ARTIKEL MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK BEHAVIOR CONTRACT PADA SISWA KELAS IV SDN 6 TELAGA KABUPATEN GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK BEHAVIOR CONTRACT PADA SISWA KELAS IV SDN 6 TELAGA KABUPATEN GORONTALO"

Transkripsi

1 ARTIKEL MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK BEHAVIOR CONTRACT PADA SISWA KELAS IV SDN 6 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh : Lian Tuna Salau NIM Lembar Pengesahan 1

2 MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK BEHAVIOR CONTRACT PADA SISWA KELAS IV SDN 6 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Lian Tuna Salau, Tuti Wantu, Irpan A. Kasan ABSTRAK Lian Tuna Salau Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Tehnik Behavior Contract Pada Siswa Kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas negeri Gorontalo. Pembimbing I, Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd. Kons, dan Pembimbing II, Irpan A. Kasan, S.Ag, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah melalui tehnik behavior contract dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo?. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar matematika melalui tehnik behavior contract pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo. Metode penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dan melalui 4 tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, pantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi sedangkan tehnik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, dari jumlah 22 orang yang dikenai tindakan yaitu 14 orang atau 63,63% yang memperoleh nilai 70 ke atas sedangkan 8 siswa atau 36,36% yang memperoleh nilai 70 ke bawah ini berarti belum mencapai indikator yang ditetapkan sehingga dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II diperoleh 19 siswa atau 86,36% yang memperoleh nilai 70 ke atas, sedangkan 3 siswa atau 13,63% yang memperoleh nilai 70 ke bawah ini berarti indikator kinerja telah tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan menggunakan tehnik Behavior Contract motivasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo meningkat. Kata Kunci : Motivasi Belajar, Matematika, Behavior Contract. Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd. Kons dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo : Irpan A. Kasan, S.Ag, M.Pd dan Ahmad Dukalang, S.Pd wali kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo 2

3 Pendahuluan Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah merupakan sarana dan wahana utama untuk pengembangan kecerdasan siswa. Hal ini cukup beralasan, karena matematika merupakan suatu ilmu yang mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, logis dan analisis, yang dicirikan dengan memiliki ketelitian dan kecermatan, menggunakan prosedur dan metode yang benar dalam menyelesaikan soal yang dihadapi. Salah satu fungsi matematika adalah untuk menanamkan daya nalar siswa baik dilihat dari segi argumentasi maupun dari segi isi dan materi. Dengan demikian mempelajari matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi, karena selalu belajar tentang hal-hal yang berkenaan dengan ide-ide, stukturstruktur atau konsep-konsep abstrak yang diberi simbol dan tersusun secara khirarkis membentuk suatu sistem dengan penalaran yang deduktif dan induktif. Oleh karena itu dalam pembelajarannya haruslah bersifat menarik dan menantang kesanggupan berpikir anak. Banyak faktor yang menyebabkan siswa memiliki perasaan takut terhadap matematika, salah satu faktor penyebabnya yaitu dari luar diri siswa yaitu pengalaman belajar siswa yang kurang menyenangkan. Pengalaman yang kurang menyenangkan yang dialami siswa sebagian besar dari suasana belajar mengajar matematika di kelas yang terlalu menoton. Kurangnya penghargaan guru bagi siswa terhadap usaha yang dilakukan dalam suatu pembelajaran matematika terutama bagi siswa yang kemampuan akademiknya kurang. Akibatnya motivasi dan kepercayaan diri dalam belajar menurun. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar matematika tergantung pada beberapa faktor antara lain adanya motivasi guru dan siswa, kesiapan belajar siswa, kesiapan pendukung belajar siswa, lingkungan belajar, serta cara siswa dalam belajar. Cara guru dalam mengajar yang kurang sesuai dengan cara berfikir siswa dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam menerima pelajaran. Kondisi ini akhirnya akan membuat siswa merasa enggan dan kurang termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar siswa juga akan menurun. Motivasi akan meningkatkan minat belajar anak, karena itu dalam pembelajaran diperlukan adanya faktor-faktor yang dapat memotivasi anak untuk belajar. Guru harus mengupayakan agar pembelajaran menjadi lebih menarik, dapat menimbulkan minat siswa serta dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan siswa. Peningkatan proses pembelajaran dapat ditingkatkan dan dikembangkan dengan menerapkan tehnik pembelajaran yang sesuai. Demikian pula halnya dengan motivasi belajar peserta didik di sekolah. Salah satu tehnik yang dapat digunakan adalah behavior contract. Tehnik ini menitik beratkan pada pemberian reward kepada peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Guru dapat membuat kontrak tertentu dengan peserta didik dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru adalah guru dan peserta didik membuat kontrak pembelajaran, misalnya untuk membiasakan peserta didik mampu untuk memahami pembelajaran matematika yang diajarkan oleh guru khususnya pada materi pengolahan data, maka guru menyediakan sesuatu berupa barang maupun materil sebagai imbalan yang 3

4 diberikan kepada peserta didik yang dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan tepat. Kegiatan pembiasaan belajar pada diri peserta didik merupakan kegiatan yang amat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Seorang peserta didik yang terbiasa dalam belajar baik membaca, mendengar maupun memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru maka hasil yang dicapainya akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik lainnya yang jarang dan tidak pernah membaca. Metode behavior contract selain dapat meningkatkan perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat pula membiasakan peserta didik untuk bertindak dan berpikir bahwa tidak ada hasil yang diperoleh tanpa kesungguhan dan keuletan. Namun perlu diingat bahwa penerapan behavior contract hanya dapat dilakukan oleh guru dan peserta didik apabila kedua pihak mampu komitmen dengan apa yang tertuang dalam perjanjian yang telah disepakati bersama. Kenyataan yang dihadapi oleh peneliti selama melaksanakan proses pembelajaran di kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo, nampak bahwa peserta didik cenderung tidak termotivasi dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Peserta didik lebih banyak bermain, baik pada saat proses belajar mengajar di kelas berlangsung maupun di luar kelas dan sekolah. Selain itu, nilai yang diperoleh peserta didik pada mata pelajaran matematika umumnya rendah yaitu di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari 22 siswa ternyata 16 siswa kelas IV SDN 6 Telaga dengan presentase 72,72% belum termotivasi sehingga mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70. Dari pengamatan peneliti, ditemukan bahwa hasil belajar peserta didik di kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo tergolong masih rendah. Hal tersebut nampak pada: kurangnya peserta didik memanfaatkan waktu luang untuk belajar, peserta didik masih kurang perhatiannya dalam belajar, dan dalam menyelesaikan tugas-tugas belum tepat waktu. Rendahnya hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh: kurangnya ketekunan dalam belajar, belum bisa menghadapi kesulitan dalam pembelajaran, minat dan ketajaman perhatian dalam belajar masih rendah ini dibuktikan dengan adanya siswa yang sering minta izin ke luar kelas,kurangnya keinginan berprestasi, belum mandiri dalam belajar serta tehnik pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum dapat merangsang peserta didik untuk belajar dengan baik sehingga hasil belajarnyapun rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka guru mengupayakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan tehnik behavior contract, yaitu kegiatan perjanjian antara guru dan peserta didik yang dibuat secara tertulis. Inti dari perjanjian tersebut adalah kesepakatan antara peserta didik dan guru untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan syarat-syarat tertentu. Teknik behavior contract dilakukan guru untuk mengubah perilaku peserta didik agar memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi. Kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dirumuskan dalam judul Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Tehnik Behavior Contract Pada Siswa Kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo 4

5 Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2012:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006:42) mengartikan bahwa motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Hamalik (dalam Anurrahman 2009: ) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energy di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk kegiatan. Slameto (Dalam Amri, 2013:220) mendefenisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan pendapat tersebut Gagne (Dalam Amri, 2013:220) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Motivasi belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239) adalah merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang sangat menggembirakan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi : Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuantujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan optimal. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: a. Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. 5

6 b. Motivasi sekunder Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar. Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2006:90). a. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. b. Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri: a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai) b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah Sedangkan Riduwan (dalam Jurnal Aritonang, 2008:14) Motivasi belajar siswa meliputi dimensi: a. Ketekunan dalam belajar 1) Kehadiran di sekolah 2) Mengikuti PBM di kelas 3) Belajar di rumah b. Ulet dalam menghadapi kesulitan 1) Sikap terhadap kesulitan 2) Usaha mengatasi kesulitan c. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar 1) Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran 2) Semangat dalam mengikuti PBM d. Berprestasi dalam belajar 1) Keinginan untuk berprestasi 2) Kualifikasi hasil e. Mandiri dalam belajar 1) Penyelesaian tugas/pr 2) Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri atau dimensi motivasi tersebut di atas, berarti siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Menurut Sardiman (2012:92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain : 6

7 a. Memberi angka Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang. b. Hadiah Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah : Kehadiran di sekolah Usaha mengatasi kesulitan Semangat dalam mengikuti PBM Keinginan untuk berprestasi Tidak bosan pada tugas-tugas Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika erat hubungannya dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia (Subariah Dalam Pambudi 2011:2). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi, dalam Devantri 2013:2). Soedjadi (2000:11) menyajikan beberapa defenisi atau pengertian tentang matematika sebagai berikut : a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Berdasarkan beberapa pengertian matematika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa juga mendorong siswa mengembangkan berbagai potensi intelektual yang dimilikinya serta dapat dijadikan sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan perilaku positif dalam rangka meletakkan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin seperti sikap kritis, ulet, mandiri, ilmiah, rasional dan sebagainya. Selain itu menurut Defantri (2013:5) matematika mempunyai kegunaan yaitu sebagai berikut : a) Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain. 7

8 Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika yaitu: - Penemuan dan pengembangan teori mendel dalam biologi melalui konsep probabilitas - Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan masalah tentang kelistrikan. b) Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh : - Memecahkan persoalan dunia nyata - Mengadakan transaksi jual beli, maka manusia melakukan proses perhitungan matematika yang berkaitan dengan bilangan dan operasi hitungnya. Menurut Jusuf (dalam Otaya, 2008:18) Behavior Contract adalah dimana guru dan siswa membuat suatu kontrak tertulis, yaitu jika siswa melakukan suatu tingkah laku tertentu sesuai harapan akan diberikan hadiah. Sedangkan lutfifauzan ( kontrak perilaku (behavior contract) adalah perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Menurut latipun (dalam http. eukaristia /teknik-kontrak-perilaku.html), Kontrak Perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil. Untuk melaksanakan proses belajar mengajar berhasil guna maka guru dapat membuat perjanjian dengan peserta didik. Perjanjian adalah suatu persetujuan formal yang tertulis antara dua orang atau lebih. Perjanjian tersebut dapat berisi pemberian hadiah kepada peserta didik apabila dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang diharapkan. Alat yang dapat digunakan guru untuk melaksanakan teknik contract tersebut adalah token. Token adalah sesuatu benda misalnya kupon atau tanda bintang pada hasil pekerjaan peserta didik mendapat nilai tinggi. Apabila peserta didik dapat mengumpulkan kupon sesuai dengan target guru, maka peserta didik tersebut mendapatkan hadiah, misalnya makanan ringan atau benda-benda lainnya yang bermanfaat dan menarik. Menurut Schaefer (2000 : 20), hadiah dapat digolongkan menjadi hadiah yang bersifat instrinsik (tindakan-tindakan atau perbuatan yang memuaskan dan memenuhi tujuan dan kehendak anak) dan yang bersifat ekstrinsik (kepuasan atau kesenangan yang berasal dari sumber-sumber luar diri anak). Lebih lanjut Schaefer (2000 : 21) mengemukakan langkah-langkah sebagai garis pedoman pemberian hadiah, adalah: 1. Hadiah-hadiah yang bersifat konkret, haruslah sesuai diberikan dalam kaitannya dengan dorongan-dorongan yang bersifat sosial, seperti pujian, 8

9 kasih sayang, penghargaan, dan perhatian yang bersifat perseorangan. Dalam hal ini hadiah yang bersifat konkret secara lambat laun haruslah makin berkurang dan lenyap dan cukuplah digantikan oleh hadiah yang bersifat sosial (rewards). 2. Gunakanlah sesuatu sebagai hadiah yang diingini anak. Jika anak anda inginkan gemar menghitung, tapi karena itu lupa mengerjakan tugas lainnya seperti membersihkan kelas, maka guru harus dapat mengatur waktu belajar peserta didik. 3. Sistematislah dalam memberi hadiah. Supaya spesifik, mengadakan catatan dan bersifat menetap. Janganlah menghadiahi anak karena perbuatan yang umum walaupun baik. Tujuan dari teknik kontrak perilaku menurut Victorique ( diantaranya: 1) Melatih individu untuk mengubah tingkah lakunya yang maladaptif menjadi adaptif. 2) Melatih kemandirian berperilaku individu. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan behavioral individu sehingga mampu berperilaku secara tepat. Prinsip Kontrak perilaku Menurut Gantina (Dalam prinsip dasar kontrak perilaku adalah sebagai berikut: 1. Kontrak disertai dengan penguatan. 2. Reinforcement diberikan dengan segera. 3. Kontrak harus dinegosiasikan dengan terbuka, bebas, dan disepakati antara konseling dengan konselor. 4. Kontrak harus fair. 5. Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi, lamanya kontrak). 6. Kontrak dilaksanakan secara terintegrasi dengan program sekolah Pada aplikasinya dalam dunia helping, syarat-syarat dalam memantapkan kontrak perilaku menurut Victorique ( adalah: (1) Adanya batasan yang cermat mengenai masalah klien. (2) Situasi dimana masalah itu muncul. (3) Kesediaan klien untuk mencoba suatu prosedur. (4) Tugas yang harus dilakukan perlu dirinci. (5) Kriteria sukses disebutkan serta reinforcement-nya ditentukan. Kalau semua itu ada, kontrak akan dapat dimantapkan melalui reinforcement yang cukup dekat dengan tugas dan kriterium yang diharapkan. Berikut juga beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan sebuah kontrak perilaku menurut Victorique ( diantaranya sebagai berikut: (1) Nyatakan kontrak dalam kalimat positif. (2) Atur tugas dan kriteria yang mungkin dicapai (achievable). (3) Berikan reinforcement secepat mungkin. (4) Gunakan serial kontrak. 9

10 a. Kelebihan Victorikue ( 1) Pelaksanaannya yang cukup sederhana. 2) Penerapannya dikombinasikan dengan beberapa pelatihan yang lain. 3) Pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu secara langsung melalui perasaan dan sikapnya. 4) Disamping dapat dilaksanakan secara perorangan juga dapat dilaksanakan dalam kelompok. b. Kekurangan Victorikue ( 1) Meskipun sederhana namun membutuhkan waktu yang tidak sedikit, ini juga tergantung dari kemampuan individu itu sendiri. 2) Bagi konselor yang kurang dapat memberikan reinforcement dengan baik dan hati-hati, pelatihan ini kurang berjalan dengan baik. Pelaksanaan behavior contract dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru dan peserta didik mengadakan perjanjian dan menyepakati token yang akan dijadikan hadiah dalam proses pembelajaran 2. Guru dan peserta didik menyepakati aturan main dalam pelaksanaan pembelajaran 3. Guru dan peserta didik menyepakati tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran 4. Guru dan peserta didik menyepakati waktu pelaksanaan 5. Guru menyediakan format penilaian tertentu untuk menilai perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran 6. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran 7. Guru mengumumkan nilai yang diperoleh peserta didik Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN 6 Telaga berada di Kecamatan Telaga tepatnya desa Hulawa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 12 orang perempuan. Kondisi sosial di kelas ini bermacam-macam ada yang nakal, pendiam, suka cari perhatian, pandai, pemarah. Peneliti menetapkan beberapa kriteria penilaian sebagai indikator keberhasilan penerapan tehnik behavior contract dalam meningkatkan motivasi belajar matematika dapat di ukur melalui indikator sebagai berikut : 1. Kehadiran di sekolah 2. Usaha mengatasi kesulitan 3. Semangat dalam mengikuti PBM 4. Keinginan untuk berprestasi 5. Tidak bosan pada tugas-tugas Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa, tes yang diberikan selanjutnya diberikan dalam skala Dengan demikian rumus yang digunakan menurut Anurrahman,dkk (2009:9-10) 10

11 Skor Nilai Siswa = x 100 Total skor Dengan mengacu pada pemaknaan nilai = Baik sekali = Baik = Cukup = Kurang = Kurang Sekali Nilai yang menjadi tolak ukur kemampuan siswa adalah 70. Dengan demikian untuk mengetahui ketuntasan siswa seperti pada tabel berikut: Tabel Indikator Keberhasilan. No Nilai Keterangan 1 N 70 Tuntas 2 N < 70 Tidak Tuntas Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian tentang tehnik behavior contract dalam meningkatkan motivasi belajar matematika di kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kinerja dari siklus I ke siklus II. Rincian hasil penelitian setiap siklus dapat dipaparkan sebagai berikut: Siklus I Dari kegiatan pembelajaran dengan rencana pembelajaran terlampir diperoleh data sesuai tabel berikut: a. Hasil Observasi Motivasi Belajar siswa pada siklus II Tabel 1 : Data Hasil Observasi Motivasi siswa pada Siklus I Aspek yang Dinilai Kriteria Jumlah Persentase Kehadiran di sekolah Ya 6 27,27% Tidak 16 72,73% Usaha Mengatasai Ya 9 40,90% Kesulitan Tidak 13 59,10% Semangat dalam Ya 8 36,36% mengikuti PBM Tidak 14 63,64% Keinginan untuk Ya 12 54,54% berprestasi Tidak 10 45,46% Tidak bosan pada Ya 6 27,27% tugas-tugas Tidak 16 72,73% Berdasarkan data pada tabel 3 dapat diketahui bahwa dari setiap aspek diperoleh untuk aspek kehadiran di sekolah terdapat 6 siswa atau 27,27% kriteria ya dan 16 siswa atau 71,73% kriteria tidak, aspek usaha mengatasi kesulitan terdapat 9 siswa atau 40,90% kriteria ya dan 13 siswa atau 59,10% kriteria tidak, aspek semangat dalam mengikuti PBM terdapat 8 siswa kriteria ya atau 36,36% dan 14 siswa atau 63,64% kriteria tidak, aspek keinginan untuk berprestasi terdapat 12 siswa atau 54,54% kriteria ya dan 10 siswa atau 45,46% kriteria tidak, serta aspek tidak bosan pada tugas-tugas terdapat 6 orang siswa atau 27,27% 11

12 kriteria ya dan 16 siswa atau 72,73% kriteria tidak. Dari uraian tersebut maka hasil penelitian belum memenuhi target yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan tindakan ke siklus II. b. Hasil Evaluasi siswa Tabel 2. Data hasil evaluasi siswa pada siklus I No Kategori Jumlah Kriteria Kemampuan Rentang Nilai siswa Tuntas Tidak Tuntas 1 Sangat Baik Tuntas 2 Baik Tuntas 3 Cukup Tidak Tuntas 4 Kurang Tidak Tuntas 5 Kurang Sekali Tidak Tuntas Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang 14 orang atau 61,63% mendapat nilai 70 keatas sedangkan 8 orang atau 36,34% belum mencapai nilai standar ketuntasan. Dari hasil refleksi maka dirasa sangat perlu untuk melaksanakan siklus II. Siklus II a. Hasil Observasi Motivasi Belajar siswa pada siklus II Hasil pengamatan motivasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel beikut ini: Tabel 3 : Data Hasil Observasi Motivasi siswa pada Siklus II Aspek yang Dinilai Kriteria Jumlah Persentase Kehadiran di sekolah Usaha Mengatasai Kesulitan Semangat dalam mengikuti PBM Keinginan untuk berprestasi Tidak bosan pada tugas-tugas Ya 18 81,81% Tidak 4 18,19% Ya 17 77,27% Tidak 5 27,73% Ya 20 90,90% Tidak 2 9,10% Ya 19 86,36% Tidak 3 13,64% Ya 19 86,36% Tidak 3 13,64% Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari setiap aspek diperoleh untuk aspek kehadiran di sekolah terdapat 18 siswa atau 81,81% kriteria ya dan 4 siswa atau 18,19% kriteria tidak, aspek usaha mengatasi kesulitan terdapat 17 siswa atau 72,72% kriteria ya dan 5 siswa atau 27,73% kriiteria tidak, aspek semangat dalam mengikuti PBM terdapat 20 siswa kriteria ya atau 90,90% dan 2 siswa atau 9,10% kriteria tidak, aspek keinginan untuk berprestasi terdapat 19 siswa atau 86,36% kriteria ya dan 3 siswa atau 13,64% 12

13 kriteria tidak, serta aspek tidak bosan pada tugas-tugas terdapat 19 orang siswa atau 86,36% kriteria ya dan 3 siswa atau 13,64% kriteria tidak. Dari uraian tersebut meskipun setiap aspek belum memenuhi 100% akan tetapi sudah sesuai dengan target yang diharapkan sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. b. Hasil Evaluasi siswa Dari hasil evaluasi yang dilakukan diketahui bahwa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi perkalian dengan tehnik behavior contract pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Data hasil evaluasi siswa pada siklus II No Kategori Jumlah Kriteria Kemampuan Rentang Nilai siswa Tuntas Tidak Tuntas 1 Sangat Baik Tuntas 2 Baik Tuntas 3 Cukup Tidak Tuntas 4 Kurang Kurang Sekali Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang, 19 orang atau 86,36% mendapat nilai minimal 70 keatas sedangkan 3 orang atau 13,64% belum mencapai nilai standar ketuntasan. Oleh karena hasil evaluasi sudah sesuai dengan yang diharapkan maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikut Dari hasil refleksi bersama dan deskripsi data yang telah diuraikan di atas jelas bahwa peningkatan yang diharapkan telah tercapai sesuai dengan indikator yang diharapkan. Meskipun masih ditemui beberapa kelemahan, namun peneliti merasa tidak perlu lagi melakukan tindakan siklus berikutnya. Hasilnya sudah dapat digambarkan. Perbandingan peolehan nilai hasil penelitian siklus I dan siklus II No. Aspek Siklus I Siklus II 1 Kehadiran di sekolah 27,27% 81,81% 2 Usaha mengatasi kesulitan 40,90% 77,27% 3 Semangat dalam mengikuti PBM 36,36% 90,90% 4 Keinginan utnuk berprestasi 54,54% 86,36% 5 Tidak bosan pada tugas-tugas 27,27% 86,36% Tabel di atas dapat digambarkan kedalam grafik berikut ini: 13

14 Grafik 1.Hasil Observasi motivasi belajar matematika dari siklus I sampai Siklus II Category 1 Category 2 kehadiran di sekolah Usaha mengatasi kesulitan Semangat dalam mengikuti PBM Keinginan untuk berprestasi Tidak bosan pada tugas-tugas Kesimpulan Simpulan dari pelaksanaan tindakan penelitian tindakan kelas ini bahwa : Motivasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga dapat ditingkatkan melalui tehnik Behavior Contract.. Daftar Pustaka Aritonang Keke Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Skripsi. Diakses 5 Desember Amri Sofan Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah. Jakarta. PT.Prestasi Pustaka Raya. Anurrahman Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kamus Bahasa Indonesia. Jalan Deksinapati Barat IV, Jakarta Timur. Devantri Hakekat Matematika dan Pembelajarannya di SD. Diakses 12 Oktober Dimyati dan Mujiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT. Rineke Cipta. Eukaristia Teknik Kontrak Perilaku. Diakses 09 Agustus Faanuzulhuda Ketrampilan Belajar. Diakses 09 Agustus Otaya Nelco Meningkatkan Kemampuan Membaca Teknis Siswa Kelas II SDN 4 Padengo Kecamatan Limboto Barat kabupaten Gorontalo Melalui Teknik Behavior Contract. Skripsi. Pambudi Agung Hakekat Matematika dan Pembelajrana Matematika (Piaget) SD. Diakses 12 Oktober Sardiman A.M Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 14

15 Suhardi Hakekat Pembelajaran Matematika. Diakses 12 Oktober Soedjadi Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Schaefer, Rewards and Motivation. USA: Irwin-McGraw Hill. Diakses 12 Oktober Winataputra, dkk Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka. pada tanggal 12 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, logis dan analisis, yang dicirikan. yang benar dalam menyelesaikan soal yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, logis dan analisis, yang dicirikan. yang benar dalam menyelesaikan soal yang dihadapi. 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah merupakan sarana dan wahana utama untuk pengembangan kecerdasan siswa. Hal ini cukup beralasan, karena matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini berpengaruh disegala dimensi kehidupan, termasuk bidang pendidikan lebih khusus lagi dalam pengajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS PENGESAHAN ARTIKEL MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS.2 DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA 1 2 MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA ABSTRAK Rina Mahan, Tuti Wantu, M.Pd, Kons, Irpan Kasan, S.Ag, M.Pd

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika juga diduga erat hubungannya

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi manusia sebagai makhluk individu maupun kelompok. Pendidikan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan itu penting untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Karena pendidikan berguna dalam membina dan mengembangkan kemampuan dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Kenedi Guru SMP Negeri 1 Pendalian IV Koto smpn1pdl@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek 218 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016 MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERWARNA PADA SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Rissa Prima Kurniawati IKIP PGRI MADIUN rissaprimakurniawati14@gmail.com ABSTRAK Guru dalam mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menuntun siswa agar mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menuntun siswa agar mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu proses untuk

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS X AK 1 SMK NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Sofyawati Usman Jurusan Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

Jeffry Gagah Satria Frigatanto PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS V SD NEGERI 03 BANTARBOLANG KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PECAHAN SISWA KELAS 4 SD NEGERI KALIKUTO GRABAG KOTA MAGELANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Masdin SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Masdin SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 5, Oktober 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono,

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH OLEH: DELA GUSMITA NIM. A12D110008

ARTIKEL ILMIAH OLEH: DELA GUSMITA NIM. A12D110008 ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER DI KELAS IV SDN NO. 165/1 SINGKAWANG OLEH: DELA GUSMITA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN BANGUN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SDN I BUA KECAMATAN BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Oleh MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM. 151 410 323

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BASIN TAHUN 2012/2013

PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BASIN TAHUN 2012/2013 PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BASIN TAHUN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Oleh : NUR ROCHMAN AHMADI A54B090041

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai pengembangan aspek-aspek tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak lebih seperti kelakuan binatang.

Lebih terperinci

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili Sulastri, Jamaludin, dan Hasdin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 04 Lakea

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 04 Lakea Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 04 Lakea Warda, Syamsu, dan Dewi Tureni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MATEMATIKA

KARAKTERISTIK MATEMATIKA KARAKTERISTIK MATEMATIKA Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu : Nurkholis, S.Pd.I., M.Pd. Disusun Oleh: Kelompok 1 TMT II E 1. Lailatul Mufidah

Lebih terperinci

Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Suarni, Haeruddin, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Rina Oktavianti Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat (Miarso,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung. SD ini adalah hasil penggabungan dari SD Negeri Tlahap 2 yang merupakan SD

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 0 NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPA PADA KONSEP CIRI- CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP MELALUI PENDEKATAN JIGSAW DI KELAS 3 SEMESTER 2 SD NEGERI 2 TARUBASAN KECAMATAN KARANGANOM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemandirian Anak 2.1.1 Pengertian Kemadirian Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah:

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah: BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah: Model pembelajaran yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 29 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 Oleh:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Prestasi Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK dewasa ini menuntut semua pihak untuk meningkatkan pendidikan sehingga memacu dunia pendidikan untuk berpola pikir cepat, cermat, tepat

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE BERMAIN SUUJI WA DOKUSHIN NI KAGIRU

IMPLEMENTASI METODE BERMAIN SUUJI WA DOKUSHIN NI KAGIRU IMPLEMENTASI METODE BERMAIN SUUJI WA DOKUSHIN NI KAGIRU (SUDOKU) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 JELIMPO KALIMANTAN BARAT Edi Sudrajat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 03 KARANGSARI KEC. JATIYOSO KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan yang dimiliki sosok pendidik untuk siswanya di sekolah masing masing. Sesuai dengan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER Sularmi 40 Abstrak. Pendidikan jasmani merupakan bagian

Lebih terperinci

Penulis : Zenab L. Danial Nim : Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M.

Penulis : Zenab L. Danial Nim : Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN 2 TALAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO. Penulis : Zenab L. Danial Nim : 151

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN MEDIA MISTAR BILANGAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN MEDIA MISTAR BILANGAN Akbar Alvian 21 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN MEDIA MISTAR BILANGAN Akbar Alvian, Yari Dwikurnaningsih Program Studi PGSD-FKIP Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Yohanis Frans Epyvania. S, Anthonius Palimbong, dan Charles Kapile Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Keliling dan Luas Persegi Panjang Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di Kelas III SDN Luksagu Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosedur dan metode yang benar dalam menyelesaikan soal yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. prosedur dan metode yang benar dalam menyelesaikan soal yang dihadapi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah merupakan sarana dan wahana utama untuk pengembangan kecerdasan siswa. Hal ini cukup beralasan, karena

Lebih terperinci

Vol. 4, No. 1, Maret 2017 ISSN:

Vol. 4, No. 1, Maret 2017 ISSN: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DUA BILANGAN TIGA ANGKA TENTANG SOAL CERITA DI KELAS III SD NEGERI 27 PEUSANGAN Marzuki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN MARGAHAYU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN BUDAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN X. Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan Abdul Hamid

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN X. Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan Abdul Hamid Penerapan Pembelajaran PKn Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas V SD Inpres 012 Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten Mamuju Utara Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, ilmu matematika memberikan sumbangsih paling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, ilmu matematika memberikan sumbangsih paling berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dengan matematika. Oleh karena itu, ilmu matematika memberikan sumbangsih paling berperan terhadap kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

Lebih terperinci

Oleh Mike Akta Buana. Absatrak. Kata Kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Oleh Mike Akta Buana. Absatrak. Kata Kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS VI SD N 74/VII MANDIANGIN Oleh Mike Akta Buana Absatrak Kata Kunci : Keaktifan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Oleh : Melisa R. Hasanati Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan mengetahui berbagai informasi, menyukai satu situasi dan atau dapat melakukan sesuatu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERLIBATAN SISWA PADA MATEMATIKA YANG MENYENANGKAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN KELAS II SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENINGKATAN KETERLIBATAN SISWA PADA MATEMATIKA YANG MENYENANGKAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN KELAS II SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERLIBATAN SISWA PADA MATEMATIKA YANG MENYENANGKAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN KELAS II SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh RESUTI HOLIDA SIMANGUNSONG NIM F34211594 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari https://www.slideshare.net/mobile/suprapto/uu-no-20-tahun- Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari https://www.slideshare.net/mobile/suprapto/uu-no-20-tahun- Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengajaran yanng memerlukan keahlian khusus, serta sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar Ilmu pengetahuan sangat penting bagi kehidupan seseorang dengan ilmu pengetahuan seseorang akan berpikir lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Suprapto 27 Abstrak. Matematika merupakan ilmu terstruktur yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENGHITUNG BILANGAN DUA ANGKA MENGGUNAKAN METODE DRILL. Mundasah SD Negeri 02 Wiradesa Pekalongan

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENGHITUNG BILANGAN DUA ANGKA MENGGUNAKAN METODE DRILL. Mundasah SD Negeri 02 Wiradesa Pekalongan Jurnal Penelitian Pendidikan (JPPI) Vol. 1, No. 1, Januari 2016 ISSN2477-2240 SD Negeri 02 Wiradesa Pekalongan Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas metode latihan atau drill

Lebih terperinci

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM Penerapan Model Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VII SMP Negeri 6 Singaraja Tahun Pelajaran 2011/2012 Oleh I Putu Budhi Sentosa, NIM 1015057117 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Metode Bermain Peran Bermain peran adalah suatu tipe permainan dimana pemain mengatur peran seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para. komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para. komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Pentingnya ilmu pengetahuan dikarenakan permasalahan

Lebih terperinci

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 no. 2 ISSN 2354-614X Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menjumlahkan Pecahan Biasa di Kelas V SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein, yang berarti mempelajari. Kebanyakan orang mengatakan bahwa matematika merupakan suatu pelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci