BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR"

Transkripsi

1 BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 6.1. Modal Internal Pemimpin lokal dalam penelitian ini adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Besarnya pengaruh tersebut sudah tentu dipengaruhi oleh modal yang dimiliki oleh individu tersebut. Modal internal adalah modal yang berasal dari individu pemimpin lokal. Terdapat tiga modal yang termasuk dalam kategori modal internal, yaitu modal manusia, modal sosial, dan modal ekonomi. Adapun kepemilikan modal internal masing-masing pemimpin lokal dalam penelitian ini yaitu, YT, AQ, DM, dan AR, lebih jelasnya akan dibahas dalam pembahasan dibawah ini Modal Manusia Modal manusia merupakan modal pertama dalam kategori modal internal. Modal manusia ini dapat dilihat dari empat indikator, yaitu kemampuan, tingkat pendidikan dan pengalaman. Pengalaman dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu pengalaman pemimpin dibidangnya dan pengalaman pemimpin diluar dari bidang yang ditekuninya. Keempat pemimpin lokal dalam penelitian ini memiliki nilai yang beragam dari masing-masing indikator. Hal ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang dan peranan sosial mereka dalam masyarakat. Perbandingan nilai indeks modal manusia masing-masing pemimpin lokal dilihat dari nilai indeks 1 setiap indikator (lihat Tabel 6). 1 Nilai indeks tertinggi dari modal manusia adalah 8 dan paling rendah adalah -8. Sedangkan nilai indeks tertinggi pada masing-masing indikator adalah 2 dan paling rendah adalah -2

2 57 Tabel 6. Nilai Indeks Modal Manusia pada Masing-masing Pemimpin Lokal Indikator Pemimpin Lokal AR YT DM AQ Kemampuan 0,62 1,24 0,73 0,71 Pengalaman dibidangnya 0,31 1,25 0,47 0,52 Pengalaman diluar bidangnya 0 1,81 0,4 2 Tingkat Pendidikan Total 1,93 6,3 2,6 4,23 Merujuk pada Tabel 6 terlihat bahwa YT memiliki modal manusia yang paling tinggi dibandingkan pemimpin lokal yang lainnya, yaitu sebesar 6,3. Indikator modal paling tinggi yang dimiliki oleh YT adalah tingkat pendidikan. Hal ini sama dengan pemimpin lokal berinisial DM dan AR. Berbeda dengan ketiga pemimpin lokal lainnya, AQ justru memiliki indikator modal yang paling tinggi adalah pengalaman di luar bidangnya. Pengalaman di luar bidang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman AQ selain menjadi pengurus PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai indeks 2 yang dimiliki oleh AQ pada indikator ini merupakan nilai tertinggi dari veriabel tersebut. Hal ini juga terkait dengan pengalaman AQ yang pada sebelumnya lebih banyak berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan diluar desa. Nilai indeks pemimpin lokal pada setiap indikator ditentukan dengan memberikan nilai pada setiap tingkatan jawaban responden. Pada pemimpin lokal YT memiliki persentase yang paling tinggi, yaitu sebanyak 45,5 persen responden menyebutkan bahwa YT sangat mampu menjalankan tugasnya sebagai pemimpin atau Kepala Desa. Pemimpin lokal YT dikatakan sangat mampu dilihat dari kinerjanya sebagai Kepala Desa yang dinilai baik oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan warga yang selalu memuji kepala desa, terealisasikannya aula di depan kantor desa, masyarakat yang mengikuti arahan Kepala Desa, serta pendapat dari UPK PNPM Mandiri sendiri bahwa kepala Desa Dramaga dinilai baik dalam menjalankan tugasnya. Seperti yang diungkapkan oleh pengurus dari UPK PNPM Mandiri Perdesaan bapak DL: Dari semua Kepala Desa disini, Kepala Desa Dramaga yang paling rajin, terus terbuka juga pemikirannya. Aktif di PNPM, deket sama warga. Baguslah kinerjanya

3 58 Selain itu, Ketua RT setempat pun mengatakan bahwa Kepala Desa dinilai bijak dan peduli terhadap masyarakat dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai contoh apabila ada yang sakit, Kepala Desa selalu berusaha menjenguk, dan apabila Kepala Desa tidak diberitahu ada warganya yang sakit atau meninggal, beliau kurang menyukai hal tersebut. Berbeda dengan pemimpin lokal YT, AQ dinilai cukup mampu dalam menjalankan tugasnya dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 36,4 persen. Fakta dilapangan yang mendukung hal ini adalah terpilihnya AQ sebagai pengurus tetap PNPM Mandiri Perdesaan. Sama halnya dengan pemimpin lokal DM dan AR. Mereka dinilai cukup mampu oleh responden dengan nilai masing-masing 24,3 persen dan 27,0 persen. Pemimpin lokal DM dinilai cukup mampu yaitu dengan melihat kemampuan DM dalam bidang keagamaan. Hal ini terlihat dari sikap warga yang segan terhadap DM dan meyakini bahwa keputusan maupun kebijakan yang dikeluarkan DM merupakan hal yang tepat atau sesuai, karena sudah tentu tidak bertentangan dengan ajaran agama. Pada pemimpin lokal DM sebanyak 54,5 persen responden menjawab tidak tahu, hal ini dikarenakan DM tidak terlalu sering mengunjungi daerah selain yang berdekatan dari tempat tinggalnya yang dikarenakan kondisi kesehatan dan umur beliau yang sudah sepuh. Sama halnya dengan pemimpin lokal AR. Responden menjawab cukup mampu dikarenakan kemampuan yang dimiliki AR adalah mampu dan paham mengenai sejarah desa dan karakteristik warga. Oleh sebab itu, AR sering diminta bantuannya untuk menyelesaikan masalah apabila terjadi persengketaan seperti masalah ahli waris dan hal-hal lain yang terkait dengan sejarah desa. Walaupun persentase yang menjawab AR cukup mampu lebih tinggi dibandingkan DM, namun persentase yang menjawab tidak mengetahui tentang kemampuan AR juga tinggi yaitu 61.0 persen. Hal ini berarti AR tidak terlalu dikenal oleh warga, namun warga yang mengenal AR mengakui bahwa AR cukup mampu dalam menjalankan tugasnya. Indikator selanjutnya dari modal manusia adalah pengalaman di bidangnya. Persentase responden yang menjawab terkait dengan indikator ini pada setiap responden menunjukkan lebih dari setengah responden menjawab bahwa

4 59 pemimpin lokal YT berpengalaman dibidangnya. Persentase responden yang menjawab hal ini adalah 72,7 persen. Hal ini terlihat dari pengalaman Kepala Desa terkait keterlibatannya dalam kepengurusan desa. Keterlibatan Kepala Desa lebih terlihat saat beliau diangkat menjadi ketua RT di Kampung Manggis. YT dikenal sebagai RT yang selalu memperjuangkan keinginan masyarakatnya, peduli dan perhatian terhadap masyarakatnya. YT sering dijadikan contoh bagi RT lainnya, seperti yang dipaparkan oleh ketua RT MG, bahwa MG ingin mengikuti YT dalam melaksankan tugasnya sebagai RT. Tidak hanya itu saja, YT juga selalu membantu secara ekonomi kepada masyarakat yang membutuhkan uang untuk berobat atau yang sedang tertimpa musibah. Setelah menjadi ketua RT, beliau dicalonkan untuk menjadi kepala desa dan mendapatkan suara 75 persen dari total pemilih. Sama halnya dengan AR, dimana sebanyak 33,3 persen responden, memilih AR sebagai pemimpin lokal yang berpengalaman dibidangnya. AR sedari dulu aktif dalam kegiatan mengajar. Berkat pengalamannya dalam mengajar kini beliau menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Orang Tua Murid di salah satu sekolah. Sedikit berbeda dengan pemimpin lokal AQ dan DM. Pemimpin lokal yang berinisial AQ dan DM dipilih oleh responden sebagai pemimpin yang cukup berpengalaman dibidangnya dengan persentase berturut-turut 45,5 persen dan 27,3 persen. Pemimpin lokal AQ disebut cukup berpengalaman dikarenakan AQ pernah aktif di sebuah organisasi, sehingga saat beliau menjadi pengurus PNPM Mandiri Perdesaan, AQ telah memiliki pengalaman yang cukup dalam hal bagaimana berorganisasi. Sedangkan bagi pemimpin lokal DM, disebut cukup berpengalaman dikarenakan DM sudah sering menjadi pengurus maupun tokoh yang diminta pendapatnya terkait dengan masalah agama. Sejauh ini DM telah banyak mengisi acara Ma jelis Ta lim di Desa Dramaga, bahkan baru-baru ini beliau juga menjadi pantia acara dalam acara Ma jelis Ta lim yang diadakan oleh salah satu tokoh partai politik. Indikator ketiga adalah pengalaman di luar bidangnya. Indikator ini ingin melihat seberapa besar kiprah pemimpin lokal dibidang lain selain bidang yang

5 60 ditekuninya selama ini. Presentase jawaban responden terkait indikator ini menunjukkan sebanyak 78,8 persen responden menjawab bahwa YT sangat berpengalaman diluar bidangnya. Sebelum menjadi Kepala Desa, YT aktif terlibat dalam kepengurusan Koperasi Unit Desa (KUD) yang juga menjadi sumber mata pencahariannya. Saat terpilih menjadi Kepala Desa, YT menjadi kurang begitu aktif di KUD dan menurut warga ketidak aktifan YT menjadi salah satu penyebab menurunnya kinerja KUD ini. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden yaitu ibu NY: Dulu mah KUD bagus, besar, kalau sekarang semenjak bapak YT tidak aktif lagi jadi menurun Terkait hal tersebut, maka dapat terlihat bahwa Kepala Desa sangat berpengalaman dalam menjalankan koperasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa selain berpengalaman menjadi perangkat desa, YT juga sangat berpengalaman di luar bidang tersebut. Tidak jauh berbeda dengan YT, pemimpin lokal AQ juga memiliki persentase yang tinggi pada responden yang menjawab bahwa pemimpin lokal AQ sangat berpengalaman. Persentase yang diberikan yaitu 63,6 persen. Hal ini terlihat dari keterlibatan AQ dalam organisasi maupun kegiatan diluar desa. Sejak SMA AQ sudah aktif dalam organisasi-organisasi sosial di luar sekolah. Oleh sebab itu warga desa mengenal AQ sebagai individu yang aktif di luar desa. Walaupun setelah AQ mencoba untuk aktif dalam pembangunan desa, kinerja AQ tidak mengecewakan. Berbeda dengan pemimpin lokal YT dan AQ yang disebut sebagai pemimpin lokal yang sangat berpengalaman di luar bidangnya, pemimpin lokal AR disebut responden sebagai pemimpin lokal yang berpengalaman di luar bidangnya dengan persentase sebanyak 33,3 persen. Pemimpin lokal AR disebut berpengalaman terlihat dari kinerjanya yang baik dalam kepengurusan PNPM Mandiri Perdesaan, meskipun AR memiliki latar belakang sebagai pengajar. Hal ini dikarenakan AR dulunya sering mengikuti kegiatan-kegiatan di tingkat desa. Selanjutnya adalah pemimpin lokal DM. Sebanyak 27,0 persen responden menjawab DM cukup berpengalaman di luar bidangnya. Hal ini dapat terlihat saat DM masih belajar di pesantren di daerah Jasinga, DM termasuk salah satu tokoh

6 61 penggerak pemuda disana, sehingga DM menjadi orang yang disegani, bahkan dikalangan preman. Pemimpin lokal DM aktif mengikuti kegiatan kepemudaan disana, sehingga selain mempelajari nilai-nilai agama, beliau juga memahami cara berorganisasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Indikator terakhir dari modal ini adalah tingkat pendidikan. Persentase pada setiap pemimpin lokal terkait dengan indikator tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebanyak 97,0 persen responden menjawab pemimpin lokal YT telah mencapai jenjang sarjana. Indikator ini merupakan indikator dengan nilai indeks tertinggi yang dimiliki oleh YT. Sebenarnya pendidikan formal yang dimiliki oleh YT adalah Diploma, namun pemimpin lokal YT saat ini memang sedang meneruskan studinya ke jenjang Sarjana (S1) di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Tetapi saat ini YT sedang menagambil cuti kuliah dikarenakan ingin fokus terhadap pekerjaannya terlebih dahulu. Berbeda dengan AQ, sebanyak 64,6 persen responden menjawab tingkat pendidikan AQ adalah Diploma. Hal ini sebenarnya kurang sesuai dengan kenyataan dilapangan dikarenakan AQ setelah lulus SMA pernah kuliah Sarjana (S1) di salah satu universitas, hanya dikarenakan ada beberapa masalah, AQ memutuskan untuk keluar dari bangku kuliah. Kenyataan bahwa responden menjawab AQ telah sampai kepada jenjang Diploma dapat dikarenakan responden tidak mengetahui riwayat pendidikan pemimpin lokal AQ. Tidak begitu berbeda dengan pemimpin lokal AQ, sebanyak 45,5 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal DM memiliki tingkat pendidikan hingga jenjang Diploma. Jawaban responden ini juga kurang sesuai dengan fakta dilapangan mengingat DM merupakan lulusan pesantren dan tidak meneruskan ke jenjang kuliah. Hal ini terjadi dapat dikarenakan responden menganggap bahwa DM telah mengenyam pendidikan yang cukup tinggi dalam bidang keagamaan yang disejajarkan dengan jenjang diploma. Terakhir adalah pemimpin lokal AR. Terlihat pada gambar bahwa sebanyak 39,4 persen responden menjawab tingkat pendidikan yang dimiliki AR adalah Diploma. Hal ini sesuai fakta dilapangan mengingat AR telah mengeyam pendidikan hingga sekolah tinggi yang dapat disejajarkan dengan Diploma.

7 Modal Sosial Modal berikutnya setelah modal maunisa dalam kategori modal internal adalah modal sosial. Modal Sosial merupakan modal yang terdiri dari tiga indikator, yaitu dukungan grup kolektif, jaringan, dan reputasi. Masing-masing pemimpin lokal memiliki nilai indeks modal sosial yang berbeda, untuk melihat nilai indeks total modal yang dimiliki pemimpin lokal, maka perlu dilihat nilai indeks dari setiap indikator.(lihat Tabel 7) Tabel 7. Nilai Indeks Modal Sosial Masing-masing Pemimpin Lokal Indikator Pemimpin Lokal AR YT DM AQ Dukungan grup kolektif 0,69 1,24 0,8 0,24 Jaringan 0 1,00 1,87 0 Reputasi 0,31 1,09-0,07 0,05 Total 1,00 3,33 2,6 0,29 Pada Tabel 7 dapat terlihat bahwa nilai Indeks Modal Sosial yang paling tinggi dimiliki oleh YT. Pemimpin lokal YT mempunyai modal sosial yang lebih tinggi dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya, khususnya pada indikator dukungan grup kolektif yang mana menjukkan bahwa YT memiliki dukungan dari masyarakat yang cukup tinggi. Sedangkan pemimpin lokal DM memiliki modal manusia dengan total nilai indeks 2,6 2. Tidak terlalu jauh dengan nilai yang dimiliki YT, hanya yang menarik adalah pada indikator reputasi, DM memiliki nilai indeks terendah yaitu 0,07. Walaupun memiliki nilai terendah pada indikator reputasi, DM memiliki nilai indeks tertinggi pada indikator jaringan. Hal ini dapat terlihat dilapangan bahwa pemimpin lokal DM memiliki jaringan yang cukup baik di luar desa. Nilai pada setiap indikator tentunya dipengaruhi oleh jawaban responden terhadap tingkatan jawaban. Salah satu indikator dari modal sosial adalah dukungan grup kolektif. Dukungan grup kolektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan masyarakat, kelompok, maupun individu kepada pemimpin lokal baik berbentuk sikap yang tidak membantah dan mendukung kebijakan pemimpin lokal. Persentase dari jawaban reponden pada kuesioner menunjukkan 2 Nilai indeks tertinggi modal sosial adalah 6 dan terendah adalah -6, sedangkan nilai indeks tertinggi pada masing-masing indikator adalah 2 dan terendah adalah -2

8 63 bahwa responden menjawab bahwa pemimpin lokal AQ, DM, dan AR memiliki dukungan grup kolektif yang cukup mendukung kepemimpinan mereka. Sebanyak 48,5 persen responden menjawab cukup mendukung untuk pemimpin lokal AQ dan sebanyak 24,2 persen untuk pemimpin lokal DM dan AR. Pada pemimpin lokal AQ, dukungan grup kolektif yang dimilikinya khususnya dari kalangan pemuda dan pemerintahan desa. Hal ini ditunjukkan dari terpilihnya AQ menjadi pengurus PNPM Mandiri Perdesaan. Meskipun pada awalanya terpilihnya AQ menjadi pengurus dikarenakan rekomendasi dari Kepala Desa, namun saat pemilihan berikutnya AQ kembali dipilih oleh warga. Hal ini dikarenakan AQ sudah dipercaya dan dianggap mampu serta tidak akan menyelewengkan dana. Sedangkan pada pemimpin lokal DM, dukungan grup kolektif yang dimiliki lebih banyak dari kalangan elit agama, terutama dari perkumpulan kyai dan ustadz baik dalam lingkup Desa Dramaga, maupun di sekitar tempat tinggalnya di Situ Leutik. Salah satu bentuk dukungan dari grup kolektif tersebut adalah warga maupun perkumpulan kyai dan ustadz biasanya selalu mendukung kebijakan maupun tindakan dan aktivitas DM, bahkan bentuk dukungan tersebut tercermin dari sikap warga setempat yang sering mencium tangan DM jika bertemu. Sementara pada pemimpin lokal AR, grup kolektif yang mendukung AR adalah hanya dari kalangan warga setempat. Hal ini dikarenakan usia AR yang sudah sepuh sehingga AR lebih banyak dirumah atau mengunjungi kantor desa dan bersosialisasi dengan warga sekitar tempat tinggalnya yaitu Kampung Manggis dan Dramaga Pasar, sedangkan warga daerah Dramaga Tanjakkan dan Situ Leutik kurang mengenal AR. Berbeda dengan ketiga pemimpin lokal lainnya, sebanyak 45,5 persen responden yang menjawab dukungan grup klolektif yang dimiliki oleh YT yaitu sangat mendukung. Pemimpin lokal YT sebagai Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya memiliki dukungan grup kolektif yang terlihat dari sikap masyarakat yang lebih cenderung setuju dengan tindakan dan kebijakan yang diambil oleh kepala desa, jika terjadi persengketaan, biasanya kepala desa yang akan menyelesaikan dan masyarakat menerima keputusan tersebut.

9 64 Indikator selanjutnya adalah jaringan. Jaringan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kekuatan dan keluasan jaringan yang dimiliki oleh pemimpin lokal. Kekuatan jaringan masing-masing pemimpin lokal dapat dilihat dari persentase jawaban responden. Pada pemimpin lokal YT dan DM, responden menjawab bahwa kedua pemimpin lokal ini memiliki jaringan yang kuat. Hal ini ditunjukkan dengan persentase 97,0 persen responden menjawab jaringan yang dimiliki oleh YT sangat kuat. Jawaban responden ini sedikit berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Sejauh ini YT tidak terlalu mempunyai jaringan keluar desa. Pemimpin lokal YT juga tidak terlalu fokus mengurusi hal-hal di luar desa, jika YT harus pergi ke kecamatan pun hal tersebut dikarenakan untuk kepentingan desa. Namun untuk jaringan di dalam desa, YT cukup dapat membangun jaringan sosial yang baik, hal ini telihat dari cukup banyaknya masyarakat dari beragam golongan seperti tokoh masyarakat maupun ulama antar kampung yang memiliki hubungan baik dengan YT. Pada pemimpin lokal DM sebanyak 42,4 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal DM memiliki jaringan sangat kuat, hal ini sesuai dengan fakta di lapangan. Kuatnya jaringan yang dimiliki oleh DM terlihat dari DM yang masih mempunyai jaringan dengan warga di Jasinga, kemudian dengan perkumpulan pengajian atau ta lim salah satu tokoh partai politik dan sebagai anggota dari salah satu partai politik. Berbeda dengan kedua pemimpin lokal di atas, sebanyak 39,4 persen responden menjawab bahwa jaringan yang dimiliki AR cukup kuat. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa jaringan beliau yang terbatas yaitu hanya kalangan masyarakat desa saja. Sama halnya dengan pemimpin lokal AR, sebanyak 63,6 persen responden menjawab pemimpin lokal AQ memiliki jaringan cukup kuat. Pada dasarnya AQ tidak mempunyai jaringan yang luas, beliau hanya sering berinteraksi dengan warga desa atau warga sekitar tempat tinggalnya saja, AQ juga sudah lama tidak begitu aktif di Yoda Club Bogor karena beliau ingin fokus pada PNPM Mandiri Perdesaan. Indikator terakhir dari modal sosial adalah reputasi. Reputasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana pemimpin lokal dikenal atau familiar dimasyarakat. Adapun melihat persentase jawaban reponden pada

10 65 kuesioner, terlihat bahwa pada pemimpin lokal AQ, DM, dan AR disebut oleh responden sebagai pemimpin lokal yang cukup dikenal. Persentase responden yang menjawab hal tersebut masing-masing secara berurutan pada pemimpin lokal AQ, DM, dan AR adalah 60,6 persen; 36,4 persen; dan 33,3 persen. Merujuk pada persentase tersebut, menjelaskan bahwa sebenarnya pemimpin lokal AQ kurang begitu dikenal oleh warga desa. Walaupun pada jajaran sesepuh dan elit desa, AQ cukup dikenal dikarenakan kepiawaian dan tanggung jawabnya dalam bekerja. Sama halnya dengan AQ, pemimpin lokal DM pun didominasi oleh jawaban responden yang menyebutkan bahwa pemimpin lokal DM cukup dikenal. Pemimpin lokal DM memiliki reputasi yang baik dikalangan warga, meskipun DM lebih banyak dikenal dikalangan elit agama, hal ini juga dikarenakan posisi YT sebagai ustadz. Pada pemimpin lokal AR, reputasi AR dapat tergolong cukup rendah walaupun nilai indeksnya tidak serendah AQ. Sebanyak 33,3 persen responden memang menjawab AR cukup dikenal namun sebanyak 60,6 persen responden menjawab tidak tahu tentang pemimpin lokal AR. Hal ini dikarenakan kondisi fisik beliau yang menyebabkan kurangnya AR bersosialisasi dengan warga, sehingga AR hanya dikenal oleh para elit desa saja. Berbeda dengan ketiga pemimpin lokal lainnya, sebanyak 54,5 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT dikenal oleh warga. Pemimpin lokal YT familiar dikalangan warganya. Hal ini telihat dari kepemimpinan YT sebagai ketua RT dan setelah menjadi Kepala Desa tetap disambut positif oleh warganya bahkan juga di RT dan di kampung lain. Hal ini juga diungkapkan secara pribadi oleh pemimpin lokal DM, bahwa YT merupakan Kepala Desa yang bijak dan perhatian terhadap warganya. Sehingga YT dikenal sebagai kepala desa yang peduli dan bertanggung jawab, walaupun beberapa masyarakat jarang bertemu dengan Kepala Desa karena letak rumah mereka jauh dari kantor desa, mereka tetap mengenal Kepala Desa dan mengakui kepemimpinan beliau Modal Ekonomi Selanjutnya modal terakhir dalam kategori modal internal adalah modal ekonomi. Modal Ekonomi merupakan modal yang fokus pada dukungan keuangan

11 66 yang dimiliki oleh pemimpin lokal. Dukungan keuangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya dukung keuangan yang dimiliki pemimpin lokal dalam membiayai segala aktivitasnya. Nilai modal ekonomi yang dimiliki oleh pemimpin lokal masing-masing dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Indeks Modal Ekonomi pada Masing-masing Pemimpin Lokal Pemimpin Lokal Indikator AR YT DM AQ Dukungan Keuangan -1-0, Pada Tabel 8 di atas terlihat bahwa pada setiap pemimpin lokal memiliki daya dukung keuangan yang tidak terlalu tinggi. Terlihat bahwa dari keempat pemimpin lokal, YT masih sedikit lebih memiliki daya dukung ekonomi, walaupun rendah. Secara lebih rinci dapat dilihat persentase responden terkait modal ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin lokal. Pada pemimpin lokal AQ hanya 6,1 persen responden yang menjawab bahwa modal ekonomi yang dimiliki oleh YT yaitu cukup mendukung. Sedangkan 93,9 persen menjawab tidak tahu mengenai modal ekonomi pemimpin lokal YT. Apabila dilihat kondisi dilapangan, YT tidak begitu mempunyai dukungan keuangan yang kuat. Selain menjadi Kepala Desa, YT masih aktif di KUD sehingga sumber keuangan YT hanya dari gaji sebagai Kepala Desa dan bagi hasil dari KUD. Kemudian pada pemimpin lokal AQ, DM, dan AR, responden menjawab tidak mendukung. Pada pemimpin lokal AQ, terlihat sebanyak 63,6 persen responden menjawab sedikit mendukung. Walaupun hal ini terlihat lebih baik dibandingkan YT, karena persentase responden yang menjawab lebih tinggi daripada responden yang tidak tahu, tetapi tetap saja hal ini berarti bahwa daya dukung ekonomi pemimpin lokal AQ pun kurang kuat. AQ tidak begitu mempunyai dukungan keuangan yang kuat, pekerjaan beliau satu-satunya adalah sebagai pengurus PNPM Mandiri Perdesaan dan beliau masih tinggal bersama ibu dan keluarga besarnya. Selanjutnya adalah pemimpin lokal DM. Sebanyak 45,5 persen responden menjawab bahwa dukungan ekonomi yang dimiliki DM sedikit mendukung. Hal ini dikarenakan DM tidak mempunyai dukungan ekonomi yang kuat, sumber

12 67 pemasukkan hanya didapatkan dari mengajar di pesantren atau jika mengisi di kegiatan ta'lim yang diadakan salah satu tokoh partai politik. Sama halnya dengan AR. Persentase responden yang menjawab bahwa dukungan ekonomi yang dimiliki AR adalah sedikit mendukung sebanyak 39.0%. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi AR tidak terlalu baik. Penghasilan tetap AR adalah gaji sebagai guru. Namun untuk membiayai kehidupannya, selain dari gaji, AR juga memiliki sawah yang AR kelola sendiri serta tentunya bantuan ekonomi dari anak-anaknya yang sudah bekerja maupun yang sudah berkeluarga. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa modal ekonomi memiliki pengaruh yang sedikit pada kepemimpinan pemimpin lokal dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat Desa Dramaga Modal Eksternal Selain modal internal, modal yang berpengaruh terhadap kepemimpinan seorang pemimpin lokal adalah modal eksternal. Modal eksternal merupakan modal yang berasal dari luar diri pemimpin lokal tersebut. Modal eksternal terdiri dari empat modal yaitu modal institusi, modal simbolik, modal budaya, dan modal moral. Lebih jelasnya pembahasan masingmasing modal akan dibahas pada pembahasan dibawah ini Modal Institusi Modal institusi merupakan modal pertama dalam kategori modal eksternal. Modal ini terdiri dari tiga indikator yaitu dukungan institusi, ideologi institusi, dan pengaruh institusi. Masing-masing pemimpin lokal memiliki nilai indeks yang beragam terkait dengan nilai indeks total modal institusi yang dimiliki. Total nilai indeks modal institusi yang dimiliki masing-masing pemimpin lokal tidak terlepas dari nilai indeks masing-masing indikator (lihat Tabel 9). Tabel 9. Nilai Indeks Modal Institusi pada Masing-masing Pemimpin Lokal. Indikator AR Pemimpin Lokal YT DM AQ Dukungan Institusi -2 1, ,81 Ideologi Institusi -2 0, ,95 Pengaruh Institusi -2 1, ,09 Total

13 68 Pada tabel di atas terlihat bahwa YT memiliki modal institusi yang paling tinggi dibandingkan pemimpin yang lainnya, yaitu 3,55 3. Hal ini dikarenakan posisi YT sebagai Kepala Desa yang langsung berkaitan dengan institusi pemerintahan. Selanjutnya diikuti oleh AQ sebagai pengurus PNPM, walaupun nilai indeks yang dimiliki tidak tinggi, namun masih ada kaitan dengan institusi pemerintahan. Sangat berbeda dengan DM dan AR. Kedua pemimpin lokal ini sama sekali tidak memiliki modal institusi terlihat dari jumlah nilai yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan mereka memang sama sekali tidak terlibat dengan institusi. Indikator pertama dalam modal institusi adalah dukungan institusi. Dukungan institusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan institusi kepada pemimpin dalam menjalankan kebijakan-kebijakan pemimpin lokal tersebut. Adapun jika melihat persentase jawaban responden pda kuesioner menunjukkan bahwa pemimpin lokal YT sebagai Kepala Desa tentunya memiliki dukungan institusi yang cukup baik. Sebanyak 81,8 persen responden menjawab cukup mendukung. Hal ini merujuk dari posisi YT sebagai Kepala Desa yang didukung oleh institusi formal yaitu pemerintahan desa. Sebagai Kepala Desa, pemerintahan desa sendiri sudah tentu memberikan kewenangan kepada Kepala Desa untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam melaksanakan tugasnya. Kebijakan serta keputusan Kepala Desa menjadi suatu keputusan yang harus dijalankan oleh warga desa. Sama halnya dengan pemimpin lokal AQ. Sebanyak 51,5 persen responden menjawab dukungan institusi yang dimiliki AQ adalah sedikit mendukung. Pemimpin lokal AQ yang terpilih menjadi panitia PNPM Mandiri Perdesaan sudah tentu terikat pada institusi pemerintah. Adanya legalitas dari pemerintahan desa kepada AQ sebagai pengurus PNPM Mandiri Perdesaan memudahkan beliau dalam menggerakkan pemuda desa untuk ikut serta membantu program. Cukup berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Dalam kepengurusan desa, pemimpin lokal DM tidak terlibat sama sekali. Hal ini didukung oleh 3 Nilai indeks tertinggi pada modal institusi adalah 6 dan terendah adalah -6. Sedangkan nilai indeks tertinggi pada masing-masing indikator adalah 2 dan terendah -2

14 69 pernyataan responden yaitu sebanyak 45,5 persen menjawab tidak mendukung. DM memang merupakan anggota dari salah satu partai politik, untuk itu DM didukung oleh institusi dari luar yaitu partai politik tersebut, tetapi dukungan tersebut tidak berpengaruh terhadap kepemimpinan DM di Desa Dramaga. Kalaupun ada pengaruhnya, pengaruh tersebut lebih kepada untuk menambah wawasan DM dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat desa bahwa DM juga berkiprah didunia politik, yang mana rata-rata masyarakat tidak berkecimpung didalamnya. Begitu pula dengan pemimpin lokal AR. Pemimpin lokal AR juga tidak terlibat dalam institusi yang berada di desa. Sebanyak 39,4 persen responden menjawab tidak mendukung. Hal ini menunjukkan memang tidak ada dukungan dikarenakan pemimpin lokal tidak terlibat dalam institusi pemerintahan desa. Walaupun diawal dijelaskan bahwa AR merupakan ketua perkumpulan orang tua murid, hal ini dianggap bukan sebuah institusi tersendiri melainkan merupakan organisasi yang hanya memiliki lingkup sekolah saja bukan masyarakat, sehingga kedudukan yang beliau miliki tidak dapat mempengaruhi masyarakat desa. Indikator berikutnya adalah ideologi institusi. Ideologi institusi adalah kesesuaian pemimpin lokal dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya dengan ideologi dari institusi tersebut. Sebanyak 97,0 persen responden mengatakan bahwa ideologi yang dibawa oleh YT cukup sesuai dengan ideologi dari institusi yang mana YT termasuk didalamnya, yaitu pemerintah desa. Pemimpin lokal YT sebagai Kepala Desa, sudah tentu kebijakan-kebijakan dari Kepala Desa tidak menyimpang dari tugas dan wewenang Kepala Desa seharusnya, sehingga dalam hal ini, YT tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang berlaku dan tetap memperjuangkan aspirasi warga desa. Tidak begitu jauh berbeda dengan pemimpin lokal AQ. Responden yang menyatakan bahwa ideologi institusi yang dibawa oleh pemimpin lokal AQ sedikit sesuai sebanyak 54,6 persen yaitu lebih dari setengah responden. Hal ini sesuai dengan yang terjadi dilapangan dimana kebijakan maupun keputusankeputusan AQ sesuai dengan ideologi yang dibawa oleh institusi, seperti misalnya pembangunan infrastruktur melalui PNPM Mandiri Perdesaan harus disertai dengan swadaya masyarakat didalamnya. Sehingga dalam tindakan dan kebijakan

15 70 AQ pun mengarah kepada pelaksanaan program yang juga disertai dengan swadaya masyarakat. Berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Walaupun responden menyebutkan bahwa ideologi yang dibawa DM dan AR tidak sesuai sebesar masing-masing 45,5 persen dan 39,4 persen, ini diinterpretasikan sebagai tidak adanya ideologi, dikarenakan dari awal pemimpin lokal DM dan AR tidak memiliki dukungan institusi. Indikator yang terakhir adalah pengaruh institusi. Pengaruh institusi adalah sejauh mana institusi memberikan pengaruh positif kepada pemimpin lokal, baik dalam hal pengaruhnya kepada masyarakat maupun dalam pelaksanaan kebijakan. Pada pemimpin lokal YT, pengaruh institusi yang diberikan terhadap kepemimpinan YT cukup tinggi. Sebanyak 94,0 persen responden menjawab sangat berpengaruh. Hal ini juga terlihat dimana posisi YT sebagai Kepala Desa tentunya memberikan pengaruh yang positif terhadap kepemimpinan YT, karena dengan status yang diberikan oleh institusi ini, YT menjadi tokoh yang kebijakan dan keputusannya dianjurkan untuk diikuti oleh masyarakat desa. Selanjutnya pada pemimpin lokal AQ, pengaruh dari institusi terlihat cukup berpengaruh, hal ini terlihat dari jumlah responden yang menjawab sebanyak 60,6 persen. PNPM Mandiri Perdesaan memberikan pengaruh positif kepada AQ untuk menggerakkan pemuda. Hal ini dikarenakan PNPM Mandiri Perdesaan memberikan legalitas resmi terkait kedudukan AQ. Pemimpin lokal DM tidak memiliki pengaruh dari institusi, hal ini dikarenakan beliau tidak terlibat pada institusi apapun didalam desa. Hal ini juga terjadi dengan pemimpin lokal AR, walaupun dalam data terdapat responden yang menjawab tidak berpengaruh masing-masing 45,5 persen dan 39,4 persen, hal ini diartikan bahwa DM dan AR tidak memiliki pengaruh institusi dikarenakan tidak memiliki dukungan institusi sebelumnya Modal Simbolik Modal kedua dari kategori modal eksternal adalah modal simbolik. Modal simbolik terdiri dari dua indikator yaitu Prestise dan Gelar. Total nilai indeks modal simbolik adalah jumlah dari kedua nilai indeks tersebut. Setiap masing-

16 71 masing pemimpin lokal memiliki nilai indeks yang berbeda. Hal ini lebih jelasnya terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Indeks Modal Simbolik Masing-masing Pemimpin Lokal Indikator Pemimpin Lokal AR YT DM AQ Prestise 1,08 0,12 1-1,05 Gelar Total -0,92-1, ,05 Berbeda dengan modal lainnya yang mana YT selalu memiliki nilai indeks tertinggi, nilai indeks modal simbolik tertinggi justru dimiliki oleh AR yaitu dengan nilai -0,92 4 yang kemudian diikuti oleh DM dengan nilai -1. Hal ini dikarenakan AR dan DM merupakan tokoh masyarakat dan sesepuh desa yang mana kebiasaan masyarakat maupun pandangan masyarakat terhadap mereka sudah tertanam sebagai suatu tokoh panutan. Berbeda dengan YT dan AQ yang dapat mempengaruhi masyarakat dikarenakan jabatan yang mereka miliki. Sedangkan untuk indikator gelar semua pemimpin lokal mendapatkan nilai yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa indikator gelar tidak mempengaruhi modal simbolik yang dimiliki pemimpin lokal. Modal simbolik dari keempat pemimpin lokal ini hanya dipengaruhi oleh indikator prestise yang dimiliki oleh pemimpin lokal. Modal simbolik terdiri dari dua indikator yaitu Prestise dan Gelar. Prestise adalah wibawa atau kehormatan yang dimiliki oleh pemimpin lokal dalam mempengaruhi masyarakat. Keempat pemimpin lokal memiliki nilai yang beragam yang dipengaruhi oleh persentase jawaban responden. Pada pemimpin lokal AR disebut oleh 24,2 persen responden sebagai pemimpin lokal yang terhormat. Hal ini dikarenakan AR masih disegani dan dianggap orang yang harus dihormati oleh masyarakat setempat. Selain itu jasajasa AR terdahulu, perhatian-perhatian AR terhadap masyarakat, menjadikan masyarakat menganggap bahwa AR merupakan tokoh yang disegani. 4 Nilai indeks tertinggi pada modal simbolik adalah 4 dan terendah adalah -4. Sedangkan nilai indeks tertinggi pada masing-masing indikator adalah 2 dan terendah -2

17 72 Tidak begitu berbeda dengan pemimpin lokal DM. Responden yang menjawab sangat terhormat dan cukup terhormat berjumlah sama yaitu 21,2 persen. Hal ini dikarenakan sebagai seorang pemimpin lokal yang berasal dari elit agama, tentunya DM sangat dihormati oleh masyarakat disekitarnya, namun dikarenakan DM saat ini terbatas untuk mengunjungi RT dan Kampung lain yang letaknya jauh dari daerah tempat tinggalnya, membuat sebagian responden menjawab bahwa DM cukup terhormat, karena mereka tidak terlalu mengenal DM. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun masyarakat tidak mengenal DM, pemimpin lokal DM tetap dihormati oleh mereka. Nilai indeks prestise yang dimiliki DM cukup tinggi dapat dikarenakan status DM sebagai sesepuh desa, hal ini merupakan faktor pendukung yang menyebabkan warga desa tetap menghormati dan segan kepada DM hingga saat ini. Selain itu pada pemimpin lokal YT sebanyak 84,9 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT cukup terhormat dikalangan masyarakat desa. Hal ini terlihat di lapangan bahwa pemimpin lokal YT memiliki wibawa dimata warganya dikarenakan beberapa warga selalu memuji dan menyebutkan bahwa beliau adalah pemimpin yang bijak. Selanjutnya indikator yang kedua adalah gelar. Gelar adalah latar belakang pendidikan dilihat dari dimana / tempat pemimpin lokal tersebut menentut ilmu. Pada indikator ini responden dominan menjawab gelar yang dimiliki oleh seluruh pemimpin lokal tidak terkenal atau mereka tidak tahu. Khusus pada pemimpin lokal YT yang telah memiliki gelar sarjana muda dan 100% responden menjawab gelar tersebut tidak terkenal. Begitu juga dengan ketiga pemimpin lokal lainnya, responden menjawab tidak terkenal terkait gelar yang mereka miliki, hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki gelar tersebut. Walaupun DM memiliki gelar ustadz, namun gelar tersebut diberikan sendiri oleh masyarakat, bukan diberikan oleh tempat pemimpin lokal menuntut ilmu yaitu pesantren DM Modal Budaya Modal budaya merupakan modal ketiga dalam kategori modal eksternal. Modal budaya adalah modal yang melihat kesesuaian pemimpin lokal dengan budaya yang ada. Keseuaian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

18 73 kesesuaian segala tingkah laku, kebijakan, dan aktivitas pemimpin lokal merupakan representasi dari budayanya. Nilai indeks modal budaya pada masingmasing pemimpin lokal dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Indeks Modal Budaya pada Masing-masing Pemimpin Lokal Pemimpin Lokal Indikator AR YT DM AQ Kesesuaian dengan budaya 0,92 1,09 1,07 1,05 Pada Tabel 11 terlihat bahwa keempat pemimpin lokal memiliki nilai indeks yang tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa keempat pemimpin lokal dalam kebijakannya sesuai dengan budaya setempat. Pemimpin lokal AR memiliki nilai indeks yang paling rendah dan yang paling jauh selisihnya dengan nilai pemimpin lokal yang lain. Hal ini dikarenakan masyarakat yang mengenal pemimpin lokal AR adalah yang paling sedikit sehingga nilai yang dimiliki juga rendah, bukan dikarenakan beliau yang paling tidak sesuai dengan budaya setempat. Nilai dari indikator tersebut tentunya dipengaruhi oleh penilaian responden terhadap masing-masing pemimpin lokal. Persentase penilaian responden kepada pemimpin lokal menunjukkan bahwa semua tindakan pemimpin lokal disebut sesuai dengan budayanya. Pada pemimpin lokal YT sebanyak 90,9 persen responden menjawab sesuai dan sisanya menjawab sangat sesuai. Hal ini memberikan nilai yang tinggi terhadap modal budaya yang dimiliki pemimpin lokal YT. Pada dasarnya sejauh ini kebijakan yang diterapkan oleh YT tidak menyimpang dari budaya yang ada, walaupun aktivitas dan kebijakan yang diterapkan oleh YT sudah lebih mengarah kepada modernisasi, namun tidak menyimpang pada norma-norma pada umumnya maupun norma-norma agama. Pemimpin lokal AQ juga memiliki nilai modal budaya yang tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 60,6 persen responden menjawab sesuai. Selama AQ beraktivitas, AQ tidak menyimpang dari budaya yang ada, walaupun tidak membiasakan kearah adat desa tapi tidak menyimpang dari norma-norma yang ada. Selain itu AQ juga memiliki tujuan untuk mengembalikan budaya gotong royong dan swadaya pada masyarakat desa.

19 74 Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal DM. Sebagai elit agama, tentunya hal ini juga mempengaruhi penilaian responden. Sebanyak 39,4 persen responden menjawab sesuai. Budaya Desa Dramaga pada dasarnya masih berbasiskan islam. Terkait latar belakang DM sebagai ustadz dan lulusan pesantren, sudah tentu kebijakan maupun tindakan dari DM sesuai dengan budaya setempat, yaitu selalu berbasiskan Agama Islam. Kebijakan maupun tindakan yang dilakukan atau dicontohkan oleh DM bahkan terkadang dijadikan sebagai salah contoh sikap yang diikuti oleh masyarakat. Berikutnya adalah pemimpin lokal AR. Sebanyak 30,3 persen responden menjawab kebijakan dan tingkah laku dari pemimpin lokal AR sesuai dengan budaya setempat. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa kebijakan maupun tindakan yang dilakukan oleh AR tidak bertentangan dengan kebudayaan yang ada, hal ini dikarenakan, selain AR adalah seorang guru, AR juga terkadang disebut sebagai tokoh agama, sehingga biasanya kebijakan-kebijakan AR juga disesuaikan dengan budaya desa yang lebih berbasiskan islam Modal Moral Modal Moral merupakan modal terakhir dalam pembagian modal dan dalam kategori modal eksternal. Modal moral fokus kepada indikator opini positif publik. Opini positif publik adalah bagaimana tanggapan atau pandangan masyarakat tentang pemimpin lokal. Total nilai indeks modal moral pada masingmasing pemimpin lokal dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Indeks Modal Moral pada Masing-masing Pemimpin Lokal Pemimpin Lokal Indikator AR YT DM AQ Opini positif publik 1,77 1,15 1,36 0,62 Pada Tabel 12 terlihat bahwa pemimpin lokal AR dan DM memiliki nilai indeks lebih tinggi dibandingkan pemimpin lokal YT dan AQ. Hal ini tidak jauh berbeda dengan modal budaya dikarenakan DM dan AR merupakan tokoh masyarakat sehingga masyarakat memberikan opini positif yang tinggi kepada mereka. Berbeda dengan YT dan AQ yang mana opini positif yang diberikan dikarenakan kinerja mereka.

20 75 Nilai indeks modal moral dipengaruhi oleh persentase jawaban responden. Pada pemimpin lokal YT sebanyak 45,5 persen responden menjawab sangat positif mengenai pendapat mereka tentang pemimpin lokal YT. Warga desa memandang YT adalah pribadi yang sangat baik dan perhatian. Oleh sebab itu terdapat opini positif yang berkembang dikalangan warga desa tentang kepala desa. Seperti yang diungkapkan oleh bapak NZ: Kades disini itu baik, perhatian, top banget lah Kemudian pada pemimpin lokal AQ, terdapat 39,4 persen responden menjawab cukup positif mengenai tanggapan mereka tentang AQ. Hal ini ditunjukkan dari warga desa memandang AQ merupakan pribadi yang baik, terdapat opini positif yang berkembang tentang AQ dikalangan warga. Warga menyebutkan bahwa beliau terkenal rajin dan bertanggung jawab dalam bekerja. Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal DM. Sebanyak 27,3 persen menjawab bahwa pandangan mereka tentang DM adalah positif. DM memiliki opini positif di kalangan masyarakat, khususnya daerah Situ leutik dan para elit desa seperti tokoh masyarakat dan kyai lainnya. Namun beliau jarang berinteraksi dengan masyarakat kampung lain sehingga untuk lokasi dimana PNPM Mandiri Perdesaan pembangunan sarana infrastruktur di bangun, DM tidak terlalu dikenal oleh warga. Hal ini dikarenakan pembangunan sarana infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan tidak ada yang dilakukan di daerah tempat tinggal DM. Terakhir adalah pemimpin lokal AR. Sebanyak 30,3 persen responden menjawab bahwa tanggapan mereka mengenai AR adalah sangat positif. Secara keseluruhan, AR memiliki opini yang baik dikalangan masyarakat, AR dikenal sebagai tokoh yang bijak dan paham kondisi desa namun memang saat ini beliau tidak bisa terlalu aktif di lapangan, hal ini dikarenakan usia beliau yang sudah sepuh Modal Internal dan Eksternal Bordieu dalam Pengantar Paling komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu (1990) menyebutkan bahwa ranah dapat dipahami sebagai ranah kekuatan dan perjuangan posisi dan otoritas legitimit, sementara logika yang

21 76 mengatur perjuangan-perjuangan ini adalah logika modal. Merujuk pada pendapat ini maka pemimpin lokal dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat desa tentunya tidak terlepas dari modal yang dimilikinya. Terkait pembahasan sebelumnya, dapat dilihat kepemilikan kedua kategori modal secara spesifik berdasarkan indikatornya. Namun dalam melihat apakah modal-modal tersebut berpengaruh atau tidak terhadap kepemimpinan pemimpin lokal maka perlu diakumulasi total nilai indeks dari setiap kategori modal. Nilai indeks modal internal dan interpretasinya lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai Indeks Modal Internal pada Masing-masing Pemimpin Lokal Pemimpin Lokal Modal Internal M. Manusia M.Sosial M.Ekonomi Total Interpretasi AR 1, ,92 Berpengaruh YT 6,30 3,33-0,94 8,69 Sangat Berpengaruh DM 2,6 2,6-1 4,2 Berpengaruh AQ 4,23 0,29-1 3,52 Berpengaruh Merujuk pada Tabel 13 terlihat bahwa modal internal yang dimiliki YT memiliki nilai indeks yang paling tinggi dibandingkan dengan pemimpin lokal yang lainnya, khususnya pada modal manusia. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan, pengalaman, dan pendidikan merupakan indikator yang paling berpengaruh dalam kepemilikian modal internal pemimpin lokal YT. Total nilai yang dimiliki YT adalah 8,69 yang berarti dapat disimpulkan bahwa YT merupakan pemimpin lokal yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat Desa Dramaga. Pemimpin lokal AQ menempati urutan ketiga dalam total nilai modal internal dari keempat pemimpin lokal. Sama halnya dengan YT, modal tertinggi yang dimiliki AQ adalah modal manusia dan yang terendah adalah modal ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa modal manusia sangat berpengaruh dalam kategori modal internal yang dimiliki oleh AQ sedangkan modal ekonomi hanya memiliki pengaruh yang sedikit. Total nilai indeks modal internal yang dimiliki AQ adalah 3,52. Berdasarkan indikator yang sudah dibuat sebelumnya, maka

22 77 dapat disimpulkan bahwa AQ merupakan pemimpin lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat Desa Dramaga. Tidak jauh berbeda dengan YT dan AQ, modal manusia yang dimiliki pemimpin lokal AR merupakan modal yang tertinggi dibandingkan kedua modal lainnya dalam kategori modal internal. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan, pengalaman, dan tingkat pendidikan yang dimiliki pemimpin lokal AR merupakan indikator yang paling berpengaruh. Total nilai indeks modal internal yang dimiliki oleh pemimpin lokal AR adalah 1,92, hal ini dapat menyatakan bahwa AR merupakan pemimpin lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat Desa Dramaga. Berbeda dengan keempat pemimpin lokal lainnya yang mana modal manusia merupakan modal yang memiliki nilai indeks tertinggi, pemimpin lokal DM justru memiliki nilai indeks modal manusia dan sosial yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa modal manusia dan modal sosial berpengaruh dalam kepemilikan modal internal yang dimiliki oleh DM. Modal internal yang dimiliki pemimpin lokal DM mempunyai nilai sebesar 4,2. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa DM merupakan pemimpin lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat Desa Dramaga. Merujuk pada penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa dari seluruh modal dalam kategori modal internal yang paling berpengaruh adalah modal manusia. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan, pengalaman baik dibidangnya maupun diluar bidangnya serta tingkat pendidikan merupakan indikator yang paling berpengaruh dalam modal internal yang dimiliki pemimpin lokal. Pengaruh yang dimiliki oleh pemimpin lokal selain dipengaruhi oleh modal internal, tentunya juga dipengaruhi oleh modal eskternal. Modal eksternal merupakan modal yang berasal dari luar pemimpin lokal. Terkait hal tersebut untuk melihat besar pengaruh modal eksternal pada pemimpin lokal, perlu dilihat akumulasi dari jumlah nilai indeks modal institusi, simbolik, budaya, dan moral. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.

23 78 Tabel 14. Nilai Indeks Modal Eksternal Pada Masing-masing Pemimpin Lokal Pemimpin Lokal Modal Eksternal M.Institusi M.Simbolik M.Budaya M.Moral Total AR -6-0,92 0,92 1,77-4,23 Interpretasi Sedikit Berpengaruh YT 3,55-1,88 1,09 1,15 3,91 Berpengaruh DM ,07 1,36-5,57 AQ -1,86-3,04 1,04 0,62-3,24 Sedikit Berpengaruh Sedikit Berpengaruh Tabel 14 menunjukkan bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal eksternal yang paling tinggi dibandingkan keempat pemimpin lokal yang lainnya, khususnya pada modal institusi. Terdapat selisih yang cukup jauh antara YT dengan ketiga pemimpin lokal lainnya, baik dalam modal institusi maupun total modal eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa modal institusi yang dimiliki YT mempengaruhi modal eksternal yang dimilikinya, untuk itu dapat dikatakan bahwa dukungan, ideologi, dan pengaruh institusi adalah indikator yang paling berpengaruh dalam kepemilikan modal eksternal YT. Total nilai indeks modal eksternal dari akumulasi keempat modal adalah 3,91. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal YT menyatakan bahwa YT merupakan pemimpin lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat Desa Dramaga. Selanjutnya adalah pemimpin lokal AQ. Beliau memiliki nilai modal eksternal tertinggi kedua setelah YT, namun terdapat selisih nilai yang cukup jauh antara YT dan AQ, yaitu antara 3,91 dan -3,24. Merujuk dari keempat modal dalam kategori modal eksternal, yang paling berpengaruh terhadap kepemilikan modal eksternal AQ adalah modal budaya. Hal ini menunjukkan bahwa kesesuaian tidakan dan kebijakan AQ dengan budaya setempat memberikan pengaruh yang baik dalam kepemimpinannya di Desa Dramaga. Adapun total nilai indeks modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal AQ adalah -3,24, oleh sebab itu menurut indikator dalam definisi operasional dapat disimpulkan

24 79 modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal AQ menyatakan bahwa AQ memiliki pengaruh yang sedikit terhadap warga Desa Dramaga. Merujuk pada Tabel 14, pemimpin lokal DM memiliki nilai modal eksternal yang paling rendah dibandingkan dengan ketiga pemimpin lokal lainnya. Hal ini dikarenakan rendahnya modal simbolik dan tidak adanya modal institusi yang dimiliki oleh DM. Walaupun begitu modal yang paling tinggi nilainya dalam modal eksternal DM adalah modal moral. Hal ini menunjukkan bahwa DM memiliki opini positif yang baik dikalangan masyarakat Desa Dramaga. Adapun total nilai indeks modal eksternal yang dimiliki pemimpin lokal DM adalah -5,57 hal ini menunjukkan bahwa modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal DM menyatakan bahwa DM memiliki pengaruh yang sedikit terhadap warga Desa Dramaga. Terakhir adalah pemimpin lokal AR. Pemimpin lokal AR memiliki modal moral yang paling tinggi, hal ini tidak jauh berbeda dengan DM. Tingginya modal moral yang dimiliki AR memiliki arti bahwa masyarakat memberikan opini positif terhadap AR yang mempengaruhi kepemimpinan beliau di Desa Dramaga. Total nilai indeks modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal AR adalah -4,23. oleh sebab itu berdasarkan indikator dalam metodologi penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal AR menyatakan bahwa AR merupakan pemimpin lokal yang memiliki pengaruh yang sedikit terhadap masyarakat. Melihat tabel di atas dapat terlihat bahwa modal moral merupakan modal yang memiliki nilai indeks yang cukup merata pada keempat pemimpin lokal tersebut. Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan bahwa opini positif yang diberikan masyarakat kepada pemimpin lokal adalah yang paling sering mempengaruhi kepemilikan modal eksternal pemimpin lokal. Modal internal dan eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal tentunya mempengaruhi sejauh mana pengaruh yang dimilikinya terhadap masyarakat, untuk itu perlu dilihat total akumulasi modal internal dan eksternal masing-masing pemimpin lokal. Total nilai indeks modal dan interpretasinya lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 15.

25 80 Tabel 15. Total Nilai Indeks Modal dan Interpretasinya pada Masing-masing Pemimpin Lokal. Pemimpin Lokal Modal M. Internal M.Eksternal Total Interpretasi AR 1,92-4,23-2,31 Sedikit Berpengaruh YT 8,69 3,91 12,6 Berpengaruh DM 4,2-5,57-1,37 Sedikit Berpengaruh AQ 3,52-3,24 0,28 Berpengaruh Pada Tabel 15 di atas terlihat bahwa pada seluruh pemimpin lokal, modal internal lebih tinggi dibandingkan modal eksternal. Pada pemimpin lokal YT dan AQ yang memiliki nilai masing-masing 12,6 dan 0,28, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kepemilikan modal pemimpin lokal YT dan AQ, maka YT dan AQ termasuk pemimpin yang berpengaruh. Kemudian pada pemimpin lokal DM dan AR yang memiliki total nilai modal masing-masing -1,37 dan -2,31, maka merujuk pada indikator pada metodologi penelitian dapat disimpulkan bahwa modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal DM dan AR menyatakan bahwa DM dan AR memiliki pengaruh yang sedikit kepada masyarakat Desa Dramaga.

BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 5.1. Pemimpin Lokal Pilihan Warga PNPM Mandiri Perdesaan khususnya pada bidang infrastruktur tentunya

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7.1. Pengaruh Kepemilikan Modal pada Tahapan Program

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pemimpin Lokal dalam Pembangunan Kartodirdjo (1986) menyebutkan bahwa dalam setiap masyarakat secara wajar timbullah dua kelompok yang berbeda peranan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ada terdapat banyak bentuk pola asuh orang tua dan dalam praktiknya orang tua tidak hanya memberlakukan satu jenis pola asuh secara konsisten sejak anak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Kelompok-kelompok tersebut akan tergabung pada suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali.

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Analisis Modal Petahana (Busyro Karim) Busyro Karim adalah kandidat petahana yang mencalonkan kembali pada Pemilu Bupati Sumenep 2015 dengan strategi yang dianalisis dengan

Lebih terperinci

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemuda merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam memajukan suatu bangsa dan juga perubahan bangsa di era globalisasi saat ini. Generasi mudalah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 145 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Tradisional Kampung Banceuy Desa Sanca Kabupaten Subang (Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. Negara yang mengaku dirinya adalah negara demokrasi, sejatinya memiliki kekuatan ada pada warga negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG PERATURAN DESA NANGGUNG KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG Lembaran Desa Nanggung Nomor 10 Tahun 2001 PERATURAN DESA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Fokus penelitian ini adalah Peran KH. Munir Abdullah dalam Membimbing Agama Masyarakat Desa Ngroto Kecamatan Gubug

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Fokus penelitian ini adalah Peran KH. Munir Abdullah dalam Membimbing Agama Masyarakat Desa Ngroto Kecamatan Gubug BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Fokus penelitian ini adalah Peran KH. Munir Abdullah dalam Membimbing Agama Masyarakat Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan, Maka penulis dapat menyimpulkan : 1. Metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KIARASARI Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pemberdayaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI WILAYAH KOTA BANJARMASIN DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 34 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : bahwa

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1

Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1 BAB I Pasal 1 ATRIBUT 1. PAKAR INDONESIA mempunyai atribut yang terdiri Lambang, Bendera, Panji, Gordon, Hymne, dan Mars Partai; 2. Ketentuan lebih lanjut tentang Panji, Gordon, Hymne, Mars dan penggunaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN KEPALA DESA KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PENGURUS RUKUN TETANGGA (RT)/RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGENALAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PENDIDIKAN KESADARAN BERKONSTITUSI 1 Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2

PENGENALAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PENDIDIKAN KESADARAN BERKONSTITUSI 1 Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2 PENGENALAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PENDIDIKAN KESADARAN BERKONSTITUSI 1 Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2 Selama 4 kali berturut-turut bangsa kita telah menyelesaikan agenda perubahan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkanpada rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi I. PEMOHON 1. Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) Provinsi

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Apakah kalian mempunyai saudara atau kakek dan nenek yang tinggal

Apakah kalian mempunyai saudara atau kakek dan nenek yang tinggal Gambar 1.1 Suasana di desa yang masih alami Apakah kalian mempunyai saudara atau kakek dan nenek yang tinggal di desa? Pernahkah kalian mengunjungi mereka? Bila kalian pernah pergi ke desa, pasti kalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu menjadi perdebatan terutama ditingkat elit politik. Desa merupakan insitusi

BAB I PENDAHULUAN. selalu menjadi perdebatan terutama ditingkat elit politik. Desa merupakan insitusi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur pemerintahan di Indonesia, desa sebagai unit lembaga yang paling berdekatan dengan masyarakat, posisi dan kedudukan hukumnya hingga saat ini selalu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan yang dimulai dari pendidikan tata buku sampai pendidikan akuntansi saat ini. Tentunya banyak hal

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi ditandai oleh adanya tiga prasyarat

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. Identifikasi Informan. Nomor : Nama Informan :

PANDUAN WAWANCARA. Identifikasi Informan. Nomor : Nama Informan : LAMPIRAN 155 156 157 Lampiran : PANDUAN WAWANCARA Identifikasi Informan Nomor : Nama Informan : Umur : Jenis kelamin : Status : Pendidikan : Alamat Kampung : Desa : Cikeukeuh Kecamatan : Kabupaten : Provinsi

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. Akuntabilitas Anggota Legislatif Terpilih Pada Pemilu 2009.

DAFTAR PERTANYAAN. Akuntabilitas Anggota Legislatif Terpilih Pada Pemilu 2009. DAFTAR PERTANYAAN I. Kata Pengantar Dengan Hormat, Sehubungan dengan penyelesaian Skripsi yang sedang saya lakukan di Departemen Ilmu Politik FISIP USU, maka saya melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGISIAN STRUKTUR ORGANISASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah tim pengelola kegiatan, tim penulis usulan,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah tim pengelola kegiatan, tim penulis usulan, BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah tim pengelola kegiatan, tim penulis usulan, kader pemberdayaan masyarakat desa, pengurus UPK Kecamatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE 2018-2024 DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43 BAB I PENDAHULUAN Setiap penelitian akan di latar belakangi dengan adanya permasalahan yang Akan dikaji. Dalam penelitian ini ada permasalahan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Tokoh Agama dalam Membentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL 86 BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL 4.1. Analisis Pelaksanaan Pengajian Tafsir Al-Qur an di Desa Jatimulya Kec.

Lebih terperinci

BAB VII PARTISIPASI KOMUNITAS TANI DAN KESIAPAN INSTITUSI DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN

BAB VII PARTISIPASI KOMUNITAS TANI DAN KESIAPAN INSTITUSI DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN 55 BAB VII PARTISIPASI KOMUNITAS TANI DAN KESIAPAN INSTITUSI DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN 7.1 Partisipasi sebagai Kunci Pemberdayaan Partisipasi menurut Apriyanto (2008) merupakan keterlibatan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan perbaikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Martapura Kabupaten Banjar diidentikan dengan pondok pesantrennya, dengan puluhan, ratusan, bahkan ribuan santri yang ada di dalamnya. Nilai-nilai religius yang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 2 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 2 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 2 TAHUN 2005 TENTANG MEKANISME DAN TATA TERTIB PEMILIHAN DAN PENENTUAN CALON ANGGOTA KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DARI UNSUR PAKAR KEPOLISIAN

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM Oleh: Donny Setiawan * Pada era demokratisasi sebagaimana tengah berjalan di negeri ini, masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pemerintahan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) I. SOSIALISASI Sebelum suatu PKBM didirikan di suatu komunitas/kampung/desa perlu dilakukan sosialisasi PKBM kepada seluruh

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2008 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keikutsertaannya mengambil suatu keputusan terhadap jalannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam keikutsertaannya mengambil suatu keputusan terhadap jalannya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keberadaan partai politik sangat mempengaruhi budaya politik masyarakat dalam keikutsertaannya mengambil suatu keputusan terhadap jalannya pemerintahan.sehingga

Lebih terperinci

LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN

LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN 1 LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN 29 April 2014 Lily Hoo Leni Dharmawan 2 Pengantar Apa itu Studi LLI Mengapa perlu melakukan LLI3? Ikhtisar Latar Belakang Masalah yang dihadapi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah kepada sejumlah masyarakat yang berkepentingan sesuai dengan tata cara dan aturan pokok yang

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA LEMBANG BALEPE KECAMATAN MALIMBONG BALEPE KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA LEMBANG BALEPE KECAMATAN MALIMBONG BALEPE KABUPATEN TANA TORAJA ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA LEMBANG BALEPE KECAMATAN MALIMBONG BALEPE KABUPATEN TANA TORAJA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Ilmu Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Universitas Islam bandung terkenal dengan universitas bernafaskan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Universitas Islam bandung terkenal dengan universitas bernafaskan Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Universitas Islam bandung terkenal dengan universitas bernafaskan Islam. Hal tersebut dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk warga Bandung atau pun seluruh masyarakat

Lebih terperinci

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang diresmikan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERAN MASYARAKAT DALAM BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perjalanan kehidupan umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perjalanan kehidupan umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karateristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III. Setting Penelitian

BAB III. Setting Penelitian BAB III Setting Penelitian A. Kondisi Geografis dan Keadaan Pulau Madura. 1. Geografi Posisi geografis Madura terletak ditimur laut Pulau Jawa, kurang lebih 7 sebelahselatan dari katulistiwa di antara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa tahap perkembangan. Keseluruhan tahap perkembangan itu merupakan proses yang berkesinambungan

Lebih terperinci

Bab 1 Pemerintahan Desa

Bab 1 Pemerintahan Desa Bab 1 Pemerintahan Desa Pernahkah kalian mengamati orang mengurus Kartu Tanda Penduduk? Tentu orang tersebut terlebih dahulu pergi ke ketua RT setempat. Kemudian ke kantor kepala desa/kelurahan dan dilanjutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat, pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan perempuan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Way Seputih Bumi Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden penelitian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Peran Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 3 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berbagai macam karakter masyarakat di Yogyakarta mampu memecah jaringan sosial yang dimiliki oleh kelompok masyarakat termasuk kelompok pengusaha asal Kuningan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2009 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa sebagai salah satu pemerintahan terendah dengan jumlah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah yang merupakan kesatuan

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB III TEMUAN PENELITIAN BAB III TEMUAN PENELITIAN Bab ini merupakan bab yang menjabarkan temuan penelitian yang mencakup : karakteristik responden, peran significant others, konsep diri, kemampuan mereduksi konflik dalam pemutusan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi, kesetaraan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka pada bab V ini peneliti akan merumuskan beberapa kesimpulan sebagai intisari dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan psikologis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 9/E, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terwujudnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta yang ada, dan memberikan saran sebagai pertimbangan dan masukan kepada pihak-pihak yang

Lebih terperinci