BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Nek Sawak terdapat satu sekolah dasar bernama SD N 11 Nek Sawak, meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang ingin melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Usaha untuk mendapatkan pendidikan di tingkat lanjutan ditunjukkan dengan sekolah di luar desa. Minimal, untuk melanjutkan sekolah tingkat lanjut anak harus sekolah di Kecamatan Meliau. Meski di Pampang Dua terdapat SMP namun orang tua dan anak-anak enggan melanjutkan di sana karena beberapa alasan. Alasan itu antara lain kurang berkualitasnya guru pengajar, penggunaan bahasa daerah yang dominan serta kurangnya pengalaman anak jika sekolah di kampung. Oleh karena itu si anak dan para orang tua harus rela berjauhan. Tidak semua anak yang betah tinggal jauh dari orang tua, walau sempat duduk dan merasakan sekolah di tingkat yang lebih tinggi dari SD beberapa anak memilih untuk berhenti sekolah dan pulang ke kampung karena alasan rindu dengan orang tua. Beberapa tahun ini sebagian masyarakat Nek Sawak mulai memperhatikan pentingnya pendidikan. Dari data yang saya peroleh pada penelitian tahun lalu, sebagian orang tua kini mulai mengusahakan anak-anak mereka untuk sekolah setinggi-tingginya. Bicara mengenai pendidikan di Indonesia memang tidak akan ada habisnya. Pembangunan di bidang pendidikan semakin berkembang setiap waktu. 1

2 Angka partisipasi pendidikan formal menurut data Badan Pusat Statistik dari tahun mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan di Jawa tingkat partisipasi pendidikan formal di Kalimantan dapat dikatakan termasuk dalam tingkat partisipasi pendidikan formal yang rendah. Berdasarkan sumber dari BPS, angka partisipasi sekolah (APS) rata-rata di tahun 2011 di Jawa dan Kalimantan memiliki selisih yang jauh berbeda. Pada kelompok umur tahun, rata-rata APS di Jawa sebesar 90, 35 % sementara di Kalimantan sebesar 86,25 %. Pada kelompok umur tahun di Jawa sebesar 59,12 % dan di Kalimantan sebesar 56,48 %. Pada kelompok umur tahun APS di Jawa sebesar 17,67 % sementara di Kalimantan sebesar 13,77 %. Selisih angka di atas memberikan gambaran bagaimana pendidikan di Jawa dan Kalimantan memiliki perbedaan. Perbedaan itu dapat dilihat dari fasilitas pendidikan di Jawa dapat dikatakan lebih memadai dibanding di Kalimantan yang sebagian besar wilayahnya masih tertutup hutan. Masyarakat di Nek Sawak adalah masyarakat yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber perekonomiannya. Sawit dan karet menjadi tanaman komoditas bagi masyarakat di Nek Sawak dan hampir seluruh masyarakat Nek Sawak masih mengandalkan karet sebagai sumber ekonomi utama, dan kurang dari 10 % yang hanya mengandalkan sawit saja. Perusahaan sawit yang baru datang pada tahun 1992 tidak mengubah posisi tanaman karet dalam perekonomian rumah tangga masyarakat Nek Sawak, meski hampir 70 % dari masyarakat di Nek Sawak memiliki kavling sawit. 2

3 Peran tanaman komoditas setelah masuknya sawit telah memberikan dampak sosial budaya dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat, begitu juga terhadap kesempatan anak untuk mendapatkan pendidikan. Kepemilikan aset berupa lahan karet ataupun kavling sawit tentu mempengaruhi sumber perekonomian suatu rumah tangga yang hidup dari pertanian karet dan sawit. Oleh karena itu tenaga kerja dari keluarga juga dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Lain halnya dengan rumah tangga yang tidak memiliki aset berupa lahan atapun tenaga kerja untuk mengerjakan atau merawat karet dan sawit. Bagi rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga kelas menengah ke bawah, terbatasnya lahan atau tidak adanya lahan serta kurangnya tenaga kerja tentu mempengaruhi peran anak dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga. Hal itu berbeda dengan kelas menengah ke atas. Tersedianya aset berupa lahan maupun tenaga kerja pada kelas menengah ke atas memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pendidikan di tingkat yang tinggi. Kemampuan ekonomi yang dirasa sudah mampu untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dikembangkan untuk berinvestasi dengan pendidikan. Tingkat ekonomi pada rumah tangga kelas menengah ke atas memiliki nilai tawar yang berbeda bagi peran anak dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga. Orang tua mulai membebaskan anak untuk tidak mengerjakan pekerjaan di sektor pertanian karet maupun sawit dan mulai menginvestasikan anak mereka melalui pendidikan. Meski demikian, pada saat di lapangan anak-anak itu justru 3

4 berada di kampung dan tidak bersekolah. Fenomena itu kemudian mendorong saya untuk melakukan penelitian secara mendalam. B. Rumusan Masalah Sumber perekonomian masyarakat di Nek Sawak berasal dari karet dan sawit. Hasil yang didapat dari dua jenis tanaman komoditas tersebut tergantung dari jumlah kepemilikan aset produksi dan tenaga kerja yang dimiliki dalam suatu rumah tangga. Perubahan sosial, budaya dan ekonomi pun mempengaruhi kehidupan masyarakat Nek Sawak, termasuk pandangan tentang pendidikan. Semakin terbukanya akses ke luar kampung membuat masyarakat semakin terbuka terhadap dunia luar. Pola pikir yang mengarah menuju kehidupan yang lebih modern diusahakan dengan mencoba menjadi orang yang berorientasi kota. Orang tua yang berharap anaknya agar tidak bekerja sebagai petani menunjukkan adanya keinginan untuk mengubah masyarakat desa yang identik dengan pertanian. Perubahan itulah yang kemudian mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya termasuk kesempatan dalam memperoleh pendidikan. Bagi rumah tangga kelas tertentu, alasan ekonomi yang rendah menjadi kendala untuk mendapatkan pendidikan, terutama sekolah tingkat lanjutan. Namun anak putus sekolah di Nek Sawak tidak hanya dialami oleh anak-anak pada rumah tangga kelas bawah. Dari asumsi tersebut kemudian muncul pertanyaan besar, bagaimana permasalahan putus sekolah muncul di antara kemudahan terhadap akses ekonomi dan fasilitas yang semakin mudah? Dari pertanyaan dasar itu muncul beberapa pertanyaan pendukung, antara lain; 4

5 1. Apakah sekolah dasar di Nek Sawak memiliki andil terhadap pendidikan tingkat lanjut? 2. Bagaimana peran karet dan sawit dalam usaha untuk menjadi masyarakat kota? 3. Bagaimana pengaruh kemudahan akses terhadap uang dan fasilitas transportasi bagi pendidikan di Nek Sawak? C. Studi Pustaka Pembahasan mengenai pendidikan di pedesaan sebelumnya pernah dibahas pada skripsi Aprila Ambarwati di tahun Tulisan tersebut diberi judul Pendidikan Petani Desa (Khayalan Dan Resistensi Petani Terhadap Sekolah). Lokasi penelitian adalah di Dusun Sawangan, Desa Tlogo Pakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah. Pada tulisan tersebut, Aprilia Ambarwati membahas mengenai khayalan petani tentang hidup tanpa sekolah. Pada tulisan tersebut masyarakat Sawangan yang merupakan masyarakat petani yang menilai sekolah sebagai hal yang tidak penting. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya yang bersekolah menunjukkan bahwa tidak ada keinginan masyarakat petani di Sawangan untuk bersekolah. Sebagian orang tua di Sawangan berpikir bahwa sekolah lanjutan yang berada di luar Sawangan membuat anaknya tidak fokus pada sumber penghidupan mereka. Dengan bekerja serabutan di sawah dan mengurus sapi pemuda-pemuda yang putus sekolah dapat membeli motor. Sebagian bahkan menilai waktu dan jarak untuk bersekolah sebagai penghambat mereka untuk mengurus ternak, 5

6 sawah dan kebun kopi. Pandangan senada antara anak dan orang tua yang menunjukkan perlawanan terhadap pendidikan di Sawangan. Tulisan lain dalam bentuk skripsi mengenai pendidikan petani ditulis juga oleh Lisa Damayanti dengan judul skripsi Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan Anak Pada Tiga Keluarga Petani Di Dusun Noyokerten, Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Kebupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis pada tahun Pada tulisannya Lisa membahas mengenai pergeseran kebutuhan terhadap sekolah pada tiga keluarga petani. Sekolah menurut Lisa Damayanti adalah sebagai salah satu kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Pada kasusnya, Lisa menjelaskan bagaimana pendidikan sebagai kebutuhan dasar menjadi kebutuhan sekunder ataupun tersier bagi tiga keluarga petani di Noyokerten. Kemiskinan yang dialami oleh tiga keluarga petani, membuat anak-anaknya putus sekolah. Memberhentikan anak-anaknya sekolah dilakukan oleh orang tua untuk mengurangi pengeluaran rumah tangga. D. Kerangka Pemikiran Pendidikan merupakan sebuah alat atau sarana untuk mempersiapkan masa depan dengan tujuan agar memiliki kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang lebih baik di sini dapat dikatakan lebih baik dibandingkan kehidupan saat ini dan lebih baik dibandingkan kehidupan yang pernah dialami oleh orang tua. Cakupan lebih baik dalam konsep ini adalah baik dalam lingkup sosial, budaya dan ekonomi. 6

7 Melalui pendidikan formal dengan sekolah di luar kampung anak-anak Nek Sawak dapat mempersiapkan diri menghadapi gempuran kehidupan modern yang belum di dapatkannya selama tinggal di kampung. Selama masa sekolah di tingkat lanjutan SMP atau SMA anak-anak di Nek Sawak paling tidak tinggal di kecamatan, sehingga dapat merasakan kehidupan kota yang lebih heterogen yang menjadi pusat aktivitas pemerintahan, ekonomi, dan sosial budaya. Menurut L. White (1955), pendidikan merupakan alat yang digunakan masyarakat melaksanakan kegiatannya sendiri, dalam mengejar tujuannya...bukan masyarakat yang mengontrol kebudayaan melalui pendidikan; malah sebaliknya; pendidikan formal dan informal, adalah proses membawa tiap-tiap generasi baru ke bawah pengontrolan sistem budaya (Manan, 1989:17). Semakin tingginya tingkat pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kepribadian dengan semakin banyaknya pengalaman. Sekolah dapat dikatakan suatu kegiatan dengan proses pengumpulan pengalaman dan ilmu yang tidak mudah dijalani. Peningkatan dan penurunan hasil dalam proses belajar merupakan hal yang wajar dalam dunia pendidikan. Bagi Dewey (1937), pendidikan yang berpusat dari pengalaman dan rekonstruksi pengalaman (reconstruction of experience) dapat mewujudkan masyarakat yang cerdas dan cinta damai. Menurut Dewey (1938), pendidikan dan pengalaman tidak dapat dipisahkan (Mulyatno, 2005; 20, 23). Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan konkret dari sekolah saat ini adalah mendapatkan reward berupa ijazah ataupun gelar. Kebutuhan pasar akan sumber daya manusia yang semakin tinggi di sektor formal maupun nonformal tidak 7

8 hanya menuntut pengalaman namun juga ijazah. Persaingan dalam dunia kerja pun semakin meningkat, terutama di daerah urban dan kota. Beda halnya dengan di desa. Masyarakat desa menurut Suhadi (1989: 129) adalah masyarakat yang bersifat agraris, mengembangkan nilai-nilai sosial, tradisi, adat istiadat dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang khas yang kemudian membedakannya dengan masyarakat yang lain (Dloyana, 1995; 9). Masyarakat yang memiliki sumber perekonomian dari sektor pertanian tidak membutuhkan syarat ijazah maupun surat-surat lainnya. Ketrampilan dan keuletan menjadi kunci kesuksesan petani. Meski begitu, sependapat dengan Sajogyo dan Sajogyo (1983: 162), pendidikan merupakan salah satu faktor sosial budaya yang menjadi faktor penyebab atau sebagai akibat dalam tingkat pertumbuhan suatu desa. Di sini pendidikan menjadi salah satu usaha untuk keluar dari pertanian. Di Nek Sawak masuknya tanaman komoditas dalam kegiatan perekonomian masyarakat petani telah mengubah sistem pertanian subsisten menjadi pertanian intensif. Pertanian intensif pun menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan pasar melalui tanaman komoditas. Masuknya tanaman komoditas membentuk masyarakat Nek Sawak dalam pertanian kapitalis. Dalam definisinya, Kuhren (1990) melihat tipe pertanian kapitalistik di negara sedang berkembang. Tipe pertanian kapitalistik itu ialah perkebunan. Sebuah perkebunan merupakan sebuah pertanian berskala besar yang mengutamakan penanaman tanaman tahunan, misalnya pohon, semak atau perdu, seringkali dengan sistem penanaman satu jenis tanaman (monokultur). Hasilnya biasanya diolah secara industri di pabrik pengolahan perkebunan itu sendiri dan diarahkan untuk 8

9 ekspor (tebu, pisang, teh, kopi, coklat, sisal, kelapa sawit, dan sebagainya) (dalam Planck, 1990: 22). Masuknya pertanian kapitalistik dalam bentuk perkebunan membuat akses terhadap lahan untuk berladang semakin sulit. Meski semakin sulit untuk berladang, masuknnya tanaman komoditas seperti karet dan sawit berdampak pada sosial budaya dan ekonomi di Nek Sawak. Adanya tanaman komoditas telah membuat tingkat ekonomi masyarakat meningkat. Peningkatan ekonomi yang didukung dengan kemudahan akses menuju pusat kota semakin mempermudah kegiatan ekonomi. Sependapat dengan Soedjito (1986), bertambahnya peredaran uang di desa berjalan dengan perubahan masyarakatnya. Hal itu juga disampaikan oleh Supratiknya bahwa pendidikan ditentukan oleh jenis dan jenjang pendidikan yang pada akhirnya juga sangat dipengaruhi oleh tuntutan perkembangan masyarakat (2005: 179). Bagi Kuhren (1990), dengan mendidik dan memberikan persiapan kepada ahli waris yang meninggalkan bidang pertanian, sistem itu memberikan manfaat yang cukup berarti kepada sektor ekonomi lainnya (Planck, 1990: 21). Salah satu bentuk adaptasi yang ditunjukkan oleh masyarakat Nek Sawak adalah melalui pendidikan formal. Melalui pendidikan formal para orang tua mengharapkan anak mampu mempersiapkan diri dengan bekal ilmu yang didapat dari sekolah. Pengalaman dan wawasan yang didapatkan dengan bersekolah di kota karena memang fasilitas pendidikan yang terbanyak berada di kota. Kota memiliki peran yang penting dalam proses perubahan dalam masyarakat tradisional. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Soedjito (1986) di 9

10 Jawa, anak yang melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi di daerah lain tidak hanya berpindah tempat namun sekaligus mengalami dua macam perubahan, yaitu perubahan status dari murid SMA menjadi mahasiswa dan perubahan tempat tinggal. Menurutnya, Perubahan status menyebabkan orang tersebut ragu, nilainilai sosial sebagai murid tidak dapat dipergunakan lagi. Nilai-nilai baru untuk mahasiswa belum diketahuinya. Maka sebenarnya sebenarnya dalam keadaan ragu-ragu yang ditutupi-tutupinya dengan perbuatan-perbuatan yang agak berlebihan. Di samping itu, perpindahan dari satu kota ke kota lain, lebih-lebih ke kota yang lebih besar menyebabkan orang dapat membandingkan nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai baru. Jika perpindahan status dibarengi dengan perpindahan daerah, maka mereka cenderung mudah menerima nilai-nilai baru (hal: 10-11). E. Metode Penelitian Lokasi penelitian untuk penulisan ini merupakan lokasi penelitian Tim Penelitian Lapangan (TPL) sejak tahun TPL yang diadakan atas kerjasama Universitas Gadjah Mada dan Universitas Toronto, Kanada diadakan lagi pada tahun 2011 dengan anggota tim yang berbeda dengan topik-topik penelitian yang berbeda-beda. Pada tahun berikutnya saya tertarik melakukan penelitian mengenai pendidikan di Nek Sawak setelah membaca data harian dan artikel yang ditulis oleh rekan tim TPL yang sebelumnya (TPL tahun 2010) ditempatkan di Nek Sawak. Pada bulan Juli 2011 penelitian dilakukan selama kurang lebih 1 bulan, lalu di bulan Februari dan Maret saya kembali datang ke Nek Sawak dan pada 10

11 bulan Desember 2012, selama kurang lebih 3 minggu saya kembali lagi ke Nek Sawak. Sampel yang digunakan dalam riset ini adalah warga RT 02. RT 02 dijadikan sumber informasi karena tempat tinggal peneliti berada di RT 02 sehingga lebih mudah untuk melakukan observasi partisipasi. Meski demikian, informasi yang diperoreh tidak menutup diri dari luar RT 02. Pada penelitian ini melibatkan 14 orang tua dan 15 orang anak yang berstatus sekolah dan berstatus putus sekolah. Informan dalam penulisan skripsi ini adalah orang tua atau kepala rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga berstatus sebagai anak. Pengumpulan data dari informan tersebut diambil karena informan memiliki peran yang besar dalam mengambil keputusan dalam rumah tangganya serta untuk mengetahui seberapa besar dukungan dan posisinya pada saat berada di usia sekolah serta perannya sebagai anak dulu. Selain informasi yang dikumpulkan dari orang tua, informasi lainnya diperoleh dari anak yang sudah tidak bersekolah dan anak yang masih bersekolah. Informan lain dalam penulisan ini adalah seorang pendeta yang datang ke Nek Sawak sejak tahun 40 an, informasi yang diperoleh dari pendeta tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat pada masa itu termasuk perkembangan pendidikan di Nek Sawak. Sementara untuk memperoleh informasi mengenai sekolah dasar di Nek Sawak diperoleh dari wawancara bersama kepala sekolah dan guru SD N 11 Nek Sawak. Metode penelitian yang digunakan untuk penulisan skripsi ini adalah dengan observasi partisipasi dan wawancara. Observasi partisipasi dilakukan 11

12 untuk mendapatkan data yang empiris karena selama partisipasi berlangsung, penulis mendapat data-data pendukung dari informan. Selama observasi partisipasi, wawancara secara tidak terstuktur atau wawancara yang tidak sengaja dilakukan dan tanpa mempersiapkan pertanyaan terlebih dahulu dapat berlangsung. Wawancara tidak terstruktur ini lebih banyak terjadi dibandingkan dengan wawancara terstruktur karena pada suatu waktu di tempat yang terkadang tidak direncanakan. Observasi partisipasi dengan mengikuti aktivitas masyarakat dilakukan agar mempermudah pengumpulan data. Partisipasi yang dilakukan antara lain, mengikuti dan mencoba aktivitas yang dilakukan informan dalam sehari-hari seperti menoreh, panen sawit, mencari sayur di hutan, bercengkrama bersama tetangga, turut dalam kegiatan mengajar di SD dan mengikuti kegiatan sekolah di luar kegiatan belajar. Selain itu observasi partisipasi dilakukan agar penulis dapat meresapi dan merasakan seperti apa pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan agar dalam penulisan ini dapat menjadi tulisan yang objektif. Metode pengumpulan data dengan wawancara juga dilakukan pada saat penelitian beralangsung. Tujuan menggunakan metode wawancara dilakukan dengan maksud untuk mempermudah mengarahkan data agar semakin merucut. Sebelum wawancara dilaksanakan, peneliti pertama membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan pada informan. Pada penelitian di bulan Juli 2011, saya mendapatkan data penduduk yang dibuat di tahun Data tersebut diperoleh dari salah seorang perangkat desa. Data penduduk yang diperoleh dimanfaatkan sebagai data, dengan data tersebut dapat membantu pembuatan tabel. Pembuatan tabel diharapkan dapat 12

13 memberikan deskripsi berupa angka untuk memudahkan saat membandingkan, sehingga data pendukung berupa tabel diharapkan mampu memberikan deskripsi secara umum. Meski demikian dalam data penduduk terdapat beberapa data yang tidak sesuai karena waktu pembuatan data penduduk berbeda dengan waktu penelitian dan berbeda dengan data di lapangan. Selain itu, pada penulisan ini data pada tabel menggabungkan antara data penduduk dan data wealth ranking yang dibuat pada tahun Data wealth ranking dibuat untuk mengetahui berapa banyak lahan karet dan sawit yang dimiliki. Pembuatan wealth ranking bersumber dari informasi yang diberikan oleh salah seorang perangkat desa, dalam data ini penulis mengambil data dari RT 02 sebanyak 76 KK. 13

BAB I PENDAHULUAN. asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non-

BAB I PENDAHULUAN. asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nek Sawak merupakan suatu dusun yang ada di Desa Melawi Makmur, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dengan berpenduduk asli Dayak. Istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sektor yang mempunyai peranan penting dalam memproduksi pangan demi memenuhi kebutuhan manusia untuk melangsungkan hidupnya. Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 39 BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 5.1 Penguasaan Lahan Pertanian Lahan pertanian memiliki manfaat yang cukup besar dilihat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. Upaya pemenuhan kebutuhan ini, pada dasarnya tak pernah berakhir, karena sifat kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama

Lebih terperinci

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULUAN jiwa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebanyak jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sosial ekonomi keluarga sangat menentukan kedudukanya ditengah-tengah masyarakat. Sosial ekonomi keluarga menggambarkan bagaimana kedudukan keluarga berada.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. memberikan pengetahuan yang sama kepada siswa-siswanya meskipun mereka

BAB V KESIMPULAN. memberikan pengetahuan yang sama kepada siswa-siswanya meskipun mereka BAB V KESIMPULAN Sekolah di kampung transmigran berusaha untuk bersikap adil dan memberikan pengetahuan yang sama kepada siswa-siswanya meskipun mereka datang dari komunitas yang berbeda. Pendidikan di

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bangsa Indonesia bisa maju maupun juga tidak itu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bangsa Indonesia bisa maju maupun juga tidak itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bangsa Indonesia bisa maju maupun juga tidak itu tergantung pada kualitas warganya dalam kepemilikan sumber daya manusia yang baik. Terutama bagi para pemuda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Perilaku keluarga dan peran serta setiap individu anggota keluarga akan membantu kita untuk mengerti

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5 4. KARAKTERISTIK DESA Pertemuan 5 TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami berbagai karakteristik desa 2. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai karakteristik desa KARAKTERISTIK DESA Secara umum dapat dilihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa sebagai komunitas kecil yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal dan juga dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat desa bergantung kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Kelapa yang di kenai di Indonesia ada dua. macam yaitu, jenis Kelapa Jangkung dan Kelapa Pendek

I. PENDAHULUAN. Jenis Kelapa yang di kenai di Indonesia ada dua. macam yaitu, jenis Kelapa Jangkung dan Kelapa Pendek ~. http://www.mb.ipb.ac.id 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis Kelapa yang di kenai di Indonesia ada dua macam yaitu, jenis Kelapa Jangkung dan Kelapa Pendek (Kelapa Hibrida). Disebut Kelapa Jangkung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Desa Asam Jawa merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini memiliki ketinggian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menjadikan sektor pertanian sebagai basis perekonomiannya. Walaupun sumbangan sektor pertanian dalam sektor perekonomian diukur

Lebih terperinci

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA September 2011 1. Pendahuluan Pulau Kalimantan terkenal

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

dan teori yang dipegang dalam penafsiran pendidikan tersebut. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.

dan teori yang dipegang dalam penafsiran pendidikan tersebut. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, kita sering menjumpai kata mendidik dan pendidikan. Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara agraris Indonesia sangat kaya akan berbagai sumber daya alam termasuk aneka jenis buah-buahan tropis. Sekitar 25 persen jenis buah tropis yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sangat mengandalkan sektor pertanian dan sektor pengolahan hasil pertanian sebagai mata pencarian pokok masyarakatnya. Sektor

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dalam hierarki struktur pemerintahan, desa adalah menempati posisi terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi terdepan dan langsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Asahan dikenal dengan daerah yang memiliki potensi akan sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di sektor pertanian adalah, tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk memetakan dan menganalisis kontruksi kemiskinan di Kampung Padajaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia masih merupakan Negara agraris (pertanian) oleh karenanya prioritas pembangunan hingga saat ini tetap diletakkan pada sektor pertanian. pembangunan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet (Havea brasiliensis) merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapkan tergantung pada kualitas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapkan tergantung pada kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya dalam sebuah perusahaan. Sumber daya manusia adalah salah satu aset terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan kerangka acuan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan entitas harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara kuantitas dan kualitas. Kebutuhan sering timbul dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. baik secara kuantitas dan kualitas. Kebutuhan sering timbul dalam waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan kebutuhan yang tidak terbatas jumlahnya, Kebutuhan manusia yang beraneka macam terus berubah dan berkembang baik secara kuantitas dan kualitas.

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 51 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 6.1 Keragaman Penguasaan Lahan Penguasaan lahan menunjukkan istilah yang perlu diberi batasan yaitu penguasaan dan tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehiduan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu. diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas

PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu. diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas PENDAHULUAN Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyumbangkan kemampuan usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu aspek yang menyumbangkan

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PROFIL WILAYAH

BAB I PROFIL WILAYAH BAB I PROFIL WILAYAH A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Dusun Lokasi yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan KKN dalah Padukuhan Gayam, Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Ekonomi Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat

BAB V PENUTUP. kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat 160 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat panen padi. Karena mereka dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Luas daratan yang terbentang dari sabang sampai merauke yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia ini. Secara umum masalah kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang berkontribusi sebesar 15,3 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009. Pertimbangan lain yang menguatkan

Lebih terperinci

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci

Alang-alang dan Manusia

Alang-alang dan Manusia Alang-alang dan Manusia Bab 1 Alang-alang dan Manusia 1.1 Mengapa padang alang-alang perlu direhabilitasi? Alasan yang paling bisa diterima untuk merehabilitasi padang alang-alang adalah agar lahan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, masyarakat tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional adalah masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hasil bumi yang berlimpah dan sumber daya lahan yang tersedia luas, merupakan modal mengembangkan dan

Lebih terperinci