I. PENDAHULUAN. Berdasarkan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan: Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Berdasarkan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan: Indonesia"

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan: Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015 dengan Misi Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan perikanan budidaya sebagai ujung tombak penghasil produk perikanan. Peningkatan produksi budidaya perikanan tersebut terus diupayakan sampai memenuhi target mencapai 353% pada tahun 2014 dengan menargetkan sasaran produksi ikan sampai dengan tahun 2014 sebesar 16,89 juta ton dengan 11 komoditas unggulan utama yaitu udang, nila, bandeng,patin, lele, rumput laut, kerapu,kakap, gurame, mas, dan lainnya. Dalam pencapaian target maka ada tiga hal mendasar dalam pencapaian produksi yakni ekstensifikasi yaitu memperluas dan atau menambah unit usaha budidaya, intensifikasi merupakan peningkatan produktivitas dari setiap unit usaha budidaya, dan diversifikasi yaitu menambah jenis/komoditas yang diusahakan (KKP, 2011). Budidaya tambak hingga sekarang terhitung sebagai suatu usaha yang dapat memberikan keuntungan yang luar biasa. Kecenderungan kearah ini memang beralasan karena terbukti pada lahan- lahan yang baru dibuka ternyata dapat menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi petani yang masih rendah hingga sedang. Salah satu program yang mendukung pencapaian visi dan misi pemerintah adalah program ACIAR. Pelaksanaan program ACIAR (Australian Centre for International Agriculture Research) didasarkan karena budidaya air payau Indonesia merupakan salah satu mata pencaharian utama di wilayah pesisir yang didominasi oleh pembudidaya berskala kecil, yang sebagian besar petambak tersebut

2 2 membudidayakan udang. Seperti diketahui udang memiliki penyakit yang disebabkan virus sehingga pembudidaya udang mengalami kerugian dan gagal panen, akibatnya petambak mesti diberi strategi alternatif produksi selain udang jika mereka ingin tetap mendapatkan keuntungan yang layak. Kabupaten Pangkep merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang dilakukan uji ACIAR seperti diketahui Pangkep adalah satu kabupaten yang membudidayakan ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Udang. Sampai saat ini, daerah penghasil ikan bandeng terbesar masih berada di Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru. Namun, saat ini produksi ikan bandeng masih untuk kebutuhan lokal. Beberapa waktu lalu ada sejumlah negara yang berminat membeli bandeng asal Sulawesi Selatan namun harga yang ditawarkan sangat murah berkisar Rp per kilogram. Harga tersebut di bawah harga pasaran lokal yang bisa mencapai Rp per kilogram, sehingga lebih baik untuk konsumsi lokal daripada diekspor. Karena untuk mengekspor dibutuhkan biaya yang besar. Apalagi tingkat konsumsi warga Sulawesi Selatan terhadap ikan bandeng terbilang tinggi. Namun, saat ini kendala yang dihadapi untuk bandeng adalah jangka waktu panen antara 6 bulan sampai dengan satu tahun. Proses produksi bandeng menunjukkan proses produksi yang cukup lama untuk mendapatkan pendapatan untuk itu dilakukan percobaan diversifikasi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus). Melalui program ACIAR yang merupakan salah satu lembaga penelitian, telah melakukan uji ACIAR terhadap diversifikasi potensi budidaya ikan yang menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat pembudidaya. Adapun program ACIAR yaitu Diversifikasi Budidaya Pesisir Petambak Skala Kecil di Indonesia yang bekerjasama dengan The University of Sidney Australia, Australian Government, Charles Sturt University, Departemen Kelautan dan Perikanan,

3 3 Universitas Hasanuddin, dan beberapa instansi yang ada di Indonesia (ACIAR,2011). Adanya diversifikasi produk yang tidak hanya ikan bandeng tetapi ada penambahan ikan nila tentu bukan hal yang mudah bagi pembudidaya dalam mengadopsi inovasi baru yang mana sistem nilai pola kebiasaan yang telah lama memelihara bandeng maupun udang. Untuk perlu dilihat bagaimana jaringan komunikasi yang ada dan pengaruhnya dalam mengadopsi budidaya ikan nila tersebut. Karena komunikasi merupakan salah satu media yang penting bagi pembudidaya dalam penerapan adopsi diversifikasi budidaya tersebut. Komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi makhluk sosial, setiap manusia akan melaksanakan kegiatan komunikasi bila ingin mengadakan hubungan dengan pihak lain. Oleh sebab itu, terjadinya komunikasi sebagai konsekuensi hubungan sosial. Komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau prilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media dengan bahasa sebagai alat penyalurnya (Bungin, 2009). Bertitik tolak dari deskripsi yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk menelaah mengenai Efek Jaringan Komunikasi terhadap Adopsi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Desa Kanaungan, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep. B. Rumusan Masalah Adapun yang diangkat sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana jaringan komunikasi yang terjadi pada pembudidaya ikan nila (Oreochromis Niloticus)

4 4 2. Bagaimana efek jaringan komunikasi terhadap adopsi budidaya ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Kabupaten Pangkep C. Tujuan dan Kegunaan Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui jaringan komunikasi yang terjadi pada petani tambak budidaya ikan ikan nila ( Oreochromis Niloticus) 2. Untuk mengetahui efek jaringan komunikasi terhadap adopsi budidaya ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Kabupaten Pangkep. Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah terhadap adopsi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) di Kabupaten Pangkep. 2. Sebagai rekomendasi bagi ACIAR dalam upaya mengefektifkan jaringan komunikasi yang terjadi pada pembudidaya ikan bandeng (Chanos-chanos) terhadap adopsi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) 3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang akan meneliti.

5 5 II. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September Lokasi penelitian di Desa Kanaungan, Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut sebagai salah satu daerah wilayah kerja ACIAR serta merupakan wilayah perikanan yang potensial dalam diversifikasi pengembangan budidaya ikan nila. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan jenis survey. Dimana diharapkan dari penelitian ini akan dideskripsikan secara mendalam tentang jaringan komunikasi masyarakat pembudidaya dalam pembudidayaan ikan nila. C. Penentuan Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pembudidaya ikan nila di Desa Kanaungan Kabupaten Pangkep. Populasi pembudidaya sebanyak 18 orang. Sampel penelitian diambil sampel secara sensus (Satori, 2009), jadi jumlah sampel yang akan diteliti yaitu sebanyak 18 dari keseluruhan pembudidaya. Adapun pengambilan sampling dengan purposive dimana pengambilan sampling dilakukan secara sengaja. D. Jenis dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini yaitu : 1. Data primer Data primer bersumber dari responden sebagai sampel dan informan melalui wawancara dan pengamatan (observasi) langsung di lapangan.

6 6 Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak yang terkait langsung dengan penelitian ini yaitu, masyarakat petambak ikan nila dan ikan bandeng. 2. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari beberapa sumber yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pangkep, ACIAR, Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Pangkep dan beberapa kepustakaan pendukung. Adapun data-data sekunder yanga diperoleh dari instansi/lembaga terkait tersebut meliputi : a. Letak geografis dan wilayah administrasi Kabupaten Pangkep b. Jumlah penduduk Kabupaten Pangkep c. Data potensi perikanan (perikanan laut dan budidaya) d. Jumlah penduduk menurut kelompok usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. e. Sarana dan prasarana meliputi bidang sosial budaya, transportasi dan komunikasi, bidang ekonomi dan bidang kesehatan. E. Metode pengambilan data Data hasil penelitian diperoleh dengan tahapan sebagai berikut : a. Observasi lapangan untuk mengetahui kondisis umum lokasi b. Wawancara langsung kepada responden dalam hal ini menggunakan alat bantu berupa kuisioner. c. Studi Pustaka yaitu pengambilan data dengan membaca literature atau hasil-hasil penelitian yang relevan dengan tema penelitian. F. Analisis data Analisis data yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

7 7 Permasalahan pertama dan kedua dianalisis secara statistik deskriptif yang didasarkan pada pembahasan variabel-variabel jaringan komunikasi pembudidaya dan kinerja kelompok pembudidaya ikan bandeng dan nila. Selain itu dilakukan mapping (pemetaan) terhadap kelompok pembudidaya untuk menentukan efek dari jaringan komunikasi terhadap adopsi ikan nila. G. Konsep Operasional 1. Budidaya Air Payau adalah budidaya yang dilakukan pada tambak yang memiliki salinitas tertentu seperti pada ikan nila yang memiliki salinitas antar 0-20 ppt. 2. Ikan Nila adalah salah satu ikan air payau dimana diketahui sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air dan juga pakan yang diberikan bisa pakan dari alam sehingga tidak terlalu sulit dalam pembudidayaan. Ikan nila yang dibudidayaka di desa kanaungan adalah jenis Nila Gesit. 3. Pola komunikasi adalah bentuk jaringan komunikasi yang terjadi pada suatu masyarakat dalam penyampaian informasi. Dalam hal ini penyampaian informasi akan penerapan ikan nila pada pembudidaya di desa kanaungan. 4. Adopsi adalah penerapan terhadap suatu inovasi baru, dalam hal ini adopsi ikan nila (Oreochromis Niloticus) didaerah yang secara umum membudidayakan bandeng (Chanos-Chanos). 5. Pembudidaya adalah orang yang melakukan budidaya ditambak/kolam ikan nila dimana diantara pembudidaya terjadi komunikasi dalam adopsi ikan nila.

8 8 6. Efek merupakan pengaruh jaringan komunikasi yang terjadi terhadap pembudidaya dalam hal mengadopsi atau tidaknya ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dilakukan oleh adopter. 7. Adopter adalah salah satu pembudidaya didesa kanaungan yang melakukan penerapan uji coba pertama budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus).

9 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Responden 1) Tingkat Umur Tingkat umur individu sangat mempengaruhi tingkat produktivitas dan efektivitasnya dalam bekerja atau beraktivitas. Pemerintah dalam peraturan menteri tenaga kerja menetapkan penggolongan usia rata-rata yaitu 0 14 tahun adalah usia anak-anak (non produktif), usia tahun adalah usia subur (produktif), usia adalah usia dewasa dan diatas 60 tahun merupakan usia tua. Adapun kisaran umur responden dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini : Tabel 8. Karakteristik berdasarkan umur responden Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%) , , , ,11 Jumlah Sumber : Data Primer diolah, 2011 Tabel 8. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden (pembudidaya) yang bermukim didesa kanaungan termasuk dalam kategori yang berusia produktif yang berarti berpotensi untuk bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

10 10 Gambar 5. Karakteristik berdasarkan umur responden. Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa responden yang memiliki presentase yang dominan adalah responden yang memiliki tingkatan umur berkisar antara tahun dengan persentase sebesar 38,89 %. Data ini menunjukkan ratarata responden merupakan golongan yang masih produktif untuk bekerja. Sedangkan untuk responden yang memiliki tingkatan umur >54 tahun memiliki presentase yang paling sedikit yaitu sebesar 11,11%. Data diatas menjelaskan bahwa umur mempengaruhi jaringan komunikasi, karena semakin matang umur yang dimiliki pembudidaya semakin banyak pengalaman dan jaringan yang dibentuk untuk berkomunikasi dengan banyak orang. 2) Tingkat Pendidikan Pendidikan menentukan bagaimana tingkat kualitas penduduk disuatu wilayah. Dengan pendidikan maka keterbelakangan dan melalui efeknya dapat memotivasi untuk berprestasi. Adapun responden yang berpendidikan akan lebih dinamis dan aktif dalam mencari informasi yang berhubungan dengan teknologi dan pasar. Melalui tingkat pendidikan responden, maka terlihat bagaimana pengaruh komunikasi yang terjadi diantara pembudidaya tersebut. Namun, untuk pembudidaya sendiri pendidikan bukanlah hal yang utama karena mereka bersekolah hanya untuk mengetahui bagaimana membaca dan menulis, sementara untuk informasi tentang budidaya mereka hanya dapatkan

11 11 berdasarkan pengalaman. Adapun tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 9 berikut : Tabel 9. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden No Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak Sekolah SD 3 16,67 3 SMP 3 16,67 4 SMA 12 66,67 5 DI/II/III - - Jumlah 18 0 Dari tabel 8. diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden yang dominan adalah SMA dengan tingkat persentase 66,67%, sementara SD dan SMP tingkat persentasenya sama yaitu 16,67%, Adapun responden yang tidak sekolah tidak ada. Sehingga dari data tersebut jelas bahwa pendidikan responden cukup baik, karena rata-rata responden mendapatkan pendidikan sampai SMA. Berikut gambar tingkat pendidikan responden didesa Kanaungan : Gambar 6. Karakteristik berdasarkan Tingkat Pendidikan responden 3) Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan juga mempengaruhi pembudidaya terhadap adopsi budidaya dan komunikasi yang terjadi. Adapun jumlah tanggungan responden berdasarkan tabel 10 adalah sebagai berikut :

12 12 Tabel 10. Jumlah Tanggungan responden No Jumlah tanggungan (orang) Frekuensi Persentase (%) , , ,56 Jumlah Sumber : data primer yang diolah 2011 Berdasarkan data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kebanyakan responden memiliki jumlah tanggungan 2-3 orang dengan persentase 61,11%. Sedangkan untuk responden yang memiliki jumlah tanggungan antara orang hanya seorang responden saja dengan persentase terkecil 5,56%. Berikut gambar persentase jumlah tanggungan responden : Gambar 7. Karakteristik berdasarkan jumlah tanggungan Berdasarkan gambar dijelaskan no.1 menjelaskan jumlah tanggungan antara 2-3 orang, no.2 menjelaskan jumlah tanggungan antara 6-9 tanggungan dan no.3 menjelaskan jumlah tanggungan antara orang. 4) Pengalaman Usaha Pengalaman usaha mempengaruhi keterampilan dan kemampuan menerima suatu inovasi dan menunjukkan tingkat kematangan seseorang dalam bekerja, dan akan menjadi dasar bagaimana persepsi untuk menanggapi suatu objek tertentu. Seseorang yang berpengalaman tentunya akan lebih berhati-hati dalam

13 13 menerima suatu teknologi karena telah memiliki pengalaman dan memiliki kemampuan. Tabel 11 berikut menunjukkan responden berdasarkan pengalaman usahanya. Tabel 11. Pengalaman Usaha responden No. Pengalaman Usaha Jumlah % Jumlah Sumber : Data primer yang diolah 2011 Berdasarkan pengalaman usaha dapat dilihat bahwa tingkat pengalaman usaha pembudidaya cukup tinggi. Semakin tinggi pengalaman usaha pembudidaya maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembudidaya, sehingga kemampuan pembudidaya untuk budidaya lebih baik. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat adopsi pembudidaya untuk pertimbangan dalam mengadopsi budidaya ikan nila atau tidak. B. Bentuk-Bentuk Informasi dan Komunikasi yang diakses oleh Responden Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang bermanfaat bagi penggunanya untuk proses mengambil keputusan, baik keputusan saat ini maupun keputusan yang akan diambil dimasa mendatang. Dalam berbagai tulisan dijelaskan bahwa informasi yang diterima seseorang akan menjadi cara pandang (persepsi) terhadap sesuatu. Informasi merupakan salah satu bentuk yang stimulus yang efektif yang mengubah car pandang dan persepsi seseorang terhadap apa yang terjadi disekitarnya. Pada dasarnya bentuk bentuk informasi yang diadopsi seseorang berbeda-beda tergantung pada pola perilaku komunikasinya. Perilaku komunikasi

14 14 dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber informasi atau sumber pesan. Informasi yang diakses dapat berupa media cetak dan media elektronik. Sedangkan komunikasi yang berjalan dapat berupa komunikasi interpersonal (tetangga, tokoh masyarakat, kepala desa, serta penyuluh), komunikasi media masa (media cetak dan media elektronik). 1. Bentuk Media yang di Akses Media adalah bagian intergral dalam pengajaran yang digunakan sebagai perantara untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan, dapat dikatakan bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber yang dapat berupa orang atau benda kepada penerima pesan. Media cetak adalah segala bentuk dan cetakan yang memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan kepda pembaca. Media cetak memiliki karakteristik mudah dipahami, mudah dilihat, mudah dibaca. Untuk mengetahui bentuk-bentuk media cetak yang dapat atau sering diakses oleh pembudidaya di desa Kanaungan maka dibuat kuisioner untuk lebih memudahkan dalam mengetahui jenis media cetak yang diakses untuk informasi budidaya ikan nila pada tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Bentuk-bentuk media cetak yang diakses oleh pembudidaya Pernyataan yang Mengakses Media Cetak Jumlah No Jenis Media Cetak Ya % Tidak % (%) 1 Koran 1 5, , Majalah Brosur Koran + Majalah Koran + Brosur 1 5, , Majalah + Brosur Koran + Majalah + Brosur Sumber : Data Primer Telah Diolah 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari ke 18 responden persentase yang mengakses surat kabar 5,56%, sedangkan yang mengakses informasi melalui

15 15 majalah tidak ada, yang mengakses informasi melalui brosur ada keseluruhan dari responden total responden sebanyak 100%. Adapun brosur informasi yang diperoleh tersebut berasal dari ACIAR sendiri sebagai pelaksana program. Ini menunjukkan bahwa minat pembudidaya di desa Kanaungan untuk mengakses informasi melalui media cetak sangat rendah hal ini dikarenakan waktu mereka yang tidak ada untuk meluangkan waktu mencari informasi mengenai budidaya ikan nila melalui media cetak. Berikut penuturan salah satu responden yang menyatakan...saya tidak punya waktu untuk membaca dari koran karena saya tidak hanya membudidaya tapi saya juga punya pekerjaan sampingan, jadi memang tidak ada waktu. Berikut adalah gambar 8. Mengenai persentase media cetak yang diakses oleh responden tersebut. Gambar.8 Persentase media cetak yang diakses oleh responden Rendahnya tingkat pengaksesan informasi responden terhadap media cetak sangat dipengaruhi oleh waktu pembudidaya untuk menemukan informasi. Selain media cetak, media elektronik seperti televisi dan radio juga merupakan penyampai informasi dari sumber informasi kepada penerima pesan. Dan untuk melihat informasi yang diakses oleh pembudidaya dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

16 16 Tabel 13. Jenis-jenis media elektronik yang diakses oleh pembudidaya No Jenis Media Cetak Pernyataan yang Mengakses Media Elektronik Jumlah (%) Ya % Tidak % 1 Radio Televisi Radio + Televisi Sumber : data primer yang diolah 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase responden yang mengakses informasi mengenai budidaya ikan nila melalui media elektronik radio sebanyak 0%, sementara yang mengakses televisi sebanyak 50% dari total responden. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden tidak ada satupun responden yang mengakses informasi mengenai budidaya ikan nila dari radio. Jadi, informasi yang diakses melalui media elektronik hanya melalui televisi. Berikut penuturan salah satu responden : saya selalu menonton televisi apalagi acara tentang budidaya, karena itu ditelevisi ada dijelaskan bagaimana cara membudidaya sehingga penting untuk saya sebagai petambak Dari penuturan salah satu responden diatas dapat diambil kesimpulan bahwa informasi dari media elektronik juga penting bagi mereka, karena melalui media elektronik khususnya televisi dapat memberikan informasi tambahan mengenai budidaya tambak dan budidaya ikan nila. Walaupun hanya 50% dari responden yang mengakses media elektronik yaitu televisi, hal ini dapat menjelaskan bahwa pembudidaya didesa kanaungan sudah mulai terbuka untuk menerima informasi dari luar tidak hanya dari lingkungan sendiri dan tidak hanya berdasarkan pengalaman. Berikut adalah gambar 9. Mengenai media elektronik yang diakses oleh pembudidaya.

17 17 Gambar 9. Persentase Media Elektronik yang diakses oleh pembudidaya Dari penjelasan diatas maka dapat dilihat matriks mengenai informasi yang diakses oleh responden baik melalui media cetak maupun media elektronik. Jenis Media Cetak Jenis Media Elektronik Kode Responden Koran Majalah Brosur Radio TV AM ADT AT BDN RL ADL HM ADP HDM MS AK DL ADN AB PDS ADR AHS HZ Sumber : Data Primer yang diolah 2011 Dari matriks diatas maka terlihat jelas bahwa informasi media yang diakses oleh responden masih sangat rendah, seperti untuk koran hanya satu responden yang mengakses informasi melalui koran tersebut. Sementara untuk televisi 50% dari

18 18 responden yang mengakses. Untuk radio dan majalah sendiri tidak ada seorangpun dari responden yang mengakses informasi dari media tersebut. 2. Informasi Budidaya yang di Akses Informasi yang diperoleh seseorang pada dasarnya sangat bergantung bagaimana komunikasi yang ia lakukan untuk mendapatkan informasi. Adapun komunikasi yang terjadi di pembudidaya didesa Kanaungan adalah komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya. Michael Burgoon (dalam Leeuwis, 2009) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, pemecahan masalah, untuk mencapai tujuan kelompok. Dalam hal ini komunikasi yang terjadi diantara pembudidaya tambak di desa Kanaungan adalah mengenai komunikasi untuk memperoleh informasi sumber bibit, pakan, dan pupuk yang digunakan dalam budidaya tambak didesa Kanaungan. a. Bibit Bibit yang ditebar oleh pembudidaya umumnya digelondongkan terlebih dahulu, adapun ukuran bibit setelah digelondongkan 3-5 cm. Adapun waktu penggelondongan lebih kurang 1 bulan.

19 19 Berikut tabel 14 mengenai jaringan sumber bibit yang diperoleh untuk proses pembudidayaan. Tabel 14. Jaringan informasi sumber bibit No Jaringan Informasi proses Produksi Bibit Jumlah % 1 Balai Takalar 4 22,22 2 AM 2 11,11 3 BR 11 61,11 4 JN 1 5,56 Total Sumber : Data primer yang diolah 2011 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pembudidaya memperoleh bibit ikan dari empat sumber yaitu balai takalar sebanyak 22,22%, AM 11,11%, BR 61,11, dan JN 5,56%. Persentase tertinggi sumber bibit yaitu BR yang merupakan penggelondong bibit sehingga sebelum bibit ditebar terlebih dahulu dilakukan penggelondongan. Berikut adalah gambar 10 mengenai persentase sumber bibit yang diperoleh. Gambar 10. Sumber bibit yang diperoleh oleh pembudidaya

20 20 b. Pakan Pakan diberikan kepada ikan yang dibudidayakan berupa Turbo. Namun, ada beberapa pembudidaya yang menggunakan pakan tradisional berupa dedak. Berikut tabel 15 sumber pakan yang diperoleh oleh pembudidaya Tabel 15. Jaringan informasi sumber pakan No Jaringan informasi proses produksi Pakan Jumlah % 1 HZ 16 88,89% 2 PB 1 5,56% 3 PABRIK 1 5,56% Total % Sumber : data primer yang diolah 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sumber pakan bagi pembudidaya berasal dari HZ sebanyak 88,89%, dari Surabaya 5,56% dan dari PB 5,56%. Pribadi yang dimaksud adalah perorangan dimana pembudidaya yang menggunakan pakan sendiri hanya menggunakan pupuk sebagai pakan dan tidak menggunakan pakan seperti pakan turbo. Berikut adalah gambar 11 dimana terlihat persentase sumber pakan. Gambar 11. Jaringan informasi sumber pakan

21 21 c. Pupuk Pupuk yang digunakan biasanya pupuk TSP, Urea, dan beberapa pembudidaya lainnya menggunakan pupuk kandang. Tabel 16 menunjukkan sumber pakan yang diperoleh oleh pembudidaya. Tabel 16. Jaringan informasi sumber pupuk Jaringan informasi proses produksi No Pupuk Jumlah % 1 JL 17 94,44 2 Pangkajene 1 5,56 Total Sumber : Data Primer yang diolah 2011 Dari tabel 16.terlihat bahwa hampir dari keseluruhan responden 94,44% memperoleh pakan dari HJ sedangkan 5,56% responden yang memperoleh dari pangkajene dalam hal ini yang dimaksud dengan pangkajene adalah pasar tempat pemasaran pupuk. HJ merupakan distributor pupuk di desa Kanaungan, namun kesulitan yang dialami pembudidaya kadang-kadang kesulitan mendapatkan pupuk karena pupuk yang dipasarkan tergantung dari musim tanam, sehingga kadang-kadang sebagian petambak menggunakan pupuk kandang sebagai alternatif. Berikut adalah persentase sumber pupuk yang diperoleh. Gambar 12. Jaringan informasi sumber pupuk

22 22 C. Pola Jaringan Komunikasi yang terjadi pada Pembudidaya Komunikasi yang terjadi pada pembudidaya tidak hanya terjadi diantara pembudidaya saja tetapi ada juga informasi yang mereka peroleh dari berbagai sumber untuk penguatan pengadopsian keputusan yang dibuat dalam hal ini diversifikasi ikan nila. Adapun informasi yang diperoleh oleh pembudidaya untuk mengadopsi ikan nila adalah : 1. adanya informasi yang diperoleh tentang ikan nila (ACIAR, Balai) 2. adanya informasi mengenai keuntungan relatif tentang budidaya ikan nila dibanding ikan budidaya sebelumnya 3. adanya informasi dari adopter (AM) mengenai ikan nila yang telah diuji coba. Berikut adalah tabel 17. Saluran komunikasi diantara pembudidaya Tabel 17. Saluran komunikasi pembudidaya No Saluran Komunikasi Pernyataan Responden Ya % Tidak % Jumlah 1 Kantor Desa 1 5, ,44 100,00 2 Penyuluh 6 33, ,11 94,44 3 ACIAR ,00 0 0,00 100,00 4 Balai Air Payau 6 33, ,11 94,44 5 Tokoh Masyarakat 15 83, ,67 100,00 6 Tetangga/ Teman 15 83, ,67 100,00 Sumber : Data primer yang diolah 2011 Dari saluran informasi diatas dapat jelas terlihat bahwa komunikasi yang sering terjadi diantara pembudidaya adalah dengan ACIAR dengan persentase 100% dimana adanya kelompok petambak yang dibantu oleh ACIAR untuk mengadakan pertemuan-pertemuan membahas mengenai budidaya ikan nila. Sementara informasi lain yang diperoleh oleh petambak adalah dari tokoh masyarakat, tetangga/teman, balai air payau, penyuluh serta kantor desa.

23 23 Adapun informasi yang diperoleh adalah mengenai bagaimana budidaya ikan nila, dan bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya dalam usaha menbudidayakan. Berikut adalah gambar 11. Saluran komunikasi yang terjadi diantara pembudidaya. Gambar 13. Saluran Komunikasi yang terjadi diantara pembudidaya Saluran komunikasi yang terjadi diantara pembudidaya mempengaruhi tingkat adopsi pembudidaya terhadap ikan nila, karena komunikasi yang terjadi dapat memberikan informasi tambahan kepada pembudidaya mengenai adopsi ikan nila. Pola jaringan komunikasi yang sering terjadi diantara pembudidaya di desa kanaungan bergantung pada adopter dalam hal ini Abd.Majid, adopter disini memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan pembudidaya disekitar wilayah tersebut, memiliki hubungan dengan ACIAR, Balai, dan juga Sumber Lain yang menjalin hubungan komunikasi untuk mendapatkan berbagai informasi tentang budidaya, adaapun skema mengenai pola komunikasi adopter dan jaringan komunikasinya dapat dilihat pada skema berikut :

24 24 Skema.1 Pola komunikasi Adopter dengan Sekitarnya Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa ACIAR sebagai pelaksana program memiliki komunikasi dengan adopter dan balai. Sementara pembudidaya untuk mendapatkan informasi melalui adopter dan juga balai, Pembudidaya juga mendapatkan informasi dari media sebagai informasi tambahan dalam proses pembudidayaan. Selain itu apabila ada masalah yang dihadapi oleh pembudidaya mereka mencari informasi dari berbagai sumber mulai dari tokoh masyarakat, tetangga/teman, dan juga beberapa penyuluh. Jadi informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh bagi pembudidaya untuk mengambil keputusan dalam budidaya. D. Efektivitas jaringan komunikasi terhadap Adopsi Budidaya Ikan Nila Dengan adanya pola jaringan komunikasi seperti yang terlihat diatas, maka dapat dijelaskan bagaimana efektivitas jaringan komunikasi berpengaruh

25 25 terhadap adopsi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus). Dengan adanya stakeholder dalam hal ini Abd.Majid sebagai adopter budidaya di desa Kanaungan yang telah membudidayakan nila dalam waktu 4 bulan dan telah memberikan hasil, maka hal tersebut memberikan pengaruh kepada pembudidaya lain yang disekitar desa kanaungan untuk ikut mengadopsi ikan nila. Berikut adalah tabel 17. Sikap pembudidaya terhadap adopsi ikan nila disekitar desa Kanaungan. Tabel 17. Sikap pembudidaya terhadap adopsi ikan nila No Sikap Pembudidaya Jumlah % 1 Akan Mengadopsi 11 61,11 2 Sudah Mengadopsi 6 33,33 3 Tidak Mengadopsi 1 5,56 Total Sumber : data primer yang diolah 2011 Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden 61,11% akan mengadopsi budidaya ikan nila, sementara 33,33% sudah mengadopsi ikan nila, sementara persentase yang tidak mengadopsi hanya 5,56%. Tingginya minat pembudidaya akan adopsi budidaya ikan nila karena adanya stakeholder dalam hal ini AM yang berperan sebagai adopter budidaya ikan nila dan telah menunjukkan hasil. Hal ini memberi pengaruh yang positif terhadap adopsi budidaya ikan nila tersebut. Sementara bagi pembudidaya yang tidak mengadopsi ikan nila dikarenakan kondisi lahan tambak yang memiliki salinitas yang sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk nila bisa bertahan hidup. Berikut penuturan pembudidaya yang tidak bisa mengadopsi ikan nila: sebenarnya saya ingin sekali mencoba budidaya ikan nila seperti yang dilakukan Pak Majid, tapi karena lahan tambak saya kadar garamnya tinggi sehingga saya tahu kalau nila tidak bisa bertahan hidup bahkan langsung mati.

26 26 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya keseluruhan dari responden yang diwawancarai juga ingin mengadopsi ikan nila namun karena kondisi lahan yang tidak bisa digunakan untuk budidaya ikan nila. Berikut adalah gambar 14. Sikap pembudidaya terhadap adopsi budidaya ikan nila. Pengaruh adopter dalam hal ini AM dalam budidaya ikan nila memang sangat besar, karena jaringan komunikasi yang terjadi disekitar pembudidaya tentunya memberi pengaruh bagi pembudidaya dalam mengambil keputusan untuk mengadopsi atau tidak. Informasi yang diperoleh dari adopter memberikan masukan bagi pembudidaya yang lain untuk mengadopsi ikan nila. Seperti dalam buku yang ditulis oleh Leeuwis (2009), bahwa salah satu hal yang mempengaruhi pembuatan keputusan adalah karena adanya dorongan memperkuat sikap dengan pengaruh dari yang lain. Hal ini jelas, bahwa pengaruh adopter sangat besar bagi pembudidaya lainnya. Berikut dapat dilihat model tahapan proses keputusan inovasi pembudidaya disekitar desa kanaungan terhadap adopsi budidaya ikan nila.

27 27 Model Tahapan Proses Keputusan Adopsi Ikan Nila Kondisi sebelumnya 1.Adanya adopter E. (Abd.Majid) F..2,Masalah budidaya G. bandeng dan udang I. pengenalan budidaya ikan nila II. Persuasi budidaya ikan nila III. Keputusan adopsi IV. Pelaksanaan adopsi V. Konfirmasi 3.Keinovatifan terhadap adopsi ikan nila Ciri-Ciri pengambil keputusan : 1.Ciri sosial pembudidaya 2.Ciri kepribadian pembudidaya 3.Perilaku komunikasi diantara pembudidaya Sifat Inovasi: 1. Kesesuaian 2.Ketercobaan 3.Kompleksitas 4.keteramatan Adopsi : - Melanjutkan - Akan mencoba - Tidak mengadopsi Dari model diatas dapat dilihat kondisi sebelum adanya adopter dalam hal ini AM, terjadi beberapa masalah dalam pembudidayaan bandeng dan udang mulai dari penyakit udang dan jangka waktu pemanenan dari bandeng, dengan melihat hal tersebut ACIAR melalui programnya melakukan suatu diversifikasi terhadap budidaya ikan nila, sehingga ada keinovatifan terhadap adopsi ikan nila melalui adopter Abd.Majid. Pada model tahapan proses keputusan inovatif ada pengenalan budidaya ikan nila dimana pengenalan dilakukan oleh ACIAR, walaupun beberapa dari antara pembudidaya sudah memiliki pengalaman dalam membudidayakan ikan nila namun dengan adanya program ACIAR maka memberikan tambahan informasi tentang budidaya ikan nila. Pada tahap persuasi tersebut ada keputusan bagi pembudidaya untuk mengadopsi atau tidak, sifat inovasi yang berdasarkan ketersesuaian lingkungan yang ada. Adapun dalam pengambil keputusan ada tiga ciri yang diperhatikan

28 28 dari pembudidaya itu sendiri. Untuk ciri sosial pembudidaya dilihat bagaimana interaksi yang terjadi dilingkungan pembudidaya akan memberi pengaruh dalam mengambil keputusan, sedangkan ciri kepribadian pembudidaya juga menentukan bagaimana karakter pembudidaya dalam penerimaan akan adanya inovasi dalam hal ini adopsi ikan nila, dan yang terakhir ciri yang paling berpengaruh adalah bagaimana perilaku komunikasi diantara pembudidaya yang memberi pengaruh untuk menerima inovasi. Dalam pembudidaya didesa kanaungan ada yang sudah mengadopsi budidaya ikan nila namun ada juga yang akan mengadopsi, dan ada yang tidak dapat mengadopsi karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan. Keputusan yang menentukan untuk pelaksanaan pengadopsian yang dilakukan oleh pembudidaya didesa Kanaungan sebagai sasaran diversifikasi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus).

29 29 IV. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian didesa Kanaungan kecamatan Labakkang maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa : - Jaringan komunikasi yang terjadi diantara pembudidaya ikan nila terjadi disekitar wilayah pembudidaya, ACIAR, Balai air payau, tokoh masyarakat, tetangga/teman pembudidaya. - Jaringan komunikasi yang terjadi memberikan efek untuk mengadopsi ikan nila sebagai diversifikasi perikanan yang akan membantu pembudidaya dalam mengatasi masalah-masalah budidaya dan danya adopter yang memulai uji coba budidaya ikan nila memberikan pengaruh positif kepada pembudidaya lain untuk mengadopsi ikan nila sebagai diversifikasi budidaya tambak. B. SARAN 1. Pemerintah dan pihak pihak terkait seharusnya lebih intens dalam memberikan informasi tentang budidaya kepada pembudidaya di desa Kanaungan. 2. Bagi pihak-pihak yang terakhir agar lebih membantu peningkatan kualitas dari seorang adopter karena semakin baik kualitas adopter maka akan semakin memberikan efek yang positif bagi pembudidaya disekitarnya dalam penerimaan inovasi yang baru.

30 30 DAFTAR PUSTAKA Baran, Davis Teori Dasar Komunikasi Pergolakan dan Masa Depan Massa, Jakarta : Salemba Humanika. Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kencana. Kementerian Kelautan dan Perikanan Http :// www. Perikanan-budidaya. kkp.go.id, (diakses diinternet pada tanggal 27 Juli 2011) Http :// www, scribd.com. budidaya Ikan nila, (diakses diinternet tanggal 28 Juli 2011) Wikipedia Http ://id. Wikipedia.org/wiki/skala. Likert, (diakses diinternet tanggal 28 Juli 2011) Http: //is2d. pdii. Lipi. go.id, diakses diinternet tanggal 29 Juli 2011 H.P, Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi. Jakarta : Widya Padjajaran. Leeuwis, Cees Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Jogyakarta : KANISIUS. M.Yusup, Pawit, Ilmu Informasi Komunikasi dan Kepustakaan, Jakarta : PT.Bumi Aksara. Nugroho, Kristanto Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Popular. Jakarta: Swadaya. Satori, Komariah Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Soyomukti, Nurani Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogyakarta : Ar-ruzz media.

DAFTAR TABEL. vii. Tabel 4.5 Perbandingan Pendapatan Budidaya Tambak di Kabupaten Pangkajene dan

DAFTAR TABEL. vii. Tabel 4.5 Perbandingan Pendapatan Budidaya Tambak di Kabupaten Pangkajene dan vii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Item-Item pada Variabel Penelitian... 60 Tabel 4.1 Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Nila di Tambak... 67 Tabel 4.2 Padat Tebar Ideal

Lebih terperinci

S K R I P S I REZKI ASHARI L

S K R I P S I REZKI ASHARI L Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep S K R I P S I REZKI ASHARI L 241 07 023 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

PROFIL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KABUPATEN BOGOR

PROFIL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KABUPATEN BOGOR Tikkyrino Kurniawan dan Riesti Triyanti PROFIL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KABUPATEN BOGOR Tikkyrino Kurniawan dan Riesti Triyanti Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Fahrur Razi dan Dewi Astuti Sartikasari (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN GARAM LANJUTAN

MODUL PELATIHAN GARAM LANJUTAN MODUL PELATIHAN GARAM LANJUTAN Oleh : Ir. Aris Kabul Pranoto, M.Si Jakarta, 2012 * Modul pelatihan ini disusun sebagai sumbangsih untuk Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 2 (3) : 337-342, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Feasibility Analysis Of Milkfish Farms

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi masalah yang butuh perhatian semua pihak. Kemiskinan yang diartikan sebagai ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON Risyat Alberth Far-Far Staf Pengajar Prodi Agribisnis FAPERTA UNPATI-AMBON, e-mail: - ABSTRAK Perilaku pemanfaatan

Lebih terperinci

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU 15 PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU Kausar \ Cepriadi ^, Taufik Riaunika ^, Lena Marjelita^ Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK

SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementrian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat. Tantangan berat yang dihadapi menyangkut beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK 116 ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG Ekawati Budi Utaminingsih, Watemin, dan Dumasari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan plasma nutfah Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Penampilan dari ayam kampung sangat beragam, mulai dari bentuk fisik, sifat genetik

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Budidaya Bandeng ( Chanos chanos

KATA PENGANTAR Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Budidaya Bandeng ( Chanos chanos KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Lebih terperinci

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR NO PARAMETER URAIAN 1 Kabupaten/Kota Kota Makasaar 2 Kecamatan/Desa Kelurahan

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: PRODUKSI IKAN PATIN SUPER Dwi Puji Hartono* 1, Nur Indariyanti 2, Dian Febriani 3 1,2,3 Program Studi Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Lampung Unit IbIKK Produksi Ikan Patin Super Politeknik Negeri

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi Kebijakan Perikanan Budidaya Riza Rahman Hakim, S.Pi Reflection Pembangunan perikanan pada dasarnya dititikberatkan pada perikanan tangkap dan perikanan budidaya Pada dekade 80-an perikanan budidaya mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perusahaan menghadapi persaingan yang semakin ketat, sehingga perlu memiliki strategi dalam memasarkan produknya agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pemerintahan di Indonesia merencanakan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap pembangunan pertanian. Target utamanya adalah program swasembada pangan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) APBD tahun 2015 disusun untuk memenuhi kewajiban Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan sesuai Perpres RI No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan tumpuan harapan yang diandalkan oleh pemerintah untuk ikut berperan dalam upaya pemulihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey yang bersifat explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa selama ± 1 minggu. Sampel dihitung dengan menggunakan tabel penentuan besarnya

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 18 3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maluku Tenggara dikhususkan pada desa percontohan budidaya rumput laut yakni Desa Sathean Kecamatan Kei

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP Cilacap merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang pengolahan budi daya perairan. Memelihara dan menangkap hewan atau tumbuhan perairan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa lobster merupakan udang besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa lobster merupakan udang besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa lobster merupakan udang besar yang berasal dari laut. Namun sebenarnya ada juga lobster yang hidup di habitat air tawar

Lebih terperinci

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X PENINGKATAN PRODUKSI IKAN NILA MELALUI TEKNIK BUDIDAYA MENGGUNAKAN PAKAN ALAMI 1 Hasrun 2, Muhammad Jamal 2, Rustam 2 1 Program Ipteks Bagi Masyarakat 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

Kuesioner EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan )

Kuesioner EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan ) 87 Kuesioner EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan ) No:. Faktor Internal Petani Padi 1. Nama responden :.. 2. Kelompok Tani :..

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR Estu Nugroho Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154 E-mail: engroho@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Jurnal DIANMAS, Volume 6, Nomor 2, Oktober2017 PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Wiwit Rahayu 1,2) dan Wara Pratitis Sabar Suprayogi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober8-9 Oktober 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober8-9 Oktober 2015 ISBN: KERAGAAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI MANAJEMEN USAHATANI PADI PESERTA SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) DI KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR Nukmal Hakim dan Selly Oktarina ) Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Draft Rekomendasi Kebijakan Sasaran: Perikanan Budidaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Seri

Lebih terperinci

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Widya Lestari 1, Syafril Hadi 2 dan Nahri Idris 2 Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas seperti sekarang ini membuat masyarakat harus membuat terobosan baru dalam suatu pekerjaan dan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik terdiri dari luas daratan 1.91

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR Faisol Mas ud dan Slamet Hariyanto Fakultas Perikanan Universitas

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Waktu penelitian dari bulan Agustus - September 2014.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Faktor-faktor geografis yang mempengaruhi terhadap budidaya ikan air tawar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Faktor-faktor geografis yang mempengaruhi terhadap budidaya ikan air tawar 113 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor geografis yang mempengaruhi terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten LAMPIRAN 141 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Gambar Peta Provinsi Banten 142 Lampiran 2. Kuesioner penelitian PERSEPSI PENYULUH PERTANIAN LAPANG TENTANG PERANNYA DALAM PENYULUHANPERTANIAN PADI DI PROVINSI

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN Nenny Wahyuni, SP. 1 (nennywahyuni@ymail.com) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PADA PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forks) DI KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PADA PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forks) DI KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI PROVINSI JAWA TENGAH PEMBERDAYAAN KELOMPOK PADA PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forks) DI KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI PROVINSI JAWA TENGAH Rangga Bayu Kusuma Haris Abstrak Pemberdayaan Kelompok

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

Tercapainya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Sintang dari Produksi Pertanian tanpa ketergantungan dari daerah luar kabupaten.

Tercapainya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Sintang dari Produksi Pertanian tanpa ketergantungan dari daerah luar kabupaten. Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SINTANG Dasar Pembentukan SKPD: Peraturan Bupati Sintang Nomor 38 Tahun 2008 tanggal 1 September 2008 tentang

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci