ANALISIS KETENTUAN PAJAK YAYASAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG PADA YAYASAN PENDIDIKAN M DI SIDOARJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KETENTUAN PAJAK YAYASAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG PADA YAYASAN PENDIDIKAN M DI SIDOARJO"

Transkripsi

1 ANALISIS KETENTUAN PAJAK YAYASAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG PADA YAYASAN PENDIDIKAN M DI SIDOARJO Dewi Agustya Ningrum, SE., M.Ak. Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi UMAHA, Universitas Maarif Hasyim Latif Jl. Ngelom Megare, Taman Sidoarjo dewi_agustyalove@yahoo.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ketentuan fiskal terhadap laporan keuangan komersial yayasan, dengan berdasar pada peraturan-peraturan perpajakan tentang yayasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode perbandingan tetap atau constant comparative method, mencoba untuk membandingkan laporan keuangan komersial, yaitu laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang ditetapkan dan berlaku (PSAK) dengan laporan keuangan fiskal sesuai dengan prinsip dan ketentuan perpajakan (UU No. 17, 2000) dan peraturan khusus pajak yayasan (ED.DJP. SE-34/PJ.4/1995 dan Permen RI No. 80/PMK.03/2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yayasan pendidikan kurang memahami tentang ketentuan fiskal, sehingga tidak melakukan dan tidak mengakui adanya koreksi fiskal. Hendaknya pemerintah memberikan sosialisasi tentang UU serta ketentuan lain pajak yayasan beserta prakteknya pada WP yayasan pendidikan sekitar. Kata Kunci : UU pajak yayasan, laporan keuangan yayasan, rekonsiliasi fiskal, koreksi fiskal, penghasilan kena pajak yayasan, pajak penghasilan terutang yayasan ABSTRACT The objective of this research is to analyze fiscal provisions of the commercial financial statements of foundation, based on the tax regulations of the foundation. The method used in this study is a constant comparative method, trying to compare the commercial financial statements, that is financial statements in accordance to principles and accounting stipulation that be in effect (PSAK) with fiscal financial statements in accordance with the principles of fiscal and tax provisions (UU No. 36, 2008) and the special tax regulations foundations (ED.DJP. SE-34/PJ.4/ 1995 and Permen RI No. 80/PMK.03/ 2009). These results indicate that the educational foundation lack of understanding about the fiscal provisions, so that do not do and did not recognize the fiscal correction. The government should provide socialization on other provisions of the tax law and practice to the educational foundations around. Keywords: Principles fiscal and tax of foundation, foundation's financial statements, a reconciliation of fiscal, fiscal correction, income taxes payable foundation. Pendahuluan Salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan kontribusi terbesar berasal dari sektor pajak. Antara Wajib Pajak dengan pemerintah memiliki perbedaan keperluan dalam hal pembayaran pajak, bagi wajib pajak, membayar pajak berarti akan mengurangi kemampuan ekonomis wajib pajak sehingga wajib pajak akan berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin. Sedangkan bagi pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang nantinya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara. 1

2 Berdasarkan penjelasan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yayasan ditetapkan sebagai subjek pajak. Pada perkembangannya yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dinilai telah menyimpang dari tujuan pembentukan yayasan yaitu sebagai salah satu bentuk badan organisasi nirlaba. Pandangan tersebut timbul karena adanya kesalahan persepsi masyarakat terhadap pengertian nirlaba itu sendiri. Nirlaba sebenarnya mengandung arti tidak boleh membagikan keuntungan yang diperoleh dari hasil kegiatan usahanya kepada para organnya. Penetapan yayasan sebagai subjek pajak terutama yayasan yang bergerak di bidang pendidikan disebabkannya karena adanya pihak-pihak yang memanfaatkan yayasan sebagai upaya untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dan terhindar dari pemungutan pajak. Pemerintah menyadari bahwa yayasan merupakan badan hukum yang tidak sematamata mencari keuntungan dalam kegiatan operasionalnya, dengan mengeluarkan peraturan mengenai salah satu lembaga nirlaba yaitu Yayasan. Melalui UU No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, SE-34/PJ.4/1995 dan SE-39/PJ.4/1995 tentang Penegasan Pajak Penghasilan bagi yayasan dan organisasi sejenis, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia 80/PMK.03/2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-44/PJ./2009 tentang sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang ditanamkan kembali dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan. Berdasarkan latar belakang tersebut, bagaimana pihak yayasan pendidikan dalam proses perhitungan pajak penghasilan terutang tahunan berdasar pada ketentuan pajak yayasan dan bagaimana pihak yayasan dalam mengaplikasikan keringanan yang diberikan pemerintah pada peraturan khusus pajak yayasan. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitan kualitatif dengan model analisis data menggunakan metode perbandingan tetap (constant comparative method) seperti yang dikemukakan oleh Glaser & Strauss dalam bukunya the Discovery of Grounded Research. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Studi Lapangan (Field Research) adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil wawancara diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan, observasi atau pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk lebih memahami dan mendalami masalahmasalah yang terjadi, dan studi dokumentasi lainnya yang berkaitan dengan proses penelitian termasuk di dalamnya seluruh berkas bahan bukti tentang pilihan-pilihan ataupun keputusan-keputusan yang pernah dibuat sebelumnya selama pengkajian suatu sistem. 2. Studi Kepustakaan (Library Research) adalah metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dan membaca buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Hasil Dan Pembahasan Dasar hukum atas pajak Yayasan adalah UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-34/PJ.4/1995 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis, dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2009 tentang Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak dalam Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan, yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan. 2

3 Yayasan pendidikan diwajibkan menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan pasal 28 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 tahun Penyusunan laporan keuangan yayasan pendidikan harus berdasar pada PSAK No.45 Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. Pembahasan dilakukan yaitu membandingkan laporan keuangan yayasan pendidikan tahun 2012 apakah sudah sesuai dengan PSAK No.45, melakukan proses rekonsiliasi fiskal menganalisis komponen pendapatan dan beban yayasan pendidikan pada laporan keuangan komersial dibandingkan dengan SE-34/PJ.4/1995 dan UU Nomor 36 Tahun 2008, melakukan koreksi fiskal sehingga mendapatkan penghasilan kena pajak sesuai ketetapan pajak, dan melakukan perhitungan pajak penghasilan pasal 17 ayat (1) dan pasal 31E ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008 untuk menentukan besarnya pajak terutang yayasan pendidikan. Pembahasan secara rinci diuraikan sebagai berikut. 1. Laporan Keuangan Komersial Yayasan Pendidikan berdasar PSAK No. 45. Laporan keuangan komersial yayasan pendidikan disusun berdasar pada PSAK No. 45, sesuai dari hasil wawancara yang dilakukan dan dari dokumen laporan keuangan komersial tahun a. Laporan Posisi Keuangan Penyajian laporan posisi keuangan sudah disajikan dengan pengumpulan aset dan liabilitas yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen, menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas dan liabilitas berdasarkan tanggal jatuh tempo, mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak lancar dan liabilitas ke dalam jangka pendek dan jangka panjang. Aset neto atau aktiva bersih yang disajikan adalah aset neto tidak terikat ini meliputi pendapatan yayasan pendidikan setelah dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. b. Laporan Aktivitas Penyajian Laporan Aktivitas disajikan dengan pengelompokkan aset neto tidak terikat dan aset neto terikat temporer. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan dan keuntungan yang menambah aset neto, serta beban dan kerugian yang mengurangi aset neto untuk tahun c. Laporan Arus Kas Penyajian Laporan Arus Kas disajikan dengan menggunakan metode langsung. Menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan dari aktivitas pendanaan. 2. Rekonsiliasi Fiskal berdasar Ketentuan Pajak untuk Yayasan Pendidikan. Menurut hasil penelitian, yayasan pendidikan dalam melakukan perhitungan pajak untuk menentukan pajak penghasilan terutang tidak melalui proses rekonsiliasi. Penghasilan kena pajak diakui dari sisa selisih lebih yang diperoleh yayasan dalam satu tahun buku tanpa melalui koreksi fiskal, pihak yayasan pendidikan menganggap laporan keuangan komersialnya sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan. Perhitungan pajak dilakukan oleh internal auditor setelah mendapatkan hasil sisa selisih lebih yayasan dalam satu tahun buku dari worksheet penyusunan laporan keuangan oleh staf akuntan. Hasil analisis data yang sudah dilakukan menunjukkan adanya beberapa pendapatan dan beban yang harus dilakukan koreksi fiskal karena adanya perbedaan pengakuan berdasarkan prinsip pajak dan prinsip akuntansi yang ada, berikut pembahasannya : a. UU No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (2) Pendapatan dari jasa giro berdasarkan UU No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (2) merupakan objek pajak penghasilan tetapi harus dikoreksi fiskal negatif untuk mengurangi laba fiskal yang akan dikenakan tarif pajak penghasilan, hal ini dikarenakan berdasarkan ketentuan dasar hukum perpajakan dalam PP No.131/200 dan KMK-51/KMK.04/2001 yang menerangkan mengenai objek pajak yang dikenakan PPh Final atas penghasilan bunga tabungan, jasa giro dan diskonto. Jadi pendapatan jasa giro merupakan pendapatan yang kena pajak pada saat 3

4 penerimaannya dan pajak atas pendapatan bunga tabungan / jasa giro ini bersifat final yang maksudnya pajak tersebut sudah dipotong atau dibayarkan pada saat pendapatan ini diterima, sehingga pada akhir periode atau dalam penghitungan pajak penghasilan tahunan Yayasan Pendidikan ini tidak perlu lagi memperhitungkan besar pajaknya. Jumlah pendapatan jasa giro yayasan pendidikan ini masuk pada akun penghasilan lainlain, pada saat proses penyusunan laporan keuangan akun jasa giro bank berdiri sendiri, tetapi pada penyajian laporan aktivitas digabungkan jadi satu dalam akun penghasilan lain-lain, d an saat penghitungan rekonsiliasi pajak tidak dilakukan koreksi fiskal. Jumlah penghasilan lain-lain untuk tahun 2012 sebesar Rp , dan jumlah pendapatan bunga tabungan / jasa giro untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp , jumlah ini akan dilakukan koreksi fiskal negatif Yayasan Pendidikan pada perhitungan pajak terhutangnya tahun b. SE-34/PJ.4/1995 dan SE-39/PJ.4/1995 Surat Edaran SE-34/PJ.4/1995 dan SE-39/PJ.4/1995 adalah ketentuan yang berisi tentang penegasan tentang perlakuan pajak penghasilan bagi yayasan atau organisasi yang sejenis mulai tahun pajak Surat edaran ini adalah ketentuan tambahan dari UU pajak penghasilan yang berlaku untuk badan usaha nirlaba dan berisi mengenai keringanan dan pengecualian-pengecualian bagi yayasan dan organisasi sejenis dikarenakan pada dasarnya yayasan dan organisasi sejenis adalah badan usaha nirlaba yang pada dasar pendiriannya tidak bertujuan untuk mencari laba atau keuntungan semata. Dalam akun penerimaan dana pembangunan terdapat penerimaan dana infaq harian siswa, jumlah penerimaan dana infaq harian siswa dalam tahun 2012 sesuai informasi dan perhitungan pihak yayasan adalah sebesar Rp , maka jumlah ini akan dilakukan koreksi fiskal negatif karena berdasarkan SE-34/PJ.4/1995 pasal 2 menyebutkan sumbangan yang diterima oleh Yayasan pendidikan bukanlah objek pajak penghasilan. Begitu juga dengan penghasilan lain-lain yayasan pendidikan yang didalamnya terdapat penerimaan sumbangan/bantuan pemerintah, sesuai penjelasan pihak yayasan bahwa penghasilan lain-lain terdiri dari pendapatan bunga bank/ jasa giro dan bantuan sumbangan pihak lain/pemerintah, berarti penghasilan lain-lain dengan jumlah Rp setelah dikurangi pendapatan bunga bank/jasa giro sebesar Rp dengan sisa Rp ,- adalah jumlah bantuan sumbangan pihak lain/pemerintah dalam tahun 2012, jumlah ini akan dilakukan koreksi fiskal negatif. c. UU No.36 tahun 2008 pasal 11 Berdasarkan UU No.36 tahun 2008 pasal 11 yang menjelaskan tentang biaya penyusutan aktiva tetap berwujud yang berumur lebih dari 1 (satu) tahun yang boleh dibebankan setiap tahunnya berdasarkan ketentuan perpajakan. 1) Bangunan Berdasarkan ketentuan fiskal yang terdapat pada UU No. 36 tahun 2008 pasal 11 ayat (1), bangunan adalah aktiva tetap berwujud yang penyusutannya dihitung berdasarkan garis lurus. Dengan metode ini maka biaya penyusutan yang dibebankan tiap tahunnya akan berjumlah sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan untuk aktiva tetap tersebut. Yayasan pendidikan ini menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk menghitung biaya penyusutan aktiva tetap, untuk bangunan mempunyai masa manfaat 20 tahun, hal ini sudah sesuai dengan ketentuan pajak sehingga tidak perlu ada koreksi fiskal. 2) Kendaraan Berdasarkan Permenkeu No. 96/PMK.03/2009, kendaraan / mobil masuk dalam kelompok 2 pada aktiva tetap fiskal yaitu dengan tarif penyusutan 12,5% memiliki masa manfaat 8 tahun. Yayasan pendidikan untuk aktiva tetap kendaraan disusutkan 20% per tahun dengan masa manfaat 5 tahun, sehingga yayasan pendidikan perlu melakukan penyesuaian untuk perhitungan penyusutannya agar sesuai dengan tarif yang terdapat pada ketentuan fiskal UU No.36 tahun 2008 pasal 11 ayat (6). 4

5 Berikut adalah tabel daftar perhitungan biaya penyusutan kendaraan dengan metode penyusutan garis lurus tarif 20% sesuai pembukuan komersial perbandingan menggunakan tarif 12,5% sesuai ketentuan pajak : Tabel 1. Daftar penyusutan kendaraan metode garis lurus tarif 20% Tabel 2. Daftar penyusutan kendaraan metode garis lurus tarif 12,5% Dari kedua daftar biaya penyusutan diatas, terlihat adanya perbedaan jumlah biaya penyusutan pada tahun 2012 yaitu pada perhitungan biaya penyusutan dengan tarif 20% biaya yang diperoleh sebesar Rp ,- dan pada perhitungan biaya penyusutan dengan menggunakan tarif 12,5% biaya yang diperoleh sebesar Rp ,-, dari perhitungan ini terdapat selisih sebesar Rp ,-, maka yayasan pendidikan harus melakukan koreksi fiskal negatif yaitu menambahkan jumlah biaya penyusutan sehingga akan mengurangi penghasilan kena pajak. 3) Mesin Aktiva tetap mesin disini adalah mesih praktek siswa kejuruan, kebijakan yayasan pendidikan penyusutan untuk mesin adalah dengan metode garis lurus sebesar 5% masa manfaat 20 tahun, sedangkan ketentuan pajak untuk mesin masuk pada aktiva tetap kelompok 3 yaitu dengan tarif penyusutan 6,25% masa manfaat 16 tahun. Sehingga yayasan pendidikan perlu melakukan penyesuaian untuk perhitungan penyusutannya agar sesuai dengan tarif yang terdapat pada ketentuan pajak. Berikut adalah tabel daftar perhitungan biaya penyusutan mesin dengan metode penyusutan garis lurus tarif 5% sesuai pembukuan komersial perbandingan menggunakan tarif 6,25% sesuai ketentuan pajak : 5

6 Tabel 3. Daftar penyusutan mesin metode garis lurus tarif 5% Tabel 4. Daftar penyusutan mesin metode garis lurus tarif 6,25% Dari kedua daftar biaya penyusutan diatas, terlihat adanya perbedaan jumlah biaya penyusutan pada tahun 2012 yaitu pada perhitungan biaya penyusutan dengan tarif 5% biaya yang diperoleh sebesar Rp ,- dan pada perhitungan biaya penyusutan dengan menggunakan tarif 6,25% biaya yang diperoleh sebesar Rp ,-, dari perhitungan ini terdapat selisih sebesar Rp ,-, maka yayasan pendidikan harus melakukan koreksi fiskal negatif yaitu menambahkan jumlah biaya penyusutan sehingga akan mengurangi penghasilan kena pajak. 4) Inventaris Inventaris berdasar kebijakan yayasan pendidikan ini disusutkan dengan tarif 10 % masa manfaat 10 tahun, sedangkan menurut ketentuan pajak masuk pada aktiva tetap kelompok 2 dengan tarif 12,5% masa manfaat 8 tahun. Sehingga yayasan pendidikan perlu melakukan penyesuaian untuk perhitungan penyusutannya agar sesuai dengan tarif yang terdapat pada ketentuan pajak. 6

7 Berikut adalah tabel daftar perhitungan biaya penyusutan inventaris dengan metode penyusutan garis lurus tarif 10% sesuai pembukuan komersial perbandingan menggunakan tarif 12,5% sesuai ketentuan pajak : Tabel 5. Daftar penyusutan inventaris metode garis lurus tarif 10% Tabel 6. Daftar penyusutan inventaris metode garis lurus tarif 12,5% Dari kedua daftar biaya penyusutan diatas, terlihat adanya perbedaan jumlah biaya penyusutan pada tahun 2012 yaitu pada perhitungan biaya penyusutan dengan tarif 10% biaya yang diperoleh sebesar Rp ,- dan pada perhitungan biaya penyusutan dengan menggunakan tarif 12,5% biaya yang diperoleh sebesar Rp ,-, dari perhitungan ini terdapat selisih sebesar Rp ,-, maka yayasan pendidikan harus melakukan koreksi fiskal negatif yaitu menambahkan jumlah biaya penyusutan sehingga akan mengurangi penghasilan kena pajak. d. UU No.36 tahun 2008 pasal 6 7

8 Sesuai dengan UU No.36 tahun 2008 pasal 6 pajak bunga jasa giro tidak termasuk sebagai biaya yang boleh mengurangkan penghasilan bruto untuk mendapatkan jumlah penghasilan kena pajak. Pada pos biaya lain-lain dalam laporan aktivitas yayasan pendidikan ini sesuai pencatatan yang dilakukan pihak yayasan terdapat pajak bunga jasa giro sejumlah Rp , sehingga harus dilakukan koreksi fiskal positif yang akan menambah penghasilan kena pajak. 3. Implikasi Ketentuan Pajak Yayasan Terhadap Laporan Keuangan Komersil. Berdasarkan ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku untuk Yayasan Pendidikan tersebut, maka ada beberapa koreksi fiskal negatif yang perlu dihitung untuk mengurangi pendapatan kena pajak yayasan pendidikan ini. Dari koreksi-koreksi yang telah diuraiakan di atas, maka terdapat koreksi fiskal negatif yang berasal dari pendapatan bunga bank/jasa giro yang bersifat final sehingga tidak terkena pajak lagi karena telah dikenakan pajak pada saat penerimaannya, dan berasal dari perbedaan pengenaan tarif yang ditetapkan oleh yayasan pendidikan dengan tarif yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perpajakan yaitu pada perhitungan penyusutan kendaraan, mesin, dan inventaris. Selain itu koreksi negatif berasal dari infaq harian siswa dan sumbangan yang diterima yayasan pendidikan yang merupakan bukan objek pajak penghasilan. Dari koreksi-koreksi di atas, apabila dilakukan perhitungan ulang maka dapat ditampilkan sebagai berikut : Tabel 7. Laporan Keuangan Fiskal Setelah Analisis Dari tabel diatas, terlihat adanya perbedaan nilai akhir dari kenaikan/penurunan aktiva bersih fiskal dan pajak yang terutang pada tahun 2012 yang disajikan oleh Yayasan Pendidikan ini dengan penyajian peneliti setelah dilakukan analisis dari ketentuan pajak yang ada terhadap laporan keuangan komersial yayasan pendidikan ini, dimana sebelum dilakukan rekonsiliasi fiskal terdapat kenaikan aktiva bersih sebesar Rp ,- dan hasil setelah dilakukan 8

9 rekonsiliasi fiskal terdapat penurunan aktiva bersih sebesar Rp ,-. Berdasar pasal 6 ayat (2) UU No.36 tahun 2008 bahwa, kerugian fiskal dapat dikompensasikan dengan penghasilan pada tahun pajak berikutnya selama 5 (lima) tahun berturut turut setelah tahun pajak didapatkan kerugian tersebut. Sehingga yayasan pendidikan untuk beban pajak penghasilan badan tahun 2012 nihil, tidak dilakukan perhitungan pajak dengan tarif pajak Pasal 17 ayat (1) dan pasal 31E ayat (1) Berdasarkan UU PPh No. 36 tahun 2008 pasal 28A, maka apabila pajak yang terhutang pada tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak, maka berarti yayasan pendidikan ini mempunyai kelebihan bayar. Perhitungan pajak penghasilan tahun 2012 terdapat kelebihan pembayaran pajak dari pajak yang dikreditkan di tahun 2012 sebesar Rp , kelebihan tersebut dapat dikembalikan setelah dilakukan pemeriksaan dan peritungan dengan utang pajak berikut sanksi-sanksinya. Kelebihan pembayaran ini dapat dikembalikan dengan cara kompensasi terhadap utang/beban pajak tahun berikutnya atau dengan cara restitusi yaitu kelebihan pembayaran ini dikembalikan secara tunai. 4. Penggunaan Falisitas Pajak Yayasan Permenkeu RI No. 80/PMK.03/2009 dan PDJP No. PER-44/PJ./2009 Berdasar Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia 80/PMK.03/2009 dan pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-44/PJ./2009 yang menyebutkan bahwa sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan. Apabila setelah jangka waktu 4 tahun sebagaimana dimaksud, terdapat sisa lebih yang tidak digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, maka sisa lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan pada tahun pajak berikutnya, setelah jangka waktu 4 (empat) tahun tersebut ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Berdasar hasil penelitian, bahwa yayasan pendidikan ini mengalami penurunan aktiva bersih fiskal pada tahun 2012, sehingga pemanfaatan fasilitas pajak khusus yayasan atau organisasi nirlaba tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk tahun buku Simpulan Setelah pembahasan dan uraian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yayasan pendidikan ini merupakan organisasi nirlaba yang kegiatan dan tujuan utamanya tidak semata-mata untuk mencari keuntungan. Yayasan pendidikan ini berdiri dengan tujuan untuk mendukung dan membantu upaya pemerintah, dalam melaksanakan kegiatan di bidang pendidikan dan sosial yang lebih maju serta berkesinambungan. Dalam pelaporan keuangan, yayasan pendidikan ini sudah menyajikan laporan keuangan rutin tiap akhir tahun buku sesuai dengan ketentuan PSAK No.45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. Yayasan Pendidikan ini dalam menentukan penghasilan kena pajak tidak melakukan dan tidak mengakui adanya koreksi fiskal pada laporan keuangan fiskalnya, sehingga yayasan pendidikan ini menganggap laba yang dihasilkan dari laporan keuangan komersialnya sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan. Setelah dilakukan analisis, maka hasil yang diperoleh pada tahun 2012 ada beberapa koreksi fiskal yang perlu dilakukan, yang mengakibatkan penurunan aktiva bersih fiskal sehingga pajak penghasilan badan tahun 2012 nihil dan mempunyai lebih bayar beban pajak penghasilan dari kredit pajak tahun Dalam prakteknya setiap akhir tahun pajak yayasan pendidikan ini tertib melaporkan dan menyetorkan pajak. Pajak penghasilan badan dihitung dari penghasilan kena pajak dengan tarif sesuai pasal 17 ayat (2) dan pasal 31e UU No.36 tahun Pada dasarnya pihak yayasan pendidikan sudah mengetahui akan adanya fasilitas pajak yayasan, tetapi pihak yayasan enggan menggunakannya, karena kurang memahami 9

10 prosedurnya, serta implikasinya kedepan akan aset yang didapatkan dari sisa lebih pendapatan yayasan pada perhitungan pajak tahun selanjutnya. Rincian beberapa kesimpulan di atas menandakan bahwa tingkat pemahaman pihak yayasan pendidikan akan perhitungan pajak penghasilan yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan fiskal memang minim, yayasan pendidikan benar adanya dalam perhitungan tarif pajak karena yang mereka peroleh dari kantor pajak adalah buku panduan perhitungan hanya pada tarif pengenaan pajak, tetapi tidak pada proses rekonsiliasi fiskal sehingga didapatkan penghasilan kena pajak yang sesuai ketentuan fiskal. Referensi 1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45; Pelapoaran Keuangan Entitas Nirlaba. 2. Lexy J. Moleong Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 3. Mansury, M. Pajak Penghasilan Lanjutan. Jakarta: Ind Hill-Co. 4. Pamungkas, H. Bambang, Daniel Benyamin De Poere, and Amalia Ridwan "Analisis Ketentuan Fiskal terhadap Laporan Keuangan Komersial untuk Menentukan Besarnya PPh Terhutang Studi Kasus pada Yayasan Pendidikan YPKTH." Retrieved September 2015 from Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR) 9.1: Halaman Peraturan Menteri Keuangan No. 96/Pmk.03/2009. Tentang Jenis-Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan. 6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia 80/PMK.03/2009. Tentang Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak dalam Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan, yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan 7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-44/PJ./2009. Tentang Pelaksanaan Pengakuan Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak dalam Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan 8. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ.4/1995. Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis (seri PPh Umum Nomor 15) 9. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Se - 39/Pj.4/1995. Tentang Penyuluhan Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Bagi Yayasan Atau Organisasi Yang Sejenis (Seri Pph Umum Nomor 18) 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan 10

ANALISIS KETENTUAN FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PPh TERHUTANG Studi Kasus pada Yayasan Pendidikan YPKTH

ANALISIS KETENTUAN FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PPh TERHUTANG Studi Kasus pada Yayasan Pendidikan YPKTH JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 9 No. 1, April 2009 : 9-17 ANALISIS KETENTUAN FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PPh TERHUTANG Studi Kasus pada Yayasan Pendidikan YPKTH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com

Lebih terperinci

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi. Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Setiap entitas selalu berusaha agar entitas dapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya Transport

Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya Transport 58 Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 8, November 215, 5866 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70 AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70 Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap perusahaan PT. X dan melihat pengaruhnya terhadap Pajak Penghasilan Terhutang Perusahaan sebagai beban pajak terhutang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG

REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG Caesar Octavianus, Tjhin Tjiap Lung Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk raya No.27, (021) 53696969, octavianus_caesar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

Dini Iriani Ekonomi/Akuntansi

Dini Iriani Ekonomi/Akuntansi ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 45 TERHADAP LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA DEPOK Dini Iriani 22212195 Ekonomi/Akuntansi Latar Belakang Organisasi Nirlaba merupakan

Lebih terperinci

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan Kelompok 3 Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan Pajak penghasilan, subjek, objek pajak dan objek pajak BUT Tata cara dasar pengenaan pajak Kompensasi Kerugian PTKP, Tarif pajak dan cara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Laporan Keuangan yang disiapkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah pencatatan komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan pada umumnya menjalankan kegiatan operasionalnya selain bertujuan mencari laba juga mempertahankan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Agar

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan kontribusi terbesar berasal dari sektor pajak. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant Management dimana wajib pajak badan ini bergerak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya. Salah satu subjek pajak adalah badan. Wajib pajak badan dalam prakteknya tentu melakukan proses pembukuan

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

Manajemen Pajak. Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap

Manajemen Pajak. Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap Manajemen Pajak Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap Dalam kondisi inflasi perusahaan perlu mempertimbangkan untuk melakukan revaluasi, karena nilai buku tidak bisa mencerminkan harga pasar yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penerimaan Negara Republik Indonesia bersumber dari pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014 pajak menyumbang Rp. 1.310.219.000.000.000

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah, pos Penghasilan Luar Usaha

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: fiscal reconciliation, income tax payable, commercial financial statement, permanent difference, temporary difference.

ABSTRACT. Keywords: fiscal reconciliation, income tax payable, commercial financial statement, permanent difference, temporary difference. ABSTRACT Thesis has been examined by the author entitled "The Role of Fiscal Reconciliation Order Determining the amount of Income Tax Payable (Case Study CV. Prosperous Motor Home)". This thesis discusses

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA Evi Maria Staf Pengajar Program Profesional - Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS)

PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS) PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS) Pengajar : Drs.Agust Mujoko, M.Ak, Ak (AM Materi : Pertemuan ke 8 dan 9 8. Penerapan PSAK 46 sebagai pelaporan PPh a. Kewajiban melampirkan laporan keuangan dlm SPT.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer

Lebih terperinci

ABSTRACT. viii. Keywords: fiscal correction, income tax payable. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. viii. Keywords: fiscal correction, income tax payable. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The object of this study is a PT. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk, a Company engaged in manufacturing whose main activity is the manufacture spark plugs for motor vehicles and cars. The purpose of this

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Koreksi fiskal dengan penyesuaian laporan keuangan komersial yang telah disusun oleh wajib pajak dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam koreksi tersebut muncul perbedaan

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT. VB

EVALUASI PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT. VB EVALUASI PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT. VB Lovilia, Iswandi, S.E., Ak., M.M., BKP, CA, CFE ABSTRAK Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui apakah penerapan Pajak Penghasilan Badan Pasal 25/29 yang

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI

AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY (1205151006) TASLIM GOTAMI Bpk. Petrus Gani MENGAPA PERUSAHAAN DIWAJIBKAN MELAKUKAN PEMBUKUAN??? Didasarkan pada Kitab Undang Undang Hukum Dagang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Biaya Emisi sebesar Rp

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Biaya Emisi sebesar Rp Putusan Nomor : 80394/PP/M.IIA/15/2017 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Biaya Emisi sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan sosial suatu bangsa diwujudkan karena adanya sumber pendanaan yang tetap. Sampai saat ini sumber pendanaan dan pembiayaan serta

Lebih terperinci

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Penerapan Akuntansi Pajak Tangguhan Tahun 2005 1. Penyajian Laporan Keuangan Setelah Pengakuan Pajak Penghasilan. Berikut ini akan disajikan laporan keuangan

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PT JOGJA TUGU TRANS. Monika Innercentia Ken Sukatno. Erly Suandy. Intisari

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PT JOGJA TUGU TRANS. Monika Innercentia Ken Sukatno. Erly Suandy. Intisari PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PT JOGJA TUGU TRANS Monika Innercentia Ken Sukatno Erly Suandy Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44, Yogyakarta

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2 September 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Penghasilan yang diterima atau diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yayasan Dana Pensiun PT. Merpati Nusantara Airlines. Yayasan tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yayasan Dana Pensiun PT. Merpati Nusantara Airlines. Yayasan tersebut BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Dana Pensiun Merpati Nusantara Airlines merupakan kelanjutan dari Yayasan Dana Pensiun PT. Merpati Nusantara Airlines. Yayasan tersebut didirikan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah Laporan keuangan memuat informasi mengenai kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi bertujuan memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Metrokom Jaya berdiri pada tahun 2007, telah menjadi pemimpin dalam bidang penjualan komputer bekas. Memulai bisnis di

Lebih terperinci

2

2 2 3 4 5 6 7 8 JAWABAN SOAL 1: a. Pajak final adalah pajak yang terutang dan dibayarkan seketika saat penghasilan diperoleh atau diterima, serta pemotongan dilakukan oleh pemberi penghasilan, atau pihak

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membangun infrastruktur dan fasilitas umum yang dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 Suryanto Kanadi (Suryanto_Kanadi@yahoo.com) Lili Syafitri (Lili.Syafitri@rocketmail.com) Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.161, 2010 KEUANGAN NEGARA. Pajak Penghasilan. Penghitungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Kas : Uang tunai yang paling likuid sehingga pos ini biasanya ditempatkan pada urutan teratas dari aset. Yang termasuk dalam kas adalah : o o Uang

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN Edisi : VIII/Agustus 2009 PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN Oleh: Rian Ardhi Redhite Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan Berdasarkan PSAK 16 (Revisi

Lebih terperinci

REKONSILIASI FISKAL PADA PT. KARYA INSAN SATU NAMA DI SAMARINDA. Muhammad Yatim, H. Eddy Soegiarto K, Imam Nazarudin Latif

REKONSILIASI FISKAL PADA PT. KARYA INSAN SATU NAMA DI SAMARINDA. Muhammad Yatim, H. Eddy Soegiarto K, Imam Nazarudin Latif 1 REKONSILIASI FISKAL PADA PT. KARYA INSAN SATU NAMA DI SAMARINDA Muhammad Yatim, H. Eddy Soegiarto K, Imam Nazarudin Latif Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda ABSTRAKSI Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LABA DAN PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. KUKAR MANDIRI SHIPYARD. Popi Surita Kartini

PENGARUH PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LABA DAN PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. KUKAR MANDIRI SHIPYARD. Popi Surita Kartini PENGARUH PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LABA DAN PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. KUKAR MANDIRI SHIPYARD Popi Surita Kartini popi_surita@yahoo.co.id Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA IV. 1 Penerapan Akuntansi dalam Perhitungan Laba Kena Pajak dan Pajak yang Terutang Laba adalah selisih

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1994 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PPh BADAN PADA PT. CLB

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PPh BADAN PADA PT. CLB PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PPh BADAN PADA PT. CLB Hendra Martin Christy JL Tebet Timur Dalam 4B no 9, Jakarta Selatan Email : Hendra_martin19@yahoo.com Dosen Pembimbing : Maya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang

Lebih terperinci

Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo

Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.2, No.2 Desember 2017, 271-282 E-ISSN: 2528-0163 271 Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo Leny Rismawaty 1, Indra Wijaya 1,* 1 Akuntansi; Akademi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Pemeriksaan Pajak atas SPT WP Badan Salah satu kewajiban setiap Wajib Pajak adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta menyampaikan secara langsung atau melalui pos

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Abadi Karya Mulia Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Abadi Karya Mulia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran bagi negara yang cukup besar adalah dari penerimaan sektor Pajak. Tidak bisa dipungkiri

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun 2015 PT. Semar Jaya Indah salah satu klien Badan Usaha Kantor Konsultan Pajak Darriono Prajetno. PT. Semar Jaya Indah

Lebih terperinci

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00. SOAL PAJAK SMK 1.Penghasilan yang termasuk obyek PPh Pasal 21 (Pajak Penghasilan Pasal 21) adalah. a. bunga b. deviden c. Gaji d. royalty e. sewa 2. Berdasarkan data laporan keuangan atas usaha tahun pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Definisi Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu bangsa, dapat diukur dari kemampuan bangsa untuk melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kemudian menguraikannya secara keseluruhan. Data yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dan kemudian menguraikannya secara keseluruhan. Data yang digunakan 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian eksploratif dengan menggunakan metode deskriptif yaitu mengumpulkan data-data

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PENCATATAN PAJAK Dwi Martani 1 PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PAJAK PENGHASILAN Pajak atas penghasilan perusahaan yang dipotong oleh pihak

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Ragam Anugerah Mandiri didirikan pada tanggal 20 April 2006 dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas /Hutang kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas (SAK) Lancar Tidak Lancar Diestimasi Kontinjensi 1 Hutang Usaha

Lebih terperinci

Selamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan

Selamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan A1 Selamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan 1 TAXATION Slide 1 A1 Axioo; 17/11/2011 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (PTKP) (Psl 7 UU PPh) Mulai 1-1-2013 1. Penghasilan Kena Pajak WP OP = penghasilan

Lebih terperinci

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI)

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI) 1 ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI) YESSICAROL TANIA 1, ZULKIFLI BOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP Diah Soleha, Gen Norman Thomas, SE., Ak., MM ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi biaya yang boleh dan tidak boleh

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

PEMBUATAN NERACA FISKAL (PSAK No. 46) BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT Razaaqi Selaras Persada Jakarta)

PEMBUATAN NERACA FISKAL (PSAK No. 46) BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT Razaaqi Selaras Persada Jakarta) PEMBUATAN NERACA FISKAL (PSAK No. 46) BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT Razaaqi Selaras Persada Jakarta) Hilda Amril Dr. Gustian Djuanda, S.E., M.M. Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA. Dahniyar Daud *)

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA. Dahniyar Daud *) ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA Dahniyar Daud *) niardaudismail@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa penerapan

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA Peter Vredy Chandra Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan gang Keluarga No.

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci