ANALISIS LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA"

Transkripsi

1 ANALISIS LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh DAVID PANGGABEAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 ANALISIS LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh DAVID PANGGABEAN Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II (Ir. Elisabeth Ginting, MSi) (Aulia Ishak, ST. MT) PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat TYME, atas segala berkah dan rahmat-nya sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Magang di PTPN III Gunung Para dan dapat menyelesaikan laporan ini. Dalam kesempatan ini penulis akan memaparkan laporan pengamatan dan pengalaman selama melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para. Adapun judul Tugas Sarjana yang dikerjakan adalah Analisis Logistik dengan Menggunakan Konsep Supply Chain Management di PTT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan spiritual dan material. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada : 1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Manajemen Pabrik, Program Diploma IV, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Ir. Elisahbeth Ginting, MSi selaku Dosen Pembimbing atas waktu dan kesediaannya menuntun saya dalam penyelesaian laporan ini. 3. Bapak Pimpinan Perusahaan PTPN III PKS Rambutan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan kerja magang di perusahaan tersebut. 4. Bapak Seno A. P, ST selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing dan memberikan arahan serta masukan selama proses pelaksanaan kerja magang.

4 5. Seluruh staf dan karyawan pada PTPN III Gunung Para yang bersedia memberikan masukan-masukan mengenai pabrik. 6. Teman-teman seperjuangan, Rusdi, Yoa, Mazmur, David, yang banyak memberikan saran dan bantuan. Penulis berupaya menyempurnakan laporan ini, namun penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, mungkin terdapat kekurangan-kekurangan akibat kesalahan penulis, untuk itulah penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS MEDAN

5 DAFTAR ISI BAB HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN..... ii KATA PENGANTAR iii UCAPAN TERIMA KASIH. iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR..... xiv DAFTAR LAMPIRAN. xv RINGKASAN... xvi I PENDAHULUAN. I Latar Belakang Permasalahan... I Perumusan Masalah... I Tujuan dan manfaat Penelitian... I Batasan Masalah dan Asumsi... I Sistematika Penulisan Tugas Sarjana... I-5 II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... II Sejarah Perusahaan... II Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-2

6 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB HALAMAN 2.3. Lokasi Perusahaan... II Daerah Pemasaran... II Dampak terhadap sosial dan ekonomi dan lingkungan... II Proses Produksi... II Strandar Mutu Bahan Produk... II Spesifikasi Produk Jadi... II Bahan yang digunakan... II Uraian Proses... II Mesin dan Peralatan... II Utilitas... II Safety and Fire Protection... II Waste Treatment... II Struktur Organisasi Perusahaan... II Uraian Tugas dan Tanggung Jawab... II Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja... II Jumlah Tenaga Kerja... II Jam Kerja... II Sistem pengupahan dan Fasilitas yang digunakan... II-20 III LANDASAN TEORI... III-1

7 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB HALAMAN 3.1. Supply Chain Management (SCM)... III Pengertian Supply Chain Management (SCM)... III Latar Belakang Munculnya Konsep Supply Chain Management (SCM)... III Fungsi Supply Chain Management (SCM)..... III Konsep Supply Chain Management (SCM)... III Prinsip-prinsip Supply Chain Management (SCM)..... III Tujuan dan Kegunaan Supply Chain Management (SCM) III Model Supply Chain Management (SCM)... III Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Management... III Strategi Supply Chain Management (SCM)... III Mengusahakan Optimalisasi Supply Chain Management... III Manajemen Persediaan... III Pengertian Persediaan III Mengelola Persediaan pada Supply Chain Management (SCM)... III Peramalan... III Perhitungan Nilai Q* III Reorder Point III Safety Stock... III-50

8 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB HALAMAN IV METODOLOGI PENELITIAN... IV Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... IV Rancangan Penelitian... IV Objek Penelitian... IV Variabel Penelitian... IV Instrumen Penelitian IV Pelaksanaan Penelitian. IV Pengolahan Data... IV Peramalan IV Melakukan Perhitungan Statistik IV Mencari Economic Order Quantitiy (EOQ)... IV Menghitung Safety Stock... IV Menghitung Reorder Point IV Menghitung Total Cost... IV Analisis Pemecahan Masalah... IV Kesimpulan dan Saran IV-7 V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V Pengumpulan Data V-1

9 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB HALAMAN Jaringan Distribusi PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para V Data Penjualan Sheet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.... V Data Biaya Pemesanan V Data Biaya Penyimpanan Persediaan V Data Lead Time V Pengolahan Data V Peramalan Jumlah Permintaan Produk Sheet V Perhitungan Parameter Permintaan Sheet PT. IKN... V Perhitungan EOQ... V Perhitungan Safety Stock V Perhitungan Reorder Point (ROP) V Perhitungan Total Cost (TC) V Perhitungan Total Cost (TC) dengan Koordinasi antar Supply Chain V Perhitungan Total Cost (TC) untuk PT. IKN Tahun V Perhitungan Total Cost (TC) dengan Koordinasi antar Supply Chai...V29

10 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB HALAMAN VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH..... VI Analisa Permintaan Peramalan.... VI Analisa Perhitungan EOQ.... VI Analisa Perhitungan Safety Stock... VI Analisa Perhitungan Reorder Point... VI Analisa Perhitungan Total Cost (TC)... VI Analisa Perhitungan Total Cost Tahun VI-5 VII KESIMPULAN DAN SARAN.... VII Kesimpulan. VII Saran.... VII-2 DAFTAR PUSTAKA.... xvii LAMPIRAN

11 DAFTAR TABEL TABEL HALAMAN 2.1. Skema Persyaratan mutu SIR 1988 (Standar Indonesia Rubber)... II Rinician Tenaga Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III II Data Permintaan Sheet PT. IKN..... V Data Permintaan Sheet PT. Risupren..... V Biaya Pemesanan Sheet untuk masing-masing Retailer ke Distributor V Biaya Pemesanan dari Distributor ke bagian Produksi... V Harga Pabrik dan Harga Penjualan pada Retailer..... V Lead Time Distribusi..... V Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Linear V Perhitungan Parameter Fungsi Eksponensial V Perhitungan SEE Fungsi Peramalan Linear V Perhitungan SEE Fungsi Peramalan Eksponensial V Perbandingan Nilai SEE Peramalan Jumlah Permintaan. V Perhitungan Moving Range V Hasil Peramalan Permintaan Produk Sheet Untuk PT. IKN. V Parameter Permintaan Sheet PT. IKN V Perhitungan EOQ pada Setiap Retailer V Perhitungan EOQ dengan Koordinasi antara Supply Chain.... V-22

12 DAFTAR TABEL (Lanjutan) TABEL HALAMAN Perhitungan Safety Stock Sheet pada Retailer dan PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para V Perhitungan Reorder Point Sheet pada Retailer..... V Total Cost masing-masing Retailer dan PTPN III..... V Total Cost dengan Koordinasi antar Supply Chain..... V Perhitungan EOQ pada Setiap Retailer dengan menggunakan Peramalan V Perhitungan EOQ dengan Koordinasi antara Supply Chain dengan Menggunakan Peramalan...V Total Cost masing-masing Retailer dan PTPN III... V Kesalahan Peramalan Permintaan VI Perbandingan Nilai EOQ dilihat dari dua Situasi..... VI Safety Stock Sheet pada Retailer dan PTPN III..... VI Reorder Point Produk Sheet pada masing-masing Retailer.... VI Perbandingan Total Cost Sistem antar Dua Situasi... VI Perbandingan Total Cost Sistem antar Dua Situasi dari Hasil Peramalan...VI Perbandingan Total Cost Sistem ntar Dua Situasi...VII-1

13 DAFTAR GAMBAR GAMBAR HALAMAN 2.1. Block Diagram Pembuatan Ribbed Smoked Sheet (RSS) Pabrik Gunung Para II Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III... II Struktur Supply Chain yang Disederhanakan... III Model Supply Chain Management (SCM).... III Pola Trend...III Pola Siklis...III Diagram Pencar...III Flow Diagram Metodologi Penelitian... IV Jaringan Distribusi PT. Perkebunana Nusantara III pada Kawasan Medan.... V Scatter Diagram Data Permintaan PT. IKN V Peta Moving Range Chart Jumlah Permintaan...V-19

14 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Daftar Mesin dan Peralatan Produksi PT. Perkebunan HALAMAN Nusantara III Gunung Para L-1 2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para..... L-2 3. Pengolahan Data pada PT. Risupren L-3 4. Surat Permohonan Tugas Sarjana.... L-4 5. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana untuk Perusahaan... L-5 6. Surat Balasan dari Perusahaan... L-6 7. Surat Keputusan Tugas Sarjana.... L-7 8. Lembar Asistensi... L-8

15 RINGKASAN PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah suatu perusahaan industri yang bergerak di bidang pengolahan getah latex menjadi sheet (RSS). Salah satu permasalahan yang ada pada perusahaan ini yaitu permasalahan yang terkait dengan persediaan produknya. Kelebihan persediaan dapat menyebabkan biaya penyimpanan dan modal yang tertanam dalam bentuk persediaan tersebut bertambah besar. Sedangkan kekurangan persediaan menyebabkan perusahaan mengalami kehabisan barang. Hal ini disebabkan karena kegiatan logistik Supply Chain yang tradisional sehingga belum terkoordinasi dengan tepat. Persediaan merupakan segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Jumlah uang yang tertanam dalam bentuk persediaan biasanya sangat besar sehingga persediaan adalah salah satu aset terpenting yang dimiliki Supply Chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaannya melebihi 25 % dari nilai keseluruhan aset yang dimiliki. Ini berarti bahwa biaya modal yang tertahan dalam bentuk persediaan di suatu perusahaan/supply Chain sangat signifikan. Supply Chain Management (SCM) adalah modifikasi praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial (pola-pola yang mementingkan pihak-pihak secara individual dan bukan mengacu kepada kinerja kepada keseluruhan) kearah koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut. Teknik perencanaan persediaan sebagai pendukung Supply Chain Management merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan bagi tiap Supply Chain, berapa jumlah safety stock yang diperlukan. Dari hasil penelitian didapatkan ukuran pemesanan sheet yang optimal (EOQ) dengan koordinasi antar Supply Chain pada PT. IKN sebesar kg dan pada PT. Risupren sebesar kg. Sedangkan safety stock sheet PT. IKN sebesar kg dan PT. Risupren sebesar kg. Setelah didapatkan ukuran pemesanan yang optimal dan jumlah safety stock, dapat diketahui adanya total penghematan biaya pada perusahaan dan retailer, yaitu total penghematan biaya antara perusahaan dengan PT. IKN sebesar Rp dan total penghematan biaya antara perusahaan dengan PT. Risupren sebesar Rp ,- Dengan adanya koordinasi sistem antar Supply Chain secara total, akan memperoleh penghematan biaya-biaya persediaan.

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari. Persaingan yang sangat ketat terletak pada bagaimana sebuah perusahaan dapat mengimplementasikan proses penciptaan produk atau jasanya secara lebih murah, lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan pesaing bisnisnya. Usaha untuk menciptakan rangkaian proses tersebut bukanlah merupakan target semasa saja, melainkan sifatnya dinamis, dalam arti harus selalu diupayakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Sejauh perusahaan masih bisa terus berusaha memperbaiki kinerjanya, sejauh itu pulalah perusahaan dapat tetap bertahan dalam ketatnya kompetisi global. Semua perusahaan yang bergerak dibidang industri jasa maupun manufaktur pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan laba yang maksimal dan menekan pengeluaran agar perusahaan tetap komptetitif. Salah satu faktor yang memerlukan banyak biaya dalam memasarkan produk yaitu adanya manajemen logistik yang terdiri dari perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, penyimpanan, distribusi/transportasi ke distributor, wholesaler dan retailer. Karena ketatnya persaingan dan berubahnya lingkungan bisnis akhir-akhir ini menuntut adanya model baru dalam pengelolaan aliran produk/informasi

17 terutama pada pemasaran produk, yang merupakan modifikasi dari metode sebelumnya (manajemen logistik), yaitu Supply Chain Management (SCM). PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yaitu pengolahan karet menjadi sheet. Dalam kegiatan produksinya PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para tidak terlepas dari kegiatan logistik. Adapun kegiatan logistik mencakup seluruh kegiatan aliran bahan dan juga informasi perusahaan. Salah satu permasalahan yang ada di perusahaan ini yaitu permasalahan yang terkait dengan persediaan produknya. Persediaan muncul karena adanya ketidakpastian suatu informasi, seperti ketidakpastian permintaan dan jadwal pengiriman. Pengelolaan persediaan secara tradisional menyebabkan kurangnya koordinasi dan kolaborasi dalam mengelola aliran informasi dan produk yang tepat pada perusahaan, distributor dan retailer sehingga mengakibatkan jumlah persediaan yang kurang efisien. Kelebihan persediaan dapat menyebabkan biaya penyimpanan dan modal yang tertanam dalam bentuk persediaan tersebut bertambah besar. Sedangkan kekurangan persediaan menyebabkan perusahaan mengalami kehabisan barang (stock out) Melihat konsekuensi yang dilematis dari persediaan, maka PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para harus merencanakan dan mengendalikan persediaannya pada tingkat optimal. Dalam mendukung kegiatan pengendalian persediaan ini, dibutuhkan suatu konsep manajemen yang dapat mengatur aliran barang dan informasi yang tepat dan akurat dari rantai suplai yaitu konsep Supply Chain Management (SCM). Sasaran yang ingin dicapai dalam konsep Supply

18 Chain Management (SCM) adalah mengupayakan peningkatan keuntungan dengan memperhatikan integrasi antara produsen dan retailer Perumusan Masalah Dalam sistem logistik suatu perusahaan memiliki tujuan menyediakan barang yang tepat, pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat pula. Persediaan merupakan salah satu aset penting dalam masalah logistik perusahaan karena memiliki nilai yang cukup besar dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap biaya produksi. Perumusan masalah dalam hal persediaan produk pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para dikaitkan dengan Supply Chain Management (SCM) adalah : 1. Sebagai pertimbangan untuk menentukan ukuran pemesanan ekonomis yang didasari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan antar Supply Chain. 2. Sebagai pertimbangan untuk menentukan rencana kebutuhan persediaan pengaman produk sheet agar pihak perusahaan mampu mengantisipasi permintaan secara tepat jumlah dan tepat waktu. 3. Manfaat dari koordinasi antar supply chain terhadap total cost perusahaan dan retailer. 1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan umum yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah : Untuk mengetahui perbandingan jumlah ukuran pemesanan ekonomis antara sebelum dengan sesudah koordinasi antar supply chain.

19 Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah : Untuk mengetahui seberapa besar jumlah safety stock yang disediakan pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para terhadap retailer dan mendapatkan perbandingan total cost sistem antara sebelum dengan sesudah koordinasi antar supply chain. Manfaat penelitian ini antara lain adalah : 1. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan jumlah persediaan produk pada masa sekarang ini dengan menggunakan konsep Supply Chain Management (SCM), sehingga proses produksi dapat berjalan lancar dan memenuhi laju permintaan konsumen. 2. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menjalani perkuliahan di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Batasan Masalah dan Asumsi Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Konsep Supply Chain Management (SCM) merupakan manajemen sistem yang menyeluruh dari sektor hulu ke sektor hilir. Namun, dalam penelitian ini hanya menitikberatkan pada sektor hilir yakni hubungan antara perusahaan dengan retailer. 2. Sistem logistik yang diteliti hanya pada masalah persediaan produk.

20 3. Produk yang diteliti dibatasi hanya satu jenis saja, yaitu RSS I (Rubbed Smoked Sheet I) 4. Dengan menggunakan konsep Supply Chain Management (SCM) dilakukan perhitungan jumlah peramalan hingga total biaya yang dikeluarkan oleh retailer. Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Permasalahan logistik selain menyangkut persediaan diasumsikan tidak mempunyai kendala. 2. Proses logistik dan distribusi dianggap cukup baik dan beroperasi secara normal. 3. Lead Time tetap dengan permintaan produk stabil. 4. Tingkat pelayanan pada setiap retailer telah ditetapkan manajemen sebesar 95% Sistematika Penulisan Tugas Sarjana Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang perusahaan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi yang digunakan serta sistematika penulisan tugas sarjana. BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

21 Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen. BAB III. LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan tentang tinjauan kepustakaan mengenai teori-teori dan pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan masalah. BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN Merupakan kerangka dalam pemecahan masalah, penjelasan secara garis besar bagaimana langkah pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang digunakan. BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisi data yang dikumpulkan dalam penelitian, baik data primer maupun data sekunder sebagai bahan untuk pengolahan data yang akan digunakan sebagai dasar dalam analis hasil. BAB IV. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Bab ini berisi analisis terhadap hasil pengolahan data untuk memperoleh hasil penelitian. BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.

22 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para berlokasi di kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Sejarah Perusahaan ini diawali dengan proses pengambilalihan perusahaanperusahaan perkebunan milik Belanda oleh pemerintah RI pada tanggal 10 Desember 1957 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). PT. Perkebunan Nusantara telah mengalami beberapa pergantian nama. Pada tahun 1957 sampai tahun 1960 bernama Perseroan Perkebunan Negara Baru (PPN Baru), Tahun 1961 sampai 1962 bernama PPN Kesatuan Sumut VII, Tahun bernama PPN Karet IV, Tahun bernama PT.Perkebunan IV, sampai dengan tahun 1996 di Sumatera terdapat tujuh PTP (PTP II- PTP VIII) Melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996, sejak tanggal 14 Februari 1996 sampai sekarang, PTP III, PTP IV, PTP V digabung dan diberi nama PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III.

23 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha Pabrik karet kebun Gunung Para adalah pabrik yang menghasilkan sheet. Pabrik getah latex menjadi sheet atau RSS (Ribbed Smoke Sheet) mulai beroperasi pada tahun 1960 dengan hasil produksi: 1. RSS-I 2. RSS- II 3. RSS- III 4. Cutting Bahan baku latex berasal dari kebun sendiri (kebun milik perusahaan). Hasil olahan sebagian besar diekspor dan selebihnya dipasarkan di dalam negeri (lokal) Lokasi perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para terletak di kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Sarana transportasi ke kawasan ini cukup baik dengan kondisi jalan yang lebar yang dapat dilalui oleh kendaraan besar dan kecil. Daerah ini memiliki berbagai fasilitas yang diperlukan oleh perusahaan seperti fasilitas listrik dari PLN, telekomunikasi, serta fasilitas air Daerah Pemasaran Aspek pasar dan perusahaan merupakan salah satu dari beberapa aspek yang penting (aspek teknis, ekonomis, manajemen dan organisasi, aspek sosial,

24 dan lingkungan) dalam menjalankan dan mempertahankan kelangsungan tujuan usaha perusahaan. Pasar merupakan tempat dimana produsen dan konsumen melangsungkan transaksi atau suatu produk barang atau jasa. Pemasaran adalah suatu aktivitas atau usaha yang digunakan untuk menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen. Sementara manajemen pemasaran melakukan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap program program yang telah dirancang oleh perusahaan untuk menangani penjualan produk jadi ke konsumen semaksimal mungkin sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perusahaan yang lebih memperhatikan kepentingan dan kebutuhan konsumen, dalam jangka panjang lebih berhasil dan akan tetap eksis dibandingkan dengan perusahan yang mengabaikannya. Perusahaan yang menggunakan pola pikir demikian akan selalu menempatkan konsumen dan kebutuhannya sebagai titik pusat bidang usahanya, sehingga produk yang dihasilkan juga lebih bermutu dimata konsumen. PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para menghasilkan jenis produk untuk tujuan utama ekspor, tetapi produk yang dihasilkan perusahaan dipasarkan juga di dalam negeri, terutama di daerah Sumatera Utara. Menurut kebijaksanaan hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para dipasarkan melalui pelabuhan Belawan yang akan diekspor keluar negeri seperti ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Korea Selatan, Italia, sebagian produk dipasarkan di dalam negeri khususnya di daerah Sumatera Utara.

25 Perusahaan memilih pasar di luar negeri karena pasar luar negeri lebih luas dan terbuka lebar. Kebutuhan luar negeri terhadap sheet cukup besar dibandingkan dengan kebutuhan dalam negeri. Sheet dapat diolah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (value added) seperti ban, alat-alat rumah tangga, alat pertanian dan lain-lain Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan yaitu dengan adanya PT. Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para maka masyarakat yang ada didekat perusahaan, sosial ekonominya akan meningkat dimana mereka dapat bekerja dengan gaji yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan adanya pekerjaan yang menetap maka sosial ekonomi masyarakat yang ada di dekat lingkungan dapat terjamin. Dampak terhadap lingkungan yaitu perusahaan menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat dan cair dan limbah yang dihasilkan tidak membahayakan terhadap lingkungan sekitar. Fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan adalah perumahan, jaminan kesehatan, pembayaran sekolah anak Proses Produksi Standard Mutu Bahan Produk Spesifikasi produk jadi pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah sesuai dengan jenis mutunya yang disebut sebagai produk utama yaitu SIR

26 10. Untuk mendapatkan produk utama dibuat skema mutu SIR (Standar Indonesia Rubber). Adapun spesifikasi teknis karet alam PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut : 1. Dirt Content (Kadar kotoran) Adanya kadar kotoran yang tidak larut dalam karet bila berlebihan menyebabkan penurunan sifat dinamik dari barang jadi yang terbuat dari karet mengenai ketahanan rentak lenturnya. 2. Ash Content (Kadar Abu) Penentuan kadar abu dimaksud untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak mengandung abu dari karet alam yang berisi bermacam macam oksida, karbonat, fosfat dari kalium, magnesium, kalsium, natrium, silica, atau bahan-bahan lain yang bukan berasal dari karet alam yang merugikan sifat vulkanis karet dan menurunkan sifat usangnya. 3. Vol Matter (Kadar Zat Menguap) Kadar zat menguap adalah kadar air yang terdapat dari karet untuk memastikan bahwa karet tersebut benar benar sudah kering dan bila karet mentah sudah kering sedikit Kemungkinan timbulnya jamur. 4. Plastisity Retention Index (PRI) Adalah ukuran sifat keliatan karet yang sudah mengalami pemanasan dibandingkan sebelum pemanasan yang ditentukan dengan Plastimeter Walance. Dengan diketahuinya nilai PRI, dapat diketahui mudah tidaknya karet tersebut menjadi lengket bila disimpan lama.

27 5. Nitrogen karet Nitrogen yang berada dalam karet adalah sebagai protein, yang dapat menunjukan jumlah kadar protein karet Spesifikasi Produk Jadi Standar Indonesia Rubber (SIR) dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini: Tabel 2.1. Skema persyaratan mutu SIR 1988 (Standard Indonesia Rubber) No Jenis Uji Kerakteristik Satuan SIR 10 1 Kadar Kotoran (%) - Max Kadar Abu (%) - Max Kadar Zat Menguap (%) - Max PRI - Min 60 5 Po - Min 30 Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para Adapun spesifikasi produk jadi PT. Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut : 1. RSS- I CV (Constan Viscositas) Dimana RSS-I adalah harus bebas dari segala kotoran dan gelembunggelembung, karet cukup kering, bebas jamur, dan elastisitas cukup baik tidak melekat.

28 2. RSS- II RSS-II adalah harus bebas dari segala kotoran, gelembung-gelembung yang sangat halus serta terpencar-pencar masih dibenarkan, sedangkan syarat lain sama dengan mutu RSS-I. 3. RSS- III RSS-III adalah dibenarkan sedikit kotoran serta gelembung-gelembung yaitu gelembung-gelembung halus merata dan gelembung besar yang menumpuk terpencar-pencar, bekas-bekas jamur yang telah dibersihkan, serta lembaran yang koyak dapat dibenarkan. 4. Cutting Cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran sheet sewaktu pensortiran, ukuran cutting maksimal 15 cm persegi Bahan yang digunakan Bahan baku Bahan baku memiliki komposisi terbesar dari semua bahan yang digunakan. Bahan ini merupakan bahan utama dalam proses produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku pada produk sheet yang digunakan adalah latex murni Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah suatu bahan pelengkap yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang

29 digunakan adalah asam formit/semut dengan konsentrasi 3%-5%, cuka 7.5 kg/ton dan amoniak 6.5 kg/ton Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai penolong dalam proses pengolahan pada kegiatan produksi. Bahan penolong yang digunakan pada proses pengolahan sheet adalah air, digunakan untuk pencucian dan melembutkan bahan baku Uraian Proses Uraian proses produksi sheet PT. Perkebunan Nusantara III adalah sebagai berikut : 1. Bak Penerimaan Lateks yang datang dari kebun sebelum dimasukkan dalam main bak terlebih dahulu dilakukan pengukuran volume lateks dalam tangki dengan memakai talang ukuran tangki dan kemudian penuangan lateks ke main bak harus disaring menggunakan saringan 20 mesh dan ditampung dalam main bak penampungan yang juga berfungsi untuk tempat pengenceran lateks. Penerimaan lateks di pabrik harus ditentukan kadar karet keringnya Dry Rubber Counteen (Drc) dengan menggunakan alat metrolac. 1. Cara menentukan Drc dengan metrolac Setiap tangki lateks dari afdeling diambil contoh lateks sebanyak 500 cc, kemudian ditambahkan air sebanyak 1000 cc (perbandingan 1 : 2), aduk perlahanlahan sampai campuran lateks dengan air merata, lalu dimasukkan kedalam tabung. Busa lateks yang ada di atas permukaan dihilangkan untuk

30 menghindarkan kesalahan baca pada skala metrolac. Kemudian masukkan metrolac ke dalam tabung yang berisi contoh lateks, penunjukan skala metrolac pada batas permukaan contoh lateks tersebut dikali tiga kali, maka itulah kadar karet keringnya (Drc). Misalnya metrolac menunjukkan skala ke 7 % maka kadar karet keringnya = 7 x 3 = Pengenceran Lateks Pengenceran lateks dilakukan sampai kadar karet bakunya 15 %. Tujuan pengenceran adalah sebagai berikut : a. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar. b. Untuk memudahkan penghilangan gelembung udara. c. Untuk memudahkan pencampuran asam semut. Selama pengenceran lateks di main bak harus dilakukan pengadukan dengan suatu alat yang dinamakan agitator agar pencampuran lateks dengan air merata atau homogen. 2. Pembekuan/Koagulasi Setelah lateks diencerkan sampai 15 % kemudian dialirkan melalui gutther (talang) dan dimasukkan kedalam bak pembekuan setelah terlebih dahulu melewati saringan 60 mesh. Setelah permukaan lateks mencapai ketinggian tertentu, aliran lateks dihentikan dan pindah ke bak berikutnya. Busa yang terbentuk pada permukaan lateks harus diambil dengan alat serok, atau saringan 60 mesh. Tambahan asam formit/semut 500 cc-600 cc dengan konsentrasi 3 %-5 % bak pembekuan, waktu pembekuan 6-8 jam. Selama penuangan asam semut harus

31 diikuti dengan pengadukan dari belakang sebanyak kali. Sebelum dituangkan asam semut tersebut harus diencerkan terlebih dahulu menjadi konsentrasi 3 %-5 % dengan cara menambahkan air 9 liter. Busa yang terbentuk setelah pengadukan diambil lagi dengan serok busa dari alumunium. Pemasangan sekat (sisir) di mulai dari tengah kemudian kedua bagian yang terbentuk dibagi dua lagi dan seterusnya, untuk mengurangi gelembunggelembung yang melekat pada sekat-sekat maka sekat ini harus dibasahi terlebih dahulu dengan air. 3. Penggilingan Penggilingan koagulum dilakukan dengan gilingan sheet yang konstruksinya terdiri dari 6 buah rol yang disebut six in one gilingan rol 1 sampai dengan 5 rolnya licin (tidak berbunga) sedangkan gilingan rolnya terakhir atau finisher rolnya diberi berbunga (grooving). Tujuan diberi bunga adalah agar lebih mudah dalam pengeringan dan tidak lengket bila ditumpuk, masing-masing rol gilingan dilengkapi dengan saluran air pelican, di depan gilingan terakhir dibuat bak air empat persegi, untuk pencucian terakhir lembaran sheet. Adapun tujuan penggilingan yaitu : 1. Mengeluarkan kandungan air dari koagulum 2. Menghilangkan/membuang lendir dan serum yang terdapat di permukaan lembaran 3. Menipiskan koagulum menjadi lembaran sheet setebal 2-4 mm.

32 4. Penirisan di Lori Sebelum dimasukan ke dalam kamar pengasapan terlebih dahulu lembaran sheet dikeringkan diudara bebas selama 2 jam dengan tujuan mengurangi kadar air sehingga mempercepat proses pengeringan didalam kamar asam. 5. Pengeringan dan Pengasapan (kamar Asap) Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air sehingga di dapat sheet yang kering, agar kondisi mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan fungsi asap adalah untuk memberikan warna coklat terang pada sheet dan untuk mencegah pertumbuhan spora/jamur. Cara pengeringan dan pengasapan dilakukan dengan menggantungkan sheet di atas gantar-gantar bambu/kayu, lori dengan kapasitas lebih kurang 504 lembar/lori. Sebelum lori-lori yang berisi sheet dimasukkan ke kamar pengeringan terlebih dahulu dibiarkan atau ditiriskan di luar selama 2 jam atau lebih supaya air yang terdapat di permukaan lembaran sheet jatuh ke bawah sheet untuk menghindarkan kelembaban yang tinggi di dalam kamar pengeringan, setelah pengasapan selama satu malam lori-lori tersebut di keluarkan dan dilakukan penyambretan. Lori dikeluarkan dari kamar asap I dan dimasukkan ke kamar asap II dengan suhu udara yang berbeda. Kegiatan ini di lakukan selama 4-5 hari untuk pengeringan. a. Pengaturan suhu di dalam kamar asap a. Hari I suhu Ventilasi terbuka penuh b. Hari II suhu Ventilasi setengah terbuka c. Hari III suhu Ventilasi seperempat terbuka

33 d. Hari IV suhu Ventilasi tertutup e. Hari V suhu 65 0 Ventilasi tertutup b. Spesifikasi kamar asap a. Type : subur kamar Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lori/kamar b. Type : malaka Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lori/kamar 6. Sortasi Tujuan dilakukannya sortasi adalah untuk memisahkan antara RSS I, RSS II, RSS III dan Cutting. Setelah proses pemisahan maka sheet selanjutnya dipress dengan menggunakan mesin press hidrolik, pada setiap sisi dipasang cantelan atau gelangan dari besi yang berfungsi untuk menahan lembaran sheet yang dipress setelah terpenuhi dengan ukuran : 1. Panjang : 55 cm 57 cm 2. Lebar : 50 cm 56 cm 3. Tinggi : 40 cm - 47 cm 7. Pengepakan (Packing) Pembungkusan dilakukan dengan menusuk-nusuk lembaran pembungkus dengan alat tusuk dari baja yang runcing, sehingga pembungkusan benar-benar melekat. Setelah selesai pembungkusan, ball tersebut di kapur.

34 8. Gudang Produksi Setelah proses pembungkusan, sheet disimpan di gudang produksi sebelum dipasarkan. Block Diagram untuk pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet) Gunung Para dapat dilihat pada Gambar Mesin dan peralatan Mesin dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi sheet dapat dilihat pada Lampiran Utilitas Sarana penunjang untuk menjalankan kegiatan produksi dari awal hingga produk ahkir sangat penting. Utilitas merupakan unit penunjang bagi unit-unit lain dalam suatu pabrik. 1. Air Dalam kelangsungan proses produksi air memegang peranan penting, Untuk digunakan dalam proses pencampuran dan pencucian. Air juga dibutuhkan dalam keperluan lainnya seperti keperluan kamar mandi, pencucian alat-alat dan keperluan lainnya. 2. Listrik Sumber listrik yang digunakan berasal dari PLN, listrik digunakan untuk bagian produksi, kantor, dan bagian lainnya. Pabrik juga menyediakan genset bilamana terjadi pemadaman listrik dari PLN.

35 Safety and fire protection Kenyamanan dan keselamatan kerja merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pabrik dalam proses produksi baik untuk karyawan maupun pabrik itu sendiri. Dengan usaha untuk pencegahan terjadinya gangguan keselamatan dan kesehatan kerja maka produktivitas kerja dapat ditingkatkan serta target produksi dapat tercapai. Bila terjadi kebakaran atau bencana alam petugas kamar mesin dan petugas keamanan atau hansip segera membuyikan lonceng sesegera mungkin. Tanda yang diberlakukan pada pabrik ini adalah: 1. Tanda Bahaya a. Pemukulan lonceng dipukul satu kali dengan nada cepat minimum 2 menit. b. Sirine, dibunyikan dengan nada bergelombang selama diperlukan minimum 1 menit. 1. Tanda berkumpul a. Pemukulan lonceng, dipukul dua kali dengan nada biasa minimum 2 menit. b. Sirine dibunyikan dengan nada terputus selama diperlukan minimum 1 menit 2. Tanda aman a. Pemukulan lonceng; dipukul tiga kali dengan nada biasa minimum 2 menit. b. Sirine dibunyikan dengan nada panjang selama 3 menit.

36 Tujuan dari mengenal semua tanda yang telah ditentukan adalah untuk menjamin pengamanan atau penanggulangan keadaan darurat dengan lancar, terkoordinir dan terlaksana dengan baik dan setiap regu tanggap darurat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya Waste treatment Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat berupa sisa-sisa proses dari pengolahan sheet berupa lateks yang menggumpal dan limbah cair berupa air pencucian dan pencampuran. Limbah dialirkan menuju kolam-kolam pengolahan limbah di dalam saluran yang berbentuk parit. Parit tersebut di beri saringan untuk menangkap potongan kecil sisa olahan karet Struktur organisasi perusahaan Sistem organisasi dan manajemen yang baik sangat diperlukan pada satu perusahaan, terutama perusahaan industri yang berskala besar. Penyusunan sistem organisasi dan manajemen harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan yang bersangkutan, sebab sistem yang baik bagi suatu perusahaan belum tentu baik bagi perusahaan lain. Adanya sistem yang terencana dengan baik, akan menjamin lancarnya informasi dan komunikasi di dalam organisasi sehingga dapat diperoleh kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tepat pada keadaan yang dibutuhkan. Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan hubungan kerja antara dua orang atau lebih pada tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugastugas serta tanggungjawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu

37 organisasi. Struktur organisasi yang baik adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas, yang memperlancar suatu proses untuk menuju suatu keberhasilan yang maksimum dengan modal yang sekecil-kecilnya dan menggunakan sarana yang tersedia semaksimal mungkin. Pendistribusian tugastugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain pada pokoknya dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan dapat dengan jelas mengetahui apa yang menjadi tugasnya, darimana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa dia harus bertanggung jawab. Sehingga akan tercipta suasana kerja yang baik dan terhindar dari tumpang tindih pada perintah dan tanggung jawab. Organisasi adalah suatu kerangka hubungan kerja antara individu-individu yang bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan bersama serta untuk dilaksanakan dalam suatu kesatuan yang utuh. Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi (organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemendepartemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan kerja baik secara horizontal maupun vertikal. Perusahaan mempunyai struktur organisasi dalam bentuk organisasi garis dan fungsional. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini.

38 Manajer Masinis Kepala Keterangan Garis Fungsional Asisten Teknik Asisten Laboratorium Asisten Pengolahan Asisten Tata Usaha Asisten Sipil/ dan Alat Berat Asisten Personalia Kebun Lini Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Gambar 2.2. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Struktur organisasi yang digunakan pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah struktur organisasi fungsional dan lini. Struktur organisasi fungsional adalah struktur organisasi berdasarkan pembagian tugas yang dilakukan menurut fungsinya masing-masing. Bentuk ini ditunjukkan dengan adanya spesialisasi tugas pada setiap unit organisasi sehingga pelimpahan wewenang dari pimpinan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan fungsinya. Dan dikatakan struktur organisasi lini karena kekuasaan mengalir secara langsung dari menejer ke kepala bagian, kemudian ke para karyawan di bawahnya dan kepala bagian menjalankan semua pengawasan dalam jajarannya. Pada perusahaan ini terdiri dari sejumlah afdeling dan setiap karyawan bertanggung jawab pada setiap afdeling Uraian tugas dan tanggung jawab Adapun uraian tugas dan tanggung jawab karyawan PT. Nusantara III Gunung Para dapat dilihat pada Lampiran 2.

39 2.10. Jumlah tenaga kerja dan jam kerja Jumlah tenaga kerja Tenaga kerja yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah ini : Tabel 2.2. Rincian tenaga kerja di PT. Nusantara III Gunung Para KARYAWAN Uraian Pria (Orang) Wanita (Orang) Jumlah (Orang) Pensiunan Total Manajer Karyawan Pimpinan Karyawan Pelaksana Jumlah Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para Jam kerja Jam kerja di PT. Nusantara III Gunung Para terdiri dari dua bagian yaitu jam kerja karyawan kantor dan jam kerja karyawan produksi. Adapun pembagian jam kerja tersebut adalah sebagai berikut: a. Waktu kerja karyawan kantor Senin-Jumat Sabtu b. Waktu kerja karyawan produksi Untuk karyawan produksi terbagi atas 3 shift (Senin-Minggu) Waktu kerja tersebut adalah sebagai berikut:

40 Shift I Shift II Shift III : WIB : WIB : WIB Sistem pengupahan dan fasilitas yang digunakan Karyawan diberikan gaji pokok sesuai dengan golongan. Disamping gaji pokok kepada karyawan diberikan tunjangan tetap. Besarnya gaji untuk golongan terendah disesuaikan sejalan dengan penetapan upah minimum yang berlaku. Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Karyawan musiman dibayar setiap akhir minggu, besar upah yang diterima adalah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional). 2. Untuk karyawan tetap ada dua sistem penggajian yaitu : a. Karyawan harian, gaji dibayarkan sebesar 30 hari kerja dipotong hari kerja yang absen. b. Karyawan bulanan, gaji dibayarkan setiap bulan tanpa potongan hari kerja absen. Untuk pelayanan kesehatan perusahaan memiliki unit P3K. Apabila penyakit yang diderita tidak dapat ditanggulangi oleh P3K maka karyawan dapat berobat ke rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan. Selain upah yang diberikan perusahaan juga memperhatikan keselamatan karyawan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Seluruh pekerja memperoleh jaminan atas keselamatannya selama melaksanakan pekerjaan.

41 PENERIMAAN LATEX BAK PENERIMAAN BAK KOAGULASI PENGGILINGAN SHEET PENIRISAN DI LORI KAMAR ASAP SORTASI PACKING GUDANG PENYIMPANAN Gambar 3.1. Block Diagram Pembuatan Ribbed Smoked Sheet Pabrik Gunung Para

42 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Supply Chain Management (SCM) Pengertian Supply Chain Management (SCM) Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. 1 Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau retailer, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke retailer, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. 1 Pujawan, I Nyoman, SUPPLY CHAIN MANAGEMENT, Guna Widya, Surabaya, 2005, p.4.

43 Pada gambar 3.1. memberikan ilustrasi sebuah Supply Chain yang sederhana. Sebuah Supply Chain akan memiliki komponen-komponen yang biasanya disebut chaneel. Misalnya ada supplier, manufaktur, distribution centre, wholesaler dan retailer. Semua channel tersebut bekerja untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Hulu/upstream Hilir/ downstream Supplier Manufaktur Distribution Centre Wholesaler Retailer End Customer Aliran Produk Aliran Biaya Aliran Informasi Gambar 3.1. Struktur Supply Chain yang Disederhanakan Supply Chain Management (SCM) pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun 1982(cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Kalau Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, Supply Chain Management (SCM) adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Namun perlu ditekankan bahwa Supply Chain Management (SCM) menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi. Ada beberapa definisi tentang Supply Chain Management (SCM).

44 Menurut The Council of Logistics Management memberikan definisi berikut : Supply Chain Management is the systematic, strategic coordination of the traditional business functions within a particular company and across business within the supply chain for the purpose of improving the long-term performance of the indiviual company and the supply chainas a whole. Menurut Fortune Megazine (artikel Henkoff, 1994) menerangkan bahwa Supply Chain Management (SCM) adalah proses dimana perusahaan memindahkan material, komponen dan produk ke pelanggan. Menurut Martin (1998), Supply Chain Management (SCM) adalah jaringan organisasi yang melibatkan hubungan up stream dan down stream dalam proses dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa pada pelanggan. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), Supply Chain Management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Sedangkan Menurut Simchi Levi et al. (1999) bahwa Supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier, pengusaha, gudang (warehouse) dan tempat

45 penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi yang tepat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Jadi, Supply Chain Management (SCM) adalah modifikasi praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial (pola-pola yang mementingkan pihak-pihak secara individual dan bukan mengacu kepada kinerja kepada keseluruhan) ke arah koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat. Koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan sangat diperlukan pada Supply Chain karena perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu Supply Chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama, mereka harus bekerjasama untuk membuat produk yang murah, mengirimkannya tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan kerja sama antara elemen-elemen pada Supply Chain tujuan tersebut akan bisa dicapai Latar Belakang Munculnya Konsep Supply Chain Management (SCM) Munculnya Supply Chain Management (SCM) dilatarbelakangi oleh praktek tradisional dalam bisnis serta perubahan lingkungan bisnis Praktek Tradisional Produk atau jasa yang kita gunakan adalah hasil dari serangkaian proses panjang yang melewati beberapa tahapan fisik maupun non fisik. Sebuah produk 2 Zabidi, Yasrin, USAHAWAN no. 02 th xxx FEBRUARI 2001, SUPPLY CHAIN MANAGEMENT : Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan, p.1.

46 akan sampai ke tangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui bebrapa proses dari pencarian bahan baku, proses produksi, dan proses distribusi atau transportasi. Proses-proses ini melibatkan berbagai pihak yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Penyedia bahan baku (pemasok) mensuplai kebutuhan produksi para perusahaan manufaktur yang akan mengolah bahan baku tersebut menjadi produk jadi. Produk jadi disampaikan ke pemakai akhir lewat pusat-pusat distribusi, retailer, pedagang kecil dan sebagainya. Rangkaian pihakpihak yang menangani aliran produk inilah yang dinamakan dengan istilah Supply Chain. Pada kenyataannya, struktur sebuah Supply Chain mungkin jauh lebih kompleks. Sebuah pemasok mungkin sekaligus adalah industri manufaktur. Dengan kata lain, sebuah Supply Chain bisa saja melibatkan sejumlah industri manufaktur dalam satu rantai hulu ke hilir. Demikian juga, Supply Chain tidak selalu merupakan rantai lurus. Sebuah industri manufaktur bisa memiliki ratusan bahan ribuan pemasok. Produkproduk yang dihasilkan oleh sebuah industri mungkin didistribusikan oleh beberapa pusat distribusi yang melayani ratusan bahkan ribuan wholesaler dan retailer, pedagang kecil dan sebagainya. Setiap channel dalam Supply Chain akan memiliki aktivitas-aktivitas yang saling mendukung. Secara keseluruhan aktivitasaktivitas tersebut meliputi perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, distribusi, penyimpanan, dukungan pelayanan kepada pelanggan, proses pembayaran dan sebagainya. Pada tingkatan yang lebih strategis ada aktivitas-aktivitas seperti pemilihan pemasok, penentuan

47 lokasi pabrik, gudang, pusat distribusi. Secara tradisional, semua aktivitasaktivitas tersebut dilakukan tanpa atau dengan sedikit koordinasi. Istilah crossfunctional team misalnya, tidak banyak diaplikasikan dalam manajemen Supply Chain tradisional. Tiap bagian berusaha membuat ukuran-ukuran tersendiri dalam menentukan kesuksesan pekerjaannya. Demikian juga hubungan antar channel dalam Supply Chain. Hubungan antara pemasok dengan perusahaan yang disuplainya juga hanya terbatas pada transaksi jual beli. Pola-pola negoisasi benar-benar mementingkan pihak-pihak secara individual, dan bukan mengacu pada kinerja keseluruhan pihak yang menjadi pembentuk sebuah Supply Chain secara holistik. Pemasok berkeinginan untuk memindahkan atau menjual produknya secepat dan sebanyak mungkin dengan harga yang tinggi, sementara perusahaan yang disuplainya menginginkan harga yang murah dan pengiriman yang cepat. Pola hubungan seperti ini dinamakan adversial. 2. Perubahan Lingkungan Bisnis Lingkungan bisnis senantiasa berubah dan perubahan tersebut semakin lama semakin cepat. Akselerasi perubahan ini disebabkan berkembangnya secara cepat faktor-faktor penting antara lain : 1. Konsumen yang semakin kritis, membutuhkan produk atau jasa yang semakin berkualitas dengan harga murah dan bisa diperoleh dengan mudah dan cepat. 2. Infrastruktur telekomunikasi, informasi, transportasi dan perbankan yang semakin canggih sehingga memungkinkan berkembanya model-model baru dalam manajemen aliran material/produk. Munculnya internet misalnya,

BAB II. Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografisnya PT. Perkebunan. Nusantara III ini berada pada (03º09-03º11 LU) dan (99º04-99º06 BT).

BAB II. Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografisnya PT. Perkebunan. Nusantara III ini berada pada (03º09-03º11 LU) dan (99º04-99º06 BT). BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Gunung Para adalah salah satu kebun tradisional PT. Perkebunan Nusantara III terletak di kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan ini berasal dari milik perusahaan Belanda CMO (Cultur Misde Oeoskut) yang diambil alih oleh negara pada tanggal 10 Desember 1957 (Nasionalisme)

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan ini berasal dari milik perusahaan Belanda CMO (Cultur Misde Oeoskut) yang diambil alih oleh negara pada tanggal 10 Desember 1957 (Nasionalisme)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah

Deskripsi Mata Kuliah Materi #1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Deskripsi Mata Kuliah 2 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM) merupakan mata kuliah yang akan membahas pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA PADA PROSES SORTASI RUBBER SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA PADA PROSES SORTASI RUBBER SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA USULAN PERBAIKAN METODE KERJA PADA PROSES SORTASI RUBBER SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Asahan Crumb Rubber merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha pengolahan karet, yaitu mengolah bahan baku karet yang berasal

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ahmad Raya Lubis NIM.

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ahmad Raya Lubis NIM. ANALISIS TINGKAT KAPABILITAS DAN LEVEL SIGMA DALAM PENENTUAN TINGKAT KUALITAS BIODIESEL KERJA SAMA OPERASI (KSO) PT. PAMINA ADOLINA - PT. GANESHA ENERGY 77 TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PTP. Nusantara II (Persero) Medan Sumatera Utara mempunyai beberapa unit perkebunan yang salah satunya adalah perkebun karet Batang, dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Salix Bintama Prima adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah kayu menjadi bahan bakar pelet kayu (wood pellet). Perusahaan

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PERENCANAAN DISTRIBUSI BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCES PLANNING PADA PRODUKSI SOSIS DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA FOOD DIVISION TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN SHEETER DENGAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA DI PTPN III GUNUNG PARA TEBING TINGGI.

PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN SHEETER DENGAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA DI PTPN III GUNUNG PARA TEBING TINGGI. PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN SHEETER DENGAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA DI PTPN III GUNUNG PARA TEBING TINGGI. TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRP (DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING) UNTUK EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI TUGAS SARJANA

PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRP (DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING) UNTUK EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI TUGAS SARJANA PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRP (DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING) UNTUK EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN DISTRIBUSI DENGAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING (DRP) PADA PT. SABAS INDONESIA TUGAS SARJANA

PERENCANAAN KEBUTUHAN DISTRIBUSI DENGAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING (DRP) PADA PT. SABAS INDONESIA TUGAS SARJANA PERENCANAAN KEBUTUHAN DISTRIBUSI DENGAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING (DRP) PADA PT. SABAS INDONESIA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Sumatra Industri Cat merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang produksi cat. PT Sumatra Industri Cat didirikan pada bulan Juni tahun

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM:

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM: EVALUASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY (Sudi Kasus Pada Stasiun Produksi PT.Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mutu Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aagrobisnis Perkebunan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Topaz Profile and Frame didirikan pada bulan Agustus 2011, pendiri sekaligus pemilik pabrik ini adalah Ir. Tanib Sembiring Cjolia, M.Eng. Pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha mengalami perkembangan yang sedemikian cepatnya yang menyebabkan maraknya perusahaan-perusahaan manufaktur yang saling bersaing untuk menjadi yang terbaik

Lebih terperinci

Magrobis Journal 18 ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LATEKS KARET PADA PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Magrobis Journal 18 ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LATEKS KARET PADA PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Magrobis Journal 18 ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LATEKS KARET PADA PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : Arista Damayanti 1) dan Sundari 2) ABSTRAK Karet merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING (Studi Kasus di PT. Sinar Utama Nusantara)

PERENCANAAN DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING (Studi Kasus di PT. Sinar Utama Nusantara) PERENCANAAN DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING (Studi Kasus di PT. Sinar Utama Nusantara) TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga dan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan di bidang industri (barang dan jasa) semakin ketat, sebagai akibat dari globalisasi dan ekonomi pasar bebas yang diberlakukan oleh beberapa organisasi perdagangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Megah Plastik merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Karet Batang Serangan merupakan salah satu unit PTP. Nusantara II (Persero) Medan Sumatera Utara, mempunyai pabrik pengolahan Lateks Cair yang

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh KRISMES SIMANJUNTAK

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh KRISMES SIMANJUNTAK ANALISA PENGARUH FAKTOR SHIFT KERJA DAN TEMPERATUR TERHADAP JUMLAH KESALAHAN YANG TERJADI PADA PENGANGKATAN LORI DENGAN HOISTING CRANE DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI TUGAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Bamindo Agrapersada adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri pengolahan bambu. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah 1 Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) proses dan struktur yang tertata secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: AHMAD YUDI ARFAN NIM:

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: AHMAD YUDI ARFAN NIM: PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KARET DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DAN TAGUCHI DI PABRIK INDUSTRI KARET PTPN III SEI SILAU, ASAHAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2010

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2010 PERENCANAAN KEBUTUHAN DISTRIBUSI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) UNTUK MENENTUKAN LUAS GUDANG PRODUK JADI DI PT. MABAR FEED INDONESIA T U G A S S A R J A N A Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalaian persediaan merupakan salah satu aspek penting dari beberapa aspek yang diuraikan diatas. Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan, pada dasarnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN JADWAL DISTRIBUSI PADA RANTAI PASOK PT. SRI INTAN KARPLAS INDUSTRY DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING

PERENCANAAN JADWAL DISTRIBUSI PADA RANTAI PASOK PT. SRI INTAN KARPLAS INDUSTRY DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING PERENCANAAN JADWAL DISTRIBUSI PADA RANTAI PASOK PT. SRI INTAN KARPLAS INDUSTRY DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 USULAN PENERAPAN PROCESS CAPABILITY DAN ACCEPTANCE SAMPLING PLANS BERDASARKAN MIL-STD 1916 UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PADA PT. PANTJA SURYA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Dampak negatif dari hal tersebut adalah banyaknya warga negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Dampak negatif dari hal tersebut adalah banyaknya warga negara yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia dengan berbagai aktifitas setiap harinya. Hal ini terbilang wajar sehubungan dengan statusnya sebagai ibukota negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi

Lebih terperinci

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

PERENCANAAN LUAS LANTAI GUDANG PRODUK JADI DI PTP-NUSANTARA III KEBUN GUNUNG PARA

PERENCANAAN LUAS LANTAI GUDANG PRODUK JADI DI PTP-NUSANTARA III KEBUN GUNUNG PARA PERENCANAAN LUAS LANTAI GUDANG PRODUK JADI DI PTP-NUSANTARA III KEBUN GUNUNG PARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri Oleh MARTIN

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN TUGAS AKHIR EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN UNTUK MEMINIMASI BIAYA DISTRIBUSI (Studi Kasus pada Distributor Semen Holcim CV. Putra Abadi ) Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, pengusaha akan dihadapkan pada resiko

Lebih terperinci

PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA CDS (CAMPBELL, DUDEK AND SMITH) PADA PT. JAKARANA TAMA

PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA CDS (CAMPBELL, DUDEK AND SMITH) PADA PT. JAKARANA TAMA PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA CDS (CAMPBELL, DUDEK AND SMITH) PADA PT. JAKARANA TAMA KARYA AKHIR Diajukan Untuk Mengikuti Sidang Sarjana Teknik Terapan Oleh : YUNITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MODEL PERSEDIAAN PROBABILISTIK DENGAN SISTEM KUANTITAS PEMESANAN TETAP PADA PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA, Tbk MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah bisnis, setiap perusahaan mempunyai cara untuk menjalankan usahanya. Untuk dapat berkembang perlu adanya sebuah inovasi dalam proses bisnisnya. Sejalan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO (SOCFINDO) berdiri pada tanggal 7 Desember 1930 dengan nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. SOCFINDO dialihkan di bawah pengawasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Ocean Centra Furnindo PT. Ocean Centra Furnindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur khususnya industri spring bed. Tempat

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN PABRIK CRUMB RUBBER (KARET REMAH) KAPASITAS 1000 KG/JAM

PRA RANCANGAN PABRIK CRUMB RUBBER (KARET REMAH) KAPASITAS 1000 KG/JAM PRA RANCANGAN PABRIK CRUMB RUBBER (KARET REMAH) KAPASITAS 1000 KG/JAM KARYA AKHIR Diajukan Untuk Syarat Ujian Sarjana Sains Terapan Disusun Oleh : ANDY NIM : 005201003 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah dalam penelitian dan sistematika penulisan pada penelitian ini.

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN GOAL PROGRAMMING DI PT. AGRI FIRST INDONESIA

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN GOAL PROGRAMMING DI PT. AGRI FIRST INDONESIA OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN GOAL PROGRAMMING DI PT. AGRI FIRST INDONESIA T U G A S S A R J A N A Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri Oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL DENGAN PENDEKATAN DYNAMIC PROGRAMMING DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL DENGAN PENDEKATAN DYNAMIC PROGRAMMING DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL DENGAN PENDEKATAN DYNAMIC PROGRAMMING DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh KESUMA HADIBROTO

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh KESUMA HADIBROTO PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR DAN LAMANYA WAKTU PENGASAPAN TERHADAP MUTU PRODUK RIBBED SMOKE SHEET (RSS) MENGGUNAKAN ANAVA PADA PABRIK KARET PTPN III GUNUNG PARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN ASAM SEMUT DI PT INDUSTRI KARET. (Analysis Of Inter-Avoid Supply Control In PT Industry Rubber) ABSTRACT

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN ASAM SEMUT DI PT INDUSTRI KARET. (Analysis Of Inter-Avoid Supply Control In PT Industry Rubber) ABSTRACT ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN ASAM SEMUT DI PT INDUSTRI KARET (Analysis Of Inter-Avoid Supply Control In PT Industry Rubber) Perguruan Tinggi Politeknik Negeri Lampung, Jl Soekarno-Hatta No.10 Rajabasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai daerah yang memiliki tanah yang subur, Wonogiri bisa menjadi daerah yang berkembang dengan meningkatkan taraf hidup penduduknya. Untuk mencapai hal tersebut

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Sistem informasi akuntansi persediaan merupakan sebuah sistem yang memelihara catatan persediaan dan memberitahu

Lebih terperinci

EVALUASI PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II BATANG SERANGAN.

EVALUASI PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II BATANG SERANGAN. EVALUASI PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Ivana Mery Lestari Matras adalah salah satu produsen spring bed yang berada di Medan dimana perusahaan berdiri pada tahun 1997 dan langsung

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI PENGASAPAN KARET (RIBBED SMOKED SHEET RUBBER) Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap kemajuan teknologi dan meningkatnya aktivitas manusia dalam sektor industri tentunya akan menimbulkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Adanya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. BATANGHARI TEBING PRATAMA adalah anak perusahaan dari PT. BATANGHARI & GROUP yang beralamat di Menara Kuningan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industrty adalah sebuah perusahaan yang memproduksi karet compound untuk ban vulkanisir dengan sistem masak panas,

Lebih terperinci