BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan
|
|
- Glenna Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub-etnik Batak yang ada di Indonesia di samping Batak Simalungun, Karo, Pakpak, dan Mandailing. Tidak jauh berbeda dengan sub-etnik lain yang ada di Indonesia, masyarakat Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan manifestasi eksistensi. Eksistensi yang dimaksud adalah makhluk yang bermanfaat atau makhluk sosial di mana kemasyarakatan itu sendiri terbentuk dengan adanya bahasa (Subyakto, 1992: 1). Pada dasarnya bangsa Indonesia berlatar belakang kedaerahan. Masingmasing daerah atau suku bangsa mempunyai bahasa daerahnya sendiri. Bahasabahasa daerah perlu dibina dan dikembangkan karena bahasa daerah merupakan satu unsur kebudayan nasional yang dilindungi oleh Negara. Penjelasan Undang- Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 menyatakan di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Batak, Madura, dan sebagainya), bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.
2 Lebih lanjut ditekankan di dalam Politik Bahasa Indonesia (Halim, 1984: 22) bahwa dalam rangka merumuskan fungsi dan kedudukan bahasa daerah perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: 1. Bahasa daerah tetap dibina dan dipelihara oleh masyarakat pemakainya, yang merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bahasa nasional serta untuk pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa daerah itu sendiri. 3. Bahasa daerah tidak berbeda dalam struktur kebahasaannya, tetapi juga berbeda jumlah penutur aslinya. 4. Bahasa-bahasa daerah tertentu dipakai sebagai alat penghubung baik lisan maupun tulis, sedangkan bahasa daerah dipakai secara lisan. Bahasa Batak Toba terus berkembang dan berfungsi sebagai alat komunikasi, pendukung, dan lambang identitas masyarakat Batak Toba. Fungsi tersebut dapat diamati melalui kegiatan-kegiatan anggota masyarakat dalam berkomunikasi antar sesamanya. Untuk mengungkap maksud dan isinya seorang penutur bahasa sering menyampaikannya melalui karya sastra. Salah satu karya sastra lisan yang lahir, hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Batak Toba dan diwariskan secara turun-temurun dari mulut ke mulut adalah umpasa.
3 Sebagai sastra lisan umpasa pantun digolongkan ke dalam bentuk puisi lama, karena umpasa diubah dengan syarat-syarat berbait, bersajak dan berirama, dan terdiri dari dua baris sebait, dan empat baris sebait, baris pertama terdiri sampiran dan baris kedua berupa isi, dua baris pertama berupa sampiran dan dua baris terakhir merupakan isi. Dahulu pemakaian umpasa Batak Toba sering digunakan oleh kaum muda-mudi dan orang tua ketika mengadakan suatu kegiatan, misalnya kaum muda-mudi dalam kegiatan acara martandang berkunjung dan kaum orang tua dalam kegiatan rapat adat, upacara-upacara adat, seperti marhata sinamot (musyawarah membicarakan uang emas kawin), marunjuk (upacara perkawinan) dan lain-lain. Umpasa dalam konteks budaya masyarakat Batak Toba tidak hanya memperindah untaian kata-kata, tetapi juga memiliki makna yang sangat luas, berisi falsafah hidup, etika kesopanan, undang-undang, dan kemasyarakatan. Tetapi umpasa lebih cenderung berisi falsafah hidup yang menjadi cita-cita hidup masyarakat Batak Toba berupa hamoraon kekayaan, hagabeon mempunyai keturunan, dan hasangapon kehormatan. Frekwensi pemakaian umpasa lebih sering digunakan apabila dibandingkan dengan jenis karya sastra milik masyarakat Batak Toba lainnya. Seperti umpama perumpamaan, turi-turian cerita dan lain-lain. Pemakaian umpasa selalu dilakukan pada setiap berlangsung upacara adat. Upacara adat tersebut adalah lebih bermaknak apabila dibarengi dengan penggunaan umpasa karena raja parhata juru bicara adat dapat bertanya jawab untuk melaksanakan
4 tugasnya sambil menunjukkan kebolehannya menggunakan umpasa sebagai lambang kewibawaan. Keberadan umpasa di tengah masyarakat pada saat sekarang terutama masyarakat yang berada di perantauan dapat dikatakan mengkhawatirkan walaupun penggunaan dilakukan pada setiap upacara adat. Hal ini diakibatkan banyak orang tua masyarakat Batak Toba yang tidak dapat lagi mengetahui makna dan mempergunakan umpasa tersebut. Tentunya keadaan ini mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan umpasa. Para generasi muda nantinya akan kewalahan untuk belajar dan mendapatkan imformasi akurat tentang makna yang dikandung umpasa tersebut. Berdasarkan alasan tersebut di atas, penelitian terhadap umpasa masyarakat Batak Toba sangat diperlukan sekarang agar generasi muda dan pemerhati budaya Batak Toba dapat belajar dan mendapatkan imformasi yang akurat tentang umpasa. Selain itu dapat juga sebagai inventarisasi umpasa. Pada pelaksanaan rapat adat atau musyawarah uang emas kawin (marhata sinamot) pada masyarakat Batak Toba tidak berbeda untuk beberapa daerah yang dikenal seperti di Toba Humbang, Silindung, dan Holbung. Namun adanya perbedaan yang mendasar pada ketiga daerah ini adalah dalam hal pelaksanaan adat khususnya dalam pembagian Jambar (penghargaan) dan Ulos (selendang) sedangkan kesamaannya adalah alat komunikasi yang digunakan yaitu samasama bahasa Batak Toba.
5 Masyarakat Batak Toba mempunyai sistem adat istiadat tertentu yang berazaskan Daliha Na Tolu tungku yang berkaki tiga disingkat tungku nan tiga. Dalihan Na Tolu merupakan dasar hidup masyarakat Batak Toba. Setiap anggota masyarakat wajib berbuat dan bertindak menurut aturan adat istiadat yang berazaskan Dalihan Na Tolu. Pengertian rapat adat adalah musyawarah membicakan uang emas kawin (marhata sinamot) yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu,, yaitu hulahula pemberi istri, dongan sabutuha/dongan tubu kerabat semarga, dan boru penerima istri dari kedua belah pihak. Penelitian ini memuat tentang Umpasa Masyarakat Batak Toba dalam Rapat Adat: Suatu Kajian Pragmatik. Di dalam penelitian ini, lokasi penelitian penulis adalah Kota Medan. Peneliti membatasi rapat adat atau musyawarah uang emas kawin (marhata sinamot) yang mempergunakan umpasa sebagai tindak tutur pada masyarakat Batak Toba. Masing-masing pihak mempunyai ketiga komponen adat yaitu: hulahula, dongan sabutuha, boru dan inilah yang menjadi satu keluarga besar Dalihan Na Tolu yang baru. Apabila ketiga komponen dari kedua pihak tidak hadir maka apa yang disebut adat tidak memenuhi kualifikasi adat. Dengan kata lain, keterikatan ketiga komponen tersebut merujuk pada satu kesatuan yang terintergrasi sehingga rapat adat dapat berlangsung dengan baik. Dalam rapat adat pada masyarakat Batak Toba dilaksanakan apabila kitiga komponen yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu telah hadir berserta
6 dongan sahuta kawan sekampung pada situasi tersebut, hulahula sebagai pemberi istri, dongan sabutuha sebagai kerabat semarga, boru sebagai penerima istri, dan dongan sahuta sebagai kawan sekampung. Dalihan Na Tolu ini ialah suatu kerangka yang meliputi hubungan kekerabatan dari hubungan perkawinan di mana ada pertemuan dua marga dari kedua pihak yaitu pihak boru penerima istri dan pihak hulahula pemberi istri. Rapat adat adalah musyawarah membicarakan uang emas kawin/uang mahar atau disebut juga dengan istilah dalam bahasa Batak Toba marhata sinamot merupakan suatu awal yang harus dilaksanakan sebelum acara dilanjutkan ke tahap pesta perkawinan bagi setiap suku Batak Toba. Pada saat rapat adat (marhata sinamot) di sinilah dimusyawahkan banyaknya tuhor boru uang emas kawin/uang mahar yang harus diberikan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Dalam hal rapat adat bagi suku Batak bukanlah persoalan bagi pihak laki-laki dan pihak perempuan semata, termaksud saudara-saudara kandung masing-masing, akan tetapi merupakan ikatan berdasarkan Dalihan Na Tolu dari masing-masing pihak. Dalam hal membicarakan uang mahar peran dari tulang paman dari kedua belah pihak juga menentukan banyaknya uang mahar yang diberikan dari pihak laki-laki. Akibatnya bila tidak terjadi kesepakatan dari kedua belah pihak, maka rapat adat tersebut dikatakan gagal. Namun bila terdapat kesepakatan dari kedua belah pihak, maka ditentukan kapan hari, tanggal, dan bulan pelaksanaan pesta perkawinan dilangsungkan.
7 Pada rapat adat (marhata sinamot) merupakan semacam jembatan yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orangtua pihak laki-laki dan Dalihan Na Tolu dari orangtua pihak perempuan. Artinya karena adanya musyawarah membicarakan uang mahar (sinamot) inilah maka Dalihan Na Tolu dari orang tua pihak laki-laki menjadi berkerabat dengan Dalihan Na Tolu dari pihak perempuan dan sebaliknya. Jadi segala istilah sapaan dan acuan yang digunakan oleh pihak yang satu terhadap pihak lain demikian pula sebaliknya adalah istilah-istilah kekerabatan berdasarkan Dalihan Na Tolu. Istilah pragmatik sebagai bidang kajian di dalam ilmu linguistik, diberi batasan yang berbeda-beda oleh pakar-pakar linguistik. Namun dari batasanbatasan itu dapat ditelusuri adanya dua tradisi prakmatik, yaitu tradisi Anglo Amerika dan tradisi continental (Lavinson, 1983: 5). Yang pertama itu lebih terbatas dan lebih erat kaitannya dengan apa yang secara tradisional menjadi kajian linguistik seperti struktur kalimat dan tata bahasa. Yang Kontinental itu lebih luas dan meliputi analisis wacana, etnografi komunikasi, beberapa aspek psikolinguistik dan bahkan kajian tentang kata sapaan (Fasold, 1987: 119). Salah satu batasan pragmatik yang berterima oleh para pengikut kedua tradisi itu adalah bidang ini adalah bidang di dalam linguistik yang mengkaji maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan itu. Makna kalimat dikaji di dalam semantik, sedangkan maksud atau daya (force) ujaran dikaji dalam pragmatik.
8 Pragmatik selain mempelajari maksud ujaran juga mempelajari fungsi ujaran: untuk apa suatu ujaran dibuat atau dilakukan. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa pragmatik termasud dalam fungsionalisme di dalam linguistik. Seperti yang disebutkan sebelumnya, satuan analisisnya bukanlah kalimat (karena kalimat adalah satuan tata bahasa), melainkan tindak ujaran atau tindak tutur (speech act). Sebagaimana tindak ujaran bukan kalimat. Thomas (1995: 22) mendefinisikan ilmu pragmatik sebagi arti dalam interaksi, ini menggambarkan bakwa makna itu bukan sesuatu arti yang melekat pada kata itu sendiri, bukan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh pembicara dan pendengar, juga konteks ujaran (seperti konteks fisik, sosial, budaya, dan bahasa) dan arti yang mungkin muncul dari sebuah ujaran. Ini merupakan definisi interpretasi dari sudut pandang pendengar. Crystal (1985: 240) mendefinisikan pragmatik sebagai pengkajian bahasa dari sisi pengguna bahasa, khususnya tentang pilihan-pilihan yang dibuat, kendala-kendala yang ditemukan pada pengguna bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh pengguna bahasa itu terhadap peserta lainnya dalam tindak komunikasi. Dengan kata lainnya pragmatik ialah pengkajian tindak komunikatif di dalam kontek sosiokultural tindak itu. Dalam pengertian ini tindak komunikatif tidak hanya meliputi tindak tutur seperti memuji, memohon, memberi salam, dan sebagainya, tetapi juga mencakup peran serta di dalam percakapan, keterlibatan di dalam beberapa jenis wacana, dan menjaga
9 kesinambungan interaksi di dalam beberapa jenis wacana, dan menjaga kesinambungan interaksi di dalam peristiwa bahasa yang kompleks. Tindak tutur melakukan tindak tertentu melalui kata, misalnya memuji, memohon sesuatu, menolak (tawaran, permohonan), berterima kasih, memberi salam, meminta maaf dan mengeluh. Bentuk lahiriah tindak tutur yang sama tidak saja dapat berbeda, tetapi daya atau kekuatan tindak tutur mungkin pula berbeda. Selain itu, dalam kebudayaan tertentu menolak (tawaran, permohonan) dapat dilakukan secara langsung, sementara dalam kebudayaan lainnya dilakukan harus dengan berbasa-basi tertentu sebelum penolakan diucapkan atau bahkan tanpa diucapkan sama sekali. Akibatnya adalah dalam beberapa kasus tertentu kemungkinan terjadinya salah tafsir apakah seseorang penutur telah melakukan penolakan atau tidak sedangkan kemungkinan lainnya terjadinya kesalahpahaman terhadap maksud ucapan penutur. Dalam melakukan sesuatu tindak tutur, selain menyatakan maksud dan keinginannya, penutur juga secara alami bertujuan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial tertentu antara diri penutur dengan petutur. Penutur mempertimbangkan berbagai kendala dalam menyampaikan maksudnya secara tepat dan sesuai dari segi kedekatan atau jarak antara penutur dan petutur, situasi bahasa dan sebagainya. Siasat bahasa (komunikasi) yang digunakan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial ini sering disebut siasat kesantunan. Kesantunan pada dasarnya hanya digunakan pada dua fungsi, yaitu fungsi kompetitif yang meliputi tindak tutur seperti meminta, memerintah, menuntut,
10 dan fungsi konvival yang meliputi menawarkan, mengundang, memberi salam, berterima kasih, memberi selamat. Fungsi pertama berorientasi pada petutur sedangkan yang kedua pada penutur. Selanjutnya Leech (1983) menyatakan tujuan konpetitif pada dasarnya bersifat keras (kasar) dan tujuan konvivial sebaliknya bersifat halus. Fungsi kompetitif lebih mengancam muka penutur bila dibandingkan dengan fungsi konvivial. Lakoff (1972, 1973b) mengembangkan teori kesantunan yang meramalkan bahwa penambahan kebebasan pada pihak penutur untuk menolak suatu permohonan akan berkorelasi dengan penambahan kesantunan. Dengan kata lainnya, maka makin tinggi kesantunan atau kesantunan bertambah bersamaan dengan berkurangnya pembebanan pada pihak petutur. Leech (1983) mengatakan bahwa kesantunan merupakan siasat yang digunakan untuk menjaga dan mengembangkan hubungan. Menurut Brown dan Levison (1983) kesantunan ialah menjaga muka petutur. Semua peserta tutur dalam suatu interaksi percakapan berkeinginan menjaga dua jenis muka, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif adalah merupakan citra positif yang dimiliki orang terhadap dirinya sendiri dan hasrat untuk mendapatkan persetujuan, sementara muka negatif ialah tututan dasar terhadap wilayah, bagian pribadi, dan hak-hak untuk tidak diganggu. Pengertian muka menurut Brown dan Levinson membedakan kesantunan positif dan kesantunan negatif. Siasat kesantunan positif dan negatif keduanya digunakan untuk menambah keakraban dan mengurangi pemaksaan. Keduannya
11 berinterasi dengan cara yang rumit sesuai dengan sifat tindak tutur dan status penutur dan petutur. Siasat kesantunan positif mencakup: memperhatikan keinginan penutur, menggunakan pemarkah kelompok dalam, bersifat optimis, mengusahakan persetujuan, menunjukkan kesamaan latar, dan menawarkan atau menjanjikan. Sementara itu siasat kesantunan negatif mencakup: bersifat tidak langsung, bertanya atau kalimat berpagar, bersifat pesimis, meminimalkan pemaksaan, memberi hormat dan meminta maaf. Pragmatik berhubungan erat dengan tindak tutur karena pragmatik menelaah makna dalam kaitan dengan situasi tuturan (Leech, 1983: 19). Dalam menelaah tindak tutur, konteks amat penting, telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan kalimat disebut pragmatik (Tarigan, 1990: 34). Dengan demikian melalui pragmatik makna-makna yang secara semantik ganjil, dapat berterima karena pertimbangan secara pragmatik atau lebih khusus lagi karena konteks. Leech (1983: 2) menyatakan untuk itu konteks merupakan suatu yang sangat mendasar dalam pemakaian bahasa kenyataan ini membuktikan bahwa semantik tidak selalu mudah dibedakan dengan pragmatik. Parker (1986: 11) menyatakan berbeda dengan fonologi, sintaksis, morfologi, dan semantik yang memiliki kajian secara internal, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara ekternal, yakni bagaimana kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi.
12 Tarigan (1990: 32) mendefinisikan pragmatik menelaah acuan-acuan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performasi bahasa yang dapat mempengaruhi tafsiran atau interprestasi. Wijana (1996: 1) mendefinisikan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Berbeda dengan fonologi, sintaksis, morfologi, dan semantik yang mengkaji bahasa secara internal. Tidak dapat dipungkiri bahwa pragmatik seperti semantik adalah cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual. Adapun yang menjadi kajian pragmatik tentang makna berbeda dengan semantik. Pragmatik mengkaji makna secara eksternal sedangkan semantik mengkaji bahasa secara internal. Kajian tindak tutur, merupakan hal yang perlu dikaji. Tindak tutur merupakan pengejewantahan kompetisi seseorang. Schiffrin (1994: 365) mengemukakan, people can use language to do things to perform speech acts because the rules throngh which speech acts are realized are part of linguistic competence. Kompetensi tersebut terbentuk sejak dini, dari masa kanak-kanak hingga dewasa, berkembang sesuai deangan aturan yang merupakan konvensi dalam komunikasi bahasa tiap manusia. Grass (1996: 127) mengemukakan, tindak tutur bersifat fundamental pada komunikasi manusia, that fundamental to human communication is nation of speech act. Sementara Cohen (1996: 384) mengatakan bahwa, a speech act is
13 functional unit in communication, yang berarti tindak tutur merupakan unit yang berfungsi penting dalam komunikasi. Schiffrin (1994: 190) mengemukakan pragmatics deals with three consepts (meaning, contexs, communication). Pragmatik berkaitan dengan tiga konsep yaitu makna, konteks, komunikasi. Chaer dan Agustina (1995: 3) mengatakan sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat. Selanjutnya Nababan (1984: 2) mengatakan sosiolingustik merupakan studi atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sendiri sebagai anggota masyarakat, mempelajari atau membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa. Siregar (2002b: ) mengatakan bahwa komunikasi sehari-hari atau siasat bahasa dalam tindak tutur dan penutur bertujuan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial, berhubungan dengan kesantunan Rumusan Masalah Bagaimana ungkapan tindak tutur yang menggunakan umpasa oleh masyarakat Batak Toba pada saat berkomunikasi dalam rapat adat. Dalam hal ini akan terlihat bagaimana tindak tutur yang menggunakan umpasa oleh masyarakat Batak Toba pada rapat adat:
14 1. Komponen tindak tutur apakah pada umpasa yang digunakan oleh hulahula (pihak pemberi istri), dongan sabutuha (kerabat semarga), dan boru (pihak penerima istri) dalam rapat adat masyarakat Batak Toba? 2. Jenis tindak tutur apakah pada umpasa yang digunakan dalam rapat adat masyarakat Batak Toba? 3. Bagaimanakah fungsi tindak tutur pada umpasa yang digunakan dalam rapat adat masyarakat Batak Toba? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan komponen tindak tutur yang menyangkut makna lokusi, makna ilokusi, dan makna perlokusi pada umpasa yang digunakan oleh hulahula (pihak pemberi istri), dongan tubu (kerabat semarga), boru (pihak penerima istri) dalam rapat adat masyarakat Batak Toba. 2. Mendeskripsikan jenis tindak tutur pada umpasa yang digunakan dalam rapat adat masyarakat Batak Toba. 3. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur pada umpasa yang digunakan dalam rapat adat masyarakat Batak Toba.
15 1.4 Landasan Teori Dalam penelitian ini dibutuhkan teori-teori yang dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk mendukung penelitian tindak tutur yang menggunakan umpasa dalam rapat adat (marhata sinamot) pada masyarakat Batak Toba. Penelitian ini penulis menggunakan teori Austin (1962), Searle (1969), dan Leech (1983) tentang tindak tutur (speech acts). Austin (1962: 1-11) membedakan tuturan yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Sedangkan tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar, tetapi sahih atau tidak. Lebih lanjut Austin membedakan tiga komponen tindak tutur yaitu: 1. Tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. 2. Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan, dan lain sebagainya. 3. Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.
16 Searle (1969: 20) mengemukakan, all linguistic Communication Invoclves Linguistic acts. Maksudnya, seluruh kegiatan berkomunikasi adalah merupakan tindak bahasa atau tindak tutur. Leech (1983: 5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan sesuatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, dan bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Lakoff (1972, 1973b) mengembangkan teori kesantunan yang meramalkan bahwa penambahan kebebasan pada pihak petutur untuk menolak suatu permohonan akan berkorelasi dengan penambahan kesantunan. Dengan kata lainnya, maka makin tinggi kesantunan atau kesantunan bertambah bersamaan dengan berkurangnya pembebanan pada pihak petutur Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Memberikan sumbangan pada kajian pragmatik, khususnya kajian tidak tutur (speech acts). 2. Memberikan sumbangan praktis pada masyarakat tentang tindak tutur yang menggunakan umpasa pada rapat adat (marhata sinamot).
17 3. Menambah khazanah kepustakaan atau bacaan dalam bidang linguistik. 4. Menjadi bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya. 5. Merupakan cara melestarikan budaya Batak Toba khususnya dalam tindak tutur yang menggunakan umpasa pada rapat adat (marhata sinamot).
BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Umpasa merupakan salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Sebagai ragam sastra lisan, umpasa awalnya berkembang di masyarakat tradisional.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Mandailing. Salah satu yang menjadi cirri pembeda antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri satu dengan yang lainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi
BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA
BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT ABSTRAK Upacara adat Batak Toba adalah upacara yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di antaranya adalah sebagai alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Budaya kita mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007:482) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:
Lebih terperinciP E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sosiolinguistik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya
Lebih terperinciPEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI
PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku
Lebih terperinciUNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang
UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang Abstrak: Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA 2.2 Konsep Konsep gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan
Lebih terperinciRancangan Silabus BAHASA INDONESIA SEBAGAI MATAKULIAH UMUM Suatu Tinjauan Pendekatan Pragmatik Oleh : Yuniseffendri. Abstrak
Rancangan Silabus BAHASA INDONESIA SEBAGAI MATAKULIAH UMUM Suatu Tinjauan Pendekatan Pragmatik Oleh : Yuniseffendri Abstrak Singuistik tradisional mengkaji bahasa berdasarkan komponen kebahasan, meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah
Lebih terperincib. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.
1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka miliki. Salah satu nilai yang masih bertahan hingga saat ini yaitu umpasa. Dalam upacara adat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan
82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak berdomisili di daerah Sumatera Utara. Etnik Batak ini terdiri dari enam sub etnik yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkat-tingkat) sosial. Perbedaan itu tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas
Lebih terperinciERIZA MUTAQIN A
IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu bagian dalam kebudayaan yang ada pada semua masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB V PENUTUP Bab V merupakan bab terakhir dari tesis ini. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi intisari dari seluruh pembahasan dalam tesis ini. Adapun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan
Lebih terperinci