PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2014"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2014

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya upaya yang dilaksanakan oleh seluruh komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antara upaya program dan sektor serta kesinambungan dengan upaya upaya yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya. Sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Gorontalo Tahun , Tujuan Pembangunan Kesehatan Provinsi Gorontalo adalah Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat. Tujuan tersebut diwujudkan dalam Visi, Misi, Strategi dan Kebijakan pemerintah yang dijabarkan sesuai dengan amanat Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Tahun sebagai tolok ukur dalam penyusunan perencanaan program / kegiatan di bidang kesehatan. Upaya pemerintah dalam mencapai target target sesuai tugas pokok dan fungsi masing masing SKPD terdapat dalam Rencana Kerja (RENJA) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo setiap tahun. Pembangunan kesehatan di Provinsi Gorontalo saat ini telah banyak memberikan kontribusi terhadap pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Salah satu indikatornya dapat dilihat dariindeks Pembangunan Manusia (IPM)Provinsi Gorontalo tahun 2013 yakni 71,77, capaian ini terjadi peningkatan dari tahun 2012 yakni 71,31. Pencapaian IPM ini tidak lepas dari peran serta pemerintah, lintas sektor dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan khususnya untuk kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi masyarakat dan program strategis lainnya dibidang kesehatan. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat terus dilaksanakan dan dievaluasi, terutama pencapaian Angka Kematian Ibu (AKI) yang belum memenuhi target, Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan status gizi masyarakat yang merupakan indikator kinerja untuk terus diupayakan penurunannya dari tahun ke tahun. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 1

3 B. Maksud Dan Tujuan Adapun Maksudpenyusunan profil kesehatan Provinsi Gorontalo ini adalah menyajikan data dan informasi kesehatan yang diharapkan dapat dipergunakan oleh seluruh komponen baik ditingkat pusat, daerah, swasta dan bagi pengambil kebijakan dengan harapan bahwa pembangunan kesehatan ini dapat diawali dari proses perencanaan yang dilakukan secara komprehensif dengan data data yang akurat baik yang bersumber dari Kabupaten / Kota, lintas sektor dan Dinas Kesehatan Provinsi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Provinsi Gorontalo. Tujuan dari penyusunan profil kesehatan ini adalah untuk memberikan informasisituasi kesehatan, gambaran umum tentang derajat kesehatan dan lingkungan, situasi upaya kesehatan serta situasi sumber daya kesehatan. C. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo 2012 adalah: Bab I. Pendahuluan Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sistematika penyajian profil kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Bab II. Gambaran Umum. Berisi gambaran umum Provinsi Gorontalo yang meliputi keadaan geografis, administrasi,kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. Bab III. Situasi Derajat Kesehatan Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan Berisi uraian tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Pelayanan menurut indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya. Bab V. Situasi Sumber Daya Kesehatan Berisi uraian tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab VI. Kesimpulan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2

4 BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO A. Keadaan Geografis Dan Topografi Secara geografis Provinsi Gorontalo terletak di antara 0,19 1,15 Lintang Utara (LU) dan 121,23 123,43 Bujur Timur (BT). Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol Toli Toli (Sulawesi Tengah) dan Laut Sulawesi, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala (Sulawesi Tengah), Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini (Gorontalo). Peta wilayah Provinsi Gorontalo di sajikan dalam gambar sebagai berikut : Gambar :2.1 Peta Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara. Luas wilayah Provinsi Gorontalo mencapai ,44 km2, dengan jumlah penduduk berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten / Kotatahun 2014 sebesar jiwa. Peningkatan inimencapai36% dari kondisi tahun 2001 ( jiwa), juga jumlah kecamatan tahun 2014 berjumlah 77 Kecamatan dengan memiliki 732 Kelurahan / Desa. Pembagian wilayah di Provinsi Gorotalo tahun 2014 dapat dilihat pada gambar diatas.data BPS Tahun 2014 luas wilayah Provinsi Gorontalo terluas yakni Kabupaten Pohuwato 4.244,31 km2dengan persentase 35,83%, terendah wilayah Kota Gorontalo sebesar 1% dengan luas 64,8 KM². Gambaran wilayah Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut: Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 3

5 520,876 1,056, , , , , , ,473 1,123, , , ,262 1,044,284 1,068,939 1,144,586 Profil Kesehatan Tahun 2014 Gambar : 2.2 Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Kota Gorontalo, 64,8 Km 2 : 1 % Gorontalo utara, 1.230,1 Km 2 : 10 % Bone Bolango, 1.984,3 Km 2 : 16 % Kab. Gorontalo, 2.124,6 Km 2 : 17 % Boalemo, 2.567,4 Km 2 : 21 % Pohuwato, Km 2 : 35 % Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai Berdasarkan estimasi jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo tahun 2010 sebesar jiwa yang terdiri dari Laki laki jiwa dan perempuan jiwa meningkat ditahun 2014 mencapai jiwa terdiri dari laki laki jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Berikut trend peningkatan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Provinsi Gorontalo dalam kurun waktu 5 tahun. Gambar : 2.3 Trend Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin Provinsi Gorontalo Tahun Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Sumber : BPS Prov. Gorontalo Tahun 2014 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 4

6 Gambar 2.3 menunjukkan trend jumlah penduduk yang cenderung meningkat, kepadatan penduduk terbanyak berada di Kota Gorontalo sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk terkecil yakni Pohuwato. Peningkatan penduduk di Provinsi Gorontalo perlu dibarengi dengan kebijakan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, penurunan angka kemiskinan, dan pemanfaatan sumber daya baik alam maupun tenaga kerja. Jumlah penduduk menurut golongan umur dapat di gambarkan melalui piramida penduduk, dimana dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk (juta), sedangkan badan piramida sebelah kiri menunjukkan jumlah penduduk laki laki dan sebelah kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Gambar : 2.4 Piramida penduduk Provinsi Gorontalo Tahun PEREMPUAN LAKI-LAKI Sumber : Profil Kabupaten / Kota se Provinsi Tahun 2014 Gambar piramida penduduk diatas menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2014 tertinggi terdapat pada kelompok umur 5 9 tahun dengan jumlah penduduk jiwa, persentase laki laki 10,75% dan perempuan 9,77%sedangkan jumlah penduduk terendah ada pada golongan umur 75 tahun ke atasdengan persentase laki laki 0,65% dan perempuan 1,08%.Struktur penduduk dalam piramida penduduk dapat dijadikan dasar kebijakan program dan kegiatan yang berkaitan dengan kependudukan, sosial dan program kesehatan yang saat ini memprioritaskan pada kesetaraan gender yakni kebutuhan laki laki dan perempuan sesuai golongan umur muda, dewasa dan tua.piramida ini juga menjelaskan bahwa adanya peningkatan kelahiran yang termasuk usia muda tahun 2014 dibandingkan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 5

7 dengan tahun 2013 yakni pada kelompok umur 0 4 tahun, dimana jumlah penduduk di usia tersebutlaki laki 8,75% ditahun 2013 meningkat menjadi 10,75% ditahun 2014 dan perempuan 9,41% ditahun 2013 meningkat menjadi 9,43% ditahun Pada kelompok usia tua, juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni persentase penduduk laki laki 0,64% ditahun 2013 meningkat menjadi 0,65% ditahun 2014, sedangkan permpuan 0,96% ditahun 2013 meningkat menjadi 1,08% ditahun Hal ini dapat diartikan sebagai peningkatan kondisi kesehatan dan kesejahteraan penduduk, dapat pula dimaknai sebagai beban tanggungan kelompok usia dewasa karena kelompok usia tua termasuk dalam kelompok tidak produktif. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bangsa yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Saat ini secara nasional Indonesia menempati ranking 121 dari 187 negara.ipm Indonesia pada kurun waktu 3 tahun terus mengalami peningkatan dari angka 72,27 ditahun 2011 naik menjadi 73,81 ditahun Adapun IPM Provinsi Gorontalo tahun 2011 yakni 70,82 mengalami peningkatan ditahun 2012 mencapai 71,31 dan ditahun 2013 naik lagi mencapai 71,77. Berikut dapat dilihat gambar pencapaian IPM sampai dengan 2013 nasional dan provinsi. Gambar : 2.5 Trend IPM Provinsi Gorontalo dengan IPM Nasional Tahun Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tahun 2014 IPM sangat dipengaruhi derajat kesehatan, pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat (pengeluaran perkapita / daya beli masyarakat). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 6

8 B. Gambaran Ekonomi - Angka Kemiskinan Pencapaian pembangunan dibidang ekonomi tidak lepas dari kondisi kesejahteraan masyarakat, mata pencaharian masyarakat Provinsi Gorontalo antara lain bidang pertanian, perdagangan dan perikanan.dari hasil sensus oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo persentase penduduk miskin dari tahun ke tahun mengalami penurunan.hasil sensus penduduk tahun 2011 di Provinsi Gorontalo terdapat 18,75% penduduk miskin, angka ini mengalami penurunan hingga tahun 2014 menjadi 17,41%.Secara nasional penurunan angka kemiskinan masih sulit dicapai, pada profil kesehatan tahun 2013 telah diuraikan pencapaian angka kemiskinan nasional mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Di Provinsi Gorontaloupaya penanggulangan kemiskinan banyak dilakukan dan merupakan program prioritas Kepala Daerah. Strategi saat ini dilaksanakan antara lain pembangunan rumah layak huni bagi keluarga miskin, pembangunan sarana dan prasarana didaerah terpencil, penyediaan bibit dan benih bagi petani, menyediakanseluas-luasnya lapangan pekerjaan guna meningkatkan pendapatan dalam rumah tangga masyarakat. Berikut angka kemiskinan Provinsi Gorontalo dalam kurun waktu tahun : Tabel : 1.1 Persentase Kemiskinan Provinsi Gorontalo Tahun Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Tahun Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (Persen) Garis Kemiskinan (Rupiah/Kapita/Bulan) (1) (2) (3) (4) Mar ,42 18, Sep ,24 18, Mar ,44 17, Sep ,76 17, Mar ,44 17, Sep ,47 18, Mar ,17 17, ,28 Sep ,1 17, ,86 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo Gambaran secara makro perekonomian di Provinsi Gorontalo dapat dilihat melalui besaran PDRB. PDRB terdiri dari 2 (dua) sisi pendekatan yaitu sektoral maupun penggunaan. Kondisi makro ekonomi masyarakat dapat dilihat pada gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 7

9 Gambar : 2.6 Persentase Kemiskinan Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Perbandingan Persentase Kemiskinan Kab/Kota se-provinsi Gorontalo Kota Gorontalo Gorontalo Pohuwato Boalemo Gorontalo Utara Bone Bolango Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Gambar diatas menunjukkan perbandingan angka kemiskinan di Kabupaten / Kota dimanapenduduk miskin tertinggi di Kabupaten Boalemo yakni 21,79%, Kabupaten Gorontalo dengan penduduk miskin sebesar 21,57% dan terendah Kota gorontalo yakni 5,99%.Berdasarkan data diatas diharapkan pemerintah lebih mengupayakan program program yang tepat sasaran serta dilakukan monitoring dilapangan hingga ke desa langsung pada sumber permasalahan yakni pada keluarga miskin sebagai pelaku ekonomi tataran rumah tangga. - Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu daerah yang secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. ( Laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui besaran perubahan nilai PDRB ADHK tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya. PDRB Provinsi Gorontalo atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 sebesar (jutaan rupiah) dan PDRB atas dasar hargakonstan sebesar (jutaan rupiah) dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,29 persen.pada tahun 2013, laju pertumbuhan perekonomian Provinsi Gorontalo yaitu mencapai 7,76% dengan PDRB perkapita mencapai (jutaan rupiah). Berbeda dengan pencapaian nasional, ditahun 2012 pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 6,4% turun ditahun 2013 menjadi 5,78%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 8

10 Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo dibandingkan dengan pencapaian nasional pada kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambarberikut : Gambar : 2.7 Trend laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun Gambar diatas menunjukkan angka laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo pada 5 tahun terakhir. Secara NasionalProvinsi Gorontalo masih memiliki permasalahan perekonomian masyarakat baik dari segi sektoral, penggunaan maupun daya beli masyarakat yang masih sangat rendah. Hal ini dipengaruhi oleh masih tingginya angka kemiskinan mencapai 10,96% di tahun 2014, banyaknya pengangguran sebesar 4,18% ditahun 2014 sehingga berdampak pula pada pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat akan berdampak negatif terhadap pencapaian derajat kesehatan masyarakat karena perlunya penyediaan bahan makanan yang berkualitas pada tatanan Rumah Tangga tidak optimal. C. Gambaran Tingkat Pendidikan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menggariskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkaan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun Sistem Pendidikan Nasional adalah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 9

11 keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sektor pendidikan merupakan salah satu strategi pembangunan di provinsi Gorontalo. Peningkatan pendidikan di Provinsi Gorontalo di fokuskan pada pemberian kesempatan kepada penduduk untuk memperoleh pendidikan gratis dan layak terutama penduduk dengan kelompok usia sekolah (umur 7 24 tahun).data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo tahun 2014,Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)menggambarkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 2.8 Angka Partisipasi Kasr (APK) &Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Gambar diatas menunjukkan bahwa persentase tertinggi murid yang saat ini sedang mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) sesuai umur dan jenjang pendidikan / APM tahun 2013 sebanyak 92,21% meningkat di tahun 2014 sebesar 100,97%, SMP/MTs sebesar 59,82% meningkat menjadi 73,06% dan meningkat pula pada jenjang pendidikan SMA/MA yakni 44,67% di tahun 2013 meningkat 65,87% ditahun 2014.Hal ini menunjukkan upaya pemerintah terhadap masyarakat dalam menekan Angka Putus Sekolah maupun anak yang tidak pernah sekolah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 10

12 Data tingkat pendidikan yang bersumber dari profil Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo pada lampiran profil ini belum menggambarkan jumlah dan persentase di tingkat Provinsi dikarenakan beberapa Kabupaten tidak bisa memperoleh data jumlah murid yang sedang sekolah saat ini di seluruh tingkatan pendidikan.sedangkan data penduduk umur 10 tahun ke atas yang melek huruf menurun dari tahun 2013 dengan capaian 55,58% menurun di tahun 2014 menjadi 42,64%. Data ini hanya dilaporkan oleh 4 (empat) Kabupaten/Kota yakni Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara. Yang tidak memiliki data pendidikan yakni Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo. Upaya sektor pendidikan dewasa ini merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar tawar lagi, sama halnya dengan kesehatan.pemahaman tentang pendidikan itu sendiri harus dilakukan secara menyeluruh, prinsip utama dalam meningkatkan pendidikan masyarakat adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan, melihat para siswa (peserta didik) sebagai manusia yang bermartabat yang memiliki banyak potensi dan kemampuan serta di dukung oleh komitmen politik (political will) terutama dari pemerintah untuk mengupayakan pembaharuan - pembaharuan di bidang pendidikan. D. Visi dan Misi Provinsi Gorontalo Tahun Visi Visi pembangunan daerah Provinsi Gorontalo yakni Terwujudnya Percepatan Pembangunan Berbagai Bidang serta Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang Berkeadilan di Provinsi Gorontalo. 2. Misi Untuk mencapai visi daerah selang 5 (Lima) tahun ke depan, maka misi yang di emban pemerintah daerah adalah : a. Memfokuskan peningkatan ekonomi atas dasar optimalisasi pemanfaatan potensi kewilayahan, mendorong laju investasi, percepatan pembangunan infrastruktur pedesaan, sekaligus mengembangkan potensi unggulan dengan mengakselerasi secara cerdas terhadap pencapaian kesejahteraan rakyat. b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendekatan kesesuaian keahlian serta pemenuhan mutu kualitas penyelenggaraan Pendidikan dan Kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 11

13 c. Mengembangkan manajemen pengelolaan potensi sumber daya Perikanan dan Kelautan, Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan Pariwisata yang lebih baik, saling terintegrasi serta lestari demi kepentingan kemakmuran masyarakat serta memelihara dan melestarikan danau limboto sebagai sumber persediaan air bersih, untuk pengembangan perikanan air tawar dan daerah pariwisata dan meningkatkan pengelolaan DAS sebagai wujud memelihara lingkungan (Pro Green). d. Mengembangkan nilai nilai religi dalam kehidupan bermasyarakat yang rukun penuh kesejukan sekaligus memelihara dan melestarikan keragaman budaya dan adat istiadat serta memperkuat peran Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan terhadap anak, termasuk issue Kesetaraan Gender dalam Pembangunan. e. Menciptakan sinergitas diantara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di Gorontalo dalam kaidah otonomi daerah sekaligus untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik, menurunkan angka kemiskinan serta menjalankan sistem tata pemerintahan yang baik dalam rangka reformasi birokrasi. Tujuan pembangunan kesehatan dalam hal ini terdapat pada misi ke-2 yang ditargetkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia dengan tingkat kualitas siap pakai pakai, sekaligus bertujuan memberikan jaminan yang memadai melalui layanan Gratis terhadap penyelenggaraan pendidikan dasar hingga menengah, termasuk di bidang kesehatan melalui pola insentif yang diistilahkan Universal Total Coverage. Hal ini menjadi peran strategis untuk memastikan pemerintah daerah menciptakan sistem yang berkeadilan dari akses maupun mutu pelayanan kesehatan yang baik khususnya bagi warga miskin (Pro-Poor). Menyingkapi persoalan dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Gorontalo, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pembangunan kesehatan yakni melalui Rencana Strategi (RENSTRA) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun yang menetapkan Visi, Misi dan Strategi maupun program program kesehatan sebagai berikut : 1. Visi Visi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya masyarakat untuk hidup sehat, memperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 12

14 akses atas sumber daya kesehatan, dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; Mandiri, adalahterwujudnya masyarakat mandiri untuk hidup sehat, melalui upaya pencegahan; Berkeadilan, adalah terwujudnya pelayanan kesehatan yang adil dan merata di Provinsi Gorontalo. 2. Misi Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui misi sebagai berikut : a. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungan. b. Menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan. c. Menggerakkan dan memberdayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. d. Meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan yang merata. e. Meningkatkan kapasitas aparatur dan kinerja layanan organisasi. 3. Tujuan Sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Gorontalo Tahun , Tujuan Jangka Menengah Pembangunan Kesehatan Provinsi Gorontalo adalah Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat yang dijabarkan dana Tujuan Rencana Strategi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun sebagai berikut : a. Peningkatan status kesehatan gizi masyarakat, b. Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan, c. Peningkatan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan serta menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan d. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) e. Terpenuhinya tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepualauan (DTPK), f. Peningkatan kinerja aparatur dan layanan organisasi 4. Sasaran Sasaran program yang ingin dicapai pada tahun 2013 sebagaimana Renstra tahun untuk mencapai tujuan diatas yakni : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 13

15 a. Meningkatnya statuskesehatan dan gizi masyarakat dengan : 1) Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 243,3/ KH Tahun 2012 menjadi 200/ KH Tahun ) Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 18,5/1000 KH Tahun 2012 menjadi 17/1000 KH Tahun ) Menurunkan prevalensi kekurangan gizi (standar WHO 2005) dari 14,44% Tahun 2012 menjadi 14,22% Tahun ) Meningkatnya Usia Harapan Hidup menjadi 67,52% Tahun ) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani menjadi 71% 6) Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes yang memiliki kompotensi kebidanan menjadi 93,50% 7) Cakupan kunjungan bayi menjadi 85,45% 8) Angka Kematian Balita (AKABA) menjadi 19,70/1000 KH 9) Angka Kematian Neonatal (AKN) menjadi 11/1000 KH b. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular melalui, : 1) Cakupan desa/kelurahan UCI menjadi 75% 2) Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100% 3) Cakupan penemuan dan penangan penderita penyakit TBC BTA Positif 86% 4) Cakupan penemuan dan penangan penderita DBD 100% c. Meningkatnya fasilitas dan akses pelayanan kesehatan di Provinsi Gorontalo ditandai dengan : 1) Rasio posyandu per satuan balita : 11,65% 2) Rasio puskesmas per satuan penduduk : 0,08 3) Rasio Pustu per satuan penduduk : 0,24 4) Jumlah Posyandu : 1330 d. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko financial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin, melalui : 1) Jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis sebanyak Jiwa 2) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin : 100% e. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada 5 tatanan, ditandai dengan: 1) Persentase rumah tangga yang ber-phbs 67,5% Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 14

16 2) Persentase rumah tangga pengguna air bersih yang sehat : 63,5% 3) Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang layak : 60% f. Meningkatnya perilaku masyarakat tentang penganekaragaman makanan khas daerah Gorontalo, sehingga diharapkan persentase balita gizi buruk menurun menjadi 4,03%. g. Meningkatnya pemenuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepualauan (DTPK), melalui : 1) Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk : 0,007 2) Rasio Dokter Gigi per satuan penduduk : 0,02 3) Rasio Dokter spesialis per satuan penduduk : 0,05 4) Rasio Dokter Umum per satuan penduduk : 0,26 5) Rasio Perawat per satuan penduduk : 1,23 6) Rasio Bidan per satuan penduduk : 0,66 7) Rasio Nutritionis per satuan penduduk : 0,27 8) Rasio apoteker per satuan penduduk : 0,06 h. Meningkatnya kapasitas aparatur Dinas Kesehatan. i. Meningkatnya kinerja organisasi Dinas Kesehatan. 5. Strategi dan Kebijakan Untuk mencapai Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang telah ditetapkan, maka strategi dan kebijakan yang diambil Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dalam kurun waktu adalah sebagai berikut : a. Strategi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo : 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif. 2) Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan. 3) Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan. 5) Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan yang merata dan bermutu. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 15

17 6) Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasil guna. b. Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 1) Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan KB 2) Perbaikan Gizi Masyarakat 3) Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan 4) Pengembangan sistem jaminan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin. 5) Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengasan obat dan makanan. 6) Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana & kirisis kesehatan 7) Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. 8) Pemenuhan, pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan 9) Peningkatan kualitas manajemen perencanaan program dan pembiayaan kesehatan serta sistem informasi kesehatan 6. Program/Kegiatan : Program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2013 ada 15 program dengan 46 kegiatan, untuk mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dengan rincian sebagai berikut: a. Program pelayanan administrasi perkantoran - Pelayanan jasa administrasi perkantoran b. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur - Peningkatan sarana dan prasarana perkantoran c. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur - Bimtek peningkatan kapasitas sumber daya aparatur d. Program peningkatan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan - Penyusunan anggaran, penatausahaan dan laporan keuangan SKPD - Rakor pelaksanaan anggaran pembangunan kesehatan tahun Monitoring, evaluasi dan pelaporan e. Program obat dan perbekalanan kesehatan - Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kefarmasian - Peningkatan pengawasan dan bahan berbahaya Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 16

18 f. Program upaya kesehatan masyarakat - Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas jaringannya - Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan - Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana - Peningkatan pelayanan kesehatan dan penderita gangguan jiwa g. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat - Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat - Pelayanan kesehatan pada kampung nelayan desa siaga aktif - Bimtek pelayanan posyandu terintegrasi PAUD dan bina KB kepada kader posyandu - Jaminan Kesehatan Semesta (JAMKESTA) h. Program perbaikan gizi masyarakat - Pemberian tambahan makanan dan vitamin - Pelatihan tenaga mulok ilmu gizi berbasis makanan khas daerah gorontalo - Survey pemantauan status gizi keluarga sadar gizi i. Program pengembangan lingkungan sehat - Pengkajian pengembangan lingkungan sehat j. Program pencegahan dan penaggulangan penyakit menular dan tidak menular - Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular langsung - Peningkatan imunisasi - Pencegahan Penularan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) - Penanggulangan dan pencegahan penyakit tidak menular - Survailance epidemiologi dan penanggulangan KLB k. Program standarisasi pelayanan kesehatan - Bimtek pelaksanaan program pembangunan - Pembekalan dr/drg PTT dan pembinaan teknis dr/drg PTT - Penyusunan Renja SKPD bidang kesehatan - Rapat koordinasi penyusunan tenaga PTT dr/ drg/ bidan PTT dan tugsus nakes tahun Peningkatan pengolahan data dan sistem informasi kesehatan - Bimtek bagi tim penilai angka kredit dan KTI jabatan fungsional kesehatan - Penilaian tenaga kesehatan teladan l. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin - Pelayanan sunatan masal - Pengobatan masal Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 17

19 - Pelayanan rujukan pasien miskin keluar daerah m. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak - Kemitraan bidan dan dukun melalui rumah tunggu persalinan kecamatan IPM rendah - Pendampingan puskesmas/ kecamatan IPM rendah dalam peningkatan cakupan dan penerapan program kesehatan ibu dan anak - Orientasi penggunaan dan pemanfaatan buku KIA bagi PKK, kader, dan masyarakat - Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan penjaringan anak sekolah di Kecamatan IPM rendah n. Program pembinaan upaya kesehatan - Pelayanan administrasi laboratorium kesehatan o. Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan mata - Pelayanan kesehatan klinik mata. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 18

20 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan upaya antar program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya upaya yang telah dilaksanakan sebelumnya. Gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Gorontalo yakni potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan berdasarkan dari hasil pencapaian program kesehatan, kondisi lingkungan stratgis, yang dipengaruhi oleh penduduk, pendidikan, kemiskinan perkembangan sektor lainnya. Permasalahan kesehatan yang terjadi berikut hasil dari upaya yang telah dilakukan menjadi input dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pada masa yang akan datang. Berdasarkan Visi, Misi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, maka pemerintah Provinsi bersama dengan Kabupaten / Kota berupaya mencapai target target program pembangunan kesehatan yang diimplementasikan melalui komitmen bersama yakni : Mewujudkan Good and Clean Governance melalui sinkronisasi perencanaan yang tepat dan evidence based dengan menciptakan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) kepada seluruh satuan kerja dengan memanfaatkan teknologi informasi melaui dukungan dan peran Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota dalam pencapaian brand topik tahun 2015 : 1). Menurunkan Jumlah AKI, AKB, AKABA hingga 50% dari tahun ). Menurunkan Jumlah Kasus Balita gizi Buruk 50% dari tahun ). Meningkatkan cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) menjadi 100%. Gambaran tentang derajat kesehatan selengkapnya meliputi indikator mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat. Mortalitas terdiri dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per-1000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per-1000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per Kelahiran Hidup dan Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. Morbiditas dilihat dari indikator indikator Angka Kesakitan Malaria per 1000 Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA +, Prevalensi HIV (Persentase Kasus Terhadap Penduduk Beresiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia <15 tahun per anak dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per Penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 19

21 Status Gizi di bawah garis merah (BGM) dan jumlah kasus balita gizi buruk. Keadaan ini masih dipengaruhi oleh keadaan social ekonomi dan budaya masyarakat yang mengakibatkan perubahan kondidi kependudukan, mobilitas penduduk dan kondisi lingkungan. Situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Gorontalo tahun 2014 dapat dilihat dari capaian Angka kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi yakni 194,7/ Kelahiran Hidup, angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 251,7/ KLH. Sedangkan untuk Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami capaian fluktuatif pada kurun waktu 3 tahun yakni pada tahun 2012 mencapai 18,7/1000 KLH mengalami penurunan signifikan ditahun 2013 yakni 13,3/1000 KLH, angka ini kemudian mengalami kenaikan ditahun 2014 menjadi 13,9/1000 KLH. Begitu pula halnya pencapaian Angka Kematian Balita (AKABA), angka ini merupakan keseluruhan jumlah kematian Neonatal, Bayi dan Balitayang mengalami fluktuasi dari tahun 2012 mencapai 20,9/1000 KLH menurun ditahun 2013 sebesar 15/1000 KLH, angka ini meningkat ditahun 2014 sebesar 15,3/1000 KLH. Capaian indikator derajat kesehatan di Provinsi Gorontalo selengkapnya diuraiakn pada bab ini. Untuk angka kesakitan di Provinsi Gorontalo saat ini masih perlu meningkatkan lg upaya pengendalian penyakit penyakit terutama penyakit degeneratif, sedangkan untuk penykit menulardiupayakan penemuan sebanyak banyaknya terhadap kasus penyakit sedini mungkin agar upaya pencegaran dan penanggulangan dapat dilakukan secara cepat, efektif dan efisien.angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti Polio, Campak, Dipteri, Pertusis, Hepatitis B dan tetanus baik pada maternal maupun neonatal secara nasional sudah sangat menurun, dibuktikan pada tahun 2014 Indonesia telah dinyatakan bebas Polio. Cakupan program yang merupakan indikator derajat kesehatan masyarakat Provinsi Gorontalo Tahun 2014 adalah sebagai berikut : A. Angka Kematian (Mortalitas) Mortalitas atau kejadian kematian dalam masyarakat seringkali digunakan sebagai indikator dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian. Angka mortalitas yang dibahas dalam profil ini merupakan laporan rutin dari Kabupaten / Kota yang berpengaruh signifikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, beberapa indikator mortalitas : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 20

22 - Angka Kematian Anak 1. Angka Kematian Neonatal (AKN) yakni kematian yang terjadi sebelum bayi berumur 1 bulan atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. 2. Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meniggal antara fase kelahiran hingga bayi umur <1 tahun disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah per 1000 kelahiran hidup ditahun itu. 3. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah balita sampai dengan usia 59 bulan (bayi + anak balita) yang meninggal disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. - Angka Kematian Ibu (AKI) Kematian ibu (maternal) adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau selama nifas. Angka kematian ibu sudah mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun hal ini masih jauh dari target yang sudah ditentukan tahun 2014, meskipun pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan bersalin yang meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan kunjungan pertama ibu hamil (K1) dan kunjungan ke empat (K4) cenderung mengalami peningkatan. Penyebab utama kematian ibu yakni akibat menderita penyakit pada kehamilan dan perdarahan pada saat persalinan. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah anemia, ibu hamil yang menderita penyakit degeneratif dan kondisi ibu yang masuk dalam kelompok resiko tinggi. Gambaran angka mortalitas di Provinsi Gorontalo selengkapnya dapat dilihat dalam uraian berikut : 1. Angka Kematian Neonatal Angka kematian neonatal adalah jumlah bayi usia sampai 28 hari yang meninggal disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup pada wilayah dan kurun waktu yang sama. Tinggi rendahnya Neonatal Mortality Rate (NMR) berguna untuk menggambarkan 3 (tiga) hal yakni Pelayanan Antenatal Care (ANC) yang berkualitas, Pelayanan Post Natal dan Program pertolongan persalinan dan penanganan kasus kegawatdaruratan neonatal essensial. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 21

23 Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, angka kematian neonatal (AKN) cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2010 ke tahun 2012 mengalami peningkatan. Sedangkan di tahun 2012 AKN mencapai 11,7/1000 Kelahiran Hidup menurun terus tahun 2013 hingga tahun 2014 dengan AKN mencapai 9,8/1000 KLH. Berikut angka kematian neonatal selama kurun wktu 5 (lima) tahunsebagai berikut : Gambar : 3.1 Trend Angka Kematian Neonatal (AKN) Kurun Waktu 5 Tahun Provinsi GorontaloTahun Target RPJMD tahun Gambar diatas menunjukkan trend kematian neonatal pada kurun waktu 5 tahun. Peningkatan capaian AKN disebabkan antara lain tertinggi oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2011 sebesar 39%, kemudian Asfiksia sebanyak 27%, selebihnya karena kelainan kongenital dan lain lain. Hal ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya, begitu juga peningkatan yang terjadi ditahun Permasalahan dan tantangan diwaktu itu adalah mempersiapkan calon ibu agar benar benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatannya sehingga mampu melindungi janin dan bayi dari infeksi. Penurunan AKN dari tahun 2012 hingga sekarang dikarenakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi melalui kunjungan ke sarana kesehatan secara umum dilihat dari capaian Provinsi lebih meningkat dibandingkan tahun tahun sebelumnya, sehingga penanganan dan pengawasan terhadap bayi sakit dapat segera ditangani.berikut angka kematian neonatal dilihat dari capaian Kabupaten / Kota se Provinsi gorontalo. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 22

24 Gambar : 3.2 Jumlah dan Angka Kematian Neonatal (AKN) Kabupaten / Kota Provinsi GorontaloTahun Kota Gtlo Kab. Gtlo Boalemo Pohuwato Bonbol Gorut Jumlah Angka Dari gambar diatas dapat diketahui jumlah kematian neonatal yang dilihat dari pencapaian Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo. Jumlah kematian neonatal Provinsi Gorontalo tahun 2014 yakni mencapai 198 kematian neonatal (9,8/1000 KLH), jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun 2013 yakni sebanyak 202 kematian neonatal dengan angka kematian sebesar (10/1000 Kelahiran Hidup).Capaian menurut Kabupaten/Kota tertinggi jumlah kematian neonatal yakni terjadi di Kabupaten Gorontalo sebanyak 59 neonatal, disusul Kabupaten Boalemo sebanyak 41 neonatal dan terendah Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara masing masing sebanyak 17 neonatal mati. Tetapi secara angka kematian neonatal, tertinggi terjadi di Kabupaten Boalemo dan terendah di Kabupaten Pohuwato. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk dan jumlah lahir hidup di Kabupaten Gorontalo jauh lebih banyak dibandingkan Kabupaten Boalemo, sehingga mempengaruhi besaran angka kematian yang dibandingkan dengan jumlah kelahiran hidup diwilayah tersebut. Kematian neonatal tertinggi disebabkan karena BBLR yakni sejumlah 85 neonatal mati dengan persentase 42,93%, BBLR dapat disebabkan karena kondisi kesehatan ibu pada saat hamil dan melahirkan terutama maslah Gizi ibu hamil yang tidak tercukupi dan penyebab lainnya yang berkaitan. Jumlah tertinggi selanjutnya yakni kematian yang disebabkan oleh Asfiksiayang merupakan suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 23

25 spontan dan teratur, jumlah ini mencapai 43 kematian neonatal dengan persentase 21,72%. Proporsi penyebab kematian neonatal selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 3.3 Proporsi Kematian Neonatal Berdasarkan Faktor Penyebab Provinsi GorontaloTahun % 1.52 % 2.02 % % 5.56 % 4.04 % % BBLR Asfiksia Sepsis Kelainan Kongenital Ikterus Masalah Laktasi Lain - Lain Sumber : Seksi KIA Dinas kesehatan Prov. Gorontalo Tahun Angka Kematian Bayi(AKB) Di Provinsi Gorontalotrend AKB dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi, ditahun 2010 capaian AKB mencapai 12,9/1000 KLH. Angka ini terus mengalami peningkatan hingga tahun 2012 dengan AKB 18,7/1000 KLH. Ditahun 2013 AKB mengalami penurunan hingga 13,3/1000 KLH tetapi mengalami peningkatan ditahun 2014 yakni mencapai 13,9/1000 KLH. Gambar : 3.4 Trend Angka Kematian Bayi Provinsi Gorontalo Tahun Target Nasional AKB : 23/1000 KLH AKABA Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 24

26 AKB di tahun 2014 sudah mencapai target nasional (23/1000 KLH) maupun target RPJMD (16/1000 KLH), namun hal ini masih menjadi permasalahan dari segi jumlah anak mati yang harus terus diturunkan. Walaupun terjadi penurunan AKB saat ini, namun penurunan kematian cenderung melambat dalam 3 tahun terakhir bahkan di tahun 2014 mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan. Dari data yang bersumber dari Kabupaten / Kota angka kematian yang terjadi yakni angka kematian neonatal yang merupakan penyumbang terbesar AKB, kematian neonatal menunjukkan jumlah yang tinggi dibandingkan dengan angka kematian bayi dan balita. ini mengakibatkan proporsi kematian neonatal semakin besar dari tahun ke tahun jika dibandingkan dengan seluruh kematian bayi dan balita. Berdasarkan hasil sementara SDKI tahun 2012, sebanyak 59,4% kematian bayi dan 47,5% kematian balita terjadi pada usia neonatal. Oleh karena itu, AKN harus diturunkan dengan upaya meningkatkan kesehatan ibu hamil dan menjamin pertolongan persalinan yang aman sesuai dengan tujuan akhir MDGs 5 tentang memperbaiki kesehatan ibu.dari angka kematian bayi dan balita per 1000 KLH di Provinsi Gorontalo dapat dilihat jumlah kematian bayi dan balita sebagai berikut : Gambar : 3.5 Jumlah dan Angka Kematian Bayi (AKB)Menurut Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Target RPJMD Tahun 2014 : AKB 16/1000 KLH, Nasional : 23/1000 KLH Angka Jumlah Kota Gtlo Kab. Gtlo Boalemo Pohuwato Bonbol Gorut Gambar diatas menunjukkan jumlah dan angka kematian pada bayi, dimana kematian bayi terbanyak terjadi di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo masing masing sebanyak 72 bayi mati. Kematian bayi pada gambar Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 25

27 diatas yakni jumlah kematian neonatal di tambah dengan kematian bayi (usia 0-11 bulan). Tetapi untuk angka kematian lebih tinggi terjadi di Kabupaten Boalemo (28,1/1000 KLH) dibandingkan Kabupaten Gorontalo (11,3/1000 KLH), hal ini dikarenakan perbandingan jumlah kelahiran hidup yang jauh lebih tinggi di Kabupaten Gorontalo.Jumlah kematian bayi terbesar selanjutnya yakni di Kota Gorontalo sejumlah 50 kematian bayi dengan angka kematian 13,1/1000 KLH. Jumlah kematian bayi terendah terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara dengan 23 kematian (11,3/1000 KLH) sedangkan dilihat dari angka terendah Kabupaten Pohuwato. Adapun penyebab kematian Bayi di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 3.6 Proporsi Angka Kematian Bayi (AKB)Brdasarkan Penyebab Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Lain - Lain 41% Pneumonia 16% Diare 25% Gizi Buruk 1% Infeksi 7% Kelainan Saraf 1% Kelainan Kongenital 9% Diare dan Pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Provinsi Gorontalo tahun Kematian bayi yang disebabkan oleh Diare mencapai 20 bayi dengan persentase 25% dan berikutnya Pneumonia sejumlah 12 bayi dengan persentase 15%, sedangkan jumlah kematian terendah diakibatkan oleh kelainan syaraf 1 bayi dengan persentase 1%. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) berbasis masyarakat merupakan upaya ditingkat pelayanan kesehatan dasar beserta masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi penyakit pada anak. Banyak anak-anak yang tidak dapat menjangkau tenaga kesehatan dapat ditolong oleh kader- Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 26

28 kader kesehatan yang berada diwilayah Puskesmas dan melaporkan denga cepat kejadian penyakit yang ada dimasyarakat. Program ini berhasil menjangkau anak balita sakit di wilayah yang sangat sulit. Tanpa dedikasi para kader dan kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan, sebagian besar anak balita di wilayah sulit ini tidak mendapatkan akses ke layanan pengobatan. 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Pada target pencapaian MDGs menurunkan angka kematian anak merupakan Goals ke 4 sekaligus merupakan Goals yang harus dicapai diakhir tahun Angka kematian anak dalam hal ini adalah Angka Kematian Balita (AKABA) usia 0 59 bulan. seperti halnya angka kematian neonatal dan bayi, AKABA ini juga dapat memberikan gambaran status kelangsungan hidup disuatu wilayah. Di Provinsi Gorontalo trend AKABA dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 3.7 Trend Angka Kematian Balita (AKABA) Provinsi Gorontalo Tahun Target Nasional AKABA : 32/1000 KLH AKABA Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 27

29 Untuk data jumlah dan AKABA ditahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar : 3.8 Jumlah dan Angka Kematian Balita (AKABA)Menurut Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Target RPJMD Tahun 2014 : AKABA 18,50/1000 KLH, Nasional : 32/1000 KLH Angka Jumlah Kota Gtlo Kab. Gtlo Boalemo Pohuwato Bonbol Gorut Gambar diatas menunjukkan besaran jumlah dan angka kematian balita di Provinsi Gorontalo. Jumlah balita mati tertinggi di Kabupaten Gorontalo sebesar 81 balita mati dengan angka kematian 12,72/1000 KLH. Kematian tertinggi selanjutnya terjadi di Kabupaten Boalemo sebanyak 75 kematian balita dengan angka 29,27/1000 KLH, jumlah kematian balita terendah berada di Kabupaten Gorontalo Utara yakni 26 balita mati dengan angka kematian 12,74/1000 KLH. Angka kematian balita terendah terjadi di Kabupaen Pohuwato yang hanya mencapai 10,35/1000 KLH. Adapun penyebab kematian Balita di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 28

30 Gambar : 3.9 Proporsi Angka Kematian Balita (AKABA)Brdasarkan Penyebab Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Diare 19% DBD 11% Lain - Lain 59% Thypoid 7% Diaremerupakan penyebab utama kematian balita di Provinsi Gorontalo tahun Kematian balita yang disebabkan oleh Diare mencapai 19% balita berikutnya kemtian balita yang disebabkan oleh DBD dengan persentase 11%, Thypoid 7% dan terendah diakibatkan oleh kelainan saluran cerna 4%bayi. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) berbasis masyarakat merupakan upaya ditingkat pelayanan kesehatan dasar beserta masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi penyakit pada anak. Banyak anak-anak yang tidak dapat menjangkau tenaga kesehatan dapat ditolong oleh kaderkader kesehatan yang berada diwilayah Puskesmas dan melaporkan denga cepat kejadian penyakit yang ada dimasyarakat. Program ini berhasil menjangkau anak balita sakit di wilayah yang sangat sulit. Tanpa dedikasi para kader dan kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan, sebagian besar anak balita di wilayah sulit ini tidak mendapatkan akses ke layanan pengobatan. - Angka Kematian Ibu (AKI) Kel. Saluran Cerna 4% Kematian ibu maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau selama nifas. Angka kematian ibu sudah mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun hal ini masih jauh dari target yang sudah ditentukan tahun 2014, meskipun pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan bersalin yang meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan kunjungan pertama ibu hamil (K1) dan kunjungan ke empat (K4) cenderung mengalami peningkatan. Penyebab utama kematian ibu yakni akibat menderita penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 29

31 pada kehamilan dan perdarahan pada saat persalinan. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah anemia, ibu hamil yang menderita penyakit degeneratif dan kondisi ibu yang masuk dalam kelompok resiko tinggi. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penilaian derajat kesehatan ibu yang juga masuk menjadi target MDGs Goals nomor 5 yakni, meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu hingga 3/4 sampai tahun Selain itu, target dari MDGs 5 ini mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015(102/ KLH). Angka kematian ibu secara nasional menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Berdasarkan survei dari SDKI terakhir tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 120 per Kelahiran Hidup, angka ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan namun masih jauh dari target yang harus dicapai. Jumlah kematian ibu di Provinsi Gorontalo tahun 2014 mencapai 39 ibu mati, jumlah ini menurun dibandingkan dengan kematian ibu di tahun 2013 yakni mencapai 52 ibumati. Untuk Provinsi Gorontalo belum dapat menghitung Angka Kematian Ibu dikarenakan jumlah kelahiran belum mencapai kelahiran hidup,tetapi guna mengukur capaian kinerja bidang kesehatan ditingkat daerah berdasarkan Rencana Pemerintah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melalui komitmen antara Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur, Wakil Gubernur dan Satuan Kerja Dinas Kesehatan maka untuk melihat keberhasilan program kesehatan ibu dihitung dengan menggunakan jumlah dan angka kematian ibu. Indikator AKI sangat dibutuhkan daerah sebagai tolok ukur dalam perencanaan dan evaluasi bidang kesehatan selanjutnya, sehingga setiap tahunnya tetap menghitung capaian kinerja membandingkan jumlah kematian dengan kelahiran hidup dalam konstanta KLH. Tahun 2014dari jumlah Kematian ibu sebanyak 39 ibu matitertinggi terjadi pada kelompok umur tahun sebanyak 32 kematian ibu. Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2013 yakni 52 ibu mati. Jumlah kematian ibu per Kabupaten / Kota selengkapnya digambarkan melalui grafik berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 30

32 Gambar : 3.10 Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Umur Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Target Nasional : 102/ KLH, Target RPJMD 2014 : 159,1/ KLH Kota Gtlo Kab. Gtlo Boalemo Pohuwato Bonbol Gorut <20 Thn Thn >35 Thn Gambar diatas menunjukkan jumlah kematian ibu berdasarkan golongan umur dimana pada golongan umur <20 tahun jumlah kematian 1ibu yang terjadi di Kabupaten Gorontalo. Kematian ibu pada golongan umur tahun terjadi 32 kematian ibu tertinggi di Kabupaten Gorontalo sebanyak 11 ibu mati dan terendah di Kabupaten pohuwato dan Gorut masing masing 3 ibu mati. Pada kelompok umur >35 tahun terjadi 6 kematian ibu yang tertinggi terjadi di Kabupaten Gorontalo 3 kematian ibu, di Kabupaten Pohuwato 2 kematian dan Kota Gorontalo 1 kematian ibu.kematian ibu tertinggi terjadi pada kelompok umur tahun, hal ini dikarenakan antara lainusia tersebut merupakan usia produktif seorang wanita, sehingga kehamilan diusia ini lebih banyak di bandingkan dengan usia lainnya yang secara tidak langsung juga menyebabkan resiko kematian terbanyak ada pada range umur ini. Jumlah penduduk dengan usia kehamilan tertinggi tahunjuga dibuktikan dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013di daerah perkotaan maupun pedesaan tertinggi kehamilan pada usia prodiktif yakni tahun. Sehingga pada rentan umur tersebut terdapat banyak kejadian kematian diakibatkan banyaknya kehamilan diusia tersebut. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 31

33 Gambar : 3.11 Proporsi penduduk yang sedang hamil berdasarkan laporan rumah tangga Menurut kelompok umur dan tempat tinggal, Indonesia 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Sedangkan trend kematian ibu di Provinsi Gorontalo dari kurun waktu tahun 2010 hingga 2014 mengalami fluktuasi yakni sebanyak 40 ibu mati di tahun Selanjutnya pada tahun 2011 meningkat sebanyak 49 ibu mati hingga tahun 2013 meningkat lagi menjadi 52 ibu mati. Di tahun 2014 angka ini mengalami penurunan yakni sebanyak 39 kematian ibu (194,7/ KLH). Data selengkapnnya dapat dilihat melalui gambar berikut : Gambar : 3.12 Trend Jumlah dan Angka Kematian Ibu kurun waktu 5 (Lima) tahun Provinsi Gorontalo Tahun Target RPJMD AKI 2014 : 159,1/ KLH Angka Jlh Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun Trend angka kematian ibu di Provinsi Gorontalo yang mengalami fluktuatif selama kurun waktu 5 tahun ini menggambarkan bahwa masalah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 32

34 yang sama yang menjadi penyebab kematian ibu belum terselesaikan dengan baik. Masalah utama penyebab kematian ibu berdasarkan laporan dari penyebab kematian ibu Kabupaten / Kota adalah masih tingginya persentase perdarahan yang terjadi di tahun 2014 sebanyak 10 kejadian dengan persentase 25,6%. Hal ini disebabkan terlambatnya penanganan kegawatdaruratan obstetri sebagai akibat dari keterlambatan sarana pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dengan resiko tinggi.selain itu juga terdapat faktor tenaga kesehatan yakni bidan yang belum melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri secara optimal. Sesuai data kesehatan ibu Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2013, dari 779 bidan yang berada di Provinsi Gorontalo (baik bidan PNS dan bidan PTT) hanya 232 bidan yang telah dilatih Asuhan Persalinan Normal (APN). Pelatihan APN bertujuan agar terlaksananya persalinan normal dengan baik dan benar, selain itu penyebab lainnya adalah kepesertaan KB berkualitas yang masih kurang.berikut data jumlah dan persentase kematian ibu berdasarkan penyebab kematian : Gambar : 3.13 Jumlah dan Persentase Kematian Ibu Berdasarkan Penyebab Kematian Provinsi Gorontalo Tahun (43.6 %) 10 (25.6 %) 8 (20.5 %) 4 (10.3 %) Perdarahan Infeksi Hipertensi Lain - Lain Penyebab lain Kematian Ibu dipengaruhi pula karena rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil yang merupakan penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Permasalahan yang terjadi ini tentunya menjadi tanggungjawab seluruh lapisan, lingkungan kesehatan, lintas sektor dan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 33

35 masyarakat, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Sehingga penyelesaian masalah yang antara lain berupa kebijakan, program kegiatan oleh pemerintah dan peran serta keluarga maupun masyarakat agar dapat bersama sama berkomitmen berupaya menjaga kesehatan ibu dan menurunka angka kematian ibu dengan tepat. Berdasarkan data penyebab kematian ibu diatas bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibuyakni pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (25,6%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan sebesar 20,5%. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, danakan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. Sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (10,3%). Dari data yang ada, upaya pelayanan terhadap ibu hamil sudah cukup tinggi dilihat dari cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2014 mencapai 91%, secara nasional capaian ini sudah mencapai target yakni 90% (Target Nasional) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. pelayanan K1 100,2% an K4 mencapai 89,1%. Sehingga faktor penyebab kematian saat ini difokuskan pada ibu hamil dengan resiko tinggi yang dikarenakan penyakit dan kebutuhan gizi ibu hamil yang masih kurang. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan provinsi Gorontalo tahun 2014 sebesar 91%sudah meningkat dibandingkan dengan 73% capaian dalam SDKI Apabila dilihat dari Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya kondisi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 34

36 geografis yang sulit sehingga memerlukan sarana dan prasarana serta tenaga yang siap diwilayah tersebut. 1. Usia Harapan Hidup (UHH) Usia Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup yang rendah disuatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pembrantasan kemiskinan. Tabel :3.14 Capaian Usia Harapan Hidup (UHH) Provinsi Gorontalo Tahun Target RPJMD 2013 UHH : 67, Tahun UHH Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Usia harapan hidup Provinsi Gorontalo dari kurun waktu tahun 2006 sampai 2012 mengalami peningkatan, dimana tahun 2006 capaian usia harapan hidup 65,6 tahun terus meningkat hingga tahun 2013 mencapai 67,54 tahun. Peningkatan UHH Provinsi Gorontalo seiring dengan peningkatan IPM, dari 71,31% ditahun 2013 meningkat menjadi 71,77% di tahun 2014.Meningkatnya upaya kesehatan melalui pelayanan kesehatan di Puskesmas dan meningkatnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 35

37 Dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang kesehatan dapat dilihat dari capaian Usia Harapan Hidup (UHH), Angka Kematian Ibu (Ibu) dan pencapaian Angka Kematian Bayi (AKB). Pengukuran IPM ini dibuat utuk menentukan lokasi program dan kegiatan yang akan direncanakan dan dilaksanakan ke depan. B. Angka Kesakitan (Morbiditas) 1. Angka Kesakitan TB Tuberculosis adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri yang berpengaruh pada paru, sistim kekebalan tubuh yang baik dapat mengendalikan penyakit ini. Menurut WHO penyakit TB adalah penyebab kematian yang besar untuk ODHA diseluruh dunia, sehingga percepatan penanggulangan dan pengendalian penyakit ini secara nasional ditargetkan melalui komitmen global Millenium Development Goals (MDG s) hingga tahun 2015 melalui goal 6 (enam) yakni Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya. Hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang di diagnosis TB Paru menurut Riskesdas 2013 yakni 0,4%. Gorontalo termasuk dalam 5 (Lima) Provinsi dengan TB Paru tertinggi (0,5%), Provinsi lain adalah Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Banten (0,4%) dan Papua Barat (0,4%). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar :3.15 Prevalensi TB Paru Menurut Provinsi Tahun 2007 & 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 36

38 Angka Kasus Baru TB Paru BTA positif yang di Notifikasi per Kabupaten /Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 yang bersumber dari profil kesehatan Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar :3.16 Proporsi Pasien Tb Paru Positif Tahun 2014 Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Prov. Gorontalo Thn 2014 Berdasarkan data diatas, kasus baru TB Paru BTA + yang ditemukan di Provinsi Gorontalo Tahun 2014, terbanyak di Kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak 620 kasus paling sedikit di Kabupaten Pohuwato sebanyak 124 kasus, rata rata Provinsi Gorontalo Case Notification Rate (CNR) adalah 179 per penduduk. Angka ini tidak dapat menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan karena penemuan kasus ini berdasarkan kinerja dari petugas di lapangan. Capaian ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 dengan CNR (Case Notification Rate) mencapai 163 per penduduk tahun Adapun indikator keberhasilan program pengobatan TB Paru BTA positif dapat diukur dalam angka success rate. Persentase Success Rate (SR) adalah Persentase pasien TB Paru BTA positif yang dinyatakan sembuh ditambah dengan % penderita TB paru BTA + yang selesai berobat. Provinsi Gorontalo angka success rate mencapai 85,3%, tertinggi di Kabupaten Bone Bolango mencapai 98,5% dan terendah di Kabupaten Pohuwato yang hanya 15,2%. Data capaian program selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 37

39 Gambar :3.17 Persentase Angka Success Rate TB Paru BTA Positif di Kabupaten / Kota se-provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Prov. Gorontalo Tahun 2014 Gambar diatas menunjukkan persentase capaian success rate TB terendah SR adalah Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Secara Nasional angka Provinsi ini sudah mencapai target. Analisis ini dibuat berdasarkan data yang ada pada aplikasi SITT dan hasilnyapun sangat tergantung dengan kinerja petugas puskesmas untuk melakukan input data pada aplikasi tersebut. Secara manual Angka SR Kabupaten / Kota sudah > 95% akan tetapi di aplikasi SITT yang terbaca adalah angka yang diinput oleh petugas Puskesmas/Kabupaten. 2. Angka Kesakitan Pneumonia Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi napas >50 kali/menit), sesak dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Di Indonesia menurut hasil Riskesdas insiden dan prevalensi pneumonia tahun 2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Lima Provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi menurut umur adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) (4,6% dan 10,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat (3,1% - 6,1%) dan Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8%). Hasil Riskesdas menyatakan Provinsi Gorontalo mengalami insiden dan prevalensi pneumonia Tahun 2013 yakni 1,7% dan 4,1%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 38

40 Gambar :3.18 Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Balita Kabupaten / Kota Se Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Profil Kes. Kabupaten / Kota Tahun 2014 Persentase Cakupan penemuan kasus pneumonia balita di kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo masih jauh dari standar Nasional (85%), Provinsi Gorontalo baru mencapai 49.5%. Angka tertinggi adalah Kabupaten Boalemo 99% dan terendah Kabupaten Pohuwato 13.1%. Cakupan penemuan pneumonia balita sangat tergantung pada ketrampilan petugas dalam melakukan diagnosa dan tata laksana secara tepat kasus pneumonia balita, selain itu juga kerja sama serta koordinasi dengan praktek-praktek swasta juga mendukung dalam pencapaian target penemuan kasus pneumonia balita. Kasus yang ditemukan sama artinya telah dilakukan tata laksana sesuai standar. Upaya ini diharapkan dapat membantu menekan angka kematian bayi balita akibat penumonia. 3. Kasus HIV / AIDS AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebut dengan retroviruses yang sering disebut dengan HIV.Virus AIDS menyerang sel darah putih khususnya yang disebut dengan T-lymphocytes. Seseorang yang terinfeksi HIV AIDS system kekebalan tubuhnya akan menurun drastis. Kasus HIV /AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan termasuk di Provinsi Gorontalo, sampai Desember 2014 kasus HIV/AIDS dilaporkan kasus HIV sebanyak 37 kasus, AIDS sebanyak 75 kasus. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 39

41 Gambar :3.19 Jumlah Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Kelompok umur Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Profil Kesehatan Kab / Kota Tahun 2014 Untuk kasus HIV Aids dilakukan analisis berdasarkan ditribusi kelompok umur, berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa penderita HIV/Aids terbanyak pada kelompok usia produktif tahun, Kasus HIV 37 kasus dan Aids 75 kasus. Data ini dapat menjadi pertimbangan dalam merencanakan kegiatan atau intervensi untuk melakukan pengendalian penyakit HIV Aids, Meskipun prevalensinya kecil akan tetapi jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahunnya merupakan permasalahn yang harus dicarikan solusinya. Indikator kinerja pada tahun 2015 adalah ODHA (orang dengan HIV aids) yang diberikan obat ARV (Anti Retroviral Virus). Target MDGs untuk HIV dan Aids adalah menghentikan laju penyebaranserta membalikkan kecenderungan pada tahun Kedua hal ini belum sepenuhnya kita laksanakan karena di Indonesia khususnya di Provinsi Gorontalo keadaan tidak terkendali. Masalah utama yang harus diatasi adalah rendahnya pengetahuan dan kesadaran tentang isu isu HIV Aids serta terbatasnya layanan untuk menjalankan tes untuk pengobatan dan stigma yang kuat yang menganggap bahwa HIV hanya memihak pada orang orang yang tidak bermoral, menjadi tantangan bersama.berbagai kebijakan pemerintah diarahkan dalam penanggulangan AIDS, salah satunya sejak tahun 1994 pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden No. 26 tahun 1994 dibentuklah Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) ditingkat Nasional yang Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 40

42 kemudian disusul terbentuknya KPA seluruh Provinsi dan masih banyak lagi kebijakan internasional terkait dengan pengendalian lajunya epidemik HIV/AIDS. Dari kebijakan ini muncul langkah langkah prioritas yang mencantumkan program ini dalam perencanaan strategis pembangunan kesehatan, menetapkan dan memperkuat KPA untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan HIV/AIDS bersama perangkat daerah lainnya. 4. Kasus Diare Diare atau diarrhea adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus menerus dengan tinja atau feses dengan kandungan air berlebihan. Gambar :3.20 Presentase Kasus Diare yang di Tangani per Kabupaten / Kota Se - Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Profil Kesehatan Kab / Kota Tahun 2014 Persentase kasus diare yang ditemukan dan ditangani sesuai standar di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 adalah 102,7%, angka ini secara Nasional telah mencapai target, dengan asumsi angka kesakitan 214 per 1000 penduduk dan target penemuan sebesar 10%. Berdasarkan hasil kajian diare tahun 2014 angka kesakitan diare adlah 997 per 1000 penduduk,ini berarti hampir semua penduduk di Indoensia pernah sakit diare, oleh karenanya perlu dipertimbangkan bahwa target penemuan kasus diare dapat ditingkatkan, 15-20% sehingga penemuan kasus dapat lebih maksimal khususnya untuk tata laksana sesuai standar. Saat ini program pemerintah yang dapat dilakukan untuk intervensi dalam pengendalian penyakit diare adalah LROA (Layanan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 41

43 Rehidrasi Oral Aktif) dan untuk indikator kinerja program diare selanjutnya adalah Kabupaten /Kota dengan persentaselroa aktif dipuskesmas. 5. Kasus Kusta Berdasarkan indikator kinerja Nasional program kusta adalah persentase kasus kusta pada anak usia 0-14% serta kasus kusta cacat tk II < 5%.Kusta adalah penyakit infeksi menahun yang disebabkan kuman kusta yang menyerang kulit dan saraf tepi yang disebut dengan mycobacterium leprae. Dalam tubuh manusia, kuman dapat ditemukan dikulit, kelenjar keringat, folikel rambut dan air susu ibu. Penyakit kusta (lepra) masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar di Indonesia,beban Kusta di Indonesia terbagi atas dua, yaitu provinsi dengan bebab kusta rendah (low endemik) dan Provinsi dengan kasus baru 10 atau lebih (High endemik).tahun 2013 Provinsi Gorontalo masih termasuk kategori Provinsi dengan beban kusta tinggi (High Endemik) dengan Penemuan kasus sebesar 19,23 per penduduk, dengan proporsi terbanyak penderita adalah laki-laki sebesar 62,96% dan perempuan sebanyak 37,04%. Demikian juga dengan kasus pada anak dan angka kecacatan tingkat II, pada tahun 2014 persentase kasus kusta dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar :3.21 Persentase Kasus Kusta pada Anak dan Cacat Tkt. II per Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Profil Kesehatan Kab / Kota Tahun 2014 Gambar di atas menunjukkan proporsi angka kasus kusta. Provinsi Gorontalo pada tahun 2014 masih diatas <5%, yaitu kasus pada anak 6% dan kasus cacat tk. II 8,7%. Capaian ini menurun dibandingkan dengan tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 42

44 2013 dengan angka proporsi cacat tk. II sebesar 6,5% melebihi standar Nasional. Artinya penularan kasus kusta masih terjadi dan juga penemuan kasus yang terlambat, untuk kedepan indikator kinerja program kusta adalah % cacat pada kasus baru kusta yang ditemukan, intervensi program yang diharapkan memiliki daya ungkit dalam pencapaian kinerja ini adalah kegiatan RVS (Rapid Village Survey) yaitu kegiatan yang dilakukan dilokasi endemis kusta yang bertujuan untuk menemukan kasus kusta sedini mungkin sebelum terjadinya cacat. Adapun proporsi paling besar kasus dengan cacat tk. II adalah di Kabupaten Gorontalo Utara (31,6%) dan terendah adalah Kabupaten Gorontalo (2,4%). Angka proporsi cacat tk.ii menunjukkan kinerja petugas dalam case finding dan case holding, bisa diasumsikan kinerja petugas rendah kemungkinan lain adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tanda dini kusta. Untuk kasus kusta pada anak secara Nasional di tetapkan targetnya yakni <5%. Untuk Tahun 2014 Provinsi Gorontalo sebesar 6% menurun dibandingkan tahun sebelumnya yakni 9,7%, dengan proporsi kasus kusta pada anak terbesar di kabupaten Gorontalo sebesar 14,6% dan terendah di Kota Gorontalo yakni 3,6%. Tingginya kasus pada anak menunjukkan masih tingginya penularan kusta di masyarakat. 6. Kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) per Penduduk < 15 tahun Acute Flaccid Paralysis (AFP) merupakan gejala awal dari penyakit polio. AFP adalah semua anak < 15 tahun dengan kelumpuhan (paralysis/paresis) yang sifatnya layuh (Flaccid) terjadi secara mendadak (Acute), bukan disebabkan oleh ruda paksa. Data surveilans menyatakan insiden polio tertinggi pada usia< 3 tahun (50 75%). Indikator yang harus dicapai pada surveilans AFP ini adalah non polio AFP Rate dan specimen adekuat. Secara Nasional telah memenuhi target yaitu >2 per anak usia<15 Tahun, dengan specimen adekuat >80%. Termasuk di Provinsi Gorontalo untuk tahun 2014 AFP (Non Polio) Rate per mencapai 5,65 / , capaian ini menurun dibandingkan dengan tahun 2013 AFP Rate (Non Polio) adalah 5,87 per anak usia < 15 Tahun, akan tetapi angka ini belum merata di Kabupaten / Kota. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 43

45 Gambar :3.22 Jumlah kasus AFP per Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo dan AFP Rate per penduduk usia < 15 tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab / Kota Tahun 2014 Dalam strategi pencapaian eradikasi polio (endgame Polio strategy) salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah survilance AFP yang berkualitas. Provinsi Gorontalo Untuk tahun 2014 AFP Rate per penduduk usia < 15 tahun adalah 5,65. Angka ini telah melebihi target Nasional (> 2 per penduduk usia <15 tahun). Intervensi program yang dilakukan adalah peningkatan kualitas surveilans juga penatalaksanaan specimen sesuai standar. Gambar di atas menunjukkan jumlah kasus AFP per Kabupaten / Kota, tertinggi kasus AFP terjadi di Kabupaten Boalemo sejumlah 9 kasus, Kabupaten Gorontalo sebanyak 4 Kasus, Kabupaten Pohuwato dan Bone Bolango masing - masing sebanyak 2 kasus dan terendah Kabupaten Gorotalo dan Gorontalo Utara masing masing 1 Kasus. 7. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam berdarah atau demam dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau beberapa jenis nyamuk menularkan atau menyebarkan virus dengue. Gejala dari demam dengue ini adalah demam, sakit kepala, kulit kemerahan yang tampak seperti campak, nyeri otot dan persendian. Jumlah kasus DBD yang dilaporkan di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 berjumlah 289 kasus dengan angka Insiden Rate (IR) per penduduk 26,5 (Angka Nasional 51 per penduduk). angka ini meningkat dibandingkan dari jumlah kasus ditahun 2013 yakni sebanyak 243 kasus. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 44

46 Gambar :3.23 Jumlah Kasus DBD dan Angka Insiden Rate per Penduduk Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Profil Kesehatan Kab / Kota Tahun 2013 Gambar diatas menujukkan di tahun 2014 jumlah kasus DBD yang ditemukan adalah 289 kasus dengan Incidence Rate (IR) 26.5 per penduduk, target Nasional IR DBD adalah 20 per penduduk. Cakupan program ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 dengan IR 21,6 / penduduk. Hal ini berarti bahwa angka kesakitan DBD di Provinsi Gorontalo masih cukup tinggi. Selain itu juga penyakit DBD di Provinsi Gorontalo untuk tahun 2014 menduduki peringkat I, sebagai penyakit yang sering menyebabkan KLB di wilayah Provinsi Gorontalo pada tahun Meskipun Insiden Rate DBD masih jauh dari angka nasional, tetapi berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) selama tahun 2014 DBD merupakan salah satu penyakit menular yang paling sering menimbulkan KLB yakni sebanyak 46 KLB sepanjang tahun Intervensi program yang dilaksanakan adalah selain menggiatkan kegiatan 3M Plus, Kegiatan PSN/Jumat bersih, Jumantik (Juru Pemantau Jentik) 1 rumah 1 jumantik, Pokjanal DBD (merupakan sarana untuk menyeimbangkan peran pemerintah dan masyarakat serta multi sektor dalam pengendalian dan penanggulangan DBD. Sebagai sarana komunikasi lintas sektor dalam pengendalian DBD, fogging menjadi alternatif terakhir kegiatan penanggulangan dan dilakukan berdasarkan hasil surveilans epidemiologi. 8. Kasus Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDG s) tujuan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 45

47 ke 6 yakni perang terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Berbagai upaya untuk pengendalian penyakit malaria ini diantaranya pencegahan dengan penggunaan kelambu dan penyemprotan dalam ruangan agar terhindar dari nyamuk pembawa penyakit malaria.data Riskesdas sebanyak 15 Provinsi mempunyai prevalensi malaria di atas angka Nasional sebagian besar berada di Indonesia Timur. Gorontalo mempunyai Insiden malaria 0,2% dan Prevalensi 1,1%.Insiden tertinggi terjadi di Papua dengan angka 31,4% dan terendah di Bali dengan 0,3%. Gambar :3.24 Insiden Malaria Menurut Provinsi Tahun 2007 & 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 di Provinsi Gorontalo kasus malaria dapat dilihat dari angka Annual Paracite incidence (API) yang menunjukkan angka 1,2 per 1000 penduduk. Angka ini sudah mencapai target Nasional dimana pemerintah telah menargetkan secara Nasional API sebesar (1,25 per 1000 penduduk). Guna mengukur pencapaian API dalam upaya pengendalian penularan malaria saat ini dilihat dari Angka Slide Positif Rate (SPR). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 46

48 Gambar :3.25 Angka SPR (Slide Positif Rate) Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Profil Kesehatan Kab / Kota Tahun 2013 Dari gambar diatas menunjukkan persentase angka SPR (penderita positif dengan pemeriksaan sediaan darah) terhadap kasus malaria masih tinggi, angka Kabupaten / Kota tertinggi terjadi di Kabupaten Boalemo yakni 21,7%, kemudian Kabupaten Bone Bolango 10,3%, terendah di Kabupaten Gorontalo Utara yakni 0,96%. Provinsi Gorontalo mencapai 7,2%. Pencapaian SPR tahun 2014 ini menurun dibandingkan dari 9,38%, angka ini masih tinggi dari target Nasional yang seharusnya dicapai yakni <5%. Annual Paracite Incidence (API) di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 telah mencapai target yaitu < 1 per 1000 penduduk, akan tetapi di kabupaten/kota masih terdapat daerah endemis malaria. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa % slide positif malaria dibandingkan dengan sediaan yang diperiksa masih cukup tinggi 7.2% seharusnya < 5%. Dengan SPR (Slide Positif Rate) yang masih >5% dan API < 1 per 1000 penduduk menjadi pertimbangan dilakukan intervensi program yaitu meningkatkan jumlah sediaan darah yang di periksa baik dengan mikroskopis maupun dengan RDT dan ABER (Annual Blood Examination Rate) % nya akan mencapai > 10% dalam satu tahun terhadap jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu, sehingga data API < 1 Per 1000 penduduk dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya di lapangan. 9. Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan oleh sumbatan cacing filaria dikelenjar / saluran getah bening, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 47

49 menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis. Di Provinsi Gorontalo mulai melaksanakan Pemberian Obat Masal Pencegah (POMP) filariasis sejak tahun 2007 dikab/kota meskipun selesainya tidak serentak dan pada tahun 2013 semua kab/kota telah melaksankan POMP selama 5 tahun berturut turut dengan cakupan < 85%. Hasil ini belum mencapai target Nasional (85%) dan juga kondisi di lapangan yang didapati bahwa banyak masyarakat yang tidak mengkonsumsi obat tersebut karena takut efek samping. Tahun 2013 pertama kali dilakukan kegiatan TAS (transmission Assessment Survey) yaitu kegiatan pengambilan darah jari pada anak sekolah dasar untuk mengetahui apakah masih terjadi transmisi kasus filariasis. Tahap ke II dilakukan pada tahun 2014 di Kabupaten Boalemo dan ditetapkan cut of pointnya adalah 9, dan hasil positif di Boalemo adalah 87, sehingga kabupaten Boalemo direkomendasikan untuk melakukan POMP lagi pada tahun Untuk Kabupaten/Kota lain TAS tahap II dilakukan pada tahun Gambar :3.26 Hasil Pelaksanaan Transmission Asessment Survey (TAS) Tahap I & II per Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Seksi P2 Dinas kesehatan Prov. Gorontalo Tahun Cakupan Desa / Kelurahan terkena KLB di tangani < 24 jam Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut Departemen Kesehatan RI dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004 dijelaskan sebagaitimbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 48

50 Gambar :3.27 Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Menular Provinsi GorontaloTahun 2014 Sumber : Profil Kesehatan Kab / Kota Tahun 2014 Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa penyakit menular yang paling banyak meneyebabkan KLB (kejadian Luar Biasa) selama Tahun 2014 di Provinsi Gorontalo adalah DBD, Chikungunyah, Diare, rabies. Berdasarkan data ini maka dapat dilakukan intervensi berdasarkan prioritas masalah khususnya dalam penanggulangan penyakit menular. Target Nasional Kejadian Luar Biasa (KLB) ditangani < 24 jam adalah 90% pada Tahun 2013, KLB yang paling sering terjadi pada tahun 2014 adalah DBD dengan frekuensi sebanyak 46 kasus, kemuadian Chikungunyah sebanyak 26 kasus. Selain KLB DBD dan Chikungunya terdapat pula Diare, Rabies, AFP, Keracunan Makanan, Hepatitis A dan Malaria.Jumlah KLB selengkapnya dapat dilihat di lampiran profil ini. C. Status Gizi Masyarakat Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas sumber daya manusia, semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilannya dan saat menyusui merupakan periode yang sangat kritis. Periode seribu hari, yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 49

51 Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Gibson, 1990). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001). Gambaran status gizi masyarakat di Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari indikator sebagai berikut : 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants atau Berat Bada Lahir Rendah (BBLR). Keadaan BBLR di Provinsi Gorontalo pada tahun 2012 berjumlah 560 bayi atau 2,9% dan meningkat pada tahun 2013 yakni 721 bayi atau 3,5% dan meningkat pada tahun 2014 yakni 829 bayi atau 4,2%. Penyebab adanya BBLR ini diakibatkan oleh faktor kesehatan ibu pada saat hamil antara lain penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, Diabetes Melitus, Toksemia Gravidarum dan Nefritis Akut. Selain itu, faktor usia ibu hamil juga sangat mempengaruhi terjadinya BBLR, usia yang masih muda pada ibu hamil banyak mengakibatkan kejadian prematuritas tertinggi di masyarakat. Data BBLR Kabupaten / Kota selengkapnya dapat dilihat dari gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 50

52 Gambar :3.28 Jumlah dan Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Provinsi Gorontalo Tahun % 99% 98% 97% 96% 95% 94% 93% Jlh % Gambar diatas menunjukkan jumlah kejadian bayi BBLR tertinggi di Kabupaten Gorontalo yakni 250 bayi dengan BBLR dan jumlah kejadian bayi BBLR terendah di Kabupaten Pohuwato yakni 68 bayi dengan BBLR. Persentase kejadian BBLR tertinggi di Kabupaten Boalemo yakni 8,0% dan terendah di Kota Gorontalo yakni 1,9%. Kejadian BBLR diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kesehatan ibu selama hamil dan pemeriksaan ibu hamil pada sarana kesehatan serta yang tidak kalah pentingnya adalah perilaku kesehatan ibu hamil. Faktor lain yang berpengaruh yakni kualitas dari pelayanan Antenatal Care (ANC) terpadu dan terintegrasi yang kurang maksimal. Jika kualitas ANC baik maka penemuan / deteksi dini faktor resiko ibu hamil dapat diatasi sejak dini pula. Saat ini intervensi yang sering dilakukan cenderung setelah bayi dilahirkan bukan pada saat ibu hamil melalui pengawasan pada ibu yang mempunyai faktor resiko tertentu. Upaya jangka pendek yang dilakukan melalui perencanaan terpadu untuk pelayanan ANC sesuai waktu pelaksanaan ANC yang harus dilakukan, misalnya pada saat ibu hamil trimester pertama sampai ketiga dilakukan pengawasan bagi ibu yang beresiko sehingga kasus BBLR dapat diatasi sejak dini dengan membuat program konsumsi makanan dan vitamin bagi ibu hamil. Upaya jangka panjang yang dilakukan yakni peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan kepada masyarakat, yang saat ini telah dilakukan dan merupakan program inovasi Dinas Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 51

53 Kesehatan Provinsi Gorontalo yang telah dilakukan sejak tahun 2008 melalui pembelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo baik pembelajaran formal di SD, SMP, dan SMA, non formal dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi serta in formal di tingkat rumah tangga. Upaya jangka panjang ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir, serta lahir mati sebagai akibat dari penyebab yang dapat dicegah dan menurunkan prevalensi kekurangan gizi. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa kondisi kejadian BBLR di Provinsi Gorontalo secara nasional berada pada peringkat ke-6 yakni 13,2% di atas rata-rata nasional yakni 10,2%, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar :3.29 Kecenderungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada balita Indonesia Tahun 2010 dan 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2010, 2013 Hasil Riskesdas tahun 2013 se Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa kejadian BBLR tertinggi di Kabupaten Pohuwato yakni 22,4% dan terendah di Kabupaten Gorontalo Utara yakni 4,8%, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 52

54 Gambar :3.30 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada balita Di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Riskesdas Kasus Gizi Buruk Guna mengukur tingkat status gizi masyarakat di Provinsi Gorontalo pemerintah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melaksanakan kegiatan Surveilans Gizi dan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang merupakan tindakan dan perhatian terhadap kasus gizi buruk yang terjadi. Gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, serta perlu penanganan yang cermat dan sistematik, hingga diketahui akar penyebabnya dan selanjutnya disiapkan program strategik untuk mencegah agar kasus gizi buruk tidak terjadi, dan kasus gizi kurangyang ada tidak jatuh ke kasus gizi buruk. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan kapasitasnya mendukung pelaksanaan surveilans gizi atau Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-Gizi. Pemantauan Status Gizi (PSG) adalah salah satu metode penilaian status gizi penduduk, khususnya anak balita, dan merupakan bagian dari Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Sedangkan KADARZI adalah keluarga yang mampu mengenali masalah gizi anggota keluarganya dan mampu mengatasi masalah tersebut baik sendiri maupun dengan bantuan pihak lain. Melalui pelaksanaan PSG-KADARZI diharapkan tersedia informasi status gizi balita dan perilaku keluarga sadar gizi yang terintegrasi secara berkala. Hal ini bermanfaat untuk keperluan perencanaan, penetapan kebijakan dan evaluasi program perbaikan gizi, (Laporan PSG Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 53

55 Gorontalo, 2013). Persentase status gizi di Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari gambar berikut : Gambar : 3.31 Jumlah Kasus Gizi Buruk di temukan Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Dinas kesehatan Kab/Kota tahun 2014 Gambar :3.32 Persentase Gizi Kurang, Gizi Buruk dan Prevalensi Kurang Gizi Tahun 2013 Sumber : Laporan PSG Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan gambaran status gizi yang dilihat dari indikator Prevalensi kekurangan gizi yakni gizi buruk dan gizi kurang. Dari hasil pemantauan status gizi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo diperoleh hasil capaian gizi kurang di Provinsi Gorontalo mencapai 8,1%, kontribusi terbesar ada pada Kabupaten Pohuwato yakni 10,9% Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 54

56 masyarakat dengan gizi kurang. Sedangkan gizi buruk mencapai 2,2% dengan tertinggi ada pada Kabupaten Gorontalo sejumlah 3,4%. Angka ini terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil survey PSG di tahun 2012 dimana prevalensi gizi kurang mencapai 14,44% menurun di tahun 2013 hingga mencapai 10,3%. Upaya perbaikan gizi di Provinsi Gorontalo dilakukan dengan 2 (dua) strategi yakni strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang. 1. Strategi jangka pendek penanganan masalah gizi pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK dan Anemiamelalui Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Theurapeutic Feeding Center (TFC). Sampai saat ini seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo telah memiliki PPG/TFC dan 2 (dua) diantaranya sudah menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan yakni Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango. 2. Strategi jagka penjang pencegahan masalah gizi dan kesehatan melalui pembelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo baik pembelajaran formal di SD, SMP, dan SMA, non formal dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi serta in formal di tingkat rumah tangga. Upaya jangka panjang ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir, serta lahir mati sebagai akibat dari penyebab yang dapat dicegah dan menurunkan prevalensi kekurangan gizi. Selain itu, program nasional yang saat dilaksanakan di Provinsi Gorontalo, yakni Gerakan Nasional Sadar Gizi. Intervensi gizi dalam upaya Gerakan Nasional Sadar Gizi melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek merupakan tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh Sektor Kesehatan dalam bentuk imunisasi, pemberian PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen tablet besi-folat ibu hamil, promosi ASI Eksklusif, MP-ASI dan sebagainya. Sedangkan intervensi sensitive adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sector kesehatan yang sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 55

57 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Upaya kesehatan mencakup upaya upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar. Upaya kesehatan di Provinsi Gorontalo diutamakan pada pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi, gizi masyarakat dan pengendalian penyakit yang dilaksanakan disarana pelayanan kesehatan mulai dari Posyandu, Poskesdes, Puskesmas sampai Rumah Sakit. Saat ini, jumlah Puskesmas di Provinsi Gorontalo sejumlah 93 unit, Puskesmas Pembantu 232 unit dan Puskesmas keliling 93 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan jarak tempuh ke fasilitas kesehatan masih ada daerah terpencil yang cukup sulit dijangkau. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota dengan sistem rujukan pelayanan kesehatan yang berjalan. A. Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan Ante Natal Care(ANC)adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Prawirohardjo. S, 2006 :52). Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 56

58 pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Tujuan dari pelayanan antenatal adalah : 1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat. 2. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi. 3. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Cakupan pelayanan ibu hamil yakni dilihat dari Kunjungan pertama (K1) dan Kunjungan ke empat (K4).Di Provinsi Gorontalo menurut data profil kesehatan Kabupaten / Kota tahun 2014 capaian kunjungan ibu hamil K1 sudah mencapai target nasional yakni 100,2% melebihi target nasional yakni sebesar 95%.Sedangkan pelayanan K4 ditahun 2014 mencapai 89,1% masih belum mencapai target yakni 95%. Cakupan tahun 2014 ini tidak mengalami perubahan yang signifikan disbanding tahun 2013 dimana persentase K1 tahun 2013 mencapai 100,8% dan berada diatas target nasional. Sedangkan cakupan K4 tahun 2013 yakni 88,3% dibandingkan dengan tahun 2014 angka ini mengalami peningkatan, tetapi masih diperlukan upaya untuk mencapai target yang telah ditentukan tersebut. Kesenjangan antara K1 dan K4 tidak terlalu jauh, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran dan kemauan ibu hamil dalam memeriksakan diri ke petugas kesehatan sudah cukup baik namun tetap tidak melupakan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan kunjungan pertama (K1) ideal di Provinsi Gorontalo mencapai >60%. K1 ideal yakni indikator untuk melihat frekuensi yang merujuk pada periode trimester saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Sedangkan K4 Kementerian Kesehatan menetapkan K4 sebagai salah satu indikator ANC. (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Kemkes RI 2010). Berikut gambaran cakupan indikator ANC K1 ideal dan ANC K4 Indonesia tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 57

59 Gambar : 4.1 Cakupan Indikator ANC K1 ideal dan ANC K4 menurut Provinsi, Indonesia 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Sedangkan capaian Provinsi Gorontalo menurut laporan Kabupaten / Kota cakupan K1 dari tahun ke tahun sudah memenuhi target yang telah ditetapkan dan K4 ibu hamil menurun dari angka K1 yakni 89,1%.Capaian kunjungan ibu hamil K1tahun 2014 tertinggi di Kabupaten Gorontalo Utara dengan capaian 112%, capaian ini sangat baik seiring dengan rendahnya jumlah kematian ibu di Kabupaten tersebut yakni wilayah dengan kematian ibu terendah yakni 3 kematian ibu. Cakupan K1 tertinggi selanjutnya yakni Kabupaten Pohuwato dengan capaian 104,6% dan terendah K1 di Kabupaten Boalemo dengan persentase 85,2%. Sedangkan untuk cakupan kunjungan K4 ibu hamil tertinggi di Kota Gorontalo yakni sebesar 92,6%, hal ini secara langsung dipengaruhi oleh tongkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat serta akses terhadap sarana kesehatan yang mudah dijangkau. K4 tertinggi selanjutnya di Kabupaten Pohuwato mencapai 92,3% dan terendah di Kabupaten bone Bolango yakni 85%. Masih tingginya angka kematian ibu terkait dengan kualitas penanganan dan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan masa nifas serta antenatal care. Kunjugan ibu hamil ini sangat perlu dilakukan guna menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Sehingga memerlukan upaya dengan kerjasama seluruh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 58

60 masyarakat dalam mengantisipasi resiko yang terjadi pada kehamilan sampai pada persalinan. Gambar : 4.2 Persentase Cakupan K1 dan K4 Berdasarkan Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Kota Gtlo Kab. Gtlo Kab. Boalemo Kab. Kab. Bonbol Kab. Gorut Pohuwato Prov K1 K4 2. Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan Yang di maksud persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meliputi dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum dan bidan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang memiliki keahlian dalam membantu persalinan sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo rata rata Kabupaten / Kota memperlihatkan penurunan dibandingkan tahun Persalinan nakes akansangat mempengaruhidalam upaya penurunan AKI dan AKBjika dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar. Kenyataan yang ada selama ini masih terdapat persalinan nakes yang masih dilaksanakan diluar fasilitas kesehatan atau dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang belum memenuhi standar. Kematian ibu melahirkan biasanya akibat kondisi darurat. Sebagian besar kelahiran berlangsung normal, tetapi sebagian kecil diikuti komplikasi akibat pendarahan, infeksi dan kelahiran yang sulit. Komplikasi persalinan dapat menimbulkan konsekuensi sangat serius. Berbagai potensi masalah lainnya bisa Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 59

61 dicegah apabila para ibu memperoleh perawatan oleh tenaga kesehatan terlatih yang tepat sewaktu persalinan.kurangnya tenaga kesehatan khususnya bidan desa serta kurangnya kualitas bidan akibat kurangnya tenaga terlatih menjadi penyebab masih adanya masyarakat yang memilih bersalin di tenaga persalinan tradisional / dukun. Meskipun saat ini sudah ada program kemitraan bidan dan dukun namun tetap saja persentase persalinan oleh tenaga kesehatan masih kurang optimal yakni 91%. Berikut gambaran persalinan nakes di Provinsi Gorontalo : Gambar : 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Kota Gtlo Kab. Gtlo Kab. Boalemo Kab. Kab. Bonbol Kab. Gorut Pohuwato Prov Thn 2013 Thn 2014 Gambar diatas menunjukkan adanya penurunan capaian persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan, yakni pada tahun 2013 mencapai 96,8% mengalami penurunan ditahun 2014 menjadi 91%. Penurunan persalinan oleh tenaga kesehatan ini rata rata terjadi diseluruh Kabupaten / Kota, di Kabupaten Gorontalo Utara misalnya ditahun 2013 dengan capaian 109,1% menurun menjadi 99,2%. Berikutnya di Kabupaten Pohuwato sebanyak 103,5% menurun menjadi 99,1%, sedangkan Kabupaten lainnya yang di tahun 2013 rata rata capaian persalinan nakes diatas 90%, turun menjadi rata rata dibawah 90% ditahun Angka ini akan menjadi perhatian ditahun mendatang karena tidak mencapai target yakni 95% persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan. Dari hasil Riskesdas tahun 2013 menyajikan proporsi tempat bersalin di fasilitas kesehatan (RS, RB/klinik/praktek nakes,puskesmas/pustu) dan Polindes Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 60

62 /Poskesdes serta dirumah menurut karakteristik. Pada kelompok ibu berumur resiko tinggi (umur ibu kurang dari 20 tahun dan umur 35 tahun ke atas) nasional lebih banyak yang melahirkan dirumah mencapai 64,5%. Peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan dikarenakan peningkatan jumlah bidan di sarana kesehatan sehingga mampu melakukan pertolongan persalinan, meningkatnya jumlah rumah tunggu sebagai tempat sementara untuk upaya menuju ke sarana kesehatan terdekat ibu yang akan melakukan persalinan. Tahun 2012 sebanyak 41 rumah tunggu dan tahun 2013 sebanyak 28 rumah tunggu, faktor berikutnya adanya kepesertaan jaminan kesehatan untuk memudahkan pembiayaan masyarakat yang akan melakukan persalinan. Gambar : 4.4 Proporsi Kelahiran 1 Januari 2010 sampai saat wawancara menurut tempat bersalin dan Provinsi, Indonesia Tahun 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan 70,4% kelahiran pada periode 1 janiari 2010 saat wawancara terjadi di fasilitas kesehatan di polindes/poskesdes dengan persentase tertinggi di rumah bersalin, klinik, praktek dokter/praktek bidan (38,0%) dan terendah di poskesdes/polindes (3,7%), namun masih terdapat 29,6% yang melahirkan dirumah/lainnya. Provinsi Gorontalo mencapai 68% ibu yang melahirkan pada fasilitas pelayanan kesehatan sedangkan masih ada sekitar 32% yang melahirkan dirumah/lainnya. Dari data tersebut dapat dilihat Provinsi Gorontalo masih memerlukan perhatian terhadap persalinan oleh tenaga kesehatan baik di fasilitas kesehatan atau rumah, karena masyarakat Gorontalo sebagian masih menempati daerah terpencil dengan tingkat pendidikan rendah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 61

63 sehingga pengetahuan dan jangkauan untuk melakukan persalinan masih perlu ditingkatkan lagi. Upaya pemerataan tenaga kesehatan yang berkompeten untuk menolong persalinan dan upaya pemerataan fasilitas kesehatan perlu dilakukan pemerintah guna menekan serendah rendahnya jumlah kematian ibu yang masih tinggi di Provinsi Gorontalo. 3. Peserta KB Baru dan KB Aktif Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Ini dilaksanakan guna mencapai keluarga sejahtera yakni upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Jenis jenis peserta KB yakni peserta KB baru, peserta KB lama dan peserta KB aktif. Sedangkan kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dan sel sperma. Adapun tujuan KB yakni meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.target nasional mengenai kesehatan reproduksi yang akan dicapai hingga tahun 2015 yang terangkum dalam indikasi keberhasialn Millenium development Goals (MDGs) adalah cakupan layanan KB pada pasangan usia subur (PUS) 70%. Cakupan peserta KB aktif yang tinggi belum menjamin kematian ibu rendah karena tingkat pengetahuan terhadap kontrasepsi jangka panjang sehingga masih perlu konseling kepada petugas kesehatan di tingkat dasar agar petugas kesehatan dapat memberikan sosialisasi atau pengetahuan ke masyarakat tentang kontrasepsi jangka panjang dan pengaruh positifnya terhadap pasangan usia subur. Kematian ibu cenderung dialami oleh pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntik karena ketidaksesuaian penggunaan sehingga banyak menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Lebih lanjut kahamilan yang tidak diinginkan tersebut dapat memicu terjadinya abortus dan faktor resiko lainnya yang merupakan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 62

64 penyebab utama kematian ibu saat ini, tetapi hal tersebut tidak membuat PUS beralih untuk memilih kontrasepsi jangka panjang dikarenakan faktor kurangnya pengetahuan akan manfaat MKJP, faktor takut dan malu saat pemasangan alatkontrasepsi dan faktor seringnya tidak tersedia alat kontrasepsi jangka panjang yang dipilih oleh masyarakat di layanan kesehatan. Berikut jenis kontrasepsi yang digunakan dan kondisi di Provinsi Gorontalo yakni Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang terdiri dari IUD, MOP, MOW dan Implan. Sedangkan jenis kontrasepsi Non MKJP terdiri dari Suntik, Pil dan Obat Vagina.Di Provinsi Gorontalo kondisi tahun 2014peserta KB aktif sejumlah peserta PUS dengan persentase 68,3% (Tidak termasuk capaian di kabupaten Pohuwato) sehingga jumlah maupun persentasenya akan lebih tinggi dri keadaan sekarang. Peserta KB baru dari sumber Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo di tahun 2014yakni sejumlah peserta dengan persentase 70,4%. Jumlah peserta KB aktif tahun 2014 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yakni ditahun 2013 jumlah peserta KB aktif sejumlah PUS, tetapi dalam persentase peserta KB aktif capaian ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 dengan capaian 66,6%.Perbandingan peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi yang digunakan oleh PUS selengkapnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar :4.5 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Provinsi Gorontalo Tahun % 12.7% 0.5% 2.1% 16.4% 39.1% 3.5% IUD MOP MOW Implan Kondom Suntik Pil Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 63

65 Gambar diatas menunjukkan proporsi kontrasepsi aktif di Kabupaten / Kota tahun 2014 terbanyak menggunakan kontrasepsi Suntik sebanyak 39,1%, tertinggi berikutnya penggunaan kontrasepsi Pil sebanyak 25,7%, kemudian Implan sebanyak 16,4% dan terendah penggunaan terhadap kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP) sebanyak 0,5%.Dewasa ini angka kematian ibu terus meningkat, program keluarga berencana (KB) ini diselenggarakan oleh pemerintah dengan tujuan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi dalam penyelamatan terhadap ibu dan peningkatan mutu sumber daya manusia. 4. Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) Upaya untuk peningkatan Desa UCI (Universal Child Immunization)Salah satu target keberhasilan program immunisasi adalah tercapainya UCI yang merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi secara merata pada bayi di 100% Desa/ Kelurahan. Desa UCI (Universal Child Immunization) adalah desa dengan 80% anak usia kurang dari 1 tahun di desa tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai umur yang terdiri dari HB0 1 kali, BCG 1kali, DPTHB 3kali, Polio 4 kali,campak 1 kali. Sesuai dengan Keputusan Menkes RI dan Riskesdas (2010) menyatakan UCI adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1 tahun) Pertumbuhan pencapaian Desa/Kelurahan UCI selama ini belum secara merata mencapai 100% bahkan masih banyak yang belum mencapai target. Karena itu pemeritah melakukan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization (GAINUCI ) yang merupakan upaya percepatan pencapaian UCI diseluruh desa/kelurahan pada tahun 2014 melalui suatu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu di semua tingkat administrasi. Di Provinsi Gorontalo tahun 2014 capaian UCI desa yakni 85,7%, persentase ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 dengan capaian UCI 80%.Perbandingan cakupan UCI desa per Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 64

66 Gambar :4.6 Perbandingan Cakupan UCI Desa per Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun Target Nasional : 90% Target RPJMD 2014 : 81,25% KOTA GTLO KAB. GTLO KAB. BOALEMO KAB. POHUWATO KAB. BONBOL KAB. GORUT PROV Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun Gambar diatas menunjukkan perbandangan peningkatan UCI desa dari tahun 2013 Cakupan Desa UCI di Provinsi Gorontalo adalah mencapai 80% dengan cakupan tertinggi Kabupaten Boalemo 95,1 % dan Terendah Kota Gorontalo 68%. Sedangkan di tahun 2014 UCI meningkat yakni mencapai 85,7% dengan capaian tertinggi di Kabupaten Pohuwato 99% dan terendah di kota Gorontalo yang hanya mencapai 66%. Dari capaian tersebut masuh perlu upaya meningkatkan cakupan UCI yang telah ditargetkan secara nasional sebesar 90% dan target daerah 81,25%. 5. Cakupan Imunisasi Campak Imunisasi campak merupakan suatu proses memasukkan virus campak yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh guna merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkn antibodi atau kekebalan terhadap penyakit campak. Sehingga manfaat imunisasi campak pada bayi sangatlah penting karena campak dapat menular dengan mudah.target Nasional Imunisasi Campak yaknilebih dari 90% bayi diimunisasi campak, sedangkan capaian di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 berdasarkan laporan Kabupaten / Kota mencapai 96,4%. Hasil ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 dengan capaian 99,9% bayi diimunisasi campak. Cakupan imunisasi campak merupakan indikator tingkat perlindungan program, dimana capaian dalam tiga tahun terakhir sudah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 65

67 mencapai target yang telah ditentukan secara nasional.namun demikian hal ini belum seiring dengan pencapaian Desa / Kelurahan Unniversal Child Immunization (UCI) dimana imunisasi dasar lengkap harus dilakukan terhadap seluruh bayi yang ada, UCI tahun 2014 berdasarkan pelaporan Kabupaten / Kot mencapai 85,7%. Ini berarti anak yang di imunisasi campak masih ada yang terlewatkan imunisasi sebelumnya yakni imunisasi BCG, DPT-HB ataupolio,sehingga UCI Desa belum dapat dicapai sesuai target.imunisasi campak di Provinsi Gorontalo selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2014 selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut: Gambar :4.7 Persentase Imunisasi Campak Provinsi Gorontalo Tahun Kota Gtlo Kab. Gtlo Kab. Boalemo Kab. PohuwatoKab. Bonbol Kab. Gorut Prov Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun Gambar diatas menunjukkan peesentase cakupan imunisasi campak, dimana terjadi penurunan capaian tahun 2013 dibandingkan dengan 2014.Di tahun 2013 capaian imunisasi campak yakni 99,9% tertinggi terjadidi Kabupaten Gorontalo Utara 121,5%, disusul Kabupaten Pohuwato 114,6%, Kabupaten Gorontalo 98,1% dan Kabupaten Boalemo merupakan Kabupaten dengan capaian imunisasi campak paling rendah sebesar 83,7%. Sementara ditahun 2014 Kabupaten dengan imunisasi campak tertinggi masih sama yakni Kabupaten Gorontalo Utara dengan capaoan 107,3% (2014), terdapat dua Kabupaten yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni Kabupaten Gorontalo dari 98,1% (2013) meningkat 101,3% (2014) dan Kabupaten Boalemo tetapi masih merupakan Kabupaten yang Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 66

68 terendah cakupan imunisasinya dibandingkan dengan Kabupaten yang lain selama dua tahun terakhir yakni 83,7% (2013) meningkat 85,4% (2014). Dari uraian diatas harus diketahui bahwa setian bayi harus mendapatkan imunisasi campak yang dilakukan tepat waktu untuk menghindari terserangnya penyakit campak, orang tua harus mengetahui mengapa, kapan, dimana dan berapa kali anaknya mendapatkan imunisasi campak. Orang tua juga harus mengetahui bahwa pemberian imunisasi aman bagi anak sehingga dapat mengurangi jumlah kematian pada anak setiap tahunnya. B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Akses dan mutu pelayanan kesehatan merupakan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Saat ini akses dan mutu pelayanan kesehatan diidentifikasi melalui proses perencanaan yang berbasis kesetaraan gender, hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi sumber daya dan memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yakni pelayanan kesehatan yang di harapkan (expected services) dan pelayanan yang dirasakan (perceived services). Selain peningkatan sarana pelayanan dan mutu pelayanan kesehatan, akses terhadap pelayanan kesehatan juga dapat melalui program Jaminan Pelayanan Kesehatan secara menyeluruh (Universal Coverage). Untuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, pemerintah telah mengupayakan melalui Undang Undang Nomor 40 Tahun 2011 tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk menjamin seluruh rakyat agar mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak, termasuk didalamnya kesehatan. Hal ini diperkuat dengan di syahkannya UU BPJS II pada bulan Oktober Prioritas pembangunan daerah di bidang kesehatan yakni dengan pemberian jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, peningkatan pelayanan pos pelayanan terpadu, pusat kesehatan masyarakat pembantu (Pustu) dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) ditingkat Kabupaten / Kota serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam peningkatan pelayanan pos kesehatan ditingkat desa. Di Provinsi Gorontalo telah di kembangkan program Jaminan Kesehatan Semesta (JAMKESTA) yang terintegrasi dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Latarbelakang adanya Jamkesta ini yakni dari banyaknya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan terutama masyarakat miskin yang dilihat dari banyaknya penggunaan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Desa / Kelurahan, hal ini Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 67

69 menandakan masih banyaknya masyarakat miskin yang belum tercover dengan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang merupakan program pemerintah pusat ke daerah. Hingga saat ini sebanyak penduduk yang telah dicover dan dilayani di tahun 2014 dari jumlah penduduk ditahun tersebut, sedangkan sebanyak penduduk telah tercover Jamkesmas. Berikut data kepesertaan Jaminan Kesehatan di Provinsi Gorontalo selengkapnya : Tabel :4.1 Kondisi Kepesertaan Jaminan Kesehatan di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : Seksi Promkes dan JPKM Dinkes Prov. Gorontalo Tahun 2014 Dari tabel diatas dapat dilihat penduduk dengan kepesertaan jaminan kesehatan beserta realisasinya ditahun Begitupun dengan penduduk mampu yang saat ini keseluruhan jaminan kesehatan baik penduduk miskin dan penduduk mampu telah dicober dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan yang bertujuan agar seluruh masyarakat dapat memiliki jaminan kesehatan yang adil dan merata. Program ini juga didukung oleh Dinas kesehatan dan RSUD Kabupaten / Kota dalam hal pendataan peserta dan pelayanan peserta. Pelaksanaan jaminan kesehatan ini juga diupayakan dalam rangka membangun kesadaran hidup sehat untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional. Akses dan mutu pelayanan kesehatan di Provinsi Gorontalo juga dapat dilihat dari pelayanan kesehatan penduduk miskin, pelayanan kesehatan usia lanjut, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 68

70 1. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut dengan jumlah penduduk usia lanjut (Laki laki jiwa, Perempuan jiwa) yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebagai berikut: Gambar :4.8 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila) 60 Tahun ke Atas Provinsi Gorontalo Tahun 2014 PROV KAB. GORUT KAB. BONBOL KAB. POHUWATO KAB. BOALEMO KAB. GTLO KOTA GTLO Perempuan Laki - Laki Upaya pelayanan kesehatanusia lanjut adalah suatu upaya yang menyeluruh pada usia lanjut meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kegiatan upaya kesehatan usia lanjut ditingkat puskesmas secara khusus yakni penyuluhan, deteksi dan diagnosa dini usia lanjut, diagnosa kelainan usia lanjut, proteksi dan tindakan khusus pada usia lanjut dan pemulihan. Sedangkan secara umum dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya yang terkait.peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut ialah peran serta masyarakat baik sebagai pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya, dalam pemecahan masalah usia lanjut, dalam bentuk pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut. Tahun 2013 persentase pelayanan terhadap usia lanjut mencapai 59,37% yang terdiri dari capaian pelayanan penduduk usila laki laki sebanyak 56,93% dan pelayanan terhadap usila perempuan sebanyak 61,48%. Dibandingka dengan tahun 2014 capain ini mengalami penurunan yakni dengan capaian 57,77% yang terdiri dari Laki laki 56,50% dan perempuan 58,83%.Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 69

71 kesehatan usia lanjut sudah terprogram dan dilaksanakan baik di tingkat posyandu, pustu, poskesdes maupun puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar di daerah, namun permasalahan rendahnya cakupan yang timbul karena proses pencatatan dan pelaporan yang tidak dilaksanakan. 2. Pelayanan Kesehatan Jiwa Untuk mewujudkan program Indonesia Bebas Pasung, yang dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada tahun 2010 di Jakarta, maka pada tahun 2011 Provinsi Gorontalo menindak lanjuti program tersebut, sampai dengan saat ini. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan mutu dan akses pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yaitu berupa pelayanan kesehatan langsung kepada penderita gangguan jiwa berat yang ada di rumah. Kegiatan ini dilaksanakan bersama pemegang program jiwa di Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas setempat. Selain itu dilaksanakan penyuluhan kesehatan terhadap keluarga dan lingkungan sekitarnya, dimana dukungan sangat diperlukan dalam penyembuhan penderita yaitu dalam hal kepatuhan minum obat. Penyuluhan lainnya yang disampaikan adalah bahwa gangguan jiwa dapat disembuhkan, serta menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap penderiata gangguan jiwa. Untuk peningkatan keterampilan petugas kesehatan dokter dan perawat dalam hal menangani penderita gangguan jiwa telah dilaksanakan di Provinsi Gorontalo melalui Dana Dekonsentrasi. Namun belum semua petugas program kesehatan jiwa di puskesmas yang dilatih. Yang menjadi kendala besar sampai dengan saat ini, belum adanya dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) di Provinsi Gorontalo. Selama ini yang dilakukan adalah berkonsultasi langsung dengan psikiater dari Kementerian Kesehatan RI di Jakarta. Selain itu kendala lainnya yang dihadapi yakni tidak adanya dukungan keluarga dari beberapa keluarga penderita. Dan yang paling utama belum ada Rumah Sakit Jiwa untuk Provinsi Gorontalo Tingginya kasus penderita gangguan jiwa, tentunya penyebabnya selain faktor keturunan juga antara lain karena masalah ekonomi, masalah keluarga dan masalah sosial lainnya. Berikut data jumlah penderita gangguan jiwa berat di Kabupaten Kota se- Provinsi Gorontalo keadaan sampai dengan Desember Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 70

72 Tabel : 4.2 Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Berat, Yang di Pasung dan Bebas Pasung Di Provinsi Gorontalo sampai dengan Tahun 2014 DATA PASIEN GANGGUAN JIWA BERAT, YANG DI PASUNG DAN BEBAS PASUNG DI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2011 s/d 2014 NO KAB/KOTA Ggn Jiwa Berat Yang di Pasung Bebas Pasung 1. Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara T O T A L Tabel diatas menunjukkan jumlah pasien gangguan jiwa berat di Provinsi Gorontalo sebanyak 453 orang dan 83 orang diantaranya mengalami tindakan pemasungan, dengan pemberian terapi obat antipsikotik baik injeksi maupun oral secara berkala di Puskesmas melalui bantuan obat yang di peroleh dari Kementerian Kesehatan RI, serta tidak kalah pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat sehingga 69 orang berhasil dibebaskan dari pemasungan sampai dengan tahun Sedangkan 14 orang diantaranya yang belum bebas pasung walaupun sudah mendapatkan pengobatan namun keluarga penderita belum bersedia untuk melepaskan pasungnya karena trauma waktu yang lalu berupa tindak kekerasan. 3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Pelayanan kesehatan tradisional berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 103 tahun 2014 adalah penerapan kesehatan tradisional yang menfaat dan keamanannya terbukti secara empiris dengan memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasan manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah.di Provinsi Gorontalo program kesehatan tradisional, alternative, komplementer dan kesehatan kerja merupakan rangkaian kegiatan penunjang untuk pencapaian program MDG s dalam menurunkan angka kematian ibu dan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 71

73 anak serta pencegahan penyakit. Berikut bentukpembinaan pelayanan kesehatan tradisional, alternative dan komlementer Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. NO Tabel :4.3 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2014 KAB/KOTA JLH PKM JLH DESA / KEL Sumber : Seksi Kestrad Alkom dan Kesker Dinkes Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Berdasarkan data diatas bahwa jumlah pengobatan tradisional di Provinsi Gorontalo sebanyak 3215, jumlah ketrampilan tradisional ini lebih rendah dibandingkan ditahun 2013 yakni sejumlah 3320 jenis pengobatan dan yang paling banyak adalah Batra Pijat Urut sebanyak Dari keseluruhan pengobatan tradisional baru satu orang pengobat yang memiliki Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional (STPT) yaitu batra yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Disamping itu upaya peningkatan kapasitas petugas pengelola kestrad terus dilaksanakan melalui pelatihan-pelatihan baik yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI maupun Dinas Kesehatan Provinsi dan pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), sebanyak 27 orang petugas yang dilatih keterampilan battra dan pembinaan tanaman obat keluarga sebanyak 34 Toga. Berikut data penyehatan tradisional menurut jenis selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut : BATTRA YANG DA METODE YANG DIGUNAKAN JENIS KETRAMPILAN JENIS RAMUAN TOTAL BATTRA ASING PEMBINAAN BATTRA BATTRA DG SIPT BATTRA DG STPT BATTRA LAINNYA TOTAL JLH KUNJUNGAN PASIEN KUNJUNGAN PASIEN DIRUJUK KE RS/PKM JLH FASILITAS KESTRAD PETUGAS DILATIH PENGEMBANGAN KADER BATTRA TOGA DILATIH DILATIH DIBINA 1 KOTA GORONTALO KAB. GORONTALO KAB. BOALEMO KAB. POHUWATO KAB. BONBOL KAB. GORUT PROV. GORONTALO Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 72

74 BATTRA PIJAT URUT BATTRA PATAH TULANG BATTRA SUNAT BATTRA DUKUN BAYI BATTRA PIJAT REPLEKSI AKUPRESURIS AKUPUNTURIS CHIROPRAKTOR OSTEOPATH BATTRA BEKAM APITERAPIS (SENGAT LEBAH) PENATA KECANTIKAN KULIT/RAMBUT BATTRA SHIATSU BATTRA PIJAT TUINA PANGHUSADA TENAGA DALAM BATTRA PARANORMAL (PEWASKITA) PENGHUSADA REIKI BATTRA QIGONG (CHINA) BATTRA KEBATINAN BATTRA AJARAN AGAMA YOGI HIPNOTARAPIS BATTRA MEDITASI BATTRA TOUCH FOR HEALTH BATTRA LAINNYA YANG SEJENISNYA BATTRA RAMUAN INDONESIA (JAMU BATTRA GURAH SHINSHE HOMEOPATH AROMATERAPIST SPA TERAPISHT BATTRA ARYUWEDA BATTRA LAINNYA YANG SEJENIS Profil Kesehatan Tahun 2014 Tabel :4.4 Data Penyehatan Tradisional Menurut Jenisnya Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2014 KETERAMPILAN RAMUAN NO KABUPATEN/ KOTA JUMLAH PUSKESMAS JUMLAH DESA/KEL TOTAL KOTA GORONTALO KABUPATEN GORONTALO KABUPATEN BOALEMO KABUPATEN POHUWATO KABUPATEN BONE BOLANGO KABUPATEN GORONTALO UTARA PROVINSI GORONTALO Sumber : Seksi Kestrad Alkom dan Kesker Dinkes Provinsi Gorontalo Tahun 2014 C. Perilaku Hidup Masyarakat 1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan wujud dari pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu berupaya dalam membiasakan diri berprilaku hidup bersih dan sehat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing masing dan masyarakat dapat menerapkan cara cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Pengertian PHBS sendiri adalahsekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Tujuan PHBS yakni untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat dengan melaksanakan 10 indikator PHBS dalam rumah tangga yakni : 1) Persalinan oleh tenaga kesehatan, 2) Member bayi ASI eksklusif, 3) Menimbang balita setiap bulan, 4) Menggunakan air bersih, 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) Menggunakan jamban sehat, 7) Membrantas jentik dirumah sekali Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 73

75 seminggu, 8) Makan sayur dan buah setiap hari, 9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari dan 10) Tidak merokok dalam rumah. Terdapat 20 dari 33 Provinsi yang memiliki PHBS yang baik dibawah proporsi nasional. Proporsi nasional yakni 32,3%. Gambar :4.9 Proporsi Rumah Tangga Yang Memenuhi KriteriaPHBS Baik Indonesia Tahun 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Secara nasional menurut hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 pencapaian Rumah Tangga yang memenuhi kriteria PHBS Indonesia mencapai 32,3%, sedangkan Provinsi Gorontalo berdasarkan laporan Kab/Kota tahun 2013 mencapai 59,3%. Caaian ini mengalami peningkatan ditahun 2014 yakni mencapai64,0%, pencapaian tertinggi di Kota Gorontalo dengan 82,1%,tertinggi selanjutnya dikabupaten Gorontalo Utara yang ditahun 2013 memiliki capaian PHBS terendah yakni 23,4% meningkat di tahun 2014 mencapai 65,4%.Kabupaten terendah di tahun 2014 yakni Kabupaten Pohuwato dengan capaian ,4%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 74

76 Gambar :4.10 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Kabupaten / Kota seprovinsi Tahun Kota Gtlo Kab. Gtlo Kab. Boalemo Kab. Pohuwato Kab. Bonbol 23.4 Kab. Gorut Prov Persentase Posyandu Aktif Pos Kesehatan Terpadu (Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Jd posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat dibidang kesehatan dengan penanggungjawab kepala desa. Konsep posyandu berkaitan erat dengan keterpaduandalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya. (Departemen Kesehatan, 1987). Jumlah posyandu di Provinsi Gorontalo tahun 2013 yakni sedangkan jumlah yang aktif adalah 757 (57,79%). Posyandu diselenggarakan untuk melayani balita ( imunisasi dan timbang berat badan) dan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia (Posyandu Lansia). Tujuan posyandu untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai dengan kebutuhan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 75

77 Gambar :4.11 Proporsi Posyandu Menurut Strata Provinsi Gorontalo Tahun % % 39.47% 55.19% Pratama Madya Purnama Mandiri Gambar di atas menunjukkan proporsi strata posyandu, persentase tertinggi ada pada strata Madya sebanyak 55,19%, terbanyak berikutnya ada pada strata Purnama (39,47%) sedangkan pada strata pratama sebanyak 3,66%. Jumlah posyandu terendah ada pada strata Pratama yang hanya 3,66% dan terendah posyandu mandiri yakni 1,68%. Terendah yang berarti terdapat pelayanan lengkap yakni strata Mandiri sebanyak 1,46%. 3. Desa Siaga Aktif Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga aktif merupakan pengembangan dari desa siaga, pengembangan desa siaga mencakup upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar ke masyarakat desa, menyiapsiagakan mesyarakat dalam menghadapi masalah masalah kesehatan serta memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kriteria desa siaga aktif adalah : - Desa yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada diwilayah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 76

78 tersebut seperti, Puskesmas Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya. - Penduduknya mengembangkan Upaya kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakat menerapkan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS). Gambar : 4.12 Jumlah Desa / Kelurahan Siaga Menurut Strata Provinsi Gorontalo Tahun Kota Gtlo Kab. Gtlo Kab. Boalemo Kab. Pohuwato Jumlah % Kab. Bonbol Kab. Gorut Prov D. Keadaan Lingkungan Pemeliharaan lingkungan hidup adalah salah satu tujuan dari tercapaian target MDGs goal 7 yakni Memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target percepatan pembangunan kesehatan tahun 2015 di harapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat. Penyehatan lingkungan dapat dilihat dari indikator Rumah Sehat, persentase Keluarga yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak, Tempat tempat umum (TTU) dan Tempa pengolahan Makanan (TPM) yang layak. Sebagaimana komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 77

79 Upaya bidang kesehatan untuk mewujudkan target target kesehatan lingkungan melalui program dan kegiatan di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada pembahasan berikut : 1. Rumah Sehat Definisi Rumah menurut World Health Organization (WHO) adalah : suatu struktur fisik di mana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, di mana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu. Menurut penulisan Aswar, dalam buku Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman oleh Djasio Sanropie, rumah bagi manusia mempunyai arti : a. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari. b. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada. c. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam. d. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan sampai saat ini. e. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang yang dimiliki yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan. Pada tahun 2013 jumlah rumah yang layak sesuai syarat kesehatan di Provinsi Gorontalo yakni sejumlah unit rumah dengan persentase 56,7%, capaian ini meningkat di tahun 2014 menjadi unit rumah dengan persentase 62,68% rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Penilaian terhadap rumah yang memenuhi syarat ilihat darikondisi fisik rumah, lantai, ventilasi kondisi jamban dan persyaratan penilaian kesehatan lainnya.berikut perbandingan cakupan rumah sehat per Kabupaten / Kota selang tahun 2013 dan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 78

80 Gambar :4.13 Persentase Rumah Sehat Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Kota Gtlo Kab. Gtlo Kab. Boalemo 66.8 Kab. Pohuwato Kab. Bonbol Kab. Gorut Prov Gambar diatas menunjukkan persentase Rumah Sehat Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo dalam kurun wktu 2 tahun mengalami peningkatan. Di tahun 2013 persentase rumah sehat mencapai 56,7%, pencapaian ini meningkat di tahun 2014 yakni mencapai 62,68%. Jumlah rumah sehat terbanyak berada di Kota Gorontalo dengan capaian85,26%, kemudian di Kabupaten Pohuwato mengalami kenaikan cukup signifikan yakni 50% ditahun 2013 meningkat mencapai 66,8%ditahun Terendah capaian rumah sehat di Provinsi Gorontalo terdapat di Kabupaten Bone Bolango dengan persentase 39,24% dan terendah selanjutnya di Kbupaten Gorontalo Utara yang hanya 38,57%.Capaian ini diharapkan meningkat setiap tahunnya seiring peningkatan taraf hidup masyarakat dan perkembangan ekonomi masyarakat Provinsi Gorontalo yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. 2. Penduduk yang memiliki Akses Air Minum yang Layak Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 menyatakan bahwa persyaratan kualitas air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air yang layak diminum mempunyai standar tertentu yakni telah memenuhi persyaratan fisik, kimiawi, bakteriologis dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Berdasarkan data Riskesdas Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 79

81 tahun 2013 proporsi Rumah tangga yang mengolah air minum sebelum diminum Provinsi Gorontalo mencapai 82,5%, sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pekerjaan Umum 2013, akses air minum di Indonesia saat ini baru melayani 58,05% dengan kelayakan sanitasi mencapai 57,35%.Persentase akses air minum yang memenuhi syarat kesehatan Nasional Tahun 2013 ditarget sebesar 63,5%.Dari target ini dapat dilihat terlebih dahulu capaian rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum hasil Riskesdas tahun 2013 sebagai berikut : Gambar : 4.14 Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum Improved Menurut Provinsi Tahun 2007, 2010 dan 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, 2010 dan 2013 kecenderungan proporsi Rumah Tangga yang memiliki akses sumber air minum nasional mengalami peningkatan yakni tahun 2007 : 62,0%, tahun 2010 : 62,9%, tahun 2013 : 66,8% dengan capaian Provinsi Gorontalo berdasarkan Riskesdas yakni 70,4% rumah tangga yang memiliki akses sumber air minum Improved.Target capaian Provinsi Gorontalo tahun 2014 tentang persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas yakni 68,87%, dari capaian Riskesdas capaian ini sudah melebihi target provinsi, tetapi masih perlu peningkatan terus menerus terhadap akses air minum yang layak ini. Data capaian indikator akses air minum memenuhi syarat Provinsi Gorontalo Tahun 2014 yang bersumber dari Profil Kesehatan Kabupaten / Kota mengalami Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 80

82 peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013.Dimana pada tahun 2013 persentaase penduduk dengan akses air minum memenuhi syarat sebesar 58% naik di tahun 2014 sebesar 66,32%. Selengkapnya dapat dilihat dari gambar berikut : Gambar :4.15 Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Kabupaten / Kota se Provinsi Gorotalo Tahun Prov Kab. Gorut Kab. Bonbol Kab. Pohuwato Kab. Boalemo Kab. Gtlo Kota Gtlo Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun ` Gambar diatas menunjukkan capaian kabupaten / Kota menurut laporan rutin dari program Kesehatan Lingkungan tahun 2014 tentang proporsi penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak sebesar 66,3%. Capaian ini masih lebih rendah dari target daerah yang menargetkan sebesar 67% penduduk dengan akses air minum yang layak. Tertinggi akses air minum adalah di Kota Gorontalo dari tahun 2013 sebesar 78% meningkat di tahun 2014 menjadi 86,6%. Kemudian tertinggi berikutnya di Kabupaten Boalemo tahun 2013 dengan capaian 75% meningkat menjadi 74,8% ditahun Hasil terendah tahun 2013 di Kabupaten Boalemo yang hanya mencapai 15% penduduk dan ditahun 2014 terendah di Kabupaten Pohuwato dengan capaian 39,4%. Dari pencapaian ini rata rata seluruh kabupaten / Kota mengalami peningkatan dan upaya ini bukan tanpa kendala melainkan masih terdapat beberapa kendala dan upaya penyelesaian masalah pada masyarakat. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 81

83 3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak Upaya untuk dapat meningkatkan akses sanitasi yang layak terus dilakukan karena merupakan faktor fundamental dalam mencapai kesehatan masyarakat.sanitasi yang buruk berdampak negatif pula kualitas kehidupan masyarakat.target RPJMD Provinsi Gorontalo terhadap Akses Sanitasi yang Layak adalah 61% tahun Dari tahun 2013 akses sanitasi belum mencapai optimal, hal ini antara lain dikarenakan kesadaran masyarakat untuk menggunakan sarana sanitasi (jamban) belum secara merata dilakukan. Berikut data penduduk dengan akses sanitasi yang layak Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo tahun 2014yakni : Gambar :4.16 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun Prov Kab. Gorut Target RPJMD 61% Kab. Bonbol Kab. Pohuwato Kab. Boalemo Kab. Gtlo Kota Gtlo Gambar diatas menunjukkan persentasependuduk dengan akses sanitasi layak (Jamban Sehat) yang memenuhi syarat kesehatan masih rendah dan belum mencapai target (61%). Akses sanitasi layakyang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalahjenis leher angsa sebanyak penduduk dan yang memenuhi syarat sebanyak penduduk atau 94,73%. Sarana jamban sehat berikutnya yakni jenis Komunal sebanyak penduduk pengguna dengan jumlah yang memenuhi syarat sebanyak atau sebanyak 89,29%. Sarana jenis komunal yakni sarana yang digunakan secara bersama termasuk MCK.Untuk jenis sarana plengsengan masuk pada kategori tidak memenuhi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 82

84 syarat kesehatan sehingga jumlah penduduk yang menggunakan sarana tersebut dimasukkan pada kelompok yang tidak mendapatkan akses sanitasi yang layak yaitu sebesar penduduk pengguna. Dalam upaya penyehatan lingkungan juga terdapat program yang dilaksanakan di desa yakni melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). STBM merupakan Desa yang sudah melakukan upaya penerapan sanitasi berbasis masyarakat minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat/ Natural Leader dan telah mempunyai rencana tindak lanjut untuk menuju Sanitasi Total. Untuk Tahun 2014 Persentase Desa yang melaksanakan STBM diprovinsi Gorontalo sebesar 60,4%, capaian ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 yakni sebesar 35,8%. Tertinggi persentase STBM adalah di Kota Gorontalo (100%), kemudian disusul kabupaten Gorontalo Utara (100%) Pohuwato (99%) KabupatenBoalemo (60,7%), Kabupaten Gorontalo sebanyak 46,3% dan terendah Desa yang melaksanakan STBM yakni Kabupaten Pohuwato (11,43%). Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penyehatan lingkungan adalah sebagai berikut : - Kebijakan pemerintah daerah yang belum berkomitmen terhadap program menyangkut akses air minum yang layak dengan dibuktikan alokasi anggaran dari APBD untuk program tersebut mulai dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten masih rendah. - Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk mendukung program pemerintah (program pemberdayaan sering gagal) karena masyarakat lebih bergantung pada bantuan secara fisik dari pemerintah. - Kesiapan sumber Daya Manusia (SDM) yang ada diwilayah Kabupaten / Kota masih kurang - Adanya tupoksi ganda terhadap petugas sanitarian sehingga tidak fokus pada pencapaian program penyehatan lingkungan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 83

85 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan 1. Puskesmas Puskesmas di Provinsi Gorontalo di tahun 2014 berjumlah 93 puskesmas, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yakni 92 puskesmas.jumlah puskesmas ini masih belum mencapai target untuk melayani jumlah penduduk yang yang ada di Provinsi gorontalo.hal ini dibuktikan dengan penghitungan rasio jumlah puskesmas dibandingkan dengan jumlah penduduk per yakni 8. Hal ini berarti 1 puskesmas di Provinsi Gorontalo melayani sebanyak rata rata jumlah penduduk jiwa, sedangkan target nasional pemenuhan sarana pelayanan kesehatan yakni 1 puskesmas melayani penduduk. Sehingga masih dibutuhkan tambahan Puskesmas di Provinsi Gorontalo untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai target dan fungsi adanya Puskesmas. Semakin terpenuhi secara merata jumlah puskesmas dibandingkan dengan penduduk yang dilayani maka semakin terpenuhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di wilayah tersebut. Dari 93 puskesmas di Provinsi Gorontalo terbagi atas 22 puskesmas rawatinap dan 71 puskesmas non rawat inap.puskesmas tersebut di dukungdengan 232 puskesmas pembantu (PUSTU) yang rata rata 1 puskesmas didukung 2 pustu di Kabupaten / Kota.Hal ini berarti 1 pustu rata rata siap melayani penduduk dengan rasio 20 per penduduk. Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) tahun 2014 yakni 288 unit dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sejumlah unit yang terdiri dari Posyandu pratama 48 (3,66%), madya 723(55,19%), purnama 517 (39,47%) dan posyandu mandiri 22 (1,68%). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 84

86 Gambar : 5.1 Jumlah Puskesmas menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Kabupaten/Kota Kota Gorontalo 10 Puskesmas Kabupaten Gorontalo 21 Puskesmas Kabupaten Boalemo 11 Puskesmas Kabupaten Pohuwato 16 Puskesmas Kabupaten Bone Bolango 20 Puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara 15 Puskesmas Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2014 Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.Puskesmas merupakan ujung tombak dari program jaminan kesehatan nasional (JKN) yang saat ini merupakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).Peran puskesmas sangat krusial dimana merupakan posisi pelayanan kesehatan dasar yang berperan sebagai kontak pertama kepada masyarakat. Perkembangan Puskesmas menjadi tingkatan yang lebih memenuhi kebutuhan masyarakat meliputi Puskesmas dengan kemampuan PONED. Puskesmas PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar, PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 85

87 perawat dan tim PONED Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih. Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disipakan untuk melakukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED. Kriteria pengembangan puskesmas menjadi puskesmas poned yaitu puskesmas sudah berfungsi baik, puskesmas sudah berfungsi menolong persalinan, diutamakan puskesmas perawatan, melayani penduduk (kecuali puskesmas di kepulauan) dapat dijangkau dengan waktu tempuh paling lama 2 jam dengan transportasi umum setempat, tenagasekurang kurangnya 1 orang dokter, 1 orang bidan dan 1 orang perawat yang tinggal disekitar dari segi pendistribusian puskesmas poned minimal 4 puskesmas untuk setiap Kabupaten / Kota. Sedangkan penentuan pengembangan puskesmas poned tersebut harus didahului dengan pemetaan sesuai dengan kebutuhan dan puskesmas poned yang berada di perbatasan dengan Kabupaten / Kota tetangga perlu malakukan koordinasi dengan Rumah Sakit di kedua Kabupaten / Kota. Berikut tabel pengembangan puskesmas poned di Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo. Dari data 93 jumlah Puskesmas di Provinsi Gorontalo, terdapat 22 Puskesmas mampu Poneddengan jumlah Puskesmas Poned aktif sejumlah 14 Puskesmas. Adapun Puskesmas dengan kriteria mampu PONED tetapi tidak aktif, hal ini dikarenakan Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana di Puskesmas sebagai ketentuan pelayanan Poned tidak lengkap. Ini sering terjadi karena SDM yang telah mengikuti pelatihan Poned baik dokter, perawat maupun bidan mengalami mutasi ke tempat tugas lain, sehingga harus mempersiapkan SDM terlatih lainnya untuk melaksanakan tugas pelayanan Poned. Begitupun halnya dengan Puskesmas yang belum mampu Poned, untuk mengembangkannya sulit dikarenakan kurangnya SDM terutama dokter Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara yang melakukan pelayanan saat ini hanyalah dokter yang merupakan Pegawai Tidak Tetap (PTT) serta terdapat faktor lain yakni tidak adanya peralatan penunjang Poned di Puskesmas tersebut. Pengembangan puskesmas poned di Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari tabel berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 86

88 Gambar : 5.2 Jumlah Puskesmas berdasarkan Kriteria PONED dan PONED Aktif Provinsi Gorontalo Tahun Kota Gorontalo 21 5 Kab. Gorontalo Jumlah PKM : 93, PONED : 22, PONED Aktif : Kab. Boalemo Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Utara Jumlah PKM Jumlah PKM PONED Jumlah PKM PONED AKTIF Sumber : Seksi Yankes dan Rujukan Dinkes Prov. Gorontalo Tahun Rumah Sakit Di Provinsi Gorontalo tahun 2014 terdapat 12 unit rumah sakit yang terdiri dari 9 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan 3 Rumah Sakit Swasta (2 RS Umum dan 1 RS Ibu dan Anak).5 (lima) RSUD merupakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yakni 1). BLUD RS Prof. DR. Aloe Saboe Kota Gorontalo, 2). BLUD RS MM. Dunda Limboto, 3). BLUD RS Tani dan Nelayan Boalemo, 4).BLUD RS Pohuwato dan 5). BLUD RS Toto Kabila. 4(empat) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yakni RSUD Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, RSUD Otanaha Kota Gorontalo, RSUD Tombulilato di Kabupaten Bone Bolango dan RSUD Zainal Umar Sidiki (ZUS) di Kabupaten Gorontalo Utara. Terdapat 2 (dua) RS umum swasta yakni RS Bunda Kota Gorontalo dan RS Islam Kota Gorontalo.RS khusus dengan pengelolaan swasta terdiri dari 1 RS yakni RS bersalin Siti Hadijah Kota Gorontalo. Jumlah sarana ini masih sama dengan tahun 2013 hanya status dari RS Zainal Umar Sidiki yang pada tahun 2013 masing merupakan RS Kementerian Kesehatan (Kemenkes) beralih status menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Gorontalo Utara. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan Rumah Sakit antara lain dengan melihat perkembangan sarana rumah sakit, perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan menghitung jumlah rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 87

89 tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk.rasio tempat tidur (TT) rumah sakit umum milik pemerintah terhadap 750 penduduk berdasarkan target RPJMD di Provinsi Gorontalo tahun 2014 yakni 1 per 750 penduduk dengan jumlah penduduk Provinsi gorontalo jiwa sehingga diperoleh rasio 1 per 750 penduduk. Hal ini berarti 1 (satu) tempat tidur RS di Provinsi Gorontalo sudah dapat memenuhi target dengan melayani sebanyak 750 penduduk setiap tahunnya. Makin tinggi rasio TT rumah sakit terhadap penduduk maka semakin tinggi kemampuan penyediaan fasilitas perawatan bagi masyarakat yang membutuhkan. Capaian ini akan terus meningkat dikarenakan saat ini terdapatrumah Sakit Provinsi sebagai fasilitas rawat inap bagi masyarakat Gorontalo. Tabel :5.1 Cakupan Pelayanan Rumah Sakit Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Sumber : RS Kabupaten/Kota Prov. Gorontalo Tahun 2014 Tabel diatas menunjukkan indikator kinerja pelayanan Rumah Sakit di Provinsi Gorontalo dimana jumlah TT terbanyak dimiliki oleh RS Aloe Saboe Kota Gorontalo dengan jumlah 350 TT, kemudian TT pada RS MM. Dunda Kabupaten Gorontalo sejumlah 255 TT, sedangkan yang terendah berada di Rumah Sakit Zainal Umar Sidiki Kabupaten Gorontalo Utara sejumlah 12 TT. Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu, persentase pemakaian TT tertinggi yakni di RS Toto Kabila dengan persentase 79% selanjutnya RS Aloe Saboe Kota Gorontalo dengan 70,7% terendah pemakaian TT yakni RS Otanaha dengan persentase 21,1%. Ke depan dengan adanya pelayanan kesehatan yang dijamin pemerintah dan jaminan kesehatan mandiri diharapkan dapat memanfaatkan sarana pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 88

90 kesehatan baik tingkat dasar maupun rujukan sehingga kebutuhan masyarakat akan kesehatan dapat terpenuhi dengan baik. 3. Tenaga Kesehatan Peraturan Pemerintah (PP) tentang tenaga kesehatan yakni PP nomor 32 tahun 1996 yang menyatakan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Yang termasuk dengan tenaga kesehatan diantaranya adalah tenaga dokter, tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan. Adapun jenis Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan menurut peraturan pemerintah ini di kategorikan menjadi 9 (sembilan) yakni 1) Medis, 2) Keperawatan, 3) Kefarmasian, 4) Kesehatan Masyarakat, 5)Gizi, 6) Keterapian Fisik, 7) Keteknisan Medis, 8) Tenaga Kesehatan Lainnya, 9) Non Tenaga Kesehatan (Penunjang). Yang dimaksud dengan Non tenaga kesehatan yakni tenaga kesehatan tetapi tidak melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan. Kebutuhan tenaga kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan serta kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk dapat dilihat pada gambar berikut : Tabel :5.2 Rasio Tenaga Kesehatan Per Penduduk Provinsi Gorontalo Tahun INDIKATOR TARGET NASIONAL Rasio Dokter Rasio Bidan Rasio Perawat Rasio Apoteker Rasio Sarjana Kesmasy Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota & RS Prov. Gorontalo Tahun Dari tabel diatas dapat dilihat keadaan tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo selama kurun waktu tahun2009 sampai dengan 2014 jumlah dan rasio tenaga kesehatan tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 89

91 sebelumnya dimana rasio dokter tahun 2013 yakni22 per penduduk meningkat menjadi27 per penduduk di tahun Hal ini menunjukkan adanya upaya pemenuhan kebutuhan SDM khususnya dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi sesuai standar nasional. Untuk kebutuhan dokter yang harus dipenuhi yakni 40 per penduduk.di tingkat Kabupaten / Kota sebaran dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan baik ditingkat dasar maupun rujukan rata rata secara kuantitas meningkat tetapi hal ini masih mengalami kekurangan dikarenakan rasio yang sesuai target yang telah ditentukan belum tercapai, begitu juga dengan jumlah bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Gambaran tenaga kesehatan tahun 2014 dapat dilihat sebagai berikut : Gambar : 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Tenaga Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Tenaga Non Kesehatan 97 Tenaga Kesehatan Lainnya 457 Keteknisan Medis 104 Keterapian Fisik 16 Gizi Kesmas Kefarmasian Keperawatan 1978 Medis 306 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota& RS Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tenaga kesehatan dikelompokkan dalam 9 (sembilan) jenis tenaga. Sehingga diharapkan guna merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan di daerah agar benar benar sesuai kebutuhan dan tepat sasaran.saat ini jumlah seluruh tenaga kesehatan baik di Kabupaten / Kota maupun Provinsi dengan jenis dan fungsi masing masing seperti yang terlihat pada gambar di atas. Lebih lengkap dan jelasnya sebaran tenaga baik di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan Provinsi dapat di lihat pada lampiran dari profil kesehatan ini. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 90

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Tahun 2013 Profil Kesehatan Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah, maupun swasta. Adapun peran yang dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo i Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 A. POTRET AKI/AKB DI PROVINSI NTB 1. Trend Kematian Bayi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 276 300 248 265 274 240 Tren Angka Kematian Bayi Provinsi

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc KATA PENGANTAR Pembangunan di Provinsi Gorontalo terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Terbukti dengan berbagai capaian yang dihasilkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasioanal dan Provinsi Telaahan terhadap kebijakan Nasioanal dan provinsi menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izin dan perkenan-nya dapat menyelesaikan dan menyajikan Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1. VISI : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang mandiri untuk hidup sehat MISI I : Meningkatkan Kemandirian dalam Jaminan Kesehatan Nasional Pelayanan Kesehatan. Meningkatkan Masyarakat Miskin Cakupan

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah LAMPIRAN I KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR : 431 / 02 / XI / 2015 TANGGAL : 3 NOVEMBER 2015 TENTANG : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROVINSI GORONTALO 1. Nama Organisasi : Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG, PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG Jl. Lintas Malindo Entikong (78557) Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG NOMOR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Manggal Karya Bakti Husuda

Manggal Karya Bakti Husuda LAPORAN INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 DAN PENETAPAN INDIKATOR KABUPATEN SEHAT SEBAGAI TARGET KABUPATEN POLEWALI MANDAR SEHAT (Keputusan Menkes RI No. 1202 /Menkes/SK/VIII/2003) Disajikan Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 Pemerintah Kabupaten Pacitan DINAS KESEHATAN Jl. Letjend Soeprapto No. 42 Pacitan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Kinerja (LKj) Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2016 dapat disusun sebagai

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN 2017 dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROFIL KOTA MAKASSAR LETAK GEOGRAFIS -Pantai Barat Pulau

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN KEPALA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017 RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017 DINAS KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN JEMBRANA FEBRUARI 2017 Dinas dan Kesos Kabupaten Jembrana KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA A. Kinerja Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2014 SASARAN

Lebih terperinci

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015 Capaian Kinerja Capaian Kinerja Urusan Kesehatan diukur melalui beberapa indikator yang telah ditetapkan targetnya dalam RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 sebagai berikut : Tabel Target dan Capaian

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2015 SASARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi dalam 10.000 kelahiran hidup (Manuaba, 2010, h 38). Menurut Survey Demografi Kesehatan Nasional

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi : DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMENEP Visi Misi : : MASYARAKAT KABUPATEN SUMENEP SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah aset yang paling berharga yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk menjalankan segala aktivitas dalam kehidupan. Mendapatkan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Visi Misi Daerah Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Gorontalo seperti tercantum dalam RPJMD Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017 adalah Terwujudnya Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret Filosofi Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat UKM_Maret 2006 1 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) yg meliputi : 1 Menghapuskan kemiskinan & kelaparan.

Lebih terperinci

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN N O SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET (%) PENGERTIAN FORMULA

Lebih terperinci