ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES"

Transkripsi

1 ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES Marturiawan Kritanto a, Dwi Priyantoro b a Program Magiter Teknik Pengairan, Fakulta Teknik Univerita Brawijaya b Juruan Pengairan, Fakulta Teknik Univerita Brawijaya krityo_putro@yahoo.com; dwi_prie@ub.ac.id ABSTRAK Makud dari kajian ini adalah untuk mempelajari perilaku hidrolika antara pengaruh abrupt rie pada USBR III terhadap fenomena Pulating wave dan mengetahui alternatif pemecahan permaalahan yang terjadi. Penelitian ini menggunakan failita Laboratorium Hidrolika Saluran Terbuka Juruan Pengairan Fakulta Teknik Univerita Brawijaya dan beberapa alat tambahan yang dibuat endiri guna melengkapi proe penelitian. Pengujian pada abrupt rie dibagi menjadi 1 eri yang mana pada etiap erinya akan dialiri 5 debit yang berbeda, adapun pembagian eri dari penelitian berdaarkan variabel berubah eperti q (m 3 /dt/m), perubahan baffle block, perubahan twl, perubahan lope abrupt rie. Didapatkan dari hail pengujian bahwa perubahan lope abrupt rie mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap kondii aliran dan pulating wave di kolam olak. Hail uji eri 3 (melepa baffle block, dan memaang abrupt rie dengan kemiringan 1 : 1) menghailkan redaman dengan effiieni tertinggi. Keimpulan dari hail penelitian yang memprioritakan pada peredaman pulating wave ini dapat ditindaklanjuti pada uji model te. Sehingga dapat diketahui apakah rekomendai deain hail penelitian ini memenuhi kriteria aman terhadap tinggi jagaan atau geruan dan juga apakah dapat dipakai ebagai acuan dalam mendeain panjang aluran pengarah etelah hilir kolam olak. Kata kunci : Abrupt rie, pulating wave, tail water level (twl) ABSTRACT The purpoe of thi tudy wa to learn the hydraulic behavior between the influence of abrupt rie in USBR III to the phenomenon of pulating wave and find alternative olution to problem that occur. Thi reearch ued the facilitie Open Channel Hydraulic Laboratory of the Department of Irrigation Engineering Faculty of UB and ome hand made additional tool in order to complete the reearch proce. Tet on the abrupt rie wa divided into 1 erie which in each erie will be flown five different dicharge, while haring a erie of tudie baed on changing variable uch a q (m3/dt/m), changed baffle block, changed the tail water level, changed the abrupt rie lope. Obtained from the tet reult that the abrupt change in lope of the rie had a different effect on the flow condition and the pulating wave in the tiling bain. Reult tet erie 3 (removed baffle block, and put abrupt rie with a lope of 1: 1) produced the highet efficiency. Concluion from the reearch that prioritie the reduction pulating wave can be followed up on the tet model tet. So that can be known whether the deign recommendation of thi tudy met the criteria of freeboard or ecure againt couring and alo whether it can be ued a a reference in deigning the length of the direction channel after tiling bain. Key word : Abrupt rie, pulating wave, tail water level (twl)

2 1.1. Latar Belakang Maalah Bendungan Sepaku Semoi terletak di Kabupaten Penajam Pair Utara, Kalimantan Timur. Bendungan Sepaku Semoi memakai peredam energi USBR tipe III dengan panjang peredam energi 19 m dan lebar 5 m. Bangunan peredam energi merupakan alah atu bagian penting dalam perencanaan bendungan. Bangunan peredam energi berfungi untuk meredam kecepatan dan energi aliran yang beraal dari aluran peluncur, dan mengkondiikan aliran terebut upaya tidak membahayakan geometri ungai. Bendungan Sepaku Semoi adalah fenomena Pulating Wave. Terjadinya Pulating Wave mempengaruhi deain tinggi jagaan dan kontruki dari tepi ungai bagian hilir peredam energi. Fenomena ini merupakan alah atu acuan dalam mendeain peredam energi. 1.. Identifikai Maalah Tejadinya pulating wave pada kolam olak diebabkan karena pengaruh loncatan hidraulik. Pada uji model fiik hidraulika Sepaku Semoi tinggi pulating wave mencapai m pada peredam energi, ehingga tinggi jagaan ditambah m dari deain emula. Dalam penelitian ini, untuk meredam pulating wave dilakukan percobaan beberapa alternatif pada model peneltian flume hidraulika aluran terbuka. Alternatif yang dipakai dengan mencoba memodifikai peredam energi yaitu, dengan menghilangkan baffle block, menambah abrupt rie dan lain ebagainya. Tentunya perubahan ini akan mengakibatkan variai kondii pulating wave dan kondii aliran pada peredam energi. Selain itu kondii morfologi ungai etelah peredam energi yang menyempit dapat mengakibatkan back water ehingga diperlukan kajian yang dapat memberikan uatu rekomendai untuk keamanan deain peredam energi dan tepi ungai bagian hilir Bataan Maalah Agar tidak menyimpang dari pokok bahaan yang dikaji maka diberikan bataan-bataan maalah ebagai berikut: 1. Model yang digunakan adalah pada model flume laboratorium Hidraulika Saluran Terbuka. Dimeni model peredam energi dan aluran peluncur berdaarkan nilai Fr 9 yang merupakan bataan nilai makimum Fr pada USBR III 3. Data analia menggunakan data primer dari hail pengukuran di flume laboratorium Hidraulika Saluran Terbuka. 4. Tidak membaha tentang pola geruan (local couring) Rumuan Maalah Permaalahan dalam kajian ini dirumukan ebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Baffle Block di USBR III terhadap kondii pulating wave (tinggi dan panjang pulating wave)?. Bagaimana pengaruh perubahan lope pada hilir USBR III (abrupt rie) pada kondii pulating wave (tinggi dan panjang gelombang)? 3. Kombinai deain manakah yang mampu meredam pulating wave yang terjadi pada peredam energi? 1.5. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari kajian ini adalah untuk mempelajari perilaku hidrolika antara pengaruh abrupt rie terhadap fenomena pulating wave dan mengetahui alternatif pemecahan permaalahan yang diebabkan pulating wave. Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah untuk menganalia ampai ejauh mana penyimpangan hitungan empirik dan hail model fiik, ehingga dapat diperoleh informai yang akurat guna menetapkan upaya-upaya perbaikan hidrolika apabila uatu aat terdapat perencanaan peredam energi lain dengan konfigurai bangunan dan kondii yang hampir ama. II. LANDASAN TEORI.1. Peredam Energi Fenomena aliran yang terjadi pada aluran peluncur adalah dengan kecepatan aliran yang angat tinggi, dengan kondii

3 pengaliran uper kriti. Oleh karena itu ebelum aliran air di alirkan ke ungai haru diperlambat dan dirubah pada kondii aliran ub-kriti, agar upaya tidak terjadi geruan yang membayahakan geometri ungai pada bagian daar, dan tebing ungai. Peredam energi mempunyai berbagai tipe dan khuu untuk bendungan urugan biaanya digunakan tipe kolam olakan (tilling bain type). Kolam olakan datar tipe III ecara teoriti cocok untuk keadaan ebagai berikut : 1. Aliran dengan tekanan hidrotati yang rendah ( Pw < 60 m). Debit yang dialirkan kecil (debit peifik q < 18,5 m 3 /det/m) 3. Bilangan Froude di akhir aluran peluncur > 4,50 V1 F 1 = g. y Kedalaman aliran etelah loncatan (kedalaman konjugai) y1 y = 1 + 8F1 1 Panjang loncatan hidroli pada kolam olakan (Rangga Raju, 1986 : 194) L = A (y y 1 ) Dimana A bervariai dari 5,0 ampai 6,9, atau ecara empirik dapat dugunakan grafik pada Gambar 1 (Sorodarono, 1977:). Gambar 1 Panjang loncatan hidroli pada kolam olakan datar tipe I, II dan III 1.. Pengendalian Loncatan Hidroli Dengan Ambang Loncatan hidroli dapat dikendalikan atau diarahkan dengan menggunakan ambang. Ambang yang dipergunakan mempunyai bentuk bermacam-macam, mialnya berbentuk ekat pelimpah berbentuk tajam (ambang tajam) ekat pelimpah berbentuk lebar (ambang lebar) dan penurunan atau kenaikan mendadak pada lantai aluran peredam energi. Dalam perencanaan peredam energi umumnya banyak dipilih menggunakan ekat pelimpah berbentuk lebar (ambang lebar) atau kenaikan mendadak pada lantai aluran peredam energi kemudian dilanjutkan ke aluran dihilir peredam energi, dimana perencanaan ketinggian drempel ini dikaitkan dengan kebutuhan kedalaman aliran air di hilir peredam energi (Tail Water Level, TWL)..3. Fenomena Pulating Wave Poteni pengembangan gelombang pada tail water dari lompatan hidraulik angat bear untuk bilangan froude yang berkiar.5 < F1 < 4.5. Reaki gelombang juga bergantung pada parameter lain, eperti tipe peredam energi, kedalaman tail water, kemiringan daar, dan tail water pada ungai. Abou Seida (1963) mengadakan percobaan dengan menggunakan bilangan froude yang berkiar. < F1 < 5.5, kemiringan daar Parameter untuk tail water wave adalah : Ketinggian gelombang Hw Periode gelombang Tw Ketinggian datang H1 Ketinggian tail water level H Kecepatan datang V1 Kemiringan daar θ Percepatan gravitai g.4. Analia dimeni Analia dimeni merpakan teknik matematik yang berhubungan dengan dimeni dari uatu bearan fiik yang berpengaruh pada permaalahan yang di hadapi (Triatmodjo,1999:188). Analia dimeni dapat dipergunakan untuk

4 mengatai permaalahan dalam mekanika fluida dan hidrolika. Dalam uatu penelitian hidrolika, analiadimeni dilakukan untuk mengetahui faktor dominan yang menjadi daar ecara itemati untuk memperoleh hubungan antar variabel maupun hubungan antar parameter. Dalam analia dimeni, pertama kali diperkirakan parameter parameter fiik yang mempengaruhi aliran. Dan kemudian parameter parameter terebut dikelompokkan dalam uatu bentuk tak berdimeni ehingga akhirnya dapat di tetapkan fenomena aliran yang lebih baik. Analia dimeni dapat di bagi menjadi dua item gaya (F) panjang (L) waktu (T) (force length time, FLT)dan item maa (M) panjang (L) waktu (T) ma length time, MLT). Ketiga bearan terebut merupakan bearan beba dan diebut bearan daar. Dalam analia dimeni dapat digunakan dua metode pendekatan yaitu metode Rayleigh dan metode Buckingham (Triadmodjo, 1999: 193). III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Macam Variabel dan Parameter Penelitian Dalam penelitian akan mengandung banyak parameter erta variabel yang akan diamati dan diukur untuk elanjutnya dianalia. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelompokan parameter dan variabel ehingga dapat diketahui hubunganhubungannya dengan melakukan analia dimeni. 1. Parameter Parameter merupakan faktor yang ditetapkan elama dalam proe penelitian.. Variabel Variabel merupakan faktor dalam penelitian yang dapat dipengaruhi. Dalam penelitian ini banyak terdapat variabel-variabel terukur yang nantinya akan dipergunakan dalam analia. Untuk mempermudah analia maka variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi yaituvariabel beba dan variabel tergantung. Tabel 1. Pengelompokan variabel penelitian Variabel Beba 1. Peninggian daar hilir peredam energi (abrupt rie).. Perubahan lope abrupt rie. 3. Pencopotan baffle block dan menambahkan abrupt rie. 4. Perubahan lope abrupt rie (tanpa baffle block pada kolam olak) Variabel Tergantung 1. Tail Water Level (twl). Kecepatan (v) 3. Tinggi loncatan 4. Tinggi pulating wave 5. Panjang rambatan Pulating wave Rancangan pengujian perubahan pada kolam olak dan abrupt rie dibagi dalam 1 eri. Tabel. Rancangan Pengujian Gambar. Daftar Alir Pelakanaan Penelitian

5 h1 h3 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Deain Peredam Energi USBR III Deain peredam energi USBR III direncanakan berdaarkan nilai bilangan froude terbear dalam hal ini ketika debit yang terjadi ebear 0,465 lt/dt. Penentuan dimeni peredam energi berdaarkan nilai bilangan froude mengacu pada tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh abrupt rie pada pulating wave untuk kiaran froude 4, Analia Dimeni Pengkajian penelitian ini menyangkut banyak variable yang berpengaruh. Maka penting dilakukan analia untuk ebelum menganalia data. Analia dimeni dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variable yang digunakan dalam analia data dan pembahaan. Untuk itu perlu dilakukan pengelompokan variable yang diajikan ebagai berikut: 1. Variabel tergantung : kecepatan (V), tinggi muka air ebelum loncatan (h 1 ), tinggi muka air etelah loncatan (h ), tinggi pulating wave (h w ), Jarak gelombang (Lw), Cepat rambat gelombang (Vw). Variabel yang diatur : perubahan lope abrupt rie (), pencopotan baffle block (), debit peratuan lebar (q), tail water level (twl) 3. Variabel yang lain : percepatan gravitai (g). Q h hw 0.16 m 1.00 m 1.50 m Gambar 3. Variabel-variabel dalam penelitian Maka didapatkan : C 1 v. = q Lw twl y C = C 3 = Lw C 4 = Hw C 5 = tw. C 6 = q twl C 7 = C 8 = 5 g. C 9 = q Analia dimeni untuk kolam olak tanpa baffle block. Maka didapatkan : v C 1 =.q y C = C 3 = Lw C 4 = Hw C 5 = v C w. 6 = q g. 3 C 7 = q 4.3. Perhitungan terhadap tinggi gelombang. Setelah melakukan pengujian di laboratorium beberapa eri diperoleh hail tinggi gelombang (hw) yang terjadi pada tilling bain. Seri 1 (abrupt rie 1 : 1), eri 5 (abrupt rie 1 : 3), dan eri 9 (abrupt rie 1 : 5) menggunakan analia dimeni c5 dan c9. Hail pengujian untuk eri 1 diajikan pada tabel 3 dan gambar 4 y 1 y 1

6 Tabel 3 Hubungan antara C5 dan C9 eri 1 Q Q hw/ g. 5 /q l/dt cm /dt C5 C9 0, ,6513 0,600 0,7569 0, ,4556 1,000 0, , ,7579 1,400 0,0990 1,013 19,895 1,600 0, , ,0951 1,650 0,03780 Gambar 4 Hubungan antara hw/ dan g. 5 /q eri 1 Tabel 4. Hubungan antara C5 dan C9 eri 5 Q Q hw/ g.5/q l/dt cm/dt 0,465 59,651 0,350 0,76 0,60 79,46 0,500 0,156 0,80 10,758 0,650 0,093 1,013 19,895 0,700 0,058 1,57 161,095 0,900 0,038 Gambar 5. Hubungan antara hw/ dan g. 5 /q eri 5 Tabel 5. Hubungan antara C5 dan C9 eri 9 Q Q hw/ g. 5 /q l/dt cm /dt 0,465 59,651 0,00 0,76 0,60 79,46 0,0 0,156 0,80 10,758 0,80 0,093 1,013 19,895 0,300 0,058 1,57 161,095 0,30 0,038 Gambar 6. Hubungan antara hw/ dan g. 5 /q eri Kalibrai Kalibrai adalah uatu tahap yang dilakukan untuk mencocokan hail uji penelitian. Dalam penelitian ini kalibrai dilakukan dengan melakukan uji pada parameter yang ama namun variabel debit yang berbeda. Tabel 6. Hail kalibrai pada Seri 5 Q Q g/q hw/ hw/ KR l/dt cm/dt grafik empiri % 0,538 67, , ,565 0,50 8,68% 0, ,1938 0, ,69 0,640 1,76% 0, ,3179 0, ,706 0,730 3,3% 4.5. Pembahaan Dengan melihat hail uji penelitian pada flume maka dapat diketahui kombinai deain pada kolam olak yang mampu mereduki pulating wave. Hail penelitian diajikan pada tabel 7. Tabel 7. Hail pengujian eri 1-1. Kemiringan dg BB dg BB tanpa BB tanpa BB Abrupt Rie twl beba twl twl beba twl 1 ; ; ; Contoh Aplikai Hail Penelitian Agar pemahaman aplikai hail penelitian lebih mudah, berikut ini diberikan contoh perhitungan aplikai penggunaanya eperti uraian berikut: Permaalahan : Suatu pelimpah ide channel dengan lebar aluran peluncur hilir (b) ebear 7,8 m, dilalui debit Q th ebear 59,781 m 3 /dt, Q 100th ebear 181,846 m 3 /dt, Q 1000th ebear 74,18 m 3 /dt, Q PMF ebear 751,06 m 3 /dt. Peredam energi menggunakan USBR Tipe III,dengan dimeni panjang kolam olak 16 m, tinggi

7 baffle block () 0,8 m. Jika debit Q 5th dialirkan pada 1 kondii ekiting yang berbeda yang teraji pada tabel 8. Pada kondiing ekiting manakah yang menghailkan rambatan gelombang paling jauh dan tinggi pulating wave yang makimum? Tabel 8. Kondii ekiting permaalahan AR = 1 : 1 Kondii 1 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:1 dan kondii hilir pada keadaan beba. Kondii Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:1, namun kondii hilir terjadi hambatan. Kondii 3 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:1, kondii hilir pada keadaan beba, namun baffle block pada kolam olak dilepa Kondii 4 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:1, baffle block pada kolam olak dilepa dan terjadi hambatan pada hilir. AR = 1 : 3 ` Kondii 5 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:3 dan kondii hilir pada keadaan beba. Kondii 6 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:3, namun kondii hilir terjadi hambatan. Kondii 7 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:3, kondii hilir pada keadaan beba, namun baffle block pada kolam olak dilepa Kondii 8 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:3, baffle block pada kolam olak dilepa dan terjadi hambatan pada hilir. AR = 1 : 5 Kondii 9 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:5 dan kondii hilir pada keadaan beba. Kondii 10 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:5, namun kondii hilir terjadi hambatan. Kondii 11 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:5, kondii hilir pada keadaan beba, namun baffle block pada kolam olak dilepa Kondii 1 Menggunakan Abrupt Rie dengan lope 1:5, baffle block pada kolam olak dilepa dan terjadi hambatan pada hilir. Pemecahan : Langkah awal adalah melakukan analia kondii yang terjadi yaitu : Dengan mengolah data ekiting yang ada euai dengan bilangan tak berdimeni yang dibutuhkan untuk membaca grafik hail analia penelitian yang kemudian diolah melalui peramaan hail analia penelitian. C1 = hw/ C = g. 5 /q C3 = hw/lw C4 = hw/ C5 = g. 5 /q Diketahui : Q th = 59,781 m 3 /dt Q 100th = 181,846 m 3 /dt Q 1000th = 74,18 m 3 /dt Q pmf = 751,06 m 3 /dt Fr = 6,9 = 0,8 m B = 8 m q = 7,4765 m 3 /dt/m Penyeleaian Kondii 1 euai dengan kondii eri 1 ehingga hw dan Lw dapat dilihat pada grafik/peramaan hubungan bilangan tak berdimeni eri 1. Bilangan tak berdimeni C 1 = g. 5 /q, C = hw/, C 3 = hw/lw y 1 =.0616e -4.55x x = g. 5 /q = y 1 = hw/ = hw = 1,91 m y = x x y = hw/lw x = g. 5 /q y = 0.09 lw = m Pada kondii 1 rambatan gelombang yang terjadi (lw) = 44,064 m dan tinggi gelombang hw = 1,91 m. Tabel 9. Hail perhitungan hw dan Lw Q th melalui peramaan hail penelitian Kondii Hw Lw Efiieni (hw) Efiieni (Lw) (m) (m) % % % 6% % 57% % 55% % 40% % 0% % 46% Tabel 10. Hail perhitungan hw dan Lw Q 100th melalui peramaan hail penelitian Kondii Hw Lw Efiieni (hw) Efiieni (Lw) (m) (m) % % % 81% % 75% % 91% % 89% % 86% % 0% Tabel 11. Hail perhitungan hw dan Lw Q 1000th melalui peramaan hail penelitian Kondii Hw Lw Efiieni (hw) Efiieni (Lw) (m) (m) % % % 5% % 0% % 68% % 60% % 46% % 814%

8 Tabel 1. Hail perhitungan hw dan Lw Q PMF melalui peramaan hail penelitian Kondii Hw Lw E fiieni (hw) E fiien i (Lw) (m) (m) % % % 6% % 0% % 71% % 63% % 3% % 184% V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Keimpulan Setelah melakukan pengujian di laboratorium dan menganalia hail penelitian, maka dapat diimpulkan : 1. Penggunaan baffle block pada kondii tail water level tanpa hambatan (beba) belum mampu meredam pulating wave. Indikai dari hal ini adalah maih terjadinya pulating wave pada eri 1,5, dan 9 yang diebabkan karena loncatan hidraulik tidak terjadi ecara empurna, ehingga menimbulkan pulating wave yang terjadi di hilir. Pulating wave yang terjadi ini mempunyai rambatan gelombang yang cukup jauh dan getaran gelombang dengan frekueni tinggi. Kecuali pada eri 3 pengujian pada aat baffle block dilepa, dan kondii beba (eri 7 dan 11) menghailkan aliran yang uperkriti pada etiap ectionnya (kolam olak tak berfungi), ehingga tidak terjadi pulating wave karena pada tiap ection terjadi aliran uperkriti dimana fr > 4,5.. Perubahan lope abrupt rie mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap kondii aliran dan pulating wave di kolam olak. Kemiringan abrupt rie 1 : 1 pada eri 1, eri, eri 3, eri 4, kemiringan abrupt rie 1 : 3 pada eri 5, dan kemiringan abrupt rie 1 : 5 pada eri 9 maih belum mampu meredam pulating wave, namun effiieni redaman tertinggi terjadi pada eri Kombinai deain kolam olak menggunakan abrupt rie tentunya tidak erta merta bia diterapkan pada etiap kau, karena pada daarnya penggunaan abrupt rie juga mempertimbangkan kondii dari twl, penggunaan abrupt rie berfungi dengan baik ketika twl < y. Apabila yang terjadi memang twl < y dan dikaitkan dengan pulating wave, maka bila ketinggian jagaan pada tilling bain mai dapat dimakmalkan maka kita bia memakai lope abrupt rie yang curam, namun ketika ketinggian jagaan udah tidak dapat dimakimalkan kita dapat memakai abrupt rie dengan lope landai namun yang perlu diperhatikan adalah panjang rambatan gelombang dan frekueninya. Uji penelitian pada eri 6, 7, 8, 10, 11, 1 memang tidak menghailkan pulating wave namun bila ditinjau dari egi keamanan deain terhadap geruan (couring) maupun tinggi jagaan (freeboard) maih belum memenuhi. Kombinai deain berdaarkan penelitian dengan effiieni paling tinggi terhadap tinggi dan jarak rambatan pulating wave adalah dengan memaang abrupt rie dengan kemiringan 1 : 1 dan melepa baffle block eri Saran Keimpulan dari hail penelitian yang memprioritakan pada peredaman pulating wave ini dapat ditindaklanjuti pada uji model te. Sehingga dapat diketahui apakah rekomendai deain hail penelitian ini memenuhi kriteria aman terhadap tinggi jagaan atau geruan dan juga apakah dapat dipakai ebagai acuan dalam mendeain panjang aluran pengarah etelah hilir kolam olak. VI. DAFTAR PUSTAKA Anonim Laporan Akhir Uji Model Fiik Bendungan Sepaku Semoi. Malang : Juruan Pengairan FT Unibraw

9 Chow, Ven Te Hidrolika Saluran Terbuka, terjemahan E.V. Neni Roalina. Jakarta : Erlangga. Hager, Willi H Energy Diipator And Hydraulic Jump, Dordrecht : Kluwer Academic Publiher. Peterka, A.J Hydraulic Deign of Stilling Bain and Energy Diipator. United State Department of The Interior : Bureau of Reclamation. Raju, K.G.R Aliran Melalui Saluran Terbuka, terjemahan Yan Piter Pangaribuan B.E., M.Eng. Jakarta : Erlangga Sorodarono, Suyono dan Tekeda, Kenaku. 00. Bendungan Type Urugan. Jakarta : Erlangga. United State Department of The Interior : Bureau of Reclamation Deign of Small Dam. Oxford & IBH Publihing CO. New Delhi Bombay Calcutta.

ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA PEREDAM ENERGI BENDUNGAN KRESEK MADIUN-JAWA TIMUR (MODEL FISIK SKALA 1:50)

ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA PEREDAM ENERGI BENDUNGAN KRESEK MADIUN-JAWA TIMUR (MODEL FISIK SKALA 1:50) ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA PEREDAM ENERGI BENDUNGAN KRESEK MADIUN-JAWA TIMUR (MODEL FISIK SKALA :50) Heri Suprijanto, Dwi Priyantoro, Nurul Fajar J. Jurusan Pengairan, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

ANALISA MODEL FISIK HIDROLIKA BENDUNGAN SEPAKU SEMOI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Ir. Dwi Priyantoro, MS Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

ANALISA MODEL FISIK HIDROLIKA BENDUNGAN SEPAKU SEMOI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Ir. Dwi Priyantoro, MS Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ANALISA MODEL FISIK HIDROLIKA BENDUNGAN SEPAKU SEMOI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Ir. Dwi Priyantoro, MS Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ABSTRACT Penajam Paser Utara (PPU) is one of regency in East

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi DEGRADAI DAAR UNGAI Ole : Imam uardjo Abtraki Degradai daar ungai umumnya merupakan akibat adanya eroi dan ebagai perantara utama adala air yang dipengarui ole kecepatan aliran. tudi ini bertujuan mengidentifikai

Lebih terperinci

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM) ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM) Evi J.W. Pamungkas Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

UJI MODEL FISIK HIDRAULIK TERJUNAN TEGAK DENGAN KISI PEREDAM (LONGITUDINAL RACKS) UNTUK PENGENDALIAN LONCATAN HIDRAULIK

UJI MODEL FISIK HIDRAULIK TERJUNAN TEGAK DENGAN KISI PEREDAM (LONGITUDINAL RACKS) UNTUK PENGENDALIAN LONCATAN HIDRAULIK 1 UJI MODEL FISIK HIDRAULIK TERJUNAN TEGAK DENGAN KISI PEREDAM (LONGITUDINAL RACKS) UNTUK PENGENDALIAN LONCATAN HIDRAULIK Prima Hadi Wicaksono 1, Very Dermawan 2 Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI Univerita Gadja Mada TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI SOAL A Suatu ungai (tampang dianggap berbentuk egiempat) dengan lebar B = 5 m. Di uatu tempat di ungai tb, terdapat daar ungai yang berupa

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIKA BANGUNAN PEREDAM ENERGI FLIP BUCKET PADA SIDE CHANNEL SPILLWAY BENDUNGAN MENINTING LOMBOK BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK SKALA 1:40

KAJIAN HIDROLIKA BANGUNAN PEREDAM ENERGI FLIP BUCKET PADA SIDE CHANNEL SPILLWAY BENDUNGAN MENINTING LOMBOK BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK SKALA 1:40 KAJIAN HIDROLIKA BANGUNAN PEREDAM ENERGI FLIP BUCKET PADA SIDE CHANNEL SPILLWAY BENDUNGAN MENINTING LOMBOK BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK SKALA 1:40 Sofri Ayu Isnaini. 1, Ir. Dwi Priyantoro, MS. 2, Dian

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN TIPE PEREDAM ENERGI BENDUNGAN KALIORANG BERDASARKAN HASIL UJI MODEL FISIK SKALA 1:50

KAJIAN PENGGUNAAN TIPE PEREDAM ENERGI BENDUNGAN KALIORANG BERDASARKAN HASIL UJI MODEL FISIK SKALA 1:50 KAJIAN PENGGUNAAN TIPE PEREDAM ENERGI BENDUNGAN KALIORANG BERDASARKAN HASIL UJI MODEL FISIK SKALA 1:50 Dedi Satriawan 1, Dwi Priantoro, Linda Prasetorini 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

ANALISA UJI MODEL FISIK PELIMPAH BENDUNGAN SUKAHURIP DI KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT

ANALISA UJI MODEL FISIK PELIMPAH BENDUNGAN SUKAHURIP DI KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT ANALISA UJI MODEL FISIK PELIMPAH BENDUNGAN SUKAHURIP DI KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT Rahmah Dara Lufira 1, Suwanto Marsudi 1 1) Dosen Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Fakultas

Lebih terperinci

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS Chairul Muhari Doen Juruan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Email : ch_muhari@yahoo.com

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK

PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK (THE COMPARISON OF WATER ENERGY AT CONVENTIONAL SPILLWAY AND STEPPED SPILLWAY AT STILLING BASIN)

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUDUT TIKUNGAN TERHADAP DEBIT SEDIMEN PADA SALURAN SEGIEMPAT DAN DINDING TETAP

HUBUNGAN SUDUT TIKUNGAN TERHADAP DEBIT SEDIMEN PADA SALURAN SEGIEMPAT DAN DINDING TETAP HUBUNGAN SUDUT TIKUNGAN TERHADAP DEBIT SEDIMEN PADA SALURAN SEGIEMPAT DAN DINDING TETAP Darwizal Daoed Laboratorium Hidrolika Juruan Teknik Sipil Fakulta Teknik Unand ABSTRAK Sudut belokan di ungai angat

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh : PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR BENDUNG DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE SOLID ROLLER BUCKET TERHADAP LONCATAN HIDROLIS DAN PEREDAMAN ENERGI Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM)

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM) ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM) Nur Fitriana Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl, Raya Palembang-Prabumulih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Juruan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Program S Teknik Sipil SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Soal Penyeleaian di bawa ini dicuplik dari buku: Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic:

Lebih terperinci

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 ISSN 5-9063 Volume 5, Nomor, Tahun 06 PENGARUH E-MODUL BERBASIS SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN ANIMASI 3 DIMENSI (STUDI KASUS : KELAS XI MULTIMEDIA SMK NEGERI 3

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung

PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung PENGARU DURASI SERANGAN GELOMBANG TERADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECA GELOMBANG Ida Bagu Agung Fakulta Teknik, Univerita Sarjanawiyata Tamaniwa Email: idabaguagung @ yahoo.com ABSTRACT thi reearch

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh : PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR SPILLWAY DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE TRAJECTORY BUCKET TERHADAP LONCATAN HIDROLIS DAN PEREDAMAN ENERGI Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

KAJIAN HIDRAULIKA PELIMPAH SAMPING BENDUNGAN RAKNAMO KUPANG NTT DENGAN UJI MODEL FISIK 1:50

KAJIAN HIDRAULIKA PELIMPAH SAMPING BENDUNGAN RAKNAMO KUPANG NTT DENGAN UJI MODEL FISIK 1:50 KAJIAN HIDRAULIKA PELIMPAH SAMPING BENDUNGAN RAKNAMO KUPANG NTT DENGAN UJI MODEL FISIK 1:50 Christian Aji 1, Janu Ismoyo, Linda Prasetyorini 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN

ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN Ahmad Syarif Sukri Doen Fakulta Teknik Univerita Haluoleo ABSTRAK Bendung Laeya merupakan alah atu bendung yang dibangun oleh pemerintah

Lebih terperinci

Uji Model Fisik Alternatif Pelimpah Waduk Suplesi Pejok dengan Skala 1:40 (Undistorted Scale)

Uji Model Fisik Alternatif Pelimpah Waduk Suplesi Pejok dengan Skala 1:40 (Undistorted Scale) Uji Model Fisik Alternatif Pelimpah Waduk Suplesi Pejok dengan Skala 1:40 (Undistorted Scale) Dr. Ir. Aniek Masrevaniah, Dipl.HE. Ir. Heri Suprijanto, MS. Agil Priyanto Abstraksi: Kondisi aliran dipelimpah

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: Chapter 6, pp. 358-370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England. Degradai

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TIPE PEREDAM ENERGI TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROLIKA SALURAN PELIMPAH BENDUNGAN STUDI KASUS UJI MODEL PELIMPAH BENDUNGAN JEHEM BALI

PENGARUH VARIASI TIPE PEREDAM ENERGI TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROLIKA SALURAN PELIMPAH BENDUNGAN STUDI KASUS UJI MODEL PELIMPAH BENDUNGAN JEHEM BALI PENGARUH VARIASI TIPE PEREDAM ENERGI TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROLIKA SALURAN PELIMPAH BENDUNGAN STUDI KASUS UJI MODEL PELIMPAH BENDUNGAN JEHEM BALI Prastumi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN

THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN PENGARUH PELIMPAH BERTANGGA TIPE AKAR TERPOTONG TERHADAP PANJANG LONCAT AIR DAN

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: : Chapter 6, pp. 358 370, 370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur

Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur Adi N. Setiawan, Alz Danny Wowor, Magdalena A. Ineke Pakereng Teknik Informatika, Fakulta Teknologi

Lebih terperinci

Studi Ketelitiaan Bukaan Pintu Air dan Efisiensi Aliran pada Daerah Irigasi

Studi Ketelitiaan Bukaan Pintu Air dan Efisiensi Aliran pada Daerah Irigasi JURNAL SKRIPSI Studi Ketelitiaan Bukaan Pintu Air dan Efisiensi Aliran pada Daerah Irigasi OLEH : RONALDO OLTA IRAWAN D111 09 341 J U R U S A N T E K N I K S I P I L F A K U L T A S T E K N I K U N I V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro 3 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela X SMA Negeri Metro Tahun Pelajaran 03-04 yang berjumlah 56 iwa. Siwa terebut merupakan atu keatuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah, iwa kela X emeter genap, ebanyak enam kela di SMA Taman Siwa Bandar Lampung tahun pelajaran 010-011. Teknik ampling yang

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler 72 Jurnal Rekayaa Elektrika Vol., No. 4, Oktober 23 Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler Bhakti Yudho Suprapto, Wahidin Wahab 2, dan Mg. Abdu Salam

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan ebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul? SOAL-SOAL KONSEP TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON Sebuah bla karet dijatuhkan ke ata lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bla itu memantul? Mlekul-mlekul pada lantai melawan/menlak bla aat menumbuk lantai dan

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC , Inovtek, Volume 6, Nomor, April 26, hlm. - 5 PERBANDINGAN TUNING PARAMETER ONTROLER PD MENGGUNAAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC Abdul Hadi PoliteknikNegeriBengkali Jl.

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN Tuga Akhir BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada proe perhitungan dibutuhkan data-data yang beraal dari data operai. Hal ini dilakukan karena data operai merupakan data performance harian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT JETri, Volume, Nomor, Februari 00, Halaman 5-40, ISSN 4-037 PENGAMATAN PERIAKU TRANSIENT Irda Winarih Doen Juruan Teknik Elektro-FTI, Univerita Triakti Abtract Obervation on tranient behavior i crucial

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

Key words : flume, open channel. I. PENDAHULUAN

Key words : flume, open channel. I. PENDAHULUAN UJI KINERJA FLUME 10 CM x 20 CM x 400 CM MELALUI PINTU AIR SISI TEGAK/VERTICAL, PARSHALL FLUME, AMBANG LEBAR UJUNG TUMPUL (DREMPELL) DAN AMBANG TAJAM/TIPIS Sutyas Aji 1), Yanus, T 2)., & Martiani, G. 3)

Lebih terperinci

SISTEM KIPAS ANGIN MENGGUNAKAN BLUETOOTH

SISTEM KIPAS ANGIN MENGGUNAKAN BLUETOOTH SISTEM KIPAS ANGIN MENGGUNAKAN BLUETOOTH Benny Raharjo *), Munawar Agu Riyadi, and Achmad Hidayatno Departemen Teknik Elektro, Fakulta Teknik, Univerita Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampu UNDIP

Lebih terperinci

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN Oleh Muh. Tawil * & Dominggu Tahya Abtrak Penerapan medan magnet dalam metode S-UHF dapat digunakan untuk mendekripikan kekuatan ikatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH Konfereni Naional Teknik Sipil Univerita Tarumanagara, 26-27 Oktober 207 DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH I Wayan Redana, I Nengah Simpen 2, dan Kadek Suardika 3 Program Studi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE)

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Abtrak MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Anton Suila L2F 399366 Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik Univeita Diponegoro Sermarang 2004

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH DAN STABILITAS LERENG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LANCANG KUNING

ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH DAN STABILITAS LERENG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LANCANG KUNING Jurnal Teknik Sipil Siklu, Vol. 2, No. 2, Oktober 2016 ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH DAN STABILITAS LERENG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LANCANG KUNING Zainuri Program Studi Teknik Sipil Univerita Lancang

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI Pudyono, IGN. Adipa dan Khoirul Azhar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci