STUDI MORFOMETRIK LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA DUA KETINGGIAN DI SUMATERA BARAT
|
|
- Glenna Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 STUDI MORFOMETRIK LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA DUA KETINGGIAN DI SUMATERA BARAT Oleh Alan Dwiyono 1, Jasmi 2, Elza Safitri 3. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Alan_smith_cr9@rocketmail.com ABSTRACT Carpenter bee or Xylocopa Confusa is one type of bees that nest in dead wood and bamboo. Xylocopa have important role in the process of natural pollination for plants. Xylocopa Confusa including semi- social bees, because there is no evident division to work in the colony members. Measurement of morphological characteristics of the bee is very important for bee taxonomist expert to put a type of bee into a particular taxa. Therefore research has been done on the study Morphometrics Carpenter Bee or Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) In Two Altitude in West Sumatra. This study was conducted in February 2014 using a descriptive survey method by way of direct collection Xylocopa confusa found at the study site, namely the highlands and lowlands. Then, the researcher measure performed in laboratories that morphological main body length, head, chest, wings and hind legs. For the results, the size of the morphological characters of male bees Xylocopa Confusa were significantly different on the basis of the antenna length, femur length, metatarsus length, metatarsus width, while highly significant in the total body length, head width, wide chest, thick chest, front wing length, wing length width rear wing and rear. Size morphological characteristics of female bees Xylocopa Confusa were significantly different at the total body length, head width, the width of the antenna, wide chest, thick chest, front wing length, the width of the front wing, rear wing length, the width of the rear wing, femur length, femur width, tibia length, the width of the tibia and metatarsus length. Kata kunci : Xylocopa confusa, morphometrics, morphological, taxonomist. PENDAHULUAN Lebah tukang kayu dalam bahasa latin disebut Xylocopa. Hampir semua spesies dari genus Xylocopa ini membuat sarang di kayu-kayu mati dan bambu (kecuali pada subgenus Proxylocopa, yang bersarang di tanah). Xylocopa mencapai 730 spesies di seluruh dunia terutama negara yang beriklim tropis dan subtropis, lebah tukang kayu adalah polinator (penyerbuk) yang sangat penting terkait dengan perannya dalam rantai kehidupan alam di dunia. Lebah tukang kayu membantu proses penyerbukan alami bagi tumbuh-tumbuhan (O Toole dan Raw, 1991). Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki keanekaragaman lebah tukang kayu yang cukup tinggi. Di Indonesia telah dilaporkan tiga jenis spesies diberbagai wilayah yaitu Xylocopa latipes, Xylocopa confusa dan Xylocopa caerulea. Di Bogor dan Sukabumi dilaporkan ketiga spesies dari Xylocopa ini ditemukan sebagai serangga penyerbuk pada tumbuhan liar (Erniwati & Kahono, 2009). Xylocopa latipes jantan ditemukan di Sumatera (Cockerell, 1994). Di Bali telah ditemukan dua spesies dari Xylocopa ini Xylocopa latipes dan Xylocopa confusa (Kawazoe et al., 2008). Sedangkan di Kecamatan Pauh kota Padang Sumatera barat telah dilaporkan Xylocopa latipes dan Xylocopa confusa sebagai serangga pengunjung bunga Nerium oleander (Yuliani, 2013). Faktor lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan serangga dibandingkan dengan binatang lainnya. Faktor tersebut seperti: suhu, inteitas cahaya, kelembaban udara dan kecepatan angin. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang
2 2 lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 15 o C, suhu optimum 25 o C dan suhu maksi-mum 45 o C. Diluar kisaran tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlibat pada proses fisiologi serangga (Jumar, 2000). Setiap serangga akan mampu ber adaptasi dengan lingkungannya, sehingga akan terbentuk struktur morfologi yang bervariasi pada masing-masing serangga sesuai dengan dimana lingkungan serangga tersebut. Hukum Bergman Rule menyatakan bahwa hewan endotermik akan berukuran lebih besar pada daerah bersuhu lebih dingin dibandingkan hewan endotermik di daerah panas (Merritt, 2010). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakter morfologi lebah jantan dan betina Xylocopa confusa pada dua ketinggian yang berbeda di Sumatera Barat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2014 di dua tempat dengan ketinggian berbeda, lokasi1 Nagari Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara (<25 meter dpl). Sedangkan lokasi2 Nagari Batang Barus Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok (>829 meter dpl). Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yaitu dengan cara koleksi langsung lebah jantan dan betina Xylocopa confusa dengan menggunakan ieknet yang ditemukan di lokasi penelitian. Setiap sampel yang didapat dimasukkan ke dalam killing botol, kemudian sampel dipindahkan kedalam botol koleksi dan diawetkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya dilakukan pengukuran morfologi di laboratorium (Tabel 1 dan Gambar 1). Sedangkan Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji T-tes. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis uji t pengukuran karakter morfologi lebah tukang kayu jantan Xylocopa confusa menunjukan 7 karakter berbeda sangat nyata, 4 karakter berbeda nyata dan 7 karakter tidak berbeda nyata (Tabel 1). Pada lebah betina hanya 4 karakter yang tidak menunjukkan perbedaan sedangkan 14 karakter berbeda sangat nyata (Tabel 2). jumlah karakter lebah jantan dan lebah betina Xylocopa confusa yang berbeda sangat nyata sebanyak 7 karakter yaitu pada karakter panjang tubuh total, lebar kepala, lebar dada, tebal dada, panjang sayap depan, panjang sayap belakang dan lebar sayap belakang. Jumlah karakter lebah jantan dan lebah betina Xylocopa confusa yang tidak menunjukkan perbedaan sebanyak dua karakter (panjang proboscis dan panjang 5 segmen ujung antena). Tabel 1. Rata-rata ukuran karakter morfologi lebah jantan Xylocopa confusa pada dua lokasi di Sumatera Barat beserta superkripnya. No I 1 II III 7 8 IV V Karakter Rata-Rata Ukuran Karakter (mm) Lokasi 1 (<25 m dpl) Lokasi 2 (>829 m dpl) Superkrip Tubuh utama Panjang tubuh total 21,67 1,4 23,51 1,11 Kepala (caput) Lebar kepala 5,34 0,26 5,65 0,21 Panjang proboscis 8,88 1,4 9 0,16 Panjang dasar antena 1,31 0,13 1,38 0,06 * Panjang 5 ruas antena 1,39 0,13 1,44 0,02 Lebar antena 0,21 0,01 0,22 0,01 Dada (thoraks) Lebar dada Tinggi/tebal dada Sayap Panjang sayap depan Lebar sayap depan Panjang sayap belakang Lebar sayap belakang Kaki belakang Panjang femur (fm) Lebar femur Panjang tibia (tb) Lebar tibia Panjang metatarsus 8,18 7,03 0,38 19,64 1,16 5,97 0,35 12,8 0,58 4,43 0,25 6,57 0,44 2,94 5,64 0,48 1,68 0,23 5,64 0,47 8,57 7,48 0,32 20,56 0,77 6,15 0,2 13,59 0,47 4,75 0,14 6,85 3,11 0,28 5,64 0,33 1,71 0,16 5,94 0,29 18 Lebar metatarsus 0,95 0,2 1,1 0,2 * = Tidak berbeda, * = Berbeda nyata pada taraf α 5% dan = Berbeda sangat nyata pada taraf α 1%. Gambar 1. Bagian-bagian tubuh Xylocopa confusa yang diukur. A. Lebar kepala dan panjang tubuh total. B. Kaki belakang sebanyak enam karakter. C. Sayap depan dan sayap belakang sebanyak empat karakter. D. Antena sebanyak 3 karakter. * *
3 3 Tabel 1. Rata-rata ukuran karakter morfologi lebah betina Xylocopa confusa pada dua lokasi di Sumatera Barat beserta superkripnya. No I 1 II III 7 8 IV V Karakter Rata-Rata Ukuran Karakter (mm) Lokasi 1 (<25 m dpl) Lokasi 2 (>829 m dpl) Superkrip Tubuh Utama Panjang tubuh total 20,91 1,1 22,41 0,56 Kepala (Caput) Lebar Kepala 6,86 0,14 7,27 0,18 Panjang Proboscis 12,53 1,2 12,62 0,7 Panjang Dasar Antena 1,88 0,04 Panjang 5 Ruas Antena 1,67 0,1 1,7 0,03 Lebar Antena 0,23 0,25 0,01 Dada (Thoraks) Lebar dada Tinggi/tebal dada Sayap Panjang sayap depan Lebar sayap depan Panjang sayap belakang Lebar sayap belakang Kaki Belakang Panjang Femur (Fm) Lebar Femur Panjang Tibia (Tb) Lebar Tibia Panjang Metatarsus Lebar Metatarsus 8,29 6,91 0,31 19,82 1,23 6,86 0,27 13,65 0,42 4,92 0,21 5,39 0,29 1,87 0,2 4,27 0,28 1,29 0,17 6,26 0,24 1,4 0,24 8,73 0,28 7,35 0,26 21,07 0,73 7,27 0,25 14,32 0,32 5,2 0,15 5,67 0,22 2,22 0,17 4,57 0,08 1,47 0,16 6,52 0,18 1,47 0,16 = Tidak berbeda, * = Berbeda nyata pada taraf α 5% dan = Berbeda sangat nyata pada taraf α 1%. Rata-rata ukuran karakter tubuh lebah jantan dan lebah betina Xylocopa confusa yang diukur menunjukkan bahwa secara umum bagian-bagian tubuh tersebut lebih besar di dataran tinggi daripada dataran rendah (Tabel 1 & Tabel 2). Lebah Xylocopa confusa yang menempati dataran tinggi berukuran lebih besar, diduga lebah Xylocopa confusa telah beradaptasi dengan suhu dingin di dataran tinggi. Hal ini sesuai dengan hukum Bergman Rule yang menyatakan bahwa hewan endotermik akan berukuran lebih besar pada daerah bersuhu lebih dingin dibandingkan hewan endotermik di daerah panas (Merritt, 2010). Hasil yang sama telah dilaporkan pada jenis lebah yang berbeda oleh Raffiudin et all (1999), menyatakan bahwa populasi lebah Apis cerana di Jawa Barat yang menghuni habitat dataran rendah dan dataran tinggi menunjukkan keragaman ukuran bagianbagian tubuh. Secara umum populasi lebah dataran tinggi (di atas 700 meter dpl) berukuran tubuh rata-rata lebih besar dari populasi dataran rendah. Namun berdasarkan analisis multivariat ukuran bagian-bagian tubuh, populasi lebah dataran rendah dan populasi lebah dataran tinggi masih menyatu dalam satu kelompok. Panjang proboscis (LPr) pada lebah jantan dan betina Xylocopa confusa diperoleh hasil pengukuran tidak berbeda pada kedua lokasi (Tabel 1 & Tabel 2). Ukuran panjang proboscis lebah pada kedua lokasi tidak bebeda nyata, diduga jenis-jenis tanaman berbunga yang dikunjungi lebah pada lokasi 1 dan lokasi 2 memiliki kedalaman dasar bunga yang sama, selain itu tipe-tipe dan morfologi bunga akan berhubungan dengan panjang belalai (proboscis) sebagai pengambil nektar. hal ini sesuai dengan Inoue et all (1990) dalam Heroriki (1991), bahwa ukuran panjang belalai lebah berhubungan dengan morfologi dan tipe-tipe dari bunga yang dikunjunginya, karena sesuai dengan fungsi belalai yaitu untuk menghisap nektar. Sebelumnya pada lebah yang berbeda telah dilaporkan Mattu dan Verma (1984), bahwa ukuran panjang belalai dari lebah pekerja Apis cerana indica di Khasmir tidak memeperlihatkan perbedaan yang nyata.
4 4 Panjang tubuh total (TBL), lebar kepala (WC), lebar dada (WTh), tinggi/tebal dada (HTh), didapatkan hasil pengukuran berbeda sangat nyata pada lebah jantan dan betina Xylocopa confusa (Tabel 1 & Tabel 2). Pada ukuran karakter di atas lebah yang menempati dataran tinggi berukuran lebih besar, diduga adanya perbedaan suhu pada kedua lokasi karena letak ketinggian tempat dari permukaan laut, Sehingga lebah mengalami pertambahan ukuran panjang tubuh, lebar kepala, tebal dada dan tinggi/tebal dada karena telah menyesuaikan diri dengan suhu rendah pada dataran tinggi, Hal ini sesuai dengan Lakitan (1997), suhu udara akan semakin rendah pada tempat yang semakin tinggi. Suhu menurun sekitar 0,6 C setiap 100 meter kenaikan ketinggian tem-pat. suhu udara dapat mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh lebah, jika suhu udara turun beberapa C, aktivitas dari lebah akan berkurang dan energi dari makanan yang diambilnya sebagian besar dipakai untuk pembentukan jaringan terutama jaringan otot, kemudian jaringan otot yang ada di dada akan bekerja sama dengan jaringan syaraf untuk menggerakkan sayap, kaki, kepala dan perut (Sumoprastomo& Suprapto, 1980). Ukuran sayap depan (panjang sayap depan) pada lebah jantan dan betina Xylocopa confusa berbeda sangat nyata (Tabel 1 & Tabel 2).Ukuran panjang sayap depan lebah dataran tinggi lebih besar, diduga ukuran sayap lebah telah beradaptasi dengan kecepatan angin di dataran tinggi. Hal ini sesuai Ruttner (1998) dalam Putra (1994), dalam mencari sumber makanan, lebah yang ada di dataran tinggi memerlukan sayap yang lebih besar dan kuat karena kecepatan angin pada dataran tinggi berbeda dengan daerah yang dekat dari permukaan laut. Sebelumnya Mattu & Verma (1984), melaporkan lebah dalam jenis yang berbeda bahwa perbedaan ukuran sayap lebah pekerja Apis cerana indica yang dikoleksi dari beberapa daerah di Himachal dan Khasmir disebabkan perbedaan situasi dan ketinggian dari permukaan laut. Hasil yang didapatkan yaitu ukuran rata-rata panjang sayap depan didaerah Himachal adalah 8,33 0,012 µm sampai 8,584 0,014 µm, sedangkan rata-rata sayap belakang yang didapatkan di lokasi Khasmir adalah 3,046 0,018 µm sampai 3,117 0,008 µm. Ukuran sayap belakang (panjang dan lebar sayap belakang) lebah jantan dan betina Xylocopa (Tabel 1 & Tabel 2), berbeda sangat nyata pada kedua lokasi. Ukuran sayap belakang lebih besar pada lebah yang menempati dataran tinggi, diduga karena pengaruh suhu dan kecepatan angin, sehingga lebah yang menempati dataran tinggi membutuhkan sayap belakang yang ber-ukuran lebih besar untuk beradaptasi dengan perubahan lingkunganya. Hal ini sesuai Ruttner (1987) dalam Heroriki (1991), mengungkapkan bahwa dengan keadaan geografis yang berbeda, maka akan berhubungan dengan karakter sayap, terutama pada daerah pinggiran dari sayap atau titik-titik pertumbuhan pada ujung vena-vena sayap belakang. Sebelumnya Mattu dan Verma (1984), melaporkan lebah pada jenis yang berbeda bahwa ukuran sayap belakang lebah pekerja berhubungan dengan perbedaaan ketinggian, dimana hasil yang di-dapatkan bahwa ukuran sayap belakang lebah pekerja Apis cerana indica yang terpanjang ditemui pada dataran tinggi dan yang terkecil didapatkan di dataran rendah, demikian juga pada venasi-venasi sayap belakang. Ukuran karakter kaki belakang (panjang femur, lebar femur, panjang tibia, lebar tibia, panjang metatarsus dan lebar metatarsus) didapatkan hasil pengukuran yang berbeda pada kedua lokasi antara lebah jantan dan betina Xylocopa confusa (Tabel 1 & Tabel 2). Pada lebah jantan diperoleh hasil berbeda nyata pada karakter panjang femur, panjang metatarsus dan lebar metatarsus dan tidak menunjukan hasil yang berbeda nyata pada karakter lebar femur, panjang tibia dan lebar tibia. Sementara lebah betina diperoleh hasil berbeda sangat nyata pada bagian kaki belakang kecuali pada lebar metatarsus. Perbedaan hasil ukuran karakter antara lebah jantan dan lebah betina Xylocopa confusa dalam pengukuran tersebut, diduga faktor kebiasaan dan aktivitas yang berbeda antara lebah jantan dan betina Xylocopa confusa, lebah jantan akan cenderung terbang melindungi suatu wilayah tertentu, sementara lebah betina akan cenderung beraktivitas sebagai polinator, sehingga untuk menghinggapi bunga memerlukan kaki belakang yang kuat dan besar. Hal ini sesuai dengan Anonimus (2010), lebah
5 5 tukang kayu betina akan cenderung mencari serbuk sari keluar sarang dan menghabiskan aktivitas sebagai pollinator untuk mengumpulkan serbuk sari. Sedangkan lebah jantan cenderung menghabiskan aktivitasnya untuk terbang melindungi sarang atau suatu wilayah tertentu. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu: 1. Karakter morfologi lebah jantan Xylocopa confusa yang berbeda adalah panjang tubuh total, lebar kepala, panjang dasar antena, lebar dada, tinggi/tebal dada, panjang sayap depan, panjang sayap belakang, lebar sayap belakang, panjang femur, panjang metatarsus dan lebar metatarsus. 2. Karakter morfologi lebah betina Xylocopa confusa yang berbeda adalah panjang tubuh total, lebar kepala, lebar antena, lebar dada, tinggi/tebal dada, panjang sayap depan, lebar sayap depan, panjang sayap belakang, lebar sayap belakang, panjang femur, lebar femur, panjang tibia, lebar tibia dan panjang metatarsus. SARAN Sehubungan dengan adanya perbedaan morfologi pada dua ketinggian maka diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kajian ekologi lebah jantan dan betina Xylocopa confusa. DAFTAR PUSTAKA Anonimus Serangga dan Lingkungan. Diakses 18 November Cockerell, T. D. A On A Collection Of Australian And Asiatic Bees. Bulletin American Museum of Natural History. Hlm Erniwati & S. Kahono Peranan Tumbuhan Liar Dalam Koervasi Serangga Penyerbuk Ordo Hymenoptera. Jurnal Teknik Lingkungan. Hlm Heroriki Ukuran Morfologi Lebah pekerja Apis dorsata Fabr Pada Beberapa Ketinggian. Tesis Sarjana Biologi. FIMPA Universitas Andalas. Jumar Entomologi Pertanian. Rineka Cipta : Jakarta. Kawazoe, K., A. Kawakita., S. Sugiura & M. Kato Phlogenetic Position of the Endemic Large Carpenter Bee of the Ogasawara Islands, Xylocopa ogasawareis (Matsumura, 1912) (Hymenoptera: Apidae), Inferred from Four Genes. Zoological Society of Japan. Hlm Lakitan, B Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Mattu, V.K & L.R Verma Morphometric Studies on the Indian Honeybee Apis cerana indica L. Effect of Seasonal Variation. Journal of Himachal Pradesh University. Hlm Merritt, J.F The Biology of Small Mammals. The Joh Hopki University Press. United States of America. O Toole, C & A. Raw Bees of the World. Blandford. London. Putra. K. A Karakter Morfologi Lebah Madu. Skripsi Sarjana. Biologi FMIPA Universitas Andalas. Raffiudin, R., S. Sosromarsono., E. S. Ratna & D. D. Solihin Keragaman Morfologi Lebah Apis cerana (Hymenoptera: Apidae) di Jawa Barat. Journal HPT IPB Bogor. Hlm Sumoprastowo, R.M & R.A Suprapto Berternak Lebah Madu Modern. Bhratara Karya Aksara: Jakarta. Yuliani, W Jenis-Jenis Serangga Pengunjung Bunga Nerium oleander Linn. (Apocynaceae) di Kecamatan Pauh, Skripsi Sarjana Biologi. FMIPA Universitas Andalas.
Key words : morphology, Apis dorsata Fabr., Aggregation.
STUDI MORFOLOGI LEBAH PEKERJA Apis dorsata Fabr. (Hymenoptera:Apidae) AGREGASI DI SIJUNJUNG Lidya Novita Sari, Jasmi, Putri Pratiwi Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan IlmuPendidikan
Lebih terperinciKUNJUNGAN LEBAH TUKANG KAYU
KUNJUNGAN LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG DI KELURAHAN KORONG GADANG KEC. KURANJI KOTA PADANG Rahma Sri Aluvira,Jasmi,Elza safitri Program
Lebih terperinciL.) DI KELURAHAN PASAR AMBACANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG E-JURNAL
KUNJUNGAN Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA PERTANAMAN PARE (Momordica charantia L.) DI KELURAHAN PASAR AMBACANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG E-JURNAL MARDALENA NIM: 09010176 PROGRAM
Lebih terperinciSTUDI POPULASI Apis cerana (Hymenoptera:Apidae) PADA KEBUN CAMPUR DI DESA PAGAR PUDING KECAMATAN TEBO ULU KABUPATEN TEBO JAMBI ARTIKEL
STUDI POPULASI Apis cerana (Hymenoptera:Apidae) PADA KEBUN CAMPUR DI DESA PAGAR PUDING KECAMATAN TEBO ULU KABUPATEN TEBO JAMBI ARTIKEL ADI DARMAWAN NIM. 08010002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH
Lebih terperinciJENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI
JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI Skripsi Oleh: Niko Susanto Putra 1108305020 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015
Lebih terperinciPEMANFAATAN TANAMAN PILADANG
PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG (Coleus blumei Benth.) SEBAGAI SUMBER PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MADU LEBAH Apis cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN Sri wahyuni 1 Jasmi 2, Yosmed
Lebih terperinciKey words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.
PEMANFAATAN LEBAH Apis cerana Fabr. UNTUK HASIL BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI PALAK JUHA VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Firdaus Dwi Maesya, Jasmi, Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga
I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebah Trigona Lebah trigona adalah lebah yang tidak memiliki sengat atau dikenal dengan nama Stingless bee (Inggris), termasuk famili Apidae. Berikut adalah klasifikasi dari lebah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial
TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja,
I. PENDAHULUAN Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa Serang terletak pada ketinggian 800-1200 dpl dan memiliki curah hujan bulanan mencapai
Lebih terperinciPRAKATA. hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselsaikan. Penyusunan skripsi ini tidak
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselsaikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga polinator adalah serangga yang berfungsi sebagai agen menempelnya serbuk sari pada putik (Erniwati, 2009). Menurut Prakash (2008) serangga yang berperan
Lebih terperinciRivaldi Putra Jamal, Jasmi, Novi
PEMANFAATAN Trigona sp. (Hymenoptera: Meliponinae) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI POLONG KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) (Savi ex Hassk) DI PALAK JUHA VII KOTO PADANG PARIAMAN Rivaldi Putra Jamal, Jasmi,
Lebih terperinciPOLA PERTUMBUHAN DAN KORELASI UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL KOTA PADANG SUMATERA BARAT PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
SKRIPSI POLA PERTUMBUHAN DAN KORELASI UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL KOTA PADANG SUMATERA BARAT PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA Oleh : Wirdayanti 10981006613 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciKeyword: Bees, Nesting Habitat, Nest, Gate Nest, Eduction
MODEL GERBANG SARANG BUATAN YANG DISUKAI OLEH KOLONI Trigona sp. (HYMENOPTERA: MELIPONIDAE) UNTUK PENANGKARAN DI KORONG KULIEK SUNGAI BULUAH TIMUR BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Happy Rilla Priccilia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangga merupakan kelompok hewan dengan jumlah spesies serta kelimpahan tertinggi dibandingkan denga n makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Terdapat berbagai
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Asosiasi antara serangga penyerbuk (insect pollinators) dengan tanaman angiospermae merupakan bentuk asosiasi mutualisme yang spektakuler. Asosiasi ini diduga telah terjadi
Lebih terperinciKEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI SELAYO KABUPATEN SOLOK E JURNAL
KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI SELAYO KABUPATEN SOLOK E JURNAL MUTIA YUNELKI NIM : 09010261 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH
Lebih terperinciMORFOMETRIK ANAK SAPI BALI HASIL PERKAWINAN ALAMI DAN INSEMINASI BUATAN YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DI KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR
SKRIPSI MORFOMETRIK ANAK SAPI BALI HASIL PERKAWINAN ALAMI DAN INSEMINASI BUATAN YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DI KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR UIN SUSKA RIAU ASRIADI 10881004132 JURUSAN ILMU
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun
II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan
Lebih terperinci4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN
4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) 53 PENDAHULUAN Kunjungan serangga penyerbuk tergantung pada ketersediaan serbuksari dan nektar tanaman
Lebih terperinciAKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA
AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN
Lebih terperinciAnalisis Morfometrik Lebah Madu Pekerja Apis cerana Budidaya pada Dua Ketinggian Tempat yang Berbeda
Jurnal Sain Peternakan Indonesia ISSN 1978-3000 Analisis Morfometrik Lebah Madu Pekerja Apis cerana Budidaya pada Dua Ketinggian Tempat yang Berbeda Morphometrics Analyses of Apis cerana Workers Cultivated
Lebih terperinciTinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut.
ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini memberikan dasar pengetahuan tentang serangga dan manusia. Selain itu, juga memberikan pengetahuan tentang struktur, anatomi, dan perkembangan serangga, serta siklus
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE)
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE) TESIS MAGISTER Oleh DIDA HAMIDAH 20698009 BIDANG KHUSUS ENTOMOLOGI PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI PROGRAM
Lebih terperinciSTUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS
STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciDI BALI LILIK SEKOLAH
AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
Lebih terperinciHubungan Jenis Serangga Penyerbuk dengan Morfologi Bunga Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Sawi (Brassica Juncea Linn.
JURNAL SAINTIFIK VOL 3 NO.1, JANUARI 2017 Hubungan Jenis Serangga Penyerbuk dengan Morfologi Bunga Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Sawi (Brassica Juncea Linn.) Phika Ainnadya Hasan*
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG
KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG SKRIPSI GERLI 070306038 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciJURNAL WIWIT SATRIA NIM:
KOMPOSISI SERANGGA MALAM YANG DITEMUKAN DI AREAL KEBUN BUAH NAGA BERDAGING MERAH DI KENAGARIAN IV KOTO HILIE KECAMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL WIWIT SATRIA NIM: 09010077 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciEVALUASI PERILAKU ANTARA LEBAH PEKERJA Apis cerana javana FABR. UNTUK MENGINFORMASIKAN SUMBER MAKANAN
EVALUASI PERILAKU ANTARA LEBAH PEKERJA Apis cerana javana FABR. UNTUK MENGINFORMASIKAN SUMBER MAKANAN T 595.799 044 3 NIS A B S T R A K Telah dilakukan pengamatan terhadap koloni lebah madu lokal Apis
Lebih terperinciPEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP BOBOT LARVA LEBAH MADU Apis Cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN ABSTRACT
PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP BOBOT LARVA LEBAH MADU Apis Cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN Indah Desmilia 1, Jasmi 2, Elza Safitri 2 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciANALISIS MORFOMETRIK KANTONG SEMAR (Nepenthes) DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT E-JURNAL
ANALISIS MORFOMETRIK KANTONG SEMAR (Nepenthes) DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT E-JURNAL DITA WARDANI NIM.10010300 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciEFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN
EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN Jusma Karbi 1, Defrianto 2, Riad Syech 3 Mahasiswa Jurusan Fisika Bidang Akustik Jurusan Fisika Bidang Fisika Kelautan Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciGambar 1. Koloni Trigona sp
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI
KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal Pengetahuan berdasarkan definisi secara umum merupakan luaran dari pembuatan model tentang bagaimana memfungsikan alam semesta, dengan cara melogika bagaimana
Lebih terperinciI. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-
I. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan
Lebih terperinciPEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENAMBAHAN JUMLAH SEL SISIRAN KOLONI LEBAH MADU Apis cerana Fabr. DI APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN
PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENAMBAHAN JUMLAH SEL SISIRAN KOLONI LEBAH MADU Apis cerana Fabr. DI APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN Widia Astuti 1, Gustina Indriati 2, Armein Lusi Zeswita
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciMETRI. arcuata) DAN javanica) SKRIPSI. Universitas Sumatera Utara
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN MORFOM METRI ORGAN PENCERNAAN SERTA SIFAT KUALITATIF BELIBIS KEMBANG (Dendrocygna arcuata) DAN BELIBIS BATU (Dendrocygna javanica) SKRIPSI Oleh : NUGRAHAA SIWI 080306041 PROGRAM
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi Klasifikasi tanaman stroberi sebagai berikut (Benson, 1957) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Rosaceae Genus
Lebih terperinciII. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)
II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family
Lebih terperinciANALISIS UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI KOTA PADANG PADA JENIS KELAMIN BERBEDA
SKRIPSI ANALISIS UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI KOTA PADANG PADA JENIS KELAMIN BERBEDA Oleh : Yuliana 10981008368 JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
Lebih terperinciSTUDIPETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU
SKRIPSI PERBANDINGAN NILAI MORFOMETRIK SAPI BALI JANTAN YANG DIPELIHARA DI DESA SEKO LUBUK TIGO KABUPATEN INDRAGIRI HULU DAN DI KELOMPOK TANI BUKIT BATANG POTAI KECAMATAN KAMPAR Oleh: Danang Ferdiansyah
Lebih terperinci4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae)
4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) PENDAHULUAN a. Perilaku Pencarian Pakan (Foraging Behaviour) Lebah Penyerbuk Lebah memerlukan beragam
Lebih terperinciTHE RELATIONSHIP BETWEEN HEIGHT OF
THE RELATIONSHIP BETWEEN HEIGHT OF Apis dorsata COMBS ABOVE GROUND TO LENGTH, WIDTH, THICKNESS, AS WELL AS COMBS WEIGHT THE JUNGLE AREA OF HARAPAN PT. REKI JAMBI Dika Dwi Sasongko 1), Moch. Junus 2), and
Lebih terperinciMETODE A. Waktu dan Tempat Penelitian
11 METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H. multifora di lingkungan Kampus Institut
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. 1. Bapak Dr. Anthony Agustien selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Andalas.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis atas kehadirat Allah Yang Esa karena dengan berkah nikmat kesehatan, waktu dan kekukatan yang senantiasa dilimpahkan-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan
Lebih terperinci2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat
Lebih terperinciGambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian
II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian, Deskripsi Lokasi 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semut, alkohol 70% dan gliserin. b. Alat Alat-alat
Lebih terperinciWarta. Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao
Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao Fakhrusy Zakariyya 1), Dwi Suci Rahayu 1), Endang Sulistyowati 1), Adi Prawoto 1), dan John Bako Baon 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi
Lebih terperinciFREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN
FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN Fitria Nelda Zulita, Gustina Indriati dan Armein Lusi Program Studi
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September
Lebih terperinciIndeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak
Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak ENDRI JUNAIDI, ENGGAR PATRIONO, FIFI SASTRA Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sriwijaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah Kopi termasuk komoditas perkebunan yang banyak diperdagangkan di dunia internasional. Negara Indonesia merupakan peringkat ke-4 penghasil kopi terbesar di dunia
Lebih terperinciTHE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON Ahmad Nurohim 1), Mochammad Junus 2), Sri Minarti 2) 1) 2) Student
Lebih terperinciPAKAN BUATAN YANG LEBIH DISUKAI LEBAH PEKERJA
PAKAN BUATAN YANG LEBIH DISUKAI LEBAH PEKERJA Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA: APIDAE) PADA APIARI SAKATO PALAK JUHA NAGARI LURAH AMPALU VII KOTO SUNGAI SARIAK PADANG PARIAMAN Riny Oktavia 1, Jasmi 2, Rizki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga merupakan hewan yang mendominasi kehidupan di bumi jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel, 2005). Secara antroposentris serangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah subtropika. Tanaman tebu dapat tumbuh pada berbagai
Lebih terperinciABSTRAK. Albert Christopher Ryanto, Pembimbing I: Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK.
ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MADU HUTAN DAN MADU TERNAK TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI OLEH ALOKSAN Albert Christopher Ryanto, 2014.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA PENGARUHNYA DALAM PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.
KEANEKARAGAMAN DAN PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA PENGARUHNYA DALAM PEMBENTUKAN BIJI TANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) TRI ATMOWIDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciSTRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN
STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Yefri Oktiva, Rizki, Novi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat
III. MATERI DAN METODE 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di areal kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Identifikasi serangga dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia berpotensi menjadi pemasok utama biofuel, terutama biodiesel berbasis kelapa sawit ke pasar dunia. Pada tahun 2006, Indonesia memiliki 4,1 juta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora
Lebih terperinciKARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta
Lebih terperinciRESPON PERILAKU DEFENSIF Apis eerana Fabrieius TERHADAP STIMULUS ISOPENTIL ASETAT RUTH MARTHA WINNIE
RESPON PERILAKU DEFENSIF Apis eerana Fabrieius TERHADAP STIMULUS ISOPENTIL ASETAT RUTH MARTHA WINNIE DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1 1. Akar tumbuhan selalu tumbuh ke bawah. Hal ini dipengaruhi oleh... Cahaya matahari Tekanan udara
Lebih terperinciPENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH
PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH KADARWATI D24102015 Skripsi ini merupakan salah satu
Lebih terperinciFaktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018
Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas
Lebih terperinciDISTRIBUSI LEBAH APIS KOSCHEVNIKOVI DI KALIMANTAN SELATAN (THE DISTRIBUTION OF APIS KOSCHEVNIKOVI IN SOUTH BORNEO)
Distribusi Lebah Apis Koschevnikovi di Kalimantan Selatan (Arif Rohmatullah) 37 DISTRIBUSI LEBAH APIS KOSCHEVNIKOVI DI KALIMANTAN SELATAN (THE DISTRIBUTION OF APIS KOSCHEVNIKOVI IN SOUTH BORNEO) Arif Rohmatullah
Lebih terperinciKERAGAMAN FENOTIPIK MORFOMETRIK TUBUH DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU RAWA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA
KERAGAMAN FENOTIPIK MORFOMETRIK TUBUH DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU RAWA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI RIZKI KAMPAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS
Lebih terperinciMenurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga masuk dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia yang memiliki keragaman Spesies terbesar dibandingkan dengan binatang yang lain yaitu hampir 75% dari total
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kupu-kupu merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia dan harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Klasifikasi Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan
Lebih terperinciTINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.
TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh: Fetro Dola Samsu 1, Ramadhan Sumarmin 2, Armein Lusi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu dan hewan mirip lainnya. Arthropoda adalah
Lebih terperinciKarakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi
Karakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi (Morphological Characteristics of Timor Deer (Rusa timorensis) In Indonesian Research Institute for Animal Production)
Lebih terperinciHASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan
2 dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan dihitung dari kumbang per spikelet dikali spikelet per tandan. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciPERBANDINGAN UKURAN-UKURAN BAGIAN TUBUH LEBAH PEKERJA Apis dorsata (LEBAH HUTAN) PADA EMPAT LOKASI SKRIPSI RIO BERTONI
PERBANDINGAN UKURAN-UKURAN BAGIAN TUBUH LEBAH PEKERJA Apis dorsata (LEBAH HUTAN) PADA EMPAT LOKASI SKRIPSI RIO BERTONI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPENGARUH JENIS PAKAN TERHADAP PRODUKSI TELUR JANGKRIK (Gryllus miratus) ARTIKEL RINI FITRIANI NIM
PENGARUH JENIS PAKAN TERHADAP PRODUKSI TELUR JANGKRIK (Gryllus miratus) ARTIKEL RINI FITRIANI NIM. 10010192 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA
Lebih terperinciJenis Lebah Madu Tanpa Sengat (Stingless Bee) di Tanah Merah Samarinda)
Jenis Lebah Madu Tanpa Sengat (Stingless Bee) di Tanah Merah Samarinda) Boy Sadam 1, Nova Hariani 2, Syafrizal Fachmy 3 1 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman 2 Laboratorium Ekologi dan
Lebih terperinci