Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs Kabupaten Kutai Timur Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Kotak Glosarium/Daftar Singkatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs Kabupaten Kutai Timur Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Kotak Glosarium/Daftar Singkatan"

Transkripsi

1 Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Kotak Glosarium/Daftar Singkatan i iii iv iv v Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Tujuan Hasil yang Diharapkan Ruang Lingkup Wilayah Ruang Lingkup Pekerjaan Tujuan dan Hasil yang Diharapkan Keluaran yang akan Dihasilkan Ruang Lingkup Kegiatan Landasan Hukum Sistematika Pembahasan 6 Bab II GAMBARAN UMUM DAERAH Kondisi Geografis Daerah Batas Administrasi Luas Wilayah Topografi Gambaran Umum Penduduk Kondisi Ekonomi Makro Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi Struktur Perekonomian Tanpa Migas dan Batubara PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita 15 Bab III CAPAIAN MDGs Di KABUPATEN KUTAI TIMUR TUJUAN 1 : MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Target 1A : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya 16 di bawah US$1 (PPP) per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Persentase Penduduk Miskin Indeks Kedalaman Kemiskinan TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Target 1B : Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan 21 yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Laju Pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Bruto) per tenaga kerja Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas 23 i

2 Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap 25 Total Kesempatan Kerja TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Target 1 C : Menurunkan Hingga Setengahnya Proporsi Penduduk 28 yang Menderita Kelaparan dalam Kurun Waktu KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Indikator 1.8: Prevalensi Balita dengan Berat Badan Rendah atau Kekurangan Gizi, 28 Dibandingkan dengan Seluruh Jumlah Balita Indikator 1.9: Proporsi Penduduk dengan Asupan Kalori di Bawah Tingkat Konsumsi 29 Minimum TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN TUJUAN 2 : MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan 33 di manapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar KEADAAN DAN KECENDERUNGAN TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN TUJUAN 3 : MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN 37 PEREMPUAN KEADAAN DAN KECENDERUNGAN TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN TUJUAN 4 : MENURUNKAN KEMATIAN ANAK KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Angka Kematian Balita Angka Kematian Bayi Angka Kematian Neonatal Tingkat Imunisasi Campak TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN TUJUAN 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Angka Kematian Ibu Kelahiran dengan Tenaga Terlatih Kunjungan Persalinan/Nifas Pemakaian Alat Kontrasepsi TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN TUJUAN 6 : MEMERANGI HIV/AIDS DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Pengendalian HIV/AIDS Pengendalian Penyakit Malaria Pengendalian TBC Pengendalian Penyakit Malaria TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN TUJUAN 7 : MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Tujuan 7A : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan 68 dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Rasio Luas Kawasan Tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit 69 dan survei foto udara terhadap luas daratan Jumlah Emisi Karbonmonoksida (CO) 71 ii

3 Jumlah Konsumsi Bahan Perusak Ozon (BPO) TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Tujuan 7B : Mengurangi kehilangan keanekaragaman hayati dan mengurangi 78 kehilangan yang signifikan pada tahun KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Proporsi Tangkapan ikan yang berada dalam batasan Biologis yang aman Proporsi kawasan hutan lindung yang terkelola baik TANTANGAN DAN UPAYA YANG DIPERLUKAN Tujuan 7C : Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses 82 berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak hingga tahun KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Berkelanjutan terhadap Air Minum Layak TANTANGAN DAN UPAYA YANG DIPERLUKAN TARGET 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk 86 miskin di pemukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun KEADAAN DAN KECENDERUNGAN TANTANGAN DAN UPAYA YANG DIPERLUKAN 88 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN 92 Daftar Tabel Tabel 2.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten 8 Kutai Timur Tabel 2.2. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan 10 Kecamatan Tahun Tabel 2.3. Proporsi Penduduk Menurut Kecamatan Tahun Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun Tabel 2.5. Perkembangan PDRB Kabupaten Kutai Timur Tahun Tabel 2.6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kutai Timur Tahun Tabel 2.7. Kontribusi Sektoral Tanpa Migas dan Batubara Tahun Tabel 2.8. PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga 15 Berlaku Tahun Tabel 3.1. Angka Partisipasi Murni Kabupaten Kutai Timur Tabel 3.2. Aktivitas yang dikerjakan suami jika ia berada di rumah 38 Tabel 3.3. Rasio Perempuan dan Laki-laki dalam Pendidikan 39 Tabel 3.4. Realisasi Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan 42 Anak Tabel 3.5. Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan 42 Tabel 3.6. Realisasi Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender 42 dalam Pembangunan Tabel 3.7. Luas Wilayah Hutan Tahun Tabel 3.8. Luas Tata Guna Hutan, Jumlah Perusahaan, Luas HPH dan HTI Tahun iii

4 Tabel 3.9. Perkembangan PDRB Kabupaten Kutai Timur Tahun Tabel Luas Lahan Perkebunan Tahun Tabel Lokasi dan Kapasitas Pabrik Crude Palm Oil (CPO) Kelapa Sawit 75 di Kabupaten Kutai Timur Tahun Tabel Lahan Kritis Kalimantan Timur 76 Tabel Rumah Tangga Perikanan, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan 79 Tahun Tabel Capaian Pembangunan Rumah Layak Huni APBD Kutai Timur Tahun Daftar Grafik Grafik 2.1. Peta Kabupaten Kutai Timur 7 Grafik 3.1. Persentase Penduduk Miskin (P 0) Kabupaten Kutai Timur Grafik 3.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) Kabupaten Kutai Timur Grafik 3.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kutai Timur Grafik 3.4. Penduduk Umur 15 ke atas yang Bekerja Kabupaten Kutai Timur Grafik 3.5. Berusaha Sendiri, Pekerja Bebas dan Pekerja Keluarga Kabupaten Kutai Timur Grafik 3.6. Status Gizi Balita (BB/TB) di Kutai Timur Tahun Grafik 3.7. Konsumsi Penduduk di bawah 1400 Kkl Kabupaten Kutai Timur Grafik 3.8. Konsumsi Penduduk di bawah 2000 kkal Kabupaten Kutai Timur Grafik 3.9. Kematian Balita Berdasarkan Puskesmas di Kutai Timur Tahun Grafik Kematian Bayi Berdasarkan Puskesmas di Kutai Timur Tahun Grafik Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kutai Timur Tahun Grafik Kematian Ibu di Kutai Timur Tahun Grafik Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kutai Timur 54 Tahun Grafik Cakupan Kunjungan Nifas (Kf 3) di Kutai Timur Tahun Grafik Cakupan Kunjungan Nifas (Kf 3) per Puskesmas di Kutai Timur Tahun Grafik Cakupan KB Aktif di Kutai Timur Tahun Grafik Persentase Pemilihan Metode Kontrasepsi di Kutai Timur Tahun Grafik Data Kasus HIV dan AIDS Tahun Grafik Angka Success Rate TB Tahun Grafik Pemilikan Jenis Jamban 84 Grafik Lingkungan/Rumah Pernah Terkena Banjir 88 Daftar Kotak Kotak 3.1. Capaian Air Bersih (PDAM) Kutai Timur Kotak 3.2. Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah 87 iv

5 Glosarium/Daftar Singkatan ACT : Artemisinin-based Combination Therapy AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome AK : Angkatan Kerja AKABA : Angka Kematian Balita AKB : Angka Kematian Bayi AKI : Angka Kematian Ibu APK : Angka Partisipasi Kasar APM : Angka Partisipasi Murni BPO : Bahan Perusak Ozon CST : Care Support and Treatment HIV : Human Immuno Deficiency Virus IMS : Infeksi Menular Seksual KLB : Kejadian Luar Biasa KTS : Konseling Tes HIV Sukarela MOP : Metode Operatif Pria ODHA : Orang Dengan HIV AIDS PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini PD3I : Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi PDP : Perawatan Dukungan dan Pengobatan PDRB : Produk Domestik Regional Bruto PLS : Pendidikan Luar Sekolah PMS : Penyakit Menular Seksual PTRM : Program Terapi Rumatan Metadon PUG : Pengarusutamaan Gender PUS : Pasangan Usia Subur PWS-KIA : Pemantauan Wilayah Sekitar Kesehatan Ibu dan Anak RAD MDGs : Rencana Aksi Daerah Millennium Development Goals RDT : Rapid Diagnostic Test RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah SDA : Sumber Daya Alam SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia TKPKD : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka UCI : Universal Child Immunization UGD : Unit Gawat Darurat UHP : Unit Hamparan Pengkajian UMK : Upah Minimum Kabupaten VCT : Voluntary Counseling and Testing WUS : Wanita Usia Subur v

6 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bruntland Report yang muncul pada tahun 1982 menjadi komitmen internasional yang berisi pesanpesan pembangunan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab moral generasi sekarang untuk memperhatikan hak-hak generasi yang akan datang. Masalah kerusakan lingkungan menjadi salah satu fokus penting komitmen tersebut, yang kemudian muncul konsep sustainable development. Berikutnya PBB menelorkan Agenda 21 yang merupakan hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil, dengan 21 agenda utama yang berfokus pada penghapusan kemiskinan, peningkatan peran perempuan dalam pembangunan dan penyelamatan lingkungan hidup. Konsep tersebut menjadi acuan yang diadopsi oleh banyak negara, termasuk di dalamnya juga negara berkembang dalam perencanaan pembangunan. Dalam kurun waktu tersebut banyak pula kejadian-kejadian luar biasa yang mempengaruhi kualitas pencapaian agenda-agenda yang telah ditetapkan, seperti penyebaran HIV/AIDS yang mendunia melalui metode dan cara-cara yang di luar kesadaran mental manusia, mulai dari jarum suntik hingga transfusi darah yang tidak aman, perang di beberapa negara Eropa timur, Afrika dan Timur Tengah, serta krisis ekonomi di Asia Tenggara. Akar persoalan seperti tingkat buta huruf yang masih rendah, kemiskinan dan sebagainya masih belum dapat diselesaikan karena belum adanya target kuantitatif yang menjadi acuan. Hal tersebut menjadi cikal bakal lahirnya Millennium Development Goals sebagai hasil kesepakatan dari 198 negara pada tahun 2000, dengan menetapkan target kuantitatif yang akan dicapai pada tahun Konsep ini muncul dengan pemikiran bahwa ada beberapa hal yang membuat masyarakat menjadi tetap rentan (vulnerable) dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga ditetapkan delapan tujuan beserta target target indikator yang diharapkan mampu membantu mereka keluar dari persoalan persoalan yang sangat mendasar dalam keterbelakangan tersebut. Millennium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millennium adalah sebuah paradigma pembangunan yang berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia dan akan menjadi landasan pembangunan di abad millennium. Paradigma pembangunan millennium baru ini merupakan kesepakatan 189 negara-negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada September 2000 pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millennium. 1

7 Deklarasi Millennium tersebut di antaranya ditandatangani bersama oleh 147 kepala pemerintahan yang ikut menghadiri KTT tersebut termasuk Indonesia. Semua negara anggota diharuskan mengadopsi tujuan MDGs ke dalam rencana pembangunan nasional. Negara-negara anggota yang relatif tertinggal dalam pemenuhan hak-hak dasar manusia didorong untuk mempercepat pencapaiannya, sedang negara-negara yang telah mengalami kemajuan dalam pembangunan manusia berkewajiban untuk membantu negara-negara yang sedang berkembang dan tertinggal. Sebagai penandatangan Deklarasi Millennium, Indonesia berkewajiban untuk merealisasikan tujuan MDGs seoptimal mungkin dan mengintergrasikannya dalam rencana pembangunan nasional di seluruh nusantara mulai dari tingkat provinsi bahkan hingga pedesaan. Pada prinsipnya setiap target MDGs disepakati secara global namun masih bersifat dinamis disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang melekat pada setiap tujuan untuk diukur tingkat pencapaiannya. Sebagai contoh pada tahun 2008 disepakati 18 target, namun karena kebutuhan mendesak berubah menjadi 21 target pada tahun 2008 dengan penambahan 4 target dan menghilangkan 1 target. Pada tingkat kabupaten/kota, indikator tersebut dapat pula dimodifikasi. Tidak semua indikator nasional dapat diadopsi untuk tingkat kabupaten/kota sehingga perlu ditambahkan indikator lokal. MDGs (Millennium Development Goals) merupakan komitmen nasional dan global. Pencapaian target Milliennium Development Goals (MDGs) merupakan pemenuhan komitmen internasional yang sejalan dengan upaya pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, kinerja pencapaian target MDGs di tingkat nasional sudah cukup baik, namun di tingkat daerah masih perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama lintas sektor dan lintas bidang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, peningkatan kemitraan antara pemerintah dengan swasta serta peningkatan peran aktif masyarakat dalam peningkatan pencapaian tersebut. Dalam mendukung komitmen pemerintah tersebut, Kabupaten Kutai Timur turut serta berperan aktif dalam pencapaian MDGs tersebut. Peran ini tergambar melalui kebijakan pembangunan daerah serta lebih detail lagi dituangkan melalui Peraturan Bupati tentang Pencapaian MDGs Kabupaten Kutai Timur serta Pedoman Penyusunan RAD MDGs sebagai target kinerja pencapaian MDGs tersebut. Pedoman Penyusunan RAD MDGs sebagaimana yang diamanatkan dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2010, berisikan cara pengorganisasian, langkah teknis, dan sistematika penyusunan RAD MDGs serta dilengkapi pula dengan matriks rencana aksinya. Pedoman ini diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi pemerintah daerah dalam menyusun RAD MDGs sehingga setiap daerah dapat 2

8 menyusun dokumen strategis yang menggambarkan upaya sinergis dalam pencapaian target MDGs di pusat dan daerah. Matriks RAD MDGs untuk setiap tujuan bersifat kuantitatif. Masing-masing tujuan memiliki program, kegiatan, indikator, target pencapaian dan alokasi anggaran tahunan sesuai tujuan, target dan indikator MDGs terkait. Menu kegiatan tersebut bersifat operasional dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan daerah sepanjang memiliki dampak yang signifikan terhadap pencapaian target nasional maupun target MDGs. Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs Kabupaten Kutai Timur Tahun telah tersusun sehingga perlu diketahui sampai sejauh mana target kinerja pencapaian MDGs telah dicapai melalui evaluasi pencapaian MDGs sesuai kinerja tahunan yang telah ditetapkan Maksud dan Tujuan Maksud diadakannya kegiatan Penyusunan Buku Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs di Kabupaten Kutai Timur adalah tersusunnya laporan evaluasi Pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur sesuai indikator dan target yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana dampak dari pencapaian kinerja MDGs tersebut dapat memberi manfaat terhadap kesejahteraan masyarakat serta menjadi acuan pencapaian kinerja daerah selanjutnya Tujuan 1. Mengidentifikasi kondisi terkini pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 2. Mengevaluasi Target Indikator Kinerja Pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 3. Menyusun rekomendasi perbaikan percepatan pencapaian MDGs Kabupaten Kutai Timur 1.4. Hasil yang Diharapkan 1. Teridentifikasinya kondisi terkini pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 2. Terevaluasinya Target Indikator Kinerja Pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 3. Tersusunnya rekomendasi percepatan pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 3

9 1.5. Ruang Lingkup Wilayah Lokasi kegiatan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs Kabupaten Kutai Timur 2014 adalah seluruh wilayah Kabupaten Kutai Timur Ruang Lingkup Pekerjaan Tujuan dan Hasil yang Diharapkan Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kondisi terkini pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 2. Mengevaluasi Target Indikator Kinerja Pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 3. Menyusun rekomendasi perbaikan percepatan pencapaian MDGs Kabupaten Kutai Timur Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Teridentifikasinya kondisi terkini pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 2. Terevaluasinya Target Indikator Kinerja Pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur 3. Tersusunnya rekomendasi percepatan pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur Keluaran yang Akan Dihasilkan Keluaran dari kegiatan Evaluasi Pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur adalah Buku Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs Kabupaten Kutai Timur Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan ini adalah: 1. Pengumpulan dan pengelolaan data serta informasi yang dibutuhkan; 2. Analisis data dan informasi serta kajian kebijakan terkait pencapaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur; 3. Melakukan observasi lapangan sesuai kebutuhan; 4. Merumuskan tindak lanjut berupa rekomendasi perbaikan percepatan pencapaian MDGs; 5. Melaporkan hasil kerja dari tiap-tiap tahapan kegiatan yang telah ditetapkan. 4

10 1.7. Landasan Hukum Peraturan serta perundang-undangan yang terkait baik ditingkat daerah, provinsi maupun nasional. 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 9. Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010; 10. Intsruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan; 5

11 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 12. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun ; 13. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor Tahun Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun ; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Wilayah Kabupaten, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah Dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya Kabupaten Kutai Timur; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kutai Timur Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Timur Tahun 2011 Nomor 11); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai Timur Tahun Peraturan Bupati Kabupaten Kutai Timur Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millennium Development Goals Kabupaten Kutai Timur Tahun Sistematika Pembahasan Laporan Pendahuluan ini disusun secara sistematis dan runtun bab per bab sesuai dengan materi pokoknya, uraian diawali dari : Bab 1 Bab Pendahuluan yang di dalamnya menguraikan latar belakang pekerjaan ini, maksud dan tujuan, keluaran, ruang lingkup, dan sistematika penyajian laporan. Bab 2 Gambaran Umum Daerah yang mendiskripsikan keadaan umum wilayah Kabupaten Kutai Timur Bab 3 Capaian MDGs di Kabupaten Kutai Timur yang menguraikan mengenai capaian-capaian Bab 4 Kesimpulan dan Saran 6

12 BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1. Kondisi Geografis Daerah Batas Administrasi Kabupaten Kutai Timur secara geografis terletak pada Bujur Barat Bujur Timur dan Lintang Utara Lintang Selatan. Pada awal dibentuk, Kabupaten Kutai Timur terdiri dari 5 kecamatan namun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 16 Tahun 1999, kecamatan di Kutai Timur dimekarkan menjadi 11 kecamatan dan pada Tahun 2005 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 12 Tahun 2005 dimekarkan lagi menjadi 18 kecamatan. Gambar 2.1. Peta Kabupaten Kutai Timur Sumber: Bappeda Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013 Batas-batas wilayah Kabupaten Kutai Timur secara administratif adalah: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Talisayan dan Kecamatan Kelay (Kabupaten Berau); Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Bontang Utara (Kota Bontang), Kecamatan Marang Kayu dan Kecamatan Muara Karam (Kabupaten Kutai Kartanegara); Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi; 7

13 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kembang Janggut dan Kecamatan Tabang (Kabupaten Kutai Kartanegara). Peta Administratif Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada gambar berikut: Luas Wilayah Kabupaten Kutai Timur memiliki luas wilayah ,50 km² atau 17% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Selanjutnya luas wilayah dapat dirinci menurut luas wilayah per kecamatan sebagai berikut: Tabel 2.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa / Kelurahan di Kabupaten Kutai Timur No Kecamatan Banyaknya Desa / Luas Kelurahan km² % 1 Muara Ancalong ,30 7,66 2 Busang ,62 10,41 3 Long Mesangat 7 526,98 1,47 4 Muara Wahau ,32 16,01 5 Telen ,61 8,75 6 Kongbeng 7 581,27 1,63 7 Muara Bengkal ,80 4,26 8 Batu Ampar 6 204,50 0,57 9 Sangatta Utara ,59 3,53 10 Bengalon ,24 8,94 11 Teluk Pandan 6 831,00 2,32 12 Rantau Pulung ,85 4,65 13 Sangatta Selatan 4 143,82 0,40 14 Kaliorang ,58 9,29 15 Sangkulirang ,91 1,25 16 Sandaran ,30 9,57 17 Kaubun 8 257,45 0,72 18 Karangan ,36 8,57 Total ,50 100,00 Sumber: BAPPEDA Kabupaten Kutai Timur Tahun Topografi Topografi Kabupaten Kutai Timur bervariasi dari yang berupa dataran, berbukit hingga pegunungan, serta pantai dengan ketinggian tanah bervariasi antara 0-7 meter hingga lebih dari meter dari permukaan laut. Kawasan yang relatif datar dan landai hanya terdapat di Kecamatan Sangatta Utara, Muara Bengkal, Muara Ancalong dan sebagian Muara Wahau dan Sangkulirang. Daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Berau pada Kecamatan Sangkulirang, Muara Wahau dan Muara Ancalong merupakan daerah pegunungan kapur dengan kawasan pegunungan dan perbukitan 8

14 yang paling luas yaitu Ha dan ,5 Ha sedangkan dataran/landai ,5 Ha yang terdiri dari daratan, rawa dan perairan berupa sungai dan danau. Jaringan sungai terdapat di seluruh kecamatan sedangkan danau hanya di Kecamatan Muara Bengkal yaitu Danau Ngayau dan Danau Karang. Wilayah pantai yang berada di sebelah timur kabupaten mempunyai ketinggian antara 0-7 meter diatas permukaan laut di mana wilayah ini mempunyai sifat kelerengan yang datar, rawa mudah tergenang dan merupakan daerah endapan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Timur mempunyai kelerengan di atas 15%, wilayah dengan kelerengan di atas 40% mempunyai areal cukup luas, yang tersebar di seluruh wilayah, khususnya terkonsentrasi di bagian barat laut, di mana wilayahnya mempunyai ketinggian diatas 500 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut mempunyai sifat berbukit sampai bergunung dengan kelerengan lebih dari 40% dan sangat berpotensi erosi Gambaran Umum Penduduk Aspek kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam pembangunan daerah sehingga data kependudukan sangat diperlukan sebagai bahan penentuan kebijakan maupun perencanaan pembangunan. Dalam konteks yang lebih spesifik, data penduduk beserta deskripsi kecenderungannya sangat berguna dalam mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, yang sedang berjalan, bahkan dalam merencanakan bentuk dan volume kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang. Persoalan kependudukan seperti pertumbuhan penduduk beserta karakteristik faktor yang mempengaruhinya, baik karena tingkat fertilitas dan mortalitas atau karena tingkat migrasi akan berdampak dalam upaya intervensi pembangunan yang dilaksanakan, seperti penyediaan infrastruktur yang memadai serta lapangan pekerjaan yang cukup di masa mendatang. Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Timur pada Tahun 2012 sebesar jiwa mengalami pertambahan sebanyak jiwa, menjadi jiwa di Tahun 2013; atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,12%.Pada Tahun 2013 jumlah penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa; ini berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin 123,94, di mana besaran angka rasio jenis kelamin mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar 122,82. Pertumbuhan penduduk tersebut sebagian karena migrasi masuk ke Kabupaten Kutai Timur yang umumnya dikarenakan alasan ekonomi atau mencari pekerjaan baik secara perseorangan maupun tumbuhnya investasi atau lapangan usaha dalam berbagai sektor ekonomi, baik sektor 9

15 primer, sekunder, maupun tersier, mulai dari skala usaha mikro, kecil, menengah sampai besar. Indikasi ini dikuatkan pula dengan peningkatan angka rasio jenis kelamin laki-laki terhadap perempuan, di mana laki-laki dominan sebagai kepala keluarga yang bekerja. Kondisi pesatnya pertambahan penduduk ini sekaligus membuktikan bahwa Kutai Timur telah menjadi kabupaten yang menjadi salah satu tujuan dan mampu menarik minat investasi. Jumlah dan perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dan sebaran di kecamatan, terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.2. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun No Kecamatan L P L P 1 Muara Ancalong Busang Long Mesangat Muara Wahau Telen Kongbeng Muara Bengkal Batu Ampar Sangatta Utara Bengalon Teluk Pandan Sangatta Selatan Rantau Pulung Kaliorang Kaubun Sangkulirang Karangan Sandaran Jumlah Jumlah L + P Rasio Jenis Kelamin 122,82 123,94 Pertumbuhan (%) 5,12 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014 Sementara persentase penyebaran penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada tabel Tabel tersebut memberi gambaran bahwa distribusi penduduk Kabupaten Kutai Timur tidak merata. Sangatta Utara merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya. 10

16 Tabel 2.3. Proporsi Penduduk Menurut Kecamatan Tahun No Kecamatan Proporsi Penduduk Muara Ancalong 3,59 3,40 2 Busang 1,52 1,42 3 Long Mesangat 1,84 1,77 4 Muara Wahau 6,13 6,69 5 Telen 2,43 2,34 6 Kongbeng 5,32 5,65 7 Muara Bengkal 4,16 3,82 8 Batu Ampar 1,51 1,42 9 Sangatta Utara 31,84 31,58 10 Bengalon 9,42 9,52 11 Teluk Pandan 5,38 5,46 12 Sangatta Selatan 8,25 7,96 13 Rantau Pulung 2,28 2,27 14 Kaliorang 3,21 3,17 15 Kaubun 2,65 2,86 16 Sangkulirang 4,88 4,84 17 Karangan 3,37 3,41 18 Sandaran 2,24 2,42 Jumlah (%) 100,00 100,00 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014 Jika melihat jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, maka berdasarkan Tabel 1.4 terlihat jumlah penduduk terbanyak berada pada kelompok umur tahun sebanyak jiwa, kemudian kelompok umur tahun sebanyak jiwa dan kelompok umur tahun sebanyak jiwa. 11

17 Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun No Kelompok Umur Tahun Jumlah Sumber: Dinas Kependudukandan Catatan Sipil Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014 Berdasarkan data ketenagakerjaan yang tersedia menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013 memerlukan intervensi yang lebih pro-aktif ke depan. Hal ini berkaitan dengan semakin menggeliatnya perekonomian Kabupaten Kutai Timur sehingga menumbuhkan minat yang besar sebagai tujuan pencari pekerjaan dari luar daerah. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh tren peningkatan jumlah penduduk usia produktif, khususnya kelompok umur 25-29, kelompok umur dan kelompok umur Kondisi Ekonomi Makro Perkembangan perekonomian Kabupaten Kutai Timur tidak terlepas dari kontribusi sektor ekonomi yang mendukungnya, seperti pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan pertambangan, di mana sektor pertambangan dan penggalian terutama sub sektor pertambangan non migas (batubara) masih merupakan pendukung utama perekonomian Kabupaten Kutai Timur Perkembangan PDRB Dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kutai Timur atas dasar harga berlaku dengan migas pada Tahun 2012 sebesar Rp ,90 juta dan berdasarkan angka estimasi pada Tahun 2013 mencapai sebesar Rp ,14 juta. Pada periode yang sama, PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas meningkat dari Rp ,18 juta menjadi Rp ,52 juta. 12

18 Selanjutnya PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas dan batu bara juga meningkat dari Rp ,63 juta menjadi Rp ,06 juta. Gambaran kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Kutai Timur dalam periode 5 (lima) tahun terakhir secara lebih lengkap adalah seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.5.Perkembangan PDRB Kabupaten Kutai Timur Tahun Tahun Tanpa Migas & Batubara Dengan Migas (Juta Rp) Tanpa Migas (Juta Rp) (Juta Rp) Harga Harga Konstan Harga Konstan Harga Harga Berlaku Harga Berlaku Berlaku Konstan , , , , , , r , , , , , , r , , , , , , * , , , , , , ** , , , , , ,89 Sumber: BPS Kabupaten KutaiTimur Tahun 2014 *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Selanjutnya, laju pertumbuhan ekonomi dengan migas pada Tahun 2013 adalah 11,43%, tanpa migas sebesar 11,53%, serta tanpa migas dan batubara mencapai 4,35%. Laju Pertumbuhan Ekonomi dalam periode 5 (lima) tahun terakhir secara lebih lengkap adalah seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kutai Timur Tahun Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Dengan Migas Tanpa Migas Tanpa Migas & Batubara ,60 5,57 4, r 9,33 9,80 6, r 11,43 11,57 6, *) 12,68 12,81 11, **) 11,43 11,53 4,35 Sumber: BPS Kabupaten KutaiTimur Tahun 2014, Data diolah *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Struktur Ekonomi Struktur ekonomi yang tergambar dari besarnya peranan suatu sektor terhadap perekonomian di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat dari distribusi persentase suatu sektor terhadap total seluruh sektor dalam membentuk PDRB Kutai Timur. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terbesar sejak Tahun 2009 hingga Tahun Sumbangan sektor ini juga mengalami peningkatan ditiap tahunnya. Pada Tahun 2012 sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 87,86% dan mengalami peningkatan sebesar 0,35% pada Tahun 2013 menjadi 88,21%. Selain sumbangan dari sektor pertambangan dan penggalian, kontribusi sektor pertanian menyumbang 13

19 3,39% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 3,38% menempati urutan kedua dan ketiga. Sedangkan sumbangan sektor-sektor lainnya seperti: sektor industri pengolahan, bangunan dan kontruksi, pengangkutan dan komunikasi dan sektor lainnya; masih di bawah 3% Struktur Perekonomian Tanpa Migas dan Batubara Kabupaten Kutai Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) berupa batubara, migas dan bahan tambang lainnya, akan tetapi komoditikomoditi tersebut adalah komoditi SDA yang tidak dapat terbaharui (unrenewable). Perubahan yang terjadi pada komoditi tambang tersebut khususnya batubara baik pada produksi maupun harga, pasti berpengaruh terhadap besarnya sumbangan sektor-sektor lainnya seperti pertanian dan bangunan. Jika komoditi batubara dan migas ini dikeluarkan dari PDRB Kutai Timur maka peranan sektor-sektor lainnya akan lebih nyata terlihat pengaruh dan andilnya. Berdasarkan PDRB tanpa migas dan batubara Tahun , sektor pertanian merupakan yang paling dominan sebagai pembentuk PDRB Kabupaten Kutai Timur dengan kontribusi antara 26,79%-29,17%. Urutan terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan share antara 23,32%-28,40%, kemudian disusul sektor bangunan sebesar antara 13,60%-15,97%. Sedangkan sektor-sektor lainnya, di bawah 6%. Kontribusi sektor-sektor tersebut dalam 5 (lima) tahun terakhir secara lebih lengkap adalah seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.7. Kontribusi Sektoral Tanpa Migas dan Batubara Tahun No Sektor Usaha Ratarata 1 Pertanian 29,17 27,11 26,79 27,42 27,48 27,59 2 Pertambangan dan Penggalian 5,22 4,75 4,67 4,64 4,48 4,75 3 Industri Pengolahan 2,11 2,00 1,87 1,77 1,63 1,88 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,73 0,67 0,65 0,63 0,59 0,65 5 Bangunan dan Konstruksi 15,97 15,33 14,43 13,60 13,71 14,61 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,32 25,45 28,40 27,03 27,41 26,32 7 Pengangkutan dan Komunikasi 13,22 12,54 11,73 13,29 13,40 12,84 8 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 6,02 6,07 5,84 5,20 4,74 5,57 9 Jasa jasa 4,24 6,08 5,61 6,42 6,56 5,78 Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Kutai Timur Tahun

20 PDRB Perkapita Dan Pendapatan Regional Perkapita PDRB perkapita pada Tahun cenderung meningkat, demikian pula halnya dengan pendapatan regional per kapita. Sejalan dengan distribusi PDRB yang dipisahkan antara PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas dan batubara, maka akan terlihat besaran PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita apabila unsur migas dan batubara dikeluarkan dari perhitungan seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.8. PDRB Perkapita Dan Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tahun Dengan Migas (Rp) PDRB Perkapita Pendapatan Regional Perkapita PDRB Perkapita Tanpa Migas (Rp) Pendapatan Regional Perkapita Tanpa Migas dan Batubara (Rp) Pendapatan PDRB Regional Perkapita Perkapita *) **) n.a n.a n.a. Sumber: BPS Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014 * ) Angka sementara; n.a. : Belum tersedia data dari BPS; **) Angka sangat sementara Berdasarkan tabel di atas, PDRB Per kapita dengan migas dalam Tahun 2013 meningkat sebesar Rp ,00 dari Tahun 2012 sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00. PDRB Per kapita tanpa Migas meningkat Rp ,00 dari Tahun 2012 sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00 dan PDRB tanpa Migas dan Batubara meningkat sebesar Rp ,00 dari Tahun 2012 sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00 pada Tahun Peningkatan PDRB ini lebih besar dibandingkan periode sebelumnya (Tahun 2011 ke 2012) di mana masing-masing meningkat sebesar Rp ,00; Rp ,00; dan Rp ,00. Data terkait Pendapatan Regional Perkapita untuk Tahun 2013 masih belum tersedia dari BPS. Namun, melihat pola peningkatan yang terjadi pada PDRB Perkapita maka dapat diperkirakan Pendapatan Regional Perkapita pun cenderung meningkat dibandingkan Tahun Walaupun besaran absolutnya belum dapat diperhitungkan secara tepat. 15

21 Bab III CAPAIAN MDGs Di KABUPATEN KUTAI TIMUR 3.1. TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Target 1A: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 (PPP) per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu TARGET 1A: MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK DENGAN TINGKAT PENDAPATAN KURANG DARI USD 1,00 PPP PER HARI DALAM KURUN WAKTU Indikator Target MDG 2015 Status Sumber TUJUAN 1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu a 1.1.b. 1.1.c Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari Tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional 8,62% ,13% Rasio Kesenjangan Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan 2, Berkurang Indeks Keparahan Kemiskinan 0,64 0,30 Berkurang Proporsi kuintil termiskin dalam konsumsi nasional 11,39? 10,00 Status: Sudah tercapai; Akan tercapai; Perlu Perhatian Khusus Tabulasi Indikator MDGs Kabupaten /Kota Tahun Kementrian PPN/Bappenas Target capaian tujuan 1 A yang berupaya untuk menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 (PPP) per hari menjadi setengahnya relatif cukup baik. Kedalaman kemiskinan semakin menurun dan ada harapan untuk mencapai target untuk menurunkan proporsi 16

22 penduduk miskin yang pada tahun 2013 ini sudah menampakkan penurunannya. Meskipun sudah menunjukkan kecenderungan penurunannya, akan tetapi capaian ini belum memenuhi target yang telah ditetapkan dan dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkannya KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Persentase Penduduk Miskin Indikator 1.1: Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari, yang berarti persentase penduduk yang hidup dengan pendapatan di bawah $1 (PPP) per hari. Indikator ini disepakati untuk menunjukkan status seseorang miskin dan bermanfaat untuk memonitor kemajuan upaya pengetasan kemiskinan setiap negara termasuk Indonesia dan untuk memonitor tren kemiskinan pada tingkat global. Grafik 3.1. Persentase Penduduk Miskin (P0) Kabupaten Kutai Timur Persentase Penduduk Miskin (P0) Kabupaten Kutai Timur Capaian MDGs Target MDGs Sumber: Laporan Hasil Tabulasi Indikator MDGs Kabupaten/Kota Tahun Kementrian PPN/Bappenas, Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs Kabupaten Kutai Timur Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Timur meningkat dari tahun ke tahun. Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 5.72% per tahun, dari tahun 2011 hingga tahun Jumlah penduduk tahun 2013 sebesar meningkat dibandingkan jumlah penduduk Kutai Timur tahun 2012 sebesar jiwa. 1 Di sisi lain, persentase penduduk miskin di Kabupaten Kutai Timur menunjukkan tren menurun dari tahun ke tahun. Dari tahun 2011 sebesar 9.43 % menurun signifikan menjadi 8.77% pada tahun Dari tahun 2012 ke 2013 meskipun tidak cukup signifikan tetapi menunjukkan tren yang menurun, penduduk miskin di Kutai Timur menjadi 8.59 % pada tahun Statistik Daerah Kutai Timur

23 Meskipun terjadi penurunan persentase penduduk miskin sejak tahun namun capaian ini masih berada di bawah target yang telah ditetapkan melalui RAD MDGs Dengan kata lain hasil yang diperoleh masih belum memenuhi target penurunan persentase penduduk miskin Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan tren yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks ini, berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin jauh dari garis kemiskinan. Indikator ini mencerminkan keparahan atau kedalaman tingkat kemiskinan yang dialami masyarakat miskin. Indeks kedalaman kemiskinan di Kabupaten Kutai Timur dari tahun ke tahun menurun. Menurun dari 1.41 pada tahun 2011 menjadi sebesar 1.15 pada tahun Penurunan itu menunjukan perbaikan pada tingkat kesejahteraan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Grafik 3.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) Kabupaten Kutai Timur Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Kutai Timur Th 2011 Th 2012 Th 2013 Sumber: Laporan Hasil Tabulasi Indikator MDGs Kabupaten/Kota Tahun Kementrian PPN/Bappenas 18

24 TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Masalah penanggulangan kemiskinan merupakan upaya lintas sektoral. Ini berarti harus ada kerja sama, koordinasi untuk membangun sinergi yang kuat. Seluruh upaya ini akan tergambar pada indikator dan tolok ukur di atas. Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Kutai Timur adalah ketergantungan yang tinggi terhadap ekonomi ekstraktif yang memiliki jangka waktu yang sesungguhnya terbatas dan memiliki resiko terhadap kerusakan lingkungan yang jika tidak bijak ditangani akan menimbulkan persoalan serius di masa mendatang. Ekonomi ekstraktif yang dominan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan Kabupaten Kutai Timur adalah pertambangan baik batu bara dan minyak dan gas. Meskipun dikatakan bahwa Kabupaten Kutai Timur ini kaya dengan sumberdaya alam (SDA) namun merupakan SDA yang tidak dapat terbaharui (unrenewable) dan berjangka waktu yang terbatas. Sektor inilah yang selama ini menopang ekonomi Kabupaten Kutai Timur. Salah satu implikasinya adalah meningkatnya migrasi masuk ke Kutai Timur. Bukan hanya tenaga terdidik namun juga tenaga kerja non terdidik, pekerja dengan ketrampilan maupun pekerja tanpa ketrampilan, pekerja formal dan juga pekerja non formal. Jumlah penduduk yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun disebabkan karena faktor terdapatnya kegiatan pertambangan yang pada menumbuhkan aneka kebutuhan demi keberlangsungan operasi industri tersebut. Perubahan yang terjadi pada komoditi tambang tersebut khususnya batubara baik pada produksi maupun harga, akan berpengaruh terhadap besarnya PDRB Kabupaten Kutai Timur. Di sisi lain, perubahan rona lingkungan akibat pertambangan maupun perkebunan yang bersifat mono kultur, juga harus dipertimbangkan. Tantangan yang lain adalah meningkatkan sinkronisasi dan efektivitas koordinasi penanggulangan kemiskinan serta harmonisasi antar pelaku. Untuk itu perlu adanya upaya: (i) peningkatan koordinasi dan sinkronisasi melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; (ii) peningkatan peran TKPKD dalam koordinasi program-program penanggulangan kemiskinan untuk percepatan penurunan kemiskinan di daerah, termasuk pemeliharaan dan penggunaan data kemiskinan yang konsisten dan akurat secara kontinyu baik untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program-program penanggulangan kemiskinan di daerah; (iii) memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; dan (iv) penanganan kantung-kantung kemiskinan terutama yang berada di daerah tertinggal termasuk pembangunan sarana dan prasarana dasar dan pendukung (meliputi listrik dan air, serta akses transportasi). 19

25 Kabupaten Kutai Timur dalam upaya penanggulangan kemiskinan menimplementasikan programprogram penanggulangan kemiskinan yang berasal dari pusat dan program yang berasal dari inisiatif daerah. Program penanggulangan kemiskinan tersebut terdiri dari 1) Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga, yang meliputi (i) Program Keluarga Harapan (PKH); (ii) Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); (iii) Program beras untuk keluarga miskin (Raskin); (iv) Program beasiswa pendidikan untuk keluarga miskin; (v) Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 2) Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Komunitas yang terdiri dari (i) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM); (ii) Program Wajib Belajar 12 Tahun Pendidikan Dasar dan Menengah; (iii) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja; (iv) Program Peningkatan Peran serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan dan (v) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, KAT dan Penyandang PMKS lainnya. Ketiga, Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil Program Kredit Usaha Rakyat yang meliputi (i) Program Pengembangan Sistem Pendukung usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah; (ii) Program Peningkatan Sumber Daya Manusia UKM (Usaha Kecil Menengah); (iii) Program Penanggulangan Kemiskinan dan kerentanan. Keempat, Program Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif Daerah yang terdiri dari (i) Bantuan perumahan layak huni (Aladin); (ii) Jaringan air bersih seluruh kecamatan hingga ke desa; (iii) Pembangunan sentra-sentra transmigrasi; (iv) Pembangunan jalan usaha tani; (v) Puskesmas 24 jam untuk seluruh kecamatan dan (vi) distribusi genset ke setiap desa. Penanggulangan kemiskinan di Pemerintah Daerah Kutai Timur selaras dengan Grand Strategy yang dilaksanakan melalui beberapa pilar yaitu : 1. Perluasan kesempatan, ditujukan menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan. 2. Pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin kehormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar. 3. Peningkatan kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. 4. Perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan (perempuan kepala rumah tangga, fakir miskin, orang jompo, anak terlantar, kemampuan berbeda (penyandang cacat) dan masyarakat miskin, baik laki-laki maupun 20

26 perempuan, yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial Target 1B: Mewujudkan Kesempatan Kerja Penuh dan Produktif dan Pekerjaan yang Layak Untuk Semua, Termasuk Perempuan dan Kaum Muda Indikator Target MDG 2015 Status Sumber TUJUAN 1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda Laju pertumbuhan PDRB per tenaga BPS 1,4 Kerja 9,28% >7% 1,5 1,7 Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas 69,79% ,07% Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja 44,51% >60% Status: Sudah tercapai; Akan tercapai; Perlu Perhatian Khusus Tabulasi Indikator MDGs Kabupaten /Kota Tahun Kementrian PPN/Bappenas Meskipun menunjukkan terjadinya perubahan pada target 1B MDGs ini yang berupaya untuk mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua namun belum mencapai target ini yang telah ditetapkan. Ini membutuhkan komitmen dan kerja keras untuk meningkatkan pertumbuhan dan menjaga capaian tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membantu tumbuhnya kesempatan kerja dan invetasi. Kesempatan kerja pada tahun 2013 ini relatif kecil dibandingkan capaian pada tahun Demikian juga target untuk meningkatkan tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga belum terpenuhi. Dibutuhkan programprogram khusus berkait dengan ketenagakerjaan maupun memperbesar peluang investasi untuk mencapainya KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Laju Pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Bruto) per tenaga kerja Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran kunci dari kinerja ekonomi yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan suatu negara dalam menciptakan kesempatan kerja yang layak disertai dengan kompensasi yang adil. 21

27 Pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada meningkatnya lapangan kerja sehingga menambah kesempatan kerja. Secara khusus indikator kesempatan kerja terlihat dari besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja. Jumlah PDRB yang meningkat menggambarkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan pertumbuhan jumlah kebutuhan tenaga kerja sehingga akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap oleh pasar yang memberikan respon positif terhadap pertumbuhan ekonomi. PDRB adalah sejumlah nilai tambah produksi yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah atau region tanpa memilih atas faktor produksi. Oleh karena itu PDRB merupakan salah satu indikator makro ekonomi di mana dari total naik turunnya PDRB dapat diketahui pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan pendapatan perkapita suatu daerah. Naiknya pendapatan perkapita dalam hal ini bisa berarti naiknya jumlah serapan tenaga kerja. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja diperoleh dari total PDRB dibagi jumlah seluruh tenaga kerja di Kabupaten Kutai Timur. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja dapat menunjukkan produktivitas tenaga kerja sehingga laju PDRB per tenaga kerja memberikan gambaran mengenai kecepatan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Pada tahun 2011 laju PDRB sebesar 6.89 %. Kemudian pada tahun 2012 laju PDRB per tenaga kerja tercatat cukup tinggi yaitu mencapai %, namun demikian pada tahun 2013 laju PDRB per tenaga kerja tersebut mengalami penurunan hingga Pertumbuhan laju PDRB per tenaga kerja yang tidak konsisten ini, perlu mendapatkan perhatian khusus, agar dapat diupayakan pertumbuhan yang positif dan berkelanjutan. 22

28 Grafik 3.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kutai Timur Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kutai Timur PDRB Tanpa Migas dan Batubara PDRB Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Kutai Timur 2014 Pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jadi, semakin besar jumlah tenaga kerja berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif sehingga akan meningkatkan produktivitas dan akan memacu pertumbuhan ekonomi. Teori klasik tidak memasukkan tenaga kerja sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi karena para ekonom di era tersebut lebih menekankan pada aspek mobilitas kapital (K) dalam jangka panjang, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tergantung pada akumulasi kapital (tabungan dan investasi), sedangkan teori neoklasik menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjelaskan tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi selain modal dan teknologi Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Indikator ini mencerminkan tingkat penyerapan tenaga kerja terhadap total penduduk usia kerja, dengan asumsi bahwa jumlah kesempatan kerja yang tersedia adalah sama dengan jumlah penduduk yang bekerja. Jumlah penduduk di atas usia 15 tahun meningkat seturut peningkatan jumlah penduduk Kutai Timur, dari pada tahun 2011 meningkat menjadi pada tahun Jumlah angkatan kerja pernah mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar menjadi pada tahun 2012, namun meningkat menjadi pada tahun Mereka yang bekerja dari tahun ke tahun meningkat, dari di tahun 2011, menjadi pada tahun 2012 dan meningkat cukup 23

29 signifikan pada tahun 2013 menjadi Jumlah penduduk yang mencari kerja atau penganggur cenderung menurun signifikan dari tahun 2011 sebesar menjadi di tahun 2012 namun jumlah mereka yang menganggur atau mencari pekerjaan cenderung meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar jiwa. TPAK Mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. Mengacu pada data kependudukan di atas, termasuk ketenagakerjaan dan kualitas penduduk, maka nampak jelas bahwa Kabupaten Kutai Timur mengalami banyak permasalahan dalam hal ini. Penduduk yang besar dengan kualitas penduduk yang rendah menyebabkan penduduk tersebut menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi dan bukan pemacu. Dalam skala mikro, tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang pas-pasan atau bahkan rendah, hanya bisa menempati posisi yang sangat rendah. Ditambah dengan banyaknya supply tenaga kerja yang tersedia menyebabkan mereka tidak memiliki posisi tawar menawar yang memadai. Di Kabupaten Kutai Timur, penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan dengan pada tahun Pada tahun 2011 sebesar menjadi dan meningkat tidak mencolok di tahun 2013 sebesar Ini menunjukkan bahwa rasio antara penduduk usia di atas 15 tahun dengan kesempatan kerja mengecil hingga tahun Grafik 3.4. Penduduk Umur 15 ke atas yang Bekerja Kabupaten Kutai Timur Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas Yang bekerja Kabupaten Kutai Timur Capaian MDGs Target MDGs Sumber: Laporan Hasil Tabulasi Indikator MDGs Kabupaten/Kota Tahun Kementrian PPN/Bappenas 24

30 Tingkat Pengangguran Terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Di Kabupaten Kutai Timur, tingkat pengangguran terbuka cenderung berkurang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sebesar 9.41 % dan semakin menurun menjadi 6.49% di tahun 2012 dan menjadi 6.09% di tahun Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Indikator ini menunjukan berapa persen penduduk yang bekerja di dalam kegiatan informal atau disebut pekerja rentan. Sementara itu mereka yang berusaha sendiri, pekerja bebas dan pekerja keluarga di Kabupaten Kutai Timur cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sebesar menjadi 37.5 di tahun 2012 dan meningkat kembali menjadi pada tahun Kategori pekerja seperti tersebut di atas merupakan self employed, yang biasa ditemukan di sektor informal atau pekerja lepas. Kategori pekerja ini relatif rentan dan di Kabupaten Kutai Timur cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pekerja seperti ini kurang terpengaruh oleh berbagai macam regulasi dan tidak terlindungi oleh aneka jaminan sosial. Ada kemungkinan meskipun mencakup proporsi yang relatif besar, namun tipe usaha informal semacam itu baik mikro, kecil maupun menengah, kontribusinya relatif kecil terhadap pendapatan daerah. Grafik 3.5. Berusaha Sendiri, Pekerja Bebas dan Pekerja Keluarga Kabupaten Kutai Timur Berusaha Sendiri, Pekerja Bebas dan Pekerja Keluarga Kabupaten Kutai Timur Capaian MDGs Target MDGs Sumber: Laporan Hasil Tabulasi Indikator MDGs Kabupaten/Kota Tahun Kementrian PPN/Bappenas, Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs Kabupaten Kutai Timur

31 Sektor informal sering dikaitkan dengan ciri ciri utama pengusaha dan pelaku informal, antara lain kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian rakyat, memanfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal, sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah, pendidikan dan kualitas sumber daya pelaku tergolong rendah. Sedangkan menurut BPS, pekerja sektor informal adalah mereka yang status pekerjaannya adalah; pertama, berusaha sendiri. Kedua, berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga / buruh tidak tetap. Ketiga, pekerja tidak tetap / pekerja keluarga TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Migrasi masuk ke Kabupaten Kutai Timur pada umumnya dengan motif untuk mencari pekerjaan. Sementara itu di Kabupaten Kutai Timur terdapat industri pertambangan yang juga membutuhkan beraneka tenaga kerja dengan beraneka jenis keahlian dan ketrampilan. Namun migrasi yang masuk tidak semuanya memiliki kualifikasi yang dibutuhkan atau pun tidak seluruhnya tenaga kerja terserap di pasaran tenaga kerja. Migrasi untuk bekerja ini tampak dominan di Kabupaten Kutai Timur. Di sisi lain tenaga kerja yang berasal dari daerah sendiri tidak seluruhnya memiliki kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan karena tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga yang spesifik, terdidik dan trampil. Di daerah ini tidak terdapat fasilitas pendidikan yang mendekatkan dengan kebutuhan industri yang tumbuh di situ. Jika Angkatan kerja yang melimpah namun tidak terserap akan menyebabkan tingginya pengangguran atau pengangguran terbuka, mereka yang bekerja lebih dari jam kerja dengan upah yang rendah akibat tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Dari data kependudukan di atas sesungguhnya memperlihatkan bahwa Kabupaten Kutai Timur masih mengalami berbagai masalah ketenagakerjaan. Permasalahan tersebut terutama bersumber dari banyaknya supply tenaga kerja dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Rendahnya kompetensi pencari kerja terhadap kualifikasi lapangan kerja yang dibutuhkan. Demikian juga terdapat Dominasi pencari kerja oleh penduduk pendatang. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk menyerap angkatan kerja tidaklah sebaik apa yang diharapkan. Tantangan yang dihadapi antara lain bagaimana upaya menyediakan pekerjaan yang layak bagi jumlah penduduk yang semakin meningkat itu. Pekerjaan layak bukan hanya berkontribusi pada pengurangan kemiskinan semata namun juga menyediakan peluang-peluang perbaikan yang mungkin. Sifat pekerjaan 26

32 yang dilindungi dan dilengkapi dengan jaminan-jaminan yang lain akan akan membuka peluang meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Pekekerja bebas, yang berusaha sendiri di Kabupaten Kutai Timur cenderung meningkat, ini memberi gambaran bahwa para pekerja formal mungkin sudah relatif jenuh atau tidak ada kesempatan kerja yang memadai bagi masyarakat sehingga pilihannya adalah bekerja sendiri, dengan modal sendiri dengan tenaga kerja yang berasal dari anggota rumah tangganya sendiri yang jam kerja dan upahnya tidak sesuai dengan UMR. Inilah tantangan yang serius bagi masa depan Kabupaten Kutai Timur. Adanya kerentanan dalam lapangan kerja terutama di sektor informal yang semakin meningkat yang merupakan tenaga kerja yang berada dalam resiko tidak dibayar, tidak bisa menikmati perlindungan sosial dan bekerja tanpa aturan yang jelas. Pemerintah daerah Kabupaten Kutai Timur melaksanakan Program Peningkatan Kesempatan Kerja dan Pengembangan Informasi Ketenagakerjaan dengan beberapa kegiatan (i) Penyelenggaraan Bursa Kerja Online, (ii) Monitoring/Evaluasi Penempatan Tenaga Kerja di Perusahaan-perusahaan, (iii) Perencanaan Tenaga Kerja /Pengumpulan, Updating, dan Analisa Data Tenaga Kerja. Juga melaksanakan program Program Penigkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja (BLK Mandiri) yang memiliki kegiatan (i) Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan bagi Pencari Kerja di Bidang Listrik (BLK Mandiri). Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja (BLKM Sangatta), (i) Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pencari Kerja Kejuruan Otomotif (Kendaraan Ringan); (ii) Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pencari Kerja Kejuruan Las (iii) Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pencari Kerja Kejuruan Otomotif (Sepeda Motor), (iv) Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pencari Kerja Kejuruan Otomotif (Mekanik Alat Berat). 27

33 Target 1C : Menurunkan Hingga Setengahnya Proporsi Penduduk yang Menderita Kelaparan dalam Kurun Waktu Indikator Target MDG 2015 Status Sumber TUJUAN 1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Target 1 C : Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu ,8 Prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi 14,6% 5,07 1.8a Prevalensi balita gizi buruk b Prevalensi balita gizi kurang 5,0 1,9 Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum : 11,39 29, Kkal/kapita/hari (%) Kkal/kapita/hari (%) Status: Sudah tercapai; Akan tercapai; Perlu Perhatian Khusus Profil Kesehatan Kabupaten Kutai Timur 2013 Tabulasi Indikator MDGs Kabupaten/Kota Tahun Kementrian PPN/Bappenas Berkait dengan target 1C yang berupaya untuk menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan, beberapa hal sudah tercapai terutama untuk menurunkan balita gizi buruk. Namun berkait dengan konsumsi energi baik di bawah 1400 kkl maupun di bawah 2000 kkal belum memenuhi target KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Indikator 1.8: Prevalensi Balita Dengan Berat Badan Rendah atau Kekurangan Gizi, Dibandingkan dengan Seluruh Jumlah Balita Status gizi diperoleh melalui indeks berat badan, umur, dan jenis kelamin. Indikator ini digunakan secara universal untuk memonitor status ketahanan pangan dan kesehatan penduduk. Indikator ini pun terbagi dua untuk melihat proporsi balita yang mengalami gizi buruk atau severe underweight under five age, dan proporsi balita dengan gizi kurang atau moderate underweight under five age. Di sepanjang tahun 2013 di Kabupaten Kutai Timur terdapat 7 Kasus gizi buruk. Kasus gizi buruk ini terjadi di Kecamatan Sangatta Selatan 3 balita, Kecamatan Kombeng 2 balita, Kecamatan Muara Wahau dan Batu Ampar dengan masing masing 1 kasus gizi buruk balita. Sedangkan pada kasus gizi kurang, proporsi terbesar kasus terjadi di Wilayah Puskesmas Muara Bengkal sebesar 28

34 21,64%, Long Mesangat sebesar 16,45%, dan Puskesmas Sangatta Selatan sebesar 14,05%. Sedangkan untuk jumlah kasus gizi kurang terbanyak terjadi di wilayah Puskesmas Sangatta Selatan sebanyak 120 balita, Puskesmas Muara Bengkal sebanyak 95 balita, dan Puskesmas Sangatta Utara sebanyak 81 balita. Sedangkan proporsi kasus gizi kurang terkecil terjadi di Puskesmas Kaubun yaitu sebesar 1,79%, Puskesmas Sepaso sebesar 0,71%, dan Telen sebesar 0,52%. Grafik 3.6. Status Gizi Balita (BB/TB) di Kutai Timur Tahun % Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk 0.07% 5.00% Sumber : Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, Tahun Indikator 1.9: Proporsi Penduduk dengan Asupan Kalori di Bawah Tingkat Konsumsi Minimum Konsumsi energi rata-rata yang dianjurkan adalah kkal per kapita per hari, dan konsumsi energi minimum adalah 1.400kkl per kapita per hari (70%). Indikator ini digunakan untuk mengukur besarnya penduduk yang mempunyai konsumsi energi yang sangat rendah sehingga memerlukan prioritas di dalam upaya perbaikan pangan dan gizi. Pencapaian Kabupaten Kutai Timur terhadap indikator ini meskipun menurun namun terlihat masih jauh dari target Menurut hasil pencapaian tujuan pertama MDG s di tabel bawah ini, pada umumnya telah memperlihatkan perbaikan dan penurunan. Pada tahun 2011 terdapat 34.97% penduduk dengan konsumsi di bawah 1400 kkal, cenderung menurun pada tahun 2012 dan menurun tajam hingga 29.55% di tahun Sementara itu Konsumsi Penduduk di Bawah 2000 kkal memberi gambaran di tahun 2011 sebesar 72.5, meningkat menjadi di tahun 2012 namun kembali menurun menjadi sebesar di tahun Hal ini mencerminkan bahwa pemerintah telah mengusahakan untuk mencapainya dan terus melaksanakan pemantauan dan usaha lebih dengan waktu yang tersisa. 29

35 Grafik 3.7. Konsumsi Penduduk di Bawah 1400 Kkl Kabupaten Kutai Timur Konsumsi Penduduk di Bawah 1400 Kkl Kabupaten Kutai Timur Th 2011 Th 2012 Th Sumber: Laporan Hasiikator MDGs Kabupaten/Kota Tahun Kementrian PPN Bappenas Grafik 3.8. Konsumsi Penduduk di Bawah 2000 kkal Kabupaten Kutai Timur Konsumsi Penduduk di Bawah 2000 kkal Kabupaten Kutai Timur Sumber: Laporan Hasiikator MDGs Kabupaten/Kota Tahun Kementrian PPN Bappenas Selain itu masih banyak penduduk yang hidup dengan konsumsi energi di bawah asupan kalori minimum dan rata-rata sehingga terdapat banyak masyarakat yang hidup dalam ketidakamanan secara ekonomi dan pangan yang dapat menyebabkan banyak hal lagi seperti kesehatan yang buruk dan tingkat produktivitas yang rendah. Pemerintah berupaya sekuat tenaga untuk memberantas 30

36 kemiskinan dan kelaparan yang mengancam kehidupan masyarakat, dan juga sebagai perwujudan komitmen kepada masyarakat global TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Kasus kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi anak balita gizi kurang dan gizi buruk digunakan sebagai indikator kelaparan, karena mempunyai keterkaitan yang erat dengan kondisi kerawanan pangan di masyarakat. Indikator kelaparan lainnya adalah tingkat konsumsi rata-rata energi penduduk di bawah 70 persen dari angka kecukupan gizi. Kondisi ini berdampak nyata terhadap pencapaian tujuan MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan. Dalam penanganan masalah gizi, beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain, adalah masih tingginya angka kemiskinan; rendahnya kesehatan lingkungan; belum optimalnya kerjasama lintas sektor dan lintas program, melemahnya partisipasi masyarakat; terbatasnya aksesibilitas pangan pada tingkat keluarga terutama pada keluarga miskin; masih tingginya penyakit infeksi; belum memadainya pola asuh ibu; dan rendahnya akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan dasar. Tantangan yang dihadapi pemerintah kabupaten Kutai Timur adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pangan yang sehat dan bergizi. Konsumsi pangan belum cukup beragam dan bergizi seimbang dan diverisifikasi pangan belum sesuai harapan. Rendahnya Keamanan Pangan Segar dan Pangan Olahan yang higienis. Oleh karena itu perlu dilaksanakan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap serta perubahan perilaku/budaya konsumsi pangan masyarakat kearah konsumsi pangan yang semakin beragam, bergizi seimbang, dan aman. Kekurangan gizi pada anak balita dan ibu hamil akan meningkatkan pengeluaran rumah tangga dan pemerintah untuk biaya kesehatan karena banyak warga yang mudah jatuh sakit akibat kurang gizi. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah tangga terutama pada ibu hamil dan anak balita akan berakibat pada kekurangan gizi yang berdampak pada lahirnya generasi muda yang tidak berkualitas. Apabila masalah ini tidak diatasi maka dalam jangka menengah dan panjang akan terjadi kehilangan generasi (generation lost) yang dapat mengganggu kelangsungan berbagai kepentingan bangsa dan negara. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta tangkas dan cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah dan kualitas asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang 31

37 dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan dan konsumsi pangan beragam, faktor sosialekonomi, budaya dan politik. Gizi kurang dan gizi buruk yang terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Dengan diperbaiknya konsumsi pangan dan statusi gizi, produktivitas masyarakat miskin dapat ditingkatkan sebagai modal untuk memperbaiki ekonominya dan mengentaskan diri dari lingkaran kemiskinan-kekurangan gizi-kemiskinan. Semakin banyak rakyat miskin yang diperbaiki konsumsi pangan dan status gizinya, akan semakin berkurang jumlah rakyat miskin. Upaya penanggulangan kemiskinan yang dapat meningkatkan akses rumah tangga terhadap pangan akan mempunyai daya ungkit yang besar dalam meningkatkan kesehatan dan produktivitas (Bank Dunia, 2006). Investasi gizi berperan penting untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi sebagai upaya peningkatan kualitas SDM. Beberapa dampak buruk kurang gizi adalah: rendahnya produktivitas kerja, kehilangan kesempatan sekolah, dan kehilangan sumberdaya karena biaya kesehatan yang tinggi. Dalam upaya untuk menurunkan gizi buruk Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah melaksanakan berbagai macam program, antara lain (i) Pemantauan Pertumbuhan Balita, Balita Bawah Garis Merah (BGM) dan Perawatan Balita Gizi Buruk; (ii) Pemantauan Garam Beryodium Tingkat Rumah Tangga; (iii) Penambahan Kapsul Vitamin A bagi Bayi, Balita dan Ibu Nifas dan Pemberian Tablet (Fe) pada Ibu Hamil; (iv) Pemantauan ASI Esklusif pada Anak Usia 0-6 Bulan; (v) Pendampingan Manajeman dan Operasional Kesehatan (BOK) Di Kabupaten dan (vi) Penanggulangan Kasus Gizi Buruk pada Balita. Pemerintah Kutai Timur juga berupaya untuk meningkatkan Gizi masyarakat dan kewaspadaan pangan dengan meningkatkan cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan lokal yang meliputi kebijakan untuk (i) Meningkatkan ketahanan pangan berbasis pada sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal dan perwilayahan komoditas pertanian; (ii) mengembangkan dan memperkuat kemampuan pengelolaan cadangan pangan daerah. Di sisi lain, berkaitan dengan akses pangan, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur juga telah menyusun kebijakan Peningkatan akses pangan beragam yang meliputi (i) Mengembangkan usaha budidaya keanekaragaman bahan pangan daerah; (ii) Melakukan diversifikasi produk dan konsumsi pangan. Berkait dengan kualitas pangan juga disusun kebijakan yang meliputi Mengembangkan produk pertanian yang memenuhi standar mutu pangan. 32

38 3.2. TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA Target 2A: Menjamin Pada 2015 Semua Anak-Anak, Laki-Laki Maupun Perempuan Di Manapun Dapat Menyelesaikan Pendidikan Dasar Indikator Target MDG 2015 Status Sumber Target 2A: Menjamin Pada 2015 Semua Anak-Anak, Laki-Laki maupun Perempuan di Manapun Dapat Menyelesaikan Pendidikan Dasar 2.1 Partisipasi di tingkat SD (APM) , a Partisipasi di tingkat SMP (APM) 75,13 76, b Partisipasi di tingkat SMA (APM) 47, BAPPEDA 2.2 Proporsi Murid yang bersekolah hingga Dinas kelas 5 Pendidikan 2.2a Proporsi Murid yang tamat SD Melek Huruf Usia tahun Status: Sudah tercapai; Akan tercapai; Perlu Perhatian Khusus Tabel di atas menunjukkan bahwa Proporsi Murid yang bersekolah hingga kelas 5 SD dan menamatkan pendidikan SD serta jumlah penduduk yang melek huruf telah mencapai target yang diharapkan. Sebaliknya, Angka Partisipasi Murni (APM) SD masih diperlukan perhatian khusus. Sementara itu, APM SMP dan SMA mengalami peningkatan meskipun masih cukup jauh dari target yang diharapkan KEADAAN DAN KECENDERUNGAN APM (Angka Partisipasi Murni) menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai dengan usia pada jenjang pendidikannya. Jika dilihat APM SD di Kabupaten Kutai Timur pada rentang antara tahun 2010 hingga 2013 terjadi peningkatan. Peningkatan paling signifikan terjadi adalah pada tahun 2010 ke 2011 yaitu dari 97.30% menjadi 99.51%. Sementara itu, kenaikan sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 tidak sedemikian signifikan yaitu 99.58% (2012) dan 99.66% (2013). Pada jenjang berikutnya SMP - APM pada kurun tahun 2010 hingga 2013 mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan. Penurunan terjadi pada 2010 ke 2011 yaitu dari 75.13% menjadi 62.53%. Namun demikian, pada kurun berikutnya terjadi peningkatan yang signifikan yaitu 84.29% (2012) dan 97.01% (2013). Sementara itu, APM pada jenjang 33

39 SMA mengalami kenaikan dan bahkan melebihi target yang cukup signifikan namun sekaligus juga penurunan. Penurunan terjadi pada kurun waktu tahun 2012 ke 2013 yaitu dari menjadi Bila dilihat dari sisi acuan dasar APM maka rata-rata anak SD, SMP, hingga SMA di Kabupaten Kutai Timur, dapat dikatakan, hampir semuanya tidak pernah tinggal kelas. Dengan kata lain, APM SD dan SMP di Kabupaten Kutai Timur cukup baik. Berikut ini gambarannya dalam tabel. Tabel 3.1. Angka Partisipasi Murni Kabupaten Kutai Timur No APM Sekolah Dasar (SD) 97,30 99,51 99,58 99,66 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 75,13 62,58 84,29 97,01 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Sumber: BAPPEDA Kabupaten Kutai Timur 2013 Program wajib belajar 9 tahun merupakan pendidikan yang seyogyanya diperoleh dan ditempuh oleh seluruh anggota masyarakat Indonesia. Oleh sebab itulah, melihat data APM di atas, dapatlah dikatakan bahwa program tersebut mampu berjalan dengan baik. Di samping itu, data di atas juga menunjukkan bahwa anak-anak usia 6 hingga 15 tahun yang tinggal di Kabupaten Kutai Timur, secara umum, dari tahun ke tahun mampu mengakses seluruh fasilitas pendidikan yang ada. Namun demikian, akses pendidikan tidak hanya dinikmati oleh mereka yang berusia 6 hingga 15 tahun. Hal ini dapat dibuktikan dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Kutai Timur dimana APK tahun 2010 adalah %, selanjutnya % (2011), % (2012), dan % (2013). Meskipun bukan berita baik, namun data tersebut, setidaknya, menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Kutai Timur cukup mampu menopang kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Secara keseluruhan, sarana pendidikan baik sejak TK, SD hingga ke tingkat menengah ke atas semakin meningkat dari tahun ke tahun. Baik sarana pendidikan mulai dari TK hingga ke tingkat menengah ke atas, jumlahnya semakin meningkat. Jumlah TK meningkat dari tahun ke tahun, dari 125 unit di tahun 2011 meningkat menjadi 135 unit di tahun Demikian pula dengan jumlah SD, dari 178 unit pada tahun 2011 meningkat menjadi 190 pada tahun Jumlah sekolah setingkat SLTP meningkat dari 72 menjadi 74 unit di tahun Namun di tingkat SLTA justru mengalami penyusutan, dari 38 unit menjadi 23 unit di tahun Pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah sekolah baik pada tingkat SD, SLTP maupun SLTA. Untuk tingkat SD terdapat kenaikan dari 190 SD menjadi 204, sedangkan SLTP dari 74 menjadi 82 dan untuk jenjang pendidikan SLTA masih seperti kondisi tahun

40 Usaha untuk mewujudkan Tujuan 2 dalam MDGs ini juga ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui cara lain. Data di muka juga menunjukkan kenyataan lain dimana proporsi murid yang bersekolah hingga kelas 5 SD dan yang mampu menamatkan SD pada tahun 2013 mencapai 100%. Sementara itu, jumlah penduduk yang melek huruf pada usia 15 hingga 24 tahun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, meski tidak begitu signifikan. Pada tahun 2010, jumlah penduduk usia 15 hingga 24 tahun yang melek huruf adalah 97.76%, berikutnya 98.00% (2011), 98.23% (2012), dan 100% (2013). Masyarakat yang literate memberi kesempatan mereka untuk membuka cakrawala pandang yang, dengan cara demikian itu, mereka akan mampu berinovasi maupun berkreasi yang lebih baik. Oleh sebab itu, angka melek huruf yang terus meningkat tersebut menjanjikan sebuah proses perkembangan dan hasil yang lebih baik TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Pendidikan bertujuan mempersiapkan masyarakat untuk memproleh masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu penyediaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi salah satu jalan untuk mendorong terwujudnya tujuan di atas. Di seluruh kecamatan di Kabupaten Timur telah terdapat sekolah dari tingkat TK hingga ke SMU atau SMK. Hampir semua kecamatan memiliki sekolah setingkat SLTA, baik itu SMA maupun SMK, meskipun jumlahnya terbatas. Namun demikian, harus diakui, banyak hal lain yang berkait dengan penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan demi meningkatkan dan mewujudkan tujuan pendidikan untuk semua. Untuk itu, beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Beberapa upaya tersebut antara lain adalah: 1. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2. Program Pendidikan Non Formal 3. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 4. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 5. Program Wajib Belajar 12 Tahun Pendidikan Dasar dan Menengah 6. Program Pendidikan Luar Biasa 7. Program Peningkatan Pendidikan Agama 8. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga 9. Program Pengawas Sekolah Dalam program PAUD ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan. Di antara 9 kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini, 6 di antaranya dapat dikatakan cukup efisien, 1 kegiatan selesai sesuai rencana, dan 2 di antaranya tidak tuntas. Dua kegiatan tersebut terakhir adalah: 35

41 1). Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini; 2). Pengembangan Kurikulum Bahan Ajar dan Modul Pembelajaran TK. Dari pendanaan yang ada, kegiatan pertama hanya mampu menyerap 67.71% dengan realisasi fisik 67.71% pula. Sementara kegiatan yang kedua tersebut hanya mampu menyerap dana 72.40% dengan realisasi fisik 72.40%. Beberapa hal yang diperkirakan dapat menghambat terserapnya dana dan realisasi fisiknya. Hal-hal tersebut antara lain persoalan administrasi, sistem keuangan, dan kinerja para petugas yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut. Program lain yang telah dilaksanakan namun juga mengalami persoalan yang serupa adalah Program Wajib Belajar 12 Tahun Pendidikan Dasar dan Menengah. Di dalam program ini terdapat 3 kegiatan yang tidak tuntas yaitu: 1). Pembangunan Pagar, Taman, Lapangan Upacara, Fasilitas Parkir Untuk Pendidikan Dasar; 2). Monitoring Penerimaan Siswa Baru Pada Pendidikan Menengah; 3). Pengadaan Buku Teks Pelajaran (BSE) SD dan SMP. Masing-masing kegiatan tersebut hanya mampu menyerap dan menyelesaikan kegiatan: 91.54% dan 96.00%, 98.23% dan 94.00%, 96.90% dan 97.00%. Data ini menunjukkan bahwa kegiatan monitoring (kegiatan 2) bahkan menyerap dana yang lebih banyak dari hasil fisik yang terealisasi. Diduga, persoalan yang sama dengan di atas administrasi, keuangan, dan kinerja petugas yang bertanggung jawab pada kegiatan menjadi penyebab ketidaktuntasan ketiga kegiatan tersebut. Sebagaimana yang telah terurai di atas, dapat dikatakan bahwa seluruh upaya yang dilakukan telah cukup berhasil dengan efisien. Hanya ada dua program yang mesti mendapat perhatian bagi semua pihak untuk diubah, dirancang ulang, dan atau dikelola dengan lebih profesional. Pendidikan telah menjadi indikator yang cukup signifikan untuk kemajuan suatu daerah. Oleh sebab itu, pengelolaan seluruh program dan kegiatan masti dilakukan secara sungguh-sungguh dan dengan membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dan beneficieries. 36

42 3.3. TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TUJUAN 3. MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Indikator Acuan (2010) Saat Ini (2013) Target MDG 2015 Status Sumber Target 3A: Menghilangkan Ketimpangan Gender di Tingkat Pendidikan Dasar dan Lanjutan Pada Tahun 2005 dan di Semua Jenjang Pendidikan Tidak Lebih Dari Tahun 2015 Rasio Anak perempuan di Sekolah Dasar 3.1a 3.1b 3.1c Rasio Anak perempuan di Sekolah Menengah Pertama Rasio Anak perempuan di Sekolah Menengah Atas Rasio Anak perempuan di Perguruan Tinggi Rasio melek huruf Perempuan usia Thn Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian 3.4 Perempuan di DPRD ,33 10 Status: Sudah tercapai; Akan tercapai; Perlu Perhatian Khusus BAPPEDA Dinas Pendidikan Tabel di atas menunjukkan bahwa Rasio Anak Perempuan baik di SD dan SMP masih perlu memperoleh perhatian, meskipun tidak jauh dari target yang diharapkan. Rasio Anak Perempuan di SMA mengalami peningkatan namun perlu upaya agar dalam waktu kurang dari setahun ini dapat mencapai target yang diharapkan. Sementara itu, Kontribusi Perempuan dalam Pekerjaan Upahan di Sektor Non Pertanian mengalami penurunan dan memerlukan perhatian khusus karena masih jauh dari target yang diharapkan. Sebaliknya, hanya Rasio Melek Huruf Perempuan dan keterlibatan Perempuan di DPRD yang telah mencapai target yang diharapkan. 37

43 KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Gender adalah pemberian makna dan peran tertentu kepada jenis kelamin 2 dengan segala sesuatu yang tidak berkait sama sekali dengan hal itu dalam kehidupan sehari-hari. Karakter biologis manusia, sejak dilahirkan ke dunia, tidak diperlengkapi dengan hak, kewajiban, serta perannya di dalam masyarakat. Tiga karakter yang disebut terakhir tersebut diberikan oleh masyarakat di mana seseorang kemudian hidup dan tumbuh sebagai manusia di tengah masyarakatnya. Seseorang yang tumbuh dan berkembang dengan jenis kelamin perempuan (vagina), misalnya, dalam kehidupan sehari-hari mesti mengasuh anak, membersihkan rumah, dan memasak. Sementara itu, jika ia berjenis kelamin laki-laki (penis) maka di kemudian hari akan menjadi kepala keluarga yang berkewajiban memenuhi nafkah dan kebutuhan keluarganya. Kondisi dan situasi tersebut pun terjadi di Kabupaten Kutai Timur. Data hasil house-hold survey 2014 menunjukkan fakta seperti berikut. AKTIVITAS YANG DIKERJAKAN SUAMI JIKA IA BERADA DI RUMAH Tabel 3.2. Aktivitas yang dikerjakan suami jika ia berada di rumah Tidak Ada Sering Tidak Pernah Total N % N % N % N % Merawat Anak 72 14, , , ,0 Mencuci pakaian 65 13,0 31 6, , ,0 Menyetrika Pakaian 72 14,4 17 3, , ,0 Memasak 54 10,8 35 7, , ,0 Membersihkan rumah 58 11, , , ,0 Memelihara/memperbaiki rumah 26 5, ,8 28 5, ,0 Menampung air 36 7, , , ,0 Pengumpulan kayu bakar/bahan bakar 30 6, , , ,0 Belanja 58 11,6 45 9, , ,0 Lainnya ,4 0,0 48 9, ,0 Sumber: Hasil Survei Rumah Tangga 2014 Data dalam tabel di atas menjadi fakta yang jelas dimana pemberian makna pada jenis kelamin memiliki konsekuensi dalam peran yang dijalankan oleh masing-masing jenis kelamin dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga. Data di atas menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak beraktivitas yang berkaitan dengan kewajibannya sebagai kepala keluarga seperti, memelihara/memperbaiki rumah, menampung air, dan pengumpulan kayu bakar/bahan bakar, tiga aktivitas untuk melindungi dan menjaga kelangsungan hidup seluruh anggota keluarganya. Dengan melekati setiap orang dengan hak, kewajiban, dan perannya masing-masing, muncul pula pandangan-pandangan khas terhadap perempuan dan laki-laki. Pada titik ini, muncullah pandangan bahwa oleh sebab laki-laki akan dan 2 Vagina atau penis, karakter biologis pada manusia yang membedakan seseorang disebut sebagai perempuan atau laki-laki. 38

44 harus menjadi kepala keluarga maka ia lebih berhak untuk menjadi kuat secara fisik untuk menjelajahi hutan dan gunung demi memperoleh makanan untuk istri dan anak-anaknya - dan memperoleh pendidikan yang lebih layak untuk bekal mencari pekerjaan yang lebih baik demi menafkahi anak-istrinya - daripada perempuan yang nantinya hanya akan menjadi isteri dan ibu bagi anak-anaknya yang hampir seluruh aktivitas wajib -nya dikerjakan di rumah. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika salah satu tujuan pembangunan manusia di Indonesia adalah mencapai kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan, pekerjaan, dan politik. Pencapaian kesetaraan gender tersebut akan mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik laki-laki maupun perempuan dan di bidang pendidikan, upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender dilakukan dengan memberikan akses dan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki. Akses dan kesempatan yang diberikan kepada perempuan maupun laki-laki yang paling tampak memang dalam bidang pendidikan. Sampai saat ini, masyarakat dunia masih meyakini bahwa melalui pendidikanlah manusia dapat berkembang dan mampu berkontribusi dalam mengembangkan lingkungan sekitarnya. Data dalam tabel MDGs Target 3A di muka menunjukkan bahwa kondisi kesetaraan gender di Kabupaten Kutai Timur pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA berbeda satu dengan yang lain. Pada jenjang pendidikan SD dan SMP, kesetaraan gender peserta didiknya masih dapat dipandang secara optimis dimana diantara 100 murid laki-laki di SD dan SMP terdapat 98 dan 92 orang murid perempuan. Sementara di jenjang SMA, sumber data yang sama menunjukkan fakta dimana diantara 100 orang murid laki-laki terdapat sekitar 98 orang murid perempuan. Berikut ini data antarwaktu selengkapnya. Tabel 3.3. Rasio Perempuan dan Laki-laki dalam Pendidikan Indikator Tahun Rasio Anak perempuan di Sekolah Dasar Rasio Anak perempuan di Sekolah Menengah Pertama Rasio Anak perempuan di Sekolah Menengah Atas Rasio Anak perempuan di Perguruan Tinggi 6.50 Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Rasio melek huruf Perempuan usia Thn Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian Sumber: BAPPEDA Kabupaten Kutai Timur 2014 Data antarwaktu di atas menunjukkan fenomena yang berbeda dengan data yang ditunjukkan dalam tabel MDGs Target 3A di muka. Data di atas menunjukkan adanya kenaikan dan sekaligus penurunan 39

45 Rasio Anak Perempuan, dari jenjang SD, SMP hingga SMA. Kenaikan di jenjang SD terjadi dari tahun 2010 (101.68%) ke tahun 2011 (107.22%). Namun demikian, pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan yang cukup signifikan. Fenomena yang sama juga terjadi pada jenjang SMP, meningkat pada kurun tahun 2010 ke tahun 2011 dan mengalami penurunan setelah itu. Pada jenjang SMA, perubahan rasio anak perempuan ini agak berbeda: menurun meningkat dan menurun lagi. Perubahan fluktuatif dalam rasio antara perempuan dengan laki-laki dalam pendidikan setidaknya berkait dengan dua hal. Pertama, migrasi. Sebagai sebuah kabupaten hasil pemekaran, Kutai Timur tidak hanya menjanjikan harapan hidup lebih baik bagi penduduk yang telah ada di wilayah tersebut melainkan juga bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya dan, bahkan, orang-orang dari luar Kalimantan Timur dan Kalimantan secara umum. Namun demikian, sebaliknya, tentulah tidak sedikit pula penduduk yang keluar dari Kutai Timur untuk menempuh pendidikan dan atau mencari pekerjaan ke kota besar, baik di Kalimantan Timur maupun luar Kalimantan. Migrasi yang tak terelakkan tersebut datang ke dan pergi dari Kutai Timur - seringkali juga tidak mesti disertai perpindahan dan atau penghapusan status kependudukan di Kutai Timur. Sementara itu, pada sisi yang lain, penghitungan rasio antara perempuan dengan laki-laki dalam pendidikan hanya didasarkan kepada jumlah murid yang ada pada masing-masing sekolah tanpa melihat identitas kependudukan murid-murid tersebut. Dengan cara demikian itulah, rasio antara murid perempuan dengan laki-laki dapat berubah secara fluktuatif. Kedua, berkait dengan cara pandang sebagaimana telah terurai terdahulu. Harus diakui, masih tidak mudah mengubah cara pandang masyarakat yang lebih sering menempatkan perempuan di belakang laki-laki. Di dalam keluarga-keluarga yang mengalami kesulitan secara ekonomis, di berbagai tempat di Indonesia, jika menyangkut biaya sekolah maka anak laki-laki akan lebih diprioritaskan untuk sekolah daripada anak perempuan. Atau, tradisi emas kawin yang telah diubah dalam bentuk rupiah, seringkali menyulitkan posisi perempuan di dalam keluarganya. Jika perempuan terdidik maka harga emas kawinnya akan mahal dan jika mahal maka bisa jadi banyak laki-laki yang mesti mempertimbangkan ulang (tepatnya, berhitung) kalau berkehendak mengawini perempuan tersebut. Dengan kata lain, dalam keluarga miskin, lebih baik anak perempuan tidak sekolah terlalu tinggi agar ia bisa segera menikah sehingga dapat mengurangi beban keluarganya. Tidak mengherankan, dengan demikian, jika masih lebih banyak perempuan yang hanya mampu baca tulis daripada yang memiliki kemampuan lebih. 40

46 TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Sebagaimana telah diungkapkan di muka bahwa salah satu tujuan pembangunan manusia di Indonesia adalah mencapai kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan, pekerjaan, dan politik. Pencapaian kesetaraan gender tersebut akan mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, upaya tersebut tentu tidaklah mudah. Utamanya, kesadaran gender yang terwujud dalam pengarusutamaan gender (PUG) setiap program dan kegiatan pembangunan masih dapat dikatakan kurang. Dengan kata lain, program dan kegiatan yang berkait dengan kesataraan gender masih dibebankan kepada badan atau institusi yang menangani pemberdayaan perempuan. Meski begitu, program dan kegiatan yang dilaksanakan tidak mesti berkait dengan pembangunan kesadaran gender secara langsung. Terlepas dari itu, berikut ini upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Kabupaten Kutai Timur dalam rangka pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Beberapa upaya yang telah dilaksanakan oleh Kabupaten Kutai Timur dalam kaitannya dengan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak antara lain adalah: 1. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak 2. Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan 3. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan Di antara berbagai kegiatan yang ada dalam masing-masing program, hanya satu kegiatan yang mampu diselesaikan secara tuntas, baik dari realisasi dana dan fisiknya, yaitu Pengembangan Materi dan Pelaksanaan KIE Tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dalam program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak. Berikut ini program dan kegiatan yang kurang dapat menyerap dana yang ada dan tidak berhasil merealisasikan kegiatannya secara fisik. 1. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak 41

47 Tabel 3.4. Realisasi Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Realisasi (%) No Kegiatan Dana (Rp) Keu. Fisik 1. Advokasi dan Fasilitasi PUG Bagi Perempuan ,16 96,16 2. Pengembangan Materi dan Pelaksanaan KIE ,00 100,00 Tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) 3. Pembuatan Peraturan Pengarusutamaan Gender ,33 96,33 4. Peringatan Hari Anak ,92 83,92 5. Pelatihan Tenaga Pendamping KDRT ,85 99,85 6. Pemberdayaan Forum Anak ,59 87,59 7. Peningkatan SDM Pengurus P2TP2A ,94 95,94 8. Rantis KLA dan Penyususnan Perbup. Tentang ,83 73,83 Percepatan Kutim Menuju Kabupaten Layak Anak 9. Seleksi Tunas Muda Pemimpin Indonesia ,32 84, Sosiaisasi KDRT dan P2TP2A ,51 97, Peningkatan Pengadaan dan Pelayanan ,73 50,73 Sekeretariat P2TP2A Kab. Kutai Timur 12. Peringatan Hari Ibu Ke ,65 59,65 Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Kutai Timur Tahun Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan Tabel 3.5. Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan No Kegiatan Realisasi (%) Keu. Fisik 1. Peringatan Hari Kartini 98,91 98,91 2. Pembinaan dan Penilaian Peningkatan Pera Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) 95,90 95,90 3. Pembinaan dan Penilaian Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja Wanita 99,10 99,10 3. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan Tabel 3.6. Realisasi Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan Realisasi (%) No Kegiatan Dana (Rp) Keu. Fisik 1. Kegiatan Bimbingan Manajemen Usaha Bagi Perempun Dalam Mengelola Usaha ,65 84,65 2. Promosi Hasil Karya Perempuan dibidang Pembangunan 3. Pembentukan Model Desa Prima (Perempuan Indonesia Maju Mandiri) ,22 98, ,83 94,83 Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Kutai Timur Tahun

48 Data dalam ketiga tabel program di atas menunjukkan hasil yang masih jauh dari memuaskan. Faktor-faktor umum yang menyebabkan kekurangberhasilan kegiatan di atas antara lain adalah administrasi, sistem keuangan, dan kinerja petugas-petugas yang menangani kegiatan tersebut. Pada titik inilah tantangan pembangunan kesetaraan gender di Kabupaten Kutai Timur masih cukup panjang. Tantangan pun tidak hanya berhenti sampai di situ. Pendataan terhadap segala sesuatu yang berkait dengan upaya membangun kesadaran gender ini juga lemah. Hal ini terbukti tidak adanya data Rasio Anak perempuan di Perguruan Tinggi dan Rasio melek huruf Perempuan usia tahun. Setidaknya, ada tiga hal berkait dengan hal itu. Pertama, boleh jadi kemampuan petugas pendatanya tidak memiliki ketrampilan yang memadai. Kedua, pengarsipan/penyimpanan/ storing data tidak dilakukan dengan baik. Ketiga, kedua data tersebut rasio perempuan di perguruan tinggi dan perempuan melek huruf dipandang tidak penting. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk membangun kesetaraan gender, namun tampaknya tantangan ke depan belumlah akan hilang. Kerja keras masih sangat dibutuhkan. 43

49 3.4. TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK 4 TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK TARGET 4A: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) HINGGA DUA PERTIGA DALAM KURUN WAKTU Indikator Acuan Dasar (2010) Saat Ini (2013) Target MDG 2015 Status Sumber TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKABA) hingga dua pertiga dalam kurun waktu Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup 4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup 4.2a Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup Menurun 4.3 Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak 90,0% 116,29% Meningkat Status: Sudah tercapai; Akan tercapai; Perlu Perhatian Khusus Profil Kesehatan 2014, RAD MDGS Kutim, 2011 Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian anak ini beberapa indikator telah tercapai, yakni angka kematian balita per 1000 kelahiran telah tercapai, juga menurunkan angka kematian bayi per 1000 kelahiran maupun presentasi anak usia 1 tahun yang telah diimunisasi campak. Akan tetapi upaya untuk menurunkan angka kematian Neonatal per 1000 kelahiran belum tercapai dan memerlukan perhatian khusus KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Capaian AKABA Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2013 sebesar 16 per Kelahiran hidup. Capaian ini sejalan dengan 44

50 estimasi AKABA Provinsi Kalimantan Timur, dimana menurut SDKI Provinsi Kalimantan Timur akan mengalami penurunan AKABA dan telah mencapai target MDG s 2015 yaitu tidak lebih dari 32 kematian per kelahiran hidup. Kematian Balita Kabupaten Kutai Timur tahun 2013 pada masing-masing Puskesmas, ditunjukkan pada gambar berikut : Grafik 3.9. Kematian Balita Berdasarkan Puskesmas di Kutai Timur Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun 2014 Selama tahun 2013 tercatat terdapat 5 Puskesmas memiliki kasus kematian tinggi (berkisar 8 13 kasus). Jumlah Kematian tertinggi terjaedi di Kecamatan Bengalon yang diwakili oleh Puskesmas Sepaso yaitu sebesar 13 kasus, disusul Puskesmas Karangan dengan 10 Kasus, Puskesmas Kongbeng dengan 9 kasus, Puskesmas Kaliorang dan Muara Bengkal dengan 8 kasus. Hasil kajian terhadap angka kematian anak sebagai besar disebabkan oleh kematian yang disebabkan oleh memburuknya kondisi kemiskinan keluarga serta terbatasnya akses pelayanan kesehatan anak Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Angka Kematian Bayi ini merupakan indikator utama dalam menilai status sosial ekonomi keluarga, kondisi pelayanan kesehatan anak serta kondisi makro ekonomi daerah. Semakin banyak bayi yang meninggal akan mengindikasi semakin 45

51 memburuknya kondisi ekonomi pada tingkat keluarga maupun masyarakat. Kabupaten Kutai Timur selama tahun 2013 berdasarkan sistem pelaporan Pemantauan Wilayah Sekitar Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) didapatkan jumlah kematian bayi sebesar 91 kasus dari kelahiran hidup di tahun 2013 dengan demikian tingkat kematian bayi adalah sebesar 14 per kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan Angka Kematian Bayi pada tahun 2012 yaitu sebesar 18 per kelahiran hidup. Angka ini juga masih lebih rendah dari angka Provinsi Kalimantan Timur, dan telah mencapai target MDGs untuk AKB pada tahun 2015 sebesar 23 per kelahiran hidup Angka Kematian Neonatal Apabila dilihat dari sisi kelompok umur penyebab kematian Balita, maka dapat terlihat bahwa kelompok usia 0 28 Hari (Neonatal) merupakan kelompok dengan penyumbang kematian Balita terbesar disusul kelompok usia 1 12 bulan (Bayi). Kematian neonatal yang mendominasi kematian balita sebesar 84% dengan jumlah absolut 85 kasus, disebabkan oleh 28 kasus aspiksia, 24 kasus kelahiran prematur, 9 kasus berat bayi lahir rendah (BBLR), 3 kasus akibat infeksi, dan 20 kasus akibat kasus lain. Berbagai upaya dapat dilakukan agar adanya penurunan kematian balita. Pada usia neonatal yaitu meningkatkan keterjangkauan akses pelayanan neonatal, inisiasi menyusui dini dan perlindungan tetanus nenatorum. Untuk kelompok Bayi dan anak balita upaya yang dapat dilakukan berupa peningkatan cakupan imunisasi dasar, dan dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi bayi dan anak balita. Grafik Kematian Bayi Berdasarkan Puskesmas Di Kutai Timur Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun

52 Kecamatan Bengalon yang diwakili oleh Puskesmas Sepaso menjadi daerah dengan kematian bayi terbesar yaitu sebanyak 12 bayi berbanding 479 kelahiran hidup. Semua kematian bayi yang terjadi di Puskesmas Sepaso merupakan bayi yang belum mencapai usia 1 bulan atau neonatal. Selain Puskesmas Sepaso terdapat pula 5 puskesmas lain yang tergolong memiliki jumlah kematian bayi tinggi di Kutai Timur, yaitu Puskesmas Kongbeng dan Karangan dengan kematian 9 bayi, Puskesmas Muara Bengkal dengan 8 bayi, serta Puskesmas Muara Ancalong dan Kaliorang dengan 7 bayi Tingkat Imunisasi Campak Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur, masuk ke dalam tubuh. Setiap mahluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki memori untuk mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen dilemahkan yang berasal dari vaksin. Program imunisasi campak diberikan merupakan kelengkapan anak mendapatkan pelayanan imunisasi. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita. Kutai Timur pada tahun 2013 menunjukkan bahwa capaian imunisasi campak untuk 47

53 anak di bawah 1 tahun adalah 116,29%. Capaian tersebut telah memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup regional. Terdapat 4 Puskesmas yang memiliki capaian di bawah target yaitu : Puskesmas Muara Wahau, Kaliorang, Teluk Pandan dan Batu Ampar, namun tidak ada disparitas antar capaian puskesmas. Capaian terendah terdapat di Puskesmas Kaliorang dengan capaian 78,9%, sedangkan capaian tertinggi terdapat di Puskesmas Muara Wahau II dengan 262,2% TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN MDGs menargetkan pengurangan sekitar sepertiga dari kondisi angka kematian bayi pada tahun Hal ini berarti bahwa angka kematian bayi pada tingkat nasinal berkisar 32 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian anak, pemerintah merujuk pada anak di bawah usia lima tahun (balita). Ini merupakan pembedaan yang bermanfaat, yang menunjukkan proporsi anak yang meninggal, baik ketika masih bayi ataupun sebelum mencapai usia lima tahun. Guna mencapai tujuan ini maka salah satu hal yang paling penting adalah pengurangan angka kemiskinan pada tingkat keluarga. Hal ini berarti tumbuh berkembang anak akan sangat tergantung pada lingkungan yang lebih sejahtera dan sehat. Semakin sejahtera sebuah keluarga maka akan semakin tinggi pula kemungkinan anak-anak bertahan hidup. Karena itu, terdapat kecenderungan angka kematian anak banyak terjadi di daerah-daerah kantong kemiskinan. Di samping kondisi lingkungan ekonomi keluarga, maka layanan kesehatan juga mempunyai pengaruh sangat besar, khususnya program imunisasi. Saat ini pemerintah memang memberikan imunisasi untuk hampir semua anak. Namun, belum semua anak mendapatkan layanan imunisasi secara lengkap. Imunisasi tidak hanya tergantung pada para orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak mereka memperoleh vaksinasi, tapi diperlukan sistem kesehatan yang terkelola dengan baik. Penduduk miskin, khususnya yang tergantung pada layanan publik, akan menderita jika investasi untuk puskesmas berikut staf kurang memadai. Kematian anak bukan terjadi hanya pada tahun pertama, tetapi juga cukup banyak terjadi pada minggu atau bahkan hari-hari pertama kehidupan mereka. Artinya, seseorang harus memperbaiki kualitas layanan kesehatan ibu dan anak, khususnya sepanjang kehamilan dan segera setelah persalinan. Jika mereka bertahan hidup selama masa tersebut, resiko terbesar yang mereka hadapi adalah infeksi saluran pernafasan akut dan diare. Keduanya dapat disembuhkan jika penanganan dini dilakukan. Secara keseluruhan, kesehatan anak sangat terkait dengan kesehatan ibu mereka. 48

54 Tantangan utama dalam upaya penurunan anak tidak saja tergantung pada penurunan angka kemiskinan pada tingkat keluarga akan tetapi juga menyangkut peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan anak. Arah kebijakan untuk mencapai target penurunan angka kematian balita (AKBA) hingga tahun 2015, adalah : 1. Memfasilitasi peningkatan cakupan dan mutu pelayanan rumah sakit, puskesmas serta fasilitas (sarana dan prasarana) pelayanan kesehatan lainnya dan mengembangkan jaringan pelayanan yang terintegrasi 2. Memfasilitasi penyediaan pelayanan puskesmas 24 jam yang lengkap dengan ruang rawat inap dan unit gawat darurat (UGD) mencakup penyediaan sarana dan prasarananya 3. Mengembangkan manajemen mutu di unit pelaksana teknis yang mendorong peningkatan pelayanan prima. 4. Mengembangkan regulasi yang mendorong terlaksananya pelayanan kesehatan berkualitas secara merata. 5. Peningkatan upaya-upaya pencegahan penyakit melalui pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat (imunisasi, kesehatan jiwa, kesehatan olah raga), peningkatan kesiapsiagaan kegawatdaruratan, bencana dan matra serta penanggulangan kejadian luar biasa/wabah dan peningkatan sistem surveilan epidemiologi berbasis masyarakat dan fasilitas kesehatan 6. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan meningkatkan kualitas rumah tangga yang sehat, peningkatan hygiene sanitasi lingkungan perumahan dan tempat-tempat umum lainnya Strategi percepatan penurunan angka kematian balita (AKABA) hingga tahun 2015, adalah : 1. Memfasilitasi peningkatan dan pemerataan jumlah sarana/fasilitas/jaringan dan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk daerah perbatasan dan terpencil untuk meningkatkan akses pelayanan yang berkualitas 2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan melalui peningkatan pemahaman, kesadaran, kemauan masyarakat untuk hidup sehat sebagai upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan meningkatkan Usia Harapan Hidup 3. Memfasilitasi pemerataan dan pengembangan sumber daya tenaga kesehatan serta mengembangkan sistem pembiayaan dan regulasi yang mampu meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan 49

55 3.5 TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU TARGET 5A: TARGET 5B: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU HINGGA TIGA PEREMPAT DALAM KURUN WAKTU MEWUJUDKAN AKSES KESEHATAN REPRODUKSI BAGI SEMUA PADA TAHUN 2015 Indikator (2010 (2013 Target MDG 2015 Status Sumber TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup Proporsi kelahiran yang ditolong 99,78% 5 tenaga kesehatan terlatih 60,55% Meningkat. Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 Angka pemakaian kontrasepsi /CPR Meningkat 5 bagi perempuan menikah usia 15-57,91%. 49, semua cara 5.3a Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan menikah usia tahun saat ini, cara modern Proporsi kelahiran remaja (perempuan usia tahun) per 1000 perempuan usia tahun Cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya satu kali kunjungan dan empat kali kunjungan) 58,0% 59,28% Meningkat Menurun - 1 kunjungan: 92,5% 123,3% - 4 kunjungan: Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/ KB yang tidak terpenuhi) 7,70% (2011) 81,5% Status: Sudah tercapai; Akan tercapai; Perlu Perhatian Khusus Meningkat Menurun Profil Kesehatan 2013 Profil Kesehatan 2013 Profil Kesehatan 2013 RAD MDGs, 2011 Dalam upaya mencapai Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu , dua hal telah tercapai yakni upaya menurunkan Angka Kematian Ibu 50

56 per kelahiran dan Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih telah memenuhi target di tahun Di sisi lain, Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015, berkait dengan Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan menikah usia tahun, dan cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya satu kali kunjungan dan empat kali kunjungan) baik 1 kali maupun 4 kali kunjungan tersebut telah tercapai. Akan tetapi upaya untuk menurunkan Proporsi kelahiran remaja (perempuan usia tahun) per 1000 perempuan usia tahun dan upaya untuk menurunkan Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/kb yang tidak terpenuhi) belum tercapai dan masih membutuhkan perhatian khusus KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Untuk kabupaten Kutai Timur, AKI pada 5 tahun terakhir menunjukkan tren yang berbeda, sempat meningkat di periode tahun , dan menurun di periode

57 Grafik Angka Kematian Ibu Di Kabupaten Kutai Timur Tahun Angka Kematian Ibu Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun 2014 Pada tahun 2013 terjadi kasus kematian ibu sebanyak 12 ibu meninggal dunia berbanding kelahiran hidup di tahun 2013 sebanyak kelahiran hidup, sehingga AKI 2013 adalah 188 per kelahiran hidup. Angka ini jika dibandingkan tahun 2012 maupun tahun 2011 menurun, dimana pada tahun 2011 AKI sebesar 430 per kelahiran hidup dan pada tahun 2012 turun 317 per kelahiran hidup. Dengan melihat tren ini Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur optimis mampu mencapai target MDG s pada tahun 2015 yaitu kematian ibu sebesar 102 per kelahiran hidup. Berdasarkan kelompok umur ibu, dari 12 Kasus kematian ibu yang terjadi di tahun 2013 terdistribusi sebanyak 1 kasus kematian terjadi pada kelompok umur Kurang dari 20 tahun, kemudian sebanyak 8 kasus terjadi pada kelompok umur tahun dan 3 kasus kematian terjadi pada kelompok umur lebih dari 35 tahun. Berdasarkan puskesmas, paga gambar 3.8 terlihat bahwa wilayah kerja Puskesmas Telen menjadi yang terbesar, yaitu sebanyak 3 kasus kematian terjadi pada ibu usia tahun. Kemudian Pukesmas Rantau Pulung dan Sangkulirang dengan masing masing 2 kasus kematian ibu. Kematian ibu juga terjadi pada Puskesmas Muara Bengkal, Sepaso, dan Sandaran dengan jumlah 1 kasus pada tiap-tiap puskesmas. 52

58 Grafik Kematian Ibu Di Kuta Timur Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun Kelahiran dengan Tenaga Terlatih Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Kn). Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan selama 5 tahun cenderung meningkat. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan cakupan, dimana pada tahun 2009 sebesar 71,88% meningkat menjadi 99,78% di tahun Angka ini juga telah melewati target RPJMD Kabupaten Kutai Timur yaitu sebesar 56%. Keberhasilan ini tidak lepas dari adanya program kemitraan bidan dan dukun yang telah berjanan dengan baik. Kemitraan bidan dan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang salin menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas. 53

59 % Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs Kabupaten Kutai Timur 2014 Grafik Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Kutai Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun Kunjungan Persalinan/Nifas Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Kabupaten Kutai Timur cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2013 sebesar 88,9%. Angka ini lebih tinggi dari capaian tingkat propinsi pada tahun 2012 dan telah mendekati target SPM Kementerian Kesehatan RI sebesar 90%. Meskipun demikian terdapat kecenderungan bahwa cakupan kunjungan persalinan terus mengalami kenaikkan terutama sejak tahun 2011 hingga tahun Angka ini menunjukkan bahwa pelayanan nifas di Kutai Timur menunjukkan tren yang membaik. 54

60 % Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs Kabupaten Kutai Timur 2014 Grafik Cakupan Kunjungan Nifas (Kf 3) Di Kutai Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun 2014 Apabila dilihat dari sebaran pada masing-masing puskesmas terlihat bahwa masih ada 3 Puskesmas yang tergolong capaian rendah yaitu di Puskesmas Sepaso, Sandaran, dan Long Mesangat. Rendahnya cakupan kunjungan nifas ini sebagian besar disebabkan oleh terbatasnya tenaga kesehatan, di samping itu faktor akses transportasi juga merupakan hambatan bagi pelayanan nifas. Grafik Cakupan Kunjungan Nifas (Kf 3) Per Puskesmas Di Kutai Timur Tahun 2013 Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun

61 % Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs Kabupaten Kutai Timur Pemakaian Alat Kontrasepsi Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia tahun. Keberhasilan program KB dapat diukur dengan melihat cakupan KB aktif dan KB baru. Cakupan KB aktif menggambarkan proporsi pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS yang ada. Sedangkan cakupan KB baru adalah jumlah PUS yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS. Tren peserta KB aktif selama 4 tahun terakhir di Kutai Timur menunjukkan bahwa pada awalnya capaian mengalami penurunan yaitu dari 57,91% di tahun 2010 menjadi 43,11 di tahun Pada periode tahun berikutnya capaian KB aktif relatif mengalami peningkatan hingga di tahun 2013 sebesar 59,28%. Meskipun angka ini masih di bawah cakupan nasional sebesar 76,39% dan Provinsi Kalimantan Timur sebesar 72,28%. Grafik Cakupan KB Aktif di Kutai Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun 2014 Penggunaan metode kontrasepsi pada KB terdiri dari beberapa jenis. Kepesertaan KB menurut penggunaan metode kontrasepsi pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta KB memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek melalui suntikan. Hanya sedikit PUS yang memilih untuk menggunakan Metode Operatif Pria (MOP) pada tahun

62 Grafik Persentase Pemilihan Metode Kontrasepsi di Kutai Timur Tahun % IUD MOP MOW 26.05% IMPLAN KONDOM SUNTIK 4.84% 3.05% 0.18% 0.02% 1.30% PIL Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun TANTANGAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN Tujuan kelima MDGs difokuskan pada kesehatan ibu, untuk mengurangi kematian ibu. Sebagian besar kelahiran berlangsung normal, namun bisa saja tidak, seperti akibat pendarahan dan kelahiran yang sulit. Persoalan yang sering muncul, persalinan merupakan peristiwa (kesehatan) besar, sehingga komplikasinya dapat menimbulkan konsekuensi sangat serius. Sejumlah komplikasi sewaktu melahirkan bisa dicegah, misalnya komplikasi akibat aborsi yang tidak aman. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu adalah dengan melatih bidan untuk membantu memberikan layanan persalinan yang aman dan bersih. Selain itu, ada masalah terkait kualitas. Para bidan desa mungkin tidak mendapatkan pelatihan yang cukup atau mungkin kekurangan peralatan. Jika mereka bekerja di komunitas-komunitas kecil, mereka mungkin tidak menghadapi banyak persalinan, sehingga tidak mendapat pengalaman yang cukup. Namun salah satu dari masalah utamanya adalah jika disuruh memilih, banyak keluarga yang memilih tenaga persalinan tradisional. Kenyataannya, perempuan manapun dapat mengalami komplikasi kehamilan, kaya maupun miskin, di perkotaan atau di perdesaan, tidak peduli apakah sehat atau cukup gizi. Ini artinya pemerintah harus memperlakukan setiap persalinan sebagai satu potensi keadaan darurat yang mungkin memerlukan perhatian di sebuah pusat kesehatan atau rumah sakit, untuk penanganan cepat. Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun berpotensi menjadi keadaan darurat. Ini artinya akan baik kalau ada seseorang yang mengamati dan dapat mengenali adanya tanda-tanda bahaya. 57

63 Anemia adalah rendahnya kadar zat besi dalam darah. Ini dapat terjadi selama kehamilan ketika tubuh ibu memerlukan lebih banyak zat besi. Anemia membuat perempuan jauh lebih rentan untuk sakit dan meninggal. Namun demikian, mereka dapat mengganti kekurangan zat besi tersebut jika mereka mendatangi klinik pra persalinan dimana mereka menerima suplemen zat besi. Perempuan yang secara rutin mendatangi klinik pra persalinan biasanya mengetahui apa yang harus mereka lakukan apabila terjadi keadaan darurat. Selain melindungi kesehatan ibu, perawatan pra dan pasca persalinan juga memberi manfaat pada anak-anak. Arah kebijakan untuk mencapai target penurunan angka kematian ibu hingga tahun 2015, adalah : 1. Memfasilitasi peningkatan cakupan dan mutu pelayanan rumah sakit, puskesmas serta fasilitas (sarana dan prasarana) pelayanan kesehatan lainnya dan mengembangkan jaringan pelayanan yang terintegrasi 2. Memfasilitasi penyediaan pelayanan puskesmas 24 jam yang lengkap dengan ruang rawat inap dan unit gawat darurat (UGD) mencakup penyediaan sarana dan prasarananya 3. Mengembangkan manajemen mutu di unit pelaksana teknis yang mendorong peningkatan pelayanan prima 4. Mengembangkan regulasi yang mendorong terlaksananya pelayanan kesehatan berkualitas secara merata 5. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan meningkatkan kualitas rumah tangga yang sehat, peningkatan hygiene sanitasi lingkungan perumahan dan tempat-tempat umum lainnya 6. Peningkatan pencapaian derajat kesehatan melalui promosi cara hidup sehat dan membangun kemitraan untuk mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat (Usaha Kesehatan Sekolah, Swasta, Pos Kesehatan Pesantren dan Pos Kesehatan Desa) Sedangkan arah kebijakan untuk mencapai target terwujudnya akses kesehatan reproduksi bagi semua hingga tahun 2015, adalah : 1. Pengembangan kualitas pelayanan Keluarga Berencana di Kabupaten Kutai Timur 2. Peningkatan pembinaan dan kesertaan ber KB jalur pemerintah dan jalur swasta. 3. Peningkatan pembinaan dan kesertaan ber KB di daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan, wilayah khusus dan sasaran khusus. 4. Penguatan jejaring kemitraan pelayanan KHIBA dengan SKPD KB dan Rumah Sakit. 5. Pengembangan advokasi dan KIE 6. Pengembangan dan pembinaan ketahanan keluarga. 58

64 7. Pemberdayaan ekonomi keluarga dan sosial masyarakat. 8. Pengembangan data dan informasi. 59

65 3.6. TUJUAN 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA TUJUAN 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA TARGET 6A: TARGET 6B: MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS HINGGA TAHUN 2015 MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV/AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015 Indikator Target MDG 2015 Status Sumber TUJUAN 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun Kasus HIV/AIDS 7 36 Menurun Penggunaan kondom pada Perempuan: hubungan seks berisiko tinggi terakhir 8,50% Meningkat 6.2 Laki-laki: KPA Kutim 2013 Proporsi jumlah penduduk usia tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif 30% tentang HIV/AIDS Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 Proporsi penduduk terinfeksi HIV 6.5 lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan antiretroviral 30% KPA Kutim 2013 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utamanya lainnya hingga tahun a Angka kejadian malaria/per 1000 penduduk 8,02 2,43 Menurun 6.9a Angka Kejadian Tuberculosis Menurun 6.10a Proporsi jumlah kasus TBC yang terdeteksi dalam program DOTS Meningkat Dinas Kesehatan 6.10b Proporsi jumlah kasus TBC yang diobati dan sembuh dalam program DOTS 90,3% 97,5% Meningkat Status: Sudah tercapai; Akan tercapai; Perlu Perhatian Khusus Dalam kaitannya dengan Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015, menunjukkan bahwa target untuk menurunkan Kasus HIV/AIDS belum tercapai dan membutuhkan perhatian khusus. Sedangkan dalam Target 6C: Mengendalikan 60

66 penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utamanya lainnya hingga tahun 2015 di antara beberapa indikator, hanya satu saja yang telah tercapai yakni menurunkan Angka kejadian malaria/per 1000 penduduk. Sementara itu indikator-indikator lain dalam tujuan 6 ini yakni : memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya tidak ditemukan datanya KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Pengendalian HIV/AIDS HIV dan AIDS menjadi salah satu penyakit menular yang pengendaliannya dipantau melalui komitmen global MDGs. Kegiatan pengendalian penyakit ini dilakukan melalui pencegahan infeksi, penularan, penemuan penderita secara dini yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan konseling hingga perawatan dan pengobatan. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV dan AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna NAPZA dengan suntikan (IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Jumlah Kasus HIV dan AIDS di Kutai Timur yang ditemukan pada tahun Kegiatan utama pemberantasan penyakit kelamin dan HIV/AIDS di Kutai Timur adalah zero survei terhadap kelompok resiko tinggi dan rendah yang disertai dengan penyuluhan langsung kepada kelompok sasaran tersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang dilakukan di Tim Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi di lokalisasi di wilayah kerja Puskesmas yang merupakan kelompok resiko, pemeriksaan dilakukan pada lokalisasi dan ditemukan sebesar 25 penderita HIV/AIDS. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Kutai Timur juga tidak terlepas dari penyebaran virus HIV, jadi diperlukan tindakan yang lebih konkret lagi mengingat HIV/AIDS yang merupakan fenomena gunung es. 61

67 Grafik Data Kasus HIV dan AIDS, Tahun Kasus Sumber : KPA Kutim, 2014 Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah window periods yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan, yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut. Dalam rangka mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS, diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada kelompok remaja. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS adalah melalui kampanye "Aku Bangga Aku Tahu" (ABAT). Kampanye ABAT merupakan sosialisasi mengenai perilaku seksual yang harus dihindari sebelum ada komitmen melalui pernikahan dan penyadaran tentang cara penularan penyakit HIV dan AIDS. Upaya lain yang dilakukan dalam rangka pengendalian HIV dan AIDS yaitu peningkatan akses masyarakat terhadap pengobatan dan penyediaan layanan terpadu/komprehensif HIV dan AIDS. Dengan upaya penyediaan layanan terpadu tersebut, upaya pencegahan, perawatan, dan pelayanan kasus HIV dan AIDS termasuk layanan konseling dan tes, layanan perawatan, dukungan dan pengobatan, serta pengurangan dampak buruk dapat dilakukan di satu titik layanan. Beberapa bentuk layanan HIV dan AIDS yang terdapat di Kutai Timur sampai dengan tahun 2013 yaitu : 62

68 1. Layanan konseling tes HIV sukarela (KTS) konseling dan tes HIV yang diprakarsai oleh petugas kesehatan 2. Layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang aktif melakukan pengobatan ARV. 3. Layanan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) 4. Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS), Sampai saat ini telah terbentuk hingga ke tingkat Puskesmas, yaitu: Puskesmas Sangatta Selatan, Teluk Lingga, Teluk Pandan, Sepaso, Wahau I, dan Sangkulirang Pengendalian Penyakit Malaria Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat khususnya yang terkait dengan resistensi Plasmodium falciparum terhadap pengobatan klorokuin. Permasalahan lainnya yang menyebabkan malaria masih menjadi beban kesehatan masyarakat adalah meluasnya daerah perindukan vektor akibat perubahan lingkungan, penambahan jumlah vektor akibat perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang daripada musim kemarau, dan peningkatan penularan karena mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu bentuk komitmen pemerintah terhadap upaya pengendalian malaria, telah diterbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/ SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia. Eliminasi malaria bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai dengan tahun Eliminasi malaria memiliki kegiatan utama yang terdiri dari : 1. Peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini dan pengobatan malaria 2. Penjaminan kualitas diagnosis malaria melalui pemeriksaan laboratorium maupun Rapid Diagnostic Test (RDT) 3. Perlindungan terhadap kelompok rentan terutama ibu hamil dan balita di daerah endemis tinggi 4. Penguatan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilens kasus malaria 5. Intervensi vektor termasuk surveilans vector 6. Penguatan sistem pengelolaan logistik Malaria Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua suspek malaria dilakukan pemeriksaan sediaan darahnya baik secara mikroskopis (laboratorium) maupun dengan Rapid Diagnosis Test (RDT) Malaria. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, jumlah pemeriksaan sediaan darah relatif 63

69 % Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator dan Target MDGs Kabupaten Kutai Timur 2014 meningkat yaitu pada tahun 2010 sebanyak sampel menjadi sampel di tahun Setiap tersangka malaria diharapkan menjalani pemeriksaan sediaan darah dan apabila hasilnya positif maka diobati menggunakan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) Pengendalian TBC Upaya dalam menanggulangi TB Paru setiap tahunnya semakin menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun. Menurut standar, persentase BTA+ diperkirakan 10% dari suspek yang diperkirakan di masyarakat dengan nilai yang ditoleransi antara 5-15%. Bila angka ini terlalu kecil (< 5%) kemungkinan disebabkan penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan bila angka ini terlalu besar (> 15%) kemungkinan disebabkan penjaringan terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) TB paru ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Angka keberhasilan pengobatan semenjak di Kutai Timur menunjukkan peningkatan capaian, dari 57,80% ditahun 2009 menjadi 96,08% di tahun Grafik Angka Success Rate TB Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kutai Timur Tahun 2014 Angka keberhasilan pengobatan TB paru di Kabupaten Kutai Timur tahun 2013 sebesar 96,08% meskipun lebih rendah dari tahun 2012 sebesar 100%, namun telah mampu mencapai target keberhasilan pengobatan yang distandarkan oleh WHO yaitu minimal 85%. Bahkan angka ini juga telah mampu melewati capaian keberhasilan pengobatan secara nasional tahun 2012 yaitu 90,2%, juga melewati Provpinsi Kalimantan Timur yang di Tahun tersebut sebesar 84,6%. 64

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN L aporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj.IP) Kabupaten Kutai Timur ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis pada Tahun Anggaran 2015. LKj.IP Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... ii Daftar Tabel dan Gambar... xii Daftar Singkatan... xvi Bab I Pendahuluan... 1 1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah... 3 Tujuan 1. Menanggulangi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur kehadirat Allah S.W.T Tuhan semesta alam, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya jualah maka kami dapat menyelesaikan amanat penyusunan Laporan Keterangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM 1. Latar Belakang dan Kondisi Umum 2. Dasar Hukum 3. Proses Penyusunan RAD 4. Capaian RAD MDGS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 2015 5. Permasalahan Pelaksanaan Aksi MDGS 6. Penghargaan yang Diperoleh

Lebih terperinci

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH CAPAIAN MDGs provinsi KALIMANTAN TENGAH BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Palangka Raya, 16 Desember 2015 CAPAIAN INDIKATOR MDGS 2 JUMLAH INDIKATOR 23% 20% 1 Menanggulangi kemiskinan dan Kelaparan 2 Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Lebih terperinci

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar 2.1 2.2 2.3 Target MDGs Status Sumber 2015 Angka Partisipasi 90,0202 95,74 100%

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T Tuhan semesta alam, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya jualah maka kami dapat menyelesaikan amanat penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan

Lebih terperinci

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Di beberapa negara terutama negara berkembang, kesehatan ibu dan anak masih merupakan permasalahan besar. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV P E N U T U P

BAB IV P E N U T U P BAB IV P E N U T U P 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan BAB IV PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA 4.1. Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan Kelaparan Sejak pengambilan komitmen terkandung dalam Deklarasi Milenium tahun 2000 terkait dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda 5 TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH A. Kondisi Umum Daerah 1. Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jl. Diponegoro No. 60 Telepon (0536) 3221715, 3221645, Fax (0536) 3222217 PALANGKA RAYA 73111 Paparan Kepala Bappeda Provinsi

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

SERIAL PEDOMAN TEKNIS SERIAL PEDOMAN TEKNIS PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF BAGI DAERAH UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN TUJUAN MDGs DI PROVINSI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011

PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011 PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011 A. PETA WILAYAH HUKUM Wilayah Hukum Pengadilan Agama Sangatta meliputi Kabupaten Kutai Timur yang terdiri dari 18 Kecamatan 135, yaitu : Kecamatan Muara Ancalong 8 Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Koordinasi TKPK Tahun 2015 dengan Tema : Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Soreang, 27 November 2015 KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peraturan Presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Lampiran PK NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (1) (2) (3) (4) 1. 2. 3. Terwujudnya masyarakat yang toleran, rukun dan damai

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun KONDISI MAKRO KEMISKINAN Target RPJMN, tingkat kemiskinan 2015 8% di tingkat Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman Barat berada di peringkat ke-8 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi

Lebih terperinci

Kalimantan Timur. Lembuswana

Kalimantan Timur. Lembuswana Laporan Provinsi 433 Kalimantan Timur Lembuswana Lembuswana adalah hewan dalam mitologi rakyat Kutai yang hidup sejak zaman Kerajaan Kutai. Lembuswana menjadi lambang Kerajaan Kutai hingga Kesultanan Kutai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. MDGs ini

Lebih terperinci