BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO SECARA PARTISIPATIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO SECARA PARTISIPATIF"

Transkripsi

1 BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO SECARA PARTISIPATIF PKRT yang mempunyai usaha mikro mempunyai potensi untuk mengembangkan perekonomian desa. Usaha mereka dapat maju apabila mereka memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya produktif. Gerak mereka terhambat disebabkan ada ketidakadilan gender yang ada dalam pemanfaatan program pembangunan masyarakat di Desa Sekarwangi ataupun dalam kehidupan mereka sehari-hari. Adanya anggapan bahwa perempuan mempunyai usaha mikro hanya sekedar membantu suami mencari nafkah tambahan mempunyai dampak yang luas terutama dalam pengembangan usaha mikronya. Mereka kesulitan untuk memperoleh akses terhadap permodalan, pemasaran, program pembangunan dan pendidikan keterampilan. Pemberdayaan perempuan kepala rumahtangga yang mempunyai usaha mikro diarahkan pada keadilan dan kesetaraan gender (KKG) dengan mengarah pada Gender And Development (GAD), yaitu PKRT usaha mikro dapat memperoleh akses dan kontrol terhadap program pembangunan yang dapat meningkatkan usaha mikro mereka. Program yang dihasilkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial dan ekonomi PKRT secara berkelanjutan agar mereka mampu mandiri baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas. Hal tersebut dapat dicapai bila terjadi sinergi antar kelompok masyarakat dan keterpaduan kelembagaan dalam komunitas yang terjalin melalui jejaring sosial. Penyusunan program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro dilakukan dengan tahap-tahap: identifikasi masalah dan kebutuhan, identifikasi potensi lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal, penyusunan dan pengusulan rencana Tahap Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Terdapat masalah ketidakadilan gender terhadap perempuan, yaitu program pembangunan belum memperhatikan kebutuhan dan kepentingan perempuan kepala rumahtangga yang mengelola usaha mikro. Mereka belum sepenuhnya dapat mengakses program P2KP dan UP2K-PKK. Gambaran

2 112 masalah yang dialami oleh PKRT dapat dilihat pada gambar 8. yaitu bagan pohon masalah seperti beriku t ini: Keragaman isi warungan terbatas Kesulitan menyekolahkan anak Kebutuhan hidup tidak terpenuhi AKIBAT MASALAH Usaha mikro tidak berkembang INTI MASALAH Ketidakadilan Gender dalam komunitas SEBAB MASALAH 1) Akses dan kontrol Permodalan terbatas 3) Akses dan kontrol Pemasaran terbatas 5) Akses dan Kontrol PKRT terhadap P2KP dan UP2K-PKK terbatas 7) Akses dan kontrol Pengetahuan dan Keterampilan PKRT terbatas Tidak mempunyai KTP untuk akses kredit 4) Beban kerja berlebih Dana dimanfaatkan oleh elite masyarakat 8) Belum memperoleh pendidikan keterampilan Modal habis untuk membayar hutang ke rentenir Stok barang terbatas Hanya didata tetapi tidak ada realisasi Tidak mendapat ijin suami 2) Belum mengetahui dana potensial dalam komunitas Belum mengenal warga lebih dekat Khawatir tidak mampu membayar cicilan Dana digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup 6) Tidak diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Gambar 8. Analisis Pohon Masalah PKRT Usaha Mikro di desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Gambar 8. menjelaskan bahwa inti masalah yang dialami oleh PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang adalah usaha mikro mereka kurang berkembang. Hal tersebut disebabkan adanya isu ketidakadilan gender yang menganggap bahwa mereka adalah pencari nafkah tambahan,

3 113 pekerjaan perempuan sebatas di rumah saja ditambah dengan beberapa keterbatasan PKRT usaha mikro dalam memperoleh akses terhadap sumberdaya yang ada di Desa Sekarwangi. Hubungan antar kelembagaan seperti antara BUMDES, PKK, PEMDA yang menjadi jejaring belum terjalin. Halhal yang menjadi faktor penyebab ketidakadilan gender sehingga usaha mikro PKRT tidak berkembang secara keseluruhan adalah: 1. Akses dan kontrol terhadap permodalan terbatas. Kesempatan PKRT usaha mikro terhadap permodalan sangat terbatas. Modal mereka hanya bersumber dari diri sendiri, keluarga dan rentenir dengan jumlah sekitar Rp ,- sampai dengan Rp ,-. Adanya anggapan bahwa perempuan hanya sebagai pencari nafkah tambahan berpengaruh terhadap perolehan permodalan yang diterima oleh PKRT. Pengambilan keputusan terhadap permodalan juga mempengaruhi keterbatasan dari PKRT untuk mengembangkan usahanya. Akses dan kontrol mereka terhadap permodalan menjadi terbatas disebabkan oleh beberapa faktor: a. Tidak mempunyai KTP untuk akses kredit. Beberapa perempuan di Desa Sekarwangi ada yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Mereka menganggap bahwa kepemilikan KTP tidak banyak gunanya dan tidak diperiksa. Apabila ada kebutuhan untuk meminjam kredit kepada suatu lembaga, mereka lebih mengandalkan KTP suaminya. Hal tersebut menyebabkan mereka sangat bergantung pada suaminya apabila akan meminjam modal kepada suatu lembaga. Mereka juga beranggapan bahwa suami mereka yang bekerja di luar rumah dan sebagai kepala keluarga lebih mendesak untuk memiliki KTP. b. Modal habis untuk membayar hutang ke rentenir. Modal usaha mikro yang dikelola oleh PKRT berasal dari hasil keuntungan usaha yang diperolehnya per hari, tetapi sebagian besar keuntungan dipergunakan untuk membayar hutang kepada rentenir. Hal tersebut dilakukan karena apabila tidak dibayarkan dengan segera, maka bunga hutangnya akan semakin bertambah. Sisa dana kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sisanya baru untuk modal usaha. Kontrol PKRT usaha mikro untuk tidak meminjam dana kepada rentenir lemah, karena suaminya tidak

4 114 bekerja sehingga pinjam ke rentenir merupakan cara cepat untuk mendapatkan uang kas. c. Belum mengetahui dana potensial dalam komunitas. PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi tidak mengetahui lembaga dana yang potensial untuk membantu mengatasi masalah permodalan yang dialaminya. Mereka memilih meminjam kepada rentenir, karena prosesnya mudah dan berdasarkan atas kepercayaan atau pinjam kepada keluarganya. Jejaring kelembagaan formal seperti PKK, BUMDES dan program P2KP belum dapat menyentuh kebutuhan usaha mikro yang dijalankan oleh PKRT yang ada di Desa Sekarwangi. Lembaga formal yang lain di luar komunitas Desa Sekarwangi seperti Pemda juga belum menyentuh segi pengembangan usaha mikro terutama yang dikelola oleh PKRT. Program prioritas desa baru bergerak dalam pembangunan fisik dan belum sampai pada pemberdayaan PKRT usaha mikro. d. Dana digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dana hasil usaha terkadang habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kadang-kadang usaha warungan yang dikelola oleh seorang PKRT terpaksa harus tutup untuk sementara waktu, karena kehabisan modal untuk membeli barang-barang persediaan warungannya. Hal tersebut menyebabkan kondisi hidup seorang PKRT semakin sulit. 2. Akses dan kontrol pemasaran terbatas. Permasalahan PKRT usaha mikro diantaranya adalah pemasaran barang yang terbatas. Usaha yang dijalankan misalnya pembuatan rangginang, usaha sulam renda dan kerajinan smock. Gerak mereka terbatas karena selain menjalankan usaha mereka juga mereka mengerjakan pekerjaan domestik. Adanya anggapan bahwa gerak langkah perempuan adalah di dalam rumah, sedangkan laki-laki di luar rumah menyebabkan PKRT usaha mikro terbatas geraknya untuk memperluas jaringan pemasaran. Beberapa hal yang menyebabkan akses dan kontrol terhadap pemasaran terbatas adalah:

5 a. Beban kerja berlebih 115 PKRT yang mengelola usaha mikro mempunyai beban kerja berlebih. Mereka selain menjalankan usaha mikronya ju ga mempunyai tanggung jawab untuk mengelola urusan rumahtangga yaitu mengurusi suami, membereskan rumah dan mengasuh anak. PKRT usaha mikro berupaya untuk membagi kerja produktif, reproduktif dan sosial kemasyarakatan secara seimbang. Mereka mencari nafkah untuk kelangsungan hidup bagi diri dan keluarganya, bekerja mengurus rumahtangga dan di lain pihak mereka perlu berpenyadarandengan warga masyarakat di sekitar lingkungannya, sehingga upaya untuk memperluas jaringan pemasaran terbatas. Kontrol PKRT usaha mikro di sini lemah, karena ia tidak mampu melakukan posisi tawar dengan suaminya untuk membagi pekerjaan domestik. b. Stok barang terbatas. Ketersediaan barang erat kaitannya dengan sumberdaya manusia dan permodalan. Beberapa PKRT yang mengelola usaha mikro mengeluh bahwa sulit mencari orang yang dapat membantu pekerjaan mereka. Hal tersebut disebabkan keahlian yang mereka miliki sulit untuk dibagi kepada yang lain dan sistem pembayaran upah yang masih terbatas, karena barang yang dijual juga terbatas hasilnya atau keuntungannya. c. Belum mengenal warga lebih dekat. Warga pendatang yang tinggal di Desa Sekarwangi dan mengelola usaha mikro terutama untuk menjahit hias merasa kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Hal tersebut disebabkan mereka belum mengenal warga masyarakat di Desa Sekarwangi secara lebih dekat, sehingga usaha mereka juga belum dikenal oleh warga masyarakat yang lain. 3. Akses dan kontrol terhadap P2KP dan UP2K-PKK terbatas. Akses dan kontrol mereka terhadap program pembangunan yang ada seperti P2KP dan UP2K-PKK terbatas karena adanya anggapan bahwa mereka hanya sebagai pencari nafkah tambahan, sehingga jumlah dana yang diterimanya dan jumlah PKRT yang dapat mengakses program tersebut terbatas.

6 116 Faktor-faktor yang menyebabkan akses dan kontrol PKRT usaha mikro terhadap program pembangunan antara lain: a. Dana dimanfaatkan oleh elite masyarakat. Dana P2KP sebagian besar dimanfaatkan oleh warga masyarakat yang menjadi pengurus pengelolaan dana bergulir tersebut. Dana bergulir terlebih dahulu diberikan kepada keluarga terdekat yang mempunyai jenis usaha baru, sedangkan untuk warga yang miskin yang membutuhkan suntikan dana permodalan diberikan sisanya. Hal tersebut berdampak pada perkembangan usaha mikro yang dikelola oleh perempuan kepala rumahtangga yang tergolong dalam kategori keluarga Pra KS dan KS1. b. Hanya didata tetapi tidak ada realisasi. Sebagian PKRT menyatakan bahwa mereka sebelumnya didata untuk memperoleh bantuan dana bergulir P2KP, tetapi setelah dana itu ada, mereka tidak mendapatkannya. Mereka akhirnya meminjam ke sumber yang lain seperti ke rentenir untuk menutupi kebutuhan usaha mikronya. c. Khawatir tidak mampu membayar cicilan. Ada kekhawatiran yang tersirat dari para pengelola dana program pembangunan yang ada di Desa Sekarwangi, yaitu jika mereka memberikan pinjaman kepada PKRT usaha mikro yang masuk dalam kategori keluarga Pra KS dan KS 1, maka dana tersebut tidak akan kembali. Selain karena adanya anggapan bahwa kemampuan mereka untuk mengembalikan dana tersebut terbatas juga hasil usaha mikro yang dijalaninya banyak dihutangi oleh pembeli, sehingga dana untuk mengembalikan cicilan tidak ada. d. Tidak diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sebagian dari PKRT usaha mikro mengatakan bahwa mereka tidak menerima penjelasan tentang bagaimana program P2KP dan UP2K-PKK yang ada di desa mereka. Bagi PKRT usaha mikro yang menerima bantuan, mereka hanya diterangkan tentang jumlah cicilan yang harus dikembalikan berdasarkan jumlah pinjaman dan berapa bulan cicilan tersebut akan dilunasi.

7 4. Akses dan kontrol pengetahuan dan keterampilan PKRT terbatas. 117 PKRT usaha mikro memiliki pengetahuan dan keterampilan terbatas. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis usaha yang dikelola oleh mereka terbatas pada usaha kecil-kecilan dan keterampilan mereka dalam pengelolaan hasil usaha juga terbatas, sehingga usaha mikro mereka kurang berkembang. Hal tersebut berdasarkan adanya ideologi gender bahwa pekerjaan perempuan hanya di rumah saja dan laki-laki yang bekerja keluar rumah. a. Belum pernah memperoleh pendidikan keterampilan. Sebagian PKRT usaha mikro memerlukan pendidikan dan keterampilan untuk menambah wawasan usaha mereka. Mereka belum pernah memperoleh pelatihan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka selama ini, seperti bagaimana cara mengelola usaha warungan, mengelola permodalan agar berkembang, keterampilan membuat makanan atau menjahit, yang kesemuanya disesuaikan dengan kebutuhan usaha mereka. b. Tidak mendapat ijin suami. Sebagian dari PKRT yang mengelola usaha mikro merasa kesulitan memperoleh ijin suami untuk mengikuti pelatihan keterampilan terutama apabila pelatihan tersebut memerlukan waktu lebih dari satu hari dan menginap, karena akan berdampak pada kerja produktif dan reproduktif mereka, walaupun pelatihan tersebut berupaya untuk meningkatkan usaha mikro yang dikelolanya. Kontrol PKRT usaha mikro terhadap pengetahuan dan keterampilan lemah, karena ia tidak dapat melakukan posisi tawar dengan suaminya untuk memajukan usahanya dengan mengikuti pelatihan keterampilan. Identifikasi masalah dan kebutuhan PKRT usaha mikro seperti pada Tabel 28. berikut ini:

8 118 Tabel 28. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005 MASALAH KEBUTUHAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH Ketidakadilan Gender dalam komunitas Akses dan kontrol PKRT terhadap program P2KP dan UP2K-PKK terbatas. Tidak diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Adanya informasi kepada warga masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender. Adanya Peran serta PKRT dalam kegiatan forum desa. Adanya wadah bagi perempuan untuk menyalurkan aspirasi dan permasalahannya. Penyadaran Gender Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam forum desa Pembentukan Forum Perempuan Beban kerja berlebih Akses dan kontrol Permodalan terbatas Akses dan kontrol Pengetahuan dan Keterampilan PKRT terbatas Belum mengetahui dana potensial dalam komunitas Akses dan kontrol Pemasaran terbatas Adanya pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang ibunya bekerja. Muncul kemandirian dan swadaya masyarakat dalam mengelola permodalan. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan PKRT usaha mikro. Adanya diklat tentang tata cara pengelolaan perkoperasian. Adanya hubungan antar kelembagaan untuk menjaring sumberdaya permodalan bagi PKRT usaha mikro. Adanya jaringan pemasaran bagi PKRT usaha mikro. Pembentukan Kelompok Bermain Anak Pengelolaan tabungan secara kelompok Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan usaha bagi PKRT Pendidikan dan Pelatihan tentang Perkoperasian Perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan Perluasan jejaring kerja pemasaran 7.2. Tahap Identifikasi Potensi Lokal Potensi lokal yang dapat menjadi sumber untuk menangani masalah yang dihadapi oleh PKRT usaha mikro berasa dari dalam diri sendiri (internal) dan dari dalam lingkungan (external). Potensi sumber yang berasal dari dalam diri sendiri (internal resources) adalah: 1. Keinginan untuk merubah nasib; setiap PKRT yang mengelola usaha mikro mempunyai keinginan untuk memajukan usahanya. Keinginan tersebut merupakan sumber yang potensial, karena akan menumbuhkan semangat untuk bekerja lebih giat lagi. Potensi ini perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik dari komunitas, kelembagaan lokal maupun peraturan yang ada. 2. Daya survive yang tinggi; PKRT usaha mikro memiliki kehidupan yang minim yaitu hasil usahanya hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok, tetapi mereka mempunyai ketahanan untuk hidup karena modal sosial yang ada di

9 119 desa mendukung mereka untuk survive terutama dari kerabat dan teman yaitu berupa dukungan bantuan permodalan untuk mengembangkan usaha mikro. 3. Pengetahuan lokal; PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi memiliki pengetahuan lokal atau indigenous knowledge yang merupakan pemahaman PKRT untuk mengetahui kapan usahanya banyak pembeli dan kapan sepi pembeli. Mereka dapat memprediksi berapa modal yang diperlukan untuk memperbanyak jenis barang yang akan dijualnya dan kapan meminimalisir jumlah barang yang dijualnya terutama barang-barang berupa makanan yang mempunyai batas kadaluwarsa. Potensi sumber yang berasal dari luar atau lingkungan (external resources) diantaranya: 1. Program pembangunan masyarakat Program pembangunan masyarakat yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang seperti Program P2KP dan UP2K-PKK dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh PKRT terutama dalam memperoleh akses terhadap permodalan. 2. Kelembagaan formal dan informal Kelembagaan yang ada di desa Sekarwangi dapat digunakan untuk mendukung dan mengembangkan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT. Kelembagaan itu bisa berupa kelembagaan formal dan informal seperti keluarga, pameran, kelompok arisan, rentenir, media informasi, PKK, BUMDES, Pemda. Faktor-faktor pendukung yang dapat digunakan PKRT usaha mikro untuk memperoleh akses dari kelembagaan itu adalah informasi tentang produk, harga, keberadaan desa, kepercayaan/trust dan perolehan kredit. Hubungan kelembagaan dapat menjadi jejaring sosial yang dapat mengembangkan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT.

10 7.3. Tahap Pendayagunaan Sumber-sumber Lokal 120 Kegiatan pendayagunaan sumber-sumber lokal untuk pemberdayaan PKRT usaha mikro didasarkan pada pengembangan jejaring artinya setiap program memerlukan jejaring atau hubungan antar kelembagaan agar terjadi sinergitas dan muncul trust diantara masyarakat terutama PKRT usaha mikro, pemerintah dan lembaga swasta. Pendayagunaan sumber-sumber lokal diantaranya adalah meningkatkan hubungan kelembagaan yang berada di dalam maupun di luar komunitas agar jejaring sosial masyarakat Desa Sekarwangi meningkat dari Quadran 4 yaitu Masyarakat Desa yang Miskin ke Quadran 1 yaitu Anggota Program Kredit yang Sukses. Kriteria agar hubungan intra dan luar komunitas tinggi adalah adanya pola relasi/hubungan yang bagus antara individu, komunitas maupun dengan kelembagaan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kelembagaan yang dapat mendukung program pemberdayaan PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. 2. Melakukan analisis stakeholder yang diperlukan untuk mengetahui kelembagaan yang mempunyai potensi untuk meningkatkan akses dan kontrol PKRT usaha mikro. 3. Jejaring yang dibangun bersifat setara, transparan, jujus, integrasi dan dedikasi untuk mencapai tujuan bersama. 4. Memberikan kepercayaan bagi PKRT usaha mikro untuk membentuk kelompok dan mengelola program dan kegiatan yang ada untuk meningkatkan akses dan kontrol mereka. Jejaring sosial dalam proses pemberdayaan ini adalah sebagai berikut:

11 121 Aparat Pemerintah Prop/Kab/Kec, BK3S, K3S BUMDES, P2KP, UP2K-PKK, TEMAN, KELOMPOK ARISAN, RENTENIR, KELUARGA, PERBANKAN PKRT USAHA MIKRO Aparat Desa, BPD, LKMD, PKK. WARGA MASYARAKAT (KONSUMEN), PASAR Gambar 9. Jejaring Sosial Pemberdayaan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005 Gambar 9 menjelaskan bahwa perlu ada jejaring kelembagaan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh PKRT yang mengelola usaha mikro. Adanya kebijakan dari aparat desa untuk mengelola program pengembangan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT berdasarkan kesetaraan dan keadilan gender dapat meningkatkan taraf kesejahteraan PKRT sehingga kebutuhan strategisnya dapat dicapai yaitu peningkatan status dan perekonomian mereka. Adanya peran pemerintah daerah dan kelembagaan dalam komunitas dapat membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh PKRT usaha mikro. Warga masyarakat sebagai konsumen dapat memberikan peluang kepada PKRT untuk maju dan mengembangkan dirinya dengan tidak menganggap mereka adalah pencari nafkah tambahan. Pada tahap pendayagunaan sumber untuk program pemberdayaan bagi PKRT melalui pengembangan jejaring sosial tidak terlepas dari peran stakeholder. Analisis stakeholder diperlukan untuk melihat peran stakeholder dan sejauhmana fungsinya dalam program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Daftar Stakeholder dapat dilihat pada Tabel 29. berikut ini:

12 122 Tabel 29. Daftar Stakeholder untuk pemberdayaan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005 SEKTOR PUBLIK SEKTOR SWASTA SEKTOR SWADAYA MASYARAKAT - Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Propinsi Jabar. - Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kab. Bdg - Bagian Perekonomian Setda - Bagian Pemberdayaan Perempuan Dinas Kesejahteraan Sosial Kab. Bdg. - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kab. Bdg - Dinas Koperasi (Diskop) Kab. Bdg - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kab. Bdg. - Pemerintahan desa/kec. - Tim Penggerak PKK Desa Sumber: Hasil Peneltian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)/Bank Negara Indonesia (BNI) - Badan Usaha Milik Desa - Badan Koordinator Kegiatan Kesos (BK3S) - Koordinator Kegiatan Kesos (K3S) - Usahawan - Pusat Studi Wanita (PSW) - PKRT Usaha Mikro - Tokoh adat - Ulama - Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). - Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). - Organisasi Sosial - Komunitas Daftar stakeholder pada Tabel 29. terdiri dari sektor publik yang menjadi perumus kebijakan, sektor swasta yang menjadi pendukung kegiatan dan sektor swadaya masyarakat sebagai aktor utama pelaksana kegiatan. Ketiganya dapat menjadi shareholder dalam menunjang terlaksananya kegiatan. Sektor publik dan swasta dipilah menurut tingkat kepentingan mereka yang terkait dengan masalah dan kebutuhan PKRT usaha mikro, mulai dari kegiatan pemberdayaan perempuan sampai dengan pemberdayaan usaha mikro. Daftar stakeholder diperlukan untuk menjalin jejaring sosial yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah ketidakadilan gender pada PKRT usaha mikro. Para stakeholder ini kemudian dianalisis menurut kepentingan dan kebutuhannya. Analisis stakeholder dapat dilihat pada Tabel 30. berikut ini:

13 123 Tabel 30. Analisis Stakeholder untuk Pemberdayaan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005 Stakeholder Hubungan Proyek S Hubungan S Proyek Kebutuhan (S) Tujuan Umum (S) Evaluasi Strategi Support/hindari Pemda Fasilitasi Penerapan Kebijakan Anggaran Terbatas Memberdayakan masyarakat XXXX Potensi TP PKK Kab Fasilitasi Pembina Wilayah Kemandirian, Swadaya XX Potensi swadaya Kecamatan Fasilitasi Pembina Wilayah Proyek Percontohan XXX Potensi berkembang Pemdes Fasilitasi Pembina PKK Ada kegiatan Sukses XXXX Potensi TP PKK Desa Penentuan Kelompok Pengelola Anggaran UP2K-PKK Dilaksanakan Dana kembali XXX Potensi penerima dana BPR/BNI Pendukung kegiatan Pendukung dana Menambah Memperluas usaha XX Potensi nasabah perbankan BUMDES Pendukung kegiatan Pendukung dana Program berjalan Membantu masyarakat XXX Potensi BK3S/K3S Pendukung kegiatan Pendukung dana dan kegiatan Program berjalan Memberdayakan masyarakat XXX Potensi Usahawan Pendukung kegiatan Pendukung pemasaran Produksi lancar Memperluas usaha XXX Potensi Pusat Studi Wanita Fasilitasi pemberdayaan Pemberi informasi tentang PenyadaranKKG KKG XXXX Potensi perempuan kesetaraan dan keadilan gender Organisasi Sosial Fasilitasi tempat Membantu masyarakat Dukungan Membantu masyarakat XXXX Potensi masyarakat LSM Fasilitator masyarakat Pendamping kegiatan Mendapatkan Program berjalan lancar XXXX Potensi kegiatan Tokoh Adat Pemberi informasi Tokoh yang disegani Didengarkan Mensukseskan program XXXX Potensi pemerintah Ulama Pemberi informasi Tokoh yang disegani Dakwah Pengembalian pinjaman XXXX Potensi lancar BKM/UPK Penentuan KSM Penentuan KSM Laporan Keuangan Dana Bergulir XXX Potensi KSM Koordinator kelompok Pengelola penagihan dalam Pembayaran cicilan Tagihan lancar XXXX Potensi kelompok lancar PKRT Usaha Mikro Tidak semua Penerima Dana Dapat bantuan Bantuan modal sesuai XXXX Potensi Komunitas Yang dapat bantuan orang kaya Penerima Dana Bergulir untuk modal Ada bantuan untuk usaha kebutuhan Ada bantuan untuk usaha XX Potensi Keterangan: Stakeholder : Orang atau lembaga yang berkompeten untuk terlibat dalam proses pemberdayaan PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi. Hubungan Proyek S : Hubungan Proyek dengan stakeholder. Hubungan S Proyek : Hubungan stakeholder terhadap proyek. Kebutuhan (S) : Kebutuhan stakeholder. Tujuan Umum (S) : Tujuan stakeholder. X : Menunjukkan kapasitas evaluasi dari masing-masing stakehol der. Strategi Support/hindari : Menunjukkan dukungan terhadap program pemberdayaan PKRT usaha mikro.

14 124 Data pada Tabel 30. menunjukkan bahwa stakeholder yang berperan adalah dari Pemda, lembaga PKK, Lembaga Desa dan Kelompok Usaha dan swasta yaitu Perbankan, Organisasi Sosial, BUMDES, Usahawan, Pusat Studi Wanita (PSW), BKM dalam program P2KP dan UP2K-PKK. Pihak Pemda berperan sebagai fasilitator program dan kegiatan serta sebagai lembaga dana, lembaga swasta sebagai pendamping dan pemantau, lembaga desa sebagai pengolah data dan program desa serta masyarakat sendiri terutama PKRT sebagai aktor utama. Kerjasama ini membentuk tiga komponen utama strategi pengembangan masyarakat. Keinginan dari masing-masing stakeholder adalah kemajuan program dan dana tersebut dapat berkembang, sehingga dapat bergulir dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan. Evaluasi tertinggi diharapkan berasal dari Pemda, Pemdes, Pengurus UP2K-PKK, Ketua KSM dan PKRT usaha mikro Tahap Penyusunan dan Pengusulan Rencana Penyusunan Tujuan Penyusunan rancangan program pemberdayaan perempuan kepala rumahtangga yang mengelola usaha mikro tidak terlepas dari perumusan tujuan yang akan dicapai untuk mengembangkan usaha tersebut. Perumusan tujuan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Tujuan Umum yang akan dicapai dalam upaya pemberdayaan PKRT usaha mikro adalah Terwujudnya kesetaraan dan keadilan Gender terhadap PKRT dalam mengembangkan akses dan jejaring sosial usaha mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Tujuan umum itu mengandung arti bahwa pemberdayaan PKRT usaha mikro diarahkan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dengan mengembangkan jejaring sosial yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Kesetaraan dan keadilan gender mengandung arti bahwa PKRT usaha mikro memperoleh akses untuk mengembangkan usahanya dan

15 125 mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan dalam menentukan hal yang terbaik bagi dirinya dan terutama untuk mengembangkan usaha mikronya. 2. Tujuan khusus Tujuan Khusus yang akan dicapai dalam pemberdayaan PKRT usaha mikro berdasarkan prioritas sebab dan akar masalah yang akan dipecahkan adalah: a. Meningkatkan akses dan kontrol terhadap permodalan PKRT memperoleh akses terhadap permodalan dengan melibatkan kelembagaan yang ada di dalam maupun di luar komunitas Desa Sekarwangi baik formal maupun informal untuk mendukung usaha mikro yang dikelolanya. Mereka juga mempunyai kontrol untuk mengambil keputusan apakah permodalan tersebut dapat memberikan manfaat bagi usahanya tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. b. Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pemasaran PKRT usaha mikro memperoleh akses terhadap pemasaran dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk bekerja dan tidak memiliki beban ganda. Hal tersebut perlu dilakukan agar persediaan barang selalu ada untuk mempermudah proses pemasaran. c. Meningkatkan akses dan kontrol PKRT terhadap P2KP dan UP2K-PKK PKRT usaha mikro dilibatkan dalam siklus perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan yang ada di desa, sehingga suara dan kebutuhan mereka didengar dan dapat dijadikan dasar untuk membuat bahan kebijakan tindak lanjut. Hal tersebut diperlukan untuk menampung aspirasi PKRT sebagai subyek dan bukan sebagai obyek pembangunan, sehingga mereka bisa eksis dalam komunitas. d. Meningkatkan akses dan kontrol pengetahuan dan keterampilan Pengetahuan dan keterampilan PKRT usaha mikro perlu ditingkatkan untuk menambah wawasan berusaha bagi mereka. Mereka bisa memanfaatkan waktu luang dan diisi dengan kegiatan yang dapat meningkatkan usaha mereka, seperti engisi waktu luang selama menunggu warung dengan menyulan atau menerima pesanan menjahit pakaian atau makloon.

16 Penyusunan Rancangan Program 126 Penyusunan rancangan program dilakukan dengan cara melihat bentuk kegiatan yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Program dan kegiatan yang bersifat langsung yaitu yang berkaitan langsung dengan program pemberdayaan PKRT usaha mikro melalui pengembangan jejaring sosial. Program dan kegiatan yang bersifat tidak langsung yaitu memberikan masukan bagi pemegang kebijakan tentang pentingnya program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro untuk memajukan usaha mereka dengan mengembangkan akses dan kontrol mereka terhadap kelembagaan yang ada di dalam ataupun di luar komunitas. Penyusunan rancangan program tidak terlepas dari adanya analisis terhadap pengembangan jejaring sosial terhadap usaha mikro yang dikelola oleh PKRT di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang dikaitkan dengan ketidakadilan gender yang ada dalam komunitas dan manfaat yang dapat dirasakan oleh PKRT usaha mikro. Tabel 31. Analisis Pengembangan Jejaring Sosial terhadap PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005 Ketidakadilan Gender Subordinasi dan marjinalisasi PKRT Usaha Mikro Akses dan kontrol PKRT usaha mikro terhadap program P2KP dan UP2K- PKK terbatas Jejaring Sosial Tujuan Manfaat bagi PKRT Usaha Mikro Sektor Publik: BPMD Prop, Dinkesos, TP PKK Sektor Swasta: PSW Sektor Swadaya Masy: PKRT Usaha mikro, tokoh adat, ulama. Sektor Publik: Bapeda, aparat desa Sektor Swasta: usahawan. Sektor Swadaya Masy: PKRT Usaha mikro, LSM, BKM, komunitas, tokoh adat, ulama. Meminimalisir Ketidakadilan Gender Meningkatkan akses dan kontrol PKRT terhadap program P2KP dan UP2K-PKK Mampu mengambil keputusan dan mandiri Permasalahan PKRT Usaha Mikro diperhatikan Akses dan kontrol terhadap permodalan terbatas Sektor Publik: Dinkesos, TP PKK Sektor Swasta: BK3S, K3S, BUMDES, BNI/BPR, Sektor Swadaya Masy: PKRT Usaha mikro, tokoh adat, ulama. Meningkatkan akses dan kontrol permodalan Kesempatan untuk memperoleh modal dengan terlibat dalam kelembagaan formal dan informal

17 Akses dan kontrol terhadap pengetahuan dan keterampilan terbatas Akses dan kontrol pemasaran terbatas Sektor Publik: Dinkesos, TP PKK Sektor Swasta: Orsos Sektor Swadaya Masy: PKRT Usaha Mikro, komunitas. Sektor Publik: Disperindag, Diskop, Bagian Ekonomi Setda, Aparat Desa, TP PKK Sektor Swasta: Usahawan SektorSwadaya Masy: PKRT Usaha mikro, komunitas. Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pengetahuan dan keterampilan Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pemasaran 127 Kesempatan menambah pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan usaha mikro Kesempatan memperluas jaringan pemasaran Data pada Tabel 31. menunjukkan bahwa jejaring sosial merupakan entry point untuk melaksanakan program dan kegiatan untuk meminimalisir ketidakadilan gender yang terjadi di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Adanya manfaat yang dirasakan oleh PKRT usaha mikro sesuai dengan tujuan program dan kegiatan dapat menumbuhkan swadaya dan kemandirian bagi komunitas terutama bagi PKRT usaha mikro. Jejaring sosial melibatkan tiga komponen utama dalam komunitas yaitu sektor publik, swasta dan komunitas itu sendiri agar kegiatan pengembangan masyarakat dapat berkesinambungan. Program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro melalui pengembangan jejaring sosial adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Jejaring Sosial untuk Pemberdayaan perempuan kepala rumahtangga (PKRT) usaha mikro Program pemberdayaan perempuan merupakan suatu program untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap posisi PKRT terutama PKRT yang mengelola usaha mikro. Ketidakadilan gender yang terjadi dapat diminimalisir berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Program pemberdayaan bagi PKRT ini berupaya untuk meningkatkan posisi tawar perempuan kepala rumahtangga dalam masyarakat agar suara dan kebutuhan mereka dapat ditindaklanjuti dalam bentuk program pengembangan masyarakat. Kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam program pemberdayaan PKRT usaha mikro ini adalah:

18 a. Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam forum desa 128 Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam Forum Desa merupakan suatu bentuk kegiatan untuk memperluas akses dan kontrol perempuan terutama PKRT usaha mikro agar terlibat dalam perumusan masalah pembuatan program pengembangan masyarakat yang ada di Desa Sekarwangi. Pendekatan kepada PKRT usaha mikro perlu dilakukan untuk menjaring aspirasi, kebutuhan dan permasalahan mereka agar kegiatan pengembangan masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan mereka. b. Penyadaran Gender Penyadaran Gender merupakan kegiatan pengenalan kesetaraan dan keadilan gender dalam setiap program kegiatan pembangunan dan pemberian informasi tentang isu ketidakadilan gender yang terjadi dalam program pembangunan masyarakat yang ada di desa Sekarwangi. c. Pembentukan Forum Perempuan Pembentukan Forum Perempuan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk menampung aspirasi perempuan yang difasilitasi oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan. Forum ini diupayakan menjadi suatu forum pelayanan konsultasi bagi PKRT usaha mikro yang mengalami ketidakadilan gender seperti tindak kekerasan. d. Pembentukan Kelompok Bermain Anak Kegiatan ini berupaya untuk mengatasi masalah perempuan kepala rumahtangga usaha mikro yang mengalami hambatan dalam pengembangan diri disebabkan peran ganda dalam rumahtangga. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan membentuk lembaga penitipan anak, Ibu yang bekerja mengalami kesulitan dalam hal pengasuhan anak apalagi bagi seorang PKRT yang mengelola usaha mikro. Lembaga ini diharapkan dapat memberikan pelayanan kesejahteraan anak, sehingga terjamin tumbuh kembang anak dengan baik seperti anak-anak seusianya.

19 2. Pengembangan Jejaring Usaha Mikro 129 Program pengembangan jejaring usaha mikro diupayakan untuk menjamin kelangsungan usaha mikro yang dijalankan oleh PKRT. Kegiatan ini perlu dilakukan secara berkelompok dengan melibatkan berbagai stakeholder dalam pelaksanaannya. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah: a. Pengelolaan Tabungan Bersama Pengelolaan tabungan secara berkelompok merupakan suatu kegiatan untuk memelihara kelangsungan permodalan. Suntikan dana diberikan untuk menambah permodalan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT, kemudian dana tersebut dikelola secara bergulir dan diupayakan mereka dapat menyisakan sedikit penghasilannya untu k tabungan. Pengelolaan tabungan secara berkelompok diharapkan dapat membuat PKRT usaha mikro mempunyai rasa tanggung jawab bersama dan mandiri dalam mengelola modal usaha. b. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan usaha bagi PKRT Pendidikan dan pelatihan keterampilan usaha bagi PKRT merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan bagi PKRT usaha mikro agar mereka dapat menambah wawasan jenis usaha yang berdampak pada semakin meluasnya akses mereka terhadap sumberdaya. Pelatihan keterampilan yang diberikan dapat berupa keterampilan memasak, menjahit, kecantikan dan sebagainya yang dapat bermanfaat untuk memperluas wahana usaha bagi PKRT usaha mikro. c. Pendidikan dan Pelatihan tentang Perkoperasian Pendidikan dan pelatihan tentang perkoperasian merupakan suatu bentuk kegiatan agar warga masyarakat terutama PKRT usaha mikro dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang tata cara simpan pinjam sebagai kelanjutan dari kegiatan pengelolaan tabungan bersama. Kegiatan ini juga berupaya untuk memberikan pemahaman kepada warga masyarakat terutama PKRT usaha mikro agar mereka dapat bekerjasama dalam masyarakat.

20 d. Perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan 130 Kegiatan perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan diperlukan agar PKRT usaha mikro mempunyai akses yang lebih luas terhadap sumberdaya di dalam dan diluar komunitas. Jejaring ini mencakup hubungan kelembagaan yang terjalin dengan baik, sehingga muncul kepercayaan untuk memberikan bantuan modal kepada PKRT yang mengelola usaha mikro. e. Mengikuti Pameran Kegiatan perluasan jejaring kerja pemasaran merupakan upaya untuk memperluas akses dan kontrol PKRT usaha mikro untuk memasarkan hasil usahanya yang tidak terbatas dalam komunitas saja, tetapi dapat berkembang di luar komunitas. Bentuk nyatanya adalah mengikutsertakan hasil kerjainan PKRT usaha mikro dalam pameran-pameran industri.

21 Tabel 32. Rancangan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Rumahtangga melalui Pengembangan Jejaring Sosial (Kasus Usaha Mikro di desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat) 131 TUJUAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM KEGIATAN WAKTU PENYANDANG DANA Meminimalisir Isu Ketidakadilan Gender Meningkatkan akses dan kontrol PKRT terhadap program P2KP dan UP2K-PKK Meningkatkan partisipasi perempuan Berkurangnya beban kerja Meningkatkan akses dan kontrol permodalan Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pengetahuan dan keterampilan Meningkatkan akses dan kontrol terhadap dana potensial dalam komunitas Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pemasaran Meningkatnya pemahaman warga masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender. Meningkatnya peran serta PKRT dalam kegiatan forum desa. Tersedianya wadah bagi perempuan untuk menyalurjkan aspirasi dan permasalahannya. Tersedianya pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang ibunya bekerja. Meningkatnya kemandirian dan swadaya masyarakat dalam mengelola permodalan. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan PKRT usaha mikro. Meningkatnya pemahaman tentang tata cara pengelolaan perkoperasian. Meningkatnya hubungan antar kelembagaan untuk menjaring sumberdaya permodalan bagi PKRT usaha mikro. Meningkatnya jaringan pemasaran bagi PKRT usaha mikro. 1. Pengembangan Jejaring sosial untuk Pemberdayaan Perempuan Kepala Rumahtangga Usaha Mikro 2. Pengembangan Jejaring Usaha Mikro 1. Penyadaran Gender 1 bulan Bagian Pemberdayaan Perempuan 2. Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam forum desa 3. Pembentukan Forum Perempuan 4. Pembentukan Kelompok Bermain Anak 1. Pengelolaan tabungan secara kelompok 2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan usaha bagi PKRT 3. Pendidikan dan Pelatihan tentang Perkoperasian 4. Perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan 5. Perluasan jejaring kerja pemasaran 3 bulan Komunitas desa Sekarwangi 3 bulan Komunitas desa Sekarwangi Bagian PP 3 bulan Komunitas desa Sekarwangi - Dinkesos 3 bulan Shareholder, PKRT Usaha Mikro 3 bulan TP PKK Desa Sekarwangi 1 minggu Dinas Koperasi Kab. Bdg 3 bulan Shareholder 2 minggu Shareholder

22 Pelaksanaan Program 132 Kerangka pelaksanaan program perlu diuraikan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang diperlukan dalam memberdayakan PKRT usaha mikro. Kerangka tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 33. Kerangka Pelaksanaan Kegiatan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005 No. NAMA KEGIATAN LANGKAH-LANGKAH PENANGGUNG JAWAB 1. Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam forum desa a. Mengikutsertakan PKRT usaha mikro dalam rapat-rapat rutin PKK dan melibatkannya dalam mengambil keputusan. b. Mengikutsertakan PKRT usaha mikro dalam kegiatan pembangunan desa. c. Melibatkan PKRT usaha mikro dalam kepengurusan desa. 2. Penyadaran Gender a. Pengalokasian anggaran. b. Menghubungi pihak terkait untuk pelaksanaan kegiatan. c. Penyiapan materi. d. Pelaksanaan kegiatan. 3. Pembentukan Forum Perempuan 4. Pembentukan Kelompok Bermain Anak 5. Pengelolaan Tabungan Bersama 6. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan usaha bagi PKRT 7. Pendidikan dan Pelatihan tentang Perkoperasian a. Pengalokasian anggaran. b. Menghubungi pihak terkait untuk pelaksanaan kegiatan. c. Mengadakan pertemuan-pertemuan. d. Brainstorming masalah dan kebutuhan perempuan terutama PKRT usaha mikro. e. Pembentukan Forum Perempuan. f. Pelaksanaan kegiatankegiatan untuk pemberdayaan perempuan. a. Pengalokasian anggaran. b. Menghubungi pihak terkait untuk pelaksanaan kegiatan. c. Pengembangan dari kegiatan PADU (Pendidikan Anak Usia Dini) yang ada dalam komunitas sebagai tempat untuk penitipan anak dalam bentuk kelompok bermain. a. Pendataan PKRT Usaha Mikro. b. Pembuatan proposal anggaran yang diperlukan. c. Menghubungi stakeholder. d. Pembentukan kelompok berdasarkan jenis usaha. e. Pengelolaan dana dengan cara dipinjam dan dengan bunga ringan serta ada penyisihan hasil usaha untuk tabungan. a. Pendataan PKRT Usaha Mikro. b. Pengalokasian anggaran. c. Menghubungi stakeholder. b. Pelaksanaan kegiatan. a. Pendataan PKRT Usaha Mikro. b. Pengalokasian anggaran. c. Menghubungi stakeholder. d. Pelaksanaan kegiatan. Aparat Desa, TP PKK desa. Dinkesos Komunitas Komunitas PKRT Usaha MIkro Stakeholder Stakeholder

23 8. Perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan a. Mendata Stakeholder dan Shareholder. b. Pembuatan proposal rencana kegiatan 9. Mengikuti Pameran a. Pendataan PKRT Usaha Mikro. b. Mengikutsertakan PKRT usaha mikro dalam kegiatan pameran. c. Pelaksanaan kegiatan. Komunitas Komunitas 133

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA SEKARWANGI KECAMATAN KATAPANG KABUPATEN BANDUNG

BAB IV PETA SOSIAL DESA SEKARWANGI KECAMATAN KATAPANG KABUPATEN BANDUNG BAB IV PETA SOSIAL DESA SEKARWANGI KECAMATAN KATAPANG KABUPATEN BANDUNG Peta sosial dalam komunitas perlu dikaji untuk melihat aktivitas masyarakat terutama PKRT dan dapat menjadi salah satu faktor pengembangan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang di rancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB X RELASI GENDER DALAM P2KP

BAB X RELASI GENDER DALAM P2KP BAB X RELASI GENDER DALAM P2KP 10.1. Hubungan Antara Karakteristik Stimulan P2KP dengan Tingkat Akses dan Kontrol RMKL dan RMKP terhadap P2KP Tingkat bantuan dana fisik yang terdiri dari tiga kegiatan

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1 Kesimpulan Krisis ekonomi tahun 1998 memberikan dampak yang positif bagi kegiatan usaha rajutan di Binongjati. Pangsa pasar rajutan yang berorientasi ekspor menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM Strategi dan perencanaan program disusun berdasarkan permasalahanpermasalahan yang muncul pada dan potensi yang dimiliki oleh. Program disusun oleh berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang Mengingat : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu bagi peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena ditunjang oleh sistem pemerintahan yang desentralisasi.

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian nasional yang dibangun dan bertumpu pada perindustrian manufaktur, yang sebagian besar menggunakan bahan baku impor ketika terjadi krisis nilai tukar mata uang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL DENGAN PENYEDIAAN DANA BERGULIR PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus masih menjadi titik lemah dalam rangka

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelembagaan Pertanian (Djogo et al, 2003) kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DAN STRATEGI PENINGKATAN POTENSI EKONOMI PEREMPUAN

RANCANGAN PROGRAM DAN STRATEGI PENINGKATAN POTENSI EKONOMI PEREMPUAN 79 RANCANGAN PROGRAM DAN STRATEGI PENINGKATAN POTENSI EKONOMI PEREMPUAN Dari hasil kajian terhadap kasus-kasus keluarga PHK, didapat gambaran tipe yang berbeda-beda. Permasalahan dari keluarga PHK yang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil analisis tentang Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil analisis tentang Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil analisis tentang Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup Pengolahan Makanan Tradisional Dalam Meningkatkan Kemampuan Berwirausaha (Studi Pada Kelompok Usaha

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM Latar Belakang Dalam rangka memberikan akses terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat miskin dan sektor informal, pengembangan keswadayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT 57 BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Implementasi SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) di Desa Tungu Kecamatan Godong

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3 A TAHUN 2005 Lampiran : TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH DAN KELOMPOK USAHA PRODUKTIF

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM

Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM 4.1 Latar Belakang Pada P2KP II, dana BLM (Bantuan Langsung ke Masyarakat) ditempatkan sebagai dana stimulan atau pelengkap dari prakarsa dan keswadayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Deskripsi Program Program Pengembangan Kecamatan adalah Program Nasional yang bertujuan memberantas kemiskinan dan memperbaiki tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tidak terlepas dari perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter merambah ke krisis ekonomi. Dari krisis ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter merambah ke krisis ekonomi. Dari krisis ini berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1997 adalah awal dari krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia telah menumbuhkan berbagai krisis yang bermula dari krisis moneter merambah ke

Lebih terperinci

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN Irawati, Nurdeana C, dan Heni Purwaningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Email : irawibiwin@gmail.com

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu produksi dan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan

Lebih terperinci

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011 Disusun oleh: BIDANG PERENCANAAN PUSBANG KULIAH KERJA NYATA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci