BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI
|
|
- Handoko Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender, merujuk pada pertanyaan penelitian sebagai berikut Apakah makna dan kegunaan ruang hunian Komunitas Kajang Dalam, berdasarkan kegiatan sehari-hari dan temporal ditinjau dari konsep gender? Untuk melihat makna dan penggunaan ruang hunian sehari-hari dan temporal berdasarkan konsep gender, sebelumnya harus ditemukan konsep gender pada komunitas Ammatoa Kajang Dalam. Konsep gender pada Kawasan Kajang Dalam Gender berkaitan dengan proses kesepakatan tak tertulis bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur. Bersumber dari tata nilai melahirkan tata kelakuan yang terstruktur. Salah satu nilai dalam Pasang Ri Kajang ( pesan dari Kajang) dikatakan bahwa perempuan adalah lambang kemulian. Hal ini diperkuat oleh mitos dan sejarah leluhur mereka. Oleh karena itu gender pada komunitas Kajang tidak hanya menggambarkan persamaan hak dan kewajiban, kerjasama dan saling membantu, namun dalam hal-hal tertentu perempuan lebih diutamakan dari lakilaki. Konsep ini teraplikasi secara fisik pada konsep rumah tinggal yang secara adat diatur oleh norma pasang, dimana adanya perbedaan lantai pada latta riboko yang ditinggikan sekitar cm dari lantai lainnya untuk mencerminkan ketinggian hirarki pada ruang tersebut yang didominasi oleh perempuan. 443
2 Gender Berdasarkan Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kehidupan Sehari-hari dan Temporal serta Perwujudan Ruang Peran Sehari-hari dan Perwujudan Ruang Peran perempuan bertanggung jawab dalam mengatur jalannya kehidupan rumah tangga yaitu pengaturan pengeluaran rumah tangga, termasuk juga pemasukan terutama penjualan hasil sarung tenunan. Perempuan lebih banyak beraktivitas di rumah, sehingga hampir seluruh ruang pada rumah tinggal didominasi oleh perempuan atau dimana posisi yang aman. Laki-laki bertanggung jawab mengatur pekerjaan sawah dan kebun dalam bentuk aktivitas sehari-hari (pagi-sore) di luar rumah, sehingga laki-laki menguasai ruang yang diluar rumah atau dimana saja saat posisi yang kurang aman. Pada prisipnya walaupun pekerjaan berat, dan berada di area publik namun posisi (kondisi ruang) aman maka perempuan diperbolehkan berpartisipasi. Tanggung jawab utama tetap dipundak masing-masing, namun dalam kondisi tertentu keduanya saling membantu/mengimbangi (bali reso dan bali perri) karena adanya nilai kebersamaan. Hal ini telah menepis anggapan masyarakat Barat tentang ketidakadilan gender bagi kaum perempuan di Timur. Untuk anak anak laki-laki Kajang Dalam lebih banyak yang putus atau tidak sekolah dibanding anak perempuan terlihat dari jumlah murid SD 351 yang melayani warga Kajang Dalam, murid perempuan sebanyak 58 % dan laki-laki 42%. Anak laki- laki difungsikan/ berperan untuk menggembalakan ternak. Ternak bernilai ekonomis bagi mereka terutama kerbau, karena setiap acara adat perkawinan dan kematian, penyembelihan hewan kerbau merupakan kewajiban. Peran Temporal dan Perwujudan Ruang Peran dalam rapat adat laki-laki lebih dominan, namun tetap mempertimbangkan pendapat perempuan. Ruang pada acara adat akan didominasi oleh perempuan jika diadakan di rumah tinggal atau ruang yang terbilang aman. Jika acara diadakan di luar rumah ( kurang aman) maka laki-laki akan mendominasi ruang tersebut. Peran perempuan akan selalu mendominasi selama acara ritual, karena peralatan, persiapan/penataan dan pernak-pernik ritual memerlukan pekerjaan perempuan (makanan dan kue-kue tertentu untuk sesajen ). Ruang tempat menyimpan barang 444
3 untuk keperluan ritual adalah Para, sedang tempat mengolah adalah dapur, ruang makan perempuan diperluas dari dapur, tempat makan perempuan sampai ke ruang tamu non formal dan ruang makan laki-laki. Peran laki-laki dengan membagi diri sesuai status dan tingkat kekerabatan mulai dari penyembelihan ternak, membantu perempuan dalam persiapan pelaksanaan ritual dan sebagai tamu adat ataupun patabai cidong. Karena itu ruang laki-laki mulai dari sekitar halaman ke dalam rumah, meluas ke samping dari tempat tamu formal sampai batas latta ri tangnga. Untuk keberlangsungannya adat sebagai milik bersama, maka laki-laki komunitas Kajang Dalam sangat menghargai dan melindungi kaum perempuannya. Perempuan akan menempati ruang yang terjaga. Perempuan adalah adat dan lakilaki adalah penjaganya. Makna Ruang Gender pada Ruang Hunian Khususnya Rumah Tinggal pada Komunitas Ammatoa Kajang Dalam Berdasarkan hasil pengamatan, pemaknaan ruang gender dalam kehidupan sehari-hari khususnya rumah tinggal komunitas Ammatoa Kajang Dalam, Rumah tinggal didominasi oleh perempuan. Berdasarkan pada norma Pasang, komunitas Kajang memuliakan kaum perempuan, maka perwujudannya dapat dilihat pada pemaknaan ruang hunian khususnya rumah tinggal dimana ruang tidur perempuan berada pada bagian belakang (latta riboko), hirarki lebih tinggi, dan bersifat ekslusif. Ruang tidur laki-laki berada pada bagian tengah atau depan( latta ri tannga atau riolo) bersifat inklusif. Pada situasi atau kondisi bagaimanapun perempuan akan ditempatkan pada posisi terjaga dan posisi laki-laki adalah menjaga. Gaya hidup, Ruang hunian, dan Gender Komunitas Ammatowa Kajang Dalam Pada komunitas Kajang Dalam tingkah laku mereka sangat dipengaruhi oleh standar normatif (norma-norma adat) yang berlaku. Gaya hidup komunitas Kajang Dalam, sesuai norma Pasang adalah kamase-masea ( sederhana) yang telah terpola akibat persepsi dan kognisi mereka yang dibentuk oleh keluarga dan 445
4 kelompoknya. Ketika terpolanya suatu tingkah laku baik perempuan maupun lakilaki, saat itupun bersamaan terjadinya proses gender. Konsep kamase-masea (sederhana) tidak diterapkan pada saat pesta ritual yang telah diatur dengan tata caranya berdasarkan adat yang berlaku. Acara adat dilakukan semampu mungkin menurut norma sebagai wujud rasa syukur yang mendalam kepada leluhur dan Tu Rie A rana. Karena dilakukan semampu mungkin, hingga memperlihatkan eksistensi mereka ( nilai kebangsawanan dan nilai kekayaan seseorang). Pada Komunitas Kajang Dalam selain bahwa pembedaan ruang atas dasar gender antara perempuan dan laki-laki merupakan perbedaan ruang, fungsi dan peralatan yang digunakan, juga ruang tertentu digenderkan berdasarkan pembagian waktu (allo, sara allo dan bangngi). Gender adalah suatu cara pandang yang melekat pada tiap manusia. Cara pandang adalah hasil sosialisasi dan internalisasi dengan waktu yang lama dalam suatu masyarakat. Pada Komunitas Kajang Dalam proses internalisasi itu berlangsung melalui sang ibu yang selalu menyertakan anak perempuannya dalam setiap kegiatan sehari-hari dan temporal. Begitupun sang ayah yang mengikut sertakan anak laki-lakinya ke sawah, ke ladang, menjaga ternak dan kegiatan laki-laki pada saat pesta adat. Jadi gender komunitas Ammatoa Kajang Dalam adalah pembentukan peran (hak dan tanggung jawab), fungsi laki- laki dan perempuan yang dikonstruksikan bersama oleh pelakunya. Gender adalah penanaman norma sosial (strukturisasi habitus) melalui interaksi sosial dalam kelompok. Temuan Konsep Rumah Tradisional Kajang Konsep rumah tinggal pada Komunitas Ammatowa Kajang Dalam adalah sebagai berikut : 1. Secara horizontal pada kale bola terbagi atas Kepala, badan dan kaki, yang mana letak ini bisa berubah tergantung orientasinya terhadap yang dianggap suci ( keramat). Orientasi yang terbaik adalah ke arah tempat yang tinggi dan menghindari posisi kaki menuju tempat yang suci. 446
5 2. Tiap ruang dalam rumah tinggal tidak memiliki hirarki yang sama. Ada bagian dari rumah yang memiliki hirarki sangat tinggi(suci) dan ada yang terendah Apakah Perbedaan Makna Ruang Hunian dan Tempat oleh Gaya Hidup dan Gender antara Kajang Dalam dan Kajang Luar? Makna Ruang Hunian dan Tempat bagi Komunitas Kajang Makna ruang sebagai tempat terungkap melalui tata cara Komunitas Kajang menempati suatu ruang dengan : meminta restu melalui proses ritual sakral kepada alam dan Tu Rie A rana (Tuhan). Komunikasi selanjutnya ditandai harmonis tidaknya ketika seseorang telah menempati/ menghuni suatu ruang dengan waktu berlalu mereka merasa aman dan nyaman (fisik dan psikologis) dan begitupun sebaliknya. Tempat adalah bagian dari alam yang harmonis bagi penggunanya. Harmonis dalam artian terjadinya ikatan emosional, adanya perasaan aman dan nyaman pada suatu ruang (bagian dari alam). Rasa yang akan timbul selanjutnya adalah rasa memiliki. Tidak Terdapat Perbedaann Makna Ruang Hunian pada Kajang Dalam dan Luar oleh Gaya Hidup dan Gender. Makna ruang hunian bagi komunitas Kajang dalam dan luar baik laki-laki maupun perempuan tidak berbeda yang berbeda hanya elemen-elemennya. Makna ruang hunian sebagai tempat, terdiri atas : Tempat sebagai ruang bernilai pembinaan keluarga Tempat sebagai ruang bernilai penghubung Tu Rie A ra na (Tuhan) Tempat sebagai ruang bernilai menghasilkan Tempat sebagai ruang bernilai penghubung masa lalu dan leluhur Tempat sebagai ruang bernilai kebersamaan Tempat sebagai ruang bernilai identitas Tempat sebagai ruang bernilai mempermudah kehidupan Dari penelitian terungkap adanya kemungkinan perubahan yang diperbolehkan dan ada yang tidak. Yang diperbolehkan adalah penyimpangan yang masih berlandaskan nilai lama. Jadi semua bentuk pengembangan bukanlah hal yang 447
6 baru tetapi sesuatu yang memiliki kesamaan makna dengan yang lama hanya berwujud baru, ataupun pengembangannya memiliki alasan yang berdasar pada pengembangan nilai dan norma yang dapat diterima oleh alam, Tu rie A rana dan leluhur. Sehingga umumnya wujud perubahan yang terjadi tetap terkait dengan nilai dan konsep lama. Dari analisis dan bahasan ternyata tidak terjadi perubahan makna terhadap ruang hunian. Yang berubah hanyalah elemen-elemennya. Elemen ruang hunian berubah dipengaruhi oleh Gaya hidup dan gender Elemen ruang hunian merupakan bagian dari sistem ruang hunian yang berkaitan erat dalam menunjang kehidupan sehari-hari. Tiap elemen mempunyai unsur yang mudah berubah dan sukar berubah. Semua hal atau apapun yang berkaitan dengan ritual sakral baik tata cara (gaya) dan gender sukar berubah, namun yang tidak berkaitan dengan ritual sakral terjadi perubahan baik tata cara (gaya) juga penyimpangan gender. Semua bentuk perubahan gaya hidup dan penyimpangan gender memiliki alasan mendasar yaitu kebutuhan, keamanan dan kemudahan. Perubahan tata cara (gaya) dan penyimpangan gender berdampak pada perubahan ruang hunian. Perubahan gender (deterritorialisasi gender) pada komunitas Kajang Luar merupakan penanaman struktur (reteritorialisasi) melalui interpretasi norma (habitus lama) terhadap kondisi baru. Tipe Perubahan Rumah Tinggal oleh Gaya Hidup dan Gender Pada Kajang Dalam ruang hunian khususnya rumah tinggal bernilai simbol identitas bersama. Hal ini disebabkan rumah tinggal lebih mencerminkan makna bersama yaitu kamase-masea, kesederhanaan. Pada Kajang Luar bentuk rumah tinggal telah menjadi simbol identitas pemilik, dan kelompoknya sejauh mana ia sudah menerima pembaharuan. Bentuk perubahan rumah tinggal lebih terlihat berkelompok berdasarkan ikatan kekeluargaan. Perubahan bentuk rumah tinggal pada Kajang Luar terdiri atas tiga kelompok yang terkait dengan Gaya hidup dan gender: 448
7 Warga yang menerima pembaharuan (sebagai pembaharu, pengikut pembaharu dan pengikut) dengan bentuk rumah yang memiliki perubahan besar Warga yang menerima pembaharuan, namun masih ingin mempertahankan bentuk lama. dengan bentuk rumah yang memiliki perubahan sedang Warga yang masih mempertahankan bentuk lama. dengan bentuk rumah yang memiliki perubahan kecil Apakah Faktor- Faktor Pengaruh Terhadap Gaya Hidup dan Gender yang Berdampak pada Perubahan Ruang Hunian di Kawasan Kajang Luar? Faktor faktor yang berpengaruh terhadap gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan ruang hunian adalah : faktor tingkat pendidikan, usia, jenis pekerjaan, frekwensi kontak budaya luar, frekwensi kontak masa lalu dan tingkat ekonomi. Hasil penelitian pada komunitas Ammatoa Kajang Luar pengaruh faktor faktor tersebut terhadap perubahan gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan rumah tinggal berupa : a. Faktor yang sangat kuat mempengaruhi perubahannya adalah: faktor tingkat pendidikan, tingkatan usia, jenis pekerjaan dan frekwensi kontak budaya luar Semakin tinggi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan kontak budaya luar, semakin besar pengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan rumah tinggal. Semakin tinggi tingkat usia semakin rendah pengaruhnya terhadap perubahan gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan rumah tinggal. b. Faktor yang kuat mempengaruhi perubahan dan sebagai faktor penggerak adalah : faktor ekonomi. c. Faktor yang mampu menahan laju perubahan adalah : faktor frekwensi kontak dengan masa lalu. Semakin kecil frekwensi kontak masa lalu semakin besar pengaruh terjadinya perubahan gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan rumah tinggal dan sebaliknya. 449
8 d. Adanya bagian dari diri manusia yang sukar berubah yaitu nilai dan yang mudah berubah adalah gaya hidup, kemudian gender yang terwujud dalam aktivitas dan ruang fisik hunian yang mewadahi perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan selain disebabkan oleh alasan kemudahan, keamanan dan kenyamanan yang dapat diterima secara bersama, juga perubahan tersebut berupa representasi dari nilai-nilai yang telah ada (lama), representasi baik dalam tingkah laku (gaya hidup), representasi gender (penyimpangan peran laki-laki dan perempuan) dan dampaknya pada perubahan ruang hunian Kontribusi dan Keterbatasan Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, menghasilkan temuan- temuan yang dapat memberi kontribusi Kontribusi Teoritis Penelitian terhadap Pengetahuan Arsitektur Kontribusi penelitian berupa teori lokal pada khasanah pengetahuan arsitektur antara lain : a. Konsep rumah tinggal tradisional komunitas Ammatoa Kajang Dalam. Konsep ini dapat memperkaya konsep rumah tinggal tradisional di Nusantara khususnya di Sulawesi Selatan. b. Pengertian ruang hunian komunitas tradisional seperti Kajang Dalam tidak hanya rumah tinggal, tetapi juga menyangkut elemen-elemen lain yang sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan kehidupan mereka sehari-hari. c. Makna ruang hunian Komunitas Ammatoa Kajang dapat di skemakan sebagai berikut : Keterangan : 1.Ruang bernilai pembinaan keluarga 7 Ruang Hunian 4 2. Ruang bernilai penghubung Tu Rie A rana 3. Ruang bernilai menghasilkan 4. Ruang bernilai kontak masa lalu dan leluhur Ruang bernilai kebersamaan 6. Ruang bernilai identitas 7. Ruang bernilai mempermudah kehidupan : Sistim Permukiman 450
9 d. Gaya hidup komunitas Kajang Dalam berorientasi pada cara hidup sederhana yang disebut dengan istilah lokal kamase-masea. Cara hidup terpola akibat persepsi dan kognisi yang dibentuk oleh keluarga dan kelompoknya. Ketika terpolanya suatu tingkah laku baik perempuan maupun laki-laki pada saat bersamaan terjadi proses gender. Perubahan dilakukan oleh gaya hidup yang dinamis. Melalui gaya hidup dinamis aturan berubah, norma sosial (gender) ikut berubah. Perubahan itu selanjutnya terwadahi pada ruang huniannya. Jadi gaya hidup, gender dan ruang hunian adalah suatu yang saling berkaitan. e. Dari sisi gender, perempuan komunitas Kajang lebih dinamis dari laki-laki. Pengembangan ruang hunian banyak bersumber dari inisiatif perempuan. Gender (habitus lama) telah membuka peluang bagi perempuan dalam berpartisipasi dan berpengaruh dalam pembentukan habitus baru. Hal ini mempertegas gender berpengaruh dalam perubahan ruang hunian. f. Gaya hidup Komunitas Ammatoa Kajang Luar adalah penyimpangan dengan alasan-alasan yang dapat diterima. Perubahan cara hidup ke gaya hidup dengan pengembangan nilai-nilai lama ke bentuk-bentuk baru yang dapat diterima bersama secara perlahan. g. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan ruang hunian komunitas Ammatoa Kajang Luar adalah faktor tingkat pendidikan, usia, jenis pekerjaan frekwensi kontak budaya luar, frekwensi kontak masa lalu dan tingkat ekonomi Kontribusi Praktis Untuk melakukan pembangunan pengembangan perumahan pada perkampungan tradisional baik itu peremajaan, revitalisasi maupun relokasi adalah melakukan tiga point : Sebelum membuat perencanaan harus melakukan penelitian awal untuk mengetahui: - Bagaimana kondisi dan pengaruh tingkat pendidikan, ekonomi, usia, jenis pekerjaan, latar belakang/ kontak masa lalu (tradisi) dan kontak dengan budaya lain (tingkat penerimaan terhadap modernisasi dan program 451
10 pembangunan) terhadap gaya hidup dan gender suatu kelompok masyarakat agar menjadi pertimbangan dalam memberi masukan dalam perencanaan ruang huniannya. - Bagaimana nilai utama dan konsep hidup dari keseluruhan warga yang ingin dikembangkan. Integrasi bisa diwujudkan dengan mencari nilai bersama. - Potensi ruang yang bagaimana mampu menjadi kekuatan bersama yang akan memupuk rasa kebersamaan, kebanggaan serta kepemilikan kolektif. Melibatkan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dalam memikirkan dan merencanakan ruang untuk mereka sendiri serta ruang bersama, karena ruang yang berdasarkan nilai bersama melahirkan potensi ruang. Mendukung program pemerintah dalam menangani permukiman kumuh dengan konsep berbasis komunitas. Dengan kekuatan komunitas ruang hunian yang nantinya setelah dibangun akan mampu bertahan dengan memanfaatkan potensi kebersamaan yang umumnya dimiliki oleh masyarakat tradisional Pengembangan Lebih Lanjut dan Keterbatasan Disertasi Penelitian tentang perubahan ruang hunian oleh gaya hidup dan gender Komunitas Kajang ini tentu memiliki kekurangan dan keterbatasan. Untuk bisa lebih menyempurnakan lagi dapat diteliti oleh peneliti lain dengan konteks yang mengkajinya melalui penelusuran aktivitas ritual yang menyangkut siklus hidup (life cycle) dengan melihat perubahannya melalui perbandingan antara Kajang Dalam dan Kajang Luar. Penelitian ini juga dapat dilakukan ke kelompok etnik lain yang belum atau yang telah diteliti namun ingin lebih dikembangkan terhadap penemuan yang telah ada. Penelitian lebih lanjut dapat mengkaji tentang tiang yang merupakan pusat rumah (possi bola) yang ternyata tidak hanya terdapat pada rumah tradisional di Sulawesi Selatan, namun juga di beberapa rumah tradisional di Nusantara. Kesamaan ini merupakan suatu fenomena yang menarik. 452
11 Melalui metode yang digunakan pada penelitian ini dapat juga diterapkan pada penelitian lain tentang perubahan ruang, namun dengan konteks yang berbeda. Hasil penelitian ini ke depan dapat menjadi masukan untuk peneliti lainnya ketika ingin melihat perubahan ruang hunian komunitas Kajang secara diakronik. Berdasarkan pengalaman, adanya hambatan penelitian pada komunitas Kajang Luar yang ternyata lebih sulit untuk dimengerti ketimbang komunitas Kajang Dalam. Dengan berbagai macam penampilan informan Kajang Luar, peneliti lebih sulit memperkirakan, cara yang tepat untuk berinteraksi dengan mereka. Hal ini dikarenakan sebagian dari mereka, ada yang masih kuat kepercayaannya pada ajaran Patuntung, sehingga kita harus menghadapinya dengan mengukuti norma-norma yang telah ditetapkan. Sebagian mereka hanya ingin tampak berubah namun masih tidak dapat lepas dari habitus lalu mereka. Sebagian lagi yang telah berubah, namun masih menganut pengembangan norma dan mitos. Untuk itu agar dapat menggali informasi yang lebih dalam, diperlukan waktu agar menjalin hubungan baik sebelumnya dengan informan, agar kita lebih memahami kondisinya dan akan nyaman untuk mendapatkan ungkapkan pengetahuan arsitektur informan melalui interaksi ruang sosial dan budayanya. 453
12 Halaman ini sengaja dikosongkan 454
1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix
DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciLaki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Apakah Gender itu? Pengertian awal: Pembedaan ketata-bahasaan (gramatical) penggolongan kata benda menjadi feminin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ada terdapat banyak bentuk pola asuh orang tua dan dalam praktiknya orang tua tidak hanya memberlakukan satu jenis pola asuh secara konsisten sejak anak lahir
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG S K RI P S I Untuk Memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciDari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi
Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang
Lebih terperinciBAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR
BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan
Lebih terperinciPERUBAHAN NILAI RUANG DAPUR DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKASSAR
PERUBAHAN NILAI RUANG DAPUR DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKASSAR Prawira Yudha Mappalahere, Imam Santosa & Andrianto Wibisono Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, Indonesia Prawirayudhamappalahere@gmail.com
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan
BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa masyarakat kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciEVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR
EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan
BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, karsa manusia merupakan satu tolok ukur dari kemajuan suatu bangsa. Semakin maju dan lestari kebudayaannya, semakin kuat pula identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di
BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka
Lebih terperinciPrakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D
Cara pandang dan metode penelitian berbasis fenomenologi ini dapat dimanfaatkan untuk meneliti dan memahami fenomena kampung-kampung vernakular di Timor yang sangat kaya dengan nuansa budaya lokal. Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda dan Yennie,
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem waris masyarakat Kajang Le leng Luar (Ipantarang Embaya dan Ilalang Embaya)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah semua spesies tumbuhan baik yang sudah ataupun belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (Hamid et al. 1991). Tumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciDISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA
DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA Nama: Mohamad Muqoffa NRP:3204 301 001 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Happy Ratna
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan
BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. duduk di salah satu warung kopi. Pembicaraan pengunjung warung tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep diri merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi proses komunikasi interpersonal seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Konsep diri tersebut terbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sebagai hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang telah disajikan dalam beberapa bab sebelumnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari kelompok etnik, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Di mana setiap dalam suatu kelompok
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang
248 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengkaji tentang Internalisasi Nilai Integrasi untuk Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Dari hasil analisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciB A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan
5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat transisi dan menuju masyarakat modern. Perubahan itu mengakibatkan
Lebih terperinci2015 PENGUATAN MANAJEMEN WIRAUSAHA OLEH KADER PKK DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan yang terjadi di masyarakat sering dikaitkan dengan beberapa orang yang ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang diikuti dalam berbagai pembelajaran
Lebih terperinci2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan
Lebih terperinci2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang manusia ke arah yang lebih rasional. Perubahan arus yang begitu kencang yang ditandai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperincicommit to user 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK. : Bandung Technological Park. : Jl. Rancanumpang, Gedebage. Luas Lahan Perancangan
33 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum Nama Proyek Status Proyek Lokasi Luas Lahan Perancangan : Bandung Technological Park : fiktif : Jl. Rancanumpang, Gedebage : 1,95 Ha Batas Lahan : Utara Timur
Lebih terperinci2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang guna mencari tahu kenapa proyek ini dibutuhkan dan seberapa layak proyek ini diadakan, rumusan permasalahan permasalahan yang ada, tujuan yang
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Arsitketur tradisional Madura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu baik dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000). Perkembangan (fisik)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Temuan Guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang ada dapat dilihat melalui temuan di lapangan. Selanjutnya temuan tersebut dapat disimpulkan dan digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang diacuh oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk yang berbudaya karena padanya budaya tercipta dan dikembangkan. Dalam hal ini, budaya atau kebudayaan merupakan suatu yang dilahirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya
Lebih terperinci