BAB I PENDAHULUAN. A. Tugas dan Fungsi Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia LKPP.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Tugas dan Fungsi Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia LKPP."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONDISI UMUM Pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) diharapkan dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien, mengutamakan penerapan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat, transparan, terbuka, dan berlaku adil bagi semua pihak serta akuntabel. LKPP dalam menjalankan tugas dan fungsinya berpijak pada nilai-nilai organisasi yang telah melekat dan menjadi budaya organisasi LKPP, yaitu: profesional, integritas, kepatuhan (pada peraturan), kerjasama tim dan berorientasi pada pemangku kepentingan. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan didalamnya termasuk SDM Pengadaan yaitu orang perseorangan yang melakukan kegiatan pengadaan (pembeli dan penyedia), yang terdiri dari Pokja ULP, anggota ULP, Kepala ULP, staf pendukung ULP, staf pendukung PPK, staf PA/KPA, PPK, Pejabat Pengadaan, Staf Pejabat Pengadaan, PPHP, Pemberi Keterangan Ahli, Administrator/helpdesk/trainner LPSE, penyedia, perumus kebijakan, organisasi masyarakat serta pelaku PBJ yang termasuk dalam lingkup peraturan presiden juga harus dijaga agar dalam melaksanakan tugasnya turut berpijak pada nilai-nilai profesionalisme, integritas kepatuhan (pada peraturan), kerjasama tim dan berorientasi pada pemangku kepentingan. A. Tugas dan Fungsi Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia LKPP. Di dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 157 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 314), Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia LKPP merupakan salah satu unit kerja eselon I di LKPP yang mempunyai tugas untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan penyusunan strategi dan kebijakan pembinaan sumber daya manusia di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. 1

2 Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP memiliki fungsi diantaranya adalah: (a) Penyusunan rumusan strategi dan kebijakan pembinaan sumber daya manusia di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah; (b) Penyusunan rencana dan program serta penyelenggaraan pembinaan nasional di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah; (c) Penyusunan sistem dan penyelenggaraan pengujian kompetensi profesi di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia LKPP terdiri dari tiga direktorat, yaitu Direktorat Pengembangan Profesi, Direktorat Pelatihan Kompetensi, dan direktorat Sertifikasi Profesi. Direktorat Pengembangan Profesi memiliki tugas melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi, kebijakan, dan pedoman di bidang pengembangan profesi pengadaan barang/jasa pemerintah. Direktorat Pelatihan Kompetensi bertugas melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi, kebijakan, pedoman, standar, dan manual dibidang pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintahan. Direktorat Sertifikasi Profesi memiliki tugas melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi, kebijakan, pedoman, standar, dan manual di bidang sertifikasi profesi pengadaan barang/jasa pemerintah. B. Evaluasi Pencapaian Program dan Kegiatan. Pada pelaksanaan RPJMN periode , Deputi Pengembangan dan Pembinaan SDM telah mengimplementasikan program dan kegiatan sesuai yang diamanatkan RPJMN dan Renstra LKPP Dalam mewujudkan sasaran strategis dalam periode tersebut yaitu : 1. Meningkatnya kapasitas, profesionalisme, pembinaan profesi, dan martabat SDM PBJ, 2. Pengembangan sistem diklat dan penjaminan mutu kompetensi faktor keberhasilan dari sasaran, program dan kegiatan dapat diukur melalui indikator-indikator kinerja yang sudah ditetapkan. Kapasitas, profesionalisme, pembinaan profesi, dan martabat SDM PBJ meningkat dengan baik, hal tersebut terlihat dari K/L/D/I yang telah membentuk dan mengoperasionalkan Unit Layanan Pengadaan sampai dengan akhir tahun 2013 dilaporkan jumlah ULP di K/L/Pemda/I sebanyak 260 ULP. Berdasarkan data per Bulan Desember 2014 dapat dilaporkan keberadaan ULP di K/L/Pemda/I adalah sejumlah 437. Dengan demikian sampai dengan tahun 2014 jumlah 2

3 instansi yang telah membentuk ULP sebanyak 518 Instansi setara dengan 73% dari jumlah seluruh K/L/Pemda/I. Dari 518 instansi tersebut, ULP yang dibentuk pada tahun anggaran 2014 sebanyak 81 instansi (11.4%). Untuk mendukung profesionalisme SDM pengadaan barang/jasa, pada tahun 2012 telah ditetapkan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 77 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan. Pada tahun 2014 masa inpassing JFPP telah dibuka terhitung sejak 1 Januari s.d 31 Desember Berdasarkan data yang ada pada tahun 2014 terdapat 117 instansi yang telah merencanakan penetapan JFPP atau setara dengan 16% dari jumlah keseluruhan K/L/Pemda/I. Namun, tidak semua perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti dengan penetapan JFPP. Hal ini disebabkan diantaranya rendahnya minat SDM pengadaan untuk masuk ke dalam JFPP karena belum adanya peraturan tentang tunjangan fungsional pengelola pengadaan barang/jasa. Sasaran yang kedua adalah Pengembangan sistem diklat dan penjaminan mutu kompetensi dengan indikator keberhasilan adalah persentase pelatihan yang sesuai standar, persentase instruktur yang mengajar sesuai standar, persentase peningkatan LPP Diklat PBJ yang terakreditasi, dan lndeks keterandalan sistem penyelenggaraan ujian sertifikasi PBJP. Penilaian rata-rata hasil monitoring evaluasi pelatihan secara keseluruhan menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata dari seluruh penyelenggara memiliki nilai diatas 3 yaitu (3.19) yang berarti secara umum pelaksanaan pelatihan berjalan cukup kondusif di setiap penyelenggara. Berdasarkan bagan di atas terlihat bahwa nilai rata-rata evaluasi pengajar selama tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang meningkat. Tahun 2012 sebesar (3,07), tahun 2013 sebesar (3,11) dan tahun 2014 sebesar (3,18). Hal ini dapat diartikan bahwa secara umum kualitas pengajar dari tahun ke tahun semakin baik dalam hal penyampaian materi meskipun nilainya tidak terlalu jauh. kerjasama lembaga diklat dilaksanakan sejak tahun Beberapa lembaga diklat yang telah melaksanakan kerjasama dengan Direktorat Pelatihan Kompetensi, yaitu Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharan Kementerian Keuangan RI, Badan Pekerjaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum. Hasil yang diperoleh melalui kerjasama dengan kedua lembaga tersebut adalah diselenggarakannya Pelatihan terstruktur bagi calon pengajar/instruktur pengadaan barang/jasa. Pada tahun 2014 ini, Direktorat Pelatihan Kompetensi melaksanakan kerjasama dengan Sekolah Tinggi Kedinasan milik pemerintah, yaitu 3

4 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan Badan Pen didikan dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri (Badiklat Kemendagri). Untuk menjadi penyelenggara Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang profesional dan kredibel harus didukung dengan sistem manajemen mutu yang andal sesuai dengan standar internasional, sarana pendukung yang dapat menjamin pelaksanaan sistem menjadi efektif dan efisien. Sebagai penjaminan mutu, sertifikasi telah mendapatkan ISO 9001:2008 dan lisensi dari BNSP, sertifikasi dan lisensi tersebut harus terus dipertahankan. Maka secara keseluruhan pada tahun 2014, Direktorat Sertifikasi Profesi telah berhasil mempertahankan sertifikasi ISO tanpa temuan major, mencapai nilai IKM rata-rata 80.95, soal yang digunakan tahun ini memiliki nilai reliabilitas 0,82 dan prosentase soal yang valid rata-rata adalah 74%, sangat handal. Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan selama periode tentunya perlu dievaluasi secara obyektif untuk melihat sejauh mana dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Hasil penilaian menunjukkan bahwa secara umum program dan kegiatan telah mencapai sasaran yang diinginkan, namun dengan beberapa catatan untuk perbaikan perencanaan program dan kegiatan kedepan. Hal yang perlu diperbaiki antara lain adalah terkait dengan upaya untuk meningkatkan kinerja birokrasi di bidang pengadaan melalui peningkatan kualitas kompetensi pengelola di bidang pengadaan. Langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam hal ini adalah perlu penyusunan peta jalan (road map) dalam pengembangan karir profesi dan penyelenggaraan forum komunikasi tentang kelembagaan ULP. Selain itu juga perlu dilakukan pengembangan sistem diklat serta penjaminan mutu kompetensi dan sertifikasi, meningkatkan kualitas serta kuantitas penyelenggaraan sertifikasi sehingga terwujudnya penyelenggaraan sertifikasi yang berintegritas, profesional dan kredibel. C. Hasil Aspirasi Masyarakat dalam Pemenuhan Kebutuhan Barang Publik, Layanan Publik, dan Regulasi. Aspirasi masyarakat terkait dengan pengembangan dan pembinaan SDM pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh LKPP khusunya Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM. Pimpinan dan seluruh staf Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM sudah seharusnya dapat memahami berbagai persoalan dan hambatan yang 4

5 terjadi di dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah pada umumnya maupun yang secara khusus terkait dengan aspek SDM pengadaan. Dalam rangka pengembangan dan pembinaan SDM pengadaan barang/jasa pemerintah, masyarakat dan para pemangku kepentingan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bentuk aspirasi yang dapat menjadi masukan untuk formulasi maupun perbaikan kebijakan di bidang SDM pengadaan. Identifikasi terhadap para pemangku kepentingan utama serta aspirasi mereka dalam kaitannya dengan pengembangan dan pembinaan SDM pengadaan dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Instansi Pemerintah di Tingkat Pusat maupun di Tingkat Daerah Instansi pemerintah pusat dan daerah memiliki kepentingan terhadap pengembangan dan pembinaan SDM pengadaan karena proses pengadaan di setiap instansi pemerintah sudah seharusnya dilakukan oleh SDM yang memiliki kompetensi di bidang pengadaan. Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumer Daya Manusia LKPP diharapkan mampu meningkatkan profesionalitas dan kompetensi tenaga dan pejabat pengadaan baik di tingkat pusat maupun di daerah melalui pengembangan profesi pengadaan, membangun sistem pendidikan dan pelatihan serta sistem sertifikasi pengadaan. 2) Kementerian PAN dan RB Pengembangan dan pembinaan SDM pengadaan tidak dapat dilepaskan dan merupakan bagian dari pengembangan dan pembinaan SDM birokrasi secara umum. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dan sinergi yang baik dari kedua instnasi pemerintah ini dalam rangka mewujudkan SDM pengadaan yang professional dan kompeten. 3) Universitas/Pakar Unversitas/Pakar merupakan mitra strategis dari Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia LKPP yang mampu memberikan pemikiran strategis dan inovatif, mengembangkan keilmuan pangadaan barang/jasa melalui praktek-praktek ilmu pengadaan yang telah dikenal secara luas, sekaligus memberikan berbagai pelatihan berbasis kompetensi yang berkaitan dengan pengadaan barang /jasa pemerintah. Oleh karena itu aspirasi dari universitas/pakar perlu diperhatikan dan dijadikan masukan dalam menyusun kebijakan di bidang SDM pengadaan. 5

6 4) Aparatur Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Aparatur pemerintah pusat dan daerah yang pekerjaannya melaksanakan proses pengadaan barang/jasa merupakan salah satu bagian penting dari pemangku kepentingan dari Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM. Aspirasi mereka khususnya terkait dengan kebutuhan untuk pembinaan dan pengembangan keahlian serta karir di bidang pengadaan perlu diperhatikan dan dijadikan sebagai masukan untuk menyusun kebijakan, program, dan kegiatan. 5) Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Peningkatan kompetensi SDM pengadaan barang/jasa pemerintah tidak dapat dilepaskan dari peran lembaga pendidikan dan pelatihan, karena mereka merupakan unjung tombak dari program pengembangan SDM pengadaan melalui kegiatan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, aspirasi mereka sangat penting bagi pengembangan kebijakan pengembangan dan pembinaan SDM pengadaan khususnya terkait dengan program pendidikan dan pelatihan.. Aspirasi serta harapan dari para pemangku kepentingan utama diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM mampu mengangkat pekerjaan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai profesi yang membanggakan yang didukung oleh SDM yang professional dan kompeten. 2) Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM mampu mengembangkan profesionalisme pengelola pengadaan melalui jabatan fungsional pengelola pengadaan, disertai dengan pola dan perencanaan karir yang jelas dan terarah. 3) Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM mampu mengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi. 4) Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM mampu mengembangkan sistem penyelenggaraan uji kompetensi dengan jaminan mutu yang andal. 6

7 1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN A. Permasalahan. Berdasarkan uraian hasil pencapaian program dan kegiatan serta hasil aspirasi stakeholders dalam pemenuhan kebutuhan SDM pengadaan yang professional dan kompeten, berikut ini diuraikan hasil identifikasi permasalahan, potensi, kelemahan, peluang serta tantangan dalam jangka menengah yang dihadapi oleh Deputi Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia LKPP. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian dan Lembaga Negara Non Kementerian selama kurang lebih 5 tahun terakhir telah mengalokasikan dana untuk pengadaan barang/jasa sekitar 40% dari total APBN dan sekitar 20% dari APBD. Pada tahun 2010, dana pengadaan barang/jasa mencapai sekitar Rp. 400 triliun dari APBN dan sekitar Rp. 200 triliun dari APBD. Besarnya alokasi anggaran untuk kebutuhan pengadaan barang/jasa tersebut, tentu saja perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama dalam hal pelaksanaan pengadaan barang/jasa agar memberi manfaat paling optimal. Untuk menciptakan pengadaan barang/jasa yang efektif, efesien dan kredibel sangat ditentukan oleh berbagai macam aspek. Aspekaspek yang dapat menentukan keberhasilan tujuan pengadaan barang jasa pemerintah salah satunya adalah SDM pengelola pengadaan. Dengan demikian, pengembangan dan pembinaan SDM di bidang pengadaan barang dan jasa menjadi tantangan besar untuk menghasilkan pejabat dan pengelola pengadaan yang professional dan kompeten, yaitu memiliki pengetahuan luas, keterampilan yang diandalkan, dan integritas yang tinggi. Profesionalisme, integritas serta kompetensi para pejabat dan pengelola pengadaan sebagaimana dimaksud di atas belum berkembang luas dan merata. Saat ini, masih ditemukan proses pengadaan barang/jasa yang melibatkan pejabat pengadaan barang/jasa di masing-masing unit kerja, tanpa didukung oleh SDM yang profesional serta sejalan dengan tuntutan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance). Hal ini dapat dilihat dari persebaran kepemilikan sertifikat Ahli Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, belum disediakannya ketentuan ataupun pedoman yang mengatur masalah standar kompetensi secara lengkap, pengembangan kelembagaan dan profesi yang masih perlu mendapat perhatian, pelatihan berbasis kompetensi yang benar-benar mendukung secara utuh disparitas kompetensi di setiap level, serta adanya jenjang karier yang prospektif untuk para pelaksana pengadaan barang/jasa di lapangan. Untuk mengatasi 7

8 masalah-masalah yang menghambat kemajuan profesionalisme, integritas dan kompetensi para pejabat dan pengelola pengadaan, berikut ini disajikan sebuah analisis dengan metode SWOT untuk menjawab masalah-masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Analisis yang dihasilkan pada bagian ini selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan kebijakan yang ada di Bab III. B. Kekuatan (Strengths) Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM merupakan bagian dari kekuatan internal organisasi LKPP yang memiliki peranan penting. Apabila kita lihat, kekuatan merupakan suatu spirit atau semangat yang dapat mendukung/mendorong kedeputian Pengembangan dan Pembinaan SDM untuk dapat melaksanakan strategi/kegiatan dalam mencapai visi dan misi kedeputian. Dari hasil identifikasi yang ada, dapat dirumuskan kekuatan-kekuatan yang dimiliki sebagai berikut: 1) Keberadaan LKPP yang independen dan dilandasi dengan peraturan perundangan serta bertanggung jawab langsung kepada Presiden, merupakan modal dasar yuridis yang kuat. 2) Telah berjalannya sertifikasi dalam bidang tertentu menjadi acuan bagi kedeputian PPSDM LKPP sehingga tidak perlu bekerja dari titik awal. 3) Tersedianya Laboratorium Ujian Berbasis Komputer dan sarana pendukung lain. 4) Sumber Daya Manusia di Kedeputian Pengembangan dan Pembinaan SDM yang diperoleh melalui proses rekruitmen yang baik sehingga menghasilkan SDM Profesional dan Integritas 5) Komitmen yang tinggi dari Pimpinan di Kedeputian PPSDM untuk menciptakan tenaga pengadaan yang profesioanal dan berintegritas. C. Kelemahan (Weaknesses) Di samping kekuatan yang dimiliki, Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM juga memiliki titik kelemahan. Beberapa titik-titik kelemahan yang dapat diidentifikasi diantaranya belum memiliki konsep/rancang bangun dan strategi yang jelas di bidang pengembangan SDM-PBJP. Peraturan dan pedoman yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan SDM-PBJP di berbagai instansi juga masih sangat terbatas. Terutama yang berkaitan dengan 8

9 pengembangan profesi dan pelatihan PBJP berbasis kompetensi serta pemetaan kemampuan kompetensi yang masih menggunakan uji proficiency. Dari beberapa hasil identifikasi titik lemah tersebut, tidak terlepas karena LKPP yang tergolong masih sangat muda. Sebagai instansi yang baru dibentuk tahun 2007, tentunya masih disibukkan dengan penataan organisasi dan konsolidasi ke dalam. Untuk memperjelas identifikasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP, berikut ini hasil rumusan identifikasi kelemahan-kelemahan yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program dan kegiatan pada Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP. 1) Kedeputian dengan sarana dan prasarana serta SDM yang masih terbatas, khususnya pejabat struktural maupun tenaga pendukung. 2) Sistem/Pedoman/Standar/Norma serta prosedur kerja di kedeputian Pengembangan dan Pembinaan SDM masih dalam proses penyempurnaan. 3) Pranata sistem standarisasi pelatihan dan sertifikasi kompetensi belum mantap, baik yang dalam bentuk standar, norma maupun pedoman-pedoman. 4) Kelembagaan pengembangan profesi, pelatihan dan sertifikasi masih terbatas, baik kapasitas, kredibilitas maupun jangkauannya. 5) Belum tersusunnya standar kompetensi profesi pengadaan barang/jasa pemerintah dan kerangka kualifikasinya yang disepakati dan dapat dipakai sebagai acuan dalam pelatihan, sertifikasi dan penggajian/kompensasi. 6) Sistem birokrasi belum sempurna. 7) Keterbatasan instruktur/narasumber PBJP, baik dilihat dari segi jumlah maupun persebaran kompetensinya. 8) Keterbatasan perangkat/infrastruktur uji sertifikasi berbasis kompetensi. 9) Profesi Pengadaan barang/jasa pemerintah belum mempunyai jenjang karir yang jelas dan tunjangan yang baik. 10) Standar Kompetensi untuk masing-masing pihak yang terlibat dalam proses pengadaan belum menemukan format yang baku dan diakui oleh semua pihak, sehingga belum dapat dipahami secara luas di masyarakat. 11) Pelaksanaan pelatihan pengadaan barang/jasa belum terlaksana secara baku dan sesuai dengan standar pelatihan yang berdasarkan kompetensi, baik dilihat dari sisi peserta, instruktur, modul pelatihan, serta sarana dan prasarana pelatihan yang efektif dan efesien. (misalkan: Pelatihan dengan jumlah Jam Pelajaran yang minim atau hanya 2 hari). 9

10 12) Belum adanya hubungan yang positif antara kelulusan sertifikasi dengan kemampuan untuk melakukan kegiatan pengadaan di lapangan sebagai akibat belum terwujudnya sitem uji kompetensi/profesi yang lengkap. D. Peluang (Opportunities) Peluang untuk pengembangan dan pembinaan SDM-PBJP yang lebih kompeten dan profesional ke depan, sebenarnya cukup prospektif. Pengembangan pekerjaan PBJP menjadi profesi PBJP, cukup terbuka lebar. Pekerjaan PBJP di semua instansi semakin banyak jumlahnya, semakin sering frekuensinya dan semakin kompleks jenis dan tingkat teknologinya. Hal ini tentunya merupakan jaminan bahwa pekerjaan pengadaan barang/jasa cukup memenuhi persyaratan sebagai profesi. Profesi dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, adalah bidang pekerjaan yang untuk melaksanakannya diperlukan kompetensi tertentu sesuai dengan standard dan persyaratan pekerjaan di tempat kerja. Profesi biasanya memiliki kode etik, kualifikasi profesi, sistem sertifikasi dan asosiasi profesi. Semua gambaran kondisi pengadaan barang/jasa tersebut dapat dikembangkan dan hal itu mencerminkan kondisi eksternal organisasi yang dapat membantu pencapaian tujuan. Untuk itu Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM yang merupakan satu kesatuan dari organisasi LKPP harus mampu mengeksploitasi dan mendapatkan manfaat dari setiap peluang yang ada. Peluang-peluang yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut: 1) Adanya peraturan perundangan ( Perpres 54 Tahun 2010) yang mengamanatkan dilakukannya uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah serta pelatihan berbasis kompetensi. 2) Adanya keinginan pemerintah dan masyarakat untuk menerapkan clean and good governance melalui upaya reformasi birokrasi, menuntut human capital. 3) Meningkatnya animo asosiasi profesi pengadaan dan stakeholders untuk mengembangkan standar kompetensi dan sertifikasi di bidangnya. 4) Terbukanya peluang kerja sama bilateral dan multilateral antar lembaga pelatihan dan lembaga sertifikasi. 5) Banyaknya lembaga pendidikan dan pelatihan profesi pengadaan yang berminat dan berpotensi untuk berpartisipasi dalam pengembangan SDM pengadaan barang/jasa pemerintah. 6) Dukungan Lembaga Donor dari sisi keuangan untuk mendukung kegiatan pengembagnan SDM Pengadaan. 10

11 E. Tantangan/Ancaman (Threats) Di samping peluang yang terbuka lebar, pengembangan SDM-PBJP tidak lepas dari berbagai tantangan/ancaman yang harus dihadapi dan diatasi. Tantangan/ancaman dimaksud tidka hanya terletak pada belum mapannya sistem dan kelembagaan pengembangan SDM-PBJP. Tetapi juga terletak pada animo pegawai negeri yang rendah untuk mengikuti pelatihan dan bekerja di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah. Rendahnya animo pegawai negeri untuk mengikuti pelatihan dan bekerja di bidang PBJP tersebut, juga disebabkan karena pekerjaan PBJP belum jelas karier dan rekognisinya. Hal ini antara lain karena pekerjaan PBJP belum menjadi profesi yang diakui secara teknis maupun administratif serta besarnya resiko yang ditanggung apabila menjadi pejabat pengadaan. Dari gambaran penjelasan tersebut, berikut ini rumusan identifikasi tantangan/ancaman lima tahun mendatang yang dihadapi oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP di luar organisasi (faktor eksternal) yang dapat menghambat/menghalangi pencapaian tujuan. 1) Belum kondusifnya peraturan perundang-undangan bagi personil pengadaan untuk berkembang menjadi personil yang bermartabat. 2) Integritas para pengelola pengadaan di sektor pemerintah banyak yang tidak memenuhi harapan masyarakat. Hal ini menyebabkan sikap antipati dari masyarakat terhadap program-program pengembangan SDM pengadaan. 3) Adanya konflik kepentingan para pihak yang menyebabkan lemahnya dukungan stakeholder dalam pengembangan SDM pengadaan. F. Faktor Kunci Keberhasilan Unsur kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihimpun dari kondisi internal dan eksternal merupakan kondisi yang akan mempengaruhi eksistensi LKPP. Dengan diketahuinya faktor yang paling berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap perkembangan LKPP maka Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM sebagai satu kesatuan dari organisasi LKPP sekiranya dapat menentukan beberapa alternatif strategi untuk mencapai visi dan misi bersama yaitu: 1) Menggunakan kekuatan yang ada pada organisasi (Deputi Bidang Pengembandan SDM) untuk memanfaatkan peluang. Dari hasil identifikasi 11

12 kekuatan-kekuatan yang sudah disebutkan sebelumnya, sekiranya dapat referensi untuk menentukan kekuatan yang ada dalam memanfaatkan peluang. 2) Memanfaatkan peluang untuk mengatasi tantangan. Peluang/Kesempatan merupakan kondisi yang harus segera dimanfaatkan. Keberadaan peluang/kesempatan merupakan faktor yang tidak dapat dikondisikan, oleh karena itu dalam menghadapi tantangan yang ada sudah selayaknya kita menentukan strategi yang tepat untuk memanfaatkan peluang tersebut. 3) Mengatasi kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang. Kelemahan memang merupakan faktor yang tidak bisa dihindari dalam sebuah organisasi. Akan tetapi, dengan adanya peluang yang ada sekiranya dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki. 4) Mewaspadai dan mencegah tantangan sambil memperbaiki kelemahan yang ada. 12

13 BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN 2.1 VISI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SDM LKPP Dalam rangka menentukan arah pandangan kedepan terkait dengan kinerja dan peranan Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP serta untuk memberikan gambaran tentang kondisi masa depan yang ingin diwujudkan oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP, maka perlu dirumuskan visi kedeputian yang mencerminkan keadaan yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan. Visi dimaksud juga diperlukan untuk menyatukan persepsi dan fokus pada arah tindakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap unit kerja dan individu. Selain itu, visi juga sebagai panduan dan acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan. Visi yang dirumuskan tentunya harus selaras dengan arah kebijakan dan program pembangunan nasional yang ditetapkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) VISI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SDM LKPP: Terwujudnya SDM Pengadaan yang Profesional dan Kelembagaan Pengadaan yang optimal Dalam visi ini terkandung maksud bahwa Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP berkeinginan untuk menjadi sebuah unit kerja yang berkonsentrasi pada pengembangan dan pembinaan kompetensi SDM Pengadaan secara nasional serta mengoptimalkan kelembagaan pengadaan. Dalam artian unit kerja ini memiliki kualitas, kapabilitas atau kemampuan, serta otoritas untuk mengembangkan dan menghasilkan berbagai kebijakan yang dapat mewujudkan SDM PBJP yang kompeten dan lembaga pengadaan yang optimal. 2.2 MISI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SDM LKPP Sejalan dengan visi Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP maka diperlukan rumusan mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang mencerminkan apa yang dapat dicapai (pada level impact) dan bagaimana mencapainya dalam periode tertentu, beserta indikator pencapaiannya. Misi yang dirumuskan menggambarkan tindakan atau upaya sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP. Selanjutnya misi diharapkan dapat menjadi jembatan dalam mencapai tujuan, 13

14 sasaran, strategi, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP. MISI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SDM LKPP: 1. Meningkatkan kompetensi SDM PBJ 2. Mengembangkan sistem karier meliputi kebijakan, insentif, norma, prosedur, manual, standar) jabatan fungsional Pengelola PBJ 3. Meningkatkan efektifitas Organisasi Pengadaan 2.3 TUJUAN Tujuan merupakan kondisi yang ingin diwujudkan oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP mendatang, dimana tujuan tersebut selaras dengan visi dan misi organisasi. Perumusan tujuan menggambarkan outcome dan impact yang akan diberikan oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi, maka tujuan strategis Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP sekiranya dapat dirumuskan dan diuraikan sebagai berikut. Apabila mengacu pada Renstra LKPP posisi Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP adalah untuk mencapai tujuan strategis yang pertama yaitu dengan indikator pada misi 1 Mewujudkan Pengadaan yang Menghasilkan Value for Money adalah sebagai berikut: Indikator Tujuan Strategis (TS.1): a. Tingkat Efektivitas Pengadaan; b. Tingkat Efisiensi Pengadaan;. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengadaan diperlukan pengelola pengadaan yang kompeten. Pengembangan dan pembinaan SDM-PBJ pengadaan barang/jasa pemerintah ke depan diarahkan untuk mewujudkan SDM-PBJ pengadaan barang/jasa pemerintah yang profesional, yaitu SDM yang kompeten, bermartabat dan memiliki jenjang karier yang jelas dan terarah. Kompetensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik sesuai dengan standar dan persyaratan yang diperlukan. Oleh karena itu pengembangan SDM pengadaan berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai pengembangan SDM yang berorientasi serta acuan program berbasis pada Standar Kompetensi Kerja. Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi bertumpu pada: 1. Standar Kompetensi Kerja sebagai acuan. 2. Materi pembelajaran (learning material) sebagai bahan ajar atau bahan latih. 14

15 3. Penilaian atau asesmen untuk evaluasi atau pengukuran pencapaian kompetensi. 4. Sertifikasi untuk pengakuan atau rekognisi kompetensi. Oleh karena itu, tujuan strategis Deputi PPSDM dirumuskan sebagai berikut: 1. Mewujudkan peningkatan kompetensi SDM PBJ 2. Mewujudkan pengembangan sistem karier (kebijakan, insentif, norma, prosedur, manual, standar jabatan fungsional Pengelola PBJ 3. Mewujudkan peningkatan efektifitas Organisasi Pengadaan 2.4 SASARAN STRATEGIS Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang dirumuskan secara lebih rinci dan terukur. Tujuan dan sasaran dirumuskan dengan mempertimbangkan kelayakan untuk mencapainya berdasarkan kondisi internal dan eksternal dari suatu organisasi. Dengan mempertimbangkan visi dan misi pengembangan SDM-PBJP dan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan serta faktor kunci keberhasilan dalam pengembangan SDM-PBJP seperti diuraikan sebelumnya, maka sasaran strategis pengembangan SDM-PBJP untuk kurun waktu dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mewujudkan peningkatan kompetensi SDM PBJ a. Memperluas ruang lingkup standar kompetensi Pengadaan b. Memperluas cakupan program dan pelaksanaan pelatihan c. Memperluas cakupan skema dan sistem sertifikasi 2. Mewujudkan pengembangan sistem karier jabatan fungsional Pengelola PBJ a. Mengembangkan kebijakan jabatan fungsional b. Mengembangkan norma, standar, prosedur dan manual jabatan fungsional c. Mengembangkan sistem pemberian insentif jabatan fungsional 3. Mewujudkan peningkatan efektifitas Organisasi Pengadaan a. Mewujudkan organisasi pengadaan yang permanen b. Mengintegrasikan organisasi pengadaan 15

16 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI LKPP A. Kebijakan Prioritas LKPP selain melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis pada tingkatan lembaga juga diberi tanggung jawab untuk mencapai sasaran-sasaran nasional sesuai dengan kewenangannya. LKPP memiliki sasaran nasional sebagai berikut: 1. Berdasarkan penjabaran agenda pembangunan nasional dari operasional NAWACITA yang tertulis dalam Buku I RPJMN , arah kebijakan dan strategi nasional yang terkait dengan LKPP adalah Pengembangan Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih, Efektif, Demokratis, dan Terpercaya yang mencakup arah Kebijakan Penerapan E-government untuk mendukung bisnis proses pemerintahan dan pembangunan yang efisien, efektif transparan dan terintegrasi. 2. Berdasarkan penjabaran agenda pembangunan bidang yang tertulis dalam Buku II RPJMN , isu strategis untuk tahun pembangunan bidang hukum dan aparatur yang terkait dengan LKPP adalah isu strategis mengenai birokrasi yang bersih dan akuntabel. Sedangkan arah kebijakan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan adalah peningkatan fairness, transparansi dan profesionalisme dalam pengadaan barang dan jasa. Langkah-langkah strategi tersebut ditempuh antara lain melalui: a. Penyempurnaan dan penguatan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah, termasuk dalam rangka penataan pasar pengadaan dan penguatan industri/usaha nasional; b. Penyempurnaan sistem E-procurement dan peningkatan kualitas implementasinya, termasuk perluasan cakupan produk dalam E-catalogue; c. Standarisasi LPSE; d. Pelaksanaan pengadaan melalui skema konsolidasi; e. Dukungan data base penyedia; f. Peningkatan kompetensi dan integritas SDM pengadaan, termasuk penguatan jabatan fungsional pengadaan; g. Pengembangan mekanisme dan aturan main/tata laksana melalui peningkatan efektifitas ULP, dan peningkatan efektifitas pelaksanaan fungsinya; dan 16

17 h. Penerapan SPIP khusus pada pengadaan besar dan pelaksanaan probity audit. 3. Berdasarkan agenda pembangunan bidang yang tertulis dalam Buku II RPJMN , isu strategis untuk tahun pembangunan bidang sarana dan prasana yang terkait dengan LKPP adalah untuk mendukung Penguatan Konektivitas Nasional. B. Penataan Aparatur 1) Sumber Daya Manusia Untuk mencapai sasaran dan tujuan di atas, dibutuhkan sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai. Mengingat saat ini LKPP masih menghadapi keterbatasan jumlah pegawai, maka dalam dua tahun kedepan perlu perencanaan rekruitmen pegawai secara bertahap sehingga pada tahun 2012 seluruh formasi jabatan yang ada sudah dapat terisi dengan pegawai yang kualifikasinya sesuai dengan yang dipersyaratkan. Meskipun LKPP perlu segera mengisi formasi yang masih kosong, rekruitmen tidak dapat dilakukan sekaligus dalam satu tahun melainkan harus dilakukan secara bertahap. Hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah pegawai yang boleh direkrut dalam satu tahun. Selain itu jumlah pegawai yang direkrut juga harus disesuaikan dengan ketersediaan ruangan dan fasilitas kerja yang juga masih terbatas. 2) Ketatalaksanaan Berkenaan dengan kebijakan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik, LKPP dalam ketatalaksanaan mengimplementasikannya antara lain menyusun Standard Operating Procedure (SOP). Untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi, selain ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai juga dibutuhkan mekanisme kerja dan prosedur kerja yang standar untuk menjamin efisiensi, efektifitas dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh LKPP baik yang sifatnya internal maupun eksternal. LKPP telah menyusun Standard Operating Procedure untuk beberapa kegiatan di unit kerja. Saat ini masih diperlukan tambahan penyusunan SOP dan terhadap SOP yang telah disusun harus terus menerus disempurnakan. 17

18 3) Kelembagaan dan Struktur Organisasi Memperhatikan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, program dan kegiatan serta kebijakan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik, LKPP memerlukan kelembagaan dan struktur organisasi yang mampu dijadikan sebagai kendaraan ( vehicle) yang akan menghantar LKPP pada tujuan dan sasaran yang diinginkan. Aspek kelembagaan yang perlu mendapat perhatian adalah memperjelas mandat yang diberikan kepada LKPP serta merumuskan hubungan kerja antara LKPP dengan lembaga lain. Organisasi LKPP perlu disesuaikan dalam rangka mengakomodasi kebutuhan terhadap fungsi tertentu yang belum terakomodasi dalam struktur yang ada. Fungsi yang perlu diakomodasi antara lain adalah terkait dengan bidang pengawasan internal (inspektorat) dan fu ngsi pelayanan pengadaan yang saat ini meskipun ada tetapi masih bersifat ad-hoc dan masih dirangkap oleh pejabat struktural. Selain itu sedang dipertimbangkan untuk menambah fungsi riset dan pengembangan serta membuat struktur dan sistem yang tepat untuk memberikan pelayanan yang lebih optimal dalam kondisi geografis Indonesia yang cukup kompleks. Selain itu, adanya perubahan regulasi (salah satunya adalah undang - undang pengadaan) akan memiliki implikasi terhadap tugas dan fungsi LKPP saat ini, sehingga akan mengubah struktur yang ada saat ini. C. Indikasi Pendanaan LKPP akan melaksanakan seluruh kegiatan yang ada di dalam Program, yang pembiayaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun demikian, terdapat beberapa kegiatan yang ada di dalam program teknis yang juga dapat dilaksanakan dan dibiayai oleh Pemerintah Daerah dan bahkan oleh Swasta/Masyarakat. 3.2 RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SDM LKPP A. Program Teknis Dalam rangka mewujudkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang Profesional dan Bermartabat, dalam 5 (lima) tahun kedepan Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP akan melaksanakan program teknis sebagai penjabaran dari kebijakan prioritas peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur pengadaan, yaitu: Program Pengembangan Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 18

19 B. Kegiatan Indikatif Untuk mencapai tujuan dan sasaran program sebagaimana telah disampaikan pada Bab II, maka diperlukan kegiatan yang merupakan instrument program sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Oleh karena itu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP merupakan intervensi program yang terdiri dari beberapa sub kegiatan yang disertai dengan estimasi kebutuhan anggaran. Program yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP terdiri dari beberapa kegiatan yang melekat pada tiap-tiap unit kerja eselon II sebagai penanggungjawab kegiatan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan unit kerja eselon II pada Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Program/Kegiatan pada Deputi PPSDM-LKPP Direktorat Penanggungjawab Kegiatan Direktorat Pengembangan Profesi Nama Kegiatan Pengembangan Sistem Profesi Ahli Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Direktorat Pelatihan Kompetensi Direktorat Serfitikasi Profesi Pengembangan Sistem Pembelajaran Bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pengembangan Sistem dan Penyelenggaraan Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah C. Indikator Kinerja Kegiatan (Output) Kegiatan Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP yang akan dilaksanakan oleh setiap unit kerja eselon II hasilnya harus sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis serta dapat diukur dengan indikator-indikator yang mencerminkan kinerja kegiatan (output). Untuk itu pada lampiran 1 Matrik Kinerja Tahun Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP akan 19

20 dijabarkan kegiatan dan indikator kinerjanya beserta unit kerja eselon II penanggungjawabnya. D. Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Pengembangan dan Pembinaaan SDM Tabel 3. Program, Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Strategi Deputi PPSDM Program Tujuan Sasaran Kebijakan Strategi Pengembangan Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Terwujudnya SDM Pengadaan yang Profesional dan Kelembagaan Pengadaan yang optimal Meningkatkan kompetensi SDM PBJ Mengembang kan sistem karier meliputi kebijakan, insentif, norma, prosedur, manual, standar) jabatan fungsional Pengelola PBJ Meningkatkan efektifitas Organisasi Pengadaan Peningkatan kapasitas SDM pengelola PBJ Meningkatkan kompetensi SDM PBJ dengan cara memperluas ruang lingkup standar kompetensi Pengadaan, memperluas cakupan program dan pelaksanaan pelatihan, serta memperluas cakupan skema dan sistem sertifikasi Mengembangkan sistem karier jabatan fungsional Pengelola PBJ dengan cara mengembangkan kebijakan jabatan fungsional, mengembangkan norma, standar, prosedur dan manual jabatan fungsional, serta mengembangkan sistem pemberian insentif jabatan fungsional Meningkatkan efektifitas Organisasi Pengadaan dengan cara mewujudkan organisasi pengadaan yang permanen dan mengintegrasikan organisasi pengadaan 20

21 E. Penataan Aparatur 1) Sumber Daya Manusia pada Deputi PPSDM-LKPP Untuk mencapai tujuan dan sasaran, dibutuhkan sumberdaya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai. Saat ini Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP masih mengalami keterbatasan jumlah pegawai. Pada rekruitmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014, dalam kenyataannya belum mampu mengisi seluruh formasi jabatan yang ada sesuai dengan kualifikasinya. Kondisi tersebut diakibatkan karena adanya kebijakan formasi yang diberikan oleh Kementerian Negara PAN dan BKN, sehingga rekruitmen tidak dapat dilakukan sekaligus dalam satu tahun melainkan harus dilakukan secara bertahap. Dampak dari hal itu, pada Kedeputian Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP masih banyak ditemukan pegawai kontrak (outsourcing). Keberadaan pegawai kontrak (outsourcing) pada Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP dipandang sangat perlu dan membantu untuk mengisi kekosongan tenaga PNS saat ini. Mengingat begitu banyaknya beban pekerjaan yang melekat pada tiap Direktorat di kedeputian ini, maka formasi pekerjaan yang seharusnya diisi oleh tenaga PNS, sejauh ini masih dipegang oleh para pegawai kontrak. Jumlah pegawai kontrak saat ini sekitar 30 orang termasuk para sekretaris, baik sekretaris eselon I maupun sekretaris eselon II. Jumlah ini dipandang cukup banyak apabila di bandingkan dengan jumlah PNS yang tercatat pada Kedeputian Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP sejumlah 26 orang. Walaupun dengan rasio perbandingan jumlah pegawai yang hampir separuh adalah non PNS, pada kenyataannya kondisi tersebut tidak menjadi faktor penghambat dari kinerja kedeputian ini. Bahkan dengan kondisi yang demikian, indikator pencapaian kinerja pada beberapa kegiatan dapat dikatakan berhasil. Dalam kenyataan yang ada, keberadaan para pegawai kontrak ini dapat dikatakan memiliki loyalitas dan integritas yang tinggi akan pekerjaan. Mereka cenderung, mempunyai daya juang dan semangat yang tinggi akan sebuah pekerjaan yang mereka emban. Dengan adanya semangat itu, sudah selayaknya kondisi tersebut patut dipertahankan untuk menjaga perjalanan roda organisasi khususnya di lingkungan Kedeputian Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP. 21

22 2) Kelembagaan dan Struktur Organisasi Memperhatikan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, program dan kegiatan Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP memerlukan kelembagaan dan struktur organisasi yang mampu dijadikan sebagai kendaraan (vehicle) yang akan menghantar kedeputian ini pada tujuan dan sasaran yang diinginkan. Aspek kelembagaan yang perlu mendapat perhatian adalah memperjelas mandat tugas pokok dan fungsi yang diberikan LKPP serta merumuskan hubungan kerja antara unit kerja satu dengan unit kerja lain. 22

23 BAB IV PENUTUP Rencana strategis Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP merupakan dokumen perencanaan lima tahun yang dipergunakan sebagai panduan bagi seluruh unit kerja di lingkungan kedeputian dalam rangka merencanakan, melaksanakan, mengendalikan program dan kegiatan di lingkungan unit kerja masing-masing untuk mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Dalam rangka operasionalisasi rencana strategis LKPP , setiap tahun akan disusun rencana kerja (Renja) tahunan yang memuat rencana program, kegiatan dan anggaran secara lebih terperinci. Kinerja Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP pada akhir periode Renstra akan diukur berdasarkan tingkat keberhasilannya dalam mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan yaitu dalam bentuk indikator keluaran yang mencerminkan kinerja kegiatan, dan indikator hasil yang mencerminkan kinerja program. Dokumen ini selain menjadi pedoman bagi Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP juga dapat dipergunakan oleh pemangku kepentingan eksternal karena dapat memberikan informasi terkait dengan program dan kegiatan yang keluaran maupun hasilnya akan memberikan dampak berupa manfaat bagi mereka. Sebagai suatu dokumen perencanaan jangka menengah, rencana strategis Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM LKPP tidak bersifat kaku mengingat kegiatan dan anggaran yang direncanakan sebagian masih bersifat indikatif. Oleh karena itu dimungkinkan untuk dilakukan revisi jika terjadi perkembangan internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi arah kebijakan maupun program dan kegiatan serta anggaran yang telah direncanakan. 23

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA Disampaikan pada Sosialisasi Pembinaan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Makassar,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

KONSEP ROADMAP MODERNISASI PENGADAAN KEMENTERIAN PUPR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KONSEP ROADMAP MODERNISASI PENGADAAN KEMENTERIAN PUPR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KONSEP ROADMAP MODERNISASI PENGADAAN KEMENTERIAN PUPR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LATAR BELAKANG TUJUAN PROGRAM MODERNISASI PENGADAAN LKPP dan MCA-Indonesia mengimplementasikan Program

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan bahwa setiap lembaga pemerintah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama

Lebih terperinci

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Untuk mencapai terselenggaranya manajemen pemerintahan yang efisien dan efektif menuju terwujudnya kepemerintahan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA Di Sampaikan Pada Acara Sosialisasi Pembinaan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Kementerian PUPR Yogyakarta, 9 Februari

Lebih terperinci

Rencana Strategis Tahun

Rencana Strategis Tahun Bab IV VISI,, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN eiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, Inspektorat Aceh sebagai unit kerja dari Pemerintah Aceh berupaya menciptakan tata pemerintahan yang baik

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 14 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional pada bab XIV salah satu agenda pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat

Lebih terperinci

2016, No Nomor 157 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa P

2016, No Nomor 157 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa P No.1877, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LKPP. Pejabat Fungsional. Pengelola Pengadaan Barang/ Jasa. Pengembangan dan Pembinaan Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang RENCANA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2018 Penyusunan Rancangan Akhir Rencana Kerja Inspektorat Kota Tangerang Tahun 2018 merupakan pelaksanaan kegiatan mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Kerja

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA B adan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Probolinggo menjalankan amanat Misi Kedua dari RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 2018 yaitu MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

UNIT LAYANAN PENGADAAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM TAHUN

UNIT LAYANAN PENGADAAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM TAHUN U S E R UNIT LAYANAN PENGADAAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM TAHUN 2017 B A G I A N L A Y A N A N P E N G A D A A N Biro Pengelolaan BMN Mengingat dimensi tugas fungsi dan struktur organisasi ULP yang diamanahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM Kantor Pengadilan Tinggi Jakarta yang terletak di Jalan Letnan Jendral Suprapto, Jakarta Pusat diresmikan pada tanggal 26 Pebruari 1983 oleh Menteri Kehakiman RI. Gedung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab yang tercermin dari sosok dan perilaku birokrasi yang efisien

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah beberapa

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH 1 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Muara Teweh Tahun 2015-2019.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 A. Latar Belakang RPJMD Kota Tangerag tahun 2014-2018 adalah merupakan tahapan ke- III dalam rangka mewujudkan Visi Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014-2018 A. Program dan Kegiatan Pokok 1. Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Memaparkan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan, serta pembahasan tentang RENSTRA, tujuan dan Sasaran Visi dan Misi, Penetapan Kinerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN OKTOBER 2012 1. Krisis ekonomi Tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Layanan Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Direktorat Sertifikasi Profesi LSP LKPP

Kebijakan dan Layanan Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Direktorat Sertifikasi Profesi LSP LKPP Kebijakan dan Layanan Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Direktorat Sertifikasi Profesi LSP LKPP TUJUAN PRESENTASI Tujuan : Menjelaskan Kebijakan dan Layanan Sertifikasi PBJP DASAR HUKUM PERATURAN

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM Kantor Pengadilan Tinggi Jakarta yang terletak di Jalan Letnan Jendral Suprapto, Jakarta Pusat diresmikan pada tanggal 26 Pebruari 1983 oleh Menteri Kehakiman RI. Gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tebing Tinggi, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten Empat Lawang,

KATA PENGANTAR. Tebing Tinggi, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten Empat Lawang, KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan ridho-nya penyusunan Rencana Kerja Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Empat tahun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) PEMBEKALAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) WISNU SARDJONO SOENARSO KEPALA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

Bab 4 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Bab 4 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bab 4 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai bagian integral dari Pemerintah

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD

EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD 9 AGUSTUS 201 1 EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD Dalam rangka pelaksanaan evaluasi kelembagaan pemerintah pada Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, sesuai permenpan dan RB Nomor 7 Tahun 2011

Lebih terperinci

value money value publik pengadaan pembaharu pengadaan value pembaharu kredibel RENCANA STRATEGIS LKPP berintegritas kredibel untuk money

value money value publik pengadaan pembaharu pengadaan value pembaharu kredibel RENCANA STRATEGIS LKPP berintegritas kredibel untuk money LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah RENCANA STRATEGIS LKPP 2015-2019 yang tinggi tinggi inovatif yang sebagai for LKPPmewujudkan dan inovatif efisien kredibel barang jasa tinggi yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA BKPP TA. 2016 Pendahuluan Rencana Pembangunan Tahunan Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah (Renja-OPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

PERAN BADAN DIKLAT, ULP, DAN LPSE DALAM IMPLEMENTASI REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN

PERAN BADAN DIKLAT, ULP, DAN LPSE DALAM IMPLEMENTASI REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN Ulasan / Review Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.53-57 PERAN BADAN DIKLAT, ULP, DAN LPSE DALAM IMPLEMENTASI REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN Budi Restu Hudaya Widyaiswara Madya pada Badan Pendidikan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGAA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEJABAT

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Utara Dalam upaya mewujudkan rencana pembangunan jangka menengah daerah 2010-2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM Kantor Pengadilan Tinggi Jakarta yang terletak di Jalan Letnan Jendral Suprapto, Jakarta Pusat diresmikan pada tanggal 26 Pebruari 1983 oleh Menteri Kehakiman RI. Gedung

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent No.794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. ULP. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

Jl. KH. Dimyati No. 27 Telp./Fax (0357) Pacitan

Jl. KH. Dimyati No. 27 Telp./Fax (0357) Pacitan Jl. KH. Dimyati No. 27 Telp./Fax (0357) 881144 Pacitan KATA PENGANTAR Puji dan rasa syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya kita semua

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN KABUPATEN BADUNG RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2015 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 BAB I 2 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG 9 5 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.1.1 Profil Biro Perencanaan dan Keuangan/Biro Perencanaan dan Organisasi... 2 1.1.2 Capaian Biro Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN Pada bab sebelumnya telah diuraikan tentang visi, misi dan tujuan yang pencapaiannya diukur dari pencapaian sasaran strategis, sasaran program

Lebih terperinci

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II BAB. II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam system akuntabilitas

Lebih terperinci

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5 Renja 2017 1 Renja 2017 2 Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5 Bab II Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kerja Tahun lalu..... 6 Bab III Tujuan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Latar Belakang Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Badan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Kota Bandung Badan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan () sebagai bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci