BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran
|
|
- Suharto Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah negara besar yang memiliki kekuatan ekonomi terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran ekonomi dunia. Ekonomi Amerika Serikat memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$13,1 triliun, atau setara 20% dari PDB dunia pada tahun PDB Amerika Serikat naik pada kuartal ketiga sebesar 4,9%, bahkan masih memiliki daya beli konsumen yang tinggi, tetapi ternyata tidak mampu bertahan akibat krisis kredit pada pasar mortgage senilai US$1,8 triliun pada tahun 2008 (Sihono, 2009). Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2008 akan diuraikan sebagaimana telah diulas Hanafi (2012: 342) yang bermula dari kasus gagal bayarnya subprime mortgage hingga bangkrutnya perusahaanperusahaan besar di Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan kredit perumahan kepada nasabah yang tidak memenuhi persyaratan/kualifikasi sebagai nasabah prime. Nasabah yang pernah mengalami kegagalan dalam menyelesaikan kreditnya, seperti gagal melunasi kredit sehingga terjadi penunggakan dan mengalami penyitaan aset. Para nasabah tersebut dapat dikatakan mempunyai risiko yang tinggi karena mempunyai probabilitas pembayaran kredit yang kecil. Sebelum terjadinya krisis, pada tahun 2001 Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menurunkan tingkat bunga pinjaman antarbank satu hari yang 1
2 bunganya ditentukan oleh The Fed (Fed Fund Rate) sebagai akibat dari kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi di Amerika Serikat setelah serangan yang meluluhlantakkan World Trade Center (WTC). Penurunan tingkat bunga Fed Fund Rate tersebut pada bulan Juni 2003 menjadi hanya 1% dan bertahan selama satu tahun. Tingkat bunga kredit perumahan pun ikut turun mengikuti tingkat bunga Fed Fund Rate, secara langsung meningkatkan jumlah peminjam kredit kepemilikan perumahan. Tingkat bunga berkisar 5,8% flat dengan jangka waktu kredit selama 30 tahun. Tingkat bunga tersebut merupakan yang terendah sejak tahun 1960-an. Banyaknya peminjam tersebut juga dilatarbelakangi oleh kebijakan pada masa pemerintahan Presiden Clinton pada tahun 1999 yang mendorong kepemilikan rumah bagi kaum minoritas (imigran). Dimana biasanya kaum minoritas tersebut memiliki pendapatan yang rendah dan masuk dalam kategori subprime. Bank melakukan inovasi keuangan (sekuritisasi) atas pembayaran kredit perumahan yang diterima dari peminjam. Bank menerbitkan dan menjual obligasi dengan jaminan dana angsuran kredit yang dibayarkan tersebut. Dana yang diperoleh atas penjualan obligasi disalurkan ke dalam kredit perumahan lagi, kemudian diterbitkan obligasi lagi, dijual ke pasar keuangan, dan begitu seterusnya hingga dana di pasar keuangan habis. Proses tersebut dapat mengurangi risiko kredit yang ditanggung oleh bank, tetapi dapat memunculkan risiko lainnya, seperti risiko perubahan harga aset, risiko likuiditas, risiko counterparty. Pembeli obligasi tersebut dari berbagai pihak termasuk pemodal 2
3 dari luar Amerika Serikat. Penawaran obligasi tersebut dibuat menarik sehingga menarik banyak pemodal. Pasar mortgage di Amerika Serikat berkembang pesat, diperkirakan mencapai nilai US$12 triliun pada tahun Untuk subprime mortgage nilai pasarnya diperkirakan sekitar US$1,3 triliun pada bulan Maret Sekitar 6,8% dari total pasar mortgage atau sekitar US$88 miliar merupakan subprime adjustable rate mortgage (ARM), yaitu pinjaman dengan tingkat bunga mengambang sekitar tiga tahun setelah ditandatanganinya perjanjian kredit. Proporsi subprime mortgage terhadap total mortgage terjadi peningkatan, dari hanya 5% pada tahun 1994 menjadi 20% pada tahun Perkembangan permintaan rumah meningkat pesat sehingga mendorong pengembang untuk membangun rumah dengan jumlah yang lebih banyak lagi. Kelebihan penawaran pun akhirnya terjadi membuat Amerika Serikat dilanda housing bubble. Pada tahun 2006 gelembung perumahan mulai pecah (bubble burst). Tingkat bunga meningkat tajam membuat nasabah ARM terbebani bunga cicilan yang tinggi. Gagal bayarpun akhirnya terjadi. Jumlah penyitaan aset nasabah ARM meningkat menjadi 25% pada bulan Mei Total gagal bayar dan penyitaan pada pasar mortgage mencapai sekitar 9,2% dimana 43% diantaranya merupakan nasabah ARM. Hal tersebut mendorong turunnya harga perumahan sehingga jaminan menjadi semakin rendah nilainya. Rendahnya nilai jaminan tersebut menstimulasi nasabah untuk gagal bayar karena nilainya lebih rendah dari nilai kredit. Kredit perumahan yang tadinya dijadikan sebagai jaminan atas penerbitan obligasi berakibat pada penurunan nilai obligasi yang pada saat itu dipegang oleh 3
4 banyak pihak. Hal tersebut secara langsung mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi perusahaan atau lembaga keuangan pemegang obligasi. Beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat mengalami kerugian besar bahkan kebangkrutan, seperti Morgan Stanley, Merrill Lynch, Citigroup, Bear Stearns, Lehman Brothers, Washington Mutual, dan AIG. Memburuknya kondisi perekonomian Amerika Serikat yang disusul dengan kebangkrutan lembaga-lembaga keuangan besar membuat pasar modal di Amerika Serikat terguncang, khususnya Dow Jones. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) mengalami penurunan dari level US$ an pada Januari 2008 menjadi hanya US$9.000-an pada bulan Oktober 2008 dan terus menurun menjadi US$8.000-an pada bulan Desember Adapun pergerakan indeks Dow Jones Industrial Average tersaji sebagaimana grafik pada Gambar 1.1. Indeks DJI (US$) 14, , , , , , , DJI (USD) Gambar 1.1 Pergerakan Indeks Dow Jones Industrial Average Tahun 2008 Sumber: finance.yahoo.com Kondisi makroekonomi Amerika Serikat pun terpuruk akibat krisis kredit pasar mortgage. Tingkat suku bunga jangka pendek Amerika Serikat mengalami 4
5 kenaikan dari 2,79% pada Agustus 2008 menjadi 3,59% pada September 2008 dan terus mengalami kenaikan menjadi 4,32% pada Oktober Tingkat inflasi mencapai posisi 5,4% pada bulan Agustus 2008 dan 4,9% pada bulan September 2008 sehingga pada tahun 2008 inflasi mencapai 5,6%, dari sebelumnya hanya 2,1% pada awal tahun Tingginya inflasi menyebabkan penurunan daya beli masyarakat Amerika Serikat sehingga membuat permintaan impor ke negaranegara lain menurun. Perubahan nilai ekspor dan impor mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB), dimana indeks produksi industri merupakan indikator perekonomian yang sering digunakan untuk menggantikan PDB dikarenakan publikasi datanya yang dilakukan setiap bulan (Nezky, 2013). Pada bulan September 2008, indeks produksi industri mengalami penurunan menjadi 102,2 dari bulan sebelumnya. Walaupun hanya sedikit mengalami peningkatan pada bulan Oktober 2008 menjadi 103 tetapi pada bulan-bulan berikutnya mengalami penurunan, dimana pada bulan Desember 2008 hanya mencapai 98,8. Uang beredar (M1), dalam indeks, pada bulan September 2008 mengalami kenaikan menjadi 83,9 dari 80,9 pada bulan Agustus 2008, dan terus mengalami peningkatan hingga bulan Desember 2008 menjadi 92,1. Kenaikan uang beredar kemudian diikuti dengan kebijakan Quantitative Easing (QE) pada bulan Maret 2009 berupa pencetakan uang dalam jumlah yang signifikan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk meningkatkan likuiditas. Adapun pergerakan indikatorindikator makroekonomi Amerika Serikat berupa tingkat suku bunga jangka pendek, inflasi, produksi industri, dan uang beredar (M1) tersaji sebagaimana grafik pada Gambar 1.2 hingga
6 Tingkat Bunga (%) Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. STR_US Gambar 1.2 Pergerakan Tingkat Suku Bunga Jangka Pendek Amerika Serikat Sumber: stats.oecd.org Tahun Tingkat Inflasi (%) Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. INF_US Gambar 1.3 Pergerakan Inflasi Amerika Serikat Tahun 2008 Sumber: stats.oecd.org 6
7 Indeks Produksi Industri (2010=100) Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. IP_US Gambar 1.4 Pergerakan Produksi Industri Amerika Serikat Tahun 2008 Sumber: stats.oecd.org 95 Indeks Uang Beredar (M1) (2010=100) M1_US Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. Gambar 1.5 Pergerakan Uang Beredar (M1) Amerika Serikat Tahun 2008 Sumber: stats.oecd.org Pasar Amerika Serikat merupakan pasar yang besar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pasar-pasar di seluruh dunia. Timbulnya resesi ekonomi di Amerika Serikat secara langsung mempengaruhi kondisi 7
8 perekonomian di negara-negara lain, khususnya negara-negara berkembang seperti Indonesia. Anjloknya harga saham di pasar modal Amerika Serikat langsung diikuti dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG turun dari level Rp2.400-an pada bulan Juni 2008 menjadi Rp1.600-an pada bulan Oktober 2008, sebagaimana grafik pada Gambar 1.6. Bahkan Bursa Efek Indonesia sempat ditutup selama tiga hari pada bulan yang sama untuk mencegah kepanikan dan penurunan harga saham secara berlebihan Hanafi (2012: 347). Indeks IHSG (Rupiah) 3, , , , , Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. IHSG (IDR) Gambar 1.6 Pergerakan IHSG Tahun 2008 Sumber: finance.yahoo.com Memburuknya kondisi makroekonomi Amerika Serikat pun diikuti terpuruknya kondisi makroekonomi di Indonesia. Di Indonesia, tingkat suku bunga jangka pendek mengalami kenaikan dari 8,4% pada Agustus 2008 menjadi 9,45% pada September 2008 dan terus mengalami kenaikan menjadi 10,17% pada Oktober 2008, sebagaimana grafik pada Gambar 1.7. Penerapan kebijakan 8
9 moneter ini untuk mengimbangi naiknya tingkat suku bunga internasional agar dapat menahan aliran modal yang keluar sehingga memilih untuk diinvestasikan di dalam negeri. Selain bertujuan untuk menguatkan nilai rupiah terhadap dolar AS. 12 Tingkat Suku Bunga (%) Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. STR_US STR_INA Gambar 1.7 Pergerakan Tingkat Suku Bunga Jangka Pendek Amerika Serikat dan Sumber: stats.oecd.org Indonesia Tahun 2008 Tingkat inflasi sempat mencapai level 12,14% pada bulan September 2009, sebagaimana grafik pada Gambar 1.8. Inflasi tersebut juga didorong dari lonjakan harga minyak dunia yang mendorong dikeluarkannya kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Tekanan inflasi makin tinggi akibat harga komoditi global yang tinggi. Namun inflasi tersebut berangsur menurun di akhir tahun 2008 karena penurunan harga subsidi BBM yang diikuti dengan penurunan tarif angkutan dalam kota dan provinsi sehingga harga komoditi turun (Syarief, 2008). 9
10 Tingkat Inflasi (%) Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. INF_US INF_INA Gambar 1.8 Pergerakan Inflasi Amerika Serikat dan Indonesia Tahun 2008 Sumber: stats.oecd.org Penurunan daya beli masyarakat di Amerika menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia. Dengan demikian ekspor Indonesia menjadi menurun. Hal ini yang menyebabkan terjadinya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Bank Indonesia memperkirakan secara keseluruhan NPI mencatatkan defisit sebesar US$2,2 miliar pada tahun 2008 (Purna, 2009). Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat menyebabkan peningkatan perusahaan bangkrut dan pemutusan hubungan kerja (PHK) terutama pada industri padat karya dan berorientasi pada ekspor (Kuncoro, 2013: 115). Indeks produksi industri pada bulan September turun menjadi 94,1 dari 95,4 pada bulan sebelumnya dan terus turun menjadi 92,6 pada bulan Oktober Walaupun sedikit mengalami kenaikan menjadi sebesar 95 pada bulan November 2008 tetapi pada bulan Desember 2008 kembali turun menjadi sebesar 93,9 yang tersaji sebagaimana grafik pada Gambar 1.9. Namun sejak pertengahan September 2008, krisis global yang semakin dalam telah memberi efek depresiasi terhadap mata 10
11 uang. Kurs rupiah melemah menjadi Rp11.711,00 per dolar AS pada bulan November 2008 yang merupakan depresiasi yang cukup tajam, karena pada bulan sebelumnya rupiah berada di posisi Rp10.048,00 sebagaimana grafik pada Gambar Indeks Produksi Industri Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. IP_US IP_INA Gambar 1.9 Pergerakan Produksi Industri Amerika Serikat dan Indonesia Sumber: stats.oecd.org Tahun 2008 Rupiah per Dolar AS Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. KURS IDR/USD Gambar 1.10 Pergerakan Kurs Tengah Rupiah per Dolar AS Tahun 2008 Sumber: 11
12 Untuk menambah likuiditas dan menumbuhkan kepercayaan pemodal dalam negeri, Bank Indonesia pun menambah jumlah uang beredar (M1) sehingga mengalami kenaikan dari bulan Agustus 2008 menjadi sebesar 84,5 dan 86,7 pada bulan September 2008 dan Oktober 2008 sebagaimana grafik pada Gambar Indeks Uang Beredar (M1) (2010=100) Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agu. Sep. Okt. Nov. Des. M1_US M1_INA Gambar 1.11 Pergerakan Uang Beredar (M1) Amerika Serikat dan Indonesia Sumber: stats.oecd.org Tahun 2008 Terpuruknya kondisi makroekonomi Indonesia menyebabkan tingkat kepercayaan pemodal dalam negeri menurun. Sebagian pemodal terbayang buruknya perekonomian pada krisis moneter tahun 1998 yang kemudian menyebabkan bangkrutnya bank-bank di Indonesia. Sebagian pemodal yang percaya bahwa krisis perekonomian tahun 2008 akan segera pulih mereka menginvestasikan modalnya dengan menyimpannya di bank dengan mengharapkan tingkat suku bunga simpanan yang tinggi atau memilih membeli obligasi pemerintah. Tingginya laju inflasi membuat sebagian pemodal mengalokasikan dananya untuk memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu daripada 12
13 untuk investasi. Di sisi lain, para pemodal memilih menahan dahulu modalnya dan menunggu perkembangan kondisi perekonomian dalam negeri membaik sehingga aman untuk berinvestasi. Hal ini menyebabkan level IHSG di pasar modal Indonesia semakin merosot. Pemulihan resesi ekonomi yang melanda Amerika Serikat terus diupayakan pemerintah Amerika Serikat agar dapat secepatnya pulih. Untuk mendukung perekonomian di masa krisis, Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan Quantitative Easing (QE). QE merupakan kebijakan moneter yang dapat dibilang tidak lazim, yaitu dengan mencetak uang dalam jumlah yang signifikan untuk menambah likuiditas. Kebijakan seperti ini telah banyak dilakukan oleh negara-negara maju sejak lama, dan Amerika Serikat pun pernah mengeluarkan kebijakan tersebut pada tahun 1930 ketika terjadi resesi global (Daruri, 2013). Tujuan dikeluarkannya kebijakan QE oleh pemerintah Amerika Serikat adalah: (1) mengembalikan kredibilitas kebijakan pemerintah; (2) menarik kembali investasi masuk ke pasar; dan (3) sebagai upaya menyeimbangkan aset portofolio. Secara teknis melalui kebijakan tersebut, bank sentral Amerika Serikat mengeluarkan uang untuk membeli obligasi jangka panjang, baik obligasi berupa surat utang Amerika Serikat maupun obligasi kredit perumahan. Stimulus moneter tersebut dikeluarkan untuk menahan tingkat suku bunga jangka panjang tetap dalam level yang rendah. Sehingga diharapkan dapat mendorong investasi dan penyerapan tenaga kerja oleh sektor swasta. Kebijakan QE dikeluarkan secara 13
14 bertahap, yaitu tahap I pada Maret 2009 hingga Maret 2010, tahap II pada November 2010 hingga 2011, dan tahap III pada September 2012 (Daruri, 2013). Amerika Serikat terbukti sukses dengan kebijakan tersebut dan perlahan kondisi perekonomian mulai membaik. Dengan kondisi tersebut, bank sentral Amerika Serikat pun sedikit demi sedikit mulai mengurangi stimulus pembelian obligasi (tapering off). Mulai Desember 2013, program pembelian obligasi dikurangi menjadi hanya US$55 miliar per bulan dari sebelumnya sebesar US$85 miliar per bulan (Subarkah, 2014). Respon perubahan kebijakan tersebut tidak hanya terjadi di pasar Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia. Langkah antisipasi kemunduran pertumbuhan perekonomian yang akan terjadi mulai dipersiapkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Amri, 2013) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: a. Kondisi makroekonomi Amerika Serikat mempengaruhi kondisi pasar modal Indonesia. b. Kondisi pasar modal Amerika Serikat berpengaruh pada kondisi pasar modal Indonesia. c. Kondisi makroekonomi Indonesia mempengaruhi kondisi pasar modal Indonesia Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang timbul pada penelitian ini adalah: 14
15 a. Apakah kondisi makroekonomi Amerika Serikat berpengaruh pada kondisi pasar modal Indonesia? b. Apakah kondisi pasar modal Amerika Serikat berpengaruh pada kondisi pasar modal Indonesia? c. Apakah kondisi makroekonomi Indonesia berpengaruh pada kondisi pasar modal Indonesia? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis pengaruh kondisi makroekonomi Indonesia dan Amerika Serikat, serta kondisi pasar modal Amerika Serikat pada kondisi pasar modal Indonesia Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis Penulis dapat lebih memahami mengenai pengaruh perubahan kondisi makroekonomi Amerika Serikat dan kondisi pasar modal Amerika Serikat pada kondisi pasar modal di Indonesia. b. Bagi pemodal Pemodal dapat mengetahui dan mengantisipasi gejolak pasar yang diakibatkan oleh perubahan kondisi makroekonomi Amerika Serikat dan kondisi pasar modal Amerika Serikat pada kondisi pasar modal Indonesia sehingga dapat dijadikan sebagai informasi dalam proses pengambilan keputusan. 15
16 c. Bagi PT Bursa Efek Indonesia dan Bapepam PT Bursa Efek Indonesia dan Bapepam dapat menggunakannya sebagai tambahan informasi yang berkaitan dengan pengaruh perubahan kondisi makroekonomi Amerika Serikat dan kondisi pasar modal Amerika Serikat pada kondisi pasar modal Indonesia Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri dari lima bab yang masing-masing bab menguraikan hal-hal sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika dari penulisan tesis ini. BAB II: Tinjauan Pustaka Pada bab ini diuraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis. BAB III: Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan tentang desain penelitian, model penelitian, definisi operasional variabel, sampel, pengumpulan data, alat analisis, dan metode analisis data. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini diuraikan tentang deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan. 16
17 BAB V: Simpulan, Keterbatasan, Implikasi, dan Saran Pada bab ini diuraikan tentang simpulan, keterbatasan, implikasi, dan saran. 17
Kondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Pergerakan indikator ekonomi makro memiliki andil terhadap perusahaan
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergerakan indikator ekonomi makro memiliki andil terhadap perusahaan dalam sehari-hari (Kewal, 2012). Pergerakan ekonomi makro biasanya terjadi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika
Lebih terperinciPelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)
Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014
ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang
Lebih terperinciMengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro
Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di dunia. Suatu negara dengan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi menandakan tingkat
Lebih terperinciPRUlink Quarterly Newsletter
PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik
BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara
Lebih terperinciSEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?
Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana pasar modal dapat menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar Modal memiliki peran penting
Lebih terperinciDAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG
DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciPRUlink Quarterly Newsletter
PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal I 2012 Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan
0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian
Lebih terperinciPRUlink Newsletter Kuartal I 2009
PRUlink Newsletter Kuartal I 2009 Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.00% Deposito
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator komponen utama dalam kegiatan perekonomian adalah pembentukan modal kemampuan sebagai motor penggerak aktifitas akan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian.
Lebih terperinciSekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia
Kuartal I 2008 Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan Beberapa Catatan Ekonomi Penting selama Kuartal Pertama 2008 10,500
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya perekonomian suatu negara sedikit banyak dipengaruhi oleh sektor perbankan.
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lalu, Federal Reserve (bank sentral Amerika) dan bank sentral dari negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsekuensi dari krisis keuangan global yang mulai terjadi pada tahun 2008 lalu, Federal Reserve (bank sentral Amerika) dan bank sentral dari negara-negara maju harus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO SAFE
29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield
Lebih terperinciPRUlink Newsletter. Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia. Kuartal II Beberapa Catatan Ekonomi Penting selama Kuartal II 2008
PRUlink Newsletter Kuartal II 2008 Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan Beberapa Catatan Ekonomi Penting selama Kuartal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal pada dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau surat-surat berharga jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk utang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001
REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. kredit tersebut. Karena Bank Sentral Amerika yang sering di sebut The Fed,
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang SubPrime Mortgage adalah kredit perumahan yang diberikan oleh perusahaan mortgage broker, dengan bunga yang rendah di awalnya (2-5 tahun), namun di tahun berikutnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara memiliki keuangan yang kuat dan modern, telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya
Lebih terperinciPRUlink Newsletter Kuartal III 2008
PRUlink Newsletter Kuartal III 2008 Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang disebabkan oleh kredit macet sektor perumahan, lalu membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan
Lebih terperinciFebruari 2017 RESEARCH TEAM
RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian di suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang
Lebih terperinciPENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES
PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Imbas the U.S. subprime mortgage crisis ke perekonomian negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imbas the U.S. subprime mortgage crisis ke perekonomian negara-negara di luar Amerika Serikat benar-benar terasa, setelah kejadian Lehman Brothers menyatakan bangkrut
Lebih terperinciIV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA
49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Kurs valuta asing yang disebut juga sebagai nilai tukar merupakan suatu nilai yang menunjukkan harga dari mata uang tersebut jika dipertukarkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Properti dan real estat merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia tidaklah dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia investasi selalu mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat Indonesia semakin rentan terhadap berbagai gejolak pada lingkungan eksternal, baik yang bersifat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini mencakup pergerakan seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Sektoral BEI (Bursa Efek Indonesia) merupakan sub indeks dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002
REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global
2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika perekonomian suatu negara mengalami depresiasi mata uang, maka bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH
PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yg melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia dan hampir di seluruh sektor. Krisis keuangan global menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana
Lebih terperinciTINJAUAN KEBIJAKAN MONETER
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH UANG YANG BEREDAR TERHADAP INFLASI
Tugas Makroekonomi I Nama : Kurniasih NIM : 7111414028 Ekonomi Pembangunan B 2014 PENGARUH JUMLAH UANG YANG BEREDAR TERHADAP INFLASI Sebelum kita membahas mengenai pengaruh jumlah uang yang beredar terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan
Lebih terperinciKinerja CENTURY PRO FIXED
29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001
REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah penanaman dana dalam jumlah tertentu pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di Indonesia, hal ini terlihat dari besarnya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Kebijakan Perbankan Pasca Krisis 1998 Krisis keuangan yang terjadi di Asia mulai pertengahan tahun 1997 telah memicu krisis perbankan di beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan
Lebih terperinci