Gambar II.1 Skema proses pemisahan dengan membran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar II.1 Skema proses pemisahan dengan membran"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Membran II.1.1 Definisi Membran Secara umum, membran didefinisikan sebagai lapisan tipis yang selektif di antara dua fasa, yaitu fasa yang akan dipisahkan (fasa umpan) dan fasa hasil pemisahan (fasa permeat). Membran bisa berbentuk lapisan tebal atau tipis, yang memiliki struktur homogen atau heterogen dan bisa berperan sebagai penyaring aktif maupun pasif. Proses pemisahan dengan membran terjadi karena adanya perbedaan sifat fisika dan kimia antara komponen dalam fasa yang dipisahkan dengan membran serta adanya gaya dorong yang berupa gradien konsentrasi (ΔC), gradien tekanan (ΔP), gradien temperatur (ΔT), dan gradien potensial (ΔE) 1. Skema pemisahan dengan membran dapat dilihat pada Gambar II.1. Gambar II.1 Skema proses pemisahan dengan membran 4

2 II.1.2 Penggolongan Membran Membran dapat digolongkan berdasarkan asal, morfologi, struktur, prinsip pemisahan dan kerapatan pori. II Berdasarkan Asalnya Berdasarkan asalnya, membran dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Membran alamiah, yaitu membran yang terdapat di dalam sel makhluk hidup baik manusia maupun hewan. Contoh yang termasuk membran alamiah adalah fosfolipid. b. Membran sintesis, yaitu membran yang dibuat berdasarkan sifat-sifat membran alamiah sehingga memiliki sifat dan proses pemisahan yang mirip dengan membran alamiah. Contoh yang termasuk membran sintesis adalah membran selulosa asetat dan membran polisulfon. II Berdasarkan Perbedaan Morfologi Berdasarkan morfologinya, membran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Membran simetri, yaitu membran yang memiliki struktur pori yang homogen di seluruh bagian membran dan memiliki ukuran pori yang relatif sama pada kedua sisi membran. Adapun ketebalan membran ini berkisar μm. b. Membran asimetri, yaitu membran yang memiliki struktur pori lebih rapat pada permukaannya dan pori yang lebih besar pada pendukungnya. Membran ini terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian permukaan dengan ketebalan 0,1 0,2 μm dan bagian pendukung dengan ketebalan μm. 5

3 Gambar II.2 Klasifikasi membran berdasarkan perbedaan morfologi (a) membran simetri; (b) membran asimetri II Berdasarkan Struktur dan Prinsip Pemisahan Berdasarkan struktur dan prinsip pemisahannya, membran dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Membran berpori, yaitu membran dengan prinsip pemisahan didasarkan pada perbedaan ukuran partikel dengan ukuran pori membran. Efisiensi pemisahan oleh membran ini ditentukan oleh ukuran pori dan ukuran partikel yang akan dipisahkan. Membran ini biasa digunakan dalam proses mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi. Membran ini dibedakan menjadi dua, yaitu membran mesopori (diameter pori = 0,001 0,1 μm) dan membran mikropori (diameter pori = 0,1 10 μm). b. Membran tidak berpori, yaitu membran dengan prinsip pemisahan yang didasarkan pada perbedaan kelarutan atau kemampuan berdifusi partikel yang dipisahkan. Membran ini biasa digunakan dalam proses pervaporasi, pemisahan gas dan dialisis. c. Membran carrier, yaitu membran dengan prinsip pemisahan tidak ditentukan oleh sifat membran yang digunakan, melainkan oleh sifat molekul pembawa (carrier) yang spesifik. Medium pembawa merupakan cairan yang terdapat dalam pori membran atau gugus fungsi tertentu yang terikat secara kovalen dalam matriks membran. Permselektivitas membran terhadap suatu komponen bergantung pada kespesifikan molekul pembawa. 6

4 Gambar II.3 Penggolongan membran berdasarkan struktur dan prinsip pemisahan. (a) membran berpori; (b) membran tidak berpori; (c) membran carrier II.1.2 Teknik Pembuatan Membran Terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan untuk membuat membran sintetik, yaitu sintering, streching, track-etching, template-leaching, inversi fasa, proses sol-gel dan pelapisan larutan 1. Pemilihan teknik pembuatan membran ini sangat menentukan struktur membran yang dihasilkan. Teknik sintering digunakan untuk menghasilkan membran organik dan anorganik yang berpori. Pada teknik ini, partikel berupa serbuk dengan ukuran tertentu diberi tekanan dan dibakar (di-sinter) pada suhu tertentu. Akibatnya, antarmuka partikel yang berdekatan akan menghilang dan muncul pori-pori baru. Penggunaan teknik ini sangat luas, mulai dari serbuk polimer (polyethylene, polytetrafluoroethylene dan polypropylene), logam (stainless stell dan tungsten), keramik (Al 2 O 3 dan ZrO 2 ), grafit (karbon) dan gelas (silikat). Teknik ini akan menghasilkan membran berpori, khususnya untuk proses mikrofiltrasi, dengan ukuran pori sekitar 0,1 10 μm. Untuk membuat membran dengan teknik streching, film yang terbuat dari polimer semikristalin ditarik terhadap arah ekstrusi sehingga bagian kristalin polimer akan 7

5 terorientasi sejajar dengan arah ekstrusi. Teknik ini akan menghasilkan membran berpori dengan ukuran pori sekitar 0,1 3 μm. Teknik track-etching digunakan untuk membuat membran berpori dengan ukuran pori sekitar 0,02 10 μm. Pori yang dihasilkan berbentuk silinder dengan ukuran yang sama dan mempunyai distribusi pori yang sempit. Untuk membuat membran dengan teknik ini, film polimer ditembak dengan partikel radiasi berenergi tinggi yang tegak lurus terhadap arah film sehingga membentuk lintasan pada matriks polimer dan kemudian film dimasukkan ke dalam bak berisi larutan asam atau basa. Teknik yang lain untuk membuat membran sintetik adalah teknik inversi fasa. Pada teknik ini terjadi transformasi polimer secara terkontrol dari fasa cair menjadi fasa padat. Beberapa metode yang digunakan dalam teknik inversi fasa adalah metode penguapan pelarut, pengendapan dari fasa gas, penguapan terkontrol, pengendapan termal dan pengendapan dengan perendaman 1. Membran-membran anorganik banyak dibuat dengan metode sol-gel, karena dengan metode ini proses pembuatan dapat dilakukan pada temperatur kamar. Metode ini dilakukan melalui proses hidrolisis alkoksida logam untuk menghasilkan hidroksida logam yang diikuti dengan polikondensasi gugus fungsi hidroksil sehingga terbentuk jaringan oksida logam 5. Metode ini akan menghasilkan membran anorganik yang memiliki kemurnian tinggi dan membutuhkan temperatur sintering yang rendah. II.2 Keramik Keramik berasal dari bahasa Yunani, yaitu keramos yang berarti suatu bentuk dari tanah liat (clay) yang mengalami proses pembakaran. Keramik dapat dipandang sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar seperti gerabah, porselen, genteng dan sebagainya. Namun demikian, sekarang ini tidak semua keramik terbuat dari tanah liat. Oleh karena 8

6 itu, keramik didefinisikan sebagai bahan-bahan yang tersusun dari senyawa anorganik selain logam dan diolah melalui perlakuan dengan panas pada suhu tinggi. Senyawa pembentuk keramik merupakan gabungan dari unsur logam dan non logam seperti alumunium dan oksigen (alumina, Al 2 O 3 ), silikon dan nitrogen (silikon nitrida, Si 3 N 4 ), silikon dan karbon (silikon karbida, SiC) dan sebagainya. Secara umum, keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemen penyusunnya. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral ikutannya. Struktur kristal keramik sangat rumit dengan sedikit elektron bebas di dalamnya. Akibatnya, sebagian besar keramik merupakan penghantar listrik dan panas yang buruk. Secara umum, keramik dibedakan menjadi dua golongan yaitu : a. Keramik tradisional, yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti tanah liat (clay), kaolin dan sebagainya. Contoh keramik ini adalah barang pecah belah (houseware), barang keperluan rumah tangga (ubin dan genteng). Keramik tradisional memiliki sifat fisik yang rapuh (brittle). Keramik tradisional dapat digunakan sampai temperatur 1200 o C. b. Keramik halus (fine ceramics), yaitu keramik yang terbuat dari oksida-oksida logam, seperti Al 2 O 3, ZrO 2, dan lain sebagainya. Keramik ini biasanya digunakan sebagai semikonduktor, elemen panas, dan sebagainya. Keramik halus dibuat dengan teknik sintering dan dapat digunakan sampai temperatur 2000 o C. II.3 Membran Keramik Dalam proses pembuatannya, keramik dapat menghasilkan pori dengan ukuran yang seragam. Keramik yang berpori inilah yang mempunyai aplikasi yang luas, baik di laboratorium maupun industri. Salah satu aplikasi keramik berpori yang 9

7 banyak dikembangkan para peneliti dan digunakan banyak industri adalah sebagai membran. Membran keramik banyak digunakan oleh berbagai industri karena mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan membran polimer, yaitu mempunyai ketahanan kimiawi, ketahanan mekanik dan ketahanan termal yang lebih baik. Membran keramik banyak diaplikasikan pada proses pemisahan gas pada industri gas dan minyak bumi, pemurnian air, pemurnian oksigen, klarifikasi dan sterilisasi produk minuman 6, material pendukung katalis, sensor, penyekat termal dan sebagainya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Aust et al 7, Falamaki et al 8, dan Asaeda et al 9 memanfaatkan bahan-bahan anorganik seperti silika, alumina, titania, dan zirkonia, yang telah umum digunakan sebagai material dasar membran menjadi suatu membran keramik yang diharapkan mempunyai sifat-sifat yang lebih baik. Pada umumnya, membran keramik dibuat dari oksida logam seperti silika, alumina, titania, dan zirkonia serta berbagai material lain yang bisa didapatkan secara komersial seperti silikon nitrida, silikon karbida dan sebagainya. II.4 Pembuatan Membran Keramik Membran keramik tersusun dari kumpulan partikel-partikel yang berbentuk butiran sehingga terdapat ruang-ruang kosong (pori) antara partikel tersebut. Pada membran keramik, susunan, bentuk dan ukuran pori menjadi kunci karakterisasi membran. Membran keramik dibuat dari butiran-butiran partikel melalui beberapa proses, yaitu: a. penyiapan partikel keramik b. pembuatan campuran c. pencetakan d. pembakaran (sintering) 10

8 Setiap tahapan proses pembentukan membran keramik di atas sangat mempengaruhi porositas membran keramik. II.4.1 Penyiapan Partikel Keramik Untuk mendapatkan membran keramik dengan pori yang seragam dan memenuhi spesifikasi membran yang diinginkan, maka ukuran partikel diusahakan seragam (monosize). Jika ukuran partikel tidak seragam, maka partikel yang berukuran kecil akan mengisi ruang antara partikel yang berukuran besar sehingga kemungkinan terbentuknya pori semakin kecil. Bila partikel yang digunakan berukuran seragam, tetapi berukuran besar, maka akan membentuk pori yang besar pula sehingga membran tidak lagi selektif. Untuk itu, partikel yang digunakan untuk dijadikan membran keramik sebaiknya berukuran seragam (monosize) dan halus. II.4.2 Pembuatan Campuran Pada penelitian ini, serbuk keramik dicampurkan dengan binder (bahan pengikat) dengan komposisi tertentu. Binder berfungsi untuk meningkatkan green strength keramik. Sejumlah binder ditambahkan sebanyak 0 5 % dari berat total membran keramik. Contoh binder untuk serbuk keramik berupa partikel koloid (selulosa dan clays) atau binder molekuler seperti parafin, poli(vinil alkohol) atau PVA, poli(metilmetakrilat) atau PMMA dan sebagainya. Pada penelitian ini, binder yang digunakan adalah poli(vinil alkohol) atau PVA. Adanya gugus -OH pada PVA dapat berfungsi sebagai perekat antarpartikel keramik. II.4.3 Pencetakan Pencetakan merupakan proses pembentukan campuran keramik menjadi green body keramik. Untuk campuran yang basah (berupa slurry), pencetakan dilakukan dengan metode slip casting dan roll forming. Untuk campuran yang kering, 11

9 pencetakan dilakukan dengan metode dry pressing. Metode ini digunakan secara luas pada industri keramik. Serbuk keramik yang sudah ditambah binder dengan jumlah yang tidak terlalu banyak akan membentuk partikel dengan ukuran sekitar μm, lebih besar daripada partikel awal (<2 μm). Campuran ini dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian diberi tekanan tertentu sampai membentuk membran keramik dengan ketebalan tertentu. Penelitian yang dilakukan Falamaki et al 10, menunjukkan bahwa membran alumina-zirkon bisa dibuat dengan metode dry pressing dengan tekanan sebesar 31,2 MPa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini metode pencetakan yang digunakan adalah metode dry pressing. II.4.4 Pembakaran (Sintering) Setelah dikeringkan beberapa saat, green body keramik dibakar pada temperatur melewati setengah sampai dua per tiga temperatur titik leleh material pembentuk keramik. Dalam proses pembakaran, rapat massa semakin meningkat dengan disertai penurunan porositas dan meningkatnya kekuatan mekanik membran keramik. Selama pembakaran, ion berdifusi sepanjang batas butir antarpartikel sehingga memberikan jembatan dan hubungan antara butiran-butiran partikel. Adapun skema tahapan proses sintering dapat dilihat pada Gambar II.4. Gambar II.4 Skema tahapan proses sintering (a) partikel bebas; (b) tahap awal; (c) tahap lanjutan; (d) tahap akhir 11 Pada tahap awal, terjadi penghalusan permukaan partikel yang disertai dengan pembentukan batas butir. Pada tahap ini juga terjadi pembulatan sambungan butir sehingga membentuk pori terbuka. Setelah itu, terjadi pengerutan pori terbuka dan 12

10 penurunan yang mencolok pada ukuran pori rata-rata pada tahap menengah. Pada tahap yang terakhir akan terjadi pembentukan pori tertutup dan pori akan mengerut sampai ukuran yang terkecil. Pada proses sintering, sering dijumpai adanya vitrifikasi atau pelelehan. Adanya bahan pengotor dalam green body membran keramik akan bereaksi dengan sisa padatan sehingga menghasilkan suatu fasa cairan pada permukaan butiran. Cairan ini membantu mengurangi porositas membran keramik dan berubah menjadi fasa menyerupai gelas setelah proses pendinginan. II.5 Zirkonium Silikat (ZrSiO 4 ) Zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) atau sering disebut zirkon dan baddeleyite (ZrO 2 ) merupakan mineral utama bagi logam zirkonium (Zr). Zirkonium merupakan logam transisi dengan nomor atom 40. Zirkonium memiliki kelimpahan 0,016 % di kerak bumi 3. Kelimpahan zirkonium ini ke-4 terbanyak dari semua logam transisi setelah besi (Fe), titanium (Ti) dan mangan (Mn). Gambar II.5 Kristal ZrSiO 4 12 ZrSiO 4 merupakan pelengkap mineral dalam semua jenis batuan beku, khususnya pada meneral-mineral silikat seperti granit, granodionit, syenit dan monasit. Struktur kristal ZrSiO 4 berbentuk kristal tetragonal. Adapun warna ZrSiO 4 bervariasi dari tidak berwarna, kuning keemasan, merah, coklat sampai hijau. 13

11 ZrSiO 4 yang tidak berwarna menunjukkan kualitas yang bagus seperti berlian. Hasil penelitian yang telah dilakukan Henmi et al 13 menunjukkan bahwa ZrSiO 4 mengandung berbagai seyawa oksida, antara lain ZrO 2 (63,21 %), SiO 2 (33,83 %), HfO 2 (1,22 %), CaO (0,62 %), FeO (0,44 %), dan beberapa senyawa oksida yang lain dengan jumlah yang sangat kecil. Mineral ZrSiO 4 merupakan mineral yang sangat menarik dan banyak terdapat di kerak bumi. ZrSiO 4 merupakan salah satu fasa pertama yang mengkristal dari magma bekuan. ZrSiO 4 merupakan mineral utama untuk memperoleh logam zirkonium dengan proses Kroll dan proses van Arkel-de Boer 3. Logam zirkonium ini banyak digunakan di industri baja untuk menghasilkan baja tahan karat, sebagai bahan penyerap neutron di reaktor nuklir dan bila digabungkan dengan logam niobium akan menghasilkan suatu bahan superkonduktor 3. ZrSiO 4 menunjukkan kestabilan kimia yang tinggi 9 dan kristal yang terbentuk tidak mengalami perubahan selama sedimentasi dan metamorfosis batuan. Oleh karena itu, ZrSiO 4 dapat digunakan untuk membedakan batuan granit beku dengan batuan granit yang terbentuk selama proses metamorfosis batuan 14. Karena ZrSiO 4 merupakan material yang mempunyai kestabilan kimia tinggi, maka kegunaan utama mineral ini adalah sebagai glasir keramik untuk memberi aspek dekoratif pada keramik serta sebagai lapisan pelindung badan keramik 2, 15. Selain itu beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa ZrSiO 4 dapat digunakan sebagai material untuk pembuatan rem non logam 16 serta dapat digunakan untuk memperbaiki gigi 17. Cadangan mineral ZrSiO 4 di Indonesia cukup besar, tersebar di beberapa daerah antara lain di Sumatera Utara, Pulau Bangka, Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan 18. Mineral ZrSiO 4 biasanya mengendap dalam bentuk pasir dan terkonsentrasi bersama dengan mineral emas ataupun mineral timah. Menurut Soepriyanto 2, kadar ZrSiO 4 dalam tailing pengolahan PT Timah cukup tinggi 14

12 (sekitar 45 %) dan bila dilakukan proses pemurnian akan dihasilkan ZrSiO 4 dengan kadar 99,67 %. II.6 Vanadium (V) Oksida (V 2 O 5 ) Vanadium (V) merupakan logam transisi dengan nomor atom 23. Vanadium merupakan unsur di batuan bumi dengan kelimpahan sekitar 0,0136 % atau unsur kimia dengan kelimpahan terbanyak ke-19 dari semua unsur kimia yang membentuk batuan bumi 3. Selain itu, vanadium juga memiliki kelimpahan ke-5 terbanyak dari semua logam transisi yang membentuk kerak bumi setelah besi (Fe), titanium (Ti), mangan (Mn) dan zirkonium (Zr). Kegunaan logam vanadium dan senyawa-senyawanya antara lain sebagai bahan aditif pada baja, katalis, fungisida, insektisida, obat-obatan, dan sebagainya 3, 19. Logam vanadium yang murni berwarna perak mengkilap dan mempunyai titik leleh 1700 o C. Kristal vanadium mempunyai struktur kubus berpusat badan (body centered cubic, bcc) 19. Vanadium biasanya ditemukan dalam bentuk senyawa yang sederhana, yaitu sulfida dan oksida 3, 19. Mineral vanadium yang utama adalah patronite (VS 4 ), vanadinite (PbCl 2.3Pb 3 (VO 4 ) 2 ) dan carnotite (K(UO 2 )(VO 4 ).15H 2 O) 3. Senyawa vanadium yang paling penting adalah vanadium (V) oksida (V 2 O 5 ). V 2 O 5 yang murni berwarna kuning oranye sampai merah bata yang diperoleh dari pemanasan amonium metavanadat (NH 4 VO 3 ) 3, 20. Dekomposisi secara termal terhadap amonium metavanadat (NH 4 VO 3 ) di udara melalui tahapan pembentukan senyawa NH 4 V 3 O 8 pada suhu o C merupakan metode yang paling umum untuk memperoleh vanadium (V) oksida (V 2 O 5 ). Pada proses dekomposisi tersebut, pada suhu sekitar o C terjadi pembentukan senyawa antara (NH 4 ) 2 V 4 O 11 atau NH 4 V 3 O 8.0,5H 2 O tergantung pada kemurnian senyawa NH 4 VO 3 yang digunakan

13 Mekanisme dekomposisi NH 4 VO 3 dapat dilihat pada Gambar II.5. Gambar II.5 Mekanisme dekomposisi NH 4 VO 3 20 V 2 O 5 merupakan katalis yang serbaguna 3. Penggunaannya yang paling penting adalah pada industri asam sulfat yaitu untuk mengoksidasi SO 2 menjadi SO 3 pada proses kontak. V 2 O 5 menggantikan katalis yang digunakan sebelumnya yaitu logam platina yang cenderung jauh lebih mahal 3, 19. V 2 O 5 juga digunakan sebagai katalis reaksi oksidasi berbagai senyawa organik dengan udara atau H 2 O 2, katalis reduksi olefin (alkena) dan senyawa hidrokarbon aromatik dengan H 3 2. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa V 2 O 5 dapat digunakan sebagai katalis untuk mengoksidasi metana dalam fasa cair 21, 22, katalis pada reaksi esterifikasi aldehid dengan H 2 O 23 2 dan sensor optik hidrogen 4. Bila V 2 O 5 digabung dengan katalis yang lain, misalnya TiO 2, maka akan lebih meningkatkan sifat fotokatalitik TiO Gabungan katalis tersebut dapat digunakan sebagai katalis untuk mereduksi Hg 2+ dalam fasa cair 25 dan sebagai katalis dalam oksidasi klorofenol 26. II.7 Karakterisasi Membran Untuk melihat sifat dan karakteristik membran keramik yang telah dibuat, dilakukan karakterisasi meliputi permeabilitas air membran, analisis struktur dengan difraksi sinar-x (X-Ray Diffraction) dan analisis morfologi dengan mikroskop elektron (Scanning Electron Microscopy). 16

14 II.7.1 Permeabilitas dan Permselektivitas Membran Permeabilitas membran merupakan salah satu cara karakterisasi membran yang berkaitan dengan ukuran dan jumlah pori pada membran. Untuk menentukan permeabilitas membran, membran diletakkan dalam sel aliran kontinu dengan larutan umpan berupa air suling. Sebelum dilakukan pengukuran, struktur pori membran dipadatkan (dikompaksi) selama beberapa saat dengan tekanan atau laju alir tertentu sampai diperoleh volum permeat yang tetap. Kemudian pengukuran dilakukan dengan cara menampung permeat yang keluar melalui membran setiap 5 10 menit. Permeabilitas membran dinyatakan sebagai fluks (J) dengan satuan L m -2 h -1. Fluks membran dihitung menggunakan persamaan: 1 dv J = A dt (II.1) dengan : J = fluks membran (L m -2 h -1 ) V = volume permeat (L) A = luas efektif membran (m 2 ) t = waktu pengukuran(h) Fluks yang dinyatakan dalam persamaan II.1 dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan : J = V A t (II.2) Permselektivitas membran (koefisien rejeksi) merupakan ukuran kemampuan suatu membran untuk menahan suatu spesi atau melewatkan spesi tertentu. Permelektivitas membran bergantung pada antaraksi membran dengan spesi yang akan dipisahkan dan ukuran spesi serta ukuran pori membran. 17

15 Permselektivitas membran dinyatakan sebagai rejeksi membran. Rejeksi membran dihitung dengan persamaan: C P R = % C (II.3) f dengan : R = rejeksi membran C p = konsentrasi permeat C f = konsentrasi larutan umpan II.7.2 Densitas Membran Untuk menentukan densitas atau massa jenis membran keramik digunakan metode piknometri. Spesimen yang ingin diketahui massa jenisnya ditimbang bersama dengan cairan yang telah diketahui densitasnya. Syarat cairan yang digunakan adalah cairan yang tidak bereaksi dengan spesimen serta tidak melarutkan spesimen. Massa jenis spesimen dihitung melalui persamaan II.4. ( w1 - w 0 ) ( w - w ) - ( w - w ) ρ spesimen = ( ρ cairan - ρ udara ) ρ udara (II.4) dengan : w 0 = massa piknometer kosong w 1 = massa piknometer + spesimen w 2 = massa piknometer + spesimen + cairan w 3 = massa piknometer + cairan II.7.3 Difraksi Sinar-X (X-Ray Diffraction) Teknik difraksi sinar-x digunakan untuk mengidentifikasi struktur fasa kristalin sampel yang berupa bubuk. Fasa kristalin tersebut akan mendifraksikan sinar-x menurut hukum Bragg: 18

16 n λ = 2dsin θ (II.5) dengan : θ = sudut difraksi kisi kristal d = jarak antar kisi λ = panjang gelombang sinar -X n = bilangan bulat; 1, 2, 3, Analisis dengan teknik difraksi sinar-x dilakukan dengan cara menembak sampel dengan elektron penembak yang mempunyai energi kinetik tinggi. Elektron penembak ini mampu melempar elektron di kulit K keluar dan menyebabkan kekosongan di kulit K. Elektron dari kulit yang lebih luar dapat mengisi kekosongan tersebut disertai emisi radiasi sinar-x. Jika elektron pengisi berasal dari kulit L, maka sinar-x yang diemisikan disebut sinar-x K α. Jika elektron pengisi berasal dari kulit M, maka sinar-x yang diemisikan disebut sinar-x K β. Setiap material mempunyai pola difraksi yang khas. Oleh karena itu, identifikasi kristal dilakukan dengan membandingkan nilai 2θ hasil percobaan dengan 2θ menurut literatur. II.7.4 Scanning Electron Microscopy (SEM) Untuk memperoleh gambaran mengenai struktur mikro permukaan dan penampang lintang membran keramik digunakan mikroskop elektron (Scanning Electron Microscopy). Mikroskop elektron bekerja dengan cara menembakkan elektron primer ke arah spesimen sampel. Berkas elektron yang mengenai spesimen sampel akan dipantulkan berupa elektron sekunder yang nantinya akan dideteksi oleh detektor. Adapun prinsip kerja mikroskop elektron dapat dilihat pada Gambar II.6. 19

17 Gambar II.6 Prinsip kerja mikroskop elektron Untuk dapat dianalisis dengan mikroskop elektron, permukaan sampel harus bersifat konduktif secara listrik. Oleh karena itu, permukaan sampel yang bukan konduktor perlu diberi lapisan tipis logam seperti emas (Au) atau paladium (Pd). Selain itu, permukaan sampel harus bersih dari pengotor. Adanya material atau pengotor pada permukaan sampel yang tidak konduktif akan menyebabkan gambar yang dihasilkan oleh mikroskop elektron berwarna sangat terang. II.7.5 Energy Dispersive X-ray (EDX) Analisis EDX merupakan teknik analisis yang terintegrasi dengan SEM. EDX digunakan untuk menganalisa komposisi elemental dari volum mikro sampel, sehingga EDX sering disebut sebagai analisis mikro. Sebagaimana pada SEM, sampel yang akan dianalisis dikenai elektron berenergi tinggi. Tumbukan elektron berenergi tinggi pada permukaan sampel menyebabkan elektron pada kulit bagian dalam atom sampel akan tereksitasi. Akibatnya terjadi kekosongan elektron pada kulit tersebut. Kekosongan ini akan diisi oleh elektron yang berada pada kulit 20

18 yang lebih luar dari inti. Perpindahan elektron ke kulit yang lebih dekat dengan inti akan disertai pelepaskan energi. Energi ini merupakan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang sinar-x yang besarnya khas untuk tiap atom atau unsur. Pada EDX, sinar-x yang diemisikan dikonversi dan disimpan secara elektronik dan bukan dengan difraksi kristal. 21

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERFAN PRIYAMBODO NIM : 20506006

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Membran Membran merupakan suatu lapisan yang selektif di antara dua fase ruah. Membran dapat dibentuk dari material yang homogen ataupun heterogen. Terdapat beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Membran Membran sering digunakan dalam proses industri yang membutuhkan suatu teknik pemisahan. Membran merupakan suatu lapisan tipis permeabel atau semipermeabel, yang terbuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya material keramik hanya dikenal sebatas untuk barang seni, peralatan rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal sebagai keramik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Membran 2.1.1 Pengertian membran Secara umum, membran didefinisikan sebagai suatu lapisan tipis selektif dan semipermeabel yang berada diantara dua fasa, yaitu fasa umpan dan fasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut : I. Definisi Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka MODUL PERKULIAHAN Proses Produksi Pemrosesan Keramik Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh Abstract Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini salah satu jenis material aplikasi yang terus dikembangkan adalah komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan atau lebih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN III.1 Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berskala laboratorium untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi aditif (additive) yang efektif dalam pembuatan keramik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik Keramik Keramik Definisi: material padat anorganik yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kitosan Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk ke dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin,

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB 7 KERAMIK Part 2

BAB 7 KERAMIK Part 2 BAB 7 KERAMIK Part 2 PENGERTIAN KERAMIK Keramik adalah bahan yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, menghasilkan berbagai penemuan baru khususnya dalam bidang elektronika. Salah satu teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh 1410100038 Dosen Pembimbing : Ir. Endang Purwanti S., MT. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D 25 Juli

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanokomposit adalah struktur padat dengan dimensi berskala nanometer yang berulang pada jarak antar bentuk penyusun struktur yang berbeda. Bahan nanokomposit biasanya

Lebih terperinci

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur); 01 : STRUKTUR MIKRO Data mengenai berbagai sifat logam yang mesti dipertimbangkan selama proses akan ditampilkan dalam berbagai sifat mekanik, fisik, dan kimiawi bahan pada kondisi tertentu. Untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 3 3 Mullite ( AlO.SiO ) merupakan bahan keramik berbasis silika dalam sistem Al yang terbentuk dari (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan O3 SiO alumina ( Al

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 1 KERAMIK #1 TIN107 Material Teknik Definisi Keramik 2 Sebuah klasifikasi dari material yang berbahan dasar tanah liat (clays), pasir (sands) dan feldspar. Tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan lapisan film tebal CuFe O 4 yaitu dengan menggunakan screen printing (penyablonan). Teknik screen printing merupakan salah satu metode

Lebih terperinci