SEJARAH PERGANTIAN NAMA JALAN DI KOTA MEDAN ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEJARAH PERGANTIAN NAMA JALAN DI KOTA MEDAN ( )"

Transkripsi

1 SEJARAH PERGANTIAN NAMA JALAN DI KOTA MEDAN ( ) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O l e h NAMA : Deni Ardian Ginting NIM : DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 SEJARAH PERGANTIAN NAMA JALAN DI KOTA MEDAN ( ) SKRIPSI SARJANA OLEH NAMA : Deni Ardian Gining NIM : Pembimbing, Dra. Fitriaty Harahap, S.U. Nip DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3 Lembar Persetujuan Ujian Skripsi SEJARAH PERGANTIAN NAMA JALAN DI KOTA MEDAN ( ) Yang diajukan oleh : NAMA : Deni Ardian Ginting NIM : Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh : Pembimbing, Dra. Fitriaty Harahap, S.U. tanggal. Ketua Departemen Sejarah, Dra. Fitriaty Harahap, SU NIP tanggal. DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

4 Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi KEHIDUPAN BURUH PERKEBUNAN DELI MAATSCHAPPIJ SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O l e h NAMA : Deni Ardian Ginting NIM : Pembimbing, Dra. Fitriaty Harahap, S.U. Nip Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam bidang Ilmu Sejarah DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

5 Lembar Persetujuan Ketua Jurusan DISETUJUI OLEH : FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen, Dra. Fitriaty Harahap, SU NIP Medan, Maret 2009

6 Lembar pengesahan skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian Diterima oleh. Panitia Ujian Fakultas Sastra Uneversitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan. Pada : Hari : Tanggal : Fakultas Sastra USU Dekan Drs. Syaifuddin, M.A,. Ph.D Nip Panitia Ujian. No. Nama Tanda Tangan 1.. (.) 2.. (.) (.) 4.. (.) 5.. (.)

7 ABSTRAK SEJARAH PERGANTIAN NAMA JALAN DI KOTA MEDAN ( ) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang penetapan nama jalan di Kota Medan dan untuk mengetahui latar belakang pergantian nama jalan tersebut serta alasan pergantiannya. Dalam memperoleh data penulis menggunakan metode penelitian lapangan. Dimana penulis melakukan wawancara dan di dukung oleh studi kepustakaan. Penulisan ini merekonstruksikan masa lampau tentang pergantian nama jalan dari nama Belanda menjadi nama Indonesia. Pada masa pemerintah kolonial Belanda penamaan jalan berdasarkan nama-nama orangorang Belanda, nama tempat yang terdapat di negeri Belanda dan dari nama perkebunan milik pengusaha asing. Dari penelitian ini diperoleh data, bahwa penamaan nama jalan pada masa kolonial Belanda sebagian besar dilakukan oleh orang-orang Belanda, selebihnya oleh penduduk timur asing yaitu orang-orang Cina dan India, serta penamaan jalan yang dilakukan oleh penduduk pribumi berdasarkan kelompok etnis yang menempati wilayah tersebut. Akan tetapi setelah kemerdekaan Republik Indonesia terjadi pergantian nama jalan yang telah dibuat pada masa kolonial Belanda, dan diganti dengan nama-nama Indonesia. Nama-nama para pejuang kemerdekaan, tokoh intelektual, tokoh pers, tokoh pendidikan, budayawan dan pahlawan revolusi menjadi pengganti nama jalan tersebut.

8 UCAPAN TERIMAKASIH Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan karena adanya keterbatasan. Namun penulis merasa bersyukur karena masih dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Kedua orang tua saya yang tercinta, Jhoni Ginting/Maryam Br. Tarigan untuk doa, kasih sayang dan cintanya yang begitu besar. Atas pengorbanan dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya, membesarkan hingga membiayai saya sampai dapat menikmati pendidikan ke Perguruan Tinggi. Segala nasehat dan petuah yang telah ayahanda dan ibunda berikan senantiasa akan selalu saya ingat. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kesehatan, kebahagiaan dan lindungan darinya. 2. Bapak Drs. Syaifuddin, MA.Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra USU, Pembantu Dekan beserta seluruh staf pegawai. 3. Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U selaku Ketua Departemen Sejarah serta Dra. Nurhabsyah M.Si sebagai Sekretaris Departemen Sejarah yang telah membantu saya dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.

9 4. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U yang telah memberikan nasihat, didikan, kritik, saran, dan perhatiannya yang begitu besar kepada saya selama penulisan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Nina Karina, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih saya ucapkan atas segala perhatian dan nasihatnya yang telah diberikan kepada saya selama menjadi mahasiswa. 6. Kepada seluruh staf Dinas Pemerintahan, dan Arsip Daerah Sumatera Utara serta seluruh informan yang telah banyak memberikan bantuan daa selama penelitian. 7. Adik-adik saya Astina Wati Br Ginting, Okta Beri Pardian Ginting, Eva Popiana Br. Ginting, Aldi Irman Ginting, Alexandro Tarigan, terimakasih atas dukungan yang telah diberikan kepada saya hingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Khusus kepada keponakan saya Ronald Yuda Aprianta Tarigan yang telah memberikan keceriaan kepada saya terutama dalam masa sulit saat penulisan skripsi. Tuhan memberkati kalian semua. 8. Untuk keluarga besar Ginting dan Tarigan, saya ucapkan terima kasih atas masukan, nasihat dan dukungan yang diberikan kepada saya selama menjadi mahasiswa. 9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa sejarah, alumni, senior, serta adik-adik sejurusan terima kasih saya ucapkan atas dukungan dan perhatian yang telah kalian berikan. Sahabat-sahabatku stambuk 04, Ain, Dika, Deby,

10 Ganda, Jhon, Jernita, Oriza, Oddo, Piolina, nandho, Sabet, jefri, serta Ciplex 03, Biz_bass dan kawan-kawanku yang lain terima kasih atas dukungan yang selama ini kalian berikan, smoga persahabatan kita akan terus terjaga selamanya.maju terus pantang mundur Bravo sejarah. 10. Sahabat-sahabatku muda/i Arih Ersada terima kasih atas pengertian dan kerjasama yang kalian berikan kepada saya selama menjadi mahasiswa 11. Ija s Familiy, bu Ijah, om olo, Icha, Budi, a an, aka terima kasih atas dukungan dan keceriaan yang selama ini kalian berikan, smoga Tuhan memberkati kita Semua. Amin... Akhirnya untuk semua orang-orang yang telah saya sebutkan diatas maupun yang tidak saya sebutkan, saya ucapkan banyak terima kasih. Saya doakan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan dan karunianya kepada kalian semua. Semoga skripsi ini berguna bagi kepentingan masyarakat serta bagi perkembangan penulisan sejarah. Amin Medan, Juli 2009 Penulis Deni Ardian Ginting

11 DAFTAR ISI PRAKATA.i ABSTRAK.ii UCAPAN TERIMA KASIH.iii DAFTAR ISI V BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Tinjauan Pustaka Metode Penelitian..12 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN Kondisi Geografis..15 Keadaan Penduduk 18 Latar Belakang Historis 22 Kota Medan Sebagai Kota Perkebunan..24 BAB III PERKEMBANGAN NAMA JALAN DI KOTA MEDAN 3.1 Perkembangan Sarana Transfortasi Darat di Kota Medan Penetapan Nama Jalan Pada masa Belanda Nama Belanda Nama Indonesia Nama Cina..42

12 3.3 Penetapan Nama Jalan Pada Masa Jepang...47 BAB IV PERUBAHAN NAMA JALAN DI KOTA MEDAN Proses Pergantian Nama Jalan di Kota Medan.49 Alasan Pergantian Nama Jalan di Kota Medan 64 BAB V KESIMPULAN..67 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan suatu kota tidak akan terlepas dari tindakan ataupun aktivitas yang dilakukan oleh manusia, karena pembentukan dan perkembangan suatu kota merupakan cerminan dari kreasi penduduk kota yang bersangkutan. Ciri suatu kota pada umumnya berawal dari suatu pemukiman penduduk yang kecil, akan tetapi mempunyai lokasi yang strategis, baik itu sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, pertanian, maupun pusat industri, mengakibatkan kota tersebut mengalami perkembangan yang pesat. Selain itu ciri lain yang dapat dilihat dari perkembangan suatu kota adalah perkembangan populasi penduduk yang cepat, bertambah banyaknya bagunan-bangunan seperti gedung pemerintahan, pemukiman penduduk, bangunan perkantoran, serta pembangunan fasilitas kota seperti sarana dan prasarana kota. Pada umumnya pembangunan prasarana kota-kota yang ada di Indonesia dimulai pada masa pemerintahan kolonial Belanda, di mana pembangunannya lebih banyak ditujukan pada bagian kota yang didiami oleh bangsa Eropa dan daerah perdagangan. Kota-kota di Indonesia pada awalnya terbentuk dari usaha-usaha kolonialisasi yang dilakukan oleh Belanda, yang kemudian memberikan warna dan ciri yang baru bagi daerah-daerah yang dikuasai oleh Belanda. Salah satunya terlihat dari kebiasaan orang-orang Belanda atau bangsa Eropa pada

14 umumnya dalam melakukan politik kolonialisasinya. Sebelum memasuki dan melakukan ekspansi kesuatu daerah Belanda biasanya terlebih dahulu berusaha menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada ataupun yang sedang berkuasa di wilayah tersebut, karena akan lebih mudah menguasai suatu wilayah apabila penguasa yang ada telah ditaklukkan. Oleh karena itu dalam melakukan penjajahan di Nusantara, Belanda memang mempunyai kebiasan untuk mulai mengembangkan kekuasaannya di suatu kawasan dengan terlebih dahulu membangun loji atau benteng sebagai basis kekuatan dan pusat pertahannya 1 dan sering sekali di sekitar benteng kemudian muncul dan berkembang sebagai pusat kota. Sebagai contoh, perkembangan kota Batavia yang pada awalnya merupakan usaha dari Jan Piterszoon Coon untuk menguasai Sunda Kelapa dengan terlebih dahulu membagun sebuah benteng sebagai pusat kekuatan dan pertahanannya. Akan tetapi hal yang berbeda dilakukan oleh Belanda di Sumatera Timur, dimana penguasaan wilayah dilakukan secara tidak sengaja yaitu diawali oleh pedagang-pedagang Belanda yang membuka perkebunan dan mengalami keberhasilan dan kesuksesan diwilayah tersebut. Dilihat dari perkembangannya, sebelum datangnya pemerintah kolonial Belanda ke wilayah Sumatera Timur, khususnya ke Tanah Deli, Medan hanyalah sebuah perkampungan kecil yang lokasinya terletak disekitar 1 Tim Pengumpul, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II Medan, dalam Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Medan 1992, Hal. 58.

15 pertemuan Sungai Babura dengan Sungai Deli dan merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Deli. Masuknya pengaruh pemerintah kolonial ke Sumatera Timur diawali oleh kedatangan Jacobus Nienhuys ke Tanah Deli pada awal tahun 1860-an, kedatangan Nienhuys membawa perubahan yang sangat besar di wilayah Sumatera Timur. Dengan perkebunan tembakau yang semakin luas dan berkembang perlahan Medan berubah menjadi sebuah kota yang penting dan besar di bidang perdagangan. Ada beberapa faktor pendukung berkembangnya Medan menjadi sebuah kota yaitu : 1. Dibukanya perkebunan tembakau di Deli oleh Jacobus Nienshuys pada tahun 1863, yang kemudian di ikuti oleh banyaknya pemodal asing yang masuk ke Sumatera Timur untuk membuka perkebunan. 2. Adanya pembangunan bangunan penting yang dilakukan oleh pemerintah kolonial di sekitar kampung Medan, seperti bangunan benteng Belanda di dekat pertemuan Sungai Babura dengan Sungai Deli tahun 1864, pembangunan gedung Deli Maatschappij pada tahun 1870, serta pembangunan sarana perniagaan seperti bangunan pertokoan dan kedai-kedai, pusat perbelanjan, perumahan, fasilitas hiburan dan lain sebagainya. 3. Pesatnya perkembangan populasi penduduk di Medan sebagai dampak dari pembukaan perkebunan di Sumatera Timur, yaitu dari buruh-buruh asing yang sengaja didatangkan oleh Belanda maupun

16 dari migrasi penduduk pribumi yang datang mengadu nasib ke Sumatera timur. Pada waktu Belanda mulai melakukan penjajahan, dalam hal ini adalah pengeksploitasian tanah menjadi lahan perkebunan di Sumatera Timur, di sekitar kawasan Medan sudah lebih dahulu terdapat beberapa perkampungan penduduk yang ditempati oleh penduduk suku Bangsa Melayu dan Karo, yaitu Kampung Aei (hilir), Kampung Tengah, Kampung Besar, Rantau Belimbing, Martubung, Kota Bangun, Cikupan Mabar, Rengas Kupan, Pulau Brayan, Gelugur, Medan Puteri, Kesawan, Tebing Tinggi, Kampung Sungai Mati, Kampung Baru, Kota Maksun, dan Kampung Sungai Kerah. 2 Kota Medan adalah pusat pemerintahan kolonial di wilayah Sumatera Timur, letaknya yang strategis kemudian membuatnya tumbuh menjadi salah satu kota baru dan menjadi sentral dari wilayah di Sumatera Timur. Selain sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda, Medan juga menjadi pusat administrasi perkebunan yang ada di Sumatera Timur. Hal ini semakin jelas setelah Sumatera Timur menjadi Residensi tersendiri yang tunduk kepada wewenang Residen yang ada di Bengkalis pada tahun 1873 dan pada tahun 1887 Medan yang ada di wilayah Kesultanan Deli dijadikan sebagai tempat kedudukan residen di Sumatera Timur. Sebagai kota perkebunan, di Medan banyak dibangun sarana dan prasarana untuk mendukung politik pemerintahan kolonial terutama untuk 2 Ibid. hal. 48.

17 mendukung perkembangan di sektor perkebunan. Selain pembangunan gedunggedung pemerintahan, perumahan, dan kantor-kantor administrasi perkebunan, salah satu pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial adalah pembangunan prasarana seperti jaringan jalan raya. Karena fasilitas jalan raya, baik yang menghubungkan suatu kota dengan kota lain atau daerah sekitarnya maupun jaringan jalan yang menghubungkan antar bagian kota, memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran aktivitas penduduk dan perkembangan kota itu sendiri sekaligus sebagai kerangka dasar yang membentuk struktur kota. 3 Selain jalan-jalan yang telah ada jauh sebelum kedatangan Belanda ke Sumatera Timur, banyak pula di bangun jaringan-jaringan jalan yang baru di kota Medan. Secara umum pembangunan jalan di Kota Medan dapat dibagi menjadi tiga yaitu, pertama pembangunan jalan di pusat kota yang meliputi daerah kesultanan, perumahan-perumahan orang-orang Blenda dan ropa, serta daerah perkantoran. Kedua, jalan yang menghubungkan daerah perkebunan dengan pusat kota, dan yang ketiga adalah jalan yang menghubungkan Kota Medan dengan daerah luar. Pembangunan jalan dipusat kota yang meliputi daerah kesulatanan dibuat untuk memudahkan hubungan pemerintah kolonial dengan kaum bangsawan pribumi di kesultanan tersebut, yaitu dalam melakukan konsesi tanah dan memudahkan mereka mengontrol kehidupan para sultan-sultan melayu. 3 R. Bintarto, Pengantar Geografi Kota, U.P Spring Yogyakarta, Hal. 61.

18 Demikian halnya juga dengan jalan yang dibangun di daerah perumahan pegawai-pegawai Belanda dan orang Eropa lainnya. Pembangunan jalan yang menghubungkan daerah perkebunan dengan pusat kota dilakukan untuk mempermudah pihak perkebunan dalam melakukan kegiatan administrasi dan penyetoran pajak perkebunan. Disisi lain jalan yang dibangun untuk menghubungkan kota Medan dengan daerah luar dilakukan untuk mempermudah pihak perkebunan dalam melakukan pengangkutan barang yang akan dibawa ke pelabuhan untuk dijual. Selain itu pembangunan jalan ini ditujukan juga untuk menghubungkan pusat kota dengan daerah perkebunan yang berada jauh dari Kota Medan karena banyak perkebunan yang terletak di luar Kota Medan. Penamaan jalan pada masa Belanda dibuat berdasarkan nama-nama Belanda seperti cremerweg, Coenstraat, Boloweg, dan lain sebagainya. Disamping itu, ada juga beberapa nama jalan yang menggunakan nama lokal, di antaranya adalah Djalan Rakyat atau sering disebut dengan Djalan Radja, Djalan Mahkomah, Mangga Laan, Baboera Weg, Kartini Laan, Padang Boelan Weg, Serdang Weg, Djalan Kenanga, Sultan Weg, Djalan Antara, dan beberapa jalan lokal lainnya. Di samping itu ada juga nama jalan yang menggunakan nama Timur asing dan biasanya nama jalan ini terdapat di daerah pemukiman orang Cina dan Tamil. Di antara nama jalan yang berbahasa Cina, adalah Canton Straat, Hakka Straat, Hongkong Straat, dan lain sebagainya, dan nama jalan yang menggunakan nama asing lainnya seperti Calcuta Straat.

19 Pada masa pendudukan Jepang hampir tidak ada pembangunan jaringan jalan yang baru, demikian pula dengan penamaan jalan. Jepang tidak begitu mempersoalkan jalan yang menggunakan nama-nama Belanda sekalipun pemerintahan Jepang berusaha untuk menghapuskan semua hal-hal yang berhubungan dengan Belanda. Hanya terdapat beberapa nama jalan yang diberi nama Jepang, salah satunya adalah jalan Fuzi Dori atau jalan Imam Bonjol sekarang. karena Jika di lihat pada masa pendudukan Jepang mereka lebih fokus untuk memobilisasi massa untuk membantu dalam perang menghadapi Sekutu. Pada masa Indonesia merdeka baru terjadi pergantian nama-nama jalan yang berbahasa Belanda dan beberapa nama yang berhubungan dengan pemerintah kolonial Belanda, dengan kata lain nama jalan yang dibuat pada masa pemerintahan kolonial Belanda serta Pendudukan Jepang. Pergantian nama jalan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perjalanan sejarah Kota Medan, karena pergantian nama jalan mempunyai arti dan makna bagi masyarkat Medan. Nama-nama jalan menjadi semacam kenyataan sosial kolektif karena nama jalan di perkotaan memadukan ruang dan waktu. Nama jalan adalah waktu yang membeku di dalam kota, ia adalah bayangan dan etos kota serta melambangkan hakekatnya 4. Nama-nama jalan berbahasa Belanda dianggap akan mengingatkan kita kembali kepada masa penjajahan dan penghinaan yang 4 Peter J. M Nas, Tatanan Simbolik Jakarta: dari Kosmos ke Kondomonium dalam JHS Nomor 4, Tahun Hal. 64.

20 dilakukan oleh pemerintah kolonial. Jalan yang menggunakan nama Belanda diganti dengan nama-nama Indonesia. Biasanya nama jalan yang dianggap memiliki kenangan-kenangan kolektif tersebut diganti dengan nama-nama pejuang baik dalam skala nasional maupun lokal, nama daerah dan nama-nama Indonesia lainnya. Benteng Weg misalnya yang kemudian diganti menjadi Jalan Kapten Maulana Lubis, Serdang Weg menjadi Jalan Prof. h. M Yamin S.H, Canton Straat menjadi Jalan Cirebon, dan lain sebagainya. Nama jalan yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah nama-nama jalan besar pada waktu itu atau jalan vital, yang merupakan dalah satu faktor dalam perkembangan perkebunan asing. Beberapa nama jalan yang mengalami perubahan diantaranya adalah Jalan Cremer Weg yang berubah menjadi Jalan Balai Kota, Jalan Bolweg berubah menjadi Jalan komodor Laut Yos Sudarso, dan Jalan Javaris yang berubah nama menjadi Jalan Rachmadsjah. Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini adalah kota Medan sebagai salah satu wilayah pemerintahan kolonial Belanda di Keresidenan Sumatera Timur. Penelitian ini ingin melihat bagaimana pergantian nama jalan yaitu pergantian dari nama jalan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang menjadi nama jalan pada saat Indonesia merdeka. Selain itu penulisan tentang perubahan nama jalan di Indonesia khususnya di Kota Medan masih sangat sedikit dan bahkan belum pernah diungkapkan ke dalam sebuah tulisan. Penulisan tentang perubahan nama jalan merupakan

21 bagian dari proses sejarah kota yang penting untuk diungkapkan. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana keterikatan perubahan nama jalan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan masyarakat Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, merupakan pusat pembauran sosiokultur sjak masa pemerintahan kolonial Belanda. Sebagaimana diketahui bahwa kekuatan ekonomi perkebunan yang tumbuh di Sumatera Timur dengan produksi tembakau yang bernilai jual tinggi menjadikan Kota Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi baru sehingga memberikan daya tarik yang luar biasa bagi kaum pendatang untuk mengadu nasib. Selain itu karena pesatnya perkembangan perkebunan tembakau di Deli sejak awal tahun 1860-an maka banyak didatangkan buruh dari luar Sumatera untuk bekerja diperkebunanperkebunan tersebut, akibatnya berbagai macam kelompok etnik yang datang berbaur di kota Medan. 1.2 Rumusan Masalah Periode yang diambil dalam penelitian ini adalah selama 70 tahun, dimulai dari tahun 1900 sampai dengan tahun dimulai dari tahun 1900 karena pada masa inilah puncak eksploitasi perkebunan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Sumatera Timur. Adapun tahun 1970 diambil sebagai batasan dari penelitian ini adalah karena pada masa ini merupakan awal dari pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan pada masa orde

22 baru. Tahun ini juga sebelum dilakukannya pemekaran daerah di kota Medan 5 dan tentunya pada periode ini telah bnayk dilakukan pergantian nama jalan di Kota Medan. Agar pneliatian lebih terarah, perumusan masalah disusun sebagai berikut: 1. Apa latar belakang penetapan nama jalan di Kota Medan? 2. Apa alasan dan dasar pergantian nama jalan di Kota Medan? 3. Mengapa terjadi pergantian nama jalan di Kota Medan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah yang antara lain bertujuan: 1. Untuk mengetahui latar belakang penetapan nama jalan di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui latar belakang pergantian nama jalan di Kota medan. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi pergantian nama jalan di Kota Medan. Sedang manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 2. Sebagai tambahan referensi bagi masyarakat umum untuk mengetahui sejarah pergantian nama jalan khususnya di Kota Medan. 5 Tim Pengumpul, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II Medan. Loc. Cit., Hal.222.

23 3. Diharapkan juga dari penelitian ini dapat menambah invetarisasi sumber sejarah kota khususnya Kota Medan. 1.4 Tinjauan Pustaka Literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakan, yaitu berupa buku dan makalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan dapat membantu dalam penelitian ini. Tulisan Sarkawi B. Husein, tentang makna dan perebutan simbol nama jalan di kota Surabaya, merupakan sumber yang sangat penting dalam penelitian ini, karena di dalam tulisan itu diterangkan bagaimana penamaan jalan di Surabaya banyak sekali diselubungi oleh kepentingan politik pejabat pemerintahannya. Dalam tulisan ini juga diterangkan bagaimana proses pergantian nama jalan di Kota Surabaya yang mendapat penolakan dari masyarakat, oleh karena itu melalui tulisan ini sedikit banyaknya dapat memberikan bahan perbandingan dengan proses penamaan jalan di Kota Medan. Buku yang berjudul Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota-kota di Indonesia, yang disusun oleh freek Colombijn, dkk, yang merupakan hasil dari sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh jurusan sejarah Fakultas Sastra Universitas Airlangga. Buku ini mengungkapkan tentang sejarah perkotaan di Indonesia. Buku ini sangat berguna dalam penelitian ini untuk membantu

24 dalam hal pemberian informasi mengenai sejarah perkotaan di Indonesia, seperti hal-hal yang terjadi di kota-kota Indonesia baik itu sejarah, sosial budaya, dan perkembangan kota-kota tersebut sejak masa kolonial Belanda sampai pada masa Indonesia merdeka. Kemudian buku yang ditulis oleh Raldi Hendro Koestoro, dkk, yang berjudul Dimensi Keruangan Kota: Teori dan Kasus, membahas dengan lengkap bagaimana dinamika pembangunan, perkembangan dan pertumbuhan suatu kota di Indonesia. Dalam buku ini dijelaskan faktor-faktor apa saja yang mendorong terbentuk dan berkembangnya suatu kota dan permasalahanpermasalahan yang timbul didalamnya, dengan memberikan teori-teori dan contoh studi kasus yang terdapat di beberapa kota-kota di Indonesia. Salah satu permasalahan yang terdapat dalam buku tersebut adalah tentang prasarana kota yang sangat penting sebagai pendukung utama kehidupan masyarakat kota yang diantaranya adalah kebutuhan akan fasilitas jalan yang sangat penting bagi kelancaran aktivitas penduduk dan kota itu sendiri. 1.5 Metode Penelitian Metode sejarah adalah cara-cara yang digunakan untuk menguraikan dan menghadapi dokumen-dokumen sejarah 6. Dalam metode sejarah akan diberikan bagaimana cara seorang sejarawan dalam menyusun dan mengeksplorasi tulisan 6 Louis Gotschalk, Understanding Histori, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, 1985, Jakarta: UI Press, Hal. 32.

25 dan sumber-sumber sejarah. Oleh karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah pengumpulan sumber atau heuristik yang sesuai dengan objek permasalahan yang dikaji. Penulis meyakini bahwa sumber sangat penting karena memberikan informasi tentang masa lampau, dan untuk mengumpulkan jejak-jejak masa lampau tersebut penulis menggunakan metode kepustakaan dan studi lapangan. Metode kepustakaan dalam hal ini adalah pengumpulan sumber tertulis seperti buku, arsip, dokumen, dan fakta-fakta tertilus lainnya seperti buku harian, surat-surat penting, surat kabar dan lain sebagainya. Sedangkan studi lapangan adalah dengan melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh yang masih hidup dan pernah terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam proses perubahan nama jalan seperti orang-orang dari pemerintahan atau masyarakat setempat. Kedua, adalah dengan melakukan kritik sumber yaitu untuk menyeleksi dan mengkritik data atau sumber yang sudah kita dapat, baik itu kritik yang bersifat intern maupun kritik yang bersifat ekstern, yang tujuannya adalah untuk keabsahan sumber. Katiga, adalah interpretasi data yang sudah kita seleksi agar kita dapat menyusun sebuah inti sari dan menafsirkan sumber yang telah kita kumpulkan tersebut agar menjadi fakta yang valid. Terakhir adalah melakukan historiografi yaitu proses mensintesakan, menyusun dan menceritakan rangkaian fakta-fakta dalam suatu bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa dan istilah-istilah yang baik agar penulisan menjadi analitis ilmiah dan selaras.

26 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN Keberadaan Kota Medan, yang menjadi pusat wilayah pemerintahan daerah tingkat I propinsi Sumatera Utara sekarang merupakan suatu kota yang unik. Kota Medan, sejak menjadi pusat kehidupan masyarakat berupa kampung, pernah menjadi pusat kerajaan tradisional, pernah menjadi pusat keresidenan pada masa pendudukan Belanda, pada masa kemerdekaan pernah menjadi pusat Kabupaten, pusat pemerintahan Gubenur Sumatera, yang kemudian menjadi pusat pemerintahan propinsi Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Selain itu Kota Medan juga pernah menjadi pusat wilayah pembangunan utama kepada wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya 7. Kota Medan terletak pada willayah yang sangat strategis, yaitu merupakan salah satu kota yang terletak langsung pada pintu gerbang dengan dunia luar. Kalau dilihat dari kependudukannya, Kota Medan mempunyai keunikan sendiri. Kota Medan merupakan pusat sosio-kultural sejak masa pemerintahan kolonial Belanda. Sebagaimana diketahui bahwa kekuatan ekonomi perkebunan yang tumbuh di Sumatera Utara, yang pada masa itu adalah Sumatera Timur dengan produksi tembakau yang bernilai jual tinggi menjadikan Kota Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi baru sehingga memberikan daya tarik yang 7 Tim Pengumpul, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II Medan, dalam Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Medan Hal.3.

27 luar biasa bagi kaum pendatang untuk mengadu nasib ke wilayah ini. Heterogenitas masyarakat yang terdapat di Sumatera Utara sedikit banyaknya mempengaruhi kondisi politik yang terjadi di wilayah tersebut. 2.1 Kondisi Geografis Secara geigrafis, Kota Medan terletak antara 2 29 LU-2 30 LU dan 2 47 BT-2 30 BT dengan ketinggian 0-40 meter di atas permukaan laut. 8 Letaknya yang tidak jauh dari Selat Malaka menyebabkan suhu Kota Medan pada pagi hari berkisar 23,70 ºC-25,10 ºC, siang hari berkisar 29,20 ºC-32,90 ºC, dan pada malam hari berkisar 26 ºC-30,8 ºC. sedangkan kelembaban udara berkisar antara 68 % sampai 93 %. Sebagian wilayah Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu pantai Barat Belawan, dan daerah pedalaman yang tergolong dataaran tinggi, seperti Kabupaten Karo. Akibatnya suhu di Medan menjadi tergolong panas. Temperatur udara rata-rata di Medan berkisar 23,70 C-25,10 C pada pagi hari, 29,20 C-32,90 C pada siang hari, dan 26 C-30,8 C pada malam hari. Dalam bulan-bulan paling kering di musim kemarau, curah hujan masih mencapai kira-kira 100mm/bulan. Biasanya curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember tiap-tiap tahun. Sedangkan pada bulan April sampai dengan bulan Mei setiap tahun biasanya curah hujan 8 Balud Sofyan, Sejarah Pemerintahan Kota Madya Medan , Skripsi Belum diterbitkan, Medan : Fakultas Sastra USU, 2003.

28 lebih sedikit. Angin yang umumnya berhembus melintasi kawasan Medan adalah angin laut dari Selat Malaka dan angin gunung dari dataran tinggi Karo. Pada jaman dahulu disekitar kawasan Medan, yaitu disekitar tanah Deli sering ada angin puting beliung yang berhembus dari dataran tinggi Karo melalui sungai Wampu dan berputar-putar di kawasan Bahorok yang dikenal dengan angin Bahorok. Biasanya angin tersebut bertiup pada musim kemarau dan sering menimbulkan kerusakan. Kota Medan pada jaman kolonial Belanda merupakan bagian dari keresidenan Sumatera Timur, yang terkenal dengan perkebunan tembakaunya. Keadaan tanah yang subur menghasilkan produksi tembakau yang bernilai jual tinggi menjadikan tanah Deli dan Kota Medan sebagai salah satu primadona perkebunan bagi para pedagang, pendatang dan para pemilik perkebunan. Pada masa pemerintah kolonial menguasai wilayah ini, telah dilakukan beberapa penelitian tentang keadaan tanah di kawasan tanah Deli atau Sumatera Timur umumnya. Penelitian itu dilakukan oleh para pakar atau ilmuan untuk kepentingan perusahaan perkebunan tambakau milik Belanda. Salah satu ilmuan yang melakukan penelitian tentang tanah di Sumatera Timur adalah Van Hissing pada tahun 1900, dari hasil penelitian itu menunjukkan bahwa tanah di Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah cokelat, dan tanah merah. Dari hasil penelitian tersebut juga diketahui letak Kota Medan di atas tanah jenis tanah liat, tanah campuran, dan tanah pasir.

29 Kota Medan sewaktu menjadi ibukota Keresidenan Sumatera Timur wilayahnya mencakup empat buah kampung asli Deli yaitu : 1. Kampung Petisah Hulu 2. Kampung Petisah Hilir 3. Kampung Kesawan 4. Kampung Sungai Rengas 9 Selain itu Medan dikelilingi oleh kampung-kampung lain seperti Kampung Kota Maksun, Glugur, Kampung Sungai Mati, Sungai Agul dan lain-lain yang kesemuanya termasuk bagian dari wilayah kekuasaan teritorial Kerajaan Deli. Namun seiring dengan perkembangannya Kota Medan berbatasan dengan daerah-daerah yang masih tergolong sebagai teritorial Sumatera Utara. Adapun batas-batas tersebut adalah : 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kecamatan Percut Sei Tuan, dan Tanjung Morawa. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kecamatan Sunggal. 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera. 5. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kecamatan Pancur Batu dan Deli Tua Roestam Thaib, et, al., 50 Tahun Kota Praja Medan, Medan : Djawatan Penerangan Kotapraja I, 1959, Hal. 101.

30 Luas Kota Medan sebelum dilakukannya perluasan wilayah hanya seluas Ha, tetapi sejak tahun 1943 sampai tahun 1971 luas Kota Medan mencapai Ha, kemudian tahun 1973 luas Kota Medan mengalami pertambahan lagi yaitu menjadi Ha Keadaan Penduduk Kota Medan yang pada masa kolonial adalah bagian dari wilayah Sumatera Timur adalah kampung halamannya etnis Karo, Melayu, dan Simalungun. Etnis Karo dan Simalungun menempati wilayah di sekitar dataran tinggi dan orang-orang Melayu menempati wilayah pesisir. Akan tetapi setelah masuknya pengaruh kolonial Belanda, yang ditandai dengan pembukaan lahanlahan menjadi lokasi perkebunan, maka terjadi perubahan yang sangat besar dalam susunan masyarakat di Sumatera Timur tidak terkecuali kota Medan. Pesatnya perkembangan perkebuanan pada waktu itu menyebabkan jumlah penduduk di kawasan Sumatera Timur cepat bertambah, terutama karena banyaknya didatangkan buruh-buruh dari luar untuk bekerja di perkebunanperkebunan tembakau tersebut. Kota Medan adalah salah satu kota yang memiliki pola masyarakat yang heterogen di Indonesia. Heterogenitas penduduk Kota Medan muncul 10 Nurhamidah, dkk, Integrasi Masyarakat Etnik Cina di Kota Madya Medan (Studi Kasus di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Barat), Medan : Lembaga Penelitian USU, tidak diterbitkan, 1992, hal Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan : Pemerintah Kota, 2004, Hal. 38.

31 karena faktor urbanisasi, yang erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan yang banyak membutuhkan tenaga-tenaga kerja. Masyarakat yang didatangkan dari luar Medan, pada dasarnya dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan. Menurut Tengku Luckman Sinar, dalam tahun 1905 penduduk kota Medan berjumlah sekitar orang. Pada tahun 1918 jumlah itu bertambah menjadi orang, jumlah itu terus bertambah pada tahun 1920 menjadi orang, serta jumlah penduduk kota Medan tahun 1930 menjadi orang, dengan perincian sebagai berikut: Penduduk Kota Medan Tahun Kelompok Etnik Jumlah % Indonesia (berbagai suku bangsa) orang 79,88 Cina orang 18,87 Eropa 409 orang 0,93 Timur Asing 139 orang 0,32 Jumlah orang 100 % Sumber : Sinar S. H. (1991: 58) Setelah dibentuknya Gemente Medan pada tahun 1909, maka terjadi perubahan status pada penduduk Medan. Pertama, penduduk yang berada 12 Tengku Lukman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan : Satgas MAMBI, 1991, hal. 58.

32 dibawah pemerintahan kerajaan Deli dan yang kedua adalah penduduk yang berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Perbedaan status ini lebih nyata terlihat dalam kewajiban penduduk dalam membayar pajak. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah kolonial menciptakan tiga macm lingkungan pemukimam penduduk yang diskriminatif di Medan, yaitu : 1. Eropeese Wijk, yaitu lingkungan pemukiman yang khusus ditempati oleh penduduk golongan Eropa. Penduduk pribumi dan golonga non-eropa lainnya tidak diijinkan untuk bertempat tinggal dalam lingkungan ini. 2. Chinesee Wijk, yaitu lingkungan pemukiman yang ditempati oleh orang-orang Cina. Selain sebagai tempat pemukiman orang Cina, juga berfungsi sebagai tempat kegiatan jual beli (perdagangan), karena dalam lingkungan terssebut terdapat banyak toko-toko kepunyaan orang Cina. 3. Lingkungan pemukiman (perkampungan) yang khusus ditempati oleh penduduk pribumi. Lingkungan tersebut pada umumnya berlokasi di pinggiran kota Medan dan sebagian kecil berada dekat lingkungan pemukiman orang-orang Cina Tim Pengumpul, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II Medan, Loc. Cit. Hal. 98.

33 Komposisi Suku-Suku Bumiputera Di Kota Medan Tahun Kategori Suku Jumlah % Jawa ,31 Minangkabau ,54 Melayu ,10 Mandailing ,46 Sunda ,93 Batavia/Betawi ,71 Toba 882 1,99 Angkola 236 0,56 Karo 145 0,34 Batak lainnya Indonesia lainnya ,38 Jumlah ,00 Hingga masa akhir pendudukan pemerintahan kolonial Belanda jumlah penduduk Kota Medan tidak banyak bertambah hanya berjumlah kira-kira orang. Pada masa pendudukan Jepang terjadi peningkatan jumlah penduduk kota Medan, yaitu berjumlah kira-kira orang. 14 Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi, Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing, Jakarta: LP3S, 1998, hal. 58

34 2.3 Latar Belakang Historis Medan pada awalnya adalah sebuah kampung kecil, yang lokasinya terletak di sekitar pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli serta merupakan salah satu wilayah kekuasaan dari Kesultanan Deli. Catatan tentang Kampung Medan dan masyarakatnya tidak banyak diketahui sebelum dilakukannya penelitian oleh John Anderson pada tahun Menurut Anderson Medan merupakan sebuah kampung kecil yang penduduknya sekitar 200 orang dan hidup cukup makmur sebagai petani lada dan tembakau. Dari hasil penelahaan yang dilakukan oleh tim sejarah rekonstruksi Kota Medan, menghasilkan sejumlah kesimpulan tentang latar belakang historis. Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus yang berasal dari dataran tinggi Karo. Setelah melakukan beberapa pertimbangan tentang bersirinya Kota Medan, dapat disimpulkan bahwa kota Medan berdiri tanggal 1 Juli Dengan kata lain Medan telah ada jauh sebelum Belanda memasuki wilayah ini. Belanda sendiri masuk ke kawasan Medan sekitar pertengahan abad ke-19, yaitu pada waktu kedatangan Jacobus Nienhuys ke tanah Deli pada awal tahun 1860-an. 17 Sejarah perkembangan kota Medan sendiri tidak bisa terlepas dari keadan dan kondisi di wilayah sekitarnya, yaitu dengan Kesultanan Deli yang 15 John Anderson adalah seorang sekretaris Gubernur Inggeris di Pulau Pinang yang melakukan perjalanan ke Sumatera Timur pada tahun Ibid, hlm Jacobus Nienhuys adalah seorang Belanda yang bertugas sebagai staf perusahaan tembakau Pieter Van den Arend and Consortium di Jawa Timur, datang ke tanah Deli untuk membuka perkebunan tembakau. Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani ; politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur , Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1985, hlm. 51.

35 didirikan oleh Gocah Pahlawan, seorang panglima perang dari Kesultanan Aceh. Ia menetap dan mendirikan pemukiman baru yang merupakan cikal bakal dari Kesultanan Deli. Selain kesultanan Deli, di sekitar kawasan Medan juga terdapat beberapa Kesultanan Melayu lainnya seperti Kesultanan Serdang, Kesultanan Langkat, Kesultanan Siak dan beberapa kerajaan kecil lainnya. Jadi, Medan yang awalnya adalah sebuah perkampungan kecil banyak mendapat pengaruh dari kesultanan-kesultanan Melayu tersebut, baik itu dalam agama maupun dalam bidang kebudayaan. Setelah masuknya pengaruh kolonial Belanda yang ditandai dengan pembukaan perkebunan tembakau di wilayah Deli, kota Medan semakin berkembang dengan pesat. Selain karena semakin banyaknya pembukaan perkebuanan di Kawasan Sumatera Timur, pemerintah kolonial Belanda juga telah mulai melakukan pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan maupun sarana untuk mendukung perkembangan industri perkebunan di wilayah ini. Seperti pembangunan gedung Deli Maatschappij pada tahun 1870, yang pembangunannya dipusatkan di Medan. Pemerintahan kolonial juga mulai menempatkan wakil-wakil pemerintahannya di Medan, untuk mengawasi perkebunan-perkebunan swasta tersebut. Lambat laun berkembang menjadi sebuah kota yang penting bagi pemerintah kolonial, karena Medan telah menjadi pusat administrasi perkebunan dan pemerintahan di Sumatera Timur. Hal ini semakin jelas kelihatan sejak dijadikannya Sumatera Timur sebagai Residensi tersendiri yang tunduk kepada wewenang Residen yang ada di

36 Bengkalis pada tahun 1873, yang dalam perkembangannya Medan yang ada di wilayah Kesultanan Deli dijadikan sebagai tempat kedudukan Residen di Sumatera Timur pada tahun Pengaruh perkebunan juga menjadi daya tarik bagi kaum pendatang untuk merantau ke tanah Deli, yaitu untuk bekerja di perkebunan tersebut. Ditambah dengan buruh-buruh yang didatangkan oleh pihak perkebunan, baik itu buruh pribumi maupun buruh yang didatangkan dari luar membuat pesatnya perkembangan populasi penduduk di Medan, sehingga menjadikan Medan sebagai kota tempat pembauran berbagai kelompok etnik. 2.4 Kota Medan sebagai Kota Perkebunan Perkembangan kota Medan tidak terlepas dari munculnya industri perkebunan di Sumatera Timur, yang di perkenalkan untuk pertama kalinya oleh Jacobus Nienhuys pada pertengahan abad ke-19. Sejak kedatangan Nienhuys industri tembakau mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tercatat sejak tahun 1863 sampai tahun 1888 terdapat 148 jumlah perkebunan tembakau, hampir setiap tahun terlihat kehadiran penguasa-penguasa onderneming baru. Dengan kata lain hanya dalam waktu 25 tahun daerah Sumatera Timur telah berubah menjadi kawasan perkebunan besar. Pada awalnya tanaman yang menjadi primadona setiap perkebunan adalah tembakau yaitu sejak dekade 1870-an sampai 1880-an, akan tetapi karena mutu tanah dari setiap lahan yang berbeda menjadikan para pengusaha

37 perkebunan berpikir dua kali untuk menanam jenis tanaman yang serupa pada lahan baru yang akan dibuka. Setelah mengalami penurunan kualitas dari tembakau yang dialami oleh sebagian besar pengusaha perkebunan, maka mereka mengalihkan penanaman tembakau kepada jenis tanaman lain yaitu, kopi, karet, teh dan kelapa sawit. Setelah masa penanaman industri tembakau selesai maka beberapa onderneming bersaha untuk mencari tanaman pengganti untuk kembali mengambil kembali lahan tersebut, seperti onderneming Marendal dekat Medan dan Rimbun melakukan percobaan penanaman karet atau Hevea Brasiliensis pada awal Begitu juga dengan beberapa onderneming lain yang mendapat hasil yang kurang maksimal dari industri tembakau mulai mencari tanaman alternatif lainnya. Dengan banyaknya pembukaan lahan perkebunan yang baru menyebabkan membengkaknya kepentingan kegiatan peekonomian Belanda, salah satu dampaknya adalah menjadikan Medan sebagai pusat perdagangan dan pusat administrasi pemerintah kolonial. Oleh karena itu dilakukan pengembangan pembangunan fasilitas kota seperti, pembangunan jembatan, penerangan, dan fasilitas jalan-jalan baru. Pada masa-masa selanjutnya pelaksanaan pemerintahan kolonial Belanda dan pengusahaan perkebunan-perkebunan milik pengusaha onderneming secara besar-besaran oleh orang Belanda di Deli berjalan seiring dan saling menopang. Keadaan yang demikian itu pada gilirannya cepat menumbuhkan kekuatan besar 18 Ibid. hlm. 74.

38 yang mendukung keberhasilan penjajahan Belanda di Sumatera Timur umumnya, dan keadaan yang demikian itu pula sekaligus menimbulkan banyak perubahan yang sangat cepat terhadap perkembangan kampung Medan menjadi kota setelah dasawarsa tahun 1860-an. Perkembangan kota yang semakin pesat, maka pada tahun 1887 Medan diresmikan menjadi pusat Residen di wilayah Simatera Timur. 19 Sejak saat itu Medan menjadi pusat segala aktivitas yang ada di Sumatera Timur, baik pusat pemerintahan, perdagangan, maupun pusat pemukiman penduduk Beberapa pembangunan fasilitas kota yang terdapat di Medan yang menjadikan kota Medan sebagai kota industri perkebunan, Yaitu pembangunan sebuah kamar dagang Cina bernama Chineesche Handelsvereeninging oleh seorang mayor Cina, Chong Yong Hian pada tahun Dua tahun kemudian menyusul berdiri perkumpulan kamar dagang Belanda. Selain perkumpulan dalam bidang perdagangan, pada tahun itu juga berdiri perkumpulan para pengusaha perkebunan se- Sumatera Timur. Perkumpulan itu dinamakan Algemeene Vereeneging van Rubber Planters Oostkust van Sumatera atau disingkat dengan AVROS. Pada tahun 1911 diresmikan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan atau Gemente Warken. Dalam bidang pemerintahan tahun 1912 dilakukan untuk pertamakalinya pemilihan untuk keanggotaan Dewan kota yang sebagian besar adalah orang-orang Belanda. Dewan kota ini berjumlah Mahadi, Hari Djadi dan Garis-garis perkembangan Sosiologi Kota Medan, Medan : Fakultas Hukum USU, 1967, hlm Ibid. hlm.62

39 orang yang bertugas mengatur segala kepentingan kota dan mengawasi jalannya pembangunan, termasuk didalamnya pembuatan parit, taman kota, dan jalan raya. 21 pada tahun itu juga kota Medan telah memiliki pasukan polisi kota tersendiri. Pada tahun yang sama diresmikan jalan Medan-Belawan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. 22. Dengan peresmian jalan ini menunjukkan bahwa perkembangan jaringan jalan sangat dibutuhkan pada waktu itu sebagai penunjang perkembangan industri perkebunan yang semakin bergairah di Sumatera Timur. Jalan menjadi sarana transfortasi yang penting karena memudahkan para pemilik perkebunan untuk membawa hasil-hasil perkebunan mereka ke pelabuhan untuk di perdagangkan. Pada tahun 1914 bus umum yang pertama ke Tanah Karo diresmikan oleh Belanda, sehingga memudahkan bagi masyarakat Karo untuk melakukan perjalanan ke Medan. Tahun 1916 di Medan telah ada surat kabar dan majalah, seperti Sarikat Islam, Budi Utomo, Benih Merdeka dan lain sebagainya, 23 yang menunjukkan bahwa kota Medan telah mengalami perkembangan dalam bidang komunikasi. Demikian perubahan yang terjadi di Kota Medan dengan berbagai ke lengkapan fasilitas umum dan berbagai kebutuhan lainnya, sehingga sejak tahun 1918 Medan sudah memenuhi syarat untuk menjadi sebuah kota. 21 Ibid 22 T. Luckman Sinar, Op. Cit. hlm Ibid

40 Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kedatangan orang-orang Belanda ke Sumatera Timur sejak akhir abad ke-19, baik untuk menjalankan pemerintahan kolonial maupun untuk membuka perkebunan, merupakan salah satu faktor penting yang mendorong perkembangan Medan menjadi kota industri. Dalam hal ini, tenaga pendorong terpenting datang dari kekuatan ekonomi yang ditumbuhkan oleh produksi perkebunan yang sejak tahun 1860-an sampai awal abad ke-20 keuntungannya terus-menerus meningkat, terutama perkebunan tembakau. seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Produksi tembakau di Sumatera Timur 24 Tahun Jumlah Produksi Harga bal f , bal 149 sen/pond bal 121 sen/pond bal f , bal f , bal f , bal f , bal f ,- 24 M A Loderichs, et, al, Beeld Van een stad, Nederland : Asia Maior, Purmerend, November 1997, hal. 40.

41 Nilai ekspor Sumatera Timur 25 Tahun Karet Tembakau Teh Minyak Minyak Serabut Total Kelapa Tanah Ekspor ,8 71,2 11,4 6,9 19,1 27,9 273, ,2 32,4 9,1 14,5 21,3 8,1 128, ,5 20,9 4,0 13,0 17,9 6,0 84, ,3 22,0 5,4 14,4 14,8 4,7 97, ,8 29,1 7,9 27,9 27,7 9,6 207,3 * (Dalam juta Gulden) 25 Ibid.

42 BAB III Nama Jalan di Kota Medan Perkembangan Sarana Transfortasi Darat di Kota Medan Kegiatan perkebunan di Sumatera Timur didukung oleh sarana transportasi darat, karena sebagian besar perkebunan-perkebunan yang ada terletak di daerah pedalaman. Sebelumnya sarana transportasi yang utama di Sumatera Timur adalah transportasi air yaitu pemanfaatan aliran-aliran sungai yang terdapat di kawasan ini, seperti sungai Deli dan sungai Babura yang mengintari sebagian besar wilayah Sumatera Timur khususnya Kota Medan. Akan tetapi peranan sungai sebagai sarana transportasi utama mulai menurun seiring dengan pembangunan sarana trasportasi darat. Untuk mendukung perkembangan kota Medan sebagai kota perkebunan, maka pemerintah kolonial Belanda banyak melakukan pembangunan sarana dan prasarana kota yang berhubungan dengan perkembangan industri perkebunan itu sendiri. Salah satu prasarana kota yang dibangun adalah sarana transportasi darat, melalui pembangunan jalan raya yang tahan dengan segala cuaca. Jalanjalan yang menghubungkan daerah-daerah pedalaman dengan pusat kota, jalan yang menghubungkan antara satu onderneming dengan onderneming yang lain serta jalan raya besar menjadi fokus utama pemerintah kolonial Belanda. Seperti pembangunan jalan raya Medan-Belawan yang dibuat untuk

43 memudahkan pengangkutan barang-barang hasil perkebunan ke pelabuhan untuk diperdagangkan. Pada awalnya pembangunan jalan di Sumatera Timur dilakukan oleh para onderneming, yaitu jalan kebun (plantwegen) yang dibuat untuk memudahkan kegiatan usaha mereka sendiri. Jalan kebun ini biasanya membagi seluruh perkebunan, membentang dari sudut kanan ke jalan utama dan tidak terbuka secara tetap melainkan untuk sebagian waktu tertutup pepohonan, pada masing-masing jalan kebun terdapat jalur lahan di kedua belah sisinya. 26 Di sepanjang jalan kebun inilah biasanya di bangun gudang-gudang pengeringan sementara yang menerima tembakau dalam tiga musim berurutan sebelum di bongkar dan dibawa ke gudang utama untuk dijual. Setelah perkembangan industri perkebunan tembakau yang semakin pesat dan begitu juga perkembangan industri perkebunan yang lain, maka pemerintah Belanda mulai muncul dan membangun jalan-jalan yang tahan segala cuaca. Pembangunan jalan-jalan dari daerah pedalaman yang diikuti oleh pembangunan jalan raya besar yang membentang sejajar dengan pantai dari perbatasan Aceh melalui kota-kota Pangkalan Brandan, Tanjung Pura, Binjai, Medan, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, Kisaran sampai Rantau Prapat di Labuhan Batu. Pembangunan jalan di pedalaman, seperti jalan yang menghubungkan ke Berastagi dan Kabanjahe di dataran tinggi Karo serta jalan yang 26 Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani ; politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur , Op. Cit. hlm. 66

44 menghubungkan ke Simalungun dan Danau Toba yang terus ke Selatan Tapanuli dan Sibolga merupakan usaha dari pemerintah kolonial untuk memudahkan setiap onderneming dalam mengembangkan industri perkebunan. Dalam usaha pemerintah Belanda untuk membangun jaringan jalan-jalan yang kita kenal sekarang ini memakan waktu selama 50 tahun. 27 Seiring dengan perkembangan perkebunan dan pembangunan kota Medan yang semakin pesat dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung dan kantor-kantor pemerintahan milik pengusaha perkebunan dan pemerintah Belanda. Secara perlahan, pembangunan jaringan-jaringan jalan dalam kota berkembang dengan pesat sebagai jalur transportasi utama di kota Medan. Penetapan Nama Jalan Pada Masa Belanda Nama Jalan Belanda Pada masa pemerintahan Belanda perkembangan kota Medan berpusat di pertemuan sungai Deli dengan Sungai Babura. Hal ini merupakan dampak dari peranan sungai yang sangat penting sebagai sarana trasportasi pada waktu itu sangat tinggi. Pembangunan-pembangunan gedung penting milik pemerintah kolonial maupun milik pengusaha perkebunan sebagian besar dibangun di sekitar kawasan itu. Dengan kata lain, perkembangan kota Medan pada waktu itu berpusat dari pertemuan kedua Sungai tersebut. Dalam perkembagannya, sungai Deli yang terletak memanjang dan membelah kota Medan menjadi 27 Ibid. hal 88

45 sangat penting peranannya karena hampir di sepanjang jalur sungai inilah banyak dibangun bangunan-bangunan fisik kota serta terkonsentrasinya lokasi pemukiman orang-orang Eropa. Di bagian timur kota Medan yang dibelah oleh Sungai Deli adalah kawasan yang paling berkembang, karna pada kawasan inilah tempat yang paling ramai dan paling sibuk pada saat itu. Karena wilayah Kota Medan yang termasuk juga didalamnya Tanah Deli, selain untuk kawasan perkantoran, hampir sebagian besar luas wilayahnya, dari 288 hektar 28 pada tahun 1874, digunakan sebagai pemukiman orang-orang Belanda dan Eropa lainnya. Secara umum, kalau kita lihat peta kota Medan tahun 1912, maka akan tampak beberapa lokasi-lokasi penting 29. Pertama, pusat kota di kawasan Medan Puteri (Wisma Benteng dan Lippo Land sekarang) dimana terdapat bangunan kantor Deli Maatschappij, Esplanade (lapangan merdeka sekarang), bangunan hotel, bank, bangunan stasiun kereta api, percetakan dan lainnya. Kedua di sebelah utara Kota Medan terdapat bangunan penting seperti rumah sakit Deli Mij Hospital yang terletak di jalan Laboratorium Weg (Jalan Putri Hijau sekarang), sedangkan kearah timur merupakan wilayah perniagaan dan pertokoan seperti pajak ikan lama yang terletak di jalan Peking Straat ( jalan Palangkaraya sekarang), pusat pasar (sentral), kedai panjang di jalan kesawan ( 28 Tengku Luckman Sinar, Op. Cit. hal Geographical Section General Staff No. 4498, Published by War Office II/1945, koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) No. 2018/103. Lihat juga, M A Loderichs, et, al, Op Cit. hal. 98.

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949 Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT 2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN. Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan letak

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN. Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan letak BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN 2.1 Kondisi Geografis Kota Medan Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan letak wilayah pada posisi 30.30 LU-30.48 LU dan 980.39 BT-980.47 36 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

KEHIDUPAN EKONOMI, BUDAYA DAN SOSIAL ETNIS JAWA DI BERASTAGI ( )

KEHIDUPAN EKONOMI, BUDAYA DAN SOSIAL ETNIS JAWA DI BERASTAGI ( ) KEHIDUPAN EKONOMI, BUDAYA DAN SOSIAL ETNIS JAWA DI BERASTAGI (1968-1986) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H SESELIA DORMAULI NIM: 050706016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Kota Medan Kehadiran kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris yang berarti bahwa penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan pendapatan nasional sebagian besar bersumber dari

Lebih terperinci

Dikerjakan. Edi Handoko DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Dikerjakan. Edi Handoko DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALIBIL KHAIRIYAH DI KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT (1912-1944) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H Edi Handoko 050706032 DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deli adalah sebuah kesultanan yang wilayahnya merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah yang sangat kaya

Lebih terperinci

BIOGRAFI MOHAMMAD SAID ( ) Skripsi Sarjana. Dikerjakan. Oleh. Nama : Royandi Hutasoit. Nim : DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

BIOGRAFI MOHAMMAD SAID ( ) Skripsi Sarjana. Dikerjakan. Oleh. Nama : Royandi Hutasoit. Nim : DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA BIOGRAFI MOHAMMAD SAID (1902-1995) Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh Nama : Royandi Hutasoit Nim : 080706020 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 1 Diterima Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kota Medan 2.1.1 Letak Geografis Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR 2.1. Letak Geografis. Wilayah Kota Madya Pematang Siantar terletak di tangah-tengah Kabupaten Simalungun dengan keadaan topografi berbukit-bukit rendah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE ( )

PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE ( ) PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE (1990-2003) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : EKO RENOLD TAMBUNAN NIM : 080706018 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN GEREJA PANTEKOSTA di INDONESIA DI KABUPATEN DAIRI ( )

PERKEMBANGAN GEREJA PANTEKOSTA di INDONESIA DI KABUPATEN DAIRI ( ) PERKEMBANGAN GEREJA PANTEKOSTA di INDONESIA DI KABUPATEN DAIRI (1949-1990) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : ELIM SIGALINGGING NIM : 050706014 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deli Tua adalah sebuah kota kecil yang terletak di kecamatan Deli Tua kabupaten Deli Serdang, kota ini adalah kota yang bisa dipastikan sebagai sendisendi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Sumatera Utara. Diawali dengan kedatangan Jacobus Nienhuys ke pesisir timur Sumatera Utara pada 6 Juli 1863 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH KEBUN TANJUNG KASAU TAHUN

KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH KEBUN TANJUNG KASAU TAHUN KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH KEBUN TANJUNG KASAU TAHUN 1970-2005 SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H Nama : Sri Handayani Nim : 130706003 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 Ini berarti bahwa tembakau sudah menjadi tanaman yang diproduksi disamping tanaman-tanaman

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi PERTANIAN JERUK DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT DESA TANGKIDIK KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO ( )

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi PERTANIAN JERUK DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT DESA TANGKIDIK KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO ( ) Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi PERTANIAN JERUK DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT DESA TANGKIDIK KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO (1980-1995) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H Desmika Br Sembiring

Lebih terperinci

POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH DISUSUN O L E H SUPRIONO SINAGA NIM : 062204092 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI DIPLOMA III PARIWISATA BIDANG

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pada awal abad ke 20 ada keinginan dari golongan orang Belanda untuk mengubah cara penjajahannya di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya menghadap ke Selat Malaka dan dialiri oleh sungai Deli yang membelah Kota Medan. Hal ini

Lebih terperinci

Perubahan yang terjadi pada tata ruang Kota Medan dapat diungkapkan dalam fotofoto

Perubahan yang terjadi pada tata ruang Kota Medan dapat diungkapkan dalam fotofoto Perubahan yang terjadi pada tata ruang Kota Medan dapat diungkapkan dalam fotofoto di bawah ini: Gambar 1 (Sumber : Rini Tri A.Siagian) ( kawasan jembatan tua titi gantung peninggalan Belanda, yang sekarang

Lebih terperinci

Departemen Sejarah. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sumatera Utara. Medan PERKEMBANGAN SUKU BANJAR DI DESA JARING HALUS KECAMATAN

Departemen Sejarah. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sumatera Utara. Medan PERKEMBANGAN SUKU BANJAR DI DESA JARING HALUS KECAMATAN PERKEMBANGAN SUKU BANJAR DI DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT (1989-2000) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H Nama : Rudi Pariyadi NIM : 090706021 Departemen Sejarah Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut (Studi Deskriptif Di Desa Pekan Tanjung Beringin Dan Desa Pantai Cermin Kanan Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI Diajukan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat literatur tentang perkebunan di Sumatera Utara yang umumnya hanya terdapat di daerah eks Sumatera Timur 1, seperti yang ditulis oleh Karl J. Pelzer

Lebih terperinci

POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA ( )

POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA ( ) POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA (1995-2010) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H JUNITA I SITUMORANG NIM :130706052 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan, dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan. Berbicara tentang kelautan dan perikanan tidak lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah singkat event organizer Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu kegiatan, dalam prosesnya dikerjakan oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan di Sumatera Utara adalah sebuah kota yang tumbuh pesat sejak pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama

BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kekuasaan kolonial di Sumatera Timur dimulai setelah ditandatanganinya perjanjian antara Siak dengan Belanda pada 1 Pebruari 1858 yang kemudian dikenal sebagai traktaat

Lebih terperinci

PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI

PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI DESA SIPOLDAS KECAMATAN PANEI (1990-2000) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H Nama : ELEGUS NAPITUPULU Nim : 080706017 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS ( ) SKRIPSI. Dikerjakan FEBRIANUS MENDROFA

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS ( ) SKRIPSI. Dikerjakan FEBRIANUS MENDROFA PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS (1980-1990) SKRIPSI Dikerjakan O L E H FEBRIANUS MENDROFA 050706008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Latar Historis Pada jaman Hindia Belanda kecamatan Perbaungan ini termasuk kedalam wilayah Kesultanan Serdang. Pada tanggal 29 Juli 1889, Sultan Serdang (Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

SEJARAH BERDIRINYA PERPUSTAKAAN UMUM DI PROPINSI SUMATERA UTARA ( )

SEJARAH BERDIRINYA PERPUSTAKAAN UMUM DI PROPINSI SUMATERA UTARA ( ) SEJARAH BERDIRINYA PERPUSTAKAAN UMUM DI PROPINSI SUMATERA UTARA (1956-2000) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : EDWARD SILABAN NIM : 050706034 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kondisi Umum Kota Medan Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN. Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN. Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN 2. 1 Letak Geografis Kota Medan terletak antara 2 o.27-2 o.47 Lintang Utara dan 98 o.35-98 o.44 Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditandai dengan cepatnya perkembangan teknologi yang baru, yang juga sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

SEJARAH GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK DI MEDAN

SEJARAH GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK DI MEDAN SEJARAH GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK DI MEDAN 1957-1961 SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : HISKIA SITOMPUL NIM : 050706033 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhuys dalam membuka perkebunan mengalami kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di atas permukaan laut dengan topografi datar (rata). Suhu udara pertahun berkisar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di atas permukaan laut dengan topografi datar (rata). Suhu udara pertahun berkisar BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kota Medan Kotamadya Medan adalah salah satu ibukota provinsi yang terbesar penduduknya di Indonesia. Letak Kota Medan berada di bagian timur Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999)

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999) UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999) Tanggal: 20 APRIL 1999 (JAKARTA) Tentang: PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama yang berkuasa di Langkat bernama Dewa Shahdan. Dewa Shahdan lahir pada tahun 1500, dan merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA MEDAN ( )

PERKEMBANGAN DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA MEDAN ( ) PERKEMBANGAN DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA MEDAN (1975-1990) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA: ROY BORNOK NIM : 020706013 Pembimbing, Dra. S.P. Dewi Murni, MA NIP 131412311 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PETANI KOPI LASUNA DAN PETANI KOPI SIGARAR UTANG DI DESA PARULOHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA (1988-2002) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : ADINOVA SIHOMBING NIM : 090706004 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur

BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR 2.1. Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur Sumatera Timur dibatasi oleh Aceh di barat laut, Tapanuli di barat daya Bengkalis di tenggara dan Selat Malaka

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan Propinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU 2.1 Letak Geografis Desa Asam Jawa Desa Asam Jawa berada di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa, bertempat tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan VII (Persero) Desa Bah Jambi di Kabupaten Simalungun. Keberadaan Sub Etnis

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan VII (Persero) Desa Bah Jambi di Kabupaten Simalungun. Keberadaan Sub Etnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub Etnis Batak Toba 1 di Bah Jambi merupakan karyawan yang bermukim di wilayah PT. Perkebunan VII (Persero) Desa Bah Jambi di Kabupaten Simalungun. Keberadaan Sub

Lebih terperinci

KOTA MAKSUM: DALAM LINTAS SEJARAH

KOTA MAKSUM: DALAM LINTAS SEJARAH KOTA MAKSUM: DALAM LINTAS SEJARAH 1905-1946 Ahmad Fakhri Hutauruk Universitas Simalungun Email: fakhrispd@gmail.com Dwi Rizky Adelina SMK Negeri 6 Langsa Abstrak: Kota Maksum memiliki daya tarik tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, Jawa, Batak Karo, India dan Cina. Di antara etnik tersebut terdapat dua kelompok etnik yang berasal

Lebih terperinci

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) 2.1 Kondisi Geografis Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX (Persero) terbentang di dataran rendah Pantai Timur Sumatera. 11

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KESERASIAN SOSIAL MASYARAKAT MAJEMUK DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

KESERASIAN SOSIAL MASYARAKAT MAJEMUK DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KESERASIAN SOSIAL MASYARAKAT MAJEMUK DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG DISUSUN OLEH RAHMADSYAH 100901060 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR ( )

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR ( ) KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR (1962-1998) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H JHONDATO SAGALA NIM : 060706008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang merupakan suatu diantara kesultanan yang terkaya. Sebagai bukti, kesultanan tersebut memiliki istana

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

MENERIMA DAN MEMROSES RESERVASI PADA HOTEL DANAU TOBA INTERNATIONAL MEDAN KERTAS KARYA DISUSUN : O L E H IRMA YULIDA PUTRI POHAN NIM :

MENERIMA DAN MEMROSES RESERVASI PADA HOTEL DANAU TOBA INTERNATIONAL MEDAN KERTAS KARYA DISUSUN : O L E H IRMA YULIDA PUTRI POHAN NIM : MENERIMA DAN MEMROSES RESERVASI PADA HOTEL DANAU TOBA INTERNATIONAL MEDAN KERTAS KARYA DISUSUN : O L E H IRMA YULIDA PUTRI POHAN NIM : 072204049 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN ( )

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN ( ) KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN (1990 2000) SKRIPSI SARJANA D I S U S U N O L E H : NAMA : BONA P. HUTABARAT N I M : 070706021 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci