BAB IV STRATEGI REN-REN MENGHADAPI DOMINASI MEL-MEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV STRATEGI REN-REN MENGHADAPI DOMINASI MEL-MEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA"

Transkripsi

1 BAB IV STRATEGI REN-REN MENGHADAPI DOMINASI MEL-MEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Mencermati deskripsi pada BAB III khususnya tentang kehadiran imigran dari Watlaar dan Haar di Ohoiwait, serta fenomena perpindahan kekuasaan (kepemimpinan adat) dari penduduk asli kepada para pendatang yang telah mengakibatkan keluarnya penduduk asli dari Ohoiwait sampai pada tindakan pencarian dan membawa kembali penduduk asli ke Ohoi, menimbulkan sebuah pertanyaan menggelitik apakah ini kisah Tom&Jerry yang walapun sering berkonflik namun saling merindukan? Tom&Jerry yang dalam lakonnya, mendemonstrasikan ketegangan sandiwara kehidupan manusia antara benci tapi rindu serta rindu tapi benci memang mirip dengan pergulatan antara penduduk asli dan pendatang di desa ini. Untuk itu pada bab ini, saya memilih tiga topik utama untuk dikaji lebih mendalam, yakni: 1) Upaya atau strategi Ren-ren dalam mempengaruhi dominasi mel-mel; 2) Faktor-faktor yang mendorong strategi ren-ren; dan 3) Kemampuan mereproduksi wacana: menuju lebenswelt baru;. Ketiga topik tersebut, lebih lanjut diuraikan di bawah ini Strategi Ren-Ren dalam Mempengaruhi Dominasi Mel-Mel Dalam struktur asli masyarakat Kei, fungsi adat yang selalu melekat dan menjadi hak golongan ren-ren adalah tuan tan dan mituduan (imam) atau yang bisanya juga disebut dengan penjaga Luw Sukat. Walaupun demikian, sebelum 110

2 struktur asli masyarakat Kei mencapai bentuk akhir dengan dibentuknya hukum adat Larvul Ngabal sekitar abad ke-16, semua fungsi dan peran adat di desa Ohoiwait yang didistribusikan kepada marga-marga 1 yang ada saat ini, merupakan hak dari penduduk asli yang selalu dikategorikan sebagai ren-ren. Kehadiran para imigran yang berasal dari Watlaar dan Haar di Ohoiwait dan dalam kehidupan bersama penduduk asli, telah menimbulkan fenomena baru yakni, berpindahnya fungsi dan peran adat kepada pendatang. Mula-mula fungsi (kekuasaan) adat pertama yang diambil alih adalah kepala Ohoi kemudian merambah pada fungsi-fungsi adat yang lain. Pengambil-alihan fungsi dan peran adat ini berimplikasi pada tidak diakuinya hak-hak kelompok ren-ren, bahkan diwacanakan kelompok ini telah punah. Dalam konteks seperti ini, maka dapat dikatakan bahwa praktek kepemimpinan dan dominasi berjalan seiring, atau dengan kata lain mel-mel menjalankan hegemoninya terhadap ren. Pertanyaannya adalah apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh kelompok ren-ren untuk setidaknya mengembalikan hak-hak mereka? Menurut Bourdieu, dalam setiap perjuangan aktor membutuhkan strategi. Strategi perjuangan diperlukan aktor untuk memperebutkan modal-modal di dalam ranah (field). Bagi Bourdieu, nilai yang diberikan modal (-modal) dihubungkan dengan berbagai karakteristik sosial dan kultural habitus. Karena itu, ranah selalu dikitari oleh relasi kekuasaan objektif yang memiliki basis material. Dengan demikian, strategi perjuangan tanpa modal, mungkin tidak akan berhasil lihat fungsi dan peran adat yang diemban oleh masing-masing marga dalam bab III halaman 111

3 Menurut Soerjono Soekanto, 2 dalam hubungan sosial jika sarana perjuangan tidak mencakup kekerasan fisik aktual, maka proses tersebut disebut perjuangan damai. Model perjuangan ini adalah untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan yang juga diperjuangkan oleh pihak-pihak lain. Karena itu, perjuangan yang tidak didasarkan atas konflik kepentingan, untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan pribadi disebutnya sebagai seleksi sosial. Sedangkan yang menyangkut pelbagai kemungkinan bertahannya ciri-cri secara turun-temurun, disebutnya seleksi biologis. Dalam perspektif Bourdieu, perjuangan damai ini dapat dimaknai sebagai kemampuan mereproduksi wacana untuk menjadi dominan terhadap pihak lain, selama wacana yang diproduksi itu tidak berimplikasi pada konflik dengan kekerasan. Pierre Bourdieu membedakan lima jenis strategi, yakni investasi biologis, suksesif, edukatif, investasi ekonomi, dan investasi simbolik. Namun jika mencermati pengertian yang diberikan pada masing-masing strategi itu, maka dapat juga dikategorikan menjadi dua jenis strategi, yakni: strategi investasi ekonomi dan strategi investasi simbolik. Untuk itu beberapa sub topik perlu dianalisa secara terpisah demi mendapatkan gambaran yang lebih jelas jentang strategi ren-ren menghadapi dominasi mel-mel. Beberapa sub topik tersebut, adalah: a. Pewarisan Marga: Sebuah Dilema Bagi Bourdieu pewarisan nama keluarga (marga?) juga merupakan bentuk habitus yang dapat menggerakan tindakan individu maupun sosisl untuk berjuang 2002: Soerjono Sukanto, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 112

4 memperebutkan modal-modal dalam ranah. Namun bagi saya, jika yang dimaksudkan dengan pewarisan nama keluarga itu adalah marga, maka ada masalah khususnya dengan kelompok ren-ren. Berdasarkan hasil penelitian, tidak semua bentuk pewarisan nama keluarga dapat memberikan keuntungan bagi yang mewarisinya, terutama pewarisan marga Yahaubun, Kudubun, Notanubun, Ingratubun oleh kelompok ren-ren telah menempatkan mereka pada posisi yang dilematis. Dalam tesisnya, Martinus Ngabalin (2006) memang tidak memberikan argumentasi yang dapat memperkuat pernyataannya bahwa keturunan penduduk asli telah punah demikian juga sejarah yang dituturkan oleh Eliazer Rahajaan dan ditulis oleh Melky, tidak memberikan argumentasi tentang punahnya keturunan Reyaur. Sebab itu, sejak awalnya memang sudah saya kritik. Berdasarkan hasil wawancara, satu-satunya alasan yang saya temukan tentang wacana punahnya keturunan penduduk asli itu, diakibatkan oleh pola pewarisan marga 3 karena itu saya menyebutnya sebuah dilema. Setelah keturunan penduduk asli yang melarikan diri dari kampung kemudian kembali lagi dengan perjanjian bahwa mereka boleh mengatur dirinya sendiri, maka ada harga yang perlu dibayar kepada mereka yang telah memanggil itu. 4 Harga itu tampak dalam kerelaan mereka untuk mengikuti marga dari orang yang membujuk mereka untuk kembali. Kerelaan itu merupakan sikap hidup orang Kei yang tahu berterimakasih (tet ya dalam bahasa Kei). Tet ya bermakna karena 3 Karena itu, argumentasi yang dibangun oleh Melky berdasarkan cerita Eliazer Rahajaan tentu tidak benar, sebab pola pewarisan marga baru terjadi setelah Towowod Rahawarin menikah dan menghasilkan keturunan. Pola pewarisan marga yang saya kemukakan, di satu sisi memberikan catatan tambahan bagi tesis Martinus Ngabalin, namun di sisi lain juga bertujuan meolak tesis Ngbalin itu. 4 Lihat uraian bab III khususnya pada bagian marga sebagai bentuk asimilasi 113

5 kebaikanmu engkau kutempatkan dalam lubuk hatiku untuk lebih dekat denganku. Disinilah makna mendalam tentang kakak beradik muncul. Masalahnya adalah ren-ren tidak hanya mewarisi satu marga diantara keempat marga (Yahaubun, Kudubun, Notanubun, dan Ingratubun), mereka terbagi, atau mengikuti semua marga itu. Di satu sisi pewarisan marga ini adalah positif untuk menjaga persatuan dan kesatuan Ohoi Nuhu, sebab merasa satu dan tidak lagi ada perbedaan penduduk asli dan pendatang, namun di sisi lain menjadi salah dimengerti oleh para pendatang yang akhirnya menciptakan dominasi. Dominasi terjadi sebab kepala marga harus berasal dari keturunan asli Yahau, Kud, Notan, dan Ingrat itu. Posisi kepala marga untuk orang Kei dan secara khusus di desa Ohoiwait adalah cukup kuat, sebab dia dianggap sebagai representasi adat untuk marganya. Bentuk representasi seperti ini tampak dan diatur dalam pasal 1 hukum adat Larvul Ngabal yang memang sangat ditaati oleh masyarakat Kei. Dalam konteks pewarisan marga (yang tidak satu), tentu akan memunculkan habitus baru. Sejarah asli (awal) terpecah atau terbagi, bahkan terasimilasi dengan habitus lain yang mengakibatkan munculnya habitus baru itu. Walupun habitus baru ini tidak menghilangkan habitus awal, namun produksi dan reproduksi sejarah asli terbagi dalam versi-versi yang berbeda, kecil dan tidak lagi sekuat sejarah awal. Diskursus argumentatif menurut Habermas, atau komunikasi bebas penguasa tidak/belum berlaku disini. Untuk sampai pada tingkat diskursus argumentatif itu diperlukan faktor pendukung lain, yakni pendidikan, bukan saja pendidikan formal, namun juga pendidikan nonformal yakni sosialisasi nilai-nilai adat kepada generasi 114

6 yang siap beradu argumen untuk memimpin. Masalahnya wadah atau situasi yang memungkinkan untuk saling beradu argumen demi memperebutkan modal-modal (atau posisi) belum tercipta dengan baik. Dengan demikian, reproduksi wacana oleh kelompok ren-ren untuk kembali kepada sejarah asli tentu tidak mudah, sebab sejarah asli telah terbagi dalam versiversi akibat pembauran penduduk asli dan pendatang yang menjadi satu marga itu. Kelompok ren-ren khususnya yang bermarga Rahaningmas dan Notanubun mungkin mampu mereproduksi sejarah asli (tom tad), namun belum tentu diikuti atau diterima oleh semua kelompok ren-ren, sebab penghargaan, pengakuan, relasi dalam kehidupan bersama, serta identitas marga tentu turut mempengaruhi. Pola komunikasi yang intensif antara kepala marga dengan anggota-anggota marga tentu anak mempererat tali persaudaraan anggota marga. Sebab segala urusan yang dilakukan anggota marga, entah itu perkawinan, kematian, pembangunan rumah, pencurian, dan pembunuhan adalah menjadi tanggungjawab magra, semua anggota marga akan bermusyawarah (rasdov) untuk memutuskan sesuatu hal, dan kewenangan pengambilan keputusan itu adalah kepala marga. Karena itu, dalam beberapa hal solidaritas marga sangat kuat, sehingga reproduksi wacana tentang sejarah asli (ren-ren) menjadi dinomor sepatu-kan, bahkan oleh kelompok ren-ren sendiri. Walupun mereka sadar bahwa hak-haknya sebagai penduduk asli terabaikan. Kedekatan dan pola komunikasi yang baik memegang peranan penting dalam pembentukan habitus ini. 115

7 Robert Notanubun dan Daud Rahaningmas mengatakan perjuangan itu masih butuh waktu dan memang sulit, sebab kita yang di Ohoi Un ini juga kurang bersatu. Namun perlu terus dilakukan terutama dengan cara mewariskan cerita-cerita dari orang tua (leluhur) kepada anak-anak, selain itu anak-anak perlu juga disekolahkan untuk bisa berpikir cerdas. Kesulitan itu menurut keduanya disebabkan oleh adanya individu-individu tertentu yang mereka sebut dengan istilah Fen (penyu atau teteruga), fen adalah hewan yang bisa hidup di dua dunia (air dan darat). Konsep ini digunakan untuk menggambarkan perilaku individu-individu yang selalu cari aman artinya bisa diterima dua kelompok (ren dan mel) sekaligus. Selain konsep fen ada juga sebutan naus (gula) bagi orang-orang yang rela menjual informasi hanya untuk sekedar bisa minum segelas kopi atau teh. 5 Individu-individu seperti inilah yang merusak solidaritas kelompok, atau dapat juga disebut provokator. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa kelompok ren-ren adala mereka yang bertempat tinggal di bagian desa yang disebut Ohoi Un, kadang-kadang untuk menyebut orang atau kelompok orang yang tinggal di tiga bagian kampung (Ohoi Un, Ohoi Ren, dan Ohoi Tanan) dalam interaksi sehari hari, digunakan istilah koko; watwat; dan kotkot 6, seperti: koko Ohoi Un, koko Ohoi Tanan, koko Ohoi Ren, begitu juga ketika kata koko diganti dengan watwat dan kotkot semuanya bermakna sekelompok orang. Pemaknaan ini kemudian termanivestasi dalam perilaku, misalnya seorang anak yang tinggal di Ohoi Un ketika berkelahi dengan seorang anak di Ohoi Ren, maka orang akan berkata kokot Ohoi Un hir bangil 5 Wawancara dengan Daud Rahaningmas dan Robert Notanubun tanggal 29 Januari Koko bermakan laki-laki - dalam jumlah yang banyak ; watwat bermakna perempuanperempuan ; dan kotkot bermakna anak-anak 116

8 (anak-anak Ohoi Un yang memukulnya) atau sebaliknya kokot Ohoi Ren hir bangil jadi tindakan satu orang selalu dikaitkan dengan kelompoknya. Begitupun dengan marga, tindakan seseorang (individu) selalu dikaitkan dengan apa marganya, karena itu solidaritas kelompok di Kei khususnya di Ohoiwait memang sangat kuat. Dengan demikian, dibutuhkan isu bersama pula yang dapat mengembalikan kesadaran kelompok ren-ren ini. Beberapa isu bersama yang dapat mengembalikan solidaritas kelompok ren-ren ini adalah: a) wacana tentang punahnya keturunan penduduk asli; b) pewarisan nama leluhur dan marga; c) tidak adanya golongan renren Ohoiwait yang menjadi PNS di Maluku Tenggara; dan d) wacana tentang dikategorikannya kelompok ini sebagai Iri-iri. Beberapa isu ini tentu membutuhkan strategi yang tepat untuk mengubah distribusi modal, aturan main dan posisiposisinya sehingga terjadi kenaikan jenjang sosial. Sebab itu faktor pendidikan, terutama pendidikan formal perlu menjadi strategi utama yang dipilih untuk mempersiapkan generasi berikutnya. Pewarisan nama leluhur memang telah dengan sadar dilakukan, misalnya nama-nama seperti: Kanar El, Viktor, Tanaef. 7 Sedangkan alasan menggunakan marga Rahaningmas sebenarnya juga merupakan bentuk resistensi kepada Yahaubun namun sayangnya perubahan marga dari Yahaubun ke Rahaningmas juga diikuti oleh mereka yang mel-mel. Walaupun demikian, mel-mel yang bermarga Rahaningmas ini memang sangat mengerti tentang sejarah asli, mereka mengakui 7 Viktor dan Tanaef adalah nama leluhur penduduk asli, keduanya masuk dalam kategori Baran Fit. Viktor adalah nama dari salah satu cucunya Anton Notanubun, sedangkan Tanaef adalah anak Manasye Rahaningmas. Keduanya masih anak-anak, dan Kanar El adalah nama dari salah satu informan. Menurut Anton Notanubun, nama-nama itu tidak pernah digunakan oleh mereka yang dikategorikan sebagai mel-mel itu. 117

9 bahwa Frans Rahaningmas, Gerson Rahaningmas, dan Anton Notanubun adalah penduduk asli desa Ohoiwait. 8 Bentuk resistensi lain mengenai marga ini adalah yang dilakukan oleh Ganti Notanubun (tinggal di Jayapura, Papua), yang ketika anak pertamanya lahir dan dalam pengurusan akte kelahiran dia mencantumkan marga Rahangiar sebagai marga anaknya dan bukan Notanubun. Rahangiar adalah marga yang masih digunakan di dusun Wetuar. Dengan demikian, jika strategi pewarisan nama keluarga ini terus dilakukan, minimal seperti yang telah dilakukan oleh Ganti Notanubun akan berdampak positif suatu saat nanti. Selain itu, perubahan marga dari Yahaubun ke Rahaningmas juga merupakan hal yang baik, namun belum disertai dengan penjeasan makna dan alasan perubahan itu kepada generasi muda (anak-anak ren-ren) sehingga belum berdampak dalam perilaku kehidupan sehari-hari. b. Strategi Investasi Ekonomi Pierre Bourdieu mengemukakan bahwa dalam setiap ranah terdapat modalmodal yang siap diperebutkan, jika dikaitkan dengan pemikiran Habermas, maka dapat dirumuskan bahwa modal-modal tersebar dalam setiap lebenswelt sebab itu dibutuhkan strategi argumentasi yang dibedakan dalam bentuk diskursus dan kritik yang bertujuan mempersoalkan klaim kebenaran dan ketepatan demi mendapatkan pengakuan setiap ruang kehidupan sosial. Walaupun demikian, dalam perebututan modal-modal itu, perlu mempersiapkan generasi yang memiliki jiwa kepemimpinan 8 Jumlah Kepala Kekuarga (KK) marga ini di desa Ohoiwait sangat sedikit. Tidak lebih dari lima kepala Keluarga, yakni: Daud Rahaningmas, Nimrot Rahaningmas, Kanar El Rahaningmas, Adam Rahaningmas, dan satu keluarga dari mel-mel adalah Hopni Rahaningmas. Sebagian dari mereka tinggal di Tual, Maluku Tenggara dan berprofesi sebagai PNS maupun swasta, termasuk Manasye Rahaningmas yang bekerja di Suita Hotel. 118

10 (direction) untuk menggerakkan individu maupun kelompok, ketika berjuang di dalam ranah (field), karena itu saya membutuhkan pemikiran Gramsci tentang hegemoni. Strategi investasi ekonomi menurut Bourdieu merupakan upaya mempertahankan atau meningkatkan berbagai jenis modal. Investasi ekonomi sebenarnya merupakan akumulasi modal ekonomi dan modal sosial. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa modal sosial yang dimiliki kelompok ren-ren yakni hubungan-hubungan sosialnya dengan kelompok mel-mel terutama melalui pertukaran uang, pekerjaan, dan perkawinan 9 telah menempatkan mereka (ren-ren) pada posisi yang terdominasi. Hubungan sosial yang berkaitan dengan pekerjaan 10 yang saling membantu atau hamaren. Artinya pekerjaan atau hajatan yang dilakukan oleh salah satu mel-mel, maka anggota marganya (terutama yang ren-ren) wajib hadir untuk membantu atau bekerja atau sekedar memberikan yelim (bantuan berupa bahan pokok makanan). Karena itu, strategi investasi ekonomi ini juga berhubungan erat dengan pola pewarisan marga, artinya hajatan salah satu anggota marga, akan menjadi tanggungkawab bersama. Kaitan antara stratgi investasi ekonomi dan pola pewarisan marga selain hubungan-hubungan sosial yang terbangun misalnya tampak dalam marga Kudubun. Marga ini memiliki beberapa dusun atau petuanan sagu (Er dalam bahasa Kei ) yang biasa disebut Er Kudubun petuanan sagu dimiliki dan dimakan bersama. Secara 9 Kedua kelompok ini memang dilarang menikah. Karena itu yang dimaksudkan dengan hubungan sosial perkawinan itu adalah konsep tentang koi maduan yang telah diuraikan dalam bab III 10 Yang saya maksudkan dengan pekerjaan di sini bukanlah pekerjaan yang mendatangkan gaji tetap setiap bulannya. 119

11 adat, ada mekanisme pengaturan yang disepakati, yakni siapa yang pertama memperikan tanda pada salah satu pohon sagu 11 maka dialah yang berhak memanen. Selain itu, marga Kudubun (ren-ren) juga memiliki harta warisan (emas) yang disimpan oleh salah satu pembesarnya (mel-mel) yang bernama AdK (alm) 12 yang sering disebut dengan Turan Sosial Namun harta Kudubun ini telah hilang. 13 Menurut Christian Kudubun harta itu telah dijual di Bali oleh kakaknya turan sosial itu, yang bernama AbK untuk menyekolahkan anak-anaknya. Christian mengemukakan bahwa AbK mengakui hal ini dihadapan dirinya dan Welhelmus Kudubun, yang didengar langsung oleh anakanaknya, ketika istri AbK meninggal dunia di Tual tahun dengan demikian, dapat dikatakan bahwa para leluhur Kudubun sudah dengan sadar memperhitungkan strategi investasi ekonomi untuk anak cucu mereka, namun sayangnya harta warisan ini dicuri oleh orang lain untuk kepentingan anak-anaknya tanpa memberitahukan kepada pemilik barang. 11 Tanda ini biasanya berupa inisial nama. Contah, MK itu artinya pohon sagu tersebut sudah menjadi milik salah seorang berinisial MK itu. M merujuk pada nama orang dan K merujuk pada marga. 12 Selanjutnya nama-nama yang tidak termasuk dalam informan kunci akan digunakan inisial. Nama sebenarnya ada pada peneliti. 13 Harta ini memang dinyatakan telah hilang, sebab menurut informasi dari Christian, Welhelmus, dan Matius sewaktu turan sosial sakit-sakitan mereka dipanggil untuk penyerahan kembali harta tersebut. namun waktu tas (kopor) tempat emas tersebut diambil ternyata gembok (kuncinya) telah rusak dan tidak ada apa-apa di dalamnya. Christian mengatakan, dia baru mengetahui kalau harta tersebut diambil turan AbK pada waktu istrinya meninggal itu. 14 Waktu itu saya juga sempat mengikuti upacara pemakaman tersebut. Christian Kudubun mengatakan setelah pemakaman, malam harinya AbK menyuruh anaknya memanggil dirinya, Welhelmus Kudubun, dan Matius Kudubun (namun Matius Kudubun tidak datang di Tual waktu itu), kemudian mereka duduk diruang tamu dan AbK mengatakan kepada anak-anaknya im lilik tuang yamab hir tel I, hor hirir yanar ubur, tal harta Kudubun ila ya fed mo nan lehar im maskol e (kalian harus memperhatikan membantu ketiga orang tua kalian ini (Christian, Welhelmus, dan Matius) serta anak cucu mereka sebab saya sudah jual harta Kudubun itu untuk membiayai sekolah kalian). 120

12 Mengenai harta Kudubun yang telah dicuri ini, Laurens Kudubun mengatakan bahwa nanti pada saat acara 100 tahun Injil masuk Ohoiwait (tahun 2013), dia akan memanggil akan-anaknya AbK untuk meminta pertanggungjawaban supaya mereka membayar kembali harta yang telah dijual oleh bapak mereka. 15 Oleh karena harta tersebut telah diambil orang, maka perspektif Bourdieu tantang modal ekonomi (harta) milik marga Kudubun ini dapat dikategorikan sebagai modal simbolis yang dapat mengangkat prestise maupun status sosial dari Kudubun ren-ren bahwa mereka memililiki sesuatu yang didak dimiliki oleh Kudubun mel-mel. Pengakuan akan adanya modal simbolik inilah yang kemungkinan akan diperjuangkan oleh Laurens Kudubun. Sedangkan menyangkut petuanan (kepemilihan lahan/tanah) di Desa Ohoiwait, hasil wawancara dan pengamatan selama penelitian berlangsung membukatikan bahwa kelompok ren-ren khusunya keluarga Anton Notanubun, dan tiga orang kakak-beradik, yakni Frans Rahaningmas, Gerson Rahaningmas, dan Reinhard Rahaningmas) adalah yang paling besar petuanannya di Ohoiwait. Namun Anton Notanubun telah membagi harta warisan (tanah) miliknya kepada semua anak anaknya. 16 Sedangkan ketiga kakak-beradik ini tidak membagi warisan kepada anakanaknya, mereka sepakat untuk makan bersama tanpa ada pembagian. Sebab saat ini, hanya empat orang anak laki-laki dari ketiga bersaudara ini yang tinggal di kampung, 15 Wawancara dengan Laurens Kudubun di Surabaya, tanggal 28 Maret Anton memiliki 5 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Masing-masing dari anak laki-laki mendapatkan tiga bidang tanah. Sedangkan anak perempuannya tidak mendapatkan apaapa sebab menikah dengan laki-laki dari kampung tetangga. Belum ada sistem pengukuran tanah di desa ini, sehingga tidak diketahui luas dari masing-masing bidang tanah itu. namun berdasarkan hasil observasi dapat diperkirakan bahwa ukuran masing-masing bidang tanah kurang lebih 1 hektar. 121

13 yakni: Kanar El Rahaningmas, Daud Rahaningmas, Nimrot Rahaningmas, dan Adam Rahaningmas. Menurut Edward Kudubun (anaknya Matius Kudubun) jika tanah milik FR, GR, dan RR ini dibagi lagi kepada anak-anak mereka, maka kepemilikan tanah paling besar/bayak di Ohoiwait adalah bakapnya. 17 Itu artinya, Matius Kudubun berada pada urutan ketiga kepemilikan tanah di Ohoiwait. Selain itu, kelompok ren-ren juga memiliki modal budaya yakni pemilikan benda-benda budaya yang bernilai. Salah satu benda budaya yang dimiliki kelompok ini adalah Kasber (meriam) yang tersimpan di gunung Elyaur. Meriam ini memiliki sejarah panjang dengan desa Ohoitel Watraan di Kei Kecil, Meriam ini sebagai tanda bukti (tom tad) yang mengikat kedua desa ini dalam relasi Teabel. 18 Gunung ini adalah tempat bersejarah bagi kelompok ren-ren. Pada tahun 2006 Nimrot Rahaningmas dengan rombongan sempat melakukan penggalian di gunung tersebut guna mencari kerangka (tengkorak) leluhur mereka, dan menemukan tiga tengkorak. Tindakan tersebut diketahui oleh Kepala Desa (Librek Ingratubun) dan memanggil Nimrot untuk menghadap. Kemudian Nimrot Rahaningmas, Daud Rahaningmas dan Mathias Rahaningmas 19 memenuhi panggilan Kepala Desa tersebut. Kepala Desa lalu mempertanyakan tindakan itu, mengapa mereka tidak melapor sebelum menggali, sebab di gunung itu ada benda pusaka. Nimrot, menguraikan jawabannya kepada kelapa Desa, yakni: 17 Matius Kudubun memiliki 6 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan, dari kesembilan bersaudara ini hanya 2 orang yang tinggal di kampung, yakni, Edward Kudubun dan Tineke Kudubun. Matius Kudubun mengatakan kepada peneliti bahwa dia tidak akan membagi warisan (tanah) miliknya, sebab kebanyakan dari anaknya tinggal di luar pulau Kei, dan anak-anaknya juga tidak mengingingkan jika warisan itu dibagi. 18 Maknanya sama dengan konsep Pela di Maluku Tengah. 19 Mathias Rahaningmas adalah lulusan Fakultas Hukum, salah satu Universitas di Surabaya, dan saat ini tinggal serta bekerja di Surabaya. 122

14 ya her tabe hormat naa o de, ni am ail mem tanat Elyaur raai am ot sa umat rir afa waaidi. Elyaur how kasber raai am mem afa. O laai kapal wel te mu kwas ra nharang Elyaur raai waaidi (sebagai kepala desa saya menghormati anda, tapi Elyaur, termasuk Meriam itu adalah milik pusaka kami dan kami sedang menggali tanah/gunung kami dan tidak menggali tanah orang lain. Anda kepala desa, tetapi anda tidak memiliki kekuasaan sampai ke gunung itu, termasuk segala sesuatu yang ada gunung itu). Jawaban yang merupakan pukulan telak bagi kepala Desa tersebut tentu didasari oleh habitus yang mereka miliki, apalagi ketika Mathias Rahaningmas meminta kepala Desa untuk menjelaskan tentang apakah tindakan mereka telah melanggar Undang-undang, dan kalaupun tindakan itu dikatakan melanggar UU, maka UU Nomor berapa yang dilanggar?. Tentu pertanyaan itu didaarkan pula atas sebuah skema intelektual sebagai perwujudan dari habitus yang dia miliki. Menurut Nimrot, kepala Desa tidak mampu memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mereka kemukakan itu, dan pertemuan itupun berakhir tanpa keputusan. Sebab itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan dalam memberikan pernyataan yang keras kepada Kepala Desa, didasari oleh habitus yang tampak dalam modal budaya dan modal simbolik yang mereka miliki. Dengan demikian, diskursus komunikatif tetap masih bisa digunakan sebagai strategi mempengaruhi dominasi mel-mel dengan syarat perlu kepemilikan dan pemahaman akan habitus masingmasing dan penguasaan modal-modal dalam ranah menjadi mutlak. Karena itu, maka dapat dikatakan bahwa modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan, atau suatu kekuatan spesifik yang beroperasi di dalam ranah, yang telah dengan sadar dimainkan oleh Daud Rahaningmas dan adik-adiknya. 123

15 Sedangkan strategi investasi biologis yang menitik-beratkan pada masalah kesuburan dan pencegahan dalam penelitian yang saya lakukan terdapat perbedaan dengan apa yang dikemukakan Bouerdieu. Kesuburan berkaitan dengan pembatasan jumlah anak untuk menjamin transmisi modal. Hasil penelitian membuktikan bahwa kelompok ren-ren secara umum tidak membatasi jumlah anak. 20 Mereka yang telah menikah rata-rata memiliki lebih dari empat orang anak, selain itu jumlah kelompok ren-ren yang menempati Ohoi Un cukup banyak sehingga tahuan 2009 pengurus gereja membagi Ohoi Un menjadi dua unit yakni unit Maria dan unit Elim. Awalnya hanya satu unit, yakni unit Maria. Fakta ini sebenarnya bertentangan dengan logika Pierre Bourdieu. Namun saya sadar bahwa kelompok ini memiliki logikanya sendiri, konsep yang mereka gunakan adalah melraw ar (tumbuh semakin banyak). Artinya dengan semakin banyak anak mereka berharap akan menguasai kampung, walaupun demikin, tidak hanya soal kuantitas yang mereka pertimbangkan tetapi juga kualitas. Dalam hal kualitas (anak harus sekolah), mereka memanfaatkan modal sosial yang terbangun dengan sesama mereka di luar Tual dan Maluku Tenggara, hubungan ini dimaksudkan agar saudaranya yang berdomisi di luar Kei dapat menampung akananak mereka ketika menempu pendidikan. Mereka berpendapat bahwa golongan melmel yang semakin berkurang di kampung itu sebagai bagian dari teguran akibat menjalankan adat dengan tidak tepat. 20 Argumentasi ini didasarkan atas hasil observasi sebab tidak ada data lengkap tentang jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur dan jumlah/tingkat kelahiran per tahun di kantor Desa. Mungkin juga akibat desa ini tidak memiliki kantor desa. Alasan lain yang mendasari argumentasi ini adalah pembagian Ohoi Un menjadi dua unit tahun 2009 oleh gereja. 124

16 Logika yang berbeda dengan Bourdieu itu, didasari oleh pemahaman bahwa dengan banyaknya jumlah anak yang dimiliki, maka pewarisan nama keluarga akan tetap hidup dan berimplikasi pada pembentukan habitus berdasarkan sejarah asli (tom tad). Sebab ada banyak individu (anak-anak khususnya anak laki-laki) yang akan terus mewarisi tom tad dan akan ikut bersaing memperebutkan modal-modal (baik modal ekonomi, budaya, sosial maupun simbolik) dalam field. Karena itu, mereka (kelompok ren-ren) beranggapan bahwa kuantitas orang juga turut mempengaruhi dan mendukung perjuangan untuk mendapatkan modal-modal itu. Walaupun perjuangan dalam ranah adat demi memperebutkan modal-modal tidak menggunakan sistem voting, namun dukungan moral dari kelompok tentu dibutuhkan. Memang ada masalah, jika strategi investasi biologis dalam hal membatasi jumlah anak diperhadapakan dengan strategi suksesif. Bagi Bourdieu strategi ini bertujuan menjamin pemeliharaan harta warisan antar generasi dengan menekan pemborosan. Strategi ini tampak nyata dalam hal kepemilikan tanah di atas. Keputusan Anton Notanubun untuk membagi warisan (tanah) kepada anak-anaknya tentu akan berdampak negatif dikemudian hari. Sedangkan keputusan atau kesepakatan dari FR, GR, dan RR untuk tidak membagi harta warisan (tanah) mereka dengan pertimbangan bahwa keturunannya akan terus bertambah, dan jika tanah itu dibagi tentu keturunan kesekian anak melarat (miskin). Selain itu, pertimbangan lain yang turut mempengaruhi keputusan itu adalah karena sebagain besar anak-anak mereka memilih untuk tinggal dan menetap di luar Ohoiwait. 125

17 Berdasarkan penjelasan di atas, saya bersepakat dengan Bourdieu yang mangatakan bahwa modal berperan sebagai sebuah relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran, segala bentuk barang baik material maupun simbol, tanpa perbedaan yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi sosial tertentu. sebab itu, keterkaitan antara ranah, habitus dan modal bersifat langsung. Dalam konteks seperti ini, maka dalam menjalankan strategi investasi biologis ala kelompok ren-ren perlu juga mempertimbangkan strategi suksesif agar tidak salah kaprah dalam mengambil keputusan seperti yang dilakukan Anton Notanubun. Kemampuan dalam menjalankan strategi investasi biologis dan strategi suksesif akan membuka jalan pada akumulasi modal ekonomi maupun sosial dan budaya. c. Strategi Investasi Simbolik Dengan memahami pemikiran mendasar Pierre Bourdieu, maka dapat dikatkan bahwa di dalam ranah, pertarungan sosial selalu terjadi. Pertanyaannya mengapa kelompok ren-ren tidak mendapatkan hak-hak mereka layaknya penduduk asli jika ada pertrungan dalam ranah?. Untuk memberikan jawaban pada pertanyaan itu, saya merujuk pada salah satu konsep penting Bourdieu, yakni kekerasan simbolik (symbolic violence) yang dimainkan oleh kelompok mel-mel. Konsep ini merujuk pada bentuk kekerasan yang sangat halus, kekerasan yang dikenakan pada agen-agen sosial tanpa mengundang resistensi, sebaliknya malah mengundang konformitas sebab sudah mendapat legitimasi sosial. 126

18 Kekerasan simbolik ini tampak dalam bahasa, makna, dan sistem simbol para pemilik kekuasaan yang dalam prakteknya ditanamkan dalam benak individuindividu lewat suatu mekanisme yang tersembunyi dari kesadaran. Pola seperti ini tampak dalam permainan bahasa yang mereproduksi mel-mel sebagai bangsawan, kaya, dan pintar/pandai yang diperhadapkan dengan ren-ren yang diwacanakan sebagai golongan rendah, tidak pintar/bodoh, miskin, karena itu tidak bisa memimpin apalagi memimpin mel-mel, serta tidak boleh menikah dengan mel-mel. Tentu reproduksi wacana dalam bentuk oposisi biner ini tidak selalu benar. Larangan perkawinan, hasil kesepakatan kedua kelompok ini tidak didasarkan oleh oposisi biner seperti itu. Pada awalnya larangan itu dibuat untuk mengikat tali persaudaraan sebagai kakak dan adik yang tidak boleh menikah. Namun dalam prakteknya, demi mempertahankan status quo kesepakatakan itu dibunyikan sesuai kebutuhan yang memimpin. Konsensus seperti ini (sebagai kakak dan adik) terjadi dalam masyarakat Kei mula-mula. Sedangkan di Ohoiwait, pada awalnya kesepakatan itu tidak demikian, leluhur El Umel membuat tomtoma (larangan) perkawinan itu dikarenakan belum diketahui dengan pasti siapakah para pendatang itu. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tomtoma itu juga dibunyikan sesuai selera penguasa yang telah mengambil-alih kepemimpinan Ohoi pasca dibunuhnya Bun Liisa. Kelompok baru yang memimpin itu lalu mengidentifikasi diri sebagai bangsawan, kaya, dan pintar/pandai Dengan demikian, terjadi pergeresan makna dari orang yang tidak diketahui asal-usulnya menjadi memiliki habitus baru sebagai bangsawan, orang pandai dan kaya. 127

19 Selain itu, fenomena tentang kembalinya kelompok ren-ren ke kampung juga menunjukan bentuk kekerasan simbolik ini. Bujukan dan rayuan yang dilakukan kelompok mel-mel sebagai upaya membawa kembali ren-ren dengan janji otonomi khusus tidak terbukti seluruhnya. Otonomi khusus itu direspon oleh ren-ren dengan kerelaan mengikuti marga hasil keturunan Towowod Rahawarin telah membawa mereka pada situasi yang dilematis, sebab mel-mel telah mereproduksi habitus baru yakni mengidentifikasikan diri sebagai bangsawan, orang pandai, dan kaya. Karena itu, ketika ren-ren memutuskan untuk mengkuti marga yang telah ada, mereka terjebak pada posisi yang harus dinomor duakan, atau menjadi warga kelas dua, bahkan kelas tiga dibawah mel-mel. Sampai dengan penelitian ini dilakukan belum ada satupun kepala marga yang berasal dari kalangan ren-ren. Mencermati penjelasan di atas, muncul pertanyaan apa yang harus dilakukan ren-ren untuk melawan bentuk kekerasan simbolik itu? Antonio Gramsci menawarkan konsep hegemoni. Ren-ren memang sudah terhegemoni, namun perlu melakukan upaya-upaya untuk menghegemoni, upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kepemimpinan (derection) untuk dapat men-dominasi (doninance). Kelompok ren-ren yang dalam terminologi Gramsci dapat dikategorikan sebagai subaltern ini perlu menciptakan dan meningkatkan kesadaran diri mereka untuk berjuang, tentu dibutuhkan faktor lain, yakni: pendidikan dan pemahaman adat harus juga diasah, demi menciptakan pemimpin minimal bagi kelompok mereka. Pierre Bourdieu menawarkan resep reproduksi habitus, strategi edukatif, dan investasi simbolik untuk keluar dari kondisi ketidak-berdayaan itu. Habitus yang 128

20 merupakan produk sejarah perlu harus diupayakan lewat reproduksi wacana dalam ranah edukatif untuk menginvestasikan modal modal baik yang telah ada maupun yang sedang diupayakan. Sedangkan Habermas menawarkan upaya komunikatif lewat diskursus argumentatif yang mempersoalkan klaim kebenaran dan klaim ketepatan, serta kritik terhadap norma-norma sosial yang objektif (kritik estetisi) dan penyingkapan penipuan dari masing masing pihak yang berkomunikasi (kritik terapeutis). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dalam beberapa hal upayaupaya yang ditawarkan oleh ketiga tokoh di atas telah dilakukan, walupun dengan gaya dan bahasa yang berbeda. Sekalipun demikian, hasilnya belum sampai pada mengembalikan kedudukan mereka pada posisi tuan tan dan luw sukat/mituduan itu. Bourdieu mengungkapkan bahwa stratgi investasi simbolik bertujuan melestarikan dan meningkatkan pengakuan sosial, legitimasi dan kehormatan melalui reproduksi skema-skema persepsi dan apersepsi yang paling cocok dengan property mereka, dan menghasilkan tindakan-tindakan yang peka untuk diapresiasi sesuai dengan kategori masing-masing. Karena itu, saya mengkategorikan strategi edukatif ke dalam strategi investasi simbolik. Kasus pertama yang menunjukan bahwa pengakuan sosial terhadap kedudukan ren-ren itu terjadi, walau tidak diketahui oleh mel-mel secara umum adalah, ketika Pembangunan Gedung Gereja Elim di Ohoiwait. Hal ini berkaitan 129

21 dengan praktek adat, yakni Huan Yaan 21 (yang menggali tanah pertama), ini merupakan salah satu fungsi adat yang harus dipegang oleh tuan tan (tuan tanah). Tuan tan saat itu adalah mereka yang bermarga Rahajaan. Menurut cerita yang dikemukakan oleh Mathias Rahaningmas (waktu itu dia masih SD) dan Nimrot Rahaningmas, bahwa mel-mel yang bermarga Rahajaan (tuan tanah), pada suatu pagi datang menemui Gerson Rahaningmas dan memintanya untuk memegang Huan Yaan itu. Namun, awalnya Gerson Rahaningmas menolak dengan alasan im nai im Ohoi duan ikbo im mabran imail waidi? (katakanya kalian tuan tanah kok tidak berani menggali?). Mathias mengatakan bahwa, ketika mendengar jawaban sekaligus pertanyaan dari bapaknya, kedua orang Rahajaan 22 itu menjawab am kai ramub, afa i omu, am batang wat (kami tahu diri, barang ini kau punya, kamu hanya menjaga saja). Akibat ungkapan itulah Gerson Rahaningmas menyanggupi untuk memegang Huan Yaan. Meky Kudubun, 23 mengatakan bahwa dirinya memang melihat langsung hal itu, bahwa setelah doa, GR langsung menancapkan linggis ketanah dan kemudian mengangkatnya sebagai tanda penggalian fondasi Gereja dimulai. Bahkan Meky mengatakan bahwa dirinya yang kemudian mengambil linggis ditangan GR dan ikut menggali setelah GR menggali. 21 Secara harfian Huan berarti Linggis dan Yaan berarti Kakak atau Yang Pertama maknanya adalah siapa yang berhak memegang linggis dan menggali tanah pertama sebagai simbol dimulainya sebuah pekerjaan khususnya dalam membangun rumah atau gedung 22 Mathias mencoba mengingat-ingat wajah dan nama kedua orang itu dan mengatakan, mereka adalah Obetnego Rahajaan dan Eliazer Rahajaan, kedua orang inilah yang datang ke rumahnya pagi itu. 23 Dia adalah satu-satunya ren-ren Ohoiwait yang lolos sebagai PNS (tenaga kesehatanmantri) yang bertugas di Puskesmas Elat Kei Besar. Ketika peneliti masih sekolah SMA di Elat peneliti tinggal bersama dengannya di rumah dinas Puskesman. Wawancara di Elat tanggal 29 Januari

22 Hal ini membuktikan bahwa ada pengakuan dan legitimasi tentang hak-hak ren-ren sebagai tuan tanah. Masalahnya adalah apakah tindakan kedua orang Rahajaan itu disosialisasikan kepada mel-mel secara umum dan lebih khusus anakanak mereka? Jika melihat tuturan sejarah yang dilakukan Eliazer Rahajaan kepada Melky (yang disebar-luaskan dalam jejaring sosial facebook) maka jawabannya jelas bahwa Eliazer Rahajaan telah memutar-balikan cerita sejarah. Karena itu, jelas juga bahwa dia (mereka) tidak pernah mengisahkan suasana pertemuan di rumah Gerson Rahaningmas itu kepada mel-mel yang lain, apalagi kepada ren-ren. Hal kedua yang menunjukan adanya pengakuan sosial dan legitimasi kedudukan ren-ren sebagai tuan tanah sekaligus keturunan penduduk asli adalah, kedatangan Kepala Desa Sathean (salah satu Desa di Kei Kecil) tahun ke Ohoiwait dalam menapaki sejarah asli. Kepala Desa Sathean, Anton Renyaan adalah keturunan Bun Viktor 25 yang berasal dari Ohoiwait dan pergi menetap di Sathean. Ketika melakukan napak tilas sejarah itu, rombongan dari Sathean diantar oleh Kepala Marga Rahajaan (Nehemya Rahajaan) untuk melihat Kasber (meriam) di gunung Elyaur. Anehnya hampir tiga jam mengitari gunung itu mereka tidak menemukan tumpukan batu dimana meriam itu diletakan. Akhirnya mereka memutuskan untuk turun gunung atau pulang saja. 24 Data ini sebenarnya didapat tahun 2007 ketika pengurusan perkawinan Manasye Rahaningmas dengan Margareta Retobjaan. Waktu ini peneliti masih mengajar di salah satu Sekolah Tinggi di Tual, dan bersama rombongan pergi ke Sathean untuk meminta bantuan Anton Renyaan (kepala desa) dalam pengurusan perkawinan itu. dan Anton menceritakan kisah ini. Kemudian pada saat penelitian ini dilakukan, saya mengkonfirmasi kembali hal ini kepada Anton Notanubun 25 Bun Viktor adalah salah satu dari ketujuh orang yang disebut Baran Fit. 131

23 Ketika sedang dalam perjalanan turun gunung itu mereka bertemu dengan Anton Notanubun yang lagi berada di Hoar Laai (kali/sungai besar), dia lagi berkebun disitu. Kepala marga Rahajaan kemudian bertanya turan, yau how hir tal Sathean ya am rat mliik afa naa Elyaur ret, am ba ken waaid. Mtuung om how am rat neke (Opa, saya mengantar orang dari Sathean untuk melihat barang di Elyaur tapi kami tidak menemukannya. Tolong antar kami ke atas dulu). Mendengar itu, Anton Notanubun menjawab im bir afa ret mo, mhuak mhov umat lian rat hir liliki? 26 (apakah barang itu punya kalian sehingga kalian mengantar orang lain untuk melihatnya?). Walaupun AN berkata begitu, namun dia tetap memutuskan untuk mengantar mereka, dan akhirnya mereka sampai ke gunung serta menemukan meriam itu. Ketika hal ini dikonfirmasikan (pada saat penelitian) kepada Anton Notanubun, dia menjawab ya how fo umat tal Sathean wuk hir kai yaau i ohoi duan naa Ohoi i (saya antar supaya orang dari Sathean itu tahu bahwa saya adalah tuan tanah asli di kampung ini). Mencermati sikap dan perilaku yang tampak dilakukan oleh Gerson Rahaningmas dan Anton Notanubun dalam dua kasus di atas, menunjukan masih ada pengakuan akan keberadaan kelompok ren-ren di Ohoiwait itu. Secara sosiologis, dapat dikatakan bahwa perilaku itu ditujukan pada perubahan hubungan-hubungan sosial tertentu secara sadar atau pencegahan terjadinya maupun kelangsungannya 26 Kepala Desa Sathean mengisahkan kata-kata itu di tahun 2007, dan ketika saya tanyakan mengapa dia masih mengingat kata-kata itu, katanya sebab moment itu adalah sesuatu yang sangat penting, dan juga menunjukan bahwa tuan tanah asli di Ohoiwait adalah opa itu dan bukan orang yang dari awal mengantar kami. Setelah mereka kembali ke kampung (Ohoiwait) kepala desa Sathean mengutarakan keinginannya untuk mengunjungi rumah Anton Notanubun, dan kepala marga Rahayaan mempersilakan tanpa bersedia untuk mengantar. 132

24 secara abadi. Ini artinya tindakan yang dilakukan oleh Gerson Rahaningmas, Anton Notanubun, maupun Daud dan adik-adiknya bertujuan memperlihatkan kepada publik (masyarakat Ohoiwait) bahwa mereka adalah tuan tanah asli dan bukan Rahajaan. Sebab itu, tindakan tersebut perlu dipahami dalam kerangkan menumbuhkan hubungan-hubungan sosial tertentu dalam kondisi-kondisi tertentu dengan mel-mel yang dapat membuka ruang bagi adanya pengakuan sosial dan legitimasi terhadap keberadaan berikut hak-hak mereka (ren-ren). Kasus lain yang dapat mendemonstrasikan strategi investasi sismbolik adalah ketika tahun 2007 (pasca meninggalnya kepala desa Librek Ingratubun), sekretaris desa sekaligus Pelaksan Tugas (Plt) kepala desa Reveldus Kudubun mengangkat Daud Rahaningmas sebagai Sekretaris Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), inilah pertamakalinya seorang ren-ren di desa Ohoiwait memegang jabatan di pemerintahan desa. Pengangkatan itu sebenarnya didasarkan atas pengalaman Reveldus Kudubun bersama Daud Rahaningmas. menurut sekretaris desa ini, Daud diangkat sebagai sekretaris LKMD sebab memang telah terbukti kemampuannya, dia (sekdes) sering meminta bantuan kepada Daud untuk menyusun dan mengerjakan beberapa program desa, dan ternyata berhasil. Atas dasar itu, sekretaris pernah mengusulkan kepada kepala desa agar saudara Daud diangkat, namun kepala desa masih keberatan tanpa alasan yang jelas. Akhirnya ketika kepala desa meninggal barulah keinginan sekretaris itu terwujud. Daud Rahaningmas dan Reveldus Kudubun (sekdes) dalam kehidupan sehari-hari mereka berteman dekat. 133

25 Daud Rahaningmas adalah lulusan SMA Negeri I Tual, yang diakui oleh kelompok ren-ren maupun mel-mel sebagai yang juga memiliki wawasan luas. Saat ini dia menjabat sebagai Penatua di gereja Elim Ohoiwait. Trajektori kehidupan yang disertai dengan modal-modal yang dimilikinya, baik ekonomi, budaya, sosial maupun simbolik telah membawa dirinya pada kelas yang sedikit berbeda dari ren-ren lainnya dan menjadi individu yang memiliki pengaruh bagi mel-mel atau khususnya bagi sekretaris desa saat ini. Dalam konteks seperti ini, maka habitus perlu terus diwujudkan, habitus memang selalu berubah-ubah tergantung situasi (waktu) dan kepemilikan modal-modal, sebab kondisi lingkungan sosial objektif bagi setiap generasi tentu tidak sama. Dalam hubungannya (pertemanan) dengan sekretaris desa itu, saling pengaruh serta proses adaptasi atau penyesuaian terhadap lingkungan baru (mel-mel) terjadi dan membentuk habitus baru yang dimiliki dan diakui orang lain. Pengakuan terhadap pembawaannya (Daud) itu turut merembes pada pengakuan akan keberadaan istrinya yang kemudian diangkat sebagai Guru Taman Kanak-kanak (TK) di Ohoiwait. Kelas baru berdasarkan trajektori kehidupan muncul dan diakui atas diri dan keluarga Daud Rahaningmas. Disinilah tampak nyata bagaimana perilaku individu ditujukan bagi pembentukan hubungan-hubungan sosial baru yang berimplikasi pada legitimasi kelas (status). Selain itu, strategi edukatif yang bertujuan mengakumulasikan modal simbolik termasuk investasi simbolik, juga dilakukan dengan cukup baik oleh kelompok ren-ren ini, khususnya yang dilakukan oleh keturunan Laurens 134

26 (Rahaningmas) yang telah digambarkan dalam bab III. 27 Tingkat pendidikan menjadi ciri penting sekaligus pembeda dan pembentuk habitus kelas baru. Berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiki telah menciptakan habitus baru, dan menghasilakan perbedaan gaya hidup dan praktik-praktik kehidupan mereka. Habitus baru berdasarkan strategi edukatif ini telah mengkonfirmasikan kepemilikan modal ekonomi, budaya, sosial, maupun simbolik. Modal ekonomi yang dimiliki tentu muncul tidak hanya berdasarkan kepemilikan tanah di kampung halaman, namun juga berupa uang dan benda-benda berharga lain sebab mereka memilih untuk tinggal dan bekerja di luar Pulau Kei. Sebagian dari modal ekonomi yang mereka miliki digunakan untuk membantu saudara-saudara mereka di kampung. Dalam perspektif Bourdieu hal ini akan turut memperkuat modal simbolik mereka yang tinggal dikampung karena akan muncul pengakuan terhadap prestise maupun status bahwa keluarganya adalah orang berada. Selain itu, modal budaya yang merupakan keseluruhan kualifikasi intelektual juga muncul dan dimiliki kelompok ini. Masyarakat Ohoiwait tahu bahwa Reinhard Rahaningmas adalah dosen Universitas Arilangga Surabaya (UNAIR), dan Laurens Kudubun adalah Pengacara/Advokat yang memiliki kantor sendiri di Surabaya, selain itu semua gelar keserjanaan yang mereka miliki adalah juga didapatkan di Jawa. Tentu kualifikasi intelektual ini menimbulkan prestise, status, dan kehormatan tersendiri bagi diri dan kelompoknya, fakta ini akan membuat masyarakat untuk 27 Lihat uraian Bab III tentang silsilah keturunan, khususnya keturunan Frans, Gerson, Hanggarget, Priskila, dan Reinhard. Dalam silsilah itu, setiap nama telah disertai dengan gelar yang menunjukan tingkat pendidikan. Mereka yang tidak diberi gelar berdasarkan data hasil wawancara, rata-rata memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). 135

27 mengingat bahwa keturunan dari Laurens Rahaningmas itu berhasil dan juga pintar/pandai. Salah satu tradisi orang Ohoiwait (dan ini pasti merupakan kebiasaan setiap orang), adalah kebiasaan untuk menempelkan foto-foto keluarga (yang berada di rantau) didinding runag tamu rumahnya, dan kadang-kadang kelihatan narsis sebab yang ditempelkan adalah foto-foto dalam moment-moment tertentu, seperti foto wisudah, seminar, termasuk foto perkawinan, selain itu di atas meja atau lemari di ruang tamu selalu ada album foto yang terkadang menarik perhatian tamu untuk sekedar membukanya. Hal ini tentu berjutuan untuk selalu ingat kepada keluarganya yang berada dirantau, namun juga memiliki efek lain, yakni orang lain yang bertamu ke rumahnya akan terkagum-kagum bahwa keluarganya adalah orang-orang yang berhasil di luar sana. Pola seperti ini tentu harus dimaknai sebagai bagian dari strategi untuk mendapatkan pengakuan, prestise dan kehormatan dari orang lain (terutama mel-mel) yang berkunjung ke rumahnya. Pola interaksi antara ren-ren dan mel-mel memang tidak terjadi secara intens, namun mekanisme Gereja tentang ibadah yang dilakukan di rumah-rumah anggota jemaat secara bergilir tentu akan mempertemukan kedua kelompok ini dalam rumah-rumah mereka. Walaupun mekanisme ibadah itu tidak dimaksudkan untuk saling melihat foto atau saling menuji orang, tetapi perbincangan atau pembicaraan sebelum dan setelah ibadah dirumah yang bersangkutan (baik ren maupun mel) pasti memiliki keterkaitan dengan kondisi rumah itu, termasuk keadaan 136

28 keluarga-keluarganya. Di sinilah saling transfer pengetahuan tentang kondisi masingmasing orang dan keluarga terjadi. Berdasarkan uraian di atas, dan ketika diperhadapkan dengan konteks reproduksi wacana di desa Ohoiwait tentang mel-mel sebagai bangsawan, pintar/pandai, dan kaya, dan ren-ren sebagai orang kelas dua, tidak pandai/bodoh, dan miskin, membawa saya pada sebuah pertanyaan menggelitik apakah ren-ren itu identik dengan orang-orang yang bodoh dan miskin? Jawabannya tentu tidak benar. Nimrot Rahanigmas yang menjawab kepala desa menunjukan bahwa itu jawaban orang pandai; Daud Rahaningmas yang diangkat menjadi sekretaris LKMD di Ohoiwait menunjukan bahwa dia tidak bodok; beberapa anak Frans Rahaningmas yang menjadi PNS dan polisi di Papua menunjukan bahwa mereka orang-orang pandai, dan tidak miskin; beberapa anak Louis Notanubun yang menjadi PNS di Papua juga menunjukan bahwa mereka tidak bodoh dan tidak miskin; tidak ada orang bodok yang diangkat sebagai dosen pada universitas sekaliber UNAIR; dan ketika Laurens Kudubun bisa menjadi Pengacara/Advokat dan mampu mendirikan kantornya sendiri di Surabaya, apakah masih bisa dikatakan sebagai orang bodok dan miskin?. Kalaupun jawabannya adalah benar bahawa ren-ren identik dengan bodoh dan miskin, maka saya dapat merumuskan pernyataan bahwa hanya orang bodok yang mau mengangkat Daud Rahaningmas menjadi sekretaris LKMD di Ohoiwait; pemerintah negeri ini terlalu bodok untuk mengangkat beberapa orang dari anak-anak Frans Rahaningmas serta Louis Notanubun untuk menjadi abdi negara; hanya orang 137

29 bodok yang mau mengangkat Reinhard Rahaningmas sebagai dosen; dan hanya orang bodoh yang mau menyerahkan kasusnya untuk ditangani oleh Laurens Kudubun. Apakah demikian?. Karena itu, wacana mel dan ren atau kasta di desa Ohoiwait dan lebih umum lagi di Kei perlu didekati dan direproduksi ulang secara lebih cerdas, bahwa masalah pintar/pandai, kaya dan miskin adalah dinamis, dan semua orang, siapapun dia bisa mengalami hal itu. Bahwa di dunia ini tidak ada seorangpun atau sekelompok orang yang telah ditakdirkan untuk selamanya menjadi bodoh dan miskin, atau pintar dan kaya. Selain itu, saya berkeyakinan bahwa tidak ada bangsawan (dalam pengertian Bangsawan seperti di Jawa) di Kei, yang ada adalah sekelompok orang mengklaim diri sebagai penduduk asli, dan sekelompok lain sebagai pendatang, apakah mereka bangsawan? Tentu tidak. d. Mengharapkan Keajaiban: Sebuah Strategi Bertahan Penjelasa di atas memberikan gambaran bahwa perjuangan ren-ren dalam memperebutkan modal-modal dalam ranah serta mempengaruhi dominasi yang dilakukan mel-mel terhadap mereka, dilakukan dalam suasan tanpa kekerasan. Bahkan dalam beberapa kasus pengakuan tentang kedudukannya sebagai tuan tan atau penduduk asli datang dengan sendiriya. Hal ini sekali lagi memperkuat argumentasi bahwa tesis Martinus Ngabalin (2006) tentang keturunan penduduk asli Ohoiwait telah punah adalah tidak tepat, termasuk sejarah tutur yang dikemukakan Eliazer Rahajaan yang mengatakan bahwa keturunan Elyaur telah punah adalah tidak benar. 138

MEREKA YANG TERDISKRIMINASI

MEREKA YANG TERDISKRIMINASI MEREKA YANG TERDISKRIMINASI (Kajian Sosiologis Tentang Strategi Ren-Ren dalam Menghadapi Dominasi Mel-Mel di Desa Ohoiwait, Kec. Kei Besar) TESIS Diajukan kepada: Program Pascasarjana Magister Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari luas wilayah Indonesia atau 3.544.743,9 km² (Kementerian Kelauatan dan Perikanan, 2011). Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonfirmasikan tentang asal-usul seseorang atau sekelompok orang, sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. mengkonfirmasikan tentang asal-usul seseorang atau sekelompok orang, sekaligus BAB I PENDAHULUAN Adat in ot rat naa dunyai : Terhormat atau tidaknya seseorang tergantung pada perilaku dan tutur katanya 1.1. Latar belakang Tom Tad 1 merupakan ungkapan bahasa Kei (veve evav) yang mengkonfirmasikan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa,

Lebih terperinci

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA Dalam peradilan atau dalam hukum Indonesia juga terdapat hukum waris adat. Selama ini, khususnya sebelum munculnya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memang

Lebih terperinci

Bab 1 Pemerintahan Desa

Bab 1 Pemerintahan Desa Bab 1 Pemerintahan Desa Pernahkah kalian mengamati orang mengurus Kartu Tanda Penduduk? Tentu orang tersebut terlebih dahulu pergi ke ketua RT setempat. Kemudian ke kantor kepala desa/kelurahan dan dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Sekilas Tentang Bapak Kasun Sebagai Anak Angkat Bapak Tasral Tasral dan istrinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Yohanes 7 Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Yesus dan Saudara-saudaraNya Yesus pada Pesta Pondok Daun Mesiaskah Dia? Penjaga Bait Allah Disuruh Menangkap Yesus Aliran Air Hidup Pertentangan

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 28 TAHUN 2002 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini BAB V KESIMPULAN Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini yang dimaksud adalah Nufit Haroa yaitu Tuun En Fit yang terdiri dari tujuh ohoi) yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif maka data yang dipoeroleh dianalisis dan diuraikan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I

BAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I hingga V penulis menyimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, bahwa tidur tanpa kasur di dusun Kasuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada Titus

Surat Paulus kepada Titus Titus 1:1-4 1 Titus 1:6 Surat Paulus kepada Titus 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba

Lebih terperinci

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani Surat Paulus kepada Titus 1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba Allah dan rasul Kristus

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian, 2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. 74 BAB IV ANALISIS DATA 1. Temuan Penelitian Pada bab Analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data

Lebih terperinci

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle  holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari temuan penelitian di lapangan dan didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas penguasaan tanah ulayat oleh negara sejak masa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di Studi Kasus: Kontestasi Andi Pada Pilkada Kabupaten Pinrang 1 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di lapangan yang menyajikan interpretasi saya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi BAB VI KESIMPULAN Kajian media dan gaya hidup tampak bahwa pengaruh media sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi masyarakat tidak lain merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 6.1. Modal Internal Pemimpin lokal dalam penelitian ini adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bourdieu tentang Habitus Menurut Bourdieu (dalam Ritzer 2008:525) Habitus ialah media atau ranah yang memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif teknik analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data yang di peroleh dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam

Lebih terperinci

B. Refleksi Teoritis, tindaklanjut dan saran

B. Refleksi Teoritis, tindaklanjut dan saran BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa elitlah yang menjadi motor utama dalam semua aktivitas politik dibmr adalah benar adanya. Wacana pemekaran untuk kesejahteraan telah membawa masyarakat ikut mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik

BAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Generasi 90an merupakan karya yang membuat Marchella masuk dan mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik Marchella sebagai penulis, yakni meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna tema 5 ketertiban gambar 5.1 masuk kelas dengan tertib biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna kamu harus mampu setelah

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN KONGRES XXI PGRI DAN KONGRES GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan

Lebih terperinci

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS AUDREY LEMAN LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS Oleh: Audrey Leman Copyright 2017 by Audrey Leman Penerbit Audrey Leman audreyleman03@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan yang

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa Dosa Kode Pelajaran : SYK-P03 Pelajaran 03 - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung

Lebih terperinci

Fungsi Dinamika Kelompok

Fungsi Dinamika Kelompok Fungsi Dinamika Kelompok Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain :. Individu satu dengan yang lain akan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT

Lebih terperinci

SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Suster Credentia tidak krasan di komunitas. Ia merasa tidak dipercaya karena tidak pernah diberi kepercayaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Nek Sawak terdapat satu sekolah dasar bernama SD N 11 Nek Sawak, meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang ingin melanjutkan ke

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masih dipertahankan sampai saat ini. Bersama dangan adat yang lain, harta buang

BAB V PENUTUP. masih dipertahankan sampai saat ini. Bersama dangan adat yang lain, harta buang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan lain: Berdasarkan analisis pada Bab IV maka yang dapat disimpulkan oleh Penulis, antara 1. Harta buang merupakan salah satu dari sekian banyak adat istiadat di Selaru yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kesenian Sebagai Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (1980), mendeskripsikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN. Dalam sastra nasional, Paranggi menempati posisi objektif sebagai penyair

BAB V SIMPULAN. Dalam sastra nasional, Paranggi menempati posisi objektif sebagai penyair BAB V SIMPULAN Dalam sastra nasional, Paranggi menempati posisi objektif sebagai penyair yang terkonsekrasi dan terlegitimasi dengan baik dalam arenanya. Konsekrasi dan legitimasi itu didasarkan kepada

Lebih terperinci

K E P E N D U D U K A N

K E P E N D U D U K A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG K E P E N D U D U K A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk kelancaran, ketertiban

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI BAB 9 KESIMPULAN Dari apa yang telah diuraikan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya, tergambarkan bahwa perdesaan di Tabola pada khususnya dan di Bali pada umumnya, adalah perdesaan yang berkembang dinamis.

Lebih terperinci

Ideologi dan identitas..., Muchamad Sidik Roostandi, FIB UI, Universitas Indonesia

Ideologi dan identitas..., Muchamad Sidik Roostandi, FIB UI, Universitas Indonesia terdapat proses pertukaran (exchange) antara kapital yang dimiliki konsumen dengan nilai simbolik (dan juga nilai materi: uang) yang terkandung dalam suatu produk. Sementara pada kasus Bu Lani dan Pak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK OHOI (BUMO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III SINTESIS MAKNA TEKSTURAL DAN STRUKTURAL. selanjutnya dalam studi fenomenologi adalah penggabungan secara intuitif

BAB III SINTESIS MAKNA TEKSTURAL DAN STRUKTURAL. selanjutnya dalam studi fenomenologi adalah penggabungan secara intuitif BAB III SINTESIS MAKNA TEKSTURAL DAN STRUKTURAL Setelah mendeskripsikan hasil dari temuan secara tekstural dan structural mengenai pemeliharaan hubungan pada keluarga poligami, maka langkah selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci