BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Tahun 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Tahun 2013"

Transkripsi

1 Profil Kesehatan Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah, maupun swasta. Adapun peran yang dilakukan oleh pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, maka tujuan mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri tidak akan tercapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat mementukan keberhasilan program pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita cita bangsa, kemudian sebagai pelaksana tugas di daerah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun Penyelenggaraaan pembangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal agar mampu menjawab tantangan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan termasuk konsistensi kebijakan, keterlibatan lintas sektor, serta berdasarkan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat yang mutakhir guna mencapai target derajat kesehatan masyarakat yang tertuang dalam Renstra Kementerian Kesehatan dan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, secara nasional mengupayakan pencapaian 1) Millenium Development Goal s (MDG s) yakni Deklarasi Milenium yang lahir pada tahun 2000 dan disepakati oleh 189 Negara anggota PBB untuk bersama sama melaksanakan tujuan pembangunan millennium (Millenium Development Goal s) dengan menentukan target keberhasilannya tahun ) Indeks Pembangunan manusia (IPM) yaitu salah satu indeks yang mengukur tentang tingkat pembangunan manusia yang diukur dari 3 (tiga) indikator yakni kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. 3) Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM), 4) Yang terus diupayakan saat ini yakni Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang menggambarkan tingkat ketimpangan gender yang Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 1

2 Profil Kesehatan Tahun 2013 dilihat dari 3 (tiga) dimensi yakni kesehatan, reproduksi dan pemberdayaan perempuan. Hal ini lebih dilakukan sejak adanya kebijakan nasional yang di tetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN tahun dan dipertegas dalam instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarus Utamaan Gender (PUG). Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam hal pembangunan kesehatan saat ini telah banyak memberikan kontribusi terhadap pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Salah satu indikator pencapaiannya adalah diperolehnya IPM Provinsi Gorontalo dengan nilai 71,31 pada tahun 2012, capaian ini terus meningkat dari tahun tahun sebelumnya yakni dengan nilai 70,82 di tahun Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan tersebut tidak terlepas peran dari pemerintah, masyarakat dan swasta. Sistem desentralisasi kesehatan yang telah diterapkan selama bertahun-tahun memberi kesempatan daerah untuk lebih berperan dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan khususnya untuk kesehatan ibu dan anak, namun di dalam pelaksanaannya banyak menghadapi kendala. Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di Provinsi Gorontalo adalah masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan, penyakit maupun komplikasi lainnya dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Menghadapi masalah ini maka dilakukan berbagai upaya kesehatan yang mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama pada masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan perawatan pada bayi dan anak. Upaya lain yang dilakukan adalah melalui strategi pembangunan untuk mencapai kesetaraan gender melalui identifikasi masalah, kebijakan dan perencanaan program yang berbasis gender di bidang kesehatan, hal ini ditujukan untuk lebih memenuhi keadilan bagi kelompok kelompok yang lebih membutuhkan. B. Maksud Dan Tujuan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 168 bab XIV disebutkan bahwa Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien di perlukan informasi kesehatan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tersebut, disusun buku Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo ini. Adapun Maksud penyusunan profil kesehatan Provinsi Gorontalo ini adalah menyajikan data dan informasi kesehatan yang diharapkan dapat dipergunakan oleh seluruh komponen baik ditingkat pusat, daerah, swasta dan bagi pengambil kebijakan dengan harapan bahwa pembangunan kesehatan ini dapat diawali dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2

3 Profil Kesehatan Tahun 2013 proses perencanaan yang dilakukan secara komprehensif dengan data data yang akurat baik yang bersumber dari Kabupaten / Kota, lintas sector dan Dinas kesehatan Provinsi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Provinsi Gorontalo yang akan datang dengan sasaran pelaksanaan program yang tepat. Tujuan dari penyusunan profil kesehatan ini adalah disampaikannya gambaran dan situasi kesehatan, gambaran umum tentang derajat kesehatan dan lingkungan, situasi upaya kesehatan dan situasi sumber daya kesehatan. C. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo 2012 adalah: Bab I. Pendahuluan Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sistematika penyajian profil kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun Bab II. Gambaran Umum. Berisi gambaran umum Provinsi Gorontalo yang meliputi keadaan geografis, administrasi, kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. Bab III. Situasi Derajat Kesehatan Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan Berisi uraian tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Pelayanan menurut indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya. Bab V. Situasi Sumber Daya Kesehatan Berisi uraian tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab VI. Kesimpulan Berisi sajian tentang hal-hal penting yang perlu di telaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Tahun Selain keberhasilan-keberhasilan dan hal-hal yang masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 3

4 Profil Kesehatan Tahun 2013 BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO A. Keadaan Geografis Dan Topografi Provinsi Gorontalo di bentuk pada tahun 2001 berdasarkan Undang Undang Nomor 38 tahun Secara geografis Provinsi Gorontalo terletak di antara 0,19 1,15 Lintang Utara (LU) dan 121,23 123,43 Bujur Timur (BT). Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol Toli Toli (Sulawesi Tengah) dan Laut Sulawesi, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala (Sulawesi Tengah), Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini (Gorontalo). Peta wilayah Provinsi Gorontalo di sajikan dalam gambar sebagai berikut : Gambar : 2.1 Peta Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara. Luas wilayah Provinsi Gorontalo adalah ,00 km2 yang masing-masing Kabupaten/Kota memiliki luas sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 4

5 Profil Kesehatan Tahun 2013 Tabel : 2.1 Luas Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Kabupaten/Kota Luas Wilayah (km 2 ) Persentase (%) Kota Gorontalo 65,96 0,53 Kabupaten Gorontalo 2.143,48 17,24 Kabupaten Boalemo 1.736,61 13,97 Kabupaten Pohuwato 4.455,60 35,83 Kabupaten Bone Bolango 1.891,49 15,21 Kabupaten Gorontalo Utara 2.141,86 17,22 Provinsi Gorontalo , Sumber : BPS Prov. Gorontalo Tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas data yang bersumber dari data BPS Tahun 2013 luas wilayah Provinsi Gorontalo terluas yakni Kabupaten Pohuwato 4.455,60 km2 dengan persentase 35,83% diikuti oleh Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara masing masing 2.143,48 km2 dengan persentase 17,24% dan 2.141,86 km2 dengan persentase 17,22%. Jumlah Kecamatan Tahun 2013 sebanyak 77 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan sebanyak 731. Data jumlah Desa/Kelurahan meningkat dibandingkan Tahun 2012 sejumlah 728 Desa/Kelurahan, peningkatan ini terjadi di Kabupaten Boalemo bertambah 2 Desa dan Kabupaten Pohuwato bertambah 1 desa menjadi 104. Gambar : 2.2 Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo tahun 2013 mencapai jiwa, yang terdiri dari laki laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 5

6 Profil Kesehatan Tahun 2013 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo Tahun 2012 yang diperoleh dari data BPS tahun 2013 yakni mencapai 2,09%. Berikut jumlah sebaran penduduk per Kabupaten/Kota menurut jenis kelamin dapat dilihat pada table berikut : Tabel : 2.2 Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Kabupaten/Kota Laki-Laki Perempuan Jumlah Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Prov. Gorontalo Tahun 2013 Gambar : 2.3 Piramida penduduk Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kabupaten / Kota se Provinsi Tahun 2013 Gambar piramida penduduk diatas menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2013 tertinggi terdapat pada kelompok umur tahun dengan persentase laki laki 10,46% dan perempuan 9,78% sedangkan jumlah penduduk terendah ada pada golongan umur 75 tahun ke atas dengan persentase laki laki 0,96% dan perempuan 0,6%. Piramida ini juga menjelaskan bahwa adanya penurunan tingkat kelahiran dibandingkan dengan tahun lalu yakni pada kelompok umur 0 4 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 6

7 Profil Kesehatan Tahun 2013 tahun, dimana jumlah penduduk di usia tersebut laki laki 9,46% dan perempuan 9,89% di tahun 2012 menurun di tahun 2013 dengan jumlah penduduk laki laki 8,75% dan perempuan 9,41%. Keberhasilan program KB merupakan salah satu kontribusi penurunan kelahiran pada masyarakat. (Data kependudukan Kabupaten/Kota selengkapnya dapat dilihat pada lampiran profil kesehatan tahun 2013 tabel 2 dan 3). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Indonesia menempati ranking 121 dari 187 negara. IPM Indonesia naik 3 peringkat pada tahun 2012 dibanding tahun sebelumnya yang menempati posisi 124 dari 187 negara di dunia. Nilai IPM Indonesia ini dilihat dari pembangunan manusia pada kelas menengah. Adapun nilai IPM Provinsi Gorontalo tahun 2012 yakni 71,31, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yakni 70,82. Sedangkan IPM Nasional juga mengalami peningkatan dari 72,77 di tahun 2011 meningkat menjadi 73,29 di tahun Berikut dapat dilihat gambar trend IPM selang tahun 2002 sampai dengan Gambar : 2.4 Trend IPM Provinsi Gorontalo dengan IPM Nasional Tahun Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 7

8 Profil Kesehatan Tahun 2013 B. Gambaran Ekonomi Mata pencaharian masyarakat Provinsi Gorontalo antara lain bidang pertanian, perdagangan dan perikanan. Jumlah penduduk miskin di tahun 2013 yakni 17,51%, persentase ini meningkat bila dibandingkan tahun 2012 yakni 17,33%. Strategi yang perlu dilakukan guna penurunan angka kemiskinan yakni dengan menciptakan seluasluasnya lapangan pekerjaan di masyarakat guna meningkatkan pendapatan dan dapat menyeimbangkan pengeluaran dalam rumah tangga masyarakat. Gambar : 2.5 Persentase Kemiskinan Nasional dan Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Bappeda Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Gambaran secara makro perekonomian di Provinsi Gorontalo dapat dilihat melalui besaran PDRB. PDRB terdiri dari 2 (dua) sisi pendekatan yaitu sektoral maupun penggunaan. Dari sisi sektoral pada tahun 2012 PDRB provinsi Gorontalo atas dasar harga berlaku (ADHB) adalah sebesar Miliyar Rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 (ADHK adalah sebesar Miliyar Rupiah). Sedangkan untuk PDRB Provinsi Gorontalo ADHB menurut penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar, yaitu sebesar 6.101,7 Miliyar Rupiah diikuti oleh import luar negeri dan antar pulau sebesar 4.557,7 Miliyar Rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui besaran perubahan nilai PDRB ADHK tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, laju pertumbuhan perekonomian Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan yaitu mencapai 7,71% jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang hanya sebesar 7,68%. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan seperti yang di gambarkan sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 8

9 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 2.6 Trend laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun Sumber : Bappeda Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan trend laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo, pada 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan perekonomian masyarakat baik dari segi sektoral, penggunaan maupun daya beli masyarakat. Hal ini berdampak positif bagi pembangunan di Provinsi Gorontalo ke depan. C. Gambaran Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat Provinsi Gorontalo di fokuskan pada pemberian kesempatan untuk penduduk agar memperoleh pendidikan yang layak terutama penduduk dengan kelompok usia sekolah (umur 7 24 tahun), hal ini tentunya seiring dengan tersedianya sarana dan prasarana yang sangat menunjang kualitas mutu pendidikan yang di harapkan. Data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo Tahun 2013 persentase penduduk yang masih sekolah menurut kelompok usia sekolah/angka Partisipasi Sekolah (APS) sebesar 97,52% pada kelompok umur 7 12 tahun, 82,57% pada kelompok umur tahun dan 57,82% pada kelompok umur tahun. Sementara Angka Partisipasi Murni (APM) yang merupakan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih sekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. APM menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 9

10 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 2.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan Provinsi Gorontalo tahun 2012 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (Gorontalo dalam angka Tahun 2013) Gambar diatas menunjukkan bahwa persentase tertinggi murid yang saat ini sedang mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 92,21% disusul dengan SMP/MTs sebesar 59,82% dan berkurang pada tingkat pendidikan SMA/MA yakni 44,67%. Hal ini menjelaskan upaya pemerintah terhadap masyarakat dalam menekan Angka Putus sekolah (APS) maupun anak yang tidak pernah sekolah dari tahun ke tahun menunjukkan hasil yang meningkat, dibuktikan dengan persentase murid SD yang bersekolah di tahun 2012 hingga sekarang. Data tingkat pendidikan yang bersumber dari profil Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo pada lampiran profil ini belum menggambarkan jumlah dan persentase di tingkat Provinsi dikarenakan beberapa Kabupaten tidak bisa memperoleh data jumlah murid yang sedang sekolah saat ini di selurauh tingkatan pendidikan. Sedangkan data penduduk umur 10 tahun ke atas yang melek huruf tahun 2013 mencapai 55,58%. Data ini hanya dilaporkan oleh 3 (tiga) Kabupaten/Kota yakni Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kabupaten yang tidak memiliki data pendidikan yakni Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 10

11 Profil Kesehatan Tahun 2013 D. Visi dan Misi Provinsi Gorontalo Tahun Visi Visi pembangunan daerah Provinsi Gorontalo yakni Terwujudnya Percepatan Pembangunan Berbagai Bidang serta Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang Berkeadilan di Provinsi Gorontalo. 2. Misi Untuk mencapai visi daerah selang 5 (Lima) tahun ke depan, maka misi yang di emban pemerintah daerah adalah : a. Memfokuskan peningkatan ekonomi atas dasar optimalisasi pemanfaatan potensi kewilayahan, mendorong laju investasi, percepatan pembangunan infrastruktur pedesaan, sekaligus mengembangkan potensi unggulan dengan mengakselerasi secara cerdas terhadap pencapaian kesejahteraan rakyat. b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendekatan kesesuaian keahlian serta pemenuhan mutu kualitas penyelenggaraan Pendidikan dan Kesehatan. c. Mengembangkan manajemen pengelolaan potensi sumber daya Perikanan dan Kelautan, Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan Pariwisata yang lebih baik, saling terintegrasi serta lestari demi kepentingan kemakmuran masyarakat serta memelihara dan melestarikan danau limboto sebagai sumber persediaan air bersih, untuk pengembangan perikanan air tawar dan daerah pariwisata dan meningkatkan pengelolaan DAS sebagai wujud memelihara lingkungan (Pro Green). d. Mengembangkan nilai nilai religi dalam kehidupan bermasyarakat yang rukun penuh kesejukan sekaligus memelihara dan melestarikan keragaman budaya dan adat istiadat serta memperkuat peran Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan terhadap anak, termasuk issue Kesetaraan Gender dalam Pembangunan. e. Menciptakan sinergitas diantara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di Gorontalo dalam kaidah otonomi daerah sekaligus untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik, menurunkan angka kemiskinan serta menjalankan sistem tata pemerintahan yang baik dalam rangka reformasi birokrasi. Tujuan pembangunan kesehatan dalam hal ini terdapat pada misi ke-2 yang ditargetkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia dengan tingkat kualitas siap Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 11

12 Profil Kesehatan Tahun 2013 pakai pakai, sekaligus bertujuan memberikan jaminan yang memadai melalui layanan Gratis terhadap penyelenggaraan pendidikan dasar hingga menengah, termasuk di bidang kesehatan melalui pola insentif yang diistilahkan Universal Total Coverage. Hal ini menjadi peran strategis untuk memastikan pemerintah daerah menciptakan sistem yang berkeadilan dari akses maupun mutu pelayanan kesehatan yang baik khususnya bagi warga miskin (Pro-Poor). Menyingkapi persoalan dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Gorontalo, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pembangunan kesehatan yakni melalui Rencana Strategi (RENSTRA) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun yang menetapkan Visi, Misi dan Strategi maupun program program kesehatan sebagai berikut : 1. Visi Visi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo adalah Mewujudkan Gorontalo Sehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya masyarakat untuk hidup sehat, memperoleh akses atas sumber daya kesehatan, dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; Mandiri, adalah terwujudnya masyarakat mandiri untuk hidup sehat, melalui upaya pencegahan; Berkeadilan, adalah terwujudnya pelayanan kesehatan yang adil dan merata di Provinsi Gorontalo. 2. Misi Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui misi sebagai berikut : a) Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungan b) Menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan. c) Menggerakkan dan memberdayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. d) Meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan yang merata. e) Meningkatkan kapasitas aparatur dan kinerja layanan organisasi. 3. Tujuan Sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Gorontalo Tahun , Tujuan Jangka Menengah Pembangunan Kesehatan Provinsi Gorontalo adalah Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat yang dijabarkan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 12

13 Profil Kesehatan Tahun 2013 dana Tujuan Rencana Strategi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun sebagai berikut : a. Peningkatan status kesehatan gizi masyarakat, b. Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan, c. Peningkatan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan serta menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan d. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) e. Terpenuhinya tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepualauan (DTPK), f. Peningkatan kinerja aparatur dan layanan organisasi 4. Sasaran Sasaran program yang ingin dicapai pada tahun 2013 sebagaimana Renstra tahun untuk mencapai tujuan diatas yakni : a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat dengan : 1) Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 243,3/ KH Tahun 2012 menjadi 200/ KH Tahun ) Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 18,5/1000 KH Tahun 2012 menjadi 17/1000 KH Tahun ) Menurunkan prevalensi kekurangan gizi (standar WHO 2005) dari 14,44% Tahun 2012 menjadi 14,22% Tahun ) Meningkatnya Usia Harapan Hidup menjadi 67,52% Tahun ) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani menjadi 71% 6) Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes yang memiliki kompotensi kebidanan menjadi 93,50% 7) Cakupan kunjungan bayi menjadi 85,45% 8) Angka Kematian Balita (AKABA) menjadi 19,70/1000 KH 9) Angka Kematian Neonatal (AKN) menjadi 11/1000 KH b. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular melalui, : 1) Cakupan desa/kelurahan UCI menjadi 75% 2) Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100% 3) Cakupan penemuan dan penangan penderita penyakit TBC BTA Positif 86% 4) Cakupan penemuan dan penangan penderita DBD 100% Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 13

14 Profil Kesehatan Tahun 2013 c. Meningkatnya fasilitas dan akses pelayanan kesehatan di Provinsi Gorontalo ditandai dengan : 1) Rasio posyandu per satuan balita : 11,65% 2) Rasio puskesmas per satuan penduduk : 0,08 3) Rasio Pustu per satuan penduduk : 0,24 4) Jumlah Posyandu : 1330 d. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko financial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin, melalui : 1) Jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis sebanyak Jiwa 2) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin : 100% e. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada 5 tatanan, ditandai dengan: 1) Persentase rumah tangga yang ber-phbs 67,5% 2) Persentase rumah tangga pengguna air bersih yang sehat : 63,5% 3) Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang layak : 60% f. Meningkatnya perilaku masyarakat tentang penganekaragaman makanan khas daerah Gorontalo, sehingga diharapkan persentase balita gizi buruk menurun menjadi 4,03%. g. Meningkatnya pemenuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepualauan (DTPK), melalui : 1) Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk : 0,007 2) Rasio Dokter Gigi per satuan penduduk : 0,02 3) Rasio Dokter spesialis per satuan penduduk : 0,05 4) Rasio Dokter Umum per satuan penduduk : 0,26 5) Rasio Perawat per satuan penduduk : 1,23 6) Rasio Bidan per satuan penduduk : 0,66 7) Rasio Nutritionis per satuan penduduk : 0,27 8) Rasio apoteker per satuan penduduk : 0,06 h. Meningkatnya kapasitas aparatur Dinas Kesehatan. i. Meningkatnya kinerja organisasi Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 14

15 Profil Kesehatan Tahun Strategi dan Kebijakan Untuk mencapai Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang telah ditetapkan, maka strategi dan kebijakan yang diambil Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dalam kurun waktu adalah sebagai berikut : a. Strategi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo : 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif. 2) Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan. 3) Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan. 5) Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan yang merata dan bermutu. 6) Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasil guna. b. Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 1) Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan KB 2) Perbaikan Gizi Masyarakat 3) Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan 4) Pengembangan sistem jaminan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin. 5) Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengasan obat dan makanan. 6) Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana & kirisis kesehatan 7) Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. 8) Pemenuhan, pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan 9) Peningkatan kualitas manajemen perencanaan program dan pembiayaan kesehatan serta sistem informasi kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 15

16 Profil Kesehatan Tahun Program/Kegiatan : Program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2013 ada 15 program dengan 46 kegiatan, untuk mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dengan rincian sebagai berikut : a. Program pelayanan administrasi perkantoran - Pelayanan jasa administrasi perkantoran b. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur - Peningkatan sarana dan prasarana perkantoran c. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur - Bimtek peningkatan kapasitas sumber daya aparatur d. Program peningkatan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan - Penyusunan anggaran, penatausahaan dan laporan keuangan SKPD - Rakor pelaksanaan anggaran pembangunan kesehatan tahun Monitoring, evaluasi dan pelaporan e. Program obat dan perbekalanan kesehatan - Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kefarmasian - Peningkatan pengawasan dan bahan berbahaya f. Program upaya kesehatan masyarakat - Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas jaringannya - Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan - Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana - Peningkatan pelayanan kesehatan dan penderita gangguan jiwa g. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat - Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat - Pelayanan kesehatan pada kampung nelayan desa siaga aktif - Bimtek pelayanan posyandu terintegrasi PAUD dan bina KB kepada kader posyandu - Jaminan Kesehatan Semesta (JAMKESTA) h. Program perbaikan gizi masyarakat - Pemberian tambahan makanan dan vitamin - Pelatihan tenaga mulok ilmu gizi berbasis makanan khas daerah gorontalo - Survey pemantauan status gizi keluarga sadar gizi i. Program pengembangan lingkungan sehat - Pengkajian pengembangan lingkungan sehat j. Program pencegahan dan penaggulangan penyakit menular dan tidak menular Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 16

17 Profil Kesehatan Tahun Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular langsung - Peningkatan imunisasi - Pencegahan Penularan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) - Penanggulangan dan pencegahan penyakit tidak menular - Survailance epidemiologi dan penanggulangan KLB k. Program standarisasi pelayanan kesehatan - Bimtek pelaksanaan program pembangunan - Pembekalan dr/drg PTT dan pembinaan teknis dr/drg PTT - Penyusunan Renja SKPD bidang kesehatan - Rapat koordinasi penyusunan tenaga PTT dr/ drg/ bidan PTT dan tugsus nakes tahun Peningkatan pengolahan data dan sistem informasi kesehatan - Bimtek bagi tim penilai angka kredit dan KTI jabatan fungsional kesehatan - Penilaian tenaga kesehatan teladan l. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin - Pelayanan sunatan masal - Pengobatan masal - Pelayanan rujukan pasien miskin keluar daerah m. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak - Kemitraan bidan dan dukun melalui rumah tunggu persalinan kecamatan IPM rendah - Pendampingan puskesmas/ kecamatan IPM rendah dalam peningkatan cakupan dan penerapan program kesehatan ibu dan anak - Orientasi penggunaan dan pemanfaatan buku KIA bagi PKK, kader, dan masyarakat - Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan penjaringan anak sekolah di Kecamatan IPM rendah n. Program pembinaan upaya kesehatan - Pelayanan administrasi laboratorium kesehatan o. Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan mata - Pelayanan kesehatan klinik mata. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 17

18 Profil Kesehatan Tahun 2013 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan dasar dan menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Kesehatan juga mempunyai peranan yang sangat fundamental karena merupakan komponen pembangunan yang memiliki nilai investasi. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan tenaga siap pakai dalam hal ini menyiapkan Sumber Daya Manusia yang sehat dan produktif. Lemahnya pembangunan di sektor kesehatan dapat dilihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) negara kita masih menempati posisi 124 dari 187 negara di dunia, situasi yang lain dapat digambarkan melalui kualitas pelayanan kesehatan yakni Puskesmas sebagai pelayanan dasar dan Rumah Sakit sebagai pelayanan rujukan masih dirasakan sangat kurang dari segi kuantitas maupun kualitas secara merata. Dengan keadaan ini maka derajat kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di Provinsi Gorontalo belum memenuhi target yang diharapkan. Berdasarkan Visi, Misi tersebut diatas pemerintah melakukan kegiatan kegiatan yang bertujuan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Gambaran tentang derajat kesehatan selengkapnya meliputi indikator mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat. Mortalitas terdiri dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per-1000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per-1000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per Kelahiran Hidup dan Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. Morbiditas dilihat dari indikator indikator Angka Kesakitan Malaria per 1000 Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA +, Prevalensi HIV (Persentase Kasus Terhadap Penduduk Beresiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia <15 tahun per anak dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per Penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Status Gizi di bawah garis merah (BGM) dan jumlah kasus balita gizi buruk. Keadaan ini masih dipengaruhi oleh keadaan social ekonomi dan budaya masyarakat yang mengakibatkan perubahan kondidi kependudukan, mobilitas penduduk dan kondisi lingkungan. Situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Gorontalo tahun 2013 dapat dilihat dari capaian Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi masing masing 251,7/ Kelahiran hidup dan 13,3/1000 Kelahiran hidup, sedangkan Umur harapan Hidup saat ini rata rata 67,88. Hal ini dipengaruhi berbagai Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 18

19 Profil Kesehatan Tahun 2013 faktor antara lain kebijakan pemerintah yang dari tahun ke tahun lebih menekankan pada upaya kuratif (pengobatan). Jaminan pelayanan kesehatan masyarakat menyeluruh (total coverage) memudahkan masyarakat melakukan pengobatan jika sakit tanpa ada dukungan untuk memperbaiki kualitas hidup dengan upaya preventif (Pencegahan). Angka kesakitan saat ini diupayakan penemuan sebanyak banyaknya terhadap kasus penyakit sedini mungkin agar upaya pencegaran dan penanggulangan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Misalnya gambaran penyakit salah satunya angka kematian selama pengobatan TB (+) di Provinsi Gorontalo mencapai 3,9/ penduduk, masih tingginya kematian akibat penyakit ini merefleksikan adanya hubungan antara penderita penyakit dengan keadaan ekonomi atau tingkat kemiskinan masyarakat serta budaya dalam mencegah dan mengobati penyakit secara tepat. Begitu pula dengan situasi penyakit pada masyarakat lainnya seperti Malaria, HIV/AIDS, Kusta maupun penyakit lainnya. Cakupan program yang merupakan indikator indikator derajat kesehatan masyarakat Provinsi Gorontalo Tahun 2013 adalah sebagai berikut : A. Angka Kematian (Mortalitas) Mortalitas atau kejadian kematian dalam masyarakat seringkali digunakan sebagai indikator dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian. Mortalitas yang dibahas pada profil kesehatan 2013 ini berpengaruh sangat signifikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, terdiri dari : Angka Kematian Anak 1. Angka Kematian Neonatal (AKN) yakni kematian yang terjadi sebelum bayi berumur 1 bulan atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Kematian neonatal diperlukan guna pencegahan dan penanganan terhadap ibu maupun bayi dengan resiko kegawatdaruratan agar dapat segera ditangani. 2. Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat sehingga program program kesehatan banyak menitikberatkan pada upaya penurunan AKB dimana AKB menunjuk jumlah bayi yang meninggal antara fase kelahiran hingga bayi umur <1 tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup ditahun itu. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 19

20 Profil Kesehatan Tahun Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah balita sampai dengan usia 59 bulan (bayi + anak balita) yang meninggal disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Angka Kematian Ibu (AKI) Kematian ibu maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau selama nifas. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan status kesehatan ibu dan gizi ibu dan pelayanan kesehatan pada ibu. Angka Kematian Ibu merupakan jumlah kematian ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas dibagi dengan jumlah kelahiran hidup ditahun itu. 1. Angka Kematian Neonatal Angka kematian neonatal adalah jumlah bayi usia sampai 28 hari yang meninggal disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup pada wilayah dan kurun waktu yang sama. Tinggi rendahnya Neonatal Mortality Rate (NMR) berguna untuk menggambarkan 3 (tiga) hal yakni Pelayanan Antenatal Care (ANC) yang berkualitas, Pelayanan Post Natal dan Program pertolongan persalinan dan penanganan kasus kegawatdaruratan neonatal essensial. Berikut jumlah kematian neonatal Kabupaten / Kota tahun 2013 sebagai berikut : Gambar : 3.1 Jumlah dan Angka Kematian Neonatal Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 20

21 Profil Kesehatan Tahun 2013 Dari gambar diatas dapat diketahui jumlah kematian neonatal dari yang tertinggi hingga terendah dan capaian Provinsi. Jumlah kematian neonatal Provinsi Gorontalo tahun 2013 yakni sebanyak 202 bayi dengan angka kematian sebesar (10/1000 Kelahiran Hidup), jumlah ini menurun dibandingkan kematian neonatal tahun 2012 yakni sebanyak 231 kematian neonatal begitu juga dengan Angka Kematian Neonatal di tahun 2012 yakni 11,76/1000 KLH. Hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan bayi melalui kunjungan ke sarana kesehatan secara umum dilihat dari capaian Provinsi lebih meningkat dibandingkan tahun tahun sebelumnya, sehingga penanganan dan pengawasan terhadap bayi sakit dapat segera ditangani. Penyebab lain menurunnya jumlah kematian neonatal di Provinsi Gorontalo yakni Kunjungan Neonatal Lengkap (KNL) di Provinsi Gorontalo tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 75% menjadi 88,2% di tahun dimana jika kunjungan tinggi, maka semakin cepat deteksi dini tanda tanda bahaya pada neonatal ditemukan sehingga semakin cepat penanganan diberikan. Dilihat dari data yang ada kunjungan neonatal mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang hanya 33,7% meningkat pada tahun 2013 sejumlah 39,8%, namun demikian persentase penanganan terhadap faktor resiko komplikasi neonatal ini masih rendah dan memerlukan upaya upaya guna peningkatan ditahun yang akan datang. Kematian Neonatal Kabupaten / Kota tertinggi tahun 2013 terjadi di Kabupaten Gorontalo sebanyak 65 kematian dan terendah di Kabupaten Pohuwato sejumlah 16 kematian neonatal. Hal ini disebabkan Kabupaten Gorontalo memiliki wilayah yang paling luas dengan jumlah penduduk yang terbesar di Provinsi Gorontalo. 2. Angka Kematian Bayi dan Balita Angka kematian bayi adalah jumlah bayi usia 0-11 bulan yang meninggal disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama termasuk kematian neonatal dan bayi. Angka kematian bayi terdiri dari angka kematian Neonatal yakni kematian yang terjadi sebelum bayi berumur 1 bulan atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka kematian balita adalah jumlah balita usia sampai 59 bulan (bayi + anak balita) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 21

22 Profil Kesehatan Tahun 2013 Di Indonesia angka kematian balita menurun 63% antara tahun 1990 dan 2012, terutama berkat upaya perluasan layanan imunisasi dan penggunaan terapi rehidrasi oral untuk mengobati diare. Pembentukan lebih dari pos kesehatan masyarakat (Posyandu) ditingkat desa dalam 25 tahun terakhir yang menyediakan perawatan kesehatan khusus bagi ibu dan anak anak serta pelaksanaan program program kesehatan dasar termasuk keluarga berencana, gizi dan imunisasi juga memberikan kontribusi terhadap penurunan jumlah kematian bayi dan anak. Trend angka kematian Bayi dan Balita selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 3.2 Trend Angka Kematian Bayi dan Balita Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Angka kematian Bayi dan Balita dipengaruhi oleh persalinan yang ditolong tenaga kesehatan yang saat ini mencapai 96,8% sehingga penanganan kegawatdaruratan pada bayi dapat segera ditangani. Hal lain yang mempengaruhi penurunan angka kematian bayi dan balita di Provinsi Gorontalo tahun 2013 adalah kunjungan bayi dan balita, semakin tinggi kunjungan bayi dan balita maka akan semakin dini mendeteksi resiko atau situasi kesehatan bayi dan balita. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan bayi dari tahun 2012 yang mencapai 64% meningkat menjadi 75,2% di tahun Penurunan angka kematian bayi ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya kapasitas tenaga kesehatan dalam penanganan bayi dan balita sakit. Dimana tenaga kesehatan telah dilatih Penanganan Neonatal Komplikasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Penanganan Bayi dan Balita Sakit, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 22

23 Profil Kesehatan Tahun 2013 Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan masih ada program lain yang dilaksanakan bersama sama pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota. Pelatihan ini juga bukan lagi di khususkan untuk bidan seperti pelatihan yang telah dilakukan sebelumnya tetapi dilakukan juga terhadap perawat dan dokter di Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan dasar dengan tujuan agar terbentuk tim di Puskesmas guna penanganan kegawatdaruratan bayi dan balita. Dari angka kematian bayi dan balita per 1000 KLH di Provinsi Gorontalo dapat dilihat jumlah kematian bayi dan balita sebagai berikut : Gambar : 3.3 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan jumlah kematian pada bayi dan balita, dimana kematian bayi terbanyak terjadi di Kabupaten Gorontalo sebanyak 89 bayi dengan angka kematian 16,8/1.000 KLH disusul dari Kabupaten Boalemo dengan jumlah kematian 69 bayi dan terendah Kabupaten Pohuwato sejumlah 20 kematian. Sedangkan trend angka kematian bayi dan balita di Provinsi Gorontalo dari kurun waktu 2008 sampai 2009 mengalami fluktuasi yakni tahun ,5/1.000 KLH, tahun 2009 mengalami peningkatan yakni dengan angka 14,7/1.000 KLH, di tahun 2010 mengalami penurunan signifikan yakni 12,9/1.000 KLH kemudian terus meningkat ditahun 2011 dan 2012 sebanyak 18,7/1.000 KLH. Capaian ini mengalami penurunan di tahun 2013 hingga 13,3/1.000 KLH. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 23

24 Profil Kesehatan Tahun Angka Kematian Ibu (AKI) Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Kematian ibu yang dapat dilihat yakni kematian ibu hamil, kematian ibu bersalin dan kematian ibu nifas. AKI merupakan upaya dan tujuan dalam Millenium Development Goal s yakni meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 yakni menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu (102/ KLH). Secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2012, AKI menunjukkan penurunan yang signifikan dari angka 390 dari tahun 1994 menjadi 228 di tahun Namun berdasarkan SDKI 2012, pada periode AKI meningkat tajam menjadi 359 per KLH. Jumlah kematian ibu di Provinsi Gorontalo tahun 2013 mencapai 52 ibu, jumlah ini mengalami peningkatan dibanding dengan tahun 2012 yakni 48 ibu. Untuk Provinsi Gorontalo belum dapat menghitung Angka Kematian Ibu dikarenakan jumlah kelahiran belum mencapai kelahiran hidup, tetapi guna mengukur capaian kinerja bidang kesehatan ditingkat daerah berdasarkan Renstra dan Renja Dinas kesehatan Provinsi Gorontalo melalui komitmen antara Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur, Wakil Gubernur dan Satuan Kerja Dinas Kesehatan maka untuk melihat keberhasilan program kesehatan ibu dihitung dengan menggunakan jumlah dan angka kematian ibu. Hal ini sangat dibutuhkan sebagai tolok ukur dalam perencanaan dan evaluasi bidang kesehatan selanjutnya, sehingga setiap tahunnya tetap menghitung capaian kinerja membandingkan jumlah kematian dengan kelahiran hidup dalam konstanta Tahun 2013 dari jumlah Kematian ibu sebanyak 52 ibu, tertinggi terjadi pada kelompok umur tahun seperti yang digambarkan melalui grafik berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 24

25 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 3.4 Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Umur Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan jumlah kematian ibu berdasarkan golongan umur dimana pada golongan umur <20 tahun jumlah kematian 5, tertinggi terjadi di Kabupaten Gorontalo sebanyak 3 kematian ibu. Pada golongan umur tahun ditahun 2013 terjadi 39 kematian ibu tertinggi di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 9 ibu, disusul pada kelompok umur >35 tahun terjadi 8 kematian ibu yang tertinggi dialami oleh Kabupaten Gorontalo. Kematian ibu tertinggi pada kelompok umur tahun, berdasarkan laporan dari bidang Bina Gizi dan KIA Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo hal ini dikarenakan hal hal sebagai berikut : - Upaya sosialisasi dan penyuluhan pada remaja mengenai bahaya menikah dan mengalami kehamilan pada usia dini sudah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, lintas program serta lintas sektor dari tingkat Provinsi sampai dengan tingkat Kabupaten secara kontinyu sehingga mampu menekan kematian ibu dibawah umur 20 tahun. - Umur tahun adalah usia produktif seorang wanita, sehingga kehamilan diusia ini lebih banyak di bandingkan dengan usia lainnya yang secara tidak langsung juga menyebabkan resiko kematian terbanyak ada pada range umur ini. Jumlah penduduk dengan usia kehamilan tertinggi tahun dibuktikan juga dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 tertinggi di daerah perkotaan maupun pedesaan. Sehingga pada rentan umur tersebut Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 25

26 Profil Kesehatan Tahun 2013 terdapat banyak resiko maupun kejadian kehamilan, bgitu juga kejadian kematian. Gambar : 3.5 Proporsi penduduk yang sedang hamil berdasarkan laporan rumah tangga Menurut kelompok umur dan tempat tinggal, Indonesia 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Sedangkan trend kematian ibu di Provinsi Gorontalo dari kurun waktu tahun 2009 hingga 2013 mengalami fluktuasi yakni sebanyak 50 ibu mati ditahun 2009, kemudian mengalami penurunan signifikan ditahun 2010 sebanyak 40 ibu mati. Selanjutnya pada tahun 2011 meningkat sebanyak 49 ibu mati dan tahun 2013 meningkat lagi menjadi 52 ibu mati. Selengkapnnya dapat dilihat melalui gambar berikut : Gambar : 3.6 Jumlah dan Angka Kematian Ibu kurun waktu 5 (Lima) tahun Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 26

27 Profil Kesehatan Tahun 2013 Angka kematian ibu di Provinsi Gorontalo yang mengalami fluktuatif selama kurun waktu 5 tahun ini menggambarkan bahwa masalah yang sama yang menjadi penyebab kematian ibu belum terselesaikan dengan baik. Masalah utama penyebab kematian ibu berdasarkan laporan dari penyebab kematian ibu Kabupaten / Kota adalah Antenatal Care (ANC) yang belum berkualitas sehingga penemuan dini resiko tinggi pada ibu hamil belum maksimal. Hal berikut yang menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu adalah kapasitas bidan dalam penanganan kegawatdaruratan obstetri masih rendah. Sesuai data kesehatan ibu Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2013, dari 779 bidan yang berada di Provinsi Gorontalo (baik bidan PNS dan bidan PTT) hanya 232 bidan yang telah dilatih Asuhan Persalinan Normal (APN). Pelatihan APN bertujuan agar terlaksananya persalinan normal dengan baik dan benar, selain itu penyebab lainnya adalah kepesertaan KB berkualitas yang masih kurang. Hal hal tersebut diatas yang memicu penyebab medis pada kematian ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas. Berikut persentase penyebab kematian ibu Kabupaten / Kota tahun Gambar : 3.7 Persentase Penyebab Kematian Ibu Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Dari gambar diatas dapat diketahui persentase penyebab kematian ibu di Provinsi Gorontalo tahun Proporsi penyebab kematian tertinggi adalah hipertensi sebanyak 28,8% (15 orang) dan perdarahan sebanyak 21,2% (11 orang), penyebab lainnya adalah infeksi 7,7% (4 orang), abortus 1,9% (1 orang), partus lama 1,9% (1 orang). Sedangkan untuk penyebab kematian Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 27

28 Profil Kesehatan Tahun 2013 lain lain sebesar 38,5% (20 orang) yakni dengan rincian penyebab sebagai berikut : - Kota Gorontalo : Jantung (2 orang) - Kabupaten Gorontalo : Asma Bronkhial (1 orang) dan Urosepsis (1 orang) - Kabupaten Boalemo : Kala II lama (1 orang), Prolaps Uterus (1 orang), Infact Miocard (1 orang), Acites (1 orang), Emboli Air Ketuban (1 orang), TBC (1 orang) - Kabupaten Pohuwato : Gagal Ginjal (1 orang) - Kabupaten Bone Bolango : Gagal Ginjal (1 orang), Emboli Air Ketuban (1 orang), Gagal Nafas (1 orang), Alergi (1 orang), Kejang (1 orang), Odema Paru Akut (1 orang). - Kabupaten Gorontalo Utara : Jantung (2 orang), Acites + Ikterus (1 orang). 4. Usia Harapan Hidup (UHH) Usia Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup yang rendah disuatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pembrantasan kemiskinan. Tabel : 3.1 Capaian Usia Harapan Hidup (UHH) Provinsi Gorontalo Tahun Indikator Usia Harapan Hidup 65,6 65,9 66,2 66,4 66,8 67,1 67,88 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Usia harapan hidup Provinsi Gorontalo dari kurun waktu tahun 2006 sampai 2012 mengalami peningkatan, dimana tahun 2006 capaian usia harapan hidup 65,6 tahun terus meningkat hingga tahun 2012 mencapai 67,88 tahun. Data ini cukup mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan IPM Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 28

29 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gorontalo yang meningkat dari 70,82 ditahun 2012 meningkat menjadi 71,31. Usia harapan hidup merupakan salah satu gambaran keberhasilan program upaya kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi suatu daerah dan negara. Meningkatnya upaya kesehatan melalui pelayanan kesehatan di Puskesmas dan meningkatnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. B. Angka Kesakitan (Morbiditas) 1. Angka Kesakitan TB Tuberculosis adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri yang berpengaruh pada paru, sistim kekebalan tubuh yang baik dapat mengendalikan penyakit ini. Menurut WHO penyakit TB adalah penyebab kematian yang besar untuk ODHA diseluruh dunia, sehingga percepatan penanggulangan dan pengendalian penyakit ini secara nasional ditargetkan melalui komitmen global Millenium Development Goals (MDG s) hingga tahun 2015 melalui goal 6 (enam) yakni Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya. Hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang di diagnosis TB Paru menurut Riskesdas 2013 yakni 0,4%. Gorontalo termasuk dalam 5 (Lima) Provinsi dengan TB Paru tertinggi (0,5%), Provinsi lain adalah Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Banten (0,4%) dan Papua Barat (0,4%). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 3.8 Prevalensi TB Paru Menurut Provinsi Tahun 2007 & 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 29

30 Profil Kesehatan Tahun 2013 Di Provinsi Gorontalo proporsi pasien TB Paru BTA Positif diantara suspek yang di periksa dahaknya menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Angkanya berkisar antara 5% 15%. Data yang bersumber dari profil kesehatan Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo menggambarkan proporsi pasien TB Paru Positif di antara suspek TB yang diperiksa, memperoleh hasil sebagai berikut : Gambar : 3.9 Proporsi Pasien Tb Paru Positif Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Thn 2013 Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknnya per Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo tahun 2013 tertinggi adalah Kabupaten Gorontalo Utara 9,92% dan terendah kabupaten gorontalo 6,69%. Angka ini termasuk kategori baik karena masih dalam range 5% - 15%. Jika angka ini <5% kemungkinan disebabkan oleh penjaringan suspek yang terlalu longgar, banyak yang tidak memenuhi kriteria suspek atau terdapat masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan jika angka ini >15% mungkin disebabkan oleh penjaringan terlalu ketat atau terdapat masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Jumlah penderita TB Paru positif saat ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu yakni dari jumlah TB Paru (+) penderita di tahun 2012 meningkat menjadi penderita di tahun Jumlah ini terbanyak di Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo masing masing 484 penderita dan 414 penderita. Angka penemuan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 30

31 Profil Kesehatan Tahun 2013 kasus baru (CDR) yang mencapai target di tahun 2013 yakni 86,5% dari target yang telah ditentukan sebesar 85% dan CNR (Case Notification Rate) mencapai 163/ penduduk tahun Angka Kesakitan Pneumonia Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi napas >50 kali/menit), sesak dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Di Indonesia menurut hasil Riskesdas insiden dan prevalensi pneumonia tahun 2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Lima Provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi menurut umur adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) (4,6% dan 10,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat (3,1% - 6,1%) dan Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8%). Hasil Riskesdas menyatakan Provinsi Gorontalo mengalami insiden dan prevalensi pneumonia Tahun 2013 yakni 1,7% dan 4,1%. Gambar : 3.10 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Thn 2013 Program pengendalian ispa menetapkan bahwa kasus yang ditemukan harus ditatalaksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ispa juga merupakan gambaran penatalaksanaan kasus ISPA. Pada grafik diatas menunjukan bahwa angka penemuan kasus ISPA belum merata di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 31

32 Profil Kesehatan Tahun 2013 kabupaten/kota. Kabupaten Boalemo merupakan kabupten dengan capaian penemuan tertinggi 93,4% (melebihi target Nasional 2013 yaitu 90%) sedangkan kabupaten lain secara berurutan Kabupaten Bone Bolango 63%, Kabupaten Gorontalo Utara 37,2%, Kabupaten Gorontalo 35,1%, Kota Gorontalo 31% dan yang paling rendah cakupannya adalah kabupaten pohuwato sebesar 24,4%. Cakupan penemuan secara umum di tingkat provinsi baru mencapai 44,4% dan belum mencapai target Nasional, akan tetapi Jika dibandingkan dengan capaian Nasional Tahun 2012 (23,4%) Provinsi Gorontalo cakupannya sudah cukup baik. 3. Kasus HIV / AIDS AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebut dengan retroviruses yang sering disebut dengan HIV. Virus AIDS menyerang sel darah putih khususnya yang disebut dengan T-lymphocytes. Seseorang yang terinfeksi HIV AIDS system kekebalan tubuhnya akan menurun drastis. Kasus HIV /AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan termasuk di Provinsi Gorontalo, sampai Desember 2013 kasus HIV/AIDS dilaporkan berjumlah 148 orang. Persentase lebih besar terjadi pada laki-laki yaitu 71,4% dan perempuan 28,6% serta didominasi oleh kelompok usia produktif tahun. Gambar : 3.11 Jumlah Kasus HIV/AIDS Tahun Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Thn 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 32

33 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan jumlah kasus di tahun 2003 sampai dengan 2013 yang secara kumulatif berjumlah 148 kasus, peningkatan jumlah kasus HIV/Aids yang ditemukan dikarenakan intensifikasi penemuan kasus penyakit menular untuk peningkatan penanganan terhadap kasus penyakit sedini mungkin. Sehingga penderita penyakit lebih cepat mendapatkan pengobatan dan pemutusan rantai penularan lebih cepat. Gambar : 3.12 Jumlah Kasus HIV/AIDS Berdasarkan Umur Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Thn 2013 Sebagaimana grafik diatas jumlah kasus AIDS lebih besar yaitu 21 kasus sedangkan kasus HIV berjumlah 14, jumlah kasus tertinggi berdasarkan kelompok umur yakni tahun sebanyak 15 kasus, kelompok umur tahun sebanyak 13 kasus. Berbagai kebijakan pemerintah diarahkan dalam penanggulangan AIDS, salah satunya sejak tahun 1994 pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden No. 26 tahun 1994 dibentuklah Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) ditingkat Nasional yang kemudian disusul terbentuknya KPA seluruh Provinsi dan masih banyak lagi kebijakan internasional terkait dengan pengendalian lajunya epidemik HIV/AIDS. Dari kebijakan ini muncul langkah langkah prioritas yang mencantumkan program ini dalam perencanaan strategis pembangunan kesehatan, menetapkan dan memperkuat KPA untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan HIV/AIDS bersama perangkat daerah lainnya. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 33

34 Profil Kesehatan Tahun Kasus Diare Diare atau diarrhea adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus menerus dengan tinja atau feses dengan kandungan air berlebihan. Gambar : 3.13 Prevalensi Diare per 1000 penduduk per Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kes. Kab / Kota dan Program P2 Thn Prevalensi diare menurun sampai tahun 2011 yakni 29,5 per 1000 penduduk. Tahun 2013 Prevalensi diare mengalami penurunan yakni 27,3 per 1000 penduduk, tertinggi capaian tahun 2013 terjadi di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara dengan angka prevalensi 34, terendah Kabupaten Pohuwato dengan angka prevalensi Diare 18. Sedangkan untuk case fatality rate (CFR) saat KLB masih dibawah standar nasional yaitu 0,03% (Nasional <1%). 5. Kasus Kusta Kusta adalah penyakit infeksi menahun yang disebabkan kuman kusta yang menyerang kulit dan saraf tepi yang disebut dengan mycobacterium leprae. Dalam tubuh manusia, kuman dapat ditemukan dikulit, kelenjar keringat, folikel rambut dan air susu ibu. Penyakit kusta (lepra) masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar di Indonesia, beban Kusta di Indonesia terbagi atas dua, yaitu provinsi dengan bebab kusta Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 34

35 Profil Kesehatan Tahun 2013 rendah (low endemik) dan Provinsi dengan kasus baru 10 atau lebih (High endemik). Tahun 2013 Provinsi Gorontalo masih termasuk kategori Provinsi dengan beban kusta tinggi (High Endemik) dengan Penemuan kasus sebesar 19,23 per penduduk, dengan proporsi terbanyak penderita adalah lakilaki sebesar 62,96% dan perempuan sebanyak 37,04%. Demikian juga dengan kasus pada anak dan angka kecacatan tingkat II yang peningkatannya ditunjukkan pada gambar berikut : Gambar : 3.14 Persentase Kasus Kusta pada Anak dan Cacat Tkt. II per Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Gambar di atas menunjukkan angka proporsi cacat tk. II Provinsi Gorontalo tahun 2013 sebesar 6,5% melebihi standar yang ditetapka secara nasional yaitu <5%, adapun proporsi paling besar kasus dengan cacat tk. II adalah di Kota Gorontalo (16,7%) dan yang paling kecil adalah Kabupaten Gorontalo (1,7%). Angka proporsi cacat tk.ii menunjukkan kinerja petugas dalam case finding dan case holding, bisa diasumsikan kinerja petugas rendah kemungkinan lain adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tanda dini kusta. Untuk kasus kusta pada anak secara Nasional di tetapkan targetnya yakni <5%. Untuk Tahun 2013 Provinsi Gorontalo sebesar 9,7%, dengan proporsi kasus kusta pada anak terbesar di kabupaten Bone Bolango sebesar Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 35

36 Profil Kesehatan Tahun ,5% dan paling kecil di kabupaten boalemo. Tingginya kasus pada anak menunjukkan masih tingginya penularan kusta di masyarakat. 6. Kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) per Penduduk < 15 tahun Acute Flaccid Paralysis (AFP) merupakan gejala awal dari penyakit polio. AFP adalah semua anak < 15 tahun dengan kelumpuhan (paralysis/paresis) yang sifatnya layuh (Flaccid) terjadi secara mendadak (Acute), bukan disebabkan oleh ruda paksa. Data surveilans menyatakan insiden polio tertinggi pada usia < 3 tahun (50 75%). Indikator yang harus dicapai pada surveilans AFP ini adalah non polio AFP Rate dan specimen adekuat. Secara Nasional telah memenuhi target yaitu >2 per anak usia <15 Tahun, dengan specimen adekuat >80%. Termasuk di Provinsi Gorontalo untuk tahun 2013 AFP Rate Non Polio adalah 5,87 per anak usia < 15 Tahun, akan tetapi angka ini belum merata di kabupaten / kota. Gambar : 3.15 Jumlah kasus AFP per Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo dan AFP Rate per penduduk usia < 15 tahun Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Gambar di atas menunjukkan jumlah kasus AFP per Kabupaten / Kota, tertinggi kasus AFP terjadi di Kota Gorontalo sejumlah 7 kasus, Kabupaten Bone Bolango sebanyak 4 Kasus, Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 3 kasus, Kabupaten Boalemo dan Pohuwato masing masing 2 Kasus dan terendah Kabupaten Gorontalo 1 kasus. Adapun AFP rate (Non Polio) Provinsi Gorontalo mencapai 5,87/ penduduk usia <15 tahun. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 36

37 Profil Kesehatan Tahun Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam berdarah atau demam dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau beberapa jenis nyamuk menularkan atau menyebarkan virus dengue. Gejala dari demam dengue ini adalah demam, sakit kepala, kulit kemerahan yang tampak seperti campak, nyeri otot dan persendian. Jumlah kasus DBD yang dilaporkan di Provinsi Gorontalo Tahun 2013 berjumlah 243 kasus dengan CFR yang cukup tinggi yaitu 8,4%. Kasus DBD terbanyak terjadi di Kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak 122 kasus dan kasus paling sedikit di Kabupaten Boalemo (2 kasus), sedangkan untuk CFR tertinggi adalah di Kabupaten Bone Bolango sebesar 6,1%. Selengkapnya per Kabupaten / Kota dapat dilihat sebagai berikut : Gambar : 3.16 Jumlah Kasus DBD dan CFR per Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Angka Insiden DBD Provinsi Gorontalo Tahun 2013 adalah 21,6 per penduduk. Angka ini masih dibawah angka Nasional (52 per penduduk), akan tetapi CFR di Provinsi Gorontalo masih tinggi (8,4%) melebihi standar yang ditetapkan <1% Seperti halnya DBD, kasus chikungunyah meningkat khususnya di daerah perkotaan. Untuk Tahun 2013 dilaporkan KLB chikungunyah sebanyak 7 kali di Kota Gorontalo dan 1 kali di laporkan di Kabupaten Gorontalo. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 37

38 Profil Kesehatan Tahun Kasus Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDG s) tujuan ke 6 yakni perang terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Berbagai upaya untuk pengendalian penyakit malaria ini diantaranya pencegahan dengan penggunaan kelambu dan penyemprotan dalam ruangan agar terhindar dari nyamuk pembawa penyakit malaria. Jumlah kasus malaria di Indonesia sejak tahun 2000 telah mengalami penurunan dari 3,62 kasus per 1000 penduduk pada tahun 2000 menjadi 1, 85 kasus per 1000 penduduk pada tahun Kendati penggunaan teknik baru untuk mengukur insidensi yakni melalui diagnosis klinis menunjukkan tingkat prevalensi nasional sebesar 2,89% pada tahun Insiden tertinggi terjadi di Papua dengan angka 31,4% dan terendah di Bali dengan 0,3%. Gambar : 3.17 Insiden Malaria Menurut Provinsi Tahun 2007 & 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Data Riskesdas sebanyak 15 Provinsi mempunyai prevalensi malaria di atas angka Nasional sebagian besar berada di Indonesia Timur. Gorontalo mempunyai Insiden malaria 0,2% dan Prevalensi 1,1%. Di Provinsi Gorontalo kasus malaria dapat dilihat dari angka Annual Paracite incidence (API) yang menunjukkan angka 1,2 per 1000 penduduk. Angka ini sudah mencapai target Nasional dimana pemerintah telah menargetkan secara Nasional API sebesar (1,25 per 1000 penduduk). Guna mengukur pencapaian API dalam upaya pengendalian penularan malaria saat ini dilihat dari Angka Slide Positif Rate Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 38

39 Profil Kesehatan Tahun 2013 (SPR), pencapaian di Provinsi Gorontalo masih tinggi yaitu 9,38% (Nasional ditetapkan <5%) tertinggi di Kabupaten Pohuwato 27,5% dan paling rendah di Kota Gorontalo 1,13%. Angka SPR tinggi menunjukkan bahwa ABER (Annual Blood Examniation Rate atau sediaan darah yang diperiksa) masih rendah, seharusnya jika ditemukan 1 kasus positif maka sediaan darah 5 rumah di sekitar penderita dan masing-masing rumah, jadi minimal 25 orang. Dari pencapaian SPR ini dapat dilihat kemungkinan masih terdapat kasus lain disekitar penderita yang positif. Sehingga program pengendalian malaria dengan pemeriksaan sediaan darah 5 rumah disekitar penderita positif harus benar benar dilaksanakan guna penemuan kasus sedini mungkin, mengendalikan dampak penularan penyakit sekaligus menguji tercapaian target penemuan kasus per 1000 penduduk di Provinsi Gorontalo. Jika program ini dilaksanakan dengan baik maka tergambar jelas kondisi kasus malaria yang sebenarnya di Provinsi Gorontalo dan semakin efektif pula upaya pengendaliannya hingga pencapaian target API terus menurun sesuai kondisi dimasyarakat. Gambar : 3.18 Angka SPR (Slide Positif Rate) Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Dari gambar diatas menunjukkan persentase angka SPR (penderita positif dengan pemeriksaan sediaan darah) terhadap kasus malaria masih tinggi, angka Kabupaten / Kota tertinggi terjadi di Kabupaten Pohuwato yakni 27,5%, kemudian Kabupaten Boalemo 13,2%, terendah di Kota Gorontalo yakni Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 39

40 Profil Kesehatan Tahun ,13%. Provinsi Gorontalo mencapai 9,38%, angka ini masih tinggi dari target yang seharusnya dicapai yakni <5%. 9. Cakupan Desa / Kelurahan terkena KLB di tangani < 24 jam Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut Departemen Kesehatan RI dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004 dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. Berikut persentase KLB yang ditangani <24 jam di Provinsi Gorontalo. Gambar : 3.19 KLB yang ditangani < 24 Jam per Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Target Nasional Kejadian Luar Biasa (KLB) ditangani < 24 jam adalah 90% pada Tahun 2013, untuk Provinsi Gorontalo pada Tahun 2013 mencapai 81,33%. Angka ini belum mencapai target Nasional, akan tetapi jika dilihat trend kenaikan dari Tahun 2010 yakni 66% angka ini mengalami peningkatan sehingga KLB di Provinsi Gorontalo dapat tertangani dengan baik. KLB yang paling sering terjadi pada tahun 2013 adalah chikungunya dengan frekuensi sebanyak 8 kali di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo dengan jumlah penduduk yang terserang yakni berjumlah 416 orang. Selain KLB chikungunya, Diare, DBD dan keracunan merupakan KLB dengan jumlah penduduk yang Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 40

41 Profil Kesehatan Tahun 2013 diserang >50 orang. Jumlah KLB selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 3.20 Jumlah KLB Berdasarkan Jenis Penyakit / KLB Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Dari data KLB diatas dapat dilihat jumlah frekuensi dan penderita terbanyak yakni Chikungunyah dengan jumlah frekuensi 8 kali dan jumlah penderita terserang selama kurun waktu 2013 sebanyak 416 orang.terbanyak berikutnya adalah DBD dengan frekuensi 4 kali dan jumlah penderita terserang yakni 140 penderita, selain itu ada Diare dengan jumlah terserang 80 orang, Keracunan 70 orang dan yang masing masing kurang dari 50 terserang yakni Malaria, Rabies dan AFP. Upaya pengendalian KLB di Provinsi Gorontalo yakni dengan Surveilans Epidemiologi dan KLB sistem kewaspadaan dini (SKD-KLB) berupa pengamatan yang sistematis dan terus menerus yang mendukung sikap tanggap / waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan ini berupa penyelidikan KLB pada pertama kali mendapatkan informasi adanya KLB atau dugaan KLB. Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan dan selanjutnya penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi KLB atau pada saat KLB berakhir. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 41

42 Profil Kesehatan Tahun Kasus Rabies Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan misalnya anjing, kucing, kera dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila. Berikut data yang bersumber dari program pengandalian penyakit (P2) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mengenai jumlah kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR). Gambar : 3.21 Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kes. Kab / Kota Tahun 2013 Selama Tahun 2013, KLB Rabies yang dilaporkan sebanyak 4 kali. Gambar diatas menunjukkan jumlah Kasus gigitan yang terjadi pada Tahun 2013 di Provinsi Gorontalo adalah 508 kasus dengan CFR 1,6%. Jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Boalemo (137 kasus) tertinggi berikutnya di Kabupaten Gorontalo (99 kasus), Kabupaten Bone Bolango (95 kasus) dan CFR tertinggi di Kabupaten Gorontalo Utara (5%). Berdasarkan data profil kesehatan pada Tahun 2009 tercatat kasus klinis filariasis yang dilaporkan berjumlah 224 kasus. Program eliminasi dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) filariasis kepada semua penduduk di kabupaten endemis dengan menggunakan DEC 6mg /kg BB dikombinasi dengan albendazole 400mg sekali setahun selama Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 42

43 Profil Kesehatan Tahun tahun serta tata laksana kasus klinis filariasis untuk mencegah dan mengurangi kecacatan. Di Provinsi Gorontalo telah dilaksanakan POMP selama 5 Tahun berturut sejak Tahun 2005, dan mulai Tahun 2012 telah melaksanakan kegiatan TAS (Transmission Assesment Survey) yang bertujuan apakah setelah kegiatan POMP selesai masih terjadi transmisi. Tahun 2012 di laksanakan pertama kali di Kabupaten Boalemo. Kegiatan TAS dilaksanakan 2 Tahap. C. Status Gizi Masyarakat Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Gibson, 1990). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. (Almatsir, 2001). Status gizi masyarakat dapat dilihat dari indikator sebagai berikut : 1. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Indikator untuk menilai status gizi masyarakat yakni cakupan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Berdasarkan pengertian BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut premature. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR). Dari data yang bersumber dari Profil Kesehatan kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo, tahun 2012 jumlah BBLR sebanyak 560 bayi dengan persentase 2,9%. Capaian ini meningkat di tahun 2013 yakni jumlah BBLR sebanyak 721 bayi dengan persentase 3,5%. Penyebab adanya BBLR ini di akibatkan oleh faktor kesehatan ibu pada saat hamil antara lain penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes Melitus, Toksemia Gravidarum dan Nefritis Akut. Penyebab usia ibu hamil juga sangat mempengaruhi terjadinya BBLR, usia yang masih muda pada ibu hamil banyak mengakibatkan kejadian Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 43

44 Profil Kesehatan Tahun 2013 prematuritas tertinggi di masyarakat. Data BBLR Kabupaten / Kota selengkapnya dapat dilihat dari gambar berikut : Gambar : 3.22 Jumlah dan Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Dari gambar diatas dapat dilihat jumlah BBLR tertinggi di Kabupaten Gorontalo yakni 244 bayi dengan persentase 3,7%, tertinggi ke dua terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara sejumlah 122 bayi dengan persentase 5,6%. Kejadian BBLR terendah di Kabupaten Pohuwato sejumlah 59 bayi dengan persentase 2,3%. BBLR terjadi dikarenakan faktor kesehatan ibu selama hamil dan faktor pemeriksaan ibu hamil pada sarana kesehatan sangat menentukan terjadinya BBLR. Faktor lain yang berpengaruh yakni kualitas dari pelayanan Antenatal Care (ANC) terpadu dan terintegrasi yang kurang maksimal. Jika kualitas ANC baik maka penemuan / deteksi dini faktor resiko ibu hamil dapat diatasi sejak dini pula. Saat ini intervensi yang sering dilakukan cenderung setelah bayi dilahirkan bukan pada saat ibu hamil melalui pengawasan pada ibu yang mempunyai faktor resiko tertentu. Solusi yang dilakukan yakni memasukkan dalam perencanaan terpadu untuk pelayanan ANC sesuai waktu pelaksanaan ANC yang harus dilakukan, misalnya pada saat ibu hamil trimester pertama sampai ketiga dilakukan pengawasan bagi ibu yang beresiko sehingga kasus BBLR dapat diatasi sejak dini dengan membuat program konsumsi makanan dan vitamin bagi ibu hamil. Saat ini jumlah penyebab kematian bayi terbanyak dikarenakan faktor BBLR, begitu juga dalam hal penanganannya harus dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 44

45 Profil Kesehatan Tahun 2013 segi gizi dan KIA. Sebagai perbandingan capaian BBLR Provinsi Gorontalo, dapat pula dilihat hasil RISKESDAS Nasional tahun Gambar : 3.23 Kecenderungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada balita Indonesia Tahun 2010 dan 2013 Sumber : Riskesdas Tahun Gizi Kurang, Gizi Buruk dan Prevalensi Gizi Kurang Guna mengukur tingkat status gizi masyarakat di Provinsi Gorontalo pemerintah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melaksanakan kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang merupakan tindakan dan perhatian terhadap kasus gizi buruk yang terjadi. Gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, serta perlu penanganan yang cermat dan sistematik, hingga diketahui akar penyebabnya dan selanjutnya disiapkan program strategik untuk mencegah agar kasus gizi buruk tidak terjadi, dan kasus gizi kurangyang ada tidak jatuh ke kasus gizi buruk. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan kapasitasnya mendukung pelaksanaan surveilans gizi atau Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-Gizi. Pemantauan Status Gizi (PSG) adalah salah satu metode penilaian status gizi penduduk, khususnya anak balita, dan merupakan bagian dari Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Sedangkan KADARZI adalah keluarga yang mampu mengenali masalah gizi anggota keluarganya dan mampu mengatasi masalah tersebut baik sendiri maupun dengan bantuan pihak lain. Melalui pelaksanaan PSG-KADARZI diharapkan tersedia informasi status gizi balita dan perilaku keluarga sadar gizi yang terintegrasi secara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 45

46 Profil Kesehatan Tahun 2013 berkala. Hal ini bermanfaat untuk keperluan perencanaan, penetapan kebijakan dan evaluasi program perbaikan gizi, (Laporan PSG Provinsi Gorontalo, 2013). Persentase status gizi di Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari gambar berikut : Gambar : 3.24 Persentase Gizi Kurang, Gizi Buruk dan Prevalensi Kurang Gizi Tahun 2013 Sumber : Laporan PSG Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan gambaran status gizi yang dilihat dari indikator Gizi Kurang, Gizi Buruk dan Prevalensi gizi kurang. Dari hasil pemantauan status gizi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo diperoleh hasil capaian Gizi kuran di Provinsi Gorontalo mencapai 8,1%, kontribusi terbesar ada pada Kabupaten Pohuwato yakni 10,9% masyarakat dengan gizi kurang. Sedangkan gizi buruk mencapai 2,2% dengan tertinggi ada pada Kabupaten Gorontalo sejumlah 3,4%. Angka ini terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil survey PSG di tahun 2012 dimana prevalensi gizi kurang mencapai 14,44% menurun di tahun 2013 hingga mencapai 10,3%. Capaian ini cukup signifikan mengingat perlunya upaya menekan angka kekurangan gizi dimasyarakat harus terus dilakukan, program pemantauan status gizi dan pemulihan gizi melalui sarana pelayanan dasar maupun Theurapeutic Feeding Center (TFC) di semua Kabupaten / Kota sangat mempengaruhi perbaikan gizi pada masyarakat terutama balita. Program inovasi lainnya yang dilaksanakan yakni kurikulum Ilmu Gizi berbasis Makanan Khas Gorontalo, hal ini dilakukan dalam upaya pemutusan penyebab gizi kurang dan buruk melalui makanan sehingga masyarakat khususnya usia sekolah menerapkan kebiasaan konsumsi makanan yang mudah diperoleh sehari hari tetapi memiliki nilai gizi yang tinggi. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 46

47 Profil Kesehatan Tahun 2013 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Upaya kesehatan msyarakat merupakan kegiatan yang dilakukan pemerintah maupun swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan mencakup upaya upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar. Upaya kesehatan di Provinsi Gorontalo diutamakan pada pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana kesehatan mulai Posyandu, Poskesdes, Puskesmas sampai Rumah Sakit. A. Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, 2010 hal. 278). K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. sedangkan K4 adalah gambaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ke tiga umur kehamilan. (Juknis SPM, Kementerian Kesehatan RI 2008). Cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 Provinsi Gorontalo menurut data profil kesehatan Kabupaten / Kota menunjukkan adanya pencapaian target, yakni K1 target SPM 95% dan K4 target SPM 95%. Cakupan tahun 2013 ini tidak mengalami perubahan yang signifikan disbanding tahun 2012 dimana persentase K1 tahun 2013 mencapai 100,8% dan berada diatas target nasional. Sedangkan cakupan K4 tahun 2013 yakni 88,3% masih diperlukan upaya untuk mencapai target nasional tersebut. Kesenjangan antara K1 dan K4 tidak terlalu jauh, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi ibu hamil dalam memeriksakan diri ke petugas kesehatan sudah cukup baik namun tetap tidak melupakan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 47

48 Profil Kesehatan Tahun 2013 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan kunjungan pertama (K1) ideal di Provinsi Gorontalo mencapai >60%. K1 ideal yakni indikator untuk melihat frekuensi yang merujuk pada periode trimester saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Sedangkan K4 Kementerian Kesehatan menetapkan K4 sebagai salah satu indikator ANC. (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Kemkes RI 2010). Berikut gambaran cakupan indikator ANC K1 ideal dan ANC K4 Indonesia tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas tahun Gambar : 4.1 Cakupan Indikator ANC K1 ideal dan ANC K4 menurut Provinsi, Indonesia 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Sedangkan capaian Provinsi Gorontalo menurut laporan Kabupaten / Kota cakupan K1 dari tahun ke tahun sudah memenuhi target SPM yang telah ditetapkan dan K4 ibu hamil menurun dari angka K1 yakni 88,3%. Capaian tertinggi K4 ada di Kabupaten Pohuwato sejumlah 93,7%, kemudian ke dua di Kota Gorontalo mencapai 93,4%, disusul Kabupaten Bone Bolango dengan capaian 90,2%, Kabupaten Gorontalo Utara 86,1% dan terendah Kabupaten Gorontalo 85,2 serta Kabupaten Boalemo 84%. Kunjungan ibu hamil ini harus terus diupayakan hingga memenuhi target SPM, agar ibu yang memiliki resiko tinggi terhadap kehamilan maupun persalinan dapat diketahui dan di pantau oleh tenaga kesehatan sampai bulan terakhir kehamilan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 48

49 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 4.2 Persentase Cakupan K1 dan K4 Berdasarkan Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan Yang di maksud persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meliputi dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum dan bidan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang memiliki keahlian dalam membantu persalinan sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo rata rata memperlihatkan kenaikan dibandingkan tahun Persalinan nakes akan mampu memberikan daya ungkit penurunan AKI dan AKB, jika dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar. Kenyataan yang ada selama ini masih terdapat persalinan nakes yang masih dilaksanakan diluar fasilitas kesehatan atau dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang belum memenuhi standar. Pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yakni diketahuinya kelainan atau resiko secara dini pada ibu hamil sehingga dapat sesegera mungkin merujuk yang bersangkutan ke sarana kesehatan yang ada. Banyaknya kasus keterlambatan penanganan persalinan di sarana kesehatan mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi. Terjadinya kematian ibu banyak disebabkan karena kondisi darurat perdarahan, hipertensi, eklampsi dan penyebab lainnya yang Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 49

50 Profil Kesehatan Tahun 2013 sebagian telah disertai dengan komplikasi sehingga menyulitkan pada saat persalinan. Berikut gambaran persalinan nakes di Provinsi Gorontalo : Gambar : 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan adanya peningkatan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan, yakni pada tahun 2012 persentase persalinan nakes 90,5% dan meningkat di tahun 2013 menjadi 96,8%. Kenaikan persalinan oleh tenaga kesehatan ini tertinggi di Kabupaten Gorontalo Utara dengan capaian 109,1%. Berikutnya di Kabupaten Pohuwato sebanyak 103,5% sedangkan Kabupaten lainnya rata rata capaian persalinan nakes diatas dari 90% di tahun Capaian ini diharapkan tetap dilaksanakan sehingga terus mencapai target 95%. Dari hasil Riskesdas tahun 2013 menyajikan proporsi tempat bersalin di fasilitas kesehatan (RS, RB/klinik/praktek nakes,puskesmas/pustu) dan Polindes /Poskesdes serta dirumah menurut karakteristik. Pada kelompok ibu berumur resiko tinggi (umur ibu kurang dari 20 tahun dan umur 35 tahun ke atas) nasional lebih banyak yang melahirkan dirumah mencapai 64,5%. Peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan dikarenakan peningkatan jumlah bidan di sarana kesehatan sehingga mampu melakukan pertolongan persalinan, meningkatnya jumlah rumah tunggu sebagai tempat sementara untuk upaya menuju ke sarana kesehatan terdekat ibu yang akan melakukan persalinan. Tahun 2012 sebanyak 41 rumah tunggu dan tahun 2013 sebanyak 28 rumah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 50

51 Profil Kesehatan Tahun 2013 tunggu, faktor berikutnya adanya kepesertaan jaminan kesehatan untuk memudahkan pembiayaan masyarakat yang akan melakukan persalinan. Gambar : 4.4 Proporsi Kelahiran 1 Januari 2010 sampai saat wawancara menurut tempat bersalin dan Provinsi, Indonesia Tahun 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan 70,4% kelahiran pada periode 1 janiari 2010 saat wawancara terjadi di fasilitas kesehatan di polindes/poskesdes dengan persentase tertinggi di rumah bersalin, klinik, praktek dokter/praktek bidan (38,0%) dan terendah di poskesdes/polindes (3,7%), namun masih terdapat 29,6% yang melahirkan dirumah/lainnya. Provinsi Gorontalo mencapai 68% ibu yang melahirkan pada fasilitas pelayanan kesehatan sedangkan masih ada sekitar 32% yang melahirkan dirumah/lainnya. Dari data tersebut dapat dilihat Provinsi Gorontalo masih memerlukan perhatian terhadap persalinan oleh tenaga kesehatan baik di fasilitas kesehatan atau rumah, karena masyarakat Gorontalo sebagian masih menempati daerah terpencil dengan tingkat pendidikan rendah sehingga pengetahuan dan jangkauan untuk melakukan persalinan masih perlu ditingkatkan lagi. Upaya pemerataan tenaga kesehatan yang berkompeten untuk menolong persalinan dan upaya pemerataan fasilitas kesehatan perlu dilakukan pemerintah guna menekan serendah rendahnya jumlah kematian ibu yang masih tinggi di Provinsi Gorontalo. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 51

52 Profil Kesehatan Tahun Peserta KB Baru dan KB Aktif Pengertian Keluarga Berencana (KB) menurut Undang Undang (UU) No. 52 tahun 2009 pasal 1 (8) dalam Arum dan Sujiatini (2009) tentang perkembangan dan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Jenis jenis peserta KB yakni peserta KB baru, peserta KB lama dan peserta KB aktif. Sedangkan kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dan sel sperma. Adapun tujuan KB yakni meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Target nasional mengenai kesehatan reproduksi yang akan dicapai hingga tahun 2015 yang terangkum dalam indikasi keberhasialn Millenium development Goals (MDGs) adalah cakupan layanan KB pada pasangan usia subur (PUS) 70%. Penurunan prevalensi kehamilan 4 terlalu mencapai 50%, penurunan kejadian komplikasi KB serta penurunan angka drop out pengguna alat kontrasepsi. Pada kenyataan dilapangan cakupan peserta KB aktif yang tinggi belum menjamin kematian ibu rendah karena tingkat pengetahuan terhadap kontrasepsi jangka panjang sehingga masih perlu konseling kepada petugas kesehatan di tingkat dasar agar petugas kesehatan dapat memberikan sosialisasi atau pengetahuan ke masyarakat tentang kontrasepsi jangka panjang dan pengaruh positifnya terhadap pasangan usia subur. Kematian ibu cenderung dialami oleh pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntik karena ketidaksesuaian penggunaan sehingga banyak menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Lebih lanjut kahamilan yang tidak diinginkan tersebut dapat memicu terjadinya abortus dan faktor resiko lainnya yang merupakan penyebab utama kematian ibu saat ini, tetapi hal tersebut tidak membuat PUS beralih untuk memilih kontrasepsi jangka panjang dikarenakan faktor kurangnya pengetahuan akan manfaat MKJP, faktor takut dan malu saat pemasangan alat kontrasepsi dan faktor seringnya tidak tersedia alat kontrasepsi jangka panjang yang dipilih oleh masyarakat di layanan kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 52

53 Profil Kesehatan Tahun 2013 Berikut jenis kontrasepsi yang digunakan dan kondisi kondisi di Provinsi Gorontalo yakni Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang terdiri dari IUD, MOP, MOW dan Implan. Sedangkan jenis kontrasepsi Non MKJP terdiri dari Suntik, Pil dan Obat Vagina. Di Provinsi Gorontalo kondisi tahun 2013 peserta KB aktif sejumlah peserta PUS dengan persentase 66,6%. Peserta KB baru dari sumber Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo di tahun 2013 yakni sejumlah peserta dengan persentase 72,8%. Jumlah peserta KB aktif tahun 2013 ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah peserta KB tahun 2012 sejumlah PUS. Perbandingan peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi yang digunakan oleh PUS selengkapnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar : 4.5 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Gambar diatas menunjukkan proporsi kontrasepsi aktif di Kabupaten / Kota tahun 2013 terbanyak menggunakan kontrasepsi Suntik sebanyak 34,9%, tertinggi berikutnya penggunaan kontrasepsi Pil sebanyak 27,8%, kemudian Implan sebanyak 17,7% dan terendah penggunaan terhadap kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP) sebanyak 0,4%. Dewasa ini angka kematian ibu terus meningkat, program keluarga berencana (KB) ini diselenggarakan oleh pemerintah dengan tujuan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi dalam penyelamatan terhadap ibu dan peningkatan mutu sumber daya manusia. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 53

54 Profil Kesehatan Tahun Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) Desa UCI (Universal Child Immunization) adalah desa dengan 80% anak usia <1 tahun di desa tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai umur yang terdiri dari HB0 1x, BCG 1x, DPTHB 3x, Polio 4x,Campak 1x. di Provinsi Gorontalo tahun 2013 capaian UCI 80%, perolehan ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya mencapai 77,9%. Cakupan UCI desa per Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 4.6 Cakupan UCI Desa per Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Untuk Tahun 2013 Cakupan Desa UCI di Provinsi Gorontalo adalah 80% dengan cakupan tertinggi Kabupaten Boalemo 95,1 % dan Terendah Kota Gorontalo 68%. Membandingkan kembali cakupan UCI tahun 2012 dan 2013 dalam persentase yakni Kota Gorontalo (80 & 68), Kabupaten Gorontalo (100 & 73,7), Kabupaten Boalemo (90,2 & 95,1), Kabupaten Pohuwato (75,2 & 90,5), Kabupaten Bone Bolango (69,1 & 84,2) dan Kabupaten Gorontalo Utara (59,3 & 70,7). Sedangkan target Nasional UCI Tahun 2013 adalah 90%, sehingga program ini belum mencapai target nasional. Dari data diatas dapat dilihat bahwa capaian UCI yang mengalami peningkatan signifikan yakni Kabupaten Bone Bolango dari capaian 69,1% tahun 2012 meningkat menjadi 84,2% tahun Sebaliknya yang mengalami penurunan capaian yakni Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo. Hal ini perlu Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 54

55 Profil Kesehatan Tahun 2013 mendapatkan perhatian dan upaya upaya penanganan terhadap bayi yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Perlunya penjaringan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas masing masing Kabupaten / Kota hingga target 90% anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, perlu adanya sarana dan prasarana yang mudah di jangkau dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi dasar sehingga dapat membawa bayi untuk dilakukan imunisasi secara berkala. Tidak tercapaianya UCI Desa dipengaruhi pula banyaknya bayi yang tidak di imunisasi. Berikut analisis Persentase Drop Out Cakupan DPT HB1 - Campak per Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun Target Nasional imunisasi BCG adalah >95%, Provinsi Gorontalo Cakupan Imunisasi BCG Tahun 2013 mencapai 100%, tetapi masih terdapat 1 kabupaten yang belum mencapai target yaitu Kabupaten Boalemo cakupannya 82%. Cakupan BCG merupakan indikator keterjangkauan program. Angka Drop Out (DO) DPTHB1-Campak secara Nasional di tetapkan nilainya <5%. Angka ini menunjukkan efektivitas program. Untuk Tahun 2013 angka Drop Out di Provinsi Gorontalo masih di bawah 5%, akan tetapi yang menjadi perhatian adalah angka drop out yang nilainya minus yaitu Kabupaten Pohuwato (-2,77%) dan Kabupaten Gorontalo Utara (-5,45%). 5. Cakupan Imunisasi Campak Target Nasional Imunisasi Campak > 90%, Provinsi Gorontalo cakupan Imunisasi campak Tahun 2013 mencapai 99,9%. Cakupan Imunisasi campak merupakan indikator tingkat perlindungan program, angka yang telang dicapai tahun 2013 terus meningkat dari tahun ketahun dibandingkan tahun 2012 yang mencapai angka 98,8%. Imunisasi campak di Provinsi Gorontalo menunjukkan pencapaian diatas target nasional, namun hal ini belum seiring dengan capaian UCI dimana imunisasi dasar lengkap harus diperoleh seluruh bayi yang ada. Ini berarti anak yang di imunisasi campak masih ada yang terlewatkan imunisasi sebelumnya yakni imunisasi BCG, DPT-HB atau polio,sehingga UCI Desa belum dapat dicapai sesuai target. Imunisasi campak di Provinsi Gorontalo selama kurun waktu tahun 2012 sampai 2013 selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut: Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 55

56 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 4.7 Persentase Imunisasi Campak Provinsi Gorontalo Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun Data yang bersumber dari Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo menunjukkan peningkatan capaian imunisasi campak yang mengalami peningkatan dari tahun 2012 (98,8%) menjadi (99,9%) ditahun Tertinggi imunisasi campak di Kabupaten Gorontalo Utara 121,5%, disusul Kabupaten Pohuwato 114,6%, Kabupaten Gorontalo 98,1% dan Kabupaten Boalemo merupakan Kabupaten dengan capaian imunisasi campak paling rendah sebesar 85,7% B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Akses dan mutu pelayanan kesehatan merupakan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Saat ini akses dan mutu pelayanan kesehatan diidentifikasi melalui proses perencanaan yang berbasis kesetaraan gender, hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi sumber daya dan memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yakni pelayanan kesehatan yang di harapkan (expected services) dan pelayanan yang dirasakan (perceived services). Selain peningkatan sarana pelayanan dan mutu pelayanan kesehatan, akses terhadap pelayanan kesehatan juga dapat melalui program Jaminan Pelayanan Kesehatan secara menyeluruh (Universal Coverage). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 56

57 Profil Kesehatan Tahun 2013 Untuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, pemerintah telah mengupayakan melalui Undang Undang Nomor 40 Tahun 2011 tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk menjamin seluruh rakyat agar mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak, termasuk didalamnya kesehatan. Hal ini diperkuat dengan di syahkannya UU BPJS II pada bulan Oktober Di Provinsi Gorontalo telah di kembangkan program Jaminan Kesehatan Semesta (JAMKESTA) yang terintegrasi dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebanyak penduduk yang telah tercover Jamkesta tahun 2013 sedangkan sebanyak penduduk yang telah tercover Jamkesmas. Berikut data kepesertaan Jaminan Kesehatan di Provinsi Gorontalo selengkapnya : Tabel : 4.1 Kondisi Kepesertaan Jaminan Kesehatan di Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Seksi Promkes dan JPKM Dinkes Prov. Gorontalo Tahun 2013 Pelayanan kesehatan di Provinsi Gorontalo meliputi pelayanan kesehatan penduduk miskin, pelayanan kesehatan usia lanjut, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Program pelayanan kesehatan usia lanjut diperoleh capaian sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 57

58 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 4.8 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila) 60 Tahun ke Atas Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit, panti panti dan institusi lainnya. (Asfriyanti, SKM,M.Kes, 2003). Pelayanan kesehatan usia lanjut perlu dilakukan sebaik mungkin dalam rangka peningkatan umur harapan hidup karena usia lanjut meripakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masarakat seluruhnya dan khususnya guna pelestarian sosial budaya dalam keluarganya. Usia lanjut yang produktif juga dapat dimanfaatkan dalam menunjang pembangunan dengan menjalin kerja sama lintas program dan sektoral dalam program pembinaan kesehatan usia lanjut, sehingga pembinaan dan pelayanan kesehatan usia lanjut yang dilakukan sebaik mungkin dapat membantu program pemerintah yakni upaya terciptanya keluarga yang sehat dan sejahtera. Tahun 2012 persentase pelayanan terhadap usia lanjut mencapai 43,51% yang terdiri dari laki laki sebanyak 46,16% dan perempuan sebanyak 45,46%. Cakupan ini meningkat di tahun 2013 yakni sebesar 59,37% dengan persentase usila laki laki sebanyak 56,93% dan pelayanan terhadap usila perempuan sebanyak 61,48%. Pelayanan kesehatan usia lanjut sudah terprogram dan dilaksanakan baik di tingkat posyandu, pustu, poskesdes maupun puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar di daerah, namun permasalahan rendahnya cakupan yang timbul karena proses pencatatan dan pelaporan yang tidak dilaksanakan. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 58

59 Profil Kesehatan Tahun 2013 Tabel : 4.2 Jumlah Pasien Gangguan Jiwa Berat Di Provinsi Gorontalo Tahun 2013 NO KAB/KOTA JUMLAH PASIEN JIWA PENDERITA PASUNG PENDERITA BEBAS PASUNG 1. Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato 5. Kabupaten Bone Bolango 6. Kabupaten Gorontalo Utara T O T A L 493 Orang 59 Orang 42 Orang Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus Tahun 2013 Tabel di atas menunjukkan jumlah pasien gangguan jiwa berat di Provinsi Gorontalo yakni dari 493 orang jumlah pasien jiwa terdapat 59 orang penderita yang di pasung. Sejalan dengan adanya program pengembangan Pelayanan Kesehatan Jiwa dimana penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan secara berkala dan adanya peningkatan peran serta keluarga dan stakeholder terkait sehingga penderita yang dipasung menurun dari 59 orang hingga 42 orang. Di Provinsi Gorontalo terdapat pula program kesehatan tradisional, alternative, komplementer dan kesehatan kerja yang merupakan rangkaiana kegiatan penunjang untuk pencapaian program MDG s dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak serta pencegahan penyakit. Berikut bentuk pembinaan pelayanan kesehatan tradisional, alternative dan komlementer Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 59

60 Profil Kesehatan Tahun 2013 Tabel : 4.3 Pengobatan Tradisional Menurut Jenisnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Seksi Kestrad Alkom dan Kesker Dinkes Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Berdasarkan data diatas bahwa jumlah pengobatan tradisional di Provinsi Gorontalo sebanyak 3320 pengobatan dan yang paling banyak adalah Batra Pijat Urut. Dari keseluruhan pengobatan tradisional baru satu orang pengobat yang memiliki Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional (STPT) yaitu batra yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Disamping itu upaya peningkatan kapasitas petugas pengelola kestrad terus dilaksanakan melalui pelatihan-pelatihan baik yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI maupun Dinas Kesehatan Provinsi dan pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) 6 orang petugas yang dilatih keterampilan akupuntur. C. Perilaku Hidup Masyarakat 1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang ditempuh untuk menghasilkan kemandirian dibidang kesehatan baik pada masyarakat maupun individun dan keluarga. Pengertian PHBS sendiri adalahsekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Tujuan PHBS yakni untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat dengan melaksanakan 10 indikator PHBS dalam rumah tangga yakni : 1) Persalinan oleh tenaga kesehatan, 2) Member Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 60

61 Profil Kesehatan Tahun 2013 bayi ASI eksklusif, 3) Menimbang balita setiap bulan, 4) Menggunakan air bersih, 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) Menggunakan jamban sehat, 7) Membrantas jentik dirumah sekali seminggu, 8) Makan sayur dan buah setiap hari, 9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari dan 10) Tidak merokok dalam rumah. Terdapat 20 dari 33 Provinsi yang memiliki PHBS yang baik dibawah proporsi nasional. Proporsi nasional yakni 32,3%. Gambar : 4.9 Proporsi Rumah Tangga Yang Memenuhi Kriterian PHBS Baik Indonesia Tahun 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Persentase rumah tangga berphbs Kab/Kota tahun 2013 mencapai 59,3%, capaian ini menurun dibandingkan dari cakupan tahun 2012 yakni 64,5%. Capaian PHBS Kabupaten / Kota tertinggi terjadi di Kota Gorontalo tahun ,7% dan tahun ,6%. Tertinggi selanjutnya dikabupaten Bone Bolango dengan persentase PHBS 53,0% dan 61,1%. Kabupaten terendah yang melaksanakan PHBS yakni Kabupaten Gorontalo Utara dengan capaian ,6 dan 2013 meningkat 23,4%. Penurunan capaian pelaksanaan PHBS ini dikarenakan terjadi pergantian petugas kesehatan yang menangani program PHBS sehingga survey yang dilakukan di tahun 2013 tidak mencakup seluruh rumah tangga. Sebagai perbandingan Proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS baik Provinsi Gorontalo menurut Riskesdas tahun 2013 mencapai 35%. Terdapat 20 dari 33 Provinsi yang memiliki PHBS yang baik dibawah proporsi nasional. Proporsi nasional yakni 32,3%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 61

62 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 4.10 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Kabupaten / Kota se Provinsi Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun Persentase Posyandu Aktif Jumlah posyandu di Provinsi Gorontalo tahun 2013 yakni sedangkan jumlah yang aktif adalah 437 (33,67%). Angka ini cenderung menurun dari jumlah di tahun 2012 yakni unit dengan jumlah yang aktif sebanyak 711 unit (54,3%). Capaian ini tertinggi dilaporkan oleh Kota Gorontalo (98,47%), terendah dilaporkan Kabupaten pohuwato yakni (10,53%). Penurunan capaian posyandu aktif dipengaruhi adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kegiatan yang berbasis masyarakat guna mengupayakan angka kesehatan ibu dan anak dan menurunkan angka kematian ibu dan anak. Berikut posyandu menurut strata dapat di gambarkan sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 62

63 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 4.11 Proporsi Posyandu Menurut Strata Provinsi Gorontalo Tahun % 5.86% 32.2% 60.48% Pratama Madya Purnama Mandiri Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 Gambar di atas menunjukkan proporsi strata posyandu, persentase tertinggi ada pada strata Madya sebanyak 60,48%, terbanyak berikutnya ada pada strata Purnama (32,2%) sedangkan pada strata pratama sebanyak 5,86%. Terendah yang berarti terdapat pelayanan lengkap yakni strata Mandiri sebanyak 1,46%. Posyandu ini dapat menjadi wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) lain yang aktif yakni Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Saat ini kegiatan Posyandu sebagai upaya kesehatan sebagian besar di arahkan ke Poskesdes, di provinsi Gorontalo jumlah Poskesdes di 6 (enam) Kabupaten / Kota mencapai 279 unit. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yakni 233 unit Poskesdes D. Keadaan Lingkungan Pemeliharaan lingkungan hidup adalah salah satu tujuan dari tercapaian target MDGs goal 7 yakni Memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target percepatan pembangunan kesehatan tahun 2015 di harapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat. Penyehatan lingkungan dapat dilihat dari indikator Rumah Sehat, persentase Keluarga yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak, Tempat tempat umum (TTU) dan Tempa pengolahan Makanan (TPM) yang layak. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 63

64 Profil Kesehatan Tahun Rumah Sehat Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari pengaruh alam luar. Adapun syarat kesehatan dari sebuah rumah tinggal yakni memenuhi syarat fisik dasar yakni temperature, penerangan, ventilasi dan kebisingan. Memenuhi syarat kejiwaan dasar penghuninya dan memenuhi syarat melindungi penghuni dari penularan penyakit (air bersih, pembuangan sampah, terhindar dari pencemaran lingkungan, tidak jadi sarang vector) serta kemungkinan bahaya dan kecelakaan (kokoh, tegak tidak curam, bahaya kebakaran, listrik, keracunan dan kecelakaan lalu lintas). Saat ini jumlah rumah yang layak sesuai syarat kesehatan sejumlah unit rumah sebesar 56,7%. Berikut persentase rumah sehat per Kabupaten / Kota selang tahun 2012 dan Gambar : 4.12 Persentase Rumah Sehat Kabupaten / Provinsi Gorontal Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 dan Program PL Dinkes Prov. Gorontalo Gambar diatas menunjukkan persentase Rumah Sehat Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo tahun 2013 mencapai 56,7%, kondisi ini meningkat dibandingkan tahun 2012 dengan capaian rumah sehat 53,2%. Jumlah rumah sehat terbanyak berada di Kota Gorontalo dengan capaian75,7%, kemudian di Kabupaten Gorontalo dengan persentase 62%. Terendah capaian rumah sehat di Provinsi Gorontalo terdapat di Kabupaten Boalemo yang hanya 41,5%. Capaian ini diharapkan meningkat setiap tahunnya seiring peningkatan taraf hidup Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 64

65 Profil Kesehatan Tahun 2013 masyarakat dan perkembangan ekonomi masyarakat Provinsi Gorontalo yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. 2. Penduduk yang memiliki Akses Air Minum yang Layak Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pekerjaan Umum 2013, akses air minum di Indonesia saat ini baru melayani 58,05% sedangkan sanitasi layak mencapai 57,35%. Padahal dalam rangka MDGs 2015, target Indonesia harus memenuhi pelayanan air minum 68,87% dan sanitasi yang layak 62,41%. (Hutajulu, 2013). Hasil Riskesdas Gambar : 4.13 Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum Improved Menurut Provinsi Tahun 2007, 2010 dan 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, 2010 dan 2013 kecenderungan proporsi Rumah Tangga yang memiliki akses sumber air minum nasional mengalami peningkatan yakni tahun 2007 : 62,0%, tahun 2010 : 62,9%, tahun 2013 : 66,8% seperti yang terlihat pada gambar berikut. Persentase akses air minum yang memenuhi syarat kesehatan Nasional Tahun 2013 ditarget sebesar 63,5%. Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Jumlah penduduk yang mempunyai akses air minum sebesar 58%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 65

66 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 4.14 Persentase Akses Air Minum Memenuhi Syarat Kabupaten / Kota se Provinsi Gorotalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 ` Persentase akses air minum yang memenuhi syarat kesehatan secara Nasional pada Tahun 2013 ditarget sebesar 63,5%. Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Jumlah penduduk dengan akses air minum sebesar 58% dan penduduk yang belum mendapatkan akses air minum yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 42%.Tertinggi akses air minum adalah di Kota Gorontalo (78%) dan di Kabupaten Boalemo (15%). Jenis sarana air minum memenuhi syarat yang paling banyak digunakan adalah jenis sumur gali terlindungi sebesar 33,5% kemudian perpipaan sebesar 15,4%. 3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak Akses terhadap sanitasi dasar yang layak di Provinsi Gorontalo haarus perlu diupayakan. Hal ini dikarenakan adanya penurunan jumlah rumah tangga yang mengakses sanitasi dasar yang layak. Target Nasional 2013 Akses Sanitasi yang Layak adalah 72%. Untuk Provinsi Gorontalo Tahun 2013 cakupannya mencapai 53%. Untuk Cakupan akses sanitasi yang mencapai target Nasional adalah Kota Gorontalo (77%) Kabupaten lainnya belum mencapai target dan yang terendah adalah Kabupaten Gorontalo Utara (29%). Provinsi Gorontalo selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 66

67 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 4.15 Persentase Sanitasi Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2013 ` Berdasarkan Grafik diatas bahwa sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan masih rendah dan belum mencapai target (72%). Sanitasi dasar yang memenuhi syarat dan paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah jenis leher angsa (43%) dan sebanyak (9,2%) menggunakan sarana jenis komunal atau sarana yang digunakan secara bersama termasuk MCK. Untuk jenis sarana plengsengan dan cemplung dimasukkan pada kategori tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga jumlah penduduk yang menggunakan sarana tersebut dimasukkan pada kelompok yang tidak mendapatkan akses sanitasi yang layak yaitu sebesar (47,8%). Begitu pila halnya dengan program Desa yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yakni Desa yang sudah melakukan pemicuan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat / Natural Leader dan telah mempunyai rencana tindak lanjut untuk menuju Sanitasi Total. Untuk Tahun 2013 Persentase Desa yang melaksanakan STBM di Provinsi Gorontalo sebesar 35,8%. Tertinggi persentasenya adalah di Kota Gorontalo (100%), kemudian disusul kabupaten Boalemo (75,6%), Kabupaten Pohuwato (63,*%), Kabupaten Gorontalo (32,7), Kabupaten Gorontalo Utara (5,7%) dan paling rendah di Kabupaten Bone Bolango sebesar 4,5%. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 67

68 Profil Kesehatan Tahun 2013 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan 1. Puskesmas Puskesmas di Provinsi Gorontalo di tahun 2013 ini berjumlah 92 puskesmas, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2012 yakni 88 puskesmas. Jumlah puskesmas ini telah memenuhi target untuk melayani jumlah penduduk yang yang ada di Provinsi gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan penghitungan rasio jumlah puskesmas dibandingkan dengan jumlah penduduk per yakni 8. Hal ini berarti 1 puskesmas di Provinsi Gorontalo melayani sebanyak rata rata jumlah penduduk jiwa, sedangkan target nasional yang harus dicapai yakni 1 puskesmas melayani penduduk. Semakin tinggi dan merata jumlah puskesmas maka semakin terpenuhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dari 92 puskesmas di Provinsi Gorontalo terbagi atas 22 puskesmas rawat inap dan 70 puskesmas non rawat inap. Puskesmas tersebut di dukung dengan 227 puskesmas pembantu (PUSTU) yang rata rata 1 puskesmas didukung 2 pustu di Kabupaten / Kota. Hal ini berarti 1 pustu rata rata siap melayani penduduk dengan rasio 20 per penduduk. Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) tahun 2013 yakni 279 unit dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sejumlah yang terdiri dari Posyandu pratama 76 (5,86%), madya 785 (60,48%), purnama 418 (32,20%) dan posyandu mandiri 19 (1,46%). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 68

69 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 5.1 Jumlah Puskesmas menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Kabupaten/Kota Kota Gorontalo 9 Puskesmas Kabupaten Gorontalo 21 Puskesmas Kabupaten Boalemo 11 Puskesmas Kabupaten Pohuwato 16 Puskesmas Kabupaten Bone Bolango 20 Puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara 15 Puskesmas Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2013 Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang maksimal guna menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita serta indikator lainnya dibidang kesehatan dikembangkan pusat pelayanan kesehatan dasar dengan kriteria pengembangan antara lain menjadi puskesmas dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Puskesmas poned adalah puskesmas yang memiliki fasilitas dan kemampuan memberikan pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal selama 24 jam. Puskesmas dalam criteria Poned harus memiliki standar yang meliputi standar administrasi dan manajemen, fasilitas bangunan atau ruangan, peralatan atau obat obatan, tenaga kesehatan dan fasilitas penunjang lainnya. Puskesmas Poned juga harus mampu memberikan pelayanan yang meliputi penanganan pre eklampsi, eklampsi, perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia, kejang, ikterus, hipoglikemia, hipotemi, tetanus neonatorum, trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sindroma gangguan pernapasan dan kelainan kongenital. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 69

70 Profil Kesehatan Tahun 2013 Saat ini di Provinsi Gorontalo dari 92 puskesmas terdapat 22 puskesmas poned. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2012 yakni 20 puskesmas poned, Peningkatan puskesmas poned terjadi di Kabupaten Bone Bolango menjadi 6 puskesmas telah mampu poned. Jumlah puskesmas poned yang meningkat diharapkan mampu menekan angka kematian ibu yang dibuktikan dengan penurunan jumlah ibu mati di Kabupaten Bone Bolango yang semula 10 ibu mati menjadi 9 di tahun Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan puskesmas poned yakni di Kabupaten Bone Bolango puskesmas yang melaksanakan poned tetapi belum didukung oleh tim poned yang lengkap, berikutnya puskesmas poned di Kabupaten Gorontalo memiliki perlengkapan bidan kit yang baik akan tetapi tidak lengkap (seperti incubator dan suction pump tidak ada), untuk Kabupaten Gorontalo Utara terdapat 3 (tiga) puskesmas rawat inap tetapi belum menyelenggarakan poned, hal ini disebabkan keterbatasan sumberdaya manusia dan sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan poned. Kriteria pengembangan puskesmas menjadi puskesmas poned yaitu puskesmas sudah berfungsi baik, puskesmas sudah berfungsi menolong persalinan, diutamakan puskesmas perawatan, melayani penduduk (kecuali puskesmas di kepulauan) dapat dijangkau dengan waktu tempuh paling lama 2 jam dengan transportasi umum setempat, tenaga sekurang kurangnya 1 orang dokter, 1 orang bidan dan 1 orang perawat yang tinggal disekitar dari segi pendistribusian puskesmas poned minimal 4 puskesmas untuk setiap Kabupaten / Kota. Sedangkan penentuan pengembangan puskesmas poned tersebut harus didahului dengan pemetaan sesuai dengan kebutuhan dan puskesmas poned yang berada di perbatasan dengan Kabupaten / Kota tetangga perlu malakukan koordinasi dengan Rumah Sakit di kedua Kabupaten / Kota. Berikut tabel pengembangan puskesmas poned di Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo. Dari data jumlah Puskesmas mampu Poned di Provinsi Gorontalo masih terdapat 4 Puskesmas Rawat Inap yang belum mampu Poned yakni di Kabupaten Gorontalo Utara yang terdiri dari Puskesmas Anggrek, Puskesmas Sumalata dan Puskesmas Tolinggula. Di Kabupaten Pohuwato yakni Puskesmas Pancakarsa. Hal ini disebabkan kurangnya Sumber daya manusia (SDM) terutama dokter Pegawai negeri Sipil (PNS) dan faktor lain yakni tidak adanya peralatan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 70

71 Profil Kesehatan Tahun 2013 penunjang Poned di Puskesmas tersebut. Pengembangan puskesmas poned di Kabupaten / Kota se Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari tabel berikut : NO Tabel : 5.1 Jumlah Puskesmas mampu PONED Kabupaten / Kota se Provinsi gorontalo Tahun 2013 KABUPATEN/KOT A JUMLAH PUSKESMAS PONED NAMA PUSKESMAS BIASA 1 Kota Gorontalo 1 Limba B 1 KRITERIA PUSKESMAS TERPENCIL SANGAT TERPENCIL 2 Kab. Gorontalo 5 3 Kab. Boalemo 3 4 Kab. Pohuwato 5 Mongolato Tibawa Sidomulyo Tilote Batudaa Bongo II Paguyaman Mananggu Paguat Marisa Motolohu Lemito Popayato Suwawa Tapa Kab. Bone Bolango 6 Bonepantai Kabila Bone Dumbaya Bulan Botupingge 1 6 Kab. Gorontalo Utara 2 Atinggola Kwandang 1 1 Jumlah Sumber : Seksi Yankes Dikes Prov. Gorontalo Tahun Rumah Sakit Di Provinsi Gorontalo tahun 2013 terdapat 12 unit rumah sakit yang terdiri dari 9 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan 3 Rumah Sakit Swasta (2 RS Umum dan 1 RS Ibu dan Anak). 5 (lima) RSUD merupakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yakni BLUD RS Prof. DR. Aloe Saboe Kota Gorontalo dan BLUD RS MM. Dunda Limboto, BLUD RS Tani dan Nelayan Boalemo, BLUD RS Pohuwato dan BLUD RS Toto Kabila. 3 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yakni RSUD Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, RSUD Otanaha Kota Gorontalo dan RSUD Tombulilato di Kabupaten Bone Bolango, terdapat 2 RS umum swasta Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 71

72 Profil Kesehatan Tahun 2013 yakni RS Bunda Kota Gorontalo dan RS Islam Kota Gorontalo. RS khusus dengan pengelolaan swasta terdiri dari 1 RS yakni RS bersalin Siti Hadijah Kota Gorontalo, sedangkan 1 RS Kementerian kesehatan yakni RS Bergerak Kabupaten Gorontalo Utara. Jumlah sarana ini masih sama dengan tahun 2012 hanya fungsi dari pelayanan 1 unit RS swasta yang pada tahun 2012 merupakan RS bersalin telah beralih menjadi RS Umum. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan Rumah Sakit antara lain dengan melihat perkembangan sarana rumah sakit dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan menghitung jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk. Rasio tempat tidur (TT) rumah sakit umum milik pemerintah terhadap 750 penduduk berdasarkan target RPJMD di Provinsi Gorontalo tahun 2013 yakni jumlah tempat tidur TT dengan jumlah penduduk Provinsi gorontalo jiwa sehingga diperoleh rasio 0,68 per 750 penduduk. Hal ini berarti 1 (satu) tempat tidur RS di Provinsi Gorontalo belum dapat melayani sebanyak 750 penduduk, capaian rasio TT RS menurut perhitungan harus mencapai 1. Makin tinggi rasio TT rumah sakit terhadap penduduk maka semakin tinggi kemampuan penyediaan fasilitas perawatan bagi masyarakat yang membutuhkan. Capaian ini akan terus meningkat dikarenakan saat ini terdapat Rumah Sakit Provinsi sebagai fasilitas rawat inap bagi masyarakat Gorntalo. Tabel : 5.2 Cakupan Pelayanan Rumah Sakit Provinsi Gorontalo Tahun 2013 BTO RUMAH SAKIT TT BOR (%) LOS (hari) TOI (hari) (kali) Aloe Saboe , MM. Dunda , Toto Kabila , RSTN 78 51, Tombulilato 64 6, Pohuwato 94 54, Otanaha 35 28, Hasri Ainun Habibie 50 0, RS Bergerak 9 22, Jumlah / Ratarata , Target Nasional 60-85% hari 1-3 hari Sumber : RS Kabupaten/Kota Prov. Gorontalo Tahun 2013 Tabel diatas menunjukkan indikator kinerja pelayanan Rumah Sakit di Provinsi Gorontalo dimana jumlah TT terbanyak dimiliki oleh RS Aloe Saboe Kota Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 72

73 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gorontalo dengan jumlah 350 TT sedangkan yang terendah berada di Rumah Sakit Bergerak Kabupaten Gorontalo Utara sejumlah 9 TT. Keberadaan RS bergerak di Kabupaten Gorontalo Utara memberikan kontribusi yang sangat membantu masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan terutama yang membutuhkan pelayanan rujukan dan rawat inap. Mengingat kondisi geografis di daerah tersebut yang jarak antara fasilitas pelayanan kesehatan cukup jauh, maka keberadaan satu satunya RS di Kabupaten Gorontalo Utara itu sangat dibutuhkan meskipun masih dalam skala terbatas. Rumah sakit ke depan akan dikembangkan menjadi RSUD Kabupaten Gorontalo Utara. Sedangkan untuk persentase pemakaian TT tertinggi yakni di RS Aloe Saboe dengan persentase 78,8%, jumlah ini seiring dengan jumlah TT yang tersedia. Hal ini juga tentunya seiring dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan rawat inap sehingga dapat memberikan tingkat efektifitas dan efisiensi pemakaian tempat tidur bagi masyarakat. Untuk melihat cakupan pelayanan Rumah Sakit Provinsi Hasri Ainun Habibie belum menunjukkan banyak aktifitas rawat inap dikarenakan Rumah sakit ini baru beroperasi pada bulan Oktober tahun 2013, sehingga pemakaian tempat tidur maupun pasien yang dirawat masih jauh dari target nasional. 3. Tenaga Kesehatan Peraturan Pemerintah (PP) tentang tenaga kesehatan yakni PP nomor 32 tahun 1996 yang menyatakan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Yang termasuk dengan tenaga kesehatan diantaranya adalah tenaga dokter, tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan. Adapun jenis Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan menurut peraturan pemerintah ini di kategorikan menjadi 9 (sembilan) yakni 1) Medis, 2) Keperawatan, 3) Kefarmasian, 4) Kesehatan Masyarakat, 5)Gizi, 6) Keterapian Fisik, 7) Keteknisan Medis, 8) Tenaga Kesehatan Lainnya, 9) Non Tenaga Kesehatan (Penunjang). Yang dimaksud dengan Non tenaga kesehatan yakni tenaga kesehatan tetapi tidak melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan. Kebutuhan tenaga kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan serta kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang dikarenakan banyaknya kasus mortalitas dan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 73

74 Profil Kesehatan Tahun 2013 morbiditas yang terjadi di Provinsi Gorontalo. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk dapat dilihat pada gambar berikut : Tabel : 5.3 Rasio Tenaga Kesehatan Per Penduduk Provinsi Gorontalo Tahun INDIKATOR TARGET NASIONAL Rasio Dokter Rasio Bidan Rasio Perawat Rasio Apoteker Rasio Sarjana Kesmasy Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota & RS Prov. Gorontalo Tahun Dari tabel diatas dapat dilihat keadaan tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo selama kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2009 sampai dengan Jumlah dan rasio tenaga kesehatan tahun 2013 menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dimana rasio dokter tahun per penduduk menurun menjadi 22 per penduduk di tahun Hal ini menunjukkan perlu adanya peningkatan SDM sesuai standar nasional untuk kebutuhan dokter yang harus dipenuhi yakni 40 per penduduk. Di tingkat Kabupaten / Kota sebaran dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan baik ditingkat dasar maupun rujukan rata rata secara kuantitas meningkat tetapi hal ini masih mengalami kekurangan dikarenakan rasio yang sesuai target yang telah ditentukan belum tercapai, begitu juga dengan jumlah bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Gambaran tenaga kesehatan tahun 2013 dapat dilihat sebagai berikut : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 74

75 Profil Kesehatan Tahun 2013 Gambar : 5.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Tenaga Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota & RS Provinsi Gorontalo Tahun 2013 Jumlah tenaga kesehatan dalam Profil Kesehatan tahun 2013 ini tidak memasukkan data data tahun sebelumnya dikarenakan indikator pada petunjuk teknis profil 2013 berbeda dengan juknis sebelumnya, jenis tenaga kesehatan di tahun ini lebih lengkap sesuai dengan PP nomor 32 tahun 1996 yakni 9 (sembilan) jenis tenaga. Sehingga diharapkan guna merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan di daerah agar benar benar sesuai kebutuhan dan tepat sasaran. Saat ini jumlah seluruh tenaga kesehatan baik di Kabupaten / Kota maupun Provinsi berjumlah tenaga dengan jenis dan fungsi masing masing seperti yang terlihat pada gambar di atas. Lebih lengkap dan jelasnya sebaran tenaga baik di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan Provinsi dapat di lihat pada lampiran dari profil kesehatan ini. Secara umum tenaga di Provinsi Gorontalo masih berada dibawah target standar yang layak dipenuhi satu daerah untuk melayani kebutuhan akan kesehatan masyarakatnya. Namun demikian pemerintah sudah berupaya memenuhi kebutuhan tenaga ini hingga di daerah terpencil dan kepulauan dengan melaksanakan program peningkatan kapasitas SDM kesehatan melalui pengadaan dokter dan bidan PTT yang akan di distribusikan ke daerah terpencil dan sangat terpencil di seluruh Kabupaten/Kota. Tetapi permasalahan distribusi pegawai maupun PTT saat ini masih kurang efektif, sedangkan kebutuhan akan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 75

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo i Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN PROVINSI GORONTALO TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya upaya yang dilaksanakan oleh seluruh komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 Pemerintah Kabupaten Pacitan DINAS KESEHATAN Jl. Letjend Soeprapto No. 42 Pacitan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN 2017 dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROFIL KOTA MAKASSAR LETAK GEOGRAFIS -Pantai Barat Pulau

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015 Capaian Kinerja Capaian Kinerja Urusan Kesehatan diukur melalui beberapa indikator yang telah ditetapkan targetnya dalam RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 sebagai berikut : Tabel Target dan Capaian

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc KATA PENGANTAR Pembangunan di Provinsi Gorontalo terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Terbukti dengan berbagai capaian yang dihasilkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izin dan perkenan-nya dapat menyelesaikan dan menyajikan Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1. VISI : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang mandiri untuk hidup sehat MISI I : Meningkatkan Kemandirian dalam Jaminan Kesehatan Nasional Pelayanan Kesehatan. Meningkatkan Masyarakat Miskin Cakupan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasioanal dan Provinsi Telaahan terhadap kebijakan Nasioanal dan provinsi menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan Kesehatan di Provinsi Riau adalah Riau Sehat 2020. Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2020

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang - Banten yang terletak di Jalan Ki Mas Jong No. 11 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Kinerja (LKj) Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2016 dapat disusun sebagai

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU

UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DINAS KESEHATAN DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN B. FAKTA

Lebih terperinci

IV-55. Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Banten

IV-55. Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Banten IV-55 4.1 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH DINAS KESEHATAN Tabel. 4.1 TUJUAN, SASARAN, INDIKATOR SASARAN DAN TARGET KINERJA RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 2017 No. TUJUAN

Lebih terperinci

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret Filosofi Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat UKM_Maret 2006 1 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) yg meliputi : 1 Menghapuskan kemiskinan & kelaparan.

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 A. POTRET AKI/AKB DI PROVINSI NTB 1. Trend Kematian Bayi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 276 300 248 265 274 240 Tren Angka Kematian Bayi Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017 RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017 DINAS KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN JEMBRANA FEBRUARI 2017 Dinas dan Kesos Kabupaten Jembrana KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan sebagai pusat rujukan layanan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi : DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMENEP Visi Misi : : MASYARAKAT KABUPATEN SUMENEP SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN KEPALA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA A. Kinerja Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH SIMPOSIUM NASIONAL JHCC, Jakarta, 20 Desember 2010 CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN dr. Endang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Kesehatan merupakan salah satu tahap penting penyusunan dokumen Renstra Dinas Kesehatan sebagai

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH CAPAIAN MDGs provinsi KALIMANTAN TENGAH BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Palangka Raya, 16 Desember 2015 CAPAIAN INDIKATOR MDGS 2 JUMLAH INDIKATOR 23% 20% 1 Menanggulangi kemiskinan dan Kelaparan 2 Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Undang undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci