MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA Oleh AHMAD IMAM AMRULLAH HAKIM A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN AHMAD IMAM AMRULLAH HAKIM. Manajemen Persediaan Pasokan Belimbing Segar Berdasarkan Peramalan Time Series pada PT Sewu Segar Nusantara. (Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS). PT. Sewu Segar Nusantara (SSN) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi buah-buahan segar, seperti pisang cavendish, melon, apel, buah-buahan impor dan lainnya di Indonesia. Komoditi belimbing, merupakan jenis buah yang baru diperdagangkan pada tahun Dalam melakukan penyediaan pasokan buah belimbing, PT. SSN melakukan kerja sama kemitraan dengan kelompok tani belimbing setempat. Kota Depok, Jawa Barat merupakan sentra penghasil belimbing terbesar di Indonesia. Varietas buah belimbing khas Depok yang cukup dikenal masyarakat adalah var. Dewa-Dewi. Namun demikian, distribusi penjualan belimbing mulai dari kebun sampai dengan ke tangan konsumen hampir sepenuhnya dikuasai tengkulak. Kondisi seperti inilah yang membuat taraf hidup petani sulit untuk meningkat. Berdasarkan kondisi di atas, PT. SSN melakukan kerjasama kemitraan dengan kelompok petani belimbing di Kota Depok. Dengan harapan, kerjasama ini dapat meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas produk sekaligus meningkatkan taraf hidup petani. Gabungan Kelompok Tani Kali Licin (GKL) merupakan kelompok tani yang memenuhi syarat dalam kerjasama tersebut. Kegiatan pasokan perdana dari GKL terhadap PT. SSN terjadi pada bulan April tahun Selama periode tahun 2007, total pasokan belimbing yang diterima PT. SSN adalah 5,373 kilogram atau sekitar kilogram per minggu. Jumlah pasokan yang diterima perusahaan sangat kontras dengan potensi permintaan yang berkisar antara 1,500 sampai dengan 2,000 kilogram per minggu. Hal ini, terjadi karena besarnya pengaruh tengkulak dan sulitnya mengkoordinasi petani setempat yang menjual hasil panennya kepada tengkulak. Kondisi ini sangat mempengaruhi kuantitas dan kontinuitas pasokan buah belimbing terhadap PT. SSN. Akibatnya seringkali PT. SSN tidak menerima pasokan belimbing. Belum lagi, PT. SSN khusus untuk komoditi belimbing, pihak perusahaan belum mempunyai perencanaan peramalan yang tepat dan perhitungan jumlah pasokan yang optimal. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dalam riset ini akan dianalisa peramalan time series dan manajemen persediaan pasokan buah belimbing segar pada PT. SSN. Dengan demikian, perusahaan dan GKL dapat memprediksi berapa jumlah pasokan yang harus dipenuhi, sehingga kemungkinan terjadinya pasokan yang kosong tidak kembali terulang. Hasil analisis pola data, menunjukkan bahwa data pasokan merupakan data mingguan yang bersifat tidak stabil. Pada periode tahun 2007 terdapat 36 minggu atau sembilan bulan berjalan, dengan jumlah frekwensi pasokan sebanyak 33 kali pasokan yang terjadi. Sementara itu, interval kuantitas pasokan mulai dari 0 (nol) kilogram sampai dengan 530 kilogram pasokan per minggu, dengan rata-rata pasokan sebesar kilogram per minggu. Berdasarkan grafik pola ACF dan PACF, tampak tidak ada paku-paku atau lag yang melewati garis kritis. Hal ini dapat diartikan, model dianggap memadai

3 jika komponen residual untuk berbagai time lag tidak berbeda nyata dari nol. Selain itu, kedua grafik tesebut memperlihatkan bahwa data yang tersedia tidak perlu dilakukan pen-diference-an kembali. Dengan kata lain, hipotesis awal berdasarkan pola grafik ACF dan PACF tersebut, mempunyai model data yang bersifat stasioner. Berdasarkan analisis metode peramalan yang dilakukan, maka metode peramalan yang paling sesuai dengan jenis dan kondisi data yang tersedia adalah metode dekomposisi additive dengan seasonal length 6. Dari hasil persamaan peramalan tersebut, diperoleh hipotesis yaitu proyeksi pasokan untuk periode tahun 2008 cenderung meningkat, dengan rata-rata pasokan per minggu kilogram. Proyeksi total pasokan belimbing segar yang diterima PT. SSN tahun 2008 adalah sebesar 8, kilogram. Pola data proyeksi juga menunjukkan sifat tidak stabil. Dari perhitungan identifikasi biaya, biaya pemesanan per order adalah Rp 175,000.-; biaya penyimpanan per box sebesar Rp 15,350.- sehingga biaya pemesanan per tahun (12 bulan) sebesar Rp 7,700,000.- dan biaya penyimpanan per tahun (12 bulan) Rp 21,993, Dari hasil identifikasi biaya tersebut diperoleh biaya persediaan per tahun sebesar Rp 29,693,480.- Hasil perhitungan EOQ diperoleh kuantitas pasokan komoditi belimbing yang optimal pada tahun 2007 (12 bulan) adalah 209 box atau setara dengan 1,045 kilogram pasokan per order. Sementara itu, frekwensi pasokan yang optimal untuk tahun 2007 adalah 9.2 kali pasokan atau 5.2 minggu sekali pasokan dilakukan. Untuk hasil proyeksi nilai EOQ pada periode tahun 2008, juga turut dipengaruhi pergerakan biaya pemesanan dan penyimpanan. Hasil perhitungan EOQ menunjukkan bahwa proyeksi kuantitas pasokan yang optimal adalah sebanyak 198 box atau setara dengan 990 kilogram buah belimbing. Frekwensi pengiriman optimal dalam satu tahun diproyeksikan sebanyak 9 kali, atau pengiriman dilakukan sebanyak 5.33 minggu sekali. Dampak dari hasil analisis persediaan real pada tahun 2007 dibandingkan dengan hasil perhitungan EOQ tahun 2008 memberikan efisiensi pengeluaran biaya pemesanan. Hal ini terjadi karena penurunan jumlah pesanan yang harus dilakukan PT. SSN per tahun. Besar penghematan yang dapat diterima pada periode tahun 2008 perusahaan diproyeksian sebesar persen dibandingkan biaya pemesanan pada tahun Berdasarkan hasil analisis sensistivitas terhadap atas hasil proyeksi EOQ, ada tiga komponen yang dijadikan faktor analisis. Pertama, jumlah pasokan yang diterima PT. SSN; kedua, biaya pemesanan; dan ketiga, biaya penyimpanan. Hasil analisis tersebut menunjukkan agar perusahaan dapat tetap menggunakan sistem pasokan per minggu dengan jumlah dan frekwensi pasokan yang optimal, serta mutu kesegaran buah terjaga, maka PT. SSN harus mampu meningkatkan jumlah penerimaan total pasokan dari GKL pada tahun 2008 hingga 605 persen (63 ton) dibandingkan dengan hasil proyeksi total pasokan pada tahun 2008 (sekitar 8.9 ton atau setara dengan 1,785 box. Peningkatan jumlah pasokan hingga 63 ton (12,584 box) pasokan belimbing selama satu tahun, sangat mungkin dilakukan karena total produksi belimbing Kota Depok tahun 2006 mencapai 4,000 ton. Pada saat yang sama potensi permintaan minimal belimbing segar PT. SSN mencapai 72 ton per tahun.

4 MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA Oleh : AHMAD IMAM AMRULLAH HAKIM A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul : Manajemen Persediaan Pasokan Belimbing Segar Berdasarkan Peramalan Time Series pada PT Sewu Segar Nusantara Nama : Ahmad Imam Amrullah Hakim NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Muhammad Firdaus, Ph.D NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP Tanggal Kelulusan : 18 Maret 2008

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT SEWU SEGAR NUSANTARA BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Maret 2008 Ahmad Imam Amrullah Hakim NRP. A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Juni 1981, putra pertama dari empat bersaudara dengan Ayahanda AZ. Abidin dan Ibunda Potjut Yusnidar. Penulis mengenal dunia pendidikan pada TK Aisyah Tebet Jakarta. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Muhammadiyah 2 Rawadenok Depok pada tahun Untuk selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMP Negeri 2 Depok tahun Pendidikan tingkat atas, diselesaikan di SMU Negeri 2 Depok tahun Penulis mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor mulai tahun 1999, dan lulus pada Program DIII Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun Untuk selanjutnya, pada tahun 2003 penulis diterima pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, IPB. Penulis mempunyai pengalaman kerja pertama kali pada PT. Agatho Agro (magang) tahun Selanjutnya tahun menjadi Ketua Kelompok Usaha Pemuda Al-Ishlahy sebagai pengelola Program Life Skills Kategori KUPP dari Depdiknas RI periode tahun 2003; sebagai Ass. Manajer Adm&Keu PD. AliAkbar InspirationFile (2005 s/d sekarang); Staf Redaksi Jurnal Cultural Watch PERISKOP (2006 s/d sekarang); Marketing PT. Pandu Dana Utama Berjangka (2006); Agensi Iklan Code Id Adv (2007); sejak akhir 2007 hingga 2008 penulis menjadi Manager Operasional pada CV. MUG. Dalam bidang sosial penulis menjadi Sekretaris Umum Yayasan Manee Sawang Seujahtra (2005 s/d sekarang), foundation yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas Rahmat dan Rahim Nya, skripsi yang berjudul Manajemen Persediaan Pasokan Belimbing Segar Berdasarkan Peramalan Time Series pada PT Sewu Segar Nusantara (SSN) dapat diselesaikan. Skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi buah-buahan segar dan petani mitra yang terkait. Komoditi yang diteliti adalah buah belimbing segar, merupakan jenis buah yang baru diusahakan oleh PT. SSN pada tahun 2007, dimana perusahaan menggunakan kelompok tani dalam pengembangan bisnis. Namun demikian, perencanaan dan pelaksanaan bisnis yang dilakukan belum menggunakan peramalan yang tepat. Akibatnya seringkali terjadi kondisi pasokan yang tidak sesuai dengan harapan perusahaan. Besar harapan penulis, riset ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berminat mendalami komoditi belimbing lebih lanjut. Akhir kata, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan baik berupa tulisan maupun susunan kalimat yang kurang memadai. Bogor, Maret 2008 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul Manajemen Persediaan Pasokan Belimbing Segar Berdasarkan Peramalan Time Series pada PT Sewu Segar Nusantara sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil, yaitu: 1. Bapak Muhammad Firdaus, Ph.D, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi. 2. Ibu Ir. Yayah K Wagiono, MEc, sebagai Ketua Progam Ekstensi Manajemen Agribisnis, atas kebijakannya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Prof. Dr. Isang Gonarsyah, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi. 4. Ibu Ir. Harmini, MS, sebagai dosen penguji sidang yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. 5. Ibu Tintin Sarianti, Sp, sebagai dosen komdik Program Ekstensi Manajemen Agribisnis atas segala segala saran yang telah diberikan. 6. Kedua orang tua dan adik-adik tercinta yang telah memberikan perhatian, dorongan moril dan materil dalam penyusunan skripsi.

10 7. Bapak Hermen, yang sangat membantu penulis dalam penyediaan data pasokan belimbing terhadap perusahaan. 8. Bapak Nanang, sebagai Ketua Gapotan Kali Licin memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Bapak Anshori, dkk di kebun belimbing yang telah memberikan bantuannya selama proses penelitian. 10. Ika, Luther, Maimun, Arie dkk atas perhatian, dukungan dan bantuan yang diberikan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 11. Kak Maya, Rahmi, Mba Nur dan seluruh pihak sekretariat Program Ekstensi Manajemen Agribisnis atas bantuannya. 12. Seluruh rekan-rekan Ekstensi Manajemen Agribisnis terutama angkatan VIII yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam kolokium dan seminar. Akhir kata, semoga amal baik dari Bapak, Ibu dan rekan-rekan semuanya mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Bogor, Maret 2008 Penulis

11 DAFTAR ISI Daftar Tabel... xiii Daftar Gambar... xiv Daftar Lampiran... xv Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Keterbatasan Penelitian Bab II. Tinjauan Pustaka Keragaan Budidaya, Potensi dan Prospek Belimbing Manis Hasil Penelitian Terdahulu Bab III. Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Permintaan dan Penawaran Peramalan Ketepatan Model Peramalan Economic Order Quantity (EOQ) Kerangka Pemikiran Operasional Bab IV. Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Analisis Data Peramalan Analisis Economic Order Quantity Bab V. Gambaran Umum PT. SSN dan GKL Profil Perusahaan Profil GKL Latar Belakang Kemitraan GKL PT. SSN Pola Kemitraan dan Pemasaran PT. SSN GKL... 56

12 Bab VI. Peramalan Volume Pasokan PT SSN Identifikasi Pola Data Pasokan Buah Belimbing Segar Analisa Peramalan dan Metode Peramalan Terbaik Peramalan Pasokan Berdasarkan Metode Time Series Terpilih Bab VII. Manajemen Persediaan Pasokan pada PT SSN Identifikasi Biaya Analisa (Economic Order Quantity) EOQ Analisa Proyeksi EOQ untuk Periode Tahun Analisa Sensitivitas Hasil Proyeksi EOQ Bab VIII. Implikasi Terhadap Kebijakan Perusahaan Bab IX. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Pertumbuhan Penduduk di Kota Depok Periode Perkembangan Produksi Hortikultura Unggulan Kota Depok Periode Tahun Volume Pasokan Komoditi Belimbing PT. SSN Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series Terbaik Seasonal Indices pada Persamaan Metode Peramalan Dekomposisi Additive dengan Seasonal Length Ramalan Pasokan Belimbing yang diterima PT. SSN dari GKL periode Januari Desember Tahun Frekwensi Pasokan Belimbing Periode Biaya Pemesanan (S) PT. SSN per Pesanan Periode Tahun Total Biaya Pemesanan PT. SSN Periode Tahun Komponen Biaya Penyimpanan (H) Periode Tahun Uraian Perhitungan Biaya Penyimpanan PT. SSN pada Periode Biaya Persediaan Belimbing PT. SSN Periode Perhitungan Jumlah Pasokan Optimal Komoditi Belimbing Pada PT. SSN Tahun Perhitungan Proyeksi Jumlah Pasokan Optimal Buah Belimbing pada PT. SSN Tahun Selisih Penghematan Biaya Pemesanan PT. SSN Proyeksi Perubahan EOQ dan F Akibat Perubahan Jumlah Pasokan yang Diperoleh PT. SSN pada Tahun Proyeksi Perubahan EOQ dan F Akibat Perubahan Jumlah Biaya Persediaan pada PT. SSN Tahun

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Pembentukan Kurva Permintaan Pasar dari Kurvakurva Permintaan Individu Pembentukan Kurva Penawaran Pasar dari Kurvakurva Penawaran Perusahaan Grafik Hubungan antara Kedua Jenis Biaya Persediaan Tingkat Persediaan dengan Waktu dalam EOQ Diagram alur Kerangka Pemikiran Operasional Plot Data Pasokan Komoditi Belimbing Periode April Desember Tahun Pola ACF Plot Autokorelasi Data Pasokan Periode Pola PACF Plot Autokorelasi Data Pasokan Periode Grafik Peramalan Pasokan Belimbing Periode Januari Desember

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Strukur Organisasi PT. SSN Plot ACF dan PACF Pasokan Buah Belimbing PT. SSN Tabel Nilai MSE Hasil Analisis Metode Peramalan Time Series Pasokan Buah Belimbing Segar pada PT. SSN Output Analisis Metode Peramalan ARIMA (1,0,1) Output Analisis Metode Peramalan ARIMA (3,0,3) Output Analisis Metode Peramalan (Terpilih)

16 BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dan semakin banyaknya masyarakat yang mengerti pentingnya nilai gizi dari buah-buahan, membuat komoditas hortikultura memiliki prospek yang cukup cerah dimasa depan. Sesuai dengan anjuran FAO, untuk mencapai kecukupan gizi, ditargetkan rata-rata konsumsi buah per kapita penduduk Indonesia mencapai 60 kg per kapita per tahun. Senada dengan hal tersebut, Dirjen Hortikultura, Departemen Pertanian RI juga menargetkan pada tahun 2005 konsumsi buah mencapai 73 kilo gram per kapita per tahun. Hal ini akan memberikan dampak peningkatan jumlah konsumsi buah yang sangat besar dimasa yang akan datang, mengingat pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah per kapita per tahun di Indonesia hanya mencapai 22.9 kg per tahun. Sektor hortikultura khususnya komoditas unggulan, jika dinilai dari sisi ekonomi mempunyai nilai tambah yang berpengaruh pada nilai jual yang tinggi. Oleh sebab itu, jika dikelola dengan serius, efektif dan efisien serta memiliki nilai komparatif-kompetitif, sektor ini berpotensi untuk dikembangkan secara komprehensif dalam tatanan agribinis. Sektor ini juga merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu meningkatkan income petani. Kota Depok merupakan salah satu Kota yang memiliki letak sangat strategis untuk dijadikan sebagai salah satu sentra hortikultura. Letak geografis Kota Depok berada pada LS dan BT. Depok merupakan daerah

17 bentangan dengan dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara m diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kondisi lahan Kota Depok juga merupakan tanah yang cukup subur. Kota Depok yang berdekatan dengan DKI Jakarta berdampak pada perkembangan Kota Depok yang cukup pesat dengan hadirnya supermarket dan supermal di wilayah ini seperti Carefour, Hipermarket, Alfa, Super Indo, Tip Top, Matahari, Ramayana dan lain-lain. Belum lagi jika dilihat dari meningkatnya jumlah penduduk yang menetap di Kota Depok yang kian tahun semakin padat, seperti yang terlihat pada Tabel 1. kondisi akan memberikan pengaruh dalam hal potensi pemasaran produk hortikultura unggulan di Kota Depok khususnya Kota Jakarta dan sekitarnya. Tabel 1. Pertumbuhan Penduduk di Kota Depok Periode No Tahun Jumlah (jiwa) Pertumbuhan (%) ,247, ,289, ,331, ,374, ,420, Sumber : BPS Kota Depok, 2006 Arahan strategi pembangunan pertanian perkotaan Kodya Depok adalah pengembangan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan memiliki nilai tambah yang didukung oleh sumber daya daerah dan pemanfaatan teknologi. Kata Kunci Daya Saing dan Nilai Tambah nampaknya perlu menjadi syarat dalam pemilihan komoditas potensial di Kota Depok. Pembangunan pertanian di Kota Depok juga diarahkan untuk memelihara dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya mengantisipasi kompetisi dan

18 diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut persyaratan mutu dan keamanan produk. (Dinas Pertanian Kota Depok, 2006). Perkembangan produksi hortikultura Kota Depok antara tahun terlihat cenderung berfluktuasi. Tidak semua tanaman memiliki trend positif. Dari sekian banyak jenis tanaman (lebih dari 30 Tanaman) hanya sekitar 12 jenis tanaman yang mempunyai trend positif. Untuk perkembangan produksi hortikultura Kota depok dapat diamati pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi Hortikultura Unggulan Kota Depok Tahun No Komoditi Tahun (KW) * 1 Belimbing 8,250 5,945 5,945 6,062 6,962 50,514 40,473 2 Jambu Biji 1,776 10,264 10,264 11,053 11,053 35,795 31,766 3 Pisang 3,660 17,184 17,184 17,064 20,778 37,546 55,355 4 Pepaya 5,545 15,047 15,047 15,580 21,683 33,570 20,029 5 Rambutan - 12,763 12, ,762 25,883 12,769 6 Mangga 1,255 2,290 2,290 2,290 2,291 4,342 1,798 7 Nangka / Cempedak 2,057 16,502 16,502 16,525 22,637 17,980 6,909 Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok, 2006 Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa perkembangan produksi komoditas belimbing meningkat tajam dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Belimbing Manis Depok dengan varietas Dewa/i sudah cukup dikenal masyarakat. Dengan warna buah yang kuning kemerahan, buah yang besar dan rasa manis nampaknya cukup banyak diminati pasar. Menurut Dinas Pertanian Kota Depok, tingginya tingkat pertumbuhan produksi buah belimbing, disebabkan beberapa hal. Pertama, belimbing manis merupakan salah satu jenis tanaman potensial yang mudah dibudidayakan. Kedua,

19 terjadinya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan usaha tani sawah dan sayuran, berubah menjadi perkebunan belimbing manis. Ketiga, tingginya tingkat pertumbuhan belimbing varietas Dewa/i khas Depok, juga didukung dengan Keputusan WaliKota Depok No. 18 tahun 2003, yang memuat antara lain: 1) peningkatan produktivitas pertanian; 2) pengembangan kelembagaan pertanian; 3) peningkatan pemasaran produk; 4) peningkatan pelayanan sektor pertanian; dan 5) pengembangan potensi unggulan pertanian pada tingkat pencapaian target satu produk potensial berkembang. Faktor terakhir yang juga berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan belimbing manis adalah karena adanya pergeseran pemahaman konsumen yang menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja melainkan diminati karena khasiatnya. Konsumen buah belimbing manis rata-rata adalah golongan ekonomi menengah ke atas. Ditambah lagi seiring waktu, semakin banyak jenis belimbing olahan yang tersedia di pasaran. Faktor-faktor di atas menjadikan Kota Depok sebagai sentra produksi belimbing manis nomor satu di Indonesia pada tahun 2005 dan merupakan salah satu buah tropika unggulan nusantara. Selain itu, pemerintah Depok sejak tahun 2006 juga telah mencanangkan komoditas Belimbing Manis varietas Dewa/i sebagai icon Kota Depok. Secara global perkiraan permintaan belimbing manis setiap tahun diperkirakan akan meningkat. Besar peningkatannya adalah sekitar 6.1 persen per tahun ( ); 6.5 persen per tahun ( ); 6.8 persen per tahun ( ); dan mencapai 8.9 persen per tahun ( ). Hal ini menunjukkan

20 bahwa prospek agribisnis belimbing manis sangat cerah jika dikelola secara intensif dan komersial. Untuk Permintaan pasar lokal khususnya konsumen DKI Jakarta diperkirakan mencapai 4,000-4,500 ton per tahun. Belum lagi kebutuhan Kota-Kota besar lainnya seperti Bandung, Surabaya, Medan, Batam dan lainnya. Namun demikian, hingga saat ini kemampuan produksi buah belimbing Kota Depok hanya berkisar 2,800 3,000 ton per tahun. (Dinas Pertanian Kota Depok, 2006). Untuk mencapai target pemenuhan pangsa pasar dan pelaksanaan program pembangunan pertanian tersebut, Dinas Pertanian Kota Depok melakukan Progam Kegiatan Pengembangan Komoditas (KPK) Belimbing sebagai icon Kota Depok, yang merupakan kegiatan dimana outputnya adalah meningkatnya populasi belimbing yang ditanam, peningkatan produksi dan produktivitas serta peningkatan income petani pemula dan petani produktif. Kegiatan tersebut ditujukan pada 31 Kelurahan ada di Kota Depok, yang terdiri dari 23 kelompok tani dengan objek sasaran 994 jumlah petani (KK). Total pohon yang dijadikan projek adalah sebanyak 10,000 pohon belimbing. Kelas kelompok sasaran dibagi menjadi empat kelompok yaitu, Pemula, Madya, Lanjut, dan Utama atau disebut juga Kelompok Tani Panutan. Profil Kelembagaan Petani Belimbing di Kota Depok pada umumnya tergabung dalam kelompok tani atau Gapoktan, walaupun dalam hal pemasaran belimbing masing-masing anggota masih terikat oleh keberadaan tengkulak. Upaya para petani dan pemerintah untuk memfasilitasi pemasaran produk para Petani Belimbing Kota Depok dengan membentuk Asosiasi Petani Belimbing Depok (APEBEDE) belum banyak dirasakan manfaatnya.

21 Untuk itu, fasilitasi kemitraan dengan perusahaan retail buah segar terus dilakukan. Dengan tujuan posisi tawar petani dalam penjualan produk belimbingnya dapat lebih baik. Walaupun tersendat diharapkan pemasaran belimbing pada tahun mendatang lebih baik, hal ini ditunjang dengan kualitas produk yang lebih baik. Untuk mendapatkan kualitas Belimbing yang baik, terus diupayakan pelatihan Standar Operasional Produksi (SOP) Belimbing dan penerapan kebun contoh. Salah satu pilot projek bentuk kemitraan kelompok petani belimbing adalah antara Kelompok Tani Kali Licin, Kelurahan Pacoranmas (Kelas Utama/Panutan), telah menjalin kemitraan penjualan dan pembinaan dengan PT. Sewu Segar Nusantara (PT. SSN). Dalam hal ini PT. SSN bertindak sebagai pembeli belimbing manis segar langsung dari petani, untuk dijual dan didistribusikan pada supermarket, supermal dan agen PT. SSN. Jalinan kemitraan ini telah berlangsung sejak awal tahun Perumusan Masalah PT. SSN merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam distribusi buah-buahan segar. Jenis buah yang didistribusikan, mulai dari pisang, apel, dan lain sebagainya hingga belimbing. Termasuk di dalamnya buah-buahan hasil impor. Jalinan kemitraan yang dilakukan PT. SSN dengan Gapoktan Kali Licin (GKL) merupakan salah satu bentuk diversifikasi jenis komoditas baru yang diperjualbelikan PT. SSN. Oleh sebab itu, persentase perbandingan jumlah buah belimbing dengan total jumlah komoditas buah-buahan lainnya masih dalam skala

22 kecil. Jika dibandingkan, total jumlah komoditas belimbing hanya kurang dari dua persen dari total kuantitas buah yang didistribusikan PT.SSN. Sebagai sebuah komoditas unggulan Kota Depok, pengembangan belimbing khas Depok juga terlilit berbagai masalah dalam pelaksanaan. Akar masalah tersebut adalah belum stabilnya pasokan dan penawaran belimbing; belum adanya strategi produksi, permodalan terbatas; kurangnya fasilitas pasca panen dan pengolahan; belum terciptanya jejaring usaha dan kemitraan; serta kualitas SDM yang masih rendah atau masih berorientasi subsisten. (Dinas Pertanian Kota Depok, 2006). Dari hasil penelusuran lapang, kondisi ini terjadi akibat pengaruh tengkulak yang menguasai hasil produksi buah belimbing segar hampir pada semua kebun buah belimbing di Kota Depok. Hal ini dapat terjadi disebabkan beberapa hal, antara lain kondisi petani sudah terikat secara moral (hubungan kekerabatan) maupun materil (hutang-piutang) dengan tengkulak, ditambah lagi kurangnya pengetahuan dan informasi pasar yang dimiliki petani belimbing. Selain hal tersebut, ancaman berkurang pasokan belimbing dari Kota Depok dapat juga terjadi akibat dari perubahan fungsi lahan, untuk kegiatan properti, proyek SUTET, rencana pelebaran jalan protokol dan pembuatan jalan tol. Hampir sebagian besar lahan proyek dan kegiatan tersebut, kebanyakan merupakan alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan lahan pertanian atau perkebunan. Hal ini pula yang menjadikan komoditi belimbing di Kota Depok akan mengalami kesulitan dikembangkan secara baik dan dikerjasamakan dengan pihak distibutor buah segar yang mapan, karena hingga saat ini belum ada kejelasan dan

23 kepastian jumlah pasokan, jumlah ril produktivitas tanaman yang menghasilkan dan hal lainnya yang berhubungan dengan kualitas, kuantitas, dan kesinambungan komoditi yang diperdagangkan. Untuk jangka panjang, kondisi seperti ini tidak menguntungkan bagi kedua belah pihak. Baik dari sisi petani maupun perusahaan. Ditinjau dari sisi perusahaan, PT. SSN merupakan mitra utama (pembeli) langsung belimbing segar dari petani. Ketidakpastian jumlah pasokan belimbing yang diterima perusahaan berakibat pada ketidakmampuan PT. SSN memenuhi permintaan rutin konsumen karena barang yang tidak tersedia. Hal ini akan memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Pertama, PT. SSN dirugikan karena pasokan tidak stabil atau fluktuatif, sehingga konsumen dapat membatalkan pesanannya. Kedua, akibat tidak adanya jaminan kepastian jumlah pasokan yang diterima, maka biaya overhead project (BOP) perusahaan akan meningkat. Kondisi komiditi yang diperjualbelikan kosong, sementara dalam waktu bersamaan biaya variabel, upah tenaga kerja tetap yang bertanggungjawab terhadap pasokan belimbing, dan biaya lainnya harus tetap dikeluarkan. Ketiga, dengan tingginya permintaan konsumen komoditi belimbing terhadap PT. SSN namun disaat yang sama pasokan GKL tidak stabil, akan berdampak pada hilangnya kesempatan untuk mendapatkan profit bagi perusahaan. Hingga saat ini, dengan kondisi tersebut, baik PT. SSN maupun GKL belum memiliki sistem peramalan berapa jumlah komoditas belimbing yang mampu dipasok oleh GKL terhadap PT. SSN. Padahal peramalan yang dilakukan merupakan sebuah bentuk antisipasi lonjakan atau paceklik produksi belimbing dimasa yang akan datang. Tanpa adanya peramalan yang benar apalagi belum

24 tersedianya data yang akurat dan aktual, mustahil tatanan agribisnis komoditas belimbing dapat berjalan dengan benar. Dampak yang terjadi adalah pihak satu sama lain seringkali harus menerima kenyataan surplus dan defisit barang. Pada akhirnya kedua belah pihak merasa dirugikan satu sama lain, karena faktor barang yang busuk karena panen raya, atau sebaliknya. Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pola pasokan belimbing segar dari GKL kapada PT. SSN? 2. Bagaimanakah metode peramalan yang sesuai dengan pola data pasokan dan proyeksi pasokan belimbing segar pada PT. SSN satu tahun ke depan? 3. Bagaimanakah kuantitas dan frekwensi pasokan yang optimal pada PT. SSN serta pengaruhnya terhadap biaya persediaan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tentang peramalan dan optimalisasi pasokan belimbing segar di PT. SSN adalah : 1. Mengidentifikasi pola pasokan belimbing segar pada PT. SSN. 2. Menganalisis metode peramalan yang sesuai dan memprediksi pasokan belimbing segar terhadap PT. SSN satu tahun ke depan. 3. Menganalisis kuantitas dan frekwensi pasokan belimbing segar yang optimal pada PT. SSN serta pengaruhnya terhadap biaya persediaan.

25 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai penyusunan skripsi, sekaligus menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam disiplin sosial ekonomi pertanian. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi PT. SSN, GKL, Dinas Pertanian Kota Depok dan Asosiasi Petani Belimbing Depok serta pihakpihak yang ingin mengembangkan komoditas belimbing manis secara komersial dimasa yang akan datang. 3. Sebagai bahan literatur bagi para peneliti lainnya dalam melakukan riset tentang komoditas hortikultura unggulan. 1.5 Keterbatasan Penelitian Dalam analisa riset ini, penulis perlu menyampaikan beberapa keterbatasan penelitian. Beberapa hal tersebut diantaranya yaitu : 1. Jenis komoditi belimbing, merupakan jenis pengembangan usaha PT. SSN yang baru di mulai tahun 2007, begitu pula halnya dengan kerja sama antara GKL dan PT. SSN baru mulai terjalin tahun Data yang tersedia masih minim dan masih dalam keadaan mentah. 3. Jangka waktu data yang tersedia relatif singkat (hanya tahun 2007). 4. Besarnya peran tengkulak dalam proses penjualan dan distribusi komoditi belimbing di Kota Depok, sehingga sulit untuk menjelaskan berapa potensi ril produksi belimbing yang dihasilkan GKL untuk PT. SSN.

26 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Budidaya, Potensi dan Prospek Belimbing Manis Dalam website pada November 2007, diuraikan bahwa belimbing merupakan tanaman buah yang berasal dari kawasan Malaysia, Pada tahun 1993 negara ini mampu mengekspor buah belimbing segar sebanyak 10,220 mt (metrik ton) senilai dua milyar rupiah yang dipasok ke Hongkong, Singapura, Taiwan, Timur Tengah, dan Eropa Barat. Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak Kapur, Demak Kunir, Demak Jingga, Pasar Minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki ph Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara cm dibawah permukaan tanah. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 meter dpl. Umur panen (petik) buah belimbing sangat dipengaruhi oleh letak geografi penanaman, yaitu faktor lingkungan dan iklim. Pembungaan dan pembuahan belimbing dapat terus menerus sepanjang tahun, masa panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun.

27 Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat mencapai antara buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5 m dengan populasi per hektar antara pohon dengan produktivitas buah/pohon dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6 19 ton. Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara pohon dengan potensi produktivitas buah/pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 6 19 ton buah belimbing. Pada panen raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 750,- sampai Rp. 7,000.- per kg. 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan, ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan agar analisa yang dilakukan dalam penelitian ini dapat memperoleh hasil optimal. Hasil penelitian dari Wiwaha (2007), Sugiharta (2002), Ismail (2007), Husen (2006) dan Ernawati (1999) akan diuraikan sebagai berikut. Penelitian Wiwaha (2007), dilakukan pada PT. Sewu Segar Nusantara (SSN). Analisis yang dilakukan mengenai pengendalian pasokan pisang cavendish berdasarkan hasil peramalan penjualan time series pada perusahaan tersebut. Dasar dilakukannya penelitian ini disebabkan oleh fluktuasi pasokan pisang cavendish kualifikasi grade C3 (sunpride) dan grade FB (sunfresh) terhadap PT.

28 SSN. Metode analisis yang digunakan adalah metode peramalan time series dan analisa pengendalian pasokan atas hasil ramalan penjualan. Metode permalan yang terbaik dalam peramalan pisang cavendis grade C3 adalah menggunakan metode SARIMA (1,0,0)(0,0,1) 6 dengan Nilai MSE 10,271,151. Sedangkan untuk grade FB metode peramalan yang paling tepat adalah metode SARIMA (1,2,0)(2,1,0) 8 dengan nilai MSE 5,382,093. Hasil akhir dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata penjualan pisang cavendish grade C3 cenderung stabil setiap bulannya dibandingkan grade FB. Hasil analisis EOQ atau kuantitas pemesanan optimal, membuat biaya pemesanan kedua grade tersebut untuk ke-12 bulan berikutnya menurun. Teknik peramalan yang dilakukan Sugiharta (2002) dalam penelitiannya tentang peramalan harga komoditi cabai merah di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta menggunakan 30 metode peramalan time series. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pola harga kedua komoditi cabai merah besar dan cabai merah keriting non-stationer. Metode ARIMA (2,1,2) paling sesuai untuk harga cabai merah keriting dan ARIMA (1,1,1) paling sesuai untuk harga cabai merah besar. Metode berikutnya yang juga menghasilkan ramalan cukup akurat adalah metode SES dan metode naive. Penelitian mengenai peramalan lainnya dapat dilihat pada hasil penelitian Ismail (2007), dengan objek penelitian pada PT. Sinar Sosro Kantor Penjualan Sukabumi (SSKP), yang bertujuan mengidentifikasi menajemen persediaan, dengan jenis produk yang diteliti yaitu Teh Botol Sosro (TBS) dan Fruit Tea Genggam (FTG). Peneliti menganalisis metode peramalan yang paling akurat dalam memprediksi penjualan produk PT. SSKP selama 12 bulan kedepan.

29 Hasil risetnya menunjukkan bahwa kedua jenis produk SSKP (TBS dan FTG) mempunyai pola data trend dan musiman. sedangkan metode peramalan yang paling sesuai untuk jenis TBS adalah SARIMA (0,0,2)(2,2,0) 3 dengan nilai MSE sebesar Sedangkan metode peramalan yang paling cocok dengan jenis FTG adalah menggunakan metode SARIMA (0,0,1)(1,0,0) 12 dengan nilai MSE Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan metode EOQ, untuk TBS sebaiknya dilakukan pesanan sebanyak krat dengan frekwensi pesanan 57 kali. Sedangkan untuk FTG, kuantitas setiap kali pesanan sebaiknya sebesar karton, dengan frekwensi 19 kali per tahun. Untuk penelitian yang berhubungan langsung dengan komoditi belimbing manis, dapat diamati pada hasil riset yang dilakukan oleh Husen (2006). Penelitian ini menganalisis pendapatan usaha tani dan pemasaran buah belimbing Depok varietas Dewa/I, penelitian dilakukan di Kota Depok. Metode penelitian yang digunakannya, meliputi analisis pendapatan usaha tani, imbangan penerimaan, R/C ratio, analisis struktur pasar, analisis perilaku pasar, saluran pemasaran, dan analisis margin serta efisiensi pemasaran. Penelitiannya mengenai pemasaran buah belimbing varietas Dewa-Dewi di Kota Depok menunjukkan bahwa petani sebagai penjual berjumlah cukup banyak, sedangkan jumlah tengkulak (pedagang pengumpul) terbatas, sehingga dalam kondisi seperti ini petani merupakan pihak penerima harga (price taker), karena tidak mempunyai daya tawar pada komoditi yang diperdagangkan. Selain itu, informasi yang diperoleh petani mengenai harga jual bersumber dari tengkulak

30 dan sesama petani, sehingga informasi harga dan pasar yang diperoleh petani tidak sempurna. Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (1999), menunjukkan bahwa saluran pemasaran yang paling efisien adalah adalah saluran pemasaran yang memiliki pola terpendek. Dalam pola seperti ini, keuntungan yang diperoleh petani lebih tinggi, karena petani mempunyai daya tawar lebih tinggi. Namun demikian resikonya, petani harus siap menghadapi kemungkinan buah tidak laku terjual. Dari hasil uraian di atas, penelitian yang dilakukan penulis secara umum mempunyai beberapa kesamaan. Beberapa diantaranya adalah, komoditi yang diteliti merupakan komoditi yang berkaitan dengan agribisnis, metode analisis yang digunakan juga merupakan metode peramalan time series, selain itu juga menganalisa manajemen persediaan pada perusahaan yang bersangkutan. Secara khusus riset ini mempunyai kemiripan alat analisis dengan riset Wiwaha (2007) dan Ismail (2007). Namun demikian, perbedaan mendasar dari riset ini adalah kondisi data, jenis komoditi yang diteliti, dan lamanya bisnis komoditi tersebut berjalan. Oleh sebab itu, dalam analisa riset ini ada beberapa modifikasi dan penambahan analisa yang disesuaikan dengan kondisi data dan perusahaan yang diteliti, serta belum dilakukan pada riset-riset sebelumnya. Salah satunya adalah analisa sensistivitas jumlah pasokan dan perubahan biaya persediaan terhadap jumlah dan frekwensi pasokan yang optimal komoditi belimbing pada PT. SSN.

31 BAB. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Permintaan dan Penawaran Menurut Nicholson (2002), permintaan pasar (market demand) untuk suatu barang merupakan kuantitas total permintaan barang tersebut oleh seluruh pembeli potensial. Kurva permintaan pasar (market demand curve) menunjukkan hubungan antara kuantitas total yang diminta dengan harga pasar dari barang tersebut, ketika faktor lain dianggap konstan. Bentuk kurva permintaan pasar dan posisinya ditentukan oleh bentuk kurva permintaan setiap individu untuk produk yang diminta. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi atau menggeser kurva permintaan pada posisi yang baru antara lain pendapatan, perubahan harga barang lain, dan perubahan selera. Pembentukan kurva permintaan pasar dari kurva permintaan individu dapat diamati pada Gambar 1 berikut. P P P P D1 D2 DMarket Q Q Q Q Q Q A. Individu 1 B. Individu 2 C. Permintaan Pasar Gambar 1. Pembentukan Kurva Permintaan Pasar dari Kurva-kurva Permintaan Individu Sumber : Nicholson, 2002.

32 Menurut Lipsey et al.(1995), penawaran mengacu pada keseluruhan hubungan antara penawaran dengan harga. Variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah komoditi perusahaan bersedia memproduksi dan menawarkan yaitu, harga komoditi itu sendiri, harga-harga masukannya, tujuan perusahaan dan tahap perkembangan teknologi. Definisi kurva penawaran menurut Lipsey et al.(1995) merupakan hubungan antara jumlah atau kuantitas yang ditawarkan dan harga, jika faktor tetap sama. Menurut Nicholson (2002), istilah kurva penawaran pasar merupakan hubungan antara harga pasar dengan kuantitas suatu barang pada jangka waktu tertentu. Penjumlahan secara horizontal kurva penawaran dari dua atau lebih perusahaan akan membentuk kurva penawaran pasar. Hal tersebut tampak pada Gambar 2 berikut. P P P S1 S2 SMarket P Q Q Q Q Q Q A. Perusahaan 1 B. Perusahaan 2 C. Pasar Gambar 2. Pembentukan Kurva Penawaran Pasar dari Kurva-kurva Penawaran Perusahaan. Sumber : Nicholson, Menurut Kotler (1997), dasar pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga adalah penting untuk membedakan antara

33 kebutuhan, keinginan dan permintaan. Permintaan adalah keinginan akan produk spesifik yang disokong oleh kemampuan dan kesediaan untuk membeli. Keinginan dapat menjadi permintaan jika didukung oleh daya beli Peramalan Peramalan merupakan unsur yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan usaha terutama dalam hal perencanaan produksi dan penjualan. Menurut Makridakis et al.(1991) penggunaan peramalan dalam kegiatan usaha dibutuhkan karena beberapa faktor : Pertama, makin tingginya kompleksitas organisasi dan lingkungannya yang menyebabkan semakin sulit bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan semua faktor secara memuaskan. Kedua, dengan meningkatnya ukuran organisasi, maka bobot dan kepentingan suatu keputusan meningkat pula dan dibutuhkan telaah peramalan khusus serta analisis yang lengkap sebelum pengambilan keputusan. Ketiga, cepatnya perubahan lingkungan harus dapat di pelajari untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menerima perubahan dengan cepat. Keempat, pengambilan keputusan yang telah semakin sistematis yang melibatkan justifikasi tindakan individual secara secara eksplisit yang dapat dibantu lewat penerapan peramalan. Kelima, pengembangan metode peramalan dan pengetahuan yang menyangkut aplikasinya telah lebih memungkinkan adanya penerapan secara langsung oleh para praktisi.

34 Baik peramalan maupun perencanaan berkaitan dengan masa yang akan datang, maka penting untuk mengkombinasikan kedua fungsi tersebut dalam perencanaan pencapaian target perusahaan. Pengetahuan dan hasil teknik peramalan tidak akan berharga apabila secara efektif diterapkan dalam proses perencanaan. Ketepatan hasil peramalan dan pencapaian target dimasa yang akan datang sangat tergantung dari ketepatan alat yang digunakan. Metode peramalan Time Series didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antar variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu yang merupakan deret waktu. Prosedur peramalan kuantitatif ini terletak diantara dua ekstrim rangkaian kesatuan yaitu metode naive atau instuitif, dan metode kuantitatif formal yang didasarkan atas prinsip-prinsip statistika. Tujuan dari metode Time Series adalah menemukan pola dalam deret waktu dan mengekstrapolasi data tersebut ke masa depan (Makridakis et al. 1999). Hanke, et al.(2003) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan suatu teknik peramalan adalah identifikasi dan pemahaman atas pola data historis yang didapat. Dengan mengetahui bagaimana pola yang muncul dalam suatu data, apakah trend, musiman atau siklus maka selanjutnya dapat ditentukan metode peramalan yang mampu dan efektif dalam mengekstrapolasi data tersebut. Untuk itu ada beberapa metode peramalan yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut. A. Metode Trend Metode ini menggambarkan pergerakan data yang meningkat atau menurun dalam jangka waktu yang panjang. Metode ini menggambarkan hubungan antara periode dan variabel yang diramal dengan menggunakan analisis

35 regresi. Tetapi komponen musiman juga dapat dimasukkan ke dalam metode ini, bila pola data yang digunakan memiliki unsur musiman B. Metode Pemulusan (Smoothing) Menurut Makridakis et al. (1999) dasar metode pemulusan adalah pembobotan sederhana atau pemulusan pengamatan masa lalu dalam suatu deret berkala untuk memperoleh ramalan masa mendatang. Keuntungan penggunaan model ini adalah biayanya yang relatif rendah, cukup mudah diterapkan, dan hasilnya cepat diterima. Metode ini cocok untuk meramalkan sejumlah besar item pada horison waktu yang relatif pendek. Sementara Mulyono (2000) berpendapat bahwa pemulusan dapat digunakan untuk dua keperluan, yaitu peramalan dan menghilangkan atau paling tidak mengurangi gejolak jangka pendek data time series. Metode pemulusan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode rata-rata (average method) dan metode pemulusan eksponensial (exponential smoothing method). a. Metode Rata-rata Metode ini menggunakan suatu bentuk rata-rata tertimbang dari pengamatan masa lalu dalam memuluskan fluktuasi jangka pendek, sehingga dapat digunakan untuk peramalan periode mendatang. (Hanke et al.2003). i) Metode Rata-rata Bergerak Tunggal (Moving Average-MA) Metode MA merupakan salah satu cara untuk mengubah pengaruh data masa lalu terhadap nilai rata-rata sebagai ramalan dengan menentukan sejak awal berapa jumlah nilai pengamatan masa lalu yang akan dimasukkan untuk menghitung rata-rata. Setiap muncul nilai pengamatan baru, nilai rata-rata baru dapat dihitung dengan membuang

36 nilai pengamatan yang paling tua dan memasukkan nilai pengamatan yang terbaru. Moving Average ini dipakai untuk meramalkan nilai variabel pada periode berikutnya. Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode rata-rata sederhana adalah menyangkut T (jumlah data yang digunakan dalam rata-rata) atau ordo terakhir dari data yang diketahui, jumlah titik data dalam setiap rata-rata tidak berubah dengan berjalannya waktu. Disamping itu, metode ini juga memiliki kelemahan yakni memerlukan penyimpangan yang lebih banyak karena semua T pengamatan terakhir harus disimpan, tidak hanya nilai tengahnya. Metode ini juga tidak dapat menanggulangi dengan baik adanya trend atau musiman, walaupun metode ini lebih baik dibandingkan rata-rata total (Makridakis et al 1999). ii). Metode rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Average) Metode rata-rata bergerak ganda dikembangkan untuk mengurangi galat sistimatis yang terjadi bila rata-rata bergerak dipakai pada data yang memiliki pola kecenderungan naik atau turun (trend). Dasar metode ini adalah menghitung rata-rata bergerak yang kedua (Makridakis et al 1999). b. Metode Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing) Metode pemulusan eksponensial merupakan teknik peramalan yang memberikan bobot yang menurun secara eksponensial terhadap nilai pengamatan yang lebih tua. Pada metode ini terdapat satu atau lebih parameter pemulusan yang ditentukan secara eksplisit, dan hasil pilihan ini menentukan bobot yang

37 dikenakan pada nilai pengamatan serta menentukan besarnya pengaruh pengamatan terakhir terhadap nilai peramalan. Nilai pengamatan yang baru diberikan bobot yang relatif lebih besar daripada nilai pengamatan yang telah lalu. Ada tiga Metode Pemulusan Ekponensial (MPE) yang dapat digunakan dalam peramalan, yaitu MPE Tunggal, (MPE) Ganda Brown, (MPE) Ganda Holt dan (MPE) Triple. i). Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal Metode pemulusan eksponensial tunggal sangat baik untuk data yang bersifat stationer, tidak memiliki pola trend dan musiman. Metode ini memiliki keunggulan dalam mengurangi masalah penyimpanan data karena tidak perlu lagi menyimpan semua atau sebagian data histories. Data yang disimpan hanya pengamatan terakhir, ramalan terakhir dan suatu nilai pembobotan. Nilai pembobotan sendiri ditentukan dengan cara coba dan salah untuk dapat mendekati nilai optimum atau nilai yang menghasilkan MSE (Mean Square Error) minimum. ii). Metode Pemulusan Brown Metode pemulusan eksponensial ganda Brown digunakan untuk data yang memiliki trend naik atau turun. Perbedaan antara nilai pemulusan tunggal dan ganda dapat ditambahkan kepada nilai pemulusan tunggal dan disesuikan untuk trend. iii). Metode Pemulusan Holt Metode Holt menggunakan dua parameter untuk konstanta pemulusannya yang dapat dipilih secara subyektif atau dengan menggunakan meminimasi ukuran galat (kesalahan) ramalan seperti MSE. Teknik Holt memuluskan

38 tingkatan dan kemiringan (slope) secara langsung dengan menggunakan konstanta pemulusan yang masing-masing berbeda. iv). Metode Pemulusan Winters Metode TES Winter merupakan metode peramalan yang cocok digunakan untuk data yang menunjukkan suatu trend linear yang mengandung unsur musiman. Kelebihan metode ini adalah mudah dan cepat dalam mengupdate ramalan untuk data baru yang diperoleh. Kelemahan dari metode ini adalah tidak memperhitungkan komponen siklus sehingga jika ada komponen siklus, hasil ramalannya menjadi tidak baik serta dalam menentukan nilai ketiga parameter yang akan meminimumkan MSE yang pendekatannya dengan coba dan salah. C. Metode Dekomposisi Metode dekomposisi merupakan metode peramalan yang berusaha untuk menguraikan atau memecah suatu data time series kedalam sub-komponen utamanya yaitu trend, musiman, siklus dan random atau acak. Metode ini melakukan suatu usaha yang terpisah untuk meramalkan pola musiman, pola trend, pola siklus dan memuluskan random atau acaknya. Peramalan dengan metode dekomposisi membuat eksptrapolasi dari tiap-tiap komponen secara terpisah dan menggabungkannya kembali kedalam ramalan akhir. Kegunaan metode ini bukan hanya menghasilkan ramalan untuk periode yang akan datang, tetapi juga menghasilkan informasi tentang komponen data time series dan dampak dari berbagai faktor seperti musiman dan siklus pada hasil yang diamati.

MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA

MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA Oleh AHMAD IMAM AMRULLAH HAKIM A.14102655 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL. PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL Oleh : DEDY MARETHA A14104530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Permintaan III KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BENIH IKAN PATIN DI DEDDY FISH FARM KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BENIH IKAN PATIN DI DEDDY FISH FARM KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BENIH IKAN PATIN DI DEDDY FISH FARM KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh : ARI KOMARA A14105514 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A

PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA Oleh: Taufan S Nusantara A14103703 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENJUALAN OBAT HEWAN PT UNIVETAMA DINAMIKA, JAKARTA ALAMANDA YOSY BELLADONA H

ANALISIS PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENJUALAN OBAT HEWAN PT UNIVETAMA DINAMIKA, JAKARTA ALAMANDA YOSY BELLADONA H ANALISIS PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENJUALAN OBAT HEWAN PT UNIVETAMA DINAMIKA, JAKARTA ALAMANDA YOSY BELLADONA H14104052 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI Oleh : M I A W I D H I A S T U T I A14102009 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA DAN PRODUKSI TEMBAKAU DI INDONESIA

PERAMALAN HARGA DAN PRODUKSI TEMBAKAU DI INDONESIA 1 PERAMALAN HARGA DAN PRODUKSI TEMBAKAU DI INDONESIA Oleh DWI MEGA SARI H14104043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN DWI MEGA SARI. Peramalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR. OLEH : Bela Wisastri A

PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR. OLEH : Bela Wisastri A PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR OLEH : Bela Wisastri A14101634 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 BELA WISASTRI 2005. Peramalan

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

PERAMALAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA TAHUN 2011 DI KABUPATEN DELI SERDANG BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR

PERAMALAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA TAHUN 2011 DI KABUPATEN DELI SERDANG BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR PERAMALAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA TAHUN 2011 DI KABUPATEN DELI SERDANG BERDASARKAN DATA TAHUN 2005-2009 TUGAS AKHIR SAHAT MANIK 082407116 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kain adalah bahan mentah yang dapat dikelola menjadi suatu pakaian yang mempunyai nilai financial dan konsumtif dalam kehidupan, seperti pembuatan baju. Contohnya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Di Indonesia, dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing. Diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir,

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA DAN PERMINTAAN KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN JEMBER. Oleh : OKTANITA JAYA ANGGRAENI *) ABSTRAK

PERAMALAN HARGA DAN PERMINTAAN KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN JEMBER. Oleh : OKTANITA JAYA ANGGRAENI *) ABSTRAK PERAMALAN HARGA DAN PERMINTAAN KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN JEMBER Oleh : OKTANITA JAYA ANGGRAENI *) ABSTRAK Tembakau merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan (Frechtling, 2001:

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM. Oleh : KEMAS IBRAHIM A

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM. Oleh : KEMAS IBRAHIM A ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM Oleh : KEMAS IBRAHIM A14105566 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA Oleh : WAWAN KURNIAWAN A14105620 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 5.1 Profil Belimbing di Kota Depok 5.1.1 Keragaan Kebun dan Pertanaman. Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Keragaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA Oleh : NURSYAMSIYAH A14102046 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PengertianPeramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam usaha mengetahui atau melihat perkembangan di masa depan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi jahe

Lebih terperinci

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER 6.1. Analisis Pola Data Penjualan Ayam Broiler Data penjualan ayam broiler adalah data bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2006

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA SKRIPSI ELA ELAWATI H34050118 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

(FORECASTING ANALYSIS):

(FORECASTING ANALYSIS): ANALISIS KUANTITATIF ANALISIS PERAMALAN Hand-out ke-3 ANALISIS PERAMALAN (FORECASTING ANALYSIS): Contoh-contoh sederhana PRODI AGRIBISNIS UNEJ, 2017 PROF DR IR RUDI WIBOWO, MS Contoh aplikasi tehnik peramalan

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H14052004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PERSEDIAAN PART UNTUK ORDER EKSPOR SERVICE PART YANG DIAKIBATKAN OLEH ABNORMAL DEMAND DARI IMPORTER

ANALISIS SISTEM PERSEDIAAN PART UNTUK ORDER EKSPOR SERVICE PART YANG DIAKIBATKAN OLEH ABNORMAL DEMAND DARI IMPORTER UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISIS SISTEM PERSEDIAAN PART UNTUK ORDER EKSPOR SERVICE PART YANG DIAKIBATKAN OLEH ABNORMAL

Lebih terperinci

PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR

PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN 2010-2012 BERDASARKAN DATA TAHUN 2008-2009 TUGAS AKHIR SERASINTA TARIGAN 072407040 PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A.

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. 14103550 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Perbandingan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan Exponential Smoothing pada Peramalan Penjualan Klip (Studi Kasus PT. Indoprima Gemilang Engineering) Aditia Rizki Sudrajat 1, Renanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena memiliki tanah yang subur, sebagian besar penduduk Indonesia banyak yang bekerja di bidang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini, perkembangan zaman semankin maju dan berkembang pesat, di antaranya banyak pernikahan dini yang menyebabkan salah satu faktor bertambahnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi KATA PENGANTAR... vii UCAPAN TERIMA KASIH... viii

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK) RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK) Oleh: Nugroho Iman Prakoso A 141 01 108 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H14053966 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ACHMAD WIHONO.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci