KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI SELAYO KABUPATEN SOLOK E JURNAL
|
|
- Inge Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI SELAYO KABUPATEN SOLOK E JURNAL MUTIA YUNELKI NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
2 HALAMAN PERSETUJUAN JURNAL Kepadatan Koloni Semut Hitam (Dholichoderus thoracicus Smit) Pada Pertanaman Kakao Dan Cengkeh Di Nagari Selayo Kabupaten Solok Nama : Mutia Yunelki NIM : Program Studi : Pendidikan Biologi Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang, April 2014 Disetujui oleh, Pembimbing I Pembimbing II Drs. H. Jasmi, M. Si. Vivi Fitriani S.Si., M.Pd., Mengetahui : Ketua Program Studi Dra.Gustina Indriati, M. Kes.
3 KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dholichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI SELAYO KABUPATEN SOLOK Oleh Mutia Yunelki, Jasmi dan Vivi Fitriani Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP ) PGRI Sumatera Barat Mutiayunelki40@gmail. Com ABSTRACT Dolichoderus Thoracicus is controller agency of involved that is efficient to prevent a pest. It is one of natural enemies that can be used to prevent Helopeltis. Then, Dolichoderus Thoracicus is a kind of ant that is part of plantation agro-ecosystem in Indonesia. The aim of this research is to know the density of Dolichoderus Thoracicus by character; the nest on Kakao and Clove plant at Nagari Salayo Kabupaten Solok. This research is started from February 11 th 2014 until February 14 th Then, in this research, the researcher used census method by kept a close watches on and calculated the Dolichoderus Thoracicus nest directly those are found at research site. It is by calculated the quantity of the nest, measure diameter of the tree, calculated the quantity of the branch, measure the high of nest, calculated the quantity of nest leaf, and measure long and wide of nest. Based on the result of this research, the researcher found the greatest quantity of the density of Dolichoderus Thoracicus at clove plant 1.34 colonies, and the lower quantity at Kakao plant 0.92 colony. The researcher found the nest on diameter of tree 5-10 cm has 145 quantity of nest. The greatest of having a nest is found at 1 st -3 rd of branch have 104 nests and 1 st -5 th branch have131 nest. The greatest nest high found at 1-2 meter from the earth has 164 nests. The quantity of leaf as area of having nest is 1-2 leafs and have 105 nests. Then, the greatest nest long is between cm by quantity of nest 101 and the greatest leaf wide is between 6-10 cm by quantity of nest 126. In conclusion, the researcher found the density of Dolichoderus Thoracicus at Kakao plant more than at clove plant. Key word: Population, Dholichoderus thoracicus. PENDAHULUAN Semut yaitu jenis serangga dengan jumlah spesies dan individu yang sangat besar. Semut bukan serangga yang dapat menyebabkan kerusakan ataupun bisa menimbulkan kerugian. Semut tertentu, seperti semut hitam dapat membawa hama lainnya seperti kutu daun atau kutu perisai. Kutu tersebut dipindah-pindahkan dan dipelihara oleh semut. Kutu inilah sebenarnya yang dapat merugikan tanaman (Sastrodihardjo, 1984). Semut hitam sebagai agen pengendali hayati yang cukup efisien untuk menanggulangi hama utama tanaman kakao. Semut hitam dapat mengendalikan hama Helopeltis spp, selain itu semut hitam ini juga dapat mengendalikan hama penggerek buah kakao (Wiryadiputra, 2007). Penelitian tentang semut hitam (Dolichoderus thoracicus) pernah dilakukan
4 oleh Yuniar (2007), tentang kolonisasi semut hitam pada tanaman kakao dengan pemberian berupa pakan alternatif. Penelitian tentang populasi koloni semut hitam yang terdapat pada pertanaman kakao dan cengkeh pada lokasi yang akan di teliti belum ada informasi. Survei yang telah dilakukan pada tanaman kakao di Nagari Selayo, diketahui bahwa lokasi tanaman kakao tersebut banyak terdapat tumpukan-tumpukan daun kering, dan tumpukan-tumpukan kulit kakao. Tumpukan daun kakao tersebut menjadi sarang bagi semut hitam. Tanaman cengkeh yang akan dijadikan lokasi penelitian juga terdapat tumpukan daun kering, pohon pisang juga banyak terdapat semut hitam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan koloni semut hitam dengan karakteristik sarang pada tanaman kakao dan tanaman cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus yaitu dengan cara menghitung langsung terhadap sarang semut hitam yang ada dilokasi penelitian. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2014 pada lokasi pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermo hygrometer, kertas label, kamera digital, meteran, mikroskop stereo binokuler, cawan petri, pinset dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70 %, semut hitam Dolichoderus thoracicus. Lahan kakao dan cengkeh yang akan diteliti ini adalah di Nagari Selayo. Lahan kakao ini milik seorang petani yang luasnya ± 1 Ha dengan jumlah ± 88 batang kakao dengan jarak tanam 3,0x3,0 meter dimana tanamannya homogen dan berumur ± 5 tahun. Lahan cengkeh milik seorang petani yang luasnya ± 1 Ha dengan jumlah ± 50 batang cengkeh dengan jarak tanam 5,0x5,0 meter dimana tanamannya heterogen dan berumur ± 4 tahun. Teknik pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung sarang semut hitam pada tanaman kakao dan cengkeh, mengukur diameter batang tempat bersarang, menghitung cabang dan ranting tempat bersarang, mengukur tinggi sarang dari permukaan tanah, mengukur panjang sarang, mengukur lebar sarang, menghitung jumlah daun tempat bersarang dan mendokumentasikan sarang semut hitam tersebut. Pengamatan sampel sarang semut hitam dilakukan selama 5 hari yaitu dimulai dari pagi hingga sore hari. Analisis data ini dilakukan perhitungan kepadatan koloni dengan rumus: K = Σ Jumlah Koloni semut Hitam Jumlah batang (Suin, 2002). Uji t menggunakan rumus: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian mengenai kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus
5 thoracicus Smit) pada pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok, dimana kepadatan koloni semut hitam dapat dilihat pada Gambar 3 dan lampiran 5. Kepadatan koloni semut hitam lebih banyak ditemukan yaitu pada pertanaman cengkeh. Gambar 2. Kepadatan Koloni Sarang Semut Hitam Pada Pertanaman Kakao Dan Cengkeh Di Nagari Selayo Kabupaten Solok. Hasil uji T kepadatan koloni semut hitam pada pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 4. Tabel 1. Pertanaman, Jumlah, Rata-Rata, Standar Deviasi, Simpangan Baku, Dan Hasil Uji T Kepadatan Koloni Semut Hitam Pada Pertanaman Kakao Dan Cengkeh Di Nagari Selayo Kabupaten Solok. Pertanaman N X (Standar Deviasi) (Simpangan Baku) thitung ttabel Kakao Cengkeh ,6 11,67 1,645 Dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 2, diameter batang yang ditempati sarang semut hitam yaitu lebih banyak pada diameter antara 5-10 cm. Tempat bersarang lebih banyak ditemukan pada cabang 1-3 dan pada ranting ke 1-5. Tinggi sarang dari permukaan tanah lebih banyak pada ketinggian 1-2 meter. Tabel 2. Jenis, Diameter Batang, Bagian Tumbuhan Tempat Bersarang Dan Tinggi Sarang Semut Hitam Pada Pertanaman Kakao Dan Cengkeh No jenis diameter batang tumbuhan (cm) Tempat bersarang cabang ranting Tinggi sarang dari permukaan tanah (Meter) < >11 Jml Jml >11 Jml < Jml 1 Theobroma cacao
6 2 Syzigium aromaticum JUMLAH Tabel 3. Jenis, Jumlah Daun Tempat Bersarang Beserta Ukuran Sarang Semut Hitam Pada Pertanaman Kakao Di Nagari Selayo Kabupaten Solok. Jumlah Ukuran Sarang No Jenis Tumbuhan Jumlah Daun Pada Sarang Panjang Sarang (cm) Lebar Sarang (cm) >5 Jml >21 Jml >11 Jml 1 T cacao S aromaticum JUMLAH Tabel 4. Kondisi Cuaca Selama Pengamatan Pengamatan Semut Hitam. NO Parameter Pertanamankakao Pertanaman cengkeh Suhu rata-rata ( C) Curah hujan rata-rata (mm) Kecepatan angin rata-rata (knot) 28,33 271,6 4,5 30,67 271,6 4,5 4 Kelembaban udara % 59,33 59,67 Penelitian tentang kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus) pada pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok, diketahui bahwa kepadatan semut hitam lebih banyak ditemukan pada pertanaman cengkeh yaitu sebanyak 1,34, setelah dilakukan uji T kepadatan semut hitam pada pertanaman kakao dan cengkeh berbeda nyata. Kepadatan koloni semut hitam secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor makanan. Putra (1994) melaporkan bahwa, kebanyakan semut adalah pemakan bahan organik, dan beberapa yang lainnya adalah pemakan madu kutu aphid. Kepadatan semut hitam pada pertanaman cengkeh selain karena faktor makanan juga karena faktor lingkungan tempat bersarang. Banyaknya koloni semut hitam pada pertanaman cengkeh diduga karena semut menyukai membuat sarang pada pertanaman cengkeh, karena daun pada pertanaman cengkeh rimbun dan rapat yang membuat suhu disekitarnya bagus sehingga semut nyaman membuat sarang pada pertanaman cengkeh tersebut. Menurut Jumar (2000) serangga memiliki kisaran
7 suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati. Kepadatan semut hitam pada pertanaman cengkeh juga dipengaruhi oleh tipe daun yang terdapat pada pertanaman cengkeh. Kepadatan semut hitam pada cengkeh diduga semut menyukai membuat sarang dengan tipe daun yang lentur dan jarak antara daun ke daun dekat dan memudahkan semut membuat sarang. Tempat yang baik untuk pembentukan koloni semut adalah yang memenuhi syarat sebagai berikut, tersedia tanaman yang berdaun cukup besar dan lentur atau berdaun kecil-kecil tetapi banyak (Suhara, 2009). Kepadatan koloni semut hitam lebih rendah ditemukan pada pertanaman kakao. Rendahnya kepadatan koloni semut hitam pada pertanaman kakao diduga karena makanan yang ditemukan sedikit dan juga kelembaban udara sangat rendah karena jarak cabang dan ranting berjauhan dan daun tidak rapat. Yuniar (2007) melaporkan bahwa, makanan menjadi faktor utama untuk terbentuknya koloni semut hitam karena pakan merupakan sumber kebutuhan yang utama bagi semut hitam. Pada Tabel 2 dan Lampiran 2, diameter batang lebih banyak di tempati sarang semut hitam yaitu antara 5-10 cm. Hal ini diduga semut hitam menyukai membuat sarang pada diameter 5-10 cm dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter karena di sekitar ketinggian 1,5 meter tersebut banyak terdapat buah dan daun yang lebat karena diameter 5-10 tersebut berkaitan dengan umur pertanaman kakao dan pertanaman cengkeh tersebut. Anshary (2008) melaporkan bahwa, daerah batang juga banyak ditumbuhi buah sebagai tempat aktifitas semut. Tempat bersarang lebih banyak ditemukan pada cabang ke 1-3, hal ini diduga pada cabang 1-3 lebih dekat ke buah dan jumlah daun juga cukup banyak. Tempat bersarang juga lebih banyak ditemukan pada ranting ke 1-5, Hal ini diduga karena pada ranting 1-5 tersebut tidak terlalu menjorok keluar sehingga tidak langsung terkena sinar matahari dan banyak terdapat daun yang dapat melindungi sarang semut dari pengganggu. Anshary (2008) melaporkan bahwa, pada bagian cabang, merupakan bagian tanaman yang ditumbuhi daun dan buah sehingga aktivitas semut hitam relatif lebih banyak pada bagian ini dibandingkan pada bagian tanaman lainnya. Tinggi sarang dari permukaan tanah lebih banyak ditemui sarang semut hitam yaitu pada ketinggian 1-2 meter dari permukaan tanah. Diduga karena disekitar ketinggian 1-2 meter semut hitam mudah mencari makanan baik ke atas tanaman maupun bawah tanaman atau tanah. Anshary (2008) melaporkan bahwa, pada daerah batang merupakan tempat semut hitam beraktifitas dan merupakan media aktifitas semut yang menghubungkan antara pemukaan tanah ke bagian atas tanaman. Pada Tabel 3 dan lampiran 2, dapat dilihat bahwa semut hitam membuat sarang lebih banyak menggunakan 1-2 helai daun, tetapi hampir sebagian membuat sarang 3-4 helai daun. Hal ini diduga bahwa semut
8 hitam cenderung suka membuat sarang dengan daun yang banyak agar terlindungi dari sinar matahari. Siang hari ketika suhu udara panas, semut akan bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari secara langsung, ( Yuniar, 2007). Panjang sarang semut hitam lebih banyak ditemukan antara cm. Lebar sarang lebih banyak ditemukan antara 6-10 cm, panjang dan lebar sarang ini setara dengan panjang dan lebar daun tempat bersarang. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang kepadatan koloni semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smit) pada pertanaman kakao dan cengkeh di Nagari Selayo Kabupaten Solok dapat disimpulkan bahwa, kepadatan koloni semut hitam lebih tinggi ditemukan pada pertanaman cengkeh dibandingkan pada pertanaman kakao. Diameter batang yang paling banyak ditempati sarang semut hitam yaitu antara 5-10 cm. Tempat bersarang yang paling banyak ditemukan pada cabang 1-3 cm dan pada ranting ke 1-5. Tinggi sarang dari permukaan tanah yang paling banyak ditemukan pada ketinggian 1-2 meter. Ratarata jumlah daun yang paling banyak digunakan sebagai sarang yaitu 1-2 daun, panjang sarang terbanyak yaitu cm dan lebar sarang terbanyak yaitu 6-10 cm. SARAN Disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat meneliti serangga lain yang dapat bermanfaat bagi berbagai jenis tanaman. DAFTAR PUSTAKA Anshary, A Teknik Perbanyakan Dan Aplikasi Predator Dolichoderus Thoracicus (Smith) Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kakao Jurnal agroland, http : // jurnal. untad.ac.id8 di akses 15 Februari 2014). Jumar Entomologi Pertanian. Rineka Cipta: Jakarta. Putra, S.N Serangga di Sekitar Kita. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Sastrodihardjo Pengantar EntomologiTerapan. Penerbit ITB:Bandung Suhara Semut Rangrang (Oechophylla smaragdina). Jurusan Pendidikan Biologi FakultasPendidikanMatemati ka Dan IPA: UPI. Suin, M.N Metode ekologi. Universtas Andalas: Padang. Sudjana Metode Statistika. Tarsito: Bandung. Wiryadiputra, S Pemapanan Semut Hitam Pada Perkebunan Kakao dan Pengaruhnya Terhadap Serangan Hama Helopeltis. Jurnal Pelita Perkebunan, taperkebunan pdf,diakses 5 November 2013). Yuniar, S.W Kolonisasi Semut Hitam Pada Tanaman Kakao Dengan Pemberian Pakan Alternatif, fdiakses 5 November 2013).
KARAKTER SARANG SEMUT PADA PERTANAMAN KAKAO DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT
KARAKTER SARANG SEMUT PADA PERTANAMAN KAKAO DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh : Tama Marina, Jasmi dan Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi, Sekolah Tinggi
Lebih terperinciKEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH
KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH (Helopeltis theivora) PADA PERKEBUNAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PADANG MARDANI KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM E JURNAL WIDYA FITRIANI NIM. 11010065 PROGRAM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi yang banyak tumbuh
Lebih terperinciOleh : Afriyanti, Nurhadi dan Lince Meriko. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
KEPADATAN POPULASI HAMA KEPIK PENGHISAP BUAH (Helopeltis theivora) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh : Afriyanti, Nurhadi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penentuan Titik sampel. Mengukur Sudut Duduk Daun Pemeliharaan Setiap Klon
III. METODE PENELITIAN A. Diagram Alir Penelitian Penentuan Titik sampel Pengambilan Sampel pada Setiap Klon - Bidang Preferensi - Bidang Peliharaan - Bidang Petik Mengukur Temperatur, Kelembaban Udara
Lebih terperinciSTUDI POPULASI Apis cerana (Hymenoptera:Apidae) PADA KEBUN CAMPUR DI DESA PAGAR PUDING KECAMATAN TEBO ULU KABUPATEN TEBO JAMBI ARTIKEL
STUDI POPULASI Apis cerana (Hymenoptera:Apidae) PADA KEBUN CAMPUR DI DESA PAGAR PUDING KECAMATAN TEBO ULU KABUPATEN TEBO JAMBI ARTIKEL ADI DARMAWAN NIM. 08010002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH
Lebih terperinciKEPADATAN POPULASI BEKICOT (Achatina fulica) PADA PERTANAMAN NAGA DI KANAGARIAN TAPAKIS KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL
KEPADATAN POPULASI BEKICOT (Achatina fulica) PADA PERTANAMAN NAGA DI KANAGARIAN TAPAKIS KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL OLEH: MICKE ADEVA PUTRI NIM. 10010306 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciAbdul Jamil, Armein Lusi Zeswita, Meliya Wati Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
KEPADATAN POPULASI ULAT GRAYAK (SPODOPTERA LITURA FABR) PADA KEBUN TEMBAKAU (NICOTIANA TOBBACO L.) DI JORONG SABORANG TOBEK KECAMATAN SITUJUH LIMO NAGARI. Abdul Jamil, Armein Lusi Zeswita, Meliya Wati
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi
12 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel buah kopi dilakukan pada perkebunan kopi rakyat di Desa Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei
Lebih terperinciInventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)
INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb) Ria Rosdiana Hutagaol Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : riarose.h@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari
Lebih terperinciKey words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.
PEMANFAATAN LEBAH Apis cerana Fabr. UNTUK HASIL BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI PALAK JUHA VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Firdaus Dwi Maesya, Jasmi, Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi
Lebih terperinciDisusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah potensial untuk pengembangan komoditas kakao karena sumber daya alam dan kondisi sosial budaya yang mendukung serta luas areal kakao yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif - eksploratif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan
Lebih terperinci1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa
16 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian A. Materi a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang di peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah seluruh
Lebih terperinci(LEPIDOPTERA; NOCTUIDE) PADA TANAMAN BAWANG MERAH
KEPADATAN POPULASI Spodoptera exigua (LEPIDOPTERA; NOCTUIDE) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) DI SELAYO TANANG BUKIK SILEH KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan populasi yang berlimpah, terdiri dari 16 sub famili, 296 genus dan 15.000 spesies yang telah teridentifikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada Tanaman Jagung. Lokasi penelitian Mikrohabitat hama belalang pada tanaman jagung dilakukan di Desa
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl
Lebih terperinciPENGGEREK BUAH KAKAO, Conopomorpha cramerella Snellen (TEKNIK PENGENDALIANNYA YANG RAMAH LINGKUNGAN)
J. Agroland 16 (4) : 258 264, Desember 2009 ISSN : 0854 641X PENGGEREK BUAH KAKAO, Conopomorpha cramerella Snellen (TEKNIK PENGENDALIANNYA YANG RAMAH LINGKUNGAN) Cocoa Pod Borer, Conopomorpha cramerella
Lebih terperinciPOLA DISTRIBUSI KUTU DOMPOLAN (Planococcus citri) PADA PERKEBUNAN KOPI DESA SEMIDANG ALAS KECAMATAN DEMPO TENGAH KOTA PAGAR ALAM
POLA DISTRIBUSI KUTU DOMPOLAN (Planococcus citri) PADA PERKEBUNAN KOPI DESA SEMIDANG ALAS KECAMATAN DEMPO TENGAH KOTA PAGAR ALAM Dewi Rosanti 1 dan Sigit Purwanto 2 e-mail: dwrosanti@gmail.com 1 Dosen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau
Lebih terperinciKOLONISASI SEMUT HITAM ( Dolichoderus thoracicus Smith ) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALTERNATIF.
KOLONISASI SEMUT HITAM ( Dolichoderus thoracicus Smith ) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALTERNATIF Naskah Publikasi Oleh: Setiawan Yuniar Wijaya M 0401008 JURUSAN BIOLOGI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)
PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
Lebih terperinciUkuran Populasi Kroto dan Tumbuhan Inang Semut Rangrang di Hutan Pantai Moinit Kabupaten Minahasa Selatan
Ukuran Populasi Kroto dan Tumbuhan Semut Rangrang di Hutan Pantai Moinit Kabupaten Minahasa Selatan Wenda. Y 1), Frans.T 2) dan R. Kainde 2) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu kehutanan Unsrat 2) Dosen Program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan
Lebih terperinciKeyword: Bees, Nesting Habitat, Nest, Gate Nest, Eduction
MODEL GERBANG SARANG BUATAN YANG DISUKAI OLEH KOLONI Trigona sp. (HYMENOPTERA: MELIPONIDAE) UNTUK PENANGKARAN DI KORONG KULIEK SUNGAI BULUAH TIMUR BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Happy Rilla Priccilia,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITAN
50 BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan
Lebih terperinciBABHI BAHAN DAN METODE
BABHI BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji
Lebih terperinciAlternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama
Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan pertanian, dalam pemenuhan kebutuhan hidup sektor ini merupakan tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di
12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. = pengamatan minggu kedua = Pengamatan minggu berikutnya
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari April 2005 sampai Februari 2006. Kegiatan ini dibagi dua bagian, yaitu penelitian lapangan dan penelitian laboratorium. Penelitian
Lebih terperinciKOMPOSISI SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA PERTANAMAN KAKAO
KOMPOSISI SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA PERTANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI DESA MUNTEI KECAMATAN SIBERUT SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Oleh: Noviana Tatebburuk 1, Henny Herwina 2, Armein
Lebih terperinciKEPADATAN POPULASI ULAT RANSEL (Parmarion pupillaris) PADA TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR E-JURNAL
KEPADATAN POPULASI ULAT RANSEL (Parmarion pupillaris) PADA TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR E-JURNAL GUSMI ANGGELA NIM. 11010158 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciGambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian
II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian, Deskripsi Lokasi 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semut, alkohol 70% dan gliserin. b. Alat Alat-alat
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis
Lebih terperinciPENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PERBANDINGAN PERILAKU BERSARANG ORANGUTAN JANTAN DENGAN ORANGUTAN BETINA DEWASA (Pongo abelii) DI STASIUN PENELITIAN SUAQ BALIMBING Fauziah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai bulan Februari
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai bulan Februari 2014 di perkebunan kopi rakyat yang menanam spesies Coffea robusta di Pekon Ngarip,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang
Lebih terperinciABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKERASAN DAN WAKTU PEMECAHAN DAGING BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO L) 1) MUH. IKHSAN (G 411 9 272) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan OLLY SANNY HUTABARAT 3) ABSTRAK Permasalahan kakao Indonesia
Lebih terperinciRESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :
RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH : SARAH VITRYA SIDABUTAR 080301055 BDP-AGRONOMI PROGRAM
Lebih terperinciPengembangan Populasi Beberapa Spesies Semut pada Pertanaman Kakao di Sulawesi Selatan
Pelita Perkebunan 2010, 26(2), 101 110 Fatahuddin et al. Pengembangan Populasi Beberapa Spesies Semut pada Pertanaman Kakao di Sulawesi Selatan Population Development of Several Species of Ants on the
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli sampai dengan Desember Spesimen
19 III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juli sampai dengan Desember 2012. Spesimen dikumpulkan dari beberapa wilayah di Pesawaran, yang kemudian diamati
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriftif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.
Lebih terperinciMETODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)
19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus
43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus annus L.) terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.) ini merupakan penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui tingkat ketahanan galur dan varietas kedelai (G. max L.) berdasarkan karakter morfologi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK HABITAT Trigona spp. DI HUTAN LARANGAN ADAT DESA RUMBIO KABUPATEN KAMPAR
KARAKTERISTIK HABITAT Trigona spp. DI HUTAN LARANGAN ADAT DESA RUMBIO KABUPATEN KAMPAR THE CHARACTERISTICS HABITATS OF Trigona spp. AT TRADITIONAL FOREST THE PROHIBITION RUMBIO VILLAGE KAMPAR REGENCY Muhammad
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau dengan menggunakan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. 3.2
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
Lebih terperinciKEPADATAN POPULASI ULAT KROP
KEPADATAN POPULASI ULAT KROP ( Crocidolomia pavonana Fab. ) PADA TANAMAN KUBIS TELUR ( Brassica oleracea L. ) DI DUSUN DANAU PAUH DESA PULAU TENGAH KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN PROPINSI JAMBI ARTIKEL
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan arteri primer
Lebih terperinciPENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SMA
PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SMA Esti Widayanti Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro E_mail : estiwidayanti99@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA
14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut
Lebih terperincinyamuk bio.unsoed.ac.id
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan penelitian di Lab. Parasitologi dan Entomologi Mengamati keadaan rumah yang akan diambil sampel nyamuk Aedes spp. meliputi:
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155
Lebih terperinciTeknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat
Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian
III. MATERI DAN METODE 3.1 Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Materi 3.1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rayap tanah, alkohol 70% yang berfungsi untuk mengawetkan sampel,
Lebih terperinciCara Menanam Tomat Dalam Polybag
Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,
Lebih terperinciRESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI
RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI OLEH: RIZKI RINALDI DALIMUNTHE 080301018 PROGRAM STUDI
Lebih terperinci