BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan istilah yang biasa dikenal untuk menunjukkan kegiatan proses belajar antara guru dan siswa. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi pengertian tentang pembelajaran. Dalam pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai... proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sitemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Istilah pembelajaran banyak didefinisikan secara berbeda-beda oleh para ahli.. Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (2010: 32) pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan yang direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan yang penting. Keberhasilan pembelajaran ditentukan dari kesiapan guru. Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan akan memberikan pengaruh yang besar dalam proses pembelajaran itu. Murshell dalam Slameto (2010: 33) mengemukakan bahwa pembelajaran digambarkan sebagai mengorganisasikan belajar, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa. Gagne, Briggs dan Wager dalam Winataputra, Udin S (2008: 1.19), berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Isjoni (2011: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan 9

2 10 oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Sardiman (2007: 47) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Pembelajaran dipengaruhi pula oleh suasana lingkungan, lingkungan yang baik memberikan pengaruh positif bagi anak untuk menerima setiap pelajaran yang guru berikan. Berdasarkan definisi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar yaitu dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri pebelajar yang berlaku dalam waktu relatif lama, sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa dapat terbentuk dari interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan lingkungan belajarnya. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat dioptimalkan selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, belajar merupakan faktor yang menentukan hasil sebagaimana telah ditentukan dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi serta berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar merupakan hal yang penting dalam proses pemahaman konsep siswa.

3 11 Belajar adalah proses usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah dan ditempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Para ahli psikologi menetapkan berbagai definisi karena definisi merupakan rangkaian kalimat untuk menyatakan suatu konsep. Oleh karena itu, ada banyak definisi sebanyak pencetusnya walaupun ada persamaan konsep. Menurut Gagne dalam Whandi (2007) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Slameto (2010:2) menyatakan pendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman yang didapat dari lingkungan. Pengalaman itu diperoleh melalui interaksi, maka untuk membangun pengetahuan siswa dibutuhkan proses interaksi sosial yang baik. Abdilah dalam Aunurrahman (2010:35) mengartikan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha sadar yang berkesinambungan yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan perubahan tingkah laku, yang diwujudkan dalam bentuk ketrampilan, sikap atau kebiasaan, dan pengetahuan, sebagai hasil latihan atau pengalaman serta interaksi sosial dengan kelompok dan lingkungan melalui pemecahan masalah yang riil, biasanya dalam suatu mekanisme kolaboratif.

4 12 c. Teori-Teori Belajar Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kompleks serta selalu mengalami perubahan. Teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh pada definisi belajar yang digunakannya. Secara umum pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang agar terjadi perubahan perilaku dari diri orang tersebut. Apabila seseorang telah melakukan suatu proses kegiatan tetapi pada akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, maka dikatakan tidak terjadi proses belajar dalam diri orang itu. Teori-teori yang mendukung dan mendasari pembelajaran dengan metode Team Assisted Individualization yaitu teori belajar kontruktivisme, teori belajar Vygotsky, teori perkembangan Piaget, teori belajar Ausubel, teori belajar Gagne, teori kognitif, dan teori psikologi sosial. 1) Teori Belajar Konstruktivisme Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat von Glasersfeld dalam Paul Suparno S. J. (2005: 75). Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan yaitu; a) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, b) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan c) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya (Asri Budiningsih, 2005: 57-58). Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk oleh interaksi dengan pengalamanpengalaman tersebut. Kemampuan membandingkan sangat penting untuk dapat menarik suatu sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus lalu dapat melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan. Kadang, seseorang lebih menyukai pengalaman tertentu dari pada yang lain, dan disini akan muncul soal nilai dari pengetahuan yang kita bentuk. Brooks dan Brooks (1999) dalam Daniel Muijs dan David Reynolds yang diterjemahkan oleh Helly Prajitno Soetjipto (2008: 105) memberikan

5 13 perbandingan menarik antara kelas konstruktivis dan tradisional, seperti yang tersajikan dalam Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Perbandingan kelas konstruktivis dan tradisional Tradisional Konstruktivis Kegiatan-kegiatannya terutama Kegiatan-kegiatannya terutama bersandar pada textbooks bersandar pada materi-materi hands-on Presentasi materi dimulai Presentasi materi dimulai dengan dengan bagian-bagian, keseluruhan, kemudian pindah ke kemudian pindah ke keseluruhan bagian-bagian. Menekankan pada keterampilanketerampilan Menekankan pada ide-ide besar dasar Guru menekankan tentang harus diikutinya kurikulum yang pasti Guru mengikuti pertanyaan-pertanyaan murid Guru mempresentasikan Guru menyiapkan sebuah lingkungan informasi kepada murid belajar, di mana murid dapat menemukan pengetahuan Guru berusaha membuat murid Guru berusaha membuat murid memberikan jawaban benar mengungkapkan sudut pandang dan pemahaman mereka, sehingga mereka dapat memahami pembelajaran mereka Asesmen dilihat sebagai sebuah Asesmen dilihat sebagai sebuah kegiatan tersendiri dan terjadi melalui testing kegiatan yang diintegrasikan dengan belajar-mengajar dan terjadi melalui portofolio dan observasi Von Glaserfeld (1989) dalam Paul Suparno, S. J., (2005: 83) menjelaskan pengaruh konstruktivisme dalam studi bersama grup. Menurutnya, dalam studi group, siswa yang bekerja bersama pada suatu persoalan, harus mengungkapkan bagaimana mereka melihat persoalan itu dan hal-hal yang ingin ia buat dengan persoalan itu. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar

6 14 konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. Menurut von Glaserfeld dalam Paul Suparno, S. J. (2005: 85), pengajar perlu membiarkan murid menemukan cara yang paling menyenangkan dalam pemecahan persoalan. Murid kadang suka mengambil jalan yang tidak disangka, yang tidak konvensional untuk memecahkan suatu soal. Bila seorang guru tidak menghargai cara penemuan mereka, ini berarti menyalahi sejarah perkembangan sains, yang dimulai juga dari kesalahan-kesalahan. 2) Teori Belajar Vygotsky Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran, yaitu ( a) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the sosiocultural of learning). Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran. b) Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development). Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten. c) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian

7 15 dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya. d) Perancahan (scaffolding). Perancahan atau scaffolding, merupakan satu ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. Perancahan berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Vygotsky juga mulai meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak secara psikologis. Namun, Vygotsky menekankan interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik (Cobb, 1996 dalam Paul Suparno, S. J., 2005 : 79). Itulah sebabnya banyak implikasi pendidikan yang membuat siswa berpartisipasi alam aktivitas para ahli. Dalam interaksi dengan mereka itulah para murid ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya lebih sesuai dengan konstruksi para ahli (Paul Suparno, S. J., 2005: 79-80). Menurut Isjoni (2011: 55), Vygotsky mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ada dua jenis perkembangan pengertian yaitu pengertian spontan dan pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan kelas, atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolah. Teori Vygotsky menekankan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini. Selain itu, ide yang diungkapkan Vygotsky adalah scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada

8 16 anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu (Isjoni, 2011: 56). Nilai penting yang dapat diambil dari ide Vygotsky serta mendukung penelitian ini adalah belajar dalam tim (dengan berdiskusi) maka akan terjadi interaksi sosial antara siswa dengan teman sebaya yang lebih mampu dan dengan guru, sehingga siswa dapat maju kezone of proximal development tempat pembelajaran baru terjadi. Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding, yaitu membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai pemahaman dan keterampilan, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut sampai akhirnya siswa dapat belajar sendiri serta mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya. Hal ini bertujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri. 3) Teori Perkembangan Piaget Jean Piaget merupakan seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif manusia. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur seseorang, maka makin komplek susunan sel syarafnya, sehingga makin meningkat pula kemampuannya. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Setiap anak akan melewati tahapan demi tahapan secara hirarki, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget dalam Daniel Muijs and David Reynolds (2008: 24) membagi tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat, yaitu: a) Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun), b) Tahap Pra-operasional (2-7 tahun), c) Tahap Operasional Konkret (7 12 tahun), d) Tahap Operasional formal (12 tahun ke atas). Teori perkembangan kognitif menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita dikenal dengan teori belajar

9 17 konstruktivisme. Dalam teori Piaget, ada tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan fisik (physical knowledge), pengetahuan logika-matematik (logicomathematical knowledge) dan pengetahuan sosial (sosial knowledge). Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang ciri-ciri fisik dan obyek. Sumber pengetahuan fisik terutama terdapat dalam obyek itu sendiri, sehingga obyek menjadi sumber dari pengetahuan sebagai pengamatan. Pengetahuan logika-matematik bersifat abstrak, terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan diintroduksikan pada obyek-obyek. Sedangkan pengetahuan sosial merupakan pengetahuan yang dibuat bersama oleh masyarakat, yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Jadi pengetahuan sosial membutuhkan manusia, tanpa interaksi dengan manusia, tidak mungkin bagi seorang anak untuk memperoleh pengetahuan sosial (Muhibbin Syah, 2009: 24-29). Walaupun terdapat perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Siswa kelas X termasuk dalam tingkat operasional formal. Anak pada tingkat operasional formal dalam berfikir tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkret tetapi juga mempunyai kemampuan berfikir abstrak. Oleh karena itu metode pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Team Assisted Individualy adalah sesuai dimana siswa belajar dalam tim/kelompok, bekerja sama memecahkan masalah dan memahami materi dengan cara berdiskusi. 4) Teori Belajar Ausubel Menurut Ausubel, bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam stuktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi

10 18 yang telah dipelajari dan diingat siswa. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran dalam kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan, sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri (Isjoni, 2011: 35-36). Inti teori belajar Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (2011: 95-98) ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bemakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Ada tiga kebaikan teori belajar bermakna, yaitu : (1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat. (2) Informasi yang tersubsumsi berakibat peningkatan diferensiasi dari submersubmer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip. (3) Informasi yang telah dilupakan meninggalkan efek residual, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun sudah terjadi lupa. 5) Teori Belajar Gagne Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu belajar responden, belajar kontiguitas, belajar operant, belajar observasional, dan belajar kognitif. Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itupada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi. Bentuk belajar semacam ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini sering kita alami. Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar

11 19 pengulangannya. Belajar semacam ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari metode-metode, dan masing- masing kita mungkin menjadi suatu metode bagi orang lain dalam belajar observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwaperistiwa disekitar kita (Syaiful Sagala, 2009:17-28). 2. Metode Pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization) Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode pembelajaran yang telah dikembangkan. Salah satunya adalah metode pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization). TAI adalah metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Slavin, Teams Assisted Individualization dapat diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara individual. Metode TAI ini merupakan metode pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa yang lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilisator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pembelajaran TAI akan memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam system kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Menurut Slavin (2010, ) secara umum TAI terdiri dari delapan komponen utama, yaitu: a. Kelompok/Tim Kelompok dalam pembelajaran TAI terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili bagiannnya dari kelas dalam menjalankan aktivitas akademik. Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja sehingga bias mengerjakan dengan baik. Dalam hal ini siswa biasanya

12 20 menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang ada, membandingkan soal yang ada, dan mengoreksi beberapa miskonsepsi jika dalam tim mengalami kesalahan. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai asisten atau anggota lain yang lebih tahu. b. Tes Pengelompokan Siswa-siswa diberi tes awal pada awal program pembelajaran. Hasil dari tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan poin yang mereka peroleh. c. Materi Kurikulum Pada proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi. d. Kelompok Belajar Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya atau asisten yang telah ditunjuk, kalau belum paham baru minta penjelasan guru. e. Penilaian dan Pengakuan Tim Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat/penghargaan atau sejenisnya jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan. f. Mengajar Kelompok Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual maupun kelompok dengan kebebasan tetapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa sangat diutamakan pada pembelajaran TAI.

13 21 g. Lembar Kerja Pada setiap sub konsep materi pokok diberikan lembar kerja secara individual untuk mengetahui pemahaman bahan atau materi dapat berupa ringkasan materi yang dipelajari dirumah kemudian pertemuan selanjutnya dikerjakan. h. Mengajar Seluruh kelas Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentikan program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Pada akhir pembelajaran diberikan kesimpulan dari materi. Metode pembelajaran kooperatif TAI (Teams Assisted Individualization) dalam pelaksanaannya terbagi menjadi: a. Pengelompokan Dalam proses pengelompokkan didasarkan pada prestasi belajar sebelumnya, dalam hal ini hasil pretes materi yang akan diajarkan. b. Tahap Penyajian materi Pelajaran Pada tahap ini materi pelajaran diperkenalkan melalui penyajian kelas. Pada penyajian materi pelajaran ini dilakukan melalui : 1) pengajaran kelompok. Jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu kelompok, maka kelompok tersebut dapat meminta guru untuk menjelaskan materi yang belum dipahami tersebut, sedangkan kelompok lain yang sudah paham dapat melanjutkan pekerjaannya; 2) Pengajaran seluruh kelas. Pengajaran dilakukan pada proses akhir pembelajaran. Guru menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting dalam pembelajaran. Keaktifan siswa sangat diharapkan melalui pengajaran ini. c. Kegiatan Kelompok Setelah terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing individu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja pada buku mereka. Mereka bekerja sebagai satu tim, jika terdapat kesulitan dipecahkan secara bersama-sama dengan kelompoknya. Setelah selesai mengerjakan secara mandiri, kemudian saling mencocokan dengan teman sekelompoknya. Paket soal yang

14 22 terdapat di lembar kerja diberikan menurut tingkat kesukaran soal, diurutkan dari soal yang mudah dilanjutkan soal yang sukar dan juga sesuai dengan urutan materi, dari materi yang mudah dilanjutkan materi yang sulit. Setelah paket soal selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain untuk mengukur keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberi nilai oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif metode TAI, menekankan kerjasama kelompok dimana seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompoknya. Dengan metode TAI yang dibantu dengan media handout ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk saling membantu anggota kelompoknya, sehingga semua siswa dapat menguasai materi tata nama senyawa, Peran guru dalam metode TAI ini hanya bertindak sebagai fasilisator dan mediator serta menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. 3. Media Pembelajaran Handout a. Definisi Handout Media merupakan alat komunikasi dan sumber informasi. Media digunakan untuk mempermudah komunikasi dan proses mengajar. pembelajaran mempunyai beberapa kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) teknologi audio-visual, (3) hasil teknologi berdasarkan komputer, (4) penggabungan teknologi cetak dan komputer (Arsyad, 2011:29). Handout adalah termasuk media cetak karena handout berbasis teks atau tulisan di dalam lembaran. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis atau cetak yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Menurut Prastowo (2011:79) handout adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik. Bahan ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan mereka saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian bahan ajar ini tentunya bukanlah sesuatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan praktis.

15 23 Pendapat lain tentang handout disampaikan oleh Slirawati (2010) bahwa handout merupakan bahan ajar yang dituangkan secara ringkas yang berguna sebagai pegangan dalam pembelajaran. Dengan adanya handout guru membantu peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara lebih terarah dan terfokus, karena handout adalah sejenis kisi kisi materi aja yang akan disampaikan guru. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa handout merupakan media atau bahan pembelajaran cetak yang diberikan secara cuma-cuma kepada siswa yang berisi tentang ringkasan materi dan materi tersebut sesuai dengan kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh siswa. b. Fungsi Handout Media pembelajaran ini tentunya memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti yang di ungkapkan oleh Steffen dan Ballstaedt dalam Prastowo (2011:80) fungsi handout antara lain: 1) Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat 2) sebagai pendamping penjelasan pendidik 3) sebagai bahan rujukan peserta didik 4) memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar 5) pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan 6) memberi umpan balik Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa handout memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran, diantara fungsi-fungsi di atas semua mengacu pada kemudahan siswa untuk mendapatkan informasi saat mengikuti pembelajaran, sehingga dengan demikian tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. c. Langkah-langkah Penyusunan Handout Menurut Prastowo (2011:86) adapun langkah-langkah penyusunan handout adalah sebagai berikut: 1) Lakukan analisis kurikulum 2) Tentukan judul handout dan sesuaikan dengan kompetensi dasar serta materi pokok yang akan dicapai

16 24 3) kumpulkan referensi sebagai bahan penulisan usahakan referensi yang digunakan terkini dan relevan dengan materi pokoknya 4) dalam menulis, usahakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang 5) evaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang 6) perbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan 7) gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout. Berdasarkan pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa dalam pembuatan handout perlu mengikuti beberapa langkah-langkah penyusunannya, hal ini dimaksudkan agar handout yang dibuat dapat lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran. 4. Interaksi Sosial a. Definisi Interaksi Sosial Menurut Slamet Santoso (2006: 10), pada hakekatnya manusia memiliki sifat yang dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : 1) Manusia sebagai makhluk individu; 2) manusia sebagai makhluk sosial dan; 3) manusia sebagai makhluk berketuhanan. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesama dalam hidupnya disamping tuntutan untuk berkelompok. Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, artinya bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tantang kehadirannya disamping kehadiran individu lain. Hal ini disebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu terhadap yang lain, ketika mereka berbuat, saling mengakui dan saling mengenal. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 65) interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang per orang dengan kelompok manusia. Slamet Santoso (2006: 11) mengutip pendapat S.S. Sergeant yang mengatakan social interaction is to consider social behavior always within a group framework, as related to group structure and function. Apa yang dikemukakan oleh S.S. Sargent tentang interaksi sosial memandang tingkah laku sosialyang selalu dalam kerangka kelompok seperti struktur dan fungsi dalam kelompok.

17 25 Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 65-66), kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: 1) antar orang perorang, dilakukan dalam proses sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai di masyarakat; 2) antara individu dengan suatu kelompok sosial atau sebaliknya; 3) antara kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya. Komunikasi memberikan penafsiran kepada manusia yang berwujud pembicaraan, gerak badaniah, sikap dan tindakan. Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang (pengirim) baik secara langsung maupun melalui media kepada orang lain (penerima). Sejalan dengan itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses berbagi bersama perasaan, gagasan, sikap, dan perilaku dalam meraih tujuan yang diinginkan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masingmasing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Adapun indikator interaksi sosial sebagai berikut: siswa dapat mengenali diri sendiri dengan baik, menghargai orang lain, mampu bekerja sama seperti san tidak bersifat egois. b. Teori-teori Interaksi Sosial Bales dalam Slamet Santoso (2006:27) mengemukakan teori tentang interaksi sosial. Teori tersebut meliputi aspek-aspek interaksi sosial, antara lain berupa: 1) situasi, yaitu suasana dimana tingkah laku masing-masing individu tersebut berlangsung; 2) aksi/interaksi adalah suatu tingkah laku yang tampak sebagai pernyataan pribadi; 3) setiap aksi adalah interaksi, sebab aksi/interaksi selalu menghubungkan subyek dengan obyek atau situasi tertentu. Macam-macam interaksi sosial yaitu meliputi : 1) interaksi antara individu dengan diri pribadi; 2) interaksi antara individu dengan individu; 3) interaksi antara individu dengan kelompok; dan 4) interaksi antara kelompok dengan kelompok.

18 26 c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu 1). Faktor Imitasi, merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah laku, mode pakaian dan lain-lain. 2). Faktor Sugesti, yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari orang lain. 3). Faktor identifikasi, merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. 4). Faktor Simpati, merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya berdasarkan sugesti atau imitasi saja. d. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Menurut Merton Deuttah dalam Slamet Santoso (2006:22-23), bentukbentuk interaksi sosial antara lain: 1) kerjasama (cooperation), yaitu suatu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu yang lain juga mencapai tujuan. Perlu disadari bahwa tujuan bersama tersebut merupakan perpaduan atau kepentingan masing-masing individu anggota kelompok sehingga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling member atau menerima pengaruh dari anggota lain; 2) persaingan (competition), yaitu suatu bentuk interaksi sosial ketika seseorang individu dapat mencapai tujuan tersebut. Persaingan dapat pula diartikan sebagai suatu proses sosial ketika individu/kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Persaingan memiliki fungsi-fungsi, antara lain:menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok, menarik perhatian umum atau masyarakat, dan alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga tujuan kelompok lekas tercapai. Menurut Park dan Burgess dalam Slamet Santoso (2006: 23-27), bentuk interaksi sosial dibagi menjadi: 1) persaingan (competition); 2) pertentangan (conflict), yaitu merupakan proses sosial dimana individu-individu atau kelompok individu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menetang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan; 3) persesuaian (accomodation), yaitu a process of increasing mutual adaption or adjustment. Typically accommodation is a kind of comprise by which conflict is halted, though often only temporally (S.S. Sargent). Persesuaian merupakan usaha dimana individu-individu atau kelompok individu saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Ada juga

19 27 yang mendefinisikan usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi juga berarti suatu proses ketika individu atau kelompok saling menyesuaikan diri untuk mengatasi ketegangan-ketengan; 4) perpaduan/asimilasi (assimilation) yaitu suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai adanya usaha-usaha menguarangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara individu-individu atau kelompokelompok dan juga merupakan usah-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan atau tujuan bersama. Kourt dalam Slamet Santoso (2006: 27) membagi interaksi sosial menjadi 1) komensalisme yaitu suatu interaksi sosial yang dilaksanakan tanpa adanya perjanjian terlebih dahulu; 2) parasialisme yaitu suatu interaksi sosial yang hanya menguntunkan salah sata pihak saja; 3) mutualisme yaitu interaksi sosial yang menguntungkan kedua belah pihak; 4) sociality yaitu suatu interaksi sosial yang bersifat kemasyarakatan. meliputi: Abu Ahmadi (2004:99) mengemukakan bentuk-bentuk interaksi soaial 1) kerjasama; 2) akomodasi; 3) asimilasi, yaitu suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi adanya perbedaan yang terdapat pada tiap-tiap individu atau kelompok manusia dengan meningkatkan kesatuan sikap, tindakan, dan proses-proses mental sebagai upaya mencapai tujuan dan kepentingan bersama; 4) persaingan, yaitu suatu proses dimana individu atau kelompok yang bersaing berusaha mencari keuntungan melalui bidang0bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian dan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman; 5) kontrovensi, merupakan gejala-gejala adanya rasa ketidakpuasan terhadap keputusan atau tindakan orang lain; 6) pertentangan/konflik, yaitu suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menantang pihak lain melelui ancaman atau kekerasan. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa bentukbentuk interaksi sosial yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju ke arah stabilitas sosial) yang dilakukan melalui kerjasama, akomodasi, asimilasi, akulturasi dan bersifat dissosiatif demi persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Dalam penelitian ini, indikator untuk mengetahui tingkat interaksi sosial yang terjadi pada siswa dapat ditinjau dari :

20 28 1) kerjasama (cooperation); 2) persaingan (competition); 3) pertentangan (conflict); 4) persesuaian (accomodation); dan 5) perpaduan (assimilation). e. Kelompok Model-Model Interaksi Sosial atau Social Models Kelompok model-model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama. Model-model interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi, yaitu : 1) Masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan dengan menggunakan proses-proses sosial. 2) Proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus menerus. Kelompok model ini menganggap bahwa mengajar pada hakekatnya sebagai hubungan sosial dan manusia pandai melakukan hubungan sosial itulah yang membentuk better society. Model ini menekankan pentingnya individu untuk melakukan hubungan dengan orang lain (Mulyani Sumantri, 2001: 55-56). 5. Prestasi Belajar Dalam proses pembelajaran hasil belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Dengan melihat prestasi belajar siswa ini dapat membantu guru atau pengajar dalam meramalkan tujuan pembelajaran apakah sudah tercapai atau belum. Prestasi belajar siswa yang tinggi merupakan indikator positif tercapainya tujuan pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Winkel (2009:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan

21 29 seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut S. Nasution (2002:17) prestasi belajarnya adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Dalam pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sistem penilaian prestasi belajar ditinjau dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Yasmin, 2008: 33). a. Kognitif Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual. Kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Antara lain, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam menerapkan keenam tingkat kognitif, perlu diperhatikan eksistensi dan kontinuitas dari tingkat yang lebih rendah, kongkret, sederhana, (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat yang paling tinggi, kompleks, dan abstrak (tingkat evaluasi). b. Afektif Aspek afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif yaitu memperhatikan suatu fenomena sederhana sampai kepada yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam Depdiknas (2008: 4) tujuan afektif tersebut sebagai sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral. c. Psikomotorik Ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu. Pengukuran keberhasilan pada aspek keterampilan ditujukan pada keterampilan kerja dan

22 30 ketelitian dalam mendapat hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki siswa bertujuan mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai teknik praktikum, khususnya dalam penggunaan alat dan bahan, pengumpulan data, meramalkan, dan menyimpulkan. 6. Materi Tata Nama Senyawa Kimia dan Persamaan Reaksi Kimia a. Tata Nama Senyawa Kimia Setiap senyawa perlu mempunyai nama spesifik. Namun, pemberian nama yang spesifik bukan berarti tanpa masalah, sebab jumlah senyawa sangat banyak. Dewasa ini tidak kurang dari 10 juta senyawa yang sudah dikenal dan ribuan senyawa ditemukan tiap tahun. Untuk mengatasi masalah tersebut, himpunan kimia sedunia yang dikenal dengan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) telah merumuskan tata nama senyawa kimia. Nama yang didasarkan pada aturan IUPAC ini kita kenal sebagai nama IUPAC. 1) Tata Nama Senyawa Anorganik a) Tatanama Senyawa Biner Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terbentuk dari dua macam unsur yang berbeda (terdiri atas unsur logam dan nonlogam disebut dengan senyawa biner ionik, serta unsur nonlogam dan nonlogam disebut dengan senyawa biner kovalen). (1) Senyawa Biner Kedua-duanya Nonlogam (Biner Kovalen) Senyawa biner kedua-duanya nonlogam merupakan senyawa yang tersusun atas unsur-unsur, bukan ion-ion. Dalam penamaan senyawa biner mengikuti aturan sebagai berikut: (a). Unsur yang berada di depan atau unsur pertama disebut sesuai dengan nama unsur tersebut dan ditandai dengan awalan angka Yunani, Jika unsur pertama memiliki jumlah satu biasanya tidak dituliskan dengan awalan angka Yunani. (b). Unsur yang berada di belakang atau unsur kedua ditandai dengan awalan angka Yunani, dan dinamai sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran -ida.

23 31 Awalan angka Yunani Mono = 1 Heksa = 6 Di = 2 Hepta = 7 Tri = 3 Okta = 8 Tetra = 4 Nona = 9 Penta = 5 Deka = 10 Contoh: CO : karbon monoksida CO 2 : karbon dioksida N 2 O 5 : dinitrogen pentaoksida PCl 5 : fosfor pentaklorida (2) Senyawa Biner dari Logam dan Nonlogam (Biner Ionik) Senyawa biner ionik merupakan senyawa yang tersusun atas unsur logam dan unsur nonlogam. Senyawa ini terbentuk dari ikatan antar ion. Pada unsur logam khususnya golongan transisi yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu maka siswa disarankan untuk menghafal unsur-unsur tersebut untuk mempermudah dalam penamaan. Dalam penamaan senyawa biner ionik mengikuti aturan sebagai berikut: (a). Unsur yang berada di depan disebut sesuai dengan nama unsur tersebut. (b). Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran -ida. Contoh: KBr : kalium bromida NaCl : natrium klorida AlCl 3 : alumunium klorida BaCl 2 : barium klorida Pada senyawa biner tersebut di atas, unsur logam sebagai kation (ion positif) dan unsur nonlogam sebagai anion (ion negatif). Apabila ion positif dan ion negatif bergabung membentuk senyawa, jumlah muatannya harus nol. Contoh:

24 32 Ion Fe 3+ apabila bergabung dengan ion S 2 akan membentuk senyawa dengan rumus kimia Fe 2 S 3, sebab untuk menjadikan netral setiap tiga ion S 2 yang mempunyai muatan 2 memerlukan 2 buah ion Fe 3+ yang bermuatan +3. Pada penamaan senyawa biner ionik yang mengandung unsur transisi sebagai berikut: (a). Unsur yang berada di depan disebut sesuai dengan nama Indonesia unsur tersebut, diikuti dengan jumlah muatannya yang dituliskan dengan angka romawi. (b). Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran -ida. Perhatikan beberapa contoh berikut: FeCl 3 : besi(iii) klorida SnO : timah(ii) oksida AgBr : perak(i) bromida CuCl 2 : tembaga(ii) klorida b) Senyawa yang Tersusun Atas Ion Poliatom Ion-ion dibedakan menjadi ion atom tunggal (ion monoatom) dan ion yang tersusun atas gabungan beberapa unsur yang disebut ion poliatom. Cara pemberian nama senyawa yang tersusun atas kation dan anion poliatomik yaitu: (1). Nama logam kation diikuti dengan nama anionnya. (2). Jika logam kation merupakan usur transisi, dinamai sesuai dengan nama Indonesia unsur tersebut, diikuti dengan jumlah muatannya yang dituliskan dengan angka romawi kemudian diikuti nama anioannya. Untuk mempermudah dalam penamaan senyawa yang tersusun atas ion poliatomik sangat disarankan bagi siswa untuk menghafal baik nama dan jumlah muatan dari kation poliatomik dan anion poliatomik. Hal ini dikarenakan banyaknya ion poliatomik dengan nama dan jumlah muatan yang

25 33 ada. Contoh: NH 4 Cl NaNO 3 : amonium klorida : natrium nitrat KCN : kalium sianida Zn(OH) 2 : seng(ii) hidroksida (pada senyawa ini, bilangan oksidasi seng = 2) FeC 2 O 4 : besi(ii) oksalat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 2) Fe 2 (SO 4 ) 3 : besi(iii) sulfat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 3) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nama senyawa ion poliatomik sebagai berikut: (a). Kebanyakan ion poliatom bermuatan negatif kecuali ion ammonium (NH + 4 ). (b). Hampir seluruh ion poliatom mengandung oksigen, kecuali CN dan NH4 +. Untuk jumlah oksigen yang lebih sedikit diberi akhiran -it, dan 2- untuk jumlah oksigen yang lebih banyak diberi akhiran -at. Contoh: SO 3 2- diberi nama sulfit sedangkan SO 4 diberi nama sulfat. (c). Penamaan pada ion poliatomik yang mengandung unsur oksigen yang lebih dari dua jenis anion adalah sebagai berikut. Anion dengan jumlah oksigen terkecil diberi awalan hipo- dan akhiran it. Untuk penambahan oksigen selanjutnya, penamaannya hanya diberi akhiran it. Untuk penambahan oksigen berikutnya penamaannya diberi akhiran at. Pada penamaan dengan penambahan oksigen dengan jumlah oksigen terbanyak diberikan awalan per- dan akhiran at. Contoh: ClO - : hipoklorit - ClO 2 : klorit - ClO 3 : klorat - ClO 4 : perklorat (d). Suatu senyawa bersifat netral. Oleh karena itu, apabila suatu senyawa belum netral, ion-ion yang berbeda muatannya harus disamakan terlebih

26 34 dahulu dengan menambahkan angka indeks. Contoh: Ion Pb 2+ dan NO3 -. Oleh karena Pb 2+ bermuatan 2+ sedangkan NO3 - bermuatan -1 untuk membentuk senyawa yang netral diperlukan 2 NO3 -. Maka senyawanya menjadi Pb(NO3)2. Berikut ini adalah beberapa pengelompokan jenis anion dan kation: Tabel 2.2 Beberapa Jenis Kation No Rumus Nama ion No Rumus Nama Ion 1 Na + Natrium 13 Pb 2+ Timbal (II) 2 K + Kalium 14 Pb 4+ Timbal (IV) 3 Mg 2+ Magnesium 15 Fe 2+ Besi (II) 4 Ca 2+ Kalsium 16 Fe 3+ Besi (III) 5 Sr 2+ Stronsium 17 Hg + Raksa (I) 6 Ba 2+ Barium 18 Hg 2+ Raksa (II) 7 Al 3+ Alumunium 19 Cu + Tembaga (I) 8 Zn 2+ Zink 20 Cu 2+ Tembaga (II) 9 Ni 2+ Nikel 21 Au + Emas (I) 10 Ag + Perak 22 Au 3+ Emas (III) 11 Sn 2+ Timah (II) 23 Pt 4+ Platina (IV) 12 Sn 4+ Timah (IV) 24 NH4 + Amonium Tabel 2.3 Beberapa Jenis Anion No Rumus Nama Ion No Rumus Nama Ion 1 OH - Hidroksida 16 SO4 2- Sulfat 2 O 2- Oksida 17 PO3 3- Fosfit 3 F - Fluorida 18 PO4 3- Fosfat 4 Cl - Klorida 19 AsO3 3- Arsenit 5 Br - Bromida 20 AsO4 3- Arsenat 6 I - Iodida 21 SbO3 3- Antimonit 7 CN - Sianida 22 SbO4 3- Antimonat 8 S 2- Sulfida 23 ClO - Hipoklorit 9 CO3 2- Karbonat 24 ClO2 - Klorit 10 SiO3 2- Silikat 25 ClO3 - Klorat 11 C2O4 2- Oksalat 26 ClO4 - Perklorat 12 CH3COO - Asetat 27 MnO4 - Permanganat 13 NO2 - Nitrit 28 MnO4 2- Manganat

27 35 14 NO3 - Nitrat 29 CrO4 2- Kromat 15 SO3 2- Sulfit 30 Cr2O7 2- Dikromat Tabel 2.4 Beberapa Pengelompokan Kation Monokation Monokation bermuatan +1 Monokation bermuatan +2 Monokation bermuatan +3 Monokation bermuatan +4 Na + Natrium Mg 2+ Magnesium Al 3+ Alumunium Sn 4+ Timah (IV) K + Kalium Ca 2+ Kalsium Fe 3+ Besi (III) Pb 4+ Timbal (IV) Ag + Perak (I) Sr 2+ Stronsium Au 3+ Emas (III) Pt 4+ Platina (IV) Hg + Raksa (I) Ba 2+ Barium Cu + Tembaga (I) Zn 2+ Zink (II) Au + Emas (I) Ni 2+ Nikel (II) Sn 2+ Pb 2+ Fe 2+ Hg 2+ Cu 2+ Timah (II) Timbal (II) Besi (II) Raksa (II) Tembaga (II) Polikation Polikation bermuatan +1 NH 4 + Amonium Tabel 2.5 Beberapa Pengelompokan Anion Monoanion bermuatan -1 Monoanion Monoanion bermuatan -2 Jenis-Jenis Anion Polianion bermuatan -1 Polianion Polianion bermuatan -2 Polianion bermuatan -3 F - Fluorida O 2- Oksida OH - Hidroksida CO3 2- Karbonat PO3 3- Fosfit Cl - Klorida S 2- Sulfida CN - Cianida SiO3 2- Silikat PO4 3- Fosfat Br - Bromida NO2 - Nitrit C2O4 2- Oksalat AsO3 3- Arsenit I - Iodida NO3 - Nitrat SO4 2- Sulfat AsO4 3- Arsenat CH3COO - Asetat SO3 2- Sulfit SbO3 3- Antimonit ClO - Hipoklorit MnO4 2- Manganat SbO4 3- Antimonat ClO2 - ClO3 - ClO4 - MnO4 - Klorit Klorat Perklorat Permanganat

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 6 BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA A. Rumus Kimia Rumus kimia merupakan kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu. Rumus kimia terdiri dari

Lebih terperinci

Tata Nama Senyawa Kimia

Tata Nama Senyawa Kimia ~CO2 = KARBONDIOKSIDA ~NaCl = NATRIUM KLORIDA ~CH3COOH = CUKA / ASAM ASETAT ~H2SO4 = ASAM SULFAT ~Na2CO3 = NATRIUM KARBONAT ~MgCO3 = MAGNESIUM KARBONAT ~NaOH = NATRIUM KARBONAT ~(NH4)2SO4 = AMONIUM SULFAT

Lebih terperinci

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. STANDAR KOMPETENSI Mendiskripsikan hukumhukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. B. Kompetensi Dasar : Menuliskan nama senyawa anorganik

Lebih terperinci

BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA

BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA 1. BILANGAN OKSIDASI Bilangan oksidasi suatu unsur menggambarkan kemampuan unsur tersebut berikatan dengan unsur lain dan menunjukkan bagaimana peranan elektron

Lebih terperinci

Untuk penamaan senyawa biner ionik yang dibentuk dari satu unsur logam dan satu

Untuk penamaan senyawa biner ionik yang dibentuk dari satu unsur logam dan satu Tata Nama Senyawa Kimia Bagaimana menyebutkan nama senyawa berdasrkan komponen penyusunnya? Apakah semua senyawa yang telah ditemukan memiliki nama khusus?dulu,senyawa dinamakan sesuai asal ditemukannya,misalnya,asam

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA. Tata Nama Senyawa Kimia

MAKALAH KIMIA. Tata Nama Senyawa Kimia MAKALAH KIMIA Tata Nama Senyawa Kimia DI S U S U N OLEH X.1 2015/2016 SMA NEGERI 2 BANTAENG KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATANAMA SENYAWA BINER DAN POLIATOM

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATANAMA SENYAWA BINER DAN POLIATOM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATANAMA SENYAWA BINER DAN POLIATOM Sekolah : SMAN 16 SURABAYA Mata pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit ******************************************************************************

Lebih terperinci

kimia TATA NAMA SENYAWA I

kimia TATA NAMA SENYAWA I K-13 Kelas X kimia TATA NAMA ENYAWA I Tujuan Pembelajaran etelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara senyawa biner dan poliatomik. 2. Memahami

Lebih terperinci

TATA NAMA SENYAWA DAN PER- SAMAAN REAKSI

TATA NAMA SENYAWA DAN PER- SAMAAN REAKSI TATA NAMA SENYAWA DAN PER- SAMAAN REAKSI A. RUMUS KIMIA B. TATA NAMA SENYAWA ANRGANIK C. PERSAMAAN REAKSI Materi tersusun oleh atom-atom, misalnya tembaga, jika tembaga kita potong menjadi dua bagian masing-masing

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION 1 LOGO Analisis Kation 2 Klasifikasi Kation Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari: Klorida (asam klorida) Sulfida, (H 2

Lebih terperinci

Tata Nama Senyawa & Persamaan Kimia

Tata Nama Senyawa & Persamaan Kimia Tata Nama Senyawa & Persamaan Kimia TATA NAMA SENYAWA Tata Nama Senyawa Senyawa Anorganik Senyawa Organik Senyawa biner Senyawa Poliatomik Senyawa Asam Senyawa Basa Logam - Nonlogam Nonlogam- Nonlogam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan (swelling) tanah lempung tanpa elektrokinetik Hasil pengujian pengembangan tanah lempung tanpa elektrokinetik dapat dilihat pada Lampiran

Lebih terperinci

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Reaksi Dan Stoikiometri Larutan Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri dari:

Lebih terperinci

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Reaksi dan Stoikiometri Larutan Reaksi dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada larutan elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri

Lebih terperinci

MODUL 9. Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2

MODUL 9. Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2 MODUL 9 Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2 I. Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit, serta oksidasi-reduksi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik Hasil pengujian berikut dilakukan sebagai pembanding bagaimana nilai pengembangan

Lebih terperinci

REAKSI OKSIDASI REDUKSI

REAKSI OKSIDASI REDUKSI 6 REAKSI KSIDASI REDUKSI A. PENGERTIAN REDUKSI-KSIDASI B. ATURAN BILANGAN KSIDASI C. KSIDATR DAN REDUKTR D. REAKSI AUTREDKS (DISPRPRSI) E. PENERAPAN REAKSI REDKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI F. TATA NAMA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr.

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab 3a Tabel Periodik Kapan unsur-unsur ditemukan? 8.1 1 ns 1 Konfigurasi elektron

Lebih terperinci

TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI. A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI. A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya BAB 4 TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

LOGO Analisis Kation

LOGO Analisis Kation LOGO Analisis Kation Golongan IV 1 Golongan kation ke empat Barium, Strontium dan Kalsium Reagensia golongan: larutan amonium karbonat 1 M Reagensia memperlihatkan reaksi basa karena hidrolisis: CO 3 +

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 11 BAB VIII LARUTAN ASAM DAN BASA Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

Bab III Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi

Bab III Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Bab III Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi TUJUAN PEMBELAJARAN Sumber: Encarta 2005 Asam klorida sering digunakan untuk menguji material yang mengandung kalsium karbonat. Kalsium karbonat dengan asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan globalisasi sekarang ini membuat persaingan dalam menghadapi masa depan yang semakin ketat. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang bermutu

Lebih terperinci

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 9 Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit TES PRESTASI BELAJAR Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit Petunjuk : 1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal 2. Bacalah petunjuk soal terlebih dahulu 3. Pilih salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa LOGO Analisis Kation Golongan V Gol. Sisa By Djadjat Tisnadjaja 1 Golongan kelima Magnesium, natrium, kalium dan amonium Tidak ada reagensia umum untuk kation-kation golongan ini Kation-kation gol kelima

Lebih terperinci

Asam + Oksida Basa Garam + air

Asam + Oksida Basa Garam + air MODUL JENIS - JENIS REAKSI dalam LARUTAN Jenis-Jenis reaksi antara lain : Reaksi Asam dan Basa Reaksi pendesakan logam Reaksi Metatesis ( Dekomposisi ) A. PENGGARAMAN Jenis-jenis Reaksi penggaraman : 1.

Lebih terperinci

Analisis Anion Disampaikan pada Pertemuan Ke 5 Analisis Senyawa Kimia.

Analisis Anion Disampaikan pada Pertemuan Ke 5 Analisis Senyawa Kimia. Analisis Anion Disampaikan pada Pertemuan Ke 5 Analisis Senyawa Kimia siti_marwati@uny.ac.id Klasifikasi Analisis Anion Anion Kelas A: -proses yang melibatkan identifikasi produkproduk yang mudah menguap

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Reaksi Reduksi-Oksidasi

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Reaksi Reduksi-Oksidasi LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Reaksi Reduksi-Oksidasi 1. Standar Komptensi 2. Kompetensi Dasar : 3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi : 3.2 Menjelaskan

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

TES PRESTASI BELAJAR

TES PRESTASI BELAJAR TES PRESTASI BELAJAR Hari/tanggal : selasa/8 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit Petunjuk : 1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal 2. Bacalah petunjuk soal terlebih dahulu 3. Pilih salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia 1. Reaksi redoks : MnO 4 (aq) + C 2 O 4 2- (aq) Mn 2+ (aq) + CO 2 (g), berlangsung dalam suasana asam. Setiap mol MnO 4 memerlukan H + sebanyak A. 4 mol B. 6 mol D. 10 mol C. 8 mol E. 12 mol 2. Reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman karena adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam kurikulum 2006 yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Scaffolding Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan kerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA DASAR SEMESTER I

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA DASAR SEMESTER I LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA DASAR SEMESTER I Nama No. Mahasiswa Dosen Pembimbing : : : Oleh : Linus Seta Adi Nugraha 09 0064 Rini Handayani., S.Si., Apt LABORATORIUM KIMIA DASAR AKADEMI FARMASI THERESIANA

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas X Wacana berikut digunakan untuk menjawab soal no 1 dan 2. Ditentukan 5 unsur dengan konfigurasi

Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas X Wacana berikut digunakan untuk menjawab soal no 1 dan 2. Ditentukan 5 unsur dengan konfigurasi Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas X Wacana berikut digunakan untuk menjawab soal no 1 dan 2. Ditentukan 5 unsur dengan konfigurasi elektron sebagai berikut: P : 2 8 7 S : 2 8 8 Q : 2 8 8

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001: II. KAJIAN PUSTAKAN 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF Disusun Oleh : Prima W. Subagja 41204720109035 UNIVERSITAS NUSA BANGSA MIPA KIMIA 2010 ANALISIS KATION A. TUJUAN Mengidentifikasi suatu unsur kimia dalam cuplikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

KONSEP IKATAN KIMIA 1. ELEKTRONEGATIVITAS 2. IKATAN IONIK 3. STRUKTUR MOLEKUL TERISOLASI: SIFAT IKATAN KIMIA KOVALEN 4.

KONSEP IKATAN KIMIA 1. ELEKTRONEGATIVITAS 2. IKATAN IONIK 3. STRUKTUR MOLEKUL TERISOLASI: SIFAT IKATAN KIMIA KOVALEN 4. Sumber: http://ebookbrowse.com KONSEP IKATAN KIMIA 1. ELEKTRONEGATIVITAS 2. IKATAN IONIK 3. STRUKTUR MOLEKUL TERISOLASI: SIFAT IKATAN KIMIA KOVALEN 4. IKATAN KOVALEN 5. IKATAN KOVALEN POLAR 6. MUATAN FORMAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah sebuah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas siswa Pembelajaran

Lebih terperinci

Kamu dapat menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul, serta mengomunikasikannya. Senyawa Homogen. Partikel senyawa. Senyawa molekul Senyawa ion

Kamu dapat menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul, serta mengomunikasikannya. Senyawa Homogen. Partikel senyawa. Senyawa molekul Senyawa ion Bab X PARTIKEL MATERI Tujuan Pembelajaran Kamu dapat menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul, serta mengomunikasikannya. Peta Konsep Materi terdiri atas Zat tunggal terdiri atas Campuran terdiri atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

STUDI PEMAHAMAN KONSEP TATA NAMA IUPAC SENYAWA ANORGANIK SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 MALANG SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2012/2013

STUDI PEMAHAMAN KONSEP TATA NAMA IUPAC SENYAWA ANORGANIK SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 MALANG SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2012/2013 STUDI PEMAHAMAN KONSEP TATA NAMA IUPAC SENYAWA ANORGANIK SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 MALANG SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2012/2013 Laily Sa idatul Faizah, Dermawan Afandy, Muhammad Su aidy Universitas Negeri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Kurikulum Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang tertentu. Menyadari hal tersebut,

Lebih terperinci

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini KIMIA ANALITIK; Analisis Kualitatif dan Pemisahan Kimia, oleh Ni Putu Sri Ayuni; Ni Wayan Yuningrat Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057;

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION BY : Djadjat Tisnadjaja Golongan ketiga Besi (II) dan (III), Alumunium, Kromium (III) dan (VI), nikel, kobalt, Mangan (II) dan (VII) serta Zink Djadjat Tisnadjaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K

SKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K SKRIPSI PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X DI SURAKARTA Oleh: ARI SUSANTI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Belajar Belajar adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan belajar kita dapat melakukan sesuatu hal yang awalnya kita tidak bisa atau tidak kita ketahui.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996: 7) mengemukakan

Lebih terperinci