BAB I PENDAHULUAN. malaria berat berbeda berdasarkan lokasi geografis dan umur penderita
|
|
- Hadi Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan utama di dunia, terutama di negara tropis dan subtropis di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, beberapa pulau di Lautan Pasifik dan Karibia, Asia Tenggara. Malaria endemis di 109 negara di dunia yang mencakup 40 % populasi dunia dan setiap tahun kurang lebih 1 miliar orang terinfeksi malaria dengan 2 3 juta kematian (White, 2009). Manifestasi malaria berat berbeda berdasarkan lokasi geografis dan umur penderita (White, 2009). Di Afrika kematian terbanyak pada anak-anak dan wanita hamil, sedangkan di Asia Tenggara kematian terjadi pada individu non-imun (Idro et al., 2005). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daerah endemis malaria, khususnya di Kawasan Timur Indonesia yang mencakup Pulau Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Selain itu telah diidentifikasi adanya fokus malaria lama dan baru di Sumatera dan Jawa. Kurang lebih 35 % penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko terinfeksi malaria dan kematian karena malaria berat dilaporkan lebih dari per tahun (Laihad, 2003). Di daerah endemis malaria di Asia Tenggara, yang pada umumnya merupakan area dengan non-stable transmission, manifestasi malaria berat kebanyakan bersifat multi-sistem dan yang paling sering dijumpai adalah
2 2 malaria serebral, malaria dengan ikterus dan malaria dengan gangguan ginjal akut. Penelitian di Vietnam dan Thailand menunjukkan malaria serebral didapatkan pada 50 % kasus malaria berat, sedangkan ikterus didapatkan pada 30 % penderita (WHO, 2000). Penelitian di Minahasa, Sulawesi Utara tahun yang melibatkan 271 penderita malaria berat, menunjukkan malaria dengan ikterus 54,2 %, malaria serebral 21,4 % dan malaria dengan gangguan ginjal akut 17,7 % (Gunawan et al., 2005). Di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda antara tahun dilaporkan manifestasi malaria serebral didapatkan pada 62,9 % penderita malaria berat (jumlah penderita 35 orang) sedangkan ikterus dan gangguan ginjal akut masingmasing 62,9 % dan 51,4 % (Gunawan, 2004). Penelitian di rumah sakit yang sama tahun pada 112 penderita menunjukkan malaria serebral dan malaria dengan ikterus masing-masing didapatkan pada 58 % penderita malaria berat dan malaria dengan gangguan ginjal akut 50 % (Gunawan 2005; Gunawan et al., 2006) dan penelitian tahun pada 47 penderita malaria berat menunjukkan ikterus didapatkan pada 72,3 % penderita, malaria serebral 40,4 %, gangguan ginjal akut 31,9 % (Gunawan et al., 2010). Malaria berat didefinisikan sebagai ditemukannya Plasmodium bentuk aseksual dalam darah tepi (asexual parasitemia) yang disertai satu atau lebih komplikasi (presentasi klinis atau laboratoris) : kelemahan hebat (prostration), tidak mampu makan, gangguan kesadaran, distres pernapasan, kejang berulang, gagal sirkulasi, edema paru, perdarahan abnormal, ikterus,
3 3 hemoglobinuria, anemia berat, hipoglikemia, asidosis, gangguan ginjal akut, hiperlaktatemia, hiperparasitemia (WHO, 2010). Sebagian besar kasus malaria berat disebabkan oleh Plasmodium falciparum, namun dewasa ini telah dilaporkan kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax dan Plasmodium knowlesi. Parasit malaria yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P. vivax dengan persentase lebih kecil. Mortalitas pada malaria berat terjadi karena komplikasi pada berbagai organ penting dan dilaporkan mencapai % (WHO, 2000). Penelitian di Minahasa, Sulawesi Utara tahun menunjukkan mortalitas malaria berat 13,3 % sedangkan di Samarinda tahun ,1 % (Gunawan, 2004; Gunawan et al., 2005). Patogenesis malaria berat yang banyak dianut selama ini adalah : kerusakan sel darah merah karena invasi parasit, obstruksi mikrovaskuler karena sekuestrasi parasit (proses sitoadherens dan rosetting), kelainan regulasi sitokin dan oksida nitrit (Warrell et al., 1990; Angulo et al., 2002; White, 2003; Anstey, 2003; Harijanto, 2006). Sitoadherens adalah melekatnya eritrosit yang terinfeksi parasit (infected red blood cell = IRBC) pada permukaan endotel vaskuler dengan perantaraan penonjolan membran IRBC yang disebut knob. Sitoadherens merupakan proses spesifik yang hanya terjadi pada kapiler dan venule post-kapiler. Molekul adesi pada IRBC yang berperan sebagai ligand adalah suatu protein dengan berat molekul kd yang terletak di permukaan knob yang dinamakan Plasmodium falciparum erythrocyte membrane protein-1 (Pf-EMP-1) (White et al., 1992). Protein ini
4 4 didapatkan pada skizon, tropozoit muda maupun tropozoit matur P. falciparum. Peran knob ini sangat penting karena penelitian in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa varian P. falciparum yang tidak memiliki knob tidak memiliki kemampuan sitoadherens (David et al., 1983). Beberapa molekul yang dapat berperan sebagai reseptor pada endotel pembuluh darah yang berikatan dengan Pf-EMP-1 adalah antara lain CD36, trombospondin, intercellular adhesion molecules-1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecules-1 (VCAM-1), E-selektin, kondroitin sulfat. Distribusi reseptor pada jaringan tubuh manusia tidak sama. Sitoadherens menyebabkan sekuestrasi (penumpukan) IRBC pada mikrovaskuler organ vital seperti otak, paru, hati, ginjal, jantung, usus, limpa dengan derajat yang berbeda dan sekuestrasi tertinggi terjadi pada otak yang berhubungan dengan tingkat ekspresi molekul adesi pada endotel vaskuler otak (Turner, 1997). Penelitian di Vietnam menunjukkan bahwa sekuestrasi di otak terjadi pada malaria serebral maupun non-serebral dengan jumlah kuantitatif lebih tinggi secara bermakna pada malaria serebral dan tidak ada kasus malaria serebral yang tidak mengalami sekuestrasi (Turner et al., 1994; Turner, 1997). Rosetting adalah fenomena perlekatan antara sebuah IRBC matang yang diselubungi oleh 10 atau lebih eritrosit tak terinfeksi sehingga terbentuk susunan seperti bunga (Ho et al., 1991). Rosetting seperti halnya sitoadherens berperan dalam terjadinya obstruksi mikrovaskuler. Persentase IRBC yang melekat pada sel endotel vaskuler dan persentase IRBC yang membentuk roset mempunyai korelasi positif dengan derajat parasitemia dan merupakan faktor terpenting
5 5 dalam virulensi parasit (Fitri et al., 2003). Oksida nitrit yang diproduksi oleh makrofag sebagai respon terhadap komponen parasit, memiliki efek antiparasit, namun oksida nitrit dapat menghambat neurotransmisi sehingga berperan dalam terjadinya malaria serebral (Yaman et al., 1996). Beberapa penelitian in vivo sebaliknya menunjukkan tidak ada peranan oksida nitrit dalam eliminasi parasit maupun proses patologi (Favre et al., 1999). Pada dasarnya malaria berat adalah suatu penyakit inflamasi sistemik akut (Riley, 2000). Respon imun pada malaria berat yang melibatkan berbagai sel efektor dan sitokin sangat kompleks dan masih memerlukan banyak penelitian untuk menjawab berbagai pertanyaan (Riley, 2002). Respon imun bertujuan mengeliminasi parasit tanpa menimbulkan kerusakaan pada hospes. Peran sitokin pada patogenesis malaria berat masih belum sepenuhnya dipahami. Penelitian di Afrika dan Indonesia menunjukkan pada malaria berat terjadi peningkatan sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-a) interferon-gamma (IFN-g interleukin-1 (IL-1), IL-3, IL-6 (Anstey, 2003). Penelitian di Mali pada penderita malaria anak-anak menunjukkan kadar IL-6, TNF-a, IL-12 (pro-inflamasi) dan IL-10 (anti-inflamasi) meningkat pada malaria serebral dibandingkan dengan nonmalaria serebral. Penelitian di Gambia dan Ghana juga menunjukkan peningkatan kadar TNF-a dan reseptornya pada malaria serebral dibandingkan dengan malaria tanpa komplikasi (Lyke et al., 2004; Idro, 2005). Penelitian pada penderita malaria anak di Afrika menunjukkan parasitemia yang berat berhubungan dengan peningkatan kadar
6 6 TNF-a, IL-10 (Keller, 2005). Penelitian di Vietnam pada penderita malaria dewasa menunjukkan peningkatan kadar IL-6, IL-10, TNF-a pada penderita dengan disfungsi multi organ, namun tidak pada penderita malaria serebral tanpa komplikasi lain (Day et al., 1999). Penelitian di Sri Lanka menunjukkan adanya korelasi kadar TNF-a dengan malaria berat (WHO/ TDR 18, 2004). Penelitian di India menunjukkan peningkatan kadar TNF-a dan IL-10 berkorelasi dengan malaria berat, khususnya malaria serebral (Prakash et al., 2006). Penelitian post mortem pada anak-anak dengan malaria serebral di Malawi menunjukkan peningkatan produksi lokal IL-1 dan TNF-a (Idro, 2005), namun tidak didapatkan peningkatan kadar TNF-a pada cairan serebrospinal (Grau et al., 1989). Penelitian di Sulawesi Utara tahun pada 33 penderita malaria serebral menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara kadar IL-6, TNF-a, IFN-g cairan serebrospinal dengan derajat koma dan mortalitas walaupun didapatkan kadar rata-rata IL-6 dan TNF-a pada penderita yang meninggal lebih tinggi daripada penderita yang sembuh (IL-6 113,3 pg/ml vs 20,1 pg/ml dan TNF-a 12,6 pg/ml vs 0,6 pg/ml; p > 0,05) (Simanjuntak et al., 2000). Tumor necrosis factor alpha merupakan sitokin pro-inflamasi utama yang diproduksi oleh monosit dan makrofag yang memegang peran penting dalam patogenesis malaria berat (Riley et al., 1994) dan TNF-a adalah mediator utama dalam respon imun alamiah (innate immunity) dan inflamasi yang disebabkan oleh invasi mikroorganisme atau antigen lain, yang bekerja secara lokal dan sistemik (Abbas et al., 2007). Diketahui pula TNF-a
7 7 menginduksi diseritropoesis (menghambat pertumbuhan prekursor eritroid, meningkatkan eritrofagositosis, merangsang pelepasan reactive oxygen species oleh sel fagosit teraktivasi yang menyebabkan kerusakan eritroblast dalam sumsum tulang) (Kaplan et al., 1993) dan pelepasan sitokin proinflamasi lain seperti IL-8, IL-12, IL-18 (Silamut, 1993; Flori et al., 2005). Tumor necrosis factor-a memiliki efek anti-parasit namun juga meningkatkan ekspresi berbagai molekul adesi, terutama ICAM-1 pada endotel mikrovaskuler sehingga terjadi peningkatan proses sitoadherens yang menyebabkan obstruksi mikrovaskuler organ penting seperti otak, ginjal, hati (Armah et al., 2005). Sitokin pro-inflamasi seperti TNF-a, IFN-g, IL-12 meningkatkan produksi oksida nitrit melalui peningkatan ekspresi gen nitric oxide synthase-2 (NOS2), sebaliknya sitokin anti-inflamasi (IL-10, TGF- ) menurunkan ekspresi NOS2. Oksida nitrit diduga berperan sebagai radikal bebas toksis yang mematikan parasit. Variasi respon imunitas alamiah yang besar secara kuantitatif dan kualitatif antar individu akan mempengaruhi manifestasi klinis malaria berat (Tsakonas et al., 2003). Dari uraian di atas didapatkan bahwa sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi berperan dalam eliminasi parasit namun sebaliknya juga menimbulkan proses patologis pada manusia dengan manifestasi malaria berat. Respon imun terhadap malaria, terutama yang melibatkan sitokin harus teregulasi dengan baik karena menentukan hidup matinya seorang penderita malaria berat. TNF-a merupakan sitokin pro-inflamasi utama dalam innate immunity (imunitas alamiah) yang berperan dalam kerusakan jaringan/
8 8 organ bila diproduksi dalam kadar yang tinggi. IFN-g suatu sitokin pro-inflamasi lain yang mengaktivasi makrofag dan memiliki fungsi sangat penting dalam imunitas alamiah dan adaptif terhadap mikroba intraseluler (termasuk Plasmodium), diduga memegang peran sentral dalam pengaturan respon imun terhadap malaria karena mengaktivasi makrofag memproduksi TNF-a dan juga IL-10. IL-10 adalah sitokin anti-inflamasi utama dalam respon imun alamiah dan adaptif yang berperan menghentikan respon imun/ inflamasi yang berlebihan melalui inaktivasi makrofag dan sel T. Ketiga sitokin ini merupakan mediator inflamasi lokal dan sistemik dan dapat diproduksi dalam jumlah besar sehingga mudah terdeteksi dalam serum (Abbas et al., 2007). Saat peningkatan dan penurunan kadar sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi, kadar absolut sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi, keseimbangan kadar sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi akan mempengaruhi manifestasi klinis penderita malaria berat. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa respon imun pada malaria dipengaruhi oleh faktor genetik, umur dan paparan/ endemisitas. Penelitian di Afrika dan Asia Tenggara menunjukkan adanya berbagai polimorfisme TNF-a promoter gene yang mempengaruhi produksi TNF-a (Flori et al., 2005; Ubalee et al., 2001). Anak-anak di Afrika yang telah pernah menderita malaria banyak mengalami malaria serebral. Sebaliknya orang dewasa dari daerah non-endemis yang bepergian ke daerah endemis malaria sering mengalami malaria berat pada infeksi pertama, setelah mengalami infeksi
9 9 beberapa kali, timbul anti-disease immunity dan selanjutnya anti-parasite immunity (Tsakonas et al., 2003). Respon pro-inflamasi pada anak dengan malaria berat lebih hebat dibandingkan dengan penderita dewasa, sebaliknya penderita malaria berat dewasa menunjukkan respon anti-inflamasi yang lebih baik (Kalmbach et al., 2006) dan penderita dewasa dengan infeksi malaria sebelumnya akan menghasilkan respon Th1 yang lebih rendah dibandingkan dengan infeksi primer (Rhee et al., 2001). Dari publikasi dan penelitian yang ada selama ini masih belum jelas bagaimana dinamika (saat peningkatan dan penurunan) kadar sitokin proinflamasi dan kadar sitokin anti-inflamasi selama perjalanan klinis penderita malaria berat dan bagaimana hubungan kadar sitokin dengan manifestasi klinis malaria berat. Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam patogenesis malaria berat yang dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam mempelajari prognosis, perbaikan penanganan malaria berat, dan penurunan mortalitas. Di Kalimantan Timur, salah satu daerah endemis malaria yang sebagian besar wilayahnya merupakan hutan hujan tropis, dengan karakteristik alam, penduduk, sosial budaya yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, belum ada penelitian mengenai patogenesis malaria berat yang berkaitan dengan dinamika kadar TNF-a, IFN-g, IL-10 dengan pemeriksaan serial selama perjalanan klinis malaria berat dan hubungan kadar TNF-a IFN-g, IL-10 dengan manifestasi klinis malaria berat, khususnya malaria serebral, malaria dengan ikterus dan malaria dengan gangguan ginjal akut (komplikasi
10 10 malaria berat yang paling banyak dijumpai) serta hubungan derajat parasitemia dengan kadar sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian di atas didapatkan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana dinamika respon sitokin pro-inflamasi (TNF-a, IFN-g) dan sitokin anti-inflamasi (IL-10) pada penderita malaria berat. 2. Apakah ada perbedaan kadar TNF-a IFN-g, IL-10 pada penderita malaria berat dibandingkan dengan malaria tanpa komplikasi. 3. Bagaimana hubungan antara kadar TNF-a IFN-g, IL-10, rasio TNF-a/IL-10, rasio IFN-g/IL-10 dengan manifestasi klinis malaria berat (Glasgow Coma Scale, kadar bilirubin total, kadar kreatinin). 4. Bagaimana hubungan antara hitung parasit dengan kadar TNF-a IFN-g, IL-10 pada penderita malaria berat. C. Tujuan Penelitian Tujuan umum : Mengetahui dinamika respon sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi pada penderita malaria berat di Kalimantan Timur dan hubungannya dengan manifestasi klinis. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Dinamika respon sitokin pro-inflamasi (TNF-a, IFN-g dan sitokin anti-inflamasi (IL-10) pada penderita malaria berat.
11 11 2. Perbedaan kadar TNF-a, IFN-g, IL-10 pada penderita malaria berat dibandingkan dengan malaria tanpa komplikasi. 3. Hubungan kadar TNF-a IFN-g, IL-10, rasio TNF-a/IL-10, rasio IFN-g/IL-10 dengan manifestasi klinis malaria berat (Glasgow Coma Scale, kadar bilirubin total, kadar kreatinin). 4. Hubungan antara hitung parasit dengan kadar TNF-a IFN-g, IL-10 pada penderita malaria berat. D. Keaslian Penelitian Penelitian tentang sitokin pro-inflamasi khususnya TNF-a IFN-g dan sitokin anti-inflamasi IL-10 pada patogenesis malaria berat telah banyak dilakukan di Afrika dan Asia, namun belum ada jawaban yang pasti bagaimana sesungguhnya peran TNF-a IFN-g, IL-10 pada malaria berat (Grau et al., 1989; Day et al., 1999; Anstey, 2003; Lyke et al., 2004; Idro, 2005; Walther et al., 2006). Penelitian yang berhubungan dengan kadar sitokin pada malaria berat hampir seluruhnya merupakan penelitian cross-sectional, dimana hanya satu kali dilakukan pemeriksaan kadar sitokin, sehingga tidak dapat memberikan informasi yang memadai mengenai dinamika respon sitokin dan pengaruhnya terhadap manifestasi klinis. Di Indonesia dan di Kalimantan Timur yang merupakan salah satu daerah endemis malaria dengan karakteristik penduduk, etnis dan alam yang berbeda dengan daerah lainnya, belum pernah dilakukan penelitian observasional untuk mengetahui dinamika respon sitokin pro-inflamasi dan sitokin
12 12 anti-inflamasi pada malaria berat, hubungan kadar TNF-a, IFN-g, IL10 dengan manifestasi klinis malaria berat dan hitung parasit dengan pemeriksaan serial kadar sitokin selama perjalanan klinis seorang penderita. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran manifestasi klinis malaria berat di Kalimantan Timur, bagaimana hubungan kadar TNF-a IFN-g, IL-10 dengan manifestasi malaria berat. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat membantu mengungkapkan dinamika respon sitokin dan peran sitokin pro-inflamasi, sitokin anti-inflamasi dalam patogenesis malaria berat. 2. Manfaat klinis Dengan mengetahui dinamika dan pengaruh sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi khususnya TNF-a, IFN-g, IL-10 pada malaria berat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan untuk mempelajari prognosis malaria berat dan membantu dalam penemuan intervensi baru dalam penanganan malaria berat untuk menurunkan mortalitas yang hingga saat ini masih tinggi (10 50 %), misal apakah perlu pemberian sitokin rekombinan atau antibodi monoklonal anti-sitokin, soluble-cytokine receptor dan kapan saat yang tepat untuk pemberiannya, selain pemberian obat anti-malaria yang berperan dalam mengurangi parasitemia.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit menjadi penyakit endemis di negara-negara tropis, salah penyertanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk yang terinfeksi protozoa obligat intraseluler dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyebab penyakit malaria ini adalah parasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui cucukan nyamuk anopheles betina. Penyakit
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING
311 / Ilmu Kedokteran Tropis ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING PENGEMBANGAN OBAT HERBAL TERSTANDAR EKSTRAK BANGLE (Zingiber Cassumunar Roxb.) TERHADAP EKSPRESI ICAM-1 DAN KADAR IL-10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Malaria masih merupakan penyakit yang belum bisa diberantas tuntas sampai saat ini, bahkan merupakan penyakit infeksi parasit yang paling penting. Diperkirakan
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20
70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malariamerupakan penyakit yang mengancam jiwa serta disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk terinfeksi (Cibulskis et al.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasitik yang ditularkan oleh nyamuk dan sepenuhnya dapat dicegah dan diobati. Tahun 2014, WHO melaporkan bahwa penularan malaria masih ditemukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL dr. Waode Mariyana dr. Isra Wahid, PhD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lebih terperinciMigrasi Lekosit dan Inflamasi
Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih menjadi perhatian masyarakat dunia termasuk didalamnya negara Indonesia. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian masyarakat dunia termasuk didalamnya negara Indonesia. Di dunia diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia. Berat kulit kira-kira 15% dari berat badan seseorang. Kulit merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pruritus uremia (PU) masih merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang signifikan ditemukan pada 15%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit multisistem yang disebabkan kerusakan jaringan akibat deposisi kompleks imun berupa ikatan antibodi dengan komplemen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).
Lebih terperinciIMUNITAS HUMORAL DAN SELULER
BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati (liver cirrhosis) merupakan perjalanan patologi akhir berbagai penyakit hati (Franchis R, 2005). Prevalensi sirosis hati (SH) diseluruh dunia menempati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan subtropis. Di dunia terdapat 207 juta kasus malaria dan 627.000 kematian akibat
Lebih terperinciEpidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma
3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolisme yang disebabkan oleh banyak faktor dengan gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciTuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi
LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 mencapai 1,85% per 1000 penduduk. Penyebab malaria yang tertinggi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO melaporkan 3,2 milyar orang atau hampir setengah dari populasi dunia beresiko terinfeksi malaria. 1 Kemenkes RI melaporkan angka kesakitan malaria tahun 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Non Goverment Organization (NGO) Forum on Indonesian Development (INFID) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi parasit dari genus Plasmodium. Ada lima Plasmodium yang diidentifikasi menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,
Lebih terperincimenunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan salah satu penyakit dengan penyebab multifaktorial, dapat dikarenakan reaksi patologis dan fisiologis yang bisa muncul sebagai konsekuensi dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Malaria masih menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Menurut laporan WHO, kejadian malaria di dunia telah mengalami penurunan. Sebanyak 57 negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%
Lebih terperinciGASTROPATI HIPERTENSI PORTAL
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. 1 Penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang dan menular melalui makanan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia (Musher, 2014). Penumonia komunitas merupakan penyakit infeksi saluran
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pneumonia kerap kali terlupakan sebagai salah satu penyebab kematian di dunia (Musher, 2014). Penumonia komunitas merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. aliran darah mengalir tidak lancar sehingga menyebabkan iskemi dan hipoksia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria 2.1.1 Malaria Serebral Dewasa ini teori proses penyakit malaria serebral yang banyak dianut adalah obstruksi mikrovaskuler karena sekuestri parasit. Obstruksi menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Cerda et al., 2008). Berbagai macam strategi pencegahan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis dan kompleks. Penyakit ini dapat menyerang segala usia dan jenis kelamin. Lesi yang
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, dimana 2-3 milyar penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi TB (World Health Organization, 2015).
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Preeklamsia merupakan salah satu kontributor utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Etiopatogenesis pasti sampai saat ini belum jelas dan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciTATALAKSANA MALARIA. Dhani Redhono
TATALAKSANA MALARIA Dhani Redhono Malaria, masalah kesehatan utama di dunia Malaria: problema kesehatan masyarakat di Indonesia Ancaman bagi ± 40% penduduk dunia Angka kematian 1 1,5 juta orang per tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah atopik pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat alergi/hipersensitivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Berdasarkan laporan WHO (2015), malaria merupakan penyakit infeksi parasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan berkaitan erat dengan mewujudkan kesehatan anak sejak dini, sejak masih dalam kandungan. Untuk itulah upaya kesehatan ibu sebaiknya dipersiapkan
Lebih terperinciPATOFISIOLOGI MALARIA KURNIA FITRI JAMIL Bagian/SMF. Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UNSYIAH/ RSUD. Dr. Zainoel Abidin BANDA ACEH
PATOFISIOLOGI MALARIA KURNIA FITRI JAMIL Bagian/SMF. Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UNSYIAH/ RSUD. Dr. Zainoel Abidin BANDA ACEH PENDAHULUAN Malaria berat adalah penyakit malaria akibat infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria
Lebih terperinciImmunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age
Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan perhatian khusus dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), terutama di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae
Lebih terperinciBAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Selama kehamilan normal, sitotrofoblas vili menginvasi hingga ke sepertiga bagian dalam miometrium, dan arteri spiralis kehilangan endotelium dan sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 tahun ini bertambah 2 kali lipat. Penderita DM mempunyai resiko terhadap penyakit kardiovaskular 2 sampai 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa-senyawa yang dapat memodulasi sistem imun dapat diperoleh dari tanaman (Wagner et al., 1999). Pengobatan alami seharusnya menjadi sumber penting untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multisistem pada kehamilan, berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>140 mmhg/90
Lebih terperinciDEFINISI KASUS MALARIA
DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondiloma akuminata (KA) merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada
Lebih terperinci7.2 CIRI UMUM SITOKIN
BAB 7 SITOKIN 7.1 PENDAHULUAN Defnisi: Sitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kda, yang merupakan mediator larut fase efektor imun natural dan adaptif. Nama dari sitokin bermacam-macam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome / SIRS) yang disebabkan oleh infeksi,
Lebih terperinci