BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI"

Transkripsi

1 BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender, merujuk pada pertanyaan penelitian sebagai berikut Apakah makna dan kegunaan ruang hunian Komunitas Kajang Dalam, berdasarkan kegiatan sehari-hari dan temporal ditinjau dari konsep gender? Untuk melihat makna dan penggunaan ruang hunian sehari-hari dan temporal berdasarkan konsep gender, sebelumnya harus ditemukan konsep gender pada komunitas Ammatoa Kajang Dalam. Konsep gender pada Kawasan Kajang Dalam Gender berkaitan dengan proses kesepakatan tak tertulis bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur. Bersumber dari tata nilai melahirkan tata kelakuan yang terstruktur. Salah satu nilai dalam Pasang Ri Kajang ( pesan dari Kajang) dikatakan bahwa perempuan adalah lambang kemulian. Hal ini diperkuat oleh mitos dan sejarah leluhur mereka. Oleh karena itu gender pada komunitas Kajang tidak hanya menggambarkan persamaan hak dan kewajiban, kerjasama dan saling membantu, namun dalam hal-hal tertentu perempuan lebih diutamakan dari lakilaki. Konsep ini teraplikasi secara fisik pada konsep rumah tinggal yang secara adat diatur oleh norma pasang, dimana adanya perbedaan lantai pada latta riboko yang ditinggikan sekitar cm dari lantai lainnya untuk mencerminkan ketinggian hirarki pada ruang tersebut yang didominasi oleh perempuan. 443

2 Gender Berdasarkan Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kehidupan Sehari-hari dan Temporal serta Perwujudan Ruang Peran Sehari-hari dan Perwujudan Ruang Peran perempuan bertanggung jawab dalam mengatur jalannya kehidupan rumah tangga yaitu pengaturan pengeluaran rumah tangga, termasuk juga pemasukan terutama penjualan hasil sarung tenunan. Perempuan lebih banyak beraktivitas di rumah, sehingga hampir seluruh ruang pada rumah tinggal didominasi oleh perempuan atau dimana posisi yang aman. Laki-laki bertanggung jawab mengatur pekerjaan sawah dan kebun dalam bentuk aktivitas sehari-hari (pagi-sore) di luar rumah, sehingga laki-laki menguasai ruang yang diluar rumah atau dimana saja saat posisi yang kurang aman. Pada prisipnya walaupun pekerjaan berat, dan berada di area publik namun posisi (kondisi ruang) aman maka perempuan diperbolehkan berpartisipasi. Tanggung jawab utama tetap dipundak masing-masing, namun dalam kondisi tertentu keduanya saling membantu/mengimbangi (bali reso dan bali perri) karena adanya nilai kebersamaan. Hal ini telah menepis anggapan masyarakat Barat tentang ketidakadilan gender bagi kaum perempuan di Timur. Untuk anak anak laki-laki Kajang Dalam lebih banyak yang putus atau tidak sekolah dibanding anak perempuan terlihat dari jumlah murid SD 351 yang melayani warga Kajang Dalam, murid perempuan sebanyak 58 % dan laki-laki 42%. Anak laki- laki difungsikan/ berperan untuk menggembalakan ternak. Ternak bernilai ekonomis bagi mereka terutama kerbau, karena setiap acara adat perkawinan dan kematian, penyembelihan hewan kerbau merupakan kewajiban. Peran Temporal dan Perwujudan Ruang Peran dalam rapat adat laki-laki lebih dominan, namun tetap mempertimbangkan pendapat perempuan. Ruang pada acara adat akan didominasi oleh perempuan jika diadakan di rumah tinggal atau ruang yang terbilang aman. Jika acara diadakan di luar rumah ( kurang aman) maka laki-laki akan mendominasi ruang tersebut. Peran perempuan akan selalu mendominasi selama acara ritual, karena peralatan, persiapan/penataan dan pernak-pernik ritual memerlukan pekerjaan perempuan (makanan dan kue-kue tertentu untuk sesajen ). Ruang tempat menyimpan barang 444

3 untuk keperluan ritual adalah Para, sedang tempat mengolah adalah dapur, ruang makan perempuan diperluas dari dapur, tempat makan perempuan sampai ke ruang tamu non formal dan ruang makan laki-laki. Peran laki-laki dengan membagi diri sesuai status dan tingkat kekerabatan mulai dari penyembelihan ternak, membantu perempuan dalam persiapan pelaksanaan ritual dan sebagai tamu adat ataupun patabai cidong. Karena itu ruang laki-laki mulai dari sekitar halaman ke dalam rumah, meluas ke samping dari tempat tamu formal sampai batas latta ri tangnga. Untuk keberlangsungannya adat sebagai milik bersama, maka laki-laki komunitas Kajang Dalam sangat menghargai dan melindungi kaum perempuannya. Perempuan akan menempati ruang yang terjaga. Perempuan adalah adat dan lakilaki adalah penjaganya. Makna Ruang Gender pada Ruang Hunian Khususnya Rumah Tinggal pada Komunitas Ammatoa Kajang Dalam Berdasarkan hasil pengamatan, pemaknaan ruang gender dalam kehidupan sehari-hari khususnya rumah tinggal komunitas Ammatoa Kajang Dalam, Rumah tinggal didominasi oleh perempuan. Berdasarkan pada norma Pasang, komunitas Kajang memuliakan kaum perempuan, maka perwujudannya dapat dilihat pada pemaknaan ruang hunian khususnya rumah tinggal dimana ruang tidur perempuan berada pada bagian belakang (latta riboko), hirarki lebih tinggi, dan bersifat ekslusif. Ruang tidur laki-laki berada pada bagian tengah atau depan( latta ri tannga atau riolo) bersifat inklusif. Pada situasi atau kondisi bagaimanapun perempuan akan ditempatkan pada posisi terjaga dan posisi laki-laki adalah menjaga. Gaya hidup, Ruang hunian, dan Gender Komunitas Ammatowa Kajang Dalam Pada komunitas Kajang Dalam tingkah laku mereka sangat dipengaruhi oleh standar normatif (norma-norma adat) yang berlaku. Gaya hidup komunitas Kajang Dalam, sesuai norma Pasang adalah kamase-masea ( sederhana) yang telah terpola akibat persepsi dan kognisi mereka yang dibentuk oleh keluarga dan 445

4 kelompoknya. Ketika terpolanya suatu tingkah laku baik perempuan maupun lakilaki, saat itupun bersamaan terjadinya proses gender. Konsep kamase-masea (sederhana) tidak diterapkan pada saat pesta ritual yang telah diatur dengan tata caranya berdasarkan adat yang berlaku. Acara adat dilakukan semampu mungkin menurut norma sebagai wujud rasa syukur yang mendalam kepada leluhur dan Tu Rie A rana. Karena dilakukan semampu mungkin, hingga memperlihatkan eksistensi mereka ( nilai kebangsawanan dan nilai kekayaan seseorang). Pada Komunitas Kajang Dalam selain bahwa pembedaan ruang atas dasar gender antara perempuan dan laki-laki merupakan perbedaan ruang, fungsi dan peralatan yang digunakan, juga ruang tertentu digenderkan berdasarkan pembagian waktu (allo, sara allo dan bangngi). Gender adalah suatu cara pandang yang melekat pada tiap manusia. Cara pandang adalah hasil sosialisasi dan internalisasi dengan waktu yang lama dalam suatu masyarakat. Pada Komunitas Kajang Dalam proses internalisasi itu berlangsung melalui sang ibu yang selalu menyertakan anak perempuannya dalam setiap kegiatan sehari-hari dan temporal. Begitupun sang ayah yang mengikut sertakan anak laki-lakinya ke sawah, ke ladang, menjaga ternak dan kegiatan laki-laki pada saat pesta adat. Jadi gender komunitas Ammatoa Kajang Dalam adalah pembentukan peran (hak dan tanggung jawab), fungsi laki- laki dan perempuan yang dikonstruksikan bersama oleh pelakunya. Gender adalah penanaman norma sosial (strukturisasi habitus) melalui interaksi sosial dalam kelompok. Temuan Konsep Rumah Tradisional Kajang Konsep rumah tinggal pada Komunitas Ammatowa Kajang Dalam adalah sebagai berikut : 1. Secara horizontal pada kale bola terbagi atas Kepala, badan dan kaki, yang mana letak ini bisa berubah tergantung orientasinya terhadap yang dianggap suci ( keramat). Orientasi yang terbaik adalah ke arah tempat yang tinggi dan menghindari posisi kaki menuju tempat yang suci. 446

5 2. Tiap ruang dalam rumah tinggal tidak memiliki hirarki yang sama. Ada bagian dari rumah yang memiliki hirarki sangat tinggi(suci) dan ada yang terendah Apakah Perbedaan Makna Ruang Hunian dan Tempat oleh Gaya Hidup dan Gender antara Kajang Dalam dan Kajang Luar? Makna Ruang Hunian dan Tempat bagi Komunitas Kajang Makna ruang sebagai tempat terungkap melalui tata cara Komunitas Kajang menempati suatu ruang dengan : meminta restu melalui proses ritual sakral kepada alam dan Tu Rie A rana (Tuhan). Komunikasi selanjutnya ditandai harmonis tidaknya ketika seseorang telah menempati/ menghuni suatu ruang dengan waktu berlalu mereka merasa aman dan nyaman (fisik dan psikologis) dan begitupun sebaliknya. Tempat adalah bagian dari alam yang harmonis bagi penggunanya. Harmonis dalam artian terjadinya ikatan emosional, adanya perasaan aman dan nyaman pada suatu ruang (bagian dari alam). Rasa yang akan timbul selanjutnya adalah rasa memiliki. Tidak Terdapat Perbedaann Makna Ruang Hunian pada Kajang Dalam dan Luar oleh Gaya Hidup dan Gender. Makna ruang hunian bagi komunitas Kajang dalam dan luar baik laki-laki maupun perempuan tidak berbeda yang berbeda hanya elemen-elemennya. Makna ruang hunian sebagai tempat, terdiri atas : Tempat sebagai ruang bernilai pembinaan keluarga Tempat sebagai ruang bernilai penghubung Tu Rie A ra na (Tuhan) Tempat sebagai ruang bernilai menghasilkan Tempat sebagai ruang bernilai penghubung masa lalu dan leluhur Tempat sebagai ruang bernilai kebersamaan Tempat sebagai ruang bernilai identitas Tempat sebagai ruang bernilai mempermudah kehidupan Dari penelitian terungkap adanya kemungkinan perubahan yang diperbolehkan dan ada yang tidak. Yang diperbolehkan adalah penyimpangan yang masih berlandaskan nilai lama. Jadi semua bentuk pengembangan bukanlah hal yang 447

6 baru tetapi sesuatu yang memiliki kesamaan makna dengan yang lama hanya berwujud baru, ataupun pengembangannya memiliki alasan yang berdasar pada pengembangan nilai dan norma yang dapat diterima oleh alam, Tu rie A rana dan leluhur. Sehingga umumnya wujud perubahan yang terjadi tetap terkait dengan nilai dan konsep lama. Dari analisis dan bahasan ternyata tidak terjadi perubahan makna terhadap ruang hunian. Yang berubah hanyalah elemen-elemennya. Elemen ruang hunian berubah dipengaruhi oleh Gaya hidup dan gender Elemen ruang hunian merupakan bagian dari sistem ruang hunian yang berkaitan erat dalam menunjang kehidupan sehari-hari. Tiap elemen mempunyai unsur yang mudah berubah dan sukar berubah. Semua hal atau apapun yang berkaitan dengan ritual sakral baik tata cara (gaya) dan gender sukar berubah, namun yang tidak berkaitan dengan ritual sakral terjadi perubahan baik tata cara (gaya) juga penyimpangan gender. Semua bentuk perubahan gaya hidup dan penyimpangan gender memiliki alasan mendasar yaitu kebutuhan, keamanan dan kemudahan. Perubahan tata cara (gaya) dan penyimpangan gender berdampak pada perubahan ruang hunian. Perubahan gender (deterritorialisasi gender) pada komunitas Kajang Luar merupakan penanaman struktur (reteritorialisasi) melalui interpretasi norma (habitus lama) terhadap kondisi baru. Tipe Perubahan Rumah Tinggal oleh Gaya Hidup dan Gender Pada Kajang Dalam ruang hunian khususnya rumah tinggal bernilai simbol identitas bersama. Hal ini disebabkan rumah tinggal lebih mencerminkan makna bersama yaitu kamase-masea, kesederhanaan. Pada Kajang Luar bentuk rumah tinggal telah menjadi simbol identitas pemilik, dan kelompoknya sejauh mana ia sudah menerima pembaharuan. Bentuk perubahan rumah tinggal lebih terlihat berkelompok berdasarkan ikatan kekeluargaan. Perubahan bentuk rumah tinggal pada Kajang Luar terdiri atas tiga kelompok yang terkait dengan Gaya hidup dan gender: 448

7 Warga yang menerima pembaharuan (sebagai pembaharu, pengikut pembaharu dan pengikut) dengan bentuk rumah yang memiliki perubahan besar Warga yang menerima pembaharuan, namun masih ingin mempertahankan bentuk lama. dengan bentuk rumah yang memiliki perubahan sedang Warga yang masih mempertahankan bentuk lama. dengan bentuk rumah yang memiliki perubahan kecil Apakah Faktor- Faktor Pengaruh Terhadap Gaya Hidup dan Gender yang Berdampak pada Perubahan Ruang Hunian di Kawasan Kajang Luar? Faktor faktor yang berpengaruh terhadap gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan ruang hunian adalah : faktor tingkat pendidikan, usia, jenis pekerjaan, frekwensi kontak budaya luar, frekwensi kontak masa lalu dan tingkat ekonomi. Hasil penelitian pada komunitas Ammatoa Kajang Luar pengaruh faktor faktor tersebut terhadap perubahan gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan rumah tinggal berupa : a. Faktor yang sangat kuat mempengaruhi perubahannya adalah: faktor tingkat pendidikan, tingkatan usia, jenis pekerjaan dan frekwensi kontak budaya luar Semakin tinggi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan kontak budaya luar, semakin besar pengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan rumah tinggal. Semakin tinggi tingkat usia semakin rendah pengaruhnya terhadap perubahan gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan rumah tinggal. b. Faktor yang kuat mempengaruhi perubahan dan sebagai faktor penggerak adalah : faktor ekonomi. c. Faktor yang mampu menahan laju perubahan adalah : faktor frekwensi kontak dengan masa lalu. Semakin kecil frekwensi kontak masa lalu semakin besar pengaruh terjadinya perubahan gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan rumah tinggal dan sebaliknya. 449

8 d. Adanya bagian dari diri manusia yang sukar berubah yaitu nilai dan yang mudah berubah adalah gaya hidup, kemudian gender yang terwujud dalam aktivitas dan ruang fisik hunian yang mewadahi perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan selain disebabkan oleh alasan kemudahan, keamanan dan kenyamanan yang dapat diterima secara bersama, juga perubahan tersebut berupa representasi dari nilai-nilai yang telah ada (lama), representasi baik dalam tingkah laku (gaya hidup), representasi gender (penyimpangan peran laki-laki dan perempuan) dan dampaknya pada perubahan ruang hunian Kontribusi dan Keterbatasan Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, menghasilkan temuan- temuan yang dapat memberi kontribusi Kontribusi Teoritis Penelitian terhadap Pengetahuan Arsitektur Kontribusi penelitian berupa teori lokal pada khasanah pengetahuan arsitektur antara lain : a. Konsep rumah tinggal tradisional komunitas Ammatoa Kajang Dalam. Konsep ini dapat memperkaya konsep rumah tinggal tradisional di Nusantara khususnya di Sulawesi Selatan. b. Pengertian ruang hunian komunitas tradisional seperti Kajang Dalam tidak hanya rumah tinggal, tetapi juga menyangkut elemen-elemen lain yang sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan kehidupan mereka sehari-hari. c. Makna ruang hunian Komunitas Ammatoa Kajang dapat di skemakan sebagai berikut : Keterangan : 1.Ruang bernilai pembinaan keluarga 7 Ruang Hunian 4 2. Ruang bernilai penghubung Tu Rie A rana 3. Ruang bernilai menghasilkan 4. Ruang bernilai kontak masa lalu dan leluhur Ruang bernilai kebersamaan 6. Ruang bernilai identitas 7. Ruang bernilai mempermudah kehidupan : Sistim Permukiman 450

9 d. Gaya hidup komunitas Kajang Dalam berorientasi pada cara hidup sederhana yang disebut dengan istilah lokal kamase-masea. Cara hidup terpola akibat persepsi dan kognisi yang dibentuk oleh keluarga dan kelompoknya. Ketika terpolanya suatu tingkah laku baik perempuan maupun laki-laki pada saat bersamaan terjadi proses gender. Perubahan dilakukan oleh gaya hidup yang dinamis. Melalui gaya hidup dinamis aturan berubah, norma sosial (gender) ikut berubah. Perubahan itu selanjutnya terwadahi pada ruang huniannya. Jadi gaya hidup, gender dan ruang hunian adalah suatu yang saling berkaitan. e. Dari sisi gender, perempuan komunitas Kajang lebih dinamis dari laki-laki. Pengembangan ruang hunian banyak bersumber dari inisiatif perempuan. Gender (habitus lama) telah membuka peluang bagi perempuan dalam berpartisipasi dan berpengaruh dalam pembentukan habitus baru. Hal ini mempertegas gender berpengaruh dalam perubahan ruang hunian. f. Gaya hidup Komunitas Ammatoa Kajang Luar adalah penyimpangan dengan alasan-alasan yang dapat diterima. Perubahan cara hidup ke gaya hidup dengan pengembangan nilai-nilai lama ke bentuk-bentuk baru yang dapat diterima bersama secara perlahan. g. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gaya hidup dan gender yang berdampak pada perubahan ruang hunian komunitas Ammatoa Kajang Luar adalah faktor tingkat pendidikan, usia, jenis pekerjaan frekwensi kontak budaya luar, frekwensi kontak masa lalu dan tingkat ekonomi Kontribusi Praktis Untuk melakukan pembangunan pengembangan perumahan pada perkampungan tradisional baik itu peremajaan, revitalisasi maupun relokasi adalah melakukan tiga point : Sebelum membuat perencanaan harus melakukan penelitian awal untuk mengetahui: - Bagaimana kondisi dan pengaruh tingkat pendidikan, ekonomi, usia, jenis pekerjaan, latar belakang/ kontak masa lalu (tradisi) dan kontak dengan budaya lain (tingkat penerimaan terhadap modernisasi dan program 451

10 pembangunan) terhadap gaya hidup dan gender suatu kelompok masyarakat agar menjadi pertimbangan dalam memberi masukan dalam perencanaan ruang huniannya. - Bagaimana nilai utama dan konsep hidup dari keseluruhan warga yang ingin dikembangkan. Integrasi bisa diwujudkan dengan mencari nilai bersama. - Potensi ruang yang bagaimana mampu menjadi kekuatan bersama yang akan memupuk rasa kebersamaan, kebanggaan serta kepemilikan kolektif. Melibatkan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dalam memikirkan dan merencanakan ruang untuk mereka sendiri serta ruang bersama, karena ruang yang berdasarkan nilai bersama melahirkan potensi ruang. Mendukung program pemerintah dalam menangani permukiman kumuh dengan konsep berbasis komunitas. Dengan kekuatan komunitas ruang hunian yang nantinya setelah dibangun akan mampu bertahan dengan memanfaatkan potensi kebersamaan yang umumnya dimiliki oleh masyarakat tradisional Pengembangan Lebih Lanjut dan Keterbatasan Disertasi Penelitian tentang perubahan ruang hunian oleh gaya hidup dan gender Komunitas Kajang ini tentu memiliki kekurangan dan keterbatasan. Untuk bisa lebih menyempurnakan lagi dapat diteliti oleh peneliti lain dengan konteks yang mengkajinya melalui penelusuran aktivitas ritual yang menyangkut siklus hidup (life cycle) dengan melihat perubahannya melalui perbandingan antara Kajang Dalam dan Kajang Luar. Penelitian ini juga dapat dilakukan ke kelompok etnik lain yang belum atau yang telah diteliti namun ingin lebih dikembangkan terhadap penemuan yang telah ada. Penelitian lebih lanjut dapat mengkaji tentang tiang yang merupakan pusat rumah (possi bola) yang ternyata tidak hanya terdapat pada rumah tradisional di Sulawesi Selatan, namun juga di beberapa rumah tradisional di Nusantara. Kesamaan ini merupakan suatu fenomena yang menarik. 452

11 Melalui metode yang digunakan pada penelitian ini dapat juga diterapkan pada penelitian lain tentang perubahan ruang, namun dengan konteks yang berbeda. Hasil penelitian ini ke depan dapat menjadi masukan untuk peneliti lainnya ketika ingin melihat perubahan ruang hunian komunitas Kajang secara diakronik. Berdasarkan pengalaman, adanya hambatan penelitian pada komunitas Kajang Luar yang ternyata lebih sulit untuk dimengerti ketimbang komunitas Kajang Dalam. Dengan berbagai macam penampilan informan Kajang Luar, peneliti lebih sulit memperkirakan, cara yang tepat untuk berinteraksi dengan mereka. Hal ini dikarenakan sebagian dari mereka, ada yang masih kuat kepercayaannya pada ajaran Patuntung, sehingga kita harus menghadapinya dengan mengukuti norma-norma yang telah ditetapkan. Sebagian mereka hanya ingin tampak berubah namun masih tidak dapat lepas dari habitus lalu mereka. Sebagian lagi yang telah berubah, namun masih menganut pengembangan norma dan mitos. Untuk itu agar dapat menggali informasi yang lebih dalam, diperlukan waktu agar menjalin hubungan baik sebelumnya dengan informan, agar kita lebih memahami kondisinya dan akan nyaman untuk mendapatkan ungkapkan pengetahuan arsitektur informan melalui interaksi ruang sosial dan budayanya. 453

12 Halaman ini sengaja dikosongkan 454

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Apakah Gender itu? Pengertian awal: Pembedaan ketata-bahasaan (gramatical) penggolongan kata benda menjadi feminin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ada terdapat banyak bentuk pola asuh orang tua dan dalam praktiknya orang tua tidak hanya memberlakukan satu jenis pola asuh secara konsisten sejak anak lahir

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG S K RI P S I Untuk Memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

PERUBAHAN NILAI RUANG DAPUR DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKASSAR

PERUBAHAN NILAI RUANG DAPUR DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKASSAR PERUBAHAN NILAI RUANG DAPUR DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKASSAR Prawira Yudha Mappalahere, Imam Santosa & Andrianto Wibisono Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, Indonesia Prawirayudhamappalahere@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa masyarakat kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, karsa manusia merupakan satu tolok ukur dari kemajuan suatu bangsa. Semakin maju dan lestari kebudayaannya, semakin kuat pula identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

Prakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D

Prakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D Cara pandang dan metode penelitian berbasis fenomenologi ini dapat dimanfaatkan untuk meneliti dan memahami fenomena kampung-kampung vernakular di Timor yang sangat kaya dengan nuansa budaya lokal. Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda dan Yennie,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem waris masyarakat Kajang Le leng Luar (Ipantarang Embaya dan Ilalang Embaya)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah semua spesies tumbuhan baik yang sudah ataupun belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (Hamid et al. 1991). Tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA

DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA Nama: Mohamad Muqoffa NRP:3204 301 001 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Happy Ratna

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,

Lebih terperinci

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk di salah satu warung kopi. Pembicaraan pengunjung warung tersebut

BAB I PENDAHULUAN. duduk di salah satu warung kopi. Pembicaraan pengunjung warung tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep diri merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi proses komunikasi interpersonal seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Konsep diri tersebut terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sebagai hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang telah disajikan dalam beberapa bab sebelumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari kelompok etnik, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Di mana setiap dalam suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang 248 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengkaji tentang Internalisasi Nilai Integrasi untuk Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat transisi dan menuju masyarakat modern. Perubahan itu mengakibatkan

Lebih terperinci

2015 PENGUATAN MANAJEMEN WIRAUSAHA OLEH KADER PKK DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

2015 PENGUATAN MANAJEMEN WIRAUSAHA OLEH KADER PKK DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan yang terjadi di masyarakat sering dikaitkan dengan beberapa orang yang ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang diikuti dalam berbagai pembelajaran

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang manusia ke arah yang lebih rasional. Perubahan arus yang begitu kencang yang ditandai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Bandung Technological Park. : Jl. Rancanumpang, Gedebage. Luas Lahan Perancangan

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Bandung Technological Park. : Jl. Rancanumpang, Gedebage. Luas Lahan Perancangan 33 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum Nama Proyek Status Proyek Lokasi Luas Lahan Perancangan : Bandung Technological Park : fiktif : Jl. Rancanumpang, Gedebage : 1,95 Ha Batas Lahan : Utara Timur

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang guna mencari tahu kenapa proyek ini dibutuhkan dan seberapa layak proyek ini diadakan, rumusan permasalahan permasalahan yang ada, tujuan yang

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Arsitketur tradisional Madura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu baik dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000). Perkembangan (fisik)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Temuan Guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang ada dapat dilihat melalui temuan di lapangan. Selanjutnya temuan tersebut dapat disimpulkan dan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang diacuh oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk yang berbudaya karena padanya budaya tercipta dan dikembangkan. Dalam hal ini, budaya atau kebudayaan merupakan suatu yang dilahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci