TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS. Oleh TOMSON SIBARANI /LNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS. Oleh TOMSON SIBARANI /LNG"

Transkripsi

1 TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS Oleh TOMSON SIBARANI /LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

2 TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh TOMSON SIBARANI /LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

3 Judul Tesis : TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA Nama Mahasiswa : Tomson Sibarani Nomor Pokok : Program Studi : Linguistik Menyetujui Komisi Pembimbing, (Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.) Ketua (Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.) Anggota Ketua Program Studi, Direktur, (Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.) Tanggal lulus : 29 Agustus 2008 Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

4 Telah diuji pada Tanggal : 29 Agustus 2008 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Anggota : 1. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. 2. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. 3. Drs. Umar Mono, M.Hum. Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

5 ABSTRAK Upacara adat Batak Toba adalah upacara yang dihadiri oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu yaitu hulahula pemberi istri, dongan sabutuha kawan semarga dan boru yang berpartisipasi aktif dalam upacara adat. Upacara adat biasanya didahului oleh makan bersama kemudian dilanjutkan dengan acara marhata bicara adat. Tindak tutur yang digunakan oleh pihak hulahula, dongan sabutuha dan boru adalah berbeda sesuai dengan posisinya pada acara tersebut. Dalam penelitian ini dibahas tindak tutur apa yang digunakan hulahula, dongan sabutuha dan boru, tindak tutur apa yang dominan, bagaimana cara tindak tutur dilakukan, jenis dan fungsi tindak tutur dalam perkawinan masyarakat Batak Toba. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa tindak tutur yang ditemukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba ada 13 jenis tindak tutur yaitu: Tindak tutur bersalam, memberkati, memohon, memuji, meminta, berjanji, menyarankan, memperingatkan, mengesahkan, berterima kasih, menjawab, menjelaskan, dan bertanya. Dari ketiga belas tindak tutur tersebut tindak tutur memohon lebih dominan dituturkan hulahula dan dongan sabutuha, tetapi tindak tutur boru lebih dominan dengan tindak tutur menjelaskan dan menjawab. Tindak tutur dalam acara marhata di pesta marunjuk sangat berbeda dengan tindak tutur sehari-hari dalam masyarakat Batak Toba. Kata Kunci : Tindak tutur perkawinan masyarakat Batak Toba Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

6 ABSTRACT Traditional ceremony Toba Batak is a ceremony in which Dalihan Na Tolu elements present. The elements consist of hula-hula, dongan sabutuha and boru who participate actively in the ceremony. It usually begins with dining together then marhata (talking about important things in wedding ceremony according to the custom). In marhata, dalihan na tolu elements are the main persons who have important role in talking about the custom. Speech acts which are used differently by hula-hula, dongan sabutuha and boru in accordance with their positions in the ceremony. This thesis describes speech acts used by hula-hula, dongan sabutuha and boru, which speech act is dominant, the way to use speech act, types of speech acts and their functions in the wedding ceremony. This thesis conducts a descriptive method which include accurate and systematic description of the data. Descriptive method is choosen in order to describe obviously the object of analysis naturally. The findings of the research reflect that speech acts are found in Batak traditional ceremony. There are 13 kinds of speech acts: greetings, blessing, praising, requesting, asking for, promising, suggesting, reminding, pronouncing, thanking, answering, explaining and asking. From those kinds of speech acts, the dominant speech act is asking which is used by hula-hula and dongan sabutuha, while answering and explaining are dominant to boru. Speech acts used in marhata (marunjuk party) are different with those are used in daily conversation. Keywords: Traditional Batak wedding, speech act Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkatnya sehingga tesis yang berjudul Tindak Tutur dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S dan Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A. Ph.D selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan demi kesempurnaan tesis ini. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penulis menyadari masih banyak kelemahan maupun kekurangan yang terkandung dalam tesis ini. Untuk itu segala saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat dalam bidang ilmu bahasa mengenai tindak tutur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba. Medan, Agustus 2008 Penulis, Tomson Sibarani Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

8 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas hidayahnyalah Tesis yang berjudul Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Sumatera Utara yaitu Bapak Prof. Chairuddin Lubis yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi Pendidikan S2. 2. Direktur Sekolah Pascasarjana yaitu Ibu Prof. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. 3. Ketua Program Studi Linguistik yaitu Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D. 4. Komisi Pembimbing yaitu Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S dan Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian tesis ini. 5. Kepala Pusat Bahasa yaitu Bapak Dr. Dendy Sugono yang telah memberikan bantuan dana untuk menyelesaikan Studi Pendidikan S2 pada Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara Medan. 6. Kepala Balai Bahasa Medan yaitu Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. yang telah memberikan izin dan bantuan dalam menyelesaikan pendidikan S2. 7. Kepada Bapak Dr. Sugiono yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini. Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

9 8. Orang tua saya yatiu Bapak St. K. Sibarani dan Ibu S. br. Pasaribu (Alm) yang telah banyak berdoa dan memberikan bantuan serta motivasi dalam menyelesaikan tesis ini. 9. Keluarga saya yaitu istri tercinta Ir. Morina Riauwaty Siregar, Dipl. Biol.M.P dan kedua anak saya yaitu Stephanie Magdalena Sibarani dan Michael Parluhutan Jupiter Sibarani yang selalu berdoa dan membantu saya untuk mencapai keberhasilan dalam tugas maupun studi. 10. Saudara-saudara saya yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan studi jenjang S Semua pihak yang langsung maupun tidak langsung telah berpartisipasi dalam penyelesaian studi saya di PPs Linguistik Universitas Sumatera Utara Medan Semoga budi baik dan keikhlasan mereka dapat saya amalkan dan Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat kemudahannya untuk mereka. Akhirnya, segala puji syukur saya persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas lindungannya selama ini. Semoga Tuhan menyertai kehidupan kita selamanya. Medan, Agustus 2008 Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

10 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Tomson Sibarani, S.S. Tempat /Tanggal lahir : Laguboti, 17 Oktober 1968 Pekerjaan Jenis Kelamin : PNS Balai Bahasa Medan : Laki-laki Nama Orangtua : St. K. Sibarani/ S.br. Pasaribu (+) Nama Istri Nama Anak : Ir. Morina Riauwaty Siregar, Dipl. Biol. M.P : 1. Stephani Magdalena Sibarani 2. Michael Parluhutan Jupiter Sibarani Pendidikan : 1. Tahun : SD Inpres Sibarani Nasampulu Laguboti 2. Tahun : SMP Negeri 1 Laguboti 3. Tahun : SMA Negeri 2 Balige di Laguboti 4. Tahun : Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah, Universitas Sumatera Utara 5. Tahun : Universitas Hamburg, Jerman 6. Tahun : Program Studi Linguistik, Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, 29 Agustus 2008 Hormat Saya, Tomson Sibarani Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

11 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR ISTILAH... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii x xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Landasan Teori Manfaat Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tindak Tutur Pragmatik Aspek Situasi Tuturan Tiga Tipe Tindak Tutur Kerangka Konseptual Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

12 BAB III METODE PENELITIAN Desain Penelitian Data dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Analisis Data BAB IV TINDAK TUTUR HULAHULA PEMBERI ISTRI, DONGAN SABUTUHA KERABAT SEMARGA DAN BORU PEMBERI ISTRI PADA ACARA MARUNJUK PESTA ADAT PENUH Tindak tutur Hulahula pemberi istri Pada Acara Marunjuk pesta adat penuh Tindak tutur Dongan Sabutuha ni parboru pihak perempuan Tindak tutur dongan sabutuha paranak teman semarga Pihak laki-laki Tindak tutur boru penerima istri Tindak tutur yang Dominan oleh Pihak Hulahula, dongan sabutuha dan boru Tindak tutur yang Dominan oleh Pihak hulahula Tindak tutur yang Dominan oleh Pihak dongan sabutuha kerabat semarga Tindak tutur dongan sabutuha parboru kawan semarga pihak perempuan Tindak tutur dongan sabutuha paranak kawan semarga pihak laki-laki Tindak tutur yang dominan dari pihak boru penerima istri Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

13 4.5.4 Analisis Tindak Tutur pada Upacara marhata marunjuk Cara Tindak Tutur yang Diucapkan pada Upacara Perkawinan Batak Toba Tindak Tutur Penggunaan Umpasa Tindak Tutur Penggunaan Ungkapan Tindak Tutur Penggunaan Frase Tindak Tutur Penggunaan Kata Jenis dan Fungsi Tindak Tutur yang digunakan Dalam Upacara Perkawinan Batak Toba BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tindak tutur bersalam Tabel 2. Tindak tutur memberkati Tabel 3. Tindak tutur memuji Tabel 4. Tindak tutur meminta Tabel 5. Tindak tutur berjanji Tabel 6. Tindak tutur menyarankan Tabel 7. Tindak tutur memperingatkan Tabel 8. Tindak tutur mengesahkan Tabel 9. Tindak tutur berterimakasih Tabel 10. Tindak tutur menjawab Tabel 11. Tindak tutur menjelaskan Tabel 12. Tindak tutur bertanya Tabel 13. Tindak tutur bersalam Tabel 14. Tindak tutur memberkati Tabel 15. Tindak tutur menyarankan Tabel 16. Tindak tutur mengesahkan Tabel 17. Tindak tutur menjelaskan Tabel 18. Tindak tutur bertanya Tabel 19. Tindak tutur bersalam Tabel 20. Tindak tutur memohon Tabel 21. Tindak tutur menyarankan Tabel 22. Tindak tutur mengesahkan Tabel 23. Tindak tutur berterima kasih Tabel 24. Tindak tutur menjelaskan Tabel 25. Tindak tutur bersalam Tabel 26. Tindak tutur memohon Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

15 Tabel 27. Tindak tutur memuji Tabel 28. Tindak tutur menyarankan Tabel 29. Tindak tutur mengesahkan Tabel 30. Tindak tutur berterima kasih Tabel 31. Tindak tutur menjawab Tabel 32. Tindak tutur menjelaskan Tabel 33. Tindak tutur bertanya Tabel 34. Tindak Tutur Hulahula Tabel 35. Tindak Tutur yang Dominan oleh Hulahula Tabel 36. Tindak tutur dongan sabutuha parboru kawan semarga pihak perempuan Tabel 37. Tindak Tutur yang Dominan oleh Dongan Sabutuha Parboru kawan semarga pihak perempuan Tabel 38. Tindak Tutur Dongan Sabutuha Paranak Kawan Semarga Pihak Laki-Laki Tabel 39. Tindak tutur yang dominan dari dongan sabutuha kawan semarga pihak laki-laki Tabel 40. Tindak Tutur Boru penerima istri Tabel 41. Tindak Tutur yang Dominan dari Pihak Boru Tabel 42. Tindak tutur hulahula pemberi istri, dongan sabutuha pihak perempuan, dongan sabutuha pihak laki-laki dan boru penerima istri Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

16 DAFTAR SINGKATAN Tindak tutur bersalam : T Tbslm Tindak tutur memberkati : T Tmbkt Tindak tutur memohon : T Tmhn Tindak tutur memuji : T Tmmj Tindak tutur meminta : T Tmmt Tindak tutur berjanji : T Tbjj Tindak tutur menyarankan : T Tmyrn Tindak tutur memperingatkan : T Tmprgt Tindak tutur mengesahkan : T Tmgsh Tindak tutur berterimakasih : T Tbk Tindak tutur menjawab : T Tmjw Tindak tutur menjelaskan : T Tmjls Tindak tutur bertanya : T Tbty Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

17 DAFTAR ISTILAH Hulahula : Pihak pemberi istri Dongan sabutuha : Kerabat semarga Boru : Pihak penerima istri Marhata marunjuk : Berbicara adat penuh Sinamot : Mahar Tandok : Kantongan pandan Pauseang : Harta bagian perempuan Panjaean : Harta bagian Suhut : Orang yang melaksanakan pesta Ulos : Selendang tradisional Batak Toba Marhata : Bicara adat Omputa Debata : Tuhan Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

18 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak disamping Batak Simalungun, Karo, Mandailing dan Pakpak. Salah satu yang menjadi ciri pembeda antara sub-etnis diatas adalah bahasa dan letak geografis daerah. Masyarakat Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan manifestasi eksistensi. Eksistensi yang dimaksud adalah sebagai makhluk sosial dimana kemasyarakatan itu sendiri terbentuknya dengan adanya bahasa. Pada pelaksanaan adat masyarakat Batak Toba sangat berbeda untuk beberapa daerah yang dikenal dengan Toba Holbung, Silindung, dan Humbang. Perbedaan yang mendasar pada ketiga daerah ini adalah dalam hal pelaksanaan adat Batak khususnya dalam pembagian Jambar (penghargaan) dan Ulos (selendang) sedangkan kesamaannya adalah alat komunikasi yang digunakan yaitu sama-sama Bahasa Batak Toba. Masyarakat Batak Toba mempunyai sistem adat istiadat tertentu yang berazaskan Dalihan Na Tolu tungku yang berkaki tiga disingkat tungku nan tiga. Dalihan Na Tolu merupakan dasar hidup masyarakat Batak Toba. Setiap anggota masyarakat wajib berbuat dan bertindak menurut aturan adat istiadat yang berazaskan Dalihan Na Tolu. Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

20 Pengertian upacara adat ialah upacara yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu, yaitu dongan sabutuha, hula-hula, dan boru yang berpartisipasi aktif dalam upacara itu. Upacara adat biasanya didahului dengan acara makan bersama, lalu diteruskan ke acara marhata bicara adat. Penelitian ini memuat tentang Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba. Di dalam penelitian ini, lokasi penelitian penulis adalah kota Medan. Peneliti membatasi pengertian upacara adat perkawinan Batak Toba pada upacara adat yang memakai versi Toba Holbung berhubungan dengan objek penelitian yang berasal dari Laguboti. Masing-masing pihak mempunyai ketiga komponen adat yaitu: hulahula, boru, dongan sabutuha dan inilah yang menjadi satu keluarga besar Dalihan Na Tolu yang baru. Apabila ketiga komponen dari kedua pihak tidak hadir maka apa yang disebut adat tidak memenuhi kualifikasi adat. Dengan kata lain, keterikatan ketiga komponen tersebut merujuk pada satu kesatuan yang terintegrasi sehingga pelaksanaan adat dapat berlangsung dengan baik. Upacara adat pada masyarakat Batak Toba dilaksanakan apabila ketiga komponen yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu telah hadir dalam situasi tersebut, hulahula sebagai pemberi istri, boru sebagai penerima istri dan dongan sabutuha sebagai kerabat semarga. Dalihan Na Tolu ini ialah suatu kerangka yang meliputi hubungan kekerabatan darah dari hubungan perkawinan dimana ada pertemuan dua marga dari dua pihak yaitu pihak pengantin pria dan pihak pengantin wanita. Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

21 Pesta perkawinan adalah upacara adat yang penting bagi orang Batak, oleh karena hanya orang yang sudah kawin berhak mengadakan upacara adat, dan upacara-upacara adat lainnya seperti menyambut lahirnya seorang anak, pemberian nama pada anak dan sebagainya. Pesta perkawinan sepasang pengantin merupakan semacam jembatan yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin laki-laki dan Dalihan Na Tolu dari orangtua pengantin wanita. Artinya karena perkawinan itulah maka Dalihan Na Tolu dari orangtua pengantin pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu orangtua pengantin wanita dan sebaliknya. Segala istilah sapaan dan acuan yang digunakan oleh pihak yang satu terhadap pihak yang lain demikian pula sebaliknya adalah istilah-istilah kekerabatan berdasarkan Dalihan Na Tolu. Perkawinan bagi orang Batak bukanlah merupakan persoalan pribadi suami istri melulu, termasuk orangtua serta saudara-saudara kandung masing-masing, akan tetapi merupakan ikatan juga dari orangtua si suami dengan orangtua si istri, ditambah lagi dengan boru serta hulahula dari masing-masing pihak. Akibatnya adalah kalau cerai perkawinan sepasang suami istri maka putus pulalah hubungan di antara kedua kelompok tadi. Perkawinan orang Batak haruslah diresmikan secara adat berdasarkan adat Dalihan Na Tolu, dan upacara agama serta catatan sipil hanyalah sebagai pelengkap saja. Perkawinan orang Batak yang hanya diabsahkan dengan upacara agama serta catatan sipil boleh dikatakan masih dianggap perkawinan belum sah oleh masyarakat Batak dilihat dari sudut adat Dalihan Na Tolu. Buktinya apabila timbul keretakan di Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

22 dalam suatu rumah tangga yang demikian, maka sudah pasti marga dari masingmasing pihak tidak ada merasa ada hak dan kewajiban untuk mencampurinya. Kajian tindak tutur, merupakan hal yang perlu dikaji. Tindak tutur merupakan pengejewantahan kompetensi komunikasi seseorang. Scheffrin (1994:365) mengemukakan, people can do things to perform speech acts because the rules through with speech acts are realized, are part of communicative competence. Kompetensi tersebut terbentuk sejak dini, dari masa kanak-kanak hingga dewasa, berkembang sesuai dengan aturan yang merupakan konvensi dalam komunitas bahasa tiap manusia. Grass (1996:127) mengemukakan, tindak tutur bersifat fundamental pada komunikasi manusia, that fundamental to human communication is the nation of speech act. Sementara Cohen (1996:384) mengatakan bahwa, a speech act is functional unit in communication, yang berarti tindak tutur merupakan unit yang berfungsi penting dalam komunikasi. Pragmatik berkaitan dengan tiga konsep yaitu makna, konteks dan komunikasi. Scheffrin (1994:190) mengemukakan pragmatics deals with three consepts (meaning, contexs, communication). Chaer dan Agustina (1995:3) mengatakan sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat. Selanjutnya Nababan (1984:2) mengatakan sosiolinguistik merupakan studi atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sendiri sebagai anggota masyarakat, mempelajari atau membahas aspek-aspek Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

23 kemasyarakatan bahasa. Siregar (2003: ) mengatakan bahwa komunikasi sehari-hari atau siasat bahasa dalam tindak tutur antara penutur dan petutur bertujuan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial, berhubungan dengan kesantunan 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah ungkapan tindak tutur yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba pada saat berkomunikasi yaitu dalam upacara perkawinan. Dalam hal ini akan terlihat bagaimana tindak tutur yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba dalam upacara perkawinan: 1. Tindak tutur apakah yang digunakan oleh hulahula (pihak pemberi istri), dongan sabutuha (kerabat semarga) dan boru (pihak penerima istri) dalam upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba? 2. Tindak tutur apakah yang dominan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba? 3. Bagaimana cara tindak tutur dilakukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba? 4. Bagaimana jenis dan fungsi tindak tutur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

24 1. Mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan pihak hulahula (pihak pemberi istri), dongan sabutuha (kerabat semarga), boru (pihak penerima istri) pada saat upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba. 2. Menentukan tindak tutur apa yang dominan digunakan pada saat upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba. 3. Menguraikan cara tindak tutur apakah yang digunakan pada saat upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba. 4. Menjelaskan jenis, dan fungsi tindak tutur yang digunakan pada saat upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba. 1.4 Landasan Teori Dalam penelitian ini dibutuhkan teori-teori yang dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk mendukung penelitian tindak tutur dalam upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba. Tindak tutur adalah telaah bagaimana seseorang dengan menggunakan tuturan sekaligus dengan melakukan tindakan atau ucapan kepada orang lain. Menurut Leech (1983), teori tindak tutur dari Austin dan Searle merupakan satu bentuk tuturan yang mempunyai lebih dari satu fungsi. Tindak ilokusi adalah salah satu dari tiga tipe tindak tutur (speech acts) yang dikemukakan oleh dua filsuf, Austin (1962) dan Searle (1969) yaitu: 1. Tindak lokusi : melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

25 2. Tindak ilokusi : melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu 3. Tindak perlokusi : melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Menurut Hymes, pengetahuan dan kinerja bahasa harus mencakup sesuai tindaknya bahasa yang digunakan dalam konteks sosial dan di dalam bahasa kaidahkaidah penggunaan bahasa, yang apabila diabaikan maka kaidah-kaidah gramatik menjadi tidak berguna sama sekali. Dalam proses pemerolehan bahasanya, seseorang mempelajari aturan-aturan kapan, kepada siapa, dimana dan bagaimana suatu kalimat digunakan. Leech (1993:335) mengemukakan bahwa keluhan merupakan campuran antara ekspresif dan asertif (assertives). Kategori asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan. Khusus pada pengajaran ketrampilan berbahasa, pragmatik termasuk di dalamnya tindak tutur dianjurkan oleh para ahli untuk diintegrasikan dalam kurikulum. Sementara dalam kajian pemerolehan bahasa kedua, kajian tindak tutur digunakan untuk mengukur kompetensi penggunaan bahasa (language use) yang dianggap penting disamping pemakai bahasa (language usage), karena penggunaan bahasa mempengaruhi efektif tidaknya komunikasi. Lakoff (1972,1973b) mengembangkan teori kesantunan yang meramalkan bahwa penambahan kebebasan pada pihak petutur untuk menolak suatu permohonan akan berkorelasi dengan penambahan kesantunan. Dengan kata lainnya, maka makin tinggi kesantunan atau kesantunan bertambah bersamaan dengan berkurangnya pembebanan pada pihak petutur. Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

26 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Memberikan sumbangan pada kajian pragmatik, khususnya kajian tindak tutur (speech acts) 2. Memberikan sumbangan praktis pada masyarakat Batak Toba tentang tindak tutur yang digunakan pada upacara perkawinan. 3. Menambah khazanah kepustakaan atau bahan bacaan dalam bidang linguistik. 4. Menjadi bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya. 5. Merupakan cara melestarikan budaya Batak Toba khususnya dalam tindak tutur dalam upacara perkawinan. Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-repository 2009

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tindak Tutur Tindak tutur merupakan telaah bagaimana seseorang dengan menggunakan tuturan sekaligus melakukan tindakan atau ucapan kepada orang lain. Jadi tindak tutur merupakan bagian kajian pragmatik, pragmatik merupakan bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks, pada pragmatik dikaji bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpretasikan ucapan-ucapan. Tindak tutur merupakan salah satu bidang kajian penting pragmatik bahasa. Pengertian pragmatik yang paling bergayut dengan pokok batasan tulisan ini ialah defenisi pragmatika yang diberikan oleh D. Crystal (1985:240), yaitu pragmatik sebagai pengkajian bahasa dari sisi pengguna bahasa, khususnya tentang pilihanpilihan yang dibuat, kendala-kendala yang ditemukan pada penggunaan bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh penggunaan bahasa itu terhadap peserta lainnya dalam tindak komunikasi. Dengan kata lainnya pragmatik ialah pengkajian tindak komunikatif di dalam kontek sosiokultural tindak itu. Dalam pengertian ini tindak komunikatif tidak hanya meliputi tindak tutur seperti memohon, memberi salam, dan sebagainya, tetapi juga mencakup peran serta di dalam percakapan, keterlibatan di dalam beberapa jenis wacana, dan menjaga kesinambungan interaksi di dalam peristiwa bahasa yang kompleks.

28 Tindak tutur ialah melakukan tindak tertentu melalui kata, misalnya memohon sesuatu, menolak (tawaran, permohonan), berterima kasih, memberi salam, memuji, minta maaf dan mengeluh. Bentuk lahiriah tindak tutur yang sama tidak saja dapat berbeda, tetapi daya atau kekuatan tindak tutur mungkin pula berbeda. Selain itu, dalam kebudayaan tertentu menolak (tawaran, permohonan) dapat dilakukan secara langsung, sementara dalam kebudayaan lainnya dilakukan harus dengan basa-basi tertentu sebelum penolakan diucapkan atau bahkan tanpa diucapkan sama sekali. Akibatnya adalah dalam beberapa kasus tertentu kemungkinan terjadinya salah tafsir apakah seseorang penutur telah melakukan penolakan atau tidak sedangkan kemungkinan lainnya ialah terjadinya kesalahpahaman terhadap maksud ucapan penutur. Dalam melakukan sesuatu tindak tutur, selain menyatakan maksud dan keinginannya, penutur juga secara alami bertujuan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial tertentu antara diri penutur dengan petutur. Penutur mempertimbangkan berbagai kendala dalam menyampaikan maksudnya secara tepat dan sesuai dari segi kedekatan atau jarak antara penutur dan petutur, situasi bahasa dan sebagainya. Siasat bahasa (komunikasi) yang digunakan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial ini sering disebut siasat kesantunan. Kesantunan pada dasarnya hanya digunakan pada dua fungsi, yaitu fungsi konpetitif yang meliputi tindak tutur seperti meminta, memerintah, menuntut dan fungsi konvivial yang meliputi menawarkan, mengundang, memberi salam, berterima kasih, memberi selamat. Fungsi pertama berorientasi pada petutur sedangkan yang kedua pada

29 penutur sehingga menurut G. Leech (1983) tujuan konpetitif pada dasarnya bersifat keras (kasar) dan tujuan konvivial sebaliknya bersifat halus. Fungsi konpetitif lebih mengancam muka penutur bila dibandingkan dengan fungsi konvivial. Lakoff (1972,1973b) mengembangkan teori kesantunan yang meramalkan bahwa penambahan kebebasan pada pihak petutur untuk menolak suatu permohonan akan berkorelasi dengan penambahan kesantunan. Dengan kata lainnya, maka makin tinggi kesantunan atau kesantunan bertambah bersamaan dengan berkurangnya pembebanan pada pihak petutur. Leech (1983) mengatakan bahwa kesantunan merupakan siasat yang digunakan untuk menjaga dan mengembangkan hubungan. Menurut Brown & Levinson (1978,1987) kesantunan ialah menjaga muka petutur. Semua peserta tutur dalam suatu interaksi percakapan berkeinginan menjaga dua jenis muka, yaitu muka positif dan muka negativ. Muka positif adalah merupakan citra positif yang dimiliki orang terhadap dirinya sendiri dan hasrat untuk mendapatkan persetujuan, sementara muka negatif ialah tuntutan dasar terhadap wilayah, bagian pribadi, dan hak-hak untuk tidak diganggu. Pengertian muka menurut Brown & Levinson membedakan kesantunan positif dan kesantunan negatif. Siasat kesantunan positif dan negatif keduanya digunakan untuk menambahkan keakraban dan mengurangi pemaksaan. Keduanya berinteraksi dengan cara yang rumit sesuai dengan sifat tindak tutur dan status penutur dan petutur. Siasat kesantunan positif mencakup: memperhatikan keinginan penutur, menggunakan pemarkah kelompok dalam, bersifat optimis, mengusahakan

30 persetujuan, menunjukkan kesamaan latar, dan menawarkan atau menjanjikan. Sementara itu siasat kesantunan negativ mencakup: bersifat tidak langsung, bertanya atau kalimat berpagar, bersifat pesimis, meminimalkan pemaksaan, memberi hormat dan meminta maaf. Pragmatik berhubungan erat dengan tindak tutur karena pragmatik menelaah makna dalam kaitan dengan situasi tuturan (Leech,1983:19). Dalam menelaah tindak tutur, konteks amat penting, telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan kalimat disebut pragmatik (Tarigan,1986:34). Melalui pragmatik makna-makna yang secara semantik ganjil, dapat berterima karena pertimbangan secara pragmatik atau lebih khusus lagi karena konteks. 2.2 Pragmatik Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia yang menempatkannya berbeda dengan mahluk lainnya. Menurut Leech (1983:ix), secara praktis, pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Selanjutnya Tarigan (1986:32) menyatakan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa yang dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Sementara Levinson dalam Tarigan (1986:33) memberikan batasan pragmatik sebagai telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi

31 suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa. Jadi merupakan telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta melerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Menurut Cruse (2000:16) pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspekaspek informasi (dalam pengertian yang paling luas) yang disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut [penekanan ditambahkan]. Parker (1986:11) mengemukakan bahwa: Pragmatics is distinct from grammar, which is the study the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate Tidak dapat dipungkiri bahwa pragmatik seperti semantik adalah cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual. Adapun yang menjadi kajian pragmatik tentang makna berbeda dengan semantik. Pragmatik adalah mengkaji makna secara eksternal sedangkan semantik mengkaji secara internal. Konteks merupakan hal yang penting dalam kajian bahasa. Schiffrin (1994:365) mengemukakan bahwa speech act theory and pragmatic both view contexs in term of knowledge: what speakers and hearers can ben assumed to know (e.g about social institution, about other s wants and and needs, about the nature of

32 human nationality) and how that knowledge guide the use of language and the interpretation of utterance. Pragmatik dan teori tindak tutur memandang konteks sebagai pengetahuan bersama antara pembicara dan pendengar, dan pengetahuan tersebut mengarah pada interpretasi suatu tuturan. Pengetahuan atau konteks tertentu yang menyebabkan manusia dapat mengidentifikasi jenis-jenis tindak tutur yang berbeda. Pragmatik bahasa berarti mengkaji: 1. Makna penutur bahasa 2. Makna yang lebih sekedar apa yang diucapkan oleh penutur 3. Makna kontekstual 4. Pengaruh makna pada penutur, dan kendala-kendala dalam menyampaikan makna dengan cara yang tepat dan sesuai Pengaruh pragmatika di dalam teori dan konsep pemerolehan bahasa diantaranya menekankan aspek fungsional bahasa. Secara fungsional jenis-jenis ujaran terdiri dari deklaratif (mengubah keadaan alami melalui kata), representatif (menyatakan sesuatu yang diyakini), ekspresif (menyatakan perasaan tertentu), direktif (membuat orang lain melakukan sesuatu), dan komisif (bertanggung jawab akan melakukan sesuatu). Sementara itu, secara formal jenis-jenis kalimat mencakup bentuk-bentuk deklaratif, imperatif, interogatif, dan interjeksi, sehingga penutur dihadapkan dengan pilihan-pilihan formal bahasa untuk menyampaikan fungsi-fungsi bahasa.

33 Parera (1990:120) mengemukakan tiga ciri yang harus dipenuhi untuk terciptanya suatu konteks, yaitu 1) setting, 2) kegiatan dan 3) hubungan (relasi). Interaksi ketiganya membentuk konteks. 1. Setting meliputi : a. unsur-unsur material yang ada di sekitar peristiwa interaksi berbahasa, b. tempat, c. waktu. 2. Kegiatan : semua tingkah laku yang terjadi dalam interaksi, seperti berbahasa itu sendiri, juga termasuk kesan, perasaan, tanggapan dan persepsi penutur dan petutur. 3. Hubungan (relasi) meliputi hubungan antara penutur dan petutur yang ditentukan oleh (a) jenis kelamin (b) umur, (c) kedudukan; status, peran, prestise (d) hubungan keluarga, (e) hubungan kedinasan. Setting, kegiatan dan hubungan ditentukan secara kultural. 2.3 Aspek Situasi Tuturan Kajian tindak tutur harus memperhatikan aspek situasi tuturan yang membedakan dengan kajian semantik. Aspek tersebut adalah: A. Penutur/ penulis (Pn) dan Petutur/ pembaca (Pt) Penutur (Pn) atau penulis, petutur (Pt) atau pembaca memberikan implikasi bahwa pragmatik juga mencakup bahasa tulis. B. Konteks Tuturan Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh Pn dan Pt serta yang menunjang interpretasi Pt terhadap apa

34 yang dimaksud Pn dengan suatu ucapan tertentu. Setiap situasi tuturan atau ujaran mengandung maksud dan tujuan tertentu. Pn dan Pt terlihat pada suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. 2.4 Tiga Tipe Tindak Tutur Teori tindak tutur (speech act) dikemukakan oleh Austin (1962) dan Searle (1969) yang terbagi atas: a. Tindak Lokusi (Locutionary act) : Tindak lokusi mengandung makna literal seperti pada contoh: It is hot here (panas sekali disini) Cohen: 1996 :184. Makna lokusinya berhubungan dengan temperaturan udara di tempat itu. b. Tindak Ilokusi (Illocutionary act) Tindak illokusi mengandung makna yang berhubungan dengan fungsi sosial. Pada kalimat It is hot here (Cohen :1996:184). Makna ilokusinya mungkin permintaan (request) agar membuka jendela lebar-lebar, atau bila kalimat tersebut diulang-ulang, mungkin mengisyaratkan keluhan (complain). c. Tindak Perlokusi (Perlocutionary act) Tindak perlokusi menghasilkan hasil atau efek, untuk kalimat di atas, berdasarkan konteks tertentu maka hasil yang diperoleh mungkin jendela akan dibuka lebar-lebar atau tidak menghiraukan sama sekali.

35 2.5 Kerangka Konseptual Dari uraian terdahulu tindak tutur dibagi ke dalam lima kategori sebagai berikut: 1. /asertif yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan seperti peryataan,ramalan, mengeluh, membanggakan, dan menyarankan. 2. Direktif/impositif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar sipendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tindakan itu seperti perintah, larangan, peringatan, mengusulkan, memohon, atau mendesak. 3. Ekspresif/evaluatif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu seperti ucapan terima kasih, meminta maaf, dan ucapan selamat. 4. Komisif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya seperti berjanji, ancaman, tawaran,menyetujui, bersumpah dan merencanakan. 5. Deklaratif/establisif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (stastus, keadaan dsb) yang baru seperti peresmian, pemecatan dan pembaptisan. Pragmatika didefinisikan sebagai pengkajian bahasa dari sisi pengguna bahasa, khususnya tentang pilihan-pilihan yang dibuat, kendala-kendala yang ditemukan pada pengguna bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh penggunaan

36 bahasa itu terhadap peserta lainnya dalam tindak komunikasi. Dalam pengertian ini tindak komunikatif tidak hanya meliputi tindak tutur seperti memohon, memberi salam, dan sebagainya, tetapi juga mencakup peran serta di dalam percakapan dan menjaga kesinambungan interaksi di dalam peristiwa bahasa yang kompleks. Pragmatika mengkaji: 1. makna penutur bahasa, 2. makna yang lebih dari sekedar apa yang diucapkan oleh penutur, 3. makna kontekstual, dan 4. pengaruh tindak tutur dan kendala-kendala dalam menyampaikan makna dengan cara yang tepat dan sesuai. Wijana (1996:36) membedakan tindak tutur atas: 1. tindak tutur langsung, 2. tindak tutur tidak langsung, 3. tindak tutur literal, 4. tindak tutur tidak literal, 5. tindak tutur langsung literal, 6. tindak tutur tidak langsung literal, dan 7. tindak tutur tidak langsung tidak literal. Dari ketiga teori di atas, tiga belas kategori diturunkan dalam penelitian ini karena sesuai dengan tindak tutur dalam upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba. Ketiga belas katergori tindak tutur itu adalah sebagai berikut:

37 1. Tindak tutur bersalam 2. Tindak tutur memberkati 3. Tindak tutur memohon 4. Tindak tutur memuji 5. Tindak tutur meminta 6. Tindak tutur berjanji 7. Tindak tutur menyarankan 8. Tindak tutur memperingatkan 9. Tindak tutur mengesahkan 10. Tindak tutur berterima kasih 11. Tindak tutur menjawab 12. Tindak tutur menjelaskan 13. Tindak tutur bertanya.

38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini langkah pertama yang dilakukan penulis adalah mengumpulkan data serta menyusunnya dan kemudian menjelaskannya sebelum tiba pada tahap analisa data. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Penelitian deskriptif menurut Surakhmad (1978:739) yaitu penelitian yang mencoba menggambarkan dan menganalisis data mulai dari tahap pengumpulan data, penyusunan data dan analisis interpretasi terhadap data. Metode deskriptif yang dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah (Djajasudarma 1993:8-9) Sugiyono (2005:23) menyebutkan bahwa metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan, dengan metode kualitatif peneliti melakukan penjelajahan,pengumpulan data selanjudnya diverifikasi. Dalam mengamati interaksi yang terjadi, penulis melaksanakan ini dengan cara mengamati, ikut berperan serta dan melakukan wawancara secara mendalam kepada pengetua-pengetua adat yang berasal dari daerah Batak Toba khususnya

39 daerah Laguboti. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Sugiyono (2005: 22-23) bahwa untuk memahami interaksi sosial yang kompleks penelitian dengan metode kualitatif melakukannya dengan cara ikut berperan serta, wawancara yang mendalam terhadap interaksi tersebut sehingga ditemukan pola-pola yang jelas. 3.2 Data dan Sumber Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya bersumber dari bahasa lisan yaitu tindak tutur sebagai data primer yang secara empiris terjadi dalam upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba dan bahasa tulis sebagai data sekunder yaitu bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan upacara perkawinan masyarakat Batak Toba. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dipilih secara khusus sesuai dengan tujuan penelitian (purposive sampling). Dalam teknik ini, siapa yang diambil sebagai sampel diserahkan pada pertimbangan peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti (Soehartono, 1995:63). Di dalam penelitian ini yang menjadi sampel peneliti adalah orang yang dianggap mampu berbicara tentang adat perkawinan masyarakat Batak Toba. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yakni berupa tindak tutur yang diucapkan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba. Penulis menggunakan teknik pencatatan terhadap tindak tutur yang diucapkan pada pelaksanaan acara adat dan melalui

40 observasi atau pengamatan pada saat acara adat tersebut berlangsung. Teknik pengumpulan data melalui observasi adalah untuk merekam kejadian proses tindak tutur yang terjadi saat itu yang merupakan objek penelitian. Observasi yang dilakukan penulis memiliki langkah yaitu melalui pengidentifikasian jenis tindak tutur yang disampaikan oleh hulahula pemberi istri, tindak tutur yang disampaikan oleh pihak boru penerima istri dan tindak tutur yang disampaikan pihak dongan sahuta kerabat semarga. Dimana tindak tutur yang diucapkan tidak akan sama baik pihak laki-laki ataupun pihak perempuan. Dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh penulis adalah yang ada dalam cakupan konsep Dalihan Na Tolu yaitu hulahula, boru dan dongan sahuta. Maka tindak tutur dari masing-masing unsur menjadi perhatian penulis. Di samping observasi, teknik pengumpulan data yang mendukung penelitian ini adalah mengacu pada referensi buku karena sudah ada buku mengenai upacara perkawinan Batak Toba. Untuk menjaring data digunakan juga angket (self administered questionnaire). Pada angket digunakan pertanyaan terbuka. Pada angket pertanyaan terbuka, pertanyaan yang diajukan tidak disediakan jawaban sehingga subyek bebas menulis jawabannya sendiri. Teknik wawancara juga digunakan dalam penelitian ini yang berfungsi untuk menanyakan kembali maksud dari pada pembicara dan jika benturan terjadi pada pemahaman tindak tutur, maka penulis akan menanyakan dalam bentuk wawancara kepada tokoh-tokoh atau orang yang sudah masuk dalam kelompok pengetua adat

41 atau orang yang sudah tahu (ahli) dalam adat sekaligus juga pemahamannya terhadap tindak tutur yang disampaikan pada saat acara perkawinan. Pada penelitian ini pertanyaan terbuka, dipilih agar subyek dapat menuangkan jawaban-jawabannya secara bebas sehingga di dapat data yang beragam dan spontan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya. 3.4 Analisis Data Metode analisis yang dipakai penulis adalah dengan analisis induktif. Menurut Sugiyono (2005:89) analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan. Sementara Djajasudarma (1993:3) menyebutkan bahwa data secara induktif yaitu data yang dikaji melalui proses yang berlangsung dari data ke teori. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang tersedia. Penganalisisan data ini dilakukan berdasarkan beberapa tahap yaitu: 1. Mendeskripsikan tindak tutur lisan ke dalam tulisan sehingga akan tergambar dengan jelas proses bagaimana tindak tutur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba. 2. Mengklasifikasikan tindak tutur yang disampaikan pada upacara perkawinan masyarakat Batak Toba. 3. Mengidentifikasikan tindak tutur apa yang paling menonjol atau dominan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba. 4. Menyimpulkan hasil penelitian tindak tutur yang disampaikan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba.

42 BAB IV TINDAK TUTUR HULAHULA PEMBERI ISTRI, DONGAN SABUTUHA KERABAT SEMARGA DAN BORU PENERIMA ISTRI PADA ACARA MARUNJUK PESTA ADAT PENUH 4.1 Tindak Tutur Hulahula pemberi istri Pada Acara Marunjuk pesta adat penuh Dari hasil penelitian dapat dikelompokkan tindak tutur hulahula pemberi istri dalam upacara perkawinan Batak Toba sebagai berikut: Tabel 1. Tindak tutur bersalam No Tindak tutur bersalam Makna Kategori 1. Gabe ma hita tutu jala horas! Banyak keturunan dan sehat selalu Menyapa hadirin Ekspresif Tindak tutur upacara marhata dalam masyarakat Batak Toba biasanya diawali dengan kata bersalam untuk menyapa hadirin. Penggunaan kata gabe ma hita tutu jala horas banyak keturunan dan sehat selalu merupakan bentuk bersalam yang hormat dan sopan dimana bentuk sapaan sehari-hari adalah berbeda dengan sapaan pada acara marhata marunjuk berbicara adat penuh. Bentuk sapaan sehari-hari hanya menggunakan kata horas yang berarti sejahtera.

43 Tabel 2. Tindak tutur memberkati No Tindak tutur memberkati Makna Kategori 1. Ro hita tu alaman na marampang na marjual on, pangantaranni anak, pangantaran ni boru on, na marsangap na martua sai sahat martua ma hita tu joloan on. Kita datang ke halaman yang indah ini, tempat mengantarkan anak laki-laki dan perempuan yang terhormat dan panjang umur semoga kita seluruhnya panjang umur dan banyak keturunan. 2. Hundul di amak tiar, sai tiar ma panggabean parhorason di hita. Duduk di tikar, semoga kita mempunyai banyak keturunan dan sehat selalu. 3. Ba ro dison pinggan panungkunan, pinggan na hot di hundulanna, hot ma panggabean dohot parhorason dihita on saluhutna. Disini ada piring yang menjadi pertanyaan, piring yang tepat kedudukannya, semoga kita menjumpai banyak keturunan dan kesehatan seluruhnya. 4. Dison adong parbue sakti (na pir), saipir ma tondinta tu joloan ni arion, sakti madingin sakti matogu sipasindak panaili sipeneang holiholi, asa pir tondi madingin horas tondi matogu sahat sari matua hita tu na patogutogu pahompu. Disini ada beras, semoga jiwa kita baik dihari yang akan dating, kuat dan bahagia membuat penglihatan jadi terang dan badan segar semoga jiwa selalu bahagia sampai tua dan menjaga cucu. Memberkati panjang umur dan banyak keturunan. Memberkati supaya sehat selalu dan banyak keturunan. Memberkati banyak keturunan dan sehat selalu Memberkati supaya sehat, panjang umur sampai mempunyai cucu

44 Lanjutan Tabel 2 5. Dohot miak mahasa sai miak ma roha ni Ompunta Debata mangoloi nasa pangidoanta tu joloan on. Begitu juga minyak mahasa semoga Tuhan menyetujui semua permintaan kita. 6. Dohot ringgit si tio soara, sai tio ma pangomoan dohot pansarion tu joloan di hita saluhutna. Dengan uang logam yang bersuara nyaring, semoga pencaharian semakin baik bagi kita semuanya. 7. Dohot demban saur manang demban mauliate, saurma mangolu, tiur boru tubu tipak nang dohot parsaulian tu joloan ni ari on. Dengan sirih yang indah atau sirih terima kasih, panjang umur, banyak anak perempuan cepat dapat rezeki di kemudian hari. 8. Dohot tanggotanggo na bolon, sai tanggoma partuturan haroan marharoan tu joloan on. Dengan daging yang besar, semoga banyak keturunan kita dihari yang akan datang. 9. Sinur na pinahan asa adong hasagathononta, gabe na niula asa adong simahaphononta. Banyak ternak supaya ada memuaskan kita, serasi apa yang kita tanam supaya ada kita makan. 10. Sai pamurnasmai tu daging, saudara nang tu bohi. Semoga itu baik untuk tubuh kita, dan membuat wajah kita menjadi bersahaja. Memberkati murah rezeki. Memberkati murah rezeki dan pencaharian. Memberkati panjang umur, banyak anak dan murah rezeki. Memberkati banyak anak dan lahir dengan selamat. Memberkati serasi beternak dan berhasil yang di kerjakan. Memberkati supaya sehat selalu.

45 Lanjutan Tabel Ba sititi ma sihompa godang palupaluna, palupaluna I toho tu ogung oloan, sai manumpak ma Ompunta Debata godangma nang pasupasuna jala pasusunai sai ganup taon marharoan. Sititilah si hompa besar serunainya, serunainya cocok ke gendang yang indah, semoga Tuhan memberkati kita dan setiap tahun kita mendapat anak. 12. Gabema hamu na mangalehon sipanganoni gabe nang hami na manganhon. Banyak keturunanlah kalian yang memberikan makanan dan begitu juga kami yang diberikan. 13. Gabema hamu na hugabei hami, gabe hami na manggabei hamu horas ma hitaon saluhutna. Banyak keturunanlah kalian yang kami berkati, begitu juga kami yang memberkati kalian sehat- sehatlah kita seluruhnya. 14. Jala songon ni dok ni umpasa ma dohonon: Sai situbu laklak mai situbu singkoru solotan bungabunga, situbu anak situbu boru donganna saurmatua. Seperti kata pantun saya katakana: Semoga tumbuh laklak lah tumbuh singkoru diantaranya tumbuh bungabunga, lahir anak perempuan dan lakilaki kawan kita sampai lanjut usia. 15. Asa bintang na rumiris tu ombun na sumorop, anak periris borupe antong torop. Bintang yang beriring dan embun yang mencerca, anak laki-laki banyak dan anak perempuan juga ramai. Memberkati supaya setiap tahun anak lahir dan banyak dapat rezeki. Memberkati banyak keturunan. Memberkati banyak keturunan, harta dan selalu sehat. Memberkati banyak keturunan, bercucu dan bercicit. Memberkati banyak anak laki-laki dan perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub-etnik Batak yang ada di Indonesia di samping Batak Simalungun, Karo, Pakpak, dan Mandailing. Tidak jauh berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT ABSTRAK Upacara adat Batak Toba adalah upacara yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu yaitu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Mandailing. Salah satu yang menjadi cirri pembeda antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman suku. Pada setiap suku memmpunyai hasil kebudayaan masing-masing. Kebudayaan hadir dari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

KEARIFAN LOKAL KESANTUNAN BERBAHASAA PADA MASYARAKAT PASISI BARUS

KEARIFAN LOKAL KESANTUNAN BERBAHASAA PADA MASYARAKAT PASISI BARUS KEARIFAN LOKAL KESANTUNAN BERBAHASAA PADA MASYARAKAT PASISI BARUS TESIS Oleh: YENNY PUSPITA SARAGIH 117009028/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 KEARIFAN LOKAL KESANTUNAN BERBAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri satu dengan yang lainya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka miliki. Salah satu nilai yang masih bertahan hingga saat ini yaitu umpasa. Dalam upacara adat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

KEGAGALAN PRAGMATIK DALAM SUBTITLE TANO PARSIRANGAN TESIS. Oleh MARINA WINDA PUSPITA SIHOMBING /LNG

KEGAGALAN PRAGMATIK DALAM SUBTITLE TANO PARSIRANGAN TESIS. Oleh MARINA WINDA PUSPITA SIHOMBING /LNG KEGAGALAN PRAGMATIK DALAM SUBTITLE TANO PARSIRANGAN TESIS Oleh MARINA WINDA PUSPITA SIHOMBING 127009006/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 KEGAGALAN PRAGMATIK DALAM SUBTITLE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di antaranya adalah sebagai alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Budaya kita mencakup

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007:482) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE ELVITA YENNI

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE ELVITA YENNI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE TESIS Oleh: ELVITA YENNI 077009006 SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI LINGUISTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA 2.2 Konsep Konsep gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa memungkinkan manusia saling berhubungan dan berkomunikasi. Seperti pendapat yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen penelitian, data dan sumber data penelitian, dan teknik analisis data. 3.1 Metode Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SEBAGAI BENTUK KETELADANAN KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI SEKOLAH: PERSPEKTIF GENDER

TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SEBAGAI BENTUK KETELADANAN KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI SEKOLAH: PERSPEKTIF GENDER TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SEBAGAI BENTUK KETELADANAN KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI SEKOLAH: PERSPEKTIF GENDER TESIS Diajukan Kepada Program Studi Pengkajian Bahasa Program

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Bahasa adalah milik manusia dan merupakan satu ciri pembeda utama umat manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

KATA SAPAAN DALAM BAHASA BATAK TOBA

KATA SAPAAN DALAM BAHASA BATAK TOBA KATA SAPAAN DALAM BAHASA BATAK TOBA SKRIPSI OLEH RICARDO GORAT 07070038 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA MEDAN 2012 Kata Sapaan Dalam Bahasa Batak Toba Skripsi Oleh Ricardo Gorat Fakultas

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

LEKSIKON NOMINA BAHASA GAYO DALAM LINGKUNGAN KEDANAUAN LUT TAWAR: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS. Oleh DEWI SUKHRANI /LNG

LEKSIKON NOMINA BAHASA GAYO DALAM LINGKUNGAN KEDANAUAN LUT TAWAR: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS. Oleh DEWI SUKHRANI /LNG LEKSIKON NOMINA BAHASA GAYO DALAM LINGKUNGAN KEDANAUAN LUT TAWAR: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS Oleh DEWI SUKHRANI 087009024/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 LEKSIKON NOMINA

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Berbahasa dalam bentuk berbicara merupakan bagian dari keterampilan

Lebih terperinci