MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015"

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN AHLI/SAKSI PEMOHON (V) J A K A R T A RABU, 30 SEPTEMBER 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan [Pasal 1 angka 1 dan angka 6, Pasal 11 ayat (1) huruf a dan huruf m, ayat (2), dan ayat (14), Pasal 12, Pasal 21 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), Pasal 34 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5), Pasal 35, Pasal 36 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 90 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), serta Pasal 94] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) 2. Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI), dkk ACARA Mendengarkan Keterangan Ahli/Saksi Pemohon (V) Rabu, 30 September 2015, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Arief Hidayat (Ketua) 2) Anwar Usman (Anggota) 3) Aswanto (Anggota) 4) I Dewa Gede Palguna (Anggota) 5) Maria Farida Indrati (Anggota) 6) Patrialis Akbar (Anggota) 7) Suhartoyo (Anggota) Achmad Edi Subiyanto Pihak yang Hadir: Panitera Pengganti i

3 A. Pemohon: 1. Zainal Abidin (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)) 2. Sukman Tulus Putra (Komisioner Konsil Kedokteran Indonesia) 3. I Oetama Marsis (Komisioner Konsil Kedokteran Indonesia) 4. Farichah Hanum (Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI)) 5. Latief Mooduto B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Muhammad Joni 2. Zulhain Tanamas C. Ahli dari Pemohon: 1. Yusuf Shofie 2. Zaura Kiswarina D. Saksi dari Pemohon: 1. Martini Nazief E. Pemerintah: 1. Budi Irawan 2. Sundoyo 3. I Gede Budi 4. Jaya 5. Tri Rahmanto 6. Nasrudin ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ARIEF HIDAYAT Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dalam Perkara Nomor 82/PUU- XIII/2015 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum. Saya cek kehadirannya, Pemohon yang hadir siapa? Saya persilakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD JONI Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi untuk kita sekalian. Atas perkenaan Yang Mulia, hadir hari ini kami selaku kuasa Pemohon, saya sendiri Muhammad Joni, S.H., M.H., Advokat. Zulhain Tanamas, S.H., Advokat. Hari ini hadir juga Pemohon, pertama dari PB Ikatan Dokter Indonesia, Dr. Zainal Abidin, M.H., selaku ketua umum. Kemudian ketua PB PDGI Drg. Farichah Hanum, M.Kes., dan Prof. Dr. Drg. Latief Mooduto, M.S., Sp., KG. Kemudian hadir dari Konsil Kedokteran Indonesia, Dr. Sukman T. Putra, Sp.A., Prof. Dr. I. Oetama Marsis, Sp.Og, dan segenap pengurus PB IDI, dan PB PDGI, serta KKI. Yang Mulia, kami hari ini menghadirkan, mendatangkan saksi fakta Ibu Martini Nazief. Yang kedua adalah Ahli, pertama, Dr. drg. Zaura Kiswarina Anggraini. Yang kedua, Dr. Yusuf Shofie, S.H., M.H. Terima kasih, Yang Mulia. 3. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, terima kasih, Kuasa Pak Muhammad Joni. Ini Pak Muhammad Joni ini lama-lama saya lihat sudah kayak dokter saja ini. Dari Pemerintah yang mewakili Presiden, saya persilakan. 4. PEMERINTAH: BUDI IRAWAN KETUK PALU 3X Baik, terima kasih, Yang Mulia. Dari Pemerintah, saya Budi Irawan dari Kementerian Kesehatan. Di sebelah kiri saya, Bapak Sundoyo juga dari Kementerian Kesehatan. Di sebelah kanan saya, Bapak I Gede Budi dari Kumham dan Bapak Jaya. Demikian terima kasih, Yang Mulia. 1

5 5. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, terima kasih. Hari ini agendanya adalah mendengarkan keterangan ahli dan saksi dari Pemohon. Sebelum memberikan keterangan, saya persilakan untuk maju ke depan terlebih dahulu. Saya persilakan Pak dr. Yusuf Shofie dan kemudian Ibu dr.... dr. Zaura, saya persilakan. Sekaligus Ibu Martini, saya persilakan maju ke depan untuk diambil sumpahnya terlebih dahulu. Saya persilakan Yang Mulia Pak Wakil untuk mengambil sumpahnya. 6. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Mohon ikuti saya, Ahli ya. Ini Saksi? 7. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ini ahli. Ahli dulu, Beliau berdua. 8. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Ya, Ahli. Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya. 9. SELURUH AHLI BERAGAMA ISLAM BERSUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya. 10. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Ya, terima kasih. Saksi sekarang, ya. Ya, mohon ikuti saya. Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. 11. SAKSI BERAGAMA ISLAM BERSUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. 2

6 12. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Ya, terima kasih. 13. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih, Yang Mulia Pak Wakil. Saya persilakan untuk duduk kembali. Baik, saya tanya kepada Pemohon Pak Joni, siapa dulu yang akan didengar keterangannya? Ahli atau Saksi? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD JONI Mulia. Mohon berkenan untuk pertama keterangan dari saksi fakta, Yang 15. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. 16. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD JONI Beliau adalah pernah melakukan pelaporan terhadap disiplin di MKDKI, terima kasih. 17. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, silakan Ibu Martini untuk memberikan keterangan di mimbar. Langsung memberikan keterangan atau dipandu oleh Pak Joni? Saya persilakan. Dipandu? Langsung? 18. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD JONI Ya, Yang Mulia. 19. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, silakan Bu Martini. 20. SAKSI DARI PEMOHON: MARTINI NAZIEF Assalamualaikum wr. wb. 21. KETUA: ARIEF HIDAYAT Waalaikumsalam wr. wb. 3

7 22. SAKSI DARI PEMOHON: MARTINI NAZIEF Nama saya Martini Nazief, saya pernah melapor di MKDKI pada Desember... November 2010, kasusnya kasus waterbirth, waktu itu anak saya meninggal pada... pada November Kasusnya bermula waktu itu saya kan hamil. Hamil, terus waktu melahirkan saya mintanya dioperasi cesar, tapi dokternya menyarankan supaya waterbirth. Saya mula-mula enggak mau. Tapi karena dokter menyarankan, akhirnya saya mau. Pas tanggal... pas sudah 40 hari minggu 6 hari belum terjadi pembukaan dan dokternya menyarankan saya untuk ke rumah sakit. Sampai di rumah saya sebenarnya pasien St. Mary tapi tiba-tiba dokternya bilang enggak boleh kalau melahirkan di St. Mary, mesti harus ke Asri atau MMC. Tapi karena Asri Rumah Sakit Asri lebih dekat saya memilih ke Rumah Sakit Asri. Pas tanggal 5, itu saya sudah masuk rumah sakit pas jam Dokternya bilang sudah ada pembukaan 1, tapi ternyata susternya bilang belum ada pembukaan 1. Terus saya diinduksi berkali-kali sampai dengan tanggal 8. Tanggal 7-nya baru ada pembukaan 1 jam dan pembukaan 3 pas jam Jam baru ada pembukaan 6, baru saya masuk ke dalam kolam waterbirthnya, dokternya belum datang. Sudah pembukaan 10 pun dokternya belum datang. Apa belum datang, terus dokternya ditelepon-telepon enggak diangkat-angkat. Akhirnya dokternya baru datang jam Jadi, sudah setengah jam saya pembukaan 10 dokternya belum juga datang. Waktu saat yang bersamaan, di ruang sebelah juga ada yang melahirkan waterbirth, cuma ada terhalang dengan sekat doang dengan dokter yang sama, mestinya kan enggak boleh begitu. Akhirnya dokternya datang, dokternya enggak mengarahkan saya buat buat melakukan persalinan waterbirth, dia asyik main apa asyik pegang handphone, balas SMS. Saya pikir, Kok dokter kayak begitu? Padahal kan saya dalam posisi mau melahirkan, dokternya seperti kayak cuek begitu. Terus habis itu saya sudah ngeden-ngeden, kepala anak saya sudah keluar, tapi belum juga belum bisa saya ngeden itu. Terus dokternya bilang, Bu, ayo ngeden lagi. Katanya begitu. Saya bilang, Saya sudah enggak kuat ngeden Dokter, saya mau operasi sesar saja. Saya bilang begitu. Dokternya bilang, Enggak usah operasi sesar, divakum saja. Kalau divakum saya enggak mau, Dokter. Saya bilang begitu. Terus dokternya terus pergi lagi ke ruang sebelah. Pergi lagi ke ruang sebelah, periksa yang lain yang pasien yang waterbirth juga yang mau melahirkan. Jadi, dokternya dengan satu dokter menangani dua pasien begitu. Sudah jam terus habis itu dokternya apa itu dengan peralatan yang kayaknya enggak memadai, cuma memadai buat satu pasien saja. Terus habis itu jam yang teman saya di sebelah sudah melahirkan, sayanya juga belum melahirkan. Bayangkan saya di kolam 4

8 waterbirth itu sampai jam baru anak saya melahirkan baru melahirkan. Terus anak saya ditaruh di dada saya, tiba-tiba dokternya langsung bilang langsung diambil, langsung pergi. Terus saya enggak tahu habis itu kejadiannya bagaimana saya ditinggalkan saja di kolam waterbirth itu sendirian dalam posisi ari-ari saya masih di dalam masih di dalam apa rahim saya. Mestinya itu terus dokternya enggak tahu kenapa padahal kan saya sudah bilang kalau saya itu takut sama darah, kolamnya itu banyak darahnya. Terus dokternya baru bilang waktu itu jam baru saya diangkat ke mana ke tempat tidur mau dijahit. Dokternya setelah jahit, baru bilang kalau anak saya meninggal. Terus dokternya minta maaf, saya enggak mau karena gampang banget dia kayak begitu, menyia-nyiakan saya dan anak saya. Mestinya kan enggak seperti itu. Karena dokternya kurang profesional, dia menyia-nyiakan saya dan anak saya kayak begitu. Rumah sakitnya juga enggak profesional, mestinya kan dengan adanya pasien yang dua melahirkan sekaligus bukan satu dokter, mestinya dikasih ke dokter yang lain juga untuk menangani. Enggak mesti satu dokter itu. Habis itu kakak saya datang, saya ceritakan kejadiannya, kakak saya langsung panggil pengacara. Pengacara terus diadakan diskusi, tapi enggak putus di situ, habisnya habis itu pengacara saya bilang, Kita lapor saja ke MKDKI. Makanya saya sangat berterima kasih sekali dengan adanya MKDKI karena MKDKI ini saya bisa mencari keadilan, kalau enggak ada MKDKI ke mana saya mesti cari keadilan, seperti itu. Akhirnya, kasusnya dokternya dinyatakan bersalah dan dihukum satu tahun tidak boleh praktik. Sekarang kasusnya masih berjalan di Pengadilan Jakarta Selatan, tapi dokternya masih banding lagi. Saya terima kasih kepada MKDKI, terutama Ibu Sri yang selalu mendampingi saya selama sidang di PTUN. 23. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, sudah Ibu? Baik. Apakah dari Pemohon akan ada yang ditanyakan lebih lanjut kepada Saksi? 24. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD JONI Ada satu pertanyaan saja, Yang Mulia. Ibu Saksi, Ibu Martini Nazief, apakah dalam laporan pengaduan yang Ibu sampaikan ke MKDKI, itu bagaimana prosesnya? 5

9 25. SAKSI DARI PEMOHON: MARTINI NAZIEF Prosesnya yang mengurus pengacara saya, cuma menghadiri beberapa sidang, tapi menunggu menunggu menunggu hasil persidangannya kurang-lebih satu tahun. Prosesnya sih lancar. 26. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD JONI Apakah sudah ada putusan yang tertulis diberikan kepada Ibu? 27. SAKSI DARI PEMOHON: MARTINI NAZIEF Ada. 28. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD JONI Cukup, Yang Mulia. 29. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, cukup. Dari Pemerintah ada pertanyaan pada Saksi? Cukup. Dari Hakim? Cukup. Baik, Ibu Martini terima kasih telah memberikan keterangan di persidangan ini. Silakan duduk kembali. 30. SAKSI DARI PEMOHON: MARTINI NAZIEF Sama-sama. Terima kasih. 31. KETUA: ARIEF HIDAYAT Untuk Ahli siapa dulu? Pemohon? 32. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD JONI Terima kasih, Yang Mulia. Berkenaan pertama, yaitu Dr. drg. Zaura Kiswarina Anggraini. Terima kasih. 33. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, saya persilakan Ibu Dr. drg. Zaura. 6

10 34. AHLI DARI PEMOHON: ZAURA KISWARINA Terima kasih, Yang Mulia Majelis Hakim. Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Selamat siang. Yang Mulia Majelis Hakim, perkenankan saya menyampaikan uraian perihal independensi profesi kedokteran sesuai dengan kesederhanaan pemikiran saya, tetapi dengan penuh dorongan hati dan keyakinan bahwa kemandirian profesi kedokteran ini perlu diayomi seoptimal mungkin oleh suatu tatanan yang independent pula yang berdiri di atas kebenaran ilmu dan keselamatan pasien. Majelis Hakim yang saya muliakan, menghadapi tuntutan perkembangan kesehatan saat ini dan masa mendatang, rakyat tetap harus mempunyai hak untuk mendapatkan palayanan kesehatan yang terbaik. Pemerintah Indonesia seperti yang diamanatkan pada preambule Undang-Undang Dasar Tahun 1945 agar melindungi segenap bangsa, mensejahterakan, mencerdaskan, melaksanakan ketertiban dunia yang didasari perdamaian dan keadilan sosial, alinea empat. Untuk mencapai tujuan ini, Yang Mulia, profesi kedokteran dalam hal ini adalah dokter dan dokter gigi dalam menjalankan tugas keprofesiannya memerlukan payung hukum yang sesuai dengan hakikat yang sesungguhnya dari profesi kedokteran itu sendiri. Apabila tidak, naluri keilmuan, keyakinan, dan adu kepentingan antara berbagai jenis tenaga kesehatan dapat berkembang tanpa kendali. Yang Mulia Mejelis Hakim. Dokter dan dokter gigi merupakan profesi yang mempunyai kedudukan yang khusus terkait dengan tubuh dan nyawa manusia, sehingga secara mandiri dokter dan dokter gigi dapat melakukan intervensi medis teknis dan intervensi bedah terhadap tubuh manusia yang tidak dimiliki jenis tenaga kesehatan lainnya yang dilakukan secara mandiri. Yang Mulia, kemandirian profesi dipercaya sebagai sesuatu nilai yang universal yang diberikan kepada tenaga medis, yaitu dokter dan dokter gigi disebabkan karena profesi tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. 1. Mempunyai body of knowledge (ada di atas), yaitu atau tingkat keilmuan yang dapat diukur dan dapat dikembangkan secara berjenjang mulai dari dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis, sampai dengan spesialis konsultan, termasuk pengembangannya dalam jenjang akademik S-1, S-2, dan S Kemandirian profesi dari dokter dan dokter gigi mempunyai code of conduct atau etika kedokteran sebagai standar dari perilaku profesi. Kemudian mempunyai sifat (suara tidak terdengar jelas) atau kesejawatan, termasuk di sini bagaimana memperlakukan teman sejawat secara horizontal maupun vertikal antara dokter dengan tingkatan dokter yang lebih tinggi. 7

11 Berikutnya bahwa profesi dokter dan dokter gigi mempunyai sifat altruisme, yaitu meletakkan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadi. Ini tercakup dalam etika dan disiplin profesi. Dengan demikian ciri tersebut di atas, maka profesi dokter memperoleh otonomi untuk melakukan self regulation berdasarkan kepercayaan publik atas kepercayaan terhadap profesi itu sendiri dan kepercayaan publik itu dijaga mulai dari hulu sampai hilir, di hilirnya adalah proses penegakan disiplin dokter, dokter gigi, dan yang diwakili anggotanya oleh dokter, dokter gigi, serta sarjana hukum dari masyarakat. Jadi sekali lagi, Yang Mulia. Bahwa dengan adanya kemandirian dari profesi, profesi dokter dan dokter gigi yang berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, maka dia mempunyai professional trust (kepercayaan pada profesi) itu yang dapat melakukan tindakan pada tubuh manusia atas dasar keilmuan yang kokoh dan atas dasar kemaslahatan, keselamatan dari pasien yang berada di dalam ciri-ciri profesi itu yaitu altruisme. Sifatnya adalah universal dan mampu bertahan sejak tahun 468 sebelum masehi, dan nilai ini... maaf, nilai ini, nilai keprofesian ini yang berlandaskan pada kebenaran ilmu dan keselamatan pasien merupakan nilai yang luar biasa kuatnya sehingga tidak dapat diintervensi oleh kepentingan apa pun, dan selama lebih dari tahun nilai-nilai ini berhasil dikukuhkan, ditegakkan dengan adanya sumpah hipokrates yang masih diucapkan, dilafalkan sampai sekarang oleh dokter-dokter di seluruh dunia termasuk Indonesia. Majelis, Yang Mulia. Sifat-sifat ini perlu dikawal untuk memastikan bahwa profesi dokter dan dokter gigi di Indonesia itu bermanfaat dan bermutu untuk masyarakat. Oleh sebab itu perlu dibentuk suatu wadah yang sifatnya juga harus independen sesuai dengan hakikat dari profesi dokter dan dokter gigi itu, yaitu Konsil Kedokteran Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia telah diamanahkan untuk... diamanahkan oleh negara untuk menjaga mutu praktik kedokteran, membina disiplin profesi kedokteran dan memberikan perlindungan pada masyarakat. Perlindungan pada masyarakat ini merupakan suatu hal yang menjadi titik yang sangat mendasari proses kerja dari Konsil Kedokteran Indonesia. Proses pembinaan dan penegakan disiplin, termasuk mengadili pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota profesi dilakukan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, yaitu MKDKI. Anggota dari MKDKI, Majelis Yang Mulia, terdiri tidak hanya dari dokter dan dokter gigi tetapi juga sarjana hukum sebagai perwakilan dari masyarakat untuk menjamin keadilan dari keputusan yang dibuat oleh MKDKI. Majelis Hakim Yang Mulia, dengan diperlakukannya Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2014, isu yang berkembang adalah terganggunya independensi ini, terganggunya juga efisiensi dalam mengawal profesi dokter dan dokter gigi yang dikhawatirkan nantinya 8

12 akan dapat menurunkan kepercayaan, kepercayaan terhadap profesi dan juga kurang terjaminnya manfaat kemaslahatan bagi masyarakat sesuai dengan kebenaran ilmu, dan kebutuhan masyarakat yang diayomi oleh profesi dokter dan dokter gigi. Majelis Hakim yang saya muliakan. Di era adanya KKI, masyarakat dilayani oleh tenaga medis yang berkompeten dan bermutu. Kompetensi dikeluarkan oleh organisasi profesi melalui proses penapisan yang dilandasi pada kebenaran ilmu, profesionalisme yaitu etika, disiplin, dan aspek hukum bagi dokter tersebut. Penjaminan mutu ini melalui ujian nasional yang merupakan seleksi untuk mendapat pengakuan dari Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, maaf. Dengan adanya dokter dan dokter gigi yang kompeten dan bermutu, maka masyarakat akan terlindungi. Untuk itu, Yang Mulia. Perlu kiranya isu ini diselesaikan sesuai dengan hakikat dari profesi itu sendiri, kembali kepada nilai-nilai yang perlu ditegakkan. Yang Mulia, masyarakat oleh KKI dilindungi, KKI juga mempunyai fungsi meregulasi dokter dan dokter gigi agar mereka terjamin kompetensinya, itu dilakukan oleh melalui organisasi profesi, dan mutunya terjamin melalui sertifikat profesi yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi. Jadi mengenai mutu dari dokter dan dokter gigi ada dua unsur dari pemerintah yang memainkan peran yang semuanya kemudian oleh KKI yang terdiri dari berbagai unsur yang berkepentingan yang terkait dengna kesehatan, ada di dalam KKI untuk bersama-sama melakukan regulasi. Majelis Hakim yang saya muliakan. Unsur masyarakat ini merupakan ciri yang sangat khas, ciri yang meningkatkan professional trust terhadap dokter dan dokter gigi di Indonesia. Dan berdasarkan mekanisme tadi apabila pembinaan, regulasi terjadi suatu penyelewengan maka akan dokter dan dokter gigi akan diajukan sesuai dengan gugatan yang timbul dari masyarakat untuk diselediki apakah terjadi pelanggaran disiplin profesi oleh Majelis Kehormatan Dokter Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia yang di dalamnya adalah IDI, PDGI, dan sekali lagi ada unsur yang nonmedis, yaitu sarjana hukum. Dengan melakukan proses perlindungan dan regulasi terhadap masyarakat terlindungi dan dokter-dokter dijamin mutunya untuk layak praktik di Indonesia, maka semuanya ini langsung dipertanggungjawabkan kepada Presiden. KKI dalam tugasnya yang diamanahkan oleh Undang-Undang Praktik Kedokteran adalah melakukan registrasi yang merupakan penjaminan atas kelayakan dokter untuk berpraktik. Kemudian di hulu, KKI mensahkan standar-standar pendidikan yang dibuat bersama-sama oleh stakeholders yang terkait. Kemudian melakukan pembinaan terhadap dokter setelah sepanjang hayatnya, dokter tersebut melakukan praktik profesinya dengan 9

13 melakukan resertifikasi setiap lima tahun seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Praktik Kedokteran. Dengan demikian, di sini terlihat adanya independensi bahwa KKI dalam melindungi masyarakat dan menjaga keprofesionalisme dokter dan dokter gigi, itu langsung dipertanggungjawabkan kepada kepala negara. Di sini, Yang Mulia. Pada slide ini kita melihat bahwa dokter dan dokter gigi dengan ciri-ciri mempunyai body of knowledge yang kuat, mereka harus menjadi sarjana di bidang ilmu kedokteran dan dapat dikembangkan ke tingkat sarjana S-2 dan sebagainya. Kemudian dengan adanya lingkup lingkup garapan dari kedokteran yaitu berupa fenomena-fenomena penyimpangan, fenomena perubahan, fenomena tidak normalnya fungsi dari organ tubuh, mulai dari tingkat seluler, molekuler, organ, fungsi, serta interaksinya dengan lingkungan. Ini, Yang Mulia, memperlihatkan luasnya dan dalamnya lingkup kedokteran, keilmuan yang harus dikuasai oleh dokter dan dokter gigi termasuk keterampilan klinisnya. Penerapan ini, penerapan dari ilmu kedokteran meliputi intervensi. Intervensi itu adalah tindakan-tindakan yang bersifat medis-teknis, yang bersifat bedah, yang bersifat surgical terhadap organ tubuh. Kemudian juga intervensi perubahan perilaku dan pengendalian risiko terhadap individu di lingkungan komunitas. Dokter dengan kemampuan tersebut bertanggungjawab untuk membuat the best professional clinical judgment (keputusan klinik yang terbaik) demi kesembuhan dan keselamatan pasien. Dengan memperhatikan segala aspek bio, psiko, sosial, dari pasien itu sendiri. Oleh karenanya, Yang Mulia. Maka clinical judgement ini menjadi acuan bagi tindakan dari kesehatan tenaga kesehatan lainnya. Jadi di sini kiranya terlihat bahwa profesi dokter dan dokter gigi ini seyogianya tidak menjadi sesama atau disejajarkan dengan pilar-pilar tenaga kesehatan yang lain. Tetapi boleh jadi dia menjadi payung yang memayungi kegiatan-kegiatan tenaga kesehatan lainnya karena dokter merupakan profesi yang secara mandiri dapat bertanggungjawab langsung pada keselamatan dan nyawa manusia. Dokter sebagai tenaga kesehatan tentunya harus tunduk pada peraturan yang ada. Peraturan administratif, Yang Mulia. Yaitu oleh Kemenkes yang mengurusi mengenai distribusi pendayagunaan dan sebagainya. Kemudian dokter sebagai tenaga kesehatan tentunya dikawal, diurus, dilahirkan melalui pendidikan kedokteran pendidikan akademik kedokteran yang diampu atau dikelola oleh Kemristek Dikti sekarang. Tetapi dokter dengan sifat keprofesiannya tadi perlu senantiasa dijaga mutu dan disiplinnya. Oleh siapa? Tak lain, tak bukan adalah oleh orang-orang atau profesi yang paham betul tentang bagaimana mutu dokter seharusnya dan bagaimana disiplin dokter seharusnya ditegakkan. Dan ini memerlukan lembaga yang independent pula. 10

14 Yang Mulia, ini adalah pelaksanaan dari amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Gigi yang menugaskan suatu lembaga yang disebut Konsil Kedokteran Indonesia untuk melaksanakan, mengawal semua proses tumbuh kembang dan pelaksanaan pengabdian dari profesi itu di Indonesia. Apa jadinya perubahan apa yang akan terjadi apabila Undang- Undang Tenaga Kesehatan ini berlaku? Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 bahwa kenyataannya masyarakat saat ini dilayani tidak hanya oleh dokter dan dokter gigi tetapi juga dilayani oleh perawat, oleh bidan, oleh farmasi, dan oleh tenaga-tenaga kesehatan lainnya yang ada sembilan di Undang-Undang Kesehatan Tahun 2014 dan ini diamanahkan oleh Undang-Undang Nakes ini untuk membentuk konsilkonsil dari masing-masing bidang kesehatan ini. Dan juga diamanahkan, Yang Mulia. Untuk membentuk organisasi profesi yang menurut pendapat saya adalah sesuatu pengorganisasian dari individu-individu yang bekerja. Tetapi juga diamanahkan untuk membentuk kolegium. Menurut pendapat saya yang sederhana ini, Yang Mulia. Kolegium adalah pengampu ilmu. Ilmu batang tubuh body of knowledge dari pelayanan kesehatan itu utamanya adalah di body of knowledge ilmu-ilmu kedokteran. Sedangkan bidan itu merupakan bagian pendelagasian wewenang, pendelegasian dari pelaksanaan ilmu tersebut dalam batas-batas tertentu yang ilmunya sebetulnya adalah di bidang kedokteran. Jadi untuk membentuk kolegium yang sebetulnya ilmunya sama, itu merupakan suatu pemborosan dan juga akan menjadi timbulnya konflik nantinya antara mungkin konsil bidan dengan konsil kedokteran yang mengayomi para dokter-dokter kebidanan. Begitu juga mungkin dengan kedokteran gigi, maaf, Yang Mulia. Saya berasal saya seorang dokter gigi, juga akan terjadi kerancuan apabila nanti ada konsil perawat gigi yang sebetulnya adalah pendelegasian kewenangan yang bersumber pada pokok ilmu yang sama. Oleh sebab itu, tidak perlu menurut pendapat saya untuk dibentuk suatu kolegium. Karena bukankah ilmunya sama, mengapa harus ada dua kolegium, itu yang akan memicu adanya konflik terhadap kebenaran ilmu. Belum lagi kita bicara tentang bagaimana ilmu itu akan diberikan dalam bentuk pelayanan. Jadi akan rancu ini apakah pelayanannya bersifat profesional atau pelayanan yang bersifat bukan profesional atau vokasi seperti yang dituliskan oleh Undang-Undang Tenaga Kesehatan. Yang Mulia. Ini semua yang tadinya contoh yang ada sekarang adalah baru Konsil Kedokteran Indonesia. Nantinya setelah ini terbentuk, yang menurut pendapat saya itu suatu efek yang besar, sedangkan di konsil kedokteran itu sudah mengayomi pendidikan dari hulu sampai hilir. Kalau kita bicara soal sumber ilmu yang sama, tentunya juga proses pendidikannya tidak begitu jauh berbeda, sehingga mungkin patut dilihat oleh saya terutama bahwa pembentukan ini semua merupakan suatu 11

15 pemborosan yang akan memicu adanya kegaduhan dan kerancuankerancuan dan masyarakat akan menjadi sangat bingung. Mereka adalah masyarakat yang tidak paham, mereka tidak tahu berobat ke perawat gigi, ke dokter gigi maaf, tukang gigi atau ke dokter gigi. Berikutnya, KTKI ini sifatnya adalah sebagai koordinator, sedangkan sejatinya Konsil Kedokteran Indonesia itu sifatnya adalah regulator. Nah, dalam kita melakukan regulasi dokter langsung kepada masyarakat, ada kedekatan antara profesi pengampuannya, pembinaannya, dan juga pengawasannya bersama-sama dilakukan oleh masyarakat tanpa adanya adanya keharusan untuk diinterupsi atau untuk di adalagi jalur yang bersifat koordinatif administratif. Yang Mulia. Dengan demikian, apabila konsil ini digabungkan ke dalam suatu wadah koordinator yang pastinya tidak independent karena itu adalah aparat, perpanjangan tangan dari administrasi pemerintahan yang memang pada akhirnya nanti bertanggung jawab pada presiden, tapi melalui menteri berarti melalui birokrasi dibandingkan dengan yang ada sekarang adalah langsung antara profesi dan masyarakat mempertanggungjawabkan pembinaanya kepada kepala negara. Di sini ini KTKI, Konsil Tenaga Kedokteran Indonesia bertanggung jawab memang pada Presiden, tapi melalui Kementerian Kesehatan, apa yang terjadi apabila ini berlangsung? Saya terutama menyoroti bahwa konsil Kedokteran Indonesia yang mempunyai fungsi regulatori menjadi tidak dijamin bahwa itu akan men independent dalam mengeluarkan regulasinya. Yang Mulia. Apabila masing-masing dari konsil ini sifatnya independent, maka mereka masing-masing juga bisa dan boleh mengeluarkan aturannya masing-masing sesuai dengan Igo dari bidang kesehatan itu, dan inilah yang kiranya akan menjadi begitu rumit dan begitu rancunya kehidupan profesi dalam menjalankan dalam membina keprofesiannya dan dalam menjalankan mencari pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Sekali lagi, seperti uraian pada slide sebelumnya, maka masyarakat ke mana mengadu apabila mereka merasa merasakan ada sesuatu yang tidak adil dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang tadinya ada MKDKI yang langsung merupakan service pada masyarakat, sekarang tidak ada lagi karena akan disatukan menjadi Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan Indonesia yang dalam hal ini kedisiplinan dari masingmasing bidang ilmu itu sangat berbeda karena sifat dan ciri dari profesi itu. Di sinilah letak selain dia tidak independent, juga masyarakat kehilangan wadah untuk mencari keadilan terhadap pelayanan kesehatan yang diduga atau dirasakan tidak adil. Jadi di sini sekali lagi, Igo dari masing-masing profesi akan atau bidang pelayanan akan muncul, akan berkembang dengan bebas karena mereka sudah mempunyai landasan hukum berupa pembentukan council dan segala kewenangannya untuk membuat peraturan-peraturan. 12

16 Lebih lanjut, Yang Mulia. Dengan nantinya akan ada memang Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan Indonesia, maka sanksi itu, sekali lagi seperti yang saya baca di dalam UU Nakes, itu dapat dimungkinkan untuk diintervensi oleh menteri apabila yang bersangkutan yang dikenai sanksi itu mengajukan keberatan. Alhamdulillah kalau menterinya ikutikut saja mendukung keputusan itu, tetapi apabila ada conflict of interest, siapa yang bisa menegakkan keadilan ini bagi semua pihak? Di sini masyarakat menjadi tidak percaya pada profesi, apalagi nanti ada saya tidak ini bicarakan. Sekali lagi, Yang Mulia, dengan adanya council-council yang sedemikian banyak, maka akan ada banyak peraturan-peraturan council yang keluar dan ini merupakan oh sorry, aduh maaf. Oke akan menimbulkan potensi potensi untuk chaos, terjadinya chaos yang seperti yang saya sampaikan tadi, Yang Mulia, kemudian semua merasa independent. Lalu, siapa yang menjamin bahwa tidak ada benturan-benturan kepentingan? Dengan mengedepankan Igo dari masing-masing council yang telah saya jabarkan sebelumnya, Yang Mulia, sementara KTKI dalam UU Undang-Undang Tenaga Kesehatan berperan hanya sebagai koordinator, bukan sebagai regulator dan ini menjadi tidak independent. Maka, siapa sekali lagi yang akan mengharmonisasikan regulasi bila ada peraturan yang bertentangan? Siapa yang mau mengalah? Hal ini sangat merugikan baik profesi maupun masyarakat. Yang Mulia Majelis Hakim, slide berikut menunjukkan bahwa maaf, dampak dari Undang-Undang Nakes ini merupakan kerugian yang dirasakan baik oleh profesi dan masyarakat. Bagi profesi, kerugiannya adalah tugas dan wewenang profesi menjadi tidak independent lagi, padahal kebenaran ilmu, keselamatan pasien, kemaslahatan umat itu harus dijunjung tinggi. Kemudian dengan adanya ketetapan sanksi pelanggaran disiplin yang dapat atau mungkin diintervensi oleh menteri, maka ini akan berdampak sekali lagi pada penurunan kepercayaan terhadap profesi maupun pelayanan kesehatan di Indonesia. Council tenaga kesehatan yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Tenaga Kesehatan mengkoordinasikan dan merencakan kegiatan-kegiatan council yang dibiayai yang kemudian harus dipertanggungjawabkan kepada eksekutif, sehingga di sini terlihat, sekali lagi, kemandirian council sebagai professional regulatory body menjadi bias atau rancu dan terbatas. Yang Mulia Majelis Hakim, dengan menggabungkan profesi, vokasi, dan jalur akademik S-1, S-2, S-3 dalam suatu wadah council profesi menjadi tidak jelas hakikat dan kekhususan dari profesi itu, terutama profesi dokter yang merupakan captain of the team yang soyogianya mempunyai dan memang mempunyai kewenangan dalam membuat the best professional and clinical judgement. Jadi, ketidakjelasan antara batasan batas profesional medis dan vokasi 13

17 kesehatan semakin rancu dengan adanya undang-undang tenaga kesehatan ini. Yang Mulia Majelis Hakim, kerugian bagi masyarakat, mereka menjadi tidak percaya pada profesi dokter dan dokter gigi. Bingung membedakan tenaga medis atau tenaga nonmedis mana yang sebenarnya berwenang melakukan tindakan-tindakan medis terhadap tubuhnya. Akibat lebih lanjut dari ketidakjelasan terhadap fungsi dan peran tenaga medis dan terhadap tenaga lainnya menyebabkan kekacauan persepsi masyarakat. Ke dokter gigi mahal, ke tukang gigi murah, samasama mempunyai diwadahi di dalam undang-undang ini untuk dapat masing-masing membuat regulator. Berikutnya, kalau kita bicara sebentar lagi kita akan dihadapkan dengan MEA dengan pasar bebas ini dengan dihapuskannya KKI menjadi bagian dari KTKI, maka dengan demikian keterwakilan dari medical council and dental council di percaturan internasional itu menjadi hilang pula. Ini sesuai dengan amanat yang dituliskan pada alinea keempat pada preambule mengatakan bahwa kita ikut berpartisipasi dalam kedamaian dunia dan saya berpikir kita harus juga berpartisipasi dalam kedamaian bagaimana profesi kedokteran dan kedokteran gigi ini bisa mengabdikan keilmuannya seoptimal mungkin, setinggi-tingginya demi keselamatan dan kemaslahatan umat. Demikian Yang Mulia pemikiran kami sebagai ahli. Singkat katanya bahwa KKI Konsil Kedokteran Indonesia tidak bisa disejajarkan dengan konsil-konsil yang lain karena hakikat dari profesi, dan sifat, peran, tanggung jawab, serta lingkup garapannya sangat berbeda dengan jenis tenaga yang lain. Malahan kami mohon barangkali berharap kepada Majelis Hakim untuk dapat memberikan pertimbangan yang sangat bijak atas permohonan keadilan sesuai dengan hakikat profesi kedokteran ini yang bebas dari intervensi-intervensi administratif maupun kepentingan tertentu melainkan hanya untuk tujuan menjunjung tujuan yang luhur yaitu kemaslahatan masyarakat. Demikian Majelis Hakim yang saya muliakan, akhir dari uraian saya, pendapat saya. Terima kasih atas waktu yang diberikan. 35. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih Ibu Zaura. Saya persilakan Pak Yusuf supaya apa agak efisien penggunaan waktunya karena kita bisa dialog. 36. AHLI DARI PEMOHON: YUSUF SHOFIE Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi menjelang siang Yang Mulia. Pada sidang hari ini izinkan saya menyampaikan pokok-pokok pikiran pendapat saya menyangkut pengajuan judicial review Undang- 14

18 Undang Tenaga Kesehatan. Saya melihat pengajuan judicial review ini dengan melihat dari perspektif hukum perlindungan konsumen. Nah, rezim Undang-Undang Perlindungan Konsumen rezim Undang-Undang Perlindungan Konsumen di sana terlihat sekali bahwa peran negara sangat besar. Peran negara di situ di dalam rangka mendekatkan masyarakat konsumen pada negara kesejahteraan. Nah, di halaman 2 di di resume saya di sana saya sampaikan bahwa ada posisi pelaku usaha, ada posisi konsumen, dan ada posisi buruh di sana. Dan dari bagan ini akan terlihat sekali bahwa ada peran dari profesi dalam hal ini adalah karena di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen pelaku usaha itu juga di sana adalah dokter dan juga dokter gigi itu adalah pelaku usaha. Pada awalnya memang profesi kedokteran itu menolak keberadaan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Mereka menolak bahwa mereka bukan pelaku usaha karena mereka adalah kalangan profesi. Sambil berjalannya waktu, tidak lama kemudian ada revisi Undang-Undang Kesehatan dan kemudian juga berlakunya Undang-Undang Praktik Kedokteran tahun Kalangan dokter itu sudah menerima bahwa pasien adalah konsumen dan juga dokter adalah bagian dari pelaku usaha dan itu bisa juga dilihat di dalam situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan juga di dalam situs Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, dan juga di dalam situsnya Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Sampai di sini saya ingin sampaikan lebih lanjut bahwa Undang- Undang Perlindungan Konsumen dalam hubungan antara dokter dengan pasien, itu juga sampai tingkatan tertentu, itu juga berlaku di sana. Hanya bedanya di dalam rezim Undang-Undang Perlindungan Konsumen, undang-undang ini menghargai keberadaan undang-undang lainnya yang sudah ada sebelum adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen bahkan juga setelah berlakunya Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Syarat penerapan dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen dengan rezim perlindungan kosumen itu ada empat. Yang pertama, adanya subjek dari pelaku usaha dan konsumen di dalam satu transaksi yang di syarat. Yang kedua, di situ adalah transaksi yang berhubungan dengan layanan kesehatan. Nah, transaksi yang berhubungan dengan layanan kesehatan ini di dalam hubungan dokter dengan pasien di dalam rezim hukum perlindungan konsumen kita sering menyebutnya sebagai transaksi trapeutik. Sampai di situ adalah kewajiban dokter memberikan yang terbaik buat pasiennya tentu juga konsekuensi-konsekuensi dari pilihan yang terbaik buat pasien itu disampaikan oleh dokter dan tentu ini yang membedakan juga dengan pelaku usaha yang lainnya yang menyangkut tentang objek transaksi yang... yang tidak khusus seperti layanan kesehatan. 15

19 Syarat yang ketiga tadi, itu adalah objek transaksi tersebut hanya untuk konsumsi pemanfaatan akhir. Jadi artinya pasien sebagai penerima layanan jasa kesehatan, tidak menjadikannya kembali menjadi objek transaksi. Dan yang terakhir, syarat yang keempat, berlakunya rezim hukum perlindungan konsumen dalam hal ini adalah berlakunya kaedah hukum. Kaedah hukum perlindungan konsumen itu juga diatur di dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen maupun di luar Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Jadi menyangkut persoalan-persoalan hukum yang banyak menjadi perhatian saya di dalam bahan ajar saya, di dalam mengajar hukum perlindungan konsumen, salah satunya adalah hubungan dokter dengan pasien, itu adalah menyangkut tentang penanganan penyelesaian sengketa yang berhubungan terhadap dokter dengan pasien. Saya melihat bahwa di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak ada satu pun kata dokter di situ, tetapi di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 13 ayat (2) menyebut di sana ada obat, ada obat tradisional. Dan obat, obat adalah barang... obat sebagai barang tidak bisa dibeli konsumen begitu saja di apotik atau di pasar, tentu harus ada rekomendasi dari dokter. Sampai di sini saya ingin katakan lebih lanjut bahwa dokter sebagai pelaku usaha di situ memang pelaku usaha khusus, yang tidak sama halnya dengan pelaku usaha yang lainnya. Dan juga pasien adalah konsumen khusus yang tidak bisa menentukan pilihannya sendiri. Pilihan konsumen adalah sebagaimana yang diberikan para dokter ada beberapa konsekuensi yang tentu dokter menyampaikannya kepada konsumen. Di dalam bagan saya di halaman 6, saya ingin sampaikan bahwa isu-isu strategis mengenai perlindungan konsumen sangat luas sekali. Paling tidak di dalam pengalaman saya mengajar hukum perlindungan konsumen selama 22 tahun terakhir, sebelum adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen maupun setelah berlakunya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, salah satunya yang menjadi pokok perhatian adalah isu yang kedua maupun yang ketiga. Yang kedua itu adalah yang menyangkut tentang obat yang beredar di masyarakat. Beredar di masyarakat itu tentu juga ada peran negara di sana, ada peran Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan juga di situ juga ada peran Dinas Perdagangan. Untuk produk-produk khusus berupa obat, jamu, kosmetik, juga alat kesehatan, dan ada peran Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan juga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Adapun menyangkut jasa pelayanan kesehatan, itu pun juga peran profesi sangat besar di sana, saya ingin menunjukkan bahwa apabila tidak ada... tidak ada, perhatian dari negara atau negara terlampau campur tangan terlampau jauh, justru tidak memberikan perlindungan kepada masyarakat. 16

20 Di bagan 7, saya ingin sampaikan, itu ada gambar yang abu-abu, lingkaran abu-abu, lingkaran hijau, maupun lingkaran warna ungu, atau maupun lingkaran warna merah. Mohon maaf, saya agak buta warna separuh jadi karena memang sudah keturunan ya. Itu yang warna merah, itu sangat berbahaya di dalam pengamatan saya karena negara menjadi sangat luar biasa sekali campur tangannya. Bagi saya yang ideal adalah pada posisi co-regulation, dalam hemat saya peran dari Konsil Kedokteran Indonesia, itu sudah masuk pada yang namanya coregulation. Sampai di situ ada independensi dari profesi untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat, perlindungan kepada masyarakat dalam hal ini pasien. Kalau... kalau kita sampai dipaksakan masuk ke status regulation, betapa di sini apa-apa negara yang mengatur, bahkan dilengkapi pula dengan begitu banyak pasal-pasal hukum pidana, sehingga akibatnya penegakan hukum pun juga menjadi kesulitan melakukan penegakan hukum. Nah, tentu semasa belum ada Undang-Undang Perlindungan Konsumen rezim hukum perlindungan konsumen, itu juga bisa diberikan, jadi konsumen dilindungi oleh self-regulation. Kode etik kedokteran Indonesia, kode etik farmasi, dan juga kode etik yang lainnya seperti kode etik advokat, itu juga menjadi sarana instrumen perlindungan konsumen. Jadi ini kira-kira di bagan 7 ini adalah semacam gambaran saya, saya mengutip dari Ian Barte [Sic!], hanya saya coba sederhanakan karena cukup tebal, jadi saya sederhanakan pakai bagan seperti ini. Nah, di bagan selanjutnya, saya ingin sampaikan bahwa ruang lingkup hukum perlindungan konsumen itu sangat luas sekali. Di situ ada hukum... ada hukum materil, ada hukum formil, tentu dengan adanya perumusan ini yang didasarkan asas-asas ada lima... paling tidak lima asas, di sana ada asas kepastian hukum. Tentu sampai di sini, apabila menyangkut hubungan dokter dengan pasien, tentu adalah secara khusus tidak merujuk pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen, tetapi merujuk pada undang-undang yang mengatur hal itu. Dalam hal Undang-Undang Praktik Kedokteran. Dan juga dalam tingkat tertentu adalah Undang-Undang Kesehatan. Dengan... dengan bagan yang seperti ini, yang saya coba apa sarikan selama 22 tahun, saya ingin sampai pada pemahaman bahwa tujuan perlindungan konsumen yang keempat adalah terciptanya sistem perlindungan konsumen. Sistem perlindungan konsumen ini, tentu juga untuk memagari pertanggungjawaban dari para pihak di sana, juga memagari pertanggung jawaban dari profesi dokter yang di dalam Undang-Undang Kesehatan disebut tenaga medis. Dan juga di dalam Undang-Undang Tenaga Kesehatan Tahun 2014 itu juga disebut tenaga medis, hanya tidak tahu di dalam pencermatan saya di dalam Undang- Undang Tenaga Kesehatan satu pun tidak ada penyebutan kata dokter. Mohon maaf, kalau saya keliru. Tapi yang jelas di situ bagi masyarakat 17

21 awam seperti saya, saya pun juga pada awalnya tidak memahami tenaga medis, yang mana yang dokter yang mana saya coba membaca kembali Undang-Undang Kesehatan dan juga membaca kembali Undang- Undang Praktik Kedokteran, dan juga membaca kembali Undang-Undang Tenaga Kesehatan. Saya ingin melihat... ingin menyampaikan juga di dalam... di dalam sidang yang mulia ini bahwa menyangkut pertanggung jawaban pelaku usaha dalam hal ini khusus untuk tenaga kesehatan di dalamnya juga ada tenaga kesehatan yang perlakuannya beda dengan tenaga kesehatan yang lainnya karena memang secara empirik yang dicari oleh pasien, yang dicari konsumen bukan perawat, yang dicari bukan... bukan tenaga administrasi, yang dicara pertama kali kita datang ke rumah sakit atau kita datang ke fasilitas kesehatan tingkat 1, ada dokter tidak, ada dokter gigi tidak. Sampai di situ saya ingin katakan bahwa teori kepanjangan lengan dokter itu masih tetap dominan di dalam pemberian layanan kesehatan. Nah, menyangkut... menyangkut pemberian layanan kesehatan di situ juga melekat soal pertanggungjawaban. Nah, menyangkut pertanggungjawaban, ada pertanggungjawaban etik, pertanggungjawaban perdata, pertanggungjawaban administratif, bahkan juga pertanggungjawaban pidana. Itu terlihat di dalam bagan saya di nomor... di halaman 9. Dan yang di halaman 10, saya ingin menyampaikan di dalam rezim comprehend konsumen, mungkin dari sini bisa dilihat bahwa di mana sengketa medik itu bisa diselesaikan, ini adalah bagan yang disusun berdasarkan dinamika praktik hukum perlindungan konsumen di Indonesia, ada alternatif penyelesaian sengketa dan di dalam Undang- Undang Praktik Kedokteran, itu juga dikenal alternatif penyelesaian sengketa yang tentu pasien atau konsumen tidak bisa menggunakan langsung ke instrumen hukumnya, akhirnya sebelum melalui yang tadi sudah disebutkan oleh Ahli terdahulu. Saya ingin sampaikan bahwa pendekatan sistemik dalam rezim hukum perlindungan konsumen, itu terlihat di dalam Pasal 3 huruf d. Artinya, saya ingin sampaikan di dalam Forum Yang Mulia ini bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini tidak sekedar ada memenuhi kebutuhan paksaan dari IMF bahwa IMF tidak akan memberikan pinjaman kalau tidak ada Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Betapa pun lemahnya undang-undang ini, undang-undang ini sudah mendorong para stakeholder, termasuk para dokter dan juga para dokter gigi, dan juga para pelaku usaha yang lainnya untuk memberikan pelayanan yang terbaik buat para konsumennya karena betapa pun mereka hidup dari konsumen. Saya ingin sampaikan dengan pendekatan sistemik bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak jarang dipandang sebagai lex specialis, sedangkan undang-undang yang lainnya, peraturan- 18

22 peraturan yang lainnya disebut juga sebagai lex generalis. Nah, sebagai hukum positif, Undang-Undang Perlindungan Konsumen masih sah sebagai undang-undang paying. Jadi kalau saya ingin menyampaikan di sini menyangkut perlindungan pasien, barangkali saya akan disebut arogan, tapi memang bunyi undang-undang seperti itu. Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah undang-undang payung, dia mengintegrasikan penegakan hukum perlindungan konsumen. Namun setelah reformasi hukum, pascareformasi 1997, tahun 1998, penyebutan undang-undang payung memang sudah tidak dikenal, bahkan juga penyebutan undang-undang organik sudah tidak dikenal, memang demikian politik hukumnya. Tapi yang jelas dari kesimpulan yang saya sampaikan ini, saya ingin tunjukkan dari pendekatan sistem perlindungan konsumen, saya melihat bahwa tidak konsistennya apa... politik hukum pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia itu juga bisa berakibat capaian-capaian yang selama ini sudah dicapai di dalam pembinaan, di dalam pengembangan, dan juga di dalam perlindungan menjadi... menjadi langkah mundur, tidak bisa lagi ada pencegahan supaya pasien tidak mengalami hal serupa. Terus kemudian bagaimana supaya hal serupa tidak terulang kembali, lalu bagaimana penyelesaian kasus? Sampai di sini, sub sistem perlindungan konsumen yang sudah tercipta. Saya melihat keberadaan Konsil Kedokteran Indonesia itu sebagai salah satu sub sistem perlindungan konsumen karena saya melihatnya dari perspektif hukum perlindungan konsumen. Jadi ingin saya sampaikan kepada Yang Mulia di persidangan ini, sehubungan dengan pengajuan judicial review Undang-Undang Tenaga Kesehatan, saya ingin memberikan perhat... saya ingin memberikan kata pengantar akhir saya. Pertama, dengan pendekatan... dengan pendekatan sistemis, ingin saya sampaikan bahwa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran telah dan akan terus memberikan pelayanan jasa kesehatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan kepada konsumen atau pasien dengan memberikan upaya yang terbaik yang di dalam bagian... di dalam mata ajar saya hubungan dokter dengan pasien itu merupakan perikatan daya upaya. Artinya fokusnya bukan pada sembuhnya, tetapi bagaimana proses mencapai sembuh tadi, bagaimana dokter atau dokter gigi memberikan informasi tindakan medik dan juga memberikan informasi tentang tindakan medik kepada pasien, termasuk risiko-risiko dari satu tindakan medik. Namun yang melakukan ini bukanlah tenaga kesehatan lainnya. Tentu saya ingin sampaikan pada yang pertama ini bahwa yang dicari pasien pada tataran empiris, yang dicari konsumen adalah dokter atau dokter gigi. 19

23 Yang kedua, Yang Mulia, ingin saya sampaikan di dalam sidang ini bahwa pada tataran empirik yang dicari oleh konsumen pada tahap awal kontrak tanda petik adalah tenaga kesehatan yang menjalankan profesi dokter atau dokter gigi, bukan tenaga kesehatan yang lainnya dan ini menegaskan pandangan saya bahwa pada tataran praksis teori kepanjangan lengan dokter itu masih tetap berlaku di dalam... di dalam pemberian layanan kesehatan. Yang Mulia Sidang Majelis Konstitusi. Yang ketiga, ingin saya sampaikan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan telah menyalahi mandat dalam sistem kesehatan nasional, sebagaimana diamanatkan di dalam Pasal 21 bab 5, berjudul Sumber Daya di Bidang Kesehatan, bagian kesatu tenaga kesehatan, Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasalnya saya kutipkan. Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan undangundang. Dalam penjelasan Pasal 21 ditegaskan, pengaturan tenaga kesehatan di dalam undang-undang adalah tenaga kesehatan di luar tenaga medis, dalam hal ini dokter atau dokter gigi. Artinya, mandat tersebut telah tidak dipenuhi dalam lingkup pengaturan tenaga kesehatan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Yang terakhir yang keempat, headline dari pokok pikiran saya sehubungan dengan pendapat nomor 1, nomor 2, dan nomor 3, saya ingin sampaikan menyangkut permohonan pengujian undang-undang tentang tenaga kesehatan. Yang pertama, capaian-capaian Konsil Kedokteran Indonesia baik Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi dalam menjaga dan meningkatkan mutu layanan tenaga medis dokter atau dokter gigi demi memberikan perlindungan hukum pada konsumen/pasien menjadi tidak jelas dengan dibentuknya Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. Diragukan indenpendensi pembentukan dan kerja KTKI, sementara selama ini KKI telah bekerja secara independen dan profesional tanpa campur tangan birokrasi demi memberikan perlindungan yang seimbang bagi tenaga medis dan konsumen/pasien. Yang kedua, bagi saya dari perspektif hukum perlindungan konsumen, menimbulkan kerawanan konflik sengketa antarsesama pelaku usaha, dalam hal ini antardokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, dan asisten tenaga kesehatan berjenjang pendidikan D3 yang disebutkan di dalam Undang-Undang Tenaga Kesehatan Tahun 2014 serta pelaku usaha tersebut, dari sisi lain dengan siapa? Dengan pasien atau konsumen akhir. Tentu potensi konflik ini juga menjadi tidak punya kepastian hukum ke mana konsumen atau pasien harus menyelesaikan sengketa yang dialaminya dan tentu ini tidak cocok dengan asas kepastian hukum sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. 20

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS MK PUTUSKAN UJI MATERI UU TENAGA KESEHATAN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS MK PUTUSKAN UJI MATERI UU TENAGA KESEHATAN MK PUTUSKAN UJI MATERI UU TENAGA KESEHATAN Jakarta, 14 Desember 2016 Mahkamah Konstitusi akan menggelar sidang pengucapan putusan atas uji materi terhadap UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XIII/2015 Pengaturan Terkait Tenaga Medis (Dokter dan Dokter Gigi)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XIII/2015 Pengaturan Terkait Tenaga Medis (Dokter dan Dokter Gigi) RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XIII/2015 Pengaturan Terkait Tenaga Medis (Dokter dan Dokter Gigi) I. PEMOHON 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) diwakili oleh Dr. Zaenal Abidin,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DAN UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika [Pasal 111 ayat ( 2), Pasal 112 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 93/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 93/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 93/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika [Pasal 111 ayat ( 2), Pasal 112 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA TELAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Pasal 77 huruf a] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan [Pasal 30 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi [Pasal 41

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK ACARA MENDENGARKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN FORMIL DAN MATERIIL PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 2

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN PERPU NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

rtin PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG- UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

rtin PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG- UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 60/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DAN UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik [Pasal 29 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN PERPU NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015 /PUU MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum [Pasal 1 ayat (1), ayat (3), ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi [Pasal 55] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1946 TENTANG PERATURAN HUKUM PIDANA DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 14/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 14/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 14/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara [Pasal 119 dan Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci