LAPORAN PENCAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (LP2KD)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENCAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (LP2KD)"

Transkripsi

1 LAPORAN PENCAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (LP2KD) TAHUN 2012 TIM PENYUSUN SPKD TAHUN 2012 TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN ( TKPK ) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

2 Kata Pengantar Kemiskinan merupakan tantangan pembangunan yang terdapat di negara berkembang termasuk Indonesia. Tantangan ini membuat pemerintah berkepentingan untuk lebih serius memformulasikan kebijakan yang utuh dalam penanggulangan kemiskinan. Pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Belitung Timur tahun telah dirumuskan pondasi kebijakan yang secara eksplisit bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan sekaligus memberikan kontribusi dalam mengurangi jumlah penduduk miskin nasional. Untuk mewujudkan target-target yang tercantum dalam RPJMD, maka diperlukan pendekatan baru yang mampu mengakselerasi proses peningkatan capaian. Strategi mewujudkan percepatan tersebut ditempuh melalui dua cara yaitu Peningkatan Efektifitas Program dan Pelembagaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) adalah implikasi dari usaha sistematis untuk mengembangkan koordinasi yang lebih efektif tersebut. Sebagai wujud pertanggungjawaban TKPK terhadap tugas koordinasi dan pengendalian penanggulangan kemiskinan, setiap tahunnya disusun Laporan Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) untuk disampaikan oleh Ketua TKPK kepada Bupati Kabupaten Belitung Timur dan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dokumen ini memberikan data dan fakta bagaimana strategi yang dibangun berdasarkan empat pilar yaitu (1) Bantuan sosial terpadu berbasis rumah tangga; (2) Pemberdayaan masyarakat;(3) Pemberdayaan usaha mikro dan kecil dan (4) Pembangunan inklusif. Dari data yang disampaikan, diharapkan tergambar kekurangan sekaligus capaian positif berbagai program yang telah dilakukan terhadap perkembangan beberapa indikator utama kemiskinan. Sebagai sebuah kerja sistem, kita tentu memahami bahwa penanggulangan kemiskinan membutuhkan kebersamaan, sinergi lintas sektor, dan lintas pemangku kepentingan. Kita menanti peran sinergis swasta dalam mengkontribusikan program sosialnya agar lebih fokus dan terarah. Pada saat yang sama, kita harapkan agar masyarakat semakin mampu menggalang modal sosialnya seperti solidaritas, kepercayaan dan gotong royong untuk mendorong lebih banyak masyarakat menikmati kesejahteraan. Pada akhirnya, saya menyampaikan terimakasih atas kerjasama semua pihak dalam mewujudkan prestasi bersama yang telah dicapai sejauh ini. Namun saya percaya, bahwa kita tidak cepat berpuas diri. Capaian ditahun 2012 ini akan menjadi titik awal, pendorong kita untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik lagi ditahun 2013 nanti. Manggar, November 2012 KETUA TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BELITUNG TIMUR ZARKANI i

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Tingkat kemiskinan Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2010 berada diangka 10.36%. Jika menggunakan standar target yang termuat pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) , angka kemiskinan nasional ditargetkan turun menjadi sebesar 8% (target ideal) sampai dengan 10% (target konservatif). Dengan tolok ukur tersebut dan mengacu pada capaian tingkat kemiskinan di tahun 2010, Kab. Belitung Timur masih memungkinkan untuk mengejar target ideal nasional yakni 8%. Salah satu pertimbangan dari optimisme itu adalah kemungkinan besar publikasi tingkat kemiskinan oleh BPS pada tahun 2011 dan 2012 akan kembali menurun. Disisi lain, masih terdapat cukup waktu yakni 2 tahun sebelum 2014 untuk mewujudkan target tersebut. Indikator kemiskinan lain seperti indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan berkembang relevan dengan dinamika indikator ditingkat nasional dan provinsi. Oleh karenanya, meskipun tingkat kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur merupakan yang paling tinggi diantara 7 kabupaten/kota lainnya, perkembangan proses penanggulangan kemiskinan dari waktu ke waktu masih menunjukan intervensi kebijakan berlangsung efektif. Pada saat yang sama, indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menunjukan capaian menggembirakan. Dari tahun ketahun, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Belitung Timur selalu berada dilevel yang semakin baik. Pada tahun 2011, TPT berada pada angka 2.3% sementara capaian nasional masih diangka 4%. RPJMN menargetkan angka tingkat pengangguran di 5.4% pada tahun ini berarti capain Kabupaten Belitung Timur relevan terhadap kebijakan nasional dan intervensi kebijakan disektor tersebut berjalan efektif. Analisis pada 13 indikator kesehatan menunjukan perkembangan positif. Analisis efektifitas intervensi kebijakan menampilkan mayoritas kebijakan yang dijalankan berdampak positif terhadap perkembangan indikator. Hanya terdapat 3 indikator yakni Angka kematian balita, prevelansi balita gizi buruk, dan penduduk dengan keluhan kesehatan yang memerlukan pengkajian ulang kebijakan mengingat pada masing-masing indikator terdapat kecenderungan peningkatan temuan kasus. Disektor pendidikan, beberapa indikator yang garis kecenderungan (trendline) menampilkan pola menurun dari hasil simulasi data deret waktu adalah Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs, Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs, Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA, Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs, Rasio Siswa/Kelas SMA/MA, Rasio Guru/Kelas SMP/MTs, Rasio Guru/Kelas SMA/MA, Rasio Siswa/Guru SD/MI, Rasio Siswa/Guru SMP/MTs, dan Rasio Siswa/Guru SMA/MA penting untuk mendapatkan penanganan khusus dari sektor yang terkait. Sedangkan diisu infrastruktur dasar, satu-satunya indikator dari 3 indikator utama yang dianalisis dan berada pada posisi yang kurang baik adalah indikator Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak. Capaian indikator lain seperti proporsi tangga rumah sanitasi layak dan Proporsi rumah tangga dengan akses listrik secara kumulatif bergerak naik. Indikator ekonomi makro daerah yakni pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi berkembang baik. Sampai pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi bergerak positif dan secara kumulatif inflasi bergerak turun. Akan tetapi, pada indikator ketahanan pangan yakni Perkembangan Harga Beras dan Perkembangan harga Kebutuhan Kebutuhan Pokok Utama masih merangkak naik. Dalam kajian kemiskinan, perkembangan harga beras dan harga kebutuhan pokok yang tidak terkendali berpotensi menyebabkan pelemahan daya beli masyarakat miskin yang disebabkan oleh terlalu besarnya porsi pendapatan yang digunakan mereka untuk membiayai kebutuhan tersebut. Hal ini akan sangat berdampak langsung pada pergerakan indikator utama kemiskinan lainnya. Oleh karenanya perlu mendapatkan perhatian khusus oleh penanggung jawab sektor terkait. ii

4 Dalam penyusunan analisis LP2KD ini, terdapat beberapa kendala diantaranya, ketersediaan data yang masih belum sampai pada level kecamatan dan desa. Ini menyebabkan, analisis prioritas kewilayahan tidak bisa dilakukan. Masalah lain adalah rentang waktu dari data yang tersedia relatif beragam. Pada sektor kesehatan misalnya, terdapat indikator yang tersedia hanya dalam durasi 2 tahun. Sementara itu, untuk memperoleh kesimpulan yang baik, diperlukan series data yang lebih panjang sehingga mampu mencerminkan kecenderungan dari capaian indikator yang sebenarnya. Pada analisis proporsi belanja, besaran belanja untuk kebutuhan perlindungan sosial, kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Belitung Timur berada dalam komposisi yang cukup. Untuk kebutuhan masa depan, analisis anggaran ini perlu dilakukan secara mendalam dengan melibatkan instansi tekhnis terkait untuk mengidentifikasi gap of budgeting antara kebutuhan pembiyaan dengan ketersediaan dana bagi program-program penanggulangan kemiskinan. Pengembangan kebijakan dan kebijakan pemerintah Kabupaten Belitung Timur pada tahu 2012 semakin baik. Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Permendagri Nomor 42 tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota, maka fungsi dan peran TKPK di Kabupaten Belitung Timur terus ditingkatkan. Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan Kemiskinan, penanggulangan kemiskinan dipertajam arah kebijakannya, sekaligus memberikan payung hukum bagi proses integrasi dan harmonisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan. Melalui perda ini, didefinisikan hak dan kewajiban pemangku kepentingan, diatur mekanisme perencanaan dan pemanfatan data, penyusunan strategi dan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan, pemantauan, dan aspek pembiyaan. Secara khusus, perda ini merekomendasikan agar kebijakan nasional yakni penetapan sasaran berdasarkan database terpadu penanggulangan kemiskinan, serta penyusunan program unggulan daerah yang merupakan best practise dari program nasional seperti Program Keluarga Pelangi yang merupakan modifikasi program nasional yaitu Program Keluarga Harapan, Program Masyarakat Berdayaguna Terpadu Pelangi sebagai program pemberdayaan lokal untuk menjadi exit strategy PNPM di tahun Salah satu isu yang perlu diperhatikan dalam melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan adalah mendorong sinergi yang lebih baik terhadap sektor swasta. Koordinasi yang lebih intensif perlu didorong untuk memastikan program-program sosial yang dilakukan oleh perusahaan memiliki keselarasan dengan berbagai program yang dilakuakn oleh pemerintah daerah. Hal lain yang penting untuk mendapatkan perhatian adalah isu penguatan kapasitas SDM baik SDM di TKPK, maupun SDM ditingkat SKPD pelaksana. Pada tahun 2012, penguatan kapasitas dilakukan masih secara sektoral. Masing-masing SKPD melakukan penguatan kapasitas pelaksana program/kegiatan sesuai kebutuhan sektoral. Paradigma baru tentang percepatan penanggulangan kemiskinan yang menekankan keterpaduan mensyaratkan kesamaan cara pandang terhadap pentingnya koordinasi dari pelaksana kegiatan. Oleh karenanya, dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari kegiatan penguatan kapasitas yang selama ini berjalan. Pada tahun 2012, penguatan kapasitas dilakukan sebatas kegiatan pada Rapat Koordinasi, Rapat Kerja Kelompok Kerja, Rapat Kerja Kelompok Program, dan pertemuan tematik lainnya. Dimasa mendatang, perlu dipertimbangkan untuk mendorong keterwakilan kesertaan dalam pendidikan dan pelatihan tematik penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga seperti Bappenas dan TNP2K. Penyusunan laporan pencapaian penanggulangan kemiskinan ini merupakan salah satu upaya untuk secara bersama-sama memecahkan masalah kemiskinan. Komitmen yang kuat dan langkah nyata dari seluruh pelaku pembangunan sangat diperlukan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, penanggulangan kemiskinan menjadi arusutama dari seluruh kebijakan daerah. iii

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Ringkasan Eksekutif... ii Daftar Isi... iv Daftar Singkatan... vi Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Landasan Hukum Sistematika Penulisan... 4 BAB II KONDISI KEMISKINAN Kondisi Umum Daerah Aspek Geografi dan Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Umum Kemiskinan Analisis Antar Wilayah Analisis Antar Waktu Bidang Ketenagakerjaan Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program Prioritas Intervensi dan Wilayah Bidang Kesehatan Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program Prioritas Intervensi dan Wilayah Bidang Pendidikan Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program Prioritas Intervensi dan Wilayah Bidang Infrastruktur Dasar Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program Prioritas Intervensi dan Wilayah Bidang Ketahanan Pangan Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu iv

6 2.7.2 Relevansi dan Efektivitas Program Prioritas Intervensi dan Wilayah BAB III TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN Komposisi Anggaran Belanja Sektoral Analisis Anggaran Belanja Sektoral Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan BAB IV KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Penanganan Pengaduan Masyarakat BAB V KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Koordinasi di Tingkat Daerah Koordinasi di Tingkat Pusat Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Pelaksanaan Kegiatan Tahun Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Prioritas Intervensi Bidang/Sektoral dan Wilayah Implikasi Penyesuaian Program dan Anggaran Belanja Rencana Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan BAB VII PENUTUP v

7 DAFTAR SINGKATAN AKB Angka Kematian Bayi PKH Program Keluarga Harapan AKABA Angka Kematian Balita PISEW Pembangunan Infrastruktursosial Ekonomi Wilayah AKI Angka Kematian Ibu PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat APBD Angka Pendapatan Dan Posyandu Pos Pelayanan Terpadu Belanja Daerah Angka Pendapatan Dan Belanja Negara APBN PPLS08 Pendataan Program Perlindungan Socialtahun 2008 APM Angka Partisipasi Murni PSE05 Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk,Tahun 2005 Pusat Kesehatan Masyarakat Beras Miskin BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Puskesmas BPMD Badan Pembangunan Raskin Masyarakat Desa BPS Badan Pusat Statistik RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah BRI Bank Rakyat Indonesia RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah CSR Corporate Social Responcibility RPJMD Rencana Pembngunan Jangka Menengah Daerah DIPA Daftar Isian Pelaksanaan RSUD Rumah Sakit Umum Daerah Anggaran DPRD Dewan Perwakilan Rakyat RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin K/L Kementrian Atau Lembaga SD/MI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah KB Keluarga Berencana SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah KIA Kesehatan Ibu Dan Anak SKTM Surat Keterangan Tidak Mampu Km Kilometer SMA/MA Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah KUR Kredit Usaha Rakyat SMP/MTs Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah LP2KD LSM MDGS Musrenbang PDRB Permendagri Permendiknas Laporan Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan Daerah Lembaga Swadaya Masyarakat Millenium Development Goals Musyawarah Perencanaan Pembangunan Produk Domestik Regional Bruto Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional SPKD SPM SUSENAS TKPK TNP2K UMK UU Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Standar Pelayanan Minimum Survei Sosial Ekonomi Nasional Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Usaha Mikro Dan Kecil Undang-Undang vi

8 DAFTAR TABEL Tabel Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk... 7 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 7 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kab. Belitung Timur Tahun (juta rupiah)... 8 Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kab. Belitung Timur Tahun Tabel Laju Inflasi PDRB Kab. Belitung Timur Tahun (Persen)... 9 Tabel Pertumbuhan Ekonomi (%) Indonesia Tahun Tabel Nilai Indeks Komponen IPM Kabupaten Belitung Timur Tabel Garis Kemiskinan (GK) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Tabel Program Penanggulangan Kemiskinan 4 Klaster Berdasarkan APBD Tabel Mekanisme Penanganan Pengaduan Masyarakat Tabel Daftar Status Pengembalian Lembar Kuesioner SKPD/Bagian vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar Target Pencapaian Tingkat Kemiskinan... 1 Gambar Posisi Geografis Kabupaten Belitung Timur... 6 Gambar Tingkat Kemiskinan Provinsi se Indonesia Tahun Gambar Penyebaran Penduduk Miskin Indonesia Tahun Gambar Distribusi Pengeluaran Penduduk Miskin Indonesia Gambar Tingkat Kemiskinan (%) Provinsi Kep. Babel Terhadap Provinsi Lain Pada Tahun Gambar Tingkat Kemiskinan (%) Provinsi Kep. Babel Terhadap Provinsi Lain Pada Tahun Gambar Tingkat Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Jumlah Penduduk Miskin Nasional (Jiwa) Tahun Gambar Jumlah Penduduk Miskin Nasional (Jiwa) Tahun Gambar Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Nasional Tahun Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Indeks Keparahan Kemiskinan (P1) Nasional Tahun Gambar Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Nasional Tahun Gambar Indeks keparahan (P2) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Perkembangan Tingka Kemiskinan Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Gambar Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Tingkat Kemiskinan Nasional, Provinsi Kep. Bangka Belitung & Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektivitas Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingka Kemiskinan Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Dinamika Pertumbuhan Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan (%) Gambar Analisis Efektifitas Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Dinamika Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Analsisis Efektifitas Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Dinamika Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Tahun Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Prioritas Intervensi Wilayah TingkatPengangguran Terbuka (%) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Nasional Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun Gambar Angka Kematian Bayi Tahun Gambar Angka Kematian Balita (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun Gambar Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup)Kab. Belitung TimurTahun Gambar Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Nasional Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Rasio Bidan (per Penduduk ) Kab. Belitung TimurTahun Gambar Rasio Bidan Tahun Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Nasional Tahun Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Rasio Dokter (per Penduduk ) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Rasio Dokter Tahun Gambar Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Nasional Tahun Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Nasional Tahun Gambar Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun viii

10 Gambar Penduduk Dengan Keluahan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitun Timur Tahun Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Nasional Tahun Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Nasioanl Tahun Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Morbiditas (%) Nasional Tahun Gambar Angka Morbiditas (%) Propinis Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Morbiditas (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Angka Morbiditas Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Kematian Balita (AKBA) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Kematian Balita (AKBA) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Gambar Relevansi Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Gambar Relevansi Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektifitas Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Bidan (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Bidan (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Dokter (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Dokter (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKB Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKBA Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Angka Kematian Ibu Melahirkan Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Prevalensi Balita Kekuangan Gizi (%) Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Angka Morbiditas (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar SD/MI(%) Nasional Gambar Angka Partisipasi Murni SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Partisipas Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Nasional Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar SMP/MTS Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Nasional Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar SMA/MA Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Nasional Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ix

11 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni SD/MI Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Nasional Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni SMP/MTS Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Nasional Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni SMA/MA Tahun Gambar Jarak Sekolah Dasar SD/MI (km) Nasional Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Nasional Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Nasional Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Nasional Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Nasional Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Nasional Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Nasional Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Nasional Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Nasional Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Nasional Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Nasional Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Nasional Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Nasional Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Nasional Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Nasional Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun x

12 Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Terhadap Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Nasional Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Nasional Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Nasional Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Nasional Gambar Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun xi

13 Gambar Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Nasional Gambar Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung TimurTahun Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Infrastruktur DasarKepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Terhadap Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Perkembangan Harga Beras (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Nasional Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Perkembangan Harga Beras (Rp) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Kecenderungan pergerakan harga kebutuhan pokok Tahun Gambar Relevansi Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektifitas Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Ketahanan PanganKepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Komposisi Penerimaan Daerah Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Komposisi Belanja Daerah menurut Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Perbandingan Persentase Alokasi Belanja Berdasarkan Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Komposisi Belanja Anggaran Sosial Tahun Anggaran Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran Gambar Komposisi Belanja Anggaran ketenagakerjaan Tahun Anggaran Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran Gambar Komposisi Belanja Anggaran Kesehatan Tahun Anggaran Gambar Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran Gambar Komposisi Belanja Anggaran Pendidikan Tahun Gambar Belanja Pendidikan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran Gambar Belanja Pendidikan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Fungsi Sosial Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Fungsi Ketenagakerjaan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kesehatan Tahun Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APK Tahun Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APM Tahun Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Pendidikan Tahun Error! Bookmark not defined. Gambar Alur Penanganan Pengaduan Masyarakat Gambar Struktur Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kab. Belitung Timur Tahun Anggaran Gambar 6.1.1Analisis Prioritas Indikator Kemiskinan Terhadap Capaian Tingkat Kemiskinan Gambar 6.1.2Analisis Prioritas Bidang Kesehatan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Gambar 6.1.3Analisis Prioritas Bidang Pendidikan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Gambar 6.1.4Analisis Prioritas Bidang Infrasturktur Dasar Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Gambar 6.1.5Analisis Prioritas Bidang Ekonomi Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Gambar 6.2.1Komposisi Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Desil Kesejahteraan Gambar 6.2.2Penyebaran Rumah Tangga berdasarkan Tingkat Kesejahteraan xii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Millenium Development Goals (MDG s) mempunyai target pengurangan angka kemiskinan pada tahun 2015 yaitu setengah dari angka kemiskinan tahun Target MDG s disikapi dengan kebijakan RPJMN yang mencanangkan target penurunan tingkat kemiskinan menjadi 8-10 persen pada akhir Skenario optimis penurunan tingkat kemiskinan berkisar pada angka 8 persen, sedangkan skenario moderat terdapat pada kisaran angka 10 persen dengan pertimbangan terjadi faktor-faktor eksternal seperti krisis ekonomi dunia yang berpengaruh pada kenaikan tingkat kemiskinan. Gambar Target Pencapaian Tingkat Kemiskinan Dalam rangka pencapaian target penurunan tingkat kemiskinan RPJMN dan MDG s maka pada tahun 2010 telah diterbitkan kebijakan operasional berupa Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan memuat 4 (empat) pokok strategi yaitu (1) perbaikan program perlindungan sosial; (2) peningkatan akses terhadap pelayanan dasar; (3) pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; dan (4) pembangunan inklusif; yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi daerah. Tujuan Perpres No. 15 Tahun 2010 adalah meningkatkan efektivitas upaya pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dan sektor swasta dalam penanggulangan kemiskinan. Efektivitas tersebut berjalan melalui penguatan kapasitas pemerintah dan peran masyarakat oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Implikasi kelembagaan penanggulangan kemiskinan di daerah adalah pembentukan TKPK (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan) yang dilegitimasi dengan Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sistem kelembagaan bekerja untuk mencapai target pengurangan angka kemiskinan di daerah sebagaimana direncanakan dalam RPJMD, sekaligus memantau relevansi arah kebijakan pembangunan daerah dalam RPJMD terhadap pemenuhan target pengurangan angka kemiskinan nasional dan MDG s. Kinerja TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota salah satunya diukur dengan mengkoordinasikan penyusunanlaporan Penyelenggaraan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD). Dokumen 1

15 LP2KD adalah dokumen tahunan yang berisi laporan kinerja pelaksanaan capaian kegiatan penanggulangan kemisknan daerah. Dokumen ini menggambarkan apa saja yang sudah dicapai oleh pemerintah kabupaten dalam 1 (satu) tahun anggaran. Oleh karena itu, dokumen LP2KD penting sekali untuk disusun secara mandiri oleh sumberdaya TKPK sendiri (bukan pihak ketiga), bersifat evaluatif dan menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan proses berikutnya. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Laporan Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) adalah untuk mengukur capain kinerja kolektif lintas SKPD yang dikoordinasikan oleh TKPK dalam isu penanggulangan kemiskinan. Isu multi dimensi ini akan diterjemahkan kedalam beberapa indikator ukur utama kemiskinan dan pengangguran, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dasar dan ketahanan pangan. Melalui laporan ini akan tergambar permasalahan yang ada serta priotitas penyelesaiannya yang akan digambarkan oleh capaian indikator pendukung. Sedangkan tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut: a. Sebagai laporan pertanggungjawaban kinerja TKPK Kabupaten Belitung Timur kepada Bupati Kabupaten Belitung Timur b. Sebagai laporan pertanggungjawaban kinerja Penanggulangan Kemiskinanan Kabupaten Belitung Timuryang disampaikan oleh Bupati Belitung Timurkepada Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung c. Sebagai bahan evaluasi dan input untuk mengoptimalkan kinerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten pada tahun berikutnya. 1.3 Landasan Hukum Penyusunan LP2KD didasarkan pada dasar hukum dan acuan kebijakan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Aturan perundangan tentang RPJPN memuat tujuan pembangunan nasional jangka panjang termasuk didalamnya mengamanatkan penanggulangan kemiskinan berbasis hak. Presiden terpilih menghasilkan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang merencanakan kebijakan penanggulangan kemiskinan dalam skala lima tahunan. 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Aturan perundangan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memuat manajemen pembangunan nasional secara teknokratik, demokratis, partisipatif serta top down dan bottom up. Kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan secara substantif diletakkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Kerja Pemerintah, dan dokumen teknokratik lainnya. Dalam lingkup kebijakan nasional ini, Pemerintah Daerah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan mengacu kepada kebijakan RPJMN yang memuat kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Aturan perundangan Keuangan Negara menjadi dasar bagi analisis penganggaran percepatan penanggulangan kemiskinan. 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 2

16 Aturan perundangan ini menjadi dasar bagi peran TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bagian dari kinerja kelembagaan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam paradigma desentralisasi dan otonomi daerah. 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Economic, Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya). Aturan perundangan yang berisi tentang sejumlah hak-hak yang dikategorikan ke dalam hakhak ekonomi, sosial dan budaya, antara lain hak atas kehidupan yang layak, hak atas pangan dan sebagainya. Prinsip-prinsip hak ekonomi, sosial dan budaya menjadi dasar implementasi kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan. 6. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun Aturan perundangan tentang RPJMD memuat tujuan pembangunan jangka menengah daerah yang didalamnya mengamanatkan peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas pembangunan. Bupati terpilih telah menyusun misi pembangunan daerah yang diterjemahkan kedalam kebijakan dan strategi sektoral melalui rencana stratgis 5 (lima) tahunan dan rencana kerja pemerintah daerah 1 (satu) tahunan. 7. Peraturan daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 18 Tahun 2012tentang Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan perundangan daerah khusus mengenai penangulangan kemiskinan. Bersama-sama legislatif, pemerintah daerah telah merumuskan pendekatan pembangunan yang memberikan prioritas terhadap penanggulangan kemiskinan berbasis hak. Dalam peraturan daerah ini dimuat hak dan kewajiban bagi pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama mensinergikan peran dalam usaha mempercepat penanggulangan kemiskinan didaerah. Kebijakan operasional sebagai basis legitimasi penyusunan LP2KD adalah: 1. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang mendelegasikan pembentukan, tugas pokok dan fungsi TKPK di daerah. 2. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan sebagai arah implementasi program-program percepatan penanggulangan kemiskinan. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mengatur fungsi TKPK dalam koordinasi dan pengendalian. 4. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan Perluasan Program Pro-Rakyat. Kebijakan operasional ini tidak langsung terkait dengan LP2KD namun dapat dirujuk secara konvergen khususnya dalam hal penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperluas program Pemerintah yang bersifat pro-rakyat, yang meliputi rancangan produk, tindakan, sasaran, target penyelesaian, sumber pembiayaan dan penanggung jawab. 3

17 1.4. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan Laporan Penyelenggaraan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Belitung Timurmenyesuaikan dengan format yang disusun oleh TNP2K sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi gambaran umum tentang proses penyusunan dan format dokumen LP2KD BAB II KONDISI KEMISKINAN Materi Analisis Kondisi Kemiskinan berisi tentang analisis terhadap indikator kemiskinan sebagai pokok analisis dan analisis terhadap indikator utama maupun indikator pendukung bidang-bidang yang merupakan dimensi kemiskinan, seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dasar, dan ketahanan pangan. Analisis atas indikator-indikator tersebut akan menghasilkan gambaran tentang: a. Perkembangan antar waktu dan antar wilayah pada tiap indikator utama. Analisis terhadap posisi relatif capaian suatu daerah dalam suatu indikator dibandingkandengan daerah lain, provinsi atau nasional adalah penting untuk menilai sejauhmanacapaian itu dapat disebut tinggi atau rendah dalam konteks antardaerah yangsetingkat, provinsi atau nasional.posisi relatif suatu indikator kemiskinan di suatu daerah dapat diketahui denganmembandingkan capaian indikator tersebut dengan capaian indikator yang samadi daerah lain pada tahun tertentu. Ini dilakukan dengan menggambar grafik yangmenghubungkan variabel wilayah pada sumbu x (horisontal) dan variabel capaianindikator tersebut pada masing-masing wilayah setiap tahun pada sumbu y (vertikal). b. Analisis Relevansi Analisis terhadap relevansi perkembangan capaian indikator ditujukan untuk menilaisejauh mana pembangunan yang dijalankan di daerah dapat mendukung targetnasional. Relevansi capaian suatu indikator kemiskinan di daerah dapat diketahui denganmembandingkan perkembangan tersebut dengan perkembangan capaian indikatoryang sama secara provinsi/nasional. Ini dapat dilakukan dengan memplot grafik yangmenghubungkan variabel tahun pada sumbu x (horisontal) dan variabel capaian indikatorpada sumbu y (vertikal), masing-masing untuk tingkat daerah yang bersangkutan dantingkat provinsi/nasional.kemajuan atau kemunduran capaian indikator ditunjukkan oleh arah kemiringan grafik.sedangkan, tinggi rendahnya tingkat kemajuan atau kemunduran itu ditunjukkan olehderajat kemiringan (slope) grafik yang bersangkutan. c. Analisis efektivitas Analis ini diperlukan dalam menilai apakah program dan kegiatan tersebut efektif mencapai perbaikan kondisi indikator utama. Analisis terhadap efektivitas adalah penting untuk menilai apakah suatu intervensi kebijakan menghasilkan kemajuan atau sebaliknya kemunduran. Tingkat efektivitas tersebut menunjukkan sejauhmana capaian dari intervensi menunjukkan perbaikan daripada tahun sebelumnya (kondisi awalnya). d. Prioritas bidang intervensi dan wilayah intervensi, bagian ini menunjukkan bidang apa dan di mana (wilayah) yang menjadi prioritas untuk ditangani dalam rangka memperbaiki kondisi kemiskinan dengan memperbaiki indikator utama melalui intervensi pada indikator pendukung yang juga menjadi prioritas. 4

18 BAB III TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN Analisis anggaran dimaksudkan untuk melihat kemampuan fiskal daerah, komposisi sumber pembiayaan dan komposisi belanja pada bidang prioritas, kesesuaian antara anggaran dengan prioritas (relevansi) dan efektivitas anggaran penanggulangan kemiskinan terhadap pencapaian indikator utama. Lingkup analisis tersebut terdiri dari: a. Analisis belanja tiap sektor/bidang, jumlah dan proporsi dari tahun ke tahun untuk melihat perkembangan proporsi alokasi pada sektor/bidang yang menjadi prioritas hasil analisis kondisi kemiskinan (pada bagian sebelumnya). b. Komposisi anggaran belanja pada masing-masing sektor/bidang prioritas menurut sumber pembiayaan. c. Komposisi anggaran belanja pada masing-masing sektor/bidang prioritas menurut mata anggaran. d. Komposisi anggaran belanja pada masing-masing sektor/bidang prioritas menurut penyelenggara layanan. e. Komposisi anggaran belanja pada masing-masing sektor/bidang prioritas menurut jenis program yang dibiayai. f. Analisis relevansi dan evektivitas anggaran penanggulangan kemiskinan dilakukan untuk anggaran pada sektor/bidang prioritas, dengan analisis: g. Analisis gap of budgeting antara kebutuhan daerah (prioritas bidang intervensi) dengan kemampuan daerah dalam memenuhi kebutuhan itu. BAB IV KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Berisi gambaran tentang kebijakan, strategi dan program penanggulangan kemiskinan yang dimiliki oleh Kabupaten Belitung Timur BAB V KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Bagian ini berisi gambaran struktur dan tugas TNP2K dan TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota serta langkah-langkah koordinasi pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan. Materi tentang koordinasi diarahkan pada maksimalisasi koordinasi oleh TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota minimal 3 (tiga) kali dalam setahun dengan hasil yang bermanfaat pada publik. Materi pengendalian terarah pada mekanisme kelembagaan yang tepat dalam mengkoreksi implementasi SPKD. Dengan materi tersebut TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan melakukan koordinasi dan pengendalian programprogram penanggulangan kemiskinan di daerah masing-masing. BAB VIKESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi rekomendasi prioritas isu, penyesuaian program dan anggaran belanja, dan rencana koordinasi ditahun mendatang BAB VIII PENUTUP Berisi harapan laporan penanggulangan kemiskinan ini bisa berdampak dalam pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan diperiode anggaran berikutnya Format yang disusun diharapkan mampu merepresentasikan kebutuhan data dan informasi capaian bagi peningkatan kualitas program penanggulangan kemiskinan dari waktu ke waktu. 5

19 BAB II KONDISI KEMISKINAN 2.1 Kondisi Umum Daerah Aspek Geografi dan Demografi Letak geografis Kabupaten Belitung Timur adalah 107 o o 18 Bujur Timur dan Lintang selatan. Kabupaten Belitung Timur memiliki luas Wilayah ,94 km2 yang terdiri dari luas darat 2.506,91 km 2 dan luas wilayah laut ,03 km 2 Kabupaten ini berada pada posisi Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sesuai dengan PP Nomor 37 Tahun 2002, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Barat Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Utara : Kabupaten Belitung : Selat Karimata : Laut Jawa : Laut Natuna Secara geografis, batas-batas administrasi Kabupaten Belitung Timur dapat dilihat pada peta dibawah ini : Gambar Posisi Geografis Kabupaten Belitung Timur LAUT NATUNA # Kabupaten Belitung Tanjung Pandan Kec. Kelapa Kampit # Buding Kec. Manggar # Kabupaten Belitung Timur Kec. Gantung Kec. Dendang # Dendang # Gantung # Manggar Selat Karimata LAUT JAW A Posisigeografis Kabupaten Belitung Timur yang berada dijalur Selat Karimata, merupakan salah satu potensi tersendiri yang dimiliki wilayah ini. Sebagian besar wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah laut dengan luas mencapai ,03 km 2, hal ini menyebabkan daerah ini kaya dengan pantai, dimana ada 17 pantai yang indah, seperti Pantai Nyiur Melambai, Pantai Punai, Pantai Tanjung Keluang, Pantai Burung mandi, dan lainnya. a. Demografi Berdasarkan hasil sensus penduduk pada bulan Mei tahun 2010 Kabupaten Belitung Timur, jumlah penduduk Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 adalah jiwa, terdiri dari orang laki laki dan orang perempuan, komposissi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 52% laki laki dan 48 % perempuan. 6

20 Secara keseluruhan jumlah penduduk laki laki lebih banyak dibanding jumlah perempuan. Untuk sex rasio penduduk Kabupaten Belitung Timur adalah sebesar 1:8 yang artinya jumlah penduduk laki laki 8 persen lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. Dari laju Pertumbuhan penduduk Kabupaten Belitung Timur selama sepuluh tahun terakhir yakni sebesar 2,75%. Apabila dilihat dari banyaknya penduduk per kecamatan pada Tahun 2010 Kecamatan Manggar merupakan kecamatan yang penduduknya paling banyak di Kabupaten Belitung Timur yaitu sebanyak 33,353 jiwa dengan proporsi 31,34%, Kecamatan yang jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Simpang Renggiang hanya sebanyak orang dengan proporsi sebesar 6,25%. Kondisi terakhir pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kabupaten Belitung Timur dapat diukur sesuai data yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Belitung Timur sebanyak jiwa yang menghuni luas wilayah 2506,9 km2, sehingga kepadatan penduduk di Kabupaten Belitung Timur tercatat sebesar 45,15 jiwa/km2. Untuk data detail dapat disajikan sebagai berikut: Tabel Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk NO. KECAMATAN LUAS WILAYAH (km 2 ) JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN PENDUDUK TAHUN 2011 (jiwa/ km 2 ) MANGGAR ,53 2. DAMAR 236, ,77 3. GANTUNG 546, ,16 4. DENDANG 243, ,95 5. KELAPA KAMPIT 498, ,30 6. SIMPANG RENGGIANG 390, ,83 7. SIMPANG PESAK 362, ,94 JUMLAH 2509, ,15 Sumber: Sensus Penduduk BPS Tahun 2010 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Jumlah Penduduk Kecamatan berdasarkan Tingkat Pendidikan Manggar Gantung Dendang Kelapa kampit Damar Simpang renggiang Simpang pesak 1. Tidak/ Belum Sekoah Tidak Tamat sd/ Sederajat SD/ Sederajat SLTP/ Sederajat SLTA/Sederajat Diploma I/ II Akademi/ Diploma III Diploma IV/ Strata I Strata II Strata III JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Beltim 7

21 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kab. Belitung Timur Tahun (juta rupiah) Tahun PDRB (Juta Rupiah) Perubahan (Persen) Harga Berlaku Harga Konstan Harga Berlaku Harga Konstan ,61 5, ,81 5, ,54 5, ,32 6, ,93 4, ,93 5, ,96 5,91 Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Belitung Timur 2009 Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kab. Belitung Timur Tahun No Sektor Pertanian Pertambangan dan pengglian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keu. Persewaan, & jasa perusahaan Jasa-jasa PERTUMBUHAN EKONOMI Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Belitung Timur Pertumbuhan ekonomi (economic growth) yang diperoleh dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan suatu gambaran umum mengenai kemajuan ataupun kemunduran perekonomian suatu daerah. Artinya dengan PDRB atas dasar harga konstan dapat dilihat perkembangan nilai produksi masing-masing sektor ekonomi yang dihitung berdasarkan harga tahun dasar (tahun dasar 2000). Dengan menggunakan faktor pengali harga konstan, sehingga pertumbuhan yang terjadi merupakan pertumbuhan riil perekonomian, yang dapat menggambarkan peningkatan produksi secara makro. 8

22 Tabel Laju Inflasi PDRB Kab. Belitung Timur Tahun (Persen) No Sektor Pertanian Pertambangan dan pengglian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keu. Persewaan, & jasa perusahaan Jasa-jasa LAJU INFLASI Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Belitung Timur 9

23 2.2 Kondisi Umum Kemiskinan Pada masa lalu, pembangunan lebih diorientasikan pada usaha pemerintah untuk mengejar dan mewujudkan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara menambah jumlah investasi-investasi baru yang pada akhirnya akan menyerap banyak tenaga kerja. Dengan cara ini, diharapkan akan terjadi "Trickle Down Effects" atau efek tetesan. Kesejahteraan diasumsikan akan menetes sampai kesemua level sosial ekonomi masyarakat. Tabel Pertumbuhan Ekonomi (%) Indonesia Tahun Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Namun pendekatan yang hanya terpusat pada pertumbuhan ekonomi ternyata memiliki dampak yang kurang baik. Peningkatan pendapatan nasional tidak otomatis berarti kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik. Yang terjadi kemudian adalah pendapatan terdistribusi secara tidak merata, sehingga meskipun secara nasional perhitungan pendapatan lebih tinggi, mayoritas rumah tangga tetap berada pada keadaan sosial ekonmi yang buruk. Oleh karena itu, banyak kritik yang terlontar, dan mengatakan bahwa pembangunan yang lebih menekankan pada sisi peningkatan PDB akan berorientasi menekankan segi materialisme dan mendorong masyarakat untuk terus memproduksi barang-barang tak berguna. Belajar dari pengalaman serta perkembangan pemikiran mengenai pengukuran keberhasilan pembangunan, maka United Nation Development Programme (UNDP) menyusun paradigma baru yang tidak hanya menonjolkan sisi material tetapi juga kemajuan-kemajuan yang terkait dengan sisi harkat kesejahteraan manusia. Kemudian dikenalkanlah paradigma pembangunan yang lebih berorientasi kepada human development center.undp mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan tersebut. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. Tabel Nilai Indeks Komponen IPM Kabupaten Belitung Timur Tahun Indeks Harapan Hidup Indeks Pendidikan Indeks Paritas Daya Beli IPM (1) (2) (3) (4) (5) ,00 79,16 56,13 68, ,50 80,11 56,87 69, ,65 80,86 59,23 70, ,27 80,97 60,29 71, ,67 81,02 61,24 71, ,05 81,08 61,73 71,96 Sumber: Sensus Penduduk BPS Tahun

24 Disamping pergeseran paradigma dalam mengukur keberhasilan pembangunan, pemerintah juga terus memperbaiki kebijakan yang terkait dengan isu pencapaian kesejahteraan masyarakat. Untuk mengukur dan mengidentifkasi keberhasilan usaha mendorong sebanyak mungkin masyarakat ke tingkat kesejahteraan, maka pemerintah mengembangkan berbagai pendekatan perhitungan. Dalam usaha untuk melakukan pengukurannya tersebut, maka Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan- Makanan(GKBM). Penghitungan GK dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita perhari. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Tabel Garis Kemiskinan (GK) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Tahun Provinsi Babel Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Pangkalpinang Berdasarkan garis kemiskinan ini kemudian akan diukur berapa banyak penduduk yang memiliki pengeluaran dibawah standar nilai tersebut. Perbandingan dalam persentase antara jumlah penduduk yang pengeluarannya berada dibawah GK terhadap jumlah keseluruhan penduduk disebut sebagai Tingkat Kemiskinan. Sebagai agenda permasalahan nasional, kemiskinandi Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Ada beberapa ciri fenomena kemiskinan di Indonesia, yaitu: 1. Kesenjangan Persentase Penduduk Miskin Antar Wilayah Persentase penduduk miskin antar Provinsi di Indonesia berada pada tingkat kesenjangan yang tinggi. Di kawasan Timur Indonesia, porsi penduduk miskin pada suatu Provinsi cenderung masih sangat besar. Sebagai contoh, di Provinsi Papua masih mencapai angka 31.11%. Sementara di wilayah barat Indonesia, kondisinya relatif lebih baik. Bahkan beberapa Provinsisudah mampu menekan jumlah penduduk miskinnya menjadi sangat rendah dan sudah mdelampuai target RPJMN yaitu dalam range 10% - 8%. Kesenjangan ini tentu menjadi tugas yang berat bagi pemerintah untuk bekerja menurunkannya. 11

25 Gambar Tingkat Kemiskinan Provinsi se Indonesia Tahun Ketidakmerataan Sebaran Jumlah Penduduk Miskin Antar Wilayah Gambar Penyebaran Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2012 Selain kesenjangan Tingkat Kemiskinan, penyebaran penduduk miskin juga menjadi perhatian khusus. Dengan distribusi penduduk yang tidak merata antar Provinsi se- Indonesia, maka terjadi kesenjangan sebaran penduduk miskin. Provinsi Bangka Belitung dengan tingkat kemiskinan 5.53% hanya terdapat penduduk miskin sebesar jiwa yang merupakan jumlah penduduk miskin terendah diseluruh Indonesia. Sedangkan di DKI Jakarta, dengan tingkat kemiskinan sebesar 3.69% terdapat penduduk miskin mencapai jiwa. Jumlah penduduk miskin terbesar terdapat di ProvinsiJawa Timur dengan jumlah lebih dari 5 juta jiwa pada tingkat kemiskinan sebesar 13.60%. Jumlah yang begitu besar akan memberikan beban sosial yang luar biasa bagi pemerintah setempat. 12

26 3. Kerentanan Kemiskinan Gambar Distribusi Pengeluaran Penduduk Miskin Indonesia Kerentanan kemiskinan di Indonesia terlihat dari pola sebaran pengeluaran penduduk Indonesia. Dengan memperhatikan gambar diatas, terdapat cukup besar jumlah penduduk dengan pengeluaran yang berada disekitar garis kemiskinan. Hal ini menyebabkan kerentanan yang tinggi. Pergeseran garis kemiskinan dalam nominal yang relatif kecil akan menyebabkan banyak masyarakat miskin yang terperosok kedalam kemiskinan. Dalam simulasi gambar, ditampilkan bahwa pergeseran 1.2 x GK akan menyebabkan jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 2 x (kali) lipat dari jumlah sebelumnya atau penduduk miskin bertambah dari 12.49% menjadi 23.78%. Jumlah ini akan bertambah menjadi 33.94% hanya dengan menggeser nilai ke 1.4 x GK. Pola ini menunjukan cukup banyak penduduk indonesia yang sangat rentan menjadi miskin. Oleh karenanya, permasalahan kemiskinan harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah baik dipusat, maupun bagi pemerintah daerah. Berbagai kebijakan dan program disusun dalam upaya mendorong sebanyak mungkin masyarakat Indonesia keluar dari kemiskinan dan kerentanan kemiskinan. Untuk mengukur tingkat keberhasilan kebijakan dan program tersebut, maka digunakan beberapa indikator statistik kemiskinan umum diantaranya: Tingkat Kemiskinan (%) Tingkat Kemiskinan adalah indikator yang digunakan untuk memotret besaran porsi penduduk miskin pada suatu wilayah. Tingkat kemiskinan atau sering juga disebut sebagai persentase penduduk miskin merupakan nilai yang menunjukan proporsi penduduk miskin terhadap total penduduk disuatu wilayah. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Jumlah Penduduk Miskin adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah tertentu dengan pengeluaran di bawah garis kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index P1). Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. 13

27 Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index - P2). Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin Analisis Antar Wilayah A. Tingkat Kemiskinan Secara nasional, persentase penduduk miskin di Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2011 jika dibandingkan terhadap tingkat kemiskinan didaerah lain digambarkan sebagai berikut: Gambar Tingkat Kemiskinan (%) Provinsi Kep. Babel Terhadap Provinsi Lain Pada Tahun 2011 Capaian ini semakin baik jika dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya dengan posisi peringkat tingkat kemiskinan Provinsi Kep. Bangka Belitung masih berada diposisi 5 dengan tingkat kemiskinan sebesar 6.51%. 14

28 Gambar Tingkat Kemiskinan (%) Provinsi Kep. Babel Terhadap Provinsi Lain Pada Tahun 2010 Jika dilihat lebih jauh kelevel kabupaten, maka akan diperoleh gambaran bahwa angka capaian prestasi Tingkat kemiskinan kecil oleh provinsi tidak diikuti capaian yang baik oleh semua kabupaten. Gambar Tingkat Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Data statistik terakhir pada tahun 2010 menunjukan tingkat kemiskinan terendah dicapai oleh Kabupaten Bangka Barat dengan kisaran 5.25% dan tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Belitung Timur dengan angka mencapai 10,36%. Angka ini cukup besar mengingat nilainya hampir 2 kali lipat dari nilai pada kabupaten dengan tingkat kemiskinan terendah dan masih lebih besar dari tingkat kemiskinan Provinsi yaitu sebesar 7.51%. 15

29 B. Jumlah Penduduk Miskin Sebaran jumlah penduduk miskin sangat ditentukan oleh jumlah penduduk diwilayah tersebut. Dari pola ini, Provinsi Bangka Belitung memiliki keuntungan demografis. Kombinasi antara jumlah penduduk Provinsi yang relatif sedikit dengan tingkat kemiskinan yang rendah menempatkan Provinsi Bangka Belitung kedalam capaian terendah dari jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 yaitu sebesar jiwa. Hal ini sangat kontras dengan beban jumlah penduduk miskin Provinsi jawa tengah yang mencapai lebih dari 5 juta jiwa. Gambar Jumlah Penduduk Miskin Nasional (Jiwa) Tahun 2011 Capaian Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terkecil ini dari waktu kewaktu dipertahankan oleh Provinsi Bangka Belitungyang pada rentang 1 tahun sejak tahun 2010 penduduk miskin telah berkurang sebesar jiwa. 16

30 Gambar Jumlah Penduduk Miskin Nasional (Jiwa) Tahun 2010 Keuntungan demografi yang sama juga dialami oleh Kabupaten Belitung Timur. Meskipun berada pada posisi pertama dari indikator Tingka Kemiskinan (%), namun dari sisi jumlah Belitung Timur pada tahun 2010 menempati posisi keempat terendah dengan jumlah penduduk miskin sebesar Jiwa. Gambar Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun

31 C. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Selain memiliki keunggulan dari sisi jumlah penduduk miskin, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menampilkan capaian yang cukup baik dari indikator Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2). Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Nasional Tahun 2010 Secara nasional, pada tahun 2011 Indeks P1 Provinsi Bangka Belitung semakin baik dengan nilai pada saat yang sama secara nasional indeks P1 juga bergerak turun menjadi Penurunan ini menunjukan hal positif yang menjelaskan bahwa kesenjangan pengeluaran masyarakat miskin terhadap GK semakin kecil. Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 Jika ditingkat nasional capaian Provinsi Bangka Belitung cukup baik, tidak demikian dengan capaian Kabupaten Belitung Timur. Indeks P1 memperoleh nilai terbesar dibandingkan 6 kabupaten/kota lainnya. Tentu fenomena ini menghawatirkan karena indeks kesenjangan ini bahkan melampaui nilai P1 Provinsi yang hanya sebesar

32 Gambar Indeks Keparahan Kemiskinan (P1) Nasional Tahun 2011 D. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Gambar Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Nasional Tahun 2010 Pola yang sama terjadi pada indeks P2 Provinsi Bangka Belitung. Nilai P2 pada tahun 2010 sebesar 0.23 pada saat capaian nasional sebesar 0.58 yang kemudian ditahun berikutnya turun menjadi Pada tahun yang sama capaian indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Belitung Timur masih berada pada nilai yang kurang baik dibandingkan indeks kabupaten/kota se-bangka Belitung yakni sebesar Nilai yang 19

33 berada diatas capaian kabupaten, namun masih lebih dari pada nilai besaran P2 nasional. Gambar Indeks keparahan (P2) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 Besarnya nilai indeks keparahan kemiskinan P2 di Kabupaten Belitung Timur menunjukan bahwa diperlukan usaha yang relatif besar untuk mendorong agar masyarakat miskin mampu bergerak meninggalkan kemiskinan karena jarak rata-rata yang cukup besar antar masyarakat miskin. Pada saat yang sama, terdapat juga kesenjangan pengeluaran antara sesama penduduk miskin dalam rata-rata yang signifikan. 20

34 2.2.2 Analisis Antar Waktu A. Tingkat Kemiskinan Secara nasional, pada tahun 2011 Tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada diposisi ke-3 terendah. Pada tahun yang sama, tingkat kemiskinan nasional berada pada angka 13.33%. Angka ini cukup baik mengingat pada tahun sebelumnya angka kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada posisi ke-5 dengan capaian sebesar 7.51%. Kecenderungan perkembangan positif yang ditandai dengan turunnya angka kemiskinan provinsi bangka belitung diperlihatkan oleh gambar dibawah ini. Gambar Perkembangan Tingka Kemiskinan Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Kecenderungan positif ini juga dialami oleh KabupatenBelitung Timur. Gambar Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Meskipun tingkat kemiskinan Kabupaten Belitung Timurmasih relatif tinggi, namun dari waktu ke waktu besarannya masih lebih baik dibandingkan capaian nasional. Jika diukur dari target capaian RPJMN sebesar 10% (target minimal) pada akhir tahun 2014, maka tingkat kemiskinan Kab. Belitung Timur pada tahun 2010 sudah hampir mancapai target nasional tersebut. Sedangkan jika mengacu pada target MDG s; yaitu menurunkan tingkat kemiskinan menjadi setengah dari tahun dasar; maka capaian 10,36% masih 21

35 terpaut cukup jauh dari angka target yaitu setengah dari 14.26% atau sama dengan 7,13%. Gambar Tingkat Kemiskinan Nasional, Provinsi Kep. Bangka Belitung & Kab. Belitung Timur Tahun Jika menganalisa grafik diatas, secara umum kita bisa simpulkan bahwa perkembangan tingkat kemiskinan Kabupaten Belitung Timur dari waktu kewaktu masih sejalan dengan dinamika capaian nasional. Keberhasilan penurunan tingkat kemiskinan dikabupatenbelitung Timur telah berkontribusi positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan Nasional. Akan tetapi, ditingkat Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Belitung Timur masih berada pada tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari waktu kewaktu. Tingkat Efektifitas penanggulangan kemiskinan juga berjalan efektif, karena dalam periode , menunjukan trend pengurangan seperti yang ditampilkan pada grafik berikut. Gambar Analisis Efektivitas Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Garis Kecenderungan (Trendline) berada pada kemiringan yang cukup baik menunjukan rata-rata tingkat kemiskinan dalam periode tersebut menurun secara efektif. 22

36 B. Jumlah Penduduk Miskin Pola yang ditunjukan oleh dinamika tingkat kemiskinan baik ditingkat nasional, Provinsi maupun KabupatenBelitung Timur menunjukan kemiripan. Pada tahun 2006, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin secara nasional yang juga diikuti oleh kecenderungan yang sama ditingkat Provinsi dan Kabupaten. Namun pada tahun-tahun berikutnya, tingkat kemiskinan ini terus turun. Gambar Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingka Kemiskinan Kab. Belitung Timur Tahun Pada periode 2002 sampai dengan 2009, dinamika jumlah penduduk miskin sejalan dengan pola penurunan persentase jumlah penduduk miskin. Perbedaan sedikit mencolok terlihat pada tahun dimana terjadi penurunan persentase penduduk miskin, namun dari sisi jumlah penduduk miskin justru meningkat signifikan yaitu sebesar jiwa. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan statistik lain yang menunjukan pada periode terjadi lonjakan pertumbuhan penduduk di KabupatenBelitung Timur. Dalam jangka waktu 1 tahun tersebut, tercatat terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar jiwa. Sehingga patut diapresiasi bahwa pada situasi terjadi penambahan penduduk dalam jumlah yang besar tersebut, pemerintah Kabupaten Belitung Timur masih mampu konsisten menekan persentase penduduk miskin. Gambar Dinamika Pertumbuhan Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan (%) 23

37 Gambar Analisis Efektifitas Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun Dari Analisis Efektifitas terhadap grafik diatas menunjukan usaha pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam menekan jumlah penduduk miskin sudah cukup efektif meskipun garis tren (Trendline) bergerak dalam kemiringan yang kurang baik akibat terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin diperiode C. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Selain indikator utama tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin, indikator pendukung lainnya adalah indeks kedalaman kemiskinan (P1). Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun Jika dibandingkan dengan kesenjangan pengeluaran yang terjadi kumulatif ditingkat nasional, maka kesenjangan pengeluaran penduduk miskin kabupaten terhadap garis kemiskinan daerah relatif lebih kecil. Ini ditunjukan dengan gambar indeks P1 KabupatenBelitung Timur yang dari sejak tahun 2003 sampai dengan 2010 selalu dibawah grafik P1 Nasional. Namun masih disayangkan, capaian tersebut selalu berada 24

38 diatas nilai P1 Provinsi. Artinya, rata-rata tingkat kesenjangan pengeluaran masyarakat miskin di Provinsi Bangka Belitung lebih kecil dibandingkan penduduk miskin Kabupaten Belitung Timur. Akan tetapi ada dinamika yang harus diperhatikan. Pada tahun , terjadi lonjakan ekstrim kenaikan indeks P1 dari 1.52 menjadi ditahun 2005 tersebut, nilai P1 Kabupaten Belitung Timur bahkan berada diatas nilai P1 nasional yang hanya sebebesar Pada tahun yang sama, memang terjadi pelonjakan persentase penduduk miskin di KabupatenBelitung Timur. Angka yang melonjak secara ekstrim ini menunjukan semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dengan kata lain, semakin banyak penduduk miskin yang terperosok semakin jauh kedalam kemiskinan yang akut. Dinamika sebaliknya terlihat pada tahun Terjadi penurunan nilai indeks P1 sebesar hampir 1 poin dari 2.60 menjadi hal ini menunjukan bahwa pada periode tersebut terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk miskin sehingga mampu meningkatkan rata-rata pengeluarannya menjadi lebih dekat dengan nilai garis kemiskinan. Gambar Dinamika Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Belitung Timur Tahun Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan indeks kedalaman kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur relevan dalam mendukung penurunan nilai P1 nasional, kecuali pada periode Namun tidak relevan dalam mendukung upaya penekanan kesenjangan pengeluaran penduduk miskin ditingkat Provinsi. 25

39 Gambar Analsisis Efektifitas Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Belitung Timur Tahun Akan tetapi secara kumulatif dari tahun , kecenderungan efektifitas penanggulangan kemiskinan dalam rangka menurunkan nilai P1 berlangsung efektif dengan kemiringan garis kecenderungan cukup baik. D. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Pergerakan ekstrim indeks kedalaman kemiskinan (P1) pada periode serta pada tahun juga dialami oleh indeks keparahan kemiskinan (P2). Pada periode tersebut, kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin bergerak cukup signifikan. Gambar Dinamika Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Belitung Timur Tahun

40 Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun Pergerakan ini sangat penting untuk dicermati, besaran indeks P2 ditingkat Provinsi Bangka Belitung bergerak relatif stabil pada periode yang sama. Dari dinamika tersebut dapat disimpulkan bahwa indeks P2 KabupatenBelitung Timur tidak relevan dengan usaha menurunkan indeks P2 Provinsi. Namun masih relevan dengan dinamika P2 Nasional. 27

41 2.3 Bidang Ketenagakerjaan Dalam menganalisa bidang ketenagakerjaan, maka digunakan indikator Tingkat Pengangguran Terbuka. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah merupakan persentase pengangguran terhadap angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka digunakan untuk Untuk melihat tingkat penggunaan tenaga kerja. Jika TPT kurang dari 4 persen berarti tingkat pengangguran suatu daerah masih dinggap normal Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Jika dibandingkan dengan Provinsi lain se-indonesia, pada tahun 2011 Provinsi Bangka- Belitung menduduki peringkat ke 7 dengan angka sebesar 3.61%. Sedangkan ditingkat antar Kabupaten se-provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Belitung Timur menduduki posisi terbaik dengan angka 2.51% dan diikuti oleh Kabupaten Belitung sbesar 2.97% Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Tahun 2011 Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 Posisi sebagai kabupaten dengan tingkat pengangguran terbuka terendah di Bangka- Belitung ini dicapai setelah pada tahun sebelumnya diduduki oleh Kabupaten Belitung 28

42 dengan TPT sebesar 3.77%. Secara nasional, angka TPT Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 adalah sebesar 5.63%. Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Dari statistik BPS, sejak tahun 2007 sampai dengan 2011, ada kecenderungan positif terhadap penurunan tingkat pengangguran terbuka. Kecenderungan tersebut terlihat pada gambar dibawah ini. Capaian ini cukup menggembirakan mengingat kabupaten Belitung Timur telah melampaui batas normal tingkat pengangguran suatu daerah yaitu sebesar 4%. Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Belitung Timur Tahun

43 2.3.2 Relevansi dan Efektivitas Program Jika perkembangan tingkat pengangguran terbuka tersebut dibandingkan dengan dinamika tingkat pengangguran terbuka nasional dan Provinsi, maka akan terlihat bahwa perkembangan indikator tersebut sangat relevan dengan capaian nasional dan Provinsi. Pengeculian terjadi pada periode tahun dimana terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Belitung Timur dari 6.33% ke 6.15% belum sebaik capaian Provinsi yang bergerak dari 6.49% ke 5.99% hingga pada periode itu, tingkat pengangguran terbuka kabupaten Belitung Timur lebih tinggi dari capaian Provinsi. Gambar Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sedangkan untuk mengetahui efektifitas tingkat pengangguran terbuka, dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar Analisis Efektifitas Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan membaca tingkat kemiringan garis kecenderungan (trendline) tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa usaha pengurangan tingkat pengangguran berjalan efektif. 30

44 2.3.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah Prioritas intervensi bidang diperoleh dengan memetakan hubungan indikator utama ketenagakerjaan dengan indikator pendukung bidang kemiskinan berupa jumlah penduduk miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Dari komposisi indikator tersebut, terlihat bahwa hanya indikator jumlah penduduk miskin yang menunjukan kecenderungan meningkat dalam periode 1 tahun terakhir. Bidang ini membutuhkan prioritas intervensi dibandingkan dengan capaian 2 indikator lainnya. 31

45 Gambar Prioritas Intervensi Wilayah TingkatPengangguran Terbuka (%) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Dalam isu ketenagakerjaan, jika indikator capaian tiap kabupaten dipetakan dalam sumbu Y dan pada sumbu X dipetakan besaran nilai indikator pendukung jumlah penduduk miskin, maka akan terlihat bahwa Kabupaten Belitung Timur berada pada isu prioritas akhir (4) dibandingkan dengan kabupaten lain. Sedangkan pemetaan indikator TPT dengan indeks P1 dan P2 menempatkan Kabupaten Belitung Timur pada posisi prioritas wilayah intervensi ke 3. 32

46 Gambar Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Gambar Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun

47 2.4 Bidang Kesehatan Dalam menyusun analisis dibidang kesehatan, ditetapkan beberapa indikator yang ditujukan untuk memberikan gambaran umum melalui indikator utama, serta indikator pendukung untuk membantu mengarahkan kepada permasalahan yan lebih detail. Definisi dari indikatorindikator tersebut disajikan sebagai berikut: Angka Kematian Bayi (AKB) adalah Angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup) Angka kematian Balita (AKBA) adalah Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per kelahiran hidup. Prevalensi balita kekurangan gizi (berat badan rendah) adalah persentase balita yang menderita kekurangan gizi, diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur sesuai standar WHO. Penduduk dengan keluhan kesehatan (%) adalah Keluhan kesehatan adalah gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk karena kecelakaan, atau hal lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Pada umumnya keluhan kesehatan utama yang banyak dialami oleh penduduk adalah panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare, asma/sesak nafas, sakit gigi. Orang yang menderita penyakit kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. Penduduk dengan Pengobatan Sendiri adalah Perbandingan antara jumlah penduduk sakit yang diobati sendiri dengan jumlah penduduk yang mengalami keluhan yang menyebabkan kegiatannya terganggu, biasanya dinyatakan dalam persen. Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan adalah Persentase balita (0-59 bulan) yang proses kelahirannya dibantu oleh tenaga penolong kelahiran yang terbagi menjadi nakes (tenaga kesehatan/medis) dan non-nakes (tenaga non-medis). Yang termasuk nakes antara lain, dokter, bidan, mantri kesehatan dll. Non-nakes diantaranya tradisional, dukun bayi, paraji, dll. Angka Morbiditas/kesakitan ibu adalah jumlah ibu yang menderita gangguan fungsi yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kehamilannya atau persalinannya Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu A. Angka Kematian Bayi Pada tahun pendataan 2009, Capaian Indikator Utama Angka Kematian Bayi (%) Provinsi Bangka Belitung sebesar 33.13% terlihat masih diatas rata-rata capaian Nasional sebesar 31.42%. capaian ini menempatkan Provinsi Babel berada pada ranking 18 dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia. 34

48 Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Nasional Tahun 2009 Pada tahun 2009, posisi kabupaten Belitung Timur dalam capaian AKB ditingkat Provinsi Bangka Belitung masih kurang menggembirakan. Angka capaian yang diperoleh masih berada diatas capaian Provinsi dan nasional yaitu sebesar 33,69%. Walaupun jika dilihat pada tahun 2008, maka angka ini telah naik tipis dari capaian sebelumnya sebesar 34.55%. walaupun demikian, angka tersebut masih menempatkan kabupaten Belitung Timur sebagai daerah peringkat ke 3 terbaik dari sisi indikator AKB ini. Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun

49 Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 Dari datastatistik yang dimiliki, dari waktu kewaktu terjadi penurunan angka kematian bayi yang cukup signifikan, dan jika dipertahankan sangat mungkin untuk mengejar melampaui capaian AKB Nasional. Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun Jika menggunakan data yang bersumber dari dinas kesehatan, maka perkembangan antar waktu dari indikator Angka Kematian Bayi ditampilkan sebagai berikut: 36

50 Gambar Angka Kematian Bayi Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Dari Buku Profil Kesehatan Belitung Timur, maka dalam 3 tahun terakhir, kecenderungan kematian bayi semakin rendah. Tahun 2011, angka kematian bayi per 1000 kelahiran hanya diangka 7.4. B. Angka Kematian Balita Data Angka Kematian Balita diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten Belitung Timur. Penggunaan data tersebut dikarenakan ketiadaan sumber data lain seperti yang biasa berasal dari BPS. Ketiadaan data dari BPS menyebabkan tidak tersedia statistik capaian kabupaten lain, dan atau statistik capaian nasional dan provinsi Bangka Belitung. Sejak 2007, indikator Angka Kematian Balita mengalami dinamika yang beragam, mulai dari naik pada tahun 2007 ke angka 4.83 ditahun 2008, sempat turun pada tahun berikutnya, akan tetapi kembali konsisten naik pada periode Dalam periode 5 tahun terkakhir pendataan, terjadi kenaikan cukup besar ditahun yakni sebesar 2.24 poin menjadi Gambar Angka Kematian Balita (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 37

51 C. Angka Kematian Ibu Melahirkan Data Angka Kematian Ibu Melahirkan diperoleh dari profil Kesehatan Dinas Kesehatan Belitung Timur. Sumber data terbatas pada capaian Kabupaten Belitung Timur sejak periode pendataan tahun Data dari kabupaten/kota lain ditingkat provinsi dan data perbandingan capaian antar wilayah tidak tersedia. Jika melihat kecenderungan kumulatif sejak 2007 sampai 2011, maka tampak pada grafik, data capaian indikator Angka Kematian Ibu bergerak semakin menurun dan ini berarti positif. Gambar Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup)Kab. Belitung TimurTahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur D. Angka Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Angka prevalensi balita kekurangan gizi di Kabupaten Belitung Timur menunjukan kecenderungan menurun pada periode 2010 ke 2011 yaitu diangka 4.6% menjadi 3.95% Gambar Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 38

52 E. Rasio Bidan (Per Penduduk) Statistik tahun 2011 menunjukan bahwa posisi capaian Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2011 berada masih dibawah capaian nasional yaitu Pada tahun yang sama, rata-rata rasio bidan ditingkat nasional berada pada angka Namun ditingkat Kabupaten, Belitung Timur memiliki Rasio Bidan tertinggi yaitu Angka ini terus membaik dari angka sebelumnya sebesar per penduduk pada pendataan ditahun Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Nasional 2011 Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun

53 Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 Gambar Analisis Rasio Bidan (per Penduduk ) Kab. Belitung TimurTahun Perkembangan dari waktu kewaktu dalam kurun 6 tahun terakhir diperlihatkan oleh gambar diatas. Semakin besar rasio bidan, maka berarti semakin meningkat kemudahan masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan yang disediakan bidan tersebut. Sumber data alternatif yang bisa digunakan berasal dari profil kesehatan Kabupaten Belitung Timur. Pendataan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung Timur setiap tahunnya ditampilkan pada grafik dibawah ini. 40

54 Gambar Rasio Bidan Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur F. Rasio Dokter (Per Penduduk) Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Nasional Tahun 2011 Data tentang rasio Dokter diperlihatkan pada grafik diatas. Sama seperti capaian rasio bidan, rasio dokter di Provinsi juga masih terbatas. Pada tahun 2011, rasio dokter secara nasioan sebesae Provinsi Bangka Belitung masih memiliki rasio yg lebih kecil yakni sebesar

55 Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011 Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 Jika dibandingkan dengan besaran rasio dikabupaten/kota sebangka belitung, maka capaian rasio dokter dikabupaten Belitung Timurpada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup baik dari angka ditahun 2008 menjadi angka tersebut sudah berada pada diatas rata-rata rasio dokter se-provinsi Bangka Belitung. sebagai daerah pemekaran, angka ini bahkan sudah meninggalkan jauh kabupaten lain, dan hanya kalah dibandingkan rasio dokter yang terdapat pada kotamadya pangkalpinang. 42

56 Gambar Analisis Rasio Dokter (per Penduduk ) Kab. Belitung Timur Tahun Kecenderungan dari waktu kewaktu pada periode pengukuran 2005, 2008 dan 2011 juga sudah menunjukan kinerja yang positif. Besarnya rasio dokter ini menunjukan kemungkinan akan terlayaninya masyarakat secara lebih baik. Jika dibandingkan antara data yang bersumber dari BPS dengan data yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung Timur, maka akan diperoleh kesimpulan, pada rentang memang terjadi kecenderungan penambahan jumlah dokter yang bekerja memberikan pelayanan kesehatan difasilitas kesehatan Belitung Timur. Perbedaan hanya terdapat jumlah/nilai indikator dimana pada tahun 2011, menurut data BPS, rasio dokter sebesar 27.06, sementara menurut Dinas Kesehatan sebesar Gambar Rasio Dokter Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 43

57 G. Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Dari data yang dimiliki, diperoleh kesimpulan terjadi peningkatan kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Belitung Timur pada periode 2010 ke tahun Hal ini tentu perlu menjadi perhatian serius dari aparat pemerintah terkait. Gambar Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur H. Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Berbeda dengan kejadian bayi gizi buruk, maka kejadian balita gizi kurang teridentifikasi menurun pada periode Hal ini ditunjukan oleh besaran nilai prevalensi balita gizi kurang yang menurun dari 4.86 menjadi Gambar Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 44

58 I. Jarak Puskesmas Terdekat (km) Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Nasional Tahun 2011 Data perbandingan capaian antar wilayah untuk indikator jarak puskesmas terdekat yang diperoleh dari Provinsi Bangka Belitung menempatkan dalam posisi yang cukup baik dari sisi capaian nasional. Jarak puskesmas terdekat Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2011 adalah km, rata-rata nasioanal berada pada angka km. ditahun yang sama, masih terdapat daerah yang akses terhadap puskesmas masih pada jarak diatas 40km yaitu ProvinsiPapua. Sementara itu, daerah dengan akses puskesmas terdekat terdapat di Yogyakarta dengan jarak hanya 3.44 Km Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011 Pada tahun 2011 tersebut, kabupaten beliung timur sudah berada pada angka yang cukup baik yaitu sebesar 8.36 km. Angka ini bergeser tipis dari 3 tahun sebelumnya yaitu 8.37 km. 45

59 Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 Penurunan jarak puskesmas yang cukup besar terjadi pada periode yaitu bergeser dari km menjadi 8.37 km. Terjadi penambahan atau pembangunan infrastruktur kesehatan baru berupa puskesmas pada periode tersebut. Akan tetapi pada rentang tahun 2008 ke 2011, pergeseran nilai jarak puskesmas yang kecil menunjukan tidak terjadi pembangunan infrastruktur kesehatan berupa puskesmas baru. Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Kab. Belitung Timur Tahun

60 J. Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Tingkat keluhan penduduk terhadap kesehatan secara nasional pada tahun 2010 berbeda tipis dengan capaian ditingkat Provinsi yaitu sebesar 33.56% dan 33.97%. sementara ditingkat kabupaten Belitung Timur, berada pada angka 36.61% yang merupakan tertinggi kedua setelah Kabupaten Belitung. meskipun angka keluhan kesehatan Provinsi bangkabelitung masih relatif tinggi, namun secara kolektif, capaian keseluruhan kabupaten memang mengalami kecenderungan penurunan. Ini ditunjukan bahwa dari 2009 ke 2010, nilai indikator kesehatan ini semakin kecil. Gambar Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Nasional Tahun 2010 Gambar Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Seperti capaian kolektif Provinsi, ditingkat kabupaten, hampir seluruh kabupaten mampu menekan lebih kecil angka keluhan kesehatan ini pada periode

61 Gambar Penduduk Dengan Keluahan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2009 Gambar Analisis Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitun Timur Tahun Akan tetapi, jika dilihat dalam rentang waktu yang lebih panjang, yaitu sejak periode 2005ke 2008, memang terdapat kecenderungan meningkatnya keluhan kesehatan masyarakat. Peningkatan yang ekstrim terjadi pada periode , dimana terdapat kenaikan keluhan sebesar hampir 10% dari angka awal 29.95%. 48

62 K. Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Pada tahun 2010, Angka Penduduk dengan Pengobatan Sendiri Provinsi Bangka Belitung terlihat lebih masih berada pada besaran yang cukup tinggi yakni sebesar 74.02% dan berada pada capaian nasional pada tahun yang sama sebesar 71.22%. Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Nasional Tahun 2010 Pada tahun 2010, tingkat penduduk dengan pengobatan sendiri di Kabupaten Belitung Timur berada pada angka 71.22%. angka ini lebih baik dari Kabupaten Bangka, Belitung, Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Hanya Kabupaten Bangka Barat dan Kotamadya Pangkalpinang yang mencatatkan persentase lebih rendah dari Kabupaten Belitung Timur. Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun

63 Pada tahun 2009, tercatat persentase penduduk dengan pengobatan sendiri kabupaten Belitung Timur sebesar 73.27%. pada tahun ini, kabupaten Belitung Timur masih berada pada posisi kedua tertinggi setelah kabupaten bangka tengah. Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2009 Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dari kecenderungan yang terbaca pada tahun 2005 sampai dengan 2010, maka dapat dilihat terjadi dinamika pergerakan angka yang cukup signifikan. Terjadi penurunan yang cukup besar pada tahun 2007 dimana penduduk dengan pengobatan sendiri hanya berada pada tingkat 62%, yang kemudian bergerak baik pada periode 2008 menjadi 74.41% dan kemudian turun secara bertahap selama 2 tahun terkahir. 50

64 L. Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Pada tahun 2010, Tingkat kelahiran ditolong Tenaga Terlatih Kabupaten Belitung Timur mencapai 86%. Angka ini sudah diatas capaian nasional yaitu sebesar 80.96%. pada tahun tersebut, masih terdapat 16 Provinsi yang capaiannya berada dibawah rata-rata angka nasional. Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Nasioanl Tahun 2010 Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 Jika kita membandingkan data capaian antar kabupaten kota se-provinsi Bangka Belitung, maka akan diperoleh informasi bahwa pada tahun 2010 angka capaian Belitung Timur sebesar 88.4%. angka ini sudah lebih baik dari angka capaian nasional sekaligus masih diatas angka capaian Provinsi. Pada tahun 2009, angka capaian Kabupaten Belitung Timur juga sudah berada diatas capaian Provinsi dan nasional. 51

65 Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009 Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun Walaupun angka capaian kabupaten Belitung Timur sudah cukup baik dibandingkan dengan capaian Provinsi dan nasional, namun sebenarnya terjadi fluktuasi yang cukup besar antara terhadap besaran persentase ini. Pada tahun 2007 ke 2008, terjadi penurunan persentase penduduk dengan kelahiran ditolong tenaga kesehatan. Angka ini dikoreksi menjadi lebih baik pada 2009 dan kembali turun pada tahun Dinamika ini harus diperhatikan, mengingat indikator ini mencerminkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang akan memperngaruhi besarnya angka kematian bayi, kematian balita dan kematian ibu. 52

66 M. Angka Morbiditas (%) Besaran angka morbiditas ditingkat Provinsi sudah cukup rendah dan sejalan dengan capian nasional. Rendahnya angka morbiditas menunjukan kualitas layanan yang menyangkut proses persalinan ibu dan bayi. Dalam perbandingan ditingkat 7 kabupaten kota se-provinsi Bangka Belitung, angka morbiditas kabupaten Belitung Timur pada 2 tahun terakhir yakni periode pendataan 2010 dan 2009 adalah terendah. Ini merupakan prestasi yang menggembirakan mengingat pada tahun 2009, dengan tingkat morbiditas sebesar 20.17%, angka tersebut masih diatas capaian nasional. Akan tetapi pada tahun 2010, kabupaten Belitung Timur telah menduduki posisi aman, dengan angka morbiditas sebesar 11.69% yang berada dibawah garis nasional dan Provinsi. Gambar Angka Morbiditas (%) Nasional Tahun 2010 Gambar Angka Morbiditas (%) Propinis Bangka Belitung Tahun 2010 Secara kolektif, angka morbiditas kabupaten kota se-bangka belitung memang mengalami kenaikan pada tahun

67 Gambar Angka Morbiditas (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2019 Dalam rentang waktu 2005 dan 2010, angka morbiditas meningkat sejak tahun 2006 sampai ke Meskipun demikian, angka morbiditas kembali turun pada tahun Gambar Analisis Angka Morbiditas Kab. Belitung Timur Tahun

68 2.4.2 Relevansi dan Efektivitas Program A. Angka Kematian Bayi Gambar Relevansi Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dengan membaca gambar diatas, maka dapat disimpulkan pada periode 2005 sampai ke 2010, angka kematian bayi Kabupaten Belitung Timurrelevan dengan pencapaian nasional. Pada periode tersebut juga bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan yang mendukung capaian penurunan angka kematian bayi berlangsung efektif. Gambar Analisis Efektifitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun

69 B. Angka Kematian Balita Analisis relevansi tidak mungkin dilakukan karena ketidak tersediaanya data capaian nasional dan provinsi untuk indikator Angka Kematian Balita. Gambar Relevansi Angka Kematian Balita (AKBA) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Dengan memperhatikan kecenderungan 5 tahun terakhir yang ditampilkan pada gambar dibawah ini, dapat disimpulkan bahwa intervensi kebijakan yang dilakukan dalam mendukung AKBA berjalan tidak efektif. Gambar Analisis Efektifitas Angka Kematian Balita (AKBA) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 56

70 C. Angka Kematian Ibu Melahirkan Analisis relevansi untuk indikator Angka Kematian Ibu tidak mungkin dilakukan karena ketidak tersediaanya data capaian nasional untuk indikator Angka Kematian Ibu Melahirkan. Gambar Relevansi Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Sedangkan analisis efektiftas intervensi kebijakan untuk indikator angka kematian ibu melahirkan berlangsung efektif karena terdapat kecenderungan penurunan yang dicerminkan oleh miringnya trendline. Gambar Analisis Efektifitas Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 57

71 D. Angka Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Analisis relevansi tidak mungkin dilakukan karena ketidak tersediaanya data capaian nasional untuk indikator Angka Prevalensi Balita Kekurangan Gizi. Gambar Relevansi Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Visualisasi grafik efektifitas dari 2 (dua) tahun terakhir yang dimiliki oleh indikator prevalensi balita kekurangan gizi menunjukan kecenderungan turun yang artinya bisa disimpulkan intervensi kebijakan berlangsung efektif. Gambar Analisis Efektifitas Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun

72 E. Rasio Bidan (Per Penduduk) Analisis relevansi yang dilakukan terhadap indikator rasio bidan dikabupaten Belitung Timur terhadap tingkat rasio bidan di Provinsi dan nasional menunjukan perkembangannya cukup relevan. Relevansi ini terlihat dari tingkat rasio bidan kabupaten berkembang pada dengan peningkatan yang sejalan dari statistik 3 (tiga) tahunan tersebut. Gambar Relevansi Rasio Bidan (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar dibawah ini menyajikan kecenderungan peningkatan rasio bidan yang berarti semakin banyak jumlah bidan bekerja memberikan pelayanan kesehatan. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan berjalan efektif. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Bidan (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun

73 F. Rasio Dokter (Per Penduduk) Dalam 3 (tiga) waktu pendataan yang dilakukan, diperoleh gambaran bahwa jumlah dokter yang bekerja di Kabupaten Belitung Timur bertambah. Pertumbuhan ini sangat relevan dengan peningkatan rasio dokter ditingkat Provinsi meskipun tidak relevan dengan capaian ditingkat nasional. Gambar Relevansi Rasio Dokter (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Berbagai intervensi kebijakan yang dilakukan dalam usaha meningkatkan rasio dokter berjalan efektif. Ini terlihat dari kecenderungan peningkatan rasio tersebut dari waktu ke waktu. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Dokter (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun

74 G. Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Relevansi indikator prevalensi balita gizi buruk tidak bisa dinilai karena tidak tersedianya data yang cukup tentang perkembangan capaian indikator nasional dan Provinsi. Gambar Relevansi Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Sedangkan jika kita membandingkan data yang tersedia dalam 5 (lima) tahun terkahir, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan yang mendukung peningkatan kualitas capaian penurunan kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Belitung Timurtidak efektif. Gambar Analisis Efektifitas Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 61

75 H. Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Relevansi indikator prevalensi balita gizi kurang tidak bisa dinilai karena tidak tersedianya data perkembangan capaian indikator nasional dan Provinsi pada tahun bersesuaian. Gambar Relevansi Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Jika melihat garis kecenderungan yang berada dalam kemiringan turun, maka dapat disimpulkan bahwa pengurangan kejadian balita gizi kurang berjalan efektif. Gambar Analisis Efektifitas Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 62

76 I. Jarak Puskesmas Terdekat (km) Dengan memperhatikan pola yang sama antara capaian nasional, Provinsi dan kabupaten Belitung Timur untuk indikator jarak puskesmas terdekat, bisa dinyatakan bahwa indikator tersebut berjalan relevan dengan capaian nasional dan Provinsi. Gambar Relevansi Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pada periode yang sama, dengan memperhatikan kecenderungan garis trendline, bisa disimpulkan meskipun terjadi kenaikan jarak puskesmas terdekat pada periode pendataan terakhir, namun intervensi kebijakan masih berjalan efektif. Gambar Analisis Efektifitas Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Tahun

77 J. Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Pada gambar dibawah ini, terlihat indikator penduduk dengan keluhan kesehatan menampilkan dinamika yang beragam dari waktu ke waktu. Pada tahun , perkembangan indikator tersebut tidak relevan dengan kondisi Provinsi. Akan tetapi sejak 2 (dua) tahun kemudian, indikator ini sejalan dengan perkembangan indikator Provinsi. Sedangkan jika dilihat relevansi indikator tersebut dengan capaian nasional, maka bisa disimpulkan bahwa hanya pada periode , indikator ini tidak relevan dengan perkembangan nasional. Akan tetapi pada periode lainnya, indikator tersebut berkembang relevan dengan capaian nasional. Gambar Relevansi Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun Membaca kecenderungan garis trend, maka bisa disimpulkan meskipun ditahun terakhir terjadi pola keluhan yang menurun, akan tetapi secara keseluruhan garis kecenderungan berpola naik, dan artinya adalah intervensi kebijakan yang mendukung capaian indikator ini tidak efektif. 64

78 K. Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Gambar Relevansi Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pada gambar diatas, terlihat bahwa relevansi perkembangan indikator penduduk dengan pengobatan sendiri didominasi pola yang tidak relevan pada periode Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, masih relevan dengan dinamika nasional dan Provinsi. Gambar Analisis Efektifitas Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun Meskipun dalam sudut kemiringan yang kecil, namun terjadi kecenderungan positif terhadap penurunan persentase penduduk dengan pengobatan sendiri. Ini menunjukan bahwa intervensi kebijakan berjalan efektif. 65

79 L. Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Jika memperhatikan pola perkembangan nasional terhadap indikator Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih, ada kecenderungan peningkatan yang konsisten sejak tahun Dtingkatan Provinsi, data pada periode juga menampikan pola peningkatan. Ini berarti penurunan capaian indikator tersebut yang terjadi di Kabupaten Belitung Timur pada tahun tidak relevan dengan perkembangan nasional. Gambar Relevansi Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sama seperti analisis relevansi, maka analisis efektifitas terhadap posisi capaian kabupaten untuk indikator Kelahiran ditolong Tenaga Terlatih juga menampilkan garis kecenderungan yang menurun. Artinya terjadi ketidak efektifan intervensi kebijakan. Gambar Analisis Efektifitas Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun

80 M. Angka Morbiditas (%) Pada periode , angka morbiditas kabupaten relevan dengan perkembangan angka morbiditas nasional dan Provinsi. Sedangka pada periode kenaikan angka morbiditas kabupaten tidak sejalan dengan kondisi penurunan angka morbiditas nasional dan Provinsi. Gambar Relevansi Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan melihat kemiringan garis tren dari waktu-kewaktu, maka dapat disimpulkan bahwa intervensi kebijakan untuk penurunan angka morbiditas berjakan efektif. 67

81 2.4.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah Untuk melihat indikator mana yang menjadi prioritas pada bidang kesehatan, maka akan dipetakan beberapa indikator pendukung terhadap indikator utama. Analisisnya disampaikan pada bagian berikut. A. Prioritas Intervensi Bidang Data perkembangan AKB pada 3 tahun pendataan sudah menunjukan arah perkembangan yang baik dengan terjadinya penurunan dari waktu kewaktu. Capaian ini didukung dengan perkembangan positif dari indikator pendukung rasio bidan dan rasio dokter. Akan tetapi, untuk indikator pendukung yaitu jarak puskesmas masih terdapat kecenderungan naik, yang artinya akses masyarakat terhadap puskesmas semakin jauh. Isu ini penting diperhatikan untuk kemudian dicarikan solusi. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKB Kab. Belitung Timur Tahun Perkembangan AKABA dipengaruhi oleh dinamika kondisi kejadian kondisi kekurangan gizi. Dari pemetaan dinamika indikator tersebut, diperoleh gambaran bahwa terjadi peningkatan kejadian balita dengan gizi buruk yang memerlukan perhatian khusus. 68

82 Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKBA Kab. Belitung Timur Tahun Dalam pemetaan indikator pendukung terhadap perkembangan AKI, maka terlihat bidang yang harus mendapat perhatian adalah tingginya angka morbiditas. Meskipun pada tahun terakhir terjadi penurunan, akan tetapi pada penurunan tersebut merupakan kondisi setelah terjadi tren kenaikan dalam 3 (tiga) tahun sebelumnya. Selain itu, angka tingkat kelahiran ditolong tenaga kesehatan mengalami penurunan. Ini menunjukan semakin rendahnya akses masyarakat terhadap tenaga kesehatan yang membantu proses persalinan dalam kelahiran. 69

83 Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Angka Kematian Ibu Melahirkan Kab. Belitung Timur Tahun Dari gambar dibawah ini, bisa diperoleh kesimpulan, terjadi penurunan indikator utama prevalensi balita kekurangan gizi, namun pada saat yang sama, terjadi kenaikan kondisi gizi buruk yang perlu mendapatkan perhatian. Meskipun indikator pendukung lainnya menunjukan semakin banyak masyarakat yang mengakses fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menyelesaikan permasalahan kesehatan yang diperolehnya. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Prevalensi Balita Kekuangan Gizi (%) Tahun

84 B. Prioritas Intervensi Wilayah Terdapat kesulitan dalam menentukan prioritas intervensi wilayah yang disebabkan oleh karenaunit lokasi terkecil keersediaan data adalah kabupaten, sehingga tidak memungkinkan untuk memetakan lebih jauh identidikasi masalah ketingkat kecamatan atau desa. Akan tetapi, pemetaan berikut ini membantu dalam menganalisis tingkat capaian dan prioritas masalah yang dialami oleh kabupaten Belitung Timur dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Jika dipetakan beberapa indikator utama terhadap indikator pendukung yang dianggap memiliki permasalahan dan prioritas untuk diselesaikan, maka akan diperoleh gambaran berikut ini. Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kepulauan Bangka Belitung

85 Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kepulauan Bangka Belitung 2009 Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Angka Morbiditas (%) Kepulauan Bangka Belitung

86 Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kepulauan Bangka Belitung 2009 Untuk prioritas intervensi wilayah indikator utama Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008, Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%), Angka Morbiditas (%),menempatkan Kabupaten Belitung Timur menjadi prioritas ke 4 (terakhir) mengingat capaiannya cukup baik. Sedangkan khusus indikator pendukung Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%), Kabupaten Belitung Timur berada pada wilayah prioritas ke 3, bersama Kabupaten Belitung. Sedangkan untuk 3 indikator utama lainnya, analisis ini tidak dilakukan mengingat ketidaktersediaan data pendamping berupa capaian kabupaten lainnya. 73

87 2.5 Bidang Pendidikan Dalam mengukur capaian bidang pendidikan, dipilih beberapa indikator. Definisi dari indikator tersebut adalah: Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah Proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut terhadap penduduk pada kelompok usia tertentu. Sejak tahun 2009 Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, dan Paket C) turut diperhitungkan.adapun kelompok umur yang dimaksud adalah kelompok umur 7-12 tahun, tahun dan tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah Perbandingan jumlah siswa/penduduk kelompok usia ayang bersekolah ditingkat pendidikan (h) pada Tahun (t) dengan Jumlah penduduk kelompok usia a.apm mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SLTP untuk penduduk usia tahun, dan SLTA untuk penduduk usia tahun Angka Buta Hurufadalah Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu A. Angka Partisipasi Kasar (APK) APK SD/MI (%) Rasio APK Provinsi Bangka Belitung berada diposisi yang cukup baik dibandingkan Provinsi lainnya se-indonesia yaitu sebesar % pada tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar SD/MI(%) Nasional 2010 Pada tahun 2010, APK Belitung Timur sebesar % dan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar %. 74

88 Gambar Angka Partisipasi Murni SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Gambar Angka Partisipasi Kasar SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun 2009 Dengan memperhatikan grafik diatas, terdapat angka APK masih cukup baik, diatas 100% yang menunjukan masih tingginya partisipasi berbagai jenis umum dalam tingkat pendidikan SD/MI. Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun

89 Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APK pada jenjang SD/MI dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: Gambar Angka Partisipas Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur APK SMP/MTS (%) Tingkat APK SMP/MTS Provinsi Bangka Belitung ditahun 2010 masuk kategori rendah dan hanya berkisar 68.76%. Jumlah ini menunjukan banyak sekali anak usia sekolah SMP yang tidak melanjutkan pendidikan SMP-nya. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Nasional 2010 Data diitingkat kabupaten, pada tahun 2010, Kabupaten Belitung Timur menduduki posisi dengan capaian APK SMP terendah diantara kabupaten lainnya. Capaian ini menurun dari tahun sebelumnya, dimana kabupaten Belitung Timur menduduki terbaik 76

90 ke-dua diantara 7 kabupaten/kota se-babel dan masih berada diatas rata-rata APK Provinsi. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

91 Pola pergerakan APK SMP dalam 4 tahun terakhir pendataan menunjukan kecenderungan turun secara berkelanjutan dan bahkan tahun 2010 menjadi tahun terburuk pencapaian APK SMP yang pernah terjadi dari sejak pendataan ditahun Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APK Jenjang SMP/MTS dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: Gambar Angka Partisipasi Kasar SMP/MTS Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur Jika diperhatikan grafik diatas, terdapat perbedaan angka yang cukup besar dari APK yang bersumber dari BPS dan dari Dinas Pendidikan. Perbedaan ini penting untuk dikonsolidasikan lebih jauh. 78

92 APK SMA/MA (%) Sama seperti capaian APK SMP, capaian APK SMA juga berada dibawah rata-rata APK Nasional yang pada tahun 2010 sebesar 62.85%. APK SMA Provinsi Bangka Belitung sebesar 60.55%. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Nasional 2010 Pada tahun 2009 dan 2010, APK SMA Belitung Timur masih berada pada capaian yang baik, diatas APK Nasional dan APK Provinsi. APK SMA Kabupaten Belitung pada tahu 2010 hanya berada Kota Pangkalpinang dan masih diatas APK kabupaten kota lainnya. Pada tahun 2010 masih terdapat kabupaten lain dengan tingkat APK 35.18% yang merupakan APK terendah. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

93 Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Sejak periode 2006, dalam 2 tahun berturut-turut, terjadi penurunan APK Belitung Timur sampai ketitik terendah 43.63%. namun sejak 2008 sampai ke 2010, nilai APK terus mengalami perbaikan, hingga pada tahun 2010 mencapai 69.03%. Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APK Jenjang SMA/MA dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: 80

94 Gambar Angka Partisipasi Kasar SMA/MA Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur B. Angka Partisipasi Murni (APM) APM SD/MI (%) Dibandingkan dengan Provinsi lain se-indonesia, APM tingkat SD Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 masih berada dibawah rata-rata nasional yaitu 92.86%. ditingkat nasional, APM SD mencapai 94.76%. Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Nasional 2010 Ditingkat kabupaten, pada tahun 2010 APM SD Belitung Timur termasuk 3 besar kabupaten. Ini ditunjukan dengan nilai sebesar 93.75% yang hanya terpaut dengan Kab. Bangka dan Kab. Bangka Tengah. Angka ini sudah diatas rata-rata Provinsi dengan angka sebesar 92.86%. nilai APM tersebut sudah mengalami perbaikan yang pada tahun 2009 Kab. Belitung Timur masih berada dibawah standar capaian Provinsi. 81

95 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Pergerakan dari waktu ke waktu APM SD bisa dilihat pada gambar dibawah ini. Pada gambar tersebut, bisa dilihat meskipun pada tahun 2010 angka APM Belitung Timur sudah diatas rata-rata Provinsi, akan tetapi tingkat APM pada tahun sempat mengalami penurunan. 82

96 Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APM Jenjang SD/MI dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: Gambar Angka Partisipasi Murni SD/MI Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur 83

97 APM SMP/MTs (%) Capaian APM SMP Provinsi Bangka Belitung yang hanya diangka 53.38% menempatkan Provinsi Bangka Belitung menjadi Provinsi dengan APM ke-4 terendah seluruh Indonesia, dan hanya berada tipis diatas Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Angka capaian ini jauh dibawah standar nasional sebesar 67.73%. Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Nasional 2010 Pada tahun 2009, APM SMP Belitung Timur berada diangka 52.84% berada dibawah standar Provinsi sebesar 54.85%. capaian ini semakin menurun pada tahun 2010 yaitu sebesar 49.52% dan semakin memberikan jarak besar dengan capaian Provinsi yaitu 67.73%. Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

98 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Dari gambar dibawah ini, terlihat bahwa capaian APM SMP semakin menurun sejak tahun Perkembangan ini tentu kurang menggembirakan dan perlu dievaluasi secara serius. Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

99 Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APM Jenjang SMP/MTS dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: Gambar Angka Partisipasi Murni SMP/MTS Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur APM SMA/MA (%) APM SMP Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 sebesar 38.67% berada jauh dibawah standar nasional sebesar 45.59%. Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Nasional 2010 Pada tahun 2009, APM SMA Kabupaten Belitung Timur sudah berada diatas rata-rata APM Provinsi meskipun masih berada dibawah APM Nasional. Capaian kabupaten pada tahun tersebut adalah 41.05%, sementara capaian Provinsi dan nasional berturut-turut 86

100 adalah 38.67% dan 45.99%. capaian ini sudah lebih baik mengejar ketertinggalan pada tahun sebelumnya yakni diangka 34.46%. Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

101 Walaupun masih berada dibawah capaian nasional, angka APM SMA Kabupaten Belitung Timur semakin baik dalam 3 tahun terkahir. Pada tahun 2005, APM SMA hanya sebesar 30.04% dan pada tahun 2010 sudah mencapai 41.05%. Berikut ini adalah data pembanding yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur. Data ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran terdapat perbedaan antara data hasil survei BPS dengan data yang disajikan dinas pendidikan pada buku Profil Pendidikan. Gambar Angka Partisipasi Murni SMA/MA Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur 88

102 C. Jarak Fasilitas Pendidikan Terdekat Jarak SD/MI (km) Rata-rata Jarak Sekolah dasar SD ditingkat Provinsi Bangka Belitung sudah cukup baik yakni diangka 0.86 km. Angka ini menunjukan fasilitas sekolah dasar sudah cukup tersedia disemua lokasi diseluruh Bangka Belitung dengan jarak yang relatif dekat. Menurut standar pelayanan minimal, jarak maksimal ketersediaan fasilitas pendidikan ini adalah 3 km. Capaian yang cukup baik juga diperoleh Provinsi DIY Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Utara. Sedangkan pada tahun 2011 tersebut, rata-rata jarak sekolah secara nasional di angka 5.65 km. Gambar Jarak Sekolah Dasar SD/MI (km) Nasional 2011 Sementara itu, data perkembangan dari waktu kewaktu indikator jarak sekolah antar kabupaten se- Bangka Belitung tidak tersedia. 89

103 Jarak SMP/MTs (km) Luas wilayah Provinsi Bangka Belitung yang tidak terlalu besar memberikan keunggulan bagi pembangunan infrastuktur pendidikan. Hal ini diperlihatkan dengan capaian yang cukup baik pada indikator jarak SMP di Bangka Belitung yang masih menempatkannya diangka 5.83 km dan berada dibawah nasional sebesar 7.13%. jarak maksimal ketersediaan fasilitas pendidikan setingkat SMP ini adalah 6 km yang berarti jarak di Bangka Belitung sudah memenuhi standar yang ada. Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Nasional 2011 Demikian pula ditingkat kabupaten, posisi capaian Belitung Timur cukup baik yakni berada diperingkat ke-3 diantara kabupaten kota lainnya. Pada tahun 2011, terjadi perbaikan atas capaian indikator jarak SMP di Kabupaten Belitung Timuryakni dari 5.43 km menjadi 5.81 km. Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

104 Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Jika dilihat perkembangan antar waktu dari indikator ini, maka bisa disimpulkan bahwa terjadi pembangunan fasilitas pendidikan setingkat SMP di Kabupaten Belitung Timur yang selaras dengan standar pelayanan minimal jarak SMP sebesar 6 km. Ini berdampak pada semakin dekatnya akses masyarakat terhadap fasilitas publik tersebut. Tren tersebut terekam dari pola penurunan nilai jarak SMP dari tahun pendataan Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

105 Jarak SMA/MA (km) Berikut diberikan gambar posisi relatif capaian indikator jarak SMA untuk Propinsi Bangka Belitung. dari gambar tersebut, dapat dilihat pada tahun 2011, besaran nilai jarak SMA propinsi adalah km cukup baik dengan nilai lebih rendah dari nilai standar nasional yakni km. Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Nasional 2011 Sedangkan ditingkat kabupaten, pada tahun 2011, capaian Belitung Timur adalah dan masih diatas rata-rata propinsi yakni sebesar km. Angka tersebut masih tertinggal dari kabupaten/kota lain meskipun capaian tersebut sudah membaik dari prestasi 3 tahun sebelumnya yaitu sebesar Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

106 Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Perkembangan dari 2005 sampai 2011 capaian jarak SMA Kabupaten Belitung Timur dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

107 Jarak SMK (km) Sama seperti capaian jarak sekolah ditingkat sebelumnya, maka capaian jarak SMK Provinsi Bangka Belitung cukup baik dengan berada dibawah angka nasional. Pada tahun 2011, jarak SMK sebesar km, dan rata-rata jarak nasional adalah Provinsi Papua menjadi daerah dengan jarak infrastruktru SMK yang terbesar mencapai km. Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Nasional 2011 Pada tahun 2011, Angka jarak SMA di Kabupaten Belitung Timur adalah km nai dari jarak sebelumnya yang hanya sebesar km. Ini menunjukan semakin jauh jarak yang harus ditempuh siswa di Belitung Timur untuk mengenyam pendidikan di bangku SMK. Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

108 Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Perkembangan jarak fasilitas pendidikan SMK di Kabupaten Belitung Timur menunjukan dinamika yang bergerak naik dan turun. Pada tahun 2005, tercata jarak SMK sebesar km, yang kemudian km dan jarak tersebut kembali bertambah menjadi Kenaikan ini menunjukan terjadinya kemunduran pada sisi penyediaan lebih banyak infrastruktur pendidikan bagi warga Belitung Timur Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

109 D. Rasio Siswa/Kelas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Angka rasio siswa/kelas SD ditingkat Propinsi Bangka Belitung cukup baik yakni sebesar Jika mengacu pada standar kemendiknas, rasio ideal siswa/kelas SD adalah 32. Hal ini menujukan porsi bahwa kondisi angka pada tahun 2011 masih sesuai dengan standar yang ditentukan. Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Nasional 2010 Pada tingkat kabupaten, rasio siswa/kelas SD di Belitung Timur tahun 2011 adalah angka ini relatif jauh dari nilai standar 32 siswa/kelas. Angka ini menunjukan banyak sekali kelas yang diisi oleh jumlah siswa yang minimal. Tentu fenomena ini akan menyebabkan inefisiensi fasilitas pendidikan. Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

110 Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Data yang dimiliki dari tahun 2005, sampai ke 2010 menunjukan rasio siswa/kelas SD di Kabupaten Belitung Timur memang sangat rendah. Tercatat hanya pada tahun 2007 terjadi peningkatan rasio siswa/kelas SD sebesar 27,37 dan masih jauh dari jumlah optimal sebesar 32, sedangkan pada tahun berikutnya hanya diangka lebih kecil dari 19 siswa/kelas. Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

111 Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Angka rasio siswa/kelas SMP propinsi Bangka Belitung tahun 2009 adalah jika memperhatikan nilai rasio yang dimiliki propinsi lainnya, angka tersebut relatif seragam dikisaran Standar Kemendiknas menetapkan bahwa rasio ideal siswa/kelas SMP adalah 36. Ini menunjukan posisi Bangka Belitung relatif baik. Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Nasional 2009 Rasio Siswa/kelas SMP Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2009 adalah Nilai ini masih jauh dibandingkan nilai standar optimal yang ditetapkan Kemendiknas. Capaian BelitungTimur ini memang relatif rendah dan berbeda dengan kabupaten/kota lain, yang secara rata-rata telah mencapai rasio Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

112 Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Perkembangan dari waktu kewaktu data rasio siswa/kelas SMP menunjukan pola yang kurang menggembirakan. Hal ini ditampilkan dengan kecenderungan nilai yang semakin turun dari waktu ke waktu yakni diangka pada tahun 2005 dan hanya menjadi pada tahun Angka rasio terendah bahkan pernah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

113 Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Pada tahun 2010, rasio siswa/kelas SMA Provinsi Bangka Belitung adalah sementara itu, secara nasional, rata-rata rasio siswa/kelas SMA berada pada kisaran Jika mengacu pada standar rasio optimal menurut Kemendiknas maka nilai rasio ideal adalah 39. Hal ini berarti di Bangka Belitung, masih memungkinkan terjadinya penambahan lebih banyak siswa guna mencapai kondisi belajar yang lebih optimal. Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Nasional 2010 Ditingkat kabupaten, angka rasio siswa/kelas SMA di Kabupaten Belitung Timur menjadi yang terendah dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Tahun 2010, rasionya hanya di turun dari tahun sebelumnya yaitu capaian ini jauh dibawah rasio propinsi sebesar dan ditahun sebelumnya. Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

114 Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Analisis deret waktu terhadap rasio ini menunjukan tren yang terus turun dari waktu ke waktu. Ini menunjukan semakin banyak sumberdaya belajar yang tidak dimanfaatkan secara optimal ditingkat SMA. Angka rasio yang sudah cukup baik pada terus turun dari waktu kewaktu. Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

115 Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Angka rasio Siswa/kelas SMK Propinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 sebesar Angka ini cukup dekat dengan rata-rata rasio nasional sebesar Sama seperti pada rasio Siswa/kelas SMA, maka rasio optimal SMK adalah 39. Dengan demikian, kondisi yang dialami oleh SMK ditingkat Bangka Belitung hampir mendekati ideal. Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Nasional 2010 Jika ditingkat nasional capaian Babel adalah 38.14, maka ditingkat kabupaten, pada tahun 2010 angka rasio Siswa/Kelas di Belitung Timur lebih besar yakni rasio ini cukup baik mengingat kabupaten kota lain secara agregat berada pada rasio Rasio siswa/kelas secara kabupaten yang dicapai pada tahun 2010 terus naik dari tahun sebelumnya yaitu Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

116 Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Dalam periode , terlihat terjadi kenaikan rasio siswa/kelas untuk tingkat SMK seperti pada gambar dibawah ini. Jika mengacu pada rasio optimal sebesar 39, maka kenaikan yang terjadi dalam rentang semakin mengarahkan capaian Kab. Belitung Timur pada angka yang optimal dan dalam tren yang positif. Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

117 E. Rasio Guru/Kelas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Pada tahun 2010 angka rasio guru/kelas SD/MI mencapai 1.44 yang berada dibawah rasio nasional sebesar Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Nasional 2010 Ditingkat kabupaten, rasio Guru/Kelas SD/MI Belitung Timur berada pada posisi ke-2 setelah Kota Pangkalpinang. Besaran rasionya adalah 1.52 yang kemudian diikuti oleh Kabupaten Bangka, Kab. Belitung dan Kab. Bangka Tengah sebesar capaian Belitung Timur ini merupakan koreksi setelah pada tahun 2009 rasio guru/kelas SD/MI sebesar 1.47 yang merupakan angka rasio terbesar diantara 7 kabupaten/kota lainnya. Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

118 Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Jika memperhatikan data dari , maka akan terlihat bahwa pada tahun 2007 merupakan tahun dengan capaian rasio Guru/Kelas terbesar yang pernah dialami Belitung Timur yakni Secara bertahap, sejak tahun 2008 telah terjadi kenaikan perbandingan guru/kelas setingkat SD. Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

119 Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Pada tahun 2009, besaran nilai rasio guru/kelas SMP/MTS Provinsi Bangka Belitung adalah sebesar Angka ini merupakan capaian yang masih dibawah rata-rata nasional sebesar Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Nasional 2009 Capaian kabupaten/kota pada tahun tersebut berada pada angka yang bervariasi dari 1.74 sampai dengan Angka Kabupaten Belitung Timur pada tahun tersebut adalah sama dengan rata-rata provinsi sebesar Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

120 Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Jika gambar diatas ini diperhatikan, maka kita akan bisa menyimpulkan bahwa terjadi kenaikan yg cukup signifikan pada angka rasio guru/kelas tahun di 2008 Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

121 Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Ditingkat sekolah menengah, rasio Guru/Kelas propinsi bangka belitung pada tahun 2010 adalah sebesar rasio ini berada dibawah standar nasional sebesar angka ini menunjukan proporsi guru terhadap jumlah kelas di SMA Bangka Belitung relatif lebih sedikit dibandingkan proporsi yang terdapat ditiap sekolah menengah pada provinsi lain di Indonesia. Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Nasional 2010 Demikian pula dengan proporsi ditingkat kabupaten/kota Provinsi Bangka Belitung. Rasio Kabupaten Belitung Timur relatif lebih kecil dibandingkan rataan kabupaten kota lainnya. Pada tahun 2010, rasio Belitung Timur adalah sebesar 2.67 dan rasio Provinsi adalah Rasio Belitung timur pada tahu 2010 merupakan kenaikan dari capaian di 2009 sebesar 2.52, akan tetapi pada periode yang sama, kabupaten/kota lain juga mengalami perbaikan rasio yang signifikan. Ini menyebabkan kenaikan kumulatif rasio propinsi yang semula berada dibawah capaian Belitung Timur yaitu di Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

122 Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Pada periode , pergerakan rasio guru/kelas di Belitung Timur cenderung mengalami penurunan. Kenaikan rasio hanya terjadi pada tahun 2006, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya rasio guru cenderung menurun. Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

123 F. Rasio Siswa/Guru Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Statistik pada tahun 2010 menunjukan rasio siswa guru SD/MI secara nasional berada pada anga angka Provinsi Bangka Belitung sebesar beberapa daerah yang masih memiliki rasio ketersedian guru adalah Papua dan DKI jakarta. Angka ini cukup baik mengingat menurut kemendiknas, ambang batas optimal dari nilai rasio ini adalah 32 untuk tingkat SD/MI. Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Nasional 2010 Perbandingan jumlah murid/guru SD/MI Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2010 adalah sebesar nilai ini merupkan rasio terendah jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota lain se Bangka Belitung. Pada tahun 2009 Belitung timur memiliki rasio sebesar 12.58, sementara pada tahun yang sama, rasio ditingkat propinsi adalah Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

124 Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Jika memperhatikan perkembangan rasio siswa/guru SD/MI sejak tahun 2005, maka terlihat dinamika yang beragam dari waktu kewaktu. Rasio tertinggi dicapai pada tahun 2009, sebesar 12.58, dan angka terendah berada di 11.17, pada tahun Angka ini masih belum mencapai standar rasio yang optimal yaitu 20 siswa/guru untuk tingkat SD/MI. Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

125 Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Menurut data yang diperoleh dari kemendiknas, Rasio ideal siswa/guru untuk tingkat SMP/MTS adalah sebesar 14. Capaian provinsi bangka belitung pada tahun 2010 adalah sebesar Nilai ini tidak terlalu jauh dari rasio nasional sebesar Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Nasional 2010 Ditingkat provinsi, pada tahun 2010 rasio Kabupaten Belitung Timur sebesar yang merupakan angka terendah. Pada tahun 2009, rasio ini turun dari capaian sebelumnya sebesar pada tahun tersebut Kabupaten Bangka Selatan memiliki rasio tertinggi dengan nilai sebesar Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

126 Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Jika mengacu pada standar rasio optimal sebesar 14, maka dinamika rasio dari waktu ke waktu Kabupaten Belitung Timur dalam rentang 3 tahun sejak 2008 sudah cukup baik. Kisaran nilai rasio bergerak dari ke angka pada tahun Angka terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar dan terus mendapat koreksi positif pada tahun berikutnya. Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

127 Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Pada tahun 2010, angka rasio siswa/guru SMA/MA Nasional sebeasr Capaian ini berada diatas rasio propinsi sebesar terdapat beberapa propinsi yang rasio siswa/guru SMA-nya sangat tinggi yaitu masing-masing dan di NTB dan Aceh. Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Nasional 2010 Ditingkat kabupaten/kota Kabupaten Belitung Timur memiliki rasio sebsar 8.98 yang merupakan rasio Siswa/Guru SMA/MA terendah. Angka ini terpaut tipis dengan Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Barat. Daerah yang memiliki rasio tertinggi adalah kab. Bangka Tengah dengan rasio sebesar Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

128 Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Rasio siswa/guru SMA/MA Kab. Belitung Timur sebesar 8.98 adalah rasio terendah dalam rentang 6 tahun pendataan. Ini terlihat pada gambar dibawah ini. Tercatat pada 2005, , besaran rasio berada pada nilai yang cukup dekat dengan rasio optimal yakni 13. Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

129 Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Untuk tingkat pendidikan SMK, rasio siswa/guru SMK Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 berada pada angka pada tahun tersebut, Capaian nasional sebesar dengan mengacu rasio optimal sebesar 13, maka capain Bangka Belitung pada tahun tersebut masih baik mengingat pada tahun sebelumnya, rata-rata rasio siswa/guru SMK sebesar Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Nasional 2010 Pada tahun 2010, angka rasio Belitung Timur adalah sebesar Angka tersebut berada diantara nilai terbesar yang dicapai Kab. Bangka dan nilai terkecil oleh Kab. Bangka Selatan. Pada tahun 2009 rasio siswa/guru SMK Kab. Belitung Timur ternyata merupakan rasio tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

130 Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Jika memperhatikan tren data dari 2006 ke 2010, terlihat terjadi kenaikan rasio yang besar pada tahun 2009 dari sebesar 7.72 pada tahun 2008 ke sedangkan pada tahun lainnya, rasio bergeser dinamis naik dan turun. Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

131 2.5.2 Relevansi dan Efektivitas Program A. Angka Partisipasi Kasar (APK) APK SD/MI (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dengan memperhatikan perbandingan dinamika APK SD/MI Kab. Belitung Timur terhadap Propinsi dan Nasional, bisa disimpulkan bahwa pada periode perkembangan APK SD/MI Belitung Timur relevan dengan nasional dan Provinsi. Akan tetapi , perkembangan ini naik tidak relevan karena pada periode tersebut, nasional dan provinsi mengalami penurunan. Demikian pula pada periode saat nasional dan provinsi mengalami kenaikan, angka partisipasi kasar SD/MI Belitung Timur bergerak turun. Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan garis Tren, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan yang mendukung kenaikan APK masih kurang efektif. Ini terlihat dari kemiringan garis Tren yg masih dalam sudut yang tipis. 118

132 APK SMP/MTs (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dinamika APK SMP/MTS Belitung Timur terlihat bergerak tidak sejalan pada periode Pada tahun tersebut, APK SMP nasional dan Provinsi bergerak naik, sedangkan APK SMP Belitung Timur turun. Sedangkan pada periode lainnya, dinamika APK SMP terlihat sejalan dengan pola naik turun indikator nasional dan provinsi. Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun Garis kecenderungan APK MTS menunjukan kemiringan yang curam kebawah. Hal ini menunjukan bahwa intervensi kebijakan dibidang yang terkait dengan peningkatan APK SMP/MTS tidak efektif. Perlu dikembangkan kebijakan baru yang mendukung perbaikan indikator ini. 119

133 APK SMA/MA (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dalam empat tahun pendataan terakhir, naik turunnya APK SMA/MA di Belitung Timur relevan dengan capaian nasional dan provinsi. Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan kecenderungan kemiringan yang positif atas garis kecenderungan, maka bisa disimpulkan intervensi kebijakan yang mendukung peningkatan APK SMA terlihat efektif. 120

134 B. Angka Partisipasi Murni (APM) APM SD/MI (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Perkembangan APM SD/MI sejak 2005 memang menunjukan perubahan yang drastis baik gerakan naik maupun turun. Ini terlihat dari pola capaian yang relevan dengan perkembangan positif nasional pada tahun , akan tetapi bergerak turun dan irelevan dengan capaian nasional pada dan kembali sesuai dengan kenaikan nasional pada tahun Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan melihat dinamika rata-rata yang ada, maka bisa disimpulkan kebijakan yang mendukung peningkatan APM SD/MI masih efektif. 121

135 APM SMP/MTs (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Jika data APM SMP/MTS nasional dari waktu ke waktu mengalami kenaikan meskipun dalam besaran yang tipis, ditingkat provinsi, data APM Provinsi bergerak naik dan turun dalam periode yang lebih pendek. Dinamika APK SMP/MTS Belitung Timur bergerak tidak relevan dengan perkembangan APM SMP/MTS Provinsi. Ditahun terakhir pendataan, ketika APM Provinsi naik, APM Belitung Timur bergerak turun. Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan data dari diatas, maka bisa disimpulkan intervensi kebijakan pada bidang yang mendukung peningkatan APM SMP/MTS tidak efektif. 122

136 APM SMA/MA (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pada periode , terlihat perkembangan APM SMA/MA relevan dengan perkembangan nasional dan provinsi. Berbeda dengan periode , pada tahun ini terlihat perkembangan APM SMA/MA tidak relevan dan cenderung bertolak belakang. Gambar Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan garis kecenderungan pada analisis efektifitas ini, terlihat bahwa intervensi kebijakan yang mendukung APM sangat efektif. 123

137 C. Jarak Fasilitas Pendidikan Terdekat Jarak SMP/MTs (km) Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dari gambar diatas, terlihat kebersesuaian dinamika penurunan dari waktu kewatu jarak SMP/MTS Belitung Timur dengan capaian Nasional dan Provinsi. Oleh karenanya bisa disimpulkan bahwa capaian Belitung Timur relevan dengan capaian Nasional dan Provinsi. Gambar Analisis Efektifitas Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Tahun Dari kemiringan garis Tren, terlihat bahwa intervensi kebijakan dalam mendukung perkembangan indikator jarak SMP/MTS ini efektif. 124

138 Jarak SMA/MA (km) Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dari data yang dimiliki, terlihat terjadi kenaikan jarak SMA/MA di Kabupaten Belitung Timur yang tidak relevan dengan perkembangan ditingkat nasional dan provinsi. Gambar Analisis Efektifitas Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Tahun Kenaikan jarak SMA/MA ini menunjukan bahwa intervensi kebijakan dibidang ini tidak efektif. 125

139 Jarak SMK (km) Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dalam 3 tahun terakhir, kenaikan indikator jarak SMK di Kabupaten Belitung Timur tidak relevan dengan penurunan jarak SMK nasional dan provinsi yang cenderung turun. Gambar Analisis Efektifitas Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan garis kecenderungan, kemiringan keatas garis ini menunjukan intervensi kebijakan untuk menekan besaran indikator jarak tidak efektif. 126

140 D. Rasio Siswa/Kelas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Perbandingan grafik indikator dari waktu ke waktu memperlihatkan dinamika rasio siswa/kelas SD Belitung timur relevan dengan perkembangan nasional sejak Akan tetapi jika dilihat dengan dinamika data provinsi, dapat disimpulkan sejak , perkembangan indikator tersebut ditingkat kabupaten tidak relevan dengan capaian provinsi. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Kecenderungan kenaikan rasio ini secara rata-rata yang diperlihatan dari garis Tren yang miring positif bisa diartikan bahwa intervensi kebiajakn yang mendukung perkembangan indikator ini efektif. 127

141 Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Perkembangan rasio siswa/kelas ditingkat SMP di Kabupaten Belitung Timur menunjukan relevansi dengan perkembangan nasional dan provinsi sejak tahun Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Penurunan secara umum besaran rasio siswa/kelas SMP/MTS dipelihatkan oleh garis Tren yang miring kearah bawah. Ini menunjukan bahwa intervensi kebijakan tidak efektif. 128

142 Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sejak tahun 2006, perkembangan rasio siswa/kelas tingkat SMA/MA di Belitung Timur telah relevan dengan perkembangan indikator tersebut ditingkat Provinsi. Akan tetapi perkembangan indikator tersebut tidak relevan dengan perkembangan indikator ditingkat nasional. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Kecenderungan turunnya rasio siswa/kelas SMA/MA menunjukan bahwa intervensi kebijakan kurang relevan. Hal ini memperlihatkan semakin sedikit siswa yang berada pada kelas belajar di level pendidikan SMA. Sedikitnya jumlah siswa ini tentu menimbulkan inefisensi terhadap pemanfaatan sumberdaya belajar sekolah tersebut. 129

143 Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Jika dibandingkan dengan dinamika indikator ditingkat provinsi, maka capaian kabupaten Belitung Timur relatif masih sesuai/relevan. Berbeda dengan dinamika pad tahun 2010, jika ditingkat provinsi dan kabupaten cenderung naik, maka rasio siswa/kelas ditingkat nasional cenderung turun dan tidak relevan. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan kecenderungan peningkatan rasio siswa ditingkat SMK, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan berjalan efektif. 130

144 E. Rasio Guru/Kelas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Perkembangan Rasio guru/kelas SD/MI kabupaten Belitung Timur terlihat relevan dengan dinamika nasional dan provinsi. Perbedaan terjadi hanya diperiode ketika indikator rasio provinsi menurunm sedangkan capaian nasional dan kabupaten bergerak naik tipis. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Kenaikan rata-rata secara tipis ini terbaca dari kemiringan garis tren yang sempit terhadap sumbu horizontal. Meskipun demikian, masih bisa disimpulkan intervensi kebijakan ini cenderung efektif. 131

145 Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Data yang ditampilkan pada gambar diatas ini menunjukan kebersesuaian perkembangan kabupaten dengan perkembangan provinsi. Relevansi ini juga terlihat dengan perkembangan data nasional, meskipun terjadi perbedaat kecenderungan pada periode Gambar Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Garis kecenderungan menampilkan kemiringan yang semakin rendah, yang bisa diartikan bahwa intervensi kebijakan ini cenderung tidak efektif. 132

146 Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Rasio guru/kelas SMA kabupaten belitung timur pada periode tidak relevan dengan pola perkembangan indikator yang sama diprovinsi meskipun pada tahun-tahun berikutnya sudah cukup relevan. Penurunan indikator ini pada periode berbeda dengan kecenderungan naiknya indikator tersebut ditingkat nasional. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Secara rata-rata, terlihat bahwa penurunan kinerja indikator ini menujukan bahwa intervensi kebijakan masih belum efektif. 133

147 F. Rasio Siswa/Guru Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pada tahun rasio siswa/guru SD/MI di Provinsi Bangka Belitung menunjukan penurunan, sementara sejak tahun terjadi kecenderungan peningkatan rasio siswa/guru di tingkat SD. Pada periode tersebut, dinamika provinsi dan kabupaten tidak relevan. Sedangkan sejak , dinamika indikator kabupaten ini relavan. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Dari gambar diatas bisa disimpulkan kemiringan garis Tren menujukan intervensi kebijakan untuk mendukung perkembangan indikator ini tidak efektif. 134

148 Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Secara umum, pergerakan capaian atas indikator rasio siswa/guru SM/MTS di Kabupaten Belitung Timur relevan dengan perkembangan nasional dan provinsi. Perbedaan hanya terjadi pada tahun ketika terjadi penurunan rasio dikabupaten, sementara pada periode yang sama ditingkat nasional dan provinsi terjadi kenaikan. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Garis Tren menunjukan penurunan yang bisa diartikan sebagai tidak efektifnya kebijakan yang mendukung perkembangan indikator ini. 135

149 Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Analisis relevansi rasio siswa/guru ditingkat SMA menunjukan relevansi perkembangan indikator ditingkat Kabupaten dengan perkembangan ditingkat provinsi. Akan tetapi tidak relevan dengan perkembangan ditingkat nasional. Hal ini ditunjukan dari perbedaan kecenderungan naik-turunnya indikator pada tahun , dan Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Garis kecenderungan menampilkan pola yang miring kebawah menunjukan terjadi kecenderungan penurunan rasio siswa/guru dalam periode Bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan berlangsung tidak efektif. 136

150 Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar dinamika nilai rasio siswa/guru ditingkat SMK menunjukan relevansi antara kabupaten dengan nasional. Ketidakrelevanan hanya terjadi pada tahun terakhir pendataan, dimana capaian kabupaten cenderung turun, sementara capaian provinsi cenderung naik. Gambar Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan melihat garis kecenderungan yang bergerak naik dalam kemiringan yang besar, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan berlangsung efektif. 137

151 2.5.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah A. Prioritas Intervensi Bidang Untuk melihat isu apa saja yang menjadi prioritas untuk diintervenis, maka akan ditampilkan dinamika capaian indikator utama dari beberapa jenjang pendidikan. Selanjutnya dari masing-masing indikator tersebut, akan dilihat lebih jauh dinamika indikator pendukung yang berkemungkinan besar berpengaruh terhadap kinerja indikator utama. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK Kab. Belitung Timur Tahun Dari gambar diatas, terlihat bahwa terjadi kecenderengan penurunan APK SD/MI dan APK SMP/MTS. Sedangkan APK SMA, meskipun nilainya dibawah 70%, namun memeiliki kecenderungan naik dalam 2 tahun terakhir pendataan. Untuk APK SD/MI, meskipun terjadi penurunan, namun tingkat partisipasi kasar masih diatas 100%. Yang menghawatirkan adalah tingkat partisipasi kasar dilevel SMP yang terus menerus turun dan berada diangka lebih rendah dari 60%. Oleh karenanya, peningkatan APK SMP menjadi prioritas untuk diintervensi. 138

152 Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun Sejak 2006, memang terlihat penurunan jumlah rasio guru terhadap kelas. Ini berarti jumlah guru tidak bertambah seiring dengan pertambahan jumlah kelas. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM Kab. Belitung Timur Tahun Indikator APM ditingkat SD masih berada dalam jangkauan yang cukup baik dengan nilai 93.65%. APM yang menghawatirkan berada pada jenjang pendidikan SMP dengan nilai yang terus menerus turun dari waktu ke waktu, serta besaran nilai dibawah 50%. Peningkatan APM SMP penting mendapatkan prioritas intervensi demikian pula untuk peningkatan besaran APM SMA yang masih dibawah 50%. 139

153 Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun Data yang ditampilkan pada grafik diatas menunjukan kecenderungan APM SMP/MTS yang terus menurun sejak tahun Meskipun terjadi penurunan rasio siswa/guru, akan tetapi penurunan tersebut masih dalam jangkauan yang optimal dari standar minimal jumlah rasio guru siswa. Penurunan indikator yang harus diperhatikan adalah pada rasio guru/kelas. meskipun telah mengalami kenaikan pada tahun 2010, akan tetapi kenaikan tersebut belum mencapai rasio tertinggi yang pernah dimiliki oleh Belitung Timur yaitu sebesar

154 B. Prioritas Intervensi Wilayah Prioritas intervensi wilayah diperoleh dengan memetakan capaian indikator utama terhadap capaian indikator pendukung. Pemetaan ini akan lebih baik jika data tersedia sampai keunit administrasi wilayah yang paling kecil seperti kecamatan atau desa. Akan tetapi dengan keterbatasan ketersediaan data, maka yang akan ditampilkan dibawah ini adalah indikator ditingkat kabupaten/kota. Beberapa data yang ditampilkan dibawah ini merupakan kombinasi indikator-indikator yang membutuhkan perhatian. Sementara itu, kombinasi indikator utama dan indikator pendukung lainnya sudah cukup baik capaiannya dibandingkan dengan capaian pada kabupaten kota lainnya. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Terhadap Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung 2010 Pada tahun 2010, jika dipetakan capaian indikator utama APK SD/MI, dengan indikator pendukung Rasio Siswa/Kelas SD/MI maka akan diperoleh kesimpulan bahwa belitung Timur berada pada prioritas nomor 2 (warna kuning). 141

155 Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008 Grafik yang ditampilkan pada gambar diatas menggunakan data Penggunaan data tersebut karena untuk statistik indikator pendukung berasal dari data podes yang digali 3 tahun sekali dan tahun pendataan terakhir adalah 2011 sedangkan data indikator utama APK SMP tersedia data tahun terkahir Pada gambar tersebut, terlihat bahwa Belitung Timur berada pada prioritas kedua (diwakili oleh warna kuning), sedangkan prioritas pertama adalah Kab. Bangka Barat dan Kab. Bangka Selatan. 142

156 Jika kita membandingkan indikator yang berbeda yaitu APK SMP/MTS dengan Rasio Siswa/Guru SMP/MTS tahun 2010, maka kita akan melihat bahwa kembali Belitung Timur menjadi wilayah dengan prioritas penangangan ke 2 (warna kuning). Grafik tersebut terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung

157 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung 2010 Jika dilihat capaian APM SMP/MTS terhadap capaian rasio siswa SMP/MTS antar kabupaten/kota se-bangka Belitung maka terlihat capaian Belitung Timur ada diposisi prioritas nomor 2. Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008 Dalam pemetaan indikator utama APM SMA/MA terhadap indikator pendukung jarak SMA/MA pada tahun 2008, maka posisi belitung timur berada pada prioritas 1 dan membutuhkan perhatian khusus. Data ini tentu memiliki kendala karena sejak 2008 ke 2011, banyak perubahan dan penyesuaian terhadap capaian indikator. 144

158 2.6 Bidang Infrastruktur Dasar Pengukuran capaian penyediaan hak atas pelayanan infrastuktur dasar dilihat dari kualitas capaian beberapa indikator utama infrastruktur. Indikator-indikator tersebut secara periodik diukur oleh BPS baik melalui Surver sosial ekonomi nasional (SUSENAS) maupun berdasarkan pendataan Potensi Desa (Podes). Definisi indikator-indikator tersebut adalah: Proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (%) adalah perbandingan antara penduduk atau rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak dengan penduduk atau rumah tangga seluruhnya yang dinyatakan dalam persentase.penjelasan indikator. Fasilitas sanitasi yang layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa dan tangki septik. Proporsi rumah tangga menggunakan air bersih (%) adalah perbandingan antara banyaknya rumah tangga yang menggunakan air bersih dengan jumlah rumah tangga. Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik (%) adalah persentase rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik (PLN + Bukan PLN)dengan jumlah rumah tangga. Akses listrik rumah tanggadapat menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga di suatu wilayah Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu A. Proporsi Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak (%) Pada tahun 2010, ketersediaan sanitasi RT ditingkat propinsi Bangka Belitung sudah cukup baik karena berada diatas capaian nasional. Tingkat akses sanitasi rumah tangga adalah sebesar 65.06% sedangkan capaian nasional adalah sebesar 55.54%. Pada tahun tersebut, masih terdapat daerah dengan akses sanitasi rendah seperti provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua. Akses sanitasi tertinggi diperoleh dari provinsi DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta. Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Nasional

159 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Data Proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak selama 2 tahun berikut terlihat pada 2 grafik diatas. Dari data tersebut terlihat bahwa prestasi Belitung timur menurun dalam 2 tahun tersebut. Pada tahun 2009, Belitung Timur masih berada dirangking ke 3 terendah, dan semakin turun ke rangking terendah pada tahun Capaian terbaik dari 2 tahun ini selalu diperoleh dari Kota Pangkalpinang. 146

160 Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Jika membaca tren dalam 5 tahun terakhir, sejak 2006 memang meningkat. Tapi pada tahun memang terjadi penurunan yang cukup berarti dari angka 47.97% ke angka 40.60%. Penurunan ini menggambarkan bahwa semakin banyak rumah baru yang dibangun tanpa menyiapkan fasilitas sanitasi rumah tangga yang layak. 147

161 B. Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak (%) Proporsi rumah tangga dengan fasilitas air minum ditingkat Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 terlihat rendah hanya diangka 38.17%. Angka indikator ini dibawah capaian nasional 44.19%. Capaian ini menempatkan Provinsi Bangka Belitung diperingkat 10 terendah dibandingkan 33 provinsi lainnya. Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Nasional 2010 Pada tahun 2010, tingkat akses air bersih diantara kabupaten lain se-bangka Belitung menempatkan Belitung Timur pada posisi capaian terendah yakni sebesar 24.74%. Pada tahun tersebut, hanya kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Barat yang sudah berada pada tingkat akses diatas rata-rata capaian nasional. Angka tersebut merupakan perbaikan dari capaian 2009 sebesar 19.26%. Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

162 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Grafik diatas menggambarkan posisi relatif kabupaten Belitung Timur terhadap capaian Kabupaten Kota lain ditahun Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pertumbuhan tingkat akses rumah tangga terhadap air minum layak dari waktu ke waktu terlihat pada gambar diatas. Proporsi akses tertinggi sempat dicapai Belitung Timur pada tahun 2005, namun terus menurun pada 4 periode berikutnya. Terdapat koreksi positif pada tahun 2010 dengan kenaikan sebesar 5.48% namun kenaikan tersebut masih berada dibawah capaian tahun 2008 yakni sebesar 29.30%. 149

163 C. Proporsi Rumah TanggaDengan Akses Listrik (%) Berbeda dengan akses sanitasi layak dan air bersih, data akses listrik antar kabupaten/kota se-bangka Belitung tahun 2010 terlihat pada grafik berikut. Akses listrik Belitung timur sebesar 90.54% masih merupakan daerah terendah dibandingkan kabupaten/kota lain. Tercatat hanya Kab. Bangka Selatan yang memiliki akses listrik dengan proporsi lebih rendah dari Belitung Timur sebesar 85.56%. Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Akses listrik Belitung Timur pada tahun 2009 dibandingkan dengan kabupaten/kota lain juga tidak terlalu baik. Rata-rata proporsi RT dengan akses listrik provinsi pada tahun tersebut adalah sebesar yang artinya lebih tinggi dari capaian Belitung Timur yang hanya sebesar 92.36%. 150

164 Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Capaian sejak tahun 2006 terlihat pada grafik berikut. Kecenderungan naiknya persentase RT yang memiliki akses mengalami fluktuasi turun naik. Capaian persentase tertinggi bergerak terdapat pada tahun 2009 dan kembali turun pada tahun D. Proporsi Desa Dengan Jalan Akses R4 (%) Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Nasional 2011 Dengan memperhatikan gambar diatas, tampak bahwa capaian proporsi desa dengan jalan akses R4 di Provinsi Bangka Belitung cukup baik yakni sebesar 99.72%. angka ini sedikit dibawah capaian terbaik yang diperoleh dari Bali, DIY dan Jawa Barat. 151

165 Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Akan tetapi jika dilihat data perkabupaten di Bangka Belitung pada tahun 2011, maka capaian Belitung Timur menjadi yang paling rendah sebesar 97.44% sementara kabupaten lain sudah mencapai 100%. Angka ini sedikit bergerak dari capaian tahun sebelumnya sebesar 96.67% pada tahun Tentu hal ini sangat disayangkan, karena pada periode 3 tahun kemudian, semua kabupaten lainn mampu mewujudkan target 100% akses jalan R4, sedangkan Belitung timur tidak mampu mengejar perbaikan dengan capaian yang sama maksimalnya. Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

166 Gambar Analisis Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dalam 3 tahun pendataan, dampak pembangunan akses jalan R4 mendorong angka capaiannya bergerak dari waktu ke waktu mulai dari 80% pada tahun 2005 dan pada tahun 2011 menjadi 97.44%. E. Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik (%) Gambar Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Nasional 2011 Dari survey potensi desa tahun 2011, diperoleh informasi bahwa seluruh desa di propinsi Bangka Belitung telah memiliki akses listrik. Capaian indikator porporsi desa dengan jaringan listrik pada tahun tersebut menempatkan Bangka Belitung pada angka maksimal yang mungkin dicapai yakni 100%. Dari gambar diatas juga bisa kita simpulkan, bahwa akses listrik diwilayah Indonesia Bagian Barat sudah relatif baik dibandingkan dengan ketersediaan jaringan listrik ditingkat desa di wilayah Indonesia Timur. 153

167 Gambar Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Penyebaran pembangunan infrastruktur listrik ini tampak merata diseluruh Kabupaten/Kota se-bangka Belitung. Pada gambar terlihat seluruh desa di kabupaten/kota Bangka Belitung memiliki akses listrik. Gambar Analisis Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Akses jaringan listrik yang sudah mencapai 100% merupakan capaian yang sejak 2005 sudah terpenuhi dengan maksimal. Hal ini ditunjukan pada angka indikator yang mencapai 100% sejak tahun pendataan 2005 sampai

168 F. Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Gambar Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Nasional 2011 Dari statistik Potensi Desa tahun 2011, diperoleh data bahwa akses terhadap pasar tradisional di Provinsi Bangka Belitung relatif masih lebih jauh dibandingkan dengan jarak rata-rata nasional yakni sebesar km. Angka capaian sebesar km ini masih menempatkan Bangka Belitung dalam posisi 9 besar daerah dengan jarak akses terhadap pasar tradisional yang tinggi. Gambar Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Data ditingkat kabupaten/kota pada tahun 2011 memposisikan Belitung Timur masih pada peringkat yang dibawah capaian Pangkalpinang, Bangka Barat, Bangka Tengah dan Bangka. Jarak akses pasar tradisional Belitung Timur bahkan berada diatas jarak ratarata nasiona, dan jarak rata-rata provinsi.prestasi relatif terhadap kabupaten lain ini merupakan pencapaian menurun, sebab pada tahun pendataan 2008, posisi Belitung Timur hanya dikalahkan oleh Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Barat. 155

169 Gambar Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Kecenderungan penambahan jarak akses terhadap pasar tradisional di Kab. Belitung Timur terlihat pada gambar dibawah. Semenjak , terjadi penambahan jarak akses pasar tradisional. Hal ini menunjukan semakin jauh jarak yang harus ditempuh oleh masyarakat untuk mengakses layanan pasar tradisional. Pada tahun 2005, jarak pasar tradisional di Belitung Timur hanya sebesar 13.79, namun bergerak kembali ke angka dan pada tahun lalu, meningkat menjadi penurunan ini bisa disebabkan karena terjadinya pemekaran wilayah pedesaan, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan angka jarak relatif sebuah wilayah terhadap pasar tradisionalnya. Gambar Analisis Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

170 2.6.2 Relevansi dan Efektivitas Program A. Proporsi Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak (%) Dengan membandingkan perkembangan deret waktu data nasional, provinsi, dan kabupaten, maka akan terlihat bahwa dinamika capaain Belitung Timur untuk indikator Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak relevan selama lebih 4 tahun pendataan semenjak Akan tetapi pada tahun , perkembangan indikator kabupaten tidak relevan baik dengan capaian nasional maupun capaian provinsi. Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan kecenderungan arah garis Tren dalam periode , maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan dalam upaya meningkatkan akses sanitasi layak masyarakat Belitung Timur masih efektif. 157

171 B. Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak (%) Dengan melihat dinamika yang terjadi pada RT di Kabupaten Belitung Timur, maka pada periode dan adalah saat terjadi kebersesuaian antara kecenderungan naik-turunnya indikator yang ada di Belitung Timur terhadap dinamika Bangka Belitung. pada periode lainnya, terjadi irelevansi antara kinerja capaian kabupaten dengan kinerja capaian Provinsi. Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung TimurTahun Berdasarkan data deret waktu sejak 2005 sampai dengan 2010 maka terlihat garis kecenderungan menunjukan pola yang menurun dengan kemiringan yang besar. Hal ini mengindikasikan bahwa intervensi kebijakan tidak efektif dalam meningkatkan capaian proporsi yang lebih besar masyarakat terhadap air minum layak. 158

172 C. Proporsi Rumah Tangga Dengan Dengan Akses Listrik (%) Proporsi akses listrik RT di Bangka Belitung memiliki kecenderungan peningkatan dari waktu kewaktu kecuali pada tahun yang menurun dari 93.99% menjadi 92.77%. Perkembangan ditahun terkahir pendataan ini relevan dengan posisi capaian kabupaten yang juga menurun dari 92.36% menjadi 90.54%. Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dengan melihat arah garis kecenderungan pada grafik dibawah ini, diperoleh kesimpulan intervensi kebijakan yang dilaksanakan untuk mendorong peningkatan akses masyarakat terhadap listrik berlangsung efektif. Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun

173 D. Proporsi Desa Dengan Jalan Akses R4 (%) Dari data perkembangan indikator proporsi desa dengan jalan akses R4 ditingkat kabupaten belitung timur, maka tampak kebersesuaian pergerakan naik antara capaian indikator kabupaten, indikator provinsi dan indikator nasional. Hal ini menunjukan relevansi perkembangan indikator di 3 tingkat tersebut. Gambar Relevansi Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Tahun Konsistensi perkembangan positif atas indikator proporsi desa dengan akses jalan R4 di Belitung Timur ditunjukan dengan arah positif garis kecenderungan. Ini berarti intervensi kebijakan dibidang tersebut berjalan secara efektif. 160

174 E. Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik (%) Indikator proporsi desa dengan jaringan listrik ditingkat nasional secara umum bergerak naik. Ditingkat provinsi, porsi desa dengan akses listrik sudah mencapai nilai 100% semenjak Demikian pula akses listrik desa sekabupaten Belitung Timur yang konsisten dipertahankan pada angka 100% semenjak Fakta ini menunjukan bahwa perkembangan capaian Belitung Timur relevan dengan capaian nasional dan provinsi. Gambar Relevansi Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun Mengingat bahwa capain 100% adalah nilai maksimal yang bisa dicapai dari indikator proporsi desa dengan jaringan listrik, dan Belitung Timur dalam 3 tahun pendataan telah mencapainnya, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan dibidang tersebut sudah efektif. 161

175 F. Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Pada indikator aksesibilitas Pasar Tradisional, kemajuan suatu daerah ditandai dengan menurun atau semakin kecilnya jarak akses pasar tradisional diwilayah tersebut. Memperhatikan gambar dibawah ini, maka bisa bisa disimpulkan bahwa dinamika indikator tersebut dikabupaten belitung Timur tidak relevan dengan capaian nasional dan provinsi. Hal ini ditunjukan dengan kecenderungan naiknya jarak pasar tradisional dalam periode sementara pada waktu yang sama ditingkat provinsi dan nasional terdapat kecenderungan penurunan nilai. Gambar Relevansi Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Tahun Arah positif yang menunjukan efektifitas program terlihat jika garis kecenderungan bergerak konsisten menurun dari waktu kewaktu mendekati sumbu x. Akan tetapi gambar diatas menunjukan arah sebaliknya yang berarti bahwa intervensi kebijakan diisu ini tidak efektif. 162

176 2.6.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah A. Prioritas Intervensi Bidang Prioritas intervensi bidang infrastruktur dasar diperoleh dengan memperhatikan dinamika capaian beberapa indikator bidang dari waktu ke waktu. Indikator yang berada pada kecenderungan perkembangan negatif menunjukan pentingnya prioritas terhadap bidang tersebut diletakan. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Infrastruktur DasarKepulauan Bangka Belitung Tahun Dengan memperhatikan perbandingan kecenderungan antar indikator tersebut, tampak bahwa infrastruktur yang mendukung peningkatan akses air minum layak penting diprioritaskan. Hal ini ditunjukan dengan capaian yang secara kumulatif cenderung menurun dari waktu kewaktu. Disamping itu, indikator aksesibilitas pasar tradisional juga mengalami kecenderungan negatif dimana jarak akses masyarakat terhadap pasar tradisional cenderung meningkat dari beberapa waktu pendataan. 163

177 B. Prioritas Intervensi Wilayah Jika memperhatikan capaian 2 indikator proporsi RT dengan sanitasi layak dan proporsi RT dengan air minum layak yang dimiliki oleh kabupaten/kota se-bangka Belitung, dan kemudian dipetakan dalam bidang prioritas, maka akan diperoleh kesimpulan bahwa belitung Timur menjadi wilayah dengan prioritas permasalahan diperingkat 1 (satu) dibandingkan daerah lain. Prioritas tersebut diwakili oleh warna dimana warna merah menunjukan posisi prioritas nomor 1. Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung

178 Pada gambar diatas, terlihat Belitung Timur menempati posisi prioritas pertama jika capaian Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik dibandingkan dengan Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum layak yang terdapat pada 7 kabupaten/kota se Bangka Belitung. Posisi yang sama juga diperoleh Belitung Timur untuk perbandingan capaian indikator Proporsi desa dengan akses jalan R4 terhadap aksesibilitas Pasar Tradisional. Warna merah pada penanda Kab. Belitung Timur berarti bahwa daerah ini menjadi prioritas pertama. Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Terhadap Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kepulauan Bangka Belitung

179 2.7 Bidang Ketahanan Pangan Dalam menganalisis perkembangan indikator sektor ketahanan pangan, digunakan 4 indikator utama dengan definisi sebagai berikut: Perkembangan harga beras (%) adalah besarnya persentase (%) perubahan harga beras terhadap harga tetap suatu tahun tertentu. Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok Utama adalah besarnya perubahan harga beberapa bahan kebutuhan pokok utama dari waktu ke waktu. Ada 8 komoditi utama yang didata oleh dinas pertanian dan kehutanan yang akan diolah dan ditampilakan pada analisis berikut. Tingkat Inflasi (%) adalah persentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu indeks harga yang dikena dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Pertumbuhan ekonomi (%) adalah persentase pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu A. Perkembangan Harga Beras (%) Dengan menetapkan tahun dasar penghitungan harga pada tahun 2009, maka perkembangan harga beras pada tahun berikutnya terhadap harga pada tahun dasar diperlihatkan sesuai gambar dibawah ini. Data perkembangan harga beras untuk tingkat nasional dan Provinsi tidak tersedia, oleh karenanya tidak memungkinkan untuk melakukan analisis antar wilayah. Dengan data perkembangan harga beras ditingkat kabupaten yang tersedia, Dalam kurun 2 tahun ini, terjadi kenaikan harga beras sebesar 27%. Kenaikan itu merupakan nilai kumulatif dari nilai kenaikan sebelumnya pada tahun 2010 sebesar 11% dan perubahan harga pada tahun 2011 sebesar 16%. Gambar Analisis Perkembangan Harga Beras (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Diolah dari data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Belitung Timur 166

180 B. Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Perkembangan harga kebutuhan pokok utama dari tahun 2009 ke 2011 terlihat pada gambar dibawah ini. Pada tahun terakhir, kenaikan harga terjadi hampir disemua komoditi kecuali harga cabe merah dan terigu. Kenaikan harga terbesar terjadi pada komoditi Telur ayam ras sebesar 11% dan diikuti oleh komoditi minyak goreng dan bawang merah sebesar 8%. Pada komoditi cabe merah dan terigu, tahu 2011 terjadi penurunan masing-masing sebesar 13% dan 6%. Gambar Analisis Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Belitung Timur C. Pertumbuhan Ekonomi (%) Perbandingan tingkat pertumbuhan ekonomi antar provinsi ditampilkan pada gambar dibawah ini. Dari data tersebut terlihat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi provinsi Bangka Belitung sudah semakin membaik, dan berada tipis dibawah angka pertumbuhan Ekonomi nasional yang pada tahun 2011 sebesar 6.52%. pada tahun tersebut, Bangka Belitung memperoleh capaian sebesar 6.60% 167

181 Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Nasional 2011 Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Belitung Timur mencapai 5.91 yang merupakan nilai pertumbuhan ekonomi terendah ke 2 se-provinsi. Pada tahun tersebut, angka pertumbuhan ekonomi terbesar diperoleh dari Kab. Bangka selatan sebesar 6.79%. secara kumulatif, capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yaitu 6.6% naik dari nilai sebelumnya ditahun 2010 sebesar 5.85%. Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

182 Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Pada tahun 2010, Ekonomi Belitung Timur mendapatkan posisi istimewa karena merupakan daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi ke 3 yakni 5.81%. Pada tahun tersebut, Kota Pangkal pinang menjadi daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6.21%. Dinamika pertumbuhan ekonomi Belitung Timur dari tahun 2006 ke 2011 ditampilkan pada gambar dibawah ini. Dalam 5 tahun tersebut, terlihat bahwa tahun 2008 menjadi tahun dengan pertumbuhan ekonomi terbesar senilai 6.06%. Capaian ini kemudian anjlok pada tahun 2009 walaupun kembali dikoreksi positif pada tahun Gambar Analisis Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun

183 D. Tingkat Inflasi (%) Data indikator Tingkat inflasi Kab.Belitung Timur dari waktu kewaktu ditampilkan pada sebagai berikut: Gambar Analisis Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dari data yang terhimpun, dapat dianalisa bahwa terjadi fluktuasi inflasi yang sangat bervariasi di Kabupaten Belitung Timur. Inflasi terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 18.61% dan kembali turun menjadi 7.26 pada tahun berikutnya. Pola inflasi yang tinggi ini patut dijawab oleh berbagai pihak, karena hal ini mengindikasikan besarnya potensi sebab-sebab yang akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. 170

184 2.7.2 Relevansi dan Efektivitas Program A. Perkembangan Harga Beras (Rp) Analisis relevansi indikator tidak mungkin dilakukan tanpa ketersediaan data dilevel Nasional dan Provinsi. Oleh karenanya, yang akan dilakukan berikut ini adalah analisis efektiftas, untuk melihat arah kecenderungan Trendline yang mengindikasikan efektifitasnya intervensi kebijakan yang diambil dalam mengendalikan capaian tiap indikator. Gambar Analisis Efektifitas Perkembangan Harga Beras (Rp) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar diatas menampilkan arah pergerakan garis kecenderungan dengan sudut tajam yang menunjukan terjadinya kenaikan harga beras secara besar. Dalam analisis efektifitas terhadap indikator perkembangan harga beras, semakin landai arah kemiringan garis tren, semakin menunjukan efektiftas pelaksanaan intervensi. Oleh karenanya, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan menjadi tidak efektif. 171

185 B. Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Gambar Kecenderungan pergerakan harga kebutuhan pokok Tahun Secara kumulatif, Arah perkembangan indikator yang semakin naik menunjukan intervensi kebijakan tidak efektif. Ini terlihat dari tingkat kecuraman garis yang terlihat. C. Pertumbuhan Ekonomi (%) Indikator pertumbuhan ekonomi dilevel nasional, provinsi dan Kabupaten terlihat relevan seperti yang ditampilkan pada gambar dibawah ini. Hal ini sangat tampak dari sejak tahun Dari visualisasi pada gambar tersebut terlihat arah gerak pertumbuhan ekonomi berjalan seirama meskipun dalam beberapa tahun sebelumnya, terlihat ketidakbersesuain. 172

186 Gambar Relevansi Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektifitas Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan melihat arah garis kecenderungan yang bergerak naik (positif), maka bisa disimpulkan intervensi kebijakan yang mendukung perkembangan pertumbuhan ekonomi berjalan efektif. 173

187 D. Tingkat Inflasi (%) Ketidaktersediaan data menyebabkan tidak memungkinkan untuk menganalisis relevansi perkembangan Inflasi kabupaten dengan capaian indikator nasional dan provinsi. Akan tetapi berdasarkan data deret waktu yang dimiliki di Kabupaten Belitung Timur, dapat disimpulkan intervensi kebijakan yang mendukung arah menekan dan atau mengendalikan inflasi berjalan efektif. Kemiringan arah garis tren menunjukan nilai yang semakin kecil/terkendali. Gambar Analisis Efektifitas Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Tahun

188 2.7.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah Dari simulasi terhadap data 4 indikator utama ketahanan pangan/ekonomi, terlihat bahwa pengendalian harga beras dan harga kebutuhan pokok memerlukan perhatian khusus. Ini terlihat dari data yang ada bahwa terjadi kenaikan dalam besaran yang sangat signifikan dalam 2 tahun terkahir. Kenaikan ini juga terjadi bahkan disaat terjadinya penurunan tingkat inflasi dari 10.51% menjadi 6.66%. pengendalian harga bahan makanan ini menjadi penting mengingat akan sangat mempengaruhi tingkat daya beli masyarakat. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Ketahanan PanganKepulauan Bangka Belitung Tahun

189 BAB III TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN Tinjauan anggaran belanja penanggulangan kemiskinan merupakan analisis terhadap alokasi dan manajemen anggaran belanja publik dalam bidang atau sektor yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Kebersesuaian alokasi anggaran akan memastikan terselenggaranya program/kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Analisis anggaran yang disusun dibawah ini didasarkan pada data pertanggungjawban ABPD Angka yang digunakan adalah angka realisasi anggaran. 3.1 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral Komposisi penerimaan daerah menunjukan proporsi sumber-sumber penerimaan daerah yang akan dimanfaatkan bagi pembiyaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan. Gambar Analisis Komposisi Penerimaan Daerah Kab. Belitung Timur Tahun Dari data komposisi penerimaan daerah diatas, terlihat bahwa pendapatan daerah yang paling besar masih didominasi oleh transfer pemerintah pusat ke daerah. Akan tetapi yang cukup menggembirakan adalah ditemukan fakta bahwa terjadi kecenderungan peningkatan PAD dari waktu kewaktu. Pada akhir tahun 2011, PAD daerah meningkat cukup baik menjadi lebih dari 55 Milyar Rupiah. Dengan melihat kecenderungan ini, maka sangat dimungkinkan untuk mendorong porsi pembiayaan yang lebih besar terhadap kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah. Dari anggaran yang tersedia, pemerintah kabupaten Belitung Timur mengalokasikan dana berdasarkan prioritas yang ditetapkan. Dalam menjalankan fungsi-fungsi yang diamanatkan, maka APBD dari tahun ke tahun dialokasikan dengan komposisi sebagai berikut: 176

190 Gambar Analisis Komposisi Belanja Daerah menurut Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun Pada gambar diatas terlihat bahwa proporsi terbesar dari APBD masih diserap untuk fungsi pelayanan umum. Namun demikian, dari rentang , alokasi belanja yang disediakan untuk fungsi pendidikan semakin besar. Visualisasi dinamika pergerakan persentase alokasi belanja ABPD ini diperlihatkan pada grafik berikut ini: Gambar Perbandingan Persentase Alokasi Belanja Berdasarkan Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun

191 3.2 Analisis Anggaran Belanja Sektoral A. Bidang Kemiskinan Pada bidang kemiskinan, analisis komposisi belanja diperoleh dari realisasi belanja dinas sosial tahun Pada tahun tersebut, Dinas sosial menggnakan 51% anggarannya untuk belanja barang dan jasa. Sedangkan 46% atau sebesar Rp 1,255,243, untuk belanja pegawai. Gambar Komposisi Belanja Anggaran Sosial Tahun Anggaran 2011 Menurut Jenis Program Yang Dibiayai Pada tahun 2011, realiasi belanja terbanyak dari instansi Dinas Sosial adalah diprogram Pelayanan Administrasi Perkantoran sebesar 23,33%, diikuti oleh Program Pembinaan Panti Asuhan dan Jompo, dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran

192 B. Bidang Ketenagakerjaan Data yang digunakan untuk menganalisa anggaran belanja bidang ketenagakerjaan adalah laporan realisasi APBD untuk Bidang Ketenagakerjaan pada Dinas Sosial. Komposisi belanja bidang ketenagakerjaan dipergunakan untuk Belanja Pegawai (49%) dan Belanja Barang dan Jasa (51%). Gambar Komposisi Belanja Anggaran ketenagakerjaan Tahun Anggaran 2011 Menurut Jenis Program Yang Dibiayai Sebagai salah satu urusan yang pelaksanaannya dibebankan kepada satu bidang di dinas sosial, maka tentu banyaknya program yang diselenggarakan terbatas. Dengan mengacu data realisasi APBD pada tahun 2011, maka hanya terdapat 4 kegiatan yang diselenggarakan pada tahun 2011 yang merupakan bagian dari salah satu program seperti diilustrasikan pada gambar dibawah ini. Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran 2011 Total belanja untuk urusan ketenagakerjaan APBD 2011 adalah Rp 526,136, sejumlah digunakan untuk pembiayaan program peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja, dan sisanya dipergunakan untuk program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan. 179

193 C. Bidang Kesehatan Jika dilihat dari komposisi belanja, maka komposisi belanja anggaran kesehatan yang paling besar digunakan untuk pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dan fasilitas penunjang lainnya sebesar Rp 13,021,600, Proporsi belanja pegawai hanya sebesar 30% dari keseluruhan anggaran yang digunakan. Gambar Komposisi Belanja Anggaran Kesehatan Tahun Anggaran 2011 Menurut Penyedia Layanan Penyelenggara layanan dapat dipisahkan menjadi 2 kelompok yaitu Pemerintah dan Non Pemerintah. Data penggunaan anggaran yang dikontribusikan oleh masyarakat dan swasta belum tercermin pada laporan ini dikarenakan ketersediaan data. Gambar Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran 2011 Dari keseluruhan alokasi APBD 2011 yang dibelanjakan oleh stakeholder kesehatan pemerintah, maka proporis terbesar digunakan oleh dinas kesehatan yang mencapai Rp 13,730,484, RSUD menggunakan porsi terbesar kedua dengan anggaran sebesar Rp. 7,117,431, fasilitas kesehatan lainnya menggunakan porsi sisa anggaran lainnya. 180

194 MenurutJenis Program Yang Dibiayai Dalam struktur belanja anggaran kesehatan Tahun Anggaran 2011, belanja terbesar digunakan oleh Program Pelayanan Administrasi Perkantoran yang menggunakan 24.46% dari total keseluruhan anggaran atau sebesar Rp 6,806,886, Program tersebut terdapat pada semua unit penyelenggara kesehatan. Anggaran terbesar berikutnya adalah Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan yang menggunakan sebesar Rp 4,424,667, Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran 2011 D. Bidang Pendidikan Komposisi anggaran pada belanja kebutuhan pendidikan didominasi oleh belanja pegawai sebesar Rp 852,005, dari total anggaran Rp 1,776,966, Gambar Komposisi Belanja Anggaran Pendidikan Tahun

195 Menurut Penyedia Layanan Dari gambar dibawah ini, terlihat bahwa proporsi mayoritas anggaran pendidikan digunakan oleh dinas pendidikan sebesar 81% atau Rp 31,254,612, sedangkan sisanya sebesar Rp 7,218,051, dikelola oleh instansi lain baik sekolah maupun UPTD Pendidikan. Gambar Belanja Pendidikan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran 2011 Menurut Jenis Program Yang Dibiayai Gambar berikut menampilkan proporsi penggunaan anggaran berdasarkan program yang dibiayai. Program wajib belajar, program pelayanan admnistrasi perkantoran dan program pendidikan menengah mendominasi 83% pembiayaan disektor pendidikan. total anggaran yang diserap oleh 3 program tersebut mencapai Rp 32,023,582, Gambar Belanja Pendidikan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran

196 3.3 Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Analisis efektfitas anggaran terhadap capaian penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melihat sejauhmana perubahan anggaran belanja berimplikasi pada perubahan capaian penanggulangan kemiskinan dalam indikator yang ditinjau. A. Bidang Kemiskinan Pada bidang kemiskinan, perubahan anggaran belanja fungsi sosial terlihat tidak berdampak langsung pada 2 indikator yakni tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin. Akan tetapi berpengaruh terhadap penurunan indikator kedalaman dan keparahan kemiskinan. Hal ini bisa dipahami, karena berbagai bentuk alokasi anggaran fungsi sosial lebih ditujukan pada program kluster 1 kemiskinan. Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Fungsi Sosial Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun

197 B. Bidang Ketenagakerjaan Dari gambar dibawah ini, jelas terlihat bahwa tingkat pengangguran terbuka tidak berkorelasi dengan alokasi anggaran di fungsi ketenagakerjaan. Penurunan anggaran dibidang ketenagakerjaan dalam 4 tahun terkahir tidak diikuti dengan peningkatan angka TPT. Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Fungsi Ketenagakerjaan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun C. Bidang Kesehatan Pada bidang kesehatan, perubahan alokasi anggaran kesehatan secara umum terlihat berpengaruh pada capaian indikator kesehatan. Pada periode , terjadi peningkatan anggaran kesehatan yang berdampak pada perbaikan capaian beberapa indikator kesehatan pada masa itu. Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kesehatan Tahun Sumber data: Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 184

198 D. Bidang Pendidikan Pada bidang pendidikan, alokasi anggaran dari waktu kewaktu terus meningkat. Kewajiban dari undang-undang untuk mengalokasikan minimal 20% anggaran belanja mendorong pemerintah daerah untuk berlomba-lomba memperbaiki alokasi anggaran pendidikan. Di Kabupaten Belitung Timur, kenaikan anggaran bidang pendidikan tidak berpengaruh secara langsung terhadap kenaikan kinerja indikator secara umum. Misalnya pada indikator Angka Partisipasi Kasar, kenaikan anggaran terlihat berkorelasi hanya pada capaian ditingkat APK SMA/MA. Sementara itu APK pada jenjang yang lainnya tidak bergerak naik bahkan cenderung turun. Pola yang sama terlihat juga pada capaian indikator APM. APM SMA/MA meningkat seiring bertambahnya alokasi anggaran pendidikan. Sementara itu, untuk APM pada level sekolah dasar dan sekolah menengah pertama tidak terlihat berkorelasi dengan kenaikan anggaran tersebut. Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APK Tahun

199 Gambar Analisis Efektifitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APM Tahun

200 BAB IV KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya sistematis yang bersifat komprehensif. Hal itu memastikan bahwa upaya tersebut akan mampu menyentuh setiap elemen masyarakat miskin. Paradigma penanggulangan kemiskinan di Indonesia didasarkan pada empat prinsip; pembangunan yang inklusif, akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar, pemberdayaan kelompok masyarakat miskin, dan memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Penangulangan kemiskinan merupakan salah satu prioritas utama pembangunan nasional (dalam Kabinet Indonesia Bersatu II periode ).Ditingkat daerah, dalam usaha mewujudkan cita-cita tersebut, Bupati Belitung Timurperiode merumuskan kebijakan pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten Belitung Timur dengan visi : Belitung Timur Sejahtera dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Tangguh dan Profesional dengan Pemberdayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang Berwawasan Lingkungan. Poin penting dari visi Daerah Kabupaten Belitung Timur untuk 5 (lima) tahun ke depan, yang menjadi tujuan pembangunan daerah Belitung Timur, ialah Mewujudkan Belitung Timur yang Sejahtera. Merujuk kepada RPJMN bahwa kesejahteraan itu adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan SDA, SDM, dan budaya daerah. Tujuan ini penting dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan ekonomi daerah yang dikonsentrasikan untuk mengurangi angka pengangguran dan jumlah masyarakat miskin akan menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan pembangunan daerah ke depan. Kebijakan ekonomi daerah akan diarahkan untuk mencapai kondisi daerah yang sejahtera. Salah satu usaha untuk mencapai kondisi tersebut melalui pengelolaan potensi atau sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. Dalam mencapai perwujudan masyarakat yang sejahtera dengan memperhatikan tantangan ke depan melalui perhitungan peluang yang dimiliki maka kemudian ditetapkanlah 5 (lima) misi pembangunan, yaitu: 1. Menjadikan aparatur pemerintahan daerah yang Bersih, Transparan dan Profesional; 2. Memberikan jaminan kesehatan, pendidikan dan jaminan sosial lainnya yang profesional bagi seluruh rakyat; 3. Menciptakan Wiraswasta-wiraswasta skala kecil dan menengah yang tangguh; 4. Menjadikan Kabupaten Belitung Timur sebagai kawasan industri, pariwisata, perkebunan, peternakan, pertanian, kehutanan dan kelautan perikanan secara terpadu; 5. Mengelola sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. 4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya menyangkut masalah pendapatan. Kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan merupakan dimensi-dimensi kemiskinan lainnya. Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan memenuhi hak-hak dasar dan 187

201 perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum, meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH), rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, serta hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk itu, apabila terdapat ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi hak-hak tersebut, maka sudah menjadi kewajiban bagi negara membantu dalam serangkaian upaya yang sistematis dan terencana dengan baik melalui program penanggulangan kemiskinan. Dalam usaha untuk memenuhi hak dasar sebagaimana dimaksud diatas, pemerintah daerah diharapkan mampu menunjukan keberpihakan terhadap isu kemiskinan. Salah satu pendekatan awal yang penting dilakukan adalah melakukan harmonisasi mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi. Setiap tahap tersebut hendaknya memprioritaskan dan menempatkan masyarakat miskin sebagai fokus. Oleh karenanya penting untuk menyusun perencanaan strategis penanggulangan kemiskinan. Belitung Timur pada tahun 2011 belum memiliki dokumen SPKD. Oleh karenanya, kajian kebijakan yang akan disampaikan pada bagian dibawah ini merupakan kebijakan yang diambil dari dokumen RPJMD yang beririsan langsung dengan isu penanggulangan kemiskinan. Adapun beberapa kebijakan yang berdampak langsung sebagai dasar penyusunan program kegiatan penanggulangan kemiskinan disampaikan sebagai berikut: Meningkatkan kualitaspenyelenggaraan pendidikan,pengembangan kurikulumberbasis kompetensi,penataan sistem pembiayaanpendidikan dan peningkatanperan serta masyarakat dalampembangunan pendidikan. Meningkatkan manajemen mutu pelayanan kesehatan secara merata dan terjangkau, peningkatan kualitas lingkungan sehat serta peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Pengendalian pertumbuhan penduduk dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan jejaring pelayanan KB untuk mewujudkan keluarga dan masyarakat yang berkualitas. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam perencanaan serta mengurangi permasalahan dan kesenjangan sosial Mengembangkan industri kecil UMKM khususnya yang berorientasi ekspor. Meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk mewujudkan kemandirian berusaha dan meningkatkan produktivitas hidup. Mengembangkan program-program perluasan kesempatan kerja dan berusaha secara luas bagi masyarakat. Mengamankan ketahanan pangan dengan jalan mempertahankan tingkat produksi dan meningkatkan ketersediaan pangan. Kebijakan-kebijakan diatas merupakan kebijakan yang apabila diterapkan dengan baik, maka akan berdampak pada pengurangan kemiskinan melalui peningkatan kualitas pelayanan dasar, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan sistem perlindungan sosial bagi kelompok masyarakat rentan. Akan tetapi dipandang perlu untuk menyusun perencanaan strategis yang akan memberikan panduan lebih jelas dan fokus melalui dokumen strategi penanggulangan kemiskinan daerah (SPKD) yang akan disusun dengan dasar materi dan analisis LP2KD tahun

202 4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Secara umum, strategi penanggulangan kemiskinan nasional mengacu pada Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Pada pasal 3 dijelaskan bahwa strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan: 1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; 2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin; 3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil; 4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Belum tersusunnya dokumen perencanaan strategis penanggulangan kemiskinan daerah menyebabkan dasar penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur sampai pada tahun 2012 masih mengacu pada panduan umum strategi pembangunan daerah yang termuat didokumen RPJMD Belitung Timur periode Atas dasar telaah dokumen RPJMD 2012, maka dikutipkan beberapa strategi-strategi yang terkait langsung dengan usaha penanggulangan kemiskinan yang merupakan penerjemahan lebih lanjut dari misi ke 2 (dua) dan misi ke 3 (tiga), yaitu: Misi 2: Memberikan jaminan kesehatan, pendidikan dan jaminan sosial lainnya yang profesional bagi seluruh rakyat, maka terjemahan strategi pembangunan daerah Kabupaten Belitung Timur adalah: 1. Bidang Kesehatan a. Memberikan jaminan pelayanan kesehatan yang paripurna/menyeluruh dan prima kepada seluruh masyarakat Belitung Timur, dimana yang miskin akan dijamin mendapatkan pelayanan kesehatan secara profesional tanpa takut berobat karena tidak ada biaya. b. Memberikan jaminan asuransi kepada masyarakat yang beresiko tinggi dalam pekerjaannya dan untuk keluarga fakir miskin, janda miskin akan diberikan bantuan oleh pemerintah daerah serta jaminan hari tua sehingga tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. c. Memberikan pembinaan terhadap kesehatan ibu dan anak paripurna yang dimulai dari masa akil balik, perencanaan perkawinan dan kehamilan sampai melahirkan serta pengasuhan anak yang baik dan benar dalam menunjang kesehatan secara prima. d. Memberikan perlindungan kesehatan dan keberpihakan kepada orang tua lanjut usia dengan meningkatkan kualitas hidup dan membuat lansia menjadi berarti. e. Menata kembali pemberian jaminan kesehatan gratis kepada masyarakat, melalui perbaikan sistem dan managemen, khususnya kemungkinan jaminan kesehatan gratis dengan pengelolaan mandiri oleh Pemerintah Daerah. 2. Bidang Pendidikan a. Melakukan perbaikan sistem pendidikan gratis, melalui perubahan pengelolaan data base pendidikan serta sistem rekrutmen beasiswa yang transparan dan profesional. b. Menyediakan sarana prasarana pembinaan generasi muda melalui penyediaan sarana prasarana olahraga dan penataan managemen pembinaan atlet daerah. c. Memberikan pelatihan yang profesional bagi para guru secara teratur dan berkesinambungan. d. Melakukan pemetaan yang teratur dan berkesinambungan melalui kegiatan brain screening kepada anak-anak sekolah agar dapat diarahkan dan dimaksimalkan. e. Memaksimalkan pemberian beasiswa dan penghargaan kepada para siswa yang berprestasi serta memberikan penghargaan kepada orang tua dan anak-anaknya yang berhasil menjadi sarjana dan mau kembali membangun daerah Belitung Timur. 189

203 f. Melakukan pemetaan secara berkesinambungan terhadap sumber daya aparatur di bidang pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan. Misi 3: Menciptakan Wiraswasta-wiraswasta skala kecil dan menengah yang tangguh, maka strategi pembangunan daerah Kabupaten Belitung Timur adalah: 1. Bidang Industri a. Mengusahakan adanya modal usaha yang murah dan mudah serta memberikan pembinaan dan informasi yang transparan/terbuka terhadap usaha-usaha yang menguntungkan dan dibutuhkan kepada seluruh masyarakat dengan menciptakan pengetahuan dan industri kreatifitas di masyarakat dalam mengembangkan usaha yang tangguh dan terencana dan pemerintah berkewajiban membantu dan mengawal secara profesional dan berkesinambungan. b. Mendorong terciptanya pasar bagi produk/ usaha yang berkembang dimasyarakat. 2. Bidang ketenagakerjaan a. Mengarahkan penciptaan lapangan kerja didesa melalui penggunaan dana pembangunan desa untuk pembiayaan kegiatan ekonomi rakyat yang kompetitif, produktif dan mandiri. b. Mengembangkan model-model pelatihan ketenagakerjaan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. 3. Bidang Pemberdayaan Masyarakat a. Mengembangkan desa-desa mandiri berbudaya di setiap kecamatan dengan keunggulan komoditi setempat. b. Membangun lembaga Keuangan Mikro Pedesaan (BUMDes, BPR, Koperasi) 4. Bidang Penanaman Modal a. Menarik investasi dari dalam dan luar daerah serta diarahkan agar lebih mengutamakan usaha-usaha ekonomi kemitraan dan/atau bentuk-bentuk usaha yang berbasis komunitas pedesaan. b. Membuat regulasi untuk pengendalian dan pengawasan bagi jenis-jenis investasi yang memiliki resiko tinggi terhadap terhambatnya ekonomi kecil dan usaha pelestarian lingkungan. 5. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah a. Melanjutkan upaya pemberdayaan Usaha kecil dan menengah melalui program kredit bunga rendah. Strategi yang diturunkan dari 2 (dua) misi inilah yang menjadi dasar operasional penyusunan program/kegiatan sejak tahun 2011 sampai saat ini. 190

204 4.3 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Sebagai upaya harmonisasi berbagai program penanggulangan kemiskinan, pemerintah mengelompokkan program-program penanggulangan kemiskinan tersebut berdasarkan segmentasi masyarakat miskin penerima program yang dibagi dalam 4 (empat) klaster. Jika dianalogikan, klaster pertama merupakan pemberian ikan bagi rumah tangga sangat miskin, miskin, dan hampir miskin yang memang membutuhkan bantuan perlindungan sosial. Klaster kedua, dapat diibaratkan sebagai pemberian kail bagi kelompok masyarakat miskin agar masyarakat dapat mandiri. Dan klaster ketiga, ibarat memberikan pancing dan perahu, bagi kelompok masyarakat miskin yang sudah mandiri dan siap untuk mengembangkan usahanya, bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Selanjunya klaster keempat merupakan perluasan program pro rakyat. a. Klaster Pertama Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin; Adalah kelompok program-program bantuan dan perlindungan sosial yang ditujukan terutama bagi masyarakat termiskin di antara yang termiskin. Termasuk di dalamnya adalah berbagai program pelayanan dasar seperti penyaluran beras bersubsidi (raskin) dan jaminan kesehatan (jamkesmas); pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat terpencil, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya; bantuan sosial untuk masyarakat rentan serta korban bencana alam dan sosial; bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin yang memenuhi persyaratan (Program Keluarga Harapan/PKH). b. Klaster Kedua, Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat; Adalah kelompok program-program yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Mereka yang tidak termasuk atau sudah lepas dari klaster I didorong dan difasilitasi untuk dapat mengoptimalkan potensi yang mereka miliki. Upaya untuk menangulanggi kemiskinan sebenarnya telah dilakukan sejak Bangsa Indonesia mulai melakukan upaya pembangunan. Hali ini dapat dilihat dengan banyaknyaprogram-program atau proyek atau berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai kementerian/lembaga, misalnya Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Kompensasi pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM), Program Pengembangan Kecamatan (PKK)/PNPM Mandiri Perdesaan, Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)/PNPM Mandiri Perkotaan, Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), dan lain sebagainya. c. KlasterKetiga Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil; Ditujukan bagi kelompok/individu masyarakat miskin yang sudah/tidak masuk kedalam kategori penerima klaster pertama dan kedua karena dinilai memilki mata pencaharian atau usaha yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasarnya, namun tetap perlu ditingkatkan. Program-program yang termasuk dalam klaster ini adalah program-program bantuan bagi pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro dan kecil, baik berupa bantuan modal atau pun peningkatan kapasitas, dan Kredit Usaha rakyat (KUR). Penerima 191

205 manfaat klaster ketiga ini adalah kelompok masyarkat yang telah dilatih dan ditingkatkan keberdayaan serta kemandiriannya pada klaster program sebelumnya, sehingga mampu untuk memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal seperti Bank, Koperasi, BPR dan sebagainya. KUR adalah skema kredit/pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi yang usahanya layak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan perbankan. d. Klaster Keempat Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin. Merupakan program-program lainnya/baru yang menunjang atau melengkapi dari klaster sebelumnya (kesatu, kedua, dan ketiga). Program-programnya berupa rumah sangat murah, kendaraan angkutan umum murah, air bersih untuk rakyat, listrik murah dan hemat, peningkatan kehidupan nelayan, peningkatan kehidupan masyarakat pinggir perkotaan. Program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2012 adalah sebagai berikut: Tabel Program Penanggulangan Kemiskinan 4 Klaster Berdasarkan APBD 2012 No Program/Kegiatan Palfon Anggaran (Rp) SKPD (1) (2) (3) (4) Program Pendidikan Wajib Belajar Sembilan Tahun 1 Penyediaan Biaya Operasional SD/MI/SDLB dan SMP/MTS 1,004,304, Dinas Pendidikan 2 Kegiatan Penyelenggaraan Paket A Setara SD 20,664, Dinas Pendidikan 3 Kegiatan Penyelenggaraan Paket B Setara SMP 21,058, Dinas Pendidikan 4 Penyelenggaraan UAN dan UAS 310,474, Dinas Pendidikan Program Pendidikan Menengah 1 Kegiatan Penyelenggaraan Paket C Setara SMU 26,824, Dinas Pendidikan 2 Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Menengah 3,015,498, Dinas Pendidikan 3 Penyelenggaraan UAN dan UAS 168,500, Dinas Pendidikan Program Pendidikan Non Formal Pemberian bantuan operasional pendidikan Non 1 Formal Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan 772,200, Dinas Pendidikan 1 Kemitraan asuransi Kesehatan Masyarakat 4,351,906, Dinas Kesehatan 2 Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan Lansia 148,760, Dinas Kesehatan Pembinaan Gizi Masyarakat 1 2 Pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi Puskesmas perawatan dan RSUD Pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi Puskesmas Non Perawatan 75,000, Dinas Kesehatan 30,000, Dinas Kesehatan 3 Pengadaan alat dapur dan sarana 180,000, Dinas Kesehatan 4 Penyediaan obat gizi buruk 750,000, Dinas Kesehatan 5 Pendampingan gizi buruk oleh kader 150,000, Dinas Kesehatan 6 Pelatihan pemantauan pertumbuhan bagi petugas puskesmas dan kabupaten kota 10,500, Dinas Kesehatan 192

206 No Program/Kegiatan Palfon Anggaran (Rp) SKPD (1) (2) (3) (4) 7 Pelatihan ulang kader posyandu 50,000, Dinas Kesehatan 8 Pembinaan kader posyandu 50,000, Dinas Kesehatan 9 Penyediaan sarana dan prasarana kader posyandu 200,000, Dinas Kesehatan 10 Penyediaan dana operasional posyandu 500,000, Dinas Kesehatan Program Pembinaan Panti Asuhan dan Jompo 1 Operasional dan Pembinaan Panti Rehabilitasi 740,071, Dinsosnakertrans Program Pembinaan Para Penyandang Cacat, Trauma dan Anak Terlantar 1 Pendayagunaan Para Penyandang Cacat dan Eks Trauma Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteran Sosial 1 Penanganan Masalah-masalah Strategis ynag menyangkut Tanggap Cepat Darurat dan Kejadian Luar Biasa 73,720, Dinsosnakertrans 293,129, Dinsosnakertrans 2 Peningkatan Pembinaan bagi Kesejahteraan Lansia 145,990, Dinsosnakertrans 3 Program Keluarga Harapan 127,605, Dinsosnakertrans Belanja Langsung Bantuan Sosial 1 Bantuan Langsung Tunai Bagi Penyandang Masalah Kesesejahteraan Sosial Program Keluarga Berencana 1 Penyediaan Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi Bagi Keluarga Miskin Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan 1 Pemberdayaan Lembaga dan Organisasi Masyarakat Perdesaan 722,400, Dinsosnakertrans 87,900, Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan 275,730, BPMPD 2 Pelaksanaan Lomba Desa Tingkat Kabupaten 211,939, BPMPD Program Pegembangan Lembaga Ekonomi Perdesaan 1 Pelatihan Keterampilan Manajemen Badan Usaha Milik Desa Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa 1 Pembinaan Kelompok Masyarakat Pembangunan Desa Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Keciptakaryaan 1 Pembangunan/peningkatan sarana dan prasarana permukiman 44,016, BPMPD 102,627, BPMPD 1,400,000, Program Pengembangan Kinerja Pengeloalaan Air Minum dan Air Limbah 1 Pembangunan/Peningkatan sarana dan prasarana PDAM Program Pembangunan Perumahan 1,074,325, Pembangunan Rumah tinggal layak Huni 3,500, Pembangunan Rumah tinggal layak Huni 150, Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum 193

207 No Program/Kegiatan Palfon Anggaran (Rp) SKPD (1) (2) (3) (4) Program pembangunan Infrastruktur Pedesaan Pembangunan/peningkatan jalan dan jembatan desa Pembangunan/peningkatan jalan dan jembatan desa Pembangunan/peningkatan jalan lingkungan dan jalan setapak Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 24,151,500, ,300,000, ,125,000, Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum 1 Pelatihan manajemen pengelolaan koperasi/kud 43,000, Disperindagkop 3 Fasilitasi Pengembangan UKM 41,000, Disperindagkop Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM 1 Penyelenggaraan Promosi Produk UMKM 150,000, Disperindagkop 2 Pengembangan klaster bisnis 1,863,000, Disperindagkop Perkuatan Permodalan Bagi Koperasi, Usaha Mikro dan Kecil 1 Pinjaman Bergulir UMKM 4,000,000, Disperindagkop Program Pengembangan Sumberdaya Manusia, Peningkatan Manajemen Kelautan dan Perikanan 1 Pelatihan kelautan dan Perikanan 312,870, Dinas Kelautan dan Perikanan 2 Penyuluhan/sosialisasi Kelautan dan Perikanan 54,744, Dinas Kelautan dan Perikanan Program Peningkatan Produksi hasil Peternakan Keg. Pendistribusian Bibit Ternak kepada 1 462,000, Masyarakat Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Keg. Penyediaan Sarana Produksi 1 2,300,000, Pertanian/Perkebunan Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Keg. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/ 1 1,500,000, perkebunan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan 1 106,000, Persampahan Dinas Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Badan Lingkungan Hidup Keseluruhan kegiatan diatas menggunakan data APBD Tahun 2012 sebesar Rp 64,347,907,

208 4.4 Penanganan Pengaduan Masyarakat Sesuai amanat Peraturan Presiden nomor 15 tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Kelompok Kerja Pengaduan Masyarakat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (5), menyelenggarakan fungsi: a. perumusan dan penyiapan penanganan aspirasi dan pengaduan masyarakat terkait kegiatan penanggulangan kemiskinan; b. perumusan dan penyiapan bahan kampanye penanganan aspirasi dan pengaduan masyarakat terkait dengan penyelenggaraan kegiatan penanggulangan kemiskinan; dan c. perumusan dan penyiapan bahan sosialisasi dan kampanye tentang perlunya pendampingan masyarakat dalam penyampaian pengaduan pada penyelenggaraan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Pada tahun 2012, TKPK Kabupaten Belitung Timurbelum menyusun mekanisme penanganan pengaduan masyarakat terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Pada tahun anggaran ini, pengaduan masyarakat masih dikelola secara terpisah oleh pelaksana program/kegiatan masing-masing. Hal ini berlaku baik untuk program penanggulangan kemisinan nasional yang dibiayai APBN mapun program-program daerah. Meskipun demikian, berberapa bentuk pengaduan masyarakat yang telah dirangkum oleh TKPK dari berbagai sumber selama tahun 2012 ini lebih kurang menyampaikan keluhan dengan permasalahan sebagai berikut: 1. Kekeliruan dalam penetapan sasaran Dalam penetepan sasarannya, masih terdapat orang-orang yang tidak berhak menerima program masuk kedalam daftar penerima (inclussion error) dan atau terdapat pula orang miskin yang tidak mendapatkan program (exclussion error). Contohnya : Pada penyaluran program Bantuan Langsung Tunai, atau beberapa program bantuan lainnya. 2. Kualitas pekerjaan/barang yang rendah Pada pekerjaan berupa penyediaan barang kepada masyarakat miskin, masih ditemukan keluhan berbentuk ketidakpuasan atas kualitas barang yang disediakan. Contohnya: Rendahnya kualitas alat kontrasepsi/kb yang disediakan gratis bagi masyarakat miskin. 3. Penyampaian jumlah bantuan yang tidak sesuai Terdapat program yang dalam penyelenggaraannya tidak dilaksanakan sesuai dengan besaran bantuan yang seharusnya. Contohnya: Pada program Raskin dengan ketentuan besaran bantuan adalah 15 kg, sedangkan yang disampaikan kepada masyarakat lebih sedikit dari jumlah yang ditentukan. 4. Waktu penyampaian bantuan yang tidak tepat Penyampaian bantuan sering tidak berada pada waktu yang tepat akibat keterlambatan yang disebabkan oleh panjangnya prosedur birokrasi pengadaan bantuan atau proses perencanaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Contohnya : Pada program bantuan penyediaan alat pertanian yang tidak mempertimbangkan perubahan kondisi musim/cuaca. 5. Kualitas pelayanan yang kurang atau lambat Pada program yang berbentuk pelayanan, seperti pelayanan kesehatan atau pendidikan, maka seringkaliditerima keluhan yang menyampaikan soal buruknya dan atau lambatnya pelayanan yang diberikan oleh aparatur penyedia layanan. Contohnya : Keluhan atas kualitas layanan kesehatan di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. 195

209 6. Rendahnya kualitas pendampingan program pemberdayaan Program yang berbentuk pemberdayaan masyarakat seringkali mendapatkan keluhan atas peran fasilitator yang dianggap kurang maksimal. Rendahnya kualitas pendampingan bisa disebabkan karena terbatasnya dukungan fasilitas yang disediakan, atau disebabkan karena keterbatasan kemampuan personil pendamping. Contohnya: Pedampingan pada program PNPM Perkotaan mapun PNPM Pedesaan Untuk melakukan pembenahan terhadap hal-hal diatas, maka dipandang perlu bagi TKPK untuk membangun suatu sistem pengelolaan pengaduan masyarakat. Yang dimaksud dengan sistem penanganan pengaduan masyarakat adalah suatu sistem yang dapat menampung dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat serta memastikan masyarakat mendapat informasi yang cukup mengenai tindak lanjut dari aduan yang telah disampaikannya.klasifikasi pengaduan diperlukan sebagai alat bantu untuk menentukan akar masalah, carapenanganan dan siapa melakukan penanganan. Klasifikasi tersebut terdiri dari : a. Pengaduan Informatif Yang termasuk dalam sifat ini, adalah setiap pengaduan yang dapat diselesaikandengan memberikan keterangan selengkapnya kepada pengadu. b. Pengaduan Masalah (Penyimpangan) Yang termasuk dalam sifat ini adalah setiap pengaduan yang dalampenyelesaiannya perlu langkah-langkah penanganan lebih lanjut. Untuk menjalankan fungsi pengaduan masyarakat tersebut, maka pada tahun-tahun kedepan akan dilakukan beberapa langkah strategis berikut ini: 1. Membangun dan mengaktifkan kelembagaan Unit Pengaduan Masyarakat pada Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kab. Belitung Timur 2. Melakukan Kampanye dan sosialisasi baik melalui media cetak maupun melalui media interaktif yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten seperti Radio Belitung Timur 3. Membentuk dan menetapkan hotline pengaduan 4. Menyiapkan SDM yang akan menjadi tim pengelola pengaduan masyarakat 5. Menyusun dan menetapkan mekanisme dan prosedur penanganan pengaduan masyarakat yang akan digunakan sebagai standar manajemen lembaga 6. Membangun komitmen pengawasan bersama masyarakat dan elemen masyarakat sipil lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat Adapun rancangan prosedur yang akan diterapkan pada tahun 2013 ditampilkan pada gambar dibawah ini. 196

210 Gambar Alur Penanganan Pengaduan Masyarakat Petugas Pengaduan Keluhan Masyarakat Miskin Tim Penanganan Pengaduan Tindak Lanjut Pimpinan TKPK No Cara Penyampaian Sarana Penyampaian 1. Langsung 1. Laporan Lisan 2. Telepon/sms 3. Interaktif pada acara Radio/dialog 2. Tidak Langsung 1. Kotak Saran /Pengaduan 2. Surat/Kotak Pos 3. Tabel Mekanisme Penanganan Pengaduan Masyarakat Proses penanganan Pengaduan Penerima Pengaduan Ditindaklanjuti Pelaksana waktu Tidak Ditindaklanjuti Petugas/Pimpinan Tim 1-7 Hari 1. Pengadu tidak menyertakan identitas yang jelas dan benar Petugas/Pimpinan Tim 1-7 Hari 2. Materi pengaduan tidak jelas 3. Pengaduan salah alamat 4. Materi pengaduan tidak didukung dengan fakta/data yang sesuai dengan realita Feedback Paling lambat 1 hari setelah proses penanganan pengaduan selesai 197

211 BAB V KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Salah satu fungsi TKPK dalam pengendalian pelaksanaan programpenanggulangan kemiskinan adalah mengendalikan kegiatan pemantauanpelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh SKPD terkait.dalam kendali TKPK, pemantauan yang dilakukan oleh SKPD terkaitdiharapkan dapat diperoleh secara berkala informasi tentang kinerjarealisasi pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapidalam pelaksanaan setiap program. Dengan demikian TKPK dapat berperanmembantu perbaikan proses pelaksanaan program penanggulangankemiskinan di daerah. Di samping itu, hasil pemantauan dapat berguna bagidaerah yang bersangkutan dalam menentukan intervensi kebijakan daerahuntuk mendukung efektivitas program yang sedang berjalan. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Bupati Belitung Timur pada tanggal 29 Februari 2012 telah mengeluarkan Keputusan Bupati Belitung Timur Nomor /69 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Belitung Timur. Melalui Surat Keputusan Bupati tersebut, maka Tim yang dibentuk diberi amanat untuk melakukan tugas sebagai berikut: a. Melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan b. Mengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan Penetapan tentang tugas dan fungsi TKPK pada keputusan bupati tersebut disesuaikan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri 42 Tahun 2010 yang mengamanatkan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. pengoordinasian penyusunan SPKD Kabupaten/Kota sebagai dasar penyusunan RPJMD Kabupaten/Kota di bidang penanggulangan kemiskinan; b. pengoordinasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rencana strategis SKPD; c. pengoordinasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rancangan RKPD; d. pengoordinasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rencana kerja SKPD; dan e. pengoordinasian evaluasi pelaksanaan perumusan dokumen rencana pembangunan daerah bidang penanggulangan kemiskinan. f. pengendalian pemantauan, supervisi dan tindak lanjut terhadap pencapaian tujuan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah; g. pengendalian pemantauan pelaksanaan kelompok program penanggulangan kemiskinan oleh SKPD yang meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi; h. penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program dan atau kegiatan program penanggulangan kemiskinan secara periodik; i. pengendalian evaluasi pelaksanaan program dan atau kegiatan penanggulangan kemiskinan; j. pengendalian penanganan pengaduan masyarakat bidang penanggulangan kemiskinan; dan k. penyiapan laporan pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan kemiskinan kepada Bupati/Walikota dan TKPK Provinsi. Adapun struktur TKPK yang diamanatkan oleh SK tersebut adalah sebagai berikut: 198

212 1 Gambar Struktur Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kab. Belitung Timur Tahun Anggaran 2012 PENANGGUNG JAWAB BUPATI BELTIMA KETUA WAKIL BUPATI BELTIM WAKIL KETUA SEKRETARIS DAERAH SEKRETARIS KEPALA BAPPEDA DAN PM WAKIL SEKRETARIS KEPALA BPMPD SEKRETARIAT KEPALA SEKRETARIS BAPPEDA DAN PM WAKIL KEPALA KEPALA BIDANG EKOSOSBUD ANGGOTA Kasubbid Ekonomi Bidang Ekososbud Kasubbid Sosbud Bidang Ekososbud Staf Subbid Ekonomi Bidang POKJA PRNDATAAN DAN INFORMASI KETUA KEPALA BPS WAKIL KETUA KEPALA BIDANG DATA DAN LITBANG ANGGOTA Kepala Kantor Arsip, Perpustakaan dan Dokumentasi Kabid. Penyerasian Kebijakan dan Teknologi Informasi pada Dinas Dukcapil Kabid Telkomunikasi dan Informasi pada Dinas Perhubungan Kabid Kelembagaan Data dan Informasi POKJA PENGEMBANGAN KETUA KEPALA DPPKAD WAKIL KETUA KEPALA BAGIAN EKONOMI PEMBANGUNAN SETDA ANGGOTA Kepala Cabang Bank BRI Manggar Kepala Bank Sumsel Babel Capem Manggar Kepala Bank Mandiri Capem Manggar Pimpinan PT Timah (Persero) Tbk Pimpinan Asosiasi Perkebunan Sawit POKJA PENGADUAN MASYARAKAT KETUA SEKRETARIS INSPEKTORAT WAKIL KETUA KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DAN USAHA EKONOMI DESA/KELURAHAN ANGGOTA -Kepala Bagian Humas Setda -Ketua Forum Komunikasi BKM KELOMPOK PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU BERBASIS KELUARGA KETUA ASISTEN BIDANG PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH WAKIL KETUA KEPALA DINSOSNAKERTRANS ANGGOTA Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan Kepala Bagian Sosial Setda Kepala Dinas Kesehatan Kabid. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan pada DKP Kabid. Ketahanan Pangan pada Distanhut Kabid. Penanggulangan Bencana Bantuan dan KELOMPOK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KETUA KEPALA BPMPD WAKIL KETUA KEPALA DINAS PU ANGGOTA Staf Ahli Bupati Bid. Hukum dan politik Kepala BLHD Kepala Distanhut Kepala DKP Kepala Disbudpar Kepala Dindik Ketua MUI Kab.Beltim KPGI Kab.Beltim Ketua Gapensi Kab.BeltiM KELOMPOK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI MIKRO DAN KECIL KETUA ASISTEN BIDANG EKBANG SETDA WAKIL KETUA KEPALA DISPERINDAGKOP ANGGOTA Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan Setda Bank Sumsel Babel Cab. Manggar BRI Cabang Manggar Bank Mandiri cabang manggar Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kepala Badan KB dan PP Kabid Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan pada Dinsosnakertrans KELOMPOK PROGRAM PROGRAM LAINNYA KETUA KEPALA DINAS TATA KOTA, KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN WAKIL KETUA SEKRETARIS BPMPD ANGGOTA Kepala Dinas Perhubungan Kepala Dinas Dukcapil Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kepala Kantor Arsip, Perpustakaan dan Dokumentasi Kepala Kantor Kesbangpol Kepala Bidang Fisik dan Prasarana TIM TEKNIS TKPK KABUPATEN BELITUNG TIMUR KETUA KEPALA BAPPEDA DAN PM WAKIL KETUA KEPALA BIDANG EKOSOSBUD BAPPEDA DAN ANGGOTA Kepala Bagian Hukum Setda Kabid Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan DKP Kabid Ketahanan Pangan Distanhut Kabid Bina Program Dinas Kesehatan Kasubbag. Otonomi Daerah Bagian Tata Pemerintahan Setda Kasi. Sarana dan Prasarana Dinas Tata Kota, Kebrsihan dan Pertamanan Staf Bidang Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan DKP Staf Bidang Koperasi dan UKM Disperindagkop Staf Perencanaan Badan KB dan PP 199

213 5.1.1 Koordinasi di Tingkat Daerah Koordinasi penanggulangan kemiskinan dibutuhkan dalam menggalang sinergi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Kegiatan yang diselenggarakan untuk memfasilitasi koordinasi tersebut adalah : A. Koordinasi Internal Kabupaten 1. Rapat Koordinasi TKPK Rapat koordinasi TKPK merupakan amanat dari Permendagri 42 Tahun 2010 dalam upaya melaksanakan fungsi koordinasi TKPK. TKPK Kabupaten Belitung Timur menyelenggarakan RAKOR sebanyak 2 kali dalam 1 tahun. Rakor TKPK I diselenggarakan tanggal 28 mei Pada rakor ini Bapak Wakil Bupati selaku ketua TKPK membuka sekaligus memimpin rapat. Sementara itu, diundang pula beberapa narasumber yaitu Bapak Randy R. Wrihatnolo dari Pejabat dari Komite Perecepatan Pengembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI)Kementrian Koordinator Perkeonomian dan Bapak Himawan dari Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Rakor I ini mengagendakan sosialisasi paradigma pembangunan Pro Masyrarakat Miskin (Pro Poor), kebijakan penanggulangan kemiskinan pemerintah pusat, dan Kebijakan koordinasi penanggulangan kemiskinan Kabupaten Belitung Timur. Rakor II akan diselenggarakan pada bulan Desember dengan agenda penyampaian LP2KD 2012 dan Komitemen bersama pelaksanaan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Rapat dihadiri oleh seluruh elemen TKPK serta tim tekhnis Penyusunan SPKD. 2. Rapat Kelompok Kerja Rapat Kelompok Kerja Data dan Informasi diselenggarakan pada tanggal 7 Juni 2012, merupakan rapat tim terbatas yang diselenggarakan untuk mengkaji kebijakan pendataan dan penetapan sasaran penanggulangan kemiskinan yang berjalan. Pengkajian ulang terhadap proses dan prosedur pendataan masyarakat miskin ini untuk meningkatkan kualitas efektifitas program diwilayah penetapan sasaran. Rapat diisi oleh kajian terhadap data dasar PPLS 2011 oleh kepala BPS dan diikuti oleh telaah kebijakan penetapan sasaran oleh Bappeda. Rapat dihadiri oleh seluruh elemen pokja data dan informasi. Rapat ini menghasilkan komitmen bersama dalam penyediaan data dan pemanfaatannya secara terpadu oleh lintas SKPD. Pada tanggal 20 November dilakukan Rapat Kerja Bersama Pokja Data & Informasi dan Pokja Pengaduan Masyarakat. Rapat ini ditujukan untuk membahas kesiapan pelaksanaan Kebijakan penetapan sasaran Terpadu yang akan efektif diberlakukan bagi semua program penanggulangan kemiskinan di Tahun Anggaran Rapat ini dihadiri oleh perwakilan dari TNP2K yang dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi penyusunan protokol pemanfaatan dan verifikasi database terpadu PPLS 2011 bagi daerah. Keterlibatan pokja pengaduan masyarakat dipandang penting untuk memastikan agar umpan balik dari masyarakat bisa diakomodasi oleh kebijakan yang akan diterapkan ini. 3. Rapat Kelompok Program Rapat kelompok program diselenggarakan mulai tanggal agustus Rapat ini disusun dalam penjadwalan yang membagi peserta rapat kedalam 4 kelompok rapat pada waktu yang berbeda-beda. Pengelompokan ini didasarkan pada keterkaitan SKPD pada 4 klusterprogram penanggulangan 200

214 kemiskinan. Pada masing-masing kelompok program dibahas tentang usulan program dan kegiatan yang akan dikelola oleh masing-masing SKPD. Rapat dihadiri oleh kepala SKPD yang memiliki keterkaitan langsung dengan 4 kelompok program penanggulangan kemiskinan. 4. Diskusi Grup Terarah (Focus Group Discussion- FGD) Dalam rangka penyunan Rancangan Peraturan Daerah Penangulangan Kemiskinan, TKPK memfasilitasi FGD beberapa kelompok masyarakat diantaranya: FGD dengan Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan Diselenggarakan pada tanggal 2 Mei 2012 FGD dengan Tenaga Kerja Swadaya Masyarakat (TKSM) Diselenggarakan pada tanggal 9 Agustus 2012 FGD dengan Perwakilan kecamatan PNPM Mandiri Pedesaan Diselenggarakan pada tanggal 13 Agustus 2012 FGD dengan petim Tekhnis Penyusun SPKD Diselenggarakan pada 14 Agustus Rapat bersama Kelompok Kerja Data & Infmormasi dan Pokja Pengaduan Masyarakat. Rapat diselenggarakan pada tanggal 20 November Rapat ini ditujukan untuk memformulasikan mekanisme pengaduan masyarakat dan membahas mengenai protokol pengelolaan dan verifikasi data PPLS 2011 untuk kepentingan pelaksanaan program Tahun Anggaran Pada pertemuan ini peserta rapat diminta menyusun daftar indikator-indikator sektor tambahan yang akan dikembangkan pada proses verifikasi PPLS Rapat dihadiri oleh pimpinan dan anggota pokja data dan informasi serta pokja pengaduan masyarakat dan pimpinan beberapa SKPD terkait. 6. Partisipasi dan fasilitasi dan keikutsertaan dalam kegiatan lainnya Fasilitasi dan narasumber pada kegiatan PKH Fasilitasi dan narasumber pada kegiatan PNPM Pedesaan Fasilitasi dan narasumber pada kegiatan PNPM Perkotaan Fasilitasi dan narasumber pada kegiatan pertemuan bulanan TKSM Kegiatan tersebut dilakukan untuk menjembatani komunikasi SKPD lintas sektor dan menfasilitasi serta menampung aspirasi dari elemen masyarakat. B. Koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Koordinasi dengan TKPK Provinsi Bangka Belitung dilakukan dengan keikutsertaan pada agenda-agenda koordinatif penanggulangan kemiskinan sebagai berikut: Pelatihan Tim Tekhnis TKPK (2-3 Mei 2012) Merupakan acara pembekalan tahap awal bagi tim penyusun LP2KD Workshop Pengawasan dan Pengendalian PNPM Mandri Perkotaan (5-6 November 2012) Merupakan acara koordinasi pengendalian dan evaluasi capaian program PNPM di 7 kabupaten kota Pendampingan pada konsinyasi Penyunan Draft SPKD Kabupaten (18-19 Oktober) Kegiatan ini ditujukan untuk membangun sinkronisasi pada tahap penyusunan dokumen strategis kemiskinan kemiskinan kabupaten terhadap dokumen strategis yang disusun ditingkat provinsi. 201

215 5.1.2 Koordinasi di Tingkat Pusat Koordinasi ditingkat pusat ditujukan untuk memperbaharui pemahaman tentang kebijakan nasional/provinsi yang disusun terkait dengan isu penanggulangan kemiskinan. Disamping itu koordinasi dilakukan untuk menjembatani kebutuhan akan pendampingan dari berbagai fasilitator dan ahli dipusat. Koordinasi ditingkat pusat dilakukan dengan 2 lembaga yaitu Bappenas dan TNP2K. koordinasi aktif di Tingkat Pusat dilakukan dengan menghadiri undangan kegiatan yang bersifat Koordinasi penanggulangan kemiskinan diataranya agenda-agenda berikut: Magang Tim Tekhnis TKPK (16 17 Juli 2012) Merupakan kegiatan Magang Tim TKPK Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bangka Belitung untuk pembekalan kemampuan penyusunan dokumen LP2KD Kabupten. Rapat Koordinasi Tekhnis (Rakornis) TKPK (11 12 September 2012) Merupakan acara koordinasi Tekhnis TKPK se-wilayah Barat Indonesia yang ditujukan untuk mensosialisasikan instrumen pengawasan dan pengendalian yang telah disusun oleh pemerintah pusat terhadap program penanggulangan kemiskinan nasioanal seperti PKH, Raskin, BSM, PNPM dan KUR. Selain dari pertemuan formal diatas, koordinasi dengan lembaga pemerintahan ditingkat pusat juga dilakukan secara informal melalui komunikasi via atau telepon. Beberapa hal yang didiskusikan diantaranya tentang kesiapan penerapan kebijakan database terpadu untuk meningkatkan kulaitas ketepatan sasaran. 202

216 5.2 Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Dalam menyelenggarakaan tugas koordinasinya, TKPK kabupaten Belitung Timur mengalami kendala sebagai berikut: A. Permasalahan Umum 1. Landasan Hukum Proses Dan Aktfitas Penanggulangan Kemiskinan Pada tahun 2011, belum disusun landasan hukum berupa peraturan daerah yang memperkuat dan memperjelas bagaimana pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan diselenggarakan. Oleh karenanya, koordinasi penanggulangan kemiskinan masih merujuk langsung pada peraturan lebih tinggi tanpa ada landasan hukum khusus yang bersifat operasional dan mengikat sinergi lintas sektor ditingkat kabupaten. 2. Belum Tersusunnya Perencanaan Strategis Penanggulangan Kemiskinan (SPKD) Keberadaan SPKD menjadi penting mengingat dokumen tersebut adalah acuan khusus bagi implementasi kebijakan penanggulangan kemisinan. Keberadaan dokumen tersebut diharapkan mampu memadukan dan menajamkan kerja kolektif berbagai instansi yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan. 3. Belum Tersosialisasinya Dengan Baik Keberadaan Kelembagaan TKPK Peran dan fungsi TKPK akan kurang efektif jika kelembagaan TKPK belum tersosialisasikan dengan baik. Ini menyebabkan fungsi koordinasi yang diselenggarakan ditahap awal lebih difokuskan pada usaha untuk memperkenalkan kelembagaan TKPK, baik struktur, tugas, fungsi dari masing masing personel yang terlibat. Sementara harmonisasi dan berjalannya fungsi kelompok kerja dan kelompok program masih terbatas. 4. Ego Sekotral Masih terdapat paradigma yang menganggap bahwa penanggulangan kemiskinan adalah tanggungjawab sektoral, sehingga berbagai program yang dilakukan hanya ditujukan untuk mememenuhi target dan indikasi sektor. Peran TKPK diharapkan mengubah anggapan keliru ini. Penanggulangan kemiskinan diharapkan agar lebih terpadu dengan mengedepankan prioritas kolektif. 5. Keterpaduan Sasaran Sasaran yang berbeda antar sekor berpotensi mengurangi efektiftas penanggulangan kemiskinan. Dari aspek koordinasi dan pengukuran capaian, Penetapan sasaran yang dilakukan secara sektoral menyulitkan dalam pengukuran tingkat keberhasilan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan. B. Permasalahan internal TKPK 1. Kekurangan SDM Ditingkat sekretariat TKPK, belum tersedia SDM yang dibekali kemampuan dan pengetahuan khusus untuk menjawab kebutuhan koordinasi penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya, pengkaderan dan penguatan SDM menjadi prioritas pada tahun Pendanaan sekretariat Belum terdapat alokasi/pos anggaran khusus sekretariat TKPK dan pendaaan bagi operasional TKPK. Pendanaan ini menjadi penting dalam rangka mendorong kecukupan sumberdaya terhadap berbagai kegiatan yang akan diselenggarakan oleh TKPK. 3. Keterbatasan ketersediaan data Indikator sebagai alat evaluasi capaian Ketersediaan data beberapa indikator kemiskinan dihadapkan pada 3 masalah, yaitu: Jumlah indikator yang terbatas 203

217 Semakin banyak indikator yang tersedia, maka akan semamkin membantu melakukan identifikasi permasalahan Rentang/jangkauan waktu yang pendek Semakin lama deret waktu data indikasi, maka akan semakin memberikan gambaran tentang dinamika capaian dan pemodelan masalah yang telah diambil. Tingkat kedalaman yang masih berada dilevel indikator kabupaten semakin unit lokus analisis tersedia, misalnya sampai ketingkat desa, maka semakin mudah mengidentifikasi titik permasalahan berada dan mencarikan solusi dalam rangka penentuan prioritas wilayah. Berbagai upaya yang telah dilakukan pada tahun 2012 tentu akan berdampak dengan lebih efektifnya kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang akan diselenggarakan pada tahun 2013 mendatang. Usaha penyelesaian tantangan diatas yang telah dilakukan pada tahun 2012 seperti penyusunan payung hukum, penyusunan dokumen perencanaan strategis, sosialisasi keberadaan TKPK, pengarusutamaan isu kemiskinan, Pendanaan sekretariat, penguatan SDM, penyusunan kebijakan keterpaduan antar sektor diharapkan mampu meningkatkan percepatan penanggulangan kemiskinan. Upaya-upaya ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab dibawah ini. 204

218 5.3 Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2012 Ditahun 2012, TKPK telah menyelenggarakan beberapa kegiatan yang ditujukan untuk mencari solusi atas beberapa tantangan dan masalah yang dihadapi. Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: Penyusunan Payung hukum Pada tahun 2012, telah dilaksanakan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Penanggulangan Kemiskinan. Pada sidang paripurna DPRD tanggal 27 November 2012, DPRD telah menerapkan Raperda tersebut menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur No. 18 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan Kemiskinan, Peraturan Daerah ini mengatur substansi penting seperti Hak dan Kewajiban Pemangku kepentingan, prosedur perencanaan, pendataan masyarakat miskin, kerangka kelompok program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan dan mekanisme evaluasi. Selain itu, terdapat bagian khusus yang mengatur tentang keberadaan kelembagaan TKPK. Adanya payung hukum ini diharapkan mampu memberikan perlindungan dan kepastian hukum serta mempertajam fokus kegiatan penanggulangan kemiskinan. Penyusunan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Dokumen SPKD adalah dokumen perencanaan penanggulangan kemiskinan. Dengan disusunnya dokumen ini pada tahun 2012, maka arahan kebijakan pada 3 (tiga) tahun berikutnya menjadi lebih jelas. Sebagai dokumen pendamping bagi keberadaan dokumen strategis RPJMD , maka dokumen ini akan efektif berlaku sampai pada akhir periode kepemimpinan Bupati yaitu tahun Pendampingan Kegiatan sektor/skpd Dalam menjalankan fungsi koordinasinya, TKPK melakukan fasilitasi terhadap beberapa kegiatan yang dilakukan oleh SKPD diantaranya Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada kegiatan PKH, BPMPD pada kegiatan PNPM Perdesaan, dan Dinas Pekerjaan Umum pada PNPM Perkotaan. Fasilitasi ini dilakukan pada even-even yang melibatkan TKPK sebagai bagian dari tim. Bentuk fasilitasi ini akan terus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang dengan tetap memperhatikan kapasitas sesuai tugas dan fungsi TKPK. Pengarusutamaan Isu Pro Poor Dalam rangka membangun komitmen dan peningkatan pemahaman terhadap isu kemiskinan, maka TKPK menyelenggarakan beberapa kegiatan. Kegiatan ini berfokus pada mensosialisasikan capaian penanggulangan kemiskinan yang sudah diperoleh pemerintah, serta mensosilisasikan arah kebijakan pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten. Beberapa kegiatan dilakukan dalam bentuk sebagai berikut: - Rapat Kerja (Raker) - Rapat Kelompok Kerja - Rapat Kelompok Program - Sosialisasi - Diskusi Grup Terarah Advokasi Anggaran Advokasi anggaran dilakukan oleh TKPK pada penyusunan RKPD TKPK telah memfasilitasi penyelenggaraan rapat khusus yang dihadiri oleh SKPD terkait penanggulangan kemiskinan untuk mengajukan daftar program/kegiatan dan usulan pagu anggran pada review RKPD Beberapa kegiatan baru yang disepakati dan kemudian menjadi bagian dari arah kebijakan pada peraturan daerah No 18 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan Kemiskinan diperjuangkan untuk didanai pada APBD Selain itu, pada Tahun Anggaran 2013 juga telah dialokasikan pos dana khusus bagi sekretariat TKPK yang diharapkan mampu meningkatkan efektifitas dalam menjalankan peran fungsi TKPK. 205

219 Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Sekretariat TKPK secara bertahap menyiapkan SDM untuk dibekali kemampuan dalam menjalankan fungsi-fungsi koordinasi, pengendalian, evaluasi dan pelaporan. Ditahuntahun mendatang, penting untuk mendorong lebih banyak jumlah personel yang mengikuti kegiatan penguatan kapasitas seperti magang, pelatihan, sosialisasi yang mendukung pemahaman atas isu kemiskinan. Dokumentasi dan evaluasi indikator kemiskinan Secara bertahap, dikembangkan dokumentasi yang lebih baik dalam upaya mendata, menganalisis dan mendokumentasikan indikator pembangunan baik yang sesuai dengan arahan nasional, maupun beberapa indikator daerah yang dianggap khas dan penting. Dalam rangka mengembangkan mekanisme pendataan, telah dilakukan komunikasi yang intensif antar pimpinan TKPK dengan pimpinan lembaga Badan Pusat Statistik untuk menyusun mekanisme pendataan yang lebih komprehensif dan dalam sesuai kebutuhan daerah yang semakin meningkat. 206

220 5.4 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian dan evaluasi penanggulangan kemiskinan, TKPK menyusun kuesioner Penyelenggaraan Kegiatan penanggulangan Kemiskinan. Kueisoner tersebut dimaksudkan untuk menggali informasi tentang kegiatan penanggulangan kemiskinan yang berjalan didaerah baik program nasional maupun program daerah. Kuesioner tersebut terdiri dari 3 bagian utama yaitu: 1. Pengetahuan umum tentang TKPK dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur 2. Monitoring evaluasi realisasi kegiatan penanggulangan kemiskinan tahun anggaran Monitoring evaluasi program penanggulangan kemiskinan nasional a. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) b. Program Keluarga Harapan (PKH) c. Bantuan Siswa Miskin (BSM) d. Beras Miskin(Raskin) e. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) f. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Hasil pengendalian dan pengawasan tersebut disampaikan sebagai berikut: A. Partisipasi Peserta (SKPD/Bagian) SKPD yang dilibatkan dalam penyebaran kuesioner adalah SKPD/Bagian yang berpotensi terlibat baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam implementasi kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dari 19 SKPD/Bagian yang mendapatkan kuesioner, 14 membalas kuesioner, 5 diantaranya tidak menjawab. Rekapitulasi jawaban kuesioner disampaikan sebagai berikut: Tabel Daftar Status Pengembalian Lembar Kuesioner SKPD/Bagian NAMA SKPD Status Menjawab Iya Tidak 1. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi - 2. Dinas Pengelolaan, Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah - 3. Dinas Kesehatan - 4. Dinas Pendidikan - 5. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan - 6. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa - 7. Dinas Pekerjaan Umum - 8. Dinas Perindagkop - 9. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kependudukan dan catatan sipil Dinas Perhubungan Badan Lingkungan Hidup Kabag Sosial Kabag Humas Kabag Ekonomi dan Pembangunan - 207

221 Dari 14 SKPD/Bagian yang mengembalikan lembar kuesioner, diolah data yang hasilnya ditampilkan sebagai berikut: 1. Pengetahuan umum tentang TKPK dan Kebijakan Umum Penanggulangan Kemiskinan Menjawab secara Tepat kisaran Tingkat a) Pengetahuan Tentang Besaran Tingkat Kemiskinan (%) Belitung Timur Tahun 2010 b) Persepsi Tentang Target Penurunan Tingkat Kemiskinan Belitung Timur yang bisa dicapai sampai pada tahun

222 c) Persepsi tentang Keterkaitan SKPD Tersebut Dengan Penanggulangan Kemiskinan Belitung Timur d) Partisipasi/kontribusi dalam Program Penanggulangan Kemiskinan melalui kegiatan pada masing-masing SKPD/Bagian e) Pengetahuan Tentang Kosep Strategi Penanggulangan Kemiskinan 209

223 f) Pengetahuan Tentang Konsep Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan g) Pengetahuan Tentang Keberadaan Kelembagaan TKPK Di Kabupaten Belitung Timur 210

224 No 2. Realisasi Kegiatan Tahun Anggaran 2012 Nama Program/ Kegiatan Besar Anggaran Bentuk Kegiatan Sasaran Lokasi Kegiatan Pagu * Realisasi Jenis/ Kategori Waktu Pelaksanaan Catatan Jumlah Keberhasilan Kendala (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) DINAS KESEHATAN 1 - Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan - Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan Lansia 2 Program Perbaikan gizi - Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin - Perbaikan gizi masyarakat Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Belanja Premi Jamkesda - Pemeliharaan Kesehatan Lansia Pembelian vitamin untuk balita BGM Belanja PMT Balita BGM dan Bumil KEK Perbaikan gizi masyarakat - Kegiatan TFC - Belanja bahan High Energi Milk - Bahan Makanan - Pelatihan Konselor ASI b.rumah tangga jiwa Kab. Belitung Timur a. Individu 210 jiwa Kab. Belitung Timur a. Individu i.wanita ii.balita a. Individu b. Rumah tangga c. Kelompok 370 Jiwa 30 Jiwa 24 orang 1 Paket 20 orang Kab. Belitung Timur Kab. Belitung Timur Triwulan I - IV Triwulan II - III Triwulan I - IV Triwulan I - IV Terlaksananya Jaminan kesehatan masyarakat Kab.Belitung Timur sebanyak ribu Terlaksananya pemutakhiran data Lansia Tersedianya Baju Kaos Lansia 210 buah Terpenuhinya kebutuhan PMT bagi 345 Balita BGM dan 30 Bumil KEK Terlaksananya kegiatan TFC 2 PKM (Pkm Gantung dan PKM Manggar) dan pelathan konselor ASI (20 Nakes),Menurunnya Prevalansi gizi buruk,terdapat konselor ASI di Puskesmas dan 211

225 Rumah Sakit di Kabupaten Belitung Timur 3 Program upaya Kesehatan Masyarakat Rp Rp Bantuan pelatihan dan pembentukan kader UKGMD - Pelayanan Pusling gigi a.individu b.rumah tangga c.kelompok 210 org Kab. Belitung Timur 39 desa Triwulan I IV - Pelatihan UKGMD Peserta 47 orang - Pelayanan Pusling gigi 33 Desa telah terlayani 4 Program Pencegahan dan Penanggulangan penyakit menular Rp Rp Pengawasan dan pengendalian HIV / AIDS serta IMS / PMS ditempat hiburan dan kel rentan b.rumah Tangga c.kelompok Titik di 39 Desa 1 Tahun Terselenggaranya pengawasan dan pengendalian HIV / AIDS serta IM3 / PMS wilayah lokalisasi / tempat hiburan / Sebanyak 750 Sempel di 23 Lokasi. Pemeriksaan sampel kecacingan anak SD a.individu 2000 sampel Kab.Belitung Timur 1 Tahun Terselenggaranya pemeriksaan sampel kecacingan 2000 anak SD Pelatihan Manajemen ISPA dan Diare c.kelompok 13 org Kab.Belitung Timur 1 Tahun Pelatihan Man.SKD Ispa dan ILI berjumlah 13 orang. 5 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular pemusnahan/karantina sumber penyakit menular Rp Rp Kegiatan IRS a. Individu b.rumah Tangga c. Kelompok 10 Titik Kab.Belitung Timur 1.Desa Aik Kelik 2.Desa Mayang 3.Desa Batu Itam 4.Desa Malang Lepau 1 Tahun Terselenggaranya kegiatan IRS di 4 Titik Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular Rp Rp Penyemprotan / foging sarang nyamuk a.individu b.rumah 26 Titik Kab.Belitung Timur 1 Tahun Terlaksananya kegiatan foging Fokus DBD dan 212

226 Penyemprotan / Foging sarang nyamuk Tangga c.kelompok Cikungunya di 26 titik. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular - Pencegahan penularan penyakit endemik/epidermik Rp Rp pencegahan penularan penyakit endemik/epidermik -pemeriksaan mikroskopis sampel darah -Pengambilan sampel -Bantuan Perlengkapan kegiatan P2B2 a.individu b.rumah Tangga c.kelompok Kab.Belitung Timur 1 Tahun Terpenuhinya cakupanapi 0,5%per penduduk,cute rate > 85% 6 Jamkesmas dan Jampersal Rp Rp.0 Rawat Jalan Rawat Inap Transport Rujukan Pelayan jasa kesehatan Biaya penanganan komplikasi kebidanan I dan neonatal di puskesmas PONED Biaya jasa pelayanan dokter spesialis dan penggunaan peralatan penunjang spesialistik Biaya pertolongan persalinan normal Biaya pelayanan nifas Pemeriksaan Kehamilan Pertolongan Persalinan Pelayanan nifas,termasuk pelayanan bayi baru a.individu b.rumah Tangga c.kelompok Kab.Belitung Timur 1 Tahun Adanya perubahan dalam tata cara penarikan dana jamkesmas dan jamkersal

227 lahir dan KB pasca persalinan- Penanganan Komplikasi pada kehamilan,persalinan, Nifas dan Bayi baru lahir. 7 Program BOK Rp Rp Upaya Yankes Penunjang Yankes Manajemen Puskesmas Pemeliharaan ringan puskesmas c.kelompok Kab.Belitung Timur 1 Tahun Terlaksananya sarana penunjang pelayanan kesehatan di Puskesmas dan manajemen puskesmas. BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA 1 PNPM Mandiri Rp Rp Peningkatan Kemandirian Masyarakat dan Pemerintahan Desa 2. Pemberian Dana Bantuan Langsung Masyarakat 3. Pemberdayaan Masyarakat dari Pemerintah Desa 4. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Kelompok masyarakat 2 RASKIN 58,350 kg 83,33% Bantuan beras Rumah Tangga 39 Desa 39 Desa Januari April Desa Januari- Desember 92,5% Berkurangnya beban pengeluaran RTS dalam mencukupi kebutuhan beras pangan 214

228 DINAS PENDIDIKAN 1 Wajib Belajar 9 Tahun RP.885,680,00 0,00 852,600,000,00 Bantuan siswa miskin Siswa kurang mampu Siswa SD sekab. Belitung timur Februari s.d Desember % Siswa yang pindah daerah tidak bisa diganti dengan siswa yang lain 2 Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS BBM),Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) RP. 27,500,000,00 100% Bantuan uang tunai Individu/ siswa miskin 100 orang SMP Negeri/Swast a di Kab. Belitung Timur 1 Tahun APK siswa di SMP meningkat Kuota belum terpenuhi DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI 1 Pengadaan PLTS 682,945, ,900,000 atau 59,43% Bantuan PLTS SHS Rumah tangga 60 unit Pulau ketapang 29 okt-12 des 2012 Selesai dilaksanakan Tidak ada kendala 2 Pembangunan jaringan listrik pedesaan 1,982,851,500 7,872,812 atau 0,40% Instalasi pedesaan listrik Desa-desa di Kab.Belitun g timur 8 Paket Dusun marga mulya,desa Cendil,Desa Balok RT.08 dan RT 19,Desa aik kelik,desa Batu Penyu,Desa Dendang dan Dusun Plesak 20 sept-18 des 2012 untuk Dsn.Marga Mulya,dan 20 sept-19 Nov 2012 untuk Desa CEndil - Penyesuaia n dengan teknik dan rencana kerja PLN,dan terus melakukan koordinasi dengan PLN. 215

229 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI 1 Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi Pelatihan manajemen pengelolaan Koperasi ,000 41,202,900 Bantuan pelatihan kelompok 50 orang Kafe Vega - 50 pengurus koperasi telah dilatih 2 Program penciptaan iklim dan pengembangan industri usaha kecil dan menengah yang kondusif Fasilitasi pengembangan usaha kecil menengah Bantuan modal usaha kelompok 10 koperasi 1080 UKM 3 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usahah Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro kecil menengah Bantuan pemasaran,promosi produk daerah kelompok Kab.Belitung Timur Regional,nasi onal Sepanjang Tahun 2012 Tahun ,- (8nKop,159 UKM):Tahun (1 Kop,198 ukm);tahun 2011 THP I ;(2 Kop,600 UKM) Tahun 2011 THP II (128 UKM);Tahun 2012 THP I (217 UKM) Ikut serta dalam pameran dengan penanaman modal,ikut serta belitung exotic dan pameran lain yang Tahap II 2012 masih dalam tahapan survey, rencana realisasi awal desember 2012,tingkat pengembali an per 31 oktober 2012: Tahun ,07%;Tah un ,39%,Tah un 2011 THP I 47,45%,Tah un 2012 THP II 30,84% Masih terbatasnya produk UKM yang dapat dipamerkan 216

230 Pengembangan klaster bisnis diadakan skala regional 747,415,000 Bantuan pemasaran 1 unit manggar Berdirinya galeri untuk menampung produk UKM 4 Program peningkatan kemampuan teknologi industri dan penataan struktur industri Pembinaan kemampuan teknologi industri 157,731,100 Bantuan pelatihan Kelompok 85 IKM Manggar,simp ang pesak,simpan g renggiang,den dang dalam 2 kali pelatihan telah terlaksana yaitu pelatihan kemasan dan pelatihan kerajinan tempurung kelapa dan kesulitan UKM untuk pemenuhan Order. Masih dalam masa kontrak pekerjaan, kemajuan fisik sesuai rencana. 2 pelatihan lain yaitu anyaman pandan dan rotan akan dilaksanaka n pada minggu ketiga November 2012 DINAS SOSIAL,TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 1 KUBE FM Tahun 2012 Rp % Bantuan modal usaha(uang) Kelompok masyarakat 10 kelompok 1. Desa Baru (7 kelomp ok) 2. Desa Lalang( 3 kelomp Kecamatan manggar 1.Desa Baru 2.Desa Lalang Bulan mei 2012 pendataan Bulan September Pembukaan rekening Bulan November 2012 pencairan Sebanyak 100 kepala keluarga mskin mempunyai masa depan usaha yang lebih baik dan pertumbuhan rasa tanggung jawab serta rasa kesetiakawanan sosial di diri mereka. Masalah pola fikir,kebiasa an motivasi dan kreativitas serta kendala pemasaran yang akan 217

231 ok) menghamb at majunya sebuah KUBE. 2 RTLH Tahun Pembanguna n Tahap I DPA PU dana untuk 1 Rumah Rp untuk 60 rumah - Pembanguna n Tahap II DPA DPKAD dana untuk 1 rumah Rp untuk 100 rumah 100% Bantuan pembangunan rumah Rumah tangga Pembang unan Tahap =60 Rumah Pembang unan Tahap II =100 Rumah * Data realisasi anggaran pada tabel diatas mengacu pada tanggal pendataan yakni per November Diseluruh wilayah Kab.Belitung Timur Pembangunan i dilaksanakan tender Pembangunan II mulai bulan september bulan desember 2012 dengan perincian: - Rapat I dengan kepala Desa dan LPM tujuan sosialisasi yang dilaksanakan tanggal 19 september 2012 Pengajuan Surat Keputusan penunjukan LPM sebagai pembangunan RTLH dan penetapan Pagu RTLH perdesa tanggal 20 september 2012 Pembanguna rumah tidak layak huni sudah sebanyak 60 rumah pada tahap I dan pembangunan tahap II sedang dalam proses dan pelaksanaannya dengan memanfaatkan lembaga pemberdayaan di Desa yaitu LPM desa. Kegiatan pembangun an RTLH yang dilaksanaka n oleh pemborong rat-rata kualitas bangunan yang dihasilkan kurang baik sedangkan pembangun an RTLH yang dilaksanaka n oleh LPM kemungkina n kendala yang dihadapi keterlambat an pada pembangun an dan pelaporan karena keterbatasa n waktu. 218

232 3. Realisasi ProgramPenanggulangan Kemiskinan Nasional Nama Program : Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Nama SKPD : Dinas Kesehatan 1. Beberapa aspek penting yang harus dikendalikan diantaranya : a. Apakah jamkesmas sudah diakses oleh orang yang tepat? Jawab : sudah, jamkesmas telah di akses oleh masyarakat yang membutuhkan dan tepat sasaran. b. Apakah akses peserta jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan meningkat dari waktu ke waktu? Jawab : Ya... Meningkat dalam arti meningkatnya kulitas pelayanan berdasarkan SOP yang telah ditetapkan, namun bukan berarti meningkat secara kualitas (jumlah kunjungan). Karena tujuan pelayanan kesehatan masyarakat adalah semankin sedikit masyarakat yang berkunjung ke unit-unit pelayanan masyarakat yang bermasalah dengan kesehatan berarti semankin baik kondisi kesehatan masyarakat tersebut. c. Apakah tersedia kecukupan dan kelancaran dana pembayaran ke pemberi pelayanan Kesehatan (PPK)? Jawab : Cukup, artinya apabila klaim penyedia layanan kesehatan disertakan dengan jumlah pasien dilayani,jenis pelayanan, obat yang diberikan, lama pengobatan,spesifikasi tenaga yang melayani. 2. Apakah data-data berikut ini tersedia di SKPD Bapak? a. Pedoman pelaksanaan program Jamkesmas? (Ya) b. Rencana kerja dan indikator kinerja dari instansi terkait? (Ya) c. Laporan berkala utilisasi layanan kesehatan oleh peserta jamkesmas (jumlah kunjungan, BOR RS, jenis penyakit, daerah asal pasien)? (Ya) d. Profil rumah sakit dan puskesmas? (Ya) e. Profil kesehatan kabupaten? (Ya) f. Laporan unit pengaduan baik terkait kepertaan maupun pelayan kesehatan?(belum) g. Daftar peserta jamkesmas? (Ya) h. Peraturan daerah dan peraturan lainnya terkait program jamkesmas? (Ya) 3. Apakah terdapat masalah dan kendala dalam pelaksanan program JAMKESMAS yang dialami baik dari sisi masyarakat, Puskesmas, RSUD, Dinas Kesehatan dan aparatur pemerintah kabupaten dan kecamatan? (Ada tapi tidak terlalu signifikan, artinya permasalahan yang timbul bersifat kasus seperti terjadinya tumpang tindih pelayanan, misalnya peserta mempunyai kartu jamkesmas tibatiba hilang kemudian mereka meminta ganti ke desa dengan menunjukan KTP, sehingga 219

233 pihak desa mengeluarkan jamkesda sementara yang bersangkutan masih tercatat sebagai peserta jamkesmas. Namun kasus tersebut tidak terlalu banyak dan tidak menjadi permasalahan. 4. Adakah pengaduan masyarakat yang pernah diterima? (Ada, pengaduan tersebut terkait kasus pelayanan yang kurang memuaskan, namun hal tersebut bersifat kasusistik dan tidak bisa degeneralisir secara umum). Nama Program : Program Keluarga Harapan (PKH) Nama SKPD : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1. Bagaimana dukungan SKPD penyedia layanan yang terkait dengan PKH? (Tidak ada Jawaban) 2. Sampai saat ini, tahapan apa yang sudah dilalui? (Tidak ada Jawaban) 3. Apa kendala yang dihadapi? (Tidak ada Jawaban) Nama Program : Bantuan Siswa Miskin (BSM) Nama SKPD : Dinas Pendidikan 1. Bagaimana pelaksanaan dari program BSM dan apa sajakah masalah serta isu yang ada (Tidak ada Jawaban) 2. Apakah anak-anak yang menerima BSM ini sudah tepat? (Tidak ada Jawaban) 3. Apakah penyaluran BSM ini diwaktu yang sudah sesuai? (Tidak ada Jawaban) 4. Apakah peranan dari kantor dinas pendidikan kabupaten terkait pelaksanaan program BSM ini? (Tidak ada Jawaban) 5. Adakah pengaduan masyarakat yang pernah diterima? (Tidak ada Jawaban) 220

234 Nama Program : Beras Miskin (RASKIN) Nama SKPD : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) 1. Sudahkan progam raskin sampai pada sasaran yang tepat? Jawab : (Sudah) 2. Sudahkan beras yang disampaikan dengan jumlah (kg) yang tepat? Jawab : (Sudah, 15 kg/rts-pm) 3. Sudahkah program raskin dilaksanakan pada waktu yang tepat? Jawab : (Sudah) 4. Sudahkah penyaluran beras raskin dilakukan dengan mekanisme/tahapan yang tepat? Jawab : (Sudah) 5. Sudahkah pemerintah daerah memberikan kontribusi terhadap pelaksanan raskin tersebut? sebutkan jenis kontribusinya. Jawab : (Belum ada) 6. Apakah dokumen berikut tersedia? a. Salinan pedoman umum dan lembar informasi/sosialisasi program raskin Jawab : (ada,tersedia) b. Salinan penetapan pagu raskin kabupaten Jawab : (ada,tersedia) c. Salinan daftar penerima manfaat (DPM) program raskin Jawab : (ada,tersedia) d. Salinan atau dokumen berisi infomrasi jadwal penyaluran yang disepakati oleh pemda dengan lembaga penyalur (bulog) Jawab : (Ada) e. Salinan hasil musyawarah desa Jawab : (Ada) f. Salinan laporan pelaksanaan program raskin pada berbagai tingkatan secara berjenjang Jawab : (Ada) 7. Adakah pengaduan masyarakat yang pernah diterima? Jika ada, mohon sebutkan. Jawab : Ada, Pengaduan masyarakat yang pernah diterima yaitu Daftar penerima Manfaat (DPM) hasil PPLS 2011 yang disampaikan oleh Tim Nasional Pertepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) ternyata terdapat nama penerima yang kurang layak untuk menerima program Raskin. 221

235 Nama Program : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Nama SKPD : Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) 1. Partisipasi masyarakat a. Berapa proporsi (%) masyarakat miskin yang terlibat dalam sosialisasi/musyawarah perencanaan ditingkat desa? (Tidak ada Jawaban) b. Berapa proporsi (%) masyarakat miskin yang terlibat bekerja dalam pembangunan infrastruktur didesa? (Tidak ada Jawaban) 2. Kelembagaan a. Apakah pembentukan kelembagaan masyarkat pengelola program dan pengelolanya di desa dan kecamatan dilaksanakan dengan musyawarah? (Tidak ada Jawaban) b. Apakah BKM/UPK telah membangun kemitraan dengan pihak ketiga (lembaga pemerintah, sektor swasta)? Jika iya, kemitraan seperti apa? (Tidak ada Jawaban) c. Apakah BKM/UPK menindaklanjuti keluhan masyarakat? (Tidak ada Jawaban) 3. Pengembangan kapasitas a. Apakah telah dilakukan pelatihan bagi relawan/kader desa? Berapa kali? Jenis pengembangan kapasitas seperti apa? (Tidak ada Jawaban) b. Apakah telah dilaksanakan pelatihan dasar bagi pemangku kepentingan lainnya? Jenis pelatihan seperti apa? berapa kali? (Tidak ada Jawaban) 4. Pelaksanaan Proyek Masyarakat a. Apakah usulan kegiatan masyarakat sudah sesuai dengan prioritas kebutuhan penanggulangan kemiskinan ditingkat komunitas? (Tidak ada Jawaban) b. Apakah usulan masyarakat sudah diintegrasikan dengan RPJM desa dilokasi sasaran? (Tidak ada Jawaban) c. Berapa jumlah prasarana kesehatan, sosial, dan ekonomi yang telah dibangun? (Tidak ada Jawaban) d. Adakah kelompok sasaran ekonomi yang baru akan melaksanakan usaha ekonomi mikro (memberi kesempatan usaha bagi penganggur)? 222

236 (Tidak ada Jawaban) e. Bagaimana tingkat pengembalian pinjaman kelompok sasaran ekonomi? (Tidak ada Jawaban) 5. Keuangan a. Apakah BKM/UPK telah mendapatkan pelatihan mengenai sistem administrasi keuangan? Siapa yang memberikan pelatihan? (Tidak ada Jawaban) b. Apakah telah dilakukan audit terhadap sistem administrasi, pengelolaan dan laporan keuangan BKM/UPK dan Gapoktan? Siapa yang melakukan audit? (Tidak ada Jawaban) c. Apakah hasil audit BKM/UPK disosialisasikan kepada masyarakat? (Tidak ada Jawaban) 6. Pendampingan a. Apakah kader desa/relawan, fasilitator kecamatan/faskel telah mefasilitasi proses pemberdayaan sesuai prosedur yang ditetapkan? (Tidak ada Jawaban) b. Apakah intensitas pendampingan oleh faskel/fasilitator kecamatan dan faskot telah membantu proses pemberdayaan masyarakat? (Tidak ada Jawaban) c. Apakah jumlah fasilitator kecamatan/faskel dibandingkan dengan jumlah desa telah memenuhi kebutuhan pelayanan pendampingan dilokasi sasaran? (Tidak ada Jawaban) d. Apakah fasilitator kecamatan/faskel telah memenuhi kompetensi yang cukup dalam melaksanakan pendampingan dilokasi sasaran? (Tidak ada Jawaban) 223

237 Nama Program : Kredit Usah Rakyat (KUR) Nama SKPD : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Dinas Pertanian dan Kehutanan Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi 1. Apakah pernah mendengar tentang informasi KUR? Jawa : (Ya) 2. Apakah pernah memberikan sosialisasi terkait KUR? Jawab : (Ya) 3. Apakah pernah memberikan pendampingan/bimbingan usaha pada calon nasabah KUR? Jawab : (Belum) 4. Berapa jumlah nominal jumlah penyaluran KUR? Jawab : Pinjaman berjenjang (dimulai dari Rp ) 5. Berapa jumlah nasabah penyaluran KUR? Jawab : Data tahun 2010 sebanyak 98 orang, untuk tahun 2011 dan 2012 sudah dikonfirmasi melalui surat tapi tidak ada jawaban. 6. Berapa tingkat suku bunga yang dikenakan? Jawab : untuk Kur Mikro (Maksimal Pinjaman Rp ,-) dengan suku Bunga 1,25% /Bulan, sedangkan jumlah flafon sampai dengan Rp ,- dengan suku bunga 16% /Tahun. Dari jawaban atas lembar pertanyaan yang disampaikan, diperoleh kesimpulan koordinasi ditingkat kegitaan penanggulangan kemiskinan masih perlu ditingkatkan. Pengendalian dan evaluasi dimasa mendatang hendaknya dilakukan secara periodik. Proses pemantauan dan pengendalian hendaknya memperhatikan beberapa aspek berikut: Fokuspemantauan adalah pada proses, dengan membandingkan pelaksanaandengan rencana/prosedur yang sudah ditentukan. Informasi hasil pemantauan digunakan untuk mengendalikan pelaksanaanprogram.pemantauan dilaksanakan oleh pengelola program atau pemangkukepentingan lain dari program yang bersangkutan. Evaluasimeletakkan fokus pada keluaran, hasil dan dampak: mengacu pada tujuan,membandingkan kondisi sebelum dan sesudah program, dan menggunakankelompok kontrol.sedangkan, informasi hasil evaluasi digunakan untuk menilaikeberhasilan pelaksanaan dan masa depan program. Jika kedua aspek tersebut berjalan, maka diharapkan akan terjadi peningkatan efektifitas dampak dari setiap program/kegiatan penanggulangan kemiskinan. 224

238 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Prioritas Intervensi Bidang/Sektoral dan Wilayah a. Analisis Prioritas Bidang Ketenagakerjaan dengan Kemiskinan Gambar 6.1.1Analisis Prioritas Indikator Kemiskinan Terhadap Capaian Tingkat Kemiskinan Dengan melihat perkembangan indikator ketenagakerjaan yang bergerak positif sejak tahun 2008 sampai dengan 2012 diatas sudah sejalan dengan penurunan tingkat kemiskinan. dengan demikian, terlihat sektor ketenagakerjaan sudah berkontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, pada indikator pendukung terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin yang menunjukan bahwa isu kependudukan harus mendapatkan perhatian serius untuk memastikan gejala kenaikan jumlah penduduk miskin ini tidak berlangsung pada tahun-tahun berikutnya. b. Analisis Prioritas Bidang Kesehatan dengan Kemiskinan Pada grafik dibawah ini, terlihat kecenderungan penurunan tingkat kemiskinan pada periode berjalan seiring dengan peningkatan kualitas pada indikator kesehatan seperti AKB, dan AKI dalam tren 5 tahun terakhir. Hanya diisu Angka Kematian Balita, sejak tahun 2009 terjadi kenaikan yang membutuhkan perhatian khusus. Grafik dibawah ini bahkan menampilkan data pada tahun terjadi kenaikan lebih 3 x lipat angka kematian balita. Fenomena ini menghawatirkan dan dibutuhkan intervensi khusus untuk mengidentifikasi penyebab mendasar dari kasus tersebut. 225

239 Gambar 6.1.2Analisis Prioritas Bidang Kesehatan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan c. Analisis Prioritas Bidang Pendidikan dengan Kemiskinan Gambar 6.1.3Analisis Prioritas Bidang Pendidikan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Dibidang pendidikan, jenjang pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah ditingkat SMP/MTS. Pada level ini, terdapat kecenderungan penurunan pada indikator APK 226

PENGANTAR. Manggar, November 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR. Ir. SYAIFUL BAKHRI.

PENGANTAR. Manggar, November 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR. Ir. SYAIFUL BAKHRI. i PENGANTAR Kemiskinan merupakan tantangan pembangunan yang terdapat di negara berkembang termasuk Indonesia. Tantangan ini membuat pemerintah berkepentingan untuk lebih serius memformulasikan kebijakan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI i ii iii v BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Acuan Kebijakan I-1 1.2. Pendekatan Kebijakan Nasional I-4 1.3. Pokok Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN RAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015 KERANGKA ANALISIS SITUASI KEMISKINAN KOMPONEN ANALISIS Perubahan akibat intervensi

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENANGGULANGAN KEMISKINAN I N A N T A INOVASI KETAHANAN KOMUNITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN TANA TORAJA Penanggulangan Kemiskinan APA ITU adalah kebijakan dan program pemerintah pusat serta pemerintah daerah yang dilakukan

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Koordinasi TKPK Tahun 2015 dengan Tema : Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Soreang, 27 November 2015 KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peraturan Presiden

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN 4.1. Bidang Pendidikan Analisis prioritas intervensi untuk bidang pendidikan yang menjadi prioritas untuk diintervensi adalah jenjang pendidikan SMA/MA. Ini terlihat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK SUAHASIL NAZARA Koordinator Pokja Kebijakan Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden RI Makassar, 6 November

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS

Lebih terperinci

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENGUATAN KELEMBAGAAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) TAHUN 2014 Jakarta, 13 Mei 2014 TARGET

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN Prioritas intervensi kebijakan ditentukan dengan menganalisis determinan kemiskinan atau masalah pokok kemiskinan dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci

PERAN DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PRIORITAS

PERAN DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PRIORITAS PERAN DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PRIORITAS RAPAT KOORDINASI NASIONAL TKPK 2014 JAKARTA, 13 MEI 2014 BAMBANG WIDIANTO Depu% Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/

Lebih terperinci

PENGUATAN PERAN TKPK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM TUGAS PENGENDALIAN PROGRAM. Rapat Koordiansi TKPK Provinsi Jawa Timur

PENGUATAN PERAN TKPK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM TUGAS PENGENDALIAN PROGRAM. Rapat Koordiansi TKPK Provinsi Jawa Timur PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PENGUATAN PERAN TKPK DALAM TUGAS PENGENDALIAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Rapat Koordiansi TKPK Provinsi Jawa Timur Pokja Kebijakan Advokasi Daerah Tim Nasional Percepatan

Lebih terperinci

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Isu kemiskinan masih menjadi isu strategik dan utama dalam pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, maupun di provinsi dan kabupaten/kota. Di era pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

Penanggulangan Kemiskinan

Penanggulangan Kemiskinan SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Panduan Penanggulangan Kemiskinan BUKU PEGANGAN RESMI TKPK DAERAH TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUKU PEGANGAN RESMI TKPK DAERAH 1 2 BUKU

Lebih terperinci

BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012

BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012 BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan jangka panjang dalam dokumen Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2005 2025 adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang 2025. Pada perencanaan jangka menengah,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun KONDISI MAKRO KEMISKINAN Target RPJMN, tingkat kemiskinan 2015 8% di tingkat Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman Barat berada di peringkat ke-8 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016-2020 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) disusun sebagai bahan informasi tentang pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta pada tahun 2016.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN DEMAK

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN DEMAK SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN DEMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi dki jakarta sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 111

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) dapat mewujudkan peningkatan KATA PENGANTAR

Corporate Social Responsibility (CSR) dapat mewujudkan peningkatan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan KaruniaNya Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) ini dapat terselesaikan dengan baik. LP2KD merupakan salah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW

BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW Penguatan aparatur pemerintah daerah dalam memberjalankan program di daerahnya menjadi salah satu kunci keberhasilan program nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pengentasan kemiskinan menjadi sebuah tujuan internasional sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) di New York. KTT

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN Rapat Koordinasi Tim Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH A. Kondisi Umum Daerah 1. Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN DATA MAKRO DAN DATA MIKRO ANALISIS DETERMINAN MASALAH BERBASIS DATA PENGGUNAAN DATA SEBARAN (AGREGAT) DALAM PENSASARAN WILAYAH Pemalang, 4 Oktober

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Wahyuningsih Darajati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci