SOREVENIB VS TACE PADA HEPATOCELULAR CARCINOMA STADIUM LANJUT EVIDENCE BASED CASE REPORT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOREVENIB VS TACE PADA HEPATOCELULAR CARCINOMA STADIUM LANJUT EVIDENCE BASED CASE REPORT"

Transkripsi

1 SOREVENIB VS TACE PADA HEPATOCELULAR CARCINOMA STADIUM LANJUT EVIDENCE BASED CASE REPORT Oleh: dr. Ardi Ardian NPM: : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI - DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA, DESEMBER 2013

2 BAB I PENDAHULUAN Hepatocellular Carcinoma (HCC) masih merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia, dimana tercatat merupakan kanker terbanyak keenam diseluruh dunia, dan penyebab kematian ke tiga karena kanker. Karakteristik dari tumor ini adalah biasa terjadi pada pasien dengan sirhosis hati atau pasien dengan penyakit hati yang sudah lanjut, sehingga mempunyai prognosa yang buruk. Selain merupakan jenis tumor yang kemoresisten, angka survival tumor ini tergantung pada fungsi liver yang masih ada bukan karena progrsifitas kankernya, sehingga pilihan terapi terkendala dengan hepatotoksisitas obat... 1,3,8 Dalam strategi penatalaksanaan suatu lesi HCC, penilaian dari luasnya tumor atau staging merupakan hal yang penting. BCLC ( Barcelona Clinic Liver Cancer) staging system merupakan sistem staging yang direkomendasikan dalam penilaian suatu lesi HCC. 3 dimana dalam sistem ini mencakup variabel prognostik berdasarkan status tumor, fungsi liver, dan penampilan klinis dari pasien. 2,3,8 Klasifikasi BCLC membagi pasien HCC menjadi 5 kelas yaitu 0, A,B,C,D. 1,3 1. BCLC stadium 0 ( very early) didefinisikan sebagai single tumor dengan ukuran < 2 cm, tanpa invasi vaskuler dengan performance status (ECOG) yang baik yaitu ECOG 0, denga fungsi hati yang baik ( kelas Child Pugh A). Belum ada terapi yang jelas terhadap HCC kelas ini, beberapa studi yang ada menunjukkan angka 5 tahun survival rate yang tinggi yaitu 80-90% pada pasien stadium ini yang menjalani reseksi dan transplantasi hati atau ablasi local. 2. BCLC kelas A ( Early HCC) didefinisikan sebagai tumor tunggal (single) dengan ukuran > 2 cm atau 3 nodul dengan ukuran < 3 cm, ECOG 0, Child Pugh kelas A atau B. Terapi yang disarankan pada lesi nodul tunggal dengan diameter kurang dari 5 cm dengan status penampilan yang baik serta fungsi hati yang juga baik adalah reseksi massa tumor. 3. BCLC kelas B ( Intermediate HCC) didefinisikan sebagai Untreated yaitu multinodul, asimptomatik, tanpa invasi vaskuler. Median survival pada kelas ini adalah 16 bulan. Terapi yang disarankan adalah kemoembolisasi (TACE) 4. BCLC kelas C ( Advanced HCC) didefinisikan sebagai pasien HCC dengan disertai gejala karena tumor ( simptomatik tumor) dengan ECOG 1-2, invasi makrovaskuler, ( invasi segmental atau portal), atau metastase ekstra hepatik. Median survival pada kelas ini adalah 6 bulan. Terapi yang diberikan pada kelas ini adalah Sorafenib, suatu inhibitor tirosin kinase.. 5. End stage HCC didefinisikan sebagai tumor HCC pada pasien dengan status penampilan yang buruk, (ECOG 3-4), sebagai akibat adanya disabilitas yang berhubungan dengan tumor. Median survival pada kelas ini berkisar antara 3-4 bulan. Dari klasifikasi tersebut, jelas bahwa terapi bedah ( reseksi atau transplantasi) ataupun percutaneus thermal therapy ( radiofrequency atau ablasi) terutama ditujukan untuk HCC stadium awal, sedangkan terapi intervensi seperti transarteri kemoterapi atau TACE untuk stadium Intermediate, sedangkan terapi sistemik untuk

3 kasus stadium lanjut. Sedangkan pada kasus end stage, dengan fungsi liver yang sangat menurun, terapi suportif merupakan pilihannya. 8 KEMOEMBOLISASI PADA HCC ( TACE) Seperti disebutkan sebelumnya bahwa modalitas terapi ini merupakan pilihan pertama pada kasus kasus Unresectable HCC atau pada kasus intermediate HCC yaitu tumor besar atau multifocal yang tidak memiliki invasi vaskuler atau penyebaran ekstra hepatik dan pada kasus yang tidak memungkinkan untuk dilakukan ablasi perkutaneus. seperti tumor dengan lokasi yang dekat dengan kandung empedu atau percabangan bilier atau pembuluh darah serta pada kasus dengan komorbiditas medis. 1,3. TACE memanfaatkan suplai arterial hepatik dari HCC sebagai sasaran pemberian agen kemoterapetik yang biasanya dicampur dengan lipiodol yang diikuti dengan embolisasi atau penurunan aliran arterial dengan menggunakan berbagai tipe partikel, sementara menyelamatkan sekitar parenkim hati. Akibatnya terdapat kerusakan iskemia dari massa tumor dan meningkatkan konsentrasi obat dalam tumor. 1.3 Agen kemoterapi yang biasa digunakan adalah antara lain doksorubicin, cisplatin, epirubicin, mitoxantron, atau mitomicin. Lipiodol hampir selalu digunakan sebagai kendaraan untuk untuk mengangkut dan melokalisasi obat kemoterapetik didalam tumor. Sementara obstruksi pembuluh darah arteri hepatic biasanya dicapai dengan partikel partikel gelfoam selain bisa juga digunakan alcohol polivinil, mikrosfer tepung kumparan metalik, atau gumpalan darah autologus. Dosis lipiodolmdan agen kemoterapetik tergantung pada ukuran dan vaskularitas tumor. Tujuan akhir dari terapi ini adalah tercapainya keadaan stasis dalam pembuluih darah arteri pemberi makan tumor atau munculnya lipiodol dalam cabang cabang vena portal dekat tumor. 1,2 Kelemahan dari terapi ini adalah efek hepatik hipoksia yang ditimbulkan akibat embolisasi merangsang pembentukan angiogenesis dengan peningkatan VEGF sehingga merangsang terbentuknya angiogenesis dan progresifitas tumor. 7,8 Komplikasi utama dari TACE adalah sindroma pasca embolisasi yaitu yang ditandai dengan mual muntah, nyeri abdomen dan demam setelah prosedur tindakan. Selain itu terdapat komplikasi yang meskipun jarang, tetapi perlu mendapatkan perhatian yang serius, diantaranya adalah insufisiensi hepatik, abses hati, infark parenkim, aneurisma intra hepatik, emboli paru, kolesistitis iskemik, atau infark kandung empedu, depresi sumsum tulang, rupture hati dan ulserasi gaster atau duodenum. TACE tidak menimbulkan disfungsi hati pada sirosis Child Pugh A atau B meskipun adanya embolisasi dari pembuluh arteri hepatik yang relatif berdekatan letaknya. 1 TERAPI SISTEMIK PADA HCC Sorefenib merupakan terapi sistemik pada HCC stadium lanjut (invasi pembuluh darah atau penyebaran ekstrahepatik) yang tidak cocok dengan terapi lokoregional dan yang mempunyai fungsi hati Child Pugh kelas A, tetapi dapat pula digunakan secara hati hati pada fungsi hati CP kelas B Sorafenib merupakan penghambat multikinase oral dengan cara menghambat faktor pertumbuhan dari vaskuler endotelial (VEGFR) dan reseptor faktor pertumbuhan

4 trombosit, sehingga mempunyai efek antiproliferatif, antiangiogenik, dan stabilisasi massa tumor. 1,8 Studi pada pasien HCC stadium lanjut, pengobatan dengan sorefenib mampu memperpanjang ketahanan hidup terlepas dari usia para pasien, status performa, dan besar tumor ( invasi vaskuler atau penyebaran ekstra hepatik). Efek samping atau kejadian yang tidak diinginkan adalah diare, reaksi kulit tangan dan kaki (Hand and foot syndrom) dan ruam / deskuamasi. Penyebab paling umum dari interupsi pengobatan atau pengurangan dosis adalah reaksi kulit tangan dan kaki, ruam serta diare. 3 EASL Guideline ( European Association for study of the liver) merekomendasikan sorefenib pada kasus HCC tingkat Advance BCLC C pada pasien dengan fungsi hati Child Pugh A atau pada kasus kasus yang mengalami progresi setelah terapi lokoregional. 3 TACE VS SORAFENIB PADA HCC Seperti disebutkan diatas Sorafenib diindikasikan pada kasus Advanced HCC. Tetapi terapi dengan agen sistemik ini memiliki kekurangan dalam hal respon rate tumor yang rendah, keuntungan survival yang minimal dan kejadian efek samping nya yang cukup tinggi. Sementara TACE merupakan modalitas terapetik paliatif terpilih pada kasus HCC yang tidak resektabel. Biasanya diindikasikan pada pasien dengan fungsi hati yang masih baik, tumor yang multinodul, dan tanpa invasi vaskuler, tetapi TACE dikontraindikasikan pada advanced tumor dengan thrombus pada vena porta (PVTT). Di negara Jepang, pada kasus dengan penyebaran ekstrahepatik yang minimal dan lokal kontrol tumor merupakan dasar pemikiran yang utama pada penatalaksanaan kasus maka TACE dijadikan salah satu pilihan terapi 4 Data yang menunjukkan bahwa 2/3 psien advanced HCC meninggal bukan karena progresi ataupun metastase dari tumor primer melainkan karena gagal hati atau progresi tumor intrahepatik, maka muncul pemikiran untuk melakukan terapi radikal dengan target tumor primer pada liver dengan menggunakan modlitas terapi TACE. 4 Beberapa penelitian yang melibatkan pasien HCC dengan metastase ekstra hepatik dan atau invasi vaskuler yang menjalani terapi TACE menghasilkan hasil yang menguntungkan bagi pasien. 5 Dengan kenyataan yang ada, dimana pasien HCC sering datang ke layanan kesehatan pada tingkatan penyakit yang sudah lanjut,dan terbatasnya akses terapi Sorefenib pada pasien karena harga obat yang mahal serta jaminan kesehatan yang tidak mampu untuk menjamin pembiayaan obat tersebut dalam jangka waktu yang lama, maka berdasarkan penelitian yang telah ada makalah EBCR ini mencoba membandingkan keefektifan antara terapi TACE dengan Soravenib pada kasus HCC stadium lanjut.

5 BAB II ILUSTRASI KASUS Laki laki, 43 tahun, terdiagnosa hepatitis B sejak tahun 1999 saat mengikuti kegiatan donor darah, setelah itu pasien berobat ke klinik setempat, dikatakan terdapat peningkatan enzim hati dan pasien melanjutkan pengobatan dengan minum ekstrak temulawak selama 1 tahun secara terus menerus. 3 bulan yang lalu, pasien mulai merasakan sering lemas dan nyeri perut yang hilang timbul, berobat ke dokter dikatakan gangguan lambung dan minum obat gastritis. Karena keluhan tidak mereda dan dirasakan nyeri perut semakin bertambah, pasien disarankan untuk pemeriksaan USG perut. Dari hasil USG didapatkan kemungkinan tumor hati dan pasien dirujuk ke RSCM untuk terapi lanjutan. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan BAB warna hitam yang hilang timbul, yang dirasakan keluhan tersebut makin banyak dan membuat badan lemas. Oleh keluarga pasien dibawa ke IGD RSCM untuk pengobatan lanjutan. dan selama perawatan di RSCM sudah dilakukan endoskopi dan ligasi sumber perdarahan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital yang masih normal, dengan performance status yang masih baik (nilai Karnovsky 80, ECOG 1),tidak terdapat ikterik pada pemeriksaan mata, pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegali 4 jari bawah arcus costae dan 3 jari dibawah prosesus xyphoideus. Tidak didapatkan stigmata sirhosis pada pemeriksaan kulit dan dada serta anggota tubuh lainnya, pemeriksaan ekstremitas didapatkan edema tungkai bilateral. minimal Pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hasil hemoglobin 9,5 dengan MCV 81,5 fl dan MCH 27,9 pg. Jumlah lekosit 6410 /ul dan trombosit /ul kadar SGOT/SGPT masing masing 85/69 U/L dengan Albumin sedikit menurun 3,04 g/dl serta globulin 3,56 g/dl.. Bilirubin total, direk,indirek normal yaitu berturut turut 0,42/0,19/ 0,23 mg/dl dan kolinesterase 3384.u/l Untuk hemostasis, nilai prothrombin time (PT) adalah 30,4/30,7 detik dengan APTT 14,8/11,6 detik, D-Dimer 400 mg/dl dan fibrinogen 376 mg/ml.nilai AFP , sedangkan hepatitis marker pada pasien ini HBsAg reaktif, Anti HCV Non Reaktif. Nilai Child Pugh pada pasien ini adalah 6 ( Child Pugh A) Pemeriksaan USG abdomen didapatkan hasil ukuran hepar yang membesar pada lobus kanan dengan 3 buah massa isoekhoik berbatas iregulair diameter 6,82 x 6,44 x 5,10 cm. tidak tampak ascites. Sedangkan pemeriksaan MSCT abdomen hepar ukuran membesar, tampak massa HCC padat eksofilik yang berbatas tidak tegas dengan komponen nekrotik segmen 5 dan 6 hepar yang menyengat pada fase arteri dan vena serta wash out pada fase delayed berukuran 15,33 x 10,77 x 12,55 cm. Tampak massa mendapat feeding dari arteri hepatika kanan. Massa juga mendesak pancreas dan ginjal kanan ke medial. Tampak filling defect pada vena porta, curiga infiltrasi pada vena porta. Dari seluruh rangkaian pemeriksaan pada pasien ini maka disimpulkan rumusan masalah adalah Hepatocelulair Carcinoma BCLC C (advanced stage) infiltrasi vena porta dengan Child Pugh A dan ECOG score 1

6 BAB III METODE 1.Masalah klinis Pada kasus HCC stadium advanced, terapi manakah yang lebih baik antara TACE dan Sorefenib? 2. Metode Penelusuran Prosedur pencarian literarur untuk menjawab masalah klinis tersebut adalah dengan menyusuri pustaka secara online melalui Cochrane Library, Science Direct dan PubMed dengan kata kunci adalah Hepatocellular Carcinoma AND ( advanced stage OR stage IV ) AND ( Treatment OR Theraphy ) AND TACE versus Sorevenib AND Survival dengan batasan publikasi bahasa inggris sampai dengan November Dari hasil pencarian didapatkan 6 buah artikel. Dari 5 buah artikel tersebut dilakukan seleksi berdasarkan tahun publikasi ( ), bahasa yang digunakan yaitu bahasa inggris, dan berkorelasi dengan pertanyaan klinis yang diajukan yaitu membandingkan antara terapi TACE dengan Sorefenib pada kasus HCC advanced stage atau stadium IV.. Berdasarkan kriteria inklusi tersebut didapatkan 2 buah artikel yaitu Comparison of the efficacy of transcatheter arterial chemoemboliztion and sorafenib for advanced hepatocellular carcinoma penelitian yang dilakukan oleh Nishikawa dkk dari Jepang pada tahun 2012 dan Advanced Stage Hepatocelular carcinoma : TACE versus Sorafenib penelitian oleh Pinther dkk dari Austria pada tahun artikel 4 artikel tidak memenuhi kriteria inklusi 2 artikel Gambar 1. Skema proses pencarian dan pemilihan artikel. 3.3 Telaah Kritis Dalam melakukan telaah kritis terhadap studi yang diperoleh dilakukan penilaian terhadap validitas, hasil, serta kemamputeraan uji klinis. 10

7 Tabel 1. Telaah kritis terhadap artikel uji klinis. Studi Nishikawa (2012) Pinther (2012) Penilaian Validitas Randomisasi Kelompok setara Penyamaran Diperlakukan sama Semua dianalisis Tidak (382) Tidak (55 TACE vs 56 S) Tidak ya Ya Tidak Tidak (34 TACE va 63 S) tidak ya Ya Hasil NNT N/A N/A Kemamputerapan Karakteristik pasien mirip Terapi tersedia, terjangkau, diterima pasien Ya ya Ya ya

8 BAB IV HASIL PENELUSURAN DAN PEMBAHASAN Nishikawa dkk, pada tahun 2012 melakukan penelitian tentang perbandingan terapi TACE dan Sorefenib pada pasien HCC stadium IVA atau IVB dengan judul Comparison of the efficacy of transcatheter arterial chemoembolization and sorafenib for advanced hepatocellular carcinoma. ini merupakan studi retrospektif ini membandingkan 55 pasien HCC stadium IV yang mendapat terapi TACE dan 56 pasien HCC stadium IV yang mendapat terapi Sorefenib. Kelompok pasien HCC stadium IV yang dimaksud dalam studi ini adalah pasien HCC, berdasarkan 2 pemeriksaan imaging, HCC yang in operable, belum mendapatkan terapi sistemik sebelumnya, dengan performance status berdasarkan nilai ECOG 0-1, dengan klasifikasi Child Pugh A atau B. Pada masing masing kelompok, Respon dari tumor dievaluasi 8-12 minggu menggunakan CT scan kontras dengan menggunakan kriteria dari Modified RECIST ( Respons Evaluation Criteria in Solid Tumors) dimana ukuran tumor diukur berdasarkan perfusi kontras yang terlihat saat fase arteri pada pemeriksaan CT abdomen dinamis. Pada kelompok TACE, Follow up dilakukan dengan pemeriksaan darah dan monitoring tumor marker setiap minggu. sedangkan pemeriksaan CT scan dinamik dilakukan setiap 8-12 minggu. Hal yang sama juga dilakukan pada kelompok Sorefenib, dimana pemeriksaan setiap minggu dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan efek samping yang terjadi. Tidak terdapat pasien drop out atau lost to follow pada kedua kelompok sampai akhir pengamatan. Tujuan akhir dari studi ini adalah overall survival yang dinilai dari periode waktu dari mulai saat terdiagnosa HCC stadium IV A/ IVB sampai dengan pasien meninggal atau follow up terakhir. Hasil dari studi ini adalah tecara umum tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal overall survival dari kelompok TACE dan Sorefenib (p=0,814) dimana Median overall survival dari kelompok TACE adalah 6,6 bulan. sedangkan kelompok Sorefenib adalah 9,2 bulan ( gambar 2 ) Pada analisa subgrup angka 1 year survival rate pada pasien HCC stadium IVB kelompok TACE adalah 43,5% sedangkan kelompok Sorefenib adalah 30,2%.dan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kedua kelompok.tersebut dengan nilai p = 0,183. ( gambar 3), sedangkan pada kelompok HCC Child Pugh A, 1 year survival rate kelompok TACE adalah 20% sedangkan kelompok Sorafenib 21,4%. Pada uji statistic juga tidak terdapat perbedaan bermakna diantara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,676. ( gambar 4)

9 Gambar 2. Kumulatif overall survival Gambar 3. Kumulatif overall survival HCC stadium IVb Gambar 4. Kumulatif Overall survival HCC Child Pugh A Selama periode pengamatan, evaluasi progresifitas penyakit pada kelompok TACE 18,2 % mengalami partial respons, 56,4% mengalami stable disease, dan 25,5% mengalami progresiv disease. Sedangkan angka respons objektiv kelompok TACE adalah 18,25 % dengan angka disease control nya adalah 74,5% ( tabel 1.) Pada kelompok Sorafenib median durasi pemberian terapi pada kelompok dengan Child Pugh A adalah 82 hari ( interval hari). Respon komplit pada kelompok ini terjadi pada 1 pasien (1,8%) sedangkan respons partial 8,9% dan stable disease mencapai 39,3% serta progresif disease 46,4%.Total pada kelompok ini respons objektif adalah 11,1% dan angka disease control adalah 51,9% (tabel 2)

10 Tabel 2. Outcomes terapi masing masing kelompok TACE SOREFENIB Partial Respons 18,2% 8,9% Stable disease 56,4% 39,3% Progresive disease 25,5% 46,4% Complete Respons 0% 1,8% Objective respons 18,2% 11,1% Control disease 74,5% 51,9% Dari tabel tersebut diatas, control disease antara kelompok TACE dan Sorefenib memiliki perbedaan yang cukup bermakna (p=0.017), disebutkan pada studi ini meskipun etiologinya masih belum jelas tetapi TACE disebutkan lebih efektif dalam menekan progresifitas penyakit pada HCC stadium IV daripada sorefenib. Efek samping yang terjadi juga menjadi perhatian pada studi ini dimana pada kelompok TACE efek samping yang muncul adalah penurunan nafsu makan (12,7%), hepatotoksisitas pada 6 pasien (10,9%) kelemahan umum 7 pasien (12,7%) dan panas demam tinggi pada 3 pasien (5,5%) semua efek samping tersebut membaik dengan sendirinya selama perawatan di rumah sakit. Sedangkan pada kelompok Sorafenib, efek samping yang muncul adalah rash pada kulit (3,6%), hand-foot syndrome pada 4 pasien ( 7,1%), diare pada 8 pasien (14,3%), penurunan nafsu makan 4 pasien (7,1%)hepatotoksik pada 10 pasien (17,9%), kelemahan umum pada 5 pasien (8,9%) panas demam tinggi pada 3 pasien (5,4%) serta toksisitas pada paru terjadi pada 2 pasien (3,6%) Selama pengamatan pada kelompok TACE 87,3 % pasien meninggal dengan penyebab kematian progresifitas tumor terjadi pada 34 pasien (61,8%), gagal hati pada 13 pasien (23,6%) serta pneumonia pada 1 pasien (1,8%). Sedangkan pada kelompok Sorefenib, 85,7 % pasien meninggal dengan penyebab kematian 62,5% karena progresifitas tumor, gagal hati terjadi pada 8 pasien (14,3%) dan pneumonia pada 5 pasien (8,9%) Dari hasil studi ini, peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal overall survival, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara terapi TACE dan Sorefenib pada pasien dengan HCC stadium IV. Sedangkan Pinter dkk melakukan studi dengan judul Advanced stage Hepatocellular Carcinoma : TACE versus Sorafenib yang dipublikasikan pada tahun 2012, studi ini merupakan jenis penelitian retrospektif. Dengan kelompok studi adalah pasien HCC BCLC C ( advanced stage) yaitu pasien HCC dengan Child Pugh A/B, ECOG performance status 1-2, dengan atau tanpa matastase ekstra hepatic atao infiltrasi vena besar (vena porta). Pasien dengan terapi Sorefenib diperoleh data dari 11 pusat studi di Austria sedangkan untuk kelompok TACE, karena tindakan tersebut sangat dipengaruhi oleh ketrampilan operator, data diperoleh 1 pusat studi. Dengan criteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, maka akhirnya diperoleh data 63 pasien dengan terapi Sorefenib dan 34 pasien dengan terapi TACE dilakukan pengamatan retrospektif. Pada kelompok Sorefenib pengamatan progresifitas tumor dilakukan dengan CT dengan

11 kontras atau MRI tiap 2-4 bulan, sedangkan pada kelompok TACE, pengamatan dilakukan dengan modalitas CT dengan kontras setelah 4-6 minggu sesudah tindakan untuk melihat efek embolisasi pada tumor. Karakteristik dari masing masing kelompok TACE dan Sorafenib kemudian dianalisa, yang meliputi Usia, jenis kelamin, etiologi HCC, kelas Child Pugh, status performa ECOG, tumor load, invasi vena besar, metastase ekstra hepatik, terapi sebelumnya yang didapat, kadar AFP. Kadar bilirubin, dan albumin. Dari tiap tiap kharakteristik kelompok studi tersebut tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok TACE dan Sorafenib. Secara keseluruhan, pasien HCC yang diteliti, memiliki median overall survival 8 bulan (95% CI 5,2 10,7 bulan). Sedangkan untuk masing masing kelompok, yaitu kelompok TACE memiliki median overall survival 9,2 bulan dan kelompok Sorafenib 7,4 bulan, yang pada uji analisis univariat tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. (p=0.377) Dari uji analisis univariat masing masing karakteristik dibandingkan dengan median overall survival, skor child pugh memiliki perbedaan yang bermakna dimana pasien HCC dengan Child Pugh A memiliki median overall survival 10,2 bulan dan kelompok Child Pugh B memilik median overall survival 6,7 bulan (p=0,07) ( tabel 3) Sedangkan pada uji multivariate analisa antara kelompok terapi TACE dan sorefenib,kelas Child Pugh dan ada tidaknya infiltrasi vena besar yang memiliki korelasi paling kuat dengan median survival adalah kelas Child pugh dengan p=0,1 (tabel 3) Tabel 3. Uji analisa univariat tiap variabel Pada perbandingan kelompok Child Pugh, pasien dengan HCC child Pugh A dengan infiltrasi vena besar (vena porta) atau metastase ekstra hepatik, median overall

12 survival kelompok TACE adalah 14 bulan sedangkan pada kelompok Sorefenib adalah 9,7 bulan. dimana tidak terdapat perbedaan yang bermakna diantara modalitas terapi kedua kelompok tersebut. ( p= 0,449) (Tabel 4) Tabel 4. Multivariate analysis of Prognostic factor for overall survival Gambar 5. Kurve Kaplan Meijer HCC Child Pugh A dengan terapi TACE atau Sorefenib Pada akhir pengamatan studi ini, 41 pasien dari 63 pasien berhasil dilakukan dilakukan evaluasi radiologis. sedangkan pada kelompok TACE 23 pasien dari 34 pasien evaluasi radiologis setelah 6 bulan terapi. Dengan hasil seperti tercantum pada tabel 5.

13 .Tabel 5. Hasil pengamatan akhir tiap kelompok. Durasi Pengobatan Akhir pengamatan SOREFENIB N=63 TACE N=34 4,6 bulan (CI 95% 3,2, 6 bulan) 8 bulan (CI 95% 4,8, 11,2 bulan) N= 41 (70%) N=23 (74%) Tabel 6 berikut ini menunjukkan outcome dari masing masing terapi pada studi ini. Tabel 6. Outcomes terapi masing masing kelompok TACE SOREFENIB Partial Respons 9% 5% Stable disease 3% 25% Progresive disease 41% 35% Complete Respons 15%- - Objective respons 24% 5% Median Time Progression 3,8 bulan 5,3 bulan Pada akhir studi ini peneliti menyimpulkan bahwa TACE dapat digunakan sebagai modalitas terapi pada pasien HCC BCLC C, terutama pada pasien yang tidak mempunyai akses terhadap Sorefenib baik karena efek samping yang tidak bisa ditoleransi ataupun karena ketidaktersediaan obat tersebut..

14 BAB V DISKUSI Pada ilustrasi kasus digambarkan seorang pasien seorang laki laki 37 tahun dengan diagnosa Hepatocelular Carcinoma BCLC C (invasi vena Porta), dengan Child Pugh A, dan nilai ECOG 1. Berdasarkan terapi standard BCLC dan juga SHARP and Asian Pacific Trial, Sorefenib merupakan terapi pilihan pada pasien ini. Tetapi terapi ini memiliki kelemahan dalam hal angka respon tumor yang lambat, tingginya efek samping yang muncul, serta minimal survival advantage, selain akses untuk mendapatkan sorefenib memiliki keterbatasan. Selain itu dengan alasan dua per tiga pasien HCC stadium lanjut meninggal akibat gagal hati karena progresifitas massa tumor intrahepatik, bukan akibat metastase tumor ekstra hepatik, dan sifat hipervaskularisasi pada HCC yang berhubungan dengan carcinogenesis dan progresifitas HCC maka terapi radikal tumor primer dengan menggunakan modalitas terapi TACE untuk tujuan mendestruksi pembuluh darah arteri secara mekanik menjadi modalitas yang bisa dipertimbangan dalam terapi HCC stadium lanjut. 5,8 Dari 2 studi yang dijadikan referensi pada makalah ini keduanya menyimpulkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal overall survival kelompok yang mendapat terapi TACE dan kelompok Sorefenib. Beberapa keunggulan TACE dibandingkan Sorefenib pada penelitian yang telah dibahas sebelumnya antara lain, pada studi Nishikawa dkk, TACE memiliki control disease yang lebih bagus dibandingkan dengan sorefenib ( 74,9% vs 51,9%, p=0,07). Selain itu meskipun disebutkan TACE memiliki kelemahan. yaitu efek devaskularisasi yang ditimbulkan bersifat sementara sehingga menimbulkan angka progresi tumor. yang tinggi, hasil studi Nishikawa dkk pada kelompok TACE lmemiliki angka progresifitas yang lebih rendah daripada kelompok Sorefenib (25,5% vs 46,4%) Objective respon (yang dihitung dari jumlah pasien yang mengalami complete respons dan partal respon) dari TACE pada Nishikawa dkk (18,2% vs 11,1%) dan Pinther dkk ( 24% VS 5%) juga menunjukkan hasil TACE yang lebih baik daripada Sorefenib. Terhadap kemungkinan Complete respon, kedua penelitian juga mendapatkan hasil yang berbeda, dimana pada penelitian Nishikawa dkk Complete respons didapatkan pada kelompok Sorefenib (1,8% vs 0%) sedangkan pada penelitian Pinther dkk complete respons justru didapatkan pada kelompok TACE (15% vs 0%) Sementara itu kelebihan Sorefenib adalah berdasarkan studi Pinther dkk sorefenib memiliki median progression yang lebih lama dibandingkan kelompok TACE (5,3 bulan vs 3,8 bulan). Meskipun TACE memiliki beberapa kelebihan dan memungkinkan untuk diberikan pada pasien HCC dengan infiltrasi ke vena porta, komplikasi dekompensasi hati setelah TACE juga merupakan komplikasi yang harus dipertimbangkan, Selain efek hipoksia yang ditimbulkan akan menginduksi regulasi dari VEGF yang akan merangsang angiogenesis selanjutnya berpengaruh terhadap carcinogenesis dan progresifitas tumor. 5,8 Dari hasil pembahasan diatas maka pada pasien ini terapi ideal adalah terapi yang diikuti dengan terapi sistemik sorefenib. Tetapi karena pertimbangan pemberian sorefenib jangka panjang akan menjadi kendala, maka TACE dapat dipertimbangkan untuk diberikan..

15 BAB V KESIMPULAN 1. Pada Hepatocelulair Carcinoma Stadium lanjut, dengan infiltasi vena porta atau metastase ekstrahepatik terapi TACE dan Sorefenib mempunyai efektifitas yang sama 2. Terapi TACE pada HCC stadium lanjut diberikan pada invasi vena porta yang segmental. 3. Antara TACE dan Sorefenib untuk HCC stadium lanjut memiliki angka survival yang tidak jauh berbeda, angka keselamatan tergantung pada klasifikasi Child Pugh, dimana Child Pugh A mempunyai angka survival yang lebih baik daripada Child Pugh B. I

16 Daftar Pustaka 1. Asian Pacific Association for the study of the Liver Consensus. Recommendations on Hepatocellular Carcinoma Unggul B. Karsinoma Hati.. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi V. Jakarta: Interna Publishing; Hal European Association for the Study of the Liver. EASL-EORTCClinical Practice Guideline: Management of Hepatocellular Carcinoma, Journal of Hepatology 2012: 56: Nishikawa, Osaki, Iguchi, Takeda et al, Comparison of the efficacy of transcathether arterialchemoembolization and sorafenib for advanced hepatocelullar carcinoma. Experimental and therapeutic medicine 2012:4: Pinther, Hucke, Graziadei, Vogel et al, Advance Stage Hepatocelullar Carcinoma: Transarterial Chemoembolization versus Sorafenib. Radiology, 2012:263, p Liovet JM, Ricci S, Mazzaferro V, Hillgard P et al, SHARP Investigators Study Group: Sorafenib in Advanced Hepatocellular carcinoma. N Engl J Med 359:2008. P Juni f. Sorafenib for the treatment of unresectable hepatocelular carcinoma, Biologics P Martin W, Joerg T. Antiangiogenic treatment in hepatocellular carcinoma : the balance of efficacy and safety. Cancer Management and Research Journal 2013:5. P Sastroasmoro S. Telaah kritis makalah kedokteran (2). Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, editor. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi IV. Jakarta: Sagung Seto; Hal Straus. Glasziou, Richardson, Haynes. Evidence Based Medicine How to practice and teach it, ed 4 th. Churchill Livingstone, 2011

Peran sorafenib pada HCC yang refrakter terhadap TACE Ruben Salamat P

Peran sorafenib pada HCC yang refrakter terhadap TACE Ruben Salamat P Peran sorafenib pada HCC yang refrakter terhadap TACE Ruben Salamat P Abstrak Latar Belakang: Hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan kanker terbanyak ke 6 dan merupakan penybab kematian ke 3 akibat kanker

Lebih terperinci

Hasil. Hasil penelusuran

Hasil. Hasil penelusuran Pendahuluan Karsinoma hepatoselular (KHS) adalah keganasan kelima tersering di seluruh dunia, dengan angka kematian sekitar 500.000 per tahun. Kemajuan dalam pencitraan diagnostik dan program penapisan

Lebih terperinci

PERANAN TRANSCATHETER ARTERIAL CHEMOINFUSION (TACI) PADA HEPATOCELLULAR CARCINOMA STADIUM LANJUT

PERANAN TRANSCATHETER ARTERIAL CHEMOINFUSION (TACI) PADA HEPATOCELLULAR CARCINOMA STADIUM LANJUT EBCR Hepatologi PERANAN TRANSCATHETER ARTERIAL CHEMOINFUSION (TACI) PADA HEPATOCELLULAR CARCINOMA STADIUM LANJUT oleh: Barry A. Putra PPDS Tahap 2 DIVISI HEPATOLOGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah

BAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hati merupakan organ tubuh manusia yang terbentuk dari berbagai tipe sel, seperti hepatosit, epitel biliaris, endotel vaskuler, sel Kupfer, sel stelata, sel limfoid,

Lebih terperinci

PERANAN USG ABDOMEN DENGAN KONTRAS DALAM EVALUASI NODUL HATI

PERANAN USG ABDOMEN DENGAN KONTRAS DALAM EVALUASI NODUL HATI LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI PERANAN USG ABDOMEN DENGAN KONTRAS DALAM EVALUASI NODUL HATI Oleh: dr. Afiyah PPDS Ilmu Penyakit Dalam Juli 2011 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 2014. Penelitian ini

Lebih terperinci

Kanker Hati. Liver Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Hati. Liver Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Hati Kanker hati merupakan kanker pembunuh nomor 3 setelah kanker paru-paru dan kanker usus besar. Ada sekitar 1.800 kasus baru yang terjadi setiap tahunnya di Hong Kong. Dari semua kasus baru yang

Lebih terperinci

Kemoembolisasi Transarterial (TACE) pada Karsinoma Hepatoselular (KHS)

Kemoembolisasi Transarterial (TACE) pada Karsinoma Hepatoselular (KHS) STUDI PUSTAKA Kemoembolisasi Transarterial (TACE) pada Karsinoma Hepatoselular (KHS) BAGASWOTO POEDJOMARTONO DAN SUDARMANTO Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada / RS. Dr. Sardjito,

Lebih terperinci

Efektifitas Terapi Kombinasi TACE dan Sorafenib. pada Pasien HCC Stadium Lanjut

Efektifitas Terapi Kombinasi TACE dan Sorafenib. pada Pasien HCC Stadium Lanjut Efektifitas Terapi Kombinasi TACE dan Sorafenib pada Pasien HCC Stadium Lanjut EVIDENCE-BASED CASE REPORT Oleh: Winda Permata Bastian NPM: 1306399853 Supervisor: PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI

Lebih terperinci

Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis

Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis Evidence-based Case Report Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis Penulis: dr. Oldi Dedya NPM: 1006824421 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

Evidence based Case Report

Evidence based Case Report Evidence based Case Report Pengaruh Stres Psikososial terhadap Keparahan Penyakit Hepatitis Kronik Disusun Oleh: dr. Resultanti NPM: 1006767506 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

Lebih terperinci

BLOK ELECTIVE. Oleh : Dr.Evo Elidar Hrp.Sp.Rad

BLOK ELECTIVE. Oleh : Dr.Evo Elidar Hrp.Sp.Rad BLOK ELECTIVE Oleh : Dr.Evo Elidar Hrp.Sp.Rad BLOK ELECTIVE RADIOLOGI 1.RADIO-DIAGNOSTIK 2.RADIOTERAPI RADIO-DIGANOSTIK/IMAGING TUMOR MERUPAKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK YANG PENTING PADA KASUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENDAHULUAN Sarkoma uteri adalah tumor mesodermal yang jarang dijumpai, yang pada umumnya dikatakan kurang dari 5% dari seluruh kanker pada uterus, namun penelitian

Lebih terperinci

Peran Contrast Enhanced Ultrasound (CEUS) dibandingkan CT Scan dalam diagnosis Karsinoma Hepatoseluler

Peran Contrast Enhanced Ultrasound (CEUS) dibandingkan CT Scan dalam diagnosis Karsinoma Hepatoseluler Peran Contrast Enhanced Ultrasound (CEUS) dibandingkan CT Scan dalam diagnosis Karsinoma Hepatoseluler Pendahuluan Karsinoma Hepatoseluler (KHS) adalah jenis tumor yang banyak ditemukan di dunia, terutama

Lebih terperinci

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Patogenesis Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Cytokine-mediated signaling pertumbuhan dan ketahanan sel

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di dunia. Sirosis hati dan penyakit hati kronis penyebab kematian urutan ke 12 di Amerika Serikat pada tahun 2002,

Lebih terperinci

a. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus

a. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

Manfaat Transarterial Chemoembolization (TACE) untuk Metastasis hati pada Kanker Payudara

Manfaat Transarterial Chemoembolization (TACE) untuk Metastasis hati pada Kanker Payudara Evidence Based Case Report in Hepatology Manfaat Transarterial Chemoembolization (TACE) untuk Metastasis hati pada Kanker Payudara Oleh: dr. Rony Satrio Utomo 0906564763 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size)

Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size) EVIDENCE-BASED CASE REPORT Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size) dr. Herikurniawan NPM: 1106024432 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN KARSINOMA HEPATOSELULER: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE

KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN KARSINOMA HEPATOSELULER: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN KARSINOMA HEPATOSELULER: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2010-2012 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode studi pre dan post, single blind dan randomized control trial (RCT). Pengambilan

Lebih terperinci

Panduan Pasien: Terapi Radiasi Selektif Internal (SIRT) untuk tumor hati menggunakan mikrosfer SIR-Spheres

Panduan Pasien: Terapi Radiasi Selektif Internal (SIRT) untuk tumor hati menggunakan mikrosfer SIR-Spheres Panduan Pasien: Terapi Radiasi Selektif Internal (SIRT) untuk tumor hati menggunakan mikrosfer SIR-Spheres RADIOTERAPI DIHANTARKAN KE TUMOR HATI SIR-Spheres merupakan merek dagang terdaftar dari Sirtex

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala Tinjauan Pustaka A. Pendahuluan Insiden dari metastasi tulang menempati urutan kedua setelah metastase ke paru-paru dan hati. Frekuensi paling sering pada tulang adalah metastase ke kolumna vertebra. Di

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia. Satu diantara 4 kematian di Amerika disebabkan karena kanker. Kanker kolorektal merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMBINASI TACE DAN PEI DIBANDINGKAN TACE

EFEKTIVITAS KOMBINASI TACE DAN PEI DIBANDINGKAN TACE Evidence Based Case Report EFEKTIVITAS KOMBINASI TACE DAN PEI DIBANDINGKAN TACE Christy Efiyanti 1206234566 Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

Evidence Based Case Report

Evidence Based Case Report Evidence Based Case Report Nucleotide Analogs for Patients with HBV- Related Hepatocellular Carcinoma Increase the Survival Rate through Improved Liver Function Presentan: dr. Prima Yuriandro (1006767506)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, dengan fokus untuk mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatoma ( karsinoma hepatoseluler ) merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu di Asia dan Afrika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

SIROSIS HEPATIS R E J O

SIROSIS HEPATIS R E J O SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIROSIS HATI Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perdarahan varises esofagus (VE) merupakan satu dari banyak komplikasi mematikan dari sirosis karena tingkat mortalitasnya yang tinggi. Prevalensi varises

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pasienpasien sakit kritis yang kerap membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

Karsinoma hepatoselular merupakan tumor. Karsinoma Hepatoselular pada Anak Usia 11 Tahun Laporan kasus

Karsinoma hepatoselular merupakan tumor. Karsinoma Hepatoselular pada Anak Usia 11 Tahun Laporan kasus Artikel Asli Karsinoma Hepatoselular pada Anak Usia 11 Tahun Laporan kasus NP Veny Kartika Yantie, K Ariawati, IGN Sanjaya Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit

Lebih terperinci

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Komponen dalam pendekatan berorientasi problem Daftar problem Catatan SOAP Problem? A problem is defined as a patient concern, a

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Baughman, 2000). Hepatitis merupakan suatu

Lebih terperinci

Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati

Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati Apa hati itu? Hati adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Berat sekitar 1,5-3 kg pada orang dewasa. Apa saja fungsi hati? Membuat bahan yang diperlukan tubuh u/

Lebih terperinci

Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru. Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health

Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru. Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian utama dalam

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya

DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya ASKEP CA. HEPAR DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya sebagian besar fungsi hepar. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

Evidence Based Case Report Manfaat Klonidin pada Pasien Sirosis Hepatis dengan Asites

Evidence Based Case Report Manfaat Klonidin pada Pasien Sirosis Hepatis dengan Asites Evidence Based Case Report Manfaat Klonidin pada Pasien Sirosis Hepatis dengan Asites Oleh : Dr. Krishna Adi Wibisana Program Pendidikan Dokter Spesialis I Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan selama dua belas bulan (Agustus 2006 Juli 2007). Subjek uji yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 92 orang penderita, 67 orang berasal

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini apendisitis merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi pada anak-anak. Selain itu apendisitis yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan

Lebih terperinci

NEUROBLASTOMA,NEFROBLASTOMA, RETINOBLASTOMA. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII

NEUROBLASTOMA,NEFROBLASTOMA, RETINOBLASTOMA. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII NEUROBLASTOMA,NEFROBLASTOMA, RETINOBLASTOMA Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII 1 Ilustrasi Kasus Seorang anak perempuan usia 3,5 tahun dibawa orangtuanya dengan keluhan perut membesar sejak beberapa

Lebih terperinci

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya?

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya? Kanker Testis Apa yang dimaksud dengan kanker testis? Kanker testis merupakan tumor ganas pada jaringan testis. Kanker testis dibagi menjadi 2 jenis yaitu sel spermatogonium kanker dan sel spermatogonium

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Distribusi Geografis dan Tingkat Keparahan Pasien Karsinoma Hepatoseluler Etiologi Virus Hepatitis B di RS.Dr Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Distribusi Geografis dan Tingkat Keparahan Pasien Karsinoma Hepatoseluler Etiologi Virus Hepatitis B di RS.Dr Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Distribusi Geografis dan Tingkat Keparahan Pasien Karsinoma Hepatoseluler Etiologi Virus Hepatitis B di RS.Dr Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

Lebih terperinci

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Kanker payudara menjadi penyebab kematian kedua terbanyak bagi wanita Amerika pada tahun 2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease

BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta

Lebih terperinci

Kapankah waktu yang tepat penggunaan tripel terapi (fokus pada boceprevir) pada pasien ini dan efek samping apa saja yang mungkin muncul.

Kapankah waktu yang tepat penggunaan tripel terapi (fokus pada boceprevir) pada pasien ini dan efek samping apa saja yang mungkin muncul. PENDAHULUAN Sejak ditemukan pada tahun 1989, virus hepatitis C (VHC) telah menjadi salah satu penyebab utama penyakit hati kronik di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu

Lebih terperinci

DISTRIBUSI GEOGRAFIS DAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN KARSINOMA HEPATOSELELULER ETIOLOGI VIRUS HEPATITIS B DI RS.DR KARIADI

DISTRIBUSI GEOGRAFIS DAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN KARSINOMA HEPATOSELELULER ETIOLOGI VIRUS HEPATITIS B DI RS.DR KARIADI DISTRIBUSI GEOGRAFIS DAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN KARSINOMA HEPATOSELELULER ETIOLOGI VIRUS HEPATITIS B DI RS.DR KARIADI Muhammad Nadhim RP. 1, Ch. Suharti 2, Hardian 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1

Lebih terperinci

Tumor IntraAbdomen. Kelompok IV

Tumor IntraAbdomen. Kelompok IV Tumor IntraAbdomen Kelompok IV Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

Kuantifikasi HbsAg Sebagai Kriteria Penghentian Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik HbeAg Negatif yang Mendapat Terapi Analog Nukleosida/Nukleotida

Kuantifikasi HbsAg Sebagai Kriteria Penghentian Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik HbeAg Negatif yang Mendapat Terapi Analog Nukleosida/Nukleotida Evidence Based Case Report Kuantifikasi HbsAg Sebagai Kriteria Penghentian Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik HbeAg Negatif yang Mendapat Terapi Analog Nukleosida/Nukleotida Oleh: Irene Purnamawati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Hepatitis D

Asuhan Keperawatan Hepatitis D Asuhan Keperawatan Hepatitis D Hepatitis D (sering disebut Hepatitis Delta) adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus Hepatitis D (HDV) adalah virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nefrotik yang tidak mencapai remisi atau perbaikan pada pengobatan prednison

BAB I PENDAHULUAN. nefrotik yang tidak mencapai remisi atau perbaikan pada pengobatan prednison BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) merupakan jenis sindrom nefrotik yang tidak mencapai remisi atau perbaikan pada pengobatan prednison dosis penuh (full dose)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014

PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014 1 Yunellia Z. Patasik 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang mempunyai spektrum sangat luas dan kompleks. Penyakit ini dimulai dari neoplasma ganas yang paling jinak sampai neoplasma

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang terjadi oleh apapun penyebabnya yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi di dalam

Lebih terperinci

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll Manfaat Terapi Ozon Sebagai Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer untuk berbagai penyakit. Penyakit yang banyak diderita seperti diabetes, kanker, stroke, dll. Keterangan Rinci tentang manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi Pendahuluan Kanker mata adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis tumor yang terjadi di berbagai bagian mata. Hal ini terjadi ketika sel-sel dalam atau di sekitar mata berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hati adalah organ dari sistem pencernaan terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat komplek. Beberapa fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit heterogen yang serius yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000). Risiko kematian penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker kolorektal didefinisikan sebagai tumor ganas yang terjadi pada kolon dan rektum. Kolon berada di bagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu, pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan ditemukannya berbagai penyakit pada usia lanjut yang semakin meningkat seperti penyakit degeneratif dan sistemik. Penyakit

Lebih terperinci