MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI"

Transkripsi

1 MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Model Matematika Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2008 J u m a d i NIM

3 ABSTRACT JUMADI. Mathematical Model of Dengue Disease Transmission. Under direction of PAIAN SIANTURI and N. K. KUTHA ARDANA Dengue disease was transmitted to human through infected mosquito Aedes Aegypti. It was found widely in the tropical regions of the world. Infection of dengue virus could be grouped into two mechanisms. The first mechanism was vertical transmission in mosquito body, where virus could be transmitted by female mosquito into her eggs. The second mechanism was transmission from mosquito into human body and conversely. In this study, mathematical models were used to study the behavior of the transmission of dengue disease. The mathematical model of the disease with assumption of healthy mosquito eggs was compared to the modified mathematical model of dengue disease assuming that some of mosquito eggs were infected by dengue virus. The seasonal influence, especially temperature, was considered in the analysis. The standard dynamical analysis was applied to both mathematical models. Numerical results showed that infected mosquito eggs influenced the spreading of dengue disease. There were bigger oscillation in the susceptible and infected human population, as well as in the infected mosquito, as a result of stronger seasonal influence during extrinsic incubation. Keyword: dengue disease, mathematical model, extrinsic incubation period.

4 RINGKASAN JUMADI. Model Matematika Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue. Dibimbing oleh PAIAN SIANTURI, dan N. K. KUTHA ARDANA. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk utama penyebar virus dengue, namun spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, berperan sebagai nyamuk sekunder. Peningkatan penyebaran demam berdarah dengue yang mencolok terjadi pada awal dan akhir musim hujan hal ini karena tempat perindukan nyamuk terbentuk dengan tertampungnya air hujan. Penularan virus ini dapat dikelompokkan menjadi dua mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Pada mekanisme ini virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya dan juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui kontak seksual, tetapi tidak berlaku sebaliknya (Malavige et al. 2004). Mekanisme kedua, transmisi dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Pemodelan penyebaran penyakit demam berdarah dengue akan mempermudah dalam memahami dinamika penyebaran penyakit dalam suatu populasi. Beberapa penelitian tentang model matematika untuk mengkaji penyebaran DBD antara lain telah dilakukan oleh Esteva (1998) yaitu memodelkan penyebaran penyakit DBD dengan dua jenis virus dengue berbeda yang menyerang manusia. Derouich (2003 ) membuat model pada kasus dua epidemik dengan dua virus yang berbeda. Nuraini et al. (2007) meneliti model penyebaran virus dengue dalam aliran darah manusia. Pongsumpun (2006) memodelkan penyebaran DBD dengan melihat pengaruh musim pada masa inkubasi virus di dalam nyamuk. Modifikasi model ini dilakukan karena pada umumnya pemodelan penyebaran demam berdarah dengue masih berasumsi bahwa semua kelahiran nyamuk dalam keadaan bebas dari virus.. Selanjutnya model yang telah dimodifikasi dilakukan analisis kestabilan dan simulasi numerik. Simulasi dilakukan dengan pemrograman berbasis fungsional menggunakan software Mathematica 6.0 untuk membandingkan kedua model penyebaran DBD tersebut. Pengaruh musim terutama suhu dipertimbangkan dalam analisis ini karena masa inkubasi ekstrinsik di dalam suhu rendah itu adalah lebih lama, padahal rata-rata masa hidup nyamuk 14 hari. Hasil analisis yang telah dilakukan terhadap model modifikasi penyebaran penyakit DBD diperoleh 2 titik tetap yaitu dan dengan proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi. Pada titik tetap, populasi hanya terdiri dari proporsi manusia peka saja. Sedangkan pada titik tetap, populasi terdiri dari ketiga kelas. Analisis kestabilan titik tetap tersebut bergantung pada nilai, dengan adalah bilangan reproduksi dasar. Jika <1, maka titik tetap bersifat stabil. Pada titik tetap bersifat stabil jika >1. Selanjutnya dari hasil simulasi, diperoleh informasi, semakin kecil ratarata gigitan nyamuk per hari maka proporsi manusia peka semakin besar,

5 sedangkan proporsi manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi semakin kecil serta bersifat tak linear. Semakin kecil rata-rata gigitan nyamuk per hari mengakibatkan waktu untuk mencapai stabil semakin lama. Semakin besar peluang telur nyamuk terinfeksi maka proporsi manusia peka semakin kecil, proporsi manusia terinfeksi semakin besar dan bersifat linear, sedangkan proporsi nyamuk terinfeksi semakin besar serta bersifat tak linear. Semakin besar peluang telur nyamuk terinfeksi mengakibatkan waktu untuk mencapai stabil semakin cepat. Waktu untuk mencapai stabil pada model modifikasi lebih cepat dari model asli. Perilaku osilasi akan berubah lebih besar pada proporsi populasi manusia peka, manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi, selagi pengaruh keragaman musim pada masa inkubasi ekstrinsik menjadi lebih besar. Kata kunci: model matematika, modifikasi model, penyakit DBD.

6 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

7 MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Drs. Ali Kusnanto, M.Si.

9 Judul Tesis Nama NIM : Model Matematika Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue : Jumadi : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Paian Sianturi Ketua Ir. N.K. Kutha Ardana, M.Sc. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian: 11 Agustus Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2007 ini ialah masalah penyebaran penyakit demam berdarah dengue, dengan judul Model Matematika Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Paian Sianturi dan Bapak Ir. N. K. Kutha Ardana, M.Sc selaku pembimbing, atas segala saran dan bimbingannya. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Ali Kusnanto, M.Si. yang telah banyak memberikan saran selaku penguji luar komisi. Ucapan terima kasih penulis disampaikan pada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri dan anak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2008 Jumadi

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 28 Agustus 1970 dari ayah Mardi Utomo dan ibu Samijem. Penulis merupakan putra Pertama dari tiga bersaudara. Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri Prambanan Klaten dan pada tahun yang sama lulus seleksi IKIP Yogyakarta. Penulis memilih Jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program D3 dan selesai pada tahun Tahun 1995 melanjutkan kuliah di IKIP Medan lulus tahun Tahun 1993 penulis menjadi staf pengajar di SMP Muhammadiyah 19 Pematangsiantar dan SMA Muhammadiyah 7 Serbalawan. Pada tahun 1994 masuk PNS dan mengajar di MTs Negeri Pematangsiantar. Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi masuk Program Magister Program Studi Matematika Terapan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama Republik Indonesia.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL..xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian... 2 II LANDASAN TEORI Sistem Persamaan Diferensial Titik Tetap Pelinieran Komunitas Multi-Spesies dan Kriteria Routh-Hurwitz Solusi Numerik Sistem Persamaan Diferensial... 7 II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD Penyebaran Virus DBD Model Matematika Modifikasi Model Model dengan Pengaruh Musim IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Titik Tetap Analisis Kestabilan Perilaku di Sekitar Titik Tetap Perilaku di Sekitar Titik Tetap Simulasi Model Nilai-nilai Parameter Hasil Simulasi Model V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai-nilai Parameter Model Asli dan Model Modifikasi Hubungan antara,, dan b Hubungan antara,, dan xi

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Skema penyebaran DBD dengan asumsi semua telur nyamuk sehat Skema penyebaran DBD dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi dengan = Proporsi ketiga kelompok yakni,, dan pada Gambar 3, ditampilkan dalam 3 dimensi Proporsi manusia peka dengan nilai rata-rata gigitan nyamuk (b) berbeda dan nilai parameter yang lain tetap 21 6 Proporsi manusia terinfeksi dengan nilai rata-rata gigitan nyamuk (b) berbeda dan nilai parameter yang lain tetap Proporsi nyamuk terinfeksi dengan nilai rata-rata gigitan nyamuk (b) berbeda dan nilai parameter yang lain tetap 21 8 Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi, proporsi nyamuk terinfeksi dan = Proporsi ketiga kelompok yakni,, dan pada Gambar 8, ditampilkan dalam 3 dimensi Proporsi manusia peka nilai peluang telur nyamuk terinfeksi berbeda Proporsi manusia terinfeksi dengan nilai peluang telur nyamuk terinfeksi berbeda Proporsi nyamuk terinfeksi dengan nilai peluang telur nyamuk terinfeksi berbeda Hubungan antara proporsi manusia peka, manusia terinfeksi, dan nyamuk terinfeksi, dengan rata-rata gigitan nyamuk per hari disimulasikan pada [0.1, 2] step 0.1 (lihat lampiran 6) Hubungan proporsi manusia peka, manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi dengan peluang transmisi virus dari nyamuk kepada telurnya disimulasikan pada [0, 1] step 0.1 (lihat lampiran 7) 25 xii

15 15 Proporsi manusia peka pada model asli dan model modifikasi Proporsi manusia terinfeksi pada model asli dan model modifikasi Proporsi nyamuk terinfeksi pada model asli dan model modifikasi Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi, dengan, serta nilai parameter yang lain tetap Proporsi ketiga kelompok yakni,, dan pada Gambar 18, ditampilkan dalam 3 dimensi Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi (Iv) dengan, Proporsi ketiga kelompok yakni,, dan pada Gambar 20, ditampilkandalam 3 dimensi Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi (Iv) dengan, serta nilai parameter yang lain tetap 29 xiii

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Bukti teorema 2 kriteria Routh Hurwitz Program mencari titik tetap model modifikasi 34 3 Mencari nilai,, dan Program untuk simulasi model Program Plot hubungan,, dengan b dan Tabel 2 Hubungan antara,, dan b 40 7 Tabel 3 Hubungan antara,, dan.. 41 xiv

17 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah ada di Australia, Eropa, Asia, Amerika Selatan dan Afrika sejak abad 19. Di Indonesia DBD timbul sebagai wabah untuk pertama kalinya di Surabaya pada tahun 1968 (Indra, 2003). Penyebab penyakit ini ialah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti sebagai faktor utama. Pemodelan penyebaran penyakit DBD akan mempermudah dalam memahami dinamika penyebaran penyakit dalam suatu populasi. Beberapa penelitian tentang model matematika untuk mengkaji penyebaran DBD antara lain telah dilakukan oleh Esteva (1998) yaitu memodelkan penyebaran penyakit DBD dengan dua jenis virus dengue berbeda yang menyerang manusia. Derouich (2003 ) membuat model pada kasus dua epidemik dengan dua virus yang berbeda. Nuraini et al. (2007) meneliti model penyebaran virus dengue dalam aliran darah manusia. Pongsumpun (2006) memodelkan penyebaran DBD dengan melihat pengaruh musim pada masa inkubasi virus di dalam nyamuk. Dalam tesis ini akan dibahas modifikasi model dari model terakhir yang dibuat oleh Pongsumpun. Modifikasi model ini dilakukan karena pada umumnya pemodelan penyebaran demam berdarah dengue masih berasumsi bahwa semua kelahiran nyamuk dalam keadaan bebas dari virus. Berdasarkan penelitian, nyamuk betina yang terinfeksi dapat menurunkan virus kepada telurnya (Malavige et al. 2004). Dengan demikian sebagian nyamuk yang lahir akan tertular virus. Berdasarkan ini dilakukan modifikasi model. Selanjutnya model yang telah dimodifikasi dilakukan analisis kestabilan dan simulasi numerik. Simulasi dilakukan dengan pemrograman berbasis fungsional menggunakan software Mathematica 6.0 untuk membandingkan kedua model penyebaran DBD tersebut. Pengaruh musim terutama suhu dipertimbangkan dalam analisis ini.

18 2 1.2 Tujuan Penelitian 1 Mengkaji model penyebaran penyakit demam berdarah dengue. 2 Melakukan modifikasi model penyebaran penyakit demam berdarah dengue. 3 Melakukan analisis kestabilan. 4 Mengimplementasikan model ke dalam pemrograman berbasis fungsional. 5 Membandingkan perilaku model sebelum dan sesudah modifikasi.

19 II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut: dengan A adalah matriks koefisien konstan berukuran dan b vektor konstan. Sistem tersebut dinamakan SPDL orde 1 dengan kondisi awal. Jika b=0 sistem dikatakan homogen dan dikatakan tak homogen jika. [Tu, 1994] Definisi 2 [Sistem Persamaan Diferensial Tak Linear (SPDTL)] Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut: (1.2) dengan dan diasumsikan fungsi tak linear pada. Sistem (1.2) disebut sistem persamaan diferensial tak linear. [Braun, 1983] Definisi 3 [Sistem Persamaan Diferensial Mandiri ] Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai berikut (1.3) dengan f merupakan fungsi kontinu bernilai riil dari x dan mempunyai turunan parsial kontinu. Persamaan (1.3) disebut persamaan diferensial mandiri (autonomous) karena tidak memuat t secara eksplisit di dalamnya. [Tu, 1994] 2.2 Titik Tetap Definisi 4 [Titik Tetap] Diberikan sistem persamaan diferensial

20 4 Titik disebut titik tetap atau titik kritis atau disebut juga titik kesetimbangan jika Titik Tetap Stabil Misalkan [Tu, 1994] adalah titik tetap sebuah persamaan diferensial dan x(t) adalah solusi dengan kondisi awal x(0)=x 0, dimana x 0. Titik dikatakan titik tetap stabil, jika untuk setiap > 0, terdapat r > 0, sedemikian sehingga x 0 x r,maka x ( t ) x untuk t > 0. [Vershult, 1990] Analisis Kestabilan Titik Tetap Analisa kestabilan untuk setiap titik tetap yang berbeda untuk setiap nilai eigen yakni: 1 Sistem adalah stabil jika dan hanya jika setiap nilai eigen dari bernilai negatif. 2 Sistem adalah tidak stabil jika dan hanya jika minimal satu nilai eigen dari bernilai positif. [Borrelli dan Coleman, 1998] 2.3 Pelinieran Analisis kestabilan SPDTL dilakukan melalui pelinieran.misalkan diberikan SPDTL sebagai berikut: Dengan menggunakan ekspansi Taylor untuk suatu titik tetap, maka persamaan (1.4) dapat ditulis senagai berikut: Persamaan tersebut merupakan SPDTL dengan adalah matriks Jacobi,

21 5 dan suku berorde tinggi yang bersifat. Selanjutnya pada persamaan (1.5) disebut pelinearan dari sistem tak linear persamaan (1.4) yang didapat dalam bentuk. Untuk suatu sistem yang berada dalam bidang akan diperoleh dengan,, dengan,,, dan sehingga dapat diabaikan.. Nilai dan kecil sekali [Tu, 1994] 2.4 Komunitas Multi-Spesies dan Kriteria Routh-Hurwitz Suatu model populasi dengan k spesies yang berinteraksi dalam komunitas dapat dituliskandalam bentuk persamaan atau dapat ditulis dalam notasi vektor dengan fungsi tak linear pada. Kestabilan sistem tersebut dapat ditentukan dengan urutan sebagai berikut: 1. Menentukan titik tetap ) yang memenuhi. 2. Pelinearan dengan menentukan matriks Jacobi pada titik tetap, yakni: atau

22 6 3. Menentukan nilai eigen, dengan menyelesaikan. Nilai eigen ini akan memenuhi persamaan karakteristik berikut: Jika nilai eigen semua riil negatif, maka titik tetap adalah stabil. Jika nilai eigen tidak dapat ditentukan dengan mudah, maka kestabilan untuk, dapat ditentukan dengan Kriteria Routh-Hurwitz, berikut: Kriteria Routh-Hurwitz Teorema 1: Diberikan persamaan karakteristik Selanjutnya didefinisikan matriks Hurwitz sebagai berikut: dengan dan Semua nilai eigen dari persamaan karakteristik mempunyai bagian riil yang negatif (titik tetap stabil) jika dan hanya jika determinan dari semua matriks Hurwitz positif, yaitu:, untuk j= 1, 2,, k. Berdasarkan kriteria Routh-Hurwitz untuk k = 2, 3, 4 disebutkan bahwa titik tetap stabil jika dan hanya jika k = 2,, k = 3,,, k = 4,,,, [Edelstein-Keshet,1988]

23 7 Untuk kasus k = 3, kriteria Routh-Hurwitz disajikan dalam Teorema 2 berikut. Teorema 2 Misalkan,, bilangan riil. Bagian riil dari setiap nilai eigen persamaan karakteristik adalah negatif jika dan hanya jika, dan. Bukti: di lampiran Solusi Numerik Sistem Persamaan Diferensial Suatu sistem persamaan diferensial mempunyai bentuk umum,, dimana nilai awal pada waktu, t variabel riil, y: R R n vektor nilai fungsi pada t, f:r n+1 R n, dan notasi turunan terhadap t, yaitu :. Sistem persamaan diferensial tersebut dapat juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut: Dalam tesis ini solusi numerik dari sistem persamaan diferensial akan diselesaikan dengan menggunakan software Mathematica 6.0. [Heath, 1997]

24 8 II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 3.1 Penyebaran Virus DBD DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk utama penyebar virus dengue, namun spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, berperan sebagai nyamuk sekunder. Peningkatan penyebaran demam berdarah dengue yang mencolok terjadi pada awal dan akhir musim hujan hal ini karena tempat perindukan nyamuk terbentuk dengan tertampungnya air hujan. Pada suhu lingkungan 30 0 C, virus DBD memerlukan waktu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai ke kelenjar ludah nyamuk (Indra, 2003). Di daerah-daerah di mana terjadi perubahan temperatur di dalam setiap musim, transmisi virus demam berdarah selalu berkurang pada suhu rendah. Contoh mewabahnya virus demam berdarah di daerah dingin berhenti pada temperatur yang turun ke C pada awal musim dingin. Hal ini disebabkan masa inkubasi ekstrinsik di dalam suhu rendah itu adalah lebih lama dari masa inkubasi ekstrinsik di dalam suhu yang tinggi, pada hal rata-rata masa hidup nyamuk 14 hari. Nyamuk-nyamuk itu tidak pernah sembuh dari infeksi karena terinfektif mereka berakhir dengan kematian (Gubler,1998). Pada suhu di bawah 20 0 C sebelum menyebarkan virus, nyamuk sudah mati. Penularan virus ini dapat dikelompokkan menjadi dua mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Dimana virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya dan juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui kontak seksual, tetapi tidak berlaku sebaliknya (Malavige et al. 2004). Mekanisme kedua, transmisi dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk mengigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Setelah virus berada dalam tubuh nyamuk, virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan berkembangbiak, kemudian akan migrasi yang akhirnya akan sampai di

25 9 kelenjar ludah memerlukan waktu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik. Virus yang berada pada lokasi ini setiap saat sudah dapat ditularkan kembali kepada manusia. 3.2 Model Matematika Populasi manusia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu manusia yang peka ( ), manusia yang terkena infeksi ( ), dan manusia yang sembuh ( ). Manusia yang peka adalah manusia yang bukan imun dan tidak terkena infeksi. Manusia yang terkena infeksi adalah manusia yang terkena virus DBD dan dapat menularkan kepada individu lain dengan perantara nyamuk. Manusia sembuh adalah manusia yang sembuh dari penyakit dan tidak dapat tertular lagi. Populasi nyamuk dibedakan menjadi dua kelas yaitu nyamuk yang peka ( ), nyamuk yang terkena infeksi ( ). Nyamuk yang peka adalah nyamuk yang rentan terhadap penyakit demam berdarah dengue. Sedangkan nyamuk terinfeksi adalah nyamuk yang terkena infeksi dan dapat menularkan kepada individu lain. Asumsi-asumsi yang berlaku adalah : 1. Ukuran populasi manusia dan nyamuk konstan sehingga laju kelahiran sama dengan laju kematian. 2. Rata-rata gigitan individu nyamuk pada manusia per hari adalah konstan. 3. Nyamuk tidak pernah sembuh setelah terinfeksi penyakit. Secara skematis, pola penyebaran penyakit demam berdarah dengue dapat digambarkan dalam diagram kompartemen berikut: Gambar 1 Skema penyebaran DBD dengan asumsi semua telur nyamuk sehat

26 10 Dari asumsi-asumsi tersebut, proporsi penginfeksian manusia peka ( ) oleh nyamuk terinfeksi ( ) per hari adalah perbandingan antara peluang transmisi virus demam berdarah dari nyamuk ke manusia dengan banyaknya inang yang menjadi sumber makanan nyamuk dikalikan dengan rata-rata gigitan nyamuk pada manusia per hari dan banyaknya nyamuk yang terinfeksi ( ), dinyatakan sebagai berikut: Manusia peka ( ) tersebut berpindah menjadi manusia terinfeksi ( ). Manusia terinfeksi setiap hari yang meninggal secara alami sebanyak. Proporsi penginfeksian nyamuk peka ( ) akibat menggigit manusia terinfeksi ( ) per hari adalah perbandingan antara peluang transmisi virus demam berdarah dari manusia ke nyamuk dengan banyaknya inang yang menjadi sumber makanan nyamuk dikalikan dengan rata-rata gigitan nyamuk pada manusia per hari dan banyaknya manusia yang terinfeksi ( ), diekspresikan sebagai berikut: Selanjutnya nyamuk peka tersebut berpindah menjadi nyamuk terinfeksi ( ). Nyamuk peka mati secara alami sebanyak per hari. Berdasarkan skema Gambar 1, dapat dimodelkan menggunakan sistem persamaan diferensial berikut : dengan (2) dan adalah populasi manusia, adalah populasi nyamuk, adalah laju kelahiran manusia (perhari),

27 11 b r adalah rata-rata gigitan individu nyamuk pada manusia (per hari), adalah peluang transmisi virus demam berdarah dari nyamuk ke manusia, adalah peluang transmisi virus demam berdarah dari manusia ke nyamuk, adalah laju kematian alami manusia (per hari), adalah laju kesembuhan manusia terinfeksi (per hari), adalah laju kematian alami dari nyamuk (per hari). Sistem persamaan (1) disederhanakan dengan pemisalan,,,, dan, maka diperoleh sistem persamaan (2) sebagai berikut : dengan, dan (4) dengan ketiga kondisi dan (5) 3.3 Modifikasi Model Model penyebaran virus DBD sebelumnya menggunakan asumsi semua telur nyamuk sehat. Berdasarkan penelitian, nyamuk yang terinfeksi dapat menularkan virus pada telurnya, maka modifikasi model diperlukan untuk mendapatkan model yang lebih baik. Model yang baru menggunakan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi. Parameter baru yaitu menyatakan peluang transmisi virus dari nyamuk pada telurnya dan parameter yang lain tetap. Kondisi populasi manusia pada model dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi sama dengan model awal. Keadaan populasi nyamuk mengalami perubahan karena asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi. Jumlah nyamuk yang peka ( ) akan meningkat karena bertambahnya kelahiran nyamuk

28 12 sehat dan akan berkurang karena gigitan nyamuk kepada populasi manusia terinfeksi serta karena kematian alami. Populasi nyamuk yang terkena infeksi ( ) akan meningkat karena kelahiran nyamuk terinfeksi, gigitan nyamuk kepada populasi manusia terinfeksi dan berkurang karena kematian alami. Secara skematis, pola penyebaran virus DBD dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi dapat digambarkan dalam diagram kompartemen berikut: r Gambar 2 Skema penyebaran DBD dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi Model matematika penyebaran penyakit demam berdarah dengue dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi, dapat dinyatakan dengan persamaan-persamaan berikut : dengan kondisi (7) dan adalah populasi manusia, adalah populasi nyamuk, adalah laju kelahiran manusia (per hari), adalah laju kelahiran nyamuk (per hari),

29 13 b r adalah rata-rata gigitan individu nyamuk pada manusia (per hari), adalah peluang transmisi virus demam berdarah dari nyamuk ke telurnya, adalah peluang transmisi virus demam berdarah dari nyamuk ke manusia, adalah peluang transmisi virus demam berdarah dari manusia ke nyamuk, adalah laju kematian alami manusia (per hari), adalah laju kesembuhan manusia terinfeksi (per hari), adalah laju kematian alami nyamuk (per hari). Sistem persamaan (6) disederhanakan dengan pemisalan,,,, dan, maka diperoleh sistem persamaan berikut: dengan, dan n= (9) dengan ketiga kondisi + + =1 dan S v + I v = 1 (10) 3.4 Model dengan Pengaruh Musim Perubahan musim membuat perubahan suhu, sehingga pola musiman mempengaruhi di dalam penyebaran penyakit demam berdarah. Variasi di dalam masa inkubasi ekstinsik disebabkan oleh perubahan-perubahan suhu, semakin rendah suhu masa inkubasi semakin lama. Periode laten masa inkubasi virus di dalam nyamuk bergantung pada suhu (T), dengan asumsi perubahan suhu bersifat periodik mengikuti perubahan musim. Ketergantungan masa inkubasi pada suhu dapat diperhatikan pada variasi berikut, pada T= 31 0 C, hari dan pada T= 21 0 C, hari (Pongsumpun, 2006). Variasi ini dapat dinyatakan sebagai suatu variasi sinusoidal sedemikian bahwa

30 14 (11) di mana adalah suatu ukuran dari pengaruh pola musiman pada proses transmisi. Dengan demikian model matematika dari model modifikasi karena pengaruh perubahan musim dapat dinyatakan oleh persamaan diferensial berikut: dengan kondisi (13) Selanjutnya sistem persamaan (12) disederhanakan, dengan pemisalan,,,, dan, maka sistem persamaan diferensialnya menjadi dengan, dan n= dengan ketiga kondisi dan (15) Selanjutnya dilakukan analisis kestabilan model penularan penyakit demam berdarah dengue yang menghasilkan beberapa titik tetap. Analisis titik tetap tersebut nantinya akan dihasilkan syarat kestabilan untuk masing-masing titik tetap.

31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Titik Tetap Analisis titik tetap pada sistem persamaan diferensial sering digunakan untuk menentukan suatu solusi yang tidak berubah menurut waktu, yaitu pada saat dan. Titik tetap dari sistem persamaan diferensial (8) akan diperoleh dengan menentukan dan. Dari hasil analisis akan diperoleh dua jenis titik tetap, yaitu titik tetap bebas penyakit (Disease-free equilibrium-dfe) dan titik tetap endemik. Titik tetap bebas penyakit adalah titik tetap yang memuat nilai =0 dan. Titik tetap endemik adalah titik tetap yang memuat nilai atau. Titik tetap dari sistem persamaan diferensial (8) dengan menggunakan software Mathematica, diperoleh titik tetap bebas penyakit dan titik tetap endemik dengan untuk penyedehanaan, dituliskan 4.2 Analisis Kestabilan Analisis kestabilan di sekitar titik tetap dapat ditentukan dengan prosedur sebagai berikut: 1 Menentukan matriks Jacobi dari sistem persamaan. 2 Menentukan matriks Jacobi pada titik tetap. 3 Menentukan nilai eigen, dengan menyelesaikan. Jika nilai eigen semua riil negatif maka titik tetap tersebut stabil. Kestabilan untuk sistem persamaan yang terdiri dari lebih dari 2 persamaan. Jika nilai eigen tidak dapat ditentukan dengan mudah, maka digunakan kriteria Routh-Hurwitz.

32 Perilaku di Sekitar Titik Tetap Misalkan sistem persamaan (8) ditulis sebagai berikut: (18) h Dengan melakukan pelinearan persamaan (18) maka diperoleh matriks Jacobi: Kestabilan sistem persamaan diperoleh dengan menganalisis nilai eigen pada titik tetapnya. berikut: Pelinearan pada titik tetap diperoleh matriks Jacobi sebagai Sistem akan stabil jika nilai eigen matriks Jacobi negatif. Nilai eigen matriks Jacobi dapat ditentukan dengan menyelesaikan, yaitu: ( ( dengan

33 17 Perhatikan bahwa bagian riil nilai eigen semua akan negatif jika, maka titik tetap pada adalah stabil.. Jadi jika Perilaku di Sekitar Titik Tetap Pelinearan persamaan (8) pada titik tetap sebagai berikut: diperoleh matriks Jacobi Jika semua nilai eigen yang diperoleh oleh diagonal matriks Jacobi mempunyai bagian riil negatif maka solusi titik tetap adalah stabil. Nilai eigen matriks Jacobi dapat ditentukan dengan menghitung, dengan adalah Matriks Jacobi untuk titik tetap, adalah nilai eigen dan I adalah matriks identitas. Jadi dengan demikian, diperoleh persamaan karakteristik dari, yaitu (20) dengan ; dan atau. Nilai eigen dari persamaan (20) sulit ditentukan, maka kestabilan di sekitar titik tetap akan diselidiki dengan menggunakan kriteria Routh-Hurwitz. Berdasarkan kriteria Routh-Hurwitz kondisi kestabilan persamaan (8) pada titik tetap akan stabil jika dan hanya jika memenuhi syarat-syarat berikut:,, (21). (22)

34 18 Perhatikan bahwa untuk, koefisien-koefisien pada persamaan (20) bernilai positif (,, dan ), sehingga kondisi (21) terpenuhi. Sementara kondisi (22) juga terpenuhi, karena karena 0, maka dari persamaan ( 17 ) dinyatakan bahwa, sehingga Kesimpulan. Kriteria kestabilan Routh-Hurwitz terpenuhi jika, dengan kata lain titik tetap adalah stabil. adalah bilangan reproduksi dasar pada penyebaran penyakit DBD. 4.3 Simulasi Model Sebagaimana yang telah disebutkan di awal tulisan ini, salah satu tujuan penelitian ini untuk mengimplementasikan model ke dalam pemrograman berbasis fungsional. Penelitian ini juga bertujuan membandingkan perilaku model penyebaran penyakit DBD, yaitu model dengan asumsi semua telur nyamuk sehat dan model dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi. Pada kedua model dilakukan simulasi komputer dengan melakukan perubahan rata-rata gigitan nyamuk per hari. Secara khusus, untuk model dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi dilakukan simulasi dengan melakukan perubahan nilai peluang telur nyamuk terinfeksi Nilai-nilai Parameter Parameter merupakan laju kematian populasi manusia, yakni per hari sesuai dengan harapan hidup pada manusia 70 tahun. Nilai laju kelahiran populasi manusia sesuai dengan asumsi awal,

35 19 sama dengan laju kematian populasi manusia. Rata-rata masa hidup nyamuk adalah 14 hari (Pongsumpun 2006), maka laju kematian nyamuk ( = 0,071) per hari. Laju kelahiran sama dengan laju kematian (. Nilai parameter seluruhnya ditunjukkan pada tabel 1. Simbol Tabel 1 Nilai-nilai Parameter Model Asli dan Model Modifikasi Model Definisi parameter Asli Modifikasi Laju kelahiran manusia per hari Laju kelahiran nyamuk per hari Laju kematian manusia per hari Laju kematian nyamuk per hari Peluang transmisi virus dengue dari nyamuk ke manusia Peluang transmisi virus dengue dari manusia ke nyamuk b Rata-rata gigitan nyamuk per hari r n Laju pemulihan populasi manusia terinfeksi menjadi sembuh per hari Perbandingan populasi nyamuk dengan populasi manusia ( peluang transmisi virus demam berdarah dari nyamuk ke telurnya Hasil Simulasi Model Pada simulasi ini akan dilakukan untuk kasus dengan >1 dengan syarat awal bahwa terdapat sejumlah populasi manusia dan nyamuk yang sudah terinfeksi. Proporsi awal populasi manusia sehat [S(0)]= 0, manusia terinfeksi [I(0)]= dan nyamuk terinfeksi [I v (0)]=0.006.

36 20 a. Model Asli S h t th I h (a) (b) (c) Gambar 3 Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi dengan = I h t th Iv t th Iv S h 0.06 Gambar 4 Proporsi ketiga kelompok yakni,, dan pada Gambar 3, ditampilkan dalam 3 dimensi. Berdasarkan Gambar 3, proporsi awal manusia peka menuju nilai stabil yakni Proporsi manusia terinfeksi berosilasi berosilasi yang akhirnya menuju nilai stabil yakni Proporsi nyamuk terinfeksi berosilasi yang akhirnya menuju nilai stabil yakni Dari Gambar 3 menunjukkan bahwa solusi tersebut stabil dengan titik tetap endemik ( , , ). Tipe kestabilan titik tetap tersebut ditampilkan dalam 3 dimensi pada Gambar 4 berbentuk spiral.

37 21 Pada Gambar 5, 6, dan 7 ditunjukkan pengaruh penurunan rata-rata gigitan terhadap proporsi manusia sehat, manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi S h b=0.58, =7.05 b= 0.29, = t th Gambar 5 Proporsi manusia peka dengan nilai rata-rata gigitan nyamuk (b) berbeda dan nilai parameter yang lain tetap I h b=0.58, =7.05 b= 0.29, = Gambar 6 Proporsi manusia terinfeksi dengan nilai rata-rata gigitan nyamuk (b) berbeda dan nilai parameter yang lain tetap. Iv t th b=0.58, =7.05 b= 0.29, = t th Gambar 7 Proporsi nyamuk terinfeksi dengan nilai rata-rata gigitan nyamuk (b) berbeda dan nilai parameter yang lain tetap.

38 22 Berdasarkan Gambar 5, 6, dan 7 ditunjukkan bahwa penurunan rata-rata gigitan nyamuk meningkatkan proporsi manusia peka, menurunkan proporsi manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi. Penurunan rata-rata gigitan nyamuk menyebabkan waktu untuk mencapai stabil lebih lama dan nilai A semakin kecil. Hal ini menunjukkan penyebaran penyakit DBD semakin menurun. b. Model Modifikasi S h t th I h x t th Iv t th (a) (b) (c) Gambar 8 Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi, proporsi nyamuk terinfeksi dan = I h Iv S h Gambar 9 Proporsi ketiga kelompok yakni,, dan pada Gambar 8, ditampilkan dalam 3 dimensi. Berdasarkan Gambar 8, proporsi manusia peka berosilasi menuju nilai yang stabil yakni Proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi berosilasi yang akhirnya menuju nilai yang stabil yakni dan Dari Gambar 8 ditunjukkan bahwa solusi tersebut stabil dengan titik tetap endemik ( , , ). Tipe kestabilan titik tetap tersebut ditampilkan dalam 3 dimensi pada Gambar 9 berbentuk spiral.

39 23 Pada Gambar 10, 11 dan 12, ditunjukkan pengaruh peningkatan peluang telur nyamuk terinfeksi terhadap proporsi manusia sehat, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi. S h =0.5, =5.34 = 0.7, = t th Gambar 10 Proporsi manusia peka berbeda. I h x nilai peluang telur nyamuk terinfeksi =0.5, =5.34 = 0.7, = t th Gambar 11 Proporsi manusia terinfeksi terinfeksi berbeda. dengan nilai peluang telur nyamuk

40 24 Iv =0.5, =5.34 = 0.7, = t th Gambar 12 Proporsi nyamuk terinfeksi terinfeksi berbeda. dengan nilai peluang telur nyamuk Dari Gambar 10, 11 dan 12, ditunjukkan bahwa peningkatan peluang telur nyamuk terinfeksi mengakibatkan waktu untuk mencapai stabil lebih cepat dan nilai A semakin besar. Hal ini menunjukkan penyebaran penyakit DBD semakin mewabah. Peningkatan peluang telur nyamuk terinfeksi mengakibatkan proporsi manusia peka semakin kecil. Selanjutnya pengaruh perubahan ratarata gigitan dan peluang telur nyamuk terinfeksi terhadap proporsi manusia peka, manusia terinfeksi, dan nyamuk terinfeksi pada kondisi stabil dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14. S h (a) (b) (c) Gambar 13 Hubungan antara proporsi manusia peka, manusia terinfeksi, dan nyamuk terinfeksi, dengan rata-rata gigitan nyamuk per hari disimulasikan pada [0.1, 2] step 0.1 (lihat lampiran 6). Berdasarkan Gambar 13 peningkatan rata-rata gigitan nyamuk, akan berakibat pada penurunan proporsi manusia peka, peningkatan proporsi manusia terinfeksi dan peningkatan proporsi nyamuk terinfeksi. Secara umum hubungan b I h x b b dengan b dilihat dari persamaan (16) bersifat tak linear. Proporsi manusia peka meningkat seiring dengan menurunnya proporsi populasi Iv

41 25 manusia terinfeksi dan populasi nyamuk terinfeksi. Peningkatan rata-rata gigitan nyamuk menyebabkan meningkatnya proporsi manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi. Peningkatan proporsi manusia terinfeksi sangat kecil (hampir tidak mengalami perubahan), sedangkan peningkatan proporsi bersifat linier. S h e e (a) (b) (c) nyamuk terinfeksi Gambar 14 Hubungan proporsi manusia peka, manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi dengan peluang transmisi virus dari nyamuk kepada telurnya disimulasikan pada [0, 1] step 0.1 (lihat lampiran 7). Dari Gambar 14, ditunjukkan hubungan antara proporsi manusia peka dan peluang telur nyamuk terinfeksi pada kondisi stabil, diperoleh informasi semakin besar peluang telur nyamuk terinfeksi kecil. Peningkatan nilai I h x10 6 maka proporsi manusia peka semakin akan meningkatkan proprosi manusia terinfeksi yang sangat kecil (hampir tidak mengalami perubahan). Peningkatan nilai meningkatkan proprosi nyamuk terinfeksi, pada nilai terinfeksi dapat dilihat pada Lampiran 7. akan proporsi nyamuk Pada Gambar 15, 16, dan 17 ditunjukkan perbandingan model asli dan model modifikasi. Model asli adalah model penyebaran penyakit DBD dengan asumsi semua telur nyamuk sehat, sedangkan model modifikasi dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi. Iv e

42 S h Model Asli, =5.29 Model Modifikasi, = t th Gambar 15 Proporsi manusia peka I h x pada model asli dan model modifikasi. Model Asli, =5.29 Model Modifikasi, = t th Gambar 16 Proporsi manusia terinfeksi pada model asli dan model modifikasi Iv Model Asli, =5.29 Model Modifikasi, = Gambar 17 Proporsi nyamuk terinfeksi modifikasi. t th pada model asli dan model

43 27 Berdasarkan Gambar 15, proporsi manusia peka model asli lebih besar dari model modifikasi. Pada saat proporsi manusia sehat model asli , sedangkan untuk model modifikasi Gambar 16 menunjukkan proporsi manusia terinfeksi pada model asli lebih kecil dari model modifikasi,yaitu dan Gambar 17 menunjukkan bahwa proporsi nyamuk terinfeksi model modifikasi dua kali lebih besar dari model asli, yaitu dan Waktu untuk mencapai stabil model modifikasi lebih cepat dari model asli. Nilai A model modifikasi lebih besar dari model asli. Jadi asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi berpengaruh pada penyebaran penyakit DBD. c. Model dengan Pengaruh Musim S h t I h (a) (b) (c) Gambar 18 Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi, dengan, serta nilai parameter yang lain tetap. t Iv t th I h Iv Gambar 19 Proporsi ketiga kelompok yakni,, dan pada Gambar 18, ditampilkan dalam 3 dimensi. S h

44 28 S h t th I h x (a) (b) (c) Gambar 20 Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi (Iv) dengan,. I h t th Iv t th Iv 0 0 S h Gambar 21 Proporsi ketiga kelompok yakni,, dan pada Gambar 20, ditampilkandalam 3 dimensi. Dari Gambar 18 dan 20 proporsi populasi manusia peka berosilasi terus menuju pada nilai yang periodik. Proporsi manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi turun selanjutnya naik berosilasi menuju pada nilai yang periodik. Semakin besar ukuran pengaruh keragaman musim pada masa inkubasi ekstrinsik, perilaku osilasi akan berubah lebih besar. Gambar 19 dan 21 merupakan tampilan 3 dimensi dari Gambar 18 dan 20 yang menunjukkan bahwa pengaruh musim membuat perilaku model bersifat periodik. Pada Gambar 22 ditunjukkan perbandingan perilaku model modifikasi dan model dengan pengaruh musim.

45 S h (a) (b) (c) Gambar 22 Proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi (Iv) dengan, serta nilai parameter yang lain tetap. Gambar 22 menunjukkan perbedaan perilaku model modifikasi dengan model dengan pengaruh musim. Model modifikasi setelah berosilasi akhirnya menuju stabil, sedangkan pada model dengan pengaruh musim tetap berosilasi yang bersifat periodik. Dari seluruh hasil simulasi dapat dilihat perbedaan dinamik yang terjadi pada model. Nilai yang tidak berubah menurut waktu dengan asumsi sebagian telur nyamuk terinfeksi lebih kecil dari nilai t th I h x dengan asumsi semua telur nyamuk sehat dan nilai hampir sama, sedangkan nilai lebih besar. Penurunan rata-rata gigitan nyamuk perhari mengakibatkan periode osilasi dan waktu untuk mencapai stabil lebih lama. Peluang telur nyamuk terinfeksi yang semakin besar menyebabkan turunnya proporsi manusia sehat, meningkatnya proporsi manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi. Pengaruh perubahan musim membuat perilaku model bersifat periodik. t th Iv Model musim Model modifikasi t th

46 30 V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis yang telah dilakukan terhadap model modifikasi penyebaran penyakit DBD diperoleh 2 titik tetap yaitu dan dengan proporsi manusia peka, proporsi manusia terinfeksi dan proporsi nyamuk terinfeksi. Pada titik tetap saja. Sedangkan pada titik tetap, populasi hanya terdiri dari proporsi manusia peka, populasi terdiri dari ketiga kelas. Analisis kestabilan titik tetap tersebut bergantung pada nilai, dengan adalah bilangan reproduksi dasar. Jika <1, maka titik tetap bersifat stabil. Pada titik tetap bersifat stabil jika >1. Selanjutnya dari hasil simulasi untuk kasus >1, diperoleh informasi tentang pengaruh perubahan rata-rata gigitan (b) per hari, peluang telur nyamuk terinfeksi sebagai berikut: dan perubahan musim terhadap perilaku model penyebaran DBD 1 Semakin kecil rata-rata gigitan nyamuk per hari maka proporsi manusia peka semakin besar, sedangkan proporsi manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi semakin kecil serta bersifat tak linear. 2 Semakin besar rata-rata gigitan nyamuk per hari atau peluang telur nyamuk terinfeksi mengakibatkan waktu untuk mencapai stabil semakin cepat. 3 Semakin besar peluang telur nyamuk terinfeksi maka proporsi manusia peka semakin kecil, proporsi manusia terinfeksi semakin besar dan bersifat linear, sedangkan proporsi nyamuk terinfeksi semakin besar serta bersifat tak linear. 4 Waktu untuk mencapai stabil model modifikasi lebih cepat dari model asli. 5 Perilaku osilasi akan berubah lebih besar selagi pengaruh keragaman musim pada masa inkubasi ekstrinsik menjadi lebih besar. 5.2 Saran Penelitian ini perlu dilanjutkan khususnya pada model dengan pengaruh musim dengan melibatkan masa inkubasi virus pada nyamuk dan manusia.

47 31 DAFTAR PUSTAKA Brawn M Differential Equations and Their Applications. New York : Springer-Verlag. Borrelli RL, Coleman CS Differential Equations. John Wiley and Sons, Inc. USA. Derouich M, Boutayeb A and Twizell EH A Model of Dengue Fever. BioMedical Engineering OnLine 4: Esteva L Dynamics of Dengue Disease. Mexico :Cinvestav-Ipv. Gubler DJ Dengue and Dengue Hemorhagic Fever. Clinical Microbiology Review 11: Heath TM Scientific Computing. New York: The Mcgraw-Hill Companies Indra C Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Dengue. Medan: Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Edelstein-Keshet L, Mathematical Models in Biology, New York : Random House. Malavige GN., Fernando S., Fernando DJ., Seneviratne SL Dengeu Viral Infections, Postgrad Med Journal 80: Nuraini N, Soewono E, dan Sidarto KA A Mathematical Model of Dengue Internal Transmission Process. J. Indones. Math. Soc. (MIHMI) 13: Pongsumpun P Transmission Model For Dengue Disease With and Without the Effect of Extinsic Incubation Period. KMITL Sci. Tech. J. 6 : Tu PNV Dynamical System, An Introduction with Applications in Economics and Biology. New York : Springer-Verlag. Verhulst F Nonlinear Differential Equations and Dynamical Systems. Springer-Verlag, Berlin.

48 LAMPIRAN 32

49 33 Lampiran 1 Bukti teorema 2 kriteria Routh Hurwitz Teorema 2 Misalkan,, bilangan riil. Bagian riil dari setiap nilai eigen persamaan karakteristik adalah negatif jika dan hanya jika, dan. Bukti: Dari persamaan, maka, dan. Berdasarkan Teorema 1, bagian riil dari setiap akar persamaan karakteristik adalah negatif jika dan hanya jika, untuk j= 1, 2,3, dengan (1) (2) (3) Dari (1), diperoleh Dari (2), diperoleh Dari (3), diperoleh, karena sehingga diperoleh. Dengan demikian diperoleh bahwa bagian riil dari semua akar persamaan karakteristik adalah negatif jika dan hanya jika,, dan. Terbukti

50 34 Lampiran 2 Program mencari titik tetap model modifikasi Dengan mathematica 6.0 Solve[{ h- h*s*i v - h*s==0, h*s*i v -( h+r) i==0, v (1-i v ) i+ v* e*i v - v*i v ==0},{S,i,i v }] {{S 1,i 0,i v 0},{S ( v h-(-1+ e) (r+ h) v)/( v ( h+ h)),i ( h ( h v+(-1+ e) (r+ h) v))/( v (r+ h) ( h+ h)),i v ( h ( h v+(-1+ e) (r+ h) v))/( h ( v h-(- 1+ e) (r+ h) v))}} dan

51 35 Lampiran 3 Mencari nilai,, dan. ; dan

52 36

53 37 dengan Lampiran 4 Program untuk simulasi model h= v=0.071 h=0.5 v=0.7 n=10 Manipulate[Plot[Evaluate[S[t]/.First[NDSolve[{S'[t] h-b* h *n* S[t] *Iv[t]- h* S[t],II'[t] b* h* n*s[t] *Iv[t]- ( h+r)*ii[t],iv'[t] b * v*(1-iv[t])*ii[t]- v *Iv[t]+ v * e *Iv[t],S[0] 0,II[0] ,Iv[0] 0.006},{S,II,Iv},{t,0,175 00}]]],{t,0,365*50},PlotRange All, AxesLabel {"t(tahun)", "S h "},Ticks {{{365*5,5}, {3650,10},{365*15,15},{365*20,20},{365*25,25},{365*30,30},{3 65*35,35},{365*40,40},{365*45,45},{365*50,50},{365*55,55},{3 65*60,60},{365*65,65},{365*70,70}},Automatic} ],{b,0,3}, { e,0,1}] Manipulate[Plot[Evaluate[II[t]/.First[NDSolve[{S'[t] h- b* h *n* S[t] *Iv[t]- h* S[t],II'[t] b* h* n*s[t] *Iv[t]- ( h+r)*ii[t],iv'[t] b * v*(1-iv[t])*ii[t]- v *Iv[t]+ v * e *Iv[t],S[0] 0,II[0] ,Iv[0] 0.006},{S,II,Iv},{t,0,175 00}]]],{t,0,365*50},PlotRange All,, AxesLabel {"t(tahun)", "I h "},Ticks {{{365*5,5},

54 38 {3650,10},{365*15,15},{7300,20},{365*25,25},{10950,30},{365* 35,35},{14600,40},{365*45,45},{17500,50},{365*55,55},{21150, 60},{365*65,65},{24800,70}},Automatic}],{b,0,3},{ e,0,1}] Manipulate[Plot[Evaluate[Iv[t]/.First[NDSolve[{S'[t] h- b* h *n* S[t] *Iv[t]- h* S[t],II'[t] b* h* n*s[t] *Iv[t]- ( h+r)*ii[t],iv'[t] b * v*(1-iv[t])*ii[t]- v *Iv[t]+ v * e *Iv[t],S[0] 0,II[0] ,Iv[0] 0.006},{S,II,Iv},{t,0,175 00}]]],{t,0,365*50},PlotRange All, AxesLabel {"t(tahun)", "I"},Ticks {{{365*5,5}, {3650,10},{365*15,15},{7300,20},{365*25,25},{10950,30},{365* 35,35},{14600,40},{365*45,45},{17500,50},{365*55,55},{21150, 60},{365*65,65},{24800,70}},Automatic}],{b,0,3},{ e,0,1}] Manipulate[ParametricPlot3D[Evaluate[{S[t],II[t],Iv[t]}/.Fir st[ndsolve[{s'[t] h-b* h *n* S[t] *Iv[t]- h* S[t],II'[t] b* h* n*s[t] *Iv[t]-( h+r)*ii[t],iv'[t] b * v*(1-iv[t])*ii[t]- v *Iv[t]+ v * e *Iv[t],S[0] 0,II[0] ,Iv[0] 0.006},{S,II,Iv},{t,0,70000}]]],{t,0,70000},Plo trange All,Axes True,AxesLabel {"S h ","I h ", "I v "},Ticks {{0,0.03,0.06},{0, ,0.0012}, {0, ,0.007}},BoxRatios {1,1,1 }],{b,0,1},{ e,0,1}] Lampiran 5 Program Plot hubungan,, dengan b dan h= ; v=0.071; e=0.5; h=0.5; v=0.7;n=10;r=1/3; S h [b_]:=(b v h+(r + h )(1- e) v)/(b 2 n h v+b v h) I h [b_]:=(b 2 n h v h- h (r+ h)(1- e) v)/(b v(r+ h) (b n h+ h)) I v [b_]:=(b 2 n h v h- h(r+ h)(1- e) v)/(bn h(b v h+(r+ h) (1- e) v))

55 39 Plot[{S h [b]},{b,0.1,5},plotrange All,Ticks {{0,1,3,5},{0,0.1 0,0.20,0.33}},AxesLabel {"b","s h "},PlotStyle {Thick}, AxesOrigin {0, },AspectRatio 1] Plot[{I h [b]},{b,0.1,5},ticks {{0,0.1,0.5,1,3,5},{{ ,7 7},{ ,90},{ ,100},{ ,110},{ ,117 }}},AxesLabel {"b","i h x10-6 "},PlotStyle {Thick}, AxesOrigin {0, },AspectRatio 1] Plot[{I v [b]},{b,0.1,5},ticks {{0,1,3,5},{0,0.001,0.003,0.005,0.007,0.009,0.011}},PlotRange All,PlotStyle {Thick},AxesOr igin {0,0.0001},AxesLabel {"b", "I v "},AspectRatio 1] Gigitan=Table[{b,S h [b],i h [b],i v [b]},{b,0.1,5,0.1}]; data=tableform[gigitan,tableheadings {Automatic,{"b","S h ","I h","i v "}}] h= ; v=0.071;b=0.435; h=0.5; v=0.7;n=10;r=1/3; S[ e_]:=(b v h+(r + h )(1- e) v)/(b 2 n h v+b v h) II[ e_]:=(b 2 n h v h- h (r+ h)(1- e) v)/(b v(r+ h) (b n h+ h)) Iv[ e_]:=(b 2 n h v h- h (r+ h) (1- e) v)/(b n h (b v h+(r+ h) (1- e) v)) Plot[{S[ e]},{ e,0,1},plotrange All,Ticks {{0,0.5,1},A utomatic},axeslabel {" e","s h "},AxesOrigin {0,0}, AspectRatio 1,PlotStyle {Thick}] Plot[{II[ e]},{ e,0,1},ticks {{0,0.6,1},{{114*10-6,114}, {115*10-6,115},{117*10-6,117},{116*10-6,116}}},PlotRange All, AxesLabel {" e","i h x10-6 "},AxesOrigin {0,269*10-6 }, AspectRatio 1,PlotStyle {Thick}]}] Plot[{Iv[ e]},{ e,0,1},ticks {{0,0.6,0.9,1},Automatic},PlotRange All,AxesLabel {" e","i v "},AspectRatio 1, PlotStyle {Thick}] telur=table[{ e,s[ e],ii[ e],iv[ e]},{ e,0,1,0.1}]; TableForm[telur,TableHeadings {Automatic,{" e","sh","ih", "Iv"}}]

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 8 II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 3.1 Penyebaran Virus DBD DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk Aedes

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Titik Tetap Analisis titik tetap pada sistem persamaan diferensial sering digunakan untuk menentukan suatu solusi yang tidak berubah menurut waktu, yaitu pada saat

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut: A adalah matriks koefisien konstan

Lebih terperinci

III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD

III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD 8 3.1 Model SIR Model SIR pada uraian berikut mengacu pada kajian Derouich et al. (2003). Asumsi yang digunakan adalah: 1. Total populasi nyamuk dan total populasi

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA PENYEBARAN VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN DUA SEROTIPE AHMAD SUYUTI LATIF

ANALISIS DINAMIKA PENYEBARAN VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN DUA SEROTIPE AHMAD SUYUTI LATIF ANALISIS DINAMIKA PENYEBARAN VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN DUA SEROTIPE AHMAD SUYUTI LATIF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD DENGAN INKUBASI INTRINSIK DAN GABUNGAN INKUBASI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK RINANCY TUMILAAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD DENGAN INKUBASI INTRINSIK DAN GABUNGAN INKUBASI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK RINANCY TUMILAAR ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD DENGAN INKUBASI INTRINSIK DAN GABUNGAN INKUBASI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK RINANCY TUMILAAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN :

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN : Vol. I : 214 228 ISBN : 978-602-8853-27-9 MODEL EPIDEMIK STOKASTIK PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI JAWA BARAT (Stochastic Epidemic Model of Dengue Fever Spread in West Java Province) Paian

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 153 162. ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE Hendri Purwanto,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear) 3 II. LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Biasa Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Misalkan suatu sistem persamaan diferensial biasa dinyatakan sebagai = + ; =, R (1) dengan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN NYAMUK Aedes albopictus SEBAGAI VEKTOR JAMES U. L. MANGOBI

MODEL MATEMATIK DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN NYAMUK Aedes albopictus SEBAGAI VEKTOR JAMES U. L. MANGOBI MODEL MATEMATIK DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN NYAMUK Aedes albopictus SEBAGAI VEKTOR JAMES U. L. MANGOBI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi virus dengue adalah suatu insiden penyakit yang serius dalam kematian di kebanyakan negara yang beriklim tropis dan sub tropis di dunia. Virus dengue

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED)

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED) DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED) Amir Tjolleng 1), Hanny A. H. Komalig 1), Jantje D. Prang

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5 III PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Model yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah model SIDRS (Susceptible Infected Dormant Removed Susceptible) dari penularan penyakit malaria dalam suatu populasi.

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 235-244 ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Hidayu Sulisti, Evi Noviani, Nilamsari Kusumastuti

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti Nida Sri Utami Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMS Lina Aryati Jurusan Matematika FMIPA UGM ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 101 110 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Dwi Haryanto, Nilamsari Kusumastuti,

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai

Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [ Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL) ] Jika suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : x=ax+b,x(0)=x0,x~%"

Lebih terperinci

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si. PERMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG (MATHEMATICAL MODEL AND STABILITY ANALYSIS THE SPREAD OF AVIAN INFLUENZA) Oleh : Dinita Rahmalia NRP 1206100011 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si Oleh Nara Riatul Kasanah 1209100079 Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics Info Artikel UJM 5 (2) (2016) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm ANALISIS KESTABILAN TITIK KESETIMBANGAN MODEL MATEMATIKA PROSES TRANSMISI VIRUS DENGUE DI DALAM TUBUH

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MANSYUR A. R.1 TOAHA S.2 KHAERUDDIN3 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan Km.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD

MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 JURUSAN MATEMATIKA Nurlita Wulansari (1210100045) Dosen Pembimbing: Drs. M. Setijo Winarko, M.Si Drs. Lukman Hanafi, M.Sc FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka M Soleh 1, D Fatmasari 2, M N Muhaijir 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model matematika penyakit campak dengan pengaruh vaksinasi, diantaranya formulasi model penyakit campak, titik ekuilibrium bebas penyakit

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI Mohammmad Soleh 1, Siti Rahma 2 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl HR Soebrantas No 155 KM 15 Simpang Baru Panam Pekanbaru muhammadsoleh@uin-suskaacid

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.646 ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Herri Sulaiman Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN SKEMA BEDA HINGGA TAK-STANDAR DARI TIPE PREDICTOR-CORRECTOR UNTUK MODEL EPIDEMIK SIR

TUGAS AKHIR KAJIAN SKEMA BEDA HINGGA TAK-STANDAR DARI TIPE PREDICTOR-CORRECTOR UNTUK MODEL EPIDEMIK SIR TUGAS AKHIR KAJIAN SKEMA BEDA HINGGA TAK-STANDAR DARI TIPE PREDICTOR-CORRECTOR UNTUK MODEL EPIDEMIK SIR STUDY OF A NONSTANDARD SCHEME OF PREDICTORCORRECTOR TYPE FOR EPIDEMIC MODELS SIR Oleh:Anisa Febriana

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN

PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN Oleh: Labibah Rochmatika (12 09 100 088) Dosen Pembimbing: Drs. M. Setijo Winarko M.Si Drs. Lukman

Lebih terperinci

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH. Oleh: Khoiril Hidayati ( )

KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH. Oleh: Khoiril Hidayati ( ) KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH Oleh: Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 Latar

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA ANALYSIS OF STABILITY OF SPREADING DISEASE MATHEMATICAL MODEL WITH TRANSPORT-RELATED INFECTION

Lebih terperinci

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI Mohammad soleh 1, Leni Darlina 2 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam

Lebih terperinci

MODEL SEIRS-LSEI PADA PENYAKIT CHIKUNGUNYA SUAEDAH

MODEL SEIRS-LSEI PADA PENYAKIT CHIKUNGUNYA SUAEDAH MODEL SEIRS-LSEI PADA PENYAKIT CHIKUNGUNYA SUAEDAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi 1 Firdha Dwishafarina Zainal, Setijo Winarko, dan Lukman Hanafi Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis Nara Riatul Kasanah dan Sri Suprapti H Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik Migrasi Mohammad soleh 1, Parubahan Siregar 2 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TIPE SEIR INFEKSI GANDA ELINORA NAIKTEAS BANO

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TIPE SEIR INFEKSI GANDA ELINORA NAIKTEAS BANO MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TIPE SEIR INFEKSI GANDA ELINORA NAIKTEAS BANO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 163-172 ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Auliah Arfani, Nilamsari Kusumastuti, Shantika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU v PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibentuk model matematika dari penyebaran penyakit virus Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada parameter laju transmisi. A.

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh

ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Rupi Mitayani NIM 091810101023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Model SIR (Susceptibles, Infected, Recovered) Pada Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Maluku

Analisis Stabilitas Model SIR (Susceptibles, Infected, Recovered) Pada Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Maluku Analisis Stabilitas Model SIR (Susceptibles, Infected, Recovered) Pada Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Maluku Zeth Arthur Leleury Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR TUGAS AKHIR ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR ( S TA B I L I T Y A N A LY S I S O F A P R E D AT O R - P R E Y M O D E L W I T H I N F E C T

Lebih terperinci

OLEH : IKHTISHOLIYAH DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc

OLEH : IKHTISHOLIYAH DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc OLEH : IKHTISHOLIYAH 1207 100 702 DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 Pemodelan matematika

Lebih terperinci

MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN TIME DELAY

MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN TIME DELAY MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN TIME DELAY TESIS Oleh FERDINAND SINUHAJI 127021034/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN TIME DELAY

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Dinita Rahmalia Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, Abstrak. Di Indonesia terdapat banyak peternak unggas sebagai matapencaharian

Lebih terperinci

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika UNY 2017 Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Sischa Wahyuning Tyas 1, Dwi Lestari 2 Universitas Negeri Yogyakarta 1 Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA Mutholafatul Alim 1), Ari Kusumastuti 2) 1) Mahasiswa Jurusan Matematika, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 1) mutholafatul@rocketmail.com

Lebih terperinci

Jalan Soekarno-Hatta Km. 09 Tondo, Palu 94118, Indonesia.

Jalan Soekarno-Hatta Km. 09 Tondo, Palu 94118, Indonesia. JIMT Vol. 13 No. 1 Juni 2016 (Hal. 1 13) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X ANALISIS KESTABILAN MODEL HOST VEKTOR PENYEBARAN DEMAM KUNING PADA POPULASI KONSTAN A.N. Kenden 1, R.Ratianingsih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan di perlukan pada Bab 3. Tinjauan pustaka yang dibahas adalah mengenai yang mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI SELVA PUTRI ARISWANA PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 ANALISIS

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) Melita Haryati 1, Kartono 2, Sunarsih 3 1,2,3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

MODEL EPIDEMIK SIR UNTUK PENYAKIT YANG MENULAR SECARA HORIZONTAL DAN VERTIKAL

MODEL EPIDEMIK SIR UNTUK PENYAKIT YANG MENULAR SECARA HORIZONTAL DAN VERTIKAL MODEL EPIDEMIK SIR UNTUK PENYAKIT YANG MENULAR SECARA HORIZONTAL DAN VERTIKAL ILMIYATI SARI 1, HENGKI TASMAN 2 1 Pusat Studi Komputasi Matematika, Universitas Gunadarma, ilmiyati@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate I Suryani 1 Mela_YuenitaE 2 12 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PENENTUAN WAKTU PANEN OPTIMAL PADA POPULASI IKAN DENGAN UKURAN AWAL HOMOGEN DAN HETEROGEN M U S T O P A

MODEL MATEMATIKA PENENTUAN WAKTU PANEN OPTIMAL PADA POPULASI IKAN DENGAN UKURAN AWAL HOMOGEN DAN HETEROGEN M U S T O P A MODEL MATEMATIKA PENENTUAN WAKTU PANEN OPTIMAL PADA POPULASI IKAN DENGAN UKURAN AWAL HOMOGEN DAN HETEROGEN M U S T O P A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR ANALII MODEL EIR (UCEPTIBLE, EXPOED, INFECTIOU, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOI DI KABUPATEN BOGOR, Rahayu Cipta Lestari Embay Rohaeti Ani Andriyati Program tudi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci