PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA
|
|
- Yohanes Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu tampaknya kesepakatan mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea dalam Perundingan Enam Pihak - Amerika Serikat (AS), Rusia, Cina, Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) - di Beijing telah tercapai. Sebelumnya juru runding Amerika Serikat (AS) Christopher Hill menyatakan bahwa negaranya tidak akan melakukan tawar menawar lagi dengan Korut mengenai program nuklirnya. Sebaliknya juru runding Korea Utara (Korut) Kim Kye-Gwan menyatakan bahwa kompensasi yang dberikan AS untuk penghentian program nuklirnya sangat tidak sepadan, khususnya dalam bantuan energi untuk perlucutan fasilitas nuklir Korea Utara. Namun, setelah pembicaraan bilateral kedua juru runding yang diikuti pembicaraan antara pejabat-pejabat keuangan AS dan Korut di Berlin perkembangan positif muncul yang berakhir pada disepakatinya beberapa elemen penting dalam pembicaraan enam pihak di Beijing pada tanggal 13 Februari 2007 yang meliputi: pertama, Korea Utara setuju untuk menutup dan mensegel fasilitas nuklir di Yongbyon, termasuk fasilitas pemrosesan kembali bahan nuklir, untuk pada tahap berikutnya nanti membongkar fasilitas nuklir tersebut. Korea utara juga akan mengijinkan masuknya kembali inspektur-inspektur IAEA (International Atomic Energy Association) untuk melakukan inspeksi terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Korea Utara. Kedua, sebagai imbalannya, para Negara Pihak akan memberikan bantuan kepada Korea Utara di bidang ekonomi, energi dan bantuan humaniter. Paket bantuan ini bernilai US$ 300 juta. Ketiga, Korea Utara harus melaksanakan langkah-langkah awal pelaksanaan kewajibannya dalam waktu enam puluh hari. Sedangkan waktu untuk membongkar senjata-senjata nuklirnya dan bahan bakar untuk membuat senjata nuklir tersebut akan ditentukan kemudian melalui perundingan. Keempat, AS dan Jepang masing-masing akan melakukan perundingan bilateral dengan Korea Utara untuk mewujudkan normalisasi hubungan masing-masing dengan korea Utara menuju ke hubungan diplomatik. Kelima, AS akan memulai proses untuk menghapus nama Korea Utara dari daftar negara yang mensponsori teror dan mengakhiri sanksi perdagangan dan finansial yang dikenakan terhadap Korea Utara September 2006 lalu. Keenam, pembicaraan enam pihak akan dilanjutkan pada tanggal 19 Maret 2007 di Beijing. 1
2 Pertanyaannya kini adalah sampai dimana pelaksanaan kesepakatan ini akan efektif?. Apakah Korea Utara akan sungguh-sungguh bersedia menyampaikan ke masyarakat internasional semua fasilitas nuklirnya untuk diinspeksi IAEA?. Apakah AS akan ikhlas mencabut pernyataan kepala negaranya sendiri, George W. Bush Jr, yang pernah secara lantang dan arogan menyatakan ke dunia bahwa AS tidak akan pernah kompromi dengan negara-negara pendukung terorisme termasuk Korea Utara yang merupakan bagian dari negara-negara poros setan (the axis of evil)? Kiranya perlu dikaji secara saksama bahwa dalam jangka waktu dua dekade ini AS telah berselish dengan Korea Utara berkenaan dengan program nuklirnya. AS khawatir kepemilikan senjata pemusnah massal termasuk senjata nuklir akan jatuh ke tangan para teroris dan atau negara-negara yang dianggap pendukung teroris misalnya Korea Utara. Maka itu di era paska Perang Dingin salah satu bentuk tantangan yang dihadapi AS adalah upaya pembendungan proliferasi nuklir. Persepsi demikian telah memaksa Amerika Serikat menjadikan isu nuklir Korea Utara sebagai salah satu agenda politik luar negerinya sejak tahun AS berposisi bahwa Pyongyang menggunakan isu senjata nuklir strategisnya (nuclear brinkmanship) sebagai manuver politik untuk meningkatkan posisi tawar menawar (bargaining position) di dunia internasional, khususnya terhadap AS dan aliansinya agar tidak terus menekan Korea Utara dan memaksa penghentian bantuan militer dan ekonomi AS kepada Korea Selatan. Kemudian AS juga berpandangan bahwa Korea Utara menolak intervensi Washington dalam masalah proses reunifikasi Semenanjung Korea selama ini. Pada tahun 1994 telah disepakati perjanjian bilateral yang dikenal dengan The Agreed Framework antara AS dan Korea Utara. Menurut perjanjian ini Pyongyang harus membekukan seluruh aktivitas program nuklimya dan bekerjasama dengan IAEA untuk menginspeksi seluruh fasilitas nuklir Korut. Namun, kesepakatan ini berakhir dengan kegagalan sebab AS merasa bahwa Korut tidak dapat bekerjasama dengan sungguh-sungguh dengan IAEA. Bahkan akhirnya pernerintah Korea Utara. menyatakan pengunduran dirinya dari keanggotaan Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) pada tanggal 10 Januari Pada titik ini hubungan diplomatik antara Washington dan Pyongyang menjadi semakin tegang. Sejak saat itu pemerintah Amerika Serikat tidak mau lagi melakukan diplomasi bilateral dengan Korea Utara. Washington menggantinya dengan pembangunan berbagai forum pertemuan dan kerjasama multilateral yang melibatkan Rusia, China, Jepang dan Korea Selatan (state actors) dan juga PBB, IAEA dan NGO (non-state actors) untuk menyukseskan proses diplomasinya, dalam hal ini adalah penghentian aktivitas program senjata nuklir Korea Utara. AS. Strategi yang dijalankan AS tersebut dikenal masyarakat internasional sebagai two path 2
3 strategy yang lebih mengutamakan cara-cara multilateralist (Idealist Approach) dengan instrumen diplomasi dalam menangani krisis proliferasi nuklir Korea Utara. Setidaknya itulah fakta yang terlihat di lapangan, dan sejauh ini Washington belum menunjukkan sinyal untuk menyelesaikan kasus isu regional Asia Timur ini dengan instrumen militer. Kalkulasi AS Secara umum, strategi ini difokuskan kepada negara-negara yang dianggap melanggar perjanjian Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) dengan kepemilikan teknologi Weapons Mass Destruction (WMD) dengan kriteria Nuclear, Biological and Chemical weapon (NBC), dan Washington mengkategorikan negara semacam ini dengan istilah the rogue states. Suatu negara akan dan dapat dikategorikan sebagai the rogue states apabila negara tersebut membenci AS dan memiliki senjata pemusnah massal, merupakan rejim yang agresif serta melanggar hukum internasional. Berdasarkan kriteria ini AS mengkategorikan pemerintah Korea Utara sebagai The Rogue State. Bahkan Korea Utara bersama Iran dan Iraq diberi label sebagai an axis of evil (negaranegara poros setan). Kedua konsep ini (roque states dan axis of evil) merupakan bagian dari agenda strategi politik Washington dalam membangun opini publik (public opinion) internasional untuk menjatuhkan kredibilitas pemerintahan Pyongyang. Washington juga memanfaatkan tekanan dari dunia internasional (international tensions) yakni dengan instrumen diplomasi-multilateralis terhadap pemerintah Pyongyang. Hubungan diplomatik yang cukup baik antara Amerika Serikat dengan pemerintah Rusia dan Cina sebagai dua negara dengan kekuatan ekonomi, politik dan militer yang cukup berpengaruh terhadap Korea Utara, tentunya memberikan peluang bagi strategi politik Amerika ini. Lebih lanjut, dalam menangani isu nuklir Korea Utara, strategi ekonomi yang dijalankan oleh AS adalah salah satunya dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi internasionalnya, yaitu melalui penerapan sanksi ekonomi internasional terhadap Korea Utara yang disahkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang meliputi embargo ekonomi, membatasi ruang gerak perdagangan internasional dan pemasukan investasi asing. Pertanyaannya kini adalah mengapa pencapaian implementasi strategi-strategi AS untuk memaksakan kehendaknya ke Korea Utara di atas ternyata tidak begitu memuaskan dan bahkan cenderung dapat dianggap menorehkan suatu catatan kegagalan dalam sejarah keberhasilan diplomasi Amerika Serikat kontemporer?. Kalkulasi Korut Kiranya terdapat beberapa argumen mengapa hal itu terjadi. Pertama, dari sejak awal para perunding Korut tampaknya sudah mengkaji bahwa pijakan keterlibatan AS dalam forum 3
4 pembicaraan enam negara sebagai bagian dari two path strategy adalah lemah dan cenderung memaksakan diri. Logikanya yakni, terhadap Korea Utara yang secara faktual terang dan jelas mengakui kepemilikan senjata nuklir dengan program nuklir dan program misil balistiknya, pemerintah Amerika Serikat hanya menggunakan forum diplomasi multilateralis dan menjalankan perjanjian Non-Proliferation Treaty untuk menekan pemerintah Korea Utara agar membekukan seluruh aktivitas program nuklirnya. Sebaliknya, terhadap Iraq yang juga dituduhkan Washington memiliki senjata pemusnah massal, ternyata Amerika Serikat melakukan tindakan secara unilateral dengan menginvasi Iraq walaupun melanggar hukum internasional karena tidak mendapatkan otorisasi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa. Pemahaman ini menyiratkan bahwa para elite politik pemerintahan AS masih ragu-ragu untuk bertindak lebih jauh ke Korut selain dari forum diplomasi multilateral belaka. Kedua, berpijak pada perkembangan kondisi politik domestik AS dewasa ini, tampaknya para perunding Korut berhitung bahwa kemarahan AS selama ini hanyalah merupakan gertakan semata yang tidak akan ditindaklnajuti oleh suatu aksi serbuan militer AS ke Korea Utara. Tampaknya Washington menyadari bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendanai perang di Semenanjung Korea ini akan sangat besar apalagi pasca Perang Iraq dan Perang Afghanistan telah membuat perekonomian nasional Amerika mengalami defisit anggaran yang mencapai miliaran dollar AS. Ketika Perang Iraq meletus, Amerika memang bertujuan,untuk menguasai sumber daya minyak (petropolitics) di Irak, sementara dengan berperang dengan Korea Utara, Amerika hanya akan melakukan hal yang sia-sia. Selain itu, penggunaan instrumen militer terhadap Korea Utara dapat menyebabkan memburuknya hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan China dan Russia, bahkan dengan dunia internasional karena probabilitas keterlibatan senjata nuklir dalam perang di semenanjung Korea sangat besar. Dengan berbagai pertimbangan cost and benefits tersebut, setidaknya dapat membatasi opsi penggunaan instrumen militer oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap Korea Utara. Ketiga, tampaknya para perunding AS terlalu percaya diri dengan slogan bahwa setelah jatuhnya komunisme di Uni Soviet maka tidak ada lagi negara komunis di dunia ini. Karena itu AS dapat dengan leluasa dan mudah menundukan negara-negara satelitnya Uni Soviet. Asumsi ini mungkin tidak sepenuhnya tepat. Hal itu dikarenakan sejak merdeka pada tahun 1948, Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK) di bawah kepemimpinan Kim Il-sung dikenal sebagai negara penganut ideologi komunisme ortodoks dan terasing di tengah pergaulan internasional. Komunisme di Korut merupakan suatu perpaduan antara tradisi Konfusius, masyarakat yang konservatif, kontrol, dan proses indoktrinasi Komunisme yang dilakukan secara terus menerus. Perpaduan itu telah menciptakan suatu praktek sistem politik totaliter yang melebihi mantan negara Uni Soviet maupun RRC. 4
5 Dengan kata lain, di forum diplomasi multilateral enam negara itu AS sedang berhadapan dengan sebuah negara yang nilai-nilai moral dan atau ideologi nasionalnya masih alami ala Perang Dingin dan berkarakter tidak akan dapat secara mudah memenuhi keinginan AS. Secara demikian, kalkulasi negosiasi tentu saja akan alot dan memerlukan upaya yang ulet dan tangguh dari para perunding AS. Belum lagi, dalam sepanjang sejarah diplomasi AS sangat jarang AS ketika sedang konflik dengan suatu negara menyerahkan pemenuhan kepentingan nasionalnya kepada negara-negara lain melalui penyelesaian forum pembicaraaan multilateral. Sebagai negara super power AS lebih menyukai cara negosiasi unilateral dibandingkan multilateral. AS berhitung bahwa dalam forum multilateral akan bercampur berbagai kepentingan nasional banyak negara yang mungkin diantaranya akan berbenturan kepentingan nasionalnya dan mengambil keuntungan dari kondisi konflik AS dengan Korut. Karena itu mungkin saja, di belakang layar Cina dan Rusia sebenarnya sedang ikut bermain terus mengipasi Korut untuk membuat AS menjadi gerah dan geram. Kondisi ini telah mempermalukan AS di mata dunia karena strategi diplomasinya di Semenanjung Korea selama ini tidak berhasil sesuai kehendaknya. Walaupun sampai saat ini strategi dan politik luar negeri yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat belum menunjukkan hasil yang dapat membawa perubahan yang signifikan, para analis hubungan internasional optimis bahwa penggunaan instrumen diplomasi antara AS dan Korea Utara tetap merupakan satu-satunya cara terbaik untuk menghindari perang nuklir di muka bumi ini.*** ================================================================== Penulis adalah Staf Pengajar Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran. 5
BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA
BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA Program pengembangan senjata nuklir Korea Utara dinilai mampu mengancam ketentraman dan stabilitas keamanan negara negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciDALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT
DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA Oleh : ABSTRACT This study aims to identify and describe the action done by UN Security Council related to its role in dealing with the nuclear crisis in North Korea as
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan pergaulan masyarakat internasional, kerjasama antar negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. Namun demikian,
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciBAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait
BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan apa yang telah disampaikan dalam bagian pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut. Dewan Keamanan berdasarkan kewenangannya yang diatur
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan
BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara
Lebih terperinciPERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu (dimotori oleh Amerika Serikat) telah membuka babak baru dalam sejarah politik Korea. Kemenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari reaksi nuklir baik yang berupa reaksi fusi dan fisi. Dalam fisika,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Senjata nuklir merupakan alat peledak yang kekuatannya dapat merusak yang berasal dari reaksi nuklir baik yang berupa reaksi fusi dan fisi. Dalam fisika, fusi
Lebih terperinciBAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG
BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG Penutupan Kaesong pada tahun 2016 merupakan sebuah berita yang mengejutkan bagi berbagai
Lebih terperinciPROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI
PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi telah mendatangkan beragam inovasi baru. Salah satunya adalah pengolahan beberapa unsur kimia menjadi senyawa radioaktif
Lebih terperinciKEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROGRAM NUKLIR KOREA UTARA PADA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3(2) 677-690 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2015 KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROGRAM NUKLIR KOREA UTARA PADA PEMERINTAHAN GEORGE
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan
BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar negara dengan negara atau negara dengan organisasi.
BAB I PENDAHULUAN Problematika dalam Hubungan Internasional menurut penulis adalah hal yang sangat menarik untuk dikaji. Segala kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh sebuah negara pasti akan banyak
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN TRAKTAT PELARANGAN MENYELURUH UJI COBA NUKLIR (COMPREHENSIVE NUCLEAR-TEST-BAN TREATY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009 ini, hingga dikeluarkannya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1874 dan sikap keras Korea Utara dengan resolusi-resolusi
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada tanggal 5 Juli 2006 masyarakat internasional dikejutkan dengan aksi peluncuran peluru kendali Korea Utara, yang sekaligus merupakan puncak dari krisis nuklir
Lebih terperinciSerikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.
BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBAB IV PERAN IAEA DALAM MENANGGAPI KASUS UJI COBA NUKLIR KOREA UTARA TAHUN 2006 DAN 2009
BAB IV PERAN IAEA DALAM MENANGGAPI KASUS UJI COBA NUKLIR KOREA UTARA TAHUN 2006 DAN 2009 Dalam mencipatakan suasana yang damai serta bebas dari ancaman nuklir Korea Utara, IAEA memiliki beberapa fungsi
Lebih terperinciBAB IV RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERKEMBANGAN NUKLIR IRAN PADA MASA AHMADINEJAD
BAB IV RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERKEMBANGAN NUKLIR IRAN PADA MASA AHMADINEJAD Pada Bab IV menjelaskan mengenai respon Amerika Serikat, negara barat dalam program nuklir Iran melalui latar belakang
Lebih terperinciLEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL
LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Dani Budi Satria Putu Tuni Cakabawa Landra I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan
Lebih terperinciRESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP UJI COBA RUDAL KOREA UTARA DI BAWAH PEMERINTAHAN KIM JONG UN. Oleh: Rismala Septia
RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP UJI COBA RUDAL KOREA UTARA DI BAWAH PEMERINTAHAN KIM JONG UN Oleh: Rismala Septia (rismala.septia@yahoo.com) Pembimbing: Yuli Fachri, S.H, M.Si Bibliografi: 1 Jurnal, 5
Lebih terperinciterlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.
BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia Kedua yang dimenangkan oleh tentara Sekutu (dimotori oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia Kedua yang dimenangkan oleh tentara Sekutu (dimotori oleh Amerika Serikat) telah membuka babak baru dalam sejarah politik Korea. Kemenangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperinciSENJATA PEMUSNAH MASSAL DAN MASA DEPAN KEAMANAN INTERNASIONAL. Adi Joko Purwanto, S.Ip, MA. Abstract
SENJATA PEMUSNAH MASSAL DAN MASA DEPAN KEAMANAN INTERNASIONAL Adi Joko Purwanto, S.Ip, MA Abstract This article tries to explore the dynamics of international security, especially the ownership of weapons
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.
BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan
Lebih terperinciBAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG
BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG Berjalannya kegiatan di Kaesong merupakan sebuah keberhasilan dari proyek yang telah lama
Lebih terperincimelakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high
BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB 2 PENGEMBANGAN SENJATA NUKLIR KOREA UTARA DAN KONDISI KEAMANAN REGIONAL ASIA TIMUR
BAB 2 PENGEMBANGAN SENJATA NUKLIR KOREA UTARA DAN KONDISI KEAMANAN REGIONAL ASIA TIMUR 2.1 Latar Belakang Korea Utara Membangun Kapabilitas Persenjataan Nuklir (1953-1970) Krisis nuklir Semenanjung Korea
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat
BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB II NON-PROLIFERATION TREATY (NPT) SEBAGAI REZIM PEMBATASAN SENJATA NUKLIR
BAB II NON-PROLIFERATION TREATY (NPT) SEBAGAI REZIM PEMBATASAN SENJATA NUKLIR Energi nuklir memiliki potensi menyediakan pasokan energi dengan biaya efektif, handal dan aman, baik langsung maupun tidak
Lebih terperinciRealitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang didirikan pada abad ke 12. Pada awalnya Rusia berbentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan negara di bagian Timur Eropa dan Asia bagian Utara yang didirikan pada abad ke 12. Pada awalnya Rusia berbentuk kerajaan yang bernama kerajaan
Lebih terperinciAMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA 1
BAB VI AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA 1 (Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si.) Berakhirnya Perang Dingin dan hancurnya Uni Soviet, tidak serta merta merubah nilai negara Dunia Ketiga 2 bagi Kepentingan
Lebih terperincisanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.
BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri merupakan sikap dan komitmen suatu Negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar untuk mencapai tujuan kepentingan nasional yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2015 TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Sejarah Lahirnya Nation State / Negara Bangsa Transformasi
Lebih terperinciPERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI
PERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI AMELIA YULI PRATIWI Fakultas Hukum Universitas Surabaya Abstrak
Lebih terperinciBudi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional
Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Kasus perburuan Osama merupakan contoh kesekian kalinya yang menunjukkan bahwa hukum internasional merupakan aturan yang sangat multiinterpretasi. Kesepakatan
Lebih terperinciSEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciAndy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016
Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016 SAFETY SAFEGUARDS SECURITY IPTEK NUKLIR Keamanan nuklir mencakup keamanan bahan nuklir
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciBAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi
BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi Perundingan yang dilakukan pemimpin Republik Indonesia bertujuan untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia terutama Jepang dikejutkan dengan dijatuhkannya bom atom (nuklir) diatas kota Hiroshima
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN TRAKTAT PELARANGAN MENYELURUH UJI COBA NUKLIR (COMPREHENSIVE NUCLEAR-TEST-BAN TREATY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan
BAB IV PENUTUP Kesimpulan Perkembangan senjata nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki hingga saat ini telah mempengaruhi politik luar negeri antara negara-negara di dunia. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca serangan kelompok teroris Al Qaeda di pusat perdagangan dunia yaitu gedung WTC (World Trade Centre) pada 11 September 2001 lalu, George Walker Bush sebagai Presiden
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar
RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciPENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001
PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciSENGKETA INTERNASIONAL
SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B
BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa
BAB VI PENUTUP Mengangkat kebijakan ekonomi Ronald Reagan dalam proses pemikiran pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa kepemimpinannya sebagai presiden. Reagan demikian
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN
BAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN Koresa Utara merupakan negara yang terletak di wilayah Asia Timur yang perkembangan sosial-politiknya telah
Lebih terperinciRESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.
RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kapitalistik dan liberalistik Barat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum terjadi revolusi pada tahun 1979, Iran merupakan negara yang dihimpit oleh dua kekuatan raksasa (super power) yaitu Rusia dan Inggris. Bahkan Iran menjadi
Lebih terperinciSignifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si
Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy
Lebih terperinciBAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN
www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciPERAN MEDIA MASSA DI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN INVASI KE IRAK PADA TAHUN Oleh R.A Cintya Nurma Juwita
PERAN MEDIA MASSA DI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN INVASI KE IRAK PADA TAHUN 2003 Oleh R.A Cintya Nurma Juwita Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap negara-negara yang menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Traktat NPT merupakan perjanjian yang mengikat secara hukum internasional terhadap negara-negara yang menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral
Lebih terperinciDIPLOMASI PEMERINTAH IRAN TERHADAP TEKANAN INTERNASIONAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR TAHUN
DIPLOMASI PEMERINTAH IRAN TERHADAP TEKANAN INTERNASIONAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR TAHUN 2005-2009 (IRAN GOVERNMENT DIPLOMACY TO INTERNATIONAL PRESSURE ON NUCLEAR DEVELOPMENT PROGRAM 2005-2009)
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Menilik segi geografi yang sangat strategis, kebijakan yang dirancang Pemerintah Iran sering kali berpengaruh besar pada dunia. Bukan hanya masalah lokasi negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.
Lebih terperinci