Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014"

Transkripsi

1 Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014 Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

2 Dokumen ini merumuskan Indikator Kinerja untuk evaluasi perkembangan dalam rangka memenuhi Komitmen Kebijakan yang dibuat oleh Asia Pulp and Paper (selanjutnya disebut APP ) dalam Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy/ FCP ) pada bulan Februari 2013 dan komitmen publik tambahan yang dibuat oleh APP terkait FCP tersebut. Bagian 1 (halaman 1 s.d. 23) menjawab komitmen spesifik yang tertuang dalam FCP tanggal 5 Februari Bagian 2 (halaman 24 s.d. 37) mengidentifikasi dan menjawab hal-hal terkait komitmen publik tambahan yang dibuat APP dalam dokumen Peta Jalan Keberlanjutan Visi 2020 (the Sustainability Roadmap - Vision 2020) bulan Juni 2012 dan dalam dokumen-dokumen atau pernyataan publik antara tanggal 5 Februari 2013 dan 24 Februari Bagian 2 dibagi menjadi tiga sub bagian. Dokumen ini memberikan penjelasan penuh mengenai setiap Komitmen Kebijakan dalam kotak berjudul Komitmen Kebijakan. Penjelasan komitmen ini disalin secara kata per kata (verbatim) dari pernyataan FCP tanggal 5 Februari atau dari dokumen Visi 2020 atau dokumen/pernyataan publik lainnya. Dokumendokumen yang berisikan komitmen tambahan telah diidentifikasi. Unsur-unsur Kunci dari masing-masing komitmen dimasukkan dalam daftar, tepatnya di kolom sebelah kiri dokumen ini. Masing-masing Unsur Kunci disalin secara langsung dari Komitmen Kebijakan, di mana kata kuncinya digarisbawahi. Indikator-indikator Kinerja membuat indikator spesifik untuk mendukung evaluasi perkembangan dengan cara yang konsisten dan sesuai metode untuk memenuhi masing-masing unsur Komitmen tersebut. Indikator Kinerja ini diidentifikasi pada kolom tengah dokumen ini. Indikator Kinerja menjawab masingmasing unsur kunci yang terkandung dalam Komitmen Kebijakan. Masing-masing indikator akan dievaluasi dan diberi nilai sesuai dengan Ukuran Kinerja (lihat dokumen lain yang terpisah: Ukuran Kinerja untuk Evaluasi Komitmen APP). Terdapat beberapa indikator yang berlaku untuk APP sesuai aspek-aspek perusahaan dan akan dievaluasi pada tingkat kantor pusat perusahaan APP. Sebagian besar berlaku pada masing-masing kawasan konsesi individual yang memasok bubur serat kayu (pulp) untuk pabrik kayu APP. Hal ini akan dievaluasi di kawasan konsesi hutan individual masing-masing. Ada Tujuh indikator yang akan dievaluasi pada dua pabrik pulp dan kertas APP yang terintegrasi (Indah Kiat Pulp and Paper/IKPP dan Lontar Papyrus Pulp and Paper/LPPP), dan juga evaluasi di pabrik-pabrik APP lainnya jika diperlukan. Lokasi dilakukannya evaluasi untuk masing-masing Indikator diidentifikasi pada kolom bagian kanan. Masing-masing Indikator Kinerja yang diidentifikasi sebagai perusahaan hanya akan dievaluasi satu kali, yakni pada tingkat kantor pusat perusahaan APP. Sementara masing-masing indikator yang diidentifikasi sebagai kawasan konsesi akan dievaluasi pada masing-masing kawasan konsesi hutan individual yang dikunjungi oleh Tim Evaluasi. Adapun masing-masing Indikator yang diidentifikasi sebagai pabrik (mill) akan dievaluasi pada fasilitas pulp mill yang terintegrasi dan mill lainnya. Selain Indikator Kinerja, Rainforest Alliance juga akan mengembangkan verifier yang akan digunakan untuk membantu mengevaluasi beberapa Indikator. Verifier ini ditujukan untuk penggunaan internal Tim Evaluasi dan dikembangkan untuk item-item yang dicetak miring. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

3 BAGIAN 1 Komitmen Kebijakan Konservasi Hutan (5 Februari 2013) Komitmen Kebijakan APP akan melaksanakan Kebijakan Konservasi Hutan 5 Februari 2013 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 0.1 APP akan melaksanakan APP memiliki komitmen perusahaan yang jelas untuk Kebijakan konservasi Hutan melaksanakan FCP APP telah mengomunikasikan komitmen dalam melaksanakan FCP kepada seluruh pemasok serat APP telah memasukkan persyaratan untuk pelaksanaan FCP dalam perjanjian dengan para pemasok APP telah mengembangkan kebijakan dan prosedur korporat untuk melaksanakan FCP APP telah menunjuk para personil yang bertanggung jawab atas pelaksanaan FCP APP telah mengembangkan kapasitas dan struktur organisasi untuk melaksanakan FCP APP melaksanakan suatu sistem untuk memonitor kepatuhan pemasok terhadap FCP APP menyelesaikan segala ketidaksesuaian terhadap FCP yang teridentifikasi Pemilik dan Manajer sadar akan komitmen untuk melaksanakan FCP Pemilik dan Manajer telah menunjuk para personil yang bertanggung jawab atas pelaksanaan FCP Pemilik dan Manajer telah mengembangkan kebijakan dan prosedur untuk melaksanakan FCP Pemilik dan Manajer membuktikan komitmen untuk melaksanakan FCP. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

4 Komitmen Kebijakan 1 Nilai Konservasi Tinggi ( NKT ) dan Hutan dengan Stok Karbon Tinggi ( SKT ) APP dan para pemasoknya hanya akan mengembangkan wilayah-wilayah yang tidak berhutan, sebagaimana diidentifikasi melalui penilaian independen Hutan Bernilai Konservasi Tinggi ( HBKT ) dan SKT. Sejak tanggal 1 Februari 2013, seluruh kegiatan pembukaan hutan alam telah ditangguhkan hingga selesainya penilaian NKT dan SKT. Selanjutnya tidak akan ada pembukan hutan di area yang telah teridentifikasi sebagai hutan. APP telah melaksanakan penilaian awal terhadap rantai pasokannya (supply chain). Pihaknya telah memprioritaskan penilaian NKT dan SKT di kawasankawasan konsesi tersebut yang hingga kini telah memasok perusahaan dengan serat kayu dari hutan alam. Wilayah-wilayah yang mengandung NKT dan SKT akan dilindungi. Pekerjaan terkait SKT telah dimulai untuk mengidentifikasi wilayah tersebut dan kualitas tutupan hutan. Analisis satelit yang didukung oleh pekerjaan di lapangan akan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang akan dilindungi serta wilayah-wilayah rendah karbon yang dapat dikembangkan sebagai hutan tanaman. Pendekatan SKT membedakan antara hutan alam dengan lahan terdegradasi yang ditumbuhi pepohonan kecil, belukar ataupun rerumputan yang tersisa. Pendekatan ini membagi-bagi vegetasi menjadi enam kelas berbeda (stratifikasi) melalui perpaduan antara analisa citra satelit dan bidang-bidang lahan yang ada di lapangan. Batasan-batasan ambang yang dikenal di Indonesia adalah: Hutan Kerapatan Tinggi (HK3), Hutan Kerapatan Sedang (HK2), Hutan Kerapatan Rendah/hutan regenerasi lebih tua (HK1), hutan Belukar Tua/hutan regenerasi (BT), Belukar Muda (BM), dan Lahan Terbuka (LT). Ambang batas APP untuk SKT akan diatur dalam kategori yang disebut sebagai Belukar Tua (BT), dengan mengikuti analisis lapangan. Semua kayu bulat dari hutan alam yang ada dalam rantai pasokan APP ditebang sebelum 1 Februari 2013 (contohnya persediaan di Tempat Pengumpulan Kayu TPn ) akan digunakan oleh pabrik kayu APP. Semua serat yang diperoleh dari pembukaan lahan non hutan (misalnya lahan belukar) juga akan dimanfaatkan oleh pabrik pulp APP. APP akan membatalkan semua perjanjian pembelian dan perjanjian lainnya dengan pemasok yang terbukti tidak mematuhi komitmen-komitmen ini. Komitmen-komitmen ini dipantau oleh The Forest Trust ( TFT ). APP akan membuka akses bagi pihak ketiga pengamat independen untuk memverifikasi penerapannya. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

5 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 1.1 APP dan pemasoknya hanya akan mengembangkan wilayah-wilayah yang tidak berhutan, sebagaimana diidentifikasi melalui penilaian HBKT dan SKT independen Sejak tanggal 1 Februari 2013, pengembangan hanya dilakukan pada wilayah-wilayah yang diidentifikasi sebagai daerah non hutan Semua wilayah yang dikembangkan sejak tanggal 1 Februari 2013 yang diidentifikasi sebagai non hutan dalam penilaian HBKT atau SKT yang telah diselesaikan sebelum dilakukannya kegiatan pengembangan apapun. 1.2 Mulai tanggal 1 Februari 2013, semua pembukaan hutan alam telah ditangguhkan hingga diselesaikannya penilaian NKT dan SKT. 1.3 Tidak ada lagi pembukaan yang dilakukan terhadap wilayahwilayah yang diidentifikasi sebagai hutan APP telah merumuskan pengertian hutan alam APP telah merumuskan pengertian pembukaan hutan alam Komitmen untuk menangguhkan semua pembukaan hutan alam / hingga diselesaikannya penilaian NKT dan SKT telah dikomunikasikan kepada pemilik dan manajer konsesi sebelum tanggal 1 Februari Komitmen untuk menangguhkan semua pembukaan hutan alam disepakati oleh pemilik dan manajer konsesi Dijalankannya penangguhan pembukaan hutan alam Semua wilayah yang memenuhi pengertian hutan alam diidentifikasi dan dipetakan Tidak ada pembalakan atau pembukaan lainnya yang dilakukan terhadap wilayah-wilayah yang diidentifikasi sebagai hutan alam sejak tanggal 1 Februari Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

6 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 1.4 APP telah melaksanakan penilaian awal terhadap seluruh rantai suplainya. 1.5 APP telah memprioritaskan penilaian NKT... di dalam kawasan-kawasan konsesi tersebut yang hingga kini telah menyuplai perusahaan dengan serat dari hutan alam Tidak ada konstruksi jalan atau pembangunan infrastruktur lainnya yang dilakukan pada wilayah hutan alam sejak tanggal 1 Februari Tidak ada pembukaan yang disebabkan oleh APP atau intervensi manusia di dalam hutan alam (kawasan moratorium) sejak tanggal 1 Februari Tindakan dan pengawasan pengelolaan sudah berjalan untuk memastikan bahwa tidak terjadi pembukaan hutan alam sebelum diselesaikannya penilaian NKT dan SKT Hanya wilayah-wilayah yang teridentifikasi sebagai non hutan (berdasarkan penilaian NKT dan/atau SKT yang sudah dilakukan) dan yang sesuai dengan Komitmen Kebijakan FCP #2 yang dikembangkan Diselesaikannya penilaian awal terhadap rantai pasokan APP di Indonesia Penilaian mengidentifikasi semua kawasan konsesi di Indonesia yang pada saat ini (atau di masa yang akan datang) akan memasok serat ke pabrik kertas (mill) APP Diidentifikasinya semua kawasan konsesi yang memasok serat dari hutan alam (kayu keras tropis campuran atau mixed tropical hardwood/ MTH ) sebelum tanggal 1 Februari Tersedianya suatu daftar yang memprioritaskan dan mengatur jadwal kawasan konsesi untuk penilaian NKT bagi publik Berjalannya atau selesainya proses penilaian NKT mengalami kemajuan sesuai dengan prioritasi dan jadwal Dalam hal diselesaikannya proses penilaian NKT dalam suatu kawasan konsesi: Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

7 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi Penilaian NKT mencakup keseluruhan kawasan konsesi yang diatur sesuai Surat Keputusan (SK) Prosedur penilaian NKT sesuai dengan prosedur penilaian NKT yang diakui secara internasional maupun lokal Penilaian NKT dilakukan oleh penilai independen yang memiliki kualifikasi Penilaian NKT mengidentifikasi para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait dan terdampak Penilaian NKT memberikan kesempatan bagi para pemangku kepentingan yang terkait dan terdampak untuk memberikan masukannya Penilaian NKT mempertimbangkan seluruh masukan yang diterima dari pemangku kepentingan Penilaian NKT memberikan alasan-alasan dalam hal tidak diterima atau tidak dilaksanakannya. pendapat atau masukan dari pemangku kepentingan Draf laporan NKT dikonsultasikan pada para pemangku kepentingan terkait Dalam hal diselesaikannya laporan penilaian NKT dalam suatu kawasan konsesi: Laporan akhir penilaian NKT menyertakan masukan sesuai yang diterima dari para pemangku kepentingan Laporan akhir penilaian NKT memberikan alasan-alasan jika tidak diterima atau tidak dilaksanakannya pendapat atau saran dari pemangku kepentingan Laporan penilaian NKT telah dilakukan telaah sejawat 1 Panduan bagi Tim Evaluasi untuk semua item yang disorot kuning diatur dalam suatu dokumen Pemverifikasi internal (internal verifier). Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

8 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi (peer review) Proses tinjauan sejawat NKT mengikuti aturan/panduan yang diakui secara internasional maupun lokal tentang tinjauan sejawat Jumlah peninjau sejawat konsisten dan sesuai dengan panduan yang diakui secara internasional dan lokal tentang tinjauan sejawat Laporan akhir penilaian NKT memasukkan pendapatpendapat yang diberikan dalam dalam tinjauan sejawat Laporan akhir penilaian NKT memberikan alasan-alasan dalam hal tidak diterima atau tidak dilaksanakannya pendapat atau saran dari tinjauan sejawat Laporan akhir penilaian NKT mengidentifikasi NKT dan wilayah-wilayah yang mendukung NKT Laporan penilaian NKT memberikan rekomendasi pengelolaan terkait konsesi spesifik dan NKT yang ada Dipetakannya Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi ( KBKT ) yang ada Tersedianya laporan akhir penilaian dan peta NKT bagi publik Dalam hal tidak diselesaikannya proses penilaian NKT dalam suatu kawasan konsesi: Kawasan konsesi tidak memasok serat hutan alam setelah tanggal 1 Februari Kawasan konsesi tidak melakukan pembukaan wilayah baru untuk pembangunan hutan tanaman atau jalan/saluran kanal baru atau infrastruktur lainnya di dalam atau luar wilayah konsesi tersebut setelah tanggal 1 Februari Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

9 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 1.6 APP telah memprioritaskan penilaian SKT... dalam kawasan konsesi yang hingga kini telah menyuplai serat dari hutan alam kepada perusahaan Disediakannya jadwal penyelesaian penilaian NKT Diidentifikasinya semua kawasan konsesi yang memasok MTH sebelum tanggal 1 Februari Berjalan atau selesainya proses penilaian SKT sesuai dengan prioritasi dan jadwal Dalam hal diselesaikannya Proses Penilaian SKT dalam suatu konsesi: Penilaian SKT mencakup keseluruhan kawasan konsesi yang diatur sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Penilaian SKT mengikuti prosedur yang diakui secara internasional (dan lokal) tentang penilaian SKT Penilaian SKT memberikan kesempatan sebagaimana mestinya bagi para pemangku kepentingan yang terkait dan terdampak untuk memberikan masukannya Penilaian SKT mempertimbangkan seluruh masukan yang diterima dari pemangku kepentingan Dalam hal diselesaikannya Laporan Penilaian SKT dalam suatu kawasan konsesi: Laporan akhir Penilaian SKT diselesaikan dengan mengikuti standar pelaporan yang diakui secara internasional (dan lokal) untuk kajian SKT Laporan akhir penilaian HKT menjelaskan metodologi penilaian Laporan akhir penilaian SKT turut menyertakan masukan memadai yang diterima dari pemangku kepentingan. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

10 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 1.7 Kawasan yang mengandung NKT dan SKT akan dilindungi Laporan akhir penilaian SKT memberikan alasan-alasan dalam hal tidak diterima atau tidak dilaksanakannya pendapat atau saran dari pemangku kepentingan Laporan penilaian SKT telah dilakukan telaah sejawat (peer review) Proses tinjauan sejawat HKT mengikuti aturan yang diakui secara internasional maupun lokal tentang tinjauan independen Laporan akhir SKT memasukkan pendapat-pendapat yang diberikan dalam dalam tinjauan sejawat Laporan akhir penilaian SNKT memberikan alasan-alasan dalam hal tidak diterima atau tidak dilaksanakannya pendapat atau saran dari tinjauan sejawat Laporan akhir penilaian SKT mengidentifikasi dan memetakan hutan alam yang memiliki nilai SKT Tersedianya laporan akhir penilaian SKT dan petanya bagi publik Dalam hal tidak diselesaikannya penilaian SKT dalam suatu kawasan konsesi: Kawasan konsesi tidak memasok serat dari hutan alam setelah tanggal 1 Februari Kawasan konsesi tidak melakukan pembukaan wilayah baru untuk pembangunan hutan tanaman atau jalan/saluran kanal baru atau infrastruktur lainnya di dalam wilayah konsesi tersebut setelah tanggal 1 Februari Disediakannya jadwal penyelesaian penilaian SKT Penilaian NKT mengidentifikasi KBKT yang ada untuk dilindungi. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

11 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 1.8 Terkait SKT, telah dimulai kegiatan untuk mengidentifikasi wilayah dan kualitas tutupan hutan. 1.9 Analisis satelit, dengan dukungan kerja lapangan, akan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang akan dilindungi Analisis satelit, dengan dukungan kerja lapangan, akan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang... dapat dikembangkan sebagai hutan tanaman Penilaian SKT mengidentifikasi wilayah-wilayah yang mengandung SKT untuk dilindungi Rencana kelola mengidentifikasi tindakan-tindakan untuk melindungi wilayah-wilayah yang diidentifikasi dalam penilaian NKT dan SKT Tindakan yang diambil menyelesaikan isu NKT dan KBKT serta kawasan yang mengandung SKT dan mengidentifikasinya untuk dilindungi Dilaksanakannya tindakan-tindakan yang diidentifikasi dalam rencana Tersedianya rencana kerja untuk penilaian SKT Dijalankannya kegiatan sesuai rencana kerja untuk mengidentifikasi luasan dan kualitas tutupan hutan yang memenuhi kriteria SKT Analisis satelit, dengan dukungan kerja lapangan, mengidentifikasi wilayah-wilayah yang akan dilindungi Citra satelit sejak tanggal 5 Februari 2013, dengan dukungan kerja lapangan, dipergunakan untuk mengidentifikasi wilayahwilayah yang nantinya akan dibangun sebagai hutan tanaman Citra satelit memiliki resolusi sesuai yang dibutuhkan untuk memandu kegiatan lapangan. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

12 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 1.11 Pendekatan SKT membedakan antara hutan alam dengan lahan terdegradasi yang ditumbuhi pepohonan kecil, belukar ataupun rerumputan yang tersisa Pendekatan SKT memisahkan vegetasi menjadi 6 kelas berbeda (stratifikasi) melalui perpaduan analisis citra satelit dan bidang lahan. Ambang batas ini di Indonesia dikenal sebagai: Batasan-batasan ambang yang dikenal di Indonesia adalah: Hutan Kerapatan Tinggi (HK3), Hutan Kerapatan Sedang (HK2), Hutan Kerapatan Rendah/hutan regenerasi lebih tua (HK1), hutan Belukar Tua/hutan regenerasi (BT), Belukar Muda (BM), dan Lahan Terbuka (LT) Jika analisis satelit untuk mengidentifikasi tata guna dan tutupan lahan tidak diselesaikan, maka diberikan jadwal penyelesaiannya Pengembangan hutan tanaman hanya dilakukan pada wilayahwilayah yang telah diidentifikasi untuk pengembangan di masa yang akan datang APP membedakan hutan alam dan lahan terdegradasi dengan menggunakan citra satelit, foto lapangan atau sarana lainnya Tersedianya suatu laporan dan peta-peta yang membedakan hutan alam dari lahan terdegradasi bagi publik Identifikasi hutan alam dan kawasan non hutan didasarkan atas sistem 6 kelas. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

13 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 1.13 Ditentukannya ambang batas APP untuk SKT dengan mengikuti analisis lapang, dalam kategori yang disebut Belukar Tua (BT) Semua kayu bulat dari hutan alam yang ada dan berasal dari rantai suplai APP serta ditebang sebelum tanggal 1 Februari 2013, seperti cadangan di Tempat Pengumpulan Kayu (TPn), akan digunakan oleh pabrik kayunya. Serat yang diperoleh dari penebangan di lahan non hutan (seperti lahan belukar), juga akan digunakan oleh pabrik pulp perusahaan Semua revisi terhadap sistem 6 kelas ini sepenuhnya didokumentasikan bersama dengan penjelasan terjadinya perubahan Digunakannya citra satelit dan bidang lahan untuk klasifikasi Diselesaikannya kegiatan penilaian SKT untuk mengidentifikasi dan membuat klasifikasi hutan alam Dibuatnya jadwal jika penilaian SKT tidak selesai Ditentukannya ambang batas SKT dalam kelas hutan Belukar Tua Dikemukakannya alasan-alasan (termasuk dasar ilmiah) jika ambang batas menyimpang dari yang sudah ditentukan sebesar 35 ton karbon/hektar. Catatan: Komitmen-komitmen terkait pemindahan kayu bulat hutan pada jangka waktu 5 Februari 31 Agustus ditangani dalam Komitmen Tambahan APP membatalkan semua Diidentifikasinya semua pemasok APP. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

14 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi perjanjian pembelian dan lainnya dengan pihak pemasok yang terbukti tidak mematuhi komitmen-komitmen ini Komitmen-komitmen ini tengah dipantau oleh TFT APP akan mengizinkan pihak ketiga pengamat independen untuk memverifikasi pelaksanaan Tersedianya nama-nama pemasok beserta peta wilayah konsesi yang menunjukkan seluruh lokasinya bagi publik APP memiliki prosedur untuk pengauditan terhadap pihak pemasok untuk menentukan kepatuhan terhadap komitmenkomitmen ini APP memiliki prosedur untuk membatalkan perjanjian pembelian dan lainnya dalam situasi dijumpainya ketidakpatuhan Diidentifikasi dan diselesaikannya isu-isu potensial di bidang hukum dan perjanjian yang berhubungan dengan pembatalan APP telah membatalkan perjanjian pasokan jika ditemukan ketidakpatuhan Telah dikembangkannya suatu sistem dan prosedur oleh TFT untuk memantau komitmen TFT sedang menjalankan sistem dan prosedur pemantauan tersebut Dilaporkannya hasil-hasil pemantauan secara berkala agar dapat diakses publik Dikembangkan dan dilaksanakannya rencana-rencana aksi untuk menanggapi hasil pemantauan Pengamat pihak ketiga yang berkepentingan diberikan kesempatan dalam pelaksanaan pemantauan Diizinkannya pengamat pihak ketiga yang berkepentingan untuk berpartisipasi secara bebas dan untuk melaporkan pengamatan kepada publik kecuali bila telah menandatangani persetujuan menjaga kerahasiaan. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

15 Komitmen Kebijakan 2: Pengelolaan Lahan Gambut APP akan mendukung sasaran pengembangan rendah emisi Pemerintah Indonesia dan targetnya untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca ( GRK ). Hal ini akan dicapai dengan cara: memastikan bahwa lahan gambut berhutan dilindungi sebagai bagian dari komitmennya dalam memelihara HBKT dan hutanhutan yang memiliki SKT; dan melaksanakan praktik pengelolaan terbaik untuk mengurangi dan menghindarkan emisi GRK dalam lanskap/bentang lahan gambut. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah, tidak dilakukannya aktivitas lebih lanjut untuk pembangunan saluran atau infrastruktur lainnya di dalam kawasan konsesi pemasok yang belum dikembangkan di lahan gambut berhutan hingga diselesaikannya penilaian HBKT independen (termasuk di dalamnya masukan dari para ahli gambut). Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 2.1 Lahan gambut berhutan dilindungi sebagai bagian dari komitmen APP untuk memelihara HBKT dan hutan-hutan yang mengandung SKT Lahan gambut berhutan diatur, dipetakan secara akurat dan diklasifikasi untuk mengidentifikasi kualitas lingkungan lahan gambut pada skala yang sesuai Definisi dan peta lokasi lahan gambut tersedia bagi publik Rencana kelola mengidentifikasi tindakan-tindakan pengelolaan spesifik untuk melindungi seluruh lahan gambut berhutan Tindakan-tindakan pengelolaan (management measure) mengatasi dampak-dampak yang terjadi di luar kawasan lahan gambut berhutan sehubungan dengan pengeringan daerah-daerah yang berlokasi di luar lahan gambut berhutan Diidentifikasinya tindakan-tindakan pengelolaan (management measure) untuk melindungi lahan gambut berhutan pada tingkat kawasan konsesi dan tingkat lanskap (kubah gambut) Tindakan-tindakan pengelolaan (management measure) memasukkan rekomendasi dari para ahli gambut Diimplementasikannya tindakan-tindakan pengelolaan untuk Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

16 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi melindungi lahan gambut berhutan Tindakan-tindakan pengelolaan (management measures) untuk mengatasi perlindungan lahan gambut tersedia bagi publik Pelaksanaan tindakan-tindakan pengelolaan (management measures) dan dampaknya terhadap lahan gambut dipantau 2.2 APP melaksanakan praktik pengelolaan terbaik untuk mengurangi dan menghindari emisi GRK dalam lanskap lahan gambut. Catatan : APP telah menyarankan bahwa istilah praktek terbaik dalam manajemen menjadi praktek manajemen terbaik 2.3 Tidak ada lagi kegiatan saluran atau infrastruktur yang dilakukan di Laporan pemantauan tersedia bagi publik APP telah mengembangkan tingkat patokan untuk GRK dalam lanskap lahan gambut APP telah menentukan target-target untuk pengurangan emisi GRK dari lanskap lahan gambut, sesuai dengan target-target pengurangan dari Pemerintah Indonesia Dikembangkannya Praktik Pengelolaan Terbaik untuk mengurangi dan menghindari emisi GRK dalam lanskap lahan gambut untuk memenuhi target pengurangan yang telah ditentukan Praktik Pengelolaan Terbaik memasukkan rekomendasi dari para ahli gambut Praktik Pengelolaan Terbaik memenuhi standar yang diakui secara internasional dan lokal untuk pengelolaan terbaik lahan gambut Tersedianya Praktik Pengelolaan Terbaik bagi publik Dilaksanakannya Praktik Pengelolaan Terbaik Dipantau dan dilaporkannya Emisi GRK dari lanskap lahan gambut bagi publik yang konsisten dengan standard yang diakui secara internasional dan lokal untuk pemantauan lahan gambut APP telah mengidentifikasi lokasi saluran sejak tanggal 1 Februari Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

17 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi dalam kawasan konsesi pemasok yang belum dikembangkan di lahan gambut berhutan hingga diselesaikannya penilaian HBKT... independen Tidak ada pembangunan saluran atau infrastruktur baru yang dilakukan pada di lahan gambut tidak berhutan, kecuali setelah diselesaikannya penilaian HBKT. 2.4 Penilaian HBKT independen mencakup masukan dari dari para ahli gambut Penilaian HBKT di dalam lanskap lahan gambut mencakup masukan dari dari para ahli gambut Masukan dari ahli gambut dimasukkan dalam laporan HBKT Tersedianya masukan dari ahli gambut bagi publik setelah penilaian HBKT selesai dilakukan. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

18 Komitmen Kebijakan #3 Pelibatan Sosial dan Masyarakat Untuk menghindari dan menyelesaikan konflik sosial di seluruh rantai pasokannya, maka APP akan mencari dan menggabungkan masukan dan umpan balik dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk di dalamnya masyarakat, sebagai implementasi dari serangkaian prinsip sebagai berikut. Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa/FPIC) bagi masyarakat adat dan penduduk setempat. Penanganan pengaduan secara bertanggung jawab. Penyelesaian konflik secara bertanggung jawab. Dialog terbuka dan konstruktif dengan para pemangku kepentingan lokal, nasional dan internasional. Penguatan program pengembangan masyarakat. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia ( HAM ). Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak pekerja perusahaan. Ketundukan terhadap semua hukum terkait serta prinsip-prinsip dan kriteria sertifikasi yang diterima secara internasional. Jika terdapat usulan baru untuk hutan tanaman, maka APP akan menghormati hak-hak masyarakat adat dan penduduk setempat, termasuk di dalamnya pengakuan terhadap hak-hak tanah adat. APP telah berkomitmen untuk melaksanakan penilaian HBKT independen sebagai bagian dari komitmennya dan akan mengembangkan tindakan-tindakan yang lebih jauh untuk melaksanakan prinsip Padiatapa melalui dialog bersama para pemangku kepentingan. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

19 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 3.1 Untuk menghindarkan dan menyelesaikan konflik sosial di seluruh rantai suplainya, APP akan... melaksanakan serangkaian prinsip berikut ini: APP telah mengembangkan kebijakan, sistem dan/atau prosedur untuk menghindari dan menyelesaikan konflik sosial di seluruh rantai pasokannya Dikembangkannya kebijakan, sistem dan/atau prosedur untuk melaksanakan: Prinsip Padiatapa untuk masyarakat adat dan penduduk setempat Penanganan pengaduan secara bertanggung jawab Penyelesaian konflik secara bertanggung jawab Dialog terbuka dan konstruktif dengan para pemangku kepentingan lokal, nasional dan internasional Penguatan program pengembangan masyarakat Penghormatan terhadap HAM Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak para pekerjanya Ketundukan terhadap semua hukum terkait serta prinsipprinsip dan kriteria sertifikasi yang diterima secara internasional Dilaksanakannya kebijakan, sistem dan/atau prosedur untuk menghindari dan menyelesaikan konflik Dikomunikasikannya kebijakan-kebijakan,sistem dan/atau prosedur korporat kepada pemilik dan manajer APP telah mengembangkan kapasitas internal dan struktur organisasi untuk menghindari dan menyelesaikan konflik-konflik sosial Kebijakan-kebijakan, sistem dan/atau prosedur korporat telah dikomunikasikan kepada staf lapangan dan para pemasok. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

20 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 3.2 APP akan secara aktif mencari dan mengadopsi masukan dan umpan balik dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat Sebagian besar pemangku kepentingan puas dengan upaya untuk menghindari dan menyelesaikan konflik sosial Tidak terdapat bukti yang mengindikasikan kegagalan untuk menghindari dan menyelesaikan konflik sosial Telah diidentifikasinya para pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan dalam pengelolaan APP pada tingkat internasional, nasional, regional dan lokal Para pemangku kepentingan yang telah diidentifikasi mewakili berbagai kepentingan Dikembangkannya suatu sistem atau proses untuk secara aktif mencari masukan dari berbagai pemangku kepentingan Pemangku kepentingan mencakup perorangan maupun organisasi yang telah menyampaikan kepentingannya dalam, atau memiliki kekhawatiran akan, kegiatan APP Sistem untuk mencari masukan dan umpan balik meningkatkan dan mendorong kemauan para pemangku kepentingan untuk berpartisipasi APP telah mengembangkan suatu sistem atau proses untuk secara aktif melacak dan mengadopsi masukan dan umpan balik dari para pemangku kepentingan Dokumentasi catatan dialog/konsultasi bersama pemangku kepentingan disimpan Sebagian besar pemangku kepentingan puas dengan peluang yang diberikan kepada mereka untuk menyampaikan masukan dan umpan balik. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

21 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 3.3 Padiatapa untuk masyarakat adat dan penduduk setempat Tidak terdapat bukti yang mengindikasikan kegagalan untuk mencari dan mengadopsi masukan dan umpan balik Telah diidentifikasinya berbagai pemangku kepentingan dalam, atau terdampak oleh, pengelolaan wilayah konsesi Masukan dan umpan balik mengenai pengelolaan atau kegiatan dalam kawasan konsesi telah dicari secara aktif dari berbagai pemangku kepentingan Dicarinya masukan dan umpan balik dengan cara yang meningkatkan kemauan para pemangku kepentingan untuk berpartisipasi Dikelolanya suatu catatan konsultasi pemangku kepentingan Kebanyakan pemangku kepentingan puas terhadap peluang yang diberikan kepada mereka untuk menyampaikan masukan dan umpan balik Tidak ada bukti yang mengindikasikan kegagalan untuk mencari dan mengadopsi masukan dan umpan balik APP telah menginformasikan masyarakat adat dan penduduk setempat perihal komitmen terhadap prinsip Padiatapa Diberikannya informasi yang mencukupi kepada masyarakat adat dan penduduk lokal mengenai kegiatan APP yang saat ini maupun yang sudah direncanakan Diberikannya informasi dengan cara yang dipahami oleh masyarakat adat dan penduduk setempat Dilakukannya komunikasi dan konsultasi dengan cara yang dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat adat dan penduduk yang berkepentingan Dikelolanya catatan komunikasi dan konsultasi dengan Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

22 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi masyarakat adat dan penduduk setempat. 3.4 Penanganan pengaduan secara bertanggung jawab Dilakukannya usaha untuk terlibat bersama kelompok marjinal dalam masyarakat, termasuk perempuan dan kaum minoritas Prosedur pelibatan masyarakat adat dan penduduk setempat sesuai dengan prosedur yang diakui secara internasional dan internasional APP telah mengembangkan dan melaksanakan suatu sistem atau prosedur untuk memenuhi prinsip Padiatapa Tidak ada bukti yang mengindikasikan ketidakmampuan untuk memenuhi prinsip Padiatapa Adanya prosedur tanggapan pengaduan Prosedur tanggapan pengaduan tersebut sesuai dengan prosedur yang diakui secara internasional dan lokal Prosedur tanggapan pengaduan dikembangkan dengan masukan dari para pemangku kepentingan, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Prosedur tanggapan pengaduan mencatat dan memprioritaskan pengaduan untuk ditanggapi oleh APP Manajer sadar akan prosedur tanggapan pengaduan Dikelolanya catatan pengaduan Diimplementasikannya prosedur tanggapan pengaduan Tanggapan pengaduan dikomunikasikan kepada pihak pengadu Sebagian besar pemangku kepentingan yang pernah mengajukan pengaduan puas dengan upaya yang dilakukan APP dalam penyelesaian pengaduan secara tepat waktu dan bertanggung jawab Tidak ada bukti yang mengindikasikan kegagalan dalam Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

23 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 3.5 Penyelesaian konflik yang bertanggung jawab menyelesaikan pengaduan Dipetakannya wilayah konflik Hasil pemetaan konflik dialihbagikan dengan LSM-LSM beserta para pemangku kepentingan yang terlibat dalam resolusi konflik Konflik diakui keberadaannya untuk diselesaikan Adanya prosedur penyelesaian konflik Prosedur penyelesaian konflik sesuai dengan prosedur yang diakui secara internasional dan lokal Prosedur penyelesaian konflik dikembangkan dengan masukan dari LSM yang berkepentingan beserta pemangku kepentingan lainnya Sebagian besar pemangku kepentingan yang pernah terlibat dalam resolusi konflik puas dengan upaya APP dalam menyelesaikan konflik secara tepat waktu dan bertanggung jawab Tidak ada bukti yang mengindikasikan ketidakmampuan dalam menyelesaikan konflik Manajer sadar akan komitmen terhadap penyelesaian konflik Manajer sadar akan prosedur penyelesaian konflik Manajer mendapatkan pelatihan untuk prosedur penyelesaian konflik Dilaksanakannya prosedur penyelesaian konflik oleh Manajer Manajer memiliki prosedur untuk memprioritaskan konflik-konflik yang telah diidentifikasi Dikelolanya suatu catatan pelatihan Ditanganinya konflik-konflik dengan prioritas penting oleh Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

24 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 3.6 Dialog terbuka dan konstruktif dengan pemangku kepentingan lokal, nasional dan internasional 3.7 Penguatan program pengembangan masyarakat. Manajer Diselesaikannya konflik-konflik yang telah diidentifikasi dengan menggunakan prosedur penyelesaian konflik atau prosedur alternatif yang dapat diterima oleh para pengadu Diselesaikannya konflik-konflik yang telah diidentifikasi secara tepat waktu dan bertanggung jawab Sebagian besar pemangku kepentingan yang pernah terlibat konflik puas dengan upaya yang dilakukan APP untuk menyelesaikan konflik Tidak ada bukti yang mengindikasikan kegagalan dalam menyelesaikan konflik Manajer sadar akan komitmen untuk menjaga dialog terbuka dan konstruktif Dikelolanya dialog dengan pemangku kepentingan lokal yang berkepentingan dalam, atau terdampak oleh, pengelolaan konsesi Dikelolanya dialog dengan pemangku kepentingan nasional dan internasional Sebagian besar pemangku kepentingan yang pernah terlibat dalam dialog puas karena dialog berjalan terbuka dan konstruktif Tidak ada bukti yang mengindikasikan kegagalan dalam melakukan dialog terbuka dan konstruktif APP telah mengembangkan kebijakan dan prosedur untuk menguatkan program pengembangan masyarakat APP berkomitmen dengan staf dan sumber dayanya untuk menguatkan program pengembangan masyarakat Manajer sadar akan komitmen penguatan program pengembangan masyarakat. / / Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

25 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 3.8 Penghargaan terhadap HAM Ditunjukkannya dukungan untuk program pengembangan masyarakat, di mana program tersebut tidak mempengaruhi komitmen dalam FCP, dan diminta oleh masyarakat Dikelolanya catatan program pengembangan masyarakat APP memiliki sistem untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan masyarakat Tidak ada bukti yang mengindikasikan kegagalan dalam menguatkan program pengembangan masyarakat yang telah disepakati dan tepat Manajer sadar akan komitmen untuk menghargai HAM Ditunjukkannya penghormatan atas HAM. / 3.9 Pengakuan dan penghormatan hak-hak pekerja perusahaan Kepatuhan terhadap semua hukum terkait serta prinsip-prinsip dan kriteria Sebagian besar pemangku kepentingan puas dengan ditunjukkannya penghormatan atas HAM Tidak ada bukti pelanggaran HAM oleh APP atau Manajer yang menyuplai serat ke pabrik kayu APP Manajer sadar akan komitmen untuk mengakui dan menghormati hak pekerja Ditunjukkannya pengakuan dan penghormatan terhadap hak pekerja Sebagian besar pekerja puas dengan ditunjukkannya penghormatan atas hak pekerja Tidak ada bukti pelanggaran hak pekerja oleh APP atau pihak yang memasok serat ke pabrik APP Manajer sadar akan semua hukum lokal, nasional, dan internasional yang terkait. / / / / / Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

26 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi sertifikasi yang diterima secara internasional dalam Hal diusulkannya hutan tanaman baru, maka APP akan menghormati hak masyarakat adat dan penduduk setempat, termasuk pengakuan atas tanah adat Manajer memiliki salinan semua hukum lokal, nasional, dan internasional yang terkait Tidak ada bukti ketidakpatuhan terhadap hukum lokal, nasional, dan internasional sejak tanggal 1 Februari APP telah mengidentifikasi prinsip-prinsip dan kriteria yang diterima secara internasional, yang berlaku terhadap semua kawasan konsesi pemasok Tidak ada bukti yang mengindikasikan kegagalan dalam mematuhi prinsip-prinsip dan kriteria sertifikasi apapun yang berlaku untuk kawasan konsesi sejak 1 Februari APP mengidentifikasi semua hutan tanaman baru yang diusulkan APP menjalankan prosedur pelibatan dan konsultasi dengan cara yang sesuai prosedur yang diterima secara internasional dan lokal untuk memenuhi prinsip Padiatapa sebelum pembangunan hutan tanaman baru Diidentifikasinya masyarakat adat dan penduduk setempat yang terdampak dengan adanya hutan tanaman baru Masyarakat adat dan penduduk setempat diinformasikan mengenai usulan hutan tanaman baru Wilayah yang diklaim oleh masyarakat adat atau penduduk setempat dipetakan bersama, di mana hasilnya disetujui dengan Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

27 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi oleh masyarakat Dalam hal diusulkannya hutan tanaman baru, maka APP berkomitmen terhadap penilaian HBKT sebagai bagian dari komitmen ini dalam hal diusulkannya hutan tanaman baru, maka berdasarkan konsultasi dengan pemangku kepentingan, APP akan mengembangkan upaya lebih lanjut untuk menerapkan prinsip Padiatapa Dikelolanya catatan pelibatan dan konsultasi Masyarakat adat, penduduk setempat dan LSM lokal puas dengan konsultasi dan pengakuan hak berkaitan dengan pengusulan hutan tanaman baru Tidak ada bukti dibangunnya hutan tanaman tanpa memenuhi prinsip Padiatapa bagi masyarakat adat dan lokal Diselesaikannya suatu penilaian HBKT yang sesuai dengan prosedur yang diakui secara internasional dan lokal sebelum pembangunan hutan tanaman baru APP mengidentifikasi para pemangku kepentingan yang berkepentingan dengan dilakukannya pembangunan hutan tanaman baru Pemangku kepentingan yang berkepentingan diajak berdialog/konsultasi mengenai pengembangan tindakan-tindakan untuk melaksanakan prinsip Padiatapa sebelum dilakukannya pembangunan hutan tanaman baru Dikelolanya catatan konsultasi Sebagian besar pemangku kepentingan yang berkepentingan puas dengan konsultasi mengenai pengembangan tindakan pelaksanaan prinsip Padiatapa. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

28 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 3.14 APP akan melakukan berkonsultasi dengan LSM dan pemangku kepentingan lain untuk memastikan bahwa protokol dan prosedurnya terkait Padiatapa dan penyelesaian konflik sudah sesuai dengan praktik terbaik internasional. CATATAN: Kebijakan tidak mengatur akuisisi kawasan konsesi yang telah dibuka atau menghasilkan MTH sejak tanggal 1 Februari Lihat komitmen tambahan #3 di bawah LSM diajak konsultasi mengenai protokol dan prosedur untuk Padiatapa dan penyelesaian konflik Prosedur Padiatapa dan penyelesaian konflik sesuai dengan prosedur yang diakui secara internasional dan lokal untuk Padiatapa dan penyelesaian konflik Dikelolanya catatan konsultasi Sebagian besar pemangku kepentingan yang berkepentingan puas dengan konsultasi yang dilakukan sebelum pembangunan hutan tanaman baru. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

29 Komitmen kebijakan 4: Pihak Ketiga Pemasok APP memiliki sumber-sumber dari seluruh dunia yang memasok serat kayu dan pihaknya sedang mengembangkan tindakan untuk memastikan bahwa pengadaan dari sumber-sumber ini mendukung pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 4.1 APP sedang mengembangkan Diidentifikasinya pemasok serat dari seluruh dunia untuk pabrik tindakan-tindakan untuk memastikan... APP di Indonesia. pengadaan mendukung pengelolaan hutan bertanggung jawab APP telah meninjau praktik pengelolaan dalam semua bidang penyediaan serat saat ini APP telah mengatur kriteria pengelolaan hutan bertanggung jawab APP memiliki tindakan-tindakan untuk memastikan pengelolaan bertanggung jawab yang memenuhi semua komitmen FCP, di semua bidang penyediaan yang ada saat ini APP telah menangguhkan atau memutuskan perjanjian pengadaan dengan pemasok yang diidentifikasi tidak memenuhi ketentuan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab APP telah mengidentifikasi calon-calon pemasok yang akan diikat dalam perjanjian APP memiliki tindakan-tindakan untuk memastikan pengelolaan bertanggung jawab (yang memenuhi komitmen FCP) yang dilakukan calon-calon pemasok yang akan diikat dalam perjanjian APP memiliki tindakan-tindakan untuk memastikan bahwa, melalui perjanjian di masa mendatang, pihaknya tidak akan Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

30 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi membeli serat kayu dari sumber-sumber yang tidak memenuhi komitmen pengelolaan bertanggung jawab sesuai FCP. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

31 BAGIAN 2 Komitmen Publik Tambahan Bagian 2 mengidentifikasi komitmen publik yang dibuat APP dan menentukan Indikator Kinerja untuk evaluasi perkembangan dalam memenuhi komitmen tambahan tersebut. Komitmen tambahan dimaksud adalah sebagai berikut. Komitmen publik yang tertuang dalam Peta Jalan Keberlanjutan APP dokumen Visi 2020 (Juni 2012). Komitmen publik yang dibuat sejak pengumuman FCP bulan Februari Komitmen publik berkaitan dengan kecukupan serat kayu untuk memenuhi proyeksi permintaan oleh pabrik APP. Bagian 2 A Komitmen Publik dari Peta Jalan Keberlanjutan APP Visi 2020 Dokumen Peta Jalan Keberlanjutan APP Visi 2020 (Juni 2012) memuat sepuluh komitmen. Tiga di antaranya dianggap berkaitan dengan FCP dan dengan demikian dianggap diidentifikasi sebagai Komitmen Tambahan. Indikator Unsur dan Kinerja untuk ketiga komitmen tambahan berikut ini akan dijelaskan pada Bagian 2 ini. Reboisasi. Konservasi dan Keanekaragaman Hayati. Pengadaan Serat. Tiga komitmen berikut ini tidak dianggap berkaitan dengan FCP APP (5 Februari 2013), yaitu: emisi penurunan emisi GRK dan dampak limbah cair dari pabrik APP; limbah padat pengurangan limbah padat yang dibuang ke tempat penampungan sampah; dan pengelolaan air peningkatan pemanfaatan air. Empat komitmen lainnya dianggap telah digantikan keberlakuannya oleh komitmen FCP (2013). Keempat komitmen tersebut adalah: kesejahteraan karyawan lingkungan kerja yang sehat dan aman serta pengelolaan kepuasan karyawan; pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat prosedur untuk pelibatan masyarakat dan penyelesaian konflik di mill APP dan peningkatan jumlah masyarakat yang menerima manfaat dari program sosial APP serta ditingkatkan efektivitasnya; masyarakat adat pengadopsian panduan internasional untuk perlindungan hak masyarakat adat di hutan; dan HAM memastikan bahwa APP dan pemasoknya mengikuti standar HAM nasional dan internasional. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

32 Komitmen Tambahan #1 dalam Visi 2020 Reboisasi a) Mendukung target nasional untuk mereboisasi lahan terdegradasi Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 5.1 Mendukung target nasional untuk APP telah mengidentifikasi target nasional untuk mereboisasi mereboisasi lahan terdegradasi lahan terdegradasi APP telah mengidentifikasi lokasi spesifik yang akan menjadi lokasi pelaksanaan program reboisasi lahan terdegradasi, sesuai dengan target nasional APP melaksanakan program yang spesifik untuk mereboisasi lahan terdegradasi guna mendukung target nasional. Komitmen Tambahan #2 dalam Visi 2020 Konservasi dan Keanekaragaman Hayati a) Mendukung target nasional dalam pelestarian kawasan yang ditetapkan untuk perlindungan dan konservasi. b) Mendukung target nasional untuk meningkatkan populasi spesies hampir punah. Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 6.1 Mendukung target nasional untuk melestarikan kawasan yang ditetapkan untuk perlindungan dan konservasi APP telah mengidentifikasi target nasional untuk pelestarian kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk perlindungan dan konservasi. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

33 Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi APP telah mengidentifikasi kawasan-kawasan yang spesifik dan mewakili kepentingan dalam upaya perlindungan dan konservasi APP telah mengidentifikasi program-program yang spesifik untuk mendukung pencapaian target pelestarian kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk perlindungan dan konservasi APP menerapkan program-program yang spesifik untuk melestarikan kawasan yang ditetapkan sebagai perlindungan dan konservasi guna mendukung target nasional. 6.2 Mendukung target nasional untuk meningkatkan populasi spesies hampir punah APP telah mengidentifikasi target nasional untuk meningkatkan populasi jenis terancam punah APP telah mengidentifikasi spesies hampir punah yang menghuni kawasan konsesi pemasok APP APP telah mengidentifikasi program-program spesifik untuk meningkatkan populasi spesies hampir punah APP menjalankan program-program spesifik untuk meningkatkan populasi spesies hampir punah dalam rangka mendukung target nasional. Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

34 Komitmen Tambahan #3 dalam Visi 2020 Pengadaan Serat a) Verifikasi legalitas kayu pulp oleh pihak ketiga yang sepenuhnya (100%) independen. b) Tidak ada Serat yang berasal dari KBKT. c) 100% kayu dari hutan tanaman untuk produksi pulp. d) Kayu pulp memiliki sertifikat Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (Sustainable Forest Management/SFM) 100%. Unsur Kunci (digarisbawahi) Indikator Kinerja Lokasi Evaluasi 7.1 Verifikasi legalitas kayu pulp oleh pihak ketiga yang 100% independen. 7.2 Tidak ada Serat yang berasal dari KBKT % kayu untuk produksi pulp berasal dari hutan tanaman APP memiliki rencana aksi dan jadwal untuk sertifikasii semua kawasan konsesi sesuai standar legalitas yang diakui secara internasional Sertifikasi yang memverifikasi legalitas kayu pulp dilakukan sesuai dengan rencana dan jadwalnya Audit yang memverifikasi sertifikat yang berlaku untuk legalitas kayu pulp sudah diperbaharui dan mematuhi standar yang ditetapkan untuk semua kawasan konsesi Tidak ada bukti yang mengindikasikan masuknya serat yang berasal dari lokasi yang diidentifikasi mengandung NKT ke pabrik pulp terpadu APP sejak tanggal 31 Agustus Tidak ada bukti yang mengindikasikan masuknya serat yang berasal dari lokasi yang diidentifikasi mengandung NKT yang ke pabrik APP lainnya sejak tanggal 31 Agustus Pabrik kayu Pabrik kayu Semua serat yang masuk ke pabrik pulp terintegrasi milik APP Pabrik kayu adalah kayu yang berasal dari hutan tanaman Semua serat yang masuk ke pabrik APP lainnya adalah kayu yang Pabrik kayu Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v Mei

(APP) (5 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL DIKELUARKAN:

(APP) (5 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL DIKELUARKAN: Evaluasi Independen terhadap Perkembangan Pemenuhan Komitmen Asia Pulp and Paper (APP) sesuai Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy/FCP) Perusahaan (5 Februari 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL

Lebih terperinci

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan

Lebih terperinci

APP SUSTAINABILITY ROADMAP

APP SUSTAINABILITY ROADMAP APP SUSTAINABILITY ROADMAP VISI 2020 LAPORAN KEMAJUAN TRIWULAN KEDUA 5 FEBRUARI 2013 Pokok-pokok penting di dalam roadmap tersebut adalah: 1. LATAR BELAKANG Pada tahun 2015, APP akan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015 Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 3 Juni 2015 APRIL Group (APRIL) berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik

Lebih terperinci

Forest Stewardship Council

Forest Stewardship Council Forest Stewardship Council Roadmap menuju diakhirinya dis-asosiasi dari APP DRAF 6 Disetujui dengan syarat pada tanggal 9 Februari 2017 Di bulan Oktober 2007, Forest Stewardship Council (FSC) melakukan

Lebih terperinci

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut Jakarta, 12 November 2015 Asia Pulp & Paper Group (APP) menyambut baik instruksi Presiden Indonesia untuk perbaikan pengelolaan lahan gambut,

Lebih terperinci

Evaluasi Perkembangan Implementasi Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy) APP Oleh Rainforest Alliance

Evaluasi Perkembangan Implementasi Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy) APP Oleh Rainforest Alliance Evaluasi Perkembangan Implementasi Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy) APP Oleh Rainforest Alliance Lita Natasastra Bali, Indonesia 25 April 2014 2009 Rainforest Alliance TUJUAN BRIEFING

Lebih terperinci

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC) Kebijakan Asosiasi Tujuan Pada bulan Juni 2015, APRIL telah menerapkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan ("SFMP") 2.0 1 yang menyatakan komitmen Grup APRIL untuk: mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi Kelompok Pakar Sejawat, Skema Lisensi Penilai (ALS) HCV Resource Network (HCVRN) Prosedur

Lebih terperinci

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA) Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA) 6 March 2016 1. APP akan meningkatkan kegiatan pengelolaan hutannya untuk memenuhi standard FSC

Lebih terperinci

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final Rencana Aksi Kepatuhan Jumlah Rencana Aksi 3 Ketidaksesuaian 7 Peluang untuk Perbaikan 7 Peluang untuk Perbaikan 14 Peluang untuk Perbaikan Status Selesai

Lebih terperinci

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan No. Dokumen ID : AGRO-SFM-002-PR Tanggal Terbit Sebelumnya : N/A Halaman : 1 dari 11 1.0 LATAR BELAKANG Grup APRIL ("APRIL") telah mengumumkan Kebijakan APRIL Grup dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase 1 2 Latar Belakang Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. Banyak lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan telah terbakar dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebakaran gambut sangat mudah menyebar di areaarea

Lebih terperinci

Indikator SFMP

Indikator SFMP Indikator SFMP 2.0 2018 Pertemuan Pemangku Kepentingan October 2017 Draft Indikator Verifikasi SFMP 2.0 untuk 2018 Draft indikator awal untuk pertemuan publik yang dikembangkan oleh Komite Penasihat Pemangku

Lebih terperinci

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah: Laporan Verifikasi Keluhan melalui Laporan yang dibuat oleh FPP, Scale UP & Walhi Jambi berjudul Pelajaran dari Konflik, Negosiasi dan Kesepakatan antara Masyarakat Senyerang dengan PT Wirakarya Sakti

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak

GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak sawit terkemuka dengan lahan tertanam total seluas 485,606 hektar (termasuk perkebunan plasma) pada 31 Desember 2015, berlokasi di Indonesia. Perusahaan

Lebih terperinci

Studi Hutan SKT. dipresentasikan di. Seminar REDD+ Task Force. Arief Muria Perkasa Program Manager TFT

Studi Hutan SKT. dipresentasikan di. Seminar REDD+ Task Force. Arief Muria Perkasa Program Manager TFT Studi Hutan SKT dipresentasikan di Seminar REDD+ Task Force Seminar sehari dunia bisnis dan REDD+ di Indonesia "Green Practices untuk mengurangi emisi karbon pada industri berbasis lahan" Jakarta, 5 Juni

Lebih terperinci

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT

Lebih terperinci

Bagian 1: Sekilas kegiatan utama dalam periode pelaporan

Bagian 1: Sekilas kegiatan utama dalam periode pelaporan Laporan Kemajuan TFT mengenai Komitmen Kebijakan Konservasi Hutan Asia Pulp & Paper Group (APP) Periode Pelaporan: Oktober, November dan Desember 2013. Tanggal: 20 Desember 2013 Ini merupakan laporan kemajuan

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI OKTOBER 2014 1. Latar Belakang Pada tanggal 1 Februari 2013, APP, melalui Kebijakan Konservasi Hutannya

Lebih terperinci

Kebijakan Konservasi Kehutanan APP

Kebijakan Konservasi Kehutanan APP Kebijakan Konservasi Kehutanan APP Kajian Perkembangan oleh Greenpeace Oktober 2013 1 Greenpeace memberi peringatan bahwa setiap perusahaan yang ingin melanjutkan perdagangan jenis apapun dengan APP harus

Lebih terperinci

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan? 9/1/2014 Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan? Satu Pelanggaran yang dirancang sebelum Forest Conservation Policy APP/SMG diluncurkan ke Publik SENARAI Pada 5 Februari 2013, Sinar Mas

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2014 T E N T A N G PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DALAM USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

"Pada 8 April 2013 EoF menemukan bahwa terdapat sekitar 7 alat berat yang menebang hutan alam... di dalam areal konsesi PT. RIA"

Pada 8 April 2013 EoF menemukan bahwa terdapat sekitar 7 alat berat yang menebang hutan alam... di dalam areal konsesi PT. RIA Aida Greenbury MD Sustainability & Stakeholder Engagement Asia Pulp and Paper Group (APP) aida_greenbury@app.co.id Sinar Mas Land Plaza JI.MH Thamrin 51 Jakarta Indonesia Yth. Para Pemangku Kepentingan,

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI TERKAIT PRESS RELEASE GREENOMICS MENGENAI PELANGGARAN MORATORIUM DI AREAL PT. BUMI MEKAR HIJAU DI KALIMANTAN BARAT TIM VERIFIKASI

LAPORAN VERIFIKASI TERKAIT PRESS RELEASE GREENOMICS MENGENAI PELANGGARAN MORATORIUM DI AREAL PT. BUMI MEKAR HIJAU DI KALIMANTAN BARAT TIM VERIFIKASI LAPORAN VERIFIKASI TERKAIT PRESS RELEASE GREENOMICS MENGENAI PELANGGARAN MORATORIUM DI AREAL PT. BUMI MEKAR HIJAU DI KALIMANTAN BARAT TIM VERIFIKASI APRIL 2015 1. Latar Belakang Pada tanggal 1 Februari

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework/Kerangka Kerja Akuntabilitas (AFi) adalah suatu upaya kolaboratif untuk membantu perusahaan memenuhi komitmen rantai pasokan etis mereka terhadap rantai pasokan pertanian

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Perlindungan terhadap hutan tentunya menjadi sebuah perioritas di era pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca di beberapa

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

GAR dan SMART melaksanakan proyek pilot konservasi hutan stok karbon tinggi

GAR dan SMART melaksanakan proyek pilot konservasi hutan stok karbon tinggi Untuk didistribusikan segera GAR dan SMART melaksanakan proyek pilot konservasi hutan stok karbon tinggi Proyek pilot akan menjadi katalis bagi proses pelibatan para pemangku kepentingan untuk mencari

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NOL DEFORESTASI, NOL GAMBUT, NOL EKSPLOITASI

KEBIJAKAN NOL DEFORESTASI, NOL GAMBUT, NOL EKSPLOITASI KEBIJAKAN NOL DEFORESTASI, NOL GAMBUT, NOL EKSPLOITASI 5 DESEMBER 2013 Tujuan: Wilmar Internasional mengakui bahwa sementara pembangunan perkebunan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

Lebih terperinci

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Untuk diterbitkan segera Siaran Pers Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak

Lebih terperinci

Sustainability Policy

Sustainability Policy Sustainability Policy Progress Report 4 Dec 2014-31 Mar 2015 Komitmen Kelestarian Kebijakan Kelestarian Musim Mas Membawa manfaat bagi masyarakat sekitar. Laporan Triwulan terhadap Perkembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015:

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015: pada 23 Mei 2015: Pada hari Sabtu, 23 Mei 2015, perwakilan APP dan WKS berpartisipasi dalam doa bersama dan upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat di desa Lubuk Mandarsah di Jambi.

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DALAM USAHA PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran *Contoh Kasus RAPP dan IKPP Ringkasan Sampai akhir Desember 27 realisasi pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) hanya 33,34 persen dari total 1.37 juta

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Catatan Pengarahan FLEGT

Catatan Pengarahan FLEGT FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola

Lebih terperinci

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? perusahaan PT. Toba Pulp Lestari?

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? Pedoman Wawancara 1. Bagaimana pendapat bapak terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? 2. Bagaimana mekanisme PT. Toba Pulp Lestari dalam memberikan bantuan tanggung jawab

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013 Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat Kota, Negara Tanggal, 2013 Regulasi Kayu Uni Eropa (European Union Timber Regulation/EUTR) Regulasi Kayu

Lebih terperinci

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) Sumber: ISO 14001 Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) DAFTAR ISI Pengantar Prinsip-Prinsip Standar ISO 14001 Cara Menggunakan Cheklist Interpretasi Penilaian Standar ISO

Lebih terperinci

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO LATAR BELAKANG Sebaran Areal Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2014 Ekstensifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KINERJA APP TERKAIT KOMITMEN TANGGUNGJAWAB SOSIAL

KINERJA APP TERKAIT KOMITMEN TANGGUNGJAWAB SOSIAL KINERJA APP TERKAIT KOMITMEN TANGGUNGJAWAB SOSIAL MASUKAN MASYARAKAT SIPIL TERKAIT KINERJA APP DALAM ISU-ISU SOSIAL, KEPADA RAINFOREST ALLIANCE YANG MELAKUKAN EVALUASI INDEPENDEN TERHADAP PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru 1 November 2016 Judul Dokumen: Kode Dokumen: Lingkup: Jenis Dokumen: FAQ Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Lebih terperinci

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di AUDIT PEMANTAUAN DAN LAPORAN PENUTUPAN CAO Audit IFC Kepatuhan CAO C-I-R6-Y08-F096 27 Maret 2013 Respon Pemantauan IFC ke Audit CAO mengenai investasi IFC di Wilmar Trading (IFC No. 20348) Delta Wilmar

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure

Standard Operating Procedure Halaman : 1 of 7 01. TUJUAN Sebagai pedoman dalam pelaksanaan FPIC/Padiatapa (Pesertujuan di Awal Tampa Paksaan) sebagai penghormatan hak-hak masyarakat atas tanah/hutan adatnya. 02. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Final - disetujui pada Juli 2010

Final - disetujui pada Juli 2010 Final - disetujui pada Juli 2010 Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 3 PENDAHULUAN... 7 Cakupan

Lebih terperinci

II. ISI LAPORAN KEBERLANJUTAN Uraian isi Laporan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada romawi I angka 2 memuat rincian sebagai berikut: A. La

II. ISI LAPORAN KEBERLANJUTAN Uraian isi Laporan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada romawi I angka 2 memuat rincian sebagai berikut: A. La - 20 - LAMPIRAN II PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM 1. Laporan Keberlanjutan

Lebih terperinci

Mengekspor di tengah Perubahan Lansekap Hukum

Mengekspor di tengah Perubahan Lansekap Hukum Mengekspor di tengah Perubahan Lansekap Hukum LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Indonesia 2,3 &5 Agustus, 2010 SARASEHAN PELATIHAN LEGALITAS Kepedulian yang Memadai (Due Care) dan Pedoman Umum Menegakkan Legalitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN Pesan dari Pimpinan Indorama Ventures Public Company Limited ("Perusahaan") percaya bahwa tata kelola perusahaan adalah kunci untuk menciptakan kredibilitas bagi Perusahaan.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

Golden Agri-Resources Ltd

Golden Agri-Resources Ltd Golden Agri-Resources Ltd Intisari Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) 2015 Agus Purnomo Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement Bambang Chriswanto Head of National

Lebih terperinci

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Kemajuan Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Ringkasan Eksekutif November 2015 www.forestdeclaration.org An electronic copy of the full report is available

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

HIGH CARBON STOCK (HCS) Sejarah, Kebijakan dan Identifikasi

HIGH CARBON STOCK (HCS) Sejarah, Kebijakan dan Identifikasi HIGH CARBON STOCK (HCS) Sejarah, Kebijakan dan Identifikasi Oleh : The Forest Trust Indonesia Latar Belakang : seruan dari konsumen di seluruh dunia yang memiliki kepedulian terkait dengan Nihil Deforestasi

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Ringkasan Eksekutif Bismart Ferry Ibie Nina Yulianti Oktober 2016 Nyahu Rumbang Evaphilo Ibie RINGKASAN EKSEKUTIF Kalimantan Tengah berada di saat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF Halaman: 1 dari 7 MAPPING (PM) ATAU Dibuat Oleh Direview Oleh Disahkan Oleh 1 Halaman: 2 dari 7 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman: 3 dari 7 Daftar Isi 1. Tujuan... 4

Lebih terperinci

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) 1 1.Kebijakan Lingkungan 1.1 Dilarang Deforestasi Tidak akan ada pengembangan baru di kawasan stok

Lebih terperinci

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan INDUSTRI PERKEBUNAN SAWIT merambah Sulawesi sejak tahun 1980 an dan ekspansinya tetap

Lebih terperinci

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Kriteria, Indikator dan KPI Karet Alam Berkesinambungan 1. Referensi Kriteria, Indikator dan KPI SNR mengikuti sejumlah

Lebih terperinci

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF 10 Juli 2013 Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF Warta EoF (PEKANBARU) Eyes on the hari ini menerbitkan foto-foto perjalanan verifikasi lapangan yang dilakukan pada

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN No. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN 1 Kepala Dinas 2 Sekretaris Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan program/kegiatan di bidang sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru RSPO secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada: i. Para Anggota dari Kelompok Kerja Pengurangan Emisi RSPO ii. Perusahaan anggota RSPO yang ikut serta

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

Bekerja sama untuk konservasi hutan

Bekerja sama untuk konservasi hutan Bekerja sama untuk konservasi hutan 1 Presentasi ini dikeluarkan oleh Golden Agri-Resources Ltd ( GAR atau Perusahaan ) guna keperluan pemberian informasi. Presentasi ini memuat pernyataan-pernyataan,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN GAMBUT PRESIDEN, Dalam rangka menyeimbangkan dan menselaraskan pembangunan

Lebih terperinci

Sejarah Controlled Wood

Sejarah Controlled Wood Sejarah Controlled Wood Controlled Wood (CW) berawal pada Kebijakan FSC tentang Percentage Based Claim yang mulai berlaku pada bulan Oktober 1997. Sebelumnya, standar CoC langsung mensyaratkan bahwa produk

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan? Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN RISIKO Jutaan hektar ekosistem hutan hujan Indonesia dan lahan gambut yang kaya karbon tetap terancam penghacuran untuk perkebunan kelapa sawit dan kayu pulp, walaupun moratorium telah di tandatangani

Lebih terperinci

Stakeholder Advisory Committee (SAC) untuk Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Stakeholder Advisory Committee (SAC) untuk Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0) APRIL Stakeholder Advisory Committee (SAC) untuk Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0) APRIL Pertemuan SAC ke-9 di Jakarta - Indonesia, 1-3 Maret 2017 ANGGOTA SAC HADIR 1. Joe Lawson (Ketua) 2.

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

Proses Penyelesaian Perselisihan

Proses Penyelesaian Perselisihan Dokumen ID INDONESIA Proses Penyelesaian Perselisihan Latar Belakang ALS adalah skema yang bertujuan untuk mempromosikan penerapan pendekatan NKT secara lebih bermutu dan konsisten melalui a) penyediaan

Lebih terperinci