BAB I PENDAHULUAN. kehendak suami untuk hidup dalam situasi seperti itu. Padahal sebenarnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kehendak suami untuk hidup dalam situasi seperti itu. Padahal sebenarnya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Berbicara tentang kehidupan perempuan tidak akan pernah habisnya. Terlebih tentang perempuan yang hidup dalam kemiskinan. Ada begitu banyak perempuan yang merasa harus pasrah hidup dalam kemiskinan dan mengikuti kehendak suami untuk hidup dalam situasi seperti itu. Padahal sebenarnya perempuan dapat melakukan sesuatu untuk dapat memperbaiki kehidupan dan menyokong suami. Perempuan adalah kelompok yang paling dirugikan akibat kegagalan pembangunan. Ketika angka kemiskinan semakin tinggi, perempuan tetap berusaha untuk dapat bertahan dan dapat menghidupi keluarga. Tidak jarang fakta memperlihatkan, seorang perempuan beserta beberapa orang anaknya yang masih kecil-kecil ditinggal pergi oleh suaminya. Lantas perempuan tersebut harus berjuang sendiri untuk melanjutkan hidupnya dan anak-anaknya. Sedikit beruntung, sang suami adalah suami yang baik, namun tak berdaya secara ekonomi. Maka perempuan bangkit sebagai perempuan perkasa, membangun dan memperbaiki ekonomi keluarga untuk kelangsungan hidup anak-anaknya. Apa yang dialami oleh perempuan tersebut, semua disebabkan karena kemiskinan. Perempuan yang hidup dalam kemiskinan dianggap tidak dapat berbuat banyak untuk kelangsungan hidup. Mereka diandalkan untuk mengasuh anak namun tidak sedikit juga yang turut bekerja demi keluarga karena dirasa pendapatan suami sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Meskipun tidak bisa baca-tulis, perempuan miskin memandang jauh ke depan dan

2 bekerja keras untuk membebaskan diri dan keluarganya dari kemiskinan. Perempuan lebih memperhatikan dan lebih menyiapkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya. Ketika seorang ibu dari keluarga miskin memperoleh penghasilan, hal pertama yang dipikirkannya adalah anak-anaknya. Biaya hidup dan pendidikan anak-anaknya adalah prioritas utama baginya disbanding keperluan dirinya sendiri. Rumah tangga adalah prioritas kedua. Perkakas rumah tangga atau memperbaiki rumah baru akan dipikirkannya setelah kebutuhan anakanaknya terpenuhi. Berbeda denganlelaki yang lebih memprioritaskan kebutuhan dirinya sendiri. Tingkat pendidikan juga sangat mempengaruhi kebijakan perempuan dalam keluarga dan tingkat kemandirian perempuan itu sendiri. Terlebih lagi pada perempuan miskin. Banyak perempuan yang memang pada akhirnya belajar dari kejadian-kejadian seperti itu dan menyadari bahwa kehidupan tidak akan lebih baik apabila ia hanya diam dan tidak berusaha untuk memperbaikinya. Perempuan akan terus mencari cara untuk menyokong kehidupannya. Ia lebih banyak belajar untuk mendapatkan keterampilan yang lebih banyak lagi dan mengenali kemampuannya sendiri. Mencari wadah yang mampu membimbing dan membantu mereka untuk dapat lebih bijak membenahi keuangan keluarga dan tidak selalu bergantung kepada suami. Untuk itulah perempuan cenderung ikut serta sebagai anggota dalam suatu organisasi, yayasan atau bahkan kumpulan pengajian yang mengedepankan kepentingan perempuan itu sendiri. Baik perempuan dari kalangan atas atau dari kalangan bawah sekalipun. Perempuan berusaha untuk dapat bangkit dengan berusaha mendapatkan wawasan yang dapat meningkatkan kreativitas mereka dalam hal meningkatkan

3 taraf hidup keluarganya. Patricia Aburdene dan John Naisbitt dalam Megatrends for Women (1992) menjelaskan bahwa perempuan saat ini memang sedang memasuki fase kebebasan yang harus diartikan sebagai bangkitnya kesadaran, lahirnya kepeloporan baru, dan pengungkapan seksisme (Pembayun, 2009:92). Karena itu perempuan sekarang menuntut untuk memiliki ruang yang lebih bebas untuk mampu melahirkan sesuatu yang baru dan berarti. Perempuan juga berusaha untuk melepaskan diri dari stereotipnya sebagai perempuan perayu dan lemah dan beralih menjadi perempuan yang kuat dan mandiri. Lembaga Swadaya Masyarakat dapat menjadi wadah bagi usaha pemberdayaan masyarakat terutama perempuan. Mereka yang aktif terlibat di dalammya akan melakukan berbagai usaha agar perempuan-perempuan tudak lagi bergantung kepada laki-laki dan dapat secara mendiri memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. Perempuan dalam suatu yayasan atau organisasi yang menjadi target pemberdayaan oleh suatu LSM pasti akan pernah mengikuti kegiatan penyuluhan yang biasa diadakan oleh yayasan atau organisasi dengan menggunakan tenaga lapangannya sebagai penyuluh. Mereka akan mendapatkan berbagai pengetahuan dan informasi dari penyuluhan tersebut. Terlebih dari para perempuan yang berasal dari lingkungan kemiskinan. Berbagai informasi yang mereka terima akan mereka manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan taraf hidup mereka sendiri. Tenaga lapangan sebagai penyuluh akan memainkan peran yang sangat penting dan sangat besar dalam mendorong mereka untuk mau mengubah kehidupan mereka sendiri ke arah yang lebih baik lagi. Mereka memberikan

4 pengetahuan atau bahkan bimbingan untuk dapat memberdayakan perempuan yang berasal dari keluarga miskin. Umumnya ibu-ibu rumah tangga dengan sendirinya akan merasa terbantu dengan berbagai penyuluhan yang mereka dapatkan. Disinilah tenaga lapangan memainkan peranan yang penting. Tenaga lapangan bertugas membawa angin perubahan ke dalam kehidupan yang lebih berarti lagi kepada para perempuan tersebut. Tidak salah apabila tenaga lapangan atau penyuluh dianggap sebagai agen perubahan bagi suatu kelangsungan hidup suatu kalangan masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan (YP2M) adalah yayasan yang beranggotakan perempuan-perempuan yang sudah berkeluarga. Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan terdiri atas 5 kelompok yaitu kelompok Halat, kelompok Karya Wisata, kelompok Permai, kelompok Karya Tani, dan kelompok Sari Rejo. Yayasan ini bertujuan agar dapat memberdayakan perekonomian perempuan dan bergerak dalam hal memberi bantuan modal kepada anggota-anggotanya yang bekerja sebagai penjual jamu. Namun, tidak hanya sekedar itu saja, yayasan ini tetap memiliki program-program yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan, seperti Sosialisasi Pemilu, bagaimana cara berpidato yang baik dan benar, pelatihan pengelolaan keuangan keluarga, periksa kesehatan dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut tetap didampingi oleh tenaga lapangan yang akan memberikan bimbingan, informasi dan pengetahuan kepada anggota binaannya. Sebelum di rekrut menjadi tenaga lapangan untuk yayasan ini, terlebih dahulu harus sudah tertanam rasa tertarik pada dunia keperempuanan yang menjadi fokus yayasan ini. Tenaga lapangan YP2M ini harus mampu

5 mempelajari situasi lapangan, mendampingi kelompok, membuat program kerja dan membantu mengatasi masalah kelompok. Disinilah tenaga lapangan harus mampu menjadi seorang agen perubahan yang akan membawa perubahan yang berarti bagi kehidupan anggotanya. Mereka membuat perubahan dalam bentuk meningkatkan perekonomian dan pengetahuan anggotanya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tentang peranan tenaga lapangan sebagai agen perubahan terhadap pemberdayaan perempuan di Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan. I. 2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimanakah peranan tenaga lapangan sebagai agen perubahan terhadap pemberdayaan perempuan di Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan? I. 3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut: a. Penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu kasus tentang tenaga lapangan sebagai agen perubahan dan pemberdayaan perempuan.

6 b. Penelitian ini hanya melihat peran tenaga lapangan sebagai agen perubahan terhadap pemberdayaan perempuan. c. Subjek penelitiannya adalah tenaga lapangan Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan. d. Penelitian ini hanya menyertakan anggota binaan sebagai bahan untuk menguji keberhasilan peran tenaga lapangan sebagai agen perubahan. I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana usaha pemberdayaan perempuan di kota Medan khususnya di Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan (YP2M). b. Untuk mengetahui bagaimana tenaga lapangan melaksanakan peran seorang agen perubahan bagi masyarakat terutama perempuan. c. Untuk mengetahui peranan tenaga lapangan sebagai agen perubahan terhadap pemberdayaan perempuan pada Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan. I.4.2 Manfaat Penelitian a. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya sumber bacaan di lingkungan Fisip USU, khususnya Ilmu Komunikasi Fisip USU. b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

7 c. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai tentang agen perubahan dan pemberdayaan perempuan. I. 5 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori (Nawawi, 1995:39). Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang akan diteliti. Teori merupakan hubungan kausal,logis dan sistematis antara dua atau lebih konsep. Jadi teori adalah penjelasan gejala: konsep atau variabel yang terpengaruh. (Suyatno, 2005:34-35). Dengan adanya kerangka teori akan mempermudah peneliti dalam menaganalisis masalah. I Agen Perubahan Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, mengerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Agen perubahan lazim juga disebut dengan istilah agent of change. Menurut Rogers dan Shoemaker, agen perubahan merupakan petugas professional yang mempengaruhi putusan inovasi klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan. Jadi, semua orang yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan, dan melaksanakan perubahan sosial adalah termasuk agen perubahan. Dalam kenyataan sehari-hari, maka sejak mereka yang

8 bekerja sebagai perencana pembangunan, hingga para petugas lapangan, pamong, guru, penyuluh dan lainnya adalah agen-agen perubahan (Nasution, 2004:127). Duncan dan Zaltman dalam Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya mengemukakan kualifikasi dasar agen perubahan, yakni tiga yang utama di antara sekian banyak kompetensi yang mereka miliki. Yaitu: 1) Kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan. 2) Kemampuan administratif, yaitu persyaratan administratif yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengalokasikan waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif menjelimet (detalied). 3) Hubungan antarpribadi. Suatu sifat yang paling penting adalah empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan diri dengan orang lain, berbagi akan perspektif dan perasaan mereka dengan seakan-akan mengalaminya sendiri. Menurut Rogers dan Shoemaker, agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antar dua atau lebih sistem sosial (Nasution, 2004:128). Peranan utama seorang agen perubahan adalah: 1) Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan. 2) Sebagai pemberi pemecahan persoalan. 3) Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta member petunjuk mengenai bagaimana: a. Mengenali dan merumuskan kebutuhan

9 b. Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan c. Mendapatkan sumber-sumber yang relevan d. Memilih dan menciptakan pemecahan masalah e. Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah 4) Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Keseluruhan peran agen perubahan dapat dikelompokkan menjadi peran yang laten dan yang manifes (O Gorman, 1976) (Nasution, 2004:129). Peran yang Manifes Peran yang manifes adalah peran yang kelihatan di permukaan dalam hubungan antara agen perubahan dengan kliennya dan merupakan peran yang dengan sadar dipersiapkan sebelumnya. Peran ini dapat dilihat dari tiga persperktif yaitu sebagai penggerak, perantara, dan penyelesai (accomplisher). Sebagai penggerak, peranan agen perubahan meliputi fungsi-fungsi fasilitator, penganalisa, dan pengembang kepemimpinan. Peran agen perubahan sebagai perantara meliputi fungsi-fungsi pemberi informasi dan penghubung. Sedangakan peranannya sebagai pencapai hasil, agen perubahan berfungsi sebagai pengorganisir, pengevaluasi, dan yang memantapkan hasil. Peran yang Laten Hampir semua peran yang manifes dari agen perubahan di atas mempunyai pasangan yang bersifat laten. Yaitu:

10 a. Sebagai pengembang kepemimpinan, seorang agen perubahan secara laten dapat berperan selaku orang yang memobilisir atau orang yang menbangkitkan kesadaran. b. Selaku penganalisa, peranan agen perubahan dapat berupa dichotomizer ataupun sebagai pembangun sejarah. c. Sebagai pemberi informasi, agen perubahan secara laten dapat pula berfungsi sebagai seseorang yang person oriented share yaitu berusaha mencegah konsumerisme. d. Sebagai penghubung, agen perubahan mungkin bisa berfungsi sebagai modernizer ataupun sebagai syncretizer. Modernizer berusaha mencari nilai-nilai dari industrialisasi melalui cara yang tidak membebankan. Syncretizer memadukan hal-hal yang lama dan baru melalui pembangunan yang bervariasi dan berpusat pada percaya pada diri sendiri. e. Selaku organizer, agen perubahan menjadi pendukung dari partisipasi popular, atau sebagai promoter efisiensi. f. Peran yang laten dari fungsi pengevaluasi seorang agen perubahan adalah kemungkinannya menjadi seorang yang berpandangan kuantitatif atau kualitatif. g. Selaku yang memantapkan hasil, peran yang laten dari agen perubahan mungkin merupakan konflik antara ingin menyesuaikan diri dengan sistem yang dominan atau ingin membebaskan diri dari struktur kekuasaan (Nasution, 2004:131).

11 I. 5.2 Komunikasi Penyuluhan Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai. Dalam bahasa komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicatee) (Effendy, 2003:28). Komunikasi juga pasti terjadi dalam suatu penyuluhan. Komunikasi yang terjadi adalah ketika tenaga lapangan sebagai komunikan memberi informasi atau pengetahuan kepada anggota sebagai komunikan. Dalam bahasa Indonesia, istilah penyuluhan berasal dari kata dasar suluh yang berarti pemberi terang di tengah kegelapan. Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru. Dari rumusan tersebut dapat diambil tiga hal yang terpenting, yaitu: pendidikan. Mengajak orang sadar dan ide-ide baru. Ketiga hal itu memang senantiasa melekat dalam kegiatan penyuluhan, karena penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu langkah dalam usaha mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicitacitakan (Nasution, 1990:7). Pada hakekatnya, penyuluhan adalah suatu proses komunikasi. Proses yang dialami komunikan sejak mengetahui, memahami, meminati dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata adalah suatu komunikasi. Kegiatan penyuluhan akan berhasil apabila kedua belah pihak sama-sama siap

12 melakukannya, baik penyuluh sebagai komunikator maupun orang yang disuluh sebagai komunikan. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan beminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penyuluhan tersebut, masyarakat dididik, diberi pengetahuan, informasi-informasi dan kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan berprilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Selain itu, dengan berbekal pengetahuan yang diperoleh melalui penyuluhan masyarakat dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya sendiri. Seorang penyuluh tidak dengan mudah dapat melakukan perubahan pada anggotanya. Pembentukan sikap dan perubahan perilaku pada diri manusia terjadi secara bertahap dan bukan seketika atau instan. Masalah komunikasi yang menonjol dalam suatu kegiatan penyuluhan di antaranya (Nasution, 1990:14): Kompetensi komunikasi yang seharusnya dimiliki oleh seorang penyuluh Penyuluhan diartikan sebagai usaha menyebarluaskan dan mendidik ide dan cara baru untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penyuluhan dilakukan oleh seorang penyuluh atau juga bisa disebut sebagai tenaga lapangan. Faktor kredibilitas seorang penyuluh di mata khalayak dapat menentukan kompetensi komunikasi seorang penyuluh. Kompetensi komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sejumlah kemampuan dasar dalam berkomunikasi yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh agar kegiatannya di tengah-tengah masyarakat dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

13 Kemampuan-kemampuan berkomunikasi yang dipersyaratkan bagi seorang penyuluh antara lain (Nasution, 1990:14): 1) Dapat menjangkau khalayak yang menjadi komunikan 2) Menguasai bahasa yang dimengerti oleh khalayak 3) Berpenampilan yang dapat diterima oleh khalayak. Sifat atau semangat kepemimpinan ssebagai agen perubahan pada diri seorang penyuluh Pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan meyebarluaskan proses perubahan tersebut. Dalam kepustakaan ilmu sosial mereka dikenal dengan sebutan agen perubahan. Menurut Rogers dan Shoemaker, agen perubahan adalah petugas professional yang mempengaruhi keputusan inovasi para anggota masyarakat menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan(nasution, 1996:114). Seorang penyuluh juga harus mampu membawa perubahan pada orangorang yang diberinya penyuluhan. Berbagai informasi dan pengetahuan yang diberikannya dapat membawa perubahan dalam hidup orang banyak. Mereka harus memilki rasa semangat bahwa suatu perubahan dapat dilakukan. Teknik atau metode komunikasi yang efektif bagi kegiatan penyuluhan Umumnya dalam berbagai kegiatan penyuluhan yang dilakukan selalu melakukan teknik komunikasi tatap muka. Begitu juga dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan di Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan, selalu menggunakan komunikasi secara langsung atau tatap muka.

14 Beberapa pedoman bagi penyuluh ataupun tenaga lapangan dalam melakukan komunikasi tatap muka menurut Assifi yang antara lain (Nasution, 1990:25): a. Berbicara dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh orang lain. b. Komunikasi adalah perbuatan berbagi. Maka antara kedua belah pihak harus saling berdialog, saling bertukar ide dan informasi untuk tercapainya tujuan bersama. c. Komunikasi adalah menyangkut rasa percaya dan rasa percaya hanya dapat tumbuh apabila kita jujur mengenai diri sendiri dan mengenai tujuan kita d. Komunikasi adalah saling medengarkan. e. Komunikasi adalah kejujuran. f. Komunikasi adalah umpan balik. g. Komunikasi lebih dari sekedar kata-kata. Ketika berkomunikasi dengan orang lain, kita tidak hanya menggunakan kata-kata tapi juga tubuh. Dengan tindakan non-verbal, kegiatan penyuluhan akan menarik dan tidak membosankan. I. 5.3 Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan (empowerment) merupakan serangkaian upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memperluas akses terhadap suatu kondisi untuk mendorong kemandirian yang berkelanjutan (tanggap dan kritis terhadap perubahan) serta mampu berperan aktif dalam menentukan nasibnya sendiri,

15 melalui penciptaan peluang yang seluas-luasnya agar mampu berpartisipasi ( Pemberdayaan wanita merupakan upaya penguatan terhadap ketidakberdayaan mereka agar mampu menolong diri sendiri, mandiri serta mampu mengembangkan self reliance-nya. Pemberdayaan perempuan adalah membuat perempuan menjadi berdaya atau mempunyai daya dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan potensi yang dimiliki secara optimal. Ada begitu banyak program dan aktivitas yang dilakukan baik melalui program pemerintah, swasta atau masyarakat untuk membangkitkan perempuan menjadi lebih berdaya atau berpotensi ( Mengutip apa yang dikatakan oleh John Naisbitt dan Patricia Abudene dalam bukunya Megatrends 2000, bahwa pada dasa warsa 1990-an dan menjelang memasuki abad ke 21 merupakan dasa warsa yang sangat penting bagi kehidupan perempuan. Peranan perempuan akan semakin menonjol dan dibutuhkan, baik sebagai sumber daya manusia, pemikir, maupun sebagai pengambil keputusan, turut meningkatkan perhatian masyarakat terhadap masalah tersebut ( Menurut Sumodiningrat, sedikitnya ada tiga aspek yang dicakup dalam memaknai pemberdayaan wanita yakni: 1. Menciptakan kondisi yang kondusif yang mampu mengembangkan potensi wanita. 2. Memperkuat potensi (modal) sosial wanita demi meningkat mutu hidupnya.

16 3. Mencegah dan melindungi wanita, serta mengentaskan ketertindasan dan kemarginalan segala bidang kehidupan mereka.( Perempuan dan lelaki pada dasarnya memiliki kedudukan yang sama. Keduanya memiliki tugas dan kewajiban yang sama terhadap Tuhan penciptanya, terhadap sesama manusia dalam masyarakat serta sama-sama mendapat hak dan wewenang sesuai dengan amal perbuatan dan kedudukannya. Pemberdayaan (empowerment) wanita diperlukan sebagai upaya untuk peningkatan dan pengaktualisasian potensi diri mereka agar lebih mampu mandiri dan berkarya, mengentaskan mereka dari keterbatasan pendidikan dan ketrampilan, dan ketertindasan akibat perlakuan yang diskriminatif dari berbagai pihak dan lingkungan sosial budaya. Diperlukan pula peningkatan daya serap dan adopsi teknologi sebagai strategi pemberdayaan wanita dalam segala proses pembangunan melalui peningkatan pendidikan, pembinaan dan pelatihan keterampilan, teknologi tepat guna dan inovatif. Pemberdayaan wanita dicapai melalui perlindungan terhadap tenaga kerja wanita, meningkatkan efektifitas penyuluhan dan pelatihan, perbaikan regulasi, fasilitas, dan upah, serta kesempatan kerja agar berimbang antar jender sebagai insentif dan keberpihakan terhadap kaum wanita tani di perdesaan. Perempuan terlanjur diidentikkan sebagai makhluk yang lemah lembut, terlalu berperasaan, dan perlu diperhatikan dengan hati-hati sehingga seringkali stereotip bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Karena itulah, usaha pemberdayaan perempuan diperlukan untuk menghapus stereotip lemah tersebut serta dapat menaikkan derajat dan kedudukan perempuan.

17 I. 6 Alur Teoritis YP2M Tenaga Agen Anggota Lapangan Perubahan binaan Pemberdayaan Perempuan Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan (YP2M) sebagai sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat memiliki anggota yang keseluruhannya adalah perempuan. YP2M memiliki tenaga lapangan yang juga keseluruhannya adalah perempuan. Sebagai tenaga lapangan yang kerap memberikan penyuluhan berupa informasi dan pengetahuan kepada anggotanya, tenaga lapangan juga dengan

18 sendirinya berperan sebagai agen perubahan bagi anggota-anggotanya. Ketika berhadapan dengan anggota binaannya, tenaga lapangan berusaha untuk membawa suatu perubahan kepada anggota binaannya. Perubahan yang dipelopori dan digerakkan oleh tenaga lapangan adalah berupa upaya untuk lebih memberdayakan perempuan agar dapat lebih memiliki kemampuan dan dapat meningkatkan taraf hidupnya dan keluarganya juga. I. 7 Konsep Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesesuaian dan kesamaan dalam penelitian, indikator-indikator yang akan diteliti yakni sebagai berikut: Variabel Teoritis Agen perubahan Variabel Operasional a) Peran agen perubahan, yaitu: 1. Sebagai katalisator atau penggerak, meliputi: a. Fungsi fasilitator b. Sebagai penganalisa c. Sebagai pengembang kepemimpinan 2. Sebagai pemberi pemecahan, meliputi: a. Sebagai pengorganisir b. Sebagai pengevaluasi c. Yang memantapkan hasil 3. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam

19 proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta member petunjuk mengenai bagaimana a) Mengenali dan merumuskan kebutuhan b) Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan c) Mendapatkan sumbersumber yang relevan d) Memilih atau menciptakan pemecahan masalah e) Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah 4. Sebagai penghubung (linker) b) Kemampuan-kemampuan berkomunikasi yang dipersyaratkan bagi seorang penyuluh: 1. Dapat menjangkau khalayak 2. Berbicara dengan kata-kata yang mudah dimengerti 3. Komunikasi dialogis 4. Rasa percaya 5. Saling mendengarkan 6. Kejujuran 7. Umpan balik 8. Komunikasi non-verbal 9. Berpenampilan yang dapat diterima (accepted) oleh khalayak Pemberdayaan Perempuan a) Meningkatkan keterampilan dan pendidikan b) Mandiri c) Aktualisasi diri d) Mencegah diskriminasi/kemarjinalan e) Mengembangkan self reliancenya f) Tanggap dan kritis terhadap perubahan g) Mengentaskan ketertidasan

20 I.8 Defenisi Operasional Variabel Menurut Singarimbun (1995:46), defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional dari penelitian ini adalah: 1. Agen Perubahan a. Peran agen perubahan yang terdiri dari: 1. Sebagai katalisator atau penggerak yang meliputi agen perubahan meliputi fungsi-fungsi: a. Fasilitator adalah seseorang yang membangkitkan motivasi dan rangsangan agar masyarakat bergerak serta mempengaruhi mereka melalui advis dan petunjukpetunjuk. b. Penganalisa adalah seseorang yang melakukan identifikasi atas alternatif-alternatif yang dikemukakan oleh masyarakat atau sebagai pemberi masukan bagi tenaga ahli dalam menganalisis masyarakat secara menyeluruh. c. Pengembang kepemimpinan adalah seseorang yang berfungsi melakukan identifikasi, melatih, mengorganisir serta meningkatkan kemampuan pemimpin-pemimpin setempat 2. Sebagai pemberi pemecahan persoalan yang dapat ditunjukkan pada peran yang manifes:

21 a. Sebagai pengorganisir maksudnya adalah seseorang yang menyusun dan mengatur kegiatan agar dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. b. Sebagai pengevaluasi maksudnya adalah seseorang yang menguji apa yang telah berlangsung sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. c. Yang memantapkan hasil maksudnya adalah seseorang yang memberi reward atau imbalan terhadap penampilan hasil yang telah ada. 3. Sebagai pembantu proses perubahan yakni membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana: (a). mengenali dan merumuskan kebutuhan maksudnya adalah seseorang yang mempelajari dan mementukan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk dapat mencapai tujuan perubahan. (b). mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan maksudnya adalah seseorang yang memprediksi permasalahan dan kemudian menentukan apa-apa saja yang ingin dicapai dari perubahan tersebut. (c). mendapatkan sumber-sumber yang relevan maksudnya adalah seseorang yang mengusahakan untuk mencari sumber-sumber yang sesuai dengan tujuan perubahan.

22 (d). memilih atau menciptakan pemecahan masalah adalah seseorang yang mengusahakan dan memciptakan segala upaya untuk dapat meyelesaikan masalah yang akan atau sedang dihadapi. (e). menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah adalah seseorang yang membuat rencana penyelesaian masalah melalui beberapa tahap. 4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. b. Kemampuan-kemampuan komunikasi yang dipersyaratkan bagi seorang penyuluh: 1. Dapat menjangkau khalayak yang hendak disuluh, maksudnya penyuluh secara fisik memiliki akses untuk berhadapan dengan khalayak yang akan disuluhnya. Termasuk dalam faktor aksesbilitas ini adalah bahwa ia mempunyai kesempatan atau jalan untuk tampil di hadapan khalayak yang hendak disuluhnya. 2. Berbicara dengan kata-kata yang mudah dimengerti, maksudnya penyuluh sebagai seorang komunikator yang menyampaikan pesan, harus tahu dan paham terhadap bahasa yang dapat dimengerti oleh khalayak, atau dengan kata lain, memahami bahasa sehari-hari yang digunakan khalayaknya. 3. Komunikasi dialogis maksudnya adalah antara kedua belah pihak harus saling berdialog, saling bertukar ide dan informasi untuk tujuan bersama.

23 4. Rasa percaya maksudnya adalah komunikasi dapat terwujud apabila kita saling percaya dan rasa percaya baru akan tumbuh apabila ada kejujuran mengenai diri sendiri dan tujuan kita. 5. Saling mendengarkan maksudnya adalah komunikasi membutuhkan keinginan untuk saling mendengarkan agar dapat berjalan dengan baik. 6. Kejujuran, maksudnya adalah dalam melakukan komunikasi harus saling jujur dan tidak ada yang ditutup-tutupi. 7. Umpan balik, maksudnya adalah adanya respon dan efek dari komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. 8. Komunikasi non-verbal maksudnya adalah bahwa komunikasi lebih dari sekedar kata-kata, komunikasi tidak hanya menggunakan katakata tapi juga tubuh. Dengan bahasa non-verbal kegiatan penyuluhan akan semakin menarik dan tidak membosankan. 9. Berpenampilan yang dapat diterima (accepted) oleh khalayak, maksudnya mengusahakan agar khalayak tidak merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dari mereka. Hal ini berarti pula bahwa seorang agen perubahan yang efektif adalah seseorang yang dirasakan sama dengan masyarakatnya, baik itu dalam penampilan sehari-hari, cara berpakaian, tindakan, gaya bicara, dan sebagainya. 2. Pemberdayaan Perempuan, yaitu: a. Meningkatan Keterampilan dan Pendidikan, perempuan dapat meningkatkan kemampuan, pendidikan dan keterampilannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. b. Mandiri, yakni anggota mampu berdiri sendiri dan tidak tergantung kepada tenaga lapangan.

24 c. Aktualisasi diri, perempuan dapat semakin mengaktualkan potensi yang ada dalam dirinya. d. Mencegah diskriminasi/kemarjinalan, kedudukan perempuan yang selama dianggap selalu berada di bawah laki-laki dapat menjadi berubah dengan setidaknya menjadi setara. e. Mengembangkan self reliance-nya yaitu perempuan dapat mengembangkan percaya dirinya dalam melakukan berbagai hal. f. Tanggap dan kritis terhadap perubahan, perempuan dengan cepat mengetahui apa yang sedang terjadi, sehingga kritis dalam menghadapinya dan bisa ikut berperan aktif dalam perubahan itu. g. Mengentaskan ketertindasan, mengurangi bentuk ketertidasan dari berbagai pihak.

25 I.9 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, model teoritis, operasional dan defenisi variabel serta sistematika penulisan. BAB II URAIAN TEORITIS Bab ini berisikan kerangka pemikiran atau teori-teori yang berhubungan dengan penelitian dimana dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah opini publik dan citra. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi, populasi dan sampel, teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan dan analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat analisa data secara mendalam berkaitan dengan masalah yang diteliti. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran.

BAB II URAIAN TEORITIS. perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai agen

BAB II URAIAN TEORITIS. perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai agen BAB II URAIAN TEORITIS II. 1 Agen Perubahan II. 1. 1 Pengertian Agen Perubahan Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan

Lebih terperinci

Handout: KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN (KSP) KONSEP TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2

Handout: KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN (KSP) KONSEP TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Handout: KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN (KSP) KONSEP TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Komunikasi Pembangunan Dalam Arti Luas dan Terbatas Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun masyarakat sendiri. Kondisi seperti ini memberikan dampak. bisnis baru yang berkembang di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. maupun masyarakat sendiri. Kondisi seperti ini memberikan dampak. bisnis baru yang berkembang di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekonomian yang berlangsung tidak menentu di Indonesia belakangan ini memberikan dampak yang cukup drastis bagi para pebisnis maupun masyarakat sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

dimengerti oleh penerima, dan secara nyata dapat dilaksanakan, sehingga tercipta interaksi dua arah.

dimengerti oleh penerima, dan secara nyata dapat dilaksanakan, sehingga tercipta interaksi dua arah. Sekalipun Anda memiliki produk unggulan, konsep layanan prima dan gagasan-gagasan kreatif, tetapi tidak Anda komunikasikan kepada orang lain, tidak ada gunanya. Sehebat apa pun ilmu dan jurus-jurus bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roda pemerintahan terus bergulir dan silih berganti. Kebijakan baru dan perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. Dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan seperti masalah yang tanpa ujung pangkal. Barangkali, peribahasa yang tepat untuk menggambarkan masalah kemiskinan adalah mati satu tumbuh seribu. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya, serta mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kunci pokok pembangunan suatu bangsa dimasa mendatang, termasuk Indonesia adalah pendidikan, sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun masyarakat sendiri. Kondisi seperti ini memberikan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun masyarakat sendiri. Kondisi seperti ini memberikan dampak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian yang berlangsung tidak menentu di Indonesia belakangan ini memberikan dampak yang cukup drastis bagi para pebisnis maupun masyarakat sendiri. Kondisi

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis paparan data dan temuan penelitian dapat disimpulkan hasil penelitian Implementasi Profesionalisme guru di SD Negeri Sukatani Kecamatan

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Oleh. Desy Sylvia Indra Visnu. MC Ninik Sri Rejeki ABSTRAK

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Oleh. Desy Sylvia Indra Visnu. MC Ninik Sri Rejeki ABSTRAK STRATEGI KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Kelompok Swadaya Wanita Di Yayasan Sosial Bina Sejahtera Cilacap) Oleh Desy Sylvia Indra Visnu MC Ninik Sri Rejeki Program Studi Ilmu Komunikasi,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa penyuluhan pertanian masih perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Kurikulum dijadikan sebagai pedoman setiap jenjang pendidikan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

PENGERTIAN PENYULUHAN

PENGERTIAN PENYULUHAN PENGERTIAN PENYULUHAN Istilah penyuluhan (extension) pertama-tama digunakan pada pertengahan abad ke-19 untuk menggambarkan program pendidikan bagi orang dewasa di Negara Inggris (Cambridge University

Lebih terperinci

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Sebagai mahluk sosial manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan setiap individu untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Persepsi tentang kepemimpinan yayasan berpengaruh langsung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Persepsi tentang kepemimpinan yayasan berpengaruh langsung BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan: 1. Persepsi tentang kepemimpinan yayasan berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswanya. Hal itu dapat diartikan bahwa guru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang masalah Komunikasi tidak lepas dalam kehidupan sehari hari, komunikasi merupakan suatu aktivitas dasar manusia dalam berinteraksi. Komunikasi akan berhasil apabila

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN TINGKAT ADOPSI INOVASI

KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN TINGKAT ADOPSI INOVASI KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN TINGKAT ADOPSI INOVASI (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Perkoperasian Indonesia oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara terhadap Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan. Manfaat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Retsa Husaeni, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Retsa Husaeni, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan program yang semula dicanangkan oleh pemerintah dan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang berkembang dan mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan andal sebagai usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang. mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang. mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan 13 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang- 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penilitian Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, maka banyak terjadi perubahan diberbagi aspek kehidupan. Demikian pula dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pada hakikatnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga bertindak sebagai makhluk sosial dimana manusia memiliki kebutuhan dan kebiasaan untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penampilan atau biasa disebut dengan istilah appearance merupakan hal yang perlu di perhatikan ketika seseorang memutuskan untuk bertemu dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan suatu organisasi, khususnya di bidang bisnis. Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan suatu organisasi, khususnya di bidang bisnis. Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen Sumber Daya Manusia bukanlah sesuatu yang baru di lingkungan suatu organisasi, khususnya di bidang bisnis. Sumber Daya Manusia adalah potensi yang

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH Latar Belakang Berdasarkan Ketentuan Umum UU SP3K No.16 Tahun 2006 pasal 1 ayat (2) Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disebut Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA BAB II WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA MAKSUD DAN TUJUAN Apabila Posyandu mampu menghayati fungsi-fungsi tersebut, dan selanjutnya menjadikannya sebagai program untuk memberdayakan keluarga secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN Dalam dunia yang semakin kompleks, melakukan perubahan merupakan suatu hal yang mutlak. Perubahan merupakan hal yang pasti terjadi, dan mengandung makna beralih dari keadaan sebelumnya (the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara berkembang, mencakup lebih dari satu milyar penduduk dunia, baik itu di daerah pedesaan maupun di perkotaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan bab awal dalam penelitian. Adapun yang akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini Marketing Public Relations sangat di butuhkan tidak hanya menjual suatu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era informasi sekarang ini, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peran media. Dari zaman ke zaman media massa mengalami perkembangan yang pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan benar. Manajemen merupakan

Lebih terperinci

BAB 7 RUANG LINGKUP, TUJUAN, PRINSIP, STRATEGI DAN FUNGSI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

BAB 7 RUANG LINGKUP, TUJUAN, PRINSIP, STRATEGI DAN FUNGSI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MATERI KULIAH KOMUNIKASI PEMBANGUNAN BAB 7 RUANG LINGKUP, TUJUAN, PRINSIP, STRATEGI DAN FUNGSI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan Hal 1 A. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan selalu berpasangan, pria dengan wanita. Dengan tujuan bahwa dengan berpasangan, mereka dapat belajar berbagi mengenai kehidupan secara bersama.

Lebih terperinci

Pendamping (aktivis LSM) Kelompok sasaran (anggota masyarakat) Tujuan

Pendamping (aktivis LSM) Kelompok sasaran (anggota masyarakat) Tujuan Peran pekerja pengembangan masyarakat adalah membantu masyarakat dalam mengidentifikasi isu, masalah, dan kebutuhan sebagaimana apa yang dilihat sendiri menurut referensi ilmiah serta memfaslitasi munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

TENAGA LAPANGAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

TENAGA LAPANGAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TENAGA LAPANGAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN (Studi Kasus tentang Peranan Tenaga Lapangan sebagai Agen Perubahan terhadap Pemberdayaan Perempuan pada Yayasan untuk Perempuan Perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang berkepanjangan banyak menimbulkan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang berkepanjangan banyak menimbulkan masalah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang berkepanjangan banyak menimbulkan masalah, diantaranya ekonomi, sosial dan budaya. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya angka putus sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pendapat, dan perasaan yang bahasanya bersifat produktif-aktif

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pendapat, dan perasaan yang bahasanya bersifat produktif-aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan yang bahasanya bersifat produktif-aktif merupakan kompetensi dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Pajak yang bertujuan meningkatkan. kesejahteraan seluruh rakyat melalui perbaikan dan penambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Pajak yang bertujuan meningkatkan. kesejahteraan seluruh rakyat melalui perbaikan dan penambahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan penerimaan terbesar suatu Negara khususnya Negara Indonesia. Hampir 75% penerimaan negara saat ini bersumber dari pajak. Dominasi pajak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

BEKASI (6/8/2016)

BEKASI (6/8/2016) 2016/08/06 21:05 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan UPAYA SITI CHODIJAH, PENYULUH PERIKANAN BANTU KABUPATEN BEKASI BERDAYAKAN NELAYAN MUARAGEMBONG BEKASI (6/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Kegiatan upaya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan dalam ruang lingkup individu, antar individu, maupun kelompok. Pada dasarnya komunikasi adalah sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan radio mulai berkembang. Semakin banyak perusahaan radio, semakin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan radio mulai berkembang. Semakin banyak perusahaan radio, semakin BAB I PENDAHULUAN I.1 Belakang Masalah Hiburan menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang utama pada saat ini. Hal ini disebabkan karena gaya hidup, tingkat stres yang tinggi dan masih banyak lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada pembelajaran jenjang sekolah dasar, membaca menjadi salah satu hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, bangsa dan negara. Melalui pendidikan, kualitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA URUSAN PEMBANGUNAN DESA DALAM MEWUJUDKAN PEMBERDAYAAN MASYAKARAT DESA

IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA URUSAN PEMBANGUNAN DESA DALAM MEWUJUDKAN PEMBERDAYAAN MASYAKARAT DESA IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA URUSAN PEMBANGUNAN DESA DALAM MEWUJUDKAN PEMBERDAYAAN MASYAKARAT DESA (Studi Kasus di Desa Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

TERMINOLOGI PARTISIPATIF TERMINOLOGI PARTISIPATIF METODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti & Yunita Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya APA ITU PARTISIPASI? Partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci