiap tahun 6 Output Riap, vol Basis data cadangan carbon & perubahanya Pengintegrasian PSP antara yang dimiliki Ditjen Planologi dengan Litbang dapat dilakukan mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan pengolahan data. Pada tahap persiapan BPKH dan BPK Manado bisa mempersiapkan sample plot yang akan diukur pada waktu yang sama agar transparan dan efektif. Pada saat pelaksanaan pengukuran, tim/regu yang terlibat pengukuran dapat digabungkan. Pada saat pengolahan data, dapat dilakukan sharing data untuk data pada tingkat pohon. Degradasi hutan di Sulawesi Utara menyebabkan 14 Klaster yang dibangun pada tahun 1989 hanya tersisa 9 pada tahun 2013 ini. Pengintegrasian pelaksanaan PSP merupakan upaya positif yang harus dilaksanakan dengan serius dan memerlukan komitmen dari berbagai pihak untuk singkronisasi data. Pengintegrasian pelaksanaan PSP ini perlu dukungan dan regulasi agar tidak tumpang tindih tugas dan kewenangan. 3.4 Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak pada Tingkat Provinsi untuk Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan Oleh: Dr. Johny S. Tasirin, Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Sam Ratulangi, Manado Kebijakan dalam menghadapi climate change adalah Mitigasi dan Adaptasi. Adaptasi adalah upaya menyesuaikan dengan perubahan sedangkan Mitigasi adalah upaya mencegah atau menghentikan perubahan iklim. Upaya yang harus dilakukan terkait adaptasi perubahan iklim dari berbagai aspek diantaranya: 54 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

65 3.4.1 Sumber-sumber air dan pengelolaannya Menghindari risiko akibat ketidakpastian hidrologi Ekosistems 1. Mencegah kepunahan tumbuhan dan satwa 2. Mencegah perubahan struktur dan fungsi ekosistem 3. Mencegah menghilangnya jasa ekosistem Pangan, sandang dan produk kehutanan Mengantisipasi pengubahan kultivar dan waktu tanam Daerah pantai dan pesisir Meningkatkan kapasitas adaptasi Industri dan settlement 1. Kesiagaan bencana terutama di daerah pantai dan medan banjir 2. Peningkatan kapasitas bagi industri yang sensitif terhadap iklim Kesehatan Masyarakat Mengantisipasi perubahan distribusi penyakit. Sedangkan upaya yang harus dilakukan terkait mitigasi perubahan iklim dari berbagai aspek diantaranya: Menangkap karbon (dan Gas Rumah Kaca lainnya) 1. Penghutanan 2. Produksi biologi berwawasan lingkungan (laut dan darat) 3. Memelihara keanekaan hayati (laut dan darat) Mengurangi emisi 1. Hemat energi 2. Meningkatkan efisiensi Mengembangkan energi alternatif 1. Biofuel 2. Energi Surya Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 55

66 Mengubah gaya hidup Produktif dan Pengamatan hutan untuk akumulasi karbon dapat dilihat dari aspek: 1. Tumbuhan, berada pada tipe vegetasi apa dan kondisi lantai hutan 2. Satwa, merupakan konsumen primer (herbifora) atau konsumen sekunder (karnifora) 3. Dekomposisi, yang dipengaruhi variasi musim, elevasi dan variasi ekosistem Berikut adalah gambar untuk skema hutan untuk akumulasi karbon. Pohon Lantai Hutan Konsumer primer (herbifora) Konsumer sekunder (karnifora) Standing Biomass Predictive Trending Carbon Balance Ecosystem Contribution Variasi Musim Elevasi Carbon Equivalent Net Carbon Equivalent Variasi Ekosistem Ekosistem Organisme Serasah Debris Sosial Perguruan Tinggi Badan/Balai Penelitian Dinas Kehutanan BKSDA Taman Nasional BPKH BPDAS Lingkungan Hidup Bappeda Akumulasi Biomasa Laju Dekomposisi Neraca Karbon Sinkronisasi Data Diseminasi Hasil Gambar 28. Skema hutan untuk akumulasi karbon Karakteristik bentangan Sulawesi Utara dapat dijadikan sebagai Laboratorium untuk Studi Global. Sulawesi Utara memiliki Keanekaragaman hayati dengan tingkat keunikan yang tinggi, Variasi ekosistem yang kompleks, Keunikan geologis dengan tanah dalam pengaruh vulkanik, Tingkat alterasi lahan tinggi dan Potensi restorasi alami tinggi. 56 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

67 BAB 3 Kesimpulan dan Rekomendasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 57

68

69 4.1 Kesimpulan Workshop ini telah berhasil merumuskan strategi pengelolaan PSP secara berkelanjutan, terciptanya persamaan persepsi tentang peran dan tanggung jawab para pihak di tingkat Provinsi dalam pemantauan karbon hutan dan memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan terkait pengelolaan PSP dan pemantauan karbon hutan tingkat Provinsi. 4.2 Rekomendasi 1. Perlu ada pengenalan/sosialisasi lebih lanjut mengenai PSP dan signifikansinya bagi daerah 2. Pihak yang menjadi lead atau yang bertanggung jawab sebagai koordinator atas pengelolaan PSP adalah Bappeda dan BPKH 3. Untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan PSP perlu didukung dengan Komitmen semua pihak, Kebijakan pemerintah (pusat), Sosialisasi dan pelatihan, PSP dijadikan sebagai pelengkap sertifikasi para pemegang ijin dan Penambahan jumlah PSP 4. Perlu ditetapkan kebijakan dari pusat untuk membuat sistem monitoring & pelaporan PSP yang akan dikoordinasikan oleh pihak penanggung jawab (Bappeda & BPKH) 5. Sistem pendanaan PSP di masa yang akan datang dapat didanai dari: a. Pihak pemerintah mengikuti ketentuan yang ditetapkan (APBN & APBD) b. Pihak swasta sebagai kewajiban internal c. Bantuan asing dapat diupayakan melalui akuntabilitas dan transparasi yang jelas 6. Koordinasi lintas sektoral dalam penyusunan RAD GRK dan SRAP REDD+ yang masih lemah perlu ditindaklanjuti dengan koordinasi antar pokja menjadi pokja lintas sektoral yang saling mengisi dan mudah di akses. 7. Perlu dikumpulkan data dan informasi setiap tipe ekologi, citra resolusi sangat tinggi, data lingkungan/biofisik untuk mendukung kelengkapan data terkait penyusunan RAD- GRK 8. Perlu dilakukan training dalam rangka monitoring karbon hutan 9. Perlunya clearing data peta Provinsi Sulawesi Utara 10. Aktor yang terlibat dalam monitoring Karbon Hutan: a. Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 59

70 b. UPT Kemenhut: BKSDA, Taman Nasional, BPKH, BPK Manado c. Akademisi d. Para Pemegang Ijin IUPHHK 11. Koordinator pelaksanaan monitoring karbon hutan di Provinsi Sulawesi Utara adalah BAPPEDA 12. Draft SK monitoring karbon hutan akan dibuat oleh Dinas Kehutanan dan di koordinasikan dengan BAPPEDA dan pihak terkait. 60 Kesimpulan dan Rekomendasi

71 Lampiran

72

73 Lampiran 1. Agenda Kegiatan AGENDA KEGIATAN LOKAKARYA STRATEGI MONITORING PSP DI TINGKAT PROVINSI MANADO, AGUSTUS 2013 Waktu Agenda Pembicara Penanggungjawab Hari I: 20 Agustus Registrasi Panitia Acara Pembukaan Doa Arahan dan Sambutan Panitia Keynote Speech Pengantar Penyeleggara Pengantar Kapuspijak Sambutan Dishut BPK Manado Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Staf Ahli Menteri Bidang Pengembangan SDM dan Reformasi Birokrasi Kapuspijak Dinas Kehutanan Sesi 1: Strategi Monitoring PSP untuk mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Presentasi: 1. Strategi dan Kebijakan Provinsi Sulawesi Utara untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) 2. Overview dan Lessons Learned Pembangunan PSP FCPF tahun Program dan Kegiatan Daerah untuk Mencapai Target Penurunan Emisi : Pengalaman Pembangunan PSP dan Rencana Pengelolaan PSP pasca 2014 di Provinsi Sulawesi Utara 4. Konsep dan metode sistem MRV dalam REDD+ Ir. Royke O. Roring, M.Si, Kepala BAPPEDA Provinsi Sulawesi Utara Mega Lugina, S.Hut., M.For. Sc Dr. Ir. Mahfudz, MP. Dr. I Wayan S. Dharmawan Moderator: Dr. John Tasirin Notulis: Galih Kartikasari, S.Hut.M.Sc., Ratna Widyaningsih, S.Kom Diskusi Sesi 2: Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang terintegrasi dan partisipatif di Provinsi Presentasi: 1. Integrasi National Forest Inventory (NFI) ke dalam Sistem Monitoring Karbon Hutan yang akan dibangun di Daerah Dr. Ernawati, Direktorat IPSDH, Ditjen Planologi Moderator: Ir. Achmad Pribadi, M.Sc Notulis: Leni Wulandari, S.Hut., Elisda Damayanti, S.Hut. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 63

74 Waktu Agenda Pembicara Penanggungjawab 2. Potensi Penyelarasan INCAS dan NFMS serta perannya terhadap Sistem Monitoring Pelaporan Emisi di Tingkat Provinsi 3. Strategi Monitoring PSP dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan dengan PSP lain di Provinsi Sulawesi Utara 4. Peran dan Tanggung Jawab para Pihak pada Tingkat Provinsi untuk Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan Diskusi Pembentukan kelompok FGD dan briefing untuk hari ke-2 Dr. Haruni Krisnawati Ir. Sipayung, BPKH Wilayah VI Manado Dr. John Tasirin ISHOMA Panitia FGD Kelompok 1: Strategi Pengelolaan PSP di Tingkat Provinsi Kelompok 2: Rancangan Sistem Monitoring Karbon Hutan Tingkat Provinsi Fasilitator Kelompok 1: Dr. Martina Langi Notulis: Galih Kartikasari, S.Hut.M.Sc., Ratna Widyaningsih, S.Kom. Fasilitator Kelompok 2: Dr. I Wayan Susi Dharmawan Notulis: Bayu Subekti, SIP., M.Hum, Leni Wulandari, S.Hut Coffee Break Sidang Pleno Moderator: Ir. Achmad Pribadi, M.Sc Perumusan Hasil Lokakarya Ir. Retno Maryani, M.Sc Bayu Subekti, SIP., M.Hum Hari II: 21 Agustus Berkumpul di depan hotel dan Panitia Persiapan Perjalanan menuju PSP Peninjauan PSP dan Kegiatan Penanaman ISHOMA Penutupan Perjalanan Kembali Ke Manado 64 Agenda Kegiatan

75 Lampiran 2. Presentasi 1. Strategi dan kebijakan provinsi Sulawesi Utara untuk mencapai target penurunan emisi PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA STRATEGI DAN KEBIJAKAN PROVINSI SULAWESI UTARA UNTUK MENCAPAI TARGET PENURUNAN EMISI : Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) OLEH : IR. ROYKE O. RORING, MSi 1 KEPALA BAPPEDA PROVINSI SULAWESI UTARA MANADO, 20 AGUSTUS 2013 Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) 1. Wujud komitmen Indonesia untuk menurunkan pemanasan global/ emisi GRK secara sukarela Komitmen Presiden RI dalam G20 Meeting (Pittsburg, September 2009) 26% unilateral/upaya sendiri 41% Upaya sendiri dan dukungan internasional 2. RAN-GRK: Pendekatan ganda guna mengalokasikan upaya-upaya mitigasi Sektoral Regional Pertanian; Kehutanan Lahan Gambut; Energi dan Transportasi; Industri, Limbah; Kegiatan pendukung lainnya Pengembangan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD GRK) 2 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 65

76 3 Komitmen Presiden pada G-20 Pittsburgh dan COP15 Menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun % 26+15=41% Upaya sendiri Upaya Sendiri dan Dukungan internasional 3 PERPRES 61/2011 TTG RAN GRK INPRES 71/2012 TTG IVENTARISASAI GRK SEB MENDAGRI BAPPENAS KEMEN LH 3 PERAN PEMERINTAH Pemerintah (Government) PUSAT DAERAH Pemerintahan daerah merupakan sub sistem pemerintahan secara nasional Memiliki peran yang signifikan dalam mewujudkan pencapaian target nasional Melalui Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dalam kewenangannya masing-masing 4 66 Presentasi

77 PERAN PROVINSI KE KAB/KOTA PROVINSI PERAN PROVINSI KAB/KOTA DI WIL.NYA mengoordinasikan Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah Ketentuan PP No. 23 tahun 2011 & PP 19 (Gub sbg wakil pem pusat) 5 KETERKAITAN ATURAN DG PENURUNAN EMISI GRK Substansi keuangan pusda: UU No. 33 Thn 2004 (PKPD) & PUU t kait SUBSTANSI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 32 Thn 2004 (Pemerintahan Daerah) PP No. 38 Thn 2007 (Urs. Pemerintahan) Lampiran PP PP No. 41 Thn 2007 (Organisasi PD) UU No.26 Thn 2006 TTG PR UU No. 32 Thn 2009 (PPLH) UU No. 41 Thn 1999 TTG KEHUTANAN UU No. 41 Thn 2009 TTG PLP2B PERPRES No. 61 Thn 2011 TTG RAN GRK SUBSTANSI PENURUNAN EMISI GRK Substansi perencanaan pusda: UU No. 25 Thn 2005 (SPPN) & PUU t kait 6 TUJUAN DESENTRALISASI Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 67

78 Hubungan kebijakan Pemerintah dengan Pemda dalam pencapaian penurunan EGRK Lingkungan Hidup merupakan Urusan Wajib Daerah (UU No. 32 tahun 2004) PERPRES 61/11 TTG GRK GUBERNUR 7 Pembagian Urusan Pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota) (PP No. 38 Tahun 2007 ) Organisasi Daerah (PP No. 41 tahun 2007) Tahapan Perencanaan Daerah Permendagri No.54 / 2010 tentang Pelaksanaan PP No.8 / 2008 (RKPD/RPJMD/RENSTRA SKPD) Tim Koord.Penyusun RAD-GRK P. Jawab : Gubernur Ketua : Sekretaris Daerah Sekretaris : Kepala Bappeda Anggota : Kepala SKPD tergabung dalam Pokja-pokja RAD GRK (Peraturan Gubernur Nomor: 56 Tahun 2012) ISSUE PERUBAHAN IKLIM SEBAGAI URUSAN WAJIB URUSAN U R U S A N B E R S A M A APBN : DAK-LH Luar Negeri Masyarakat/ Swasta LINGKUNGAN HIDUP(PERUBAHAN IKLIM) UU No.32 TAHUN 2004 MENJADI URUSAN WAJIB DAERAH PP No.38 / 2007 : PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PP No.41 / 2007 PERENCANAAN DAERAH PP No.8 / 2008 PERMENDAGRI No.54 / 2010: RKPD/RPJMD/RENSTRA SKPD APBD PERGUB RAD-GRK PRESIDEN KOMITMEN INTERNASIONAL RAN GRK PERPRES 61 / 2011 GUBERNUR BUPATI / WALIKOTA Stakeholder lainnya 8 68 Presentasi

79 RAD-GRK DALAM PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (PROVINSI) RPJPN RPJMN APBN RAN-GRK RAD -GRK RPJPD RPJMD RKPD APBD RENSTRA SKPD RENJA SKPD 9 STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI SULUT DALAM RANGKA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA. PERATURAN GUBERNUR NOMOR. 56 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PROV. SULUT 10 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 69

80 11 I. SEKTOR KEHUTANAN 1. Pengembangan Pengelolaan Hutan Berbasis Spasial 2. Penataan Ruang untuk kejelasan dan kepastian wil;ayah berbasis spasial 3.Memperbaiki kriteria dan standard pengelolaan hutan lestari 4. Penguatan kelembagaan KPH agar bisa secara operasional sampai pada tingkat tapak. 5. Memasukkan aturan-aturan lokal (aturan adat) dalam kebijakan daerah. 6. POKJA sebagai Forum Koordinasi dan bukan eksekutor, yang akan memberikan rekomendasi dan menggerakkan para pihak di daerah. 12 II. SEKTOR TRANSPORTASI YANG DILAKSANAKAN PADA TAHUN 2013 INI, SBB : 1. PELATIHAN SMART DRIVING SEBESAR 0,003 CO2eg 2. PENGEMBANGAN BUS RAPID TRANSIT (BRT)/TRANS KAWANUA SEBESAR 0,029 CO2eg 3. ANDALALIN (ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS) SEBESAR 0,082 CO2eg. 4. ATCS SEBESAR 0,066 CO2eg 5. AWAK KENDARAAN UMUM TELADAN (AKUT) SEBESAR 0,003 CO2eg. 7. PELAJAR PELOPOR KESELAMATAN JALAN SEBESAR 0,002 CO2eg. 8. PEREMAJAAN ARMADA ANGKUTAN UMUM 0,021 CO2eg TAHUN Presentasi

81 III. SEKTOR ENERGI KEGIATAN AKSI MITIGASI DILAKUKAN DENGAN PEMNFAATAN ENERGI TERBARUKAN (OFF GRID) DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SOLAR HOME SYSTEM (PLTS SHS) DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA PENERANGAN JALAN UMUM (PLTS PJU). DARI PROPGRAM DAN KEGIATAN TERSEBUT, PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA YANG BERHASIL DICAPAI PADA TAHUN 2011 ADALAH SEBESAR 54,24 TON CO2e DAN PADA TAHUN 2012 ADALAH SEBESAR 84,58TON CO2e. 13 IV. SEKTOR LIMBAH Program Mitigasi yang dilakukan dalam menurunkan emisi GRK dari sektor limbah : 1. Minimasi Sampah dengan cara penambahan jumlahtpst 2. Rehabilitasi TPA 3. Penggunaan Jamban Septic Tank dan IPAL Komunal 14 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 71

82 KEMAJUAN RAD SULAWESI UTARA SEKTOR LIMBAH SK GUB. TTNG POKJA RAD GRK SULUT PERSIAPAN PELATIHAN INVENTARISASI RAD GRK SULAWESI UTARA MELIBATKAN KABUPATEN/KOTA DAN INSTANSI TERKAIT PROVINSI PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA MENGGUNAKAN WORKSHEET / EXCEL MENDAPATKAN DATA BAU SEKTOR LIMBAH PENYUSUNAN MITIGASI EMISI GRK 16 KATA AKHIR KEBERHASILAN PENURUNAN GRK SANGAT TERGANTUNG DARI KEPASTIAN PEMBAGIAN TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAN PEMDA, DPRD MAUPUN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN SERTA PENDANAANNYA. PENGUATAN TIM KOORDINASI DI TK PROPINSI SEBAIKNYA DITUNJANG DG KEBERADAAN TIM KOORDINASI DI TK KAB/KOTA. RENCANA TARGET CAPAIAN PENURUNAN GRKD TERINTGRASI KEDALAM DOKRENDA. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN SECARA UMUM MAUPUN TEKNIS DILAKSANAKAN SECARA BERJENJANG DAN SESUAI DENGAN TUGAS DAN FUNGSINYA. 72 Presentasi

83 TERIMA KASIH Overview dan Lessons Learned dari Pembangunan PSP untuk Monitoring Karbon Hutan pada Kegiatan FCPF Tahun 2012 OVERVIEW DAN LESSONS LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Manado, Agustus 2013 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 73

84 LATAR BELAKANG Perubahan iklim berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Indonesia sebagai negara dengan luas hutan tropis ketiga di dunia berpotensi menjadi negara penyerap emisi karbon. Total emisi Indonesia pada tahun 2006: 1,79 Gt CO 2 e (termasuk akibat perubahan tutupan lahan dan kebakaran lahan gambut). Lebih dari 60% emisi di Indonesia berasal dari perubahan tutupan lahan dan kebakaran gambut (SNC, 2010). Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26% dengan kemampuan sendiri atau 41% dengan bantuan internasional. Perpres No. 61/2011 tentang RAN GRK mengamanatkan Pemerintah Provinsi untuk menyusun RAD GRK. Pentingnya informasi cadangan karbon lokal dalam penyusunan RAD GRK. LATAR BELAKANG MENGAPA BIOMASA HUTAN SANGAT RELEVAN DGN ISU PERUBAHAN IKLIM? FOTOSINTESIS FOTOSINTAT PENYUSUN BIOMASSA SNI 7724 Penggunaan beberapa metodologi untuk pendugaan cadangan karbon hutan (VCS, IPCC GL 2006 dan lain-lain) PENDUGAAN CO 2 74 Presentasi

85 LATAR BELAKANG The Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) adalah program yang didanai oleh 18 lembaga donor dan dikoordinasikan oleh World Bank. FCPF menyusun suatu kerangka dan proses persiapan REDD+ yang dapat membantu negara-negara partisipan FCPF dalam melakukan persiapan REDD+ Dalam rangka mendukung pelaksanaan REDD+, perhitungan cadangan karbon harus berdasarkan tingkat kerincian yang tinggi untuk meningkatkan akurasi perhitungan. Pembangunan Petak Ukur Permanen/Permanent Sampling Plots (PSPs) -- > mengembangkan data cadangan karbon lokal -- > meningkatkan kualitas data regional dan nasional dalam rangka mendukung sistem MRV dalam perhitungan karbon dan emisi. TUJUAN Membangun PSP di berbagai tipe hutan di tingkat provinsi. Membangun database cadangan karbon untuk setiap tipe hutan di tingkat provinsi. Melakukan monitoring cadangan karbon hutan di tingkat provinsi. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 75

86 OUTPUT Terbangunnya PSP untuk monitoring cadangan karbon di tingkat provinsi. Tersedianya database cadangan biomasa dan karbon di 5 carbon pools (AGB, BGB, serasah, nekromas, tanah) di tingkat provinsi. KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PSP (1) keamanan (2) aksesibilitas (3) keterwakilan (4) keberlanjutan (5) status kawasan 76 Presentasi

87 LOKASI PEMBANGUNAN PSP FCPF 1. SUMATERA BARAT 3. SULAWESI UTARA 2. SUMATERA SELATAN 5. MALUKU 4. NTB JUMLAH DAN TIPE LOKASI PSP (2012) SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SULAWESI UTARA NTB MALUKU 15 PSP Ht. sekunder, agroforestry, semak belukar. 12 PSP Hutan alam primer, sekunder, hutan rakyat, hutan gambut sekunder. 22 PSP Hutan pantai, ht. dat. tinggi, ht. dat. rendah, ht. lumut. 33 PSP HKm, KHDTK dan hutan mangrove. 12 PSP Hutan alam primer dan sekunder. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 77

88 METODE Stratifikasi Lapangan Pembangunan Permanent Sampling Plot (PSP) Pengukuran biomasa 5 pool karbon : 1. Permukaan atas tanah 2. Permukaan bawah tanah 3. Serasah dan Tumbuhan bawah 4. Tanah 5. Kayu mati (nekromas) Pembangunan Plot Ukur untuk Inventarisasi Pohon dan Destructive Sampling untuk Beberapa Pohon Terpilih 1 m x 1 m = serasah, tumbuhan bawah 2 m x 2 m = semai (DBH < 2,5 cm) 5 m x 5 m = pancang (DBH 2,5 9,9 cm) 10 m x 10 m = tiang (DBH 10,0 19,9 cm) 20 m x 20 m = pohon (DBH 20,0 cm) = tutupan tajuk yang diukur = garis transek untuk pengukuran kayu mati 10 m 5 m 2 m 1 m 2 m 5 m 1 m 10 m 5 m 2 m 1 m 2 m 5 m 1 m 20 m 20 m 20 m 10 m 10 m 20 m 50 m 20 m 50 m 10 m 5 m 2 m 1 m 2 m 5 m 1 m 10 m 20 m 78 Presentasi

89 HASIL PEMBANGUNAN PSP SUMATERA BARAT Hutan Nagari Simancuang, Kab. Solok Selatan SUMATERA BARAT C stock (tc/ha) 21,26 Hutan Sekunder muda 85,69 198,08 Hutan Sekunder 1200 mdpl 95,59 Hutan Sekunder 800 mdpl 139,34 Agroforestri kayu manis Semak belukar/kebun tradisional Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 79

90 HASIL PEMBANGUNAN PSP CA Tangkoko-Dua Saudara, KPHP Poigar dan HL Gunung Tumpa SULAWESI UTARA SULAWESI UTARA C stock (tc/ha) 142,72 135,94 120,83 153,38 Hutan pantai Hutan Dataran Rendah Hutan Pegunungan Hutan Lumut 80 Presentasi

91 HASIL PEMBANGUNAN PSP NUSA TENGGARA BARAT HKm Santong, Kab. Lombok Utara; KHDTK Rarung, Kab. Lombok Tengah; dan hutan mangrove di Jerowaru, Kab. Lombok Timur NUSA TENGGARA BARAT Cadangan Karbon di HKm Santong Cadangan Karbon di hutan mangrove Jerowaru Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 81

92 HASIL PEMBANGUNAN PSP MALUKU KPHP Unit IV Kab. Seram Bagian Barat dan KPHL Unit XIV Kota Ambon MALUKU C stock (tc/ha) 251, , , ,013 Hutan Primer P. Seram Hutan Sekunder P. Seram Hutan Primer Ambon Hutan Sekunder Ambon 82 Presentasi

93 HASIL PEMBANGUNAN PSP Kota Pagar Alam, Kab. Empat Lawang, Kab. Banyuasin, Kab. Musi Banyuasin dan PT REKI SUMATERA SELATAN SUMATERA SELATAN Hasil perhitungan yang dilaporkan BELUM SELESAI dan masih merupakan hasil dalam bentuk berat basah biomassa. Masih perlu menyelesaikan perhitungan biomassa kering dan cadangan karbon dari kelima pool karbon Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 83

94 MONITORING PSP Monitoring PSP tahun 2013 akan dilaksanakan dengan sumber pendanaan dari DIPA Puspijak tahun Untuk tahun-tahun berikutnya monitoring PSP diharapkan dapat dilaksanakan oleh pihak terkait dengan pengukuran karbon hutan (Dinas Kehutanan, Balai Penelitian Kehutanan, Perguruan Tinggi, BPKH, dll.). Monitoring dan pelaporan PSP pasca FCPF (2015) dilakukan setiap 3 tahun sekali. Laporan hasil monitoring PSP diserahkan kepada para pihak terkait dan Puspijak. SARAN Perlu adanya pelatihan tentang pengukuran biomasa hutan di tingkat masyarakat. Perlu dilakukan monitoring cadangan karbon hutan secara periodik. Perlu melibatkan pengelola kawasan dan masyarakat sekitarnya. Perlu membangun PSP di kawasan yang belum terwakili ekosistemnya. 84 Presentasi

95 TANTANGAN Strategi pengelolaan PSP FCPF pasca Pembiayaan kegiatan monitoring PSP FCPF. pasca > komitmen pihak terkait untuk mengalokasikan anggaran. Rancangan sistem pemantauan karbon hutan FCPF. Harmonisasi sistem pemantauan karbon hutan FCPF dengan tools-tools lain terkait dengan carbon accounting. TERIMAKASIH Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 85

96 SISTEMATIKA PELAPORAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan SISTEMATIKA PELAPORAN BAB 2. METODOLOGI BAB 3. KONDISI UMUM PSP A. Deskripsi lokasi dan spesifikasi PSP B. Aksesibilitas dan keamanan C. Tipe ekosistem D. Status kawasan dan kepemilikan E. Kondisi sosekbud masyarakat F. Keberlanjutan Pengelolaan PSP BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan alometrik lokal 86 Presentasi

97 SISTEMATIKA PELAPORAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Biomassa Atas Permukaan B. Perhitungan Biomassa Bawah Permukaan (Nisbah Pucuk Akar) C. Perhitungan Serasah D. Perhitungan Nekromas E. Perhitungan Karbon Organik Tanah F. Perhitungan Total Biomassa BAB 5. PENUTUP DATABASE PSP : Biomasa atas permukaan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 87

98 DATABASE PSP :Biomasa bawah permukaan DATABASE PSP : Biomasa Nekromas 88 Presentasi

99 DATABASE PSP : Biomasa Serasah DATABASE PSP : Biomasa Tanah Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 89

100 DATABASE PSP : Cadangan karbon 5 pool karbon 3. Program dan Kegiatan Daerah untuk Mencapai Target Penurunan Emisi PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH UNTUK MENCAPAI TARGET PENURUNAN EMISI PENGALAMAN PEMBANGUNAN PERMANENT SAMPLING PLOT (PSP) DAN RENCANA PENGELOLAAN PSP PASCA 2014 DI PROVINSI SULAWESI UTARA Oleh : Balai Penelitian Kehutanan Manado 90 Presentasi

101 LATAR BELAKANG Ditjen Planologi Kementerian Kehutanan pada tahun 2010 telah menentukan Tingkat Emisi Referensi (Reference Emission Level, REL), Sulawesi Utara berada pada urutan ke-26 dari 33 provinsi di Indonesia. Sulawesi Utara dapat berkontribusi dalam penurunan emisi sebesar 0,46% atau Ton CO2e dari total target penurunan emisi Indonesia sampai tahun 2020 melalui skenario Business As Usual atau tanpa ada rencana aksi. Permasalahn Tekanan terhadap hutan masih tinggi dan lahan kritis masih cukup luas PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH UNTUK PENURUNAN EMISI Pemantapan kawasan konservasi dan Lindung Pembangunan hutan tanaman rakyat, hutan rakyat maupun kegiatan rehabilitasi hutan Menekan laju perusakan hutan dan pengurangan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan, Pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan (ecotourism and environmental services), Pengembangan usaha skala kecil (small scale enterprise). Pengembangan energi terbarukan seperti mikrohidro di kawasan penyangga dan desa terpencil. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 91

102 Pemantapan Kawasan Konservasi Pengembangan Hutan Tanaman dan Bimbingan Teknis Kebersamaan dalam pengamanan hutan Ekoturisme dan insentif mikrohidro energi PEMBANGUNAN PERMANENT SAMPLING PLOT (PSP) Tujuan: mendukung sistem penghitungan dan pelaporan karbon beserta perubahannya yang dapat diverifikasi (Measurable, Reportable and Verifiable) = Stok Karbon Hutan di Provinsi Sulawesi Utara Kerjasama antara Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan dengan Balai Penelitian Kehutanan Manado, dalam kerangka Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) : Presentasi

103 LOKASI PERMANENT SAMPLING PLOT HL Gunung Tumpa CA Tangkoko- Dua Saudara KPHP Poigar Lokasi, tipe ekosistem hutan dan jumlah plot No Lokasi Ekosistem Hutan Jumlah Plot 1. KPHP Poigar Hutan Dataran Rendah 3 2. CA Tangkoko-Dua Saudara Hutan Pegunungan 3 Hutan Pantai 3 Hutan Dataran Rendah 3 Hutan Pegunungan 3 Hutan Lumut 3 3. HL Gunung Tumpa Hutan Dataran Rendah 4 Total 22 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 93

104 Komponen biomasa yang diukur: biomasa atas permukaan (pohon, tiang, pancang, semai, tumbuhan bawah) biomasa bawah permukaan (akar) serasah nekromasa (kayu mati) Acuan Pembuatan PSP SNI 7724: 2011 tentang Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting) TAHAPAN KEGIATAN DI LAPANGAN Pengangkutan patok Patok yang sudah terpasang Pengukuran diameter pohon Pengukuran dimensi nekromasa Pengukuran tinggi pohon Tanda diameter dan tagging nomor pohon 94 Presentasi

105 Pengambilan contoh serasah Pengukuran tumbuhan bawah Papan plot Penimbangan contoh serasah Pengeringan contoh Hasil Rekapitulasi Total Biomasa Lokasi dan Tipe Komponen Biomasa Total Biomasa Hutan Atas Bawah Nekromasa Serasah (ton/ha) permukaan* permukaan* I. CA Tangkoko-Dua Saudara Hutan Pantai Hutan Dataran Rendah Hutan Dataran Tinggi Hutan Lumut II. KPHP Poigar Hutan Dataran Rendah Hutan Dataran Tinggi III. HL Gunung Tumpa Hutan Dataran Rendah Keterangan: menggunakan persamaan dari Badan Litbang Kehutanan Total dry weight=0,1728(dbh) 2,2234 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 95

106 Biomassa tiap lokasi ton/ha Biom assa ( to n ) CA Tangkoko Dua Saudara KPHP Poigar Lokasi HL Gunung Tumpa Konversi Biomasa CA Tangkoko Dua Saudara KPH Poigar HL Gunung Tumpa Rata-rata Biomasa (ton/ha) Carbon (ton/ha) CO2 (ton/ha) 96 Presentasi

107 Biomasa pertipe hutan (ton/ha) biomasa Hutan Pantai Hutan Dataran Rendah Hutan Dataran Tinggi Hutan Lumut Biomasa perkomponen (ton/ha) biomasa Atas permukaan Bawah permukaan nekromasa serasah Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 97

108 Baw ah permukaan 26% Biomasa perkomponen (%) serasah 2% nekromasa 1% Atas permukaan 71% Rencana Pasca 2014 Melakukan Pengukuran pada PSP yang sudah dibangun secara berkala Pengelolaan dan Pemantauan Plot bersama pengelola dan Masyarakat Meningkatkan koordinasi dengan para pihak (BPKH, Biro SDA, Dishut, BLH, dan masyarakat) Pertemuan hasil monitoring secara periodik bersama para pihak 98 Presentasi

109 PENYIAPAN BIBIT TANAMAN UNTUK PERBAIKAN LINGKUNGAN (kerjasama BP DAS dan BPK Manado) SARI TAULADAN MENANAM Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 99

110 Menanam untuk dunia dan kehidupan GEMASTA CEMPABON Sebuah Gerakan Untuk Menanam jenis Jabon dan Cempaka yang merupakan salah satu jenis andalan Propinsi Sulawesi Utara Dicanangkan oleh Bapak Wakil Gubernur Provinsi Sulut Pada Hari Bhakti Rimbawan ke 29 ( ) Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lahan kritis, penyediaan bahan baku kayu, peningkatan kesejahteraan mayarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan 100 Presentasi

111 PARTISIPASI MENANAM PENGUSAHA JEPANG Kios Informasi Kehutanan di BPK Manado Untuk Masyarakat dan Petani Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 101

112 Kesimpulan Rata-rata total biomasa per ekosistem: hutan pantai sebesar 222,10 ton/ha, hutan dataran rendah sebesar 301,95 ton/ha, hutan dataran tinggi sebesar 240,32 ton/ha, hutan lumut sebesar 229,97 ton/ha Kendala dan tantangan lebih banyak terkait kondisi lapangan Pemantauan biomasa dalam plot pengukuran perlu dilaksanakan secara berkala untuk mengetahui perubahan biomasa berdasarkan hasil pengukuran awal Pengelolaan dan pemantauan plot melibatkan pengelola kawasan dan masyarakat sekitar TERIMA KASIH Marilah kita selamatkan bumi kita dengan meningkatkan peran kehutanan dalam mendukung kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat untuk masa depan yang lebih baik 102 Presentasi

113 4. Konsep dan Metode Sistem MRV dalam REDD+ KONSEP DAN METODE SISTEM MRV DALAM REDD+ Disampaikan pada acara Lokakarya Strategi Monitoring PSP Di Tingkat Provinsi Sulawesi Utara 20 Agustus 2013 I WAYAN SUSI DHARMAWAN salifa03@yahoo.co.id (Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan) PENDAHULUAN KONSEP MRV METODE SISTEM MRV CONTOH REGULASI TERKAIT SISTEM MRV Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 103

114 PENDAHULUAN M (Monitoring), R (Reporting), V (Verification) Transparan, konsisten, komparabel, lengkap dan akurat Salah satu komponen penting pelaksanaan REDD+ BALI ACTION PLAN (1 b ii) Melakukan Aksi Mitigasi Nasional (NAMA) oleh negara berkembang dalam kontek pembangunan berkelanjutan dan didukung oleh alih teknologi, pendanaan dan pembangunan kapasitas yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi Kebijakan Nasional Target nasional untuk menurunkan emisi 26% di bawah emisi baseline pada tahun 2020, yang telah dinyatakan oleh Presiden RI. UU32/2009, berkaitan dengan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan ~ Pemerintah wajib mengorganisir inventarisasi nasional Perpres tentang RAN-GRK dan Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional 104 Presentasi

115 Apa yang harus dilakukan Indonesia?? AKSI MITIGASI YANG DILAKUKAN OLEH NEGARA NON- ANNEX I, TERMASUK LAPORAN INVENTORI GRK HARUS DIKOMUNIKASIKAN MELALUI LAPORAN NASIONAL (NATIONAL COMMUNICATION), SETIAP 2 TAHUN SEKALI BERDASARKAN KEPUTUSAN COP AKSI PENGURANGAN EMISI SUATU NEGARA HARUS: MEASURABLE (DAPAT DIUKUR), REPORTABLE (DILAPORKAN SECARA TRANSPARAN) DAN VERIFIABLE (DAPAT DIVERIFIKASI) ARAHAN PRESIDEN: INDONESIA HARUS SIAP DENGAN MRV SESUAI STANDAR INTERNASIONAL KONSEP MRV Proses koleksi data, penyediaan data dasar. Data berasal dari pengukuran lapangan, data dari deteksi dengan remote sensing Proses pelaporan secara formal hasil penilaian kepada UNFCCC (format sesuai dengan standar yang telah dibuat oleh IPCC Guidelines and GPG). Monitoring Reporting Verification Proses verifikasi formal terhadap laporan-laporan hasil. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 105

116 Monitoring Reporting Verification KAYU MATI TUMBUHAN BAWAH POHON POOL KARBON SERASAH DAN TANAH AKAR POHON 106 Presentasi

117 Kategorisasi Penggunaan Lahan Menurut IPCC Hutan Primer LK Hutan Primer Gambut Hutan Primer Mangrove Lahan Hutan (Forest Land) Hutan Skunder LK Hutan Skunder Gambut Hutan Skunder Mangrove HTI lahan Kering (LK) HTI Lahan Gambut Terdegradasi Berat Terdegradasi Sedang Terdegradasi Ringan HTI Jati HTI Sengon HTI Lainnya Lahan Pertanian (Crop land) Lahan Semak/Alang2 (Grassland) Lahan Basah (Wetland) Lahan Pemukiman (Settelement) Lahan Lainnya (Other Lands) Pertanian semusim LK Pertanian semusim Gambut Tanaman tahunan LK Tanaman tahunan gambut Semak Belukar Belukar rawa gambut Padang alang-alang Danau, badan air sungai, rawa, dam Pemukiman, perumahan, perkampungan Padang pasir Bebatuan Lahan kosong Sawah Pertanian campuran Agroforestri Multitrata Monokultur Kolam ikan, Embung kecil AF berbasis karet AF berbasis Damar AF berbasis buah2an Kebun Sawit Kebun Karet Kebun Kopi Kebun Coklat Kebun Teh Sampai pada tingkat apa kita dapat mengukur perubahan luas antar kategori lahan dan pengukuran stok karbon, faktor emisi dan serapan oleh berbagai jenis tutupan lahan pada berbagai sistem pengelolaan Termasuk hutan pengukuran dan lahan dan pemantauan (pemupukan, sistem pengelolaan lahan & hutan pengolaan air irigasi, pola tanam, liming, pembukaan lahan dll)??? Penghitungan secara nasional dengan implementasi di sub nasional (provinsi/kabupaten/unit manajemen dengan penggabungan) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 107

118 Contoh tabulasi format pelaporan hasil perhitungan emisi dengan menggunakan IPCC GL 2006 dari kehutanan dan perubahan lahan (LULUCF) untuk lahan hutan dan lahan pertanian Verifikasi Untuk memastikan berapa besar penurunan emisi sesuai hasil, terukur, transparan, dan konsisten sepanjang waktu. Dasar penetapan referensi emisi level (REL). Metode pengukuran yang digunakan. Memastikan ada/tidaknya pengalihan emisi (displacement of activities/emissions). Memastikan konsistensi dengan persyaratan di bawah UNFCCC. Memastikan tercapainya transparansi dan keadilan dalam pembagian insentif kegiatan REDD Presentasi

119 BAGAIMANA PELAKSANAAN MRV PENGURANGAN EMISI KEHUTANAN BADAN LITBANG DUKUNGAN TEKNIS SAINTIFIK 1A (2) BP2HP BUK (1A) Pengukuran, monitoring dan pelaporan kegiatan (1B) Pengukuran-monitoring dan pelaporan perubahan tutupan hutan (data remote sensing) (2) Verifikasi intern dan pelaporan (3) Verifikasi (perubahan tutupan hutan dan stok karbon) dan pelaporan Kemenhut ke KORNAS (4) Verifikasi data seluruh sektor dan pelaporan ke SET UNFCCC (5) Review tingkat global BPDAS (2) BPDAS&PS (3) PLANOLOGI KORNAS (KLH) PHKA BPKH SET UNFCCC (4) (5) (2) 1A (COP) BTN/BK SDA 1B Apa yang Perlu Dilakukan?? Penetapan REL/RL pada tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota Penyusunan PERDA untuk inventarisasi GRK Penetapan Lembaga Daerah yang bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi GRK Pedoman/Panduan untuk pengumpulan data aktivitas, faktor emisi dan perhitungan emisi dan serapan karbon Pelaksanaan kegiatan Training baik dalam pengumpulan data dan MRV maupun penetapan REL/RL pada tingkat tapak dan perhitungan emisi dan serapan karbon Rencana perbaikan sistem MRV dan inventarisasi GRK ke depan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 109

120 METODE SISTEM MRV Sistem MRV Nasional/Sub Nasional hendaknya dapat menjembatani gap antara ketersediaan citra satelit remote sensing dengan data inventori masa lampau Kombinasi remote sensing (TUTUPAN HUTAN) dan inventori lapangan (DATA BIOMASSA) >>>> DUKUNGAN DATA DARI PSP Metode yang dipilih dalam Monitoring (M) tergantung pada Biaya dan Akses Kemudahan dalam Mendapatkan Citra Satelit Resolusi Tinggi. Menentukan tingkat Tier/kedetilan monitoring Tier 3: Metode paling rinci (faktor emisi/serapan lokal, modeling dan sampling) China Brazil Earth Resources Satellite/ CBERS Tier 2: metoda yang digunakan lebih detail Digunakan persamaan yang sedikit lebih kompleks [Sumber: Worksheet IPCC Guidelines, 2006] Pengukuran langsung data emisi Metode lebih rinci (faktor emisi lokal/serapan lokal) Tier 1: menggunakan persamaan dasar (basic equation) dan default EF (yang disediakan dalam IPCC Guideline) 110 Presentasi

121 Tingkat Tier/kedetilan metode Monitoring (M) akan sangat menentukan bentuk Reporting/Pelaporan (R) dan Verification/Verifikasi (V) Menentukan tingkat akurasi, reliabilitas dan validitas data pemantauan emisi/serapan sektor LULUCF Beberapa Metode Monitoring yang telah dikembangkan Tingkat Internasional: IPCC GL 2006 Voluntary Carbon Standard (VCS) Tingkat Nasional: SNI 7645:2010 >> Klasifikasi Penutup Lahan SNI 7724:2011 >> Pengukuran Karbon Lapangan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 111

122 CONTOH REGULASI TERKAIT SISTEM MRV MRV DALAM PENGUSAHAAN HUTAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI REDD+ DI INDONESIA PERATURAN DITJEN BPK NO.3/2010 TENTANG SISTEM MRV PADA PENGUSAHAAN HUTAN Measurement Di Hutan Tanaman Inventori Hutan (homogenous, even age): Umur 1 tahun: sampling intensity 0,2%; Umur setengah daur: sampling intensity 0,5%; Umur tebang: samplin g intensity 1%; Peta digital REMOTE SENSING INVENTORI Forrmat: Shapefile (.shp) geographic latitudelongitude coordinates a) area dan nomor blok, b) blok dan pusat koordinat, c) jenis tanaman yang ditanam d) tahun penanaman, dan e) persentase tumbuh tanaman 112 Presentasi

123 Measurement di Hutan Alam Inventori Hutan: Pada umur 1 tahun: sampling intensity 0,2%; Pada umur setengah daur: sampling intensity 0,5%; Pada umur tebang: sampling intensity 1%; Pada tebang pilih tanam jalur (TPTJ) : Pada umur 1 tahun: sampling intensity 0,2%; Pada umur setengah daur: sampling intensity 0,5% ; Pada umur tebang: timber cruising 100%; Peta digital Measurement dalam Pemanenan Peta dan tabel isian: blok, volume kayu dan jenis tanaman Disupervisi oleh lembaga kehutanan bersertifikat dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, pemanenan hutan dan timber cruising Timber grading dapat diupload dalam or Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 113

124 Reporting Up date setiap tahun Data dapat diakses oleh publik Bantuan teknis tersedia untuk para pengusaha pemanfaatan hutan Verifikasi Dilakukan oleh lembaga bersertifikat dalam SFM, perencanaan dan pengelolaan hutan Dalam hal lembaga bersertifikat tidak ada, verifikasi dapat dilakukan oleh lembaga independen yang terakreditasi Verifikasi disampaikan kepada Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan 114 Presentasi

125 Terima kasih atas perhatiannya 5. Inventarisasi Hutan di Klaster TSP/PSP INVENTARISASI HUTAN DI KLASTER TSP/PSP Dr. Ernawati, M.Sc Menado, 20 Agustus 2013 Subdit Inventarisasi Hutan, Direktorat IPSDH Ditjend Planologi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 115

126 Proses data tsp psp (saat ini) Pengukuran terestrial (TSP/PSP) Validasi data Checking: 1. Format data 2. Informasi klaster Analysa data Perolehan data: 1. Data potensi hutan 2. Data biomassa hutan; 3. Data karbon stok hutan; 4. Data ekosistem; dll Verifikasi data Cross check: 1. Kebenaran data sesuai dengan referensi lainnya; 2. Kebenaran data dng penggunaan lainnya (citra, landsat, alos, dll) 116 Presentasi

127 Langkah Verifikasi dan Validasi Hasil Inventarisasi Hutan Peta lokasi dan Peta penutupan lahan Cek jumlah klaster/plot yang diukur bandingkan dengan luasan Cek pengukuran di lapangan (sesuai??) Peta kerja (termasuk mencapai lokasi) Cek hasil inventarisasi hutan Cek pembagian petak (sesuai dengan methode klaster? Cek lokasi klaster di atas peta (peta induk Klaster) Cek teknik pengambilan sample (sistematik, jalur, stratifikasi) Cek Nilai potensi kayu Cek Jenis dan diameter kayu yang diukur Cek pengukuran kayu di bawah diameter 20 cm Cek informasi lainnya (tanah, iklim, topografi dll) Teknik inventa risasi hutan Jumlah TSP/PSP di Kawasan Hutan Indonesia BPKH I. Medan II. Palembang III. Pontianak IV. Samarinda V. Banjarbaru VI. Manado VII. Makassar VIII. Denpasar IX. Ambon X. Jayapura XI. Jogyakarta Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 117

128 Jumlah TSP/PSP di Kawasan Hutan Indonesia (Klaster) BPKH XII. Tj. Pinang XIII. Pk. Pinang XIV. Kupang XV. Gorontalo XVI. Palu XVII. Manokwari XVIII. Aceh X1X. Riau XX. Lampung XXI. Plk.raya XXII. Kendari No. Provinsi Jumlah klaster Enumerasi TSP-PSP Tahun Cm up Re-enumerasi PSP Tahun N Awal V Awal N Akhir V Akhir 50 Cm 20 Cm 50 Cm 20 Cm 50 Cm 60 Cm 20 Cm 50 Cm up up up up up up up up 60 Cm up 1Sulawesi Utara ,30 26,70 178,30 114,30 138,18 29,27 16,82 185,43 110,61 84,77 2Maluku Utara ,95 24,86 167,62 104,20 103,80 23,40 13,90 157,70 94,80 71,50 3Sulawesi Selatan 15 91,80 17,30 105,60 54,40 55,33 7,00 2,67 47,09 22,43 16,19 4Sulawesi Barat ,24 15,07 97,93 51,91 93,55 14,09 7,76 104,85 53,51 38,88 5Sulawesi Tengah ,50 21,50 159,70 88,30 101,15 21,10 11,48 143,28 82,59 61,05 6Sulawesi Tenggara ,40 15,50 132,20 52,90 76,96 15,79 8,70 111,95 65,76 49,85 7Gorontalo 9 172,78 25,00 181,54 122,56 112,40 21,00 11,80 180,20 111,40 88,00 Sulawesi Utara & Maluku Utara 118 Presentasi

129 Penutupan Lahan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2012 (hyperlink dengan Polygon PL 2012-SULUT) Penutupan Lahan Luas (ha) Hutan Lahan Kering Primer ,24 Hutan Lahan Kering Sekunder ,30 Hutan Mangrove Primer ,22 Semak Belukar ,09 Perkebunan 2.161,57 Pemukiman ,77 Lahan Terbuka ,81 Tubuh Air 8.546,08 Hutan Mangrove Sekunder 1.953,77 Semak Belukar Rawa 423,06 Pertanian Lahan Kering ,91 Pertanian Lahan Kering Campur ,80 Sawah ,17 Tambak 542,39 Transmigrasi 269,07 Pertambangan 356,75 Rawa 39,28 Luas total ,26 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 119

130 Langkah ke depan Nasional (Dit IPSDH) Melaksanakan analysa potensi tegakan, biomassa, carbon dan ekosistem tingkat nasional PORTAL DATA USERS Tingkat BPKH 1. Melaksanakan IH 2. Melaksanakan entry data 3. Melaksanakan analysa potensi tegakan,bimassa, ekosistem, carbon provinsi Tahapan Pelaksanaan Pembuatan Peta Potensi dan Peta Biomassa Persiapan dan Pengumpulan Data Hasil Inventarisasi Tegakan Citra Perhitungan Volume dan Biomassa Pengkonversian Nilai Dijital Dimensi Tegakan dan Nilai Biomassa Nilai backscatter/reflektansi Overlay Data Analisis Statistik dan Penyusunan Model Pendugaan Potensi dan Biomassa Model Terbaik Perhitungan Overall Accuracy dan Kappa Accuracy Pembuatan Peta Sebaran potensi dan Biomassa Selesai 120 Presentasi

131 Sustainable Forest Management Neraca Sumberdaya Hutan Manajemen Hutan yang baik Regulasi dan Pemikiran Pro Lestari Sustainable Forest Manajemen Pemantapan kawasan Manajemen pengelolaan Metode Silvikultur REDD+ GRK Moratorium Jasa Lingkungan Upaya minimalisasi degradasi dan deforestasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 121

132 Kelengkapan REDD++ Reference Emission Level (REL) Safeguards Monitoring & MRV Institution Benefit Distribution System (BDS) REDD++ Policy Foto fish eye foto kamera biasa HUTAN ALAM DI PROP RIAU 122 Presentasi

133 Foto Fish eye Foto kamera biasa Hutan tanaman akasia Terima Kasih Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 123

134 6. Potensi Penyelarasan INCAS dan NFMS serta Perannya terhadap Sistem Monitoring Pelaporan Emisi di Tingkat Provinsi Potensi penyelarasan INCAS dan NFMS serta perannya terhadap sistem monitoring pelaporan emisi di tingkat propinsi Haruni Krisnawati FORDA/IAFCP Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Manado, 20 Agustus 2013 Apa itu INCAS? INCAS (Indonesian National Carbon Accounting System): sistem perhitungan karbon yang didisain untuk Mengukur (Measured (M)) emisi dari lahan hutan di Indonesia pada skala nasional (wall-to-wall coverage) secara periodik (annual basis) Tergantung tujuannya, hasil pengukuran/perhitungan emisi dapat dilaporkan (Reported (R)) untuk keperluan: Nasional/domestik mendukung kebijakan pemerintah, implementasi dan pemantauan; dan/atau; Internasional eg. UNFCCC, REDD+, pasar karbon/komitmen penurunan emisi. Hasil pelaporan tingkat emisi selanjutnya dapat diverifikasi (Verified (V)) seberapa besar kredibilitasnya 124 Presentasi

135 Formula dasar Perhitungan emisi - IPCC INCAS mengembangkan perhitungan karbon nasional dengan memonitor perubahan luas hutan dan perubahan stok karbon hutan (dari perubahan penggunaan lahan dan aktifitas manajemen) Activity data Emission factor Net emission Changes in Forest Area (land uses and management activities) Changes in Carbon stocks (land uses and management activities) = X CO 2 -eq Satellite land monitoring system Forest inventory/field measurement GHG inventory INCAS dikembangkan mengikuti panduan praktis internasional untuk perhitungan karbon dari sektor berbasis lahan dan dengan fleksibilitas yang cukup untuk memenuhi persyaratan berbagai pelaporan emisi tahunan Indonesia INCAS didisain berdasarkan pada empat modul informasi utama (A, B, C, D), dan satu modul (E) yang mengintegrasikan semua data untuk mengkuantifikasi emisi A Klasifikasi biomassa Analisis perubahan tutupan lahan B Classification of forests into groups (biomass classes) that best explain the variation of biomass in undisturbed forest condition C Klasifikasi tingkat gangguan hutan Mapping forest disturbance classes at known date Minimal disturbance Moderate disturbance Heavy disturbance E Carbon Accounting and Reporting Model Annual time series defining areas of: Deforestation (permanent loss of forest cover) Degradation (forest clearance and regeneration or partial removal) Pendugaan stok karbon Carbon stock estimates for each biomass class (incl. growth/loss rate): Aboveground biomass Belowground biomass Litter Debris Soil D Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 125

136 Data yang digunakan Satellite/RS data Analysis to produce time series forest extent and change Ground based data Forest Inventories or permanent forest monitoring sites Climate and geophysical data Accounts for variation in climate and soil type (etc) Management databases Types of management regimes & resultant impact of change on carbon emissions and removals Climate data Land cover change data Carbon Accounting and Reporting Model Biomass and Growth data Soil d includ peatla Carbon Accounting & Reporting Model Internationally reviewed carbon accounting model A Biomass Class Calibrate to Indonesian conditions C-stock Estimates D B C Annual Land Cover Change Disturbance Map change in forest area for each year by biomass class E Indonesian Carbon Accounting and Reporting Model (ICARM) Develop ICARM scenarios Run & check ICARM scenarios Area change by biomass class by year ICARM output C stock change by biomass class INCAS output C stock change by year 126 Presentasi

137 Perubahan tutupan lahan Change t 5 to t 6 Manajemen hutan Burning/use of fire Silvicultural practice Residue management Data pendukung Wood density Allometrics Carbon content Decomposition rate Wood product life cycle analysis Change t 4 to t 5 Method of clearing Species characteristics Kelas biomassa Change t 3 to t 4 Location, area, time of clearing, history Carbon model operation Change t 2 to t 3 Biomass at the time of clearing Type of forest cleared Pertumbuhan hutan Tipe hutan Change Change t 1 t to 1 to t 2 t 2 Progress to date Collation and review of existing information on biomass /carbon stocks resulting in: development of a database of site information, site biomass data, allometric equations and identification of data gaps development of a web based interface Annual land cover change analysis has been completed for Kalimantan, Sumatra, Papua and nearly Sulawesi, showing land cover change through time for the period Aim to complete national level, wall to wall, processing from 2000 to the present day (year) Development of the Pilot System over Kalimantan Development of the biomass class and map key input to pilot system Integration of annual land cover change analysis and biomass class Early estimates of annual gain and loss by biomass class Early estimates of annual emissions and removals Training workshops on the use of carbon models incorporating management scenarios to generate a full account for carbon emissions Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 127

138 Analisis perubahan tutupan lahan tahunan Forest in 2000 Clearing in Clearing in Clearing in Clearing in Clearing in Clearing in Clearing in Clearing in Clearing in Replanting in Replanting in Replanting in Replanting in Replanting in Replanting in Replanting in Replanting in Replanting in Multiple Changes Non Forest Lake 128 Presentasi

139 Klasifikasi dan pemetaan biomassa AG Biomass Gain and Loss for Kalimantan ( ) by Biomass Class Estimasi awal emisi dan serapan tahunan emisi serapan (CO 2 Mt) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 129

140 NFMS (National Forest Monitoring System) Source: DG of Forest Planning, 2012 Potensi INCAS Komponen utama sistem MRV untuk REDD+ Memonitor perubahan tahunan emisi dan serapan dari sektor berbasis lahan Mengkuantifikasi dampak praktek praktek penggunaan lahan dan hutan di Indonesia terhadap stok karbon, emisi dan serapan Memberikan dasar (secara ilmiah dan teknis) dalam penyusunan kebijakan dan mempromosikan kepentiangan Indonesia dalam forum international Memberikan input yang diperlukan untuk menyusunan skenario tingkat emisi acuan (REL/RL) yang dapat dipercaya Didisain untuk menghasilkan output yang diperlukan untuk pelaporan emisi GRK secara nasional dengan implementasi sub nasional Mendukung Sistem Pemantauan Hutan Nasional (National Forest Monitoring System (NFMS)) dalam membuat kebijakan bagaimana mengelola emisi GRK dari hutan dan mengelola hutan Indonesia dengan baik 130 Presentasi

141 Terima kasih 7. Strategi Monitoring PSP dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan dengan PSP Lain di Provinsi Sulawesi Utara KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VI Manado, 20 Agustus 2013 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 131

142 ISI I. PENDAHULUAN II. DASAR-DASAR III. PELAKSANAAN PERMANENT SAMPLE PLOT IV. STRATEGI MONITORING DAN PENGINTEGRASIAN PSP V. PENUTUP 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. UU No. 41 Th. 1999, ttg Kehutanan : Karunia dan amanah Tuhan YME Kekayaan yg dikuasai negara Berguna bagi manusia wajib di syukuri & diurus, dimanfaatkan secara optimal Dijaga kelestariannya, sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat generasi sekarang & nanti 2. Pasal 4 ayat 2 wewenang mengurus adalah pemerintah pengurus hutan meliputi : Perencanaan Kehutanan Pengelolaan Hutan Litbangdiklatluh kehutanan Pengawasan Inven. Hutan NFI (Sejak Th. 1989) Pengukuhan Kawasan Hutan Penatagunaan Kawasan Hutan Pembentukan Wil. Pengelolaan Hutan Penyusunan Rencana Kehutanan Presentasi

143 II. DASAR - DASAR A. Umum 1. UU No. 41 Th ttg Kehutanan 2. Permenhut No. P. 57/Menhut- II/2007 tgl 14 Sep ttg Penyelenggaraan Inven. Hutan 3. Permenhut No. P. 42/Menhut-II/ 2010 tgl 14 Sep ttg Sistem Perencanaan Kehutanan 4. Permenhut No. P. 16/Menhut- II/2013 tgl 26 Peb ttg Perubahan ketiga atas Kepmenhut No. : 6188/Kpts-II/2002 ttg Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantapan Kawasan Hutan B. Teknis 1. Juknis Enumersi TSP/PSP (Pusat Inven. Dan Perpetaan Kehutanan, Baplan Kehutanan Dephut. Jakarta, 2007). 2. Srt Kapus Inven. Dan Perpetaan Kehutanan No. S. 547/VII/Pusin-2/2007 tgl 19 Sep hal Peta Redesign TSP/PSP Prov. Sulut. 4 III. PELAKSANAAN PERMANENT SAMPLE PLOT (PSP) A. Desain TSP/PSP 1. Desain TSP Tujuan TSP Pendugaan vol, Kondisi teg, Distribusi spesies dan biodiversity. 5 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 133

144 2. Desain PSP Kegunaan PSP (4-5 tahun) Mengetahui perubahan SDH, Mengetahui riap pertumbuhan. Ket : = Galian Sudut = Patok Besi 6 3. Desain PSP Record Unit (RU) 25 m 20 m Bentuk PSP (BPKH) Bentuk PSP (BPK) Presentasi

145 B. Sebaran PSP Catatan : 1. Srt Kapus Inven. Dan Perpetaan Kehutanan No. S. 547/VII/Pusin- 2/2007 tgl 19 Sep hal Peta Redesign TSP/PSP Prov. Sulut. 2. Jumlah 39 Klaster : Yang lama 9 Klaster Yang baru 30 Klaster 8 Rincian sebaran PSP pd tiap Kab. Di Prov. Sulut No Kab/Kota Jml Klaster 1 Bolmong 11 2 Bomut 7 3 Bolsel 9 4 Boltim 5 5 Minahasa 1 6 Minut 3 7 Kep. Talaud 1 No Kab/Kota Jml Klaster 9 Tomohon 1 10 Minsel - 11 Mitra - 12 Sangihe - 13 Sitaro - 14 Manado - Jumlah 39 8 Bitung 1 9 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 135

146 IV. STRATEGI MONITORING DAN PENGINTEGRASIAN PSP No Uraian Planologi Litbang 1 Kondisi IHN : Enumerasi (20 x 20 Km) Re Enumerasi Redesign (10 x 10 Km) Tipe ekosistem : Pantai, dtran rndh, dtrn tinggi dan lumut 2 Metode Sistematis Stratifikasi purposive random sampling 3 Ukuran Sampel Pohon (sensus) 100 x 100 m Tiang rad. 5 m dr pusat RU/plot Pancang rad. 2 m dr pusat RU/plot Semai rad. 1 m dr pst RU/plot Rotan (ank rad. 5, rad 10 dws) 4 Parameter Pohon ( Ø dbh, Tbbc dan TT, jenis) Tiang (Ø dbh, jenis) Pancang (jml, jenis ) Semai (jml, jenis ) Rotan, ank (jml,jenis). Dws (pjg, jml,jenis) Pohon 20 x 20 m Tiang 10 x 10 m Pancang 5 x 5 m Semai, tbh bw & serasah 1 x 1 m Nekromasa 10 x 20 m ( ky mati & phn mt) Pohon (Ø dbh & jenis, Tinggi) Tiang (Ø dbh, jenis, Tinggi) Pancang (dbh, jenis, Tinggi) Semai,tbh bw & serasa (berat) Kyu mati (dbh, ujng & pngkl) Akar 5 Periode 4-5 tahun Tiap tahun 6 Output Riap, vol Basis data cadangan carbon & perubahanya 10 PENGINTEGRASIAN PSP : PERSIAPAN SAMPLE, WAKTU PELKSANAAN TIM/REGU PENGOLAHAN SHARE DATA TK. POHON Presentasi

147 V. PENUTUP 1. Degradasi Hutan 14 Klaster (1989) 9 Klaster (2013) 2. Pengintegrasian pelaks. PSP mrpkn upya postf (serius & komitmen dr brbgai pihak Singkronisasi data 3. Pengintegrasian pelaks. PSP perlu dukungan regulasi tdk tumpang tindih tugas dan kewenangan 12 TERIMA KASIH 13 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 137

148 8. Peran dan Tanggung Jawab para Pihak pada Tingkat Provinsi untuk Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak pada Tingkat Propinsi untuk Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan Johny S. Tasirin Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Sam Ratulangi, Manado. LOKAKARYA STRATEGI MONITORING PERMANENT SAMPLING PLOTS DI TINGKAT PROPINSI Balai Penelitian Kehutanan Manado Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan Kementerian Kehutanan MANADO Agustus 2013 Sunset di Teluk Manado JohnTasirin 2012 Kebijakan dalam menanghapi climate change Mitigasi dan Adaptasi Adaptasi: Menyesuaikan dengan perubahan Mitigasi: Mencegah atau menghentikan perubahan iklim Sunset di Teluk Manado JohnTasirin 2012 Sunset di Teluk Manado JohnTasirin Presentasi

149 Adaptasi Sumber-sumber air dan pengelolaannya menghindari risiko akibat ketidakpastian hidrologi Ekosistems Mencegah kepunahan tumbuhan dan satwa Mencegah perubahan struktur dan fungsi ekosistem Mencegah menghilangnya jasa ekosistem Pangan, sandang dan produk kehutanan Mengantisipasi pengubahan kultivar dan waktu tanam Daerah pantai dan pesisir Meningkatkan kapasitas adaptasi Industri dan settlement Kesiagaan bencana terutama di daerah pantai dan medan banjir Peningkatan kapasitas bagi industri yang sensitif terhadap iklim Kesehatan Masyarakat Mengantisipasi perubahan distribusi penyakit Mitigasi Menangkap karbon (dan Gas Rumah Kaca lainnya) Penghutanan Produksi biologi berwawasan lingkungan (laut dan darat) Memelihara keanekaan hayati (laut dan darat) Mengurangi emisi Hemat energi Meningkatkan efisiensi Mengembangkan energi alternatif Biofuel Energi Surya Mengubah gaya hidup Produktif dan efisien Sunset di Teluk Manado JohnTasirin 2012 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 139

150 Emisi global GHG sektoral. Sumber: UNEP 2007 Skema pengamatan hutan untuk akumulasi karbon Kehutanan Tumbuhan Satwa Dekomposisi Tipe Vegetasi Lantai Hutan Konsumer primer (herbifora) Konsumer sekunder (karnifora) Variasi Musim Elevasi Variasi Ekosistem 140 Presentasi

151 Karakteristik bentangan Sulawesi Utara (Laboratorium untuk Studi Global) Keanekaragaman hayati dengan tingkat keunikan yang tinggi Variasi ekosistem yang kompleks Keunikan geologis dengan tanah dalam pengaruh vulkanik Tingkat alterasi lahan tinggi Potensi restorasi alami tinggi Pohon Lantai Hutan Konsumer primer (herbifora) Konsumer sekunder (karnifora) Standing Biomass Predictive Trending Carbon Balance Ecosystem Contribution Variasi Musim Elevasi Carbon Equivalent Net Carbon Equivalent Variasi Ekosistem Ekosistem Organisme Serasah Debris Sosial Perguruan Tinggi Badan/Balai Penelitian Dinas Kehutanan BKSDA Taman Nasional BPKH BPDAS Lingkungan Hidup Bappeda Akumulasi Biomasa Laju Dekomposisi Neraca Karbon Sinkronisasi Data Diseminasi Hasil Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 141

152 Terima kasih Sunset di Teluk Manado JohnTasirin Presentasi

153 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 143

154

155 Lampiran 3. Notulensi Diskusi KELOMPOK I: Strategi Pengelolaan PSP di Tingkat Provinsi 1. Bagaimana persepsi para pihak tentang keberadaan PSP? a. Umumnya persepsi para pihak masih relatif rendah b. Perlu ada pengenalan/ sosialisasi lebih lanjut mengenai PSP dan signifikansinya bagi daerah 2. Instansi mana saja yg membutuhkan PSP? a. BPKH b. BPK c. BLH d. BAPPEDA e. Pengelola hutan pihak swasta f. Pemerintah provinsi,kabupaten & kota g. Perguruan tinggi h. Agrokompleks i. Klimatologi j. dll 3. Siapa yang akan menjadi lead/bertanggung jawab sebagai koordinator atas pengelolaan PSP? a. BAPPEDA dan BPKH b. BPKH adalah pihak yang memahami PSP secara profesional c. Bappeda adalah koordinator semua sektor pemerintahan di daerah 4. Hal apa saja yang dibutuhkan oleh Provinsi Sulawesi Utara untuk menjamin pengelolaan PSP? a. Komitmen semua pihak b. Kebijakan pemerintah (pusat) c. Sosialisasi dan pelatihan d. Pelengkap sertifikasi para pemegang ijin e. Penambahan jumlah PSP 5. Bagaimana sistem monitoring & pelaporan PSP? Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 145

156 Perlu ditetapkan kebijakan dari pusat untuk membuat sistem monitoring & pelaporan PSP yang akan dikoordinasikan oleh pihak penanggung jawab (BAPPEDA & BPKH) 6. Bagaimana sistem pendanaan PSP di masa yang akan datang? a. Pihak pemerintah mengikuti ketentuan yang ditetapkan (APBN & APBD) b. Pihak swasta dimasukkan sebagai kewajiban internal c. Bantuan asing dapat diupayakan melalui akuntabilitas dan transparasi yang jelas KELOMPOK II: Rancangan Sistem Monitoring Karbon Hutan Tingkat Provinsi 1. Kendala apa yang dihadapi dalam Penyusunan RAD GRK dan SRAP REDD+ di Provinsi Sulawesi Utara? a. Kelengkapan dan ketersediaan data yang masih belum memenuhi isian untuk menjadi RAD GRK dan SRAP REDD+ b. Koordinasi yang masih lemah antara/ lintas Pokja 2. Data dan informasi spesifik apa yang belum tersedia di sektor kehutanan terkait penyusunan RAD GRK di tingkat Provinsi Sulawesi Utara? a. Data lingkup sektor kehutanan sudah tersedia, hanya saja koordinasi antar stakeholder masih kurang, sehingga data yang diperoleh kurang lengkap, contohnya data perubahan tutupan lahan bisa diperoleh dari Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) di BPKH Manado b. Data dan informasi yang belum tersedia : 1) Data tentang potensi pada setiap tipe ekologi di manado 2) Citra resolusi sangat tinggi, 3) Data lingkungan/ biofisik 3. Pihak-pihak mana dan siapa saja yang sudah mengumpulkan data terkait karbon hutan? a. BPK Manado b. BPKH Manado c. Univ. Sam Ratulangi d. Lembaga lain: WCS (World Conservation Society) yang pernah melakukan survey 150 plot tahun Kegiatan apa saja yang seharusnya dilakukan dalam monitoring karbon hutan dan siapa saja yang terlibat dalam monitoring karbon hutan? 146 Notulensi Diskusi

157 a. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka monitoring karbon hutan di Provinsi Sulawesi Utara: 1) Perlunya Citra satelit sangat tinggi/remote sensing 2) Training secara periodik 3) Inventarisasi : a) Berdasarkan PP 38/2007 Inventarisasi secara umum wajib dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah Daerah harus menganggarkan dana untuk melakukan inventarisasi. b) Kepala dinas provinsi harus segera memerintahkan para pemegang ijin IUPHHK agar melakukan inventarisasi kawasan hutan yang dikelolanya untuk memperoleh data inventory c) BKSDA dan Taman nasional harus memberikan laporan hasil inventarisasi karbon hutan pada kawasan hutan yang dikelolanya 4) Clearing data peta di Provinsi Sulawesi Utara b. Aktor yg terlibat: 1) Pemerintah daerah dan pemerintah provinsi 2) UPT Kementerian Kehutanan : BKSDA, Taman Nasional, BPKH, BPK 3) Akademisi 4) Para pemegang ijin IUPHHK 5. Bagaimana koordinasi seluruh pihak dalam monitoring karbon hutan dan pengumpulan data tk provinsi? a. Pokja : Sektor kehutanan dan pertanian, limbah, energi, transportasi 1) Koordinator : BAPPEDA Provinsi Sulawesi Utara 2) Anggota : a) UPT Kementerian Kehutanan : Taman Nasional, BKSDA, BPKH, BPK, BPDAS b) Dinas terkait : Dinas kehutanan Provinsi, Dinas Perkebunan Provinsi, Dinas Kehutanan Kota/Kabupaten c) Para pemegang ijin usaha (IUPHHK/HA/HT, IPPKH untuk pertambangan) d) Kelompok masyarakat adat e) Akademisi : PSIK Univ. Sam Ratulangi, FKT Univ. Dumoga Kotamobagu f) LSM terkait kehutanan g) KPH h) BLH Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 147

158 6. Draft SK Monitoring Karbon Hutan akan disusun oleh Dinas kehutanan Provinsi, koordinasi dengan BAPPEDA dan pihak-pihak terkait. 148 Notulensi Diskusi

159 Lampiran 4. Dokumentasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 149

160 150 Dokumentasi

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y REDD+ READINESS PREPARATION The Forest

Lebih terperinci

OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN

OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012-2013 Tim Puspijak Disampaikan di Kupang, 16-17 Oktober 2014 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi BAB 2

Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi BAB 2 BAB 2 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 17 2.1 Program dan Kegiatan

Lebih terperinci

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Iman Santosa Tj. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan Ditjen Planologi Kehutanan

Lebih terperinci

LOKAKARYA MONITORING DAN PELAPORAN PERMANEN SAMPEL PLOT DI PROPINSI NTB

LOKAKARYA MONITORING DAN PELAPORAN PERMANEN SAMPEL PLOT DI PROPINSI NTB LOKAKARYA MONITORING DAN PELAPORAN PERMANEN SAMPEL PLOT DI PROPINSI NTB PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN BADAN LITBANG KEHUTANAN Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610. PO BOX 272. Telp +622518633944;

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924; Email:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Ambon, 27-28 Mei 2013 PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Mataram, 7-8 Mei 2013 PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding Workshop MRV dalam rangka REDD+ di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding ini merupakan hasil dari workshop dengan judul yang sama yang dilaksanakan

Lebih terperinci

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN BADAN LITBANG KEHUTANAN, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610. PO BOX 272. Telp +622518633944;

Lebih terperinci

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y REDD+ READINESS PREPARATION The Forest

Lebih terperinci

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA Dr. Etti Ginoga Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan BADAN LITBANG

Lebih terperinci

DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN

DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN KEHUTANAN FAPERTA-UNPATTI JAKARTA, 2012 LUAS WILAYAH MALUKU

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

BAB 2. Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

BAB 2. Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi BAB 2 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sumatera Barat 13 2.1 Program dan Kegiatan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN

Lebih terperinci

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Oleh : Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si KEPALA DINAS KEHUTANAN PROPINSI SUMATERA BARAT OUTLINE Latar Belakang kondisi kekinian kawasan

Lebih terperinci

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 19/Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT FIELD SURVEY (PENGUKURAN KARBON)

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 19/Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT FIELD SURVEY (PENGUKURAN KARBON) KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 19/Dik-2/2012

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN APLIKASI DATABASE PEMANTAUAN KARBON HUTAN

PERKEMBANGAN APLIKASI DATABASE PEMANTAUAN KARBON HUTAN PERKEMBANGAN APLIKASI DATABASE PEMANTAUAN KARBON HUTAN Disampaikan pada Pelatihan Verifikasi dan Updating Data PSP untuk Mendukung Sistem Pemantauan Karbon Hutan yang Sesuai Prinsip MRV Bogor, 23-24 Juni

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013 SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN Dasar Hukum Lingkungan Hidup UU No. 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 18/2008: Pengelolaan Sampah PP turunannnya Kehutanan UU No. 41/1999: Kehutanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

SAMBUTAN. PADA PEMBUKAAN SEMINAR BENANG MERAH KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DENGAN PERUBAHAN IKLIM Manado, 28 Mei 2015

SAMBUTAN. PADA PEMBUKAAN SEMINAR BENANG MERAH KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DENGAN PERUBAHAN IKLIM Manado, 28 Mei 2015 SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN SEMINAR BENANG MERAH KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DENGAN PERUBAHAN IKLIM Manado, 28 Mei 2015 Yang saya hormati: 1. Kepala Dinas

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO. Manado, Oktober 2012

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO. Manado, Oktober 2012 SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO Manado, 23-24 Oktober 2012 Assalamualaikum Warakhmatullah Wabarakatuh Salam Sejahtera bagi

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 UPDATE PAPUA BARAT SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 MISI 1 2 Membangun komitmen stakeholder melalui legalisasi kelembagaan REDD+

Lebih terperinci

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4. Oleh: Task Force Pembangunan Rendah Emisi Provinsi Papua dan Papua Barat Isi Paparan 1. Pendahuluan REL Tanah Papua Tahun 2001-2020 dari Sektor Kehutanan 3. Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia

Lebih terperinci

PLOT SAMPEL PERMANEN

PLOT SAMPEL PERMANEN PLOT SAMPEL PERMANEN DAN WEB-GIS PEMANTAUAN KARBON HUTAN Donny Wicaksono Disampaikan pada acara Gelar IPTEK Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2016 Auditorium Gedung Manggala Wanabakti Jakarta, 12 Mei 2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan ISSN : 2085-787X Policy Volume 4 No. 3 Tahun 2010 Melihat Demonstration Activity

Lebih terperinci

REHABILITASI HUTAN DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEHUTANAN DI SULAWESI UTARA

REHABILITASI HUTAN DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEHUTANAN DI SULAWESI UTARA REHABILITASI HUTAN DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEHUTANAN DI SULAWESI UTARA BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO Jl. Raya Adipura Kel. Kima Atas Kec.Mapanget Kota Manado Telp : (0431) 3666683 Email

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN Pangkal Pinang 16-17 April 2014 BAGIAN DATA DAN INFORMASI BIRO PERENCANAAN KEMENHUT email: datin_rocan@dephut.go.id PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI TATA KELOLA SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN ACEH MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN RENDAH EMISI VISI DAN MISI PEMERINTAH ACEH VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y Prosiding Workshop REDD+ READINESS

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah - Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah SAMBUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PADA LOKAKARYA MENYIAPKAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASISKAN MASYARAKAT SEBAGAI PENERIMA MANFAAT UTAMA PENDANAAN KARBON

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI MALUKU

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI MALUKU INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI MALUKU DR.Ernawati, M.Sc Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian

Lebih terperinci

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca terbit sebagai salah satu bentuk kebijakan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Ari Wibowo ariwibowo61@yahoo.com PUSLITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN SEMINAR NASIONAL

Lebih terperinci

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN) BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA (2014 - KEDEPAN) Gambar 33. Saluran Listrik Yang Berada di dalam Kawasan Hutan 70 Kiprah Kehutanan 50 Tahun Sulawesi Utara Foto : Johanes Wiharisno

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun

Lebih terperinci

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam

Lebih terperinci

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan + Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada Lokakarya Community of Practice : Penguatan Kerangka Kerja Kelembagaan Provinsi Mengenai Perubahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD Draft 18 Maret 2009 LAMPIRAN 1 PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD Untuk pemberian rekomendasi pelaksanaan REDD, Pemerintah Daerah terlebih dahulu melakukan penilaian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

Oleh/by: Nurlita Indah Wahyuni

Oleh/by: Nurlita Indah Wahyuni REHABILITASI HUTAN DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEHUTANAN DI SULAWESI UTARA Forest Rehabilitation and Forestry Climate Change Mitigation in North Sulawesi Oleh/by: Nurlita Indah Wahyuni BALAI PENELITIAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) Para pejabat Eselon I dan II Lingkup Dephut yang saya hormati,

Lebih terperinci

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia Disampaikan dalam Lokakarya Peta Jalan Mempersiapkan dan Memberi Kerangka Hukum bagi REDD+ Jakarta, 28 November 2013 MRV (Measurement, Reporting, Verification)

Lebih terperinci

BAB 3. Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

BAB 3. Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi BAB 3 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sumatera Barat 25 3.1 Strategi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF 2015-2019 PUSLITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN Bogor, 7 Agustus 2014 OUTLINE Visi dan Misi Rencana Kerja 2015 RPI Kontribusi Sektor Kehutanan dalam Penanganan

Lebih terperinci

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI TRANSPORTASI DAN PERUBAHAN IKLIM Dr. Armi Susandi, MT Prodi Meteorologi, ITB Pokja Adaptasi, DNPI Seminar Public Transportation as The Solution of Bandung Traffic ITB, 2 Oktober 2010 OUTLINE Komitmen Indonesia

Lebih terperinci

Strategi dan Rencana Implementasi MRV REDD+

Strategi dan Rencana Implementasi MRV REDD+ Strategi dan Rencana Implementasi MRV Workshop Sistem MRV Sumatera Barat Padang, 13-14 September 2012 0 Topik bahasan I II Rasionalisasi Sistem MRV III Roadmap MRV IV Lembaga MRV 1 1 9/24/2012 Mandat Pelaksanaan

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Kalimantan Barat ornelis M.H West Kalimantan Governor Preface ornelis M.H Puji

Lebih terperinci

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima No.161, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Perangkat REDD+. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN International Conference on Sustainable Mangrove Ecosystems Bali, 18 April 2017 Yang kami

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN APLIKASI UNTUK PENGELOLAAN HUTAN

PEDOMAN DAN APLIKASI UNTUK PENGELOLAAN HUTAN PEDOMAN DAN APLIKASI UNTUK PENGELOLAAN HUTAN PEDOMAN PENGUKURAN KARBON UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN REDD+ DI INDONESIA 45 51 47 MUTAN Model Ekonomi Usaha Tani Hutan 49 SOFTWARE NERACA SUMBER DAYA HUTAN Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL ) Nomor : / /2014 Banda Aceh, Maret 2014 M Lampiran : 1 (satu) eks Jumadil Awal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

Tata ruang Indonesia

Tata ruang Indonesia Tata ruang Indonesia Luas 190,994,685 Ha Hutan Produksi Kawasan Non-hutan Hutan Produksi Terbatas Hutan konservasi Hutan dilindungi Sumber: Statistik Kehutanan Indonesia 2008, Departemen Kehutanan Indonesia

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi BAB 3

Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi BAB 3 BAB 3 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sulawesi Utara 39 3.1 Integrasi

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Kementerian Kehutanan. 3 September 2014

Struktur Organisasi Kementerian Kehutanan. 3 September 2014 Struktur Organisasi Kementerian Kehutanan 3 September 2014 1 Kementerian Kehutanan Saat Ini 0/9/21/51 8 Eselon I 5 Staf Ahli 52 Es II Pusat 172 Es. III (Bag., Bid., Sub Dit.) 403 Es. IV 1/6/4/13 1/5/20/59

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laswell dan Kaplan (1970) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan suatu program yang memroyeksikan tujuan, nilai, dan praktik yang terarah. Kemudian Dye (1978) menyampaikan

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y Prosiding Workshop REDD+ READINESS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) 1 1. PROSES PENYUSUNAN DILAKUKAN SECARA SWAKELOLA; 2. TIM PENYUSUN DIBENTUK DALAM KELOMPOK KERJA (POKJA) SK GUBERNUR PAPUA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KULONPROGO. Sambutan Pada Acara RAPAT PEMBAHASAN TRAYEK BATAS KAWASAN HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI TETAP KABUPATEN KULONPROGO

BUPATI KULONPROGO. Sambutan Pada Acara RAPAT PEMBAHASAN TRAYEK BATAS KAWASAN HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI TETAP KABUPATEN KULONPROGO BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara RAPAT PEMBAHASAN TRAYEK BATAS KAWASAN HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI TETAP KABUPATEN KULONPROGO Wates, 21 Februari 2013 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

PROGRAM KEHUTANAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & PENGUKURAN, PELAPORAN SERTA VERIFIKASINYA (MRV) Tindak Lanjut COP 15

PROGRAM KEHUTANAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & PENGUKURAN, PELAPORAN SERTA VERIFIKASINYA (MRV) Tindak Lanjut COP 15 PROGRAM KEHUTANAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & PENGUKURAN, PELAPORAN SERTA VERIFIKASINYA (MRV) Tindak Lanjut COP 15 Daftar Paparan 1. Mitigasi Perubahan Iklim (M.P.I.) 2. Skenario Mitigasi Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, baik yang berupa manfaat ekonomi secara langsung maupun fungsinya dalam menjaga daya dukung lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Pada Launching Road Map Keuangan Berkelanjutan dan Buku Pedoman Energi Bersih yang dilanjutkan dengan Seminar Nasional Jakarta, 5 Desember 2014 Assalamu

Lebih terperinci

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara Emisi bersih GRK Dugaan emisi bersih tahunan GRK dari penggunaan lahan lahan dan perubahan penggunaan lahan di hutan dan lahan gambut akibat ulah manusia selama 2001-2012. Hasil yang ada menunjukkan jumlah

Lebih terperinci