Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun sepanjang abad 19 para kimiawan bekerja dengan polimer tanpa memiliki suatu pengertian yang jelas tentang polimer terutama strukturnya Pengertian Polimer Istilah polimer berasal dari kata poly yang artinya banyak dan meros yang artinya bagian yaitu molekul raksasa atau makromolekul yang biasanya memiliki bobot molekul tinggi. Polimer juga didefinisikan sebagai makromolekul yang dibangun dari pengulangan unit-unit molekul yang lebih sederhana yang dinamakan monomer. 4 Alam telah menyediakan polimer seperti selulosa, protein dan karet alam jauh sebelum manusia menemukan polimer sintetik. Polimer-polimer tersebut telah digunakan sejak berabad-abad sebagai bahan makanan, pakaian dan peralatan sederhana. 5 Namun sekarang polimer sintetis telah banyak digunakan sehari-hari tidak hanya sebagai makanan, pakaian, dan peralatan sederhana, tetapi juga sebagai peralatan elektronik, peralatan masak juga bahan untuk keperluan peralatan dengan teknologi tinggi Penggolongan Polimer Secara umum polimer dikelompokkan menjadi : pertama elastromer yaitu polimer yang mempunyai sifat elastis seperti karet, kedua serat polimer yang mirip benang seperti kapas, sutra atau nilon dan ketiga plastik yang dapat berupa lapisan tipis untuk pembungkus makanan, zat padat yang keras dan dapat dicetak seperti pipa, peralatan rumah tangga atau berupa pelapis seperti cat mobil dan pernis. 3 Penggolongan polimer ada juga yang berdasarkan bahannya yaitu polimer 4

2 anorganik seperti pasir (alamiah), serat, elastromer (sintetik) dan polimer organik seperti kanji (alamiah), elastromer, plastik (sintetik). 5 Lebih lanjut polimer dapat digolongkan berdasarkan beberapa tinjauan sebagai berikut : 1. Berdasarkan sumber polimer. Polimer alam : polimer yang terbentuk secara alamiah seperti sellulosa, karbohidrat, protein dan lain- lain. Polimer sintetis : Polimer yang dibuat manusia melalui reaksi-reaksi polimerisasi dari monomernya seperti polistirena, polietilen, poliuretan dan lain-lain. 2. Berdasarkan reaksi polimerisasinya Polimer adisi : polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi adisi Polimer kondensasi : polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi kondensasi. Kedua jenis polimer tersebut dapat dilihat secara lebih rinci pada subbab berikutnya. 3. Berdasarkan bentuk susunan rantainya Polimer linier : polimer yang monomernya tersusun secara linier dalam suatu rantai. Polimer bercabang : polimer terbentuk apabila beberapa unit ulang membentuk cabang pada rantai utama. Polimer berikatan silang : polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling terikat satu sama lain membentuk jaringan seperti dilihat Gambar 2.1 berikut : (a) polimer linier (b) polimer bercabang 5

3 (c) polimer berikatan silang Gambar 2.1 Penggambaran susunan polimer 5 4. Berdasarkan sifat termalnya Polimer termoplastis : polimer yang dapat melunak dan mencair atau meleleh apabila dipanaskan. Sebaliknya akan mengeras kembali apabila didinginkan seperti polistirena. Polimer termoset : polimer yang tidak melunak dan tidak dapat meleleh pada pemanasan seperti bakelit. 5. Berdasarkan jenis monomernya Homopolimer : polimer yang terbentuk dari satu jenis monomer seperti polistirena. Kopolimer : polimer yang terbentuk dari dua atau lebih jenis monomernya seperti poliamida, poliester, SBR dan sebagainya 6. Berdasarkan taktisitasnya Polimer isotaktik : polimer yang konfigurasi gugus sampingnya terletak pada bidang sama. Polimer sindiotaktik : polimer yang letak konfigurasi gugus sampingnya berselang seling Polimer ataktik : polimer yang letak konfigurasi gugus sampingnya acak. 6

4 polimer ataktik polimer sindiotaktik polimer isotaktik Gambar 2.2 Penggambaran taktisitas polimer 5 7. Berdasarkan kristalinitas Polimer kristalin : polimer yang susunan rantainya teratur satu terhadap lainnya, yang disebabkan oleh adanya ikatan antar rantai yang kuat (misalnya karena adanya ikatan hidrogen). Polimer amorf : polimer yang susunan rantainya acak atau tidak teratur, sehingga tidak ada interaksi antara rantai yang cukup kuat. Namun pada umumnya polimer bersifat semikristalin, artinya sebagian rantai bersifat kristalin dan sebagian bersifat amorf yang perbandingannya secara kuantitatif dapat dinyatakan sebagai derajat kristalinilitas. Untuk lebih jelasnya polimer kristalin dan amorf dapat dilihat pada Gambar 2.3 dibawah ini. Gambar 2.3 Polimer kristalin dan amorf 5 7

5 2.1.3 Polistirena Polistirena adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stirena. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat mencair pada suhu yang lebih tinggi sehingga dapat dimolding atau 'extrusion', kemudian kembali menjadi padat 8. Polistirena merupakan polimer sintetik yang transparan dengan sifat fisik dan sifat termal yang baik, dan relatif tahan terhadap degradasi baik oleh mikroorganisme di dalam tanah maupun oleh sinar matahari. Polistirena pertama kali dibuat pada tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker Jerman, melalui isolasi dari resin alami. Seorang kimiawan organik Jerman lainnya, Hermann Staudinger, menemukan bahwa polistirena tersebut terdiri dari rantai panjang molekul stirena. Polistirena mula-mula berkembang pada tahun 1930-an, 6 dan dikenal dalam dunia perdagangan sebagai bahan isolator listrik yang sangat baik, kemudian dalam perkembangannya polistirena merupakan bahan plastik yang komersial dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi misalnya tempat penyimpanan makanan, pengepakan (packing) dan lainlain Struktur dan Sifat -sifat Polistirena Polistirena merupakan polimer yang mempunyai sifat transparan, kaku dan getas dan memiliki kestabilan dimensional yang baik sehingga polistirena sangat sulit mengalami perubahan bentuk. Disamping itu juga polistirena memiliki absorpsi yang sangat rendah terhadap uap air, asam, basa, alkohol dan detergen. Polistirena yang bebas dari aditif bersifat non-toksis serta tidak menunjang terjadinya pertumbuhan jamur dan bakteri. 7 Keunggulan lain dari polistirena adalah polistirena mempunyai ketahanan yang baik terhadap panas, memiliki temperatur transisi gelas berkisar 100 o C dan titik lelehnya o C. 7 Polistirena tahan terhadap cahaya, akan tetapi bersifat 8

6 rapuh bila diradiasi dengan sinar UV setelah 350 jam. Walaupun terjadi pemutusan rantai makromolekul akibat radiasi sinar UV, akan tetapi distribusi berat molekulnya tidak berubah. 9 Sifat dari suatu polimer ditentukan oleh struktur polimer dan susunan rantainya. 5 Jika struktur rantai polimer tersusun secara acak, maka polimer tersebut digolongkan sebagai polimer ataktik, dan polimer ataktik biasanya dibuat dengan metode polimerisasi radikal bebas. Jika polistirena disintesis menggunakan katalis Ziegler-Natta maka dihasilkan polistirena yang bersifat isotaktik. Pada umumnya polistirena yang dihasilkan bersifat amorf dan semikristalin. 4 Struktur polistirena dapat dilihat pada Gambar 2.4. [ H 2 C CH ] n Gambar 2.4 Struktur polistirena Namun kekurangan dari sifat polistirena adalah umumnya larut dalam pelarut hidrokarbon baik alifatik maupun aromatik, sehingga polistirena harus dihindarkan dari beberapa bahan makanan seperti mentega dan minyak kelapa yang berperan sebagai pelarut organik karena polistirena merupakan polimer yang bersifat non polar, dan pelarut yang terklorinasi juga akan dapat merusak permukaan polistirena Kegunaan dan Dampak Negatif dari Polistirena Kegunaan polistirena banyak sekali, diantaranya digunakan sebagai bahan optik, pembungkus alat-alat elektronik, dan obat-obatan, dan juga dalam otomotif. 9

7 Untuk lebih jelasnya penggunaan polistirena dapat dilihat pada Gambar 2.5. Data pada tahun 2005 menunjukkan bahwa penggunaan polistirena untuk pengemas bahan makanan mencapai 23,0 %, untuk botol atau tempat minuman 18,2 %, untuk packing mencapai 14,6 % dan lain-lain 0,5 %. Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat telah berhasil mengembangkan campuran antara polistirena dengan polimer lain sehingga menghasilkan sifat polimer yang berbeda, sehingga pemanfaatannya lebih banyak. Namun dampak pemakaian polistirena yang terlalu banyak dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena polistirena sulit untuk didegradasi di alam. Bahan kemasan 14,6 % Lain-lain 0,5 % Tempat makanan dan minuman 18,2 % Potongan PS 43,7 % Tempat makanan siap saji 23,0 % Gambar 2.5 Penggunaan polistirena Polimerisasi Polimer terbentuk dari unit-unit monomer melalui beberapa tahap reaksi, dan reaksi pembentukan polimer disebut dengan polimerisasi. Polimerisasi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu polimerisasi kondensasi dan polimerisasi adisi. 10

8 2.2.1 Polimerisasi Kondensasi Polimerisasi kondensasi ini didasarkan pada reaksi antara dua molekul atau lebih yang memiliki gugus fungsi berbeda sehingga terbentuk polimer yang mengandung gugus fungsi baru, dan menghasilkan produk samping berupa molekul sederhana, seperti H 2, NH 3, dan HCl. Poliamida adalah salah satu contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi kondensasi seperti pada Gambar 2.5 berikut : NH 2 (CH 2 ) x NH 2 + nh 2 C (CH 2 ) y C 2 H H [ - NH (CH 2 ) x NHC (CH 2 ) y C] n + (2n 1) H 2 Poliamida Gambar 2.6 Contoh polimerisasi kondensasi Polimerisasi Adisi Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai, dan pembawa rantai pada polimerisasi adisi dapat berupa spesi reaktif yang berupa kation atau anion atau mengandung satu elektron yang tidak berpasangan yang disebut radikal bebas. Ciri khas dari polimerisasi adisi adalah monomernya merupakan senyawa tak jenuh yang berikatan rangkap dua atau tiga, contohnya polistirena 8. Polimerisasi adisi dapat dibedakan menjadi : (a) polimerisasi adisi radikal bebas yaitu polimerisasi yang diawali melalui penguraian suatu inisiator membentuk radikal bebas yang biasanya dipicu oleh adanya cahaya atau panas, kemudian dilanjutkan dengan adisi molekul monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. (b) Polimerisasi adisi secara kationik, umumnya terjadi pada monomer yang mengandung gugus pelepas elektron sehingga sebagai pembawa rantainya adalah ion karbonium, dan katalis yang digunakan adalah katalis asam lewis (penerima pasangan elektron) dan katalis Friedel Crafts misalnya AlCl 3, biasanya berlangsung pada suhu rendah. (c) Polimerisasi adisi secara anionik, terjadi pada 11

9 monomer yang mengandung substituen yang bersifat elektronegatif seperti stirena. Seperti halnya polimerisasi kation, reaksi polimerisasi anion juga berlangsung pada suhu rendah dengan katalis logam alkali, alkil, aril dan amida logam alkali Polimerisasi stirena Stirena Stirena tergolong senyawa aromatik. Stirena merupakan hidrokarbon aromatis yang berwujud cair tak berwarna sampai kekuningan, mengkilap, berbau tajam, larut dalam alkohol, eter, metanol, aseton, karbon disulfida dan dalam air. Stirena biasanya diproduksi secara komersil dari minyak bumi. Proses sintesis stirena terjadi melalui alkilasi benzen dengan etilen menggunakan katalis AlCl 3, dan kemudian dihidrogenasi. Monomer stirena mudah terpolimerisasi walaupun pada suhu kamar. Stirena mudah rusak karena pengaruh suhu, sinar matahari, dan 2 sehingga stirena murni yang diperdagangkan perlu ditambahkan dengan 0,5 % inhibitor yaitu 4-tersier butil katekol. 11 Pada Gambar 2.7 berikut ini dapat dilihat struktur dari stirena. CH CH 2 Gambar 2.7 Struktur stirena Benzoil peroksida (BP) Di antara tipe inisiator yang digunakan untuk reaksi polimerisasi radikal bebas, peroksida (RR) merupakan jenis yang paling banyak digunakan. Jenis peroksida yang paling sering digunakan adalah benzoil peroksida. 12

10 Gambar 2.8 Struktur benzoil peroksida Benzoil peroksida memiliki 2 gugus benzoil yang dapat mengalami homolisis secara termal membentuk radikal-radikal benzoiloksi. 11 Benzoil peroksida mempunyai sifat yang tidak stabil terhadap panas dan cepat terurai menjadi radikal-radikal. Benzoil peroksida merupakan sumber radikal yang kuat, mengandung lebih dari 4,9 % oksigen aktif. Waktu paruhnya bermacam-macam tergantung pada suhu, misalkan 10 jam pada suhu 73 o C, 1 jam pada 92 o C, dan 1 menit pada 131 o C. Jika dipanaskan melebihi suhu lelehnya benzoil peroksida akan terdekomposisi dengan cepat sehingga terjadi pembakaran dan ledakan. Senyawa ini bereaksi kuat dengan asam, basa, reduktor, dan logam berat Sintesis polistirena Polistirena dapat dibuat dengan cara polimerisasi larutan, emulsi, suspensi dan polimerisasi ruah. 5 Reaksi pembentukan polistirena dapat dilihat pada Gambar Polistirena dengan sturktur ataktik dapat dibuat dengan polimerisasi radikal bebas menggunakan inisiator senyawa peroksida seperti benzoil peroksida (BP). Polimerisasi dengan menggunakan katalis Ziegler-Natta akan menghasilkan polistirena dengan struktur isotaktik. Mekanisme reaksi pembentukan polistirena dengan inisiator BP adalah sebagai berikut : 13 13

11 a. Tahap inisiasi Tahap ini melibatkan adanya pembentukan radikal bebas. Dekomposisi secara termal senyawa peroksida dapat menghasilkan radikal bebas, yakni radikal benzoiloksi seperti reaksi berikut : 2 * Atau R* CH CH 2 *CH CH 2 R R* b. Tahap propagasi Setelah radikal bebas terbentuk (R*) maka akan bereaksi dengan monomer menghasilkan spesi pusat aktif. Selanjutnya penambahan monomer (M) akan terjadi pada spesi pusat aktif secara bertahap. Reaksi sederhana dapat dituliskan sebagai berikut RM i* + M RM i + 1* atau, CH CH 2 *CH CH 2 R R CH 2 CH CH 2 CH* dst c. Tahap terminasi Pada tahap terminasi ini spesi pusat aktif akan habis bereaksi sehingga perpanjangan rantai akan terhenti. 14

12 * * atau *CH CH 2 R R CH CH 2 * atau *CH CH 2 R *CH CH 2 R R CH CH 2 CH CH 3 Gambar 2.9 Polimerisasi polistirena Karakterisasi polistirena Massa molekul relatif dengan viskosmeter stwald Untuk menentukan massa molekul relatif polimer dapat ditentukan dengan perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni. Metode viskositas mempunyai kelebihan daripada metode lainnya yakni lebih cepat dan lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. 6 15

13 Gambar 2.10 Viskometer ostwald 6 Metode yang biasa dipakai untuk mengukur viskositas pelarut dan larutan polimer ialah dengan menggunakan viskometer stwald. Metode tersebut pada dasarnya mengukur waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk mengalir di antara dua tanda x dan y. Waktu alir untuk pelarut dan larutan polimer diukur pada berbagai konsentrasi. Gambar viskometer stwald dapat dilihat pada Gambar Untuk perhitungan, jika viskositas larutan polimer adalah η dan viskositas pelarut murni adalah ηo, maka viskositas η sp (viskositas spesifik) dapat dinyatakan sebagai berikut : η sp = η η o η o Karena massa jenis berbagai larutan yang dipakai umumnya hampir sama dengan massa jenis pelarut, maka sebagai pendekatan dapat diandaikan viskositas tiap larutan hasil pengenceran berbanding lurus dengan waktu alirnya, sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai: t t ηsp = t o t 1 adalah waktu alir untuk larutan, sedangkan t o adalah waktu alir untuk pelarut. 4 o 16

14 Persamaan ini menggambarkan peningkatan viskositas yang disebabkan oleh polimer. Jika konsentarasi larutan polimer adalah c maka harga η sp /c disebut viskositas tereduksi atau angka viskositas. Untuk harga η sp /c pada pelarutan dengan konsentrasi yang sangat kecil disebut viskositas intrinsik yang diberi lambang (η), yang secara matematis diungkapkan sebagai: η lim sp = c 0 c [ η] Viskositas intrinsik dapat dikaitkan dengan massa molekul relatif melalui ungkapan yang ditemukan oleh Mark & Howink: [η] = KM a Dimana M adalah massa molekul relatif polimer berdasarkan viskositas, sedangkan K dan a adalah tetapan yang khas untuk tiap polimer pada pelarut tertentu Spektrometri IR /FTIR (Fourier transform Infra Red) Spektrofotometri IR adalah metode analisis untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang ada dalam suatu senyawa. Daerah IR pada spektrum elektromagnetik berada pada daerah bilangan gelombang cm cm -1. Absorbsi radiasi IR sangat berhubungan dengan spesi molekul yang memiliki perbedaan energi antara keadaan vibrasi & rotasi. Agar dapat menyerap radiasi IR suatu molekul harus mengalami perubahan momen dipol sebagai konsekuensi dari gerakan vibrasi dan rotasinya, hanya pada keadaan inilah medan listrik dari radiasi tersebut dapat berinteraksi dengan molekul dan menyebabkan perubahan amplitudo salah satu gerakannya. Lebih lanjut prinsip pengukuran FTIR ini adalah adanya perbedaan energi transisi vibrasi dari setiap gugus fungsi atau ikatan kimia. Gugus fungsi ini dapat terukur bila gugus tersebut memiliki perbedaan momen dipol. Perbedaan 17

15 momen dipol menyebabkan atom-atom selalu bergerak rotasi dan vibrasi. Penyinaran pada panjang gelombang tertentu dapat diserap oleh molekul sehingga ada penurunan intensitas sinar yang terukur. Pada FTIR digunakan interferometer Michaelson yang diletakkan di depan monokromator. Interferometer akan memberikan sinyal ke detektor sesuai dengan sinyal yang diberikan sampel setelah disinari oleh radiasi IR. Sampel akan memberikan sinyal apabila terjadi perubahan total momen magnetik pada sampel. Keunggulan yang dimiliki spektrofotometer FTIR antara lain : 15 a) Memiliki rasio sinyal terhadap noise yang lebih rendah. b) Dapat mendeteksi vibrasi molekul dengan sinyal-sinyal lemah. c) Sampel yang diperlukan amat sedikit. d) Dapat mendeteksi sampel yang memiliki absorbansi tinggi Analisis termal Tujuan analisis termal adalah untuk mengetahui temperatur leleh, temperatur transisi gelas, dan temperatur dekomposisi,. Analisis termal tersebut dapat digunakan untuk mengetahui daya tahan polimer terhadap pengaruh termal. 16 TGA (Thermogravimetri analysis) adalah teknik analisis termal yang didasarkan pada perekaman perubahan massa sebagai fungsi temperatur. Sampel dipanaskan pada lingkungan yang temperaturnya berubah secara linier sehingga massa sampel berkurang. (T i = temperatur awal terjadinya dekomposisi, T f = temperatur akhir dekomposisi), pada Gambar 2.11 memperlihatkan kurva TGA 1 fase. Kurva TGA dipengaruhi oleh laju pemanasan, bentuk sampel, berat sampel. Pada saat tempertur Ti, kurva mengalami penurunan akibat dekomposisi pertama sampai akhirnya seluruh massa zat berubah menjadi senyawa yang volatil dalam bentuk C 2 dan oligomernya. 18

16 BERAT Gambar 2.11 Kurva TGA 16 TEMPERATUR DTA (Differential Thermal Analysis) adalah teknik analisis termal yang didasarkan pada perekaman perbedaan temperatur antara sampel dan standar terhadap waktu. Data yang diperoleh dari DTA adalah transisi glas dan temperatur dekomposisi. Teknik ini didasarkan pada perbandingan suhu sampel dengan standar yang inert dalam suatu sistem perubahan temperatur (ΔT) yang terkontrol. Prinsip dari analisis DTA adalah panas yang diserap atau dibebaskan dari suatu sistem atau sampel diamati dengan cara mengukur perbedaan temperatur antara sampel dengan standar sebagai fungsi temperatur. Perubahan panas diakibatkan oleh terjadinya kehilangan atau penyerapan panas karena adanya reaksi atau perubahan dalam sampel baik eksotermis maupun endotermis. Jika ΔH positif (reaksi endotermis) maka temperatur sampel akan lebih rendah dari pada temperatur standar, sedangkan jika ΔH negatif (reaksi eksotermis) maka temperatur sampel akan lebih besar dari pada temperatur senyawa pembanding. Jadi data yang diperoleh dari hasil analisis DTA yaitu kurva ΔT terhadap T, dan dari hasil kurva tersebut maka dapat diketahui sifat endo atau ekso dari suatu sampel setelah diberikan pemanasan, dan juga dapat dilihat perubahan struktur material akibat perubahan suhu. Karakterisasi ini dilakukan untuk dapat mengetahui degradasi termal dari polimer, sehingga dapat mengetahui suhu yang relatif aman dalam melakukan pemrosesan dari polimer. Adapun kaidah umum dalam kurva DTA, 19

17 a. Transisi orde pertama memberikan puncak yang sempit. Transisi ini diakibatkan oleh perubahan konfigurasi struktur yang disertai dengan pemutusan ikatan, misalnya perubahan fasa pada proses pelelehan dari fasa padat menjadi fasa cair atau perubahan struktur dari kubus menjadi heksagonal. b. Transisi orde kedua atau temperatur transisi gelas Tg yaitu transisi dimana terjadinya perubahan fisik polimer dari bentuk kaku seperti gelas (glassy) menjadi bersifat elastik. Perubahan zat ini tidak disertai dengan pemutusan ikatan, hanya terjadi rotasi ikatan saja, misalnya perubahan fisik polistirena dari glassy (amorf dan kaku) menjadi elastis (amorf kenyal). c. Reaksi eksoterm meliputi reaksi kimia, oksidasi atau ikatan silang yang memberikan puncak yang lebar. d. Titik degradasi yaitu temperatur dimana suatu polimer akan mulai terdegradasi. devitrifikasi Transisi gelas Meleleh TEMPERATUR Gambar 2.12 Kurva DTA 16 20

18 Difraksi sinar X Metode difraksi sinar X merupakan alat yang digunakan untuk memeriksa keteraturan atom atau molekul melalui interaksi radiasi elektromagnetik yang menghasilkan efek interferensi. Interferensi konstruktif akan terjadi bila sudut dari sinar x yang datang dengan permukaan bidang kristal (θ) memenuhi hukum Bragg berikut : nλ = 2d sin θ dimana d merupakan jarak antara bidang kisi kristal dan λ adalah panjang gelombang sinar x yang digunakan. Jika strukturnya teratur maka interferensinya akan tajam sehingga radiasi akan terhambur atau terdifraksi. Umumnya polimer mempunyai fasa kristalin dan amorf (semikristalin). Karakteristik utama yang membedakan antara polimer kristalin dengan padatan kristalin lainnya adalah struktur polimer cendrung bersifat semikristalin yaitu mengandung sebagian fasa kristalin dan sebagian lagi fasa amorf, akibatnya pola difraksi polimer kristalin memiliki intensitas sinar yang membaur. 17 Derajat kristalinitas dari polimer dapat ditentukan dari kurva difraksi sinar x dengan membandingkan luas kurva fasa kristalin terhadap luas kurva keseluruhan. Rumus yang digunakan untuk menentukan derajat kristalinitas adalah : Wkristalin % X= x100% W + W kristalin amorf % X adalah derajat kristalinitas I kristalin adalah intensitas fasa kristalin I amorf adalah intensitas fasa amorf 21

19 Fasa kristalin pada difraktogram dinyatakan sebagai puncak yang relatif tajam dengan intensitas yang kuat, sedangkan fasa amorf dinyatakan dengan daerah di bawah puncak yang landai dan memiliki intensitas puncak yang kecil Analisis mekanik (Uji tarik) Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan mekanik polimer adalah alat uji tarik Autograph. Uji kekuatan tarik yang dapat dilakukan dengan alat ini adalah uji tarik, uji tekuk, uji tekan dan uji geser. Prinsip kerjanya sangat sederhana yaitu merubah besaran energi mekanik yang diberikan pada polimer dalam pengujian menjadi arus listrik kemudian arus tersebut dikonversi menjadi besaran tertentu sesuai dengan beban yang diterima oleh polimer. Transduser merupakan sel yang mampu dikonversi menjadi besaran tertentu yang dapat dibaca dalam piranti baca (monitor). Beberapa jenis sifat mekanik suatu polimer adalah perpanjangan (elongation), tegangan tarik (Stress) dan Modulus elastisitas (modulus Young). 17 Perpanjangan tarik (ε) adalah pertambahan panjang yang dihasilkan oleh ukuran tertentu panjang spesimen akibat gaya yang diberikan. Besarnya perpanjangan bahan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : Δl ε = l o l adalah perpanjangan polimer sampai tepat putus (mm) l o adalah panjang polimer mula-mula (mm) Tegangan tarik (σ) atau kekuatan tarik merupakan gaya maksimum yang diperlukan oleh polimer sampai batas elastisnya persatuan luas. τ = F A = {Kgf x grafitasi}/ m 2 = N/m 2 = Pa 22

20 ` F adalah gaya maksimum (Newton) A adalah luas penampang (m 2 ) Dimana : F = massa x percepatan grafitasi A = lebar (m) x tebal (m) Modulus Young (E) adalah perbandingan tegangan tarik terhadap perpanjangan tarik pada polimer sampai batas elastisnya. E τ ε = = (N/m 2 ) Istilah lain dalam sifat mekanik polimer seperti elastisitas adalah kemampuan suatu polimer untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya luarnya dihilangkan. Tegangan normal τ n adalah gaya tegak lurus permukaan yang dapat menyebabkan perubahan volum objek. Tegangan tangensial adalah gaya yang diberikan sejajar permukaan yang dapat menyebabkan perubahan bentuk. 23

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer

2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer Tinjauan Pusaka. Polimer Polimer adalah molekul besar yang terbentuk dari pengulangan unit yang kecil dan sederhana. Unit ulang dari polimer biasanya sama atau hampir sama dengan monomernya. Polimer yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)

2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) adalah salah satu tipe fuel cell yang sedang dikembangkan. PEMFC ini bekerja mengubah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Poliuretan 2.1.1. Sintesis Poliuretan Poliuretan ditemukan pertama kali oleh Prof. Otto Bayer pada tahun 1937 sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat Nylon.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 TEKNOLOGI POLIMER Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n POKOK BAHASAN I. LAJU REAKSI 1.1 Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau laju bertambahnya hasil reaksi (produk) tiap satu satuan

Lebih terperinci

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu / 9 Maret 011 Kimia Polimer Waktu : 10.00-13.00 WIB Asisten : Prestiana PJP : Andriawan Subekti, S.Si, M. Si PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER MIRANTI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Abstrak Jurusan

Lebih terperinci

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur, KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

2 Tinjauan pustaka. 2.1 Polimer

2 Tinjauan pustaka. 2.1 Polimer 2 Tinjauan pustaka 2.1 Polimer Salah satu faktor yang menentukan sifat suatu polimer adalah keteraturan rantai. Keteraturan rantai tersebut diwakili oleh struktur rantai, taktisitas, dan kristalinitas

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5 Latihan contoh soal dan jawaban soal polimer Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! 1. Polimer berikut yang tidak termasuk polimer alam adalah. A. tetoron B.

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4 Alkena dan Alkuna Pertemuan 4 Alkena/Olefin hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C) Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap: alkadiena tiga ikatan rangkap: alkatriena,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang). HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

Devy Lestari ( )

Devy Lestari ( ) Devy Lestari (0404517016) KOMPETENSI DASAR Menganalisis struktur, tata nama, sifat, penggolongan dan kegunaan polimer Mengintegrasikan kegunaan polimer dalam kehidupan sehari hari dengan struktur, tata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi MATA DIKLAT : KIMIA TUJUAN : 1. Mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan, alam dan sekitarnya. 2. Siswa memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Polipropilena Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk ke dalam polimer termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Polipropilena berasal dari monomer

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 4 3.4 Menganalisis hubungan konfigurasi elektron

Lebih terperinci

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI A. Kekhasan / Keunikan Atom Karbon o Terletak pada golongan IVA dengan Z = 6 dan mempunyai 4 elektron valensi. o Untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon mempunyai

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas 2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus 4 untuk pengukuran perpanjangan putus. Kemudian sampel ditarik sampai putus dengan kecepatan 1 mm/menit sehingga dapat diketahui besarnya gaya maksimum dan panjang sampel saat putus. Pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat

Lebih terperinci

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi. TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5.

15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Malcolm. P. S, (2001), Kimia Polimer, Alih bahasa : Lis Sofyan, Pradyana Paramita, Jakarta, 6 2. Munakshi, P, (2001), Mechanical and Microstructure Studies on the Modification of CA Film

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Benzena A. STRUKTUR DAN SIFAT BENZENA. Benzena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul C 6 H 6

KIMIA. Sesi. Benzena A. STRUKTUR DAN SIFAT BENZENA. Benzena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul C 6 H 6 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 18 Sesi NGAN Benzena Benzena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul C 6 H 6 dengan struktur berbentuk cincin (siklik) segienam beraturan. Struktur kimia

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

POLIMER. Eli Rohaeti

POLIMER. Eli Rohaeti PLIMER Eli Rohaeti PENDAULUAN Plastik, serat, bahan pelapis, perekat, cat, karet, elastomer, protein, selulosa, dll bagian dari dunia kimia polimer. Serat-serat tekstil poliester dan nilon untuk pakaian.

Lebih terperinci

LKS HIDROKARBON. Nama : Kelas/No.Abs :

LKS HIDROKARBON. Nama : Kelas/No.Abs : Nama : Kelas/No.Abs : LKS HIDROKARBON 1. Kekhasan / Keunikan Atom Karbon 1. Terletak pada golongan IVA dengan Z = 6 dan mempunyai 4 elektron valensi. 2. Untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. SENYAWA ORGANIK A. Sifat khas atom karbon Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VII KIMIA ORGANIK

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VII KIMIA ORGANIK BAAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 al 1 dari 19 BAB VII KIMIA ORGANIK Dari 109 unsur yang ada di alam ini, karbon mempunyai sifat-sifat istimewa : 1. Karbon dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah seperti tumpahan minyak merupakan salah satu bentuk polusi yang dapat merusak lingkungan. Dampak dari tumpahan minyak ini dapat merusak ekosistem lingkungan

Lebih terperinci

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA 2015-2016 Siswa mampu memahami, menguasai pengetahuan/ mengaplikasikan pengetahuan/ menggunakan nalar dalam hal: Struktur Atom Sistem Periodik Unsur Ikatan Kimia (Jenis Ikatan)

Lebih terperinci

MKA PROSES KIMIA. Sri Wahyu Murni Prodi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Yogyakarta

MKA PROSES KIMIA. Sri Wahyu Murni Prodi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Yogyakarta MKA PROSES KIMIA Oleh Sri Wahyu Murni Prodi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Yogyakarta Alkilasi didefinikan sebagai proses memasukkan gugus alkil atau aril ke dalam suatu senyawa. Gugus alkil : -C n H 2n+1

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Sampah adalah barang sisa suatu kegiatan/aktivitas manusia atau alam. Sampah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 2.1.1 Sampah Organik Yaitu sampah yang mudah membusuk atau

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA ALKENA Nama lain alkena adalah olefin atau senyawa vinil. Alkena termasuk senyawa organik tak jenuh. Alkena merupakan senyawa yang relatif stabil, akan tetapi lebih reaktif dari alkana karena terdapatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Charles Goodyear menemukan karet yang tervulkanisasi dengan menggunakan sulfur, sudah timbul keinginan peneliti untuk proses ban karet bekas agar dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci