BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Proses Belajar Mengajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Untuk dapat belajar, maka perubahan itu harus relatif menetap. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik psikis maupun fisik, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir keterampilan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap. Sunaryo (1989) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yaitu tingkah laku yang positif artinya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Menurut Fadilah (2013) belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lainnya. Ichal (2013) juga mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting. Mengajar merupakan proses aktif guru untuk membimbing siswa dalam memahami dan mempelajari konsep-konsep yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Karena kegiatan mengajar merupakan hal yang wajib dikerjakan

2 oleh setiap individu, maka guru hendaknya dapat membimbing siswanya dan memberikan dorongan kepada siswanya agar timbul motivasi belajar dalam diri siswa atau sebagai motivasi intrinsik (Arifin, 2003). Ada empat unsur utama proses belajar mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai pada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau tehnik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kebarhasilan proses dan hasil belajar siswa (Sudjana, 1989). Hasil belajar yaitu perubahan sebagai hasil proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, keterampilan dan kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain dalam diri individu yang belajar (Sudjana, 1989). Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada bagian lain hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental siswa (Dimyati, 1994). Perubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar, apabila: a) hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan mengajar. Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas pada

3 pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran. Tingkat pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran, b) hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari. Siswa yang terkreativitas akan menunjukkan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan, tidak ada paksaaan untuk memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan. Disamping itu motivasi sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran, c) hasil belajar sebagai proses latihan. Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon terhadap rangsangan dari luar, dalam rangka memperoleh kemampuan baru untuk bertindak. Latihan merupakan suatu proses belajar yang disadari oleh pelakunya (Sudjana, 1989). Berdasarkan teori proses belajar mengajar di atas dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas hanya sebagai penyampai materi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik serta memberikan dorongan dan motivasi di dalam mengembangkan pembelajaran kimia yang lebih bermakna dan aktif untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang diberikan selam proses pembelajaran yang dilangsungkan, digunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi Model Pembelajaran Learning Cycle Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang berpaham konstruktivistik adalah strategi pembelajaran learning cycle. Secara umum, strategi ini merupakan

4 bagian dari inquiry approach (pendekatan inkuiri), yang didasarkan pada hasil pemikiran Jean Piaget tentang model perkembangan berpikir anak. Strategi pembelajaran learning cycle umumnya terdiri atas tiga tahap yaitu tahap exploration (eksplorasi), tahap invention (penemuan), dan fase application (penerapan). Siklus belajar (learning cycle) merupakan suatu model pembelajaran dengan berpusat pada siswa (student centered). Strategi mengajar model siklus belajar memungkinkan seorang peserta didik untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga menyimpulkan dan menguji penjelasan tentang konsepkonsep yang dipelajari. Karakteristik kegiatan belajar pada masing- masing tahap learning cycle mencerminkan pengalaman belajar dalam mengkontruksi dan mengembangkan pemahaman konsep (Trianto, 2007). Menurut Tuna dan Kacar (2013) mahasiswa harus berpikir kreatif dan kompleks untuk mengatasi masalah dan kesulitan, mereka harus berpikir secara integratif dalam rangka untuk menyatukan pikiran mereka. Situasi ini hanya dapat terjadi ketika siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan ini disebut juga keterampilan berpikir kritis. Didasarkan pada pendekatan konstruktivis, model pembelajaran siklus belajar memerlukan keterampilan dan merangsang siswa untuk mengeksplorasi, penyelidikan, mendapatkan pengalaman, dan mentransmisikan juga keterampilan berpikir kritis kepada siswa. Lorsbach (dalam Sari, 2013), mengemukakan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan paradigma konstruktif. Implementasi model ini dalam kegiatan belajar dapat membantu siswa memahami konsep melalui tahap pengumpulan

5 data (exploration), pengenalan konsep (concept indtroduction), dan penerapan konsep (concept application). Tiga siklus (tahap) tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri dari engagement (mengajak), exploration (menyelidiki), explanation (menjelaskan), elaboration/extention (memperluas), dan evaluation (menilai) (5E). Fajaroh dan Dasna (2007) menjelaskan bahwa learning cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Setiap tahap yang terstruktur dalam learning cycle memiliki manfaat yang positif bagi siswa karena mengindikasikan pembelajaran yang bersifat studentcentered. Proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung (Agustyaningrum, 2010). Salah satu strategi dari konstruktivis adalah model learning cycle berdasarkan teori pengetahuan yang dibangun oleh peserta didik, di mana ketika siswa diberikan masalah dapat dipecahkan melalui pengalaman mereka sebelumnya. Berikut ini adalah langkah-langkah merancang model pembelajaran learning cycle menurut Carareh (2012): 1) memilih konsep dari buku bacaan dan menciptakan minat belajar siswa, 2) menciptakan konsep atau masalah, 3) mengumpulkan data sebagai pengetahuan suatu konsep, 4) memberikan siswa instruksi tertulis untuk membantu mereka mengumpulkan data yang diperlukan untuk memahamii suatu konsep, 5) memilih konsep yang sesuai untuk digunakan

6 dalam pembelajaran, 6) menyiapkan alat evaluasi konsep, termasuk data yang dikumpulkan oleh siswa dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada mereka di akhir pembelajaran. Haerawati (2009) dalam (Wibowo, 2010), mengemukakan siklus belajar yang dikembangkan oleh Rodger W. Bybee memiliki tahap-tahap sebagai berikut: 1) tahap pengenalan, yaitu pengenalan terhadap pelajaran yang akan dipelajari yang sifatnya memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Tahap ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan, memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari, membaca, demonstrasi, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. ini juga diigunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep yang akan dipelajari; 2) tahap penyelidikan, yaitu tahap yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Tahap ini dapat dilakukan dengan mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. Pada tahap ini juga siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ideide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literature; 3) tahap penjelasan, yaitu tahap yang didalamnya berisi ajakan atau dorongan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka

7 dapatkan ketika tahap ekplorasi/penyelidikan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri, selanjutnya guru menjelaskan konsep dan definisi yang lebih formal untuk menghindari perbedaan konsep yang dipahami oleh siswa; 4) tahap perluasan, yaitu tahap yang tujuannya ingin membawa siswa untuk menggunakan definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki siswa dalam situasi baru melalui kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. Tahap ini dapat meliputi penyelidikan, pemecahan masalah, dan membuat keputusan; 5) tahap penilaian, yaitu penilaian terhadap seluruh pembelajaran dan pengajaran. Pada tahap ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus-menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap pengetahuan dan kemampuannya. Kelima tahapan Siklus Belajar dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini: Gambar 1. Learning Cycle 5E (Sumber: Haerawati (2009) dalam (Wibowo, 2010)) Menurut Cohen dan Clough (dalam Wibowo, 2010), penerapan model learning cycle memberi keuntungan sebagai berikut: 1) meningkatkan motivasi belajar karena pelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

8 2) membantu mengembangkan sikap ilmiah pelajar, 3) pembelajaran menjadi lebih bermakna. Fajaroh dan Dasna (2007) mengemukakan kekurangan penerapan model learning cycle yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut: 1) menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, 2) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, 3) memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. Selain learning cycle 5E dikenal juga pembelajaran learning cycle 7E. Learning cycle 7E adalah model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Eisenkraft (2003) yang terdiri dari tujuh tahapan belajar yaitu: elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), engage (membangkitkan minat), explore (mengeksplor), explain (menjelaskan), elaborate (menerapkan), evaluate (mengevaluasi), dan extend (memperluas). Wena (2009) dalam (Wiwik, 2012) menjelaskan ketujuh tahapan learning cycle 7E meliputi: 1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), yaitu tahap untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari; 2) Engage (membangkitkan minat), pada tahap ini guru berusaha membangkitkan minat siswa tentang topik yang akan diajarkan; 3) Explore (mengeksplor), pada tahap ini dibentuk kelompok-kelompok kecil, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Siswa didorong untuk bekerja sama dalam kelompok untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba

9 alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator; 4) Explain (menjelaskan), pada tahap ini guru membimbing siswa untuk menjelaskan hasil eksplorasi mereka. Pada tahap ini guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa dan guru; 5) Elaborate (menerapkan), tahap ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka; 6) Extend (memperluas), pada fase extend pengetahuan diterapkan dalam konteks yang baru dan tidak terbatas pada elaborate. Fase ini dapat dilakukan dengan mengaitkan konsep yang dipelajari dengan konsep yang lain; 7) Evaluate (mengevaluasi), pada tahap evaluasi guru mengevaluasi hasil belajar siswa. Gambar 2. Learning Cycle 7E (Sumber: Wena (2009) dalam (Wiwik, 2012)) Atas dasar dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning cycle dapat membuat siswa lebih aktif menggali pengetahuan dan potensi yang dimilikinya. Selain itu, siswa lebih aktif selama

10 proses pembelajaran, menghilangkan rasa bosan dan jenuh dengan model pembelajaran ceramah. Model learning cycle juga dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman, menyenangkan, menarik dan lebih bermakna Peta Konsep Carrol (dalam Trianto, 2007) mendefinisikan konsep atau pengertian sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Dengan menguasai konsep, maka pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tidak terbatas. Menurut Fisher (Asan, 2007); secara tradisional peta konsep hanya dapat dibuat dengan menggunakan bantuan kertas dan pensil. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi komunikasi (Information and Commmunication Technologies/ICT), pengembangan peta konsep dapat dilakukan dengan menggunakan visualisasi komputer. Dengan menggunakan visualisasi komputer, peta konsep digunakan sebagai alat untuk mengembangkan hubungan antar konsep. Dalam membuat peta konsep, setiap orang akan menghasilkan peta konsep yang berbeda meskipun konsep utamanya sama. Hal ini karena bisa saja menurut orang lain konsep itu kurang bermakna, tetapi menurut orang satu lagi konsep tersebut merupakan konsep bermakna yang harus dimasukkan ke dalam peta konsep. Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel

11 belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin dalam Dahar (1988) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep. Adapun yang dimaksud dengan peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsepkonsep lain pada kategori yang sama (Trianto, 2007). Peta konsep adalah suatu media belajar yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi ini merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit sistematik. Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan oleh suatu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi misalnya, tata nama senyawa adalah suatu konsep sedangkan anorganik dan organik merupakan konsep penunjang (Dahar; 1988). Menurut Sutiman (2012) konsep yang dikembangkan oleh seseorang akan tidak sama dengan peta konsep yang dikembangkan oleh orang lain, sebab dalam pikiran seseorang akan muncul banyak konsep yang dituangkan masing-masing individu mungkin berbeda tergantung pada minat dan tingkat pengetahuannya. Konsep dibedakan dalam dua jenis tingkat keabstrakannya, yaitu konsep konkrit dan konsep yang didefinisikan. Konsep-konep konkrit misalnya thermometer dan air. Konsep yang didefinisikan dibangun dari konsep konkrit sebagai referen misalnya suhu dan energi.

12 Menurut Novak dan Gowin (1985) (dalam Hamsa, 2010), mengemukakan kriteria penilaian peta konsep adalah sebagai berikut: 1) proposisi, adalah dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung. Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat. Untuk setiap proposisi yang sahih diberi skor 1, 2) hirarki, adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang paling khusus. Urutan penempatan konsep yang lebih umum dituliskan di atas dan konsep yanglebih khusus dituliskan di bawahnya. Hierarki dikatakan sahih jika urutan penenmpatan konsepnya benar. Untuk setiap hierarki yang sahih diberi skor 5, 3) kaitan silang, adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada satu hierarki dengan konsep lain pada hierarki yang lainnya. Kaitan silang dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep pada hirarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang dikatakan kurang sahih jika tidak menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep sehingga antara kedua konsep tersebut menjadi kurang jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan silang yang kurang sahih diberi skor 2, 4) contoh, adalah kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai dengan atribut konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di dalam kotak karena contoh bukanlah konsep. Untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1. Peta konsep dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Juli (2004) mengemukakan beberapa tujuan digunakannya peta konsep, antara lain: 1) untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merangkum materi yang telah ia pelajari, 2)

13 untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, 3) untuk mengetahui perbedaan siswa dalam memahami suatu materi, 4) untuk merefleksikan kemampuan berfikir, 5) untuk menilai hasil belajar siswa, 6) untuk memahami proses seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuan. Hal senada juga dikemukakan oleh Dahar (1988), bahwa peta konsep dapat digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, yaitu: 1) untuk menyelidiki mengenai sesuatu yang telah diketahui oleh siswa, 2) sebagai salah satu alat bagai siswa mengenai bagaimana seharusnya ia belajar, 3) dapat mengungap konsepsi yang salah, 4) dapat digunakan untuk mengevaluasi siswa. Beberapa ciri peta konsep yang dapat dikemukakan Dahar (1988) adalah sebagai berikut: 1) peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep proposisi-proposisi suatu bidang studi. Dengan membuat peta konsep, siswa dapat memahami bidang studi itu dengan lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu dengan lebih bermakna, 2) suatu peta konsep merupakan gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan professional antara konsep-konsep. Peta konsep bukan hanya menggambar konsep-konsep yang penting melainkan juga hubungan antara konsep-konsep itu, 3) cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep tidak semuanya memiliki konsep yang sama. Ini berarti ada beberapa konsep yang lebih inklusi, dari pada konsep yang lain, 4) peta konsep berbentuk hirarki bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih insklusif, terbentuklah hirarki peta konsep itu.

14 Cara pembuatan peta konsep mengikuti aturan yang dikemukakan oleh Dahar (1988) sebagai berikut: 1) pilihlah bacaan dari buku pelajaran, 2) tentukan konsep-konsep yang relevan, 3) mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif (khusus), 4) menyusun konsep diatas pada kertas, mulai dengan konsep yang inklusif dipuncak ke konsep yang paling tidak inklusif (khusus), 5) menghubungkan konsep-konsep itu dengan sebuah atau lebih kata penghubung. Menurut Doran, Chan, dan Tamir dalam (Suryadharma, 2007) bahwa rambu-rambu untuk menilai suatu peta konsep dapat dikemukakan parameterparameter berikut: a) banyaknya konsep yang relevan yang dikembangkan oleh siswa. Guru hanya memberi konsep topik atau beberapa konsep awal, b) banyaknya proposisi yang benar. Parameter ini penting bila peta konsep hendak dipakai sebagai alat asesmen. Guru harus meneliti setiap proposisi yang menunjukkan hubungan antar konsep. Bila ada kesalahan proposisi maka harus dicermati apakah kesalahan ini menunjukkan suatu miskonsepsi atau kesalahan biasa, c) banyaknya cabang. Parameter ini menunjukkan siswa mengetahui diferensiasi konsep-konsep artinyaia memahami jenjang dari konsep-konsep, d) banyaknya hubungan silang antara konsep-konsep, misalnya antara konsep daur ulang dan kertas, atau antara sampah kebun dengan kompos, dan lain lain, e) banyaknya contoh konsep spesifik. Para siswa dapat menambahkan contoh contoh konsep khusus untuk memfasilitasi mengendapnya konsep-konsep di dalam pemahaman konseptual mereka.

15 Menurut Nur (2000) dalam Trianto (2007) jenis peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map). 1. Pohon Jaringan Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: 1) menunjukan informasi sebab-akibat, 2) suatu hirarki, 3) prosedur yang bercabang. 2. Rantai Kejadian Nur dalam Trianto (2007) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkahlangkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: 1) memberikan tahap-tahap suatu proses, 2) langkahlangkah dalam suatu prosedur, 3) suatu urutan kejadian. 3. Peta Konsep Siklus Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian

16 kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulangulang. 4. Peta Konsep Laba-laba Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: 1) tidak menurut hierarki, 2) kategori yang tidak paralel, 3) hasil curah pendapat. Dari berbagai pendapat di atas, peta konsep dapat diartikan sebagai suatu alat untuk memetakan pengetahuan awal siswa dengan menghubungkan suatu konsep yang satu ke konsep yang lainnya agar kondisi belajar siswa lebih bermakna Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Semakin banyaknya senyawa baru yang ditemukan,diperlukan suatu aturan penamaan yang berlaku internasional. Lembaga yang berwenang untuk merumuskan tata nama senyawa secara international adalah The International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Dalam ilmu kimia, beberapa unsur dapat mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Oleh karena itu diperlukan suatu tata nama yang menyertakan bilangan oksidasi dari unsur dalam senyawanya. Tata nama demikian dikembangkan oleh ahli kimia jerman Alferd stock dan kemudian dikenal sebagai sistem stock (Permana, 2009).

17 Senyawa adalah zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa yang sama. (Brady; 1999). Pendapat lain dikemukakan oleh Sitorus (2006), senyawa adalah zat-zat yang terbentuk dan tersusun dari unsur-unsur melalui suatu reaksi kimia. Sifat-sifat suatu senyawa sangat berbeda dengan sifat-sifat unsur pembentuknya. Hal ini karena suatu senyawa merupakan zat baru yang berbeda dari unsur semula. Tata nama senyawa dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu tata nama senyawa anorganik dan tata nama senyawa organik. Pembahasan tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi: 1) tata nama senyawa biner dari non logam dan nonlogam, 2) tata nama senyawa biner dari logam dan non logam (senyawa ion), 3) tata nama senyawa yang mengandung ion poliatom (Johari, 2007). Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri dari dua jenis unsur. Senyawasenyawa biner diberi nama dengan menggunakan nama unsur pertama yang diikuti oleh bagian utama dari unsur kedua yang digabungkan dengan akhiran ida. Nama unsur pertama untuk senyawa biner (senyawa kovalen) adalah unsur yang lebih bersifat logam (lebih bermuatan positif) dan diantaranya mengikuti urutan sebagai berikut. B Si C S As P N - H Se I Br Cl O F Sementara itu, unsur yang kedua merupakan unsur yang lebih negatif daripada unsur pertama. Contoh: HCl = hidrogen + klor + ida = hidrogen klorida, NO = nitrogen + oks + ida = nitrogen oksida.

18 Senyawa biner adalah senyawa kimia yang hanya terbentuk dari dua unsure. Unsur yang terbentuk tersebut terdiri dari unsure logam dan unsure non logam atau keduanya terdiri dari unsure non logam (Azizah, 2013). Pada penamaan senyawa biner sering digunakan awalan yang diambil dari bilangan Yunani yang menyatakan jumlah atom penyusun senyawa (Sunardi, 2007). Awalan-awalan yang biasa digunakan terdapat dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Bilangan Yunani yang Menyatakan Jumlah Atom dalam Penamaan Senyawa Biner Jumlah Atom 1 mono- 2 di- 3 tri- 4 tetra- 5 penta- 6 hexa- 7 hepta- 8 octa- 9 nona- 10 deca- Contoh: N 2 O 3 ; di-nitrogen + tri-oks + ida = dinitrogen trioksida, N 2 O 4 ; dinitrogen + tetra-oks + ida = dinitrogen tetraoksida, CO 2 ; karbon + di-oks + ida = karbon dioksida (Sunardi, 2007:95-97). Menurut Sunardi (2007), Senyawa biner dari logam dan non logam umumnya adalah senyawa ion. Logam membentuk ion positif (kation) dan nonlogam membentuk ion negatif (anion). Awalan Senyawa ion adalah senyawa yang terdiri atas ion positif (kation) dan ion negative (anion). Nama senyawa ion merupakan susunan nama kation diikuti dengan nama anionnya. Akan tetapi, nama-nama senyawa ion yang mempunyai

19 lebih dari satu bilangan oksidasi dibedakan dengan menuliskan bilangan oksidasinya. Nama beberapa kation logam dan anion nonlogam diberikan pada Tabel 2 berikut (Johari, 2010). Tabel 2. Beberapa Kation dari logam dan anion dari non logam Kation Dari Logam Anion Dari Non Logam Logam Kation Nama Kation Non Logam Anion Nama Anion Litium Li + Litium Hidrogen H - Hidrida Natrium Na + Natrium Nitrogen N 3- Nitrida Kalium K + Kalium Oksigen O 2- Oksida Magnesium Mg 2+ Magnesium Fosfor P 3- Fosfida Kalsium Ca 2+ Kalsium Belerang S 2- Sulfida Barium Ba 2+ Barium Selenium Se 2- Selenida Aluminium Al 3+ Aluminium Fluorin F - Fluorida Timah* Sn 2+ Timah(II) Klorin Cl - Klorida Sn 4+ Timah(IV) Bromin Br - Bromida Timbal* Pb 2+ Timbal(II) Iodin I - Iodida Pb 4+ Timbal(IV) Silikon** Si 4- Silisida Tembaga* Cu + Tembaga(I) Arsen ** As 3- Arsenida Cu2 + Tembaga(II) Telurium** Te 2- Telurida Perak Ag + Perak(I) Emas* Au + Emas(I) Emas(III) Seng Zn 2+ Seng Au 3+ Kromium Krom(II) (krom) Cr 3+ Krom(III) Besi* Fe 2+ Besi(II) Cr 2+ Besi(III) Nikel Ni 2+ Nikel Platina* Pt 2+ Platina(II) Fe 3+ Pt 4+ Platina(IV)

20 Cara penamaan senyawa ion adalah sebagai berikut: 1) Penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion nonlogam. Tabel 3. Contoh Penamaan Senyawa Ion dari Nama Kation Logam diikuti Anion Non-logam Rumus Kimia Kation Logam Nama Kation Anion Non Logam Nama Anion Nama Senyawa NaCl Na + Natrium Cl - Klorida Natrium Klorida MgF 2 Mg 2+ Magnesium F - Fluorida Magnesium Fluorida Ag 2 S Ag + Perak S 2- Sulfida Perak Sulfida 2) Untuk logam yang dapat membentuk beberapa kation dengan muatan berbeda, maka muatan kationnya dinyatakan dengan angka romawi Sebagai contoh: senyawa FeO dan Fe 2 O 3. Fe dapat membentuk kation Fe 2+ dan Fe 3+, oleh karena oksida (O 2- ) mempunyai muatan -2, maka: 1) kation besi pada FeO haruslah Fe 2+ agar dapat menetralkan muatan O 2- Jadi, nama FeO adalah besi(ii)oksida, 2) Kation besi pada Fe 2 O 3 haruslah Fe 3+ karena 2Fe 3+ (total muatan +6) dapat menetralkan 3O 2- (total muatan -6). Jadi, nama Fe 2 O 3 adalah besi(iii)oksida. Penamaan untuk senyawa ion logam beberapa kation dengan muatan berbeda dapat diliha pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Penamaan Senyawa Ion untuk Logam Beberapa Kation dengan Muatan Berbeda Rumus Kimia Kation Logam Nama Kation Anion Non Logam Nama Anion Nama Senyawa FeO Fe 2+ Besi(II) O 2- Oksida Besi(II)oksida Fe 2 O 3 Fe 3+ Besi(III) O 2- Oksida Besi(III)oksida Cu 2 O Cu + Tembaga(I) O 2- Oksida Tembaga(I)oksida PbI 2 Pb 2+ Timbal(II) I - Iodida Timbal(II)iodida

21 Senyawa ion mengandung ion poliatom. Ion poliatom dapat berupa kation poliatom atau anion poliatom. Namun, kebanyakan ion poliatom berupa anion poliatom (bermuatan negatif) (Johari dan Rachmawaty (2007). Penamaan ion poliatom dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 5. Ion Poliatom dan Penamaannya Ion Poliatom NH 4 + Nama Ion Poliatom Ion Poliatom Nama Ion Poliatom Amonium BrO - Hipobromit OH - Hidroksida BrO 3 - CO 3 2- Karbonat BrO 4 - Bromat Perbromat CH 3 COO - Asetat IO - Hipoiodit CN - Sianida IO 3 - OCN - Sianat IO 4 - SCN - Tiosianat MnO 4 2- Iodat Periodat Manganat C 2 O 4 2- NO 2 - Oksalat MnO 4 - Nitrit AsO 3 3- Permanganat Arsenit NO 3 - Nitrat AsO 4 3- CIO - Hipoklorit S 2 O 3 2- Arsenat Tiosulfat - CIO 2 - CIO 3 - CIO 4 CrO 4 2- Cr 2 O 7 2- Klorit 3- SbO 3 Klorat 3- SbO 4 Perklorat 2- SiO 3 Kromat 3- PO 3 Dikromat 3- PO 4 Antimonit Antimonat Silikat Fosfit Fosfat

22 Tata nama senyawa yang mengandung ion poliatom adalah sebagai berikut: Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama ion poliatom. Pada Tabel di bawah ini dapat dilihatpenamaan ion poliatom yang berasal dari kation logam dan anion poliatom. Tabel 6. Tata Nama Ion Poliatom dari Kation Logam dan Anion Poliatom Rumus Kimia Kation Logam Anion Poliatom Nama Senyawa NaOH Na + OH - Natrium hidroksida KCN K + CN - Kalium sianida KMnO 4 K + MnO 4 - Al 2 (SO 4 ) 3 Al 3+ SO 4 2- PbSO 4 Pb 2+ SO 4 2- Kalium permanganate Aluminium sulfat Timbal(II) sulfat Untuk senyawa yang terdiri dari kation poliatom dan anion monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti anion momoatom/poliatom, contoh: NH 4 Cl (amonium klorida), NH 4 CN (amonium sianida), NH 4 OH (amonium hidroksida), dan (NH 4 ) 2 SO 4 (amonium sulfat). Tata nama senyawa organik lebih kompleks dibandingkan dengan tata nama senyawa anorganik. Hal ini dikarenakan sebagian besar senyawa organic tidak dapat ditentukan dari rumus kimianya saja, tetapi juga dari rumus strukturnya. Di samping itu jumlah senyawa organic lebih banyak dibandingkan senyawa anorganik (Johari, 2010) Senyawa organik paling sederhana hanya mengandung atom C dan H yang juga dikenal sebagai senyawa hidrokarbon. Nama senyawa dimulai dengan awalan yang sesuai jumlah atom C, dan diberi akhiran ana. Senyawa hidrokarbon

23 adalah senyawa yang disusun oleh unsur karbon (C) dan dan Hidrogen (H) saja (Sitorus, 2006). Tata nama senyawa organic yang mengandung atom C dan H dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 7. Tata Nama Organik yang Mengandung Atom C dan H Rumus Kimia Jumlah Atom C Awalan Nama Senyawa CH 4 1 Met- Metana C 2 H 6 2 Et- Etana C 3 H 8 3 Prop- Propana Senyawa organik adalah senyawa yang pada mulanya terbatas pada senyawa yang berasal dari mahluk hidup, tetapi sekarang mencakup senyawasenyawa karbon buatan (Sunardi, 2007). Akan tetapi senyawa karbon organik ternyata dapat disintesis. Sekarang, istilah senyawa organik masih digunakan, meski senyawa-senyawa ini lebih dikenal sebagai senyawa karbon, dan didefinisikan sebagai semua jenis senyawa karbon, kecuali oksida, karbonat, dan sianida. Istilah gugus sangat penting dalam tata nama senyawa organik sederhana karena setiap gugus bersifat karakteristik yang digunakan sebagai dasar penggolongan senyawa karbon (Johari, 2010). Nama senyawa jika atom/gugus atom pada senyawa diganti dengan atom/gugus atom lainnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

24 Tabel 8. Nama Senyawa Organik yang Atom/Gugus H diganti dengan Atom/Gugus Lain No. Atom/Gugus Atom Rumus Kimia Nama Senyawa 1 Jika atom H diganti gugus OH, maka CH 3 OH Metanol akhiran ana diganti anol CH 3 Cl Klorometana 2 Jika atom H diganti atom halogen (Cl, F, I, CH 2 Cl 2 Diklorometana Br), maka diberi awalan halo- (kloro, CHCl 3 Triklorometana fluoro, iodo, bromo). Jika lebih dari 1 atom CCl 4 Tetraklorometana 3 H diganti dengan halogen sejenis, maka gunakan awalan di, tri, tetra. 4 Jika atom H diganti gugus NH 2, maka CH 3 NH 2 Metilamina akhiran ana diganti dengan ilamina. Jika atom H diganti gugus NO 2, maka CH 3 NO 2 Nitrometana diberi awalan nitro. 5 Jika gugus -CH3 diganti dengan gugus HCOOH Asam metanoat COOH, maka nama pertama senyawa adalah asam diikuti nama senyawa tetapi akhiran ana diganti dengan anoat. Senyawa organik penting lainnya adalah benzene yang mempunyai rumus kimia C 6 H 6. Perhatikan penamaan senyawa jika satu atom H diganti dengan atom/gugus atom lainnya. Penaman senyawa organik yang mempunyai rumus kimia C 6 H 6 disajikan pada Tabel berikut ini.

25 Tabel 9. Penamaan Senyawa Organik yang Mempunyai Rumus Kimia C 6 H 6 Rumus Kimia Nama Senyawa Nama Lazim C 6 H 6 C 6 H 5 OH C 6 H 5 Cl C 6 H 5 NH 2 C 6 H 5 NO 2 C 6 H 5 COOH Benzena Hidroksibenzena Klorobenzena Aminobenzena Nitrobenzena Asam karboksilat benzena - Fenol - Anilina - Asan benzoat Persamaan Reaksi 1. Pengertian (Johari, 2007) Lambang-lambang yang menyatakan suatu reaksi kimia disebut persamaan kimia. Rumus-rumus pereaksi diletakkan di sebelah kiri dan hasil reaksi diletakkan di sebelah kanan. Antara dua sisi itu digabungkan oleh tanda kesamaan (=) atau tanda ( ) (Petrucci, 1989). Persamaan reaksi adalah persamaan yang menyatakan perubahan materi dalam suatu reaksi kimia. Contoh: Gas hidrogen (H 2 ) dan gas oksigen (O 2 ) bereaksi menjadi air (H 2 O). Persamaan reaksinya adalah: H 2(g) + O 2(g) H 2 O (l) (belum setara), agar persamaan reaksinya setara, maka ditambahkan angka koefisien 2H 2(g) + O 2(g) 2H 2 O. Jadi, dua molekul H 2 dan satu molekul O 2 bereaksi menjadi dua molekul air.

26 Pada persamaan reaksi, zat-zat yang berada di sebelah kiri tanda panah disebut pereaksi (reaktan) dan yang berada di sebelah kanan disebut hasil reaksi (produk). Reaksi kimia mengubah zat-zat asal (pereaksi = rekatan) menjadi zat-zat baru (produk). Perubahan yang terjadi dapat dipaparkan dengan menggunakan rumus kimia zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Cara pemaparan ini disebut persamaan reaksi. Misalnya, reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk air dijabarkan sebagai berikut: dua molekul H 2 bereaksi dengan satu molekul O 2 menghasilkan 2 molekul air (Sitorus, 2006). Tanda panah pada persamaan reaksi menunjukkan arah reaksi, dan dapat dibaca sebagai membentuk, atau bereaksi menjadi, atau istilah lain yang sesuai. Huruf kecil miring yang mengikuti rumus kimia zat dalam persamaan reaksi menyatakan wujud zat atau keadaan zat yang bersangkutan. Huruf g berarti gas, l berarti cairan (liquid), s berarti padatan (solid), dan aq berarti larutan dalam air (aqueous, baca:akues). Bilangan yang mendahului rumus kimia zat dalam persamaan reaksi disebur koefisien reaksi. Pada contoh di atas koefisien hidrogen adalah 2, koefisien Oksigen 1, dan koefisien air adalah 2. Koefisien 1 tidak perlu ditulis. Rumus kimia zat-zat adalah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dinyatakan oleh rumus kimianya. Zat-zat yang berada di ruas kiri disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat-zat yang berada di ruas kanan disebut produk reaksi. Koefisien reaksi men yatakan jumlah partikel (atom, molekul, ion) atau unit rumus (senyawa ion). Nilai koefisien reaksi sedemikian sehingga persamaan

27 reaksi menjadi setara yakni memenuhi Hukum Kekekalan Massa. Koefisien reaksi 1 umumnya tidak di tulis (Johari, 2010). Syarat utama untuk menyetarakan suatu persamaan reaksi adalah tidak mengubah-ubah rumus kimia zat. Mencantumkan wujud zat-zat dalam suatu persamaan, meskipun bukan keharusan, dilakukan dengan singkatan dalam tanda kurung di belakang rumus kimia zat yang bersangkutan. Wujud zat-zat tersebut adalah s (solid) untuk zat padat, l (liquid) untuk zat cair, g (gas) untuk gas, dan aq (aqueous) untuk zat yang larut dalam air (Sitorus, 2006). 2. Menuliskan Persamaan Reaksi Banyak reaksi yang disetarakan dengan jalan menebak, langkah-langkah menuliskan persamaan reaksi adalah sebagai berikut: 1) tetapkan koefisien salah satu zat, biasanya zat yang rumusnya paling kompleks, sama dengan 1, sedangkan zat lain diberikan koefisien sementara dengan huruf, 2) setarakan terlebih dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang diberi koefisien 1 itu, 3) setarakan unsur lainnya. Biasanya paling membentu jika atom O disetarakan paling akhir (Purba, 2006). Menurut Brady (1999), untuk mengurangi kesalahan dalam menulis persamaan reaksi yang setimbang perlu diperhatikan langkah-langkah berikut: 1) tuliskan persamaan reaksi tak seimbang, dengan cara menuliskan rumus molekul pereaksi dan hasil reaksi yang benar. Contoh, natrium karbonat direaksikan dengan hidrogen klorida menghasilkan natrium klorida, air dan karbon dioksida berdasarkan reaksi Na 2 CO 3 (s) + HCl (l) NaCl (l) + H 2 O (aq) + CO 2(g). 2) tempatkan koefisien di depan rumus molekul agar reaksinya seimbang. Untuk melakukannya

28 dengan cepat memerlukan banyak latihan. Meskipun tidak ada dalil tertentu dari mana untuk memulainya, hal yang terbaik dilakukan adalah dengan cara memberikan koefisien 1. Dalam persamaan ini kita mulai dengan Na 2 CO 3. Dalam rumus molekul hanya ada dua rumus molekul Na, untuk membuat seimbang kita tempatkan koefisien 2 di depan NaCl. Dengan demikian diperoleh natrium karbonat bereaksi dengan hdrogen klorida menghasilkan dua mol natrium klorida, satu mol air dan karbin dioksida atau Na 2 CO 3(s) + HCl (l) 2NaCl (l) + H 2 O (aq) + CO 2(g). Meskipun jumlah Na sudah seimbang, tetapi Cl belum seimbang, hal ini dapat diperbaiki dengan cara menempatkan koefisien 2 di depan HCl. Ternyata penempatan angka ini menyebabkan hidrogen juga menjadi seimbang, seperti pada reaksi Na 2 CO 3(s) + 2HCl (l) 2NaCl (l) + H 2 O (aq) + CO 2(g). Perhatikan bahwa tindakan ini juga menyeimbangkan hidrogen dan perhitungan dengan cepat tiap unsur akan menunjukkan bahwa persamaan tersebut sekarang telah seimbang. Koefisien yang diperoleh dari persamaan di atas bukanlah satu-satunya cara untuk membuat reaksi seimbang. Untuk setiap persamaan reaksi, dapat digunakan angka koefisien yang tidak terbatas agar dapat diperoleh jumlah atom yang sama di antara kedua sisi anak panah. Misalnya, kedua persamaan reaksi berikut seimbang (jumlah atom disebelah kiri sama dengan jumlah atom disebelah kanan anak panah), Na 2 CO 3(s) + 4 HCl (l) 4 NaCl (l) + 2 H 2 O (aq) + 2 CO 2(g) atau 5 Na 2 CO 3(s) + 10 HCl (l) 10 NaCl (l) + 5 H 2 O (aq) + 5 CO 2(g) (Brady,1999) Kajian Penelitian yang Relevan Berhubungan dengan tata nama senyawa, Rano (1999) dalam penelitiannya melaporkan bahwa rata-rata skor siswa kelas III IPA SMA Negeri 1

29 Palangka Raya dalam memahami konsep tata nama ion dan senyawa kompleks dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle adalah 0,51 dan 0,38. Susanti (2000) menjelaskan bahwa rata-rata skor siswa kelas I SMA Negeri 1 Palangka Raya dalam menuliskan nama senyawa molekul 0,72; senyawa ion biner 0,43; senyawa ion terner sebesar 0,66. Selanjutnya dalam penelitian Eliyana (2003) mengenai Kesulitan Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNPAR Angkatan 2002/2003 dalam Menuliskan Nama dan Rumus Kimia Senyawa Anorganik melaporkan bahwa pada topik I (menentukan nama senyawa biner) sebesar 90,09 %; topik II (menentukan senyawa terner) sebesar 86,03 %; topik III (menentukan senyawa/ion kompleks) sebesar 94,85 %; topik IV (menentukan rumus kimia senyawa biner) sebesar 67,00 %; topik V (menentukan rumus kimia senyawa terner) sebesar 91,18 %; topik VI (menentukan rumus kimia senyawa/ion kompleks) sebesar 97,55 %. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas maka persamaan dengan penelitian ini terletak pada model pembelajaran learning cycle dan materi yang digunakan dan yang menjadi perbedaannya yaitu pada peningkatan aktivitas belajar siswa, kreativitas belajar siswa serta hasil belajar siswa pada waktu dan lokasi penelitian yang berbeda Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan peta konsep maka hasil belajar siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Tapa meningkat

30 2.7. Indikator Kinerja Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila: 1) Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran meliputi kegiatan guru dan siswa telah mencapai 75% atau lebih dengan kategori Baik (B) atau Sangat Baik (SB) maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil, 2) Jika 80% dari seluruh siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 ke atas atau sama dengan 70 (Sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Tapa) dengan daya serap rata-rata 75% maka tindakan pembelajaran dinyatakan berhasil.

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. STANDAR KOMPETENSI Mendiskripsikan hukumhukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. B. Kompetensi Dasar : Menuliskan nama senyawa anorganik

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 6 BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA A. Rumus Kimia Rumus kimia merupakan kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu. Rumus kimia terdiri dari

Lebih terperinci

Tata Nama Senyawa Kimia

Tata Nama Senyawa Kimia ~CO2 = KARBONDIOKSIDA ~NaCl = NATRIUM KLORIDA ~CH3COOH = CUKA / ASAM ASETAT ~H2SO4 = ASAM SULFAT ~Na2CO3 = NATRIUM KARBONAT ~MgCO3 = MAGNESIUM KARBONAT ~NaOH = NATRIUM KARBONAT ~(NH4)2SO4 = AMONIUM SULFAT

Lebih terperinci

BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA

BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA 1. BILANGAN OKSIDASI Bilangan oksidasi suatu unsur menggambarkan kemampuan unsur tersebut berikatan dengan unsur lain dan menunjukkan bagaimana peranan elektron

Lebih terperinci

TATA NAMA SENYAWA DAN PER- SAMAAN REAKSI

TATA NAMA SENYAWA DAN PER- SAMAAN REAKSI TATA NAMA SENYAWA DAN PER- SAMAAN REAKSI A. RUMUS KIMIA B. TATA NAMA SENYAWA ANRGANIK C. PERSAMAAN REAKSI Materi tersusun oleh atom-atom, misalnya tembaga, jika tembaga kita potong menjadi dua bagian masing-masing

Lebih terperinci

Untuk penamaan senyawa biner ionik yang dibentuk dari satu unsur logam dan satu

Untuk penamaan senyawa biner ionik yang dibentuk dari satu unsur logam dan satu Tata Nama Senyawa Kimia Bagaimana menyebutkan nama senyawa berdasrkan komponen penyusunnya? Apakah semua senyawa yang telah ditemukan memiliki nama khusus?dulu,senyawa dinamakan sesuai asal ditemukannya,misalnya,asam

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA. Tata Nama Senyawa Kimia

MAKALAH KIMIA. Tata Nama Senyawa Kimia MAKALAH KIMIA Tata Nama Senyawa Kimia DI S U S U N OLEH X.1 2015/2016 SMA NEGERI 2 BANTAENG KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATANAMA SENYAWA BINER DAN POLIATOM

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATANAMA SENYAWA BINER DAN POLIATOM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATANAMA SENYAWA BINER DAN POLIATOM Sekolah : SMAN 16 SURABAYA Mata pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit ******************************************************************************

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION 1 LOGO Analisis Kation 2 Klasifikasi Kation Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari: Klorida (asam klorida) Sulfida, (H 2

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

MODUL 9. Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2

MODUL 9. Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2 MODUL 9 Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2 I. Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit, serta oksidasi-reduksi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui

Lebih terperinci

kimia TATA NAMA SENYAWA I

kimia TATA NAMA SENYAWA I K-13 Kelas X kimia TATA NAMA ENYAWA I Tujuan Pembelajaran etelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara senyawa biner dan poliatomik. 2. Memahami

Lebih terperinci

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Reaksi Dan Stoikiometri Larutan Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri dari:

Lebih terperinci

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Reaksi dan Stoikiometri Larutan Reaksi dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada larutan elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri

Lebih terperinci

Bab III Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi

Bab III Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Bab III Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi TUJUAN PEMBELAJARAN Sumber: Encarta 2005 Asam klorida sering digunakan untuk menguji material yang mengandung kalsium karbonat. Kalsium karbonat dengan asam

Lebih terperinci

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit TES PRESTASI BELAJAR Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit Petunjuk : 1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal 2. Bacalah petunjuk soal terlebih dahulu 3. Pilih salah satu

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

LOGO Analisis Kation

LOGO Analisis Kation LOGO Analisis Kation Golongan IV 1 Golongan kation ke empat Barium, Strontium dan Kalsium Reagensia golongan: larutan amonium karbonat 1 M Reagensia memperlihatkan reaksi basa karena hidrolisis: CO 3 +

Lebih terperinci

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

Stoikiometri. OLEH Lie Miah Stoikiometri OLEH Lie Miah 1 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KARAKTERISTIK MATERI KESULITAN BELAJAR SISWA STANDAR KOMPETENSI Memahami hukum-hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan

Lebih terperinci

Tata Nama Senyawa & Persamaan Kimia

Tata Nama Senyawa & Persamaan Kimia Tata Nama Senyawa & Persamaan Kimia TATA NAMA SENYAWA Tata Nama Senyawa Senyawa Anorganik Senyawa Organik Senyawa biner Senyawa Poliatomik Senyawa Asam Senyawa Basa Logam - Nonlogam Nonlogam- Nonlogam

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

REAKSI OKSIDASI REDUKSI

REAKSI OKSIDASI REDUKSI 6 REAKSI KSIDASI REDUKSI A. PENGERTIAN REDUKSI-KSIDASI B. ATURAN BILANGAN KSIDASI C. KSIDATR DAN REDUKTR D. REAKSI AUTREDKS (DISPRPRSI) E. PENERAPAN REAKSI REDKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI F. TATA NAMA

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) LEMBARAN SOAL 11 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI. A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI. A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya BAB 4 TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Bab V Perhitungan Kimia Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Jumlah permen dalam stoples dapat diketahui jika berat dari satu permen dan seluruh permen diketahui. Cara

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN KONSEP REDOKS

LARUTAN ELEKTROLIT DAN KONSEP REDOKS LARUTAN ELEKTROLIT DAN KONSEP REDOKS LARUTAN ELEKTROLIT DAN KONSEP REDOKS \usepackage{chemmacros} \ch{n2 \gas{} + 3 H2 \gas{} ->2 NH3 \gas{} } Stoikimiometri Membahas tentang hubungan massa antar unsur

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas X Wacana berikut digunakan untuk menjawab soal no 1 dan 2. Ditentukan 5 unsur dengan konfigurasi

Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas X Wacana berikut digunakan untuk menjawab soal no 1 dan 2. Ditentukan 5 unsur dengan konfigurasi Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas X Wacana berikut digunakan untuk menjawab soal no 1 dan 2. Ditentukan 5 unsur dengan konfigurasi elektron sebagai berikut: P : 2 8 7 S : 2 8 8 Q : 2 8 8

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas 0 A. Massa Atom. Massa Atom Relatif (Ar) Massa atom relatif (Ar) merupakan perbandingan massa atom dengan massa satu atom yang tetap. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. sma

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 11 BAB VIII LARUTAN ASAM DAN BASA Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa LOGO Analisis Kation Golongan V Gol. Sisa By Djadjat Tisnadjaja 1 Golongan kelima Magnesium, natrium, kalium dan amonium Tidak ada reagensia umum untuk kation-kation golongan ini Kation-kation gol kelima

Lebih terperinci

A. HUKUM PERBANDINGAN VOLUM DAN HIPOTESIS AVOGADRO*

A. HUKUM PERBANDINGAN VOLUM DAN HIPOTESIS AVOGADRO* Di muka kita telah membahas tentang jenis perubahan materi. Bagian dari Kimia yang membahas hubungan kuantitatif (jumlah) antara zat-zat yang terlibat dalam suatu perubahan kimia atau reaksi kimia dikenal

Lebih terperinci

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI BAB V KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI Dalam ilmu fisika, dikenal satuan mol untuk besaran jumlah zat. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai konsep mol yang mendasari perhitungan kimia (stoikiometri). A. KONSEP

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

BAB 3. Pernahkah Anda membantu ibu membuat kue, apa yang dilakukan ibu? Ternyata. S t o i k i o m e t r i. Kata Kunci. Pengantar

BAB 3. Pernahkah Anda membantu ibu membuat kue, apa yang dilakukan ibu? Ternyata. S t o i k i o m e t r i. Kata Kunci. Pengantar Kimia X SMA 61 BAB 3 S t o i k i o m e t r i Kata Kunci Tata nama senyawa, persamaan reaksi, hukum Lavoisier, hukum Proust, hipotesis Avogadro, hukum Gay Lussac, konsep mol, komposisi zat, rumus kimia,

Lebih terperinci

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr.

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab 3a Tabel Periodik Kapan unsur-unsur ditemukan? 8.1 1 ns 1 Konfigurasi elektron

Lebih terperinci

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia 1. Reaksi redoks : MnO 4 (aq) + C 2 O 4 2- (aq) Mn 2+ (aq) + CO 2 (g), berlangsung dalam suasana asam. Setiap mol MnO 4 memerlukan H + sebanyak A. 4 mol B. 6 mol D. 10 mol C. 8 mol E. 12 mol 2. Reaksi

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemetaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek,

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia Stoikiometri Larutan - Soal Doc. Name: RK13AR11KIM0601 Doc. Version : 2016-12 01. Zat-zat berikut ini dapat bereaksi dengan larutan asam sulfat, kecuali... (A) kalsium

Lebih terperinci

TES PRESTASI BELAJAR

TES PRESTASI BELAJAR TES PRESTASI BELAJAR Hari/tanggal : selasa/8 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit Petunjuk : 1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal 2. Bacalah petunjuk soal terlebih dahulu 3. Pilih salah satu

Lebih terperinci

D. Ag 2 S, Ksp = 1,6 x E. Ag 2 CrO 4, Ksp = 3,2 x 10-11

D. Ag 2 S, Ksp = 1,6 x E. Ag 2 CrO 4, Ksp = 3,2 x 10-11 1. Garam dengan kelarutan paling besar adalah... A. AgCl, Ksp = 10-10 B. AgI, Ksp = 10-16 C. Ag 2 CrO 4, Ksp = 3,2 x 10-12 D. Ag 2 S, Ksp = 1,6 x 10-49 E. Ag 2 CrO 4, Ksp = 3,2 x 10-11 Jadi garam dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007:1). Ilmu kimia

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007:1). Ilmu kimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan salah satu cabang IPA yang penting yang berusaha memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007:1). Ilmu kimia mempelajari tentang

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan

Lebih terperinci

TATA NAMA SENYAWA, PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA, & HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

TATA NAMA SENYAWA, PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA, & HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA Bidang: KIMIA DASAR Materi ini dapat diunduh di https://arisarianto.wordpress.com Materi tambahan lainnya, kunjungi portal https://school.quipper.com/id/index.html buka kelas khusus SMAN MODEL TERPADU

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 HASIL PENELITIAN BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian, persentase kemampuan siswa kelas dalam menyelesaikan soal-soal persamaan reaksi kimia dapat dilihat pada tabel dibawah

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! KIMIA X SMA 103 S AL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Partikel penyusun inti atom terdiri dari... a. proton dan elektron b. proton dan netron c. elektron dan netron d. elektron

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan (swelling) tanah lempung tanpa elektrokinetik Hasil pengujian pengembangan tanah lempung tanpa elektrokinetik dapat dilihat pada Lampiran

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

Asam + Oksida Basa Garam + air

Asam + Oksida Basa Garam + air MODUL JENIS - JENIS REAKSI dalam LARUTAN Jenis-Jenis reaksi antara lain : Reaksi Asam dan Basa Reaksi pendesakan logam Reaksi Metatesis ( Dekomposisi ) A. PENGGARAMAN Jenis-jenis Reaksi penggaraman : 1.

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY DASAR-DASAR ANALISIS KIMIA Oleh : Regina Tutik Padmaningrum, M.Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta regina_tutikp@uny.ac.id Klasifikasi Analisis Analisis merupakan suatu bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

Analisis Anion Disampaikan pada Pertemuan Ke 5 Analisis Senyawa Kimia.

Analisis Anion Disampaikan pada Pertemuan Ke 5 Analisis Senyawa Kimia. Analisis Anion Disampaikan pada Pertemuan Ke 5 Analisis Senyawa Kimia siti_marwati@uny.ac.id Klasifikasi Analisis Anion Anion Kelas A: -proses yang melibatkan identifikasi produkproduk yang mudah menguap

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI Konsep mol

STOIKIOMETRI Konsep mol STOIKIOMETRI Konsep mol Dalam hukum-hukum dasar materi ditegaskan bahwa senyawa terbentuk dari unsur bukan dengan perbandingan sembarang tetapi dalam jumlah yang spesifik, demikian juga reaksi kimia antara

Lebih terperinci

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini KIMIA ANALITIK; Analisis Kualitatif dan Pemisahan Kimia, oleh Ni Putu Sri Ayuni; Ni Wayan Yuningrat Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik Hasil pengujian berikut dilakukan sebagai pembanding bagaimana nilai pengembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Teoritis 1. Belajar dan hasil belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

Menuliskan nama senyawa kimia

Menuliskan nama senyawa kimia 81 Bab 6. Stoikiometri Standar Kompetensi Memahami terjadinya ikatan kimia Memahami konsep mol Kompetensi Dasar Menuliskan nama senyawa kimia Menjelaskan konsep mol Menerapkan hukum Gay Lussac dan hukum

Lebih terperinci

Soal 5 Jumlah mol dari 29,8 gram amonium fosfat ((NH4)3PO4) (Ar N = 14, H = 1, dan P = 31) adalah. A. 0,05 mol

Soal 5 Jumlah mol dari 29,8 gram amonium fosfat ((NH4)3PO4) (Ar N = 14, H = 1, dan P = 31) adalah. A. 0,05 mol Bank Soal Stoikiometri Kimia Bagian 2 Soal 1 Satu liter campuran gas terdiri dari 60% volume metana (CH4) dan sisanya gas etana (C2H6) dibakar sempurna sesuai reaksi: CH4 + 3 O2 2 CO2 + 2 H2O 2 C2H6 +

Lebih terperinci

C. Reaksi oksidasi reduksi berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan Oksidasi (biloks)

C. Reaksi oksidasi reduksi berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan Oksidasi (biloks) 97 Nama : Kelompok : Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit. Materi pokok : Konsep Redoks Standar Kompetensi : 3. Memahami sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit

Lebih terperinci

Partikel Materi. Partikel Materi

Partikel Materi. Partikel Materi Bab 4 Partikel Materi Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul; menghubungkan konsep atom, ion, dan molekul dengan produk kimia

Lebih terperinci

Emas yang terbentuk sebanyak 20 gram, jika ArAu = 198, maka tentukan Ar M!

Emas yang terbentuk sebanyak 20 gram, jika ArAu = 198, maka tentukan Ar M! 1. Suatu senyawa mengandung kadar unsur (% berat) sebagai berikut : S = 35,97%; O = 62,9%; dan H = 1,13%. Rumus molekul senyawa tersebut adalah. 2. Gas hidrogen dapat dibuat dari reaksi antara logam magnesium

Lebih terperinci

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia Ikatan kimia 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia Ikatan kimia Gaya tarik menarik antara atom sehingga atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan. gol 8 A sangat

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN LATIHAN SOAL

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN LATIHAN SOAL 1. Cu-Pb-Zn berturut-turut merupakan lambang unsur SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN LATIHAN SOAL Besi-emas-zink Tembaga-timah-zink Kalsium-perak-platina Tembaga-timbal-zink Cu-Pb-Zn

Lebih terperinci

REAKSI REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REAKSI REDOKS dan ELEKTROKIMIA REAKSI REDOKS dan ELEKTROKIMIA 1. Konsep Reduksi Oksidasi (Redoks) No Reaksi Oksidasi Reaksi Reduksi 1 reaksi penambahan oksigen reaksi pengurangan oksigen 2 peristiwa pelepasan elektron Contoh : Cu Cu

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 Kimia

Antiremed Kelas 11 Kimia Antiremed Kelas 11 Kimia Stoikiometri Larutan - Latihan Soal Doc. Name: AR11KIM0699 Doc. Version : 2012-07 01. Zat-zat berikut ini dapat bereaksi dengan larutan asam sulfat, kecuali... (A) kalsium oksida

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

REAKSI REDUKSI-OKSIDASI (REAKSI REDOKS)

REAKSI REDUKSI-OKSIDASI (REAKSI REDOKS) BAB VI REAKSI REDUKSIOKSIDASI (REAKSI REDOKS) Telah dipelajari bahwa persamaan reaksi kimia menyatakan perubahan materi dalam suatu reaksi kimia. Dalam reaksi kimia, jumlah atomatom sebelum reaksi sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah hal yang memiliki posisi penting di dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pencarian suatu metode dan model pembelajaran yang dapat

Lebih terperinci

KIMIA LARUTAN LARUTAN ELEKTROLIT ASAM DAN BASA

KIMIA LARUTAN LARUTAN ELEKTROLIT ASAM DAN BASA KIMIA LARUTAN Pada topik ini larutan yang dimaksud dibatasi pada larutan dengan pelarut air (aqueous solution). Air merupakan pelarut universal, tersedia melimpah, mudah untuk dimurnikan dan tidak beracun.

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga Bab 7 Soal-Soal Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Larutan Penyangga 1. Berikut ini yang merupakan pasangan asam basa terkonjugasi (A) H 3 O + dan OH

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI

BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI 1. RUMUS KIMIA 2. MENULISKAN PERSAMAAN KIMIA YANG BALANS 3. HUBUNGAN MASSA DALAM REAKSI KIMIA 4. REAKTAN PEMBATAS 5. HASIL PERSENTASE Reaktan (Pereaksi) Produk (Hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL KIMIA TAHUN 2006

PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL KIMIA TAHUN 2006 UJIAN NASIONAL KIMIA TAHUN 2006 HTTP://GUDANGSOALPRO.BLOGSPOT.COM 1 1. Di antara unsur-unsur 12 P, 16 Q, 19 R, 34 S dan 53 T yang terletak pada golongan yang sama dalam sistem periodik unsur adalah...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Konsep dan Pemahaman Konsep Kimia Banyak definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

KONSEP IKATAN KIMIA 1. ELEKTRONEGATIVITAS 2. IKATAN IONIK 3. STRUKTUR MOLEKUL TERISOLASI: SIFAT IKATAN KIMIA KOVALEN 4.

KONSEP IKATAN KIMIA 1. ELEKTRONEGATIVITAS 2. IKATAN IONIK 3. STRUKTUR MOLEKUL TERISOLASI: SIFAT IKATAN KIMIA KOVALEN 4. Sumber: http://ebookbrowse.com KONSEP IKATAN KIMIA 1. ELEKTRONEGATIVITAS 2. IKATAN IONIK 3. STRUKTUR MOLEKUL TERISOLASI: SIFAT IKATAN KIMIA KOVALEN 4. IKATAN KOVALEN 5. IKATAN KOVALEN POLAR 6. MUATAN FORMAL

Lebih terperinci

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi modif oleh Dr I Kartini Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2 SIMULASI UJIAN NASIONAL 2. Diketahui nomor atom dan nomor massa dari atom X adalah 29 dan 63. Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam ion X 2+ (A) 29, 27, dan 63 (B) 29, 29, dan 34 (C) 29, 27, dan 34

Lebih terperinci

Reaksi Oksidasi-Reduksi

Reaksi Oksidasi-Reduksi Reaksi ksidasireduksi Reaksi yang melibatkan transfer Elektron disebut ksidasireduksi atau Reaksi Redoks ksidasi adalah hilangnya Elektron suatu reaktan Reduksi adalah penangkapan Elektron oleh reaktan

Lebih terperinci

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8 1. Pada suatu suhu tertentu, kelarutan PbI 2 dalam air adalah 1,5 x 10-3 mol/liter. Berdasarkan itu maka Kp PbI 2 adalah... A. 4,50 x 10-9 B. 3,37 x 10-9 C. 6,75 x 10-8 S : PbI 2 = 1,5. 10-3 mol/liter

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA DASAR SEMESTER I

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA DASAR SEMESTER I LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA DASAR SEMESTER I Nama No. Mahasiswa Dosen Pembimbing : : : Oleh : Linus Seta Adi Nugraha 09 0064 Rini Handayani., S.Si., Apt LABORATORIUM KIMIA DASAR AKADEMI FARMASI THERESIANA

Lebih terperinci