BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga merupakan hewan yang mendominasi kehidupan di bumi jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel, 2005). Secara antroposentris serangga dikategorikan sebagai serangga yang berpotensi merugikan pada umumnya tergolong dalam kelompok serangga herbivora yang merusak tanaman sedangkan serangga yang berpotensi menguntungkan adalah kelompok serangga predator yaitu serangga yang memakan serangga lain, parasitoid yaitu serangga yang hidup menumpang pada serangga lain, dan polinator yaitu serangga yang membantu dalam penyerbukan pada tumbuhan. Kelompok serangga omnivora dapat merugikan dan menguntungkan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Price et al., 2011). Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh serangga sangat ditentukan oleh jenis serangga, semakin besar potensi merusak yang dimiliki oleh serangga semakin rendah nilai ekonominya (Untung, 2013). Sehingga keanekaragaman jenis serangga dan potensi peran serangga yang mengguntungkan dan merugikan pada ekosistem pertanian perlu dikelola dengan baik (Price et al., 2011). Penggelolaan ekosistem pertanian dibedakan menjadi lahan monokultur dan polikultur. Pengelolaan lahan antara monokultur dan polikultur akan menyebabkan perbedaan kenakaragaman jenis serangga (Marton, 2004). 1

2 2 Terung belanda merupakan buah-buahan yang memiliki kandungan vitamin A 21%, vitamin C 50% dan vitamin E 14% (Athar et al., 2003). Terung belanda dapat dikonsumsi secara langsung dan juga diolah terlebih dahulu (Marton, 2004). Kandungan pada terung belanda digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia oleh karena itu tanaman terung belanda dibudidayakan. Saat ini buah terung belanda dibudidayakan para petani di daerah Dieng. Penanaman terung belanda dilakukan dengan cara monokultur dan polikultur. Dari hasil observasi yang dilakukan bahwa terung belanda yang ditanam pada lahan polikultur itu lebih baik hasilnya dibandingkan dengan lahan monokultur. Pada tanaman polikultur ditanami dengan tanaman tumpang sari berupa cabai, carica dan pohon minyak kayu putih. Tanaman terung belanda memiliki keanekargaman jenis serangga yang saat ini belum diketahui jenisnya, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga. Penelitian keanekaragaman jenis serangga yang telah dilakukan pada anggota Famili Solanaceae misalnya, penelitian Sanjaya (2012), pada tanaman cabai (Capsicum annum) memiliki keanekaragaman serangga dengan jumlah 15 Famili dan 9 Ordo yang diantaranya yaitu Ordo Coleoptera, Hymenoptera dan Diptera. Tanaman tomat juga memiliki keanekaragaman yang berbeda sehingga diperoleh empat spesies yang dominan, yaitu Thrips sp. (Thysanoptera), Hylaeus sp. (Hymenoptera), Aphis fabae (Homoptera), dan Macrolophus sp. (Hemiptera), Lebah Hylaeus sp (Fajarwati, 2009).

3 3 Datraan tinggi Dieng merupakan daerah pusat produksi terung belanda untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Daerah ini cocok untuk pengembangan produksi terung belanda karena memiliki iklim yang mendukung untuk pembudidayaan terung belanda. Pusat produksi terung belanda di daerah dataran tinggi Dieng terletak di desa Dieng Kulon, Kecamatan Wonosobo Jawa Tengah, pada S07 O 13 22,015 E109 O 54 23,402, berada pada ketinggian m dpl. Letaknya berada di sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Temperatur di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar C di siang hari dan 10 C di malam hari (Anonim 2016). Penelitian mengenai keanekaragaman jenis dan potensi peran serangga pada tanaman terung belanda belum pernah dilakukan sehingga penelitian yang akan dilakukan di dataran tinggi Dieng diharapkan menambah informasi mengenai keanekaragaman jenis serangga pada lahan pertanian monokultur dan polikultur tanaman terung belanda. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah keanekaragaman jenis serangga pada lahan pertanian monokultur dan polikultur tanaman terung belanda? 2. Bagaimanakah potensi peran serangga yang menguntungkan dan serangga yang merugikan pada lahan monokultur dan polikultur tanaman terung belanda?

4 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui keanekaragaman jenis serangga yang terdapat pada lahan monokultur dan polikultur tanaman terung belanda. 2. Mengetahui potensi peran serangga yang menguntungkan dan serangga yang merugikan pada lahan monokultur dan polikultur tanaman terung belanda. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai serangga yang berada pada tanaman terung belanda sehingga data keanekaragaman jenis serangga yang telah diperoleh dapat digunakan sebagai acuan penelitian di bidang ekologi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah informasi tentang serangga yang telah di identifikasi dan dipelajari potensi peran serangga yang mengguntungkan dan serangga yang merugikan pada lahan pertanian monokultur dan polikultur terung belanda sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan hama terung belanda di dataran tinggi Dieng, serta menambah keterampilan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian. D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada : 1. Penelitian ini dilakukan di Dieng dengan lahan monokultur dan polikultur pada waktu penelitian yang telah ditentukan.

5 5 2. Identifikasi serangga berdasarkan morfologi untuk keanekaragaman jenis serangga yang diperoleh pada lahan pertanian monokultur dan polikultur tanaman terung belanda. 3. Potensi peran serangga yang mengguntungkan dan merugikan pada lahan pertanian monokultur dan polikultur tanaman terung belanda dengan melihat tipe alat mulut.