POLICY BRIEF: KOLABORASI PENEGAKAN HUKUM DI WILAYAH KONSERVASI PERAIRAN ADSF
|
|
- Verawati Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POLICY BRIEF: KOLABORASI PENEGAKAN HUKUM DI WILAYAH KONSERVASI PERAIRAN ADSF Andie Wibianto/MPAG
2 Policy Brief: Kolaborasi Penegakan Hukum diwilayah Konservasi Perairan Ketika membuka Lokakarya Perencanaan Kolaboratif untuk meningkatkan kepatuhan dan Penegakan Hukum di Kawasan Konservasi Perairan di IPB Intrnational Convention Center pada tanggal 12 Juni 2014, Direktur KKJI (Bp. Agus Darmawan) atas nama Dirjen KP3K, mengungkapkan pentingnya efektifitas pengelolaan kawasan konservasi perairan. Pernyataan Pak Direktur KKJI ini ingin menggaris bawahi pentingknya aspek kualitas pengelolaan kawasan konservasi perairan. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa pencapaian luasan kawasan konservasi perairan tidak dapat diabaikan, karena tetap menjadi salah satu prioritas target pencapaian. Komentar senada dikemukakan oleh Dirjen KP3K (Bp. Sudirman Saad) ketika menjadi Keynote Speaker pada acara yang sama. Dirjen KP3K memberikan ilustrasi dengan menceritakan pengalaman beliau di Spanyol. Pemerintah Spanyol ternyata telah menerapkan pemantauan lewat satelit terhadap seluruh pergerakan kapal mereka dihampir sebagian besar belahan dunia. Penggunaan teknologi satelit ternyata memberikan kemudahan dalam memantau pergerakan kapal Spanyol baik yang sedang bergerak ataupun yang mangkal pada satu wilayah. Model pemantauan yang dijalankan Spanyol menginspirasi Dirjen KP3K menerapkannya untuk memantau pergerakan kapal yang bergerak melintasi kawasan konservasi perairan Indonesia yang begitu luas. Persoalan luasnya kawasan konservasi perairan Indonesia disatu sisi menjadi target pencapaian disisi lain menjadi masalah yang kompleks, sementara sumber daya 1
3 manusia yang menjadi pengelola kawasan konservasi terbatas, itulah sebabnya penting untuk diupayakan solusi yang memberikan peluang untuk dapat dipantau secara lebih efektif dan efisien. Permasalahan luasan kawasan ini, diharapkan akan terjawab jika Indonesia menerapkan teknologi pemantauan yang canggih seperti yang diterapkan Spanyol, yaitu menggunakan teknologi satelit. Walaupun tetap perlu dipertimbangkan bahwa teknologi satelit membutuhkan pembiayaan yang cukup besar. Memahami berbagai permasalahan yang berkempang dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan, maka dipandang penting untuk mempertimbangkan langkah-langkah yang mendukung kearah peningkatan kualitas kawasan konservasi perairan di Indonesia. Salah satu langkah yang krusial yang perlu dipertimbangkan adalah adanya inisiasi kolaborasi penegakaan hukum pada kawasan konservasi perairan Indonesia. Keinginan ini dilatarbelakangi oleh begitu luasnya kawasan konservasi perairan yang harus dikelola dan diawasi, sementara jumlah pengelola dan pengawas yang terbatas. Maka langkah inisiasi penegakan hukum secara kolaboratif ini diharapkan akan mendukung pengembangan dan penguatan pengawasan konservasi perairan yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pengelolaan kawasan konservasi perairan di Indonesia. A. Kondisi Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Saat ini. Ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian ketika mendalami pengelolaan kawasan konservasi perairan sebagai berikut: Kejelasan objek (wilayah) pengawasan. Saat mendatangi wilayah konservasi perairan, sebagian besar masyarakat tidak tahu persis dimana wilayah kawasan konservasi perairan itu terbentang. Masyarakat tidak 2
4 melihat adanya rambu-rambu seperti; Gapura, plank, tugu, ataupun tanda-tanda lain yang memberikan isyarat bahwa suatu wilayah telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan. Kapasitas Sumber Daya Manusia pengelola kawasan konservasi. Pengelola kawasan konservasi diharapkan memiliki kapasitas yang baik dalam aspek managerial; baik itu aspek perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi program, keterampilan melakukan pendekatan terhadap stakeholders, kolaborasi dengan aparatur yang memiliki keperdulian yang sama dalam hal pengawasan kawasan. Kemampuan teknis dan non teknis ini menjadi perhatian penting dalam pengawasan kawasan konservsi perairan Indonesia yang begitu luas dan kompleks. Pemetaan kebutuhan SDM pengelola kawasan. Kejelasan jumlah pengelola kawasan konservasi menjadi aspek yang perlu diperhatikan, agar kegiatan pengawasan kawasan konservasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perlu dipertimbangkan berapa jumlah pengelola yang sesuai dengan suatu luasan kawasan konservasi perairan, sehingga aspek pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Kajian yang lebih mendalam dibutuhkan untuk dapat memetakan seberapa besar perbandingan antara luasan konservasi perairan dengan jumlah pengelola yang seharusnya melakukan pengawasan. Institusi Pengawasan yang parsial Institusi yang bergerak dalam pengawasan masih bersifat parsial dan menjalankan program sesuai dengan SOP masing-masing. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kegiatan, yang mengakibatkan pengawasan tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kalau masing-masing institusi bersikukuh mempertahankan guidelines nya sendiri-sendiri, maka sulit diharapkan peningkatan kualitas pengawasan kawasan konservasi perairan. B. Kondisi kawasan konservasi perairan yang diharapkan 3
5 Dalam mendukung pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif dan efisien diperlukan adanya peningkatan dan pengembangan diberbagai sector yang perlu diperhatikan sebagai berikut: Object Pengawasan Pemberian rambu atau tanda pembatas yang menunjukkan adanya suatu wilayah kawasan konservasi perairan menjadi hal yang penting. Rambu-rambu inilah yang memberikan gambaran adanya suatu kawasan yang perlu mendapatkan perhatian bagi seluruh masyarakat sekitar. Dimana setelah mendapatkan gambaran tentang peta luasan kawasan konservasi perairan dan mendapatkan persetujuan dari aparatur yang berwenang, pengelola kawasan konservasi diharapkan menginisiasi disediakannya rambu/ tanda; baik berupa gapura, tugu, plank nama atau semacamnya yang memberikan informasi bahwa daerah sekitar merupakan kawasan konservasi perairan yang perlu diketahui dan dipahami keberadaannya. Sehingga masyarakat disekitar kawasan konservasi memahami adanya suatu kawasan yang perlu dijaga dan diperhatikan. 4
6 Sumber Daya Manusia yang mumpuni Pengelola kawasan konservasi perairan diharapkan memiliki kapasitas tidak hanya dalam aspek teknis konservasi perikanan, tetapi perlu memiliki pemahaman tentang aspek non teknis, termasuk didalamnya kampanye, persuasi terhadap para pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal pengawasan. Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait seperti; Polisi Air, Penyuluh Perikanan, PPNS, Pengawas Perikanan dan lain-lain, menjadi keharusan. Kerjasama ini juga diharapkan menjadi solusi untuk menjawab terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pengawasan kawasan konservasi perairan. Ketersedian Tenaga Pengelola Kawasan Konservasi. Perkembangan jumlah kawasan konservasi perairan yang begitu besar, baik itu KKPN dan KKPD membutuhkan jumlah pengelola kawasan yang besar pula. Sementara penyiapan pengelola kawasan konservasi yang besar membutuhkan dukungan pendanaan yang besar pula. Terbatasnya sumber pendanaan yang ada menyebabkan pemerintah pusat mengharapkan dukungan pada pemerintah daerah untuk ikut serta mengambil bagian dalam pengelolaan kawasan konservasi perikanan terutama pada KKPD yang telah terbentuk di daerah. Kolaborasi pengawasan kawasan konservasi perairan Keterbatasan pengelola kawasan konservasi perairan, sementara luasan kawasan yang begitu luas, menuntut dilakukan kolaborasi dengan pihak lain yang memiliki kedekatan tugas dan fungsi dalam bidang pengawasan. Kolaborasi dalam pengawasan konservasi perairan merupakan suatu solusi penting untuk dapat mengejewantahkan pengawasan kawasan konservasi yang efektif dan efisien. Pelibatan masyarakat Masyarakat sekitar kawasan konservasi perairan merupakan stakeholder utama yang perlu mendapatkan perhatian penting dalam ikut berpartisipasi pada pengawasan konservasi perairan. Pelibatan masyarakat sekaligus memberikan peluang untuk melakukan sosialisasi dan pendidikan bagi masyarakat sekitar kawasan tentang pentingnya kawasan konservasi perairan. Diharapkan juga, pelibatan masyarakat ini akan memberikan kemudahan bagi pengelola kawasan dalam mengakses berbagai permasalahan yang terjadi disekitar kawasan konservasi. Masyarakat sekitar kawasan 5
7 akan menjadi informan penting yang memberikan informasi dalam pengelolaan dan pengawasan kawasan konservasi. Penerapan teknologi pengawasan yang canggih Penggunaan teknologi pengawasan yang canggih akan memberikan peluang bagi para pengelola kawasan untuk memantau kawasan konservasi yang begitu luas, dikontrol dari satu tempat pemantauan. Pola pemantauan model ini akan memberikan kemudahan bagi para pengelola kawasan dalam mengendalikan dan memantau kawasan konservasi perairan. Model ini juga akan mempengaruhi jumlah aparatur yang terlibat, sekaligus mempengaruhi model perencanaan program kerja yang akan dijalankan. Program kerja pengelola kawasan konservasi perairan Efektifitas pengawasan kawasan konservasi akan dapat berjalan dengan baik, jika pengelola kawasan mempersiapkan program kerja yang pragmatis. Dalam artian program kerja yang disusun didasarkan pada hasil pengkajian kebutuhan, dan program kerja yang didasari pada kebutuhan lapangan inilah yang harus dijalankan. Dimana program kerja yang disiapkan merupakan program kerja yang membumi, yang akan dijalankan sesuai dengan jumlah personil, dukungan pendanaan, termasuk pelibatan stakeholders terkait. C. Solusi dan Rekomendasi Dalam rangka menunjang peningkatan efektifitas pengawasan konservasi perairan di Indonesia, perlu diupayakan aktivitas yang mendukung kearah pengembangan kolaborasi pengawasan kawasan konservasi perairan sebagai berikut: Sinkronisasi regulasi dari masing-masing institusi yang terkait dengan pengawasan konservasi perairan. Tidak dapat dipungkiri bahwa masing-masing institusi yang terlibat dalam pengawasan telah memiliki regulasi sendiri-sendiri. Sehingga masing-masing institusi memiliki kecendrungan untuk menjalankan aturannya secara parsial. Kecendrungan ini akan dapat diminimalisir dengan 6
8 melakukan sinkronisasi atau melakukan penyesuaian langkah dalam menjalankan tugas pengawasan pada wilayah konservasi perairan. Lahirnya institusi yang memayungi pengawasan konservasi perikanan, sehingga setiap institusi yang terlibat bergerak dalam satu langkah yang sama. Kalau upaya kebijakan ini dapat terealisir akan memberikan kemudahan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam pengawasan. Hal ini juga akan meminimalisir ego sektoral masing-msing pihak yang terlibat dalam pengawasan kawasan konservasi. Disepakati dan diterapkanya SOP dan Program Kerja Pengawasan kolaboratif yang memungkinkan seluruh pihak bergerak bersama dalam satu guidelines. Pengelola kawasan konservasi akan selalu berusaha untuk melibatkan seluruh stakeholders yang berkepentingan dalam pengawasan konservasi, sehingga langkah yang perlu diambil adalah merencanakan, menyepakati dan menetapkan SOP yang harus dijalankan secara bersama-sama. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM pengawas konservasi perairan terkait materi pengawasan, regulasi, dan aspek non teknis lain yang mendukung pengawasan konservasi. Kebutuhan peningkatan kapasitas pengelola kawasan konservasi akan tetap menjadi prioritas utama, agar pengelolaan kawasan konservasi berjalan secara baik dan berkualitas. Pelibatan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan konservasi perikanan. Kesadaran tentang pentingnya melibatkan masyarakat sekitar kawasan dalam pengawasan kawasan konservasi perikanan merupakan aspek penting yang tetap dijaga dan dipelihara oleh pengelola kawasan konservasi. Itulah sebabnya penting untuk menempatkan masyarakat pada porsi yang sesuai dalam pengawasan kawasan konservasi. Teknologi pengawasan dan dukungan pendanaan yang memadai bagi pengelola kawasan konservasi perairan. Teknologi pengawasan yang mutakhir dan dukungan pendanaan yang memadai akan memberikan sumbangan yang berharga bagi para pengelola kawasan dalam menjalankan tugas pengawasan secara lebih berkualitas. 7
POLICY BRIEF: PETA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN INDONESIA. Andie Wibianto/MPAG
POLICY BRIEF: PETA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN INDONESIA Andie Wibianto/MPAG Peta kawasan Konservasi Perairan Indonesia Dalam penyiapan Surat Keputusan (SK) Kawasan Konservasi Perairan, selain menyiapkan
Lebih terperinciPOLICY BRIEF: PERKEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) Andie Wibianto/MPAG
POLICY BRIEF: PERKEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) Andie Wibianto/MPAG Policy Brief: Perkembangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) A. Latarbelakang Kawasan adalah wilayah pesisir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam, terutama vegetasi, tanah dan air berada dan tersimpan, serta tempat hidup manusia dalam memanfaatkan
Lebih terperinciBag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU
Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU NO FOKUS PERMASALAHAN SARAN TINDAK INDIKATOR PEMBARUAN KEBERHASILAN Pelaksanaan Misi dalam
Lebih terperinciHoliday Resort, Senggigi-Lombok, 22 Mei 2017
ROADMAP PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL DAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN Holiday Resort, Senggigi-Lombok, 22 Mei 2017 OUTLINE Pendahuluan Analisis Masalah Roadmap 3 4 5 ANALISISMASALAH 1. Kemantapan Kawasan
Lebih terperinciSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG
KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid
Lebih terperinciSetelah menganalisis hasil / temuan penelitian terhadap kompetensi GPK. pada Resource Center pendidikan inklusif dalam menjalankan tugasnya sebagai
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah menganalisis hasil / temuan penelitian terhadap kompetensi GPK pada Resource Center pendidikan inklusif dalam menjalankan tugasnya sebagai GPK
Lebih terperinciResort Based Management Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
Resort Based Management Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Nama Inovasi Resort Based Management Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Produk Inovasi Optimalisasi Kinerja RBM (Resort Based Management)
Lebih terperinciLAMPIRAN. PR : Tapi salah satu tupoksi di Pengelolaan Informasi kan juga mengelola aplikasi-aplikasi di DJMBP?
122 LAMPIRAN Transkip Wawancara I Narasumber : Dani Supratman, ST, MSi (DS) Jabatan : Fungsional Pranata Komputer Pewawancara : Pujoko Rapiyadi (PR) Tanggal : 29 April 2009 Waktu : Jam Kerja Tempat : Lt.
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH
BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman Barat maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi program dan kegiatan DAK pada Dinas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciTindak Lanjut dan Monitoring: PROSES PROSPEKTIF PARTISIPATIF ANALISIS (PPA) DI KABUPATEN KAPUAS HULU
Tindak Lanjut dan Monitoring: PROSES PROSPEKTIF PARTISIPATIF ANALISIS (PPA) DI KABUPATEN KAPUAS HULU Bayu Shantiko dan Alfa Ratu Simarangkir Kapuas Hulu, 2012 RANGKUMAN MONITORING PROSES PPA A. Konsultasi
Lebih terperincipenduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan
Lebih terperinciV. MODEL KONSEPTUAL KEBIJAKAN
V. MODEL KONSEPTUAL KEBIJAKAN 5.1. Landasan Kebijakan PLIKAB Agar kelembagaan pengelolaan lingkungan yang dibentuk melalui kemitraan antar industri komponen alat berat ini dapat berjalan secara optimal,
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bab sebelumnya di dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Koordinasi dan supervisi merupakan tugas
Lebih terperinciOne Map And One Data Informasi Geospasial Tematik
One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan
Lebih terperinci2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPOTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain
POTRET KETIMPANGAN Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain Lebih dari 186.658 hektar area yang ditetapkan kawasan hutan merupakan perkampungan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan
Lebih terperinciNOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Nomor : Nomor : TENTANG KERJA SAMA DALAM PEMBERANTASAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN PULAU GILI AYER, GILI MENO DAN GILI TRAWANGAN DI PROVINSI
Lebih terperinciEvaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun
Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun Pembahasan Kondisi tata kelola hutan di Indonesia. Peran ICW dalam pengawasan Tata Kelola
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda, dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber sumber material yang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada Bab VI dan V, dapat disimpulkan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada Bab VI dan V, dapat disimpulkan bahwa LOD DIY cukup efektif dalam merespon dan menindaklanjuti keluhan masyarakat. Efektivitas LOD DIY tersebut
Lebih terperinciBAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 23 mengamanatkan: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang- Undang dan dilaksanakan
Lebih terperinci1. Hubungan Sistem Pemasyarakatan dengan Lembaga-Lembaga Penegak Hukum Lainnya dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu
MATRIKS SUBSTANSI MANAJEMEN 1. Hubungan Sistem dengan Lembaga-Lembaga Penegak Hukum Lainnya dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu Pelaksanaan Misi dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu NO HIGH-QUICK WINS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut pasal 373 ayat (4) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pembinaan yang bersifat umum dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum mengenai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penentuan karakteristik
Lebih terperinciKERTAS POSISI TENTANG PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN KAWASAN HUTAN LINDUNG. No: 003/KP/PPH/XII/2017
KERTAS POSISI TENTANG PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN KAWASAN HUTAN LINDUNG No: 003/KP/PPH/XII/2017 A. Latar Belakang : Tantangan dan Permasalahan Bahwa ancaman
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
Peningkatan Kualitas Penelitian dan Pengembangan Kependudukan Nama Inovasi Peningkatan Kualitas Penelitian dan Pengembangan Kependudukan Produk Inovasi Strategi Kebijakan Peningkatan Kinerja Penelitian
Lebih terperinciUpdate - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final
Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final Rencana Aksi Kepatuhan Jumlah Rencana Aksi 3 Ketidaksesuaian 7 Peluang untuk Perbaikan 7 Peluang untuk Perbaikan 14 Peluang untuk Perbaikan Status Selesai
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN NOMOR 1703/KEP- KP3K.2/2015 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN NOMOR 1703/KEP- KP3K.2/2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM ANUGERAH EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR, DAN PULAU-PULAU
Lebih terperinciAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
AN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG
PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan
Lebih terperinciA. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.
1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun
Lebih terperinciPROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG
PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH RPJMD RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) PERJANJIAN KINERJA (PK) RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DECISION SUPPORT SYSTEM SEBAGAI PENUNJANG PENGELOLAAN KONSERVASI PERAIRAN INDONESIA* ABSTRACT
PENGEMBANGAN DECISION SUPPORT SYSTEM SEBAGAI PENUNJANG PENGELOLAAN KONSERVASI PERAIRAN INDONESIA* Ahsanal Kasasiah 1, Teguh Gunawan 1, Cahyadi Indrananto 2, dan Rony Megawanto 2 Email: konservasi.perairan@kkp.go.id
Lebih terperinciPKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
POLICY BRIEF PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca UU Administrasi Pemerintahan LATAR BELAKANG Disahkannya UU No.
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG PEMBANGUNAN PULAU NATUNA SEBAGAI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG PEMBANGUNAN PULAU NATUNA SEBAGAI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan Pulau Natuna dan pulau-pulau lain di sekitarnya
Lebih terperinciREVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi
REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi Pembelajaran Akselerasi Bertindak Melihat Mendengar Merasa Siklus Belajar
Lebih terperinci1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Progra g m,,kegia g tan,,dan hasil yan
1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Program, Kegiatan, dan hasil yang Diharapkan pada Tingkatan Mikro 3. Format Road Map 4. Langkah langkah Penyusunan Road Map 2 1 Road Map Road Map merupakan rencana
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Program kegiatan di lingkup BPMPT Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Keberadaan suatu entitas bisnis bukan hanya untuk mencari keuntungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan suatu entitas bisnis bukan hanya untuk mencari keuntungan seoptimal mungkin, tapi juga bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup entitas
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republi
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1060, 2017 KEMEN-LHK. SDM-LHK. Perencanaan dan Pengembangan. Pedoman. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.46/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek kehidupan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses pembangunan
Lebih terperincidown mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan
Lebih terperinciDisampaikan Oleh : GUBERNUR LAMPUNG
Disampaikan Oleh : GUBERNUR LAMPUNG Disampaikan pada Acara Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi yang diinisiasi oleh KKP dan KPK Jakarta, 20 21 April 2015 1. Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut REKOMENDASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan publik hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh pemerintah. Kualitas pelayanan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN
KERANGKA ACUAN KEGIATAN LOKAKARYA NASIONAL KONSERVASI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Melestarikan Laut Kita: Peran Pemangku Kepentingan mendorong Pengelolaan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut pasal 217 ayat (1) huruf e UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration sampai pada new public service atau yang dikenal good governance menuntut pemerintah untuk meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 12/Menhut-II/2009 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 12/Menhut-II/2009 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 22, Pasal 23, Pasal
Lebih terperinciKabupaten Pulau Morotai Cukup Baik.
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Besarnya kontribusi pajak hotel di Kabupaten Pulau Morotai pada Tahun
Lebih terperinciBUKU TUJUH KEBIJAKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI KOMUNIKASI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- /PJ/2011 TENTANG KEBIJAKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi
3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG
Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL
ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL 2015-2019 Oleh Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Daerah dan Isu Strategis Tahun
Lebih terperinci2014 PERAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DESA UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bergulirnya roda reformasi sejak 1998 menuntut terjadinya perubahan di segala bidang, tidak terkecuali masalah birokrasi. Jika birokrasi tidak melakukan perubahan
Lebih terperinciKata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi
BAB 4 P E N U T U P Kata Pengantar Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Bab 4 Berisi : Gorontalo di susun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Kesimpulan dari hasil penyusunan Gorontalo
Lebih terperinciLAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016
LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016 1. Jabatan : Sekretaris 2. Tugas : Mengkoordinasikan penyusunan rencana program dan kegiatan, melaksanakan pelayanan administrasi umum
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari : Kamis Tanggal : 31 Juli 2008 Pukul : 09.00 Wib
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :
Lebih terperinciVISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI
TATA KELOLA SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN ACEH MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN RENDAH EMISI VISI DAN MISI PEMERINTAH ACEH VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan.
7 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 32/Menhut-II/2013 TENTANG RENCANA MAKRO PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN I. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan. Hutan
Lebih terperinciPrioritas Kebijakan Pemda Untuk Optimalisasi PATEN
Prioritas Kebijakan Pemda Untuk Optimalisasi PATEN Nama Inovasi Prioritas Kebijakan Pemda Untuk Optimalisasi PATEN Produk Inovasi Koordinasi dan Fasilitasi Percepatan Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi
Lebih terperinciGERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP
GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP Jakarta, 21 April 2015 I. PENDAHULUAN 1. Hasil kajian KPK (Gerakan Nasional Penyelamatan SD Kelautan) merupakan
Lebih terperinciBAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI
BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan
Lebih terperinciBAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR
BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG
Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG
BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai atau norma-norma
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan di Desa Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
Lebih terperinciINOVASI OPTIMALISASI KAPASITAS APIP KLINIK KONSULTASI GOOD & CLEAN GOVERNMENT INSPEKTORAT KOTA YOGYAKARTA
INOVASI OPTIMALISASI KAPASITAS APIP KLINIK KONSULTASI GOOD & CLEAN GOVERNMENT INSPEKTORAT KOTA YOGYAKARTA A. KLINIK KONSULTASI GOOD & CLEAN GOVERNMENT Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Akuntabilitas Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengendalian Sosial Pada Pelanggaran Lalu Lintas Sepeda Motor Oleh Pelajar SMA di Kota Tasikmalaya, maka diperoleh
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA ANTARLEMBAGA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciUPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN Oleh : Pudji Muljono Adanya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan disambut gembira oleh
Lebih terperinciStakeholder Mendukung, UPT Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Optimal
Stakeholder Mendukung, UPT Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Optimal Nama Inovasi Stakeholder Mendukung, UPT Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Optimal Produk Inovasi Resosialiasi Gelandangan dan Pengemis
Lebih terperinciARTI PENTING PEDOMAN DALAM PENGELOLAAN ARSIP * Burhanudin DR
ARTI PENTING PEDOMAN DALAM PENGELOLAAN ARSIP * Burhanudin DR Latarbelakang Penyelenggaraan tata kearsipan yang baik harus dapat menjamin ketersediaan arsip yang memberikan kepuasan bagi pengguna (user)
Lebih terperinciKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN DEKONSENTRASI TAHUN 2017 PEMANTAUAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN A. Dasar
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 KABUPATEN BLITAR. RKPD: DINAS PERHUBUNGAN hal 1 dari 7
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 KABUPATEN BLITAR Keluaran Hasil Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target 1.02.09.2.09.1 Urusan Pemerintahan Bidang 1.02.09.2.09.1.01
Lebih terperinci