PENILAIAN POTENSI WISATA KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN RATIH TRIANITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN POTENSI WISATA KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN RATIH TRIANITA"

Transkripsi

1 PENILAIAN POTENSI WISATA KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN RATIH TRIANITA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN Ratih Trianita. Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Dibimbing Oleh Meti Ekayani dan Nuva. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga) terhadap pemanfaatan sumberdaya alam, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di Musiduga, dan Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas tersebut untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Pengambilan data lapang dilakukan pada Maret-Mei 2011 di kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Data yang digunakan data primer menggunakan kuesioner dan data sekunder dari instansi yang terkait dengan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat ketergantungan masyarakat desa sekitar kawasan wisata Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya cukup tinggi, dimana lebih dari 80% masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan sumberdaya alam. Penghasilan masyarakat yang berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam merupakan usaha pokok masyarakat Musiduga, yaitu 70,01% - 100% dibanding dengan total pendapatan masyarakat. Sebagian masyarakat Musiduga melakukan penambangan emas ilegal di Sungai kuantan. Berdasarkan persepsi multistakeholder kegiatan tersebut telah mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa polusi air dan merusak struktur tanah dengan masing-masing dipilih oleh 90% responden. Sementara itu, kawasan wisata Musiduga memiliki potensi obyek wisata yang dapat dikembangkan secara optimal seperti Arung jeram, Pasir Putih, Ngalau Talago, Ngalau Seribu, Air Terjun Palukahan, dan sebuah Lokomotif uap peninggalan Jepang. Pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga membutuhkan dana untuk kegiatan wisata dan untuk dana konservasi. Salah satu caranya dengan penetapan tiket. Berdasarkan nilai rata-rata Wilingness to Pay (WTP) pengunjung, harga tiket maksimum yang bersedia dibayarkan kawasan wisata Musiduga adalah sebesar Rp Dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Musiduga terhadap masyarakat sekitar masih kecil, sedangkan dampak lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga berdasarkan persepsi multistakeholder adalah berdampak positif terhadap lingkungan sekitar Musiduga. Persepsi multistakeholder terhadap kemungkinan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari persentase kemungkinan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata masih rendah yaitu sebanyak 28%. Faktor yang signifikan mempengaruhi kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi adalah jumlah tanggungan keluarga, lama menambang emas, pendapatan, dan penyuluhan. Kata kunci : Kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, pemanfaatan sumberdaya alam, kerusakan lingkungan, potensi wisata, Wilingness to Pay.

3 PENILAIAN POTENSI WISATA KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN RATIH TRIANITA H Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan adalah karya saya dengan arahan dari komisi bimbingan dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2011 Ratih Trianita H

5 Judul Skripsi Nama NIM : Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan : Ratih Trianita : H Disetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II (Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc) (Nuva, SP, M.Sc) Diketahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT) NIP Tanggal Lulus:

6 UCAPAN TERIMA KASIH Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam meyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulustulusnya kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, do a yang tulus, dukungan moril dan materil serta uda Haris, uni Reren, dan adik icha yang selalu memberikan motivasi. 2. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama untuk kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti. 3. Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan kesabaran selama ini. 4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak Novindra SP, M.Si selaku dosen penguji komdik atas saran dan kritiknya. 5. Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung: Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan Hidup, Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang atas bantuan data, informasi serta kerjasama selama penelitian. 6. Sahabat penulis: Rahmad Fauzi, Resti, Raisa, Wiwi, Risty, Imel, Uni Debi, Mbak Yuyun, Mas Budi, Chichi, Norita, Fenny, Nissa, Ulil, Fiandra, Febri, Rina, dan Ario (komti ESL 44) atas kebesamaan dan dukungannya. 7. Teman-teman ESL 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas keceriaan dan kebersamaannya selama ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan, berkat segala curahan rahmat dan kasih sayangnya skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul skripsi ini adalah Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Penelitian ini berujuan untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi dan dampak kegiatan wisata di Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi khasanah pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi yang terkait dengan skripsi ini. Bogor, September 2011 Penulis Ratih Trianita H

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Sumberdaya Alam Potensi, Obyek dan Daya TarikWisata Pariwisata Wisata Alam Dampak Ekonomi Wisata Pertambangan Emas Konsep Wilingness to Pay Konsep Keberlanjutan Penelitian Terdahulu Penelitian Identifikasi Potensi Wisata Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas Perbaruan (Novelty) dari peneltian III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sample Metode Pengolahan dan Analisis Data Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Pemenuhan Kebutuhannya Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata di Musiduga Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapatan Tarif Masuk Musiduga Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Musiduga bagi Masyarakat Sekitar x xi xii

9 Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan Sekitar Musiduga Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata Pengujian Model Regresi Logit V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN Gambaran Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Karakteristik Pengunjung VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga Terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Alam Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Analisis Potensi dan Dampak Lingkungan Kegiatan Wisata Kawasan Musiduga Potensi Obyek Wisata Musiduga Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga Deskripsi Skenario Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata Musiduga Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih profesi ke Kegiatan Wisata VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 83

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas Matriks Analisis Data Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga Pendapatan Rata-rata Perbulan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Distribusi Nilai WTP Responden Kawasan Wisata Musiduga Estimasi Penerimaan dari Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata Musiduga Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Musiduga Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan Wisata Musiduga terhadap Pendapatan Total Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata... 67

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Jumlah Pengunjung Muaro Silokek Durian Gadang Kerangka Alur Berpikir Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Pencemaran Sungai Kuantan (Musiduga) Akibat Kegiatan Penambangan Emas Ilegal Arung jeram Musiduga Pasir Putih Musiduga Ngalau Talago Musiduga Ngalau seribu Musiduga Air Terjun Palukahan Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Musiduga Persepsi Multistakeholder Mengenai Dampak Tempat Wisata Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar... 62

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kuesioner Hasil Estimasi Pendugaan Model... 82

13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan dengan kekayaan sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara secara merata dan menyeluruh. Sebagai sebuah negara berkembang dengan kemampuan pembangunan masih berada dalam tahap factor-driven economy, yakni proses pembangunan yang bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam, maka sudah seharusnya setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat dan kebijakan yang dibuat pemerintah memperhatikan keberlanjutan dari keberadaan sumberdaya tersebut. 1 Saat ini, beberapa sektor perekonomian Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara optimal dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat adalah sektor pertanian, pariwisata, industri, dan pertambangan. Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang perkembangannya cukup signifikan, dimana hampir semua wilayah di Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat berguna dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan industri pariwisata yang berkomitmen untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan, membantu menciptakan lapangan pekerjaaan dimasa depan bagi masyarakat lokal, dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama dan layak secara 1 Porter M.E., et al Executive Summary: Competitiveness and Stages of Economic Development. Diakses: 8 Juni 2011.

14 ekonomi. 2 Oleh karena itu, apabila di suatu wilayah terdapat aktivitas ekonomi yang secara tidak langsung dapat dikategorikan merusak sumberdaya alam dan lingkungan (seperti penambangan ilegal, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan, dan lain-lain), sedangkan di sisi lain wilayah tersebut juga memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan wisata, maka penerapan pariwisata yang ramah lingkungan dapat menjadi alternatif yang jauh lebih baik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan (Suwantoro 2002). Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang banyak dilakukan oleh masyarakat selain pariwisata adalah sektor pertambangan. Beberapa wilayah di Indonesia memiliki potensi pertambangan, baik penambangan batu bara, batu besi, emas, dan lain-lain. Kegiatan penambangan tersebut dilakukan secara legal dan ilegal. Akan tetapi, mayoritas masyarakat melakukan kegiatan penambangan secara ilegal, terutama untuk penambangan skala kecil. 3 Apabila hal ini terus berlangsung bisa berakibat kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang semakin parah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, guna meminimalkan kerusakan lingkungan dalam jangka panjang, maka kegiatan penambangan harus dilakukan secara legal dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Akan tetapi, saat ini masih banyak penambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu bentuk tambang yang banyak dikelola oleh masyarakat baik dalam skala besar 2 3 Anom, I. P Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development). Diakses: 10 Februari 2011 Dingin M Pertambangan Liar dan kerusakan lingkungan (Suatu Refleksi dalam Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia). Diakses: 8 Juni 2011.

15 maupun kecil adalah pertambangan emas. Kegiatan penambangan emas ilegal dan tidak sesuai prosedur akan menimbulkan dampak negatif diantaranya adalah pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu ekosistem suatu sumberdaya. Sumatera Barat (Sumbar) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki cukup banyak potensi sumberdaya alam seperti keindahan alam yang memukau, berupa pantai-pantai yang indah, gunung-gunung yang mengitari sebagian besar wilayah Sumbar, air tejun, dan danau. 4 Keindahan alam Sumbar tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai area wisata yang berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu lokasi yang memiliki potensi tersebut adalah kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga). Potensi wisata pada kawasan Musiduga berupa obyek wisata alami dengan keberagaman dan keindahan panorama alam. Namun, kegiatan pariwisata di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh pemerintah daerah dan masyarakat masih sedikit yang berusaha di bidang pariwisata tersebut. Di dalam kawasan wisata tersebut juga terdapat tambang emas yang dikelola oleh masyarakat secara ilegal. Saat ini masyarakat banyak yang menggantungkan hidup sebagai penambang emas ilegal. Kegiatan pariwisata dan penambangan emas ilegal akan berdampak pada perekonomian masyarakat dan lingkungan sekitar kawasan Musiduga. Oleh karena itu, agar pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumberdaya bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan kerusakan minimum, maka dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga secara tepat. 4 Samsiarni Benarkah Sumbar Siap Menjadi Daerah Tujuan Wisata Unggulan?. today.com/?mod=artikel&today=detil&id=450. Diakses: 18 Juni 2011

16 1.2 Perumusan Masalah Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak potensi sumberdaya alam, salah satunya adalah panorama alam. Saat ini sektor pariwisata di Sumbar belum terangkat secara optimal, sehingga dampaknya belum begitu dirasakan oleh masyarakat. 5 Selain panorama alam, Sumbar juga memiliki sumberdaya pertambangan yang cukup signifikan, diantaranya batu bara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, manganase, emas, dan batu kapur (semen). 6 Kegiatan tambang ini telah banyak dikelola oleh masyarakat. Akan tetapi di beberapa wilayah di Sumbar, kegiatan penambangan banyak dilakukan oleh masyarakat secara ilegal, terutama penambangan emas dan batu bara. Kawasan Musiduga merupakan kawasan di Sumatera Barat yang memiliki potensi sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat Musiduga memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam tersebut dimanfaatkan masyarakat dengan bekerja pada sektor pertanian, penambangan emas, dan pariwisata. Ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam apabila pengelolaan dan pemanfaatannya tidak bijaksana dapat membahayakan keberlanjutan sumberdaya alam tersebut seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, serta kelangsungan hidup manusia (Fauzi 2004). Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam di Musiduga dan seperti apa pemanfaatannya agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan sumberdaya alam itu sendiri. 5 Mukri, A. R Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum Tergarap. m+tergarap&dn= Diakses: 31 Desember Anonim Sumatera Barat. Diakses: 18 Maret 2011

17 Adanya kegiatan penambangan emas di kawasan Musiduga telah menjadi sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat. Penambangan emas di kawasan Musiduga dilakukan secara ilegal atau sering disebut PETI (Penambangan Emas Tanpa Ijin). PETI di kawasan Musiduga dapat ditemukan di Sungai Kuantan- Musiduga dan telah memberikan pemasukan ekonomi bagi masyarakat dalam jangka waktu yang singkat. Namun, kegiatan ini juga berpeluang besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya yang sulit untuk direhabilitasi. Meskipun penambangan emas yang dilakukan di Sungai Kuantan termasuk penambangan berskala kecil, akan tetapi kemungkinan dampaknya dapat berskala besar. Dampak lingkungan yang mungkin terjadi seperti pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu ekosistem suatu sumberdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan identifikasi persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal. Sementara itu, potensi wisata yang dimiliki oleh Musiduga telah menarik pengunjung untuk datang dan melakukan aktivitas wisata di tempat tersebut. Semenjak pertama kali didirikan pada tahun 2007 jumlah pengunjung Musiduga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1: Jumlah Pengunjung Sumber: Wali Nagari Silokek dan Durian Gadang (2010) Gambar 1. Jumlah Pengunjung Kawasan Wisata Muaro Silokek Durian Gadang

18 Peningkatan jumlah pengunjung Musiduga menunjukkan adanya minat lebih masyarakat terhadap obyek wisata yang ada di kawasan ini. Peningkatan pengunjung pada tahun 2010 cukup signifikan dibanding pada tahun 2008 dan 2009 disebabkan pada tahun 2010 aksesibiltas menuju kawasan wisata Musiduga telah diperbaiki sehingga mempermudah pengunjung untuk mencapai lokasi wisata. Selain itu, adanya fasilitas dan sarana prasarana yang disediakan Pemerintah Daerah meskipun jumlahnya belum banyak juga menyebabkan peningkatan pengunjung yang berkunjung ke tempat wisata Musiduga. Adanya peningkatan pengunjung juga memperlihatkan bahwa kawasan Musiduga memiliki potensi untuk dikembangkan. Agar manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka waktu yang panjang oleh semua pihak, maka pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan wisata Musiduga harus dioptimalkan secara berkelanjutan tanpa mengorbankan sumberdaya dan lingkungan yang ada. Keindahan panorama alam serta wahana wisata pada kawasan ini memberikan kenyamanan, kenikmatan, dan kepuasan bagi pengunjung. Daya tarik wisata yang disuguhkan meliputi Ngalau (goa) Seribu, Ngalau Talago, pasir putih, dan air terjun. Selain itu, wisata minat khusus arung jeram dan panjat tebing juga dapat dilakukan di kawasan ini. 7 Potensi pariwisata di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dilihat dengan masih sedikitnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan 7 Dinas Porsenibudpora Kabupaten Sijunjung. Wisata alam. Diakses: 20 Desember 2010.

19 anggaran Pemerintah Daerah untuk kawasan wisata Musiduga dan belum ditetapkannya tarif masuk bagi pengunjung ke Musiduga. Oleh karena itu penetapan tarif masuk ke tempat wisata diperlukan guna meningkatkan fasilitas yang ada di Musiduga, menjaga kestabilan sumberdaya alam dan lingkungan, dan untuk kedepannya dapat menjadi salah satu cara dalam membatasi jumlah kunjungan agar tidak terjadi over carrying capacity. Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan tersebut. Adanya kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata dapat memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata. Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dapat menjadi alternatif untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak sumberdaya alam. Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang perlu dianalisis yaitu: 1. Sejauh mana tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya?

20 2. Sebagian masyarakat ada yang melakukan penambangan emas ilegal di kawasan Musiduga, kegiatan tersebut berpotensi merusak lingkungan, oleh karena itu, perlu diteliti sejauh mana tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal berdasarkan persepsi multistakeholder? 3. Bagaimana potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga? 4. Bagaimana kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya. 2. Mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal oleh masyarakat. 3. Menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga. 4. Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terkait antara lain pemerintah daerah, masyarakat sekitar kawasan Musiduga, civitas akademika, dan peneliti sendiri. Bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga. Bagi masyarakat sekitar kawasan Musiduga, diharapkan mampu

21 mendukung kegiatan pariwisata guna meningkatkan dan mengembangkan potensi wisatanya. Bagi civitas akademika, penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk mengenal dan menggali lebih lagi mengenai konsep pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ramah lingkungan agar pemanfaatannya berkelanjutan, sedangkan bagi peneliti sendiri, penelitian ini sebagai bagian praktek dari berbagai teori dan konsep yang telah dipelajari selama masa pendidikan di bangku perkuliahan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Dampak ekonomi kegiatan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar dalam penelitian ini merupakan kontribusi pendapatan yang diterima masyarakat dari sektor wisata. Penelitian ini hanya mencakup daerah Muaro Silokek Durian Gadang Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat sebagai obyek penelitiannya.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan manusia, sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam adalah bagaimana mengelola sumberdaya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri (Fauzi 2004). Menurut Soerjani et al (1987), pembangunan suatu daerah selalu didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Makin banyak suatu daerah mempunyai sumberdaya alam dan makin efisien pemanfaatan sumberdaya alam tersebut, makin baiklah harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi yang baik dalam jangka panjang. Untuk menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi, maka perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan sumberdaya alam perlu dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan hubungan-hubungan ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat yang merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh.

23 2.2 Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata Potensi alam dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata. Menurut Prosiding lokakarya wana wisata (1986) dalam Rimbawanti (2003) mengemukakan bahwa potensi wisata secara umum meliputi berbagai kekhasan yaitu: 1. Estetis : keindahan alam, keunikan gejala alam seperti air terjun, kawah, sumber air panas, dan lain-lain serta keindahan untuk lintas alam 2. Biologis : Keanekaragaman dari jenis-jenis flora dan fauna 3. Historis : Keanekaragaman peninggalan sejarah 4. Scientist : Untuk penelitian ilmu pengetahuan Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu obyek pariwisata yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa: 1. Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada tempattempat tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain) seperti: iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna, sumber kesehatan.

24 2. Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan, dan dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat budaya, dan perayaan-perayaan tradisional. UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas: a) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. b) Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Cooper et al. (1998), terdapat beberapa komponen obyek wisata yaitu: 1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang merupakan alasan utama kunjungan. 2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata. 3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada lingkungan setempat. 4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan daerah tujuan wisata. 5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan koordinasi.

25 Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Jadi atraksi wisata dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk menyaksikan harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monument, dan lain-lain (Yoeti 1997). 2.3 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) prinsip dari sebuah perjalanan dikatakan sebagai kegiatan pariwisata adalah perjalanan tersebut dilakukan untuk bersenang-senang. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen menikmati perjalan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam. Sementara itu menurut Wahab (1992) pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri. Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua, menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan

26 dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata. 2.4 Wisata Alam Menurut Kamus Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia (1989), wisata alam merupakan perjalanan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya sebagai obyek tujuan wisata. Suwantoro (2002) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Adanya potensi alam, flora dan fauna, keindahan alam, keunikan budaya, bahasa, latar belakang sejarah, dan keramahan penduduk lokal merupakan daya tarik dari obyek wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara. 2.5 Dampak Ekonomi Wisata Potensi wisata yang dimiliki suatu kawasan berdampak pada perekonomian. Sebagaimana pernyataan Yoeti (2008), dampak ekonomi itu mencakup spectrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah,

27 perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Lebih lanjut Yoeti menyatakan industri pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan muda usia serta menyebarkan peluang kesempatan peluang kerja, baik dalam lingkup regional, nasional, maupun internasional. Selain itu, Vanhove (2005) juga mengemukan bahwa dampak ekonomi dari wisata adalah peningkatan atau pembangkit pendapatan, peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, dan perbaikan struktur ekonomi daerah wisata. 2.6 Pertambangan Emas Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam kelompok stok, dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien akan mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut sebagai sumberdaya tidak dapat diperbarui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible) (Fauzi 2004). Menurut Ngadiran et al (2002), emas merupakan salah satu bahan galian yang menjadi perioritas sebagai sumber penghasilan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan dalam pengelolaannya seperti : 1. Keselamatan kerja kurang terjamin karena penambang dalam pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia beracun, seperti sianida dan merkuri.

28 2. Modal kerja ditanggung oleh seorang pemilik lubang atau pemilik mesin. Cara patungan diupayakan diantara para penambang sekalipun jumlahnya sangat terbatas. Para penambang sering sekali hutang karena tidak ada bank yang mau memberi kredit. 3. Para penambang bekerja dengan teknik sederhana yang dipelajari secara tradisonal dan turun temurun, sehingga tidak terjadi inovasi. Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Selanjutnya Ngadiran et al (2002) menyatakan bahwa dampak positif dari penambangan emas mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat. Selain itu juga berdampak negatif seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, termasuk merusak manusia. Apabila kondisi seperti ini berlangsung terus menerus di suatu daerah maka ketahanan daerah tersebut bisa rapuh. 2.7 Konsep Wilingness to Pay Menurut Yakin (1997), konsep Wilingness to Pay (WTP) atau keinginan untuk membayar didefinisikan sebagai uang yang ingin diberikan seseorang untuk memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan dan dia masih lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sementara itu, menurut Fauzi (2004) WTP merupakan keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Keinginan membayar tersebut didasarkan pada survey yang diperoleh secara langsung dari responden yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tulisan. Menurut Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2004), pengukuran WTP dapat diterima dengan syarat WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif, batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan adanya konsistensi keacakan pendugaan perhitungannya.

29 2.8 Konsep Keberlanjutan Menurut Komisi Brundtland dalam Fauzi (2004) pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu: 1. Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintah dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produk pertanian industri. 2. Keberlanjutan lingkungan: sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. 3. Keberlanjutan sosial: sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik. 2.9 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang identifikasi potensi wisata, penelitian menggunakan WTP, penelitian terhadap dampak ekonomi wisata, dan penelitian terhadap dampak pertambangan emas Penelitian Identifikasi Potensi Wisata Beberapa penelitian yang dilakukan untuk identifikasi potensi wisata dilakukan oleh Rimbawanti (2003) dan Siswanto (2006). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

30 Tabel 1. Penelitian Identifikasi Potensi Wisata No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Rimbawanti, A Studi Potensi Alam Potensi wisata pada kawasan ini berupa: dan Konsep (1) Daya tarik fisik berupa kawasan hutan Pengembangannya di tanaman alam Plomas dengan air terjun Areal HTI PT. Plomas dan Batu Mas, air terjun riam Finnantara Intiga Penarik, air terjun Riam Jelipa, air terjun Distrik 1 Mengkiang Unit Sanggau Kec. Sedamar, dan aliran sungai Sekayam. (2) Daya tarik sosial: kawasan penelitian Kapuas Kab. Makam Raja Sanggau, Kebudayaan Dayak Sanggau Prop. dan kebudayaan. Kalimantan Barat (3) Daya tarik biologis : keragaman flora dan fauna pada kawasan tersebut. 2 Siswanto, H Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Merangin terdiri dari obyek wisata alam, serta Alternatif buatan, dan budaya. Pada obyek wisata Perencanaan Paket berbentuk darat (alam) memiliki daya tarik Wisata di Kabupaten wisata paling tinggi adalah teluk, obyek wisata Merangin Propinsi buatan yang memiliki daya tarik paling tinggi Jambi adalah Dam, sedangkan untuk obyek wisata gua adalah gua Singering, pada obyek wisata danau adalah Pauh Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay Penelitian menggunakan konsep WTP telah dilakukan oleh Buckley, et al (2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Buckley, et al Recreational Penelitian ini mengukur besarnya WTP (2008) Demand For Form pengunjung terhadap akses publik dan Commonage In pengembangan trek pada lahan pertanian Irland: A bersama yang digunakan sebagai saarana Contingent rekreasi berjalan kaki pada area dataran tinggi Valuation dan dataran rendah di Irlandia Barat. Assesment Berdasarkan penelitian tersebut 54% sampel dari dataran rendah dan 44% pada dataran tinggi memberikan WTP yang positif terhadap scenario implementation yang ditawarkan. Permintaan akan skenario yang ditawarkan pada dataran rendah memiliki preferensi yang lebih baik, hal ini tercermin dari median WTP yang diperoleh sebesar jika dibandingkan dengan 9.08 yang merupakan median WTP pada area dataran tinggi. 2 Firandari,T Analisis Berdasarkan analisis WTP pengunjung terhadap Permintaan dan harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa Nilai Ekonomi apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan masih mau membayar harga tiket masuk sampai harga Rp 8.577,00. Hal itu terwujud asalkan Metode Biaya tempat wisata PSG-3 dapat mempertahankan Perjalanan kelestarian lingkungannya dan pengelola PSG-3 melakukan pengembangan wisata serta penambahan fasilitas wisata.

31 2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata Penelitian terhadap dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Suasani (2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata No Peneliti Judul Penelitian 1 Suasani, P.S Persepsi Multipihak dan Dampak Sosial Ekonomi Pengelolaan Kampung Wisata Cinangneng (KWC) terhadap Masyarakat Sekitar. 2 Firandari, T Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan Hasil Penelitian Adanya KWC memberikan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar yaitu pekerja wisata yang terdiri dari guide meningkat pendapatannya sebesar 59,5%, petugas kebersihan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga, petugas keamanan meningkat pendapatannya sebesar 38,2%, petugas makanan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. Petani ubi kayu mengalami peningkatan sebesar 22,71% dan petani buah-buahan meningkat pendapatannya sebesar 45,4%. Pengrajin anyaman bambu mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga sedangkan pengrajin obor meningkat pendapatannya sebesar 260%, untuk pedagang makanan mengalami peningkatan pendapatan sebesar 17,1% dan pedagang cinderamata mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Pekerja wisata yang terdiri dari petugas kebersihan dan petugas maintenance masing-masing mengalami peningkatan pendapatan sebesar Rp dan Rp per bulan. Selain pekerja wisata peningkatan pendapatan juga dialami oleh masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai pedagang makanan yaitu sebesar Rp dan tukang ojek sebesar Rp serta tukang parkir sebesar Rp Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas Penelitian terhadap dampak kegiatan pertambangan emas telah dilakukan oleh Kardina, D. S. L (2005) dan Siallagan (2010). Hasil penelitian tersebut terdapat pada Tabel 4.

32 Tabel 4. Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas No Peneliti Judul Penelitian 1 Kardina, D. S. Analisi Kesediaan L. Membayar Biaya Remediasi Masyarakat Pertambangan Emas Tanpa Ijin terhadap Pencemaran Sungai Cikaniki di Kabupaten Bogor 2 Siallagan, M.B Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor Perbaruan (novelty) dari Penelitian Hasil Penelitian Sungai Cikaniki yang berada di wilayah Kecamatan Nanggung, telah tercemar akibat proses pengolahan limbah merkuri yang tidak ramah lingkungan, yang dilakukan oleh Peti emas. Proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil tidak memenuhi prosedur yang benar, karena mereka menggunakan bahan kimia berbahaya dalam melakukan proses pengolahan bijih emas yang mereka peroleh dengan cara menambang secara liar. Setelah mereka melakukan pengolahan tersebut mereka tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara benar, mereka hanya menampung limbah tersebut atau membuangnya ke tanah kosong, sawah, selokan dan sungai, atau sekedar menjadikannya bentengan di halaman rumah mereka. Perbaruan dari penelitian ini adalah menilai potensi wisata pada kawasan wisata Musiduga dimana di dalam kawasan wisata ini juga terdapat penambangan emas ilegal yang dilakukan oleh masyarakat sekitar desa Musiduga yang berindikasi merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Adanya kegiatan wisata pada kawasan ini diharapkan dapat dikembangkan secara optmal yang dapat berdampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar berupa peningkatan pendapatan. Kegiatan wisata di Musiduga tersebut diharapkan juga dapat menjadi salah satu alternatif masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata sehingga dapat meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan akibat kegiatan penambangan emas ilegal tersebut.

33 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kawasan Musiduga merupakan kawasan yang memiliki potensi sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Pemanfaatan sumberdaya alam tersebut memperlihatkan adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam. Menurut Fauzi (2004), apabila suatu wilayah hanya bergantung pada pemanfaatan sumberdaya alam secara langsung, maka akan mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya alam tersebut, dan keberlanjutannya akan terancam jika pemanfaatan dan pengelolaannya buruk (tidak bijaksana) yang dapat membahayakan manusia dan sumberdaya alam tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan seperti apa pemanfaatannya. Pada sektor pertambangan, masyarakat melakukan kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Kegiatan tersebut telah berkontribusi nyata terhadap perekonomian masyarakat. Meskipun manfaatnya secara nyata dirasakan oleh masyarakat dalam waktu singkat, penambangan emas berpeluang besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan. Besarnya dampak negatif yang muncul akibat pengelolaan dapat mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan identifikasi persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal di Musiduga. Sementara itu, potensi wisata yang disuguhkan oleh kawasan Musiduga berupa wisata alam dan wisata minat khusus. Potensi wisata di kawasan Musiduga tersebut masih belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini

34 dapat dilihat dengan masih terbatasnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan keterbatasan anggaran Pemerintah Daerah dan belum ditetapkannya tarif masuk kawasan wisata Musiduga. Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan ini. Kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata memberikan dampak ekonomi berupa peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan wisata Musiduga. Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dan dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak sumberdaya alam. Agar pemanfaatan potensi sumberdaya bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan meminimalkan kerusakan, maka dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga. Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 2:

35 Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam di Musiduga Pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat Musiduga Kegiatan wisata Kegiatan pertambangan emas Pengelolaan ilegal Potensi wisata Pendapatan masyarakat Potensi kerusakan lingkungan Pengelolaan belum optimal Belum ada penetapan tarif Dampak ekonomi masyarakat sekitar Potensi kerusakan lingkungan Atraksi wisata yang diminati pengunjung WTP pengunjung Penetapan tarif masuk Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata Pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan Gambar 2. Kerangka Alur Berpikir

36 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro, Kenagarian Silokek, dan Kenagarian Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat potensi wisata, namun di dalam daerah ini juga terdapat kegiatan penambangan emas ilegal yang berindikasi merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret- Mei Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan jalan dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan langsung dari objek yang diteliti. Data primer diperoleh melalui pembagian kuesioner dan wawancara kepada pengunjung, penambang emas, dan masyarakat sekitar kawasan Musiduga. Data sekunder diperoleh dari literatur, website dan dari instansi yang terkait dengan penelitian, seperti Dinas Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olah Raga (Parsenibudpora) Kabupaten Sijunjung, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung, dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Sijunjung. Selain dari instansi terkait, datadata sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Alam

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Alam VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Alam Berdasarkan data pada Tabel 6 pada bab V terlihat bahwa lebih dari 80% masyarakat di desa sekitar

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro, Kenagarian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU)

TINJAUAN PUSTAKA. kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU) TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi Potensi Potensi alam dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan menggambarkan keindahan alam yang beragam serta unik. Kondisi yang demikian mampu menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dampak dari krisis yang berkepanjangan ini bisa terlihat salah satunya pada pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kabupaten Cianjur memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan suatu daerah. Dengan pengelolaan yang baik, suatu obyek wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang besar.menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci