BAB I PENDAHULUAN. mengkonfirmasikan tentang asal-usul seseorang atau sekelompok orang, sekaligus
|
|
- Yohanes Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Adat in ot rat naa dunyai : Terhormat atau tidaknya seseorang tergantung pada perilaku dan tutur katanya 1.1. Latar belakang Tom Tad 1 merupakan ungkapan bahasa Kei (veve evav) yang mengkonfirmasikan tentang asal-usul seseorang atau sekelompok orang, sekaligus sebagai bukti sejarah (cerita sejarah) yang berhubungan dengan siapa memiliki apa (petuanan dan kekuasaan) dan siapa yang diberi kesempatan untuk ikut memiliki. Dengan demikian tom tad merepresentasikan sebuah orientasi yang vital, sebagai dasar pandangan etimologis terhadap manusia dan objek yang ada di dunia. Dalam hubungannya dengan isu-isu kepemilikan (petuanan), tom memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan siapa memiliki apa, dimana dan kapan. Sedangkan Tad merupakan bukti fisik yang berfungsi sebagai pendukung dan pembenaran tom. Salah satu dari isu penting yang dijelaskan dalam tom adalah pembagian masyarakat Kei ke dalam 2 kelompok, yakni: Pertama, kelompok Nuhu Duan, mereka adalah orang-orang yang pertama kali mendiami kepulauan Kei, mereka diyakini muncul dari dalam tanah, laut, binatang dan tumbuhan. Karena itu, orang-orang ini dianggap sebagai pemilik asli wilayah darat dan laut kepulauan Kei. Mereka adalah tuan tanah (tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan kelompok Ren (induk); dan Kedua, adalah kelompok Marvutun/Mardat, 1 Tom secara etimologis berarti cerita atau bercerita dan Tad berarti tanda atau bukti. Jadi tom tad adalah cerita (sejarah) yang disertai dengan tanda atau bukti sebagai pembenaran cerita tersebut. 1
2 kelompok diyakini berasal dari Jawa-Sumatra (jau batav), Bali-Sumbawa (bal sumbau), Luang (luang mabes), Jailolo-Ternate (jailo ternat), dan Seran-Wadan (seram-banda). Mereka dikategorikan sebagai mel-mel (pendatang). Dengan berbagai alasan para imigran ini diterima oleh tuan tan, dan bagi mereka yang dianggap memiliki kecakapan diberikan kesempatan untuk ikut memimpin/mengatur wilayah bersama-sama penduduk asli. 2 Para imigran itu kemudian disebut sebagai mel-mel, sedangkan tuan tan disebut sebagai Ren-ren. Dalam perkembangannya kelompok mel-mel berhasil mengembangkan cerita (tom) bahwa proses penerimaan nenek moyangnya, tidak hanya melingkupi pemberian hak untuk mengatur pemerintahan tetapi juga pemindahan otoritas terhadap wilayah (petuanan). Sedangkan kelompok ren-ren masih tetap meyakini bahwa tidak ada penyerahan kekuasaan dari leluhur mereka kepada pendatang (mel) apalagi adanya pemindahan otoritas wilayah. Berdasarkan tom tersebut, maka masyarakat Kei kemudian terdiferensiasi sebagai: mel-mel (pendatang), ren-ren (penduduk asli), dan iri-iri (pembantu) 3. Namun dalam perkembangannya, struktur masyarakat ini mengalami perubahan makna menjadi: mel-mel "kelompok bangsawan" 4 ; ren-ren "orang merdeka"; dan 2 Interaksi mula-mula antara kedua kelompok itu terwujud dalam bentuk persaudaraan (kakakberadik). Kakak selanjutnya disebut ren-ren (induk) sedangkan adik disebut mel-mel (pendatang). Lihat F.A.E. van Wouden, Type of Social Structure in Eastern Indonesia, (The Hague-Martinus Nijhoff, 1968), Kelompok terakhir adalah mereka yang melakukan perbuatan pelanggaran adat (asusila). Namun dalam perkembangannya praktek dalam relasi Yanur-Mangohoi dan Koi-Maduan, dan untuk membayar jasa atau hutang sosial itu, mereka mengabdikan dirinya kepada tuan mereka yang kemudian oleh beberapa orang lain dipadang sebagai iri-ri. Lihat uraian Yanur-mangohoi dan koi-maduan pada BAB III 4 Dalam penelusuran literatur kata mel-mel hanya didefinisikan sebagai pendatang, yang dibedakan dengan ren-ren sebagai penduduk asli (tuan tan). Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Anton Notanubun di desa Ohoiwait tanggal 22 Januari 2011 diungkapkan bahwa Mel-mel = tumbuh atau naik mulai kelihatan. Hal ini berhubungan dengan sesuatu yang dilihat dari jarak yang jauh (pandangan dari daratan ke laut), yang terlihat kecil, lama-kelamaan membesar dan terlihat bentuk aslinya. Contohnya, perahu, kapal dll. Dengan demikian Mel-mel tidak identik dengan bangsawan, pintar/pandai, dan kaya. Definisi yang mengaitkan mel-mel 2
3 iri-iri "budak". 5 Pembagian ini lalu disebut sebagai kasta yang sering diasosiasikan sama dengan sistem kasta pada masyarakat Bali, hanya karena orang Kei meyakini bahwa beberapa leluhur mereka berasal dari Bali. 6 Kasta berasal dari bahasa Latin yakni, Castus yang berarti utama, suci, tak bernoda, murni dan terhormat. Kata castus, dalam bahasa Portugis disebut casta yang kemudian diartikan sebagai keturunan atau ras. Menurut Reinhard Bendix 7, kasta adalah sebuah sistem sosial yang mengatur kehidupan masyarakat India, sehingga masyarakat India tidak dapat dilepas-pisahkan dari sistem kasta. Namun oleh orang-orang Barat, casta dipakai untuk menggolongkan kelompokkelompok sosial yang ada di India. Penggolongan ini diketahui lebih bernuansa politis, dalam rangka mengamankan kepentingan politik Barat. 8 Berdasarkan analisis Max Weber ditemukan bahwa masyarakat India menurut kitab Weda, terbagi dalam empat kasta, 9 yaitu: (a) Brahmana, kelompok ini merupakan kaum imam dalam agama Hindu. Tugas utamanya adalah memperdalam pengetahuan tentang Weda dan memimpin ritus-ritus keagamaan, mereka adalah golongan elit bangsa India secara politis; (b) Ksatria, tugas utama kelompok ini adalah menjaga ketertiban sosial dalam kehidupa sehari-hari, atau dengan ciri seperti bangsawan, pandai/pintar dan kaya baru muncul belakangan yang bertujuan mempertahankan status quo dan mengeliminir kelompok ren-ren dari fungsi dan peran adat, bahkan sampai pada birokrasi pemerintahan muncul asumsi bahwa ren-ren tidak pantas menjadi PNS jika yang memimpin adalah mel-mel. 5 Hasil dialog dengan Reinhard Rahaningmas, Pensiunan Dosen UNAIR Surabaya - sesepuh Kerukunan Masyarakat Kei di Surabaya (KMKS), 28 Desember 2010, di Surabaya. Menurutnya, tidak mungkin beberapa orang (pendatang) yang tidak/belum diketahui asal-usulnya kemudian diberi hak untuk mengatur semua aspek kehidupan penduduk asli. 6 T.J.A. Uneputty, dkk, Sistem Kesatuan Hidup Setempat di Daerah Maluku, (Jakarta : Departemen P&K, 1981), 12 7 Reinhard Bendix, Max Weber : An Intellectual Portrait, (New York: Doubleday, 1960), Webster s New International Dictionary of the English Language (Springsfield: G & C Marriam Campany, publisher, 1951), Max Weber, The Religion of India: The Sociology of Hinduism and Buddhism, (New York: The Free Press, 1958), 126. Sistem kasta model ini, dapat diamati pada masyarakat Bali yang beragama Hindu. 3
4 menjaga keamanan. Mereka adalah tentara-tentara (dalam India kuno) yang berperag mempertahankan kedaulatan bangsa; (c) Weisya, kelompok ini menguasai bidang ekonomi dan perdagangan. Fungsinya adalah mensuplai kebutuhan hidup masyarakat melalui kegiatan perdagangan; dan (d) Sudra, mereka ini adalah kelas rendah, para pekerja baik petani maupun pekerja kasar. Namun perlu disadari bahwa fungsi mereka adalah sebagai ujung tombak berlangsungnya kegiatan perekonomian. Dengan memahami uraian di atas, dapat dirumuskan perbedaan antara sistem kasta yang ada di Kei dengan sistem kasta yang ada di Bali, yakni: 1) Masyarakat Kei hanya mengenal tiga srata atau tingkatan (kasta?), yakni mel-mel, ren-ren, dan iri-ri; 2) Pembagian fungsi dan peran didasarkan pada marga, tetapi tidak semua anggota marga berhak atas fungsi dan peran tersebut; 3) Roda pemerintahan selalu dijalakan secara bersama oleh mel-mel dan ren-ren atau marvutun dan nuhu duan; dan 4) Sistem kasta pada masyarakat Kei tidak berhubungan dengan pembagian kerja secara ekonomis, namun lebih kepada fungsi dan peran marga secara adat. Bahkan hubungan hirarkis antar kelompok kasta di Kei masih dipertanyakan, 10 tetapi jelas bahwa setiap kelompok berkarakter eksklusif karena misalnya, perkawinan campur merupakan hal yang dilarang. 10 Khusus untuk point 3, lihat uraian lengkapnya dalam, P M. Laksono, Wuut Ainmehe Nifun, Manut Ainmehe Tilut (Eggs from One Fish and One Bird: A Study of the Maintenance of Social Boundaries in the Kei Islands) A Dissertation, The Faculty of the Graduate School of Cornell University, Menurutnya struktur asli dari hubungan antara dua kelompok ini bukan bukanlah hubungan vertikal, mel diatas ren. Namun perbedaan mendasar di antara mereka adalah antara penduduk asli dan pendatang. 4
5 Beberapa Penelitian yang Menyinggung Kasta di Kei Berdasarkan penelusuran literatur ditemukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan sistem kasta pada masyarakat Kei: Pertama, buku Drs. J.A. Pattikayhatu, yang berjudul Sejarah Pemerintahan Adat Di Kepulauan Kei Maluku Tenggara. Dalam BAB IV diuraikan bahwa stratifikasi masyarakat Kei terbagi dalam tiga tingkatan, yang lebih dikenal dengan sebutan kasta. Wujud dari sistem kasta ini adalah: 1) golongan Mel-mel, terdiri dari penduduk asli disebut Mel Nuhu Duan, dan para pendatang, disebut Mel-Kasil Tahit. 11 Dengan demikian golongan mel-mel adalah bangsawan nuhu duan dan para pendatang yang cerdik, berani; 2) golongan Ren-ren. Golongan ini dijuluki sebagai Ren Karbauw Wuar, dijelaskan bahwa tidak ada sub-kasta pada kelompok ini. Disebut Karbauw-Wuar karena berdiam dan berkuasa di gunung. Golongan ini adalah peduduk asli. Penduduk asli dianggap pemilik atau penguasa di daerah, dan mereka dapat dikatakan sebagai induk (ren) dari suatu masyarakat. Biasanya berkedudukan sebagai Tuan Tanah, serta bersama-sama dengan Mel menjalankan roda pemerintahan; dan 3) golongan Iri-ri, mereka adalah pembantu (budak?). Status itu diberikan karena individu-individu ini ditebus/dibayar hutangnya oleh orang lain, atau bahkan dibeli oleh orang lain yang kemudian jadikan hamba. 12 Kedua, skripsi (tidak diterbitkan), yang ditulis oleh Triko Beruatwarin, dengan judul Cicak dan Kerbau: Tinjauan Teologis Terhadap Sistem Kasta di 11 Kasil Tahit, secara harfiah berarti cicak pantai atau cicak yang hidup di pantai yang maknanya sama dengan para pendatang. Pantai adalah tempat pertemuan antara air laut dan daratan, yang dalam bahasa Kei disebut tahit. 12 Uraian lebih lengkap dapat dilihat dalam J. A. Pattikayhatu, Sejarah Pemerintahan Adat Di Kepulauan Kei Maluku Tenggara, (Ambon: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku, 1998),
6 Kei 13 secara ringkas, hasil penelitiannya dapat tergambarkan pada table dibawah ini: Tabel 1. Penggolongan Kasta Di Kei Mel-Mel Ren-Ren Iri-Iri Mel Un/mel Akaran, mulia/asli Mel Yamasdangar, hartawan Mel Yam a, Sedang/ menengah Mel Kab, mel biasa Ren Berdik, muliah, hartawan Ren Vuar Tel, Kelomok ini bermukin di gunung Dab dan Ngensilar meiputi desa Bombai, Reamru dan Ohoilim Ri Tuar Tom/Ri Rahan Duan, Budak pusaka Ri Mas Enan, yang ditebus dengan emas oleh seorang Mel, karena tuannya mau membuang karena tidak setia Mel Kaakwaan, mencuri/menipu Mel Muurbong, suka memfitnah dan membuat kerusuhan Mel Ahilkenew, mel yang tidak ber-ayah Ren Enlur Duar, Ren yang menjadi budak karena utangnya dibayar lunas oleh seorang Mel Ri Tiwtiwut, ditebus akibat akan ditenggelamkan ke laut Ri Madaan Tel, Penghubug antara Mel dan Ren Ri Nisyav Kovyai/Ri Tal Taha, Tawanan perang Beruatwarin menggambarkan bahwa, mel pertama sampai keempat adalah mel asli yang tersusun sejak terbentuknya sistem kasta di Kei, sedangkan ketiga mel terakhir 14 adalah orang-orang yang melarikan diri dari desa asli mereka ke desa lain dan dengan kecerdikannya menipu penduduk desa yang didatangi kemudian mereka menjadi mel-mel yang sudah terlanjur dimaknai sebagai bangsawan. 13 Triko Beruatwarin, Cicak dan Kerbau: Tinjauan Teologis Terhadap Sistem Kasta di Kei, (Makasar: STT INTIM, Tidak diterbitkan), Ketiga mel terakhir menurut hasil penelitian Beruawarin inilah yang saat ini juga berada di desa Ohoiwait. Dikisahkan bahwa para imigran (yang kemudian menjadi mel-mel) ini berasal dari desa Haar dan Watlaar, kedua desa tersebut terletak di Kei Besar Utara. 6
7 Ketiga, tesis (tidak diterbitkan) yang ditulis oleh Martinus Ngabalin, 15 berjudul Studi Perbandingan Terhadap Konsep Tuhan Menurut Orang Kei di Kepulauan Kei dan Paulus : Studi Kasus di Desa Ohoiwait tesis ini secara khusus menguraikan tentang pandangan masyarakat desa Ohoiwait tentang Tuhan (Duad dalam bahasa Kei). Ngabalin juga menyinggung tentang sistem kasta di desa ini, namun tidak ada alasan yang cukup kuat untuk mendukung argumentasinya tentang keturunan penduduk asli, pendiri dan pemilik kampung (raja Kanar El) yang telah punah. Tidak kuatnya argumentasi tersebut karena Ngabalin hanya mendasarkan diri pada informasi yang diterimanya dari Eli Rahayaan (tuan tanah yang diangkat). Karena itu, argumentasi Ngabalin perlu dipertanyakan sebab realitasnya masih ada orang-orang (khususnya yang ber- Marga Rahaningmas dan Notanubun) yang mengklaim diri sebagai keturunan raja pertama Ngabalin tidak mengajukan alasan metodologis yang cukup kuat ketika kelompok ini tidak diwawancarai dalam peneitiannya. Kempat, skripsi (tidak diterbitkan) ditulis oleh Maria Afia Rahayaan 16 berjudul Perempuan Dan Adat: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Hukum Larvul Ngabal di Masyarakat Kei penelitian ini mengambil tempat di desa Ohoiwait. Hasi penelitian Rahayaan juga menyinggung tentang praktek kasta di desa ini, yang pada pokoknya mengatakan bahwa pembagian kasta di desa Ohoiwait dapat diamati dalam bentuk posisi rumah penduduk. Diuraikan bahwa, kasta mel-mel (kelas bangsawan), ren-ren (kelas 15 Martinus Ngabalin, Studi Perbandingan Terhadap Konsep Tuhan Menurut Orang Kei,, (Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama, UKSW, Salatiga: Tesis: tidak diterbitkan) 16 Maria Afia Rahayaan, Perempuan Dan Adat: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Hukum Larvul Ngabal di Masyarakat Kei, (Salatiga:Fakultas Toelogi UKSW, 2008). 7
8 menengah) menempati bagian depan dan tengah kampung, dan iri-ri (kelas rendah) menempati bagian belakang kampung. 17 Permasalahanya adalah, bagaimana membedakan bagian depan, tengah dan belakang kampung? Sebab dalam interaksi sehari-hari, masyarakat di desa ini tidak mengenal klasifikasi kampung seperti yang dilakukan oleh Maria Rahayaan. Faktanya masyarakat hanya mengenal ohoi tanan, (kampung bawah) dan ohoi ratan (kampung atas). Ohoi Ratan terbagi lagi menjadi Ohoi Ren dan Ohoi Un. Sehingga, pembagian kasta menurut posisi rumah penduduk dan klasifikasi kampung menjadi depan, tengah, dan belakang, seperti yang diuraikan Rahayaan, perlu diklarifikasi. Penjelasan-penjelasan dalam literatur di atas, masih berupa gambaran umum yang hanya menguraikan keberadan sistem kasta di Kepulauan Kei, namun belum menjelaskan secara mendalam tentang Nuhu Duan yang hak-haknya tidak diakui akibat dominasi Marvutun. Mencermati penjelasan J.A. Pattikayhatu, yang mengintegrasikan sebagian "Nuhu Duan" yang nota bene adalah ren-ren kedalam mel-mel, menurut hemat saya bisa positif dan juga negatif. Karena itu, untuk menyingkap dominasi marvutun, maka perlu dikaji bentuk habitus 18 yang ada pada kelompok nuhu duan. Argumentasi ini mengikuti pemikiran Pierre Bourdieu yang mengatakan bahwa dominasi tidak selalu diakibatkan oleh faktor eksternal, tetapi juga akibat faktor internal (terbatinkan) yang disebutnya habitus. Sebab dalam realitasnya habitus kelas (mel dan ren) telah menjadi struktur pendorong sekaligus pembatas tindakan individu maupun sosial, maka penyingkapan mekanisme yang terbatinkan akan memberi dasar argumen untuk menggerakan 17 Maria Afia Rahayaan, Perempuan Dan Adat. Ibid, Habitus merupakan pengandaian suatu bentuk epistemologi sejarah dalam arti mengungkap relevansi praktis suatu suatu wacana. Liahat Haryatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa, (Majalah BASIS, Nomor Tahun Ke-52, November-Desember, 2003), 9 8
9 tindakan sosial maupun politik dari kelompok nuhu duan untuk menciptakan perubahan. 19 Minimal perubahan pandangan dalam masyarakat Kei Rumusan Masalah Penelitian mengambil lokasi di Ohoi 20 Ohoiwait, 21 dengan masalah utama adalah strategi ren-ren dalam menghadapi dominasi mel-mel. Sekalipun fokus penelitian ini merupakan isu sensitif, namun penting, sebab pembagian masyarakat kedalam ren dan mel di ohoi tersebut tidak memperhitungkan fungsi dan peran kelompok ren-ren yang merupakan penduduk asli, malah kedudukannya diwacanakan sebagai iri-ri. Selain itu hasil penelitian Ngabalin (2006), yang menunjukan bahwa keturunan nuhu duan di ohoi ini telah punah belum tentu benar sebab tidak didukung fakta dan argumentasi yang kuat. Diwacanakannya kelompok ren-ren sebagai iri-ri lalu kemudian dikatakan telah punah adalah akibat kekuasaan baik adat maupun formal (pemerintahan) yang saat ini dipegang oleh kelompok mel-mel (pendatang). Pengambil-alihan kekuasaan itu terjadi akibat salah satu leluhur dari ren-ren (Bun Liisa) dibunuh oleh keturunan para pendatang dengan cara-cara licik mereka. Selain itu, munculnya 5 marga (Kudubun, Yahaubun/Rahaningmas, Notanubun, Ingratubun, dan Rahayaan) di Ohoiwait ditengarai sebagai bentuk asimilasi yang dipaksakan oleh keturunan melmel guna menghilangkan eksistensi ren-ren. 19 Bandingkan uraian Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu, (Yogyakarta: Juxtapose, 2007), Secara etimologi, Ohoi merupakan satuan pemukiman terkecil seara dengan kampung. Lihat J. P. Rahail, Larvul Ngabal : Hukum Adat Kei Bertahan Menghadapi Arus Perubahan, (Jakarta: Yayasan Sejati. 1983), 9. Istilah Ohoi selanjutnya akan digunakan dalam penulisan ini, dengan pertimbangan bahwa istilah Desa tidak lagi digunakan di Maluku Tenggara sejak dikeluarhannya Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 03 Tahun 2009 tentang Ratschap dan Ohoi. 21 Ohoi sama dengan kampung ; Wait dalam bahasa Kei memiliki dua arti yaitu, Hidup dan Baru. Dengan demikian Ohoiwait bermakana kampung yang selalu hidup atau kampung yang baru. 9
10 Dalam kehidupan bersama dengan para pendatang dari Haar dan Watlaar (kedua desa ini berada di Kei Besar bagian utara) itu dan setelah terbunuhnya Bun Liisa maka peran fungsi kekuasaan adat mulai berpindah tangan, diantaranya: : (a) peran sebagai Imam yang berfungsi untuk berdoa dan flor Nit (meyampaikan persembahan) kepada Duad (Tuhan) dan leluhur dalam kegiatan-kegiatan adat, sebagai tuan tanah (teran nuhu/nuhu duan), dan Taha Kabil atau Hauk Wat yang fungsinya menjemput mempelai perempuan dari luar kampung dan masuk melalui pintu adat, tugas ini dipegang oleh marga Rahayaan; (b) peran penjaga dan pemegang sasi adat (Hawear), fungsinya menjaga dan memutuskan/menetapkan denda dalam pelanggaran sasi adat, pemasangan tiang raja rumah yang baru dibangun, dan penutupan atap terakhir (katlab), oleh marga Rahaningmas; (c) sebagai penjaga Pusat Kampung atau ohoi (Woma), oleh marga Kudubun; (d) sebagai Panglima Perang, yang fungsinya memimpin pasukan ketika keluar berperang, oleh marga Notanubun; dan (e) sebagai penanggngjawab dan juru bicara pada kegiatan-kegiatan adat, ini adalah tugas dari marga Ingratubun. 22 Sampai dengan penelitian ini dilakukan, semua fungsi dan peran adat itu masih dipegang oleh mel-mel dan tidak ada satupun orang dari kelompok ren-ren yang diberi kesempatan untuk memegang fungsi adat yang sebenarnya adalah milik ren-ren. Argumentasi ini menjadi penting untuk melihat bagaimana strategi ren-ren dalam menghadapi dominasi mel-mel di Ohoiwait saat ini. Untuk mengelaborasi rumusan masalah ini, maka pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut: 22 Wawancara dengan Reinhard Rahaningmas di Surabaya tanggal 16 Desember 2010; Anton Notanubun, Welhelmus Kudubun, Kanar El Rahaningmas, masing-masing di Ohoiwait tanggal 22 Februari
11 1. Bagimana strategi Ren-ren menghadapi dominasi Mel-mel di desa Ohoiwait? 2. Faktor-faktor apakah yang mendorong strategi ren-ren? Tujuan Penelitian: Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendiskripsikan strategi-strategi yang digunakan ren-ren menghadapi dominasi mel-mel di desa Ohoiwait. 2. Menjelaskan faktor-faktor pendorong strategi ren-ren Manfaat Penelitian Sebagai suatu karya ilmiah maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun empirik/praktis. 1. Manfaat teoritis, secara khusus diharapkan pembahasan tentang pergolakan nuhu duan dan mervutun akan memberikan kontribusi bagi praktek sistem kasta di masyarakat Kei. Selain itu, diharapkan turut menyumbangkan pemikiran teoritis dalam perkembangan teori habitus, field dan teori diskursus. Secara umum diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap perkembangan teori stratifikasi dan diferensiasi masyarakat. 2. Manfaat empiris, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada kegiatan praktis pelaksanaan sistem kasta pada masyarakat Kei, khususnya masyarakat desa ohoiwait, agar praktek sistem kasta dilakukan sesuai dengan fungsi dan perannya tanpa ada tendensi diskriminasi dan kepentingan untuk melanggengkan kekuasaan dan mempertahankan status 11
12 quo. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pengakuan keberadaan nuhu duan di desa Ohoiwait Metode Penelitian Pendekatan Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konstruktivisme. Menurut Agus Salim, konstruktivisme merupakan paham yang digunakan untuk menggambarkan realitas, karena setiap realitas adalah unik, maka untuk mendapatkan validitasnya lebih banyak tergantung pada kemampuan peneliti dalam mengkonstruk realitas tersebut. Dengan pendekatan seperti ini, maka hasil penelitian (dengan disiplin ilmu apapun) yang dirumuskan mungkin akan bersifat subjetif. 23 Pendekatan ini berkonsekwensi logis terhadap metode penelitiannya, karena itu metode yang digunakan adalah kualitatif. Kualitatif merupakan metode alamiah, yang menghendaki gambaran apa adanya terhadap sebuah fonomena yang khusus (spesifik), dan mendeskripsikan secara mendalam kenyataan yang sesungguhnya Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksplanatori. Penelitian deskriptif pada dasarnya adalah suatu cara untuk membuat pencandraan sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi pada daerah penelitian. 25 Dalam penelitian ini, peneliti akan berusaha mendiskripskan 23 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006), Ibid Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1983), 19; lihat juga S Sairin, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pusat Pendidikan Kependudukan UGM, 1995), 1; dan 12
13 strategi nuhu duan dalam menghadapi dominasi marvutun. Sedangkan jenis penelitian eksplanatori digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi nuhu duan. Harapannya dengan dua jenis penelitian ini, peneliti dapat menemukan serta mengembangkan teori, dari hasil deskripsi dan eksplanatori yang dilakukan terhadap unit analisa Unit Analisa, Unit Amatan dan Sumber Informasi Unit analisis adalah suatu unit yang tentangnya peneliti menghimpun atau mencari informasi dan membuat kesimpulan terhadapnya. Sedangkan unit amatan adalah suatu unit yang darinya informasi diperoleh guna menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis. 26 Berdasarkan penjelsan ini, maka unit analisa dalam penelitian ini adalah strategi nuhu duan dan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi nuhu duan dalam menhadapi dominasi marvutun. Sedangkan unit amatannya adalah masyarakat Kei, khususnya masyarakat desa Ohoiwait, yang terdiri dari kelompok mel-mel, ren-ren, dan iri-iri, kegiatankegiatan adat yang dilakukan, maupun relasi sosial dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa tersebut. Konsekwensi logis dari unit analisis dan unit amatan adalah penentuan informan kunci. Karena itu, informan kunci yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah anggota marga Rahaningmas dan Notanubun khususnya yang mengkalim diri sebagai keturunan Raja Kanar El; kepala desa; kepala-kepala Talizidulu Ndraha, Desain Riset dan Tehnik Penyusunan Karya Ilmiah, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), John J.O.I Ihallauw, Bangunan Teori. (Salatiga : Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, 2003), ; lihat juga Jacob Vredenbregt, Metode Penelitian dan Tehnik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1981), 31; dan Soehartono, Metode Penilitian Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada, University Press, 1999), 29 13
14 marga; dan juga beberapa tokoh dari kelompok ren-ren yang memahami sejarah desa Ohoiwait Cara Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu, (i) data primer, diambil melalui wawancara mendalam, dengan informan kunci; (ii) data sekunder, sebagai data pelengkap berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, untuk menjawab tujuan penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah berupa data primer (hasil wawancara dan observasi) dan tindakan-tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumendokumen tertulis. 27 Untuk itu teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, obsevasi dan dokumentasi. Observasi akan dilakukan terhadap bentuk-bentuk interaksi, prosesi ritual (jika dilakukan bertepatan dengan waktu penelitian), dan tempat-tempat yang dianggap bersejarah. 28 Dengan demikian, maka proses penggalian data dengan model triangulasi dianggap lebih tepat, yakni melalui tiga tahap, dengan saling membandingkan data hasil wawancara dengan observasi, dan dokumentasi Teknik Analisa Data Untuk menjawab masalah penelitian seperti yang telah dipaparkan, dan dengan mempertimbangkan teknik triangulasi, yakni membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara; perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang memiliki latar belakang yang berlainan, membandingkan hasil wawancara dan observasi dengan isi suatu dokumen- 27 Bandingkan Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), 25 14
15 dokumen pendukung, maka proses analisa dilakukan berdasarkan alur penelitian kualitatif, dengan mengikuti tiga tahapan analisa yang dikemukakan oleh Miles and Huberman (1994) 29 yakni: Pertama, reduksi data, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari teknik triangulasi diatas, dengan cara mengelompokan atau mengklasifikasikan data yang benar-benar dibutuhkan dan yang tidak, sesuai dengan tujuan penelitian atau unit analisanya; kedua, penyajian data, merupakan bagian penting dari deskripsi tentang masalah yang diteliti. Melakukan analisis deskriptif dan eksplanatiri dengan lebih focus dan mendalam terhadap data yang telah diklasifikasi dalam rangka menjawab tujuan penelitian; dan ketiga, adalah interpretasi sekaligus kesimpulan terhadap unit analisis. Ketiga tahap ini dilakukan secara bersama-sama pada saat penelitian berlangsung Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 awal Maret 2011 di Desa Ohoiwait, Kecamatan Kei Besar Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara. 30 Terdapat dua pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian ini, yakni: a. Pertimbangan Metodologis, bahwa realitas masyarakat desa tersebut masih tetap mempraktekkan sistem kasta, dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan adat, maupun pertarungan dalam ruang publik, cotohnya pemilihan kepala Desa. Selain itu, diduga bahwa sistem 29 Dalam Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Motodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2003), Peneliti tiba Kabupaten Maluku Tenggara pada tanggal 8 Januari 2011, dan mengurus Surat Izin Penelitian pada kantor Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat tanggal 10 Januari 2011, namun karena Kepala Badan lagi dinas keluar, akhirnya peneliti hanya meninggalkan berkas (surat Keterangan dari kaprogdi MSA UKSW, dan proposal penelitian) dan kemudian berangkat ke desa Ohoiwait tanggal 13 Januari sedangkan Surat Izin Penelitian bernomor : 070/06 / SK.P/BKBPPM/2011 tertanggal 29 Januari 2011 baru dapat di ambil pada tanggal 2 Ferbuari Proses Penelitian berakhir pada tanggal 3 Maret 2011, dan kembali ke Salatiga pada 7 Maret
16 kasta yang ada pada desa tersebut adalah unik, karena hampir semua fungsi dan peran kekuasaan adat, maupun fungsi dan peran dalam ruang publik (formal), dikuasai oleh para pendatang (mel marvutun) sedangkan penduduk asli nuhu duan (ren) secara umum tidak memiliki peranan. Permasalahan yang menarik adalah realitas ini seolah-olah diterima sebagai sebuah kebenaran akibat dominasi dengan pendekatan kekuasaan. b. Pertimbangan praktis, dikarenakan peneliti berasal dari desa tersebut, sehingga dalam proses penelitian tidak akan bermasalah dengan bahasa setempat. Karena itu, kebutuhan akan informasi untuk menjawab tujuan peneltian, akan lebih mudah didapatkan Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan, yang berisi tentang gambaran latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Teoritis, dalam bab ini akan diuraikan teori yang memberi arah pada penulisan tesis yakni, teori habitus dan field dari Pierre Bourdieu, Teori Hegemoni dari Anthonio Gramsci, dan teori Diskursus dari Habermas. BAB III : Potret Masyarakat Kei, terdiri dari keadaan sosial budaya masyarakat Kei, termasuk hukum adatnya; kemudian dilanjutkan dengan deskripsi tentang desa Ohoiwait, sistem pemerintahan, kehadiran para imigran di Ohoiwait dan proses kehidupan bersama, kemudian mendiskripsikan keberadaan mel, ren dan iri di kampung ini. 16
17 BAB IV : Strategi Ren-ren Mempengaruhi Dominasi Mel dan faktor yang memperngaruhinya, analisis tentang strategi perjuangan ren-ren dalam mempengaruhi dominasi dan faktor-faktor yang mendukung startegi itu. BAB V : Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran. 17
BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konstruktivisme. Menurut Salim (2006:88-91), konstruktivisme merupakan paham yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Soehartono (1999: 9) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah suatu
BAB III METODE PENELITIAN Soehartono (1999: 9) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau strategi menyeluruh untuk memperoleh data yang diperlukan., bab ini akan diuraikan cara-cara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis mengambil pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
Lebih terperinci3.1. Jenis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yakni suatu cara atau metode untuk membuat pencandraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang
58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang satu dengan individu yang lain. Karena-nya budaya merupakan kenyataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dalam kehidupan sosial merupakan alat pemersatu antara individu yang satu dengan individu yang lain. Karena-nya budaya merupakan kenyataan sosial yang tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Adapun pengertian dari metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban, dengan kata
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan yaitu mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara menurut sistem aturan tertentu untuk mengarahkan suatu kegiatan praktis agar terlaksana secara rasional guna mencapai hasil yang optimal. 1 Untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan elemen yang penting untuk menjaga
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan elemen yang penting untuk menjaga realibilitas dan validitas hasil penelitian. Metode penelitian adalah cara apa dan bagaimana data diperlukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk mengkaji lebih dalam tentang pemberdayaan lingkungan dalam kajian studi tentang proses pemberdayaan lingkungan yang dilakuan oleh komunitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis memasukkan dalam jenis penelitian kualitatif empiris, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengenai dunia alam ataupun dunia sosial. memprioritaskan pada gambaran kejadian-kejadian yang berlangsung pada
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian adalah aktivitas menelaah suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan atau hal
Lebih terperincipeneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Dikarenakan data yang kelompok dan individu. Penelitian ini dapat dilakukan baik oleh tim peneliti,
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan Penelitian Kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian
Lebih terperinciBullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon
Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)
AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kata metoda (metodology) dan penelitian (research). Secara etimologi,
54 BAB III METODE PENELITIAN Istilah metodologi penelitian (research metodology) berasal dari kata metoda (metodology) dan penelitian (research). Secara etimologi, metode artinya suatu cara untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode,
58 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau bisa disebut juga metode riset ini memiliki makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, yang berarti ilmu yang menerangkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
58 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Secara metodologis diketahui bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
72 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, baik dalam penelitian yang bersifat empiris ataupun yang bersifat normatif. Tanpa menggunakan
Lebih terperinciAIN NI AIN: Kajian Sosio-Kultural Masyarakat Kei Tentang Konsep Hidup Bersama Dalam Perbedaan
Jurnal Cakrawala ISSN 1693 6248 AIN NI AIN: Kajian Sosio-Kultural Masyarakat Kei Tentang Konsep Hidup Bersama Dalam Perbedaan Oleh: Elly Esra Kudubun 1 ABSTRACT Ain Ni Ain philosophy that symbolized as
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk India. Agama ini dinamakan Hindu, karena di dalamnya mengandung adatistiadat, budi pekerti,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode pengolahan dan analisis data, dan uji keshahihan data.
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi jenis penelitian, pendekatan, lokasi, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan
Lebih terperinciyang menjelaskan data-data secara verbal atau pendekatan deskriptif kualitatif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif yang menjelaskan data-data secara verbal atau pendekatan deskriptif kualitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di mana peristiwa-peristiwa yang menjadi objek penelitian berlangsung,
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini jika dilihat dari lokasi sumber datanya termasuk kategori penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam sebuah penelitian ilmiah, metode penelitian merupakan sistem kerja yang harus dilaksanakan. Hal ini karena metode penelitian merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada menjadi objek penelitian. Format deskriptif kualitatif dianggap tepat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti berusaha menggambarkan, meringkas berbagai situasi dan kondisi
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. daninformasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data daninformasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan
Lebih terperinciBAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT
BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT 1. PELAPISAN SOSIAL a. Pengertian : stratifikasi atau stratification berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Definisi stratifikasi/ pelapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota masyarakatnya ke dalam kelas sosialnya masingmasing (stratifikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. persoalan yang untuk pemecahannya diperlukan pengumpulan dan penafsiran fakta- fakta. 1
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara berfikir secara sistematis mengenai jenis- jenis persoalan yang untuk pemecahannya diperlukan pengumpulan dan penafsiran fakta- fakta. 1 Persoalan-
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI REN-REN MENGHADAPI DOMINASI MEL-MEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB IV STRATEGI REN-REN MENGHADAPI DOMINASI MEL-MEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Mencermati deskripsi pada BAB III khususnya tentang kehadiran imigran dari Watlaar dan Haar di Ohoiwait, serta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipergunakan guna menjawab tujuan penelitian (Soehartono, 1999: 9). Oleh karena itu, pada
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara kerja atau prosedur untuk memperoleh data yang dipergunakan guna menjawab tujuan penelitian (Soehartono, 1999: 9). Oleh karena itu, pada bab
Lebih terperinciModul Perkuliahan II. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Penelitian Ilmiah. Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI
Modul ke: 02 Ponco Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul Perkuliahan II Metode Penelitian Kualitatif Metode Penelitian Ilmiah Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Metode
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Setiap karya ilmiah yang dibuat sesuai dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan seperangkat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1980an. Pemikirannya dinamai post-positivisme. Paham ini menentang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan oleh Peneliti adalah paradigma post positivisme. Munculnya gugatan terhadap positivisme di mulai tahun 1970-1980an. Pemikirannya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari atau alat untuk penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan fenomenologi untuk dapat menggambarkan sifat-sifat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell, yang dikutip Rulam Ahmadi, penelitian kualitatif merupakan
Lebih terperinciBAB VII RAGAM SIMPUL
BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. melakukan sesuatu, dan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Metodologi
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari kata metod yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Metodologi adalah cara untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research). Field Research adalah penelitian yang dilakukan di lapangan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengganggu hubungan persaudaraan salam-sarane di Maluku. Tak pelak
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Konflik Maluku merupakan rangkaian peristiwa kelam yang telah menjadi catatan tragis dan memilukan sepanjang sejarah anak negeri Seribu Pulau. Konflik dan kerusuhan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN Pengantar Pada bab ini, penulis akan menggambarkan seluruh proses pengalaman penelitian yang dijalani oleh peneliti selama berada di lokasi penelitian. Berawal dari tugas mata
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset berasal dari Bahasa Inggris. Metode berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara. Kata penelitian merupakan terjemahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan meneliti mengenai dampak ibu bekerja sebagai TKW di luar negeri terhadap berubahnya peran dan fungsi anggota keluarga. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
73 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Kemudian dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang dapat digunakan dalam
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data penelitian, dan dibandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. Seorang penulis melakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Guna mendapatkan data yang valid, maka penulis akan langsung
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Guna mendapatkan data yang valid, maka penulis akan langsung mengunjungi tempat yang akan diteliti yaitu Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berarti suatu cara teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. 42
76 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian berasal dari dua kata, yaitu metode dan penelitian. Kata metode berarti cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Menurut Mardalis metode berarti suatu cara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini merupakan suatu cara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif akan tetapi pendekatan yang dipakai adalah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
65 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu akan mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. peraturan peraturan yang terdapat dalam penelitian. Singkatnya metode
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan peraturan yang terdapat dalam penelitian. Singkatnya metode penelitian dapat diartikan sebagai cara bagaimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan hal yang sangat penting dalam aktifitas penelitian, karena dengan metode yang tepat akan mencapai tujuan penelitian yang ideal. Sebab keberhasilan suatu penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diasuh oleh lukman hakim ditabloid Posmo dalam membingkai dan
42 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti, yaitu berbicara mengenai bagimana sebuah isi teks pesan dakwah konsultasi sufistik yang diasuh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Penelitian bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang dilakukan penulis adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya terbatas
Lebih terperinciMEREKA YANG TERDISKRIMINASI
MEREKA YANG TERDISKRIMINASI (Kajian Sosiologis Tentang Strategi Ren-Ren dalam Menghadapi Dominasi Mel-Mel di Desa Ohoiwait, Kec. Kei Besar) TESIS Diajukan kepada: Program Pascasarjana Magister Sosiologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif. Memahami definisi penelitian kualitatif itu sangat penting sebelum peneliti melakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sikumpul, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Peneliti memilih lokasi ini, karena di daerah ini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu kondisi, suatu obyek, suatu pemikiran ataupun suatu peristiwa masa sekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Tempat penelitian dilakukan di kota Tual Maluku Tenggara, khususnya di desa Wab suku Kei yang berdomisili diwilayah tertentu. Desa Wab dipilih sebagai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Secara etimologis paradigma berarti model teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir. Sedangkan secara terminologis paradigma berarti pandangan mendasar para
Lebih terperincieksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat.
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis data deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui eksistensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang
BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Jogokariyan, Karangkajen Yogyakarta.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Jogokariyan, Karangkajen Yogyakarta. Dalam penelitian kali ini difokuskan untuk mengkaji strategi yang digunakan takmir Jogokariyan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari perumusan masalah hingga penulisan laporan akhir penelitian.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. untuk memaparkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif
Lebih terperinciberagam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikankan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 1 sehingga dapat
39 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 1 sehingga dapat memecahkan suatu masalah. Metode penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara)
BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan seperangkat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya
60 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian berdasarkan pendekatan secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Biasa Tunarungu Karya Mulia Surabaya. Penelitian ini digunakan untuk
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif dipilih karena penelitianya dilakukan pada kondisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di Pengadilan Agama Palangka Raya dimulai sejak penerimaan judul
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berasal dari kata Methodh, yang berarti ilmu yang menerangkan metode-metode
53 BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian atau metode riset berasal dari bahasa inggris. Metode berasal dari kata Methodh, yang berarti ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara-cara. Kata penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma post-positivism.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian dilakukan untuk mencari kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh
Lebih terperinci