SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL"

Transkripsi

1 SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL TUGAS AKHIR Oleh : Wilman Septina PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

2 SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan tahap pendidikan strata-1 pada Program Studi Teknik Fisika - Institut Teknologi Bandung Oleh : Wilman Septina Pembimbing : Dr. Ir. Nugraha Dr. Brian Yuliarto PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

3 LEMBAR PENGESAHAN Laporan Tugas Akhir TF-40Z1 Program Studi Teknik Fisika - Institut Teknologi Bandung Judul Penelitian Tugas Akhir SINTESA NANOKRISTAL SOL-GEL MESOPORI TiO2 DENGAN METODA Nama Mahasiswa NIM : Wilman Septina : Telah diperiksa dan disetujui pada tangga125 September 2007 Pembimbing I Pembimbing II ~ Dr.. Brian Yuliarto

4 ABSTRAK Titanium dioxide (TiO 2 ) merupakan salah satu material metal oksida yang banyak dipelajari khususnya dalam aplikasinya pada bidang energi dan lingkungan. TiO 2 banyak dikenal sebagai komponen oksida semikondutor pada dye-sensitized solar cell (DSSC) dan juga sebagai material fotokatalis untuk dekomposisi polutan. Untuk aplikasi tersebut dibutuhkan material TiO 2 yang mempunyai luas permukaan yang tinggi. Oleh karena itu material mesopori (ukuran pori 2-50 nm) dengan karakteristik luas permukaannya yang tinggi, distribusi pori yang homogen, dan pori yang terstruktur merupakan struktur yang ideal untuk aplikasi TiO 2 tersebut. Pada penelitian ini dilakukan sintesa nanokristal mesopori TiO 2 dalam bentuk bubuk menggunakan metoda sol-gel, dengan TiCl 4 sebagai material prekursor dalam larutan methanol/ethanol. Untuk membentuk struktur mesopori, digunakan block copolymer Pluronic PE 6200 dan Pluronic PE 8100 sebagai template struktur pori. Hasil XRD menunjukkan bahwa pada temperatur kalsinasi 400 o C dan 450 o C dihasilkan TiO 2 nanokristal dengan fasa anatase untuk pelarut methanol, dan juga fasa bikristal anataserutile pada penggunaan pelarut ethanol dalam kondisi kelembaban relatif yang rendah. Berdasarkan hasil karakterisasi adsorpsi N 2 (metoda BET) secara umum sampel TiO 2 mempunyai luas permukaan spesifik yang tinggi bila dibandingkan dengan nano-tio 2 komersial yaitu antara m 2 /g. Selain itu dari pola Small Angle Neutron Scattering (SANS) terlihat bahwa sampel TiO 2 dengan menggunakan block copolymer Pluronic PE 6200 memiliki struktur mesopori yang tingkat keteraturannya bergantung pada pemilihan temperatur kalsinasi Kata kunci Titanium dioxide (TiO 2 ), material mesopori, metoda sol-gel, block copolymer, SANS, nanokristal i

5 ABSTRACT Titanium dioxide (TiO 2 ) is one of the most studied metal oxide especially in its application for energy and environment areas. TiO 2 is well known as a main semiconductor oxide in dye-sensitized solar cell (DSSC) as well as a photocatalyst material for pollutant decomposition. For those applications, TiO 2 is necesarry to exhibit high surface area. Mesoporous material (2-50 nm in pore size), with its high surface area, homogenous pore distributions, dan ordered pores characteristics, is ideal structure for those TiO 2 applications. In this research, nanocrystal mesoporous TiO 2 powder was synthesized using sol-gel method, with TiCl 4 as a precursor in methanol/ethanol solution. Block copolymer Pluronic PE 6200 and Pluronic PE 8100 were used as a pores template to form mesoporous structure. From XRD result, it is shown that 400 o C and 450 o C calcination temperature resulted in nanocrystal TiO 2 with anatase phase for methanol solvent, and bicrystal anatase-rutile phase for ethanol solvent on low relative humidity condition. Based on N 2 adsorption characterization (BET method), generally TiO 2 samples have high surface area compared to commercialized nano-tio 2 about m 2 /g. From Small-angle Neutron Scattering (SANS) patterns, it is shown that TiO 2 samples using block copolymer Pluronic PE 6200 have mesoporous structure which is the pore ordering degree depend on calcination temperature. Keywords Titanium dioxide (TiO 2 ), mesoporous material, sol-gel method, block copolymer, SANS, nanocrystal ii

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah- Nya, penulis dapat meyelesaikan penelitian dan laporan tugas akhir yang berjudul Sintesa Nanokristal Mesopori TiO 2 dengan Metoda Sol-Gel. Tugas akhir ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah TF-40Z1 dan kelulusan sarjana pada umumnya. Penelitian tugas akhir ini penulis lakukan di Laboratorium Proses Material Teknik Fisika ITB. Penulis memilih bidang proses material dalam penelitian ini karena bidang material merupakan ilmu fundamental yang merupakan perpaduan antara berbagai disiplin ilmu dan dengan nanoteknologi sebagai bagian dari ilmu material, mempunyai prospek untuk menjadi kunci dalam perkembangan sains dan teknologi masa depan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penelitian tugas akhir ini sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan yaitu : 1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun materil yang tak ternilai. 2. Kedua adik penulis, Fitria dan Luthfan yang secara tidak langsung memberikan semangat penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini. 3. Bapak Dr. Nugraha dan Dr. Brian Yuliarto selaku pembimbing tugas akhir yang telah memberikan masukan-masukan untuk perbaikan penelitian penulis. 4. Bapak Dr. Ahmad Nuruddin, Dr. Bambang Sunendar, dan Dr. Suyatman yang telah bersedia membagikan wawasan-wawasannya khususnya dalam bidang material. 5. Bapak Yopie dari Laboratorium XRD Teknik Metalurgi ITB yang dengan sabar memberikan penjelasan-penjelasan mengenai teknik karakterisasi XRD. iii

7 6. Bapak Dr. Edy Giri dan Ibu Andon dari Laboratorium Hamburan Neutron BATAN Serpong yang telah membimbing penulis dalam penggunaan alat SANS. 7. Bapak Yakob dari PT. Wika Trading yang telah memberikan sampel block copolymer kepada penulis. 8. Bapak Dr. Jie Fan dari University of Califonia Santa Barbara yang telah dengan sabar dan antusias meberikan penjelasan mendetail mengenai riset yang telah dilakukan beliau untuk penulis rujuk dalam tugas akhir ini. 9. Teman-teman penulis semua yang ada di Laboratorium Komputasi dan Proses Material dan juga teman-teman sepermainan penulis atas perhatian, masukan, dan kebersamaannya selama ini. 10. Teman-teman Teknik Fisika 2003 yang telah menemani penulis selama ini. 11. Dan terakhir rekan-rekan penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas inspirasi dan dukungan moralnya baik langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa sebagai manusia biasa tidak lepas dari segala kekurangan dan keterbatasan baik itu dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan tugas akhir ini. Untuk itu segala saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat untuk khalayak umum. Bandung, September 2007 Penulis iv

8 DAFTAR ISI Hal. ABSTRAK i KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR SIMBOL vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL x BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penulisan 5 BAB 2 TEORI DASAR TiO 2 (Titanium dioxide) Material Mesopori Pendahuluan Metoda Sintesa Material Mesopori Metoda Karakterisasi Material Mesopori Metoda Adsorpsi Gas N Small-angle Neutron Scattering (SANS) Proses Sol-Gel Dye-sensitized Solar Cell 19 BAB 3 PROSEDUR PERCOBAAN Alat dan Bahan Prosedur percobaan Karakterisasi 24 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Kondisi Sampel TiO 2 26 v

9 4.2. Analisis TG-DTA Analisis XRD Efek Jenis Pelarut Efek Temperatur Kalsinasi Efek Kelembaban Relaif (RH) Analisis SANS (Small-angle Neutron Scattering) Analisis Adsorpsi Gas N Efek Temperatur Kalsinasi Efek Jenis Block Copolymer Analisis SEM (Scanning Electron Microscope) 34 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 36 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN A DATA PENGUKURAN ADSORPSI GAS N 2 40 LAMPIRAN B CONTOH POLA HAMBURAN SANS 44 LAMPIRAN C SPESIFIKASI INSTRUMEN SANS BATAN 46 vi

10 DAFTAR SIMBOL v l a o : volume rantai hidrofobik : panjang rantai hidrofobik : permukaan optimal rantai hidrophilic Δ G ms : energi bebas pembentukan struktur meso Δ G int er : energi bebas interface inorganik-organik Δ G inorg : energi bebas material inorganik Δ G org : energi bebas self-assembly dari molekul organik Δ G sol : energi bebas larutan P P 0 : tekanan gas : tekanan saturasi gas n : jumlah adsorbat pada tekanan relatif P / P0 n m c a m m A a Q : kapasitas monolayer : konstanta : luas area material solid yang dilingkupi oleh satu molekul adsorbat : massa sampel : luas permukaan total : luas permukaan spesifik : vektor hamburan /momentum transfer θ λ : sudut hamburan : panjang gelombang σ coh : hamburan koheen neutron Ω I S : sudut angular : intensitas hamburan neutron I 0 N : flux datang neutron : jumlah nuklei hamburan vii

11 S ρ 1 : total permukaan antara fasa : densitas hamburan satu fasa I (Q) : intensitas hamburan neutron sebagai fungsi Q V p n p ρ p ρ p : volume pori : densitas pori : densitas panjang hamburan pori : densitas panjang hamburan fasa solid P (Q) : faktor bentuk dari pori S (Q) : faktor struktur pori D D * k β : ground state : excited state : konstanta persamaan Scherrer : nilai FWHM (Full-Width Half Maximum) viii

12 DAFTAR GAMBAR Gbr Aplikasi TiO 2 6 Gbr Struktur Kristal TiO 2 7 Gbr Ilustrasi Pembentukan Template (Liquid Crystal Templating) 9 Gbr Struktur Micellar 10 Gbr Ilustrasi Pembentukan Material Mesopori 10 Gbr Ilustrasi Metoda Adsorpsi Gas Nitrogen (Metoda BET) (P/Po = 0-1) 12 Gbr Teknik Karakterisasi dan Kisaran Ukurannya 13 Gbr Skema Diagram dari Eksperimen Hamburan 14 Gbr Diagram Skematik dari Sistem SANS. 15 Gbr Ilustrasi Kurva SANS untuk Objek, contohnya Pori, dengan dimensi d 15 Gbr Transformasi Sol ke Gel (pembentukan gel point) 17 Gbr Alur Proses Sol-Gel pada Pembentukan Bubuk Oksida Metal 18 Gbr Struktur Dye-sensitized Solar Cell 19 Gbr Skema Kerja dari DSSC 20 Gbr Skema Penelitian 23 Gbr Hasil Uji TG-DTA dari Titania gel 27 Gbr Pola Difraksi TiO2 29 Gbr Pola SANS Sample TiO2 (Ti-a dan Ti-b) 32 Gbr Hasil SEM dari Sampel Ti-a dan Ti-b dengan Berbagai Perbesaran 34 Hal. ix

13 DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1.1. Karakteristik dari fasa-fasa TiO 2 7 Tabel 4.1. Kondisi Sintesis TiO 2 26 Tabel 4.2. Ukuran Kristalit Sampel 28 Tabel 4.3. Nilai Luas Permukaan Spesifik Sampel 33 x

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu faktor penunjang pembangunan berkelanjutan dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan suatu bangsa. Seiring dengan meningkatnya pembangunan di berbagai sektor dan pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan energi akan terus meningkat. Peningkatan intensitas energi harus dibarengi oleh diversifikasi energi untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam energi. Indonesia sampai saat ini masih bergantung terhadap minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, yaitu sebesar 60% dari konsumsi energi total [1]. Namun berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) Indonesia, cadangan minyak bumi di Indonesia, dengan asumsi keadaan tanpa eksplorasi, hanya akan mencukupi untuk 23 tahun kedepan. Keadaan ini diperparah dengan tingginya tingkat emisi karbondioksida (CO 2 ) ke lingkungan akibat dari pemakaian minyak bumi maupun sumber energi tak terbarukan lain (batubara, gas bumi, dan lain-lain) yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Berangkat dari keadaan ini, dibutuhkan sumber energi lain terbarukan dan juga ramah ligkungan yang di masa depan dapat menopang konsumsi energi lokal. Posisi Indonesia yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memberikan intensitas sinar matahari yang cukup besar dan stabil sepanjang tahun, yaitu sekitar 4,8 kwh/m 2 /hari. Energi surya semacam ini merupakan modal dasar untuk pengembangan sumber energi terbarukan dengan konversi energi surya menjadi listrik melalui sel surya. Namun hambatan yang muncul yaitu masih mahalnya harga sel surya silikon, yang mendominasi penjualan sel surya sekarang, akibat dari tingginya biaya produksi dan material. Oleh karena itu penelitian di seluruh dunia terus dilakukan untuk menghasilkan sel surya yang lebih murah melalui 1

15 pengembangan sel surya silikon itu sendiri maupun sel surya denga teknologi dan material baru. Nanoteknologi, diabad 21 ini telah menjadi salah satu topik yang ramai diperbincangakan didunia sains dan teknologi. Nanoteknologi diprediksi akan mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan dan juga mempunyai potensi untuk melahirkan terobosan-terobosan dalam dunia IPTEK. Trend nanoteknologi juga memberikan efek terhadap perkembangan sel surya di dunia. Melalui nanoteknologi, telah berhasil dikembangkan berbagai teknologi sel surya baru yang berpotensi untuk menjadi sel surya murah, sebagai alternatif selain sel surya silikon di masa depan. Dye-sensitized solar cell (DSSC) adalah salah satu teknologi sel surya non konvensional yang berkembang sejalan dengan perkembangan nanoteknologi. Sel surya ini ditemukan oleh Professor Michael Graztel dari EPFL Swiss pada tahun 1991[2]. Prinsip kerja DSSC adalah berdasarkan konsep elektrokimia dibandingkan dengan konsep solid-state pada sel surya konvensional. DSSC terdiri dari nanokristal TiO 2 sebagai fotoelektroda, dye sebagai penyerap cahaya, dan elektrolit sebagai pendonor elektron disusun dengan struktur sandwich. Berbeda dengan sel surya konvensional dimana proses absorbsi cahaya dan separasi muatan dilakukan seluruhnya oleh silikon, pada DSSC, proses absorbsi cahaya dilakukan oleh dye dan separasi muatan terjadi pada nanokristal TiO 2, oleh karena itu tidak dibutuhkan material dengan kemurnian tinggi untuk komponen DSSC. Struktur dari TiO 2, sebagai material inti dalam DSSC, sangat menentukan kinerja dari sel surya. Untuk aplikasi ini, dibutuhkan material TiO 2 yang mempunyai permukaan yang luas sehingga memperluas kontak area. Material mesopori (diameter pori 2-50 nm) dengan karakteristik luas permukaanya yang tinggi, pori yang terstruktur, dan distribusi ukuran pori yang homogen merupakan karakteristik yang ideal untuk berbagai aplikasi TiO 2 termasuk DSSC. 2

16 Mesopori TiO 2 telah dikembangkan dengan beberapa metoda terutama dengan menggunakan organik template untuk membentuk struktur pori. Sintesis mesopori TiO 2 dimulai oleh Ying et al. pada 1995 menggunakan surfaktan alkyl fosfat sebagai template melalui proses sol-gel[3], tetapi material yang didapat bukan murni TiO 2 dikarenakan masih terdapat molekul fosfor yang terikat kuat pada TiO 2. Salah satu alternatif solusi adalah penggunaan non-ionik surfaktan yaitu jenis block copolymer untuk menggantikan alkyl fosfat surfaktan. Surfaktan mempunyai kemampuan self-assembly yang merupakan karakteristik penting untuk pengontrolan struktur organik-inorganik. Dengan kemampuan ini, pada konsentrasi tertentu dalam larutan, surfaktan akan membentuk struktur template yang merupakan media untuk pembentukan struktur mesopori. Dengan penggunaan non-ionik surfaktan seperti block copolymer maka ikatan antar molekul organik-inorganik akan lebih mudah dipisahkan karena ikatan yang terjadi tidak melibatkan ikatan elektrostatik akibat dari tidak adanya muatan pada surfaktan sehingga struktur mesopori akan lebih stabil pada waktu eliminasi surfaktan. Disamping itu interaksinya dapat disesuaikan dengan pengontrolan komposisi pelarut dan berat molekul block copolymer[4] 1.2. Permasalahan Sejak keberhasilan sintesis material mesopori dengan menggunakan block copolymer, publikasi mengenai berbagai metoda sintesis TiO 2 dengan block copolymer sebagai template terus meningkat, namun kebanyakan metoda tersebut menggunakan titanium alkoxide sebagai sumber Ti pada larutan aqueous (mengandung air) melalui proses sol-gel[5]. Jumlah air yang banyak pada larutan membuat proses hidrolisis dan kondensasi juga pembentukan mesostruktur sulit untuk dikontrol dikarenakan alkoxide sangat reaktif jika bereaksi dengan air. Sehingga untuk sintesis menggunakan alkoxide biasanya dilakukan pada keadaan asam (ph rendah) untuk menghambat cepatnya kinetika proses hidrolisis dan kondensasi[6]. Alternatif lain yaitu mengganti larutan aqueous oleh larutan nonaqueous[5], namun publikasi mengenai metoda ini relatif lebih sedikit karena pemilihan prekursornya yang terbatas. Disamping itu umunya mesopori TiO 2 3

17 yang dilaporkan mempunyai struktur semikristal yang kurang cocok untuk diaplikasikan dalam DSSC. Di Indonesia sendiri, penelitian mengenai material mesopori masih sangat jarang dan bahkan untuk dye-sensitized solar cell belum ada informasi secara jelas mengenai kajiannya di Indonesia termasuk pengembangan komponen nanokristal TiO 2. Sehingga diharapkan penelititan ini bisa menjadi studi awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai nanokristal mesopori TiO 2 atau dye-sensitized solar cell pada umumnya. Pada penelitian ini akan dilakukan sintesis TiO 2 mesopori dengan menggunakan larutan non-aqueous (alkohol) sebagai pelarut dan juga block copolymer sebagai organik template. Sebagai prekursor untuk proses sol-gel digunakan TiCl 4 yang lebih mudah didapat dibandingkan titanium alkoxide. Dengan komposisi ini maka larutan akan bersifat asam karena timbulnya HCl pada reaksi akibat reaksi TiCl 4 dengan alkohol. Dengan memanfaastkan karakteristik self-assembly dari block copolymer maka diharapkan akan dihasilkan nanokristal TiO 2 dengan struktur mesopori dan cocok diaplikasikan untuk dye-sensitized solar cell Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu, 1. Menghasilkan nanokristal TiO 2 dengan struktur mesopori 2. Mempelajari pengaruh jenis pelarut, block copolymer, dan perlakuan termal terhadap struktur TiO Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini dilakukan sintesa TiO 2 berbentuk bubuk. 2. Eksperimen dilakukan pada keadaan ruang Sistematika Penulisan 4

18 Penulisan laporan tugas akhir ini terdiri dari lima bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup studi, dan sistematika penulisan laporan. BAB 2 TEORI DASAR Bab ini membahas penjelasan umum mengenai material TiO 2, material mesopori dan metoda karakterisasinya yaitu adsorpsi gas N 2 dan Small-angle Neutron Scattering (SANS), proses sol-gel, dan pengenalan dye-sensitized solar cell. BAB 3 PROSEDUR PERCOBAAN Pada bab ini dibahas tentang proses pembuatan TiO 2 beserta metoda karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini. BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Pada bab ini dibahas tentang hasil percobaan beserta analisis. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan penelitian serta saran untuk pengembangan selanjutnya. 5

19 BAB 2 TEORI DASAR 2.1. TiO 2 (Titanium Dioxide) TiO 2 (Titanium dioxide/titania) adalah material semikonduktor yang termasuk kedalam keluarga oksida metal. Umumnya TiO 2 digunakan sebagai pigmen putih pada cat (51% dari produksi total), plastik (19%), dan kertas (17%), yang menggambarkan aplikasi TiO 2 pada sektor habis pakai[7]. Aplikasi ini dikarenakan TiO 2 mempunyai indeks bias yang tinggi (n = 2,4) dan juga tahan terhadap degradasi warna akibat sinar matahari. Selain aplikasi sebagai pigmen, karakteristik fotokatalis dan semikonduktor dari TiO 2 juga membuat material ini banyak digunakan sebagai pendekomposisi bahan organik dengan proses oksidasi, sel surya, dan juga sensor gas. Aplikasi-aplikasi dari TiO 2 ini ditunjukkan pada Gambar 2.1. TiO 2 Sel Surya Fotokatalis Sensor gas Degradasi Polutan Produksi Hidrogen dengan Dekomposisi Air Super- Hydrophilic Gambar 2.1. Aplikasi TiO 2 Di alam umumnya TiO 2 mempunyai tiga fasa yaitu rutile, anatase, dan brookite seperti ditunjukkan struktur kristalnya pada Gambar 2.2. Fasa rutile dari TiO 2 adalah fasa yang umum dan merupakan fasa yang disintesis dari mineral ilmenite melalui proses Becher. Pada proses Becher, oksida besi yang terkandung dalam ilmenite dipisahkan dengan temperatur tinggi dan juga dengan bantuan gas sulfat atau klor sehingga menghasilkan TiO 2 rutile dengan kemurnian 91-93%. Titania pada fasa anatase umumnya stabil pada ukuran partikel kurang dari 11 nm, fasa 6

20 brookite pad ukuran partikel nm, dan fasa rutile diatas 35 nm[8]. Karakteristik dari fasa-fasa titania ini ditunjukkan pada Tabel a. Rutile b. Anatase c. Brookite Gambar 2.2. Struktur Kristal TiO 2 Tabel 1.1. Karakteristik dari fasa-fasa TiO 2 Karakteristik Rutile Anatase Brookite Bentuk kristal tetragonal tetragonal orthogonal Massa jenis (g/cm 3 ) 4,27 3,90 4,13 Indeks bias 2,72 2,52 2,63 Band gap (ev) 3,05 3,26 - Konstanta kisi c/a (nm) 0,644 2,51 0,944 Titik leleh ( o C) 1825 Transformasi ke rutile Transformasi ke rutile Dalam aplikasinya pada fotokatalis dan sel surya, umunya digunakan TiO 2 pada fasa anatase karena mempunyai kemapuan fotokatalitik yang tinggi. Selain itu untuk meningkatkan kinerja sistem, struktur nanokristal dan juga luas permukaan yang tinggi dari TiO 2 adalah faktor yang penting untuk meningkatkan densitas dan transfer elektron[9] Material mesopori Pendahuluan 7

21 Material mesopori merupakan material solid berpori yang mempunyai diameter pori antara 2 nm sampai 50 nm. Definisi ini berasal dari IUPAC[10], yang membagi material solid berpori menjadi tiga kategori berdasarkan ukuran diameter porinya (d), yaitu mikropori (d < 2 nm), mesopori (2 nm < d < 50 nm), dan makropori (d > 50 nm). Riset mengenai material mesopori muncul karena kebutuhan akan material yang mempunyai sistem pori yang bisa dikontrol sehingga mempunyai aplikasi luas untuk penetrasi molekul yang berukuran antara sub-nanometer sampai nanometer Metoda Sintesa Material Mesopori Material mesopori disintesa dengan menggunakan kombinasi antara sifat selfassembly dari surfaktan sebagai template, dengan metoda sol-gel untuk membentuk material inorganik disekitar template. Surfaktan, organik molekul yang terdiri dari dua bagian dengan polaritas yang berbeda yaitu bagian non-polar atau hidrofobik dan bagian polar atau hidrophilic, ketika dilarutkan pada suatu pelarut maka energi permukaan larutan tersebut akan berkurang sejalan dengan peningkatan konsentrasi dari surfaktan. Namun, pengurangan energi permukaan tersebut akan terhenti ketika suatu konsentrasi kritis tercapai, dan energi permukaan akan cenderung konstan dengan penambahan konsentrasi surfaktan. Konsentrasi kritis ini disebut Critical Micellar Concentration (CMC). Pada konsentrasi ini surfaktan-surfaktan akan membentuk kumpulan surfaktan yang disebut micelle. Micelle umumnya terdiri dari monomer surfaktan atau lebih. Pembentukan micelle dikarenakan dari efek hidrofobik dari interaksi surfaktan denga pelarut, karena sifat ini maka surfaktan dapat membentuk supramolecular array pada pelarut. Tergantung dari konsentrasi surfaktan pada pelarut, terdapat beberapa fasa yang berhubungan dengan molekul surfaktan pada pelarut untuk membentuk struktur template seperti di ilustrasikan pada Gambar 2.3. Proses pembentukan ini biasa disebut dengan Liquid Crystal Templating. 8

22 (a) (b) (d) (c) Gambar 2.3. Ilustrasi Pembentukan Template (Liquid Crystal Templating)[11] (a) Monomer (konsentrasi surfaktan rendah) (b) Micelle (konsentrasi surfaktan = CMC 1) (c) Fasa Cylinder (konsentrasi surfaktan (CMC 2) > CMC 1) (d) Fasa Hexagonal (konsentrasi surfaktan > CMC 2) Bentuk dari micelle tergantung dari struktur molekul surfaktan. Menurut Huo[12], perbedaan ini dapat dijelaskan dengan suatu parameter yang disebut parameter g, yang dirumuskan sebagai berikut. v g = (2.1) l c a o Pengaruh dari rantai hidrofobik diberikan pada rasio v / l, dimana v adalah volume rantai dan l adalah panjang rantai. Untuk bagian polar pada surfaktan (hidrophilic), kontribusinya diberikan oleh permukaan optimal efektif,. Untuk memastikan fluiditas dari rantai, l harus pada kondisi l < l, dimana l merupakan panjang rantai maksimal. Untuk sistem silika, peningkatan nilai g mengakibatkan terjadinya transisi fasa yaitu kubik hexagonal kubik bikontinu lamellar[13][14] yang strukturnya ditunjukkan pada Gambar 2.4. c c a o 9

23 Hexagonal Lamellar Kubik Gambar 2.4. Struktur Micellar Secara umum pembentukan mesopori oksida dibagi kedalam dua proses utama yang diilustrasikan pada Gambar 2.5. yaitu : a. Pembentukan struktur yang terorganisasi dikarenakan karakteristik selfassembly dari template. Proses ini menghasilkan pemisahan fasa secara mikro dalam dua domain yaitu hidrofobik dan hidrophilic. b. Pembentukan struktur inorganik. Material inorganik akan terbentuk disekitar template melalui proses kondensasi pada reaksi sol-gel. Gambar 2.5. Ilustrasi Pembentukan Material Mesopori[4] Untuk menghasilkan struktur mesopori, terdapat tiga interaksi yang menentukan hasil akhir dari material : surfaktan surfaktan, inorganik inorganik, dan 10

24 surfaktan inorganik. Interaksi ini terjadi pada interface antara inorganik template. Pelarut juga memegang peranan dalam pembentukan struktur meso. Aspek termodinamika dari pembentukan struktur meso dijelaskan oleh Huo melalui ms ΔG ms er yang menyatakan energi bebas pembentukan struktur meso[15]. ΔG = ΔGint + ΔG + ΔG + ΔG (2.2) inorg org sol Δ G ms dipengaruhi oleh empat faktor yaitu kontribusi interface antara inorganik organik ( ΔG int er ), material inorganik ( ( ΔG org ), dan kontribusi dari larutan ( Δ Ginorg Δ ). Gsol ), self-assembly dari molekul organik Metoda Karakterisasi Material Mesopori Berbagai kombinasi metoda karakterisasi bisa dilakukan untuk menganalisa struktur mesopori suatu material. Umumnya metoda yang paling sering digunakan yaitu SAXS/SANS (Small-angle X-Ray/Neutron Scattering), adsorpsi gas, dan TEM (Transmission Electron Microscope)[16]. Dengan penggunaan metodametoda ini, ukuran pori, distribusi pori, dan keteraturan pori dapat dianalisa Metoda adsorpsi Gas N 2 Metoda adsorpsi gas banyak digunakan untuk menganalisa luas permukaan spesifik, ukuran pori, dan distribusi ukuran pori material solid. Gas yang digunakan yaitu yang bersifat hanya teradsorp secara fisik pada permukaan material solid dan dapat di-deadsorpsi dengan menurunkan tekanan gas pada temperatur yang sama, oleh karena itu umunya digunakan gas nitrogen (N 2 ) atau untuk material dengan luas permukaan spesifik yang kecil (< 1 m 2 /g) digunakan gas krypton. Gas ini umunya disebut dengan adsorbat. Sebelum gas dimasukan, sampel terlebih dahulu dipanaskan dalam keadaan vakum untuk menghilangkan kontaminan seperti air dan minyak. Kemudian gas dimasukkan secara bertahap dan gas tersebut akan membentuk lapisan (monolayer) diseluruh permukaan material solid pada rentang P/P 0 antara 0,05-0,30 dengan P adalah tekanan gas dan P 0 adalah tekanan saturasi gas. Dengan 11

25 menggunakan teori Brauneur-Emmet-Teller (BET) bisa diketahui jumlah molekul adsorbat yang membentuk monolayer sesuai dengan persamaan, P / P = n(1 P / P ) n m c + c n c m P P 0 (2.3) dengan n adalah jumlah adsorbat pada tekanan relatif P / P 0, n adalah kapasitas monolayer, dan c adalah konstanta. Selanjutnya untuk memperoleh luas permukaan spesifik digunakan persamaan, A = n a L (2.4) dan m m a = A / m (2.5) dengan a m adalah luas area material solid yang dilingkupi oleh satu molekul adsorbat, m adalah massa sampel dan A dan a berturut-turut adalah luas permukaan total dan luas permukaan spesifik. m Gambar 2.6. Ilustrasi Metoda Adsorpsi Gas Nitrogen (Metoda BET) (P/P o = 0-1) Small-angle Neutron Scattering (SANS) Small-angle Neutron Scattering (SANS) adalah teknik untuk mendeteksi hamburan neutron pada sudut dibawah 5 [17]. Metoda berdasarakan fenomena hamburan ini sangat berguna untuk mempelajari material yang heterogen dalam skala nano khususnya untuk material yang mempunyai struktur nanopori[18]. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7. SANS dapat mempelajari struktur material pada skala sepuluh sampai beberapa ratus Angstrom. Pada kisaran ukuran ini 12

26 terdapat berbagai material yang dapat dipelajari pada berbagai bidang studi yaitu, mulai protein dan virus (biologi), emulsi dan mikroemulsi (polimer dan ilmu material), sampai fraktal (fisika, geologi, dan metalurgi). Gambar 2.7. Teknik Karakterisasi dan Kisaran Ukurannya.[20] Konsep dari eksperimen hamburan adalah sederhana. Seperti terlihat pada Gambar 2.8., sinar monokromatik diarahkan kepada sampel. Intensitas dari radiasi hamburan diukur sebagai fungsi dari sudut hamburan yang mempunyai simbol θ. Namun umumnya variabel yang penting yaitu vektor hamburan, Q, yang nilainya berhubungan dengan sudut hamburan dan panjang gelombang : 4π sinθ / 2 Q = (2.6) λ 13

27 Gambar 2.8. Skema Diagram dari Eksperimen Hamburan.[19] Jarak yang terukur dari eksperimen adalah berbanding terbalik dengan Q (jarak ~ o 2π / Q ). Artinya untuk struktur dengan ukuran besar (contoh 100 A atau 10 nm) o dibutuhkan Q yang kecil (contoh Q ~ 0,06A 1 ). Untuk mendapatkan nilai Q kecil pada eksperimen hamburan dibutuhkan kombinasi antara panjang gelombang yang besar dan sudut hamburan yang kecil. Untuk hamburan cahaya, panjang gelombang yang sesuai dengan atau lebih besar dari ukuran partikel hamburan umunya dipakai. Untuk hamburan x-ray dan neutron, umunya digunakan hamburan pada sudut kecil. Untuk studi material berpori, SANS adalah teknik yang penting karena dapat menunjukkan informasi detail dari mikrostruktur pori dalam kisaran ukuran 1 - >100nm. Dengan menganalisa berbagai bagian dari kurva hamburan yang didapatkan maka bisa didapatkan informasi mengenai ukuran pori, bentuk, dan luas permukaan. Hamburan neutron timbul dari variasi scattering length density, ρ b, yang terjadi pada jarak melebihi jarak interatomik dan juga terjadi apabila material solid mengandung pori. Informasi detail mengenai porositas dan luas permukaan didapatkan dari pengukuran distribusi angular intensitas hamburan (Gambar 2.9). 14

28 Gambar 2.9. Diagram Skematik dari Sistem SANS.[21] Analisis hamburan pada kisaran 0,1 Qd 1, dengan d adalah ukuran pori, memberikan detail mengenai ukuran dan bentuk objek hamburan (pori) sedangkan informasi mengenai luas dan karakteristik permukaan didapatkan pada sudut lebih besar ( Qd >> 1) seperti dtunjukkan Gambar Gambar Ilustrasi Kurva SANS untuk Objek, contohnya Pori, dengan dimensi d. Hamburan koheren neutron berasal dari nuklei dan mempunyai distribusi spatial, yang merupakan fungsi distribusi dari nuklei tersebut. Hamburan ini ditunjukkan dalam persamaan, dσ coh dω = I S I (Ω) 0 N (2.7) 15

29 dimana I S adalah intensitas hamburan (neutron s -1 ) pada sudut Ω, adalah flux I 0 datang (neutron s -1 cm -2 ) dan N adalah jumlah nuklei hamburan yang terkena sinar. Menurut Porod, untuk kasus dimana terdapat sistem dua fasa dimana terdapat batas yang jelas antara keduanya dan densitas hamburan untuk satu fasa, ρ 1, adalah konstan dan yang lainnya nol, maka dihasilkan persamaan, dσ dω Q = 2. π. S 2 4 ρ1. Q N (2.8) dengan S merupakan total permukaan antara fasa. Persamaan ini memprediksikan bahwa pada sudut besar dari kurva hamburan, intensitas berkurang dengan asimtot. Selain itu intensitas absolut hamburan pada area ini bergantung hanya pada dua parameter pada sistem yaitu perbedaan densitas panjang hamburan (scattering length density) antara kedua fasa, dan S total area interface antara kedua fasa. 4 Q Secara umum hamburan untuk banyak sistem material berpori, persamaan hamburannya secara singkat diilustrasikan dengan, 2 p 2 I( Q) = V n ( ρ ρ ). P( Q). S( Q) (2.9) p p s dengan V adalah volume pori, n densitas pori, p p ρ p dan ρs berturut-turut adalah densitas panjang hamburan dari pori dan fasa solid kontinu, dan P(Q) adalah faktor bentuk dari pori. S(Q) adalah faktor struktur, yang ditentukan oleh keteraturan dari struktur pori (ordering). Khusus untuk material dengan struktur pori teratur (contohnya nanoporous material), salah satu karakteristik pola hamburannya yaitu adanya puncak interferensi yang menandakan ordering pada struktur pori Proses Sol-Gel Pada proses sol-gel, prekursor molekular dirubah menjadi partikel berukuran nano untuk membentuk suspensi koloid atau sol. Nanopartikel koloid ini kemudian 16

30 berikatan satu dengan yang lain melalui proses polimerisasi untuk membentuk gel. Polimerisasi membuat proses difusi kimia terus meningkat kemudian gel tersebut dikeringkan dan dikalsinasi untuk menghasilkan bubuk. Proses polimerisasi dari sol menjadi gel ditunjukkan pada Gambar Gambar Transformasi Sol ke Gel (pembentukan gel point) Sebagai contoh pada proses pembuatan oksida metal, proses hidrolisis alkoxide sebagai prekursor metal dilakukan dalam larutan alkohol, sehingga menghasilkan metal hidroksida. (2.10) Pada reaksi ini terjadi pertukaran ion dari grup OH δ- yang bermuatan negatif ke metal grup bermuatan positif (M δ+ ). Kemudian terjadi transfer proton kepada grup alkoxy bersamaan dengan eliminasi ROH. 17

31 (2.11) Kondensasi dari molekul hidroksida dengan proses eliminasi air membentuk terjadinya struktur gel dari metal hidroksida dengan reaksi, (2.12) Dengan perlakuan termal kepada gel metal hidroksida maka bubuk oksida metal dapat dihasillkan. Karena proses ini dimulai dari koloid yang terdiri dari partikelpartikel berukuran nano, maka material yang dihasilkan juga berskala nano. Alur proses pembuatan metal oksida ini diilustrasikan pada Gambar Gambar Alur Proses Sol-Gel pada Pembentukan Bubuk Oksida Metal[22] 18

32 Kuallitas dari bubuk menggunakan proses sol-gel sangat berkaitan dengan kecepatan proses hidrolisis dan kondensasi. Proses hidrolisis yang lebih lambat dan terkontrol umunya menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dan karakteristik yang lebih unik. Oleh karena itu parameter-parameter yang perlu dikontrol yaitu - konsentrasi air/alkohol/prekursor - ph larutan - temperatur proses - pemilihan prekursor (struktur molekul, karakteristik ikatan) 2.4. Dye-sensitized Solar Cell Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), sejak pertama kali ditemukan oleh Professor Michael Gratzel pada tahun 1991, telah menjadi salah satu topik penelitian yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh dunia. DSSC bahan disebut juga terobosan pertama dalam teknologi sel surya sejak sel surya silikon[23]. Berbeda dengan sel surya konvensional, DSSC adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan. Selain elektrolit, DSSC terbagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari nanokristal pori TiO 2, molekul dye yang teradsorpsi di permukaan TiO 2, dan katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca konduktif, seperti terlihat pada Gambar Gambar Struktur Dye-sensitized Solar Cell[24] Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass yang sudah dilapisi oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) bianya SnO 2, yang berfungsi sebagai 19

33 elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO counter-elektroda dilapisi katalis untuk mempercepar reaksi redoks dengan elektrolit. Pasangan redoks yang umumnya dipakai yaitu I - /I 3- (iodide/triiodide). Pada permukaan elektroda dilapisi oleh nanokristal pori TiO 2 yang mana dye teradsorpsi di TiO 2. Jumlah pori yang lebih banyak dengan pengaturannya dalam struktur nano, memungkinkan dye yang teradsorpsi lebih banyak menghasilkan proses absorbsi cahaya yang lebih efisien. Dye yang umumnya digunakan yaitu jenis ruthenium complex. Skema kerja dari DSSC ditunjukkan pada Gambar Pada dasarnya prinsip kerja dari DSSC merupakan reaksi dari transfer elektron. Proses pertama dimulai dengan terjadinya eksitasi elektron pada molekul dye akibat absorbsi foton. Elektron tereksitasi dari ground state (D) ke excited state (D * ). D + e - D * (2.13) Elektron dari excited state kemudian langsung terinjeksi menuju conduction band (E CB ) titania sehingga molekul dye teroksidasi (D + ). Dengan adanya donor elektron oelh elektrolit (I - ) maka molekul dye kembali ke keadaan awalnya (ground state) dan mencegah penangkapan kembali elektron oleh dye yang teroksidasi. 2D + + 3e - - I 3 + 2D (2.14) Gambar Skema Kerja dari DSSC[24] 20

34 Setelah mencapai elektroda TCO, elektron mengalir menuju counter-elektroda melalui rangkaian eksternal. Dengan adanya katalis pada counter-elektroda, elektron diterima oleh elektrolit sehingga hole yang terbentuk pada elektrolit (I - 3 ), akibat donor elektron pada proses sebelumnya, berekombinasi dengan elektron membentuk iodide (I - ). I e - 3I - (2.15) Iodide ini digunakan untuk mendonor elektron kepada dye yang teroksidasi, sehingga terbentuk suatu siklus transport elektron. Dengan siklus ini terjadi konversi langsung dari cahaya matahari menjadi listrik. 21

35 BAB 3 PROSEDUR PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu : Gelas kimia 50 ml Tabung ukur Cawan petri Pipet Pengaduk Magnetik Sensor kelembaban Oven Tungku pembakar Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu : Titanium tetrachloride (TiCl 4 ) dari Merck Ethanol/Methanol Triblock copolymer Pluronic PE 6200 (PEO 8 -PPO 30 -PEO 8, massa molar = 2450 g/mol) & Pluronic PE 8100 (PEO 4 -PPO 40 -PEO 4, massa molar = 2600 g/mol) dari BASF Prosedur Percobaan TiO 2 disintesa dengan menggunakan metoda sol-gel dengan bantuan block copolymer untuk membentuk struktur mesopori. Langkah-langkah eksperimennya dijelaskan sebagai berikut : 1. Block copolymer sebanyak 3 gram dilarutkan pada ethanol/methanol sebanyak 30 gram kemudian diaduk selama 30 menit oleh pengaduk magnetik agar terjadi pembentukan micelle sebagai template. 2. Pada larutan tersebut ditambahkan secara perlahan-lahan prekursor TiCl 4 sebanyak 5.7 gram kemudian diaduk selama 30 menit. Pelarutan TiCl 4 dalam alkohol (C m H 2m+1 OH) bersifat eksotermik dan menghasilkan gas HCl dalam jumlah yang besar dan juga chloro-alkoxides 22

36 TiCl 2 (OR) 2 (R = C m H 2m+1 )[6][25]. Dengan reaksi ini larutan akan bersifat asam karena sebagian HCl akan terlarut disamping gas HCl yang timbul dalam reaksi. 3. Larutan kemudian dilakukan proses aging pada temperatur C selama 3-4 hari untuk larutan dengan pelarut methanol dan 6-7 hari untuk larutan dengan pelarut ethanol sampai terbentuk dry-gel sesuai dengan eksperimen yang dilakukan Hongmei Luo[25]. 4. Dry-gel yang terbentuk kemudian dikalsinasi pada temperatur C selama 4 jam. Block copolymer + alkohol Diaduk 30 menit Diaduk 30 menit TiCl 4 TiCl 2 (OR) 2 (R = C m H 2m+1 ) Aging Temp C 4 7 hari TG - DTA TiO 2 dry-gel Kalsinasi Temp C XRD Adsorpsi N 2 SEM SANS TiO 2 powder Gambar 3.1. Skema Penelitian 23

37 3.3. Karakterisasi Bubuk TiO 2 yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dengan metoda-metoda sebagai berikut : X-Ray Diffractometer (XRD) Struktur kristal dari TiO 2 dianalisa dengan X-Ray Diffractometer menggunakan Philips Analytical X-Ray dan pola difraksi X-Ray didapat dengan radiasi Cu (λ = 0, nm) melalui tegangan generator 40 kv dan arus 30 ma. Alat disetting pada mode step scan dengan ukuran step 0,02 2θ dan waktu step 0,4 detik pada rentang sudut 2θ Persamaan Scherrer digunakan untuk menghitung ukuran kristal dari TiO 2 : kλ D = (3.1) β cosθ dengan D adalah ukuran kristalit, k adalah konstanta yang bernilai 0,94, λ adalah panjang gelombang Bragg, β adalah nilai FWHM (Full-Width Half Maximum), dan θ adalah sudut Bragg. Adsorpsi Gas N 2 Adsorpsi gas N 2 digunakan untuk menentukan luas area spesifik dengan metoda Brunau-Emmett-Teller (BET). Alat yang digunakan yaitu NOVA 1000 High Speed Gas Sorption Analyzer. Sebelum gas N 2 diinjeksikan, sampel terlebih dahulu dipanaskan pada 200 C selama 2 jam pada keadaan vakum untuk menghilangkan air dan minyak. Thermogravimetry Diferential Thermal Analysis (TG-DTA) TG-DTA digunakan untuk menganalisa proses dekomposisi termal dari sampel dan untuk menentukan temperatur kristalisasi sampel. Alat yang digunakan yaitu SETSYS 1750 dan sampel dipanaskan pada rentang temperatur C dengan kecepatan 10 C/menit pada kondisi ruang. SEM (Scanning Electron Microscopy) SEM digunakan untuk menganalisa morfologi dari sampel TiO 2. Small-angle Neutron Scattering (SANS) SANS digunakan untuk menganalisa struktur mesopori dari sampel bubuk TiO 2. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Hamburan Neutron, 24

38 BATAN PUSPIPTEK Serpong denganp panjang gelombang neutron yang digunakan yaitu λ = 0,566 nm. Jarak sampel detektor divariasikan pada 2, 8, dan 18 meter untuk mendapatkan kisaran Q pada nm -1. Prosedur pengukurannya yaitu : - Sampel dimasukkan kedalam tempat sampel dengan diameter sampel kurang lebih 1,5 cm dan tebal sampel 1-2 mm. - Atur panjang gelombang, jarak sumber ke sampel, dan jarak sampel ke detektor. - Atur pemilihan komposisi jarak pinhole pada kolimator dan posisi beam stopper. - Ukur hamburan dari sampel dan tempat sampel, kemudian ukur hamburan dari tempat sampel dan sinar terhalang dengan menggunakan cadmiun sebagai faktor koreksi. - Ukur transmisi dari sampel dan tempat sampel. - Pola hamburan koreksi dari sampel yang menyatakan Q vs I(Q ) didapat dengan menggunakan data-data diatas dengan bantuan software SANS Data Reduction. 25

39 BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya ditunjukkan pada Tabel 4.1. Sampel Ti-a Ti-b Ti-c Ti-d Ti-e Pelarut methanol methanol ethanol ethanol methanol Tabel 4.1. Kondisi Sintesis TiO 2 Block copolymer Pluronic PE 6200 Pluronic PE 6200 Pluronic PE 6200 Pluronic PE 6200 Pluronic PE 8100 Kelembaban Karakterisasi Temperatur Relatif (RH) yang Kalsinasi (saat aging) dilakukan XRD, 400 C 30% adsorpsi gas N 2, SANS, SEM XRD, 450 C 30% adsorpsi gas N 2, SANS, SEM 450 C 30% XRD 450 C 70-90% XRD 450 C 30% Adsorpsi gas N Analisis TG-DTA Gambar 4.1 menunjukkan hasil TG-DTA pada kisaran temperatur 50 C sampai 600 C dari sampel TiO 2 gel yang dilakukan proses aging selama 4 hari. Dari grafik TGA, yang menunjukan pengurangan massa sampel sebagai fungsi dari 26

40 temperatur, terlihat bahwa sampel mengalami pengurangan massa sebesar 75% ketika dipanaskan sampai sekitar 460 C. Sehingga pada temperatur diatas 450 C, sampel merupakan murni TiO 2. Grafik TGA juga menunjukkan adanya tiga zona temperatur dimana terjadinya pengurangan massa. Zona pertama yaitu pada temperatur dibawah 200 C yang merupakan proses penguapan grup OH yaitu air dan alkohol. Zona kedua yaitu antara temperatur 200 C sampai 325 C terjadi oksidasi komponen organik pada gel. Pada zona ketiga yaitu temperatur 325 C sampai 460 C, terjadi oksidasi residu block copolymer dan klor yang terikat pada Ti-OH terdekomposisi. TGA DTA Gambar 4.1. Hasil Uji TG-DTA dari TiO 2 gel Dari Grafik DTA terlihat jelas terdapat dua puncak yaitu puncak endotermik pada daerah 100 C C yang diakibatkan penguapan pelarut, dan puncak eksotermik pada daerah 325 C C yang diakibatkan dekomposisi klor dan block copolymer dari sampel dan perubahan fasa TiO 2 dari amorf menjadi anatase yang dimulai pada temperatur 350 C[26]. Seperti terlihat pada gambar, data dari 27

41 grafik TGA berkorelasi secara langsung dengan data dari grafik DTA dimana proses kehilangan massa dari sampel selalu diikuti dengan munculnya proses eksotermik maupun endotermik Analisis XRD X-Ray Diffraction (XRD) digunakan menganalisa efek dari jenis pelarut, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif (RH) reaksi tehadap fasa kristal dan derajat kristalin sampel. Dari pola difraksi untuk keseluruhan sampel, terbukti bahwa sampel merupakan TiO 2 kristal dengan fasa anatase (Ti-a, Ti-b, Ti-d) dan fasa bikristal anatase-rutile (Ti-c) menurut JCPDS ( ) untuk anatase dan JCPDS ( ) untuk rutile. Hasil ini sesuai dengan data TG-DTA yang menyatakan bahwa perubahan fasa kristal dari amorf menjadi anatase dimulai pada temperatur 350 o C sehingga penggunaan temperatur kalsinasi 400 o C dan 450 o C pada penelitian ini sudah menghasilkan TiO 2 yang terkristalisasi dengan baik. Pola difraksi sampel tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.2. Tabel 4.2. Ukuran Kristalit Sampel Sampel Ukuran kristalit a Ti-a 11,05 nm Ti-b 13,94 nm Ti-c 17,36 nm Ti-d 12,9 nm a Persamaan Scherrer pada bidang (101) Efek Jenis Pelarut Pada penelitian ini dilakukan perbandingan pola XRD sampel TiO 2 dengan pelarut methanol (Ti-b) dan pelarut ethanol (Ti-c) dengan parameter jenis block copolymer dan temperatur kalsinasi dijaga tetap. 28

42 (101) Ti-a Methanol+PE o C (RH 30%) (004) (200) (211) (103) (112) (105) (204) Intensitas (counts) R : rutile Ti-b Methanol+PE o C (RH 30%) Ti-c R * R * R * ethanol+pe o C (RH 30%) Ti-d ethanol+pe o C (RH 70-90%) 2θ (derajat) Gambar 4.2. Pola XRD TiO 2 Dari pola XRD terlihat bahwa jenis pelarut mempengaruhi fasa kristal dari TiO 2. Penggunaan pelarut methanol (Ti-b) menghasilkan TiO 2 dengan fasa kristal murni 29

43 anatase sedangkan pelarut ethanol (Ti-c) menghasilkan fasa bikristal anatase dan rutile (pada gambar ditunjukkan dengan simbol R). Perbedaaan struktur kristal ini diakibatkan perbedaan dari keasaman larutan. Pelarutan TiCl 4 dalam larutan alkohol mengakibatkan sistem menjadi asam. Larutan dengan sistem pelarut ethanol memiliki derajat keasaman yang lebih tinggi dibandingkan sistem pelarut methanol karena dengan meningkatnya jumlah atom karbon maka kecenderungan grup alkoxy untuk menggantikan Cl menjadi lebih rendah sehingga lebih banyak Cl yang ada dalam sistem[25]. Keadaan asam dalam sistem ini akan menjadi katalis dalam proses nukleasi dan kristalisasi Hasil ini sesuai dengan penelitian Hongmei Luo dimana dengan bertambahnya jumlah atom karbon pada pelarut maka sistem akan menjadi lebih asam, yang dengan keadaan ini cenderung untuk membentuk fasa rutile[25] Efek Temperatur Kalsinasi Temperatur kalsinasi divariasikan untuk melihat perubahan derajat kristalinitas dan efeknya pada struktur kristal TiO 2. Ti-a merupakan TiO 2 dengan temperatur kalsinasi 400 C sedangkan Ti-b mempunyai temperatur kalsinasi 450 C. Kedua sampel menggunakan pelarut methanol dan jenis block copolymer yang sama. Dari pola difraksi kedua sampel terlihat bahwa Ti-a dan Ti-b merupakan TiO 2 dalam fasa anatase. Seperti terlihat pada Tabel 4.2, temperatur kalsinasi yang lebih tinggi menghasilkan ukuran kristalit TiO 2 yang lebih besar dan terlihat pada pola XRD, intensitas puncak difraksi Ti-b lebih tinggi dibandingkan Ti-a menandakan peningkatan derajat kristalinitas dikarenakan temperatur yang lebih tinggi akan mengakibatkan proses difusi atom akan menjadi lebih cepat sehingga akan mempercepat proses kristalisasi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Beltran yang membuktikan bahwa kristalisasi sempurna TiO 2 terjadi pada temperatur 550 C[9]. Terlihat dari perbandingan pola difraksi Ti-a dan Ti-b, bahwa transisi pertumbuhan kristal antara temperatur C cenderung pada bidang miller (101) yang merupakan bidang terluas pada struktur kristal anatase TiO 2 sedangkan untuk bidang miller yang lain cenderung menjadi lebih halus menandakan atom sudah lebih terorientasi pada masing-masing bidang tersebut.. 30

44 Efek Kelembaban Relatif (RH) Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa kelembaban relatif dari lingkungan juga mempengaruhi proses kristalisasi dari TiO 2. Terlihat pada pola difraksi TiO 2 sampel Ti-c dan Ti-d, bahwa sampel dengan komposisi yang sama namun berbeda dalam kelembaban relatif atmosfer pada saar aging dapat menghasilkan fasa yang berbeda. Kelembaban relatif yang rendah cenderung untuk membentuk fasa bikristal yaitu gabungan anatase dan rutile. Kelembaban relatif yang lebih rendah akan menyebabkaan interaksi sistem dengan H 2 O di lingkungan akan semakin kecil sehingga larutan akan cenderung lebih asam bila dibandingkan sintesa pada kelembaban relatif tinggi dan akan cenderung membentuk fasa rutile Analisis SANS (Small-angle Neutron Scattering) Untuk menganalisa struktur pori dari sampel TiO 2, dilakukan analisa Small angle Neutron Scattering (SANS) pada sampel Ti-a dan Ti-b. Terlihat pada pola hamburan neutron kedua sampel (Gambar 4.3), terdapat puncak yang disebabkan adanya struktur yang teratur sehingga meyebabkan interferensi hamburan neutron dengan ukuran rata-rata d = 2π / Q. Puncak hamburan pada sudut rendah ini peak merupakan karakteristik material mesopori, yang mempunyai karaktersitik keteraturan pori, dengan nilai d = 30,58 nm untuk Ti-a dan d = 34,63 nm untuk Ti-b. Nilai d ini merupakan jarak rata-rata antar dinding inorganik TiO 2 yang melingkupi struktur pori atau bisa dianalogikan juga sebagai jarak rata-rata antar pori terstruktur. Kenaikan temperatur kalsinasi menyebabkan ukuran pori menjadi lebih besar diindikasikan dengan nilai d yang lebih besar untuk Ti-b. 31

45 Ti-a Ti-b Gambar 4.3. Pola SANS Sample TiO 2 (Ti-a dan Ti-b) Dari perbandingan pola hamburan neutron Ti-a dan Ti-b juga terlihat bahwa intensitas relatif hamburan neutron Ti-a lebih besar dibandingkan Ti-b. Ini menandakan area homogen untuk menghasilkan interferensi hamburan neutron lebih banyak pada Ti-a. sehingga dapat disimpulkan keteraturan struktur pori sampel Ti-a lebih besar bila dibandingkan Ti-b Analisis Adsorpsi Gas N 2 Metoda Adsorpsi gas Nitrogen (N 2 ) dilakukan untuk menganalisa efek dari temperatur kalsinasi dan juga jenis block copolymer terhadap luas permukaan spesifik dari TiO 2 yang ditunjukkan pada Tabel 4.3. Luas permukaan spesifik paling tinggi didapat dari sampel Ti-a yaitu 108 m 2 /g dan paling rendah Ti-e yaitu 80 m 2 /g. Semua sample memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan 32

46 dengan nano-tio 2 Degussa P-25 yang sering digunakan sebagai referensi untuk aplikasi dalam sel surya maupun fotokatalis dengan luas permukaan sebesar 50 m 2 /g, walaupun semua sampel mempunyai luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan hasil eksperimen Peidong Yang sebagai referensi utama[4], dengan perbedaan penggunaan jenis block copolymer dan temperatur kalsinasi, namun TiO 2 yang dihasilkan mempunyai derajat kristalisasi lebih tinggi yang merupakan syarat penting penggunaan TiO 2 pada berbagai aplikasinya[28]. Tabel 4.3. Nilai Luas Permukaan Spesifik Sampel Sampel Luas permukaan spesifik (m 2 /g) Ti-a 108 Ti-b 88 Ti-e 80 Nano-TiO 2 (Degussa P-25) Efek temperatur kalsinasi Seperti terlihat pada data di Tabel 4.3., peningkatan temperatur kalsinasi menyebabkan luas permukaan material menurun dari 108 m 2 /g (Ti-a) menjadi 88 m 2 /g (Ti-b). Temperatur kalsinasi yang lebih tinggi selalu diikuti dengan luas permukaan yang lebih rendah karena proses kristalisasi dari TiO 2 selalu diikuti oleh rusaknya struktur mesopori dari material[29]. Fenomena ini juga sesuai dengan hasil SANS yang menunjukan bahwa sampel Ti-a, yang disintesa pada temperatur kalsinasi lebih rendah memiliki keteraturan pori yang lebih besar dibandingkan Ti-b yang berimplikasi terhadap lebih besarnya luas permukaan spesifik Ti-a Efek jenis Block Copolymer Pemilihan surfaktan juga menentukan struktur akhir dari material mesoporous. Untuk sample yang menggunakan surfaktan block copolymer Pluronic PE 6200 (Ti-b) dihasilkan TiO 2 yang mempunyai luas permukaan lebih tinggi yaitu 88 33

SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL

SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL TUGAS AKHIR Oleh : Wilman Septina 13303022 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 SINTESA NANOKRISTAL

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Aplikasi TiO 2

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Aplikasi TiO 2 BAB 2 TEORI DASAR 2.1. TiO 2 (Titanium Dioxide) TiO 2 (Titanium dioxide/titania) adalah material semikonduktor yang termasuk kedalam keluarga oksida metal. Umumnya TiO 2 digunakan sebagai pigmen putih

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI Oleh M. HILMY ALFARUQI 04 04 04 04 7X DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah metode eksperimen. Material yang digunakan berupa pasta TiO 2 produksi Solaronix, bubuk Dyesol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya λ Panjang Gelombang 21 ω Kecepatan Angular 22 ns Indeks Bias Kaca 33 n Indeks Bias Lapisan Tipis 33 d Ketebalan Lapisan Tipis 33 α Koofisien Absorpsi 36 Frekuensi Cahaya 35 υ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, persediaan minyak dan gas bumi semakin menipis. Sementara kebutuhan akan energi semakin meningkat, terutama dirasakan pada negara industri. Kebuthan

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, sudah seharusnya Indonesia memanfaatkannya sebagai energi listrik dengan menggunakan sel surya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih

Lebih terperinci

PERFORMA SEL SURYA TERSENSITASI ZAT PEWARNA (DSSC) BERBASIS ZnO DENGAN VARIASI TINGKAT PENGISIAN DAN BESAR KRISTALIT TiO 2 SKRIPSI

PERFORMA SEL SURYA TERSENSITASI ZAT PEWARNA (DSSC) BERBASIS ZnO DENGAN VARIASI TINGKAT PENGISIAN DAN BESAR KRISTALIT TiO 2 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PERFORMA SEL SURYA TERSENSITASI ZAT PEWARNA (DSSC) BERBASIS ZnO DENGAN VARIASI TINGKAT PENGISIAN DAN BESAR KRISTALIT TiO 2 SKRIPSI WULANDARI HANDINI 04 05 04 0716 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA Astuti * dan Sulastriya Ningsi Laboratrium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN MENGGUNAKAN EKTRAKSI DAGING BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) SEBAGAI DYE SENSITIZER

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC Surabaya 27 Januari 2012 Perumusan Masalah B Latar

Lebih terperinci

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL 3 2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL Pendahuluan Bahan semikonduktor titanium oxide (TiO 2 ) merupakan material yang banyak digunakan dalam berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel surya merupakan suatu piranti elektronik yang mampu mengkonversi energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan dampak buruk terhadap

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi.

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi. BAB III DASAR TEORI 3.1 Semikonduktor Semikonduktor adalah bahan yang mempunyai energi celah (Eg) antara 2-3,9 elektron volt. Bahan dengan energi celah diatas kisaran energi celah semikonduktor adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad 21 (Anonim, 2011). Sekarang ini nanoteknologi memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahapan penelitian ini secara garis besar ditunjukkan oleh Gambar 3.1. Preparasi sampel. Pembuatan pasta ZnO dan TiO2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahapan penelitian ini secara garis besar ditunjukkan oleh Gambar 3.1. Preparasi sampel. Pembuatan pasta ZnO dan TiO2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Tahapan penelitian ini secara garis besar ditunjukkan oleh Gambar 3.1. Preparasi sampel Pembuatan TCO Pembuatan pasta ZnO dan TiO2 Pembuatan elektrolit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mariya Al Qibriya, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mariya Al Qibriya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri yang pesat akan mendorong peningkatan kebutuhan energi. Konsumsi energi manusia di dunia mencapai sekitar 88% bahan bakar fosil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL X-RAY DIFFRACTOMETER (XRD) Untuk menentukan besar kristalit dari unsur penyusun utama layer oksida DSSC maka dilakukan pengujian XRD. Pengujian dilakukan untuk material

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan eksperimental yang dilakukan di laboratorium Fisika Material, Jurusan pendidikan fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) Perkembangan sel surya atau photovoltaic menjadi penelitian yang dikembangkan pemanfaatannya sebagai salah satu penghasil energi. Salah satu

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V. 10 larutan elektrolit yang homogen. Pada larutan yang telah homogen dengan laju stirring yang sama ditambahkan larutan elektrolit KI+I 2 sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 0.3 M tanpa annealing. Setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 di bawah ini memperlihatkan diagram alir dalam penelitian ini. Surfaktan P123 2 gr Penambahan Katalis HCl 60 gr dengan variabel Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Absorbansi Dye Antosianin Buah Delima Efisiensi DSSC salah satunya dipengaruhi oleh jenis dye terkait dengan efektifitasnya sebagai sunlight absorber. Umumnya,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP : SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA Oleh STEFANI KRISTA BP : 0910412029 JURUSAN S1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 21 SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT Rommi Prastikharisma, Insyiah Meida dan Heru Setyawan *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember SIDANG TUGAS AKHIR Arisela Distyawan NRP 2709100084 Dosen Pembimbing Diah Susanti, S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sintesa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

Optimasi Parameter Sintesis Nanopartikel TiO 2 untuk Dye Sensitized Solar Cell

Optimasi Parameter Sintesis Nanopartikel TiO 2 untuk Dye Sensitized Solar Cell JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 10, NOMOR 2 JUNI 2014 Optimasi Parameter Sintesis Nanopartikel TiO 2 untuk Dye Sensitized Solar Cell Amalia Puji Winarni, Kusumandari, dan Ari Handono Ramelan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan energi matahari di muka bumi sangat besar yakni mencapai 3x10 24 J/tahun atau sekitar 10.000 kali lebih banyak dari energi yang dibutuhkan makhluk

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS Syuhada, Dwi Bayuwati, Sulaiman Pusat Penelitian Fisika-LIPI, Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang 15314 e-mail: hadda212@yahoo.com

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TiO 2 MENGGUNAKAN PREKURSOR TiCl 4 UNTUK APLIKASI KACA SELF CLEANING DAN ANTI FOGGING

SINTESIS LAPISAN TiO 2 MENGGUNAKAN PREKURSOR TiCl 4 UNTUK APLIKASI KACA SELF CLEANING DAN ANTI FOGGING SINTESIS LAPISAN TiO 2 MENGGUNAKAN PREKURSOR TiCl 4 UNTUK APLIKASI KACA SELF CLEANING DAN ANTI FOGGING Anggi Pravita R, Dahyunir Dahlan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karena tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi tanpa energi matahari maka sebenarnya pemanfaatan energi matahari sudah berusia setua kehidupan itu sendiri.

Lebih terperinci

PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE

PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Kimia Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di Indonesia. Pada tahun 2000 hingga tahun 2004 konsumsi energi primer Indonesia meningkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA TiO2 memiliki tiga macam bentuk kristal : Anatase rutil brukit namun yang memiliki aktivitas fotokatalis terbaik adalah anatase. Bentuk kristal anatase diamati terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Reaksi kimia yang terjadi selama perubahan dari larutan prekursor menjadi gel memiliki pengaruh yang berarti terhadap struktur dan homogenitas kimia dari gel. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis diperkenalkan pertama kali oleh Fujishima dan Honda tahun 1972 mengenai pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen secara fotoelektrokimia

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang berbentuk kristal tunggalatau kristal jamaktelah mapan dan mempunyai efisiensi berkesan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

SEL SURYA BERBASIS TITANIA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF

SEL SURYA BERBASIS TITANIA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 SEL SURYA BERBASIS TITANIA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF Rita

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) X 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) X 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X 1 Pembuatan Dan Karakterisasi Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Kulit Buah Manggis Sebagai Dye Sensitizer Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung, Kalsinasi di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah berkembang suatu mekanisme fotokatalis yang menerapkan pemanfaatan radiasi ultraviolet dan bahan semikonduktor sebagai fotokatalis, umumnya menggunakan bahan TiO2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci