ANALISIS PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN MODEL DISKRIMINAN PADA KOPERASI KARYAWAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN MODEL DISKRIMINAN PADA KOPERASI KARYAWAN DEPARTEMEN KEHUTANAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN MODEL DISKRIMINAN PADA KOPERASI KARYAWAN DEPARTEMEN KEHUTANAN Dwi Puji Yuliastuti Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Dalam hal menjalankan kegiatan usahanya, koperasi tidak hanya dituntut untuk meningkatkan profitabilitas dan kesejahteraan anggotanya, tetapi juga harus menjaga keberlangsungan usahanya (survive). Tujuan keberlanjutan usaha dapat diartikan sebagai maksimasi dari nilai koperasi, yang merupakan nilai sekarang dari koperasi itu terhadap prospek masa depannya melalui penyaluran kredit kepada anggotanya. Dalam penyaluran kredit tersebut, koperasi bukan tanpa resiko dan kendala. Resiko yang mungkin terjadi adalah kredit macet yang dapat membuat siklus hidup koperasi terganggu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang menentukan pemberian kredit, dan dari hasil penelitian didapat dua variabel yang mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit, yaitu golongan karyawan, dimana rata-rata untuk golongan 1 dan golongan 2 masuk ke kategori kredit tidak lancar sedangkan untuk golongan 3 dan golongan 4 masuk ke kategori kredit lancar. Dan untuk variabel tanggungan, ratarata debitur dengan jumlah anak 1 sampai 2 orang masuk ke kategori debitur kredit lancar, sedangkan rata-rata debitur dengan jumlah anak di atas 3 orang masuk ke kategori debitur kredit tidak lancar. Dalam penelitian ini diperoleh ketepatan prediksi dari model adalah 97%. Oeh karena angka ketepatan tinggi, maka model diskriminan dapat digunakan untuk menganalisis layak dan tidaknya pemberian kredit kepada calon debitur. Kata kunci : Faktor yang Menentukan Pemberian Kredit, Analisis Diskriminan 1

2 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah sektor negara, swasta, dan koperasi. Untuk mencapai kedudukan ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat adil dan makmur, maka ketiga sektor itu harus saling berhubungan dan bekerjasama secara baik dan teratur. Menurut Bank Dunia, di negara Indonesia terdapat 16% dari jumlah penduduk hidup dalam kemiskinan. Artinya, kurang lebih 33 juta orang Indonesia hidup dengan kesulitan keuangan. Pemerintah Indonesia sudah lama berjuang untuk mengurangi angka kemiskinan dan sudah ada banyak program serta kebijakan yang terlaksana untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu program yang sedang dianjurkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan program penyaluran kredit melalui lembaga keuangan informal, seperti koperasi. Dalam perkembangannya, lembaga keuangan informal lebih mudah bagi debitur dalam permohonan kredit, karena sifatnya yang lebih fleksibel dalam hal persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat pada persyaratan perbankan dalam hal pencairan kredit. Akhir-akhir ini, kopersi simpan pinjam di Indonesia memainkan peranan penting dalam mengurangi angka kemiskinan. Koperasi tersebut berusaha untuk menyejahterakan dan menyediakan pembinaan bagi anggotanya. Sehingga, anggota dapat berkembang maju dan mencapai status kehidupan yang lebih baik.

3 3 Dalam menjalankan kegiatan usahanya, koperasi tidak hanya dituntut untuk meningkatkan profitabilitas dan kesejahteraan anggotanya, tetapi juga harus menjaga keberlangsungan usahanya (survive). Tujuan keberlanjutan usaha dapat diartikan sebagai maksimasi dari nilai koperasi, yang merupakan nilai sekarang dari koperasi itu terhadap prospek masa depannya melalui penyaluran kredit kepada anggotanya. Kenyataannya koperasi menghadapi kendala dalam pemberian kredit bagi anggotanya. Salah satu kendala yang sangat mendarah daging dalam penyaluran kredit adalah adanya kredit macet. Dengan demikian, untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya analisa terlebih dahulu mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit.

4 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Terjadinya Kredit Kredit menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004) sesungguhnya berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya. Jadi seandainya seseorang memperoleh kredit, berarti ia memperoleh kepercayaan (trust). Terjadinya kredit pada mulanya disebabkan oleh perbedaan pendapatan dan pengeluaran diantara kelompok masyarakat. Dilihat dari pendapatan (income/y) dan pengeluaran (expenditure/e) maka kelompok masyarakat dapat dibagi ke dalam 3 golongan, yaitu: (Siswanto Sutojo, 1997) a. Golongan 1, yang pendapatannya lebih besar dari pengeluarannya (Y>E) b. Golongan 2, yang pendapatannya sama besar dengan pengeluarannya (Y=E) c. Golongan 3, yang pendapatannya lebih kecil dari pengeluarannya (Y<E) Khusus untuk Golongan 2 tidak ditemukan masalah, sedangkan untuk Golongan 1, dengan adanya surplus pendapatan atas pengeluaran tidak pula menimbulkan hal yang serius, bahkan mungkin merupakan suatu hal yang baik. Yang menjadi persoalan ialah Golongan 3, dimana ada defisit pendapatan atas pengeluaran, yang jalan satu-satunya adalah dengan cara menutup defisit dengan pinjaman yang berasal dari Golongan 1.

5 5 2.2 Pengertian Kredit Menurut Thomas Suyatno (1999), istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah : penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga yang telah ditetapkan. Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur, mereka menarik keuntungan dan saling menaggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi. (Untung Budi, 2000) Menurut Raymond P. Kent yang dikutip oleh Thomas Suyatno (1999) kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.

6 6 Sedangkan pengertian kredit menurut Amir Rajab Batubara yang dikutip oleh Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004) kredit adalah suatu pemberian prestasi yang mana balas prestasinya akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang. 2.3 Tujuan Kredit Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri dari falsafah yang dianut oleh suatu negara. Di negara-negara liberal, tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh negara yang bersangkutan, yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Oleh karena pemberian kredit dimaksud untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika ia betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang diterimanya. Dari faktor kemampuan dan kemauan tersebut, tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit. Dan kedua unsur tersebut saling berkaitan. Keamanan atau safety yang dimaksud adalah bahwa prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan / profitability yang diharapkan itu dapat menjadi kenyataan. Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima. Dan karena Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan,

7 7 melainkan disesuaikan dengan tujuan negara, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dengan demikian, maka tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk : a. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya. Dari tujuan tersebut, menurut Thomas Suyatno (1999) tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat dan kepentingan pemilik modal (pengusaha). 2.4 Penilaian Pemberian Kredit Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Fitri Rahmadana (2002) tentang Analisis Pemakaian Jasa Kredit Pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah Medan, dalam memutuskan persetujuan permintaan atau penambahan kredit, perusahaan perlu mempertimbangkan kemauan dan kemampuan para calon debitur untuk membayar (willing to pay). Oleh karena itu perusahaan harus merencanakan standar pemilihan calon debitur. Menurut Weston dan Brigham (1998) dalam pemilihan calon debitur dapat dilakukan dengan analisis 5C, to evaluate the credit risk, credit managerial consider the five C s of credit : character, capacity, capital, collateral, condition. Dan dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan

8 8 yaitu fungsi dan tujuan kredit yang telah dilaksanakan oleh perusahaan telah berjalan dengan baik, hal itu dapat dibuktikan dengan analisa data menunjukkan bahwa persepsi nasabah mengenai kebijaksanaan kredit yang dikenakan Perum Pegadaian Kanwil Medan sudah memuaskan, hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan total penilaian sebesar 610 berada diantara skala 600 sampai dengan 750. Menurut Kasmir (2002) analisis kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak kreditur bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit tersebut cukup layak (feasible). Dengan adanya analisis kredit ini dapat dicegah secara dini kemungkinan terjadinya kegagalan debitur dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit yang diterimanya. Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh kreditur untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis penilaian pemberian kredit yang dikenal dengan prinsip 6C dan 7P. Adapun penjelasan mengenai prinsip 6C adalah sebagai berikut : a. Character Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak seorang calon debitur benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang calon debitur yang bersifat pribadi seperti : gaya hidup, keadaan keluarga, hobi serta perilaku calon debitur. Ini semua merupakan ukuran kemauan membayar kredit yang diterimanya. b. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dibidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya

9 9 dalam memahami ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuan calon debitur dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. c. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dapat dilihat dari laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. d. Collateral Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. e. Condition of Economic Kondisi ekonomi adalah keadaan ekonomi pada umumnya dan sifat sektor usaha calon debitur yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usahanya. Demikian pula perkembangan teknologi dan perubahan kebijaksanaan pemerintah khususnya mengenai ekonomi moneter yang mungkin dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan calon debitur.

10 10 f. Constrain Merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan. 2.5 Analisis Diskriminan Uji Variabel Analisis diskriminan (Discriminant Analysis) adalah teknik multivariate yang termasuk Dependence Method, yakni adanya dependen dan independen. Dengan demikian, ada variabel yang hasilnya tergantung dari data variabel independen. Ciri khusus dari analisis diskriminan adalah data variabel dependen yang harus berupa data kategori, sedangkan data independen justru berupa data non kategori. Tujuan analisis diskriminan secara umum adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang jelas antara grup pada variabel dependen, atau bisa dikatakan apakah ada perbedaan antara anggota grup 1 dengan anggota grup 2. (Singgih Santoso, 2005) Dimana : Z jk = a+w 1 X 1k +W 2 X 2k W n X nk Z jk a W i X ik : Nilai diskriminan Z dari fungsi diskriminan j untuk objek k : Intersep : Koefisien diskriminan untuk variabel independen ke-i : Nilai variabel ke-i untuk objek ke-k

11 11 III. PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa data nasabah penerima kredit yang diperoleh dengan cara mengunjungi objek penelitian, serta melakukan observasi dan data sekunder berupa data primer yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan bantuan software SPSS Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling, dimana pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dan populasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sembilan variabel dengan variabel terikat (tidak bebas) adalah kredit, sedangkan variabel bebas terdiri dari usia debitur, golongan pegawai, besar pinjaman, jangka waktu pinjaman, angsuran per bulan, jasa per bulan, besarnya pembayaran per bulan, serta jumlah anak yang menjadi tanggungan. Kemudian, untuk variabel tidak bebas (kredit) akan dikategorikan dalam angka 0 untuk grup layak menerima kredit dan angka 1 untuk grup tidak layak menerima kredit. 3.2 Pengujian Variabel Bebas / Pembahasan Langkah pertama pada analisis diskriminan yaitu menguji apakah semua variabel independent (bebas) berbeda secara nyata dengan variabel dependent (tidak bebas), sehingga dapat diketahui layak dan tidaknya dianalisis pada tabel di bawah ini:

12 12 Tests of Equality of Group Means Wilks' Lambda F df1 df2 Sig. usia golongan karyawan tanggungan pinjaman waktu angsuran jasa pembayaran Sumber : data diolah SPSS, 2009 Analisis : Tabel di atas adalah hasil pengujian untuk setiap variabel bebas yang ada. Keputusan bisa diambil lewat dua cara, yaitu : a. Dengan angka Wilk s Lambda Angka Wilk s lambda berkisar 0 sampai 1. Jika angka mendekati 0 maka data tiap grup cenderung berbeda, sedangkan jika angka mendekati 1, data tiap grup cenderung sama. Dari tabel terlihat angka Wilk s Lambda berkisar antara 0,776 sampai 0,998 (mendekati 1). Dari kolom sig. bisa dilihat bahwa variabel usia, jasa, dan pembayaran yang cenderung tidak berbeda. Hal ini, berarti usia, angsuran, jasa, dan pembayaran untuk calon debitur yang layak atau tidak layak mendapatkan kredit tidak berbeda secara nyata. b. Dengan F. Test Lihat angka sig. Jika sig. > 0,05, berarti tidak ada perbedaan antar grup Jika sig. < 0,05, berarti ada perbedaan antar grup.

13 13 Contoh analisis dengan menggunakan Uji F : 1. Variabel golongan karyawan, angka sig. adalah di bawah 0,05 (0,000). Hal ini berarti ada perbedaan antar grup, atau debitur yang layak atau tidak layak mendapatkan kredit terkait dengan golongan karyawan dari debitur tersebut. Mungkin debitur dengan golongan tinngi (dilihat dari ijazah terakhir dan gaji pokok karyawan selama satu bulan) akan lebih layak mendapatkan kredit dibanding dengan golongan rendah. 2. Variabel tanggungan, angka sig. adalah di bawah 0,05 (0,000). Hal ini berarti ada perbedaan antar grup, atau debitur yang layak atau tidak layak mendapatkan kredit terkait dengan jumlah tanggungan dari debitur tersebut. Mungkin, debitur yang lebih sedikit tanggungannya akan lebih layak mendapatkan kredit dibanding dengan mereka yang banyak memiliki tanggungan. 3. Variabel usia, angka sig. di atas 0,05 (0,654). Hal ini berarti usia dari seorang calon debitur tidak mempengaruhi layak tidaknya debitur mendapatkan kredit. Kesimpulan ini sama dengan jika berpatokan pada angka Wilk s Lambda yang hampir mendekati 1 untuk variabel usia Dari delapan variabel di atas, ada empat variabel yang berbeda secara nyata untuk dua grup diskriminan, yaitu golongan karyawan, jumlah tanggungan yang dimiliki debitur, besar pinjaman yang diajukan dan lama angsuran pembayaran. 3.3 Uji Varians Untuk menguji apakah data yang ada sudah memenuhi asumsi analisis diskriminan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

14 14 Test Results Box's M F Approx df1 28 df Sig..205 Tests null hypothesis of equal population covariance matrices. Sumber : Data diolah SPSS, 2009 Analisis : Jika analisis ANOVA dan angka Wilk s Lambda menguji means (rata-rata) dari setiap variabel, maka Box s M menguji varians dari setiap variabel. Analisis diskriminan mempunyai asumsi bahawa : a. Varians variabel bebas untuk tiap grup seharusnya sama. Jika demikian, seharusnya varians dari debitur yang layak mendapatkan kredit sama dengan varians dari debitur yang tidak layak mendapatkan kredit. b. Varians diantara variabel-variabel bebas seharusnya juga sama. Jika demikian, seharusnya varians dari golongan karyawan sama dengan variabel tanggungan, sama dengan variabel pinjaman dan sebagainya. Kedua pengertian di atas disimpulkan, seharusnya group covariance matrices adalah relatif sama, yang diuji dengan alat Box s M dengan ketentuan : 1. Hipotesis Ho : group covariance matrices adalah relatif sama Ha : group covariance matrices adalah berbeda secara nyata

15 15 2. keputusan dengan dasar signifikansi (lihat angka sig.) : Jika sig. > 0,05, berarti Ho diterima Jika sig. < 0,05, berarti Ha diterima Dari tabel terlihat bahwa angka sig. di atas 0,05 yaitu (0,205), yang berarti data di atas sudah memenuhi asumsi analisis diskriminan, sehingga proses dapat dilanjutkan. 3.4 Variables in the Analysis Variables in the Analysis Sig. of F to Min. D Between Step Tolerance Remove Squared Groups 1 golongan golongan and 1 tanggungan and 1 Sumber: Data diolah SPSS, 2009 Tabel dia atas dan tabel selanjutnya sebenarnya hanyalah perincian (detail) dari proses stepwise pada tabel sebelumnya. 1. Pada step 1, variabel golongan karyawan adalah variabel pertama yang masuk ke dalam Model Diskriminan. Hal ini disebabkan variabel tersebut mempunyai angka Sig. of F to Remove 0,000 (jauh di bawah 0,05). Variabel golongan karyawan yang secara nyata mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit bagi debitur disebabkan karena golongan karyawan yang terkait dengan penggolongan gaji yang diterima oleh debitur berdasarkan ijazah pendidikan

16 16 terakhir yang tercatat dalam biro kepegawaian. Berdasarkan analisa penilaian kelayakan kredit yang biasa disebut dengan prinsip 6 C, yaitu character, capacity, collateral, capital, condition of economic, dan constrain, variabel golongan karyawan yang terkait dengan pemberian kredit sesuai dengan prinsip capital, yaitu penggolongan gaji dari golongan karyawan (golongan 1 dan golongan 2) yang memiliki gaji berkisar antara Rp sampai dengan Rp cenderung termasuk kategori kredit debitur yang tidak lancar atau macet, sedangkan untuk golongan 3 dan golongan 4 dengan gaji berkisar Rp sampai dengan Rp cenderung termasuk kategori kredit debitur yang lancar. Dengan demikian, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap layak atau tidaknya seorang debitur mendapatkan kredit. 2. Pada step 2 atau terakhir, dimasukkan variabel tanggungan dan variabel ini memenuhi syarat yaitu angka Sig. of F to Remove 0,000 (jauh di bawah 0,05). Variabel tanggungan yang secara nyata mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit bagi debitur, terkait dengan dengan jumlah anak yang menjadi tanggungan debitur. Rata-rata debitur yang tergolong tidak lancar dalam pembayaran kredit memiliki jumlah tanggungan anak sebanyak 4 sampai 5 orang anak, sedangkan rata-rata debitur yang tergolong lancar dalam pembayaran kredit memiliki jumlah anak 1 sampai 2 orang. Hal ini terkait dengan program Keluarga Berencana yang sampai saat ini masih dianjurkan oleh Pemerintah, dimana untuk satu anggota keluarga hanya memiliki dua orang anak saja ternyata dapat mengurangi resiko terjadinya kredit macet.

17 Tahap pengeluaran variabel bebas Tabel di bawah ini adalah kebalikan dari tabel sebelumnya, dimana pada tabel ini yang dinyatakan adalah proses pengeluaran variabel secara bertahap. 1. Pada tahap 0 (keadaan awal), kedelapan variabel secara lengkap dinyatakan dengan Sig. of F to Enter sebagai faktor penguji. Terlihat Sig. of F to Enter yang terkecil adalah variabel golongan karyawan dan tanggungan. Maka, kedua variabel tersebut dikeluarkan dari step 0 tersebut, yang berarti variabel tersebut bukan termasuk variabel yang dianalisis. 2. Pada tahap 1, sekarang terlihat ada 7 variabel, dan proses terus berjalan, dengan pedoman angka Sig. of F to Enter harus di bawah 0,05, dan jika mungkin diambil angka terkecil. Terlihat variabel tanggungan sekarang mempunyai angka Sig. of F to Entere terkecil (0,000), sehingga variabel tersebut dikeluarkan. 3. Pada tahap 2, sekarang terlihat ada enam variabel dan terlihat keenam variabel tersebut mempunyai angka Sig. of F to Enter di atas 0,05 (dapat dilihat di Tabel 4.7 kolom Sig. of F to Enter). Oleh karena sudah tidak ada variabel yang memenuhi syarat, maka proses pengeluaran variabel berhenti, dan keenam variabel sisa tersebut dikeluarkan, yang berarti keenamnya termasuk pada Variables Not in the Analysis atau variabel yang tidak dianalisis lebih lanjut. Variables Not in the Analysis Sig. of F to Between Step Tolerance Min. Tolerance Enter Min. D Squared Groups 0 Layak usia and 1 golongan and 1 karyawan

18 18 tanggungan and 1 pinjaman and 1 waktu and 1 angsuran and 1 jasa and 1 pembayaran and 1 1 Tidak Layak usia and 1 tanggungan and 1 pinjaman and 1 waktu and 1 angsuran and 1 jasa and 1 pembayaran and 1 2 usia and 1 pinjaman and 1 waktu and 1 angsuran and 1 jasa and 1 pembayaran and 1 Sumber : Data diolah SPSS, 2009 Dari tabel di atas terlihat bahwa variabel usia secara nyata tidak mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit, karena lancar atau tidaknya seorang debitur menyelesaikan kewajibannya tidak tergantung dari usia debitur yang rata-rata berusia 30 sampai dengan 55 tahun tidak menentukan kelayakan dalam pemberian kredit. Untuk variabel pinjaman tidak mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit, karena tidak ada pembatasan besar pinjaman pada pengajuan pinjaman oleh debitur. Sedangkan, variabel waktu dan angsuran juga tidak berpengaruh secara signifikan, karena adanya tata cara pembayaran dengan cara

19 19 pemotongan gaji setiap bulannya bagi debitur yang ingin mencicil pengembalian uang yang dipinjamnya. Variabel jasa, yaitu biaya yang dibebankan kepada setiap debitur yang jumlahnya berbeda antar debitur sesuai dengan besar pinjamannya, hal ini menyebabkan variabel jasa masuk ke dalam variable not in the analysis. Begitu pula dengan variabel pembayaran yang jumlahnya juga berbeda antar debitur, pembayaran yang dikenakan oleh setiap debitur tergantung dari besarnya pinjaman dan jasa yang dibebankan dari pinjaman masing-masing debitur, sehingga dari variabel tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penentuan kelayakan pemberian kredit. 3.6 Pembentukan Model Diskriminan Structure Matrix Function golongan karyawan.915 tanggungan jasa a.308 pinjaman a.288 pembayaran a.277 angsuran a.244 waktu a.240 usia a.013 Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function. a. This variable not used in the analysis. Sumber : Data diolah SPSS,

20 20 Tabel Structure Matrix menjelaskan korelasi antara variabel independen dengan fungsi diskriminan yang terbentuk. Terlihat bahwa variabel golongan karyawan paling erat hubungannya dengan fungsi diskriminan, dari kredit konsumtif yang diberikan kepada anggota koperasi Karyawan Departemen Kehutanan rata-rata golongan 1 dan golongan 2 termasuk ke kategori kredit debitur tidak lancar, hal ini terkait dengan gaji untuk golongan tersebut tidak sebanding dengan besar pinjaman yang diajukan, dalam analisa kredit semakin besar modal yang dimiliki oleh debitur, maka semakin kecil pula resiko terjadinya kredit macet, begitu pula sebaliknya. Sehingga variabel golongan karyawan yang terkait dengan gaji pegawai sangat menentukkan layak tidaknya debitur mendapatkan pinjaman yang sesuai dengan kemampuannya untuk melunasinya. Variabel tanggungan, yang menunjukkan jumlah anak yang menjadi tanggungan memiliki keeratan dengan fungsi diskriminan, ratarata debitur dengan jumlah tanggungan di atas 3 orang anak masuk ke kategori debitur tidak lancar, sedangkan untuk debitur yang memiliki tanggungan di bawah 3 orang anak rata-rata masuk ke kategori lancar, semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin banyak pula jumlah kebutuhan ekonomi dari debitur tersebut, sehingga debitur untuk melunasi kewajibannya akan terhambat, karena terjadi ketidakseimbangan antara besar pinjaman dengan pemasukkan dan pengeluaran untuk kebutuhan pokok dari setiap masing-masing anggota keluarga debitur.

21 21 Canonical Discriminant Function Coefficients Function golongan karyawan tanggungan (Constant) Unstandardized coefficients Sumber :Data diolah SPSS, Tabel di atas mempunyai fungsi yang hampir mirip dengan persamaan regresi berganda, yang dalam analisis diskriminan disebut dengan Fungsi Diskriminan : Z Score = -4, ,081 Golongan karyawan - 0,393 Tanggungan Kegunaan fungsi di atas adalah untuk mengetahui sebuah case (dalam kasus ini adalah seorang debitur) masuk pada grup yang satu ataukah tergolong pada grup yang lainnya. Selain fungsi di atas, dengan dipilihnya Fisher Function Coefficient pada proses analisis, maka akan terbentuk pula fungsi diskriminan fisher.

22 Cut Off Score (Nilai Batas) Classification Results b,c Predicted Group Membership kredit 0 1 Total Original Cross-validated a Count % Count % 0 layak tidak layak layak tidak layak layak tidak layak layak tidak layak a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case. b. 97.0% of original grouped cases correctly classified. c. 97.0% of cross-validated grouped cases correctly classified. Sumber : Data diolah SPSS, 2009 Pada bagian Original, terlihat bahwa mereka yang pada data awal adalah tergolong layak, dan dari klasifikasi fungsi diskriminan tetap pada kelompok layak, adalah 54 orang. Sedangkan dengan model diskriminan, mereka yang pada awalnya masuk grup layak, ternyata menjadi anggota grup tidak layak adalah 2 orang. Demikian juga dengan grup tidak layak, yang tetap pada grup tidak layak sejumlah 43 orang, dan yang meleset adalah 1 orang. Dengan demikian, ketepatan prediksi dari model adalah : ( ) / 100 = 0,97 atau 97% Oleh karena angka ketepatan tinggi (97%), maka model diskriminan di atas dapat digunakan untuk analisis diskriminan. Atau penafsiran tentang berbagai tabel yang

23 23 ada valid untuk digunakan. Pendapat lain mengatakan bahwa klasifikasi di atas terlalu optimis, dan tidak memperhitungkan berbagai bias yang mungkin terjadi. Untuk itu, disarankan juga penggunaan metode Leave-one-out cross validation untuk mengurangi bias yang mungkin terjadi di atas. Dari keterangan tabel paling bawah didapat angka ketepatan klasifikasi data ke grup dengan metode Leave-one-out cross validation, yaitu tetap 97% yang masih dikategorikan ketepatan klasifikasi tetap tinggi. Setelah terbukti bahwa fungsi diskriminan mempunyai ketepatan prediksi yang tinggi, maka fungsi diskriminan tersebut bisa digunakan untuk memprediksi sebuah kasus, apakah akan diklasifikasikan ke tipe layak atau tipe tidak layak. Dan pada kasus ini dari delapan variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan hanya ada dua variabel saja, yaitu variabel golongan karyawan yang terkait dengan besar gaji yang diterima oleh debitur selama satu bulan serta penggolongan karyawan berdasarkan ijazah terakhir dari debitur yang tercatat dalam biro kepegawaian, dan untuk variabel tanggungan yang terkait dengan jumlah anak yang menjadi tanggungan debitur pada kenyataannya juga berpengaruh terhadap layak tidaknya debitur mendapatkan kredit, debitur dengan jumlah tanggungan lebih sedikit, maka lebih layak dalam mendapatkan kredit.

24 24 V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan analisis diskriminan menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nasabah yang Layak menerima kredit dan yang Tidak Layak menerima kredit. Dari delapan variabel independent, hanya dua variabel saja yang secara nyata menjadi faktor yang menentukan kelayakan dalam pemberian kredit, yaitu variabel golongan karyawan dan jumlah tanggungan, yang juga masuk dalam model diskriminan. Selain dari variabel tersebut tidak dimasukkan dalam model diskriminan. Hal ini terlihat pada step analisis awal, baik pada bagian Variable In Analysis maupun Variable Not In Analysis. Model atau fungsi diskriminan pada kasus ini mempunyai ketepatan mengklasifikasikan kasus sebesar 97%.

Statistika Industri II TIP - FTP UB

Statistika Industri II TIP - FTP UB Statistika Industri II TIP - FTP UB Mirip regresi linier berganda Metode dependen Dimana : Variabel Independen (X1 dan seterusnya) adalah data metrik, yaitu data berskala interval atau rasio. Variabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Print Output dan Analisa Output A. Diskriminan Parameter : 1. Grup 1 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung ke... Grup 2 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung

Lebih terperinci

at Blessing KJKS Madani, whether included in the group who deserve credit or groups who do not deserve credit. This analysis was done with the help of

at Blessing KJKS Madani, whether included in the group who deserve credit or groups who do not deserve credit. This analysis was done with the help of ANALISIS PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI PEMBERIAN KREDIT PADA USAHA MIKRO DENGAN MODEL DISKRIMINAN PADA KJKS BERKAH MADANI RITA SAHARAH MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI, JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Ria Utami Dewi Jururan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta. Abstrak

Ria Utami Dewi Jururan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta. Abstrak ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT ANTARA KREDIT USAHA MIKRO DENGAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BEKASI Ria Utami Dewi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan

Lebih terperinci

Kuisioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda X! Keterangan : Pertanyaan Kesetiaan Merek

Kuisioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda X! Keterangan : Pertanyaan Kesetiaan Merek Kuisioner Saya meminta bantuan Bapak/Ibu/Saudara sekalian untuk mengisi beberapa pertanyaan dibawah ini. Kuisioner yang saya bagikan digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian. Saya mohon bantuannya

Lebih terperinci

DISCRIMINANT ANALYSIS

DISCRIMINANT ANALYSIS DISCRIMINANT ANALYSIS STATISTIK LANJUT MAGISTER PROFESI F.PSI.UI Liche Seniati 1 Discriminant Analysis Merupakan teknik parametrik yang digunakan untuk menentukan bobot dari prediktor yg paling baik untuk

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLEKTIBILITAS PEMBAYARAN KREDIT UKM PETANI BAWANG PADA BANK BRI CABANG BREBES

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLEKTIBILITAS PEMBAYARAN KREDIT UKM PETANI BAWANG PADA BANK BRI CABANG BREBES FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLEKTIBILITAS PEMBAYARAN KREDIT UKM PETANI BAWANG PADA BANK BRI CABANG BREBES WENDRA AFRIANA ADI KUSWANTO Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma weiyacb@yahoo.com adikuswanto@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN. Abstrak

FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN. Abstrak FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN Penulis : 1. Ana Mufidah, SE.,MM 2. Ferisa Ayu Prameswari, SE Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER. No.Responden :. (diisi peneliti)

Lampiran 1 KUESIONER. No.Responden :. (diisi peneliti) Lampiran 1 KUESIONER No.Responden :. (diisi peneliti) Kepada Responden Yth, Saya Vebi Dwi Yanti selaku mahasiswa Fakultas Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang sedang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO

KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009 LAMPIRAN 143 Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009 1 ADRO 12,67 12,45 0,98 24,94 0,16 2 BBCA 17,57 0,25 0,01 24,44 0,25 3 BBNI 12,17 28,9 0,02 12,92 0,1 4 BBRI 12,91 22,27 0,02 26,81

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2009

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2009 SUPLEMEN 3 ANALISIS KETERKAITAN KENAIKAN NON PERFORMING LOAN DENGAN KARAKTERISTIK BANK UMUM SEBAGAI DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL STUDI KASUS PERBANKAN SUMATERA SELATAN DAN BANGKA BELITUNG Krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab

Lebih terperinci

Cara Interpretasi dari Analisis Diskriminan dengan 3 Kelompok

Cara Interpretasi dari Analisis Diskriminan dengan 3 Kelompok Pertanyaan Pertama Cara Interpretasi dari Analisis Diskriminan dengan 3 Kelompok Di bawah ini adalah contoh kasus penelitian. Duduk perkaranya adalah sbb : Sebuah resort meneliti konsumennya. Para konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

Analisis Diskriminan

Analisis Diskriminan Analisis Diskriminan Analisis Diskriminan adalah teknik Multivariat yang termasuk pada Dependence Method, dengan ciri adanya variabel dependen dan independen. Dengan demikian, ada variabel yang hasilnya

Lebih terperinci

ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA

ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA Oleh Poso Nugroho, SE., MM 030343 UNIVERSITAS GUNADARMA Januari 2009 1 ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA Poso Nugroho

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan dari inti karya akhir ini, dimana analisis dan pembahasan akan dilakukan. Analisis dilakukan berdasarkan teori-teori dan metodologi yang telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN

MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan yang diharapkan dalam pelaksanaan praktikum ini, antara lain : Mahasiswa memahami karakteristik dan kegunaan Metode Analisis Diskriminan. Mahasiswa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KARAKTERISTIK NAVIGASI WEB PELANGGAN SHOFIA TOYS DALAM KAITAN PEMBELANJAAN SECARA ONLINE

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KARAKTERISTIK NAVIGASI WEB PELANGGAN SHOFIA TOYS DALAM KAITAN PEMBELANJAAN SECARA ONLINE 36 LAMPIRAN 37 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KARAKTERISTIK NAVIGASI WEB PELANGGAN SHOFIA TOYS DALAM KAITAN PEMBELANJAAN SECARA ONLINE Tabel 1: Kategori Demografi Profil Demografi (%) Silakan Pilih (

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Pengujian validitas

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Pengujian validitas BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Pengujian validitas

Lebih terperinci

BAB 4 PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 PEMECAHAN MASALAH BAB 4 PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah dari penelitian ini terangkum dalam gambar flowchart dibawah ini. Gambar 4.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015 Hasil pengujian data di atas dapat diketahui tabel Coefficient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Data yang dianalisis adalah variabel keamanan parkir, kebersihan pasar,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Data yang dianalisis adalah variabel keamanan parkir, kebersihan pasar, PEGANGAN ASSLAB: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ( Minimal 4 Paragraf) Times New Roman F. 12 Space 2.0 Before After 0pt 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Praktikum ( Minimal 3 Seperti di buku ) 1.4 Batasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI VERSI ONLINE http://www.manbisnis.tripod.com, Vol. 02 No. 01 April 2002 ---DAFTAR ISI--- ANALISIS KEBUTUHAN PASAR DAN PREDIKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENGKLASIFIKASIKAN PREDIKAT KESEHATAN BANK(STUDI KASUS PADA BANK UMUM SYARI AH)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENGKLASIFIKASIKAN PREDIKAT KESEHATAN BANK(STUDI KASUS PADA BANK UMUM SYARI AH) ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENGKLASIFIKASIKAN PREDIKAT KESEHATAN BANK Desi Rahmatina, S.Pd, M.Sc (Universitas Maritim Raja Ali Haji) ABSTRAKSI Penelitian ini mengambil topik mengenai analisis tingkat kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2005:5) prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang kita ketahui, bahwa akhir-akhir ini nilai standar kelulusan Ujian Nasional (UN) di Indonesia terkhususnya pendidikan di tingkat SMA semakin tinggi. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERILAKU KONSUMEN DENGAN METODE DISKRIMINAN

PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERILAKU KONSUMEN DENGAN METODE DISKRIMINAN PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERILAKU KONSUMEN DENGAN METODE DISKRIMINAN Suranto Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta Anand

Lebih terperinci

PENGARUH CHARACTER, CAPACITY, CAPITAL, COLLATERAL DAN CONDITION TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BRI UNIT SIBORONG-BORONG

PENGARUH CHARACTER, CAPACITY, CAPITAL, COLLATERAL DAN CONDITION TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BRI UNIT SIBORONG-BORONG PENGARUH CHARACTER, CAPACITY, CAPITAL, COLLATERAL DAN CONDITION TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BRI UNIT SIBORONG-BORONG Oleh : Herta Manurung, SE, MM Dosen US XII Tapanuli Utara, Siborong-borong Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini berada dalam masa transisi menuju perdagangan bebas yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN dan Asia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA KOPAAS HIPPATAS

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA KOPAAS HIPPATAS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA KOPAAS HIPPATAS Didin Mukodim 1 Ari Setiawan 2 Universitas Gunadarma 1 didin@staff.gunadarma.ac.id ABSTRACT Banking and non-banking financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal inilah yang menyebabkan kepuasan konsumen memiliki nilai strategik yang tinggi bagi perusahaan. PT. Tunas

keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal inilah yang menyebabkan kepuasan konsumen memiliki nilai strategik yang tinggi bagi perusahaan. PT. Tunas AALISIS KEPUASA PADA PEGGUA JASA LAYAA BEGKEL PT. TUAS RIDEA, TBK Indah Purwanti Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma indah_shichi@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai proses dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini berupa perhitungan statistik yang

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjualan 2.1.1 Pengertian Penjualan Menurut Swastha (2009) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai

Lebih terperinci

PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG. Ismiyati

PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG. Ismiyati PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG Ismiyati miec4n@gmail.com Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo Intan Puspitasari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN PELANGGAN, RESPON PLN, STABILASI DAYA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN WILAYAH BEKASI TIMUR ABSTRAK

PENGARUH LAYANAN PELANGGAN, RESPON PLN, STABILASI DAYA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN WILAYAH BEKASI TIMUR ABSTRAK PENGARUH LAYANAN PELANGGAN, RESPON PLN, STABILASI DAYA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN WILAYAH BEKASI TIMUR Bambang Daryoso Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Revita Imaniyar Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah mendorong banyak

Lebih terperinci

PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERILAKU KONSUMEN Dengan METODE DISKRIMINAN (kasus di PT. Gudang Rabat Alfa Retailindo Solo)

PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERILAKU KONSUMEN Dengan METODE DISKRIMINAN (kasus di PT. Gudang Rabat Alfa Retailindo Solo) PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERILAKU KONSUMEN Dengan METODE DISKRIMINAN (kasus di PT. Gudang Rabat Alfa Retailindo Solo) Suranto dan Anand Miftachur Riza Lab. Statistika dan Penelitian Operasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Dalam dunia modern ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu Negara sangatlah besar.begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat besar, terutama karena kontribusinya dalam Produk Domestik Bruto dan tingginya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit 1. Pengertian Bank Membicarakan bank, maka yang terbayang dalam benak kita adalah suatu tempat di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian

Lebih terperinci

LECTURE 9 REGRESI LOGISTIK & DISKRIMINAN

LECTURE 9 REGRESI LOGISTIK & DISKRIMINAN LECTURE 9 REGRESI LOGISTIK & DISKRIMINAN DR. MUDRAJAD KUNCORO, M.Soc.Sc Fakultas Ekonomi & Pascasarjana UGM Outline: Multinomial Regresi Binary Logistik Analisis Diskriminan Perbandingan multinomial, binary,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi mayarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal

Lebih terperinci

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Perkembangan dunia usaha di Indonesia, tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk dapat mengembangkan diri seluas-luasnya sejauh tidak menyimpang dari sasaran

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Zulfikri Irhamdani 115020407111020 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Untuk mendapatkan hasil variabel mana yang paling signifikan dan mendapatkan penghitungan pengaruh hazard dan survival pada masing-masing variabel, maka dilakukan regresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis Diskriminan adalah salah satu teknik statistika yang bisa digunakan pada hubungan dependensi (hubungan antarvariabel dimana sudah bisa dibedakan mana variabel

Lebih terperinci

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) Oleh: YAYU RAODATUL JANNAH 103403073 Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perekonomian yang global pada saat sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang industri, perdagangan, maupun jasa dituntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kredit Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan atau berasal dari bahasa Latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Jadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, di mulai dari kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani Credere yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian dalam masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

PERSEPSI NASABAH PADA ASPEK 5C UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH PT. BPR NUSAMBA AMPEL CABANG SALATIGA. Ruwati dan Pandi Afandi

PERSEPSI NASABAH PADA ASPEK 5C UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH PT. BPR NUSAMBA AMPEL CABANG SALATIGA. Ruwati dan Pandi Afandi PERSEPSI NASABAH PADA ASPEK 5C UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH PT. BPR NUSAMBA AMPEL CABANG SALATIGA Ruwati dan Pandi Afandi Dosen Tetap STIE AMA Salatiga Abstrak Faktor 5 C menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

SKRIPSI ERLINDA SIREGAR

SKRIPSI ERLINDA SIREGAR ANALISIS DISKRIMINAN DUA GRUP (TWO-GROUP DISCRIMINANT ANALYSIS ) PADA STATISTIK MULTIVARIAT SKRIPSI ERLINDA SIREGAR 090823054 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan mutu pendidikan

Lebih terperinci

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

WAKA<LAH PADA KJKS MBS BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURAlah di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Pembiayaan Mura>bah}ah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kesehatan Bank terhadap Return Saham pada Industri Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. 4.1.1. Kondisi Risk/Non Performing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

ARGEN PURNAREZKA EA01

ARGEN PURNAREZKA EA01 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMILIHAN KREDIT PADA BANK PERMATA (Studi kasus Bank PERMATA Djuanda Pecenongan) ARGEN PURNAREZKA 11210014 3EA01 LATAR BELAKANG MASALAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS HASIL BAB IV ANALISIS HASIL A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil yang telah diperoleh

Lebih terperinci