KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT"

Transkripsi

1 KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT ABSTRAK Upacara adat Batak Toba adalah upacara yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu yaitu hula-hula (pihak perempuan), dongan sabutuha (kerabat semarga), dan boru (pihak laki-laki) yang berpartisipasi aktif dalam upacara adat. Upacara adat biasanya didahului oleh makan bersama kemudian dilanjutkan dengan acara marhata (bicara adat). Kesantunan berbahasa yang digunakan oleh pihak hula-hula (pihak perempuan), dongan sabutuha (kerabat semarga), dan boru (pihak laki-laki) adalah berbeda sesuai dengan posisinya pada acara tersebut. Dalam penelitian ini dibahas mengenai kesantunan berbahasa yang digunakan hula-hula (pihak perempuan), dongan sabutuha (kerabat semarga), dan boru (pihak laki-laki), jenis dan fungsi kesantunan berbahasa masing-masing unsur, dan bagaimana pembentukan kesantunan berbahasa masing-masing unsur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kesantunan berbahasa dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba berbeda dengan kesantunan berbahasa yang digunakan masing-masing unsur di luar acara perkawinan. Penulis menggunakan 13 jenis tindak tutur yaitu tindak tutur bersalam, memberkati, memohon, memuji, meminta, berjanji, menyarankan, memperingatkan, mengesahkan, berterima kasih, menjawab, menjelaskan, dan bertanya untuk melihat bagaimana kesantunan berbahasa yang digunakan masing-masing unsur dalam upacara perkawinan. Kesantunan berbahasa dalam acara marhata di pesta marunjuk (adat penuh) sangat berbeda dengan kesantunan berbahasa yang diucapkan dengan bahasa sehari-hari dalam masyarakat Batak Toba. Kata Kunci : Batak Toba, Upacara, Berbahasa, Perkawinan Pendahuluan Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak di samping Batak Simalungun, Karo, Mandailing, dan Pakpak. Ciri-ciri pembeda antara subetnis di atas adalah bahasa dan letak geografis daerah tempat tinggal. Masyarakat Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan manifestasi eksistensi.

2 Eksistensi yang dimaksud adalah sebagai mahluk sosial yang terbentuk karena adanya bahasa. Menurut (T.M. Sihombing, 2000: 71) Masyarakat Batak Toba mempunyai sistem adat istiadat tertentu yang berazaskan Dalihan Na Tolu (tungku yang berkaki tiga) disingkat tungku nan tiga adalah suatu ungkapan yang menyatakan kesatuan hubungan kekeluargaan pada suku Batak). Dalihan Na Tolu merupakan dasar hidup masyarakat Batak Toba. Setiap anggota masyarakat wajib berbuat dan bertindak menurut aturan adat istiadat yang berazaskan Dalihan Na Tolu termasuk dalam menyelenggarakan upacara adat. Upacara adat ialah upacara yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu, yaitu dongan sabutuha, hula-hula, dan boru yang berpartisipasi aktif dalam upacara itu. Upacara adat biasanya didahului dengan acara makan bersama, lalu diteruskan ke acara marhata (bicara adat). Salah satu upacara adat Batak Toba adalah upacara perkawinan. Masing-masing pihak dalam upacara perkawinan mempunyai ketiga komponen adat, yaitu hula-hula, boru, dan dongan sabutuha. Inilah yang menjadi satu keluarga besar Dalihan Na Tolu yang baru. Apabila ketiga komponen dari kedua pihak tidak hadir dalam upacara, maka upacara tidak memenuhi kualifikasi adat. Dengan kata lain, keterikatan ketiga komponen tersebut merujuk pada satu kesatuan yang terintegrasi sehingga pelaksanaan adat dapat berlangsung. Upacara adat pada masyarakat Batak Toba dilaksanakan apabila ketiga komponen yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu telah hadir dalam situasi tersebut, hula-hula sebagai pihak perempuan, boru sebagai pihak laki-laki, dan dongan sabutuha sebagai kerabat marga. Dalihan Na Tolu ini ialah suatu kerangka yang meliputi hubungan kekerabatan darah dari hubungan perkawinan dua marga, yaitu pihak pengantin pria dan pihak pengantin wanita. Pesta perkawinan adalah upacara adat yang penting bagi orang Batak, karena hanya orang yang sudah kawin yang berhak mengadakan upacara adat, seperti upacara menyambut lahirnya seorang anak, pemberian nama pada anak, dan sebagainya. Pesta perkawinan merupakan jembatan yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin lakilaki dan Dalihan Na Tolu dari orangtua pengantin wanita. Artinya karena perkawinan itulah Dalihan Na Tolu dari orangtua pengantin laki-laki merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu orang tua pengantin wanita dan sebaliknya. Segala istilah sapaan dan acuan yang digunakan oleh pihak yang satu terhadap pihak yang lain, demikian pula sebaliknya adalah istilah-istilah kekerabatan berdasarkan Dalihan Na Tolu. Perkawinan bagi orang Batak bukan merupakan persoalan pribadi suami isteri, orang tua, serta saudara-saudara kandung masing-masing, melainkan merupakan ikatan juga bagi

3 orang tua si suami dan orang tua si isteri, begitu juga bagi boru serta hula-hula dari masingmasing pihak. Karena itu, apabila sepasang suami isteri bercerai maka putus pulalah hubungan di antara kedua kelompok tadi. Perkawinan orang Batak haruslah diresmikan secara adat berdasarkan adat Dalihan Na Tolu. Upacara agama serta catatan sipil hanyalah sebagai pelengkap saja. Perkawinan orang Batak yang hanya diabsahkan oleh upacara agama serta catatan sipil masih dianggap belum sah oleh masyarakatb Batak dilihat dari sudut adat Dalihan Na Tolu. Itulah sebabnya apabila, timbul keretakan di dalam suatu rumah tangga yang demikian, marga dari masingmasing pihak tidak merasa berhak dan berkewajiban mencampurinya. Salah satu hal yang menarik diamati dari interaksi antar Dalihan Na Tolu kedua belah pihak (pihak suami dan pihak isteri) adalah praktis tindak tutur (speech act) di antara mereka, terutama yang terkait dengan kesantunan berbahasa. Berikut merupakan salah satu dari beberapa acara dalam upacara perkawinan Batak Toba. Dari acara tersebut dapat terlihat bagaimana kesantunan masing-masing pihak berbicara kepada mitra tuturnya (pihak yang terkait dalam acara tersebut) dalam upacara perkawinan Batak Toba. Di acara marsibuha-buhai (makan bersama), parboru (pihak perempuan) menyiapkan makanan dengan lauk dengke (ikan mas), di luar dengke yang disampaikan secara khusus kepada paranak (pihak laki-laki). Paranak datang membawa daging yang dimasak secara khusus lengkap dengan na margoarna atau tudu-tudu ni sipanganon. Daging di bawa di dalam ampang, sejenis bakul persegi empat. Di dasar bakul itu ditaruh nasi setelah lebih dulu disekat dengan daun pisang. Ampang yang berisi daging ditutup dengan ulos ragi hotang. Urutan barisan masuk adalah sebagai berikut. Saudara perempuan yang sudah berkeluarga dari pengantin laki-laki, atau namboru pengantin laki-laki berada dibarisan depan menjunjung bakul (manghunti ampang) didampingi suaminya. Di belakangnya adalah pengantin laki-laki, kemudian ayah dan ibu pengantin laki-laki. Sesaat sampai di pintu masuk, suami si hunti ampang (amangboru pengantin laki-laki) memekikkan: horas ma di hita saluhut! lalu disambut parboru: horas ma tutu! Sesaat setelah itu, boru (anak perempuan) dari parboru (pihak perempuan) menerima ampang dan meletakkan di tengah ruangan. Pengantin perempuan segera tampil menyambut pengantin laki-laki dengan menyematkan kembang di dada. Pengantin laki-laki menyerahkan kembang pegangan, lalu mereka cium pipi. Seterusnya dibawa ke ruangan tersendiri. Rombongan paranak (pihak laki-laki) terus masuk sambil menyalami keluarga (pihak perempuan) yang berdiri menyambut mereka. Masih dalam posisi berdiri, salah seorang dari parboru (pihak perempuan) berkata :

4 Parboru: di hamu raja ni parboruonnami, dohot di sude uduranmuna! Mauliate ma di Tuhanta, hipas hamu ro mandapothon hami, hipas hami didapot hamu. (kepada raja parboru serta semua kerabat kalian! Terima kasih kepada Tuhan, sehat kalian yang datang mendapatkan kami, kami juga sehat yang kalian dapati) Paranak: ima tutu raja ni hula-hula! Hipas hami na ro mandapothon hamu, hipas hamu hudapot hami. Nang tu hamu hula-hula nami, dokhonnami do mauliate, alana las do rohamuna manjalo haroronami. Rajanami, raja ni hula-hula! Adong huboan hami di son songon pangganti ni napuran santampuk, mansai las rohanami molo pintor disigat hamu rajanami. (jadilah seperti raja ni parboru katakan! Sehat kami yang datang mendapatkan kamu, begitu juga kami yang datang mendapatkan kamu. Kami berterima kasih, karena senangnya hati kamu menerima kedatangan kami, raja hula-hula! Disini ada kami bawa seperti penggantinya selembar daun sirih. Senanglah hati kami, jika raja hula-hula menerima yang kami bawa). Paranak : nauli raja ni boru! (yang baiknya raja boru) Dari tindak tutur yang disampaikan oleh pihak laki-laki (boru) dan perempuan (hulahula), kesantunan dapat terlihat pada sapaan dan pilihan kata yang digunakan oleh masingmasing pihak. Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur boru (pihak laki-laki) menggunakan sapaan raja kepada pihak hula-hula (pihak perempuan). Sebaliknya pihak hula-hula (pihak perempuan) demikian juga menjawab pihak boru (pihak laki-laki) dengan sapaan raja ni boru. Dari tindak tutur boru terlihat lebih santun lagi saat berbicara kepada hula-hulanya. Pihak boru menggunakan ungkapan yang halus pada kalimat Adong huboan hami di son songon pangganti ni napuran santampuk (ada kami bawa disini seperti penggantinya sehelai daun sirih untuk dinikmati raja kami). Sebenarnya yang dibawa oleh paranak (laki-laki) tersebut bukan sehelai daun sirih, namun yang mereka bawa adalah daging. Hal ini dilakukan boru, agar tidak menyinggung perasaan hula-hulanya. Jadi kesantunan jelas terlihat dari masing-masing pihak pengantin. Penelitian ini memuat tentang Kesantunan Berbahasa dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba. Di dalam penelitian ini lokasi penelitian penulis adalah Desa Hutanagodang. Penulis membatasi pengertian upacara adat perkawinan Batak Toba pada upacara adat di desa Hutanagodang. Melihat belum adanya penelitian mengenai kesantunan berbahasa dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba, hal inilah yang menjadi motivasi penulis untuk melakukan penelitian ini.

5 Metode Penelitian Metode penelitian memegang peranan penting dalam sebuah penelitian karena semua kegiatan yang dilakukan dalam upaya menemukan dan membuktikan sesuatu di dalam penelitian sangat bergantung pada metode yang digunakan. Menurut (Lexy J. Moleong, 2006: 6) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode kualitatif. Pembahasan A. Bentuk Kesantunan Berbahasa dalam Tindak tutur Dalihan Na Tolu Kesantunan berbahasa dalam upacaa perkawinan masyarakat Batak Toba diperoleh dari tindak tutur langsung Dalihan Na Tolu dari pengamatan terhadap tindak tutur langsung tersebut, diperoleh berbagai bentuk kesantunan berbahasa yang terungkap melalui 13 jenis tindak tutur, yakni: (1) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur bersalam (2) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memberkati (3) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memohon (4) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memuji (5) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur meminta (6) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur berjanji (7) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur menyarankan (8) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memperingatkan (9) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur mengesahkan (10) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur berterima kasih (11) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur menjawab (12) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur menjelaskan (13) kesantunan berbahasa dalam tindak tutur bertanya. Berikut merupakan deskripsi jenis kesantunan berbahasa dalam tindak tutur yang digunakan oleh masing-masing unsur dalihan na tolu. B. Bentuk Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Hula-hula (pihak perempuan) dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba 1. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bersalam Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur bersalam dalam upacara marhata (bicara adat) masyarakat Batak Toba, biasanya diawali dengan kata bersalam untuk menyapa hadirin. Penggunaan kata gabe ma hita tutu jala horas (banyak keturunan dan sehat selalu) merupakan bentuk bersalam yang hormat dan santun dimana bentuk sapaan

6 sehari-hari adalah berbeda dengan sapaan pada acara pesta marunjuk (adat penuh). Bentuk sapaan sehari-hari hanya mengunakan kata horas yang berarti sejahtera. 2. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memberkati Tindak tutur hula-hula (pihak perempuan) yang dituturkan pada saat pesta marunjuk (adat penuh) ini adalah tindak tutur untuk memberkati pihak borunya (pihak laki-laki), pada umumnya supaya mempunyai banyak keturunan, banyak harta, panjang umur, dan sehat. Dari tindak tutur hula-hula tersebut terlihat keinginan hula-hula supaya pihak borunya menjadi orang kaya, banyak anak laki-laki dan perempuan, panjang umur, dan sehat selalu. Memang dalam budaya Batak Toba hal inilah yang akan dicapai supaya menjadi orang yang dihargai dan terpandang dalam masyarakat. 3. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memuji Makna tindak tutur memuji hula-hula tersebut di atas adalah memuji pihak boru (pihak laki-laki) adalah anak raja dan cucu orang kaya. Makna tuturan tersebut adalah untuk menjaga muka atau marwah dari pihak laki-laki supaya mereka senang dalam mengadakan pesta tersebut walaupun mengeluarkan banyak biaya dan waktu. Tindak tutur ini sangat diperlukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba, karena apabila pihak perempuan sudah memuji piha laki-laki itu bermakna bahwa pihak perempuan berada dalam suasana senang. Pujian terhadap pihak laki-laki yang lakukan pihak perempuan pada saat upacara sebenarnya menyatakan bahwa pihak perempuan sudah puas dan senang terhadap tingkah laku pihak laki-laki dalam menyambut kedatangan hula-hula (pihak perempuan). 4. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Meminta Tindak tutur meminta adalah tindak tutur yang dilakukan oleh hula-hula kepada pihak boru agar memberikan uang mahar yang banyak kepada hula-hula. Dalam budaya Batak Toba apabila uang mahar diberikan banyak itu berarti pihak boru adalah orang kaya dan pihak hula-hula merasa dihormati oleh pihak boru. Budaya meminta kepada pihak boru adalah hal yang wajar dalam budaya Batak Toba, bahwa bila pihak boru orang kaya dan dihormati maka pihak hula-hula juga sangat senang dan bahagia karena pihak hula-hula ikut terangkat martabatnya oleh pihak boru. Budaya Batak Toba apabila pihak hula-hula meminta kepada pihak boru. Hal ini harus dipenuhi oleh pihak boru, karena pihak hula-hula adalah yang paling dihormati dan dihargai kedudukannya. 5. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur berjanji

7 Dalam budaya Batak Toba adalah bagian harta perempuan atau disebut dengan pauseang biasanya diberikan pada saat upacara perkawinan berlangsung. Orang tua perempuan mengumumkan bagian anak perempuannya dihadapan umum supaya seluruh yang hadir disana menjadi saksi atas pemberian itu. Tetapi pada saat ini sudah kebanyakan memberikan harta pembagian anak perempuan sesudah upacara berlangsung yaitu disaat keluarga pihak boru datang ke rumah hula-hula. Pada saat itulah diberikan bagian borunya yang dihadiri oleh semua saudara perempuan supaya jelas dan tidak ada perselisihan di kemudian hari. 6. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menyarankan Tindak tutur menyarankan ini adalah tindak tutur yang diucapkan oleh hula-hula kepada boru supaya dilaksanakan. Menyarankan supaya dibayarkan uang mahar atau dilunasi. Dalam budaya Batak Toba apabila uang mahar belum lunas maka upacara tidak bisa dilanjutkan sebab pembayaran uang mahar merupakan yang inti dalam upacara perkawinan. Upacara perkawinan tidak boleh dilakukan apabila mahar tidak ada atau belum dilunaskan. 7. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memperingatkan Tindak tutur memperingatkan yang diberikan oleh hula-hula adalah memperinagatkan boru (pihak laki-laki) supaya bertindak benar dan tidak membuat kesalahan dalam hidupnya yaitu mengutamakan kebenaran dan mematuhi adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat Batak Toba. 8. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Mengesahkan Tindak tutur mengesahkan adalah tindak tutur yang diucapkan apabila makna yang diucapkan sesuai dengan keinginan dari yang diberkati. Pengucapan kata emma tutu adalah dilakukan serentak oleh hadirin dengan tujuan semoga Tuhan memberkati dan jadilah seperti apa yang kita katakan. 9. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Berterima kasih Tindak tutur berterima kasih ini adalah tindak tutur yang diucapkan oleh hulahula (pihak perempuan) kepada boru (pihak laki-laki) karena telah diberikan makanan yang enak. Tindak tutur ini merupakan pengakuan dari hula-hula (pihak perempuan) bahwa mereka sudah kenyang dan senang hati atas pemberian makanan tersebut. 10. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menjawab Tindak tutur menjawab yang dilakukan oleh hula-hula (pihak perempuan) adalah untuk menjawab pertanyaan dari boru (pihak laki-laki) dan mengiakan apa yang diucapkan boru (pihak laki-laki). Dalam hal ini hula-hula (pihak perempuan) menjawab

8 apa yang dipertanyakan oleh pihak boru (pihak laki-laki). Tindak tutur ini adalah menjawab pertanyaan boru (pihak laki-laki) yang mengatakan bahwa apabila boru (pihak laki-laki) menjadi orang yang kaya dan berada, maka tidak akan memberikan kepada siapa-siapa tetapi kepada hula-hula (pihak laki-laki). 11. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menjelaskan Tindak tutur menjelaskan adalah tindak tutur yang dilakukan oleh hula-hula (pihak perempuan) kepada boru (pihak laki-laki) bagaimana tentang sopan santun dan pemahaman hukum yang harus dilakukan dan dilaksanakan dalam kehidupan. Sopan santun dan hukum adalah merupakan panutan hidup bagi masyarakat Batak Toba. Penjelasan itu perlu diberikan kepada boru (pihak laki-laki), karena sopan santun yang baik dan hukum yang baik akan menempa manusia menjadi berahlak yang baik pula. Dalam tindak tutur menjelaskan ini, juga diterangkan berapa uang mahar yang akan diberikan boru (pihak laki-laki), menjelaskan kesepakatan-kesepakatan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Kesepakatan yang telah ditentukan tidak boleh dirubah lagi tetapi harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan adat. Penjelasan seperti inilah yang ditanamkan kepada boru (pihak laki-laki) yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. 12. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bertanya Tindak tutur bertanya yang dituturkan hula-hula (pihak perempuan) adalah apakah acara sudah bisa dimulai. Dalam budaya Batak Toba memulai upacara perkawinan harus ditanyakan dulu apakah pihak boru sudah siap untuk memulai pembicaraan. Apabila sudah siap pihak hula-hula akan memulai pembicaraan dengan menanyakan tujuan dan maksud pihak boru dan apa makna dari acara yang diadakan tersebut. Kesantunan Berbahasa Dongan Sabutuha Ni hula-hula (kesantunan berbahasa kerabat semarga pihak perempuan) 1. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bersalam Tindak tutur bersalam yang dilakukan oleh dongan sabutuha ni parboru (kerabat semarga pihak perempuan) ini adalah bertujuan untuk menyapa semua hadirin dengan kata-kata yang santun dan religius yaitu dengan menggunakan kata-kata Ompunta Debata (Tuhan). Biasanya tindak tutur bersalam seperti ini dituturkan dalam upacara adat resmi yang dihadiri oleh banyak orang atau unsur Dalihan Na Tolu. 2. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memberkati

9 Tindak tutur memberkati yang dituturkan oleh kerabat semarga pihak perempuan diucapkan dengan kata-kata yang santun adalah memberkati pihak boru (pihak laki-laki) supaya mempunyai keturunan yang banyak dan menjadi orang kaya. Keturunan yang diharapkan adalah keturunan anak laki-laki dan perempuan yang sehat, kaya, dan mempunyai banyak keturunan nantinya sehingga menjadi orang yang dihormati di tengah-tengah masyarakat, yang diungkapkan melalui pantun. 3. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menyarankan Tindak tutur menyarankan yang diucapkan adalah memberikan berkat kepada pihak boru (pihak laki-laki)supaya menjadi orang kaya raya, banyak keturunan dan orang yang dihormati dalam masyarakat. Pemberian berkat yang dituturkan hampir sama dengan pihak hula-hula (pihak perempuan), karena posisinya sebagai kerabat semarga dari pihak hula-hula (pihak perempuan). Tindak tutur yang digunakan dongan sabutuha ni parboru juga jelas terlihat sangat santun saat menyampaikan sarannya kepada boru dengan menggunakan kata pasu-pasu dalam bahasa sehari-hari, kata ini jarang digunakan. 4. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Mengesahkan Tindak tutur mengesahkan ini adalah tindak tutur untuk membenarkan atau mengiakan tuturan dari penutur. Biasanya tindak tutur ini diucapkan bersama-sama oleh hadirin sebagai persetujuan atas ucapan dari penutur. Kata emma tutu ini tidak digunakan dalam bahasa sehari-hari, pada umumnya digunakan dalam acara pesta marunjuk. 5. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menjelaskan Tindak tutur menjelaskan di atas adalah menjelaskan makanan yang telah dihidangkan oleh pihak boru (pihak laki-laki) dan memberkati mereka yang memberikan semoga mendapat gantinya yang berlipat ganda. Menjelaskan acara yang dilaksanakan dan apa yang harus diberikan kepada yang berhak menerima serta menjelaskan kedatangan dari pihak boru (pihak laki-laki) untuk menjemput isteri. Pihak boru (pihak laki-laki) sudah memberikan uang mahar yang sudah disetujui oleh pihak hula-hula (pihak perempuan) yang merupakan kewajiban dari pihak boru (pihak laki-laki). Tindak tutur menjelaskan tersebut disampaikan dengan ungkapan santun santun. 6. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bertanya Tindak tutur bertanya yang dituturkan di atas adalah tindak tutur yang biasa dilakukan dalam upacara pesta perkawinan. Tindak tutur ini biasa dilakukan setelah penutur selesai berbicara dan untuk memberikan kesempatan kepada yang lain untuk

10 memberikan petuah kepada pihak boru (pihak laki-laki), sebagai tindakan yang sopan dan santun kepada kepada pihak boru. Kesantunan Berbahasa Dongan Sabutuha Ni Boru (Kesantunan berbahasa kerabat semarga pihak laki-laki) 1. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bersalam Tindak tutur bersalam yang dituturkan adalah bertujuan menyapa undangan yang hadir dalam upacara tersebut, dan mengharapkan supaya tetap dan dan dalam keadaan sehat selalu. Bentuk bersalam demikian adalah bentuk bersalam dalam bahasa acara pesta marunjuk (adat penuh). Dalam bahasa sehari-hari, biasanya hanya dengan kata horas (semoga sehat). 2. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memohon Tindak tutur memohon ini adalah tindak tutur yang diucapkan dongan sabutuha paranak (kerabat semarga pihak laki-laki) agar diberkati selalu dalam keadaan sehat dan beruntung dalam kehidupan. Memohon supaya murah rezeki, berhasil dalam pekerjaan, anak cepat besar dan panjang umur. 3. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menyarankan Tindak tutur menyarankan ini adalah berfungsi untuk menyarankan yang sedang dalam perjalanan tetap dalam keadaan sehat selalu dan pedagang yang selalu beruntung. Maksud yang diharapkan oleh penutur adalah supaya mereka diberkati dalam pekerjaan yang mereka kerjakan oleh pihak hula-hula (pihak perempuan). 4. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Mengesahkan Tindak tutur mengesahkan ini adalah tindak tutur untuk membenarkan atau mengiakan tuturan dari penutur. Biasanya tindak tutur ini diucapkan bersama-sama oleh hadirin sebagai kesetujuan atau ucapan dari penutur. 5. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak tutur berterima kasih Tindak tutur berterima kasih adalah tindak tutur yang yang dituturkan kerabat semarga pihak perempuan yaitu berterima kasih atas berjalannya pesta dengan baik tanpa ada hambatan maupun rintangan. 6. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menjelaskan Tindak tutur ini menjelaskan bahwa sudah semua hadirin yang diundang silih berganti mengucapkan kata-kata petuah bagi pihak boru (pihak laki-laki) supaya mempunyai banyak keturunan, kaya, sehat, dan bahagia. Tindak tutur ini juga

11 menjelaskan supaya yang memberi petuah dan yang diberi petuah berada dalam keadaan sehat. Kesantunan Berbahasa Boru (kesantunan berbahasa pihak laki-laki) 1. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bersalam Tindak tutur bersalam ini adalah tindak tutur yang diucapkan boru (pihak lakilaki) untuk menyapa hula-hula (pihak perempuan), supaya pembicaraan itu lebih hormat dan resmi. Berbicara kepada hula-hula (pihak perempuan) harus hati-hati dan hormat, karena mereka dianggap mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan pemberi berkat kepada pihak boru (pihak laki-laki). 2. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memohon Tindak tutur memohon ini adalah tindak tutur yang diucapkan boru (pihak lakilaki) kepada hula-hula (pihak perempuan) supaya hula-hula sabar menerima makanan yang diberikan ala kadarnya dan tidak seberapa yang bisa diberikan baik berupa makanan maupun materi. Memohon agar kata-kata berkat atau petuah yang disampaikan oleh hulahula tidak berubah dan hilang dari diri boru. Permohonan yang disampaikan juga adalah supaya pihak boru diberkati mendapat keturunan yang banyak baik laki-laki maupun perempuan dan dalam keadaan sehat sampai berumur tua. 3. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memuji Tindak tutur memuji ini adalah tindak tutur yang diucapkan untuk memuji hulahula atas kesediaan pihaknya menerima anak pihak boru (pihak laki-laki) menjadi menantunya. Padahal dilihat dari segi sosial mereka tidak pantas menjadi famili pihak hula-hula (pihak perempuan) karena pihak boru (pihak laki-laki) adalah orang yang miskin yang tidak punya apa-apa. 4. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menyarankan Tindak tutur menyarankan ini adalah tindak tutur yang diucapkan oleh boru (pihak laki-laki) kepada hula-hula (pihak perempuan) yaitu menyarankan supaya pihak hula-hula (pihak laki-laki) bersedia menjawab pertanyaan boru (pihak laki-laki). 5. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Mengesahkan Tindak tutur mengesahkan ini adalah tindak tutur untuk membenarkan atau mengiakan tuturan dari penutur. Biasanya tindak tutur ini diucapkan bersama-sama oleh hadirin sebagai kesetujuan atau ucapan dari penutur. 6. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menjawab

12 Tindak tutur menjawab ini adalah tindak tutur yang dilakukan boru kepada hulahula. Dalam hal ini pihak boru (pihak laki-laki) harus menjawab pertanyaan hula-hula. Tindak tutur menjawab yang dilakukan adalah membenarkan tindak tutur hula-hula, menyetujui dan membayar uang mahar yang telah disepakati. 7. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menjelaskan Tindak tutur menjelaskan adalah tindak tutur yang diucapkan pihak boru (pihak laki-laki) kepada hula-hula tentang hal-hal yang belum jelas, termasuk makna acara yang diakukan dan menjelaskan kedatangan pihak boru (pihak laki-laki) ke rumah pihak hulahula (pihak perempuan). 8. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bertanya Tindak tutur bertanya yang dilakukan oleh pihak boru (pihak laki-laki) ini adalah mempertanyakan kepada hula-hula tentang kedudukan mereka, apa yang dilakukan, jumlah uang mahar yang akan diberikan pihak boru (pihak laki-laki). Pihak boru adalah merupakan orang pekerja sedangkan hula-hula merupakan orang yang menikmati hasilnya. Untuk menanyakan hal ini, boru menggunakan bahasa yang halus dan santun agar tidak menyinggung perasaan hula-hula ketika boru ingin menanyakan tentang kedudukan dan jumlah mahar yang akan diberikan boru kepada hula-hula. Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Dalihan Na Tolu a. Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bersalam Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur bersalam adalah tindak tutur yang diucapkan untuk menyapa orang lain dalam hal upacara marunjuk (adat penuh). Bentuk bersalam digunakan untuk memulai pembicaraan dengan lawan bicara.dalam hal ini tindak tutur bersalam biasanya diikuti dengan mengikutkan kepada siapa tuturan itu ditujukan. b. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memberkati Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memberkati adalah tindak tutur yang diucapkan untuk memberkati orang lain. Dalam tindak tutur upacara marunjuk biasanya tindak tutur memberkati ini dilakukan oleh yang berkedudukan lebih tinggi derajatnya di dalam adat tersebut. Jadi hula-hula yang berhak memberkati borunya. Supaya mendapat keturunan yang banyak, harta banyak, dan kharisma yang tinggi. c. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memohon Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru

13 Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memohon adalah tindak tutur yang diucapkan penutur dalam upacara marunjuk dalam perkawinan masyarakat Batak Toba. Dalam tindak tutr memohon terdapat makna untuk memohon sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atau kepada hula-hula yang dianggap sebagai pemberi berkat. d. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memuji Hula-hula, Dongan Sabutuha dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memuji adalah tindak tutur yang digunakan penutur memuji petutur. Tindak tutur memuji sangat digunakan dalam pembicaraan supaya lawan bicara merasa senang dan tidak merasa dibebani.tindak tutur seperti ini sering digunakan hula-hula kepada borunya supaya berbuat lebih baik dan lebih hormat dan santun kepada hula-hulanya e. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Meminta Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur meminta adalah tindak tutur yang diucapkan dalam meminta sesuatu kepada orang lain. Dalam hal perkawinan masyarakat Batak Toba tindak tutur meminta bisa dilakukan oleh hula-hula, dongan sabutuha, dan boru. f. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Berjanji Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur berjanji adalah tindak tutur yang diucapkan kepada petutur dengan bermaksud menjanjikan sesuatu. Tindak tutur berjanji ini dalam upacara marunjuk biasanya dilakukan oleh orang yang berkewajiban untuk memberikan sesuatu atau mengerjakan adat yang lain setelah selesai adat marunjuk. g. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menyarankan Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur menyarankan adalah tindak tutur yang bermakna menyarankan kepada petutur untuk melakukan seperti apa yang diucapkan oleh petutur. h. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Memperingatkan Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memperingatkan ini adalah tindak tutur yang diucapkan agar petutur tidak lupa akan apa yang dikatakan oleh penutur. i. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Mengesahkan Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru

14 Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur mengesahkan adalah tindak tutur mengesahkan yang bermakna untuk mengesahkan atau mengiakan pembicaraan. j. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Berterima kasih Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur berterima kasih adalah bentuk tuturan yang diucapkan apabila seseorang telah mendapat sesuatu dari petutur. Tuturan terima kasih merupakan bentuk balas jasa dari pada yang memberi. k. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menjawab Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tinndak tutur menjawab adalah tindak tutur yang diucapkan untuk menjawab pertanyaan dari penutur. Dalam hal ini tidak tutur menjawab harus dituturkan dalam bentuk yang sopan, karena yang bertanya dalam upacara tersebut biasanya adalah pihak hula-hula. l. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Menjelaskan Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur menjelaskan adalah tindak tutur yang bersifat menjelaskan sesuatu terhadap orang lain atau lawan bicara. m. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Bertanya Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru Kesantunan berbahasa dalam tindak tutur bertanya adalah tindak tutur yang ditujukan kepada petutur untuk menanyakan sesuatu hal. Tindak tutur bertanya seperti ini sering terjadi dalam upacara marunjuk. KESIMPULAN Setelah menganalisis data mengenai tindak tutur hula-hula, dongan sabutuha dan boru dalam upacara perkawinanan dan tindak tutur di luar acara perkawinan (bahasa seharihari) masyarakat Batak Toba, maka penulis menyimpulkan : 1. Dalam upacara perkawinan bahasa yang diucapkan oleh hula-hula, dongan sabutuha dan boru berbeda dengan bahasa yang diucapkan di luar acara perkawinan. Bahasa yang diucapkan hula-hula, dongan sabutuha, dan boru ternyata lebih santun dalam upacara perkawinan dari pada bahasa yang diucapkan di luar acara perkawinan (bahasa sehari - hari).

15 2. Bahasa dalam upacara perkawinan digolongkan dengan raja panise (penanya) dari pihak hula-hula (pihak perempuan) dan raja pangalusi (penjawab) dari pihak boru dan dongan sabutuha (keabat semaga). DAFTRA PUSTAKA J. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja ROSDAKARYA Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia P.L Situmeang, Doangsa Dalihan Natolu Sistem Sosial Kemasyarakatan Batak Toba.Jakarta: KERABAT (Kerukunan Masyarakat Batak) Rahardi, Kunjana Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Rahardi, Kunjana Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga Sinaga, Richard.2007.Perkawinan Adat Dalihan Natolu.Jakarta:DIAN UTAMA dan KERABAT (Kerukunan Masyarakat Batak)

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman suku. Pada setiap suku memmpunyai hasil kebudayaan masing-masing. Kebudayaan hadir dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di antaranya adalah sebagai alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Budaya kita mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka miliki. Salah satu nilai yang masih bertahan hingga saat ini yaitu umpasa. Dalam upacara adat

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan bukanlah sekedar ritus untuk mengabsahkan hubungan seksual antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Mandailing. Salah satu yang menjadi cirri pembeda antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub-etnik Batak yang ada di Indonesia di samping Batak Simalungun, Karo, Pakpak, dan Mandailing. Tidak jauh berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkat-tingkat) sosial. Perbedaan itu tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perkawinan adalah Anugrah dari pemberian Allah Tuhan kita yang terwujud/terbentuk dalam suatu ikatan lahir batin dari hubungan antara Suami dan Isteri (kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan tidak hanya penting bagi suku-suku bangsa tertentu tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan tidak hanya penting bagi suku-suku bangsa tertentu tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan tidak hanya penting bagi suku-suku bangsa tertentu tetapi negarapun menganggap penting untuk mengatur dan mengesahkan tahapan perkawinan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

Gambar 2. Silsilah si Raja Batak. c. Posisi duduk dalam ritual Batak

Gambar 2. Silsilah si Raja Batak. c. Posisi duduk dalam ritual Batak b. Tarombo Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah atau patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

TAHAPAN ADAT PERNIKAHAN ORANG BATAK TOBA

TAHAPAN ADAT PERNIKAHAN ORANG BATAK TOBA 1 TAHAPAN ADAT PERNIKAHAN ORANG BATAK TOBA 1. Marhori-hori Dinding. Pada tahap "Marhori-hori dinding" merupakan tahap pendekatan pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan untuk memberitahukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini dapat dilihat bahwa adat sistem perkawinan suku Pakpak Kelasen sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM HUKUM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA (STUDI MENGENAI HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK DI KECAMATAN BALIGE)

PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM HUKUM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA (STUDI MENGENAI HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK DI KECAMATAN BALIGE) PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM HUKUM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA (STUDI MENGENAI HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK DI KECAMATAN BALIGE) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS. Oleh TOMSON SIBARANI /LNG

TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS. Oleh TOMSON SIBARANI /LNG TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS Oleh TOMSON SIBARANI 067009023/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat Batak Toba pesta perkawinan menurut adat sebenarnya adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan menurut semestinya,

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Suku Batak memiliki lima sub suku, yaitu suku Toba, Simalungun, Karo, Pak-Pak atau Dairi, dan Angkola-Mandailing. Setiap sub suku tersebut memiliki ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana.ahimsa (dalam Sobur, 2001:23) mengemukakan, bahwabahasa

BAB I PENDAHULUAN. wacana.ahimsa (dalam Sobur, 2001:23) mengemukakan, bahwabahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari berbagai etnik (suku) yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat dilihat dari kondisi letak geografis suatu suku dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri satu dengan yang lainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian pustaka.kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Simpulan dan Saran-saran. 1. Bahwa proses mangain marga kepada laki-laki di luar marga Batak Toba

BAB IV PENUTUP. Simpulan dan Saran-saran. 1. Bahwa proses mangain marga kepada laki-laki di luar marga Batak Toba BAB IV PENUTUP Simpulan dan Saran-saran A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa proses mangain marga kepada laki-laki di luar marga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor 1 BAB V 1. Kesimpulan PENUTUP Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor Medan bukanlah rahasia umum lagi, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa pastinya memiliki perayaan-perayaan adatnya masingmasing. Dalam setiap perayaan adat tersebut satu hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB IV ORANG BATAK TOBA DI JAKARTA DAN ULOS DALAM PERKAWINAN ADAT

BAB IV ORANG BATAK TOBA DI JAKARTA DAN ULOS DALAM PERKAWINAN ADAT 142 BAB IV ORANG BATAK TOBA DI JAKARTA DAN ULOS DALAM PERKAWINAN ADAT Dalam kenyataan ulos berguna dalam kegiatan resmi Batak dan adat Batak bagi masyarakat Batak sampai sekarang. Hal itu dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Masyarakat yang saling berhubungan satu dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keaneka ragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan 1 BAB I PENDAHULUAN Pada hakekatnya manusia diciptakan untuk hidup berpasang-pasangan oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan melangsungkan perkawinan. Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn FERI JULLIANTO Disusun oleh : GREGORIAN ANJAR P NIM 14148107

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman dahulu hingga kini, karena perkawinan merupakan masalah yang aktual untuk dibicarakan di dalam maupun

Lebih terperinci

BAB III PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA

BAB III PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA BAB III PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA B. Permasalahan Yang Sering Timbul dalam Perkawinan Adat Batak Toba Sebagaimana telah kita ketahui

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawin adalah perilaku mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia berkembang biak. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar dari sabang sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar dari sabang sampai merauke, masing-masing suku kaya akan adat istiadat, budaya yang berbeda-beda, tergantung pada letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Indonesia terdiri dari beragam etnis, seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minang, serta etnis Batak. Setiap etnis ini memiliki budaya dan sistem kekerabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung 1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyembahan roh-roh, (3). Persawahan, aksara (system tulis menulis) dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyembahan roh-roh, (3). Persawahan, aksara (system tulis menulis) dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Masyarakat Batak Suku Batak memiliki tiga (3) ciri-ciri : (1). Susunan genealogisnya dengan pembagiannya atas marga, yang patrilineal dan exogam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN)

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) X : Selamat siang pak N : Iya, siang X : Saya ingin bertanya-tanya tentang perkawinan semarga pak, kenapa perkawinan semarga itu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007:482) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya): I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman suku juga disertai dengan keragaman budaya. Itulah yang membuat suku budaya Indonesia sangat dikenal bangsa lain karena budayanya yang unik. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci